2. Sub Topik
• Hakekat Hidup Dan Kerja
• Rahmat Allah Terhadap Orang
Yang Rajin Bekerja
• Akhlak Dalam Bekerja
• Keharusan Profesionalisme
Dalam Bekerja.
3. Dalam diri manusia terdapat apa yang disebut
dengan nafs sebagai potensi yang membawa
kepada kehidupan. Dalam pandangan Al-Qur’an,
nafs diciptakan Allah dalam keadaan sempurna
untuk berfungsi menampung serta mendorong
manusia berbuat kebaikan dan keburukan.
Allah SWT. Berfirman dalam surat al-Syams ayat
7-8
“Demi Nafs serta penyempurnaan ciptaanNya,
Allah mengilhamkan kepadanya kejahatan dan
ketaqwaan”
Allah mengilhamkan, berarti memberi potensi
agar manusia melalui nafs dapat menangkap
ma’na baik dan buruk, serta dapat mendorongnya
untuk melakukan kebaikan dan keburukan.
4. Meskipun nafs berpotensi positif dan
negative, namun diperoleh pula isyarat
bahwa pada hakekatnya potensi positif
manusia lebih kuat dari pada potensi
negetifnya. Hanya saja daya Tarik
keburukan lebih kuat dari daya tarik
kebaikan. Untuk itu manusia dituntut agar
memelihara kesucian nafsnya.
Firman Allah dalam surat al-Syams ayay 9-
10.
”sungguh beruntunglah orang-orang
yang menyucikannya dan merugilah
orang-orang yang Mengotorinya”
5. Kecenderungan nafs lebih kuat untuk kebaikan
dipahami dari isyarat ayat, misalnya terdapat
dalam surat al-Baqarah ayat 286
“Allah tidak membebani seseorang,
tertapi sesuai dengan kesanggupan
nya. Nafs memperoleh ganjaran dari apa
yang diusahakannya, dan memperoleh siksa
dari apa yang diusahakannya”
Selain nafs, dalam diri manusia juga terdapat
qalb yang sering diterjemahkan hati. Seperti
dikemukakan di atas, bahwa nafs ada dalam diri
manusia, qalb pun demikian, hanya saja qalb
yang merupakan wadah dipahami dalam arti
alat, sebagaimana firman Allah dalam surat al-
A’raf ayat 179
“mereka mempunyai qalb, tetapi tidak
digunakan untuk memahami”.
6. Selain kata qalb,dalam al-qur’an juga terdapat
kata fu’ad, seperti dalam firman-Nya dalam surat al-
Nahl
“Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu
dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu maka
Dia memberimu (alat) pendengaran, (alat)
penglihatan serta hati, agar kamu
bersyukur (mempergunakannya memperoleh
pengetahuan)”
Kemudian manusia juga memiliki ruh,
sebagaimana firman-Nya dalam surat al-Isra’ ayat 85
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh,
katakanlah Ruh adalah urusan Tuhanku, kamu
tidak diberi ilmu kecuali sedikit”
Selain memiliki nafs, qalb, dan ruh manusia
juga memiliki ‘aql. Kata ‘aql dalam al-qur’an
menggunakan bentuk kata kerja masa kini dan
lampau. Dari segi bahasa, kata ini dapat diartikan tali
pengikat, penghalang.
7. Aql merupakan sesuatu yang mengikat atau
menghalangi seseorang terjerumus dalam kesalahan
atau berbuat dosa. Allah berfirman dalam surat al-
An’am ayat 151:
“ …” dan janganlah kamu mendekati perbuatan keji,
baik yang Nampak atau tersembunyi, dan janganlah
kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
kecuali demi kebenaran, itulah wasiat Allah
kepadamu agar kamu ber’aqal (dapat
memahaminya)”
Menurut Hamka, dalam bukunya Falsafah Hidup,
Islam sangat memuliakan ‘aql, maka dari itu Islam
adalah agama yang menjunjung tinggi “aql. Orang yang
dapat menempatkan dirinya merasa terikat pada
aturan-aturan Allah dalam firman-firman-Nya, maka
itulah sebenarnya orang-orang yang ber’aqal.
8. Hakekat Hidup dan
Bekerja
Seorang muslim dalam aktifitas
kehidupannya dapat menggunakan ‘akalnya
jauh dari perbuatan keji, ruhnya banyak
berisikan wahyu Allah, hatinya jadi tentram
sehingga dirinya terkendali ke jalan yang
diridhai Allah, terhindar dari langkah-langkah
setan yang buruk Demikianlah hakekat
hidup manusia dengan berbagai potensi
yang terdapat dalam dirinya untuk
melaksanakan pekerjaan.
9. 3. Akhlak dalam bekerja.
• Seorang muslim dalam bekerja selalu berhati-hati
dan terbuka pikirannya kepada keindahan ciptaan
Allah.
• Dia menyadari bahwa Allah lah yang mengontrol
segala urusan dunia dan kehidupan manusia. Dia
mengenal tanda-tanda kekuasaan-Nya, senantiasa
berzikir dan tawakal kepada-Nya.
“sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan
silih bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda
bagi orang-orang yang bertawakal (yaitu) orang-orang
yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (sambil berkata) Ya
Tuhan kami, tidaklah Engkau ciptakan semua
ini dengan sis-sia, maha suci Engkau, maka peliharalah
kami dari api neraka” (Ali Imran ayat 190-191)
10. • Dalam bekerja dia tulus dan patuh kepada Allah
dalam keadaan bagaimanapun, tidak boleh
melampaui batas, selalu ta’at mengikuti
bimbingan Allah meskipun tidak sesuai dengan
keinginannya.
• Dia bertanggung jawab menjalankan kewajiban
pekerjaan yang telah ditetapkan untuknya. Bila
ia mendapatkan kendala, segera mencari
penyebabnya dan siap memikul semua
konsekuensinya.
Rasul Saw bersabda:
“Betapa indahnya urusan orang Islam. Seluruh
urusan (kerjanya) adalah baik bagi dirinya. Jika ia
mengalami kemudahan, ia bersyukur, dan yang
demikian itu baik bagi dirinya, jika ia mengalami
kesulitan, ia menghadapinya dengan sabar dan
tabah, dan itupun juga dirinya (HR. Bukhari)
11. Akhlak seorang muslim yang baik saat dalam
bekerja akan menemukan kemudahan selalu
bersyukur, ketika menghadapi kesulitan dia
tabah dan sabar. Mudah dan sulit baginya sama,
karena semua itu adalah untuk menguji
kekuatan imannya. Pada sa’atnya ia
mendapatkan kesalahan dalam bekerja,
menyimpang dari ketentuan Allah dan Rasul-
Nya, ia segera bertobat, segera ingat akan
Tuhannya, menghentikan segala kesalahannya
dan memohon ampun atas kekeliruannya.
“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa
bila dalam dirinya timbul perasaan was-was
dari setan, mereka segera ingat kepada
Allah. Maka waktu itu juga mereka melihat
kesalahan-kesalahannya (al-A’raf :201).
12. Rahmat Allah Terhadap
orang yang rajin bekerja.
Umar bin Khattab khalifah ke dua setelah Abubakar Siddiq berkata :
“aku benci orang berpangku tangan, tanpa ada aktifitas kerja, baik kerja
untuk dunia atau untuk kepentingan di akherat kelak”
Dalam hal ini khalifah Umar sangat menghargai dan menyenangi orang
yang rajin bekerja dan beraktifitas. Sebagai muslim yang ta’at, Umar
selalu mendorong umat Islam untuk memiliki semangat bekerja dan
beramal, serta menjauhkan diri dari sifat malas.
Rasulullah bersabda :
“Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari lemah pendirian, sifat malas,
penakut, kikir, hilangnya kesadaran, terlilit utang dan dikendalikan orang
lain. Dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, dan dari fitnah
(ketika hidup dan mati). (H.R Bukhari dan Muslim)
Orang muslim yang akan berhasil dalam hidupnya adalah
kemampuannya meninggalkan perbuatan yang melahirkan
kemalasan/tidak produktif dan digantinya dengan amalam yang
bermanfa’at.
Sabda Rasulullah saw. Dari Abu hurairah :
“Sebaik-baik Islamnya seseorang adalah meninggalkan perbuatan yang
tidak bermanfa’at” (HR. Tarmizi).
13. Bekerja bagi seorang muslim adalah dalam rangka
mendapatkan rezeki yang halal dan memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya bagi masyarakat sebagai ibadahnya kepada
Allah swt. Firman-Nya :
“Apabila shalat telah ditunaikan, maka bertebaranlah kamu
dimuka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah
sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung” (al-Jmu’ah:
10).
Dalam pandangan Islam bekerja merupakan bagian dari ibadah,
maka aplikasi dan implementasinya perlu diikat dan dilandasi
oleh akhlak/etika, yang senantiasa disebut etika profesi.
Etika/akhlak yang mencerminkan sifat terpuji, yaitu Shiddiq,
istiqamah, futhanah, amanah dan tablig.
Seorang muslim yang akan mendapat kasih sayang dari
Allah swt. Adalah apabila orang itu jauh dari sifat malas,
senang melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfa’at,
rajin bekerja, tidak menyia-nyiakan waktu, menyadari
bahwa semua aktifitas yang dilakukan adalah dalam rangka
beribadah kepada Allah SWT.
14. profesionalisme dalam
bekerja
Profesonal berarti berkualitas, bermutu dan ahli dalam satu
bidang pekerjan yang menjadi profesinya.
Sabda Rasul Saw.
“Bila menyerahkan suatu urusan kepada yang bukan ahlinya,
maka tunggulah kehancuran”
Menurut sabda Rasul ini, seseorang dalam bekerja, apapun
pekerjaannya, kalau ingin mengharapkan hasil yang berkualitas
dan baik, maka dia harus profeisinal/ahli dalam pekerjaan yang
menjadi tanggung jawabnya itu.
Ahli dalam bekerja, berarti menguasai ilmu pengetahuan yang
berhubungan lansung dengan pekerjannya. Seorang pekerja
yang bekerja dalam dunia pertanian, tentu dia harus berilmu
tentang tanaman, pemupukan, pengiran dan lain-lain. Dia harus
mengerti, memahami dan menghayati secara mendalam segala
yang menjadi tugas dan kewajibannya dalam pertanian.
15. • Sifat kreatifitas dan kemampuan melakukan
berbagai macam inovasi yang bermanfa’at
tentang pertanian akan muncul dalam dirinya.
• Sebagai seorang guru (pengajar) dituntut harus
ahli dalam ilmu keguruan, jangan setengah-
setengah, tapi belajar, terus belajar tentang
profesi keguruan sampai akhir hayatnya.
Firman Allah dalam al-Baqarah : 208 ”Hai orang
yang beriman, masuklah kamu kedalam
kedamaian /Islam secara menyeluruh, dan
janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan,
karena setan itu adalah musuhmu yang nyata”
16. Orang beriman diminta untuk memasukkan
totalitas dirinya ke dalam wadah Islam
secara menyeluruh, sehingga semua
kegiatannya berada dalam wadah
Islam/kedamaian. Ia damai dengan dirinya,
keluarganya, seluruh manusia, binatang,
tumbuh tumbuhan dan alam raya semuanya.
Wadah Islam secara menyeluruh yang
dimaksud juga penguasaan ilmu Islam
secara menyeluruh sehingga mampu
melaksanakan aktifitas islam dengan
berkualitas dan bermutu.