SlideShare a Scribd company logo
Get Homework/Assignment
Done
Homeworkping.com
Homework Help
https://www.homeworkping.com/
Research Paper help
https://www.homeworkping.com/
Online Tutoring
https://www.homeworkping.com/
click here for freelancing tutoring sites
LAPORAN
PHARMACY CLERKSHIP
(PRAKTEK KEPANITERAAN KLINIK)
CASE REPORT STUDY BANGSAL ANAK
“KOLIK ABDOMEN DAN SUSP APPENDISITIS AKUT ”
Oleh:
1. WINALDI FITRA S, S.Farm (1341012180)
2. YESSI ELFITSYA, S.Farm (1341012185)
PROGRAM STUDI APOTEKER ANGKATAN I
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2014
BAB I
PENYUSUNAN INFORMASI DASAR
1.1 Data Pasien
Data Umum
No. MR : 5/14 Ruangan : Rawat Inap Anak
Nama Pasien : Rahmatul Fahri Dokter yang merawat : dr. Y,Sp.A
Alamat : Batipuh ateh
Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam
Umur : 3 Tahun Pekerjaan : -
Tinggi : -- Tgl Masuk : 22 Agustus 2014
Berat : 13 kg Tgl Keluar : Agustus 2014
1.2 Anamnesa
Riwayat penyakit sekarang • Demam sejak 2 hari yang lalu
• Tadi malam kejang 3 kali , di IGD pasien
sadar
• Batuk( + )
• Riwayat kejang (+ ) seblumnya
• Mencret (-) ,Mual (-) ,Muntah (-)
Riwayat pengobatan -
Riwayat penyakit
sebelumnya
Ada Riwayat kejang sebelumnya
Riwayat sosial dan
pekerjaan
-
1.3 Pemeriksaan Fisik dan Data Penunjang Lain
Vital sign
Tanggal
23/08 24/08 25/08 26/08 27/08
Tekanan Darah (mmHg)
Nafas (x/i) 24
Nadi (x/i) 110
Suhu ( 0
C) 390 0 0 0
1.4 Data Pemeriksaan Laboratorium
1.5 Diagnosa
Kejang Demam Komplek
1.6 Terapi
- Tindakan terapi di IGD
o IVFD 2 A 10 gtt / i makro amox syrup 3x cth ( 250 mg )
o Dumin supp.125 N0.1 38.5 0
( 07.00 wib )
o Bromheksin syrup 3 x cth I
o Rawat anak
Tanggal
pemeriksaan
Pemeriksaan Normal Satuan Hasil
22/08/2014 Darah Hb 13,3- 17,2 g/dL 11,8
Leukosit 5000-10000 /pL 20.810
Hematokrit
37-43 (Pr) % 39
Trombosit 150-400.103
/µL 319.000
Kimia
Klinik
GDR < 200 mg/dL 112
1.7 Follow Up
Perjalanan penyakit pasien Instruksi dokter
22/08-14
Kejang demam komplek
Keluhan
- Demam
- Batuk
Pf . Paru = Vesikus
Jam 11.15
Demam (+)
Pf =39.30
C
23/08 -14
Keluhan
- Demam (+)
- Kejang (-)
24/08-14
Keluhan
- Demam (+) T = 38.5 0
c
- Kenaren sore setelah
diberikan dumin suppos
suhu tetap 38.5 0
C
25 /08 -14
Keluhan
- Demam Tinggi (+)
26/08-14
Keluhan
R/ IVFD cairan 2 A 10 tetes / i
In.luminal 15 mg Ekstra
In.amoxicilin 3 x 250 mg
Luminal 2 x 60 mg
Pct 3 x cth
Bromheksin 3 x cth I
Vit C + Vit B 3x ½
Tab
R/ Pharmadol infus 250 Cc
Terapi lanjut
R/ infus Pharmadol Aff
PCT infus 250 Cc
IVFD Cairan 2 A 10 tetes /i
In.Ciftazidine 2 x 300 mg
In.PCT tab 3x 15 mg ( IV)
Bromheksin 2 x cth
Vit c + vit B 3 x ½
tab
IVFD Cairan 2 A 10 tetes /i
In.Ciftazidine 2 x 300 mg
- Demam ( + )
27 / 8 -14
Keluhan
- Demam ( - )
- Kejang ( - )
28 /8 – 14
Pulang
Luminal 2 X 30 mg
In.PCT tab 3x 15 mg ( IV)
Bromheksin 2 x cth
Vit c + vit B 3 x ½ tab
Terapi lanjut
1.8 Terapi Farmakologi
Nama obat Dosis
Tanggal
22/08 23/08 24/08 2508 26/08 27/08 28/08
IVFD 2 A 10 tetes/ i √(Aff
11.15)
√ √ √
Infus pharmadol 250 Cc √ √ aff
Infus pct 250 Cc √ aff
Amoxicilin syrup 3x 1 cth (p.o) √ aff
Pct Syrup 4x1cth (p.o) √ √ √ √ √ √ √
Bromheksin 3 x1 cth (p.o) √ √ √ √ √ √ √
Vit c + vit B pulv 3x1 (p.o) √ √ √ √ √ √ √
Luminal 3 x 30 mg √ √ √ √
In .Ceftazidine 2 x 300 mg (Iv) √ √ √ √
In .amoxicilin 3x 250 mg ( Iv) √ √ √
In. PCT 3x 15 mg (Iv) √ √ √ √
In.luminal 1x 15 mg (im ) √ √ √
Luminal tab 2x 60 mg √ √ √
Dumin supp 125 mg 1 x1 √
1.9 Obat Pulang
No. Nama Obat Dosis Durasi
1 PCT syrup 3x1 cth 5 hari
2 Amoxiilin syrup 3x1 cth 5 hari
3 Bromheksin Syrup 3x1 cth 5 hari
4 Vit c + vit B com 3x1 5 hari
BAB II
TINJAUAN RINGKAS PENYAKIT
2.1 Defenisi Apendisitis
Apendisitis adalah peradangan dari apendiks vermiformis, dan
merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat
mengenai semua umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih
sering menyerang laki-laki berusia antara 10-30 tahun
( Kapita Selekta, 2000 ). Sedangkan menurut Smeltzer C. Suzanne(2001),
Apendisitis adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran
bawah kanan dari rongga abdomen dan merupakan penyebab paling umum
untuk bedah abdomen darurat.
2.2 Klasifikasi apendisitis
Klasifikasi Apendisitis terbagi menjadi dua yaitu, apendisitis akut dan
apendisitis kronik (Sjamsuhidayat, 2005)
1. Apendisitis akut (mendadak).
Sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh radang mendadak,
diserta maupun tidak disertai rangsang peritonieum lokal. Gajala
apendisitis akut talah nyeri samar-samar dan tumpul yang merupakan
nyeri viseral didaerah epigastrium disekitar Umbilikus . Keluhan ini
sering disertai mual dan kadang muntah. Umumnya nafsu makan
menurun. Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah Ketitik
mcBurney. Disini nyeri dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya
sehingga merupakan nyeri somatik setempat.
2. Apendisitis kronik.
Diagnosis apendisitis kronis baru dapat ditegakkan jika ditemukan
adanya : riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu, radang
kronik apendiks secara makroskopik dan mikroskopik . Kriteria
mikroskopik apendisitis kronik adalah fibrosis menyeluruh dinding
apendiks, sumbatan parsial atau total lumen apendiks , adanya jaringan
parut dan ulkus lama dimukosa , dan adanya Sel inflamasi kronik.
Insiden apendisitis kronik antara 1-5%. Gejala apendisitis kronis
sedikit mirip dengan sakit asam lambung dimana terjadi nyeri samar
(tumpul) di daerah sekitar pusar dan terkadang demam yang hilang
timbul. Seringkali disertai dengan rasa mual, bahkan kadang muntah,
kemudian nyeri itu akan berpindah ke perut kanan bawah dengan
tanda-tanda yang khas pada apendisitis akut.
Penyebaran rasa nyeri akan bergantung pada arah posisi/letak apendiks
itu sendiri terhadap usus besar, Apabila ujung apendiks menyentuh saluran
kemih, nyerinya akan sama dengan sensasi nyeri kolik saluran kemih, dan
mungkin ada gangguan berkemih. Bila posisi apendiks ke belakang, rasa
nyeri muncul pada pemeriksaan tusuk dubur atau tusuk vagina. Pada posisi
usus buntu yang lain, rasa nyeri mungkin tidak spesifik
2.3 Etiologi Apendisitis
Apendisitis umumnya terjadi karena infeksi bakteri. Penyumbatan lumen apendiks
disebabkan oleh hyperplasia folikel limfoid, fekalit, striktur karena fibrosis akibat
peradangan sebelumnya,cacing usus atau neoplasma. penyebab lain yang diduga
dapat menimbulkan apendisitis ialah erosi mukosa apendiks karena parasit seperti
E. Histolityca. (Schwartz, 2000)
Penyebab sumbatan 60% adalah hyperplasia kelenjar getah bening,35%
disebabkan karena fekalith, 4% oleh benda asing (termasuk cacing), dan 1% oleh
striktur lumen yang bisa disebabkan karsinoma (Aksara Medisina,1997)
2.4 Patofisiologi apendisitis
Pada dasarnya appendicitis akut adalah suatu proses penyumbatan yang
mengakibatkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin
lama mucus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks
mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen.
Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang
mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah
terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium. (De Jong,2005)
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal
tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan
menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum
setempat sehingga menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah. Keadaan ini
disebut dengan apendisitis supuratif akut. (Kapita Selekta, 2000)
Setelah mukosa terkena, kemudian serosa juga terinvasi sehingga akan
merangsang peritoneum parietale, maka timbul nyeri somatic yang khas yaitu di
sisi kanan bawah (titik Mc Burney). Titik Mc Burney terletak pada 1/3 lateral
garis yang menghubungkan SIAS dan umbilicus. (Aksara Medisina, 1997)
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks
yang diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa.
Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi.
(Kapita Selekta,2000)
Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang
berdekatan akan bergerak ke arah apendiks sehingga melokalisasi daerah
infalmasi, yaitu dengan mengelompok dan memebentuk suatu infiltrate apendiks
dan disebut proses walling off. Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses
atau menghilang. (Aksara Medisina, 1997)
Pada orang tua kemungkinan terjadi perforasi lebih besar karena daya
tahan tubuh sudah lemah dan telah ada gangguan pembuluh darah. Pada anak-
anak, karena omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang, dinding apendiks
lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih
kurang memudahkan terjadinya perforasi. (Kapita Selekta, 2000)
2.5 Manifestasi Klinik
Gambaran klinis appendicitis akut
1.Tanda awal
nyeri mulai di epigastrium atau region umbilicus disertai mual dan anorexia.
Demam biasanya ringan, dengan suhu sekitar 37,5 - 38,5o C. Bila suhu lebih
tinggi, mungkin sudah terjadi perforasi..
2.Nyeri berpindah ke kanan bawah dan menunjukkan tanda rangsangan
peritoneum lokal di titik Mc Burney
• nyeri tekan
• nyeri lepas
• defans muskuler
3.Nyeri rangsangan peritoneum tak langsung
• nyeri kanan bawah pada tekanan kiri (Rovsing’s Sign)
• nyeri kanan bawah bila tekanan di sebelah kiri dilepaskan (Blumberg’s
Sign)
• nyeri kanan bawah bila peritoneum bergerak , seperti nafas dalam,
berjalan, batauk atau mengedan.( De Jong, 2005)
Gejala apendisitis akut pada anak tidak spesifik. Gejala awalnya sering hanya
rewel dan tidak mau makan. Anak biasanya tidak bisa melukiskan rasa nyerinya.
Dalam beberapa jam kemudian akan timbul muntah-muntah dan anak menjadi
lemah dan letargi. Karena gejala yang tidak khas tadi, sering apendisitis diketahui
setelah perforasi. Pada bayi, 80-90% apendisitis baru diketahui setelah terjadi
perforasi.
Pada beberapa keadaan, apendisitis agak sulit didiagnosis sehingga tidak
ditangani pada waktunya dan terjadi komplikasi. Misalnya, pada orang berusia
lanjut yang gejalanya sering samar-samar saja sehingga lebih dari separuh
penderita baru dapat didiagnosis setelah perforasi.
Pada kehamilan, keluhan utama apendisitis adalah nyeri perut, mual dan
muntah. Yang perlu diperhatikan adalah, pada kehamilan trimester pertama sering
juga terjadi mual dan muntah. Pada kehamilan lanjut, sekum dan apendiks
terdorong ke kraniolateral sehingga keluhan tidak dirasakan diperut kanan bawah
tetapi lebih ke regio lumbal kanan. (De Jong, 2005)
Gambar 1.Titik M.c Burney
2.6 Pemeriksaan
2.6.1 Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
- tidak ditemukan gambaran spesifik.
- kembung sering terlihat pada komplikasi perforasi.
- penonjolan perut kanan bawah bisa dilihat pada masaa atau abses
periapendikuler.
- tampak perut kanan bawah tertinggal pada pernafasan
2. Palpasi
- nyeri yang terbatas pada regio iliaka kanan, bisa disertai nyeri
tekan lepas.
- defans muscular menunjukkan adanya rangsangan peritoneum
parietale.
- pada apendisitis retrosekal atau retroileal diperlukan palpasi
dalam untuk menentukan adanya rasa nyeri.
3. Perkusi
- terdapat nyeri ketok,pekak hati ( jika terjadi peritonotos, pekak
hati ini hilang karena bocoran usus, maka udara bocor)
4. Auskultasi
- sering normal
- peristaltic dapat hilang karena ileus paralitik pada peritonitis
generalisata akibat apendisitis perforata pada keadaan lanjut
- bising usus tidak ada (karena peritonitis)
5. Rectal Toucher
- tonus musculus sfingter ani baik
- ampula kolaps
- nyeri tekan pada daerah jam 09.00-12.00
- terdapat massa yang menekan rectum (jika ada abses).
- pada apendisitis pelvika tanda perut sering meragukan maka
kunsi diagnosis dalah nyeri terbatas sewaktu dilakukan colok
dubur.
6. Uji Psoas
Dilakukan dengan rangsangan otot psoas lewat hiperekstensi sendi
panggul kanan atau fleksi aktif sendi panggul kanan, kemudian
paha kanan ditahan. Bila apendiks yang meradang menepel di m.
poas mayor, tindakan tersebut akan menimbulkan nyeri.
7. Uji Obturator
Digunakan untuk melihat apakah apendiks yang meradang kontak
dengan m. obturator internus yang merupakan dinding panggul
kecil. Gerakan fleksi dan endorotasi sendi panggul pada posisi
terlentang akan menimbulkan nyeri pada apendisitis pelvika.
Pemeriksaan uji psoas dan uji obturator merupakan pemeriksaan
yang lebih ditujukan untuk mengetahui letak apendiks.
8. Alvarado Score
Digunakan untuk menegakkan diagnosis sebagai appendisitis akut atau
bukan, menjadi 3 symptom, 3 sign dan 2 laboratorium
Alvarado Score:
Manifestasi
Gejala Adanya migrasi nyeri 1
Anoreksia 1
Mual /muntah 1
Tanda Nyeri RLQ 2
Nyeri lepas 1
Febris 1
Laboratorium Leukositosis 2
Shift to the left 1
Total poin 10
Keterangan:
0-4 : kemungkinan Appendicitis kecil
5-6 : bukan diagnosis Appendicitis
7-8 : kemungkinan besar Appendicitis
9-10 : hampir pasti menderita Appendicitis
Bila skor 5-6 dianjurkan untuk diobservasi di rumah sakit, bila skor >6 maka
tindakan bedah sebaiknya dilakukan.
2.6.2 Pemeriksaan Penunjang
1.Laboratorium
a. Pemeriksaan darah
- leukositosis pada kebanyakan kasus appendisitis akut terutama pada
kasus dengan komplikasi. Jumlah leukosit diatas 10.000 ditemukan
pada lebih dari 90% anak dengan appendicitis akuta. Jumlah leukosit
pada penderita appendicitis berkisar antara 12.000-18.000/mm3
.
Peningkatan persentase jumlah neutrofil (shift to the left) dengan
jumlah normal leukosit menunjang diagnosis klinis appendicitis.
Jumlah leukosit yang normal jarang ditemukan pada pasien dengan
appendicitis1
- pada appendicular infiltrat, LED akan meningkat
b. Pemeriksaan urin untuk melihat adanya eritrosit, leukosit dan
bakteri di dalam urin. Pemeriksaan ini sangat membantu dalam
menyingkirkan diagnosis banding seperti infeksi saluran kemih atau
batu ginjal yang mempunyai gejala klinis yang hampir sama dengan
appendicitis. (www.medicastore.com, 2003)
Pemeriksaan urinalisis membantu untuk membedakan appendicitis
dengan pyelonephritis atau batu ginjal. Meskipun demikian, hematuria
ringan dan pyuria dapat terjadi jika inflamasi appendiks terjadi di dekat
ureter.
2. Radiologis
a. Foto polos abdomen
Pada appendicitis akut yang terjadi lambat dan telah terjadi komplikasi
(misalnya peritonitis),tampak:
- scoliosis ke kanan
- psoas shadow tak tampak
- bayangan gas usus kananbawah tak tampak
- garis retroperitoneal fat sisi kanan tubuh tak tampak
- 5% dari penderita menunjukkan fecalith radio-opak
- Appendicogram, hasil positif bila : non filling ,partial filling,
mouse tail, cut off. (Aksara Medisina, 1997)
b.USG
Bila hasil pemeriksaan fisik meragukan, dapat dilakukan
pemeriksaan USG, terutama pada wanita, juga bila dicurigai adanya
abses. Dengan USG dapat dipakai untuk menyingkirkan diagnosis
banding seperti kehamilan ektopik, adnecitis dan sebagainya.
(www.jama.com,2001)
c.Barium enema
Yaitu suatu pemeriksaan X-Ray dengan memasukkan barium ke colon
melalui anus. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan komplikasi-
komplikasi dari appendicitis pada jaringan sekitarnya dan juga untuk
menyingkirkan diagnosis banding.
Foto barium enema yang dilakukan perlahan pada appendicitis akut
memperlihatkan tidak adanya pengisian apendiks dan efek massa pada
tepi medial serta inferior dari seccum; pengisisan lengkap dari
apendiks, menyingkirkan appendicitis. (Schwartz,2000)
d. CT-Scan
Dapat menunjukkan tanda-tanda dari appendicitis. Selain itu juga
dapat menunjukkan komplikasi dari appendicitis seperti bila terjadi
abses.
e. Laparoscopi
Yaitu suatu tindakan dengan menggunakan kamera fiberoptic yang
dimasukkan dalam abdomen, appendix dapat divisualisasikan secara
langsung.Tehnik ini dilakukan di bawah pengaruh anestesi umum. Bila
pada saat melakukan tindakan ini didapatkan peradangan pada
appendix maka pada saat itu juga dapat langsung dilakukan
pengangkatan appendix.(www.medicastore.com, 2006)
2.7 Diagnosis Banding
1. Gastroenteritis akut
Adalah kelainan yang sering dikacaukan dengan apendisitis. Pada
kelainan ini muntah dan diare lebih sering. Demam dan lekosit akan
meningkat jelas dan tidak sesuai dengan nyeri perut yang timbul. Lokasi
nyeri tidak jelas dan berpindah-pindah. Hiperperistaltik merupakan gejala
yang khas. Gastroenteritis biasanya berlangsung akut, suatu observasi
berkala akan dapat menegakkan diagnosis.
2. Kehamilan Ektopik
Hampir selalu ada riwayat terlambat haid dengan keluhan yang
tidak menentu. Jika ada rupture tuba atau abortus kehamilan di luar rahim
dengan perdarahan, akan timbul nyeri yang mendadak difus di daerah
pelvis dan mungkin terjadi syok hipovolemik. Pada pemeriksaan vaginal
didapatkan nyeri dan penonjolan cavum Douglas.
3. Adenitis Mesenterium
Penyakit ini juga dapat menunjukkan gejala dan tanda yang identik dengan
apendisitis. Penyakit ini lebih sering pada anak-anak, biasanya didahului
infeksi saluran nafas. Lokasi nyeri diperut kanan bawah tidak konstan dan
menetap. (De Jong, 2005)
2.8 Penatalaksanaan
1. Sebelum operasi
a. Observasi
Dalam 8-12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan gejala apendisitis
seringkali masih belum jelas. Dalam keadaan ini observasi ketat perlu
dilakukan. Pasien diminta melakukan tirah baring dan dipuasakan. Laktasif
tidak boleh diberikan bila dicurigai adanya apendisitis ataupun bentuk
peritonitis lainnya. Pemeriksaan abdomen dan rectal serta pemeriksaan
darah (lekosit dan hitung jenis) diulang secara periodic. Foto abdomen dan
toraks tegak dilakukan untuk mencari kemungkinan adanya penyulit lain.
Pada kebanyakan kasus, diagnosis ditegakkan dengan lokalisasi nyeri di
daerah kanan bawah dalam 12 jam setelah timbulnya keluhan.
Untuk pasien yang dicurigai Appendicitis :12
o Puasakan
o Berikan analgetik dan antiemetik jika diperlukan untuk mengurangi
gejala
o Penelitian menunjukkan bahwa pemberian analgetik tidak akan
menyamarkan gejala saat pemeriksaan fisik.
o d. Pertimbangkan DD/ KET terutama pada wanita usia reproduksi.
o e. Berikan antibiotika IV pada pasien dengan gejala sepsis dan
yang membutuhkan Laparotomy
b. Antibiotik.
Penelitian menunjukkan pemberian antibiotika intravena dapat
berguna untuk Appendicitis acuta bagi mereka yang sulit mendapat
intervensi operasi (misalnya untuk pekerja di laut lepas), atau bagi mereka
yang memilki resiko tinggi untuk dilakukan operasi
o Rujuk ke dokter spesialis bedah.
o Antibiotika preoperative
o Pemberian antibiotika preoperative efektif untuk menurunkan
terjadinya infeksi post opersi.
o Diberikan antibiotika broadspectrum dan juga untuk gram negative
dan anaerob
o Antibiotika preoperative diberikan dengan order dari ahli bedah.
o Antibiotik profilaksis harus diberikan sebelum operasi dimulai.
Biasanya digunakan antibiotik kombinasi, seperti Cefotaxime dan
Clindamycin, atau Cefepime dan Metronidazole. Kombinasi ini dipilih
karena frekuensi bakteri yang terlibat, termasuk Escherichia coli,
Pseudomonas aeruginosa, Enterococcus, Streptococcus viridans,
Klebsiella, dan Bacteroides.
2. Operasi
Teknik operasi Appendectomy
A. Open Appendectomy
1. Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik.
2. Dibuat sayatan kulit: Horizontal Oblique
3. Dibuat sayatan otot, ada dua cara:
a. Pararectal/ Paramedian
Sayatan pada vaginae tendinae M. rectus abdominis lalu otot disisihkan
ke medial. Fascia diklem sampai saat penutupan vagina M. rectus
abdominis karena fascia ada 2 supaya jangan tertinggal pada waktu
penjahitan karena bila terjahit hanya satu lapis bisa terjadi hernia
cicatricalis.
b. Mc Burney/ Wechselschnitt/ muscle splitting
Sayatan berubah-ubah sesuai serabut otot.
A. Laparoscopic Appendectomy
Pertama kali dilakukan pada tahun 1983. Laparoscopic dapat dipakai
sarana diagnosis dan terapeutik untuk pasien dengan nyeri akut
abdomen dan suspek Appendicitis acuta. Laparoscopic kemungkinan
sangat berguna untuk pemeriksaan wanita dengan keluhan abdomen
bagian bawah. Membedakan penyakit akut ginekologi dari
Appendicitis acuta sangat mudah dengan menggunakan laparoskop.
Tipe operasi appendik
1.Appendiktomi cito (appendicitis akut, abses, dan perforasi)
2.Appendiktomi elektif (appendisitis kronis)
3.Konservatif kemudian operasi elektif (appendisitis infiltrat)
Operasi Appendisitis akut disebut : A. Chaud
Operasi Appendisitis kronis disebut : A. Froi
3. Pascaoperasi
Perlu dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui
terjadinya pendarahan di dalam, syok, hipertermia, atau gangguan
pernafasan. Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar, sehingga
aspirasi cairan lambung dapat dicegah. Baringkan pasien dalam posisi
Fowler. Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan.
Selama itu pasien dipuasakan. Bila tindakan operasi lebih besar, misalnya
pada perforasi atau peritonitis umum, puasa diteruskan sampai fungsi usus
kembali normal.
Satu hari pascaoperasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di
tempat tidur selama 2x 30 menit. Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan
duduk di luar kamar. Hari ke tujuh jahitan dapat diangkat dan pasien
diperbolehkan pulang.
2.9 Alogoritma apendik
BAB III
TINJAUAN OBAT
1. IVFD RINGER LAKTAT
Komposisi : Na laktat 3,1 g, NaCl 6 g, KCl 0.3 g, CaCl2 0.2 g,
air untuk injeksi ad 1000 mL.
Kelas Terapi : Elektrolit
Mekanisme Aksi : Merupakan larutan isotonik natrium klorida,
kalium klorida, kalsium klorida, dan natrium laktat
yang komposisinya mirip dengan cairan ektra
seluler, terdistribusi kedalam cairan intravaskuler
dan interstisial.
Dosis : 500-1000 mL IV, disesuaikan dengan kondisi
penderita.
Indikasi : Mengembalikan keseimbangan elektrolit pada
dehidrasi.
Kontra Indikasi : Hipernatremia, kelainan ginjal, kerusakan sel hati,
laktat asidosis.
Efek Samping : Panas, infeksi pada tempat penyuntikan,
thrombosis vena atau flebitis yang meluas dari
tempat penyuntikan, ekstravasasi.
Interaksi Obat : Tidak dicampurkan dengan larutan yang
mengandung fosfat.
Pemberian : Intravena, disesuaikan dengan kondisi penderita.
Peringatan : Jangan dicampur dengan larutan yang mengandung
fosfat.
2. RANITIDIN
Komposisi : Ranitidin HCL
Kelas Terapi : Antagonis H2
Mekanisme Aksi : menghambat kerja histamin secara kompetitif pada
reseptor H2 dan mengurangi sekresi asam
lambung.
Dosis : 150 mg 2 kali sehari (pagi dan malam) atau 300
mg sekali sehari sesudah makan malam atau
sebelum tidur, selama 4 – 8 minggu.
Tukak lambung aktif. 150 mg 2 kali sehari (pagi
dan malam) selama 2 minggu.
Terapi pemeliharaan pada penyembuhan tukak 12
jari dan tukak lambung. Dewasa : 150 mg, malam
hari sebelum tidur.
Keadaan hipersekresi patologis (Zollinger –
Ellison, mastositosis sistemik). Dewasa : 150 mg, 2
kali sehari dengan lama pengobatan ditentukan
oleh dokter berdasarkan gejala klinik yang ada.
Dosis dapat ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan
masing-masing penderita. Dosis hingga 6 g sehari
dapat diberikan pada penyakit yang berat.
Refluks gastroesofagitis. Dewasa : 150 mg, 2 kali
sehari.
Esofagitis erosif. Dewasa : 150 mg, 4 kali sehari.
Pemeliharaan dan penyembuhan esofagitis erosif.
Dewasa : 150 mg, 2 kali sehari.
Dosis pada penderita gangguan fungsi ginjal. Bila
bersihan kreatinin < 50 mL / menit : 150 mg / 24
jam. Bila perlu dosis dapat ditingkatkan secara
hati-hati setiap 12 jam atau kurang tergantung
kondisi penderita.
Hemodialisis menurunkan kadar Ranitidin yang
terdistribusi
Indikasi : Pengobatan jangka pendek tukak usus 12 jari aktif,
tukak lambung aktif, mengurangi gejala refluks
esofagitis.
Terapi pemeliharaan setelah penyembuhan tukak
usus 12 jari, tukak lambung.
Pengobatan keadaan hipersekresi patologis (misal :
sindroma Zollinger Ellison dan mastositosis
sistemik).
Ranitidin injeksi diindikasikan untuk pasien rawat
inap di rumah sakit dengan keadaan hipersekresi
patologis atau ulkus dua belas jari yang sulit diatasi
atau sebagai pengobatan alternatif jangka pendek
pemberian oral pada pasien yang tidak bisa diberi
Ranitidin oral
Kontra Indikasi : Penderita yang hipersensitif terhadap Ranitidin.
Efek Samping : sakit kepala. Susunan saraf pusat, jarang terjadi :
malaise, pusing, mengantuk, insomnia, vertigo,
agitasi, depresi, halusinasi.
Kardiovaskular, jarang dilaporkan : aritmia seperti
takikardia, bradikardia, atrioventricular block,
premature ventricular beats.
Gastrointestinal : konstipasi, diare, mual, muntah,
nyeri perut. Jarang dilaporkan : pankreatitis.
Muskuloskeletal, jarang dilaporkan : artralgia dan
mialgia.
Hematologik : leukopenia, granulositopenia,
pansitopenia, trombositopenia (pada beberapa
penderita). Kasus jarang terjadi seperti
agranulositopenia, trombositopenia, anemia
aplastik pernah dilaporkan.
Endokrin : ginekomastia, impoten dan hilangnya
libido pernah dilaporkan pada penderita pria.
Kulit, jarang dilaporkan : ruam, eritema
multiforme, alopesia.
Interaksi Obat : Pemberian bersama warfarin dapat meningkatkan
atau menurunkan waktu protrombin.
Pemberian : Oral dan IV
Peringatan : umum : pada penderita yang memberikan respon
simptomatik terhadap Ranitidin, tidak menghalangi
timbulnya keganasan lambung.
Karena Ranitidin diekskresi terutama melalui
ginjal, dosis Ranitidin harus disesuaikan pada
penderita dengan gangguan fungsi ginjal.
Hati-hati pemberian pada gangguan fungsi hati
karena Ranitidin di metabolisme di hati.
Hindarkan pemberian pada penderita dengan
riwayat porfiria akut.
Hati-hati penggunaan pada wanita menyusui
3. Cefepine
Komposisi : Cefepine HCL
Kelas Terapi : Antibiotik Sefalosporin
Mekanisme Aksi : dengan menghambat sintesis dinding sel mikroba.
Yang dihambat adalah reaksi transpeptidase tahap
ketiga dalam rangkaian reaksi pembentukan
dinding sel
Dosis : ISK ringan s /d sedang 500 mg – 1 gram IV/IM
tiap 12 jam .Infeksi berat 2 gram IV tiap 12
jam .Infeksi sangat berat s /d mengancam jiwa 2
garam tiap 8 jam .
Indikasi : Infeksi saluran nafas bawah ( Phenomonia dan
Bronkophenomonia ), ISK atas (piolonefritis ) dan
baah terkomplikasi ,infeksi kulit dan jaringan
lunak.infeksi intra abdominal (Pariotonitis dan
saluran empedu ) infeksi ginekologi terkomplikasi
septikemia terapi empirik pada neutropenia fibril.
Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap golongan sefalosporin
,panisilin atau antibiotik β laktam lainya.
Efek Samping : Alergi,ruam kulit,urtikuria ,pruritus ,demam reaksi
alergi akut dan berat,mual ,muntah dan nyeri
abdomen ,diare dispepsia ,nyeri dada ,takikardi
,batuk,nyeri tenggorokan ,dispenia ,sakit
kepala,pusing, cemas bingung,
Interaksi Obat : Metrodinazol, vankomisin ,gentamisin tobramisin
sulfat,netilmisn sulfat aminoglikosida diuretik
furosemid.
Pemberian : Diberikan secara IM / IV
Peringatan : Penggunaa jangka panjang dapat menyebabkan
neutropenia .pasien mengalami diare yang
berhubungan dengan gangguan antibiotik, hamil
,laktasi anak <13 tahun.
4. Ketorolac
Komposisi : Ketorolac tromethamine
Kelas Terapi : NSAID
Mekanisme Aksi : kerjanya menghambat enzim siklooksogenase
(prostaglandin sintetase). Selain menghambat
sintese prostaglandin, juga menghambat
tromboksan A2. ketorolac tromethamine
memberikan efek anti inflamasi dengan
menghambat pelekatan granulosit pada pembuluh
darah yang rusak, menstabilkan membrane lisosom
dan menghambat migrasi leukosit
polimorfonuklear dan makrofag ke tempat
peradangan
Dosis : Inj IM /IV bolus IV diberikan dalam 15 menit .
durasi terapi maksimal : 2 hari
Dewasa : 10 mg dilanjutkan 10 -30 mg 4- 6 jam
kemudian dosis total harian maksimal :DWS 90
mg :Lansia .pasien dngan ganguan fungsi ginjal
atau berat badan : 60 mg
Indikasi : Terapi jangka pendek nyeri post op akut sedang
hingga berat.
Kontra Indikasi : Manifestasi alergi akibat asetosal atau AINS
lain.ulkus peptik aktif ,penyakit serebrovaskular
,diatesis pendarahan diantaranya gangguan
pembekuan darah ,sindroma polip nasal parsial atau
komplit ,angioedema atau bronkospasme,
hipovalemia penyakit seang sampai berat ,riwayat
asma ,sindrom stephen jensen atau ruam
vasikobulosa .
Efek Samping : Diare,Dispepsia ,nyeri abdominal ,neusea ,sakit
kepala ,pusing ,mengantuk
berkeringat,konstipasi ,gangguan fungsi
hati,malena ulkus peptik, pendarahan
rektal,stomatitis ,,vomitus ,kembung,depresi,mulut
kering eforia,haus
,perestasi,vertigo,asma,dispnea,oliguria,poliuria,
Interaksi Obat : Warfarisn ,salisilat,litium,mototreksat,penghambat
ace.diuretik,aminoglikoida,antiepilepsi,agen
psikoaktif
Pemberian : Diberikan secara injeksi IM/IV
Peringatan : Riwayat pendarahan Gl:gangguan pembekuan
darah ,gagal jantung,hiperteni,
5. Paracetamol
Komposisi : Paracetammol
Kelas Terapi : Analgeti antipiretik
Mekanisme Aksi : Paracetamol bekerja dengan mengurangi produksi
prostaglandins dengan mengganggu enzim
cyclooksigenase (COX). Parasetamol menghambat
kerja COX pada sistem syaraf .
Dosis : Dws 1 kaplet 3-4 x /hari ,Anak 6-12 tahun 1
/2 – 1
tablet tiap 4-6 jam , 2-5 tahun 1
/4-1
/2 tablet tiap 4-6
jam ..
Indikasi : Meringankan sakit kepala, sakit gigi serta
menurunkan demam.
Kontra Indikasi : Gangguan fungsi hati berat
Efek Samping : Kerusakan hati dalam penggunaan jangka lama
dengan dosisi besar..
Interaksi Obat : Antikoagulan , antihipertensi , aminopirin
,phenobar , vasopresin .
Pemberian : Diberikan melalui oral
Peringatan : Penyakit ginjal dan pengkomsumsi alkohol
6. Amoxicilin
Komposisi : Amoxicilin trihydrate
Kelas Terapi : Antibiotik β laktam
Mekanisme Aksi : Mensitesa dinding sel,
Dosis : Dws dan anak dengan BB > 20 kg 250 -500 mg tiap 8
jam anak dengan BB < 20 kg 20 - 40 mg /kg BB/ hari
dalam dosis terbagi tiap 8 jam .Penderita dengan
dialisa peritoneal maks 500 mg / hari.Uretritis Go 3
g dosis tunggal.
Indikasi : Infeksi kulit dan jaringan lunak ,saluran nafas saluran
kemih dan kelamin.
Kontra Indikasi : Hipersensitivitas atau punya riwayat hipersensitif
terhadap antibiotik β laktam
( panisilin ,sefalosporin)
Efek Samping : Ruam mokulopapular eritamatosus ,urtikaria serum
sickness , anafilaksis ,gangguan ginjal ,reksi
hematologi .
Interaksi Obat : Probensied ,alopurinol .
Pemberian
Perhatian
:
:
Amoxicilin yang diberikan secara oral
Leukemia limfatik ,hamil ,laktasi,Terapi jangka lama,harus
disertai tes fungsi ginjal ,hati dan darah .hentikan
pemberian pada kasus super infeksi ,gagal fungsi ginjal
perlu penyesuian dosis ,tidak untuk menengitis atau
infeksi tulang dan sendi .
7. CEFADROXIL
Komposisi : Cefadroxil 500 mg
Kelas Terapi : Antibiotik Sefalosporin 1st
Dosis : Dewasa : 1-2 gram /hari terbagi dalam 2 dosis tiap
12 jam.
Anak: 25-50 mg/kgBB/hari.
Indikasi : Infeksi saluran nafas, kulit dan jaringan lunak, ISK
& infeksi kelamin, osteomielitis, artitis,
septikemia, peritonitis, sepsis puerperium.
Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap sefalosporin
Efek Samping : Gangguan GI, reaksi hipersensitif
Interaksi Obat : Aminoglikosida, diuretik poten dan probenesid
Pemberian : Diberikan secara oral
Peringatan : Gangguan fungsi ginjal, kolitis, alergi penisilin.
BAB IV
P
EMBAHASAN
No
JENIS
PERMASAALAH
AN
ANALISA MASALAH
PERMASALAHAN
YANG TERKAIT
DENGAN OBAT
KOMENTAR / REKOMENDASI
1. Korelasi antara
terapi obat-dengan
penyakit
1. Adakah obat tanpa
indikasi medis?
2. Adakah pengobatan yang
tidak dikenal?
3. Adakah kondisi klinis
yang tidak diterapi?
dan apakah kondisi
tersebut membutuhkan
terapi obat ?
1. Ada permasaalahan :
1 , 2 , 3
2. Tidak ada
permasaalahan.
Pengobatan yang diberikan belum tepat karena
untuk penangan kolik pasien tidak diberikan
analgetik untuk meredakan nyerinya
2. Pemilihan obat yang
sesuai
1. Bagaimana pemilihan
obat? Apakah sudah
efektif dan merupakan
obat terpilih pada kasus
ini?
1. Ada permasaalahan :
1 , 2 , 3
2. Tidak ada
permasaalahan.
Pemilihan obat telah tepat dan benar. Obat yang
diberikan adalah relative aman untuk pasien.
2. Apakah pemilihan obat
tersebut relative aman?
3. Apakah terapi obat dapat
ditoleransi oleh pasien?
3 Regimen dosis 1. Apakah dosis, frekwensi
dan cara pemberian
sudah
mempertimbangkan
efektifitas keamanan dan
kenyamanan serta sesuai
dengan kondisi pasien?
2. Apakah jadwal
pemberian dosis bisa
memasikmalkan efek
terapi, kepatuhan ,
meminimaIkan efek
samping, interaksi obat,
dan regimen yang
komplek?
3. Apakah lama terapi
sesuai dengan indikasi ?
1. Ada permasaalahan :
1 , 2 , 3
2. Tidak ada
permasaalahan.
.
4 Duplikasi terapi 1. Apakah ada duplikasi
terapi
1. Ada permasaalahan :
1
2. Tidak ada
permasaalahan.
5 Alergi obat atau
intoleran
1. Apakah pasien alergi
atau intoleran terhadap
salah satu obat (atau
bahan kimia yang
berhubungan dengan
pengobatanya)?
2. Apakah pasien telah
tahu yang harus
dilakukan jika terjadi
alergi serius?
1. Ada
permasaalahan : 1 ,
2
2. Tidak ada
permasaalahan.
-
6 Efek merugikan
obat
1. Apakah ada gejala/
permasaalahan medis
yang diinduksi obat?
1. Ada
permasaalahan :1
2. Tidak ada
permasaalahan.
-
7 Interaksi dan
Kontraindikasi
1. Apakah ada interaksi
obat dengan obat?
Apakah signifikan
secara kilnik?
1. Ada
permasaalahan :1 , 2
, 3, 4
2. Tidak ada
2. Apakah ada interaksi
obat dengan makanan?
Apakah bermakna
secara klinis?
3. Apakah ada interaksi
obat dengan data
laboratorium? Apakah
ber-makna secara klinis?
4. Apakah ada
pemberian obat yang
kontra indikasi dengan
keadaan pasien?
permasaalahan.
Kategori Drug Related Problems (Cipolle, 1998)
Kategori DRPs Penyebab DRPs Rekomendasi
Indikasi yang Tidak
Diterapi
Kondisi membutuhkan terapi obat Untuk pemberian obat analgetik di rekomendasikan
pronalgest suppos atau injeksi lainya untuk
menghilangkan rasa nyeri dengan cepat di
bandingkan oral untuk pemberian ini tidak akan
mengganggu puasa pasien selama akan di operasi
Kondisi membutuhkan kelanjutan terapi obat
Kondisi membutuhkan kombinasi obat
Kondisi dengan resiko tertentu dan butuh obat untuk
mencegahnya
Obat dengan Indikasi
yang Tidak Sesuai
Tidak ada indikasi pada saat itu
Menelan obat dengan jumlah yang toksik
Kondisi akibat drug abuse
Lebih baik disembuhkan dengan non-drug therapy
Pemakaian multiple drug yang seharusnya cukup
dengan single drug
Minum obat untuk mencegah efek samping obat lain
Obat Salah
Kondisi menyebabkan obat tidak efektif
Alergi
Obat yang bukan paling efektif untuk indikas
Faktor resiko yang dikontraindikasikan dengan obat
Efektif tapi bukan yang paling aman
Efektif tapi bukan yang paling murah
Refractory
Dosis Terlalu Rendah Dosis obat terlalu rendah untuk menghasilkan respon
Kadar obat dalam darah dibawah kisaran terapi
Frekuensi pemberian, durasi dan cara pemberian obat
pada pasien tidak tepat -
Waktu pemberian profilaksis tidak tepat (misal
antibiotik
profilaksis untuk pembedahan diberikan terlalu awal)
Reaksi Obat Tidak
Diinginkan
Pasien memiliki resiko mengalami efek samping obat
Efek obat berubah akibat penggantian ikatan antara
obat dengan protein atau oleh obat lain
Hasil laboratorium berubah karena obat
Bioavailabilitas obat berubah karena ada interaksi
dengan makanan maupun obat lain
Dosis Terlalu Tinggi
Dosis yang diberikan terlalu tinggi
-
Kadar obat dalam darah pasien melebihi kisaran
terapi
Dosis obat dinaikkan terlalu cepat
Frekuensi pemberian, durasi terapi, dan cara
pemberian obat
Kepatuhan Pasien tidak menerima obat sesuai dengan regimen
karena adanya medication error (prescribing,
dispensing, administrasi, monitoring)
Keyakinan pasien dalam penggunaan obat kurang.
Tidak taat instruksi, berkaitan dengan kepatuhan
pasien dalam mengkonsumsi obat
Harga obat mahal
Tidak memahami cara pemakaan obat yang benar
Keyakinan pasien dalam menggunakan obat
Seorang pasien datang dalam keadaan sadar ke UGD pada tanggal 6 agustus
2014 jam 09.10 WIB dengan keluhan nyeri pada bagian perut kenan bawah
disertai mual dan muntah sudah 2 kali dari pagi .Setelah diperiksa di
diagnosa mengalami kolik abdomen E,C appendisitis acute .Dengan
menghitung point alvagadro besar dari 7 Dokter menyarankan untuk segera
di operasi kemudian pasien menolak saran operasi tersebut kemudian dokter
menberikan obat pulang paracetamol ,amoxicilin dan ranitidin tab untuk
menguraingi gejala yang dikeluhkan oleh pasien yaitu paracetamol untuk
mengurangi rasa sakit pasien ,ranitidin untuk mengatasi mual dan muntah
pasien dan antibiotik diberikan karena appendik biasanya di timbulkan oleh
bakteri dalam literatur penatalaksanaan kolik abdomen seharusnya analgetik
yang diberikan adalah pronalgest suppos atau injeksi analgetik lainya hal ini
disarankan karena pemberian secara suppos atau injeksi efeknya lebih cepat
dari pada tablet sehingga lebih cepat mengatasi nyeri yang di derita oleh
pasien ,tetapi pernyataan dari dokter yang bertugas di bedah hal ini tidak
diberikan pada pasien disebabkan oleh pasien tidak mau operasi sehingga
tidak diberikan analgetik agar mau di operasi. Sekitar Jam 13.00 pasien
datang ke UGD dan memutuskan untuk operasi . Dari UGD pasien
diberikan terapi injeksi Cefepine, injeksi Ranitidin dan infus RL. Setelah
diberikan tindakan di IGD, pasien masuk bangsal bedah. Pasien dipindahkan
ke bangsal bedah dan terapi masih dilanjutkan dan akan dilakukan OK
tanggal 7 agustus 2014 jam 16.30 wib . Selama rawatan pasien di wajibkan
puasa sebelum dioperasi pasien mengeluh rasa nyeri dan mual.
pasien keluar dari ruang ok dengan keadaan setengah sadar .Dirawatan
pasien diberikan terapi injeksi Cefepine ,injeksi Ranitidin dan Injeksi
ketrolak .Dalam literatur pemberian antibiotik untuk pasien yang menderita
appendik akut Antibiotik profilaksis harus diberikan sebelum operasi
dimulai. Biasanya digunakan antibiotik kombinasi, seperti Cefotaxime dan
Clindamycin, atau Cefepime dan Metronidazole. Kombinasi ini dipilih
karena frekuensi bakteri yang terlibat, termasuk Escherichia coli,
Pseudomonas aeruginosa, Enterococcus, Streptococcus viridans, Klebsiella,
dan Bacteroides.
Selama pengobatan pasien diberikan RL untuk mengembalikan
keseimbangan elektrolit pasien, injeksi Ranitidin 2 x 1 ampul diberikan
menekan sekresi asam lambung pasien yang menimbulkn gejala mual
.Injeksi ketrolak diberikan untuk mengatasi rasa nyeri pasien pada luka
operasi . injeksi cefepine diberikan untuk mengatasi agar tidak terjadi
infeksi pada luka operasi.
Pada pengobatan ini pasien menggunakan injeksi cefepine 1 x 2 gram
selama 5 hari dan pada saat pulang pasien tetap diberikan antibiotik.
Berdasarkan literatur waktu penggunaan ceftriaxone disini sudah sesuai,
dimana menurut literatur penggunaan ceftriaxone seharusnya 4-14 hari
untuk menghindari terjadinya toleransi terhadap antibiotika.
Adapun DRP (Drug Related Problem) yang pertama pada kasus ini adalah
adanya indikasi yang tidak diterapi yakni pasien telah mengalami kolik
selama rawatan sebelum operasi pasien mengeluh merasakan nyeri pada
bagian perutnya dari tanggal 6 - 7 agustus 2014 jam 15.00 wib akan di
operasi , namun obat analgetik baru diberikan pada tanggal 7 Juli 2014
setelah operasi dengan alasan pasien di puasakan . Jadi direkomendasikan
untuk memberikan Pronalgest suppos atau injeksi pada saat rawatan
selama akan di operasi untuk mengatasi kolik pasien.
Konseling.
a. Obat Pulang
− Cefadroxil : merupakan antibiotik untuk mengatasi infeksi yang
dialami pasien. Obat ini diminum dua kali sehari setelah makan
setiap 12 jam. Obat ini harus dihabiskan. Bila pasien lupa minum
obat dan masih mendekati waktu minum obat, maka segerakan
minum ketika ingat. Namun jika telah mendekati waktu minum
berikutnya, maka tinggalkan, dan jangan menggandakan
mengkonsumsi obat pada periode berikutnya.
− Paracetamol :merupakan analgetik untuk penghilang rasa nyeri
pada pasien.Obat ini diminum tiga kali sehari setelah makan 12
jam .oabat ini dimakan selama nyeri masih ada apabila nyeri tidk
timbul lagi pada luka operasi maka hentikan makan obat ini.
− Ranitidin :merupakan antagonis H2 untuk mengatasi sekresi
asam lambung yang berlebih pada pasien pasca operasi ,obat ini
dimakan saat makan setelah disuap makan dimakan obat lalu
lanjutkan makan karena absorsi obat yang bagus brsamaan dengan
makanan .
− Kurangi stress.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1997, Kumpulan Kuliah Khusus Ilmu Bedah, Aksara Medisina,
Jakarta
Anonim, 2003, Appendicitis www.wikipwedia.org/wiki/appendicitis.com
Accessed on Agustus 10th, 2014 at 19.00 p.m
Anonim, 2003, Gangguan Saluran Pencernaan www.medicastore.com
Accessed on Agustus 10th, 2014 at 19.00 p.m
Anonim, 2003, Laparoskopi www.medicastore.com Accessed on Agustus
10th, 2014 at 19.00 p.m
August, 1999, Usus Buntu www.kedokteranpacificinternet.com Accessed
on Agustus 10th, 2014 at 19.00 p.m
Cipolle, R.J., Strand, L.M., Morley, P.C., 1998, Pharmaceutical Care
Practice, 73-95, Mc-Graw-Hill, New York
Dipiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R., Wells, B. G., dan
Posey, L, W. 2008. Parmacotherapy A Pathophysiology Approach. ( 7th edition).
New York : Mc Graw Hill
Jong, W.D., 2005, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta.
Luigi S., 2005, Appendicitis www.emedicine.com Accessed on agustus
10th, 2014 at 19.00 p.m
Mansjoer, et al, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga Jilid
Kedua, Media Aesculapius, FK UI
Schwartz, et al, 2000, Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah, Edisi Keenam,
EGC, Jakarta
Soda, K., et al, 2001, Detection of Pinpoint Tenderness on the Appendix
Under Ultrasonography Is Useful to Confirm Acute Appendicitis,
www.jama.comAccessed on June 29th, 2006 at 19.00 p.m.
Mansjoer, Arief. 2001.Kapita Selekta Kedokteran. (Edisi III). Jakarta:
EGC

More Related Content

What's hot

Presentasi ckd (gagal ginjal kronik)
Presentasi ckd (gagal ginjal kronik)Presentasi ckd (gagal ginjal kronik)
Presentasi ckd (gagal ginjal kronik)
Edhy Riawan
 
2. sistem pencernaan
2. sistem pencernaan2. sistem pencernaan
2. sistem pencernaan
AhmadPurnawarmanFais
 
Stroke 2003-151219052420
Stroke 2003-151219052420Stroke 2003-151219052420
Stroke 2003-151219052420
yuli anggraeni
 
Lembar Balik Hipertensi
Lembar Balik HipertensiLembar Balik Hipertensi
Lembar Balik Hipertensi
ghozwatul fikri
 
3 Pemeriksaan TTV
3 Pemeriksaan TTV3 Pemeriksaan TTV
3 Pemeriksaan TTV
Khoirul Ummah
 
Asam urat tinggi
Asam urat tinggiAsam urat tinggi
Asam urat tinggi
yuli anggraeni
 
PPOK (emfisema dan bronkitis kronik) definisi - Tatalaksana
PPOK (emfisema dan bronkitis kronik) definisi - TatalaksanaPPOK (emfisema dan bronkitis kronik) definisi - Tatalaksana
PPOK (emfisema dan bronkitis kronik) definisi - Tatalaksana
Gabriella Cereira Angelina
 
Diare akut
Diare akutDiare akut
Diare akut
fikri asyura
 
ketoasidosis diabetikum
ketoasidosis diabetikumketoasidosis diabetikum
ketoasidosis diabetikum
Letitia Kale
 
Pemeriksaan Fisik Sistem Perkemihan
Pemeriksaan Fisik Sistem PerkemihanPemeriksaan Fisik Sistem Perkemihan
Pemeriksaan Fisik Sistem Perkemihan
Fransiska Oktafiani
 
PPT ANEMIA
PPT ANEMIAPPT ANEMIA
PPT ANEMIA
andalizah
 
hiperkalemia dengan bradikardi
hiperkalemia dengan bradikardihiperkalemia dengan bradikardi
hiperkalemia dengan bradikardi
Andari Purwandari
 
Kurang Kalori Protein
Kurang Kalori ProteinKurang Kalori Protein
Kurang Kalori Protein
Donna Potter
 
Askep Gagal Ginjal Akut & Kronik
Askep Gagal Ginjal Akut & KronikAskep Gagal Ginjal Akut & Kronik
Askep Gagal Ginjal Akut & Kronik
Fransiska Oktafiani
 
Anemia
AnemiaAnemia
Anemia
fikri asyura
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
Fais PPT
 

What's hot (20)

Hipertensi pada anak
Hipertensi pada anakHipertensi pada anak
Hipertensi pada anak
 
Presentasi ckd (gagal ginjal kronik)
Presentasi ckd (gagal ginjal kronik)Presentasi ckd (gagal ginjal kronik)
Presentasi ckd (gagal ginjal kronik)
 
2. sistem pencernaan
2. sistem pencernaan2. sistem pencernaan
2. sistem pencernaan
 
Stroke 2003-151219052420
Stroke 2003-151219052420Stroke 2003-151219052420
Stroke 2003-151219052420
 
Lembar Balik Hipertensi
Lembar Balik HipertensiLembar Balik Hipertensi
Lembar Balik Hipertensi
 
3 Pemeriksaan TTV
3 Pemeriksaan TTV3 Pemeriksaan TTV
3 Pemeriksaan TTV
 
Asam urat tinggi
Asam urat tinggiAsam urat tinggi
Asam urat tinggi
 
PPOK (emfisema dan bronkitis kronik) definisi - Tatalaksana
PPOK (emfisema dan bronkitis kronik) definisi - TatalaksanaPPOK (emfisema dan bronkitis kronik) definisi - Tatalaksana
PPOK (emfisema dan bronkitis kronik) definisi - Tatalaksana
 
Elektrolit
ElektrolitElektrolit
Elektrolit
 
Diare akut
Diare akutDiare akut
Diare akut
 
Askep demam tifoid AKPER PEMDA MUNA
Askep demam tifoid AKPER PEMDA MUNA Askep demam tifoid AKPER PEMDA MUNA
Askep demam tifoid AKPER PEMDA MUNA
 
ketoasidosis diabetikum
ketoasidosis diabetikumketoasidosis diabetikum
ketoasidosis diabetikum
 
Pemeriksaan Fisik Sistem Perkemihan
Pemeriksaan Fisik Sistem PerkemihanPemeriksaan Fisik Sistem Perkemihan
Pemeriksaan Fisik Sistem Perkemihan
 
PPT ANEMIA
PPT ANEMIAPPT ANEMIA
PPT ANEMIA
 
hiperkalemia dengan bradikardi
hiperkalemia dengan bradikardihiperkalemia dengan bradikardi
hiperkalemia dengan bradikardi
 
Kurang Kalori Protein
Kurang Kalori ProteinKurang Kalori Protein
Kurang Kalori Protein
 
Askep Gagal Ginjal Akut & Kronik
Askep Gagal Ginjal Akut & KronikAskep Gagal Ginjal Akut & Kronik
Askep Gagal Ginjal Akut & Kronik
 
Anemia
AnemiaAnemia
Anemia
 
Gonorrhea
GonorrheaGonorrhea
Gonorrhea
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 

Similar to 238941957 case-anak

Askep appendix 1
Askep appendix 1Askep appendix 1
Askep appendix 1
Iksir Jauhari
 
Asuhan keperawatan pasien dengan appendiksitis
Asuhan keperawatan pasien dengan appendiksitisAsuhan keperawatan pasien dengan appendiksitis
Asuhan keperawatan pasien dengan appendiksitis
Arif Al-Amin
 
ASKEP APPENDISITIS KELOMPOK 6.pptx
ASKEP APPENDISITIS KELOMPOK 6.pptxASKEP APPENDISITIS KELOMPOK 6.pptx
ASKEP APPENDISITIS KELOMPOK 6.pptx
janghyun4
 
Asuhan keperawatan apendisitis
Asuhan keperawatan apendisitisAsuhan keperawatan apendisitis
Asuhan keperawatan apendisitis
Arief Yanto
 
Askep apendisitis AKPER PEMKAB MUNA
Askep apendisitis AKPER PEMKAB MUNA Askep apendisitis AKPER PEMKAB MUNA
Askep apendisitis AKPER PEMKAB MUNA
Operator Warnet Vast Raha
 
0914028208 3-bab 2
0914028208 3-bab 20914028208 3-bab 2
0914028208 3-bab 2
afni asmar
 
Askep apendisitis
Askep apendisitisAskep apendisitis
Askep apendisitis
Operator Warnet Vast Raha
 
BAB 2.pdf
BAB 2.pdfBAB 2.pdf
BAB 2.pdf
ErinDwiSafitri
 
Bab ii zamilan Akper pemkab muna
Bab ii zamilan Akper pemkab munaBab ii zamilan Akper pemkab muna
Bab ii zamilan Akper pemkab muna
Operator Warnet Vast Raha
 
Laporan Kasus-PERFORASI GASTER.ppt
Laporan Kasus-PERFORASI GASTER.pptLaporan Kasus-PERFORASI GASTER.ppt
Laporan Kasus-PERFORASI GASTER.ppt
Sanjaya Soebagio
 
Blok16 skenario04-c1
Blok16 skenario04-c1Blok16 skenario04-c1
Blok16 skenario04-c1Xero Choi
 
Appendiks kmb
Appendiks kmbAppendiks kmb
82894087 makalah-jadi-apendisitis
82894087 makalah-jadi-apendisitis82894087 makalah-jadi-apendisitis
82894087 makalah-jadi-apendisitis
David Suhendra
 
Bab ii zamilan AKPER PEMDA MUNA
Bab ii zamilan AKPER PEMDA MUNA Bab ii zamilan AKPER PEMDA MUNA
Bab ii zamilan AKPER PEMDA MUNA
Operator Warnet Vast Raha
 
Revisi app kronik hal 17 slsai
Revisi app kronik hal 17 slsaiRevisi app kronik hal 17 slsai
Revisi app kronik hal 17 slsai
Richard Leonardo
 
PPT KEL 3.pptx
PPT KEL 3.pptxPPT KEL 3.pptx
PPT KEL 3.pptx
AdheliaSya
 
Leaflet usus buntu akper muna
Leaflet usus buntu akper munaLeaflet usus buntu akper muna
Leaflet usus buntu akper muna
Operator Warnet Vast Raha
 
Penydalam srimaryani
Penydalam srimaryaniPenydalam srimaryani
Penydalam srimaryani
Wildan Maulana
 
Bab 2 new
Bab 2 newBab 2 new
Bab 2 new
Misbah Saragih
 

Similar to 238941957 case-anak (20)

Askep appendix 1
Askep appendix 1Askep appendix 1
Askep appendix 1
 
Asuhan keperawatan pasien dengan appendiksitis
Asuhan keperawatan pasien dengan appendiksitisAsuhan keperawatan pasien dengan appendiksitis
Asuhan keperawatan pasien dengan appendiksitis
 
ASKEP APPENDISITIS KELOMPOK 6.pptx
ASKEP APPENDISITIS KELOMPOK 6.pptxASKEP APPENDISITIS KELOMPOK 6.pptx
ASKEP APPENDISITIS KELOMPOK 6.pptx
 
Asuhan keperawatan apendisitis
Asuhan keperawatan apendisitisAsuhan keperawatan apendisitis
Asuhan keperawatan apendisitis
 
Askep apendisitis AKPER PEMKAB MUNA
Askep apendisitis AKPER PEMKAB MUNA Askep apendisitis AKPER PEMKAB MUNA
Askep apendisitis AKPER PEMKAB MUNA
 
0914028208 3-bab 2
0914028208 3-bab 20914028208 3-bab 2
0914028208 3-bab 2
 
Askep apendisitis
Askep apendisitisAskep apendisitis
Askep apendisitis
 
BAB 2.pdf
BAB 2.pdfBAB 2.pdf
BAB 2.pdf
 
Bab ii zamilan Akper pemkab muna
Bab ii zamilan Akper pemkab munaBab ii zamilan Akper pemkab muna
Bab ii zamilan Akper pemkab muna
 
Bab ii zamilan
Bab ii zamilanBab ii zamilan
Bab ii zamilan
 
Laporan Kasus-PERFORASI GASTER.ppt
Laporan Kasus-PERFORASI GASTER.pptLaporan Kasus-PERFORASI GASTER.ppt
Laporan Kasus-PERFORASI GASTER.ppt
 
Blok16 skenario04-c1
Blok16 skenario04-c1Blok16 skenario04-c1
Blok16 skenario04-c1
 
Appendiks kmb
Appendiks kmbAppendiks kmb
Appendiks kmb
 
82894087 makalah-jadi-apendisitis
82894087 makalah-jadi-apendisitis82894087 makalah-jadi-apendisitis
82894087 makalah-jadi-apendisitis
 
Bab ii zamilan AKPER PEMDA MUNA
Bab ii zamilan AKPER PEMDA MUNA Bab ii zamilan AKPER PEMDA MUNA
Bab ii zamilan AKPER PEMDA MUNA
 
Revisi app kronik hal 17 slsai
Revisi app kronik hal 17 slsaiRevisi app kronik hal 17 slsai
Revisi app kronik hal 17 slsai
 
PPT KEL 3.pptx
PPT KEL 3.pptxPPT KEL 3.pptx
PPT KEL 3.pptx
 
Leaflet usus buntu akper muna
Leaflet usus buntu akper munaLeaflet usus buntu akper muna
Leaflet usus buntu akper muna
 
Penydalam srimaryani
Penydalam srimaryaniPenydalam srimaryani
Penydalam srimaryani
 
Bab 2 new
Bab 2 newBab 2 new
Bab 2 new
 

More from homeworkping4

242269855 dell-case-study
242269855 dell-case-study242269855 dell-case-study
242269855 dell-case-study
homeworkping4
 
242266287 case-study-on-guil
242266287 case-study-on-guil242266287 case-study-on-guil
242266287 case-study-on-guil
homeworkping4
 
242259868 legal-research-cases
242259868 legal-research-cases242259868 legal-research-cases
242259868 legal-research-cases
homeworkping4
 
241999259 case-hemstoma-sukonjungtiva
241999259 case-hemstoma-sukonjungtiva241999259 case-hemstoma-sukonjungtiva
241999259 case-hemstoma-sukonjungtiva
homeworkping4
 
241985748 plm-case-study
241985748 plm-case-study241985748 plm-case-study
241985748 plm-case-study
homeworkping4
 
241946212 case-study-for-ocd
241946212 case-study-for-ocd241946212 case-study-for-ocd
241946212 case-study-for-ocd
homeworkping4
 
241941333 case-digest-statcon
241941333 case-digest-statcon241941333 case-digest-statcon
241941333 case-digest-statcon
homeworkping4
 
241909563 impact-of-emergency
241909563 impact-of-emergency241909563 impact-of-emergency
241909563 impact-of-emergency
homeworkping4
 
241905839 mpcvv-report
241905839 mpcvv-report241905839 mpcvv-report
241905839 mpcvv-report
homeworkping4
 
241767629 ethics-cases
241767629 ethics-cases241767629 ethics-cases
241767629 ethics-cases
homeworkping4
 
241716493 separation-of-powers-cases
241716493 separation-of-powers-cases241716493 separation-of-powers-cases
241716493 separation-of-powers-cases
homeworkping4
 
241603963 drug-study-final
241603963 drug-study-final241603963 drug-study-final
241603963 drug-study-final
homeworkping4
 
241585426 cases-vii
241585426 cases-vii241585426 cases-vii
241585426 cases-vii
homeworkping4
 
241573114 persons-cases
241573114 persons-cases241573114 persons-cases
241573114 persons-cases
homeworkping4
 
241566373 workshop-on-case-study
241566373 workshop-on-case-study241566373 workshop-on-case-study
241566373 workshop-on-case-study
homeworkping4
 
241524597 succession-full-cases
241524597 succession-full-cases241524597 succession-full-cases
241524597 succession-full-cases
homeworkping4
 
241356684 citibank
241356684 citibank241356684 citibank
241356684 citibank
homeworkping4
 
241299249 pale-cases-batch-2
241299249 pale-cases-batch-2241299249 pale-cases-batch-2
241299249 pale-cases-batch-2
homeworkping4
 
241262134 rubab-thesis
241262134 rubab-thesis241262134 rubab-thesis
241262134 rubab-thesis
homeworkping4
 
241259161 citizenship-case-digests
241259161 citizenship-case-digests241259161 citizenship-case-digests
241259161 citizenship-case-digests
homeworkping4
 

More from homeworkping4 (20)

242269855 dell-case-study
242269855 dell-case-study242269855 dell-case-study
242269855 dell-case-study
 
242266287 case-study-on-guil
242266287 case-study-on-guil242266287 case-study-on-guil
242266287 case-study-on-guil
 
242259868 legal-research-cases
242259868 legal-research-cases242259868 legal-research-cases
242259868 legal-research-cases
 
241999259 case-hemstoma-sukonjungtiva
241999259 case-hemstoma-sukonjungtiva241999259 case-hemstoma-sukonjungtiva
241999259 case-hemstoma-sukonjungtiva
 
241985748 plm-case-study
241985748 plm-case-study241985748 plm-case-study
241985748 plm-case-study
 
241946212 case-study-for-ocd
241946212 case-study-for-ocd241946212 case-study-for-ocd
241946212 case-study-for-ocd
 
241941333 case-digest-statcon
241941333 case-digest-statcon241941333 case-digest-statcon
241941333 case-digest-statcon
 
241909563 impact-of-emergency
241909563 impact-of-emergency241909563 impact-of-emergency
241909563 impact-of-emergency
 
241905839 mpcvv-report
241905839 mpcvv-report241905839 mpcvv-report
241905839 mpcvv-report
 
241767629 ethics-cases
241767629 ethics-cases241767629 ethics-cases
241767629 ethics-cases
 
241716493 separation-of-powers-cases
241716493 separation-of-powers-cases241716493 separation-of-powers-cases
241716493 separation-of-powers-cases
 
241603963 drug-study-final
241603963 drug-study-final241603963 drug-study-final
241603963 drug-study-final
 
241585426 cases-vii
241585426 cases-vii241585426 cases-vii
241585426 cases-vii
 
241573114 persons-cases
241573114 persons-cases241573114 persons-cases
241573114 persons-cases
 
241566373 workshop-on-case-study
241566373 workshop-on-case-study241566373 workshop-on-case-study
241566373 workshop-on-case-study
 
241524597 succession-full-cases
241524597 succession-full-cases241524597 succession-full-cases
241524597 succession-full-cases
 
241356684 citibank
241356684 citibank241356684 citibank
241356684 citibank
 
241299249 pale-cases-batch-2
241299249 pale-cases-batch-2241299249 pale-cases-batch-2
241299249 pale-cases-batch-2
 
241262134 rubab-thesis
241262134 rubab-thesis241262134 rubab-thesis
241262134 rubab-thesis
 
241259161 citizenship-case-digests
241259161 citizenship-case-digests241259161 citizenship-case-digests
241259161 citizenship-case-digests
 

Recently uploaded

PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _(Ketentuan TERBARU) "PTK 007 Rev-5 Tahun 2...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _(Ketentuan TERBARU) "PTK 007 Rev-5 Tahun 2...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _(Ketentuan TERBARU) "PTK 007 Rev-5 Tahun 2...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _(Ketentuan TERBARU) "PTK 007 Rev-5 Tahun 2...
Kanaidi ken
 
Safety Talk (pentingnya Kesehatan dalam tubuh)
Safety Talk (pentingnya Kesehatan dalam tubuh)Safety Talk (pentingnya Kesehatan dalam tubuh)
Safety Talk (pentingnya Kesehatan dalam tubuh)
pradita22
 
Integrasi Isu Prioritas dalam Capaian Pembelajaran
Integrasi Isu Prioritas dalam Capaian PembelajaranIntegrasi Isu Prioritas dalam Capaian Pembelajaran
Integrasi Isu Prioritas dalam Capaian Pembelajaran
walidumar
 
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.1 SRI WAHYUNI.pdf
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.1 SRI WAHYUNI.pdfKONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.1 SRI WAHYUNI.pdf
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.1 SRI WAHYUNI.pdf
SriWahyuni58535
 
Modul Projek Kearifan Lokal - Warung Pasundan - Fase B (1).pdf
Modul Projek Kearifan Lokal - Warung Pasundan - Fase B (1).pdfModul Projek Kearifan Lokal - Warung Pasundan - Fase B (1).pdf
Modul Projek Kearifan Lokal - Warung Pasundan - Fase B (1).pdf
AdeSutisna19
 
Free Handout 200 Soal UKMPPAI Ed. Giveaway XV.pdf
Free Handout 200 Soal UKMPPAI Ed. Giveaway XV.pdfFree Handout 200 Soal UKMPPAI Ed. Giveaway XV.pdf
Free Handout 200 Soal UKMPPAI Ed. Giveaway XV.pdf
Roni Setiawan
 
Bahan diskusi. PT PPDB SMP SLEMAN 2024 (1).pptx
Bahan diskusi. PT PPDB SMP SLEMAN 2024 (1).pptxBahan diskusi. PT PPDB SMP SLEMAN 2024 (1).pptx
Bahan diskusi. PT PPDB SMP SLEMAN 2024 (1).pptx
PradnyaPadma
 
Modul AJar Rekayasa Perangkat Lunak 2024
Modul AJar Rekayasa Perangkat Lunak 2024Modul AJar Rekayasa Perangkat Lunak 2024
Modul AJar Rekayasa Perangkat Lunak 2024
Herry Prasetyo
 
Modul Ajar Informatika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 8 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Aksi Nyata Buku Non Teks Bermutu Dan Manfaatnya .pdf
Aksi Nyata Buku Non Teks Bermutu Dan Manfaatnya .pdfAksi Nyata Buku Non Teks Bermutu Dan Manfaatnya .pdf
Aksi Nyata Buku Non Teks Bermutu Dan Manfaatnya .pdf
DenysErlanders
 
Materi MATSAMA Pengenalan Kurikulum.pptx
Materi MATSAMA  Pengenalan Kurikulum.pptxMateri MATSAMA  Pengenalan Kurikulum.pptx
Materi MATSAMA Pengenalan Kurikulum.pptx
ssuseraf5f2e
 
JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN 5 SRI WAHYUNI.pdf
JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN 5 SRI WAHYUNI.pdfJURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN 5 SRI WAHYUNI.pdf
JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN 5 SRI WAHYUNI.pdf
SriWahyuni58535
 
Refleksi dan Berbagai Praktik Baik Komunitas Belajar.pptx
Refleksi dan Berbagai Praktik Baik Komunitas Belajar.pptxRefleksi dan Berbagai Praktik Baik Komunitas Belajar.pptx
Refleksi dan Berbagai Praktik Baik Komunitas Belajar.pptx
HidayatulMabrur1
 
Modul Ajar PJOK Kelas 1 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PJOK Kelas 1 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PJOK Kelas 1 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PJOK Kelas 1 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
UNIT 3 PB 2 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docx
UNIT 3 PB 2 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docxUNIT 3 PB 2 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docx
UNIT 3 PB 2 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docx
nengenok23
 
Modul Projek Gaya Hidup Berkelanjutan - Peduli Sampah Selamatkan Generasi - F...
Modul Projek Gaya Hidup Berkelanjutan - Peduli Sampah Selamatkan Generasi - F...Modul Projek Gaya Hidup Berkelanjutan - Peduli Sampah Selamatkan Generasi - F...
Modul Projek Gaya Hidup Berkelanjutan - Peduli Sampah Selamatkan Generasi - F...
AdeSutisna19
 
JUKNIS PENGISIAN IJAZAH SD TAHUN 2024.pdf
JUKNIS PENGISIAN IJAZAH SD TAHUN 2024.pdfJUKNIS PENGISIAN IJAZAH SD TAHUN 2024.pdf
JUKNIS PENGISIAN IJAZAH SD TAHUN 2024.pdf
SeptianTriadi2
 
UNIT 3 PB 2 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docx
UNIT 3 PB 2 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docxUNIT 3 PB 2 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docx
UNIT 3 PB 2 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docx
nengenok23
 
TP dan ATP prakarya dan kewirausahaan (pengolahan) kelas xii.docx
TP dan ATP prakarya dan kewirausahaan (pengolahan) kelas xii.docxTP dan ATP prakarya dan kewirausahaan (pengolahan) kelas xii.docx
TP dan ATP prakarya dan kewirausahaan (pengolahan) kelas xii.docx
PUTRIUTAMA1
 
juknis_2024_new pendaftaran ppdb kota kediri
juknis_2024_new pendaftaran ppdb kota kedirijuknis_2024_new pendaftaran ppdb kota kediri
juknis_2024_new pendaftaran ppdb kota kediri
DaraAOi
 

Recently uploaded (20)

PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _(Ketentuan TERBARU) "PTK 007 Rev-5 Tahun 2...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _(Ketentuan TERBARU) "PTK 007 Rev-5 Tahun 2...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _(Ketentuan TERBARU) "PTK 007 Rev-5 Tahun 2...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _(Ketentuan TERBARU) "PTK 007 Rev-5 Tahun 2...
 
Safety Talk (pentingnya Kesehatan dalam tubuh)
Safety Talk (pentingnya Kesehatan dalam tubuh)Safety Talk (pentingnya Kesehatan dalam tubuh)
Safety Talk (pentingnya Kesehatan dalam tubuh)
 
Integrasi Isu Prioritas dalam Capaian Pembelajaran
Integrasi Isu Prioritas dalam Capaian PembelajaranIntegrasi Isu Prioritas dalam Capaian Pembelajaran
Integrasi Isu Prioritas dalam Capaian Pembelajaran
 
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.1 SRI WAHYUNI.pdf
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.1 SRI WAHYUNI.pdfKONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.1 SRI WAHYUNI.pdf
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.1 SRI WAHYUNI.pdf
 
Modul Projek Kearifan Lokal - Warung Pasundan - Fase B (1).pdf
Modul Projek Kearifan Lokal - Warung Pasundan - Fase B (1).pdfModul Projek Kearifan Lokal - Warung Pasundan - Fase B (1).pdf
Modul Projek Kearifan Lokal - Warung Pasundan - Fase B (1).pdf
 
Free Handout 200 Soal UKMPPAI Ed. Giveaway XV.pdf
Free Handout 200 Soal UKMPPAI Ed. Giveaway XV.pdfFree Handout 200 Soal UKMPPAI Ed. Giveaway XV.pdf
Free Handout 200 Soal UKMPPAI Ed. Giveaway XV.pdf
 
Bahan diskusi. PT PPDB SMP SLEMAN 2024 (1).pptx
Bahan diskusi. PT PPDB SMP SLEMAN 2024 (1).pptxBahan diskusi. PT PPDB SMP SLEMAN 2024 (1).pptx
Bahan diskusi. PT PPDB SMP SLEMAN 2024 (1).pptx
 
Modul AJar Rekayasa Perangkat Lunak 2024
Modul AJar Rekayasa Perangkat Lunak 2024Modul AJar Rekayasa Perangkat Lunak 2024
Modul AJar Rekayasa Perangkat Lunak 2024
 
Modul Ajar Informatika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 8 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
 
Aksi Nyata Buku Non Teks Bermutu Dan Manfaatnya .pdf
Aksi Nyata Buku Non Teks Bermutu Dan Manfaatnya .pdfAksi Nyata Buku Non Teks Bermutu Dan Manfaatnya .pdf
Aksi Nyata Buku Non Teks Bermutu Dan Manfaatnya .pdf
 
Materi MATSAMA Pengenalan Kurikulum.pptx
Materi MATSAMA  Pengenalan Kurikulum.pptxMateri MATSAMA  Pengenalan Kurikulum.pptx
Materi MATSAMA Pengenalan Kurikulum.pptx
 
JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN 5 SRI WAHYUNI.pdf
JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN 5 SRI WAHYUNI.pdfJURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN 5 SRI WAHYUNI.pdf
JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN 5 SRI WAHYUNI.pdf
 
Refleksi dan Berbagai Praktik Baik Komunitas Belajar.pptx
Refleksi dan Berbagai Praktik Baik Komunitas Belajar.pptxRefleksi dan Berbagai Praktik Baik Komunitas Belajar.pptx
Refleksi dan Berbagai Praktik Baik Komunitas Belajar.pptx
 
Modul Ajar PJOK Kelas 1 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PJOK Kelas 1 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PJOK Kelas 1 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PJOK Kelas 1 Fase A Kurikulum Merdeka
 
UNIT 3 PB 2 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docx
UNIT 3 PB 2 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docxUNIT 3 PB 2 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docx
UNIT 3 PB 2 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docx
 
Modul Projek Gaya Hidup Berkelanjutan - Peduli Sampah Selamatkan Generasi - F...
Modul Projek Gaya Hidup Berkelanjutan - Peduli Sampah Selamatkan Generasi - F...Modul Projek Gaya Hidup Berkelanjutan - Peduli Sampah Selamatkan Generasi - F...
Modul Projek Gaya Hidup Berkelanjutan - Peduli Sampah Selamatkan Generasi - F...
 
JUKNIS PENGISIAN IJAZAH SD TAHUN 2024.pdf
JUKNIS PENGISIAN IJAZAH SD TAHUN 2024.pdfJUKNIS PENGISIAN IJAZAH SD TAHUN 2024.pdf
JUKNIS PENGISIAN IJAZAH SD TAHUN 2024.pdf
 
UNIT 3 PB 2 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docx
UNIT 3 PB 2 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docxUNIT 3 PB 2 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docx
UNIT 3 PB 2 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docx
 
TP dan ATP prakarya dan kewirausahaan (pengolahan) kelas xii.docx
TP dan ATP prakarya dan kewirausahaan (pengolahan) kelas xii.docxTP dan ATP prakarya dan kewirausahaan (pengolahan) kelas xii.docx
TP dan ATP prakarya dan kewirausahaan (pengolahan) kelas xii.docx
 
juknis_2024_new pendaftaran ppdb kota kediri
juknis_2024_new pendaftaran ppdb kota kedirijuknis_2024_new pendaftaran ppdb kota kediri
juknis_2024_new pendaftaran ppdb kota kediri
 

238941957 case-anak

  • 1. Get Homework/Assignment Done Homeworkping.com Homework Help https://www.homeworkping.com/ Research Paper help https://www.homeworkping.com/ Online Tutoring https://www.homeworkping.com/ click here for freelancing tutoring sites LAPORAN PHARMACY CLERKSHIP (PRAKTEK KEPANITERAAN KLINIK) CASE REPORT STUDY BANGSAL ANAK “KOLIK ABDOMEN DAN SUSP APPENDISITIS AKUT ” Oleh: 1. WINALDI FITRA S, S.Farm (1341012180)
  • 2. 2. YESSI ELFITSYA, S.Farm (1341012185) PROGRAM STUDI APOTEKER ANGKATAN I FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2014
  • 3. BAB I PENYUSUNAN INFORMASI DASAR 1.1 Data Pasien Data Umum No. MR : 5/14 Ruangan : Rawat Inap Anak Nama Pasien : Rahmatul Fahri Dokter yang merawat : dr. Y,Sp.A Alamat : Batipuh ateh Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Umur : 3 Tahun Pekerjaan : - Tinggi : -- Tgl Masuk : 22 Agustus 2014 Berat : 13 kg Tgl Keluar : Agustus 2014 1.2 Anamnesa Riwayat penyakit sekarang • Demam sejak 2 hari yang lalu • Tadi malam kejang 3 kali , di IGD pasien sadar • Batuk( + ) • Riwayat kejang (+ ) seblumnya • Mencret (-) ,Mual (-) ,Muntah (-) Riwayat pengobatan - Riwayat penyakit sebelumnya Ada Riwayat kejang sebelumnya Riwayat sosial dan pekerjaan -
  • 4. 1.3 Pemeriksaan Fisik dan Data Penunjang Lain Vital sign Tanggal 23/08 24/08 25/08 26/08 27/08 Tekanan Darah (mmHg) Nafas (x/i) 24 Nadi (x/i) 110 Suhu ( 0 C) 390 0 0 0
  • 5. 1.4 Data Pemeriksaan Laboratorium 1.5 Diagnosa Kejang Demam Komplek 1.6 Terapi - Tindakan terapi di IGD o IVFD 2 A 10 gtt / i makro amox syrup 3x cth ( 250 mg ) o Dumin supp.125 N0.1 38.5 0 ( 07.00 wib ) o Bromheksin syrup 3 x cth I o Rawat anak Tanggal pemeriksaan Pemeriksaan Normal Satuan Hasil 22/08/2014 Darah Hb 13,3- 17,2 g/dL 11,8 Leukosit 5000-10000 /pL 20.810 Hematokrit 37-43 (Pr) % 39 Trombosit 150-400.103 /µL 319.000 Kimia Klinik GDR < 200 mg/dL 112
  • 6. 1.7 Follow Up Perjalanan penyakit pasien Instruksi dokter
  • 7. 22/08-14 Kejang demam komplek Keluhan - Demam - Batuk Pf . Paru = Vesikus Jam 11.15 Demam (+) Pf =39.30 C 23/08 -14 Keluhan - Demam (+) - Kejang (-) 24/08-14 Keluhan - Demam (+) T = 38.5 0 c - Kenaren sore setelah diberikan dumin suppos suhu tetap 38.5 0 C 25 /08 -14 Keluhan - Demam Tinggi (+) 26/08-14 Keluhan R/ IVFD cairan 2 A 10 tetes / i In.luminal 15 mg Ekstra In.amoxicilin 3 x 250 mg Luminal 2 x 60 mg Pct 3 x cth Bromheksin 3 x cth I Vit C + Vit B 3x ½ Tab R/ Pharmadol infus 250 Cc Terapi lanjut R/ infus Pharmadol Aff PCT infus 250 Cc IVFD Cairan 2 A 10 tetes /i In.Ciftazidine 2 x 300 mg In.PCT tab 3x 15 mg ( IV) Bromheksin 2 x cth Vit c + vit B 3 x ½ tab IVFD Cairan 2 A 10 tetes /i In.Ciftazidine 2 x 300 mg
  • 8. - Demam ( + ) 27 / 8 -14 Keluhan - Demam ( - ) - Kejang ( - ) 28 /8 – 14 Pulang Luminal 2 X 30 mg In.PCT tab 3x 15 mg ( IV) Bromheksin 2 x cth Vit c + vit B 3 x ½ tab Terapi lanjut
  • 9. 1.8 Terapi Farmakologi Nama obat Dosis Tanggal 22/08 23/08 24/08 2508 26/08 27/08 28/08 IVFD 2 A 10 tetes/ i √(Aff 11.15) √ √ √ Infus pharmadol 250 Cc √ √ aff Infus pct 250 Cc √ aff Amoxicilin syrup 3x 1 cth (p.o) √ aff Pct Syrup 4x1cth (p.o) √ √ √ √ √ √ √ Bromheksin 3 x1 cth (p.o) √ √ √ √ √ √ √ Vit c + vit B pulv 3x1 (p.o) √ √ √ √ √ √ √ Luminal 3 x 30 mg √ √ √ √ In .Ceftazidine 2 x 300 mg (Iv) √ √ √ √ In .amoxicilin 3x 250 mg ( Iv) √ √ √ In. PCT 3x 15 mg (Iv) √ √ √ √ In.luminal 1x 15 mg (im ) √ √ √
  • 10. Luminal tab 2x 60 mg √ √ √ Dumin supp 125 mg 1 x1 √
  • 11. 1.9 Obat Pulang No. Nama Obat Dosis Durasi 1 PCT syrup 3x1 cth 5 hari 2 Amoxiilin syrup 3x1 cth 5 hari 3 Bromheksin Syrup 3x1 cth 5 hari 4 Vit c + vit B com 3x1 5 hari
  • 12. BAB II TINJAUAN RINGKAS PENYAKIT 2.1 Defenisi Apendisitis Apendisitis adalah peradangan dari apendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia antara 10-30 tahun ( Kapita Selekta, 2000 ). Sedangkan menurut Smeltzer C. Suzanne(2001), Apendisitis adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan dari rongga abdomen dan merupakan penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat. 2.2 Klasifikasi apendisitis Klasifikasi Apendisitis terbagi menjadi dua yaitu, apendisitis akut dan apendisitis kronik (Sjamsuhidayat, 2005) 1. Apendisitis akut (mendadak). Sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh radang mendadak, diserta maupun tidak disertai rangsang peritonieum lokal. Gajala apendisitis akut talah nyeri samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri viseral didaerah epigastrium disekitar Umbilikus . Keluhan ini sering disertai mual dan kadang muntah. Umumnya nafsu makan menurun. Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah Ketitik mcBurney. Disini nyeri dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga merupakan nyeri somatik setempat. 2. Apendisitis kronik. Diagnosis apendisitis kronis baru dapat ditegakkan jika ditemukan adanya : riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu, radang kronik apendiks secara makroskopik dan mikroskopik . Kriteria
  • 13. mikroskopik apendisitis kronik adalah fibrosis menyeluruh dinding apendiks, sumbatan parsial atau total lumen apendiks , adanya jaringan parut dan ulkus lama dimukosa , dan adanya Sel inflamasi kronik. Insiden apendisitis kronik antara 1-5%. Gejala apendisitis kronis sedikit mirip dengan sakit asam lambung dimana terjadi nyeri samar (tumpul) di daerah sekitar pusar dan terkadang demam yang hilang timbul. Seringkali disertai dengan rasa mual, bahkan kadang muntah, kemudian nyeri itu akan berpindah ke perut kanan bawah dengan tanda-tanda yang khas pada apendisitis akut. Penyebaran rasa nyeri akan bergantung pada arah posisi/letak apendiks itu sendiri terhadap usus besar, Apabila ujung apendiks menyentuh saluran kemih, nyerinya akan sama dengan sensasi nyeri kolik saluran kemih, dan mungkin ada gangguan berkemih. Bila posisi apendiks ke belakang, rasa nyeri muncul pada pemeriksaan tusuk dubur atau tusuk vagina. Pada posisi usus buntu yang lain, rasa nyeri mungkin tidak spesifik 2.3 Etiologi Apendisitis Apendisitis umumnya terjadi karena infeksi bakteri. Penyumbatan lumen apendiks disebabkan oleh hyperplasia folikel limfoid, fekalit, striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya,cacing usus atau neoplasma. penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan apendisitis ialah erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E. Histolityca. (Schwartz, 2000) Penyebab sumbatan 60% adalah hyperplasia kelenjar getah bening,35% disebabkan karena fekalith, 4% oleh benda asing (termasuk cacing), dan 1% oleh striktur lumen yang bisa disebabkan karsinoma (Aksara Medisina,1997) 2.4 Patofisiologi apendisitis Pada dasarnya appendicitis akut adalah suatu proses penyumbatan yang mengakibatkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin lama mucus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang
  • 14. mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium. (De Jong,2005) Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif akut. (Kapita Selekta, 2000) Setelah mukosa terkena, kemudian serosa juga terinvasi sehingga akan merangsang peritoneum parietale, maka timbul nyeri somatic yang khas yaitu di sisi kanan bawah (titik Mc Burney). Titik Mc Burney terletak pada 1/3 lateral garis yang menghubungkan SIAS dan umbilicus. (Aksara Medisina, 1997) Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi. (Kapita Selekta,2000) Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak ke arah apendiks sehingga melokalisasi daerah infalmasi, yaitu dengan mengelompok dan memebentuk suatu infiltrate apendiks dan disebut proses walling off. Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang. (Aksara Medisina, 1997) Pada orang tua kemungkinan terjadi perforasi lebih besar karena daya tahan tubuh sudah lemah dan telah ada gangguan pembuluh darah. Pada anak- anak, karena omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang, dinding apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan terjadinya perforasi. (Kapita Selekta, 2000)
  • 15. 2.5 Manifestasi Klinik Gambaran klinis appendicitis akut 1.Tanda awal nyeri mulai di epigastrium atau region umbilicus disertai mual dan anorexia. Demam biasanya ringan, dengan suhu sekitar 37,5 - 38,5o C. Bila suhu lebih tinggi, mungkin sudah terjadi perforasi.. 2.Nyeri berpindah ke kanan bawah dan menunjukkan tanda rangsangan peritoneum lokal di titik Mc Burney • nyeri tekan • nyeri lepas • defans muskuler 3.Nyeri rangsangan peritoneum tak langsung • nyeri kanan bawah pada tekanan kiri (Rovsing’s Sign) • nyeri kanan bawah bila tekanan di sebelah kiri dilepaskan (Blumberg’s Sign) • nyeri kanan bawah bila peritoneum bergerak , seperti nafas dalam, berjalan, batauk atau mengedan.( De Jong, 2005) Gejala apendisitis akut pada anak tidak spesifik. Gejala awalnya sering hanya rewel dan tidak mau makan. Anak biasanya tidak bisa melukiskan rasa nyerinya. Dalam beberapa jam kemudian akan timbul muntah-muntah dan anak menjadi lemah dan letargi. Karena gejala yang tidak khas tadi, sering apendisitis diketahui setelah perforasi. Pada bayi, 80-90% apendisitis baru diketahui setelah terjadi perforasi. Pada beberapa keadaan, apendisitis agak sulit didiagnosis sehingga tidak ditangani pada waktunya dan terjadi komplikasi. Misalnya, pada orang berusia lanjut yang gejalanya sering samar-samar saja sehingga lebih dari separuh penderita baru dapat didiagnosis setelah perforasi.
  • 16. Pada kehamilan, keluhan utama apendisitis adalah nyeri perut, mual dan muntah. Yang perlu diperhatikan adalah, pada kehamilan trimester pertama sering juga terjadi mual dan muntah. Pada kehamilan lanjut, sekum dan apendiks terdorong ke kraniolateral sehingga keluhan tidak dirasakan diperut kanan bawah tetapi lebih ke regio lumbal kanan. (De Jong, 2005) Gambar 1.Titik M.c Burney 2.6 Pemeriksaan 2.6.1 Pemeriksaan Fisik 1. Inspeksi - tidak ditemukan gambaran spesifik. - kembung sering terlihat pada komplikasi perforasi. - penonjolan perut kanan bawah bisa dilihat pada masaa atau abses periapendikuler. - tampak perut kanan bawah tertinggal pada pernafasan 2. Palpasi - nyeri yang terbatas pada regio iliaka kanan, bisa disertai nyeri tekan lepas. - defans muscular menunjukkan adanya rangsangan peritoneum parietale. - pada apendisitis retrosekal atau retroileal diperlukan palpasi dalam untuk menentukan adanya rasa nyeri.
  • 17. 3. Perkusi - terdapat nyeri ketok,pekak hati ( jika terjadi peritonotos, pekak hati ini hilang karena bocoran usus, maka udara bocor) 4. Auskultasi - sering normal - peristaltic dapat hilang karena ileus paralitik pada peritonitis generalisata akibat apendisitis perforata pada keadaan lanjut - bising usus tidak ada (karena peritonitis) 5. Rectal Toucher - tonus musculus sfingter ani baik - ampula kolaps - nyeri tekan pada daerah jam 09.00-12.00 - terdapat massa yang menekan rectum (jika ada abses). - pada apendisitis pelvika tanda perut sering meragukan maka kunsi diagnosis dalah nyeri terbatas sewaktu dilakukan colok dubur. 6. Uji Psoas Dilakukan dengan rangsangan otot psoas lewat hiperekstensi sendi panggul kanan atau fleksi aktif sendi panggul kanan, kemudian paha kanan ditahan. Bila apendiks yang meradang menepel di m. poas mayor, tindakan tersebut akan menimbulkan nyeri. 7. Uji Obturator Digunakan untuk melihat apakah apendiks yang meradang kontak dengan m. obturator internus yang merupakan dinding panggul kecil. Gerakan fleksi dan endorotasi sendi panggul pada posisi terlentang akan menimbulkan nyeri pada apendisitis pelvika. Pemeriksaan uji psoas dan uji obturator merupakan pemeriksaan yang lebih ditujukan untuk mengetahui letak apendiks.
  • 18. 8. Alvarado Score Digunakan untuk menegakkan diagnosis sebagai appendisitis akut atau bukan, menjadi 3 symptom, 3 sign dan 2 laboratorium Alvarado Score: Manifestasi Gejala Adanya migrasi nyeri 1 Anoreksia 1 Mual /muntah 1 Tanda Nyeri RLQ 2 Nyeri lepas 1 Febris 1 Laboratorium Leukositosis 2 Shift to the left 1 Total poin 10 Keterangan: 0-4 : kemungkinan Appendicitis kecil 5-6 : bukan diagnosis Appendicitis 7-8 : kemungkinan besar Appendicitis 9-10 : hampir pasti menderita Appendicitis Bila skor 5-6 dianjurkan untuk diobservasi di rumah sakit, bila skor >6 maka tindakan bedah sebaiknya dilakukan. 2.6.2 Pemeriksaan Penunjang 1.Laboratorium a. Pemeriksaan darah - leukositosis pada kebanyakan kasus appendisitis akut terutama pada kasus dengan komplikasi. Jumlah leukosit diatas 10.000 ditemukan pada lebih dari 90% anak dengan appendicitis akuta. Jumlah leukosit pada penderita appendicitis berkisar antara 12.000-18.000/mm3 . Peningkatan persentase jumlah neutrofil (shift to the left) dengan jumlah normal leukosit menunjang diagnosis klinis appendicitis. Jumlah leukosit yang normal jarang ditemukan pada pasien dengan appendicitis1 - pada appendicular infiltrat, LED akan meningkat
  • 19. b. Pemeriksaan urin untuk melihat adanya eritrosit, leukosit dan bakteri di dalam urin. Pemeriksaan ini sangat membantu dalam menyingkirkan diagnosis banding seperti infeksi saluran kemih atau batu ginjal yang mempunyai gejala klinis yang hampir sama dengan appendicitis. (www.medicastore.com, 2003) Pemeriksaan urinalisis membantu untuk membedakan appendicitis dengan pyelonephritis atau batu ginjal. Meskipun demikian, hematuria ringan dan pyuria dapat terjadi jika inflamasi appendiks terjadi di dekat ureter. 2. Radiologis a. Foto polos abdomen Pada appendicitis akut yang terjadi lambat dan telah terjadi komplikasi (misalnya peritonitis),tampak: - scoliosis ke kanan - psoas shadow tak tampak - bayangan gas usus kananbawah tak tampak - garis retroperitoneal fat sisi kanan tubuh tak tampak - 5% dari penderita menunjukkan fecalith radio-opak - Appendicogram, hasil positif bila : non filling ,partial filling, mouse tail, cut off. (Aksara Medisina, 1997) b.USG Bila hasil pemeriksaan fisik meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan USG, terutama pada wanita, juga bila dicurigai adanya abses. Dengan USG dapat dipakai untuk menyingkirkan diagnosis banding seperti kehamilan ektopik, adnecitis dan sebagainya. (www.jama.com,2001) c.Barium enema Yaitu suatu pemeriksaan X-Ray dengan memasukkan barium ke colon melalui anus. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan komplikasi- komplikasi dari appendicitis pada jaringan sekitarnya dan juga untuk menyingkirkan diagnosis banding.
  • 20. Foto barium enema yang dilakukan perlahan pada appendicitis akut memperlihatkan tidak adanya pengisian apendiks dan efek massa pada tepi medial serta inferior dari seccum; pengisisan lengkap dari apendiks, menyingkirkan appendicitis. (Schwartz,2000) d. CT-Scan Dapat menunjukkan tanda-tanda dari appendicitis. Selain itu juga dapat menunjukkan komplikasi dari appendicitis seperti bila terjadi abses. e. Laparoscopi Yaitu suatu tindakan dengan menggunakan kamera fiberoptic yang dimasukkan dalam abdomen, appendix dapat divisualisasikan secara langsung.Tehnik ini dilakukan di bawah pengaruh anestesi umum. Bila pada saat melakukan tindakan ini didapatkan peradangan pada appendix maka pada saat itu juga dapat langsung dilakukan pengangkatan appendix.(www.medicastore.com, 2006) 2.7 Diagnosis Banding 1. Gastroenteritis akut Adalah kelainan yang sering dikacaukan dengan apendisitis. Pada kelainan ini muntah dan diare lebih sering. Demam dan lekosit akan meningkat jelas dan tidak sesuai dengan nyeri perut yang timbul. Lokasi nyeri tidak jelas dan berpindah-pindah. Hiperperistaltik merupakan gejala yang khas. Gastroenteritis biasanya berlangsung akut, suatu observasi berkala akan dapat menegakkan diagnosis. 2. Kehamilan Ektopik Hampir selalu ada riwayat terlambat haid dengan keluhan yang tidak menentu. Jika ada rupture tuba atau abortus kehamilan di luar rahim dengan perdarahan, akan timbul nyeri yang mendadak difus di daerah pelvis dan mungkin terjadi syok hipovolemik. Pada pemeriksaan vaginal didapatkan nyeri dan penonjolan cavum Douglas.
  • 21. 3. Adenitis Mesenterium Penyakit ini juga dapat menunjukkan gejala dan tanda yang identik dengan apendisitis. Penyakit ini lebih sering pada anak-anak, biasanya didahului infeksi saluran nafas. Lokasi nyeri diperut kanan bawah tidak konstan dan menetap. (De Jong, 2005) 2.8 Penatalaksanaan 1. Sebelum operasi a. Observasi Dalam 8-12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan gejala apendisitis seringkali masih belum jelas. Dalam keadaan ini observasi ketat perlu dilakukan. Pasien diminta melakukan tirah baring dan dipuasakan. Laktasif tidak boleh diberikan bila dicurigai adanya apendisitis ataupun bentuk peritonitis lainnya. Pemeriksaan abdomen dan rectal serta pemeriksaan darah (lekosit dan hitung jenis) diulang secara periodic. Foto abdomen dan toraks tegak dilakukan untuk mencari kemungkinan adanya penyulit lain. Pada kebanyakan kasus, diagnosis ditegakkan dengan lokalisasi nyeri di daerah kanan bawah dalam 12 jam setelah timbulnya keluhan. Untuk pasien yang dicurigai Appendicitis :12 o Puasakan o Berikan analgetik dan antiemetik jika diperlukan untuk mengurangi gejala o Penelitian menunjukkan bahwa pemberian analgetik tidak akan menyamarkan gejala saat pemeriksaan fisik. o d. Pertimbangkan DD/ KET terutama pada wanita usia reproduksi. o e. Berikan antibiotika IV pada pasien dengan gejala sepsis dan yang membutuhkan Laparotomy
  • 22. b. Antibiotik. Penelitian menunjukkan pemberian antibiotika intravena dapat berguna untuk Appendicitis acuta bagi mereka yang sulit mendapat intervensi operasi (misalnya untuk pekerja di laut lepas), atau bagi mereka yang memilki resiko tinggi untuk dilakukan operasi o Rujuk ke dokter spesialis bedah. o Antibiotika preoperative o Pemberian antibiotika preoperative efektif untuk menurunkan terjadinya infeksi post opersi. o Diberikan antibiotika broadspectrum dan juga untuk gram negative dan anaerob o Antibiotika preoperative diberikan dengan order dari ahli bedah. o Antibiotik profilaksis harus diberikan sebelum operasi dimulai. Biasanya digunakan antibiotik kombinasi, seperti Cefotaxime dan Clindamycin, atau Cefepime dan Metronidazole. Kombinasi ini dipilih karena frekuensi bakteri yang terlibat, termasuk Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Enterococcus, Streptococcus viridans, Klebsiella, dan Bacteroides. 2. Operasi Teknik operasi Appendectomy A. Open Appendectomy 1. Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik. 2. Dibuat sayatan kulit: Horizontal Oblique 3. Dibuat sayatan otot, ada dua cara: a. Pararectal/ Paramedian Sayatan pada vaginae tendinae M. rectus abdominis lalu otot disisihkan ke medial. Fascia diklem sampai saat penutupan vagina M. rectus abdominis karena fascia ada 2 supaya jangan tertinggal pada waktu penjahitan karena bila terjahit hanya satu lapis bisa terjadi hernia cicatricalis.
  • 23. b. Mc Burney/ Wechselschnitt/ muscle splitting Sayatan berubah-ubah sesuai serabut otot. A. Laparoscopic Appendectomy Pertama kali dilakukan pada tahun 1983. Laparoscopic dapat dipakai sarana diagnosis dan terapeutik untuk pasien dengan nyeri akut abdomen dan suspek Appendicitis acuta. Laparoscopic kemungkinan sangat berguna untuk pemeriksaan wanita dengan keluhan abdomen bagian bawah. Membedakan penyakit akut ginekologi dari Appendicitis acuta sangat mudah dengan menggunakan laparoskop. Tipe operasi appendik 1.Appendiktomi cito (appendicitis akut, abses, dan perforasi) 2.Appendiktomi elektif (appendisitis kronis) 3.Konservatif kemudian operasi elektif (appendisitis infiltrat) Operasi Appendisitis akut disebut : A. Chaud Operasi Appendisitis kronis disebut : A. Froi 3. Pascaoperasi Perlu dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya pendarahan di dalam, syok, hipertermia, atau gangguan pernafasan. Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar, sehingga aspirasi cairan lambung dapat dicegah. Baringkan pasien dalam posisi Fowler. Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan. Selama itu pasien dipuasakan. Bila tindakan operasi lebih besar, misalnya pada perforasi atau peritonitis umum, puasa diteruskan sampai fungsi usus kembali normal. Satu hari pascaoperasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur selama 2x 30 menit. Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di luar kamar. Hari ke tujuh jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan pulang.
  • 25. BAB III TINJAUAN OBAT 1. IVFD RINGER LAKTAT Komposisi : Na laktat 3,1 g, NaCl 6 g, KCl 0.3 g, CaCl2 0.2 g, air untuk injeksi ad 1000 mL. Kelas Terapi : Elektrolit Mekanisme Aksi : Merupakan larutan isotonik natrium klorida, kalium klorida, kalsium klorida, dan natrium laktat yang komposisinya mirip dengan cairan ektra seluler, terdistribusi kedalam cairan intravaskuler dan interstisial. Dosis : 500-1000 mL IV, disesuaikan dengan kondisi penderita. Indikasi : Mengembalikan keseimbangan elektrolit pada dehidrasi. Kontra Indikasi : Hipernatremia, kelainan ginjal, kerusakan sel hati, laktat asidosis. Efek Samping : Panas, infeksi pada tempat penyuntikan, thrombosis vena atau flebitis yang meluas dari tempat penyuntikan, ekstravasasi. Interaksi Obat : Tidak dicampurkan dengan larutan yang mengandung fosfat. Pemberian : Intravena, disesuaikan dengan kondisi penderita. Peringatan : Jangan dicampur dengan larutan yang mengandung
  • 26. fosfat. 2. RANITIDIN Komposisi : Ranitidin HCL Kelas Terapi : Antagonis H2 Mekanisme Aksi : menghambat kerja histamin secara kompetitif pada reseptor H2 dan mengurangi sekresi asam lambung. Dosis : 150 mg 2 kali sehari (pagi dan malam) atau 300 mg sekali sehari sesudah makan malam atau sebelum tidur, selama 4 – 8 minggu. Tukak lambung aktif. 150 mg 2 kali sehari (pagi dan malam) selama 2 minggu. Terapi pemeliharaan pada penyembuhan tukak 12 jari dan tukak lambung. Dewasa : 150 mg, malam hari sebelum tidur. Keadaan hipersekresi patologis (Zollinger – Ellison, mastositosis sistemik). Dewasa : 150 mg, 2 kali sehari dengan lama pengobatan ditentukan oleh dokter berdasarkan gejala klinik yang ada. Dosis dapat ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan masing-masing penderita. Dosis hingga 6 g sehari dapat diberikan pada penyakit yang berat. Refluks gastroesofagitis. Dewasa : 150 mg, 2 kali sehari. Esofagitis erosif. Dewasa : 150 mg, 4 kali sehari.
  • 27. Pemeliharaan dan penyembuhan esofagitis erosif. Dewasa : 150 mg, 2 kali sehari. Dosis pada penderita gangguan fungsi ginjal. Bila bersihan kreatinin < 50 mL / menit : 150 mg / 24 jam. Bila perlu dosis dapat ditingkatkan secara hati-hati setiap 12 jam atau kurang tergantung kondisi penderita. Hemodialisis menurunkan kadar Ranitidin yang terdistribusi Indikasi : Pengobatan jangka pendek tukak usus 12 jari aktif, tukak lambung aktif, mengurangi gejala refluks esofagitis. Terapi pemeliharaan setelah penyembuhan tukak usus 12 jari, tukak lambung. Pengobatan keadaan hipersekresi patologis (misal : sindroma Zollinger Ellison dan mastositosis sistemik). Ranitidin injeksi diindikasikan untuk pasien rawat inap di rumah sakit dengan keadaan hipersekresi patologis atau ulkus dua belas jari yang sulit diatasi atau sebagai pengobatan alternatif jangka pendek pemberian oral pada pasien yang tidak bisa diberi Ranitidin oral Kontra Indikasi : Penderita yang hipersensitif terhadap Ranitidin. Efek Samping : sakit kepala. Susunan saraf pusat, jarang terjadi : malaise, pusing, mengantuk, insomnia, vertigo, agitasi, depresi, halusinasi. Kardiovaskular, jarang dilaporkan : aritmia seperti
  • 28. takikardia, bradikardia, atrioventricular block, premature ventricular beats. Gastrointestinal : konstipasi, diare, mual, muntah, nyeri perut. Jarang dilaporkan : pankreatitis. Muskuloskeletal, jarang dilaporkan : artralgia dan mialgia. Hematologik : leukopenia, granulositopenia, pansitopenia, trombositopenia (pada beberapa penderita). Kasus jarang terjadi seperti agranulositopenia, trombositopenia, anemia aplastik pernah dilaporkan. Endokrin : ginekomastia, impoten dan hilangnya libido pernah dilaporkan pada penderita pria. Kulit, jarang dilaporkan : ruam, eritema multiforme, alopesia. Interaksi Obat : Pemberian bersama warfarin dapat meningkatkan atau menurunkan waktu protrombin. Pemberian : Oral dan IV Peringatan : umum : pada penderita yang memberikan respon simptomatik terhadap Ranitidin, tidak menghalangi timbulnya keganasan lambung. Karena Ranitidin diekskresi terutama melalui ginjal, dosis Ranitidin harus disesuaikan pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal. Hati-hati pemberian pada gangguan fungsi hati karena Ranitidin di metabolisme di hati.
  • 29. Hindarkan pemberian pada penderita dengan riwayat porfiria akut. Hati-hati penggunaan pada wanita menyusui 3. Cefepine Komposisi : Cefepine HCL Kelas Terapi : Antibiotik Sefalosporin Mekanisme Aksi : dengan menghambat sintesis dinding sel mikroba. Yang dihambat adalah reaksi transpeptidase tahap ketiga dalam rangkaian reaksi pembentukan dinding sel Dosis : ISK ringan s /d sedang 500 mg – 1 gram IV/IM tiap 12 jam .Infeksi berat 2 gram IV tiap 12 jam .Infeksi sangat berat s /d mengancam jiwa 2 garam tiap 8 jam . Indikasi : Infeksi saluran nafas bawah ( Phenomonia dan Bronkophenomonia ), ISK atas (piolonefritis ) dan baah terkomplikasi ,infeksi kulit dan jaringan lunak.infeksi intra abdominal (Pariotonitis dan saluran empedu ) infeksi ginekologi terkomplikasi septikemia terapi empirik pada neutropenia fibril. Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap golongan sefalosporin ,panisilin atau antibiotik β laktam lainya. Efek Samping : Alergi,ruam kulit,urtikuria ,pruritus ,demam reaksi alergi akut dan berat,mual ,muntah dan nyeri abdomen ,diare dispepsia ,nyeri dada ,takikardi ,batuk,nyeri tenggorokan ,dispenia ,sakit
  • 30. kepala,pusing, cemas bingung, Interaksi Obat : Metrodinazol, vankomisin ,gentamisin tobramisin sulfat,netilmisn sulfat aminoglikosida diuretik furosemid. Pemberian : Diberikan secara IM / IV Peringatan : Penggunaa jangka panjang dapat menyebabkan neutropenia .pasien mengalami diare yang berhubungan dengan gangguan antibiotik, hamil ,laktasi anak <13 tahun. 4. Ketorolac Komposisi : Ketorolac tromethamine Kelas Terapi : NSAID Mekanisme Aksi : kerjanya menghambat enzim siklooksogenase (prostaglandin sintetase). Selain menghambat sintese prostaglandin, juga menghambat tromboksan A2. ketorolac tromethamine memberikan efek anti inflamasi dengan menghambat pelekatan granulosit pada pembuluh darah yang rusak, menstabilkan membrane lisosom dan menghambat migrasi leukosit polimorfonuklear dan makrofag ke tempat peradangan Dosis : Inj IM /IV bolus IV diberikan dalam 15 menit . durasi terapi maksimal : 2 hari Dewasa : 10 mg dilanjutkan 10 -30 mg 4- 6 jam kemudian dosis total harian maksimal :DWS 90 mg :Lansia .pasien dngan ganguan fungsi ginjal atau berat badan : 60 mg Indikasi : Terapi jangka pendek nyeri post op akut sedang
  • 31. hingga berat. Kontra Indikasi : Manifestasi alergi akibat asetosal atau AINS lain.ulkus peptik aktif ,penyakit serebrovaskular ,diatesis pendarahan diantaranya gangguan pembekuan darah ,sindroma polip nasal parsial atau komplit ,angioedema atau bronkospasme, hipovalemia penyakit seang sampai berat ,riwayat asma ,sindrom stephen jensen atau ruam vasikobulosa . Efek Samping : Diare,Dispepsia ,nyeri abdominal ,neusea ,sakit kepala ,pusing ,mengantuk berkeringat,konstipasi ,gangguan fungsi hati,malena ulkus peptik, pendarahan rektal,stomatitis ,,vomitus ,kembung,depresi,mulut kering eforia,haus ,perestasi,vertigo,asma,dispnea,oliguria,poliuria, Interaksi Obat : Warfarisn ,salisilat,litium,mototreksat,penghambat ace.diuretik,aminoglikoida,antiepilepsi,agen psikoaktif Pemberian : Diberikan secara injeksi IM/IV Peringatan : Riwayat pendarahan Gl:gangguan pembekuan darah ,gagal jantung,hiperteni, 5. Paracetamol Komposisi : Paracetammol Kelas Terapi : Analgeti antipiretik Mekanisme Aksi : Paracetamol bekerja dengan mengurangi produksi prostaglandins dengan mengganggu enzim cyclooksigenase (COX). Parasetamol menghambat
  • 32. kerja COX pada sistem syaraf . Dosis : Dws 1 kaplet 3-4 x /hari ,Anak 6-12 tahun 1 /2 – 1 tablet tiap 4-6 jam , 2-5 tahun 1 /4-1 /2 tablet tiap 4-6 jam .. Indikasi : Meringankan sakit kepala, sakit gigi serta menurunkan demam. Kontra Indikasi : Gangguan fungsi hati berat Efek Samping : Kerusakan hati dalam penggunaan jangka lama dengan dosisi besar.. Interaksi Obat : Antikoagulan , antihipertensi , aminopirin ,phenobar , vasopresin . Pemberian : Diberikan melalui oral Peringatan : Penyakit ginjal dan pengkomsumsi alkohol 6. Amoxicilin Komposisi : Amoxicilin trihydrate Kelas Terapi : Antibiotik β laktam Mekanisme Aksi : Mensitesa dinding sel, Dosis : Dws dan anak dengan BB > 20 kg 250 -500 mg tiap 8 jam anak dengan BB < 20 kg 20 - 40 mg /kg BB/ hari dalam dosis terbagi tiap 8 jam .Penderita dengan dialisa peritoneal maks 500 mg / hari.Uretritis Go 3 g dosis tunggal. Indikasi : Infeksi kulit dan jaringan lunak ,saluran nafas saluran kemih dan kelamin.
  • 33. Kontra Indikasi : Hipersensitivitas atau punya riwayat hipersensitif terhadap antibiotik β laktam ( panisilin ,sefalosporin) Efek Samping : Ruam mokulopapular eritamatosus ,urtikaria serum sickness , anafilaksis ,gangguan ginjal ,reksi hematologi . Interaksi Obat : Probensied ,alopurinol . Pemberian Perhatian : : Amoxicilin yang diberikan secara oral Leukemia limfatik ,hamil ,laktasi,Terapi jangka lama,harus disertai tes fungsi ginjal ,hati dan darah .hentikan pemberian pada kasus super infeksi ,gagal fungsi ginjal perlu penyesuian dosis ,tidak untuk menengitis atau infeksi tulang dan sendi . 7. CEFADROXIL Komposisi : Cefadroxil 500 mg Kelas Terapi : Antibiotik Sefalosporin 1st Dosis : Dewasa : 1-2 gram /hari terbagi dalam 2 dosis tiap 12 jam. Anak: 25-50 mg/kgBB/hari. Indikasi : Infeksi saluran nafas, kulit dan jaringan lunak, ISK & infeksi kelamin, osteomielitis, artitis, septikemia, peritonitis, sepsis puerperium. Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap sefalosporin Efek Samping : Gangguan GI, reaksi hipersensitif Interaksi Obat : Aminoglikosida, diuretik poten dan probenesid Pemberian : Diberikan secara oral
  • 34. Peringatan : Gangguan fungsi ginjal, kolitis, alergi penisilin.
  • 35. BAB IV P EMBAHASAN No JENIS PERMASAALAH AN ANALISA MASALAH PERMASALAHAN YANG TERKAIT DENGAN OBAT KOMENTAR / REKOMENDASI 1. Korelasi antara terapi obat-dengan penyakit 1. Adakah obat tanpa indikasi medis? 2. Adakah pengobatan yang tidak dikenal? 3. Adakah kondisi klinis yang tidak diterapi? dan apakah kondisi tersebut membutuhkan terapi obat ? 1. Ada permasaalahan : 1 , 2 , 3 2. Tidak ada permasaalahan. Pengobatan yang diberikan belum tepat karena untuk penangan kolik pasien tidak diberikan analgetik untuk meredakan nyerinya 2. Pemilihan obat yang sesuai 1. Bagaimana pemilihan obat? Apakah sudah efektif dan merupakan obat terpilih pada kasus ini? 1. Ada permasaalahan : 1 , 2 , 3 2. Tidak ada permasaalahan. Pemilihan obat telah tepat dan benar. Obat yang diberikan adalah relative aman untuk pasien.
  • 36. 2. Apakah pemilihan obat tersebut relative aman? 3. Apakah terapi obat dapat ditoleransi oleh pasien? 3 Regimen dosis 1. Apakah dosis, frekwensi dan cara pemberian sudah mempertimbangkan efektifitas keamanan dan kenyamanan serta sesuai dengan kondisi pasien? 2. Apakah jadwal pemberian dosis bisa memasikmalkan efek terapi, kepatuhan , meminimaIkan efek samping, interaksi obat, dan regimen yang komplek? 3. Apakah lama terapi sesuai dengan indikasi ? 1. Ada permasaalahan : 1 , 2 , 3 2. Tidak ada permasaalahan. . 4 Duplikasi terapi 1. Apakah ada duplikasi terapi 1. Ada permasaalahan : 1 2. Tidak ada
  • 37. permasaalahan. 5 Alergi obat atau intoleran 1. Apakah pasien alergi atau intoleran terhadap salah satu obat (atau bahan kimia yang berhubungan dengan pengobatanya)? 2. Apakah pasien telah tahu yang harus dilakukan jika terjadi alergi serius? 1. Ada permasaalahan : 1 , 2 2. Tidak ada permasaalahan. - 6 Efek merugikan obat 1. Apakah ada gejala/ permasaalahan medis yang diinduksi obat? 1. Ada permasaalahan :1 2. Tidak ada permasaalahan. - 7 Interaksi dan Kontraindikasi 1. Apakah ada interaksi obat dengan obat? Apakah signifikan secara kilnik? 1. Ada permasaalahan :1 , 2 , 3, 4 2. Tidak ada
  • 38. 2. Apakah ada interaksi obat dengan makanan? Apakah bermakna secara klinis? 3. Apakah ada interaksi obat dengan data laboratorium? Apakah ber-makna secara klinis? 4. Apakah ada pemberian obat yang kontra indikasi dengan keadaan pasien? permasaalahan. Kategori Drug Related Problems (Cipolle, 1998) Kategori DRPs Penyebab DRPs Rekomendasi Indikasi yang Tidak Diterapi Kondisi membutuhkan terapi obat Untuk pemberian obat analgetik di rekomendasikan pronalgest suppos atau injeksi lainya untuk menghilangkan rasa nyeri dengan cepat di bandingkan oral untuk pemberian ini tidak akan mengganggu puasa pasien selama akan di operasi Kondisi membutuhkan kelanjutan terapi obat Kondisi membutuhkan kombinasi obat Kondisi dengan resiko tertentu dan butuh obat untuk mencegahnya
  • 39. Obat dengan Indikasi yang Tidak Sesuai Tidak ada indikasi pada saat itu Menelan obat dengan jumlah yang toksik Kondisi akibat drug abuse Lebih baik disembuhkan dengan non-drug therapy Pemakaian multiple drug yang seharusnya cukup dengan single drug Minum obat untuk mencegah efek samping obat lain Obat Salah Kondisi menyebabkan obat tidak efektif Alergi Obat yang bukan paling efektif untuk indikas Faktor resiko yang dikontraindikasikan dengan obat Efektif tapi bukan yang paling aman Efektif tapi bukan yang paling murah Refractory Dosis Terlalu Rendah Dosis obat terlalu rendah untuk menghasilkan respon Kadar obat dalam darah dibawah kisaran terapi Frekuensi pemberian, durasi dan cara pemberian obat
  • 40. pada pasien tidak tepat - Waktu pemberian profilaksis tidak tepat (misal antibiotik profilaksis untuk pembedahan diberikan terlalu awal) Reaksi Obat Tidak Diinginkan Pasien memiliki resiko mengalami efek samping obat Efek obat berubah akibat penggantian ikatan antara obat dengan protein atau oleh obat lain Hasil laboratorium berubah karena obat Bioavailabilitas obat berubah karena ada interaksi dengan makanan maupun obat lain Dosis Terlalu Tinggi Dosis yang diberikan terlalu tinggi - Kadar obat dalam darah pasien melebihi kisaran terapi Dosis obat dinaikkan terlalu cepat Frekuensi pemberian, durasi terapi, dan cara pemberian obat Kepatuhan Pasien tidak menerima obat sesuai dengan regimen karena adanya medication error (prescribing, dispensing, administrasi, monitoring) Keyakinan pasien dalam penggunaan obat kurang.
  • 41. Tidak taat instruksi, berkaitan dengan kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat Harga obat mahal Tidak memahami cara pemakaan obat yang benar Keyakinan pasien dalam menggunakan obat
  • 42. Seorang pasien datang dalam keadaan sadar ke UGD pada tanggal 6 agustus 2014 jam 09.10 WIB dengan keluhan nyeri pada bagian perut kenan bawah disertai mual dan muntah sudah 2 kali dari pagi .Setelah diperiksa di diagnosa mengalami kolik abdomen E,C appendisitis acute .Dengan menghitung point alvagadro besar dari 7 Dokter menyarankan untuk segera di operasi kemudian pasien menolak saran operasi tersebut kemudian dokter menberikan obat pulang paracetamol ,amoxicilin dan ranitidin tab untuk menguraingi gejala yang dikeluhkan oleh pasien yaitu paracetamol untuk mengurangi rasa sakit pasien ,ranitidin untuk mengatasi mual dan muntah pasien dan antibiotik diberikan karena appendik biasanya di timbulkan oleh bakteri dalam literatur penatalaksanaan kolik abdomen seharusnya analgetik yang diberikan adalah pronalgest suppos atau injeksi analgetik lainya hal ini disarankan karena pemberian secara suppos atau injeksi efeknya lebih cepat dari pada tablet sehingga lebih cepat mengatasi nyeri yang di derita oleh pasien ,tetapi pernyataan dari dokter yang bertugas di bedah hal ini tidak diberikan pada pasien disebabkan oleh pasien tidak mau operasi sehingga tidak diberikan analgetik agar mau di operasi. Sekitar Jam 13.00 pasien datang ke UGD dan memutuskan untuk operasi . Dari UGD pasien diberikan terapi injeksi Cefepine, injeksi Ranitidin dan infus RL. Setelah diberikan tindakan di IGD, pasien masuk bangsal bedah. Pasien dipindahkan ke bangsal bedah dan terapi masih dilanjutkan dan akan dilakukan OK tanggal 7 agustus 2014 jam 16.30 wib . Selama rawatan pasien di wajibkan puasa sebelum dioperasi pasien mengeluh rasa nyeri dan mual. pasien keluar dari ruang ok dengan keadaan setengah sadar .Dirawatan
  • 43. pasien diberikan terapi injeksi Cefepine ,injeksi Ranitidin dan Injeksi ketrolak .Dalam literatur pemberian antibiotik untuk pasien yang menderita appendik akut Antibiotik profilaksis harus diberikan sebelum operasi dimulai. Biasanya digunakan antibiotik kombinasi, seperti Cefotaxime dan Clindamycin, atau Cefepime dan Metronidazole. Kombinasi ini dipilih karena frekuensi bakteri yang terlibat, termasuk Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Enterococcus, Streptococcus viridans, Klebsiella, dan Bacteroides. Selama pengobatan pasien diberikan RL untuk mengembalikan keseimbangan elektrolit pasien, injeksi Ranitidin 2 x 1 ampul diberikan menekan sekresi asam lambung pasien yang menimbulkn gejala mual .Injeksi ketrolak diberikan untuk mengatasi rasa nyeri pasien pada luka operasi . injeksi cefepine diberikan untuk mengatasi agar tidak terjadi infeksi pada luka operasi. Pada pengobatan ini pasien menggunakan injeksi cefepine 1 x 2 gram selama 5 hari dan pada saat pulang pasien tetap diberikan antibiotik. Berdasarkan literatur waktu penggunaan ceftriaxone disini sudah sesuai, dimana menurut literatur penggunaan ceftriaxone seharusnya 4-14 hari untuk menghindari terjadinya toleransi terhadap antibiotika. Adapun DRP (Drug Related Problem) yang pertama pada kasus ini adalah adanya indikasi yang tidak diterapi yakni pasien telah mengalami kolik selama rawatan sebelum operasi pasien mengeluh merasakan nyeri pada bagian perutnya dari tanggal 6 - 7 agustus 2014 jam 15.00 wib akan di
  • 44. operasi , namun obat analgetik baru diberikan pada tanggal 7 Juli 2014 setelah operasi dengan alasan pasien di puasakan . Jadi direkomendasikan untuk memberikan Pronalgest suppos atau injeksi pada saat rawatan selama akan di operasi untuk mengatasi kolik pasien. Konseling. a. Obat Pulang − Cefadroxil : merupakan antibiotik untuk mengatasi infeksi yang dialami pasien. Obat ini diminum dua kali sehari setelah makan setiap 12 jam. Obat ini harus dihabiskan. Bila pasien lupa minum obat dan masih mendekati waktu minum obat, maka segerakan minum ketika ingat. Namun jika telah mendekati waktu minum berikutnya, maka tinggalkan, dan jangan menggandakan mengkonsumsi obat pada periode berikutnya. − Paracetamol :merupakan analgetik untuk penghilang rasa nyeri pada pasien.Obat ini diminum tiga kali sehari setelah makan 12 jam .oabat ini dimakan selama nyeri masih ada apabila nyeri tidk timbul lagi pada luka operasi maka hentikan makan obat ini. − Ranitidin :merupakan antagonis H2 untuk mengatasi sekresi asam lambung yang berlebih pada pasien pasca operasi ,obat ini dimakan saat makan setelah disuap makan dimakan obat lalu lanjutkan makan karena absorsi obat yang bagus brsamaan dengan makanan . − Kurangi stress.
  • 45. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1997, Kumpulan Kuliah Khusus Ilmu Bedah, Aksara Medisina, Jakarta Anonim, 2003, Appendicitis www.wikipwedia.org/wiki/appendicitis.com Accessed on Agustus 10th, 2014 at 19.00 p.m Anonim, 2003, Gangguan Saluran Pencernaan www.medicastore.com Accessed on Agustus 10th, 2014 at 19.00 p.m Anonim, 2003, Laparoskopi www.medicastore.com Accessed on Agustus 10th, 2014 at 19.00 p.m August, 1999, Usus Buntu www.kedokteranpacificinternet.com Accessed on Agustus 10th, 2014 at 19.00 p.m Cipolle, R.J., Strand, L.M., Morley, P.C., 1998, Pharmaceutical Care Practice, 73-95, Mc-Graw-Hill, New York Dipiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R., Wells, B. G., dan Posey, L, W. 2008. Parmacotherapy A Pathophysiology Approach. ( 7th edition). New York : Mc Graw Hill Jong, W.D., 2005, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta. Luigi S., 2005, Appendicitis www.emedicine.com Accessed on agustus 10th, 2014 at 19.00 p.m
  • 46. Mansjoer, et al, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga Jilid Kedua, Media Aesculapius, FK UI Schwartz, et al, 2000, Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah, Edisi Keenam, EGC, Jakarta Soda, K., et al, 2001, Detection of Pinpoint Tenderness on the Appendix Under Ultrasonography Is Useful to Confirm Acute Appendicitis, www.jama.comAccessed on June 29th, 2006 at 19.00 p.m. Mansjoer, Arief. 2001.Kapita Selekta Kedokteran. (Edisi III). Jakarta: EGC