SlideShare a Scribd company logo
MAKALAH
“ASUHAN KEPERAWATAN LABIOPALATOSKISIS”
DISUSUN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU TUGAS SISTEM PENCERNAAN
OLEH :
KELAS A.74
KELOMPOK II :
1. EVA MARIA EFRILIANA (10130163)
2. IMELDA GRACE (10130137)
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2010/2011
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
yang dilimpahkan-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN LABIOPALATOSKISIS”.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman masalah perkembangan
kepribadian dan sekaligus melakukan apa yang menjadi tugas mahasiswa yang mengikuti mata
kuliah “Askep Perkembangan Anak”. Rasa terima kasih yang dalam-dalamnya kami ucapkan
kepada Dosen Pengampu mata kuliah Psikologi Keperawatan dan teman-teman karena dalam
proses pendalaman materi ini kami mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan saran.
Demikian makalah ini kami buat semoga bermanfaat bagi kita semua. Kami menyadari
bahwa makalah ini jauh dari sempurna, baik dari segi bahasa, pengelolaan maupun dalam
penyusunannya. Maka segala kritik dan saran yang membangun akan kami terima.
Yogyakarta, Desember 2011
(KELOMPOK VI)
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar..............................................................................................................................
Daftar Isi......................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................
1. Latar Belakang...........................................................................................................
2. Tujuan.........................................................................................................................
2.1.Tujuan Umum…………………………………………………………………...
2.2.Tujuan Khusus………………………………………………….……………….
BAB II TINJAUAN TEORI......................................................................................................
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN……………………………………………
BAB IV PENUTUP......................................................................................................................
A. Kesimpulan........................................................................................................................
B. Saran..................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Asuhan keperawatan adalah perawatan yang diberikan oleh perawat. Jadi asuhan
keperawatan pada neonatus, bayi, dan balita adalah perawatan yang diberikan oleh
perawat pada bayi baru lahir, bayi, dan balita. Neonatus, bayi, dan balita dengan kelainan
bawaan adalah suatu penyimpangan yang dapat menyebabkan gangguan pada neonatus,
bayi, dan balita apabila tidak diberikan asuhan yang tepat dan benar. Ada beberapa
kelainan bawaan diantaranya adalah labiopalatoskisis, atresia esofagus, atersia rekti dan
ani, obstruksi biliaris, omfalokel, hernia diafragmatika, atresia duodeni, meningokel,
ensefalokel, hidrosefalus, fimosis, dan hipospadia. Salah satu kelainan bawaan yang akan
di jelaskan lebih jauh disini adalah labiopalatoskisis, yaitu kelainan bawaan (kongenital)
yang terkait dengan sistem pencernaan.
Kasus bibir sumbing dan celah langit-langit (labiopalatoskisis) merupakan cacat
bawaan yang masih menjadi masalah di tengah masyarakat. Insidensi : Bibir sumbing
hanya 2,2 per 10.000 kelahiran; sumbing palatum hanya 3,2 per 10.000 kelahiran;
sumbing bibir dan sumbing palatum (labiopalatoskisis) angka prevalensi kejadiannya 3,8
per 10.000 kelahiran (ONS,2001).
Indonesia yang berpenduduk 200 juta lebih, tentu mempunyai dan akan
mempunyai banyak kasus labio-palatoskisis. Antara Februari - Mei 1992, IKABI cabang
Padang mengadakan pengabdian masyarakat di dua Kabupaten 50 Kota dan Solok
berbentuk operasi bibir sumbing secara gratis. Dilakukan penelitian pada 126 penderita
yang dilakukan operasi. Hardjowasito dengan kawan-kawan di propinsi Nusa Tenggara
Timur antara April 1986 sampai Nopember 1987 melakukan operasi
pada 1004 kasus bibir sumbing atau celah langit-langit pada bayi, anak maupun dewasa
di antara 3 juta penduduk.
Penyebab utama bibir sumbing karena kekurangan seng dan karena kawin dengan
kerabat. Bagi tubuh, seng sangat dibutuhkan enzim tubuh walau yang diperlukan sedikit,
tapi jika kekurangan berbahaya. Makanan yang mengandung seng antara lain daging,
sayur – sayuran dan air. Di NTT airnya bahkan tidak mengandung seng sama sekali.
Soal kawin antar kerabat atau saudara memang pemicu munculnya penyakit degeneratif
(keturunan) yag sebelumnya resesif, kelaian ini juga bisa dipicu kekurangan gizi lainnya
seperti vitamin B6 dan B kompleks, misalnya infeksi pada janin pada usia muda dan
salah minum obat-obatan atau jamu juga bisa megakibatkan bibir sumbing.
(www.republika.co.id)
Terobosan terbaru untuk kasus bibir sumbing didasarkan paska studi terhadap
DNA pada sekitar 8000 orang yang memiliki riwayat bibir sumbing di 10 negara. Dari
angka tersebut diperoleh sembilan variasi yang disebut Single Nucleotida Poly
morphisms (SNP5) dalam gen bernama IRF6. gen IRF6 merupakan gen penyebab
terjadinya kasus bibir sumbing. Selain itu, merek yang mengalami cacat tersebut
disebabkan karena kekurangan nutrisi dan faktor keturunan. (www.infosehat.com)
Labiopalatoskisis merupakan deformitas daerah mulut berupa celah atau sumbing
atau pembentukan yang kurang sempurna semasa embrional berkembang, bibir atas
bagian kanan dan bagian kiri tidak tumbuh bersatu. Belahnya belahan dapat sangat
bervariasi, mengenai salah satu bagian atau semua bagian daridasar cuping hidung, bibir,
alveolus dan palatum durum serta molle. Suatu klasifikasi berguna membagi struktur-
struktur yang terkena menjadi : Palatum primer meliputi bibir, dasar hidung, alveolus dan
palatum durum di belahan foramen incisivum. Palatum sekunder meliputi palatum durum
dan molle posterior terhadap foramen. Suatu belahan dapat mengenai salah satu atau
keduanya, palatum primer dan palatum sekunder dan dapat unilateral atau bilateral.
Kadang-kadang terlihat suatu belahan submukosa, dalam kasus ini mukosanya utuh
dengan belahan mengenai tulang dan jaringan otot palatum.
Labiopalatoskisis ini dapat segera diperbaiki dengan pembedahan. Bila sumbing
mencakup pula palatum mole atau palatum durum, bayi akan mengalami kesukaran
minum, walaupun bayi dapat menghisap namun bahaya terdesak mengancam. Bayi
dengan kelainan bawaan ini akan mengalami gangguan pertumbuhan karena sering
menderita infeksi saluran pernafasan akibat aspirasi. Keadaan umum yang kurang baik
juga akan menunda tindakan untuk meperbaiki kelainan tersebut.
2. Tujuan Penulisan
2.1. Tujuan Umum
Setelah membahas lebih lanjut mengenai Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Labiopalatoskisis, Mahasiswa mampu memahami dan menyusun perencanaan
asuhan keperawatan yang terkait dengan sistem pencernaan pada anak.
2.2. Tujuan Khusus
1) Mengetahui salah satu kelainan bawaan yang terjadi pada Bayi Baru Lahir
yaitu Labioskizis dan labiopalatoskisis
2) Memahami asuhan yang diberikan pada neonatus dengan kelainan bawaan
dan penatalaksanaannya
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. DEFINISI
Labio/palatoskisis adalah merupakan kongenital anomali yang berupa adanya kelainan
bentuk pada struktur wajah. Palatoskisis adalah adanya celah pada garis tengah palato
yang disebabkan oleh kegagalan penyatuan susunan palato pada masa kehamilan 7-12
minggu.
1. Labiopalatoskisis merupakan kongenital yang berupa adanya kelainan bentuk
pada struktur wajah (Ngastiah, 2005 : 167)
2. Bibir sumbing adalah malformasi yang disebabkan oleh gagalnya propsuesus
nasal median dan maksilaris untuk menyatu selama perkembangan embriotik.
(Wong, Donna L. 2003)
3. Palatoskisis adalah fisura garis tengah pada polatum yang terjadi karena
kegagalan 2 sisi untuk menyatu karena perkembangan embriotik (Wong, Donna
L. 2003)
4. Labio/palatoskisis merupakan suatu kelainan yang dapat terjadi pada daerah
mulut, palatoskisis (subbing palatum) dan labioskisis (sumbing tulang) untuk
menyatu selama perkembangan embrio (Hidayat, Aziz, 2005:21)
5. Merupakan penyakit congenital anomaly yang berupa adanya kelainan bentuk
pada struktur wajah. (Suriadi, S.Kp. 2001)
B. KLASIFIKASI
1) Berdasarkan organ yang terlibat :
a. Celah di bibir (labioskizis)
b. Celah di gusi (gnatoskizis)
c. Celah di langit (palatoskizis)
d. Celah dapat terjadi lebih dari satu organ misalnya terjadi di bibir dan
langit-langit (labiopalatoskizis)
2) Berdasarkan lengkap/tidaknya celah terbentuk.
Tingkat kelainan bibir sumbing bervariasi, mulai dari yang ringan hingga yang
berat. Beberapa jenis bibir sumbing :
a. Unilateral Incomplete ; Apabila celah sumbing terjadi hanya di salah satu
sisi bibir dan tidak memanjang hingga ke hidung.
b. Unilateral complete ; Apabila celah sumbing terjadi hanya di salah satu
bibir dan memanjang hingga ke hidung.
c. Bilateral complete ; Apabila celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan
memanjang hingga ke hidung.
C. ETIOLOGI
1. Faktor Herediter : Dimana material genetic dalam kromosom yang
mempengaruhi. Dimana dapat terjadi karena adaya adanya mutasi gen ataupun
kelainan kromosom (agen atau faktor yang menimbulkan cacat pada masa
embrio)Kawin antar kerabat sebagai faktor yang sudah dipastikan. Gilarsi : 75%
dari faktor keturunan resesif dan 25% bersifat dominan. Pada setiap sel yang
normal mempunyai 46 kromosom yang terdiri dari 22 pasang kromosom non-sex
( kromosom 1 s/d 22 ) dan 1 pasang kromosom sex ( kromosom X dan Y ) yang
menentukan jenis kelamin. Pada penderita bibir sumbing terjadi Trisomi 13 atau
Sindroma Patau dimana ada 3 untai kromosom 13 pada setiap sel penderita,
sehingga jumlah total kromosom pada tiap selnya adalah 47. Jika terjadi hal
seperti ini selain menyebabkan bibir sumbing akan menyebabkan gangguan berat
pada perkembangan otak, jantung, dan ginjal. Namun kelainan ini sangat jarang
terjadi dengan frekuensi 1 dari 8000-10000 bayi yang lahir.
2. Faktor Eksternal / Lingkungan :
a. Faktor usia ibu
b. Obat-obatan. Asetosal, Aspirin (SCHARDEIN-1985) Rifampisin,
Fenasetin, Sulfonamid, Aminoglikosid, Indometasin, Asam Flufetamat,
Ibuprofen, Penisilamin, Antihistamin dapat menyebabkan celah langit-
langit. Antineoplastik, Kortikosteroid
c. Nutrisi (kekurangan zat seperti vitamin B6 dan B kompleks, asam folat)
d. Penyakit infeksi Sifilis, virus rubella
e. Radiasi
f. Stres emosional
g. Trauma, (trimester pertama). (Wong, Donna L. 2003).
D. ANATOMI FISIOLOGI MULUT
Mulut (oris) ; merupakan jalan masuk menuju system pencernaan dan berisis organ
aksesori yang bersifat dalam proses awal pencernaan. Secara umum terdiri dari 2
bagian yaitu :
a. Bagian luar (vestibula) yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir dan pipi
b. Bagian rongga mulut ( bagian ) dalam yaitu rongga yang dibatasi sisinya oleh
tulang maksilaris, palatum dan mandibularis di sebelah belakang bersambung
dengan faring. Selaput lender mulut ditutupi ephitelium yang berlapis-lapis,
dibawahnya terletak kelenjar-kelenjar halus yang mengeluarkan lendir, selaputini
kaya akan pembuluh daraah juga memuat banyak ujung saraf asesoris. Di sebelah
luar mulut ditutupi oleh kulit dan di sebelah dalam ditutupi oleh selaput lendir
mukosa.
Ada beberapa bagian yang perlu diketahui :
1) Palatum
- Palatum durum yang tersusun atas tajuk-tajuk palatum dari sebelah
depan tulang maksilaris.
- Palatum mole terletak dibelakang yang merupakan lipatan
menggantung yang dapat bergerak, terdiri dari jaringan fibrosa dan
selaput lendir.
2) Rongga mulut
- Bagian gigi terdapat gigi (anterior) tugasnya memotong yang
sangat kuat dan gigi osterior tugasnya menggiling.
Pada umumnya otot-otot pengunyah di persarafi oleh cabang motorik dari
saraf cranial ke 5. Dan proses mengunyah di control oleh nucleus dalam
batang otak. Perangsangan formasio retikularis dekat pusat batang otak
untuk pengecapan dapat menimbulakan pergerakan mengunyah secara
ritmis dan kontinu.
Mengunyah makanan bersifat penting untuk pencernaan semua makanan,
terutama untuk sebagian besar buah dan syur-sayuran mentah karena zat
ini mempunyai membrane selulosa yang tidak dapat dicerna diantara
bagian-bagian zat nutrisi yang harus di uraikan sebelum dapat digunakan.
Manusia memiliki susunan gigi primer dan sekunder :
- Gigi primer, dimulai dari tuang diantara dua gigi depan yang
terdiri dari 2 gigi seri, 1 taring, 3 geraham dan untu total
keseluruhan 20 gigi
- Gigi sekunder, terdiri dari 2 gig seri, 1 taring, 2 premoral dan 3
geraham utuk total keseluruhan 32 buah.
Juga gigi ada 2 macam yaitu :
- Gigi sulung, mulai tumbuh pada anak-anak umur 6-7 bulan
- Gigi tetap (gigi permanen) tumbuh pada umur 6-18 tahun
jumlahnya 32 buah
Fungsi gigi adalah dalam proses matrikasi (pengunyahan). Makanan yang
masuk kekedalam mulut di potong menjaid bagian-bagian kecil dan
bercamput dengan saliva unutk membentuk bolus makanan yang dapat
ditelan.
3) Lidah
Indera pengecap terdiri dari kurang lebih 50 sel-sel epitel bebrapa
diantaranya disebut sel sustentakular dan yang lainnya di sebut sel
pengecap. Lidah berfungsi untuk menggerakan makan saat dikunyah atau
ditelan. Lidah terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi selaput lendir.
Dibagian pangkal lidah terdapat epiglottis berfungsi untuk menutup jalan
nafas pada waktu menelan supaya makanan tidak masuk kejalan nafas.
Kerja otot dapat di gerakkan 3 bagian :
1. Radiks lingua = pangkal lidah
2. Dorsum lingua = punggung lidah
3. Apek lingua = ujung lidah
Pada lidah terdapat indera peraba dan perasa :
- Asin dibagian lateral lidah
- Manis dibagian ujung dan anterior lidah
- Asam, dibagian lateral lidah
- Pahit dibagian belakang lidah
4) Kelenjar ludah
Yaitu kelenjar yang memiliki duktus yaitu duktus duktus wartoni dan
duktus stensoni. Kelenjar ii mensekresikan saliva jedalan rongga oral di
hasilkan di dalam rongga mulut dipersarafi oleh saraf tak sadar.
a. Kelenjar parotis, letaknya dibawah depan dari telinga diantara
proses mastoid kiri dan kanan mandibularis pada duktus stensoni.
b. Kelenjar submaksilaris terletak dibawah fongga mulut bagian
belakang, dukts wartoni
c. Kelenjar subliingualis, dibawah selaput lendir, bermuara di dasar
rongga mulut.
Fungsi saliva :
- Memudahkan makan utnuk dikunyah oleh gigi dan dibentuk
menjado bolus
- Mempertahankan bagian mulut dan lidah agar tetap lembab,
sehingga memudahkan lidah bergerak utnuk bericara
- Mengandung ptyalin dan amylase, suatu enzyme yang dapat
mengubah zat tepung menjadi maltose polisakarida
- Seperti zat buangan seperti asam urat dan urea serta obat, virus,
dan logam, disekresi kedalam saliva
- Sebagai zat anti bakteri dan anti body yang berfungsi untuk
memberikan rongga oral dan membantu memelihara kesehatan oral
serta mencegah kerusakan gigi.
E. PATOFISIOLOGI
Cacat bibir sumbing terjadi pada trimester pertama kehamilan karena tidak
terbentuknya suatu jaringan di daerah tersebut. Semua yang mengganggu pembelahan sel
pada masa kehamilan bisa menyebabkan kelainan tersebut, misal kekurangan zat besi,
obat2 tertentu, radiasi. Tak heran kelainan bibir sumbing sering ditemukan di desa
terpencil dengan kondisi ibu hamil tanpa perawatan kehamilan yang baik serta gizi yang
buruk.
Bayi-bayi yang bibirnya sumbing akan mengalami gangguan fungsi berupa
kesulitan menghisap ASI, terutama jika kelainannya mencapai langit-langit mulut. Jika
demikian, ASI dari ibu harus dipompa dulu untuk kemudian diberikan dengan sendok
atau dengan botol berlubang besar pada bayi yang posisinya tubuhnya ditegakkan. Posisi
bayi yang tegak sangat membantu masuknya air susu hingga ke kerongkongan. Jika tidak
tegak, sangat mungkin air susu akan masuk ke saluran napas mengingat refleks
pembukaan katup epiglotis( katup penghubung mulut dengan kerongkongan) mesti
dirangsang dengan gerakkan lidah, langit-langit, serta kelenjar liur.
Bibir sumbing juga menyebabkan mudah terjadinya infeksi di rongga hidung,
tenggorokan dan tuba eustachius (saluran penghubung telinga dan tenggorokan) sebagai
akibat mudahnya terjadi iritasi akibat air susu atau air yang masuk ke rongga hidung dari
celah sumbingnya.
1. Kegagalan penyatuan atau perkembangan jaringan lunak dan atau tulang selama
fase embrio pada trimester I.
2. Terbelahnya bibir dan atau hidung karena kegagalan proses nosal medial dan
maksilaris untuk menyatu terjadi selama kehamilan 6-8 minggu.
3. Palatoskisis adalah adanya celah pada garis tengah palato yang disebabkan oleh
kegagalan penyatuan susunan palato pada masa kehamilan 7-12 minggu.
4. Penggabungan komplit garis tengah atas bibir antara 7-8 minggu masa
kehamilan.
F. MANIFESTASI KLINIS
Pada labioskisis :
1. Distorsi pada hidung
2. Tampak sebagian atau keduanya
3. Adanya celah pada bibir
Pada palatoskisis:
1. Tampak ada celah pada tekak (uvula), palato lunak, dan keras dan atau foramen
incisive
2. Adanya rongga pada hidung
3. Distorsi hidung
4. Teraba celah atau terbukanya langit-langit saat diperiksa dengan jari
5. Kesukaran dalam menghisap atau makan
G. KOMPLIKASI
1. Kesulitan makan ; Merupakan masalah pertama yang terjadi pada bayi penderita
labioschisis. Adanya labioskisis memberikan kesulitan pada bayi untuk
melakukan hisapan pada payudara ibu atau dot. Tekanan lembut pada pipi bayi
dengan labiosksisis mungkin dapat meningkatkan kemampuan hisapan oral.
Keadaan tambahan yang ditemukan adalah reflex hisap dan reflek menelan pada
bayi dengan labioschisis tidak sebaik bayi normal, dan bayi dapat menghisap
lebih banyak udara pada saat menyusu. Bayi yang hanya menderita labioschisis
atau dengan celah kecil pada palatum biasanya dapat menyusui, namun pada bayi
dengan labioplatoskisis biasanya membutuhkan penggunaan dot khusus untuk
mengatasi masalah pemberian makan/ asupan makanan.
2. Gangguan dental ; Anak yang lahir dengan labioschisis mungkin mempunyai
masalah tertentu yang berhubungan dengan kehilangan, malformasi, dan
malposisi dari gigi geligi pada area dari celah bibir yang terbentuk. Gigi tidak
akan tumbuh secara normal, dan umumnya diperlukan perawatan khusus untuk
mengatasi hal ini.
3. Gangguan bicara ; Pada bayi dengan labio-palatoschisis biasanya juga memiliki
abnormalitas pada perkembangan otot-otot yang mengurus palatum mole. Saat
palatum mole tidak dapat menutup ruang/ rongga nasal pada saat bicara, maka
didapatkan suara dengan kualitas nada yang lebih tinggi (hypernasal quality of 6
speech). Meskipun telah dilakukan reparasi palatum, kemampuan otot-otot
tersebut diatas untuk menutup ruang atau rongga nasal pada saat bicara mungkin
tidak dapat kembali sepenuhnya normal. Penderita celah palatum memiliki
kesulitan bicara, sebagian karena palatum lunak cenderung pendek dan kurang
dapat bergerak sehingga selama berbicara udara keluar dari hidung. Anak
mungkin mempunyai kesulitan untuk menproduksi suara atau kata "p, b, d, t, h, k,
g, s, sh, dan ch".
4. Infeksi telinga ; Anak dengan labio-palatoskisis lebih mudah untuk menderita
infeksi telinga karena terdapatnya abnormalitas perkembangan dari otot-otot yang
mengontrol pembukaan dan penutupan tuba eustachius..
5. Aspirasi
6. Distress pernafasan
7. Pertumbuhan dan perkembangan terhambat
8. Gangguan psikologis ; Bibir sumbing menyebabkan timbulnya rasa kurang
percaya diri pada penderita dan keluarga yang bisa menyebabkan stress dan
terbatasnya hubungan sosial dengan orang lain.
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Untuk mendiagnosa terjadi celah sumbing pada bayi setelah lahir mudah karena pada
celah sumbing mempunyai ciri fisik yang spesifik. Sebetulnya ada pemeriksaan yang
dapat digunakan untuk mengetahui keadaan janin apakah terjadi kelainan atau tidak.
Walaupun pemeriksaan ini tidak sepenuhya spesifik. Ibu hamil dapat memeriksakan
kandungannya dengan menggunakaan USG.
1. Foto rontgen
2. Pemeriksaan fisik
3. MRI untuk evaluasi abnormal
I. PEMERIKSAAN TERAPEUTIK
Penatalaksanaan tergantung pada beratnya kecacatan
1. Prioritas pertama adalah pada teknik pemberian nutrisi yang adekuat
2. Mencegah komplikasi
3. Fasilitas pertumbuhan dan perkembangan
4. Pembedahan: pada labio sebelum kecacatan palato; perbaikan dengan
pembedahan usia 2-3 hari atau sampai usia beberapa minggu prosthesis intraoral
atau ekstraoral untuk mencegah kolaps maxilaris, merangsang pertumbuhan
tulang, dan membantu dalam perkembangan bicara dan makan, dapat dilakukan
sebelum penbedahan perbaikan.
5. Pembedahan pada palato dilakukan pada waktu 6 bulan dan 2 tahun, tergantung
pada derajat kecacatan. Awal fasilitas penutupan adalah untuk perkembangan
bicara.
J. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaaan bibir sumbing adalah tindakan bedah efektif yang melibatkan
beberapa disiplin ilmu untuk penanganan selanjutnya.
Penatalaksanaan labiopalatoskisis adalah dengan tindakan pembedahan. Tindakan
operasi pertama kali dikerjakan untuk menutup celah bibir palatum berdasarkan
kriteria “ rule of ten “, yaitu:
Umur lebih dari 10 minggu ( 3 bulan )
Berat lebih dari 10 pond ( 5 kg )
Hb lebih 10 g / dl
Leukosit lebih dari 10.000 / ul
Adanya kemajuan teknik bedah, orbodantis, dokter anak, dokter THT, serta hasil
akhir tindakan koreksi kosmetik dan fungsional menjadi lebih baik. Tergantung dari
berat ringan yang ada, maka tindakan bedah maupun ortidentik dilakukan secara
bertahap.
Biasanya penutupan celah bibir melalui pembedahan dilakukan bila bayi tersebut
telah berumur 1-2 bulan. Setelah memperlihatkan penambahan berat badan yang
memuaskan dan bebas dari infeksi induk, saluran nafas atau sistemis.
Perbedaan asal ini dapat diperbaiki kembali pada usia 4-5 tahun. Pada kebanyakan
kasus, pembedahan pada hidung hendaknya ditunda hingga mencapi usia pubertas.
Karena celah-celah pada langit-langit mempunyai ukuran, bentuk dan derajat cerat
yang cukup besar, maka pada saat pembedahan, perbaikan harus disesuaikan bagi
masing-masing penderita. Waktu optimal untuk melakukan pembedahan langit-
langit bervariasi dari 6 bulan – 5 tahun. Jika perbaikan pembedahan tertunda hingga
berumur 3 tahun, maka sebuah balon bicara dapat dilekatkan pada bagian belakang
geligi maksila sehingga kontraksi otot-otot faring dan velfaring dapat menyebabkan
jaringan-jaringan bersentuhan dengan balon tadi untuk menghasilkan penutup
nasoporing.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Perawatan Pra-Operasi:
1) Fasilitas penyesuaian yang positif dari orangtua terhadap bayi.
 Bantu orangtua dalam mengatasi reaksi berduka
 Dorong orangtua untuk mengekspresikan perasaannya.
 Diskusikan tentang pembedahan
 Berikan informasi yang membangkitkan harapan dan perasaan
yang positif terhadap bayi.
 Tunjukkan sikap penerimaan terhadap bayi.
2) Berikan dan kuatkan informasi pada orangtua tentang prognosis dan
pengobatan bayi.
 Tahap-tahap intervensi bedah
 Teknik pemberian makan
 Penyebab devitasi
3) Tingkatkan dan pertahankan asupan dan nutrisi yang adekuat.
 Fasilitasi menyusui dengan ASI atau susu formula dengan botol
atau dot yang cocok. Monitor atau mengobservasi kemampuan
menelan dan menghisap.
 Tempatkan bayi pada posisi yang tegak dan arahkan aliran susu ke
dinding mulut.
 Arahkan cairan ke sebalah dalam gusi di dekat lidah.
 Sendawakan bayi dengan sering selama pemberian makan
 Kaji respon bayi terhadap pemberian susu.
 Akhiri pemberian susu dengan air.
4) Tingkatkan dan pertahankan kepatenan jalan nafas
 Pantau status pernafasan
 Posisikan bayi miring kekanan dengan sedikit ditinggikan
 Letakkan selalu alat penghisap di dekat bayi
b. Perawatan Pasca-Operasi
1) Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adequate
 Berikan makan cair selama 3 minggu mempergunakan alat penetes
atau sendok.
 Lanjutkan dengan makanan formula sesuai toleransi.
 Lanjutkan dengan diet lunak
 Sendawakan bayi selama pemberian makanan.
2) Tingkatkan penyembuhan dan pertahankan integritas daerah insisi anak.
 Bersihkan garis sutura dengan hati-hati
 Oleskan salep antibiotik pada garis sutura (Keiloskisis)
 Bilas mulut dengan air sebelum dan sesudah pemberian makan.
 Hindari memasukkan obyek ke dalam mulut anak sesudah
pemberian makan untuk mencegah terjadinya aspirasi.Pantau
tanda-tanda infeksi pada tempat operasi dan secara sistemik.
 Pantau tingkat nyeri pada bayi dan perlunya obat pereda nyeri.
 Perhatikan pendarahan, cdema, drainage.
 Monitor keutuhan jaringan kulit
 Perhatikan posisi jahitan, hindari jangan kontak dengan alat-alat
tidak steril, missal alat tensi
BAB III
ASKEP TEORITIS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien : Meliputi nama,alamat,umur
2. Keluhan utama : Alasan klien masuk ke rumah sakit
3. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Dahulu ; Mengkaji riwayat kehamilan ibu, apakah ibu
pernah mengalami trauma pada kehamilan Trimester I. bagaimana pemenuhan
nutrisi ibu saat hamil, obat-obat yang pernah dikonsumsi oleh ibu dan apakah
ibu pernah stress saat hamil.
b) Riwayat Kesehatan Sekarang ; Mengkaji berat / panjang bayi saat lahir, pola
pertumbuhan, pertambahan / penurunan berat badan, riwayat otitis media dan
infeksi saluran pernafasan atas.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga ; Riwayat kehamilan, riwayat keturunan,
labiopalatoskisis dari keluarga, penyakit sifilis dari orang tua laki-laki.
4. Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi kecacatan pada saat lahir untuk mengidentifikasi karakteristik
sumbing.
b) Kaji asupan cairan dan nutrisi bayi
c) Kaji kemampuan hisap, menelan, bernafas.
d) Kaji tanda-tanda infeksi
e) Palpasi dengan menggunakan jari
f) Kaji tingkat nyeri pada bayi
 Pengkajian Keluarga
a. Observasi infeksi bayi dan keluarga
b. Kaji harga diri / mekanisme koping dari anak/orangtua
c. Kaji reaksi orangtua terhadap operasi yang akan dilakukan
d. Kaji kesiapan orangtua terhadap pemulangan dan kesanggupan mengatur perawatan
di rumah.
e. Kaji tingkat pengetahuan keluarga
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pra Pembedahan :
1. Resiko aspirasi berhubungan dengan gangguan menelan. (NANDA, 2005-2006)
2. Resiko Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
refleks menghisap pada anak tidak adekuat. (NANDA, 2005-2006)
3. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kelainan anatomis
(labiopalatoskisis). (NANDA, 2005-2006)
4. Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan. (NANDA, 2005-2006)
Pasca Pembedahan
1. Resiko infeksi berhubungan dengan insisi pembedahan. (NANDA, 2005-2006)
2. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit.
(NANDA, 2005-2006).
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan insisi pembedahan.
C. INTERVENSI
Rencana Keperawatan
N
o
Dx
Keperawatan
Tujuan/Kriteria Intervensi Rasional
1. Resiko aspirasi
berhubungan
dengan
gangguan
menelan.
Tidak akan mengalami
aspirasi:
 Menunjukkan
peningkatan
kemampuan menelan.
 Bertoleransi thd
 Pantau tanda-
tanda aspirasi
selama proses
pemberian makan
dan pemberian
pengobatan.
 Perubahan yg
terjadi pada proses
pemberian
makanan dan
pengobatan bisa
saja menyebabkan
asupan oral dan sekresi
tanpa aspirasi.
 Bertoleransi thd
pemberian perenteral
tanpa aspirasi.
 Tempatkan pasien
pada posisi semi-
fowler atau
fowler.
 Sediakan kateter
penghisap
disamping tempat
tidur dan lakukan
penghisapan
selama makan,
sesuai dengan
kebutuhan.
aspirasi.
 Agar
mempermudah
mengeluarkan
sekresi.
 Mencegah sekresi
menyumbat jalan
napas, khususnya
bila kemampuan
menelan
terganggu.
2. Ketidakseimba
ngan nutrisi
kurang dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan refleks
menghisap
pada anak
tidak adekuat
Menunjukkan status gizi :
 Mempertahankan BB
dalam batas normal.
 Toleransi thd diet yang
dianjurkan.
 Menyatakan
keinginannya untuk
mengikuti diet.
 Pantau kandungan
nutrisi dan kalori
pada catatan
asupan.
 Ketahui makanan
kesukaan pasien.
 Ciptakan
lingkungan yang
menyenangkan
untuk makan.
 Memberikan
informasi
sehubungan dgn
keb nutrisi &
keefektifan terapi.
 Meningkatkan
selera makan
klien.
 Meningkatkan
sosialisasi &
memaksimalkan
kenyamanan klien
bila kesakitan
makan
menyebabkan
malu.
3. Kerusakan
komunikasi
verbal
berhubungan
dengan
kelainan
anatomis
(labiopalatoski
zis).
 Menunjukkan
kemampuan
komunikasi :
 Menggunakan bahasa
tertulis, berbicara atau
nonverbal.
 Mengguanakan bahasa
isyarat.
 Pertukaran pesan
dengan orang lain.
 Anjurkan pasien
untuk
berkomunikasi
secara perlahan
dan mengulangi
permintaan.
 Sering berikan
pujian positif
pada pasien yang
berusaha untuk
berkomunikasi.
 Menggunakan
kata dan kalimat
yang singkat.
 Melatih agar bisa
berkomunikasi
lebih lancar.
 Pujian dapat
membuat keadaan
klien akan lebih
membaik karena
mendapat
dorongan.
 Membantu klien
memahami
pembicaraan.
4. Gangguan
rasa nyaman
nyeri
berhubungan
dengan insisi
pembedahan.
Meningkatkan rasa
nyaman :
 Menunjukkan teknik
relaksasi secara
individual yang efektif
untuk mencapai
kenyamanan.
 Mempertahankan
tingkat nyeri pada atau
kurang (skala 0-10)
 Melaporkan nyeri
pada penyedia
perawatan kesehatan.
 Kaji pola istirahat
bayi/anak dan
kegelisahan.
 Bila klien anak,
berikan aktivitas
bermain yang
sesuai dengan
usia dan
kondisinya.
 Berikan analgetik
sesuai program.
 Mencegah
kelelahan dan
dapat
meningkatkan
koping terhadap
stres atau
ketidaknyamanan.
 Meningkatkan
relaksasi dan
membantu pasien
memfokuskan
perhatian pada
sesuatu disamping
diri sendiri /
ketidaknyamanan
dapat
menurunkan
kebutuhan dosis /
frekuensi
analgesik.
 Derajat nyeri
sehubungan
dengan luas dan
dampak psikologi
pembedahan
sesuai dengan
kondisi tubuh.
5. Resiko infeksi
berhubungan
dengan insisi
pembedahan.
Mencegah infeksi
:Terbebas dari tanda
atau gejala infeksi.
 Menunjukkan higiene
pribadi yang adekuat.
 Menggambarkan
faktor yang
menunjang penularan
infeksi.
 Berikan posisi
yang tepat setelah
makan, miring
kekanan, kepala
agak sedikit tinggi
supaya makanan
tertelan dan
mencegah aspirasi
yang dapat
berakibat
pneumonia.
 Kaji tanda-tanda
infeksi, termasuk
drainage, bau dan
demam.
 Meningkatkan
mobilisasi sekret,
menurunkan
resiko
pneumonia.
 Deteksi dini
terjadinya infeksi
memberikan
pencegahan
komplikasi lebih
serius.
 Mencegah
kontaminasi dan
kerusakan sisi
operasi.
6. Ansietas
berhubungan
dengan
kurangnya
Rasa cemas teratasi :
 Mencari informasi
untuk menurunkan
kecemasan.
 Kaji tingkat
kecemasan klien.
 Berikan terapi
bermain kepada si
 Untuk
mengetahui
seberapa besar
kecemasan yang
pengetahuan
keluarga
tentang
penyakit.
 Menghindari sumber
kecemasan bila
mungkin.
 Menggunakan teknik
relaksasi untuk
menurunkan
kecemasan.
anak untuk
mengalihkan ras
cemasnya.
 Berikan
penyuluhan pada
klien dan keluarga
tentang penyakit
dan proses
penyembuhannya.
dirasakan klien
sekarang.
 Untuk
mengurangi
kecemasan yang
dirasakan klien,
berikan suasana
yang tenang dan
nyaman.
 Untuk
mengetahui
bagaimana untuk
memudahkan
memberikan
support atau
penyuluhan.
Sumber : Doenges, Marilynn E, (1999).
BAB IV
KASUS DAN PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Labioskizis dan labiopalatoskizis merupakan kelainan congenital atau bawaan yang
terjadi akibat kegagalan fusi atau penyatuan frominem maksilaris dengan frominem medial
yang diikuti disrupsi kedua bibir rahang dan palatum anterior. Masa krisis fusi tersebut
terjadi sekitar minggu keenam pasca konsepsi. Sementara itu, palatoskizis terjadi akibat
kegagalan fusi dengan septum nasi. Gangguan palatum durum dan palatum molle terjadi
pada kehamilan minggu ke-7 sampai minggu ke-12.
Penanganan yang dilakukan adalah dengan tindakan bedah efektif yang melibatkan
beberapa disiplin ilmu untuk penanganan selanjutnya. Penutupan labioskizis biasanya
dilakukan pada usia 3 bulan, sedangkan palatoskizis biasanya ditutup pada usia 9-12 bulan
menjelang anak belajar bicara.
B. Saran
Untuk Labioskisis dan Labiopalatoskisis sangat penting diperlukan pendekatan kepada
orangtua agar mereka mengetahui masalah tindakan yang diperlukan untuk perawatan
anaknya.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba Medika.
Nelson. 1993. Ilmu Kesehatan Anak Bagian 2. Jakarta; Fajar Interpratama.
Wong, Dona L.2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pedriatik. Jakarta : EGC.
Ngastiah. 2005. Perawatan Anak Sakit . Jakarta : EGC.

More Related Content

What's hot

Metode promosi kesehatan
Metode promosi kesehatanMetode promosi kesehatan
Metode promosi kesehatan
Sukistinah
 
Materi buku panduan komunikasi terapeutik
Materi buku panduan komunikasi terapeutikMateri buku panduan komunikasi terapeutik
Materi buku panduan komunikasi terapeutik
UNIVERSITAS SARIPUTRA INDONESIA TOMOHON
 
Konsep dasar-kep.-maternitas
Konsep dasar-kep.-maternitasKonsep dasar-kep.-maternitas
Konsep dasar-kep.-maternitas
DoraSinurat
 
Lp anc benar
Lp anc benarLp anc benar
Lp anc benar
Nurse Jering
 
Makalah asuhan hiv aids
Makalah asuhan hiv aidsMakalah asuhan hiv aids
Makalah asuhan hiv aids
Warnet Raha
 
Lp hipertensi pada kehamilan
Lp hipertensi pada kehamilanLp hipertensi pada kehamilan
Lp hipertensi pada kehamilan
Novita Novita
 
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasienDialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
zulindarisma
 
Nilai normal tanda tanda vital
Nilai normal tanda tanda vitalNilai normal tanda tanda vital
Nilai normal tanda tanda vital
Tri Kusniati
 
Makalah patient safety
Makalah patient safetyMakalah patient safety
Makalah patient safety
Vicky Thio
 
Konsep dasar patient safety
Konsep dasar patient safetyKonsep dasar patient safety
Konsep dasar patient safety
IrwanBudiana2
 
Laporan pendahuluan nyeri
Laporan pendahuluan nyeri Laporan pendahuluan nyeri
Laporan pendahuluan nyeri
MeidaElliaPuspita
 
Primary health-care
Primary health-carePrimary health-care
Primary health-care
MUHAMMAD NATSIR
 
Anatomi fisiologi sistem hematologi
Anatomi fisiologi sistem hematologiAnatomi fisiologi sistem hematologi
Anatomi fisiologi sistem hematologiYabniel Lit Jingga
 
KONSEP SEHAT SAKIT
KONSEP SEHAT SAKITKONSEP SEHAT SAKIT
KONSEP SEHAT SAKITKANDA IZUL
 
Pemeriksaan leopold
Pemeriksaan leopoldPemeriksaan leopold
Pemeriksaan leopold
Mariza Mustika
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS) ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS)
pjj_kemenkes
 
Jawaban mtbs puskesmas prambon wetan
Jawaban mtbs puskesmas prambon wetanJawaban mtbs puskesmas prambon wetan
Jawaban mtbs puskesmas prambon wetan
Abdul Rochman
 
Lp tb paru
Lp tb paruLp tb paru
Lp tb paru
Yabniel Lit Jingga
 
contoh soal kasus uji kompetensi
contoh soal kasus uji kompetensicontoh soal kasus uji kompetensi
contoh soal kasus uji kompetensi
Nirma Syari Vutry
 

What's hot (20)

Metode promosi kesehatan
Metode promosi kesehatanMetode promosi kesehatan
Metode promosi kesehatan
 
Materi buku panduan komunikasi terapeutik
Materi buku panduan komunikasi terapeutikMateri buku panduan komunikasi terapeutik
Materi buku panduan komunikasi terapeutik
 
Konsep dasar-kep.-maternitas
Konsep dasar-kep.-maternitasKonsep dasar-kep.-maternitas
Konsep dasar-kep.-maternitas
 
Lp anc benar
Lp anc benarLp anc benar
Lp anc benar
 
Makalah asuhan hiv aids
Makalah asuhan hiv aidsMakalah asuhan hiv aids
Makalah asuhan hiv aids
 
Lp hipertensi pada kehamilan
Lp hipertensi pada kehamilanLp hipertensi pada kehamilan
Lp hipertensi pada kehamilan
 
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasienDialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
 
Nilai normal tanda tanda vital
Nilai normal tanda tanda vitalNilai normal tanda tanda vital
Nilai normal tanda tanda vital
 
Makalah patient safety
Makalah patient safetyMakalah patient safety
Makalah patient safety
 
Konsep dasar patient safety
Konsep dasar patient safetyKonsep dasar patient safety
Konsep dasar patient safety
 
Laporan pendahuluan nyeri
Laporan pendahuluan nyeri Laporan pendahuluan nyeri
Laporan pendahuluan nyeri
 
Ii. askep hipertensi
Ii. askep hipertensiIi. askep hipertensi
Ii. askep hipertensi
 
Primary health-care
Primary health-carePrimary health-care
Primary health-care
 
Anatomi fisiologi sistem hematologi
Anatomi fisiologi sistem hematologiAnatomi fisiologi sistem hematologi
Anatomi fisiologi sistem hematologi
 
KONSEP SEHAT SAKIT
KONSEP SEHAT SAKITKONSEP SEHAT SAKIT
KONSEP SEHAT SAKIT
 
Pemeriksaan leopold
Pemeriksaan leopoldPemeriksaan leopold
Pemeriksaan leopold
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS) ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS)
 
Jawaban mtbs puskesmas prambon wetan
Jawaban mtbs puskesmas prambon wetanJawaban mtbs puskesmas prambon wetan
Jawaban mtbs puskesmas prambon wetan
 
Lp tb paru
Lp tb paruLp tb paru
Lp tb paru
 
contoh soal kasus uji kompetensi
contoh soal kasus uji kompetensicontoh soal kasus uji kompetensi
contoh soal kasus uji kompetensi
 

Viewers also liked

BIBIR SUMBING by Rakhel Sagrim
BIBIR SUMBING by Rakhel SagrimBIBIR SUMBING by Rakhel Sagrim
BIBIR SUMBING by Rakhel Sagrim
dr. Rachel Sagrim
 
Labiopalatoskisis(agnes,amaliyah, anisa, antin) nra
Labiopalatoskisis(agnes,amaliyah, anisa, antin) nraLabiopalatoskisis(agnes,amaliyah, anisa, antin) nra
Labiopalatoskisis(agnes,amaliyah, anisa, antin) nra
Agnes Putri
 
labioskiziz, labiospatokiziz dan atresia esopagus
labioskiziz, labiospatokiziz dan atresia esopaguslabioskiziz, labiospatokiziz dan atresia esopagus
labioskiziz, labiospatokiziz dan atresia esopagus
sri wahyuni
 
LABIOKISIS
LABIOKISISLABIOKISIS
LABIOKISIS
Yolly Finolla
 
Makalah labio palato
Makalah labio palatoMakalah labio palato
Makalah labio palato
Warnet Raha
 
Asuhan keperawatan pada klien dengan hidrosefalus
Asuhan keperawatan pada klien dengan hidrosefalusAsuhan keperawatan pada klien dengan hidrosefalus
Asuhan keperawatan pada klien dengan hidrosefalusUsaha Apa Aja Asal Halal
 
Modul 7 kb 1 asuhan neonatus dan bayi, dengan labioskizis, labio palatoskiz...
Modul 7 kb 1   asuhan neonatus dan bayi, dengan labioskizis, labio palatoskiz...Modul 7 kb 1   asuhan neonatus dan bayi, dengan labioskizis, labio palatoskiz...
Modul 7 kb 1 asuhan neonatus dan bayi, dengan labioskizis, labio palatoskiz...
pjj_kemenkes
 
Hipospadia/poltekkes surakarta/non reg b/ smt 3
Hipospadia/poltekkes surakarta/non reg b/ smt 3Hipospadia/poltekkes surakarta/non reg b/ smt 3
Hipospadia/poltekkes surakarta/non reg b/ smt 3Nindi Yulianti
 
Fimosis
FimosisFimosis
Fimosis
Meri Fitri
 
Hydrocele hidrokel anak optek aai
Hydrocele hidrokel  anak optek aaiHydrocele hidrokel  anak optek aai
Hydrocele hidrokel anak optek aai
Azis Aimaduddin
 
labiopalatokisis/NRB /bu henik poltekkes surakarta
labiopalatokisis/NRB /bu henik poltekkes surakartalabiopalatokisis/NRB /bu henik poltekkes surakarta
labiopalatokisis/NRB /bu henik poltekkes surakartaRejeki Lestari
 
Lingkup asuhan neonatus bayi dan balita
Lingkup asuhan neonatus bayi dan balitaLingkup asuhan neonatus bayi dan balita
Lingkup asuhan neonatus bayi dan balita
Hendrea BlacKe
 

Viewers also liked (20)

Labiopalatoskisis
LabiopalatoskisisLabiopalatoskisis
Labiopalatoskisis
 
BIBIR SUMBING by Rakhel Sagrim
BIBIR SUMBING by Rakhel SagrimBIBIR SUMBING by Rakhel Sagrim
BIBIR SUMBING by Rakhel Sagrim
 
Labiopalatoskisis(agnes,amaliyah, anisa, antin) nra
Labiopalatoskisis(agnes,amaliyah, anisa, antin) nraLabiopalatoskisis(agnes,amaliyah, anisa, antin) nra
Labiopalatoskisis(agnes,amaliyah, anisa, antin) nra
 
labioskiziz, labiospatokiziz dan atresia esopagus
labioskiziz, labiospatokiziz dan atresia esopaguslabioskiziz, labiospatokiziz dan atresia esopagus
labioskiziz, labiospatokiziz dan atresia esopagus
 
LABIOKISIS
LABIOKISISLABIOKISIS
LABIOKISIS
 
Makalah labio palato
Makalah labio palatoMakalah labio palato
Makalah labio palato
 
Makalah labio palato
Makalah labio palatoMakalah labio palato
Makalah labio palato
 
Asuhan keperawatan pada anak dengan thalasemia
Asuhan keperawatan pada anak dengan thalasemiaAsuhan keperawatan pada anak dengan thalasemia
Asuhan keperawatan pada anak dengan thalasemia
 
Atresia ani
Atresia aniAtresia ani
Atresia ani
 
Asuhan keperawatan pada klien dengan hidrosefalus
Asuhan keperawatan pada klien dengan hidrosefalusAsuhan keperawatan pada klien dengan hidrosefalus
Asuhan keperawatan pada klien dengan hidrosefalus
 
askep intususepsi
askep intususepsiaskep intususepsi
askep intususepsi
 
Modul 7 kb 1 asuhan neonatus dan bayi, dengan labioskizis, labio palatoskiz...
Modul 7 kb 1   asuhan neonatus dan bayi, dengan labioskizis, labio palatoskiz...Modul 7 kb 1   asuhan neonatus dan bayi, dengan labioskizis, labio palatoskiz...
Modul 7 kb 1 asuhan neonatus dan bayi, dengan labioskizis, labio palatoskiz...
 
Hipospadia/poltekkes surakarta/non reg b/ smt 3
Hipospadia/poltekkes surakarta/non reg b/ smt 3Hipospadia/poltekkes surakarta/non reg b/ smt 3
Hipospadia/poltekkes surakarta/non reg b/ smt 3
 
Atresia ani
Atresia aniAtresia ani
Atresia ani
 
Fimosis
FimosisFimosis
Fimosis
 
Hydrocele hidrokel anak optek aai
Hydrocele hidrokel  anak optek aaiHydrocele hidrokel  anak optek aai
Hydrocele hidrokel anak optek aai
 
Penyakit urologi
Penyakit urologiPenyakit urologi
Penyakit urologi
 
labiopalatokisis/NRB /bu henik poltekkes surakarta
labiopalatokisis/NRB /bu henik poltekkes surakartalabiopalatokisis/NRB /bu henik poltekkes surakarta
labiopalatokisis/NRB /bu henik poltekkes surakarta
 
Lingkup asuhan neonatus bayi dan balita
Lingkup asuhan neonatus bayi dan balitaLingkup asuhan neonatus bayi dan balita
Lingkup asuhan neonatus bayi dan balita
 
Invaginasi
InvaginasiInvaginasi
Invaginasi
 

Similar to Askep Labiopalatoskisis

Egalk
EgalkEgalk
Egalk
Yan Eshad
 
labiokiziz (Indah Diani, Indah Dwijayanti, Intan Permata : Non Reguler B)
labiokiziz (Indah Diani, Indah Dwijayanti, Intan Permata : Non Reguler B)labiokiziz (Indah Diani, Indah Dwijayanti, Intan Permata : Non Reguler B)
labiokiziz (Indah Diani, Indah Dwijayanti, Intan Permata : Non Reguler B)idije
 
Jurding denrad deklay
Jurding denrad deklayJurding denrad deklay
Jurding denrad deklay
MariatunZahroNasutio
 
Asuhan neonatus
Asuhan neonatusAsuhan neonatus
Asuhan neonatus
Hilda Aswar
 
Penatalaksanaan cleft lip palate sumbing aai
Penatalaksanaan cleft lip palate sumbing aaiPenatalaksanaan cleft lip palate sumbing aai
Penatalaksanaan cleft lip palate sumbing aai
Azis Aimaduddin
 
dokumen.tips_bibir-sumbing-tessa-ppt.pdf
dokumen.tips_bibir-sumbing-tessa-ppt.pdfdokumen.tips_bibir-sumbing-tessa-ppt.pdf
dokumen.tips_bibir-sumbing-tessa-ppt.pdf
pdsbedahjuli23
 
Feeding plate review
Feeding plate reviewFeeding plate review
Feeding plate review
Fauzan Arif
 
Labioplasty jumat ilmiah
Labioplasty jumat ilmiahLabioplasty jumat ilmiah
Labioplasty jumat ilmiah
Patrico Rillah
 
Presentasi_kasus_Labioskisis_Irving_Burh.pptx
Presentasi_kasus_Labioskisis_Irving_Burh.pptxPresentasi_kasus_Labioskisis_Irving_Burh.pptx
Presentasi_kasus_Labioskisis_Irving_Burh.pptx
ZidanImanaPutraFauzi
 
Pbl konservasi 2
Pbl konservasi 2Pbl konservasi 2
Pbl konservasi 2Adam Bima
 
Labioskisis
LabioskisisLabioskisis
Labioskisis
Hanifa Rahmadilla
 
Poster Fortegi 2017.pdf
Poster Fortegi 2017.pdfPoster Fortegi 2017.pdf
Poster Fortegi 2017.pdf
Bagas851026
 
Abstrak dan learning tasks struktur histologi rongga mulut dan faring pspdg f...
Abstrak dan learning tasks struktur histologi rongga mulut dan faring pspdg f...Abstrak dan learning tasks struktur histologi rongga mulut dan faring pspdg f...
Abstrak dan learning tasks struktur histologi rongga mulut dan faring pspdg f...
Histologifkunud
 
Karies
KariesKaries
Karies
Fini Amalia
 
GADAR NEONATAL KELAINAN KONGENITAL
GADAR NEONATAL KELAINAN KONGENITAL GADAR NEONATAL KELAINAN KONGENITAL
GADAR NEONATAL KELAINAN KONGENITAL
Kadiri University
 
Makalah wiwin n kawan kawan
Makalah wiwin n kawan kawanMakalah wiwin n kawan kawan
Makalah wiwin n kawan kawan
Septian Muna Barakati
 
karies gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitas
karies gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitaskaries gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitas
karies gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitas
firman putra sujai
 
Proposa kti samsia
Proposa kti samsiaProposa kti samsia
Proposa kti samsia
Operator Warnet Vast Raha
 
Proposa kti samsia
Proposa kti samsiaProposa kti samsia
Proposa kti samsia
Septian Muna Barakati
 

Similar to Askep Labiopalatoskisis (20)

Egalk
EgalkEgalk
Egalk
 
labiokiziz (Indah Diani, Indah Dwijayanti, Intan Permata : Non Reguler B)
labiokiziz (Indah Diani, Indah Dwijayanti, Intan Permata : Non Reguler B)labiokiziz (Indah Diani, Indah Dwijayanti, Intan Permata : Non Reguler B)
labiokiziz (Indah Diani, Indah Dwijayanti, Intan Permata : Non Reguler B)
 
Makalah labio palato
Makalah labio palatoMakalah labio palato
Makalah labio palato
 
Jurding denrad deklay
Jurding denrad deklayJurding denrad deklay
Jurding denrad deklay
 
Asuhan neonatus
Asuhan neonatusAsuhan neonatus
Asuhan neonatus
 
Penatalaksanaan cleft lip palate sumbing aai
Penatalaksanaan cleft lip palate sumbing aaiPenatalaksanaan cleft lip palate sumbing aai
Penatalaksanaan cleft lip palate sumbing aai
 
dokumen.tips_bibir-sumbing-tessa-ppt.pdf
dokumen.tips_bibir-sumbing-tessa-ppt.pdfdokumen.tips_bibir-sumbing-tessa-ppt.pdf
dokumen.tips_bibir-sumbing-tessa-ppt.pdf
 
Feeding plate review
Feeding plate reviewFeeding plate review
Feeding plate review
 
Labioplasty jumat ilmiah
Labioplasty jumat ilmiahLabioplasty jumat ilmiah
Labioplasty jumat ilmiah
 
Presentasi_kasus_Labioskisis_Irving_Burh.pptx
Presentasi_kasus_Labioskisis_Irving_Burh.pptxPresentasi_kasus_Labioskisis_Irving_Burh.pptx
Presentasi_kasus_Labioskisis_Irving_Burh.pptx
 
Pbl konservasi 2
Pbl konservasi 2Pbl konservasi 2
Pbl konservasi 2
 
Labioskisis
LabioskisisLabioskisis
Labioskisis
 
Poster Fortegi 2017.pdf
Poster Fortegi 2017.pdfPoster Fortegi 2017.pdf
Poster Fortegi 2017.pdf
 
Abstrak dan learning tasks struktur histologi rongga mulut dan faring pspdg f...
Abstrak dan learning tasks struktur histologi rongga mulut dan faring pspdg f...Abstrak dan learning tasks struktur histologi rongga mulut dan faring pspdg f...
Abstrak dan learning tasks struktur histologi rongga mulut dan faring pspdg f...
 
Karies
KariesKaries
Karies
 
GADAR NEONATAL KELAINAN KONGENITAL
GADAR NEONATAL KELAINAN KONGENITAL GADAR NEONATAL KELAINAN KONGENITAL
GADAR NEONATAL KELAINAN KONGENITAL
 
Makalah wiwin n kawan kawan
Makalah wiwin n kawan kawanMakalah wiwin n kawan kawan
Makalah wiwin n kawan kawan
 
karies gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitas
karies gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitaskaries gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitas
karies gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitas
 
Proposa kti samsia
Proposa kti samsiaProposa kti samsia
Proposa kti samsia
 
Proposa kti samsia
Proposa kti samsiaProposa kti samsia
Proposa kti samsia
 

Recently uploaded

PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptxPERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
ssuser9f2868
 
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FKKelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
pinkhocun
 
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
gerald rundengan
 
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
LyanNurse1
 
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
lansiapola
 
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdfPEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
celli4
 
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwaManajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
iskandar186656
 
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologiDesain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
nadyahermawan
 
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppttiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
HanifaYR
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
Jumainmain1
 
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
YernimaDaeli1
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
BayuEkaKurniawan1
 
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasiNURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
hanifatunfajria
 
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
nadyahermawan
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
jualobat34
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
rifdahatikah1
 
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasiVolumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
hannanbmq1
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
helixyap92
 

Recently uploaded (20)

PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptxPERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
 
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
 
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FKKelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
 
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
 
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
 
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
 
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdfPEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
 
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwaManajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
 
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologiDesain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
 
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppttiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
 
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
 
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasiNURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
 
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
 
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasiVolumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
 

Askep Labiopalatoskisis

  • 1. MAKALAH “ASUHAN KEPERAWATAN LABIOPALATOSKISIS” DISUSUN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU TUGAS SISTEM PENCERNAAN OLEH : KELAS A.74 KELOMPOK II : 1. EVA MARIA EFRILIANA (10130163) 2. IMELDA GRACE (10130137) PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA 2010/2011
  • 2. KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat yang dilimpahkan-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN LABIOPALATOSKISIS”. Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman masalah perkembangan kepribadian dan sekaligus melakukan apa yang menjadi tugas mahasiswa yang mengikuti mata kuliah “Askep Perkembangan Anak”. Rasa terima kasih yang dalam-dalamnya kami ucapkan kepada Dosen Pengampu mata kuliah Psikologi Keperawatan dan teman-teman karena dalam proses pendalaman materi ini kami mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan saran. Demikian makalah ini kami buat semoga bermanfaat bagi kita semua. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, baik dari segi bahasa, pengelolaan maupun dalam penyusunannya. Maka segala kritik dan saran yang membangun akan kami terima. Yogyakarta, Desember 2011 (KELOMPOK VI) Penulis
  • 3. DAFTAR ISI Halaman Judul Kata Pengantar.............................................................................................................................. Daftar Isi...................................................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1. Latar Belakang........................................................................................................... 2. Tujuan......................................................................................................................... 2.1.Tujuan Umum…………………………………………………………………... 2.2.Tujuan Khusus………………………………………………….………………. BAB II TINJAUAN TEORI...................................................................................................... BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN…………………………………………… BAB IV PENUTUP...................................................................................................................... A. Kesimpulan........................................................................................................................ B. Saran.................................................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................
  • 4. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Asuhan keperawatan adalah perawatan yang diberikan oleh perawat. Jadi asuhan keperawatan pada neonatus, bayi, dan balita adalah perawatan yang diberikan oleh perawat pada bayi baru lahir, bayi, dan balita. Neonatus, bayi, dan balita dengan kelainan bawaan adalah suatu penyimpangan yang dapat menyebabkan gangguan pada neonatus, bayi, dan balita apabila tidak diberikan asuhan yang tepat dan benar. Ada beberapa kelainan bawaan diantaranya adalah labiopalatoskisis, atresia esofagus, atersia rekti dan ani, obstruksi biliaris, omfalokel, hernia diafragmatika, atresia duodeni, meningokel, ensefalokel, hidrosefalus, fimosis, dan hipospadia. Salah satu kelainan bawaan yang akan di jelaskan lebih jauh disini adalah labiopalatoskisis, yaitu kelainan bawaan (kongenital) yang terkait dengan sistem pencernaan. Kasus bibir sumbing dan celah langit-langit (labiopalatoskisis) merupakan cacat bawaan yang masih menjadi masalah di tengah masyarakat. Insidensi : Bibir sumbing hanya 2,2 per 10.000 kelahiran; sumbing palatum hanya 3,2 per 10.000 kelahiran; sumbing bibir dan sumbing palatum (labiopalatoskisis) angka prevalensi kejadiannya 3,8 per 10.000 kelahiran (ONS,2001). Indonesia yang berpenduduk 200 juta lebih, tentu mempunyai dan akan mempunyai banyak kasus labio-palatoskisis. Antara Februari - Mei 1992, IKABI cabang Padang mengadakan pengabdian masyarakat di dua Kabupaten 50 Kota dan Solok berbentuk operasi bibir sumbing secara gratis. Dilakukan penelitian pada 126 penderita yang dilakukan operasi. Hardjowasito dengan kawan-kawan di propinsi Nusa Tenggara Timur antara April 1986 sampai Nopember 1987 melakukan operasi pada 1004 kasus bibir sumbing atau celah langit-langit pada bayi, anak maupun dewasa di antara 3 juta penduduk.
  • 5. Penyebab utama bibir sumbing karena kekurangan seng dan karena kawin dengan kerabat. Bagi tubuh, seng sangat dibutuhkan enzim tubuh walau yang diperlukan sedikit, tapi jika kekurangan berbahaya. Makanan yang mengandung seng antara lain daging, sayur – sayuran dan air. Di NTT airnya bahkan tidak mengandung seng sama sekali. Soal kawin antar kerabat atau saudara memang pemicu munculnya penyakit degeneratif (keturunan) yag sebelumnya resesif, kelaian ini juga bisa dipicu kekurangan gizi lainnya seperti vitamin B6 dan B kompleks, misalnya infeksi pada janin pada usia muda dan salah minum obat-obatan atau jamu juga bisa megakibatkan bibir sumbing. (www.republika.co.id) Terobosan terbaru untuk kasus bibir sumbing didasarkan paska studi terhadap DNA pada sekitar 8000 orang yang memiliki riwayat bibir sumbing di 10 negara. Dari angka tersebut diperoleh sembilan variasi yang disebut Single Nucleotida Poly morphisms (SNP5) dalam gen bernama IRF6. gen IRF6 merupakan gen penyebab terjadinya kasus bibir sumbing. Selain itu, merek yang mengalami cacat tersebut disebabkan karena kekurangan nutrisi dan faktor keturunan. (www.infosehat.com) Labiopalatoskisis merupakan deformitas daerah mulut berupa celah atau sumbing atau pembentukan yang kurang sempurna semasa embrional berkembang, bibir atas bagian kanan dan bagian kiri tidak tumbuh bersatu. Belahnya belahan dapat sangat bervariasi, mengenai salah satu bagian atau semua bagian daridasar cuping hidung, bibir, alveolus dan palatum durum serta molle. Suatu klasifikasi berguna membagi struktur- struktur yang terkena menjadi : Palatum primer meliputi bibir, dasar hidung, alveolus dan palatum durum di belahan foramen incisivum. Palatum sekunder meliputi palatum durum dan molle posterior terhadap foramen. Suatu belahan dapat mengenai salah satu atau keduanya, palatum primer dan palatum sekunder dan dapat unilateral atau bilateral. Kadang-kadang terlihat suatu belahan submukosa, dalam kasus ini mukosanya utuh dengan belahan mengenai tulang dan jaringan otot palatum. Labiopalatoskisis ini dapat segera diperbaiki dengan pembedahan. Bila sumbing mencakup pula palatum mole atau palatum durum, bayi akan mengalami kesukaran
  • 6. minum, walaupun bayi dapat menghisap namun bahaya terdesak mengancam. Bayi dengan kelainan bawaan ini akan mengalami gangguan pertumbuhan karena sering menderita infeksi saluran pernafasan akibat aspirasi. Keadaan umum yang kurang baik juga akan menunda tindakan untuk meperbaiki kelainan tersebut. 2. Tujuan Penulisan 2.1. Tujuan Umum Setelah membahas lebih lanjut mengenai Asuhan Keperawatan Pada Pasien Labiopalatoskisis, Mahasiswa mampu memahami dan menyusun perencanaan asuhan keperawatan yang terkait dengan sistem pencernaan pada anak. 2.2. Tujuan Khusus 1) Mengetahui salah satu kelainan bawaan yang terjadi pada Bayi Baru Lahir yaitu Labioskizis dan labiopalatoskisis 2) Memahami asuhan yang diberikan pada neonatus dengan kelainan bawaan dan penatalaksanaannya
  • 7. BAB II TINJAUAN TEORITIS A. DEFINISI Labio/palatoskisis adalah merupakan kongenital anomali yang berupa adanya kelainan bentuk pada struktur wajah. Palatoskisis adalah adanya celah pada garis tengah palato yang disebabkan oleh kegagalan penyatuan susunan palato pada masa kehamilan 7-12 minggu. 1. Labiopalatoskisis merupakan kongenital yang berupa adanya kelainan bentuk pada struktur wajah (Ngastiah, 2005 : 167) 2. Bibir sumbing adalah malformasi yang disebabkan oleh gagalnya propsuesus nasal median dan maksilaris untuk menyatu selama perkembangan embriotik. (Wong, Donna L. 2003) 3. Palatoskisis adalah fisura garis tengah pada polatum yang terjadi karena kegagalan 2 sisi untuk menyatu karena perkembangan embriotik (Wong, Donna L. 2003) 4. Labio/palatoskisis merupakan suatu kelainan yang dapat terjadi pada daerah mulut, palatoskisis (subbing palatum) dan labioskisis (sumbing tulang) untuk menyatu selama perkembangan embrio (Hidayat, Aziz, 2005:21) 5. Merupakan penyakit congenital anomaly yang berupa adanya kelainan bentuk pada struktur wajah. (Suriadi, S.Kp. 2001) B. KLASIFIKASI 1) Berdasarkan organ yang terlibat : a. Celah di bibir (labioskizis) b. Celah di gusi (gnatoskizis) c. Celah di langit (palatoskizis) d. Celah dapat terjadi lebih dari satu organ misalnya terjadi di bibir dan langit-langit (labiopalatoskizis)
  • 8. 2) Berdasarkan lengkap/tidaknya celah terbentuk. Tingkat kelainan bibir sumbing bervariasi, mulai dari yang ringan hingga yang berat. Beberapa jenis bibir sumbing : a. Unilateral Incomplete ; Apabila celah sumbing terjadi hanya di salah satu sisi bibir dan tidak memanjang hingga ke hidung. b. Unilateral complete ; Apabila celah sumbing terjadi hanya di salah satu bibir dan memanjang hingga ke hidung. c. Bilateral complete ; Apabila celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung. C. ETIOLOGI 1. Faktor Herediter : Dimana material genetic dalam kromosom yang mempengaruhi. Dimana dapat terjadi karena adaya adanya mutasi gen ataupun kelainan kromosom (agen atau faktor yang menimbulkan cacat pada masa embrio)Kawin antar kerabat sebagai faktor yang sudah dipastikan. Gilarsi : 75% dari faktor keturunan resesif dan 25% bersifat dominan. Pada setiap sel yang normal mempunyai 46 kromosom yang terdiri dari 22 pasang kromosom non-sex ( kromosom 1 s/d 22 ) dan 1 pasang kromosom sex ( kromosom X dan Y ) yang menentukan jenis kelamin. Pada penderita bibir sumbing terjadi Trisomi 13 atau Sindroma Patau dimana ada 3 untai kromosom 13 pada setiap sel penderita, sehingga jumlah total kromosom pada tiap selnya adalah 47. Jika terjadi hal seperti ini selain menyebabkan bibir sumbing akan menyebabkan gangguan berat pada perkembangan otak, jantung, dan ginjal. Namun kelainan ini sangat jarang terjadi dengan frekuensi 1 dari 8000-10000 bayi yang lahir. 2. Faktor Eksternal / Lingkungan : a. Faktor usia ibu b. Obat-obatan. Asetosal, Aspirin (SCHARDEIN-1985) Rifampisin, Fenasetin, Sulfonamid, Aminoglikosid, Indometasin, Asam Flufetamat, Ibuprofen, Penisilamin, Antihistamin dapat menyebabkan celah langit- langit. Antineoplastik, Kortikosteroid c. Nutrisi (kekurangan zat seperti vitamin B6 dan B kompleks, asam folat)
  • 9. d. Penyakit infeksi Sifilis, virus rubella e. Radiasi f. Stres emosional g. Trauma, (trimester pertama). (Wong, Donna L. 2003). D. ANATOMI FISIOLOGI MULUT Mulut (oris) ; merupakan jalan masuk menuju system pencernaan dan berisis organ aksesori yang bersifat dalam proses awal pencernaan. Secara umum terdiri dari 2 bagian yaitu : a. Bagian luar (vestibula) yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir dan pipi b. Bagian rongga mulut ( bagian ) dalam yaitu rongga yang dibatasi sisinya oleh tulang maksilaris, palatum dan mandibularis di sebelah belakang bersambung dengan faring. Selaput lender mulut ditutupi ephitelium yang berlapis-lapis, dibawahnya terletak kelenjar-kelenjar halus yang mengeluarkan lendir, selaputini kaya akan pembuluh daraah juga memuat banyak ujung saraf asesoris. Di sebelah luar mulut ditutupi oleh kulit dan di sebelah dalam ditutupi oleh selaput lendir mukosa. Ada beberapa bagian yang perlu diketahui : 1) Palatum - Palatum durum yang tersusun atas tajuk-tajuk palatum dari sebelah depan tulang maksilaris. - Palatum mole terletak dibelakang yang merupakan lipatan menggantung yang dapat bergerak, terdiri dari jaringan fibrosa dan selaput lendir. 2) Rongga mulut - Bagian gigi terdapat gigi (anterior) tugasnya memotong yang sangat kuat dan gigi osterior tugasnya menggiling. Pada umumnya otot-otot pengunyah di persarafi oleh cabang motorik dari saraf cranial ke 5. Dan proses mengunyah di control oleh nucleus dalam batang otak. Perangsangan formasio retikularis dekat pusat batang otak
  • 10. untuk pengecapan dapat menimbulakan pergerakan mengunyah secara ritmis dan kontinu. Mengunyah makanan bersifat penting untuk pencernaan semua makanan, terutama untuk sebagian besar buah dan syur-sayuran mentah karena zat ini mempunyai membrane selulosa yang tidak dapat dicerna diantara bagian-bagian zat nutrisi yang harus di uraikan sebelum dapat digunakan. Manusia memiliki susunan gigi primer dan sekunder : - Gigi primer, dimulai dari tuang diantara dua gigi depan yang terdiri dari 2 gigi seri, 1 taring, 3 geraham dan untu total keseluruhan 20 gigi - Gigi sekunder, terdiri dari 2 gig seri, 1 taring, 2 premoral dan 3 geraham utuk total keseluruhan 32 buah. Juga gigi ada 2 macam yaitu : - Gigi sulung, mulai tumbuh pada anak-anak umur 6-7 bulan - Gigi tetap (gigi permanen) tumbuh pada umur 6-18 tahun jumlahnya 32 buah Fungsi gigi adalah dalam proses matrikasi (pengunyahan). Makanan yang masuk kekedalam mulut di potong menjaid bagian-bagian kecil dan bercamput dengan saliva unutk membentuk bolus makanan yang dapat ditelan. 3) Lidah Indera pengecap terdiri dari kurang lebih 50 sel-sel epitel bebrapa diantaranya disebut sel sustentakular dan yang lainnya di sebut sel pengecap. Lidah berfungsi untuk menggerakan makan saat dikunyah atau ditelan. Lidah terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi selaput lendir. Dibagian pangkal lidah terdapat epiglottis berfungsi untuk menutup jalan nafas pada waktu menelan supaya makanan tidak masuk kejalan nafas. Kerja otot dapat di gerakkan 3 bagian : 1. Radiks lingua = pangkal lidah 2. Dorsum lingua = punggung lidah
  • 11. 3. Apek lingua = ujung lidah Pada lidah terdapat indera peraba dan perasa : - Asin dibagian lateral lidah - Manis dibagian ujung dan anterior lidah - Asam, dibagian lateral lidah - Pahit dibagian belakang lidah 4) Kelenjar ludah Yaitu kelenjar yang memiliki duktus yaitu duktus duktus wartoni dan duktus stensoni. Kelenjar ii mensekresikan saliva jedalan rongga oral di hasilkan di dalam rongga mulut dipersarafi oleh saraf tak sadar. a. Kelenjar parotis, letaknya dibawah depan dari telinga diantara proses mastoid kiri dan kanan mandibularis pada duktus stensoni. b. Kelenjar submaksilaris terletak dibawah fongga mulut bagian belakang, dukts wartoni c. Kelenjar subliingualis, dibawah selaput lendir, bermuara di dasar rongga mulut. Fungsi saliva : - Memudahkan makan utnuk dikunyah oleh gigi dan dibentuk menjado bolus - Mempertahankan bagian mulut dan lidah agar tetap lembab, sehingga memudahkan lidah bergerak utnuk bericara - Mengandung ptyalin dan amylase, suatu enzyme yang dapat mengubah zat tepung menjadi maltose polisakarida - Seperti zat buangan seperti asam urat dan urea serta obat, virus, dan logam, disekresi kedalam saliva - Sebagai zat anti bakteri dan anti body yang berfungsi untuk memberikan rongga oral dan membantu memelihara kesehatan oral serta mencegah kerusakan gigi. E. PATOFISIOLOGI
  • 12. Cacat bibir sumbing terjadi pada trimester pertama kehamilan karena tidak terbentuknya suatu jaringan di daerah tersebut. Semua yang mengganggu pembelahan sel pada masa kehamilan bisa menyebabkan kelainan tersebut, misal kekurangan zat besi, obat2 tertentu, radiasi. Tak heran kelainan bibir sumbing sering ditemukan di desa terpencil dengan kondisi ibu hamil tanpa perawatan kehamilan yang baik serta gizi yang buruk. Bayi-bayi yang bibirnya sumbing akan mengalami gangguan fungsi berupa kesulitan menghisap ASI, terutama jika kelainannya mencapai langit-langit mulut. Jika demikian, ASI dari ibu harus dipompa dulu untuk kemudian diberikan dengan sendok atau dengan botol berlubang besar pada bayi yang posisinya tubuhnya ditegakkan. Posisi bayi yang tegak sangat membantu masuknya air susu hingga ke kerongkongan. Jika tidak tegak, sangat mungkin air susu akan masuk ke saluran napas mengingat refleks pembukaan katup epiglotis( katup penghubung mulut dengan kerongkongan) mesti dirangsang dengan gerakkan lidah, langit-langit, serta kelenjar liur. Bibir sumbing juga menyebabkan mudah terjadinya infeksi di rongga hidung, tenggorokan dan tuba eustachius (saluran penghubung telinga dan tenggorokan) sebagai akibat mudahnya terjadi iritasi akibat air susu atau air yang masuk ke rongga hidung dari celah sumbingnya. 1. Kegagalan penyatuan atau perkembangan jaringan lunak dan atau tulang selama fase embrio pada trimester I. 2. Terbelahnya bibir dan atau hidung karena kegagalan proses nosal medial dan maksilaris untuk menyatu terjadi selama kehamilan 6-8 minggu. 3. Palatoskisis adalah adanya celah pada garis tengah palato yang disebabkan oleh kegagalan penyatuan susunan palato pada masa kehamilan 7-12 minggu. 4. Penggabungan komplit garis tengah atas bibir antara 7-8 minggu masa kehamilan. F. MANIFESTASI KLINIS Pada labioskisis : 1. Distorsi pada hidung
  • 13. 2. Tampak sebagian atau keduanya 3. Adanya celah pada bibir Pada palatoskisis: 1. Tampak ada celah pada tekak (uvula), palato lunak, dan keras dan atau foramen incisive 2. Adanya rongga pada hidung 3. Distorsi hidung 4. Teraba celah atau terbukanya langit-langit saat diperiksa dengan jari 5. Kesukaran dalam menghisap atau makan G. KOMPLIKASI 1. Kesulitan makan ; Merupakan masalah pertama yang terjadi pada bayi penderita labioschisis. Adanya labioskisis memberikan kesulitan pada bayi untuk melakukan hisapan pada payudara ibu atau dot. Tekanan lembut pada pipi bayi dengan labiosksisis mungkin dapat meningkatkan kemampuan hisapan oral. Keadaan tambahan yang ditemukan adalah reflex hisap dan reflek menelan pada bayi dengan labioschisis tidak sebaik bayi normal, dan bayi dapat menghisap lebih banyak udara pada saat menyusu. Bayi yang hanya menderita labioschisis atau dengan celah kecil pada palatum biasanya dapat menyusui, namun pada bayi dengan labioplatoskisis biasanya membutuhkan penggunaan dot khusus untuk mengatasi masalah pemberian makan/ asupan makanan. 2. Gangguan dental ; Anak yang lahir dengan labioschisis mungkin mempunyai masalah tertentu yang berhubungan dengan kehilangan, malformasi, dan malposisi dari gigi geligi pada area dari celah bibir yang terbentuk. Gigi tidak akan tumbuh secara normal, dan umumnya diperlukan perawatan khusus untuk mengatasi hal ini. 3. Gangguan bicara ; Pada bayi dengan labio-palatoschisis biasanya juga memiliki abnormalitas pada perkembangan otot-otot yang mengurus palatum mole. Saat palatum mole tidak dapat menutup ruang/ rongga nasal pada saat bicara, maka didapatkan suara dengan kualitas nada yang lebih tinggi (hypernasal quality of 6 speech). Meskipun telah dilakukan reparasi palatum, kemampuan otot-otot
  • 14. tersebut diatas untuk menutup ruang atau rongga nasal pada saat bicara mungkin tidak dapat kembali sepenuhnya normal. Penderita celah palatum memiliki kesulitan bicara, sebagian karena palatum lunak cenderung pendek dan kurang dapat bergerak sehingga selama berbicara udara keluar dari hidung. Anak mungkin mempunyai kesulitan untuk menproduksi suara atau kata "p, b, d, t, h, k, g, s, sh, dan ch". 4. Infeksi telinga ; Anak dengan labio-palatoskisis lebih mudah untuk menderita infeksi telinga karena terdapatnya abnormalitas perkembangan dari otot-otot yang mengontrol pembukaan dan penutupan tuba eustachius.. 5. Aspirasi 6. Distress pernafasan 7. Pertumbuhan dan perkembangan terhambat 8. Gangguan psikologis ; Bibir sumbing menyebabkan timbulnya rasa kurang percaya diri pada penderita dan keluarga yang bisa menyebabkan stress dan terbatasnya hubungan sosial dengan orang lain. H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Untuk mendiagnosa terjadi celah sumbing pada bayi setelah lahir mudah karena pada celah sumbing mempunyai ciri fisik yang spesifik. Sebetulnya ada pemeriksaan yang dapat digunakan untuk mengetahui keadaan janin apakah terjadi kelainan atau tidak. Walaupun pemeriksaan ini tidak sepenuhya spesifik. Ibu hamil dapat memeriksakan kandungannya dengan menggunakaan USG. 1. Foto rontgen 2. Pemeriksaan fisik 3. MRI untuk evaluasi abnormal I. PEMERIKSAAN TERAPEUTIK Penatalaksanaan tergantung pada beratnya kecacatan 1. Prioritas pertama adalah pada teknik pemberian nutrisi yang adekuat 2. Mencegah komplikasi 3. Fasilitas pertumbuhan dan perkembangan
  • 15. 4. Pembedahan: pada labio sebelum kecacatan palato; perbaikan dengan pembedahan usia 2-3 hari atau sampai usia beberapa minggu prosthesis intraoral atau ekstraoral untuk mencegah kolaps maxilaris, merangsang pertumbuhan tulang, dan membantu dalam perkembangan bicara dan makan, dapat dilakukan sebelum penbedahan perbaikan. 5. Pembedahan pada palato dilakukan pada waktu 6 bulan dan 2 tahun, tergantung pada derajat kecacatan. Awal fasilitas penutupan adalah untuk perkembangan bicara. J. PENATALAKSANAAN 1. Penatalaksanaan Medis Penatalaksanaaan bibir sumbing adalah tindakan bedah efektif yang melibatkan beberapa disiplin ilmu untuk penanganan selanjutnya. Penatalaksanaan labiopalatoskisis adalah dengan tindakan pembedahan. Tindakan operasi pertama kali dikerjakan untuk menutup celah bibir palatum berdasarkan kriteria “ rule of ten “, yaitu: Umur lebih dari 10 minggu ( 3 bulan ) Berat lebih dari 10 pond ( 5 kg ) Hb lebih 10 g / dl Leukosit lebih dari 10.000 / ul Adanya kemajuan teknik bedah, orbodantis, dokter anak, dokter THT, serta hasil akhir tindakan koreksi kosmetik dan fungsional menjadi lebih baik. Tergantung dari berat ringan yang ada, maka tindakan bedah maupun ortidentik dilakukan secara bertahap. Biasanya penutupan celah bibir melalui pembedahan dilakukan bila bayi tersebut telah berumur 1-2 bulan. Setelah memperlihatkan penambahan berat badan yang memuaskan dan bebas dari infeksi induk, saluran nafas atau sistemis. Perbedaan asal ini dapat diperbaiki kembali pada usia 4-5 tahun. Pada kebanyakan kasus, pembedahan pada hidung hendaknya ditunda hingga mencapi usia pubertas. Karena celah-celah pada langit-langit mempunyai ukuran, bentuk dan derajat cerat yang cukup besar, maka pada saat pembedahan, perbaikan harus disesuaikan bagi
  • 16. masing-masing penderita. Waktu optimal untuk melakukan pembedahan langit- langit bervariasi dari 6 bulan – 5 tahun. Jika perbaikan pembedahan tertunda hingga berumur 3 tahun, maka sebuah balon bicara dapat dilekatkan pada bagian belakang geligi maksila sehingga kontraksi otot-otot faring dan velfaring dapat menyebabkan jaringan-jaringan bersentuhan dengan balon tadi untuk menghasilkan penutup nasoporing. 2. Penatalaksanaan Keperawatan a. Perawatan Pra-Operasi: 1) Fasilitas penyesuaian yang positif dari orangtua terhadap bayi.  Bantu orangtua dalam mengatasi reaksi berduka  Dorong orangtua untuk mengekspresikan perasaannya.  Diskusikan tentang pembedahan  Berikan informasi yang membangkitkan harapan dan perasaan yang positif terhadap bayi.  Tunjukkan sikap penerimaan terhadap bayi. 2) Berikan dan kuatkan informasi pada orangtua tentang prognosis dan pengobatan bayi.  Tahap-tahap intervensi bedah  Teknik pemberian makan  Penyebab devitasi 3) Tingkatkan dan pertahankan asupan dan nutrisi yang adekuat.  Fasilitasi menyusui dengan ASI atau susu formula dengan botol atau dot yang cocok. Monitor atau mengobservasi kemampuan menelan dan menghisap.  Tempatkan bayi pada posisi yang tegak dan arahkan aliran susu ke dinding mulut.  Arahkan cairan ke sebalah dalam gusi di dekat lidah.  Sendawakan bayi dengan sering selama pemberian makan  Kaji respon bayi terhadap pemberian susu.  Akhiri pemberian susu dengan air. 4) Tingkatkan dan pertahankan kepatenan jalan nafas
  • 17.  Pantau status pernafasan  Posisikan bayi miring kekanan dengan sedikit ditinggikan  Letakkan selalu alat penghisap di dekat bayi b. Perawatan Pasca-Operasi 1) Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adequate  Berikan makan cair selama 3 minggu mempergunakan alat penetes atau sendok.  Lanjutkan dengan makanan formula sesuai toleransi.  Lanjutkan dengan diet lunak  Sendawakan bayi selama pemberian makanan. 2) Tingkatkan penyembuhan dan pertahankan integritas daerah insisi anak.  Bersihkan garis sutura dengan hati-hati  Oleskan salep antibiotik pada garis sutura (Keiloskisis)  Bilas mulut dengan air sebelum dan sesudah pemberian makan.  Hindari memasukkan obyek ke dalam mulut anak sesudah pemberian makan untuk mencegah terjadinya aspirasi.Pantau tanda-tanda infeksi pada tempat operasi dan secara sistemik.  Pantau tingkat nyeri pada bayi dan perlunya obat pereda nyeri.  Perhatikan pendarahan, cdema, drainage.  Monitor keutuhan jaringan kulit  Perhatikan posisi jahitan, hindari jangan kontak dengan alat-alat tidak steril, missal alat tensi
  • 18. BAB III ASKEP TEORITIS A. PENGKAJIAN 1. Identitas klien : Meliputi nama,alamat,umur 2. Keluhan utama : Alasan klien masuk ke rumah sakit 3. Riwayat Kesehatan a) Riwayat Kesehatan Dahulu ; Mengkaji riwayat kehamilan ibu, apakah ibu pernah mengalami trauma pada kehamilan Trimester I. bagaimana pemenuhan nutrisi ibu saat hamil, obat-obat yang pernah dikonsumsi oleh ibu dan apakah ibu pernah stress saat hamil. b) Riwayat Kesehatan Sekarang ; Mengkaji berat / panjang bayi saat lahir, pola pertumbuhan, pertambahan / penurunan berat badan, riwayat otitis media dan infeksi saluran pernafasan atas. c) Riwayat Kesehatan Keluarga ; Riwayat kehamilan, riwayat keturunan, labiopalatoskisis dari keluarga, penyakit sifilis dari orang tua laki-laki. 4. Pemeriksaan Fisik a) Inspeksi kecacatan pada saat lahir untuk mengidentifikasi karakteristik sumbing. b) Kaji asupan cairan dan nutrisi bayi c) Kaji kemampuan hisap, menelan, bernafas. d) Kaji tanda-tanda infeksi e) Palpasi dengan menggunakan jari f) Kaji tingkat nyeri pada bayi  Pengkajian Keluarga a. Observasi infeksi bayi dan keluarga b. Kaji harga diri / mekanisme koping dari anak/orangtua
  • 19. c. Kaji reaksi orangtua terhadap operasi yang akan dilakukan d. Kaji kesiapan orangtua terhadap pemulangan dan kesanggupan mengatur perawatan di rumah. e. Kaji tingkat pengetahuan keluarga B. DIAGNOSA KEPERAWATAN Pra Pembedahan : 1. Resiko aspirasi berhubungan dengan gangguan menelan. (NANDA, 2005-2006) 2. Resiko Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan refleks menghisap pada anak tidak adekuat. (NANDA, 2005-2006) 3. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kelainan anatomis (labiopalatoskisis). (NANDA, 2005-2006) 4. Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan. (NANDA, 2005-2006) Pasca Pembedahan 1. Resiko infeksi berhubungan dengan insisi pembedahan. (NANDA, 2005-2006) 2. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit. (NANDA, 2005-2006). 3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan insisi pembedahan. C. INTERVENSI Rencana Keperawatan N o Dx Keperawatan Tujuan/Kriteria Intervensi Rasional 1. Resiko aspirasi berhubungan dengan gangguan menelan. Tidak akan mengalami aspirasi:  Menunjukkan peningkatan kemampuan menelan.  Bertoleransi thd  Pantau tanda- tanda aspirasi selama proses pemberian makan dan pemberian pengobatan.  Perubahan yg terjadi pada proses pemberian makanan dan pengobatan bisa saja menyebabkan
  • 20. asupan oral dan sekresi tanpa aspirasi.  Bertoleransi thd pemberian perenteral tanpa aspirasi.  Tempatkan pasien pada posisi semi- fowler atau fowler.  Sediakan kateter penghisap disamping tempat tidur dan lakukan penghisapan selama makan, sesuai dengan kebutuhan. aspirasi.  Agar mempermudah mengeluarkan sekresi.  Mencegah sekresi menyumbat jalan napas, khususnya bila kemampuan menelan terganggu. 2. Ketidakseimba ngan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan refleks menghisap pada anak tidak adekuat Menunjukkan status gizi :  Mempertahankan BB dalam batas normal.  Toleransi thd diet yang dianjurkan.  Menyatakan keinginannya untuk mengikuti diet.  Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan.  Ketahui makanan kesukaan pasien.  Ciptakan lingkungan yang menyenangkan untuk makan.  Memberikan informasi sehubungan dgn keb nutrisi & keefektifan terapi.  Meningkatkan selera makan klien.  Meningkatkan sosialisasi & memaksimalkan kenyamanan klien bila kesakitan makan menyebabkan malu.
  • 21. 3. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kelainan anatomis (labiopalatoski zis).  Menunjukkan kemampuan komunikasi :  Menggunakan bahasa tertulis, berbicara atau nonverbal.  Mengguanakan bahasa isyarat.  Pertukaran pesan dengan orang lain.  Anjurkan pasien untuk berkomunikasi secara perlahan dan mengulangi permintaan.  Sering berikan pujian positif pada pasien yang berusaha untuk berkomunikasi.  Menggunakan kata dan kalimat yang singkat.  Melatih agar bisa berkomunikasi lebih lancar.  Pujian dapat membuat keadaan klien akan lebih membaik karena mendapat dorongan.  Membantu klien memahami pembicaraan. 4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan. Meningkatkan rasa nyaman :  Menunjukkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai kenyamanan.  Mempertahankan tingkat nyeri pada atau kurang (skala 0-10)  Melaporkan nyeri pada penyedia perawatan kesehatan.  Kaji pola istirahat bayi/anak dan kegelisahan.  Bila klien anak, berikan aktivitas bermain yang sesuai dengan usia dan kondisinya.  Berikan analgetik sesuai program.  Mencegah kelelahan dan dapat meningkatkan koping terhadap stres atau ketidaknyamanan.  Meningkatkan relaksasi dan membantu pasien memfokuskan perhatian pada sesuatu disamping diri sendiri / ketidaknyamanan dapat menurunkan
  • 22. kebutuhan dosis / frekuensi analgesik.  Derajat nyeri sehubungan dengan luas dan dampak psikologi pembedahan sesuai dengan kondisi tubuh. 5. Resiko infeksi berhubungan dengan insisi pembedahan. Mencegah infeksi :Terbebas dari tanda atau gejala infeksi.  Menunjukkan higiene pribadi yang adekuat.  Menggambarkan faktor yang menunjang penularan infeksi.  Berikan posisi yang tepat setelah makan, miring kekanan, kepala agak sedikit tinggi supaya makanan tertelan dan mencegah aspirasi yang dapat berakibat pneumonia.  Kaji tanda-tanda infeksi, termasuk drainage, bau dan demam.  Meningkatkan mobilisasi sekret, menurunkan resiko pneumonia.  Deteksi dini terjadinya infeksi memberikan pencegahan komplikasi lebih serius.  Mencegah kontaminasi dan kerusakan sisi operasi. 6. Ansietas berhubungan dengan kurangnya Rasa cemas teratasi :  Mencari informasi untuk menurunkan kecemasan.  Kaji tingkat kecemasan klien.  Berikan terapi bermain kepada si  Untuk mengetahui seberapa besar kecemasan yang
  • 23. pengetahuan keluarga tentang penyakit.  Menghindari sumber kecemasan bila mungkin.  Menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan kecemasan. anak untuk mengalihkan ras cemasnya.  Berikan penyuluhan pada klien dan keluarga tentang penyakit dan proses penyembuhannya. dirasakan klien sekarang.  Untuk mengurangi kecemasan yang dirasakan klien, berikan suasana yang tenang dan nyaman.  Untuk mengetahui bagaimana untuk memudahkan memberikan support atau penyuluhan. Sumber : Doenges, Marilynn E, (1999).
  • 24. BAB IV KASUS DAN PEMBAHASAN
  • 25. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Labioskizis dan labiopalatoskizis merupakan kelainan congenital atau bawaan yang terjadi akibat kegagalan fusi atau penyatuan frominem maksilaris dengan frominem medial yang diikuti disrupsi kedua bibir rahang dan palatum anterior. Masa krisis fusi tersebut terjadi sekitar minggu keenam pasca konsepsi. Sementara itu, palatoskizis terjadi akibat kegagalan fusi dengan septum nasi. Gangguan palatum durum dan palatum molle terjadi pada kehamilan minggu ke-7 sampai minggu ke-12. Penanganan yang dilakukan adalah dengan tindakan bedah efektif yang melibatkan beberapa disiplin ilmu untuk penanganan selanjutnya. Penutupan labioskizis biasanya dilakukan pada usia 3 bulan, sedangkan palatoskizis biasanya ditutup pada usia 9-12 bulan menjelang anak belajar bicara. B. Saran Untuk Labioskisis dan Labiopalatoskisis sangat penting diperlukan pendekatan kepada orangtua agar mereka mengetahui masalah tindakan yang diperlukan untuk perawatan anaknya.
  • 26. DAFTAR PUSTAKA Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba Medika. Nelson. 1993. Ilmu Kesehatan Anak Bagian 2. Jakarta; Fajar Interpratama. Wong, Dona L.2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pedriatik. Jakarta : EGC. Ngastiah. 2005. Perawatan Anak Sakit . Jakarta : EGC.