Pneumotoraks adalah kondisi di mana udara masuk ke ruang pleura yang mengelilingi paru-paru, menyebabkan paru-paru mengempis. Pneumotoraks dapat terjadi secara spontan tanpa cedera atau disebabkan oleh trauma toraks. Gejala umumnya meliputi nyeri dada dan kesulitan bernapas. Diagnosa didukung dengan pemeriksaan radiologi yang menunjukkan adanya udara di ruang pleura. Penatalaksanaan bervariasi mulai dari ok
Kelumpuhan saraf fasialis merupakan kelumpuhan otot-otot wajah yang dapat terjadi akibat berbagai etiologi seperti kondisi bawaan, infeksi, cedera, gangguan pembuluh darah, atau penyakit tertentu dan dapat menyebabkan deformitas kosmetik dan fungsional yang serius pada wajah. Kelainan ini dapat didiagnosis dan diobati dengan berbagai metode seperti fisioterapi, obat-obatan, atau
Dokumen ini membahas tentang otitis media akut pada anak, termasuk definisi, etiologi, epidemiologi, faktor risiko, gejala klinis, diagnosis, dan penatalaksanaannya. Otitis media akut adalah peradangan telinga tengah yang biasanya terjadi pada anak akibat infeksi bakteri setelah ISPA, dengan gejala utama nyeri telinga dan demam. Diagnosis didasarkan pada anamnesa dan pemeriksaan fisik telinga, sed
Makalah ini membahas tentang hematothoraks, yang merupakan akumulasi darah di rongga pleura yang paling sering disebabkan oleh trauma intrathorasic. Makalah ini menjelaskan definisi, etiologi, gejala klinis, pemeriksaan pendukung, penatalaksanaan medis dan keperawatan dari hematothoraks. Secara umum, pembaca dapat memahami pengertian hematothoraks, cara diagnosis, dan penanganannya.
Pneumotoraks adalah kondisi di mana udara masuk ke ruang pleura yang mengelilingi paru-paru, menyebabkan paru-paru mengempis. Pneumotoraks dapat terjadi secara spontan tanpa cedera atau disebabkan oleh trauma toraks. Gejala umumnya meliputi nyeri dada dan kesulitan bernapas. Diagnosa didukung dengan pemeriksaan radiologi yang menunjukkan adanya udara di ruang pleura. Penatalaksanaan bervariasi mulai dari ok
Kelumpuhan saraf fasialis merupakan kelumpuhan otot-otot wajah yang dapat terjadi akibat berbagai etiologi seperti kondisi bawaan, infeksi, cedera, gangguan pembuluh darah, atau penyakit tertentu dan dapat menyebabkan deformitas kosmetik dan fungsional yang serius pada wajah. Kelainan ini dapat didiagnosis dan diobati dengan berbagai metode seperti fisioterapi, obat-obatan, atau
Dokumen ini membahas tentang otitis media akut pada anak, termasuk definisi, etiologi, epidemiologi, faktor risiko, gejala klinis, diagnosis, dan penatalaksanaannya. Otitis media akut adalah peradangan telinga tengah yang biasanya terjadi pada anak akibat infeksi bakteri setelah ISPA, dengan gejala utama nyeri telinga dan demam. Diagnosis didasarkan pada anamnesa dan pemeriksaan fisik telinga, sed
Makalah ini membahas tentang hematothoraks, yang merupakan akumulasi darah di rongga pleura yang paling sering disebabkan oleh trauma intrathorasic. Makalah ini menjelaskan definisi, etiologi, gejala klinis, pemeriksaan pendukung, penatalaksanaan medis dan keperawatan dari hematothoraks. Secara umum, pembaca dapat memahami pengertian hematothoraks, cara diagnosis, dan penanganannya.
1. Atelektasis adalah kondisi paru atau sebagian paru yang tidak berkembang sempurna sehingga tidak berisi udara.
2. Penyebabnya antara lain penyumbatan bronkus, tekanan luar, dan gangguan pernapasan.
3. Pada radiologi tampak penurunan volume paru, pergeseran mediastinum dan fissura.
Tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial meliputi gejala klinis seperti sakit kepala, muntah, dan gangguan kesadaran. Peningkatan tekanan dapat disebabkan oleh edema otak, perdarahan, atau tumor dan dapat menyebabkan komplikasi seperti herniasi otak. Diagnosis didukung dengan pemeriksaan CT scan dan pemantauan tekanan intrakranial secara terus-menerus. Pengobatan meliputi mannitol, hiper
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas berbagai jenis obat tokolitik dan mekanisme kerja mereka untuk mencegah kontraksi rahim pramatur.
FAST (Focused Assessment with Sonography for Trauma) adalah pemeriksaan USG serial untuk mendeteksi cairan atau udara di area anatomis tertentu seperti perikardium, ruang pleura, dan kantung Morisson untuk mendiagnosis keadaan pasien trauma. Lokasi yang diperiksa meliputi subkostal, kanan atas kuadran, kiri atas kuadran, suprapubik, dan dada kanan-kiri. Temuan abnormal seperti efusi pericardium, hemoperitoneum, dan hemothoraks
Dokumen tersebut membahas tentang kasus fraktur tibia pada pasien berumur 7 tahun akibat kecelakaan lalu lintas. Pasien mengalami nyeri dan bengkak pada kaki kanan setelah ditabrak mobil. Pemeriksaan menunjukkan adanya fraktur di 1/3 bagian bawah tibia sebelah kanan. Penatalaksanaannya meliputi reduksi, immobilisasi, dan pemantauan selama proses penyembuhan.
Dokumen tersebut membahas aspek anamnesis pada pasien nyeri ulu hati. Ia menjelaskan empat hal pokok yang perlu ditanyakan dalam anamnesis yaitu riwayat penyakit saat ini, riwayat penyakit sebelumnya, riwayat kesehatan keluarga, dan riwayat sosial ekonomi. Kemudian dibahas tujuh butir penting lainnya yang harus ditanyakan terkait lokasi nyeri, onset, kualitas,
Demam tifoid disebabkan oleh infeksi Salmonella Typhi dan memiliki gejala demam tinggi, lidah berlapis, dan hepatomegali. Diagnosis didasarkan pada trias klinis, kultur darah minggu pertama, dan tes serologi. Pengobatan lini pertama adalah antibiotik seperti kloramfenikol selama 10-14 hari. Pencegahan melalui vaksinasi dan meningkatkan sanitasi dan kebersihan.
This document discusses two congenital conditions: Oesophageal Atresia and Congenital Diaphragmatic Hernia.
Oesophageal Atresia involves a discontinuity in the esophagus that divides it into upper and lower pouches, sometimes associated with a tracheal fistula. It requires surgery to reconnect the esophagus or create an esophagostomy and gastrostomy. Prognosis depends on birthweight, associated anomalies, and pneumonia risk. Long term risks include stenosis and motility issues.
Congenital Diaphragmatic Hernia occurs when the diaphragm fails to fully develop, allowing abdominal organs to enter the chest cavity and impair lung development. It can
1. Atelektasis adalah kondisi paru atau sebagian paru yang tidak berkembang sempurna sehingga tidak berisi udara.
2. Penyebabnya antara lain penyumbatan bronkus, tekanan luar, dan gangguan pernapasan.
3. Pada radiologi tampak penurunan volume paru, pergeseran mediastinum dan fissura.
Tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial meliputi gejala klinis seperti sakit kepala, muntah, dan gangguan kesadaran. Peningkatan tekanan dapat disebabkan oleh edema otak, perdarahan, atau tumor dan dapat menyebabkan komplikasi seperti herniasi otak. Diagnosis didukung dengan pemeriksaan CT scan dan pemantauan tekanan intrakranial secara terus-menerus. Pengobatan meliputi mannitol, hiper
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas berbagai jenis obat tokolitik dan mekanisme kerja mereka untuk mencegah kontraksi rahim pramatur.
FAST (Focused Assessment with Sonography for Trauma) adalah pemeriksaan USG serial untuk mendeteksi cairan atau udara di area anatomis tertentu seperti perikardium, ruang pleura, dan kantung Morisson untuk mendiagnosis keadaan pasien trauma. Lokasi yang diperiksa meliputi subkostal, kanan atas kuadran, kiri atas kuadran, suprapubik, dan dada kanan-kiri. Temuan abnormal seperti efusi pericardium, hemoperitoneum, dan hemothoraks
Dokumen tersebut membahas tentang kasus fraktur tibia pada pasien berumur 7 tahun akibat kecelakaan lalu lintas. Pasien mengalami nyeri dan bengkak pada kaki kanan setelah ditabrak mobil. Pemeriksaan menunjukkan adanya fraktur di 1/3 bagian bawah tibia sebelah kanan. Penatalaksanaannya meliputi reduksi, immobilisasi, dan pemantauan selama proses penyembuhan.
Dokumen tersebut membahas aspek anamnesis pada pasien nyeri ulu hati. Ia menjelaskan empat hal pokok yang perlu ditanyakan dalam anamnesis yaitu riwayat penyakit saat ini, riwayat penyakit sebelumnya, riwayat kesehatan keluarga, dan riwayat sosial ekonomi. Kemudian dibahas tujuh butir penting lainnya yang harus ditanyakan terkait lokasi nyeri, onset, kualitas,
Demam tifoid disebabkan oleh infeksi Salmonella Typhi dan memiliki gejala demam tinggi, lidah berlapis, dan hepatomegali. Diagnosis didasarkan pada trias klinis, kultur darah minggu pertama, dan tes serologi. Pengobatan lini pertama adalah antibiotik seperti kloramfenikol selama 10-14 hari. Pencegahan melalui vaksinasi dan meningkatkan sanitasi dan kebersihan.
This document discusses two congenital conditions: Oesophageal Atresia and Congenital Diaphragmatic Hernia.
Oesophageal Atresia involves a discontinuity in the esophagus that divides it into upper and lower pouches, sometimes associated with a tracheal fistula. It requires surgery to reconnect the esophagus or create an esophagostomy and gastrostomy. Prognosis depends on birthweight, associated anomalies, and pneumonia risk. Long term risks include stenosis and motility issues.
Congenital Diaphragmatic Hernia occurs when the diaphragm fails to fully develop, allowing abdominal organs to enter the chest cavity and impair lung development. It can
This document discusses chronic prostatitis and its potential relationship to prostate cancer. It suggests that long-term chronic inflammation can potentially lead to prostate cancer through several mechanisms, including the production of growth factors and mutagenic compounds. It also describes a pre-cancerous lesion called Proliferative Inflammatory Atrophy (PIA) that has been observed adjacent to prostate cancer tumors. Several studies have found an association between past prostatitis and increased prostate cancer risk. Effective treatment of chronic bacterial prostatitis may help reduce this risk.
The document discusses breastfeeding worldwide and its benefits. It notes that only 39% of infants under 6 months are exclusively breastfed globally. It outlines the health benefits of breastfeeding for both babies and mothers, including reduced risk of various illnesses, infections, diseases like diabetes and cancer. It discusses obstacles to breastfeeding like lack of support and workplace accommodations. World health organizations recommend exclusive breastfeeding for 6 months and continued breastfeeding for up to 2 years. The obstetrician's role in counseling and supporting breastfeeding is discussed.
Oesophageal atresia merupakan ketiadaan sambungan terjadi secara kongenital pada esofagus yang menyebabkan esofagus tidak dapat membentuk saluran berterusan dari faring hingga perut. Terdapat dua jenisnya, yaitu "blind ending proximal oesophageal" dan "tracheo-oesophageal fistula". Gejalanya adalah bayi tidak dapat menelan, air liur meleleh, tercekik, dan muntah. Pengobatannya meliputi pembedahan untuk
Nutrisi ibu hamil berpengaruh besar terhadap pertumbuhan janin. Defisiensi atau kelebihan nutrisi dapat menyebabkan berbagai kelainan pada janin seperti malformasi, gangguan pertumbuhan, dan hipertensi. Nutrisi yang tepat diperlukan untuk menunjang pertumbuhan optimal janin.
Semua ibu hamil harus ditawarkan pemeriksaan HIV. Masa persalinan mempunyai risiko tertinggi dalam penularan HIV dari ibu ke bayi dibanding masa kehamilan dan nifas. Pemberian obat antiretroviral penting untuk mencegah transmisi infeksi ke bayi pada perempuan hamil dengan HIV positif.
Radiografi dapat digunakan untuk mendeteksi dan mengklasifikasi atresia ani dengan melakukan proyeksi Wangesteen Rice dan lateral prone cross table. Proyeksi tersebut dapat menunjukkan ketiadaan lubang anus dan tingkat sampai mana rektum distal terisi udara. Posisi prone cross table lateral memberikan gambaran udara pada rektum yang lebih jelas.
La atresia intestinal es la falta de formación completa de una porción del intestino. Puede ocurrir en el duodeno, yeyuno, íleon o colon. Existen varios tipos dependiendo de la localización y grado de obstrucción, desde una red de tejido que obstruye el lumen hasta la separación completa en dos segmentos. El diagnóstico se realiza mediante ecografía y radiografía, y el tratamiento consiste generalmente en una anastomosis quirúrgica de los segmentos afectados.
Pencegahan transmisi perinatal Hepatitis B adalah salah satu langkah pencegahan utama timbulnya kasus Hepatitis Kronis pada dewasa. Beberapa langkah PMTCT pada hepatitis B akan dijelaskan dalam presentasi ini.
Dipresentasikan pada CME: 1st Surabaya Fetomaternal Update, 14 Mei 2016.
Invaginasi atau intususepsi adalah kondisi darurat akut dimana bagian usus masuk ke dalam lumen usus bagian distal yang menyebabkan obstruksi dan strangulasi usus. Gejalanya berupa nyeri perut kolik, muntah, dan berak lendir darah. Diagnosis didukung dengan pemeriksaan fisik, radiologi, dan ultrasonografi. Pengobatannya meliputi reposisi manual atau bedah, tergantung tingkat obstruksinya.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
(1) Atresia ani adalah kelainan bawaan dimana terdapat penyempitan atau penutupan pada anus yang menyebabkan gangguan defekasi;
(2) Kelainan ini dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat keparahan dan lokasi lesi;
(3) Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan fisik dan penunjang seperti USG dan sinar-X; dan
(4) Pengobatan meliputi pra
Makalah ini membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien labiopalatoskisis. Labiopalatoskisis adalah kelainan bawaan pada struktur mulut dimana terjadi celah pada bibir dan langit-langit. Makalah ini menjelaskan tentang definisi, klasifikasi, etiologi, dan anatomi fisiologi mulut yang terkait dengan kondisi ini. Tujuan makalah ini adalah untuk memahami asuhan keperawatan yang diberikan pada bayi bar
Atresi esofagus adalah kelainan bawaan dimana terjadi gangguan kontinuitas pada esofagus. Kelainan ini disebabkan oleh perkembangan sel entodermal yang tidak lengkap sehingga menyebabkan atresi. Terdapat beberapa klasifikasi atresi esofagus berdasarkan lokasi fistula trakeoesofagus. Diagnosa didasarkan pada pemeriksaan USG prenatal yang menunjukkan polihidramnion. Penanganannya melalui tindakan bedah untuk menyambungkan
Dokumen tersebut membahas berbagai kelainan kongenital pada sistem pencernaan bayi dan anak, seperti atresia esofagus, hipertrofi pilorus, malrotasi, atresia duodenum, dan penyakit Hirschsprung. Kelainan-kelainan tersebut dapat menyebabkan gangguan pada proses pencernaan dan menimbulkan gejala klinis seperti muntah dan pembengkakan abdomen. Tindakan diagnosis dan pengobatan yang tepat, seperti p
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Atresia ani adalah kelainan bawaan dimana terdapat penyumbatan atau tidak adanya lubang anus sejak lahir.
2. Terdapat beberapa bentuk kelainan atresia ani seperti lubang anus yang sempit atau salah letak, terdapat selaput pada lubang anus, atau rektum tidak terhubung dengan lubang anus.
3. Penatalaksanaan atresia ani meliputi operasi untuk memb
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Atresia ani adalah kelainan bawaan dimana terdapat penyumbatan atau tidak adanya lubang anus sejak lahir.
2. Terdapat beberapa bentuk kelainan atresia ani seperti lubang anus yang sempit atau salah letak, terdapat selaput pada lubang anus, atau rektum tidak terhubung dengan lubang anus.
3. Penatalaksanaan atresia ani meliputi operasi untuk memb
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Atresia ani adalah kelainan bawaan dimana terdapat penyumbatan atau tidak adanya lubang anus sejak lahir.
2. Terdapat beberapa bentuk kelainan atresia ani seperti lubang anus yang sempit atau salah letak, terdapat selaput pada lubang anus, atau rektum tidak terhubung dengan lubang anus.
3. Penatalaksanaan atresia ani meliputi operasi untuk memb
Atresia Duodeni
Atresia duodeni adalah Suatu kondisi dimana duodenum ( bagian pertama dari usus halus) tidak berkembang dengan baik, sehingga tidak berupa saluran terbuka dari lambung yang tidak memungkinkan perjalanan makanan dari lambung ke usus.
Etiologi
Gangguan pada awal masa kehamilan (minggu ke 4 dan ke 5 ).
Gangguan pembuluh darah
Banyak terjadi pada bayi premature
Tanda dan gejala
Bisa ditemukan pembengkakan abdomen bagian atas.
Muntah banyak segera setelah lahir berwarna kehijauan akibat adanya empedu.
Perut kembung di daerah epigastrium.
Tidak memproduksi urin setelah beberapa kali buang air kencing.
Hilangnya bising usus setelah beberapa kali buang air besar mekonium.
Berat badan menurun dan sukar bertambah.
Atresia duodeni
Komplikasi
Obstruksi lumen oleh membrane utuh, fail fibrosa yang menghubungkan dua ujung kantong duodenum yang buntu pendek, atau suatu celah antara ujung-ujung duodenum yang tidak bersambung
Atresia membranosa adalah bentuk yang paling sering obstruksinya terjadi di sebelah distal ampula vateri pada kebanyakan penderita.
Obstruksi duodenum dapat juga disebabkan oleh kompresi ekstrinsik seperti pancreas anular atau oleh pita-pita laad pada penderita malrotasi.
Atresia Esophagus
Atresia esophagus adalah kelainan bawaan dimana ujung saluran esophagus buntu 60% biasanya disertai dengan hidramnion. Atresia esophagus terjadi pada 1 dari 3000-4500 kelhiran hidup, sekitar sepertiga anak yang terkena lahir premature
Kelainan- kelainan lain dalam atresia esophagus
KALSIA
Kalasia adalah kelainan yang terjadi pada bagian bawah esophagus ( pada persambungan dengan lambung ) yang tidak dapat menutup rapat sehingga bayi sering regurgitasi bila dibaringkan.
AKALSIA
Merupakan kebalikan dari kalsia, pada akalasia bagian distal esophagus tidak dapat membuka dengan baik sehingga terjadi keadaan seperti stenosis atau atresia.
Etiologi
Pada kasus polahidramnion ibu
Bayi dalam keaadaan kurang bulan / kurang cukup bulan
Jika kateter yang digunakan untuk resusitasi saat lahir tidak bisa masuk kedalam lambung
Jika bayi mengeluarkan sekresi mulut berlebihan
Jika terjadi tersedak, sianosis, atau pada waktu berupaya menelan makanan.
Tanda Dan Gejala
Liur yang menetes terus menerus dari mulut bayi
Liur berbuih
Adanya aspirsai ketika bayi diberi minum
Bayi tampak sianosis akibat aspirasi yang dialami
Saat bayi diberi minum bayi akan mengalami batuk seperti tercekik
Muntah yang proyektil
Teks tersebut memberikan informasi mengenai penyakit refluks gastroesofageal (GERD) yang meliputi definisi, etiologi, gejala, patofisiologi, komplikasi, dan pemeriksaan penunjang. Secara ringkas, teks tersebut menjelaskan bahwa GERD disebabkan oleh kegagalan sfingter esofagus bawah sehingga menyebabkan refluks isi lambung ke esofagus dan dapat menimbulkan berbagai gejala serta komplikasi se
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Dokumen tersebut membahas tentang definisi, embriologi, klasifikasi, gejala, dan diagnosis atresia ani.
2. Atresia ani adalah ketidakadaan atau penutupan lubang anus secara kongenital, yang dapat disebabkan oleh kelainan dalam perkembangan embriologi.
3. Diagnosis atresia ani dapat dilakukan dengan melihat apakah ada mecone
Dokumen tersebut membahas tentang jenis dan penyebab terjadinya divertikel esofagus, yaitu divertikel Zenker, divertikel mid esofagus, dan divertikel epifrenik. Divertikel Zenker terjadi akibat penekanan yang meningkat pada usia lanjut di bagian faringoesofagus, sedangkan divertikel lainnya disebabkan oleh gangguan motorik esofagus. Gejala umum divertikel esofagus adalah disfagia dan regurgitasi.
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Pertahanan mukosa esofagus terdiri dari pertahanan preepitel, epitel, dan postepitel yang melindungi esofagus dari bahan-bahan berbahaya seperti asam dan enzim pencernaan.
2. Pertahanan preepitel meliputi lapisan mukus, unstirred water layer, dan ion bikarbonat yang menetralisir asam dan mencegah masuknya molekul besar ke epitel, se
[Ringkasan]
Dokumen tersebut membahas tentang tinjauan teoritis mengenai appendiks dan appendisitis. Secara ringkas, appendiks adalah organ kecil melekat pada sekum yang dapat mengalami peradangan yang disebut appendisitis. Appendisitis disebabkan oleh berbagai faktor seperti obstruksi lumen akibat hiperplasia jaringan limfoid atau benda asing, dan merupakan penyebab abdomen akut paling umum. Gejala khasnya adalah nyeri di kuadran
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFratnawulokt
Peningkatan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu hal prioritas di Indonesia. Status derajat kesehatan ibu dan anak sendiri dapat dinilai dari jumlah AKI dan AKB. Pemerintah berupaya menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB, tetapi kenyataannya masih tinggi sehingga tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari ibu hamil trimester III sampai KB.
Metode penelitian menggunakan Continuity of Care dengan pendokumentasian SOAP Notes. Subjek penelitian Ny. “H” usia 34 tahun masa kehamilan Trimester III hingga KB di PMB E Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.
Hasil asuhan selama masa kehamilan trimester III tidak ada komplikasi pada Ny. “E”. Masa persalinan berjalan lancar meskipun terdapat kesenjangan dimana IMD dilakukan kurang dari 1 jam. Kunjungan neonatus hingga nifas normal tidak ada komplikasi, metode kontrasepsi memilih KB implant.
Kesimpulan asuhan pada Ny. “H” ditemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori di penatalaksanaan, tetapi dalam pemberian asuhan ini kesenjangan masih dalam batas normal. Asuhan kebidanan ini diberikan untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi pada saat masa kehamilan hingga KB.
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
Atresia esofagus
1. BAB I
PENDAHULUAN
Esofagus merupakan saluran yang menghubungkan dan menyalurkan dari rongga
mulut ke lambung. Di dalam rongga dada, esofagus berada di mediastium posterior mulai di
belakang lengkung aorta dan bronkus cabang utama kiri. Fungsi utama esofagus adalah
menyalurkan makanan dan minuman dari mulut ke lambung. Di dalam esofagus makanan
turun oleh peristaltik primer dan gaya berat terutama untuk makanan padat dan setengah
padat, serta peristaltik ringan.
Penting sekali pada pendidikan dokter untuk mengenali kelainan-kelainan esofagus
diantaranya adalah atresia esofagus. Pada kebanyakan kasus, kelainan ini disertai dengan
terbentuknya hubungan antara esofagus dengan trakea yang disebut fistula trakeoesophageal
(Tracheoesophageal Fistula/TEF).
Bayi dengan atresia Esofagus tidak mampu untuk menelan saliva dan ditandai dengan
jumlah saliva yang sangat banyak dan membutuhkan suction berulangkali. Angka
keselamatan pada bayi dengan atresia esofagus berhubungan langsung terutama dengan berat
badan lahir, kelainan jantung, dan faktor resiko yang menyertai.
Atresia Esofagus Page 1
2. BAB II
ISI
2.1 Definisi
Atresia esofagus adalah sekelompok kelainan kongenital yang mencakup gangguan
kontinuitas esofagus disertai atau tanpa adanya hubungan dengan trakea.
2.2 Epidemiologi
Atresia esofagus pertama kali dikemukakan oleh Hirscprung seorang ahli anak dari
Copenhagen pada abad 17 tepatnya pada tahun 1862 dengan lebih kurang 14 kasus atresia
esofagus, kelainan ini di duga sebagai suatu malformasi dari traktus gastrointestinal.Kelainan
ini tidak diturunkan, walaupun terdapat kaitan dengan abnormalitas kromosomal.
Tahun 1941 seorang ahli bedah Cameron Haight dari Michigan telah berhasil
melakukan operasi pada atresia esofagus dan sejak itu pulalah bahwa Atresia Esofagus sudah
termasuk kelainan kongenital yang bisa diperbaiki. Di Amerika Utara insiden dari Atresia
Esofagus berkisar 1:3000-4500 dari kelahiran hidup, angka ini makin lama makin menurun
dengan sebab yang belum diketahui. Secara Internasional angka kejadian paling tinggi
terdapat di Finlandia yaitu 1:2500 kelahiran hidup. Atresia Esofagus 2-3 kali lebih sering
pada janin yang kembar.
2.3 Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui zat teratogen apa yang bisa menyebabkan terjadinya
kelainan Atresia Esofagus. Atresia Esofagus lebih berhubungan dengan sindroma trisomi
21,13 dan 18 dengan dugaan penyebab genetik.
Namun saat ini, teori tentang terjadinya atresia esofagus menurut sebagian besar ahli
tidak lagi berhubungan dengan kelainan genetik, Perdebatan tentang proses embriopatologi
masih terus berlanjut, dan hanya sedikit yang diketahui
Embriologi
Secara umum telah diterima bahwa primordial respirasi merupakan evaginasi ventral
dari lantai foregut postfaringeal pada awal gestasi minggu ke-4 dan apeks paru primitif
terletak pada bagian caudal evaginasi ini. Pada masa pertumbuhan cepat, trakea yang terletak
di ventral berpisah dari esofagus yang terletak di dorsal. Menurut sebuah teori, trakea
berpisah akibat pertumbuhan cepat longitudinal dari primordial respirasi yang menjauh dari
Atresia Esofagus Page 2
3. foregut. Teori lain menyatakan bahwa trakea pada awalnya merupakan bagian dari foregut
yang belum berpisah kemudian berpisah karena proses pembentukan apeks paru kearah
kranial. Proses ini berhubungan dengan pola temporospatial dari gen Sonic hedgehog (Shh)
dan pembelahan selanjutnya. Proses pemisahan foregut berlangsung ke arah kranial yang
akan menyebabkan perpisahan trakeoesofageal. Lebih lanjut pemisahan epitel foregut ini
ditandai dengan peningkatan apoptosis. Belum jelas bagaimana ekspresi gen ini
menyebabkan apoptosis.
Kebanyakan penelitian menyatakan bahwa defek primer diakibatkan tidak
membelahnya foregut akibat kegagalan pertumbuhan trakea ataupun kegagalan trakea untuk
berpisah dari esofagus. Menurut keduua teori ini atresia esofagus proksimal bukan
merupakan malformasi primer tetapi sebagai hasil pengaturan kembali foregut proksimal.
Teori kegagaln pemisahan ini menghubungkan keberadaan celah trakeoesofageal pada atresia
esofagus dengan FTE. Teori lain menyatakan bahwa atresia esofagus proksimal merupakan
malformasi sebagai akibat dari perwsambungan antara trakea dengan esofagus distal. Teori
kegagalan pemisahan menyatakan bahwa FTE merupakan persambungan foregut dorsal
sedangkan teori atresia primer menyatakan bahwa fistula tumbuh dari trakea menuju
esofagus.
2.4 Klasifikasi
Klasifikasi asli oleh Vogt tahun 1912 masih digunakan sampai saat ini . Gross pada
tahun 1953 memodifikasi klasifikasi tersebut, sementara Kluth 1976 menerbitkan "Atlas
Atresia Esofagus", dengan masing-masing subtipe yang didasarkan pada klasifikasi asli dari
Vogt. Hal ini terlihat lebih mudah untuk menggambarkan kelainan anatomi dibandingkan
memberi label yang sulit untuk dikenali.
Atresia Esofagus Page 3
4. Gambar 1. Klasifikasi Gross of Boston
1. Atresia Esofagus dengan fistula trakheooesophageal distal ( 82% Vogt III.grossC)
Merupakan gambaran yang paling sering pada proksimal esofagus, terjadi dilatasi dan
penebalan dinding otot berujung pada mediastinum superior setinggi vetebra
thoracal III/IV. Esofagus distal (fistel), dimana lebih tipis dan sempit, memasuki
dinding posterior trakea setinggi carina atau 1-2 cm diatasnya. Jarak antara esofagus
proksimal yang buntu dan fistula trakheooesofageal distal bervariasi mulai dari bagian
yang overlap hingga yang berjarak jauh.
Gambar 2. Gambar diatas memperlihatkan atresia esofagus dengan fistula trakeoesofageal
distal. Perhatikan selang kateter yang berakhir di esofagus proximal dan udara pada lambung.
Atresia Esofagus Page 4
5. 2. Atresia Esofagus terisolasi tanpa fistula ( 9%, Vogg II, Gross A)
Esofagus distal dan proksimal benar-benar berakhir tanpa hubungan dengan segmen
esofagus proksimal, dilatasi dan dinding menebal dan biasanya berakhir setinggi
mediastinum posterior sekitar vetebra thorakalis II. Esofagus distal pendek dan
berakhir pada jarak yang berbeda diatas diafragma.
Gambar 3. Atresia Esofagus tanpa fistula. Pandangan depan dada dan abdomen,
tampak kateter pada kantong esofagus proximal. Perhatikan ketiadaan udara pada
lambung.
3. Fistula trakheo esofagus tanpa atresia ( 6%, Gross E)
Terdapat hubungan seperti fistula antara esofagus yang secara anatomi cukup intak
dengan trakhea. Traktus yang seperti fistula ini bisa sangat tipis/sempit dengan
diameter 3-5 mm dan umumnya berlokasi pada daerah servikal paling bawah.
Biasanya single tetapi pernah ditemukan dua bahkan tiga fistula.
Atresia Esofagus Page 5
6. Gambar 4. H-Fistula. Barium esofagogram menunjukkan fistel dari anterior esofagus
menuju trakea secara anterosuperior.
4. Atresia esofagus dengan fistula trakeo esofagus proksimal ( 2%, Vogt III & Gross
B)
Gambaran kelainan yang jarang ditemukan namun. Fistula bukan pada ujung distal
esofagus tetapi berlokasi 1-2 cm diatas ujung dinding depan esofagus.
Gambar 5. Atresia esofagus dengan fistula trakeo esofagus proksimal.
5. Atresia esofagus dengan fistula trakheo esofagus distal dan proksimal ( <1% Vogt
IIIa, Gross D)
Pada kebanyakan bayi, kelainan ini sering terlewati (misdiagnosa) dan di terapi
sebagai atresia proksimal dan fistula distal. Sebagai akibatnya infeksi saluran
pernapasan berulang, pemeriksaan yang dilakukan memperlihatkan suatu fistula dapat
dilakukan dan diperbaiki keseluruhan. Seharusnya sudah dicurigai dari kebocoran gas
banyak keluar dari kantong atas selama membuat/ merancang anastomose.
Atresia Esofagus Page 6
7. Gambar 6. Hubungan antara dua fistula ke trakea dari bagian atas dan bawah
esofagus.
Gambar 7. Tipe atresia esofagus dengan atau tanpa fistula trakheo esofagus.
2.5 Manifestasi Klinik dan diagnosis
Diagnosa dari atresia esofagus / fistula trakheoesofagus bisa ditegakkan sebelum bayi
lahir. Salah satu tanda awal dari atresia esofagus diketahui dari pemeriksaan USG prenatal
yaitu polihidramnion, dimana terdapat jumlah cairan amnion yang sangat banyak. Tanda ini
bukanlah diagnosa pasti tetapi jika ditemukan harus dipikirkan kemungkinan atresia
esofagus.
Cairan amnion secara normal mengalami proses sirkulasi dengan cara ditelan,
dikeluarkan melalui urine. Pada Atresia Esofagus /Fistula Atresia Esofagus cairan amnion
yang ditelan dikeluarkan kembali karena menumpuknya cairan pada kantong esofagus
sehingga meningkatkan jumlah cairan amnion.
Atresia Esofagus Page 7
8. Gambar 8. Hasil USG : Polihidramnion berat pada atresia esofagus
Diagnosa Atresia Esofagus dicurigai pada masa prenatal dengan penemuan gelembung perut
(bubble stomach) yang kecil atau tidak ada pada USG setelah kehamilan 18 minggu.
Polihidraminon sendiri merupakan indikasi yang lemah dari Atresia Esofagus (insiden 1%).
Gambar 9. Hasil USG :tidak terdapatnya gambaran stomach bubbe/ gelembung gas pada
atresia esofagus.
Bayi dengan Atresia Esofagus tidak mampu menelan saliva dan ditandai dengan
saliva yang banyak, dan memerlukan suction berulang. Pada fase ini tentu sebelumnya
makan untuk pertamakali, kateter stiff wide-bored harus dapat melewati mulut hingga
esofagus. Pada Atresia Esofagus, kateter tidak bisa lewat melebihi 9-10 cm dari alveolar
paling bawah.
Gambar 10. Panahmerahmenunjukkan akhir daritabungorogastrikyangdiblokirsaat
memasukiesofagusdistaldari akibatatresiaesofaguspasien.Perhatikankurangnyagas
dalamperutmenunjukkansaluran fistula tidak terhubungketrakeaesofagusdistal.
Atresia Esofagus Page 8
9. Rongent dada dan abdomen memperlihatkan ujung kateter tertahan. Disuperior
mediatinum (T2-4). Tidak adanya gas gastro intestinal menunjukkan atresia esofagus yang
terisolasi. Perlu diperhatikan bahwa kateter harus bersifat kaku, untuk mencegah kesalahan
penilaian.
Gambar 11. Foto AP dari dada dan perut bagian atas saat lahir. Sebuah tabungnasogastrikdi
tempatberakhir dicerukan dada. Bagian perut tidak terisi udara. Temuan ini konsistendengan
atresiaesofagustanpafistuladistal.
Bayi baru lahir yang dicurigai menderita atresia esofagus/ fistula trakheoesofagus
sebaiknya dilakuan pemeriksaan rontgen. Gambarannya berupa dilatasi dari kantong
esofagus, karena adanya penumpukan cairan amnion saat prenatal.
Atresia Esofagus Page 9
10. Selama perkembangan janin membesarnya esofagus menyebabkan penekanan dan
penyempitan dari trakhea. Kondisi ini bisa menyebabkan terjadinya fistula. Adanya udara
pada pada lambung memastikan adanya fistula.
2.6 Kelainan kongenital lain yang berhubungan dengan Atresia Esofagus
Lebih dari 50% bayi dengan Atresia Esofagus mempunyai satu atau lebih kelainan
tambahan.
Seperti : Kardiovaskular 29% Vetebra/ skletal 10%
Kelainan anorektal 14% Respiratorius 6%
Genitourinaria 14% Genetik 4%
Gastrointestinal 13% dan lain-lain 11%
Terdapat pada angka kejadian kelainan yang saling berhubungan, " pada atresia
murni (65%) dan angka kejadian pada fistula type–H (10%) VATER pertama kali
digambarkan oleh Quan & Smith pada tahun 1973 terdiri dari kombinasi kelainan-kelainan
termasuk (Vetebra, anorectal, trakheooesepagehaeal and renal) Kelompok ini kemudian
berubah menjadi VACTERL oleh karena dimasukkan kelainan jantung dan anggota tubuh.
Atresia Esofagus Page 10
11. Gambar 12. Vertebral, anorectal, cardiac, tracheal, esophageal, renal, and limb (VACTERL).
Foto pada pasien dengan atresia esofagus tanpa fistula trakeoesofagus (TEF). Kateter pada
proksimal dan vertebra berbentuk kupu – kupu (asterisks) T8 pada pasien ini berhubungan
dengan VACTERL.
Lebih kurang 10 % bayi dengan atresia esofagus menderita VATER atau VACTERL (
Vetebral defek, anal atresia, cardiac abnormalities, fistel trakea esofagus (TEF) dan/atau
esophageal atresia, renal agenesis, dan dysplasia dan limb defects).
2.7 Gambaran Radiologi
CTSCAN
CT tidak khas dipakai pada evaluasi dari EA dan / atau TEF; akan tetapi, CT
menggambarkan 3 - dimensional (3D) dari kerongkongan dalam hubungan dengan struktur
yang berdekatan.
Gambaran di sekitar axis dapat sulit interpretasikan; fistula hanya mendapat gambaran
parsial atau tidak sama sekali. CT sagital dapat dipergunakan pada bayi baru lahir dengan
diagnosaEA dan TEF. Didapatkan visualisasi dari seluruh panjang dari esofagus, lengkap
dengan atresia dan fistula. CT tiga dimensi dengan endoscopy menghasilkan hasil yang
serupa, sebagai tambahan memudahkan pemahaman dari hubungan anatomi yang kompleks.
Gambaran CT juga dapat mengidentifikasi lokasi dari alur aortic, Setelah koreksi
dengan pembedahan dari EA dan / atau TEF, CT helic ultrafast dapat digunakan untuk
menentukan tracheomalacia. Sebagai tambahan, trakea abnormal dalam bentuk, ukuran, lebar
dinding posterior abnormal, udara berlimpah-limpah dan air pada esofagus dapat direkam
dengan CT sesudah operasi.
Atresia Esofagus Page 11
12. Keakuratan
Diagnosa dari EA dengan 3D CT sangat dapat dipercaya, dengan 100% sensitivitas dan
spesifitas. Penentuan dengan teknik ini dapat memberi hasil yang baik yang dihubungkan
dengan pembedahan dan / atau bronchoskopik. Diagnosa CT pada tracheomalacia adalah
dapat dipercaya, tetapi harus dikonfirmasikan dengan biopsi atau endoscopy.
MRI
MRI tidak rutin dilakukan pada gambaran dari EA dan TEF; akan tetapi, MRI
memberikan kemampuan untuk menggambarkan seluruh panjang dari esofagus pada kedua
potongan sagittal dan coronal, dan MRI mempunyai resolusi kontras yang lebih unggul dari
CT. MRI dapat digunakan prenatal untuk mendiagnosa bentuk cacat kongenital.
Beda dengan ultrasonography, prenatal MRI menggambarkan visualisasi dari lesi
keseluruhan dan hubungan anatomi. Pada janin MRI mempunyai bukti akurat untuk
mendirikan atau mengesampingkan satu diagnosa kelahiran dari EA dengan risiko tinggi
yang ditemukan pada ultrasonographic; akan tetapi, pada janin MRI mungkin sulit pada kasus
polihydramnion karena kualitas gambar kurang.
Keakuratan
Gambar yang diperoleh dari MRI sangat tinggi tingkat keakuratan nya. Pada janin MRI
mempunyai sensitivitas 100% di prenatal dalam mendiagnose EA di bayi risiko tinggi.
False Positif / Negatif
Tidak ada varian yang meniru gambaran EA pada pengujian MRI pada janin. Gambaran
setelah kelahiran harus dilakukan untuk mengkonfirmasi terdapat atau tidaknya fistula.
ULTRASOUND
Walaupun ultrasonography tidak berperan rutin pada evaluasi postnatal dari EA dan /
atau TEF, prenatal sonography adalah satu alat pemeriksaan berkala untuk EA dan / atau
TEF. Penemuan ultrasonographic dapat tidak terlihat atau terlihat lambung kecil dengan
gelembung (stomach bubble) di kombinasi dengan maternal polyhydramnios adalah petanda
dari EA dan / atau TEF. Keakuratan diagnostik dapat ditingkatkan jika satu area anechoic
hadir di tengah-tengah leher hal-hal janin; tanda ini membedakan EA dari penyakit susah
menelan.
Atresia Esofagus Page 12
13. Penampakan dari membesarnya esofagus pada blind endng esofagus pada sonogram
adalah sugestif dari EA. Tanda kantong ini telah dikonfirmasikan dengan visualisasi langsung
setelah 26 kehamilan minggu, tapi serangan ini disarankan pada awal minggu ke-22.
Postnatally, endoscopic ultrasonography menghasilkan 5 - gambaran berlapis dari dinding
esophageal yang telah dipergunakan dalam cancer;. Sebagai tambahan, lengkungan aortic
mungkin dilihat dengan sonographically untuk merencanakan perbaikan EA dan / atau TEF.
Keakuratan
Tanda kantong adalah yang paling dapat dipercaya pada sonographic yang menandakan EA.
Ratio diagnosa kelahiran dari EA adalah rendah; ini telah dilaporkan 9.2%. Kecuali jika
membesar nya blind ending proximal secara langsung, kecurigaan memerlukan konfirmasi
setelah kelahiran. Nilai positif dapat diprediksi dari penemuan lambung kecil atau tidak
terdapat stomach bubble di asosiasikan dengan maternal polyhydramnios adalah 56%, dan
sensitivitas prenatal ultrasonography pada diagnose dari EA adalah 42%.
Polyhydramnios sendirian adalah satu perkiraan kecil dari EA. Hanyalah 1 pada 12 pasien
dengan polyhydramnios dengan EA.
False Positif / Negatif
Visualisasi aliran pada esophageal dan tidak adanya visualisasi dari lambung mungkin dilihat
pada pasien sehat. Polyhydramnion, sementara tidak normal, adalah satu penemuan tidak
spesifik.
Polyhydramnion dapat dilihat pada kondisi berikut:
• Agnathia, microstomia, synotia
• DiGeorge sindrom velocardiofacial
• DM Maternal
• Gangguan Chromosomal, penyakit isoimmunologic, kelainan sejak lahir
• Epignathus
• Hydrolethalus
• Tetralogy Fallot, Treacher Collins sindrom
• Myasthenia gravis, pseudohypoaldosteronism
Atresia Esofagus Page 13
14. OBAT-OBATAN NUKLIR
Secara khas, obat nuklir tidak dipergunakan pada evaluasi dari EA dan TEF; akan
tetapi, ini mungkin berguna pada penilaian dari motilitas setelah diperbaiki. Scintigraphy dan
radionuclide mempelajari, mendeteksi, dan pemeriksaan esophageal.
Keakuratan
Radionuclide esophageal memiliki keakuratan tinggi, dengan 97.3% sensitivitas dan 94.7%
positif dan bersifat sebagai prediksi untuk penentuan dari kelainan fungsi motilitas.
2.8 Therapi
Sebelum pembedahan, bayi dievaluasi untuk mengetahui abnormal kongenital yang
lain. Radiografi dada harus dievaluasi secara hati-hati untuk mengetahui abnormalitas
skeletal. Echokardiogram dan usg ginjal biasanya juga dibutuhkan.
Sekali diagnosa Atresia Esofagus ditegakkan, bayi harus dipindahkan dari tempat
bersalin ke sentral bedah anak / NICU. Kateter suction, terutama tipe lumen ganda (replogle
catheter No.10 Frenchgauge) diletakkan pada kantong esofagus bagian atas untuk mensuction
sekret & mencegah aspirasi selama pemindahan. Bayi ditempatkan pada inkubator sambil
dimonitor vital signnya.
Semua bayi dengan Atresia Esofagus harus dilakukan echocardiagram sebelum
pembedahan ECHO akan menentukan kelainan struktur jantung atau pembuluh darah besar
dan biasanya menunjukkan sisi kanan lengkungan aorta yang terjadi pada 2,5 % kasus.
Pada kasus ini, MRI merupakan metode pilihan untuk konfirmasi diagnosis Atresia
Esofagus lengkungan aorta kanan akan menentukan sisi pendekatan pada operasi. Sekitar
25% bayi dengan tetralogi fallot. Lengkungan aorta akan berada disisi kanan.
2.9 Prognosis
Prognosis menjadi lebih buruk bila diagnosis terlambat akibat penyulit pada paru.
Keberhasilan pembedahan tergantung pada beberapa faktor risiko, antara lain berat badan
lahir bayi, ada atau tidaknya komplikasi pneumonia dan kelainan kongenital lainnya yang
menyertai. Prognosis jangka panjang tergantung pada ada tidaknya kelainan bawaan lain
yang mungkin multipel.
Atresia Esofagus Page 14
15. BAB III
KESIMPULAN
Atresia esofagus merupakan kelainan kongenital dengan variasi fistula
trakeoesofageal maupun kelainan kongenital lainnya. Atresia esofagus dapat dicurigai sejak
kehamilan, dan didiagnosa segera setelah bayi lahir. Bahaya utama pada AE adalah risiko
aspirasi, sehingga perlu dilakukan suction berulang.
Penatalaksanaan pada AE utama adalah pembedahan, tetapi tetap dapat
meninggalkan komplikasi lebih lanjut yang berhubungan dengan gangguan motilitas
esofagus.Prognosis menjadi lebih buruk bila diagnosis terlambat akibat penyulit pada
paru.Prognosis jangka panjang tergantung pada ada tidaknya kelainan bawaan lain yang
mungkin multipel.
Atresia Esofagus Page 15
16. DAFTAR PUSTAKA
1. Spitz,L .Oesophageal atresia.Orphanet Journal of Rare Diseases. Department of
Paediatric Surgery, Institute of Child Health, University College, London, UK. 2007, 2:24
2. Sadler,T. Sistem Pencernaan. Embriologi Kedokteran Langman. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Bab 11 hal 243-248.2000
3. Dwayne c. Clark, Esophageal Atresia and Tracheoesophageal Fistula.JournalsAmerican
Family Physician®Vol. 59/No. 4 (February 15, 1999).
4. Kabesh.A,MD. Esophageal Atresia and Tracheoesophageal Fistulae. The Fetus and
Newborn. Department of Pediatric Surgery. Ain Sharn University. ASJOG,volume I April
2004 p 81-3
5. Wimdejong, R.sjamsuhidajat-edt. Esofagus dan Diafragma. Buku Ajar Ilmu Bedah-edisi
revisi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta, 1997
6. www.dr.H.K.Suheimi.com
7. http://www.emedicine.com/radio/topic704.htm, eMedicine- Esophageal
Atresia/Tracheoesophageal Fistula. Author: Keith A Kronemer, MD, Assistant
Professor, The Mallinckrodt Institute of Radiology, Washington University School of
Medicine; Consulting Staff, St Louis Children's Hospital
8. www.learningradiology.com
Atresia Esofagus Page 16