Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai asuhan keperawatan pada kasus apendiksitis dan gastritis. Ia menjelaskan definisi, anatomi, klasifikasi, manifestasi klinis, komplikasi, dan pathway penyakit apendiksitis. Selanjutnya menjelaskan pengkajian, diagnosa, dan intervensi keperawatan pre-operatif dan post-operatif untuk kasus tersebut.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
3. Apendiksitis
Definisi
Appendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan merupakan penyebab nyeri abdomen
akut yang paling sering. Penyakit ini menyerang semua umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering
menyerang laki-laki berusia 10 sampai 30 tahun dan merupakan penyebab paling umum inflamasi akut pada
kuadran bawah kanan dan merupakan penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer & Bare,
2013).
Anatomi Apendiksitis
Appendiks vermiformis atau yang sering disebut sebagai apendiks adalah organ berbentuk tabung dan
sempit yang mempunyai otot dan banyak mengandung jaringan limfoid. Panjang apendiks vermiformis bervariasi
dari 3-5 inci (8-13 cm). Dasarnya melekat pada permukaan aspek posteromedial caecum, 2,5 cm dibawah junctura
iliocaecal dengan lainnya bebas. Lumennya melebar di bagian distal dan menyempit di bagian proksimal (S. H.
Sibuea, 2014). Apendiks vermiformis terletak pada kuadran kanan bawah abdomen di region iliaca dextra.
Pangkalnya diproyeksikan ke dinding anterior abdomen pada titik sepertiga bawah yang menghubungkan spina
iliaca anterior superior dan umbilicus yang disebut titik McBurney
4. Klasifikasi Apendiksitis
Appendisitis akut.
Appendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh radang mendadak umbai
cacing yang memberikan tanda setempat, disertai maupun tidak disertai rangsang peritonieum
lokal. Gajala appendisitis akut talah nyeri samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri viseral
didaerah epigastrium disekitar umbilikus.
Appendisitis kronik.
Diagnosis appendisitis kronis baru dapat ditegakkan jika ditemukan adanya : riwayat nyeri
perut kanan bawah lebih dari 2 minggu, radang kronik apendiks secara makroskopik dan
mikroskopik. Kriteria mikroskopik appendisitis kronik adalah fibrosis menyeluruh dinding apendiks,
sumbatan parsial atau total lumen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama dimukosa, dan
adanya sel inflamasi kronik. Insiden appendisitis kronik antara 1-5%.
5. Manifestasi Klinis
a) nyeri kuadran kanan bawah dan biasanya demam ringan
b) Mual, muntah
c) Anoreksia, malaise
d) Nyeri lepas lokal pada titik Mc. Burney
e) Spasme otot
f) Konstipasi, diare
Komplikasi
a) Abses merupakan peradangan apendiks yang berisi pus. Teraba massa lunak di kuadran kanan bawah
atau daerah pelvis
b) Perforasi adalah pecahnya apendiks yang berisi pus sehingga bakteri menyebar ke rongga perut.
c) Peritonitis adalah peradangan pada peritoneum. Bila infeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum
dapat menyebabkan timbulnya peritonitis umum
8. Pengkajian
a. Data demografi
Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa, pendidikan,
pekerjaan, alamat, nomor register.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama : Nyeri pada daerah abdomen kanan bawah.
2) Riwayat kesehatan sekarang : Klien mengatakan nyeri pada daerah abdomen kanan bawah yang
menembus kebelakang sampai pada punggung dan mengalami demam tinggi
3) Riwayat kesehatan dahulu : Apakah klien pernah mengalami operasi sebelumnya pada colon.
4) Riwayat kesehatan keluarga : Apakah anggota keluarga ada yang mengalami jenis penyakit yang
sama.
9. c. Pemeriksaan fisik ROS (review of system)
1. Kedaan umum : kesadaran composmentis, wajah tampak menyeringai, konjungtiva anemis.
2. Sistem kardiovaskuler : ada distensi vena jugularis, pucat, edema, TD >110/70mmHg; hipertermi.
3. Sistem respirasi : frekuensi nafas normal (16-20x/menit), dada simetris, ada tidaknya sumbatan jalan
nafas, tidak ada gerakan cuping hidung, tidak terpasang O2, tidak ada ronchi, whezing, stridor.
4. Sistem hematologi : terjadi peningkatan leukosit yang merupakan tanda adanya infeksi dan
pendarahan.
5. Sistem urogenital : ada ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit pinggang serta tidak bisa
mengeluarkan urin secara lancer.
6. Sistem muskuloskeletal : ada kesulitan dalam pergerakkan karena proses perjalanan penyakit.
7. Sistem Integumen : terdapat oedema, turgor kulit menurun, sianosis, pucat.
8. Abdomen : terdapat nyeri lepas, peristaltik pada usus ditandai dengan distensi abdomen
10. d. Pola fungsi kesehatan menurut Gordon :
1. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat Adakah ada kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan,
alkohol dan kebiasaan olahraga (lama frekwensinya), karena dapat mempengaruhi lamanya
penyembuhan luka.
2. Pola nutrisi dan metabolisme Klien biasanya akan mengalami gangguan pemenuhan nutrisi akibat
pembatasan intake makanan atau minuman sampai peristaltik usus kembali normal.
3. Pola Eliminasi. Pada pola eliminasi urine akibat penurunan daya konstraksi kandung kemih, rasa
nyeri atau karena tidak biasa BAK ditempat tidur akan mempengaruhi pola eliminasi urine. Pola
eliminasi alvi akan mengalami gangguan yang sifatnya sementara karena pengaruh anastesi sehingga
terjadi penurunan fungsi.
4. Pola aktifitas. Aktifitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak karena rasa nyeri, aktifitas
biasanya terbatas karena harus bedrest berapa waktu lamanya setelah pembedahan.
5. Pola sensorik dan kognitif. Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri, penglihatan serta pendengaran,
kemampuan berfikir, mengingat masa lalu, orientasi terhadap orang tua, waktu dan tempat.
6. Pola Tidur dan Istirahat. Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang sangat sehingga dapat
mengganggu kenyamanan pola tidur klien.
11. Diagnosa keperawatan
Intervensi keperawatan Pre operatif :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologi (inflamasi appendicitis).(D.0077)
2. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (Infeksi pada appendicitis). (D.0130)
3. Risiko Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif (muntah). (D.0034)
4. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi (D.0080)
Intervensi keperawatan Post operatif :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik(Prosedur oprasi). (D.0077)
2. Risiko hipovolemia ditandai dengan efek agen farmakologis (D.0034)
3. Risiko Infeksi ditandai dengan efek prosedur infasive (D.0142)
12. Intervensi keperawatan Pre operatif
Diagnosa Kep Intervensi Implementasi
Nyeri akut berhubungan
dengan agen pencedera
fisiologi (inflamasi
appendicitis)
Setelah Tindakan dilakukan
Keperawatan diharapkan tingkat
nyeri (L.08066) dapat menurun
dengan Kriteria
Hasil:
1. Keluhan menurun.
2. Meringis menurun
3.Sikap menurun. protektif
Manajemen nyeri (I. 08238).
Observasi :
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,rekuensi, kualitas nyeri, skala nyeri,
intensitas nyeri
2. Identifikasi respon nyeri non verbal.
3. Identifikasi Factor yang memperberat dan memperingan nyeri
Terapeutik :
1. Berikan Teknik Non farmakologis Untuk mengurangi rasa nyeri
2. Fasilitasi istirahat dan tidur.
3. Kontrol lingkungan Yang memperberat rasa nyeri.
Edukasi :
1. Jelaskan strategi Meredakan nyeri
2. Ajarkan Teknik non Farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu
13. Hipertermia berhubungan
dengan proses penyakit
(Infeksi pada appendicitis)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan termoregulasi (L.14134)
membaik dengan Kriteria Hasil :
1. Menggigil menurun.
2. Takikardi menurun.
3. Suhu tubuh membaik.
Manajemen hipertermia (I.15506).
Observasi :
1. Identifikasi penyebab hipertermia
2. Monitor suhu tubuh.
3. Monitor haluaran urine.
Terapeutik :
1. Sediakan lingkungan yang dingin.
2. Longgarkan atau lepaskan pakaian.
3. Berikan cairan oral
Edukasi :Anjurkan tirah baring
Kolaborasi : Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena,
jika perlu
Risiko Hipovolemia
berhubungan dengan
kehilangan cairan secara aktif
(muntah). (D.0034)
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan Status cairan
(L.0328)
membaik dengan Kriteria Hasil :
1 Kekuatan nadi meningkat.
2 Membrane mukosa lembap.
3 Frekuensi nadi membaik.
4 Tekanan darah membaik.
5 Turgor kulit membaik
Manajemen hypovolemia
(I.03116).
Observasi :
1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia.
2. Monitor intake dan output cairan.
Terapeutik :
1. Berikan asupan cairan oral
Edukasi :
1. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral.
2. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak.
Kolaborasi:
1. Kolaborasi Pemberian cairan IV
14. Diagnosa kep Intervensi implementasi
Ansietas berhubungan
dengan
kurang terpapar
informasi
(D.0080)
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan tingkat ansietas
(L.01006) menurun dengan
Kriteria Hasil :
1. Verbalisasi kebingungan
menurun.
2. Verbalisasi khawatir akibat
menurun.
3. Prilaku gelisah menurun.
4. Prilaku tegang menurun
Reduksi ansietas (I.09314).
Observasi :
1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah.
2. Monitor tanda tanda ansietas verbal non verbal.
3. Temani klien untuk mengurangi kecemasan jika
perlu.
4. Dengarkan dengan penuh perhatian.
5. Gunakan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan.
6. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin
dialami.
7. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama klien, jika
perlu.
8. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi.
9. Latih teknik relaksasi.
10. Kolaborasi pemberian obat antiansietas jika perlu
15. intervensi keperawatan post operatif
Diagnosa Kep Intervensi implementasi
Nyeri akut berhubungan
dengan agen pencedera
fisik Prosedur oprasi
(D.0077)
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
tingkat nyeri (L.08066)
menurun dengan Kriteria
Hasil :
1. Keluhan nyeri menurun.
2. Meringis menurun.
3. Sikap protektif menurun.
4. Gelisah menurun.
5. Frekuensi nadi membaik
Manajemen nyeri (I.08238)
Observasi
1. Identifikasi lokasi ,karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas nyeri, intensitas nyeri, skala nyeri.
2. Identifikasi respon nyeri non verbal
3. Identivikasi factor yang Memperberat dan
memperingan nyeri.
Terapeutik :
1. Berikan teknik non Farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri.
3. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri.
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Ajarkan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
4. Kolaborasi pemberian analgetik bila perlu.
16. Risiko hipovolemia
ditandai dengan efek agen
farmakologis (D.0034)
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan Status cairan
(L.0328) membaik dengan
Kriteria Hasil :
1. Kekuatan nadi meningkat.
2. Membrane mukosa lembap.
3. Frekuensi nadi membaik.
4. Tekanan darah membaik.
5. Turgor kulit membaik.
Manajemen hypovolemia
(I.03116)
Observasi :
1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia.
2. Monitor intake dan output cairan.
Terapeutik :
1. Berikan asupan cairan oral
Edukasi :
1. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral.
2. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak.
Kolaborasi :
1. Kolaborasi peberian cairan IV
Risiko Infeksi ditandai
dengan efek prosedur
infasive
(D.0142)
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan tingkat infeksi
(L.14137) dengan Kriteria Hasil:
2. Kebersihan tangan
meningkat.
3. Kebersihan badan
meningkat.
4. Demam, kemerahan, nyeri,
bengkak menurun.
5. Kadar sel darah putih
meningkat.
Pencegahan infeksi (I.14539)
Observasi :
1. Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik.
2. Batasi jumlah pengunjung
3. Berikan perawatan kulit pada area edema.
4. Cuci tangan seblum dan sesudah kontak dengan klien dan
lingkungan klien.
5. Pertahankan teknik aseptic pada klien beresiko tinggi
Edukasi :
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi.
2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar.
3. Ajarkan etika batuk.
4. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi.
5. Anjurkan meningkatkan asupan cairan.
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian imunisasi jika perlu.
18. Gastritis
Definisi
Gastritis merupakan masalah pada saluran pencernaan yang paling sering ditemukan.Gastritis
adalah penyakit yang disebabkan oleh meningkatnya asam lambung sehingga mengakibatkan inflamasi
atau peradangan yang mengenai mukosa lambung (Khanza, et al., 2017). Gastritis dapat bersifat akut yang
datang mendadak dalam beberapa jam atau beberapa hari dan dapat juga bersifat kronis sampai berbulan-
bulan atau bertahun-tahun (Diyono, 2013).
Etiologi
Gastritis Penyebab utama gastritis adalah bakteri Helicobacter pylori, virus, atau parasit lainnya
juga dapat menyebakan gastritis.Kontributor gastritis akut adalah meminum alkohol secara berlebihan,
infeksi dari kontaminasi makanan yang dimakan, dan penggunaan kokain.Kortikosteroid juga dapat
menyebabkan gastritis seperti NSAID aspirin dan ibuprofen. (Dewit, Stromberg &Dallred, 2016).
19. Klasifikasi Gastritis
a) Gastritis Akut
adalah suatu peradangan permukaan lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosif maksudnya
kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam daripadamukosa muskularis. Sering disebut juga tukak beban
atau tukak stress sebagai reaksi padapermukaan mukosa lambung akibat iritasi (karena alkohol, aspirin,
NSAID, lisol, refluxempedu, cairan pankreas). Jenis gastritis akut : Gastritis eksogen akut dan endogen
akut.
b) Gastritis Kronik
Gastritis kronik dapat dibedakan berdasarkan kelainan histopatologi, yaitu :
1. Gastritis kronik superfisialis : Sering dikatakan gastritis kronik superfisialis merupakan permulaan
gastritis kronik.
2. Gastritis kronik atrofik : Gastritis atrofik dianggap sebagai kelanjutan gastritis kronik superfisialis.
3. Atrofi lambung dianggap merupakan stadium akhir gastritis kronik.
22. Pengkajian
A. Identitas klien
1) Usia tua memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita gastritis dibandingkan dengan usia muda.
2) Jenis kelamin : tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin
3) Jenis pekerjaan : tidak dipengaruhi jenis pekerjaan
4) Tingkat pendidikan yang rentang terkena gastritis biasanya yang memiliki tingkat pendidikan rendah/minim
mendapatkan pengetahuan tentang gastritis
B. Keluhan Utama Adanya nyeri epigastrium kiri menyebar ke tengah dan menjalar tembus ke pinggang 1-2
jam setelah makan dan biasanya disertai muntah darah/hematemesis.
C. Riwayat kesehatan sekarang Berisi tentang kapan terjadinya nyeri ulu hati, apakah penderita mual atau
muntah, apakah penderita tidak nafsu makan serta upaya apa yang telah dilakukan oleh penderita untuk
mengatasinya.
D. Riwayat kesehatan dahulu Adanya riwayat penyakit gastritis pada masa anak-anak serta tindakan medis
apa yang pernah didapat maupun obat-obatan yang bisa digunakan oleh penderita, riwayat kecelakaan.
23. E. Riwayat kesehatan keluarga Berisi mengenai apakah dalam keluarga ada yang pernah menderita
penyakit turunan, serta hipertensi, jantung dan lain-lain.
F. Perilaku yang mempengaruhi Pola makan yang tidak teratur, stress, kopi, banyak merokok, minum
minuman beralkohol, penggunaan obat-obatan inflamasi non steroid.
G. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik menggunakan B1 – B8
24. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri sehubungan dengan iritasi gastrium atau pengecilan kelenjar gastric Ansietas berhubungan
dengan krisis situasional
b. Kekurangan volume cairan sehubungan dengan pemasukan cairan dan elektrolit yang kurang,
muntah, perdarahan. Aktivitas intolerance berhubungan dengan kelemahan fisik.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
d. Resiko infeksi dengan faktor resiko tindakan infasif
e. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang pengetahuan (proses penyakit)
25. Diagnosa Kep Intervensi Implementasi
Nyeri
berhubungan
dengan iritasi
gastrium
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan nyeri
berkurang atau hilang dengan kriteria
hasil :
1. Klien mengatakan rasa nyeri
berkurang atau hilang
2. Tekanan darah 90/60-140/90 mmHg
3. Nadi 60- 100x/menit
4. Respirasi 16- 24x/menit
5. Nyeri ringan 2- 3
6. Wajah klien tidak menyeringai
Manajemen Nyeri
1. Observasi tingkat nyeri klien secara
konferhensif baik meliputi frekuensi,
lokasi, intensitas, reaksi.
2. Observasi tanda- tanda vital
3. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
4. Edukasi keluarga untuk terlibat dalam
asuhan keperawatan
5. Jelaskan sebab - sebab nyeri kepada klien
6. Kolaborasi pemberian analgesik
Kekurangan
Volume cairan
berhubungan
dengan
pemasukan
elektolit yang
kurang , mual,
muntah
Setelah di lakukan tindakan
keperawatan diharapakan klien dapat
menunjukkan pemasukan elektrolit
yang kuat dengan kriteria hasil :
1. Tidak ada penurunan berat badan
2. Tidak ada mual muntah
Manajemen Cairan
1. Awasi masukan dan haluaran, karakter
dan frekuensi muntah.
2. Kaji tanda- tanda vital.
3. 3.Ukur berat badan tiap hari.
4.Kolaborasi pemberian antiemetik pada
keadaan akut.
26. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan
berhubungan dengan
intake yang tidak
adekuat
Setelah di lakukan tindakan keperawatan diharapakan klien
dapat menunjukkan tidak adanya tanda-tanda
ketidakseimbanga n nutrisi kurang dari kebutuhan dengan
kriteria hasil :
1. Nafsu makan baik
2. Porsi makan dihabiskan
3. Berat badan normal, sesuai dengan tinggi badan.
Manajemen nutrisi
1. Kaji nafsu makan.klien.
2. Kaji hal-hal yang menyebabka n
klien malas makan
3. Anjurkan klien untuk makan porsi
sedikit tapi sering.
4. Anjurkan dan ajarkan melakukan
kebersihan mulut sebelum makan.
5. Kolaborasi dengan tim gizi dalam
pemberian TKTP.
Resiko infeksi
dengan factor resiko
agen cidera fisik
(Tindakan infasif )
Setelah di lakukan tindakan keperawatan diharapakan klien
tidak mengalami adanya tanda tanda infeksi dengan kriteria
hasil :
1. Klien bebas dari tanda tanda dan gejala infeski
2. Mendeskripsik an proses penularan serta penatalaksana
nnya
3. Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya
infeksi
4. Jumlah leukosit dalam batas normal
5. Menunjukan prilaku hidup sehat
1. Observasi keadaan umum pasien
2. Observasi tanda tanda infeksius
secara konfrehensi
3. Awasi tanda vital, perhatikan
demam, menggigil, berkeringat,
perubahan mental, meningkatn ya
nyeri abdomen
4. Lakukan pencucian tangan dengan
baik sebelum kontak dengan klien
5. Lakukan prinsip septik dan
antiseptik setiap Tindakan
6. Berikan informasi yang tepat, jujur
pada pasien/oran g terdekat
7. Kolaborasi terhadap dokter untuk
obat antibiotik sesuai indikasi
27. Diagnosa Kep Intervensi Implementasi
Defisit
pengetahuan
berhubungan
dengan Kurang
pengetahuan
(Proses penyakit)
Setelah di lakukan tindakan
keperawatan diharapkan deficit
pengetahuan teratasi dengan kriteria
hasil :
1. Klien dan keluarga mampu
menyatakan pemahaman tentang
penyakit, kondisi, prognosis dan
program pengobatan serta program
diit
2. Klien dan keluaraga mampu
menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan oleh perawat
1. Observasi kemampuan klien dalam
pemahaman tentang penyakitnya
2. Bantu klien dalam memilih diit
yang tepat ketika kembali dirumah
3. Pendidikan kesehatan tentang
gastritis erosive
4. Libatkan keluarga untuk hidup sehat