Dokumen tersebut membahas tentang apendisitis, yaitu peradangan pada usus buntu. Terdapat beberapa poin penting yang dijelaskan, antara lain: definisi apendisitis dan etiologinya, yang utamanya disebabkan oleh penyumbatan lumen usus buntu; manifestasi klinis berupa nyeri perut dan demam; komplikasinya dapat berupa perforasi atau peritonitis; dan penatalaksanaannya meliputi pemberian antibiotik, dilanjutkan den
1. Apendiksitis adalah peradangan pada apendiks yang umumnya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh fekalit, hiperplasia folikel limfoid, tumor, atau neoplasma.
2. Gejala klinis utama adalah nyeri di perut kanan bawah, mual, dan muntah. Komplikasinya dapat berupa perforasi, peritonitis, atau abses.
3. Penatalaksanaannya meliputi pemberian antibiotik, rehidrasi
Asuhan keperawatan pasien dengan appendiksitisArif Al-Amin
Apendiks merupakan organ kecil yang terletak di kuadran kanan bawah perut. Apendisitis terjadi ketika lumen apendiks tersumbat yang menyebabkan peradangan dan infeksi. Gejalanya berupa nyeri di kuadran kanan bawah perut. Pemeriksaan fisik akan menunjukkan nyeri tekan di titik McBurney. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan leukosit. Diagnosa pasti didapatkan dengan pemeriksaan radiologi sepert
1. Apendiksitis adalah peradangan pada apendiks yang umumnya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh fekalit, hiperplasia folikel limfoid, tumor, atau neoplasma.
2. Gejala klinis utama adalah nyeri di perut kanan bawah, mual, dan muntah. Komplikasinya dapat berupa perforasi, peritonitis, atau abses.
3. Penatalaksanaannya meliputi pemberian antibiotik, rehidrasi
Asuhan keperawatan pasien dengan appendiksitisArif Al-Amin
Apendiks merupakan organ kecil yang terletak di kuadran kanan bawah perut. Apendisitis terjadi ketika lumen apendiks tersumbat yang menyebabkan peradangan dan infeksi. Gejalanya berupa nyeri di kuadran kanan bawah perut. Pemeriksaan fisik akan menunjukkan nyeri tekan di titik McBurney. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan leukosit. Diagnosa pasti didapatkan dengan pemeriksaan radiologi sepert
Apendisitis adalah peradangan pada apendiks yang disebabkan oleh hambatan aliran lendir di dalamnya, yang dapat menyebabkan infeksi bakteri. Apendiks berada di ujung sekum dengan vaskularisasi dari arteri apendikularis. Gejala apendisitis tergantung lokasi apendiks dan umumnya berupa nyeri di perut bagian bawah kanan. Diagnosis didukung dengan pemerikahan darah dan gambaran klinis, sementara CT scan
Dokumen tersebut membahas tentang appendisitis yang merupakan peradangan pada usus buntu yang dapat disebabkan oleh infeksi bakteri atau penyumbatan lumen. Gejala umumnya berupa nyeri di kuadran kanan bawah perut dan pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan leukosit. Penatalaksanaannya meliputi pemberian antibiotik dan operasi untuk mengangkat usus buntu (apendektomi).
Bab 2 memberikan tinjauan umum tentang apendisitis. Ia menjelaskan anatomi dan fisiologi apendiks, definisi apendisitis, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, gejala klinis, diagnosis, dan diagnosis banding apendisitis. Apendisitis adalah peradangan pada usus buntu yang disebabkan infeksi bakteria, dengan gejala utama nyeri di perut kanan bawah. Diagnosis didasarkan pada gejala klinis dan pemeriksaan
Seorang pria berusia 22 tahun datang dengan keluhan nyeri perut kanan bawah selama 3 hari. Pemeriksaan menemukan nyeri dan bengkak di perut kanan bawah yang mendukung diagnosis apendisitis infiltrat. Pasien dirawat dengan antibiotik dan analgesik untuk apendisitis infiltrat.
Dokumen tersebut membahas tentang kasus appendisitis akut pada seorang perempuan berusia 17 tahun. Berdasarkan pemeriksaan fisik dan hasil laboratorium, didiagnosis bahwa pasien mengalami appendisitis akut dan direncanakan untuk dilakukan appendektomi.
Apendisitis adalah peradangan pada usus buntu yang disebabkan oleh infeksi. Gejalanya bervariasi mulai dari demam, nyeri perut, mual hingga muntah tergantung stadiumnya. Diagnosa didasarkan pada riwayat medis dan pemeriksaan fisik. Pengobatannya meliputi perawatan konservatif untuk kasus ringan hingga operasi pengangkatan usus buntu (apendektomi) untuk kasus parah.
[Ringkasan]
Dokumen tersebut membahas tentang tinjauan teoritis mengenai appendiks dan appendisitis. Secara ringkas, appendiks adalah organ kecil melekat pada sekum yang dapat mengalami peradangan yang disebut appendisitis. Appendisitis disebabkan oleh berbagai faktor seperti obstruksi lumen akibat hiperplasia jaringan limfoid atau benda asing, dan merupakan penyebab abdomen akut paling umum. Gejala khasnya adalah nyeri di kuadran
Perempuan 15 tahun datang dengan keluhan nyeri perut kanan bawah. Didiagnosis appendisitis akut berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan. Dilakukan open appendiktomi dan diberi perawatan pasca operasi.
1. Apendiks adalah organ tabung pendek yang berpangkal pada sekum dan berperan dalam sistem imun. Apendisitis akut disebabkan oleh radang bakteria yang ditimbulkan oleh obstruksi dan infeksi.
2. Gejala klinis apendisitis akut antara lain nyeri perut yang berpindah ke kanan bawah dan tanda-tanda peradangan pada daerah tersebut. Pemeriksaan laboratorium dan radiologi dapat membantu diagnosis.
3. Pengob
Dokumen tersebut memberikan ringkasan tentang appendisitis. Appendisitis adalah peradangan pada appendix vermiformis yang dapat menyebabkan nyeri perut dan komplikasi seperti peritonitis. Diagnosa appendisitis didasarkan pada gejala klinis dan pemeriksaan penunjang seperti USG atau CT scan. Penatalaksanaannya adalah appendiktomi untuk kasus akut dan komplikasinya, sedangkan kasus kronis dapat ditangani secara elektif.
Dokumen tersebut membahas kasus peritonitis difus akibat appendisitis perforasi pada pasien laki-laki berusia 14 tahun. Pasien mengeluh nyeri perut selama seminggu dan demam. Pemeriksaan fisik menunjukkan tanda-tanda peritonitis. Hasil pemeriksaan laboratorium dan diagnostik mendukung diagnosis appendisitis perforasi. Pasien dioperasi dan didiagnosis dengan peritonitis difus akibat appendisitis perforasi.
Appendicitis adalah peradangan pada appendiks yang ditandai dengan nyeri perut kanan bawah, mual, dan muntah. Diagnosa didasarkan pada anamnesa dan pemeriksaan fisik. Asuhan pre-operatif meliputi pengkajian kesehatan, perencanaan untuk mencegah dehidrasi dan infeksi, serta pemberian informasi kepada pasien.
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan apendisitis yang mencakup definisi, etiologi, manifestasi klinis, klasifikasi, patofisiologi, data penunjang diagnosis, penatalaksanaan, komplikasi, dan diagnosis serta intervensi keperawatan pada pasien apendisitis. Apendisitis adalah peradangan pada apendiks yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti sumbatan lumen dan dapat menimbulkan berbagai gejala seperti nyer
Appendiks adalah organ kecil yang terletak di ujung sekum yang rentan terhadap infeksi akibat penyumbatan lumennya. Apendisitis adalah peradangan pada appendiks yang ditandai dengan nyeri di bagian kanan bawah perut dan dipengaruhi oleh faktor seperti usia dan jenis kelamin. Gejala klinisnya bervariasi mulai dari ringan hingga parah bergantung pada tingkat peradangannya.
Apendisitis adalah peradangan pada apendiks yang disebabkan oleh hambatan aliran lendir di dalamnya, yang dapat menyebabkan infeksi bakteri. Apendiks berada di ujung sekum dengan vaskularisasi dari arteri apendikularis. Gejala apendisitis tergantung lokasi apendiks dan umumnya berupa nyeri di perut bagian bawah kanan. Diagnosis didukung dengan pemerikahan darah dan gambaran klinis, sementara CT scan
Dokumen tersebut membahas tentang appendisitis yang merupakan peradangan pada usus buntu yang dapat disebabkan oleh infeksi bakteri atau penyumbatan lumen. Gejala umumnya berupa nyeri di kuadran kanan bawah perut dan pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan leukosit. Penatalaksanaannya meliputi pemberian antibiotik dan operasi untuk mengangkat usus buntu (apendektomi).
Bab 2 memberikan tinjauan umum tentang apendisitis. Ia menjelaskan anatomi dan fisiologi apendiks, definisi apendisitis, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, gejala klinis, diagnosis, dan diagnosis banding apendisitis. Apendisitis adalah peradangan pada usus buntu yang disebabkan infeksi bakteria, dengan gejala utama nyeri di perut kanan bawah. Diagnosis didasarkan pada gejala klinis dan pemeriksaan
Seorang pria berusia 22 tahun datang dengan keluhan nyeri perut kanan bawah selama 3 hari. Pemeriksaan menemukan nyeri dan bengkak di perut kanan bawah yang mendukung diagnosis apendisitis infiltrat. Pasien dirawat dengan antibiotik dan analgesik untuk apendisitis infiltrat.
Dokumen tersebut membahas tentang kasus appendisitis akut pada seorang perempuan berusia 17 tahun. Berdasarkan pemeriksaan fisik dan hasil laboratorium, didiagnosis bahwa pasien mengalami appendisitis akut dan direncanakan untuk dilakukan appendektomi.
Apendisitis adalah peradangan pada usus buntu yang disebabkan oleh infeksi. Gejalanya bervariasi mulai dari demam, nyeri perut, mual hingga muntah tergantung stadiumnya. Diagnosa didasarkan pada riwayat medis dan pemeriksaan fisik. Pengobatannya meliputi perawatan konservatif untuk kasus ringan hingga operasi pengangkatan usus buntu (apendektomi) untuk kasus parah.
[Ringkasan]
Dokumen tersebut membahas tentang tinjauan teoritis mengenai appendiks dan appendisitis. Secara ringkas, appendiks adalah organ kecil melekat pada sekum yang dapat mengalami peradangan yang disebut appendisitis. Appendisitis disebabkan oleh berbagai faktor seperti obstruksi lumen akibat hiperplasia jaringan limfoid atau benda asing, dan merupakan penyebab abdomen akut paling umum. Gejala khasnya adalah nyeri di kuadran
Perempuan 15 tahun datang dengan keluhan nyeri perut kanan bawah. Didiagnosis appendisitis akut berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan. Dilakukan open appendiktomi dan diberi perawatan pasca operasi.
1. Apendiks adalah organ tabung pendek yang berpangkal pada sekum dan berperan dalam sistem imun. Apendisitis akut disebabkan oleh radang bakteria yang ditimbulkan oleh obstruksi dan infeksi.
2. Gejala klinis apendisitis akut antara lain nyeri perut yang berpindah ke kanan bawah dan tanda-tanda peradangan pada daerah tersebut. Pemeriksaan laboratorium dan radiologi dapat membantu diagnosis.
3. Pengob
Dokumen tersebut memberikan ringkasan tentang appendisitis. Appendisitis adalah peradangan pada appendix vermiformis yang dapat menyebabkan nyeri perut dan komplikasi seperti peritonitis. Diagnosa appendisitis didasarkan pada gejala klinis dan pemeriksaan penunjang seperti USG atau CT scan. Penatalaksanaannya adalah appendiktomi untuk kasus akut dan komplikasinya, sedangkan kasus kronis dapat ditangani secara elektif.
Dokumen tersebut membahas kasus peritonitis difus akibat appendisitis perforasi pada pasien laki-laki berusia 14 tahun. Pasien mengeluh nyeri perut selama seminggu dan demam. Pemeriksaan fisik menunjukkan tanda-tanda peritonitis. Hasil pemeriksaan laboratorium dan diagnostik mendukung diagnosis appendisitis perforasi. Pasien dioperasi dan didiagnosis dengan peritonitis difus akibat appendisitis perforasi.
Appendicitis adalah peradangan pada appendiks yang ditandai dengan nyeri perut kanan bawah, mual, dan muntah. Diagnosa didasarkan pada anamnesa dan pemeriksaan fisik. Asuhan pre-operatif meliputi pengkajian kesehatan, perencanaan untuk mencegah dehidrasi dan infeksi, serta pemberian informasi kepada pasien.
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan apendisitis yang mencakup definisi, etiologi, manifestasi klinis, klasifikasi, patofisiologi, data penunjang diagnosis, penatalaksanaan, komplikasi, dan diagnosis serta intervensi keperawatan pada pasien apendisitis. Apendisitis adalah peradangan pada apendiks yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti sumbatan lumen dan dapat menimbulkan berbagai gejala seperti nyer
Appendiks adalah organ kecil yang terletak di ujung sekum yang rentan terhadap infeksi akibat penyumbatan lumennya. Apendisitis adalah peradangan pada appendiks yang ditandai dengan nyeri di bagian kanan bawah perut dan dipengaruhi oleh faktor seperti usia dan jenis kelamin. Gejala klinisnya bervariasi mulai dari ringan hingga parah bergantung pada tingkat peradangannya.
Appendicitis adalah peradangan pada appendiks yang ditandai dengan nyeri perut kanan bawah, mual, dan muntah. Pemeriksaan fisik akan menemukan benjolan dan nyeri pada daerah McBurney. Diagnosa didukung dengan peningkatan lekosit dan radiologi yang menunjukkan cairan atau fekolit. Asuhan preoperatif meliputi penilaian kondisi pasien, persiapan psikologis, dan pencegahan infeksi dengan kebersihan yang ba
Laporan kasus kolik abdomen dan appendisitis akut pada pasien perempuan berusia 3 tahun. Pasien dirawat selama 6 hari dengan keluhan demam, kejang, dan nyeri perut. Diagnosisnya adalah kejang demam kompleks dan appendisitis akut. Terapi yang diberikan antara lain IVFD, infus, antibiotik, analgesik, dan vitamin. Kondisi pasien membaik dan pulih tanpa komplikasi.
Appendisitis akut adalah peradangan pada usus buntu yang ditandai dengan nyeri di perut kanan bawah yang berpindah dari epigastrik dan diperparah dengan defens muskuler, demam, dan leukositosis. Diagnosa didasarkan pada gejala klinis dan skor seperti skor Alvarado atau MANTRELS. Pengobatan utama adalah laparotomi eksplorasi dan apendektomi.
Dokumen tersebut membahas tentang colic abdomen atau rasa nyeri pada perut yang bersifat hilang timbul dan disebabkan oleh infeksi atau sumbatan organ dalam perut seperti empedu dan ginjal. Dokumen ini menjelaskan definisi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, gejala klinis, pemeriksaan diagnostik, komplikasi, dan penatalaksanaan medis dari kondisi colic abdomen.
Invaginasi adalah kondisi dimana sebagian usus masuk ke dalam bagian lainnya yang dapat menyebabkan obstruksi atau strangulasi. Gejalanya meliputi nyeri perut berulang, muntah, dan feses berdarah. Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan fisik, laboratorium, dan radiologi. Pengobatan utamanya adalah reduksi secara medis atau operasi.
Ileus obstruktif dan ileus mekanik merupakan kondisi pada saluran cerna dimana terjadi gangguan motilitas usus akibat adanya penyumbatan mekanik atau gangguan fungsi otot usus. Kondisi ini ditandai dengan nyeri perut, muntah, kembung perut, dan gangguan eliminasi. Penanganannya meliputi koreksi cairan dan elektrolit, dekompresi usus, serta tindakan bedah untuk mengatasi penyebab penyumbatan. Ko
Ileus obstruktif dan ileus mekanik merupakan kondisi pada saluran cerna dimana terjadi gangguan motilitas dan obstruksi aliran isi saluran cerna yang disebabkan oleh faktor mekanik maupun non-mekanik. Kondisi ini ditandai dengan nyeri perut, muntah, distensi perut, dan gangguan eliminasi. Penatalaksanaan medik meliputi koreksi cairan dan elektrolit serta dekompresi saluran cerna, sedangkan komplikasiny
Similar to Askep apendisitis AKPER PEMKAB MUNA (20)
Este documento parece ser una lista de nombres y direcciones. Contiene más de 200 entradas con los nombres de personas y parejas, seguidos de sus direcciones. Las direcciones incluyen nombres de calles, pueblos y ciudades en Indonesia.
Proposal ini meminta dana sebesar Rp1.750.000 untuk seragam, biaya pendaftaran, dan konsumsi tim sepak bola Garlo FC dalam mengikuti turnamen di Laiworu pada 3 Maret 2017 guna mengembangkan bakat pemuda dan memajukan sepak bola di masyarakat.
Surat pernyataan yang berisi 10 poin pernyataan dari Lilis Fitra Saswati Arsil tentang statusnya yang tidak pernah dihukum, diberhentikan tidak hormat, menjadi calon pegawai, menjadi pengurus partai, terikat kerja, bersedia tidak menikah dan ditempatkan di seluruh Indonesia, serta bersedia mengembalikan biaya seleksi dan pelatihan jika mengundurkan diri.
Surat pernyataan yang ditandatangani oleh Fajar Aswati yang menyatakan bahwa dirinya tidak pernah dihukum, diberhentikan tidak hormat, menjadi calon pegawai negeri, menjadi pengurus partai politik, sedang terikat kontrak kerja, bersedia tidak menikah selama 6 bulan, ditempatkan di seluruh Indonesia, mengembalikan biaya seleksi jika mengundurkan diri, dan mengganti biaya enam kali lipat jika mengundurkan
This document contains reports from midwives at the Paramata Raha Midwifery Academy in Muna Regency on their targets for antenatal care, infant care, postnatal care, and family planning in 2017. The reports provide the midwife's name, student ID number, and academic institution for each of their assigned targets.
Dokumen tersebut membahas tentang makromolekul yang terdiri dari berbagai jenis seperti karbohidrat, lipid, dan protein. Karbohidrat dibagi menjadi monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Lipid terdiri dari lemak, fosfolipid, dan steroid. Sedangkan protein tersusun atas kombinasi asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida. Ketiga makromolekul ini memainkan peran penting dalam struktur dan metabolisme sel.
Pemimpin perlu memahami karakteristik karyawan sesuai teori X, Y, dan Z McGregor. Teori X mengasumsikan karyawan malas, teori Y mengasumsikan karyawan akan bekerja keras jika kondisinya tepat, teori Z menekankan partisipasi karyawan. Pemimpin harus mengembangkan kompetensi karyawan untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Membangun budaya kepemimpinan penting agar kaderisasi terj
Tes akhir semester mata pelajaran Seni Budaya di SMK Kelautan dan Perikanan Raha meliputi berbagai aspek seni seperti seni rupa, musik, tari, dan drama. Soal-soalnya mencakup pengetahuan tentang sejarah seni, tokoh-tokoh seniman, unsur-unsur karya seni, dan fungsi seni dalam kehidupan. Ujian ini dimaksudkan untuk menilai pemahaman siswa terhadap berbagai aspek seni.
1. Karsinoma tulang adalah pertumbuhan sel ganas abnormal pada tulang dan jaringan terkaitnya.
2. Penyebabnya belum jelas tetapi kemungkinan termasuk genetik, radiasi, bahan kimia, dan trauma.
3. Gejalanya berupa nyeri tulang, bengkak, dan fraktur patologis yang dapat menyebar ke organ lain.
Undangan sosialisasi program tanaman jagung kuning kecamatan Lasalepa yang akan diselenggarakan pada tanggal 7 Maret 2017 pukul 09.00 di Balai Pertemuan Desa Labone. Kehadiran para tokoh masyarakat, tokoh agama, kelompok tani, dan aparat desa sangat diharapkan.
1. BAB II
PEMBAHASAN
A. DEVINISI
Apendiksitis adalah peradangan dari apendiks dan merupakan penyebab abdomen
akut yang paling sering (Mansjoer,2000).
Apendiksitis adalah radang apendiks, suatu tambahan seperti kantung yang tak
berfungsi terletak pada bagian inferior dzri sekum. Penyebab yang paling umum dari
apendisitis adalah abstruksi lumen oleh feses yang akhirnya merusak suplai aliran
darah dan mengikis mukosa menyebabkan inflamasi (Wilson & Goldman, 1989).
Apendiksitis merupakan penyakit prototip yang berlanjut melalui peradangan,
obstruksi dan iskemia di dalam jangka waktu bervariasi (Sabiston, 1995).
Apendiksitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran
bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat
(Smeltzer, 2001).
B. Etiologi
1. Menurut Syamsyuhidayat, 2004
Fekalit/massa fekal padat karena konsumsi diet rendah serat.
Tumor apendiks.
Cacing ascaris.
Erosi mukosa apendiks karena parasit E. Histolytica.
Hiperplasia jaringan limfe.
2. Menurut Mansjoer , 2000 :
Hiperflasia folikel limfoid.
Fekalit.
Benda asing.
Striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya.
Neoplasma.
3. Menurut Markum, 1996 :
Fekolit.
Parasit.
Hiperplasia limfoid.
Stenosis fibrosis akibat radang sebelumnya.
Tumor karsinoid.
C. Patofisiologi
Menurut Mansjoer, 2000,apendiksitis biasa disebabkan oleh adanya penyumbatan
lumen apendiks oleh hyperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena
fibrosis akibat peradangan sebelumnya, atau neoplasma. Feses yang terperangkap
dalam lumen apendiks akan menyebabkan obstruksi dan akan mengalami penyerapan
air dan terbentuklah fekolit yang akhirnya sebagai kausa sumbatan. Obstruksi yang
terjadi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan.
Semakin lama mukus semakin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai
keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Tekanan
tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis
bakteri, dan ulserasi mukus. Pada saat ini terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai
oleh nyeri epigastrium. Sumbatan menyebabkan nyeri sekitar umbilicus dan
epigastrium, nausea, muntah. invasi kuman E Coli dan spesibakteroides dari lumen ke
lapisan mukosa, submukosa, lapisan muskularisa, dan akhirnya ke peritoneum
parietalis terjadilah peritonitis lokal kanan bawah.Suhu tubuh mulai naik.Bila sekresi
mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan
obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding. Peradangan
yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri
di area kanan bawah. Keadaan ini yang kemudian disebut dengan apendisitis supuratif
akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark diding apendiks yang
diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila
dinding yang telah rapuh pecah, akan menyebabkan apendisitis perforasi.
Bila proses tersebut berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan
2. bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut infiltrate
apendikularis. Peradangan apendiks tersebut akan menyebabkan abses atau bahkan
menghilang.
Pada anak-anak karena omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang,
dinding apendiks lebih tipis. Keadaan demikian ditambah dengan daya tahan tubuh
yang masih kurang memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua
perforasi mudah terjadi karena telah ada gangguan pembuluh darah.
Tahapan peradangan apendisitis.
Apendisitis akuta ( sederhana,tanpa perforasi )
Apendisitis akuta perforate ( termasuk apendisitis gangrenosa, karena
dinding apendiks sebenarnya sudah terjadi mikroperforasi)
D. Manifestasi Klinik
Menurut Betz, Cecily, 2000 :
Sakit, kram di daerah periumbilikus menjalar ke kuadran kanan bawah
Anoreksia
Mual
Muntah,(tanda awal yang umum, kuramg umum pada anak yang lebih
besar).
Demam ringan di awal penyakit dapat naik tajam pada peritonotis.
Nyeri lepas.
Bising usus menurun atau tidak ada sama sekali.
Konstipasi.
Diare.
Disuria.
Iritabilitas.
Gejala berkembang cepat, kondisi dapat didiagnosis dalam 4 sampai 6 jam
setelah munculnya gejala pertama.
Manifestasi klinis menurut Mansjoer, 2000 :
Keluhan apendiks biasanya bermula dari nyeri di daerah umbilicus atau
periumbilikus yang berhubungan dengan muntah. Dalam 2-12 jam nyeri akan
beralih ke kuadran kanan bawah, yang akan menetap dan diperberat bila berjalan
atau batuk. Terdapat juga keluhan anoreksia, malaise, dan demam yang tidak
terlalu tinggi. Biasanya juga terdapat konstipasi, tetapi kadang-kadang terjadi
diare, mual, dan muntah. Pada permulaan timbulnya penyakit belum ada keluhan
abdomen yang menetap. Namun dalam beberapa jam nyeri abdomen bawah akan
semakin progresif, dan denghan pemeriksaan seksama akan dapat ditunjukkan satu
titik dengan nyeri maksimal. Perkusi ringan pada kuadran kanan bawah dapat
membantu menentukan lokasi nyeri. Nyeri lepas dan spasme biasanya juga
muncul. Bila tanda Rovsing, psoas, dan obturatorpositif, akan semakin
meyakinkan diagnosa klinis.
Apendisitis memiliki gejala kombinasi yang khas, yang terdiri dari : Mual,
muntah dan nyeri yang hebat di perut kanan bagian bawah. Nyeri bisa secara
mendadak dimulai di perut sebelah atas atau di sekitar pusar, lalu timbul mual dan
muntah. Setelah beberapa jam, rasa mual hilang dan nyeri berpindah ke perut
kanan bagian bawah. Jika dokter menekan daerah ini, penderita merasakan nyeri
tumpul dan jika penekanan ini dilepaskan, nyeri bisa bertambah tajam. Demam
bisa mencapai 37,8-38,8° Celsius.
Pada bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat menyeluruh, di semua bagian
perut. Pada orang tua dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu berat dan di daerah
ini nyeri tumpulnya tidak terlalu terasa. Bila usus buntu pecah, nyeri dan demam
bisa menjadi berat. Infeksi yang bertambah buruk bisa menyebabkan syok.
E. Komplikasi
Menurut Hartman, dikutip dari Nelson, 1994 :
Perforasi.
Peritonitis.
Infeksi luka.
Abses intra abdomen.
3. Obstruksi intestinum.
Menurut Mansjoer, 2000
Apendiksitis adalah penyakit yang jarang mereda dengan spontan, tetapi
peyakit ini tidak dapat diramalkan dan mempunyai kecenderungan menjadi
progresif dan mengalami perforasi. Karena perforasi jarang terjadi dalam 8 jam
pertama, observasi aman untuk dilakukan dalam masa tersebut.
Tanda-tanda perforasi meliputi meningkatnya nyeri, spasme otot dinding
perut kuadran kanan bawah dengan tanda peritonitis umum atau abses yang
terlokalisasi, ileus, demam, malaise, leukositosis semakin jelas. Bila perforasi
dengan peritonitis umum atau pembentukan abses telah terjadi sejak klien pertam
akali datang, diagnosis dapat ditegakkan dengan pasti.
Bila terjadi peritonitis umum terapi spesifik yang dilakukan adalah operasi
untuk menutup asal perforasi. Sedangkan tindakan lain sebagai penunjang : tirah
baring dalam posisi fowler medium, pemasangan NGT, puasa, koreksi cairan dan
elektrolit, pemberian penenang, pemberian antibiotik berspektrum luas dilanjutkan
dengan pemberian antibiotik yang sesuai dengan kultur, transfusi utnuk mengatasi
anemia, dan penanganan syok septik secara intensif, bila ada.
Bila terbentuk abses apendiks akan teraba massa di kuadran kanan bawah
yang cenderung menggelembung ke arah rektum atau vagina. Terapi dini dapat
diberikan kombinasi antibiotik (misalnya ampisilin, gentamisin, metronidazol, atau
klindamisin). Dengan sediaan ini abses akan segera menghilang, dan apendiktomi
dapat dilakaukan 6-12 minggu kemudian. Pada abses yang tetap progresif harus
segera dilakukan drainase. Abses daerah pelvis yang menonjol ke arah rektum atau
vagina dengan fruktuasi positif juga perlu dibuatkan drainase.
Tromboflebitis supuratif dari sistem portal jarang terjadi tetapi merupakan
komplikasi yang letal. Hal ini harus dicurigai bila ditemukan demam sepsis,
menggigil, hepatomegali, dan ikterus setelah terjadi perforasi apendiks. Pada
keadaan ini diindikasikan pemberian antibiotik kombinasi dengan drainase.
Komplikasi lain yang terjadi ialah abses subfrenikus dan fokal sepsis
intraabdominal lain. Obstruksi intestinal juga dapat terjadi akibat perlengketan.
F. Pemeriksaan
Pemeriksaan menurut Betz(2002), Catzel(1995), Hartman(1994), antara lain
Anamnesa
Gejala apendisitis ditegakkan dengan anamnese, ada 4 hal yang penting
adalah :
Nyeri mula-mula di epigastrium (nyeri viseral) yang beberapa waktu
kemudian menjalar ke perut kanan bawah.
Muntah oleh karena nyeri viseral.
Panas (karena kuman yang menetap di dinding usus).
Gejala lain adalah badan lemah dan kurang nafsu makan, penderita nampak
sakit, menghindarkan pergerakan, di perut terasa nyeri.
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi pada foto tidak dapat menolong untuk menegakkan
diagnosa apendisitis akut, kecuali bila terjadi peritonitis, tapi kadang kala dapat
ditemukan gambaran sebagai berikut: Adanya sedikit fluid level disebabkan karena
adanya udara dan cairan. Kadang ada fecolit (sumbatan). pada keadaan perforasi
ditemukan adanya udara bebas dalam diafragma.
Laboratorium
Pemeriksaan darah : lekosit ringan umumnya pada apendisitis sederhana lebih
dari 13000/mm3 umumnya pada apendisitis perforasi. Tidak adanya lekositosis
tidak menyingkirkan apendisitis. Hitung jenis: terdapat pergeseran ke kiri.
Pemeriksaan urin : sediment dapat normal atau terdapat lekosit dan eritrosit lebih
dari normal bila apendiks yang meradang menempel pada ureter atau vesika.
Pemeriksaan laboratorium Leukosit meningkat sebagai respon fisiologis untuk
melindungi tubuh terhadap mikroorganisme yang menyerang.
Pada apendisitis akut dan perforasi akan terjadi lekositosis yang lebih tinggi
lagi. Hb (hemoglobin) nampak normal. Laju endap darah (LED) meningkat pada
4. keadaan apendisitis infiltrat. Urine rutin penting untuk melihat apa ada infeksi
pada ginja
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan apendiksitis menurur Mansjoer, 2000 :
1. Sebelum operasi
* Pemasangan sonde lambung untuk dekompresi
* Pemasangan kateter untuk control produksi urin.
* Rehidrasi
* Antibiotic dengan spectrum luas, dosis tinggi dan diberikan secara intravena.
* Obat-obatan penurun panas, phenergan sebagai anti menggigil, largaktil untuk
membuka pembuluh – pembuluh darah perifer diberikan setelah rehidrasi tercapai.
* Bila demam, harus diturunkan sebelum diberi anestesi.
2. Operasi
* Apendiktomi.
* Apendiks dibuang, jika apendiks mengalami perforasi bebas,maka abdomen dicuci
dengan garam fisiologis dan antibiotika.
* Abses apendiks diobati dengan antibiotika IV,massanya mungkin mengecil,atau
abses mungkin memerlukan drainase dalam jangka waktu beberapa hari. Apendiktomi
dilakukan bila abses dilakukan operasi elektif sesudah 6 minggu sampai 3 bulan.
3. Pasca operasi
* Observasi TTV.
* Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar sehingga aspirasi cairan lambung
dapat dicegah.
* Baringkan pasien dalam posisi semi fowler.
* Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan, selama pasien
dipuasakan.
* Bila tindakan operasilebih besar, misalnya pada perforasi, puasa dilanjutkan sampai
fungsi usus kembali normal.
* Berikan minum mulai15ml/jam selama 4-5 jam lalu naikan menjadi 30 ml/jam.
Keesokan harinya berikan makanan saring dan hari berikutnya diberikan makanan
lunak.
* Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur selama
2x30 menit.
* Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di luar kamar.
* Hari ke-7 jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan pulang.
Pada keadaan massa apendiks dengan proses radang yang masih aktif yang ditandai
dengan :
* Keadaan umum klien masih terlihat sakit, suhu tubuh masih tinggi
* Pemeriksaan lokal pada abdomen kuadran kanan bawah masih jelas terdapat tanda-
tanda peritonitis
* Laboratorium masih terdapat lekositosis dan pada hitung jenis terdapat pergeseran
ke kiri.
Sebaiknya dilakukan tindakan pembedahan segera setelah klien dipersiapkan, karena
dikuatirkan akan terjadi abses apendiks dan peritonitis umum. Persiapan dan
pembedahan harus dilakukan sebaik-baiknya mengingat penyulit infeksi luka lebih
tiggi daripada pembedahan pada apendisitis sederhana tanpa perforasi.
Pada keadaan massa apendiks dengan proses radang yang telah mereda ditandai
dengan :
* Umumnya klien berusia 5 tahun atau lebih.
* Keadaan umum telah membaik dengan tidak terlihat sakit, suhu tubuh tidak tinggi
5. lagi.
* Pemeriksaan lokal abdomen tidak terdapat tanda-tanda peritonitis dan hanya teraba
massa dengan jelas dan nyeri tekan ringan.
* Laboratorium hitung lekosit dan hitung jenis normal.
Tindakan yang dilakukan sebaiknya konservatif dengan pemberian antibiotik dan
istirahat di tempat tidur. Tindakan bedah apabila dilakukan lebih sulit dan perdarahan
lebih banyak, lebih-lebih bila massa apendiks telah terbentuk lebih dari satu minggu
sejak serangan sakit perut.Pembedahan dilakukan segera bila dalam perawatan terjadi
abses dengan atau tanpa peritonitis umum.
Asuhan Keperawatan Anak dengan Apendiksitis
A. Pengkajian
Pengkajian menurut Wong (2003), Doenges (1999), Catzel (1995), Betz (2002), antara
lain :
1. Wawancara
Dapatkan riwayat kesehatan dengan cermat khususnya mengenai :
* Keluhan utama klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke
perut kanan bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam
kemudian setelah nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan dalam beberapa waktu
lalu.Sifat keluhan nyeri dirasakan terus-menerus, dapat hilang atau timbul nyeri dalam
waktu yang lama. Keluhan yang menyertai biasanya klien mengeluh rasa mual dan
muntah, panas.
* Riwayat kesehatan masa lalu biasanya berhubungan dengan masalah. kesehatan
klien sekarang ditanyakan kepada orang tua.
* Diet,kebiasaan makan makanan rendah serat.
* Kebiasaan eliminasi.
2. Pemeriksaan Fisik
* Pemeriksaan fisik keadaan umum klien tampak sakit ringan/sedang/berat.
* Sirkulasi : Takikardia.
* Respirasi : Takipnoe, pernapasan dangkal.
* Aktivitas/istirahat : Malaise.
* Eliminasi : Konstipasi pada awitan awal, diare kadang-kadang.
* Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau tidak ada
bising usus.
* Nyeri/kenyamanan, nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yang
meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney, meningkat karena berjalan,
bersin, batuk, atau napas dalam. Nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi
ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak.
* Demam lebih dari 380C.
* Data psikologis klien nampak gelisah.
* Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan.
* Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa nyeri
pada daerah prolitotomi.
* Berat badan sebagai indicator untuk menentukan pemberian obat.
3. Pemeriksaan Penunjang
* Tanda-tanda peritonitis kuadran kanan bawah. Gambaran perselubungan mungkin
terlihat “ileal atau caecal ileus” (gambaran garis permukaan cairan udara di sekum
atau ileum).
6. * Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan apendisitis infiltrat.
* Urine rutin penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal.
* Peningkatan leukosit, neutrofilia, tanpa eosinofil.
* Pada enema barium apendiks tidak terisi.
* Ultrasound: fekalit nonkalsifikasi, apendiks nonperforasi, abses apendiks.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang muncul pada anak dengan kasus apendiksitis berdasarkan rumusan
diagnosa keperawatan menurut NANDA (2006) antara lain :
Pre Operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual,muntah, anoreksia.
Post Operasi
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.
2. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan cairan yang tidak
adekuat.
C. Intervensi Keperawatan
Intervensi menurut Mc.Closkey (1996) Nursing Intervention Classsification (NIC),
dan hasil yang diharapkan menurut Johnson (2000) Nursing Outcome Classification (
NOC) , antara lain :
Pre Operasi
Dx I. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit.
Tujuan :Nyeri dapat berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil :
* Nyeri berkurang
* Ekspresi nyeri lisan atau pada wajah
* Kegelisahan atau keteganganotot
* Mempertahankan tingkat nyeri pada skala 0-10.
* Menunjukkan teknik relaksasi yang efektif untuk mencapai kenyamanan.
Intervensi
* Lakukan pengkajian nyeri, secara komprhensif meliputi lokasi, keparahan, factor
presipitasinya.
* Observasi ketidaknyamanan non verbal.
* Gunakan pendekatan yang positif terhadap pasien, hadir dekat pasien untuk
memenuhi kebutuhan rasa nyamannya dengan cara: masase, perubahan posisi, berikan
7. perawatan yang tidak terburu-buru.
* Kendalikan factor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap
ketidaknyamanan.
* Anjurkan pasien untuk istirahat.
* Libatkan keluarga dalam pengendalian nyeri pada anak.
* Kolaborasi medis dalam pemberian analgesic.
Dx II. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual,muntah, anoreksia.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nutrisi pasien adekuat.
Kriteria Hasil :
* Mempertahankan berat badan.
* Toleransi terhadap diet yang dianjurkan.
* Menunjukan tingkat keadekuatan tingkat energi.
* Turgor kulit baik.
Intervensi
* Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
* Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan.
* Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana
memenuhinya.
* Minimalkan faktor yang dapat menimbulkan mual dan muntah.
* pertahankan higiene mulut sebelum dan sesudah makan.
Post Operasi
Dx. I. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri dapat berkurang
atau hilang.
Kriteria Hasil :
* Nyeri berkurang
* Ekspresi nyeri lisan atau pada wajah
* Mempertahankan tingkat nyeri pada skala 0-10.
* Menunjukkan teknik relaksasi yang efektif untuk mencapai kenyamanan.
Intervensi
* Lakukan pengkajian nyeri, secara komprhensif meliputi lokasi, keparahan.
* Observasi ketidaknyamanan non verbal
* Gunakan pendekatan yang positif terhadap pasien, hadir dekat pasien untuk
memenuhi kebutuhan rasa nyamannya dengan cara: masase, perubahan posisi, berikan
perawatan yang tidak terburu-buru.
* Kendalikan factor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap
ketidaknyamanan.
8. * Anjurkan pasien untuk istirahat dan menggunakan tenkik relaksai saat nyeri.
* Libatkan keluarga dalam pengendalian nyeri pada anak.
* Kolaborasi medis dalam pemberian analgesic.
Dx II. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan cairan yang
tidak adekuat.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keseimbangan cairan
pasien normal dan dapat mempertahankan hidrasi yang adekuat.
Kriteria Hasil :
* Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT
normal.
* Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal.
* Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas, turgor kulit, membran mukosa lembab.
* Tidak ada rasa haus yang berlebihan.
Intervensi
* Pertahankan catatan intake dan output yang akurat.
* Monitor vital sign dan status hidrasi.
* Monitor status nutrisi
* Awasi nilai laboratorium, seperti Hb/Ht, Na+ albumin dan waktu pembekuan.
* Kolaborasikan pemberian cairan intravena sesuai terapi.
* Atur kemungkinan transfusi darah.
Daftar Pustaka
Betz, Cecily L, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri, Edisi 3. Jakarta: EGC
Catzel, Pincus.1995. Kapita Selekta Pediatri. Jakarta: EGC.
Dongoes. Marilyn. E.dkk 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencana
Pendokumentasian Perawatan Klien. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Johnson, Marion,dkk. Nursing Outcome Classification (NOC). St. Louis, Missouri: Mosby
Yearbook,Inc.
Markum.1991.Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: FKUI.
Mansjoer. A. Dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi 3. Jakarta : Media
Aesculapius.
Mc. Closkey, Joanne. 1996. Nursing Intervention Classsification (NIC). St. Louis,
Missouri: Mosby Yearbook,Inc.
9. Nelson.1994.Ilmu Kesehatan Anak.Vol 2.Jakarta: EGC.
Sabiston, D.C. 1995. Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC.
Syamsuhidayat. R & De Jong W. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2 .Jakarta : EGC.
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawtan Pediatrik, Edisi 4. Jakarta: EGC
____, 2007, apendisitis, terdapat pada:www. harnawatiarjwordpress.com diakses tanggal 1
Juni 2008.