3. Rukun &
Syarat
Pernikahan
Rukun nikah
merupakan bagian
dari hakikat
perkawinan, artinya
bila salah satu
rukun nikah tidak
terpenuhi maka
tidak terjadi suatu
perkawinan.
Syarat
merupakan
unsur
pelengkap
dalam setiap
perbuatan
hukum.
5. Tentang jumlah
rukun para ulama
berbeda
pendapat :
Imam malik mengatakan bahwa rukun
nikah itu ada lima macam :
a.Wali dari pihak perempuan
b.Mahar (mas kawin)
c.Calon pengantin laki-laki
d.Calon pengantin perempuan
e.Sighat aqad nikah
8. Menurut
segolongan yang
lain rukun nikah
ituadaempat :
1.Dua orang yang saling
melakukan akad perkawinan
2.Adanya wali
3.Adanya dua orang saksi
4.Dilakukan dengan sighat
tertentu
9. Syarat Pernikahan
Syarat Khusus Syarat Umum
1) Kedua mempelai
2) Wali
3) Saksi
4) Sighat akad nikah
Syarat UmumPerkawinan
1. Tidak boleh bertentangan dengan
larangan perkawinan dalam al-
qur’an yang termuat dalam Q.S.
Al-baqarah (2) : 221
2. Tidak boleh bertentangan dengan
larangan perkawinan karena
perbedaan agama,
3. Tidak boleh bertentangan dengan
Q.S. An-nisaa (4) : 22, 23, 24
tentang larangan perkawinan
karena hubungan darah, semenda
dan saudara sesusuan.
10. Calonmempelai
laki-laki
Calon suami beragama Islam
Terang ( jelas ) bahwa calon suami itu betul laki-laki
Orangnya diketahui dan tertentu
Calon laki-laki itu jelas halal dikawin dengan calon istri
Calon laki-laki tahu/kenal pada calon istri serta tahu betul calon
istri halal baginya
Calon suami rela untuk melakukan perkawinan itu ( UU RI
No. 1 Tahun 1974 Pasal 6 Ayat 1)
Tidak sedang melakukan ihram
Tidak mempunyai istri yang haram dimadu dengan calon istri
Tidak sedang mempunyai istri empat. ( UU RI No. 1 Tahun
1974 Pasal 3 Ayat 1 )
11. Syaratbagi
mempelai
perempuan
1. Beragama Islam
2. Terang bahwa ia wanita
3. Wanita itu tentu orangnya
4. Halal bagi calon suami (UU RI No. 1
Tahun 1994 Pasal 8)
5. Wanita itu tidak dalam ikatan
perkawinan dan tidak masih dalam
iddah
6. Tidak dipaksa/ikhtiyar (UU RI No. 1
Tahun 1974 Pasal 6 Ayat
7. Tidak dalam ihram haji atau umrah
12. Wali
Hadis Rasulullah
“Barangsiapa di antara perempuan yang menikah
tidak dengan izin walinya, maka pernikahannya
batal”. Hadis riwayat Ibnu Majah
“Janganlah perempuan menikahkan perempuan yang
lain, dan jangan pula seorang perempuan
menikahkan dirinya sendiri”. Hadis riwayat
Daruqutni
13. SyaratWali
(Pasal 20 ayat (1) KHI):
Muslim
Aqil
Baligh
Tidak tuli, bisu, atau uzur
(Pasal 22 KHI)
Laki-laki
Adil
Tidak sedang ihram atau umroh.
15. WaliNasab
Kelompok kerabat laki-laki garis lurus
ke atas yaitu ayah, kakek dari pihak
ayah dan seterusnya
Kelompok kerabat saudara laki-laki
kandung atau saudara laki-laki seayah,
dan keturunan laki-laki mereka
Kelompok kerabat paman, yakni
saudara laki-laki kandung ayah,
saudara seayah dan keturunan laki-
laki mereka
Kelompok saudara laki-laki kandung
kakek, saudara laki-laki seayah kakek
dan keturunan laki-laki mereka
16. Wali hakim baru
dapat menjadi
wali nikah apabila
...
Penghulu atau
petugas lain dari
Departemen Agama.
Wali nasab tidak ada
atau tidak mungkin
menghadirkannya
atau tidak diketahui
tempat tinggalnya
atau adlal (enggan)
Ada penetapan
Pengadilan Agama
17. WaliHakamdan
Muhakam
Hakam adalah seseorang yang masih
termasuk anggota keluarga calon
mempelai perempuan namun bukan wali
nasab dan mempunyai pengetahuan
agama sebagai wali yang cukup.
Muhakam ialah seorang laki-laki bukan
keluarga calon mempelai perempuan dan
bukan dari penguasa, tetapi mempunyai
pengetahuan agama yang baik dan dapat
menjadi wali perkawinan.
18. Syarat Saksi
“Tidak sahnikah
kecuali dengan
wali dan dua
saksi yangadil”
HR.Ahmad
Syarat-syarat menjadi saksi (Pasal 25 KHI)
1. Laki-laki
2. Muslim
3. Adil
4. Aqil
5. Baligh
6. Tidak terganggu ingatan
7. Tidak tuli
8. Tidak menjadi wali.
Dua saksi laki-laki (Pasal 25 KHI).
Apabila tidak ada laki-laki maka seorang laki-laki digantikan dengan
dua orang perempuan untuk menjadi saksi.
19. Ijab Qabul
IJAB
penegasan kehendak mengikatkan diri dalam bentuk
perkawinan dan dilakukan oleh pihak perempuan
ditujukan kepada laki-laki calon suami
suatu pernyataan penyerahan (dilakukan oleh wali nikah)
(Pasal 28 KHI)
QABUL
penegasan penerimaan mengikatkan diri sebagai suami
isteri yang dilakukan pihak laki-laki.
suatu pernyataan penerimaan (dilakukan oleh calon
suami)
Dapat diwakilkan kepada pria lain (dengan alasan kondisi darurat) asal calon mempelai pria
memberi kuasa yang tegas dan tertulis dan mempelai perempuan tidak keberatan
Pelaksanaan antara pengucapan ijab dan kabul tidak boleh ada antara waktu, harus segera
dijawab
20. MaharPernikahan
Mahar
Musamm
a
Mahar
Mitsil
Mahar yang belum ditentukan jumlah
dan bentuknya pada saat ijab kabul
Mahar yang sudah disepakati kedua
mempelai
An Nisa ayat 4:
“Berikanlah mahar
kepada wanita (yang
kamu nikahi) sebagai
pemberian dengan
penuh kerelaan”
22. Tentang
Mahar
Jumlah, bentuk, dan jenisnya disepakati oleh
kedua pihak dengan anjuran kesederhanaan dan
kemudahan dalam mewujudkannya (Pasal 31
KHI)
Biasanya diberikan pada waktu akad nikah
dilangsungkan, sebagai perlambang suami
dengan sukarela mengorbankan hartanya untuk
menafkahi istrinya
Mahar boleh dibayar tunai atau ditangguhkan
sebagian atau seluruhnya asal disetujui oleh
calon isteri dan menjadi utang calon suami (Pasal
33 KHI)
Kewajiban menyerahkan mahar bukan rukun
perkawinan. Kelalaian menyebut jumlah dan
jenis mahar tidak menyebabkan batalnya
perkawinan. Mahar berhutang tidak mengurangi
sahnya perkawinan (Pasal 34 KHI)
23. Bagaimana jika
terjadi perceraian
sementara mahar
belum dibayar?
Suami yang mentalak isterinya
dalam keadaan sebelum menggauli
istrinya, ia wajib membayar
setengah mahar yang telah
ditentukan dalam akad nikah
Suami yang meninggal dunia
dalam keadaan sebelum menggauli
istrinya, seluruh mahar menjadi
hak istrinya
Perceraian terjadi setelah qobla
dukhul dan mahar belum
ditetapkan, suami wajib membayar
mahar mitsil.
26. WalimatulUrsy’
“Umumkanlah perkawinan itu dan
pukullah gendang dalam hubungan
dengan pengumuman
itu”Manfaatnya untuk memberi tahu
masyarakat bahwa telah terjadi
perkawinan sehingga dapat
terhindar dari fitnah. HR. Tirmidzi
27. Hal-hal yang
harus
diperhatikan/dilak
ukan saat
Walimah
Tidak perlu berlebihan dalam mengadakan pesta,
cukup sederhana
Jangan makan dan minum berdiri (standing
party)
Memperdengarkan musik berlebihan dengan
penyanyi yang berlebihan
Berikhtilat (tamu dipisah)
tidak membuka aurat
Tetap melaksanakan hal wajib (shalat 5 waktu)
Menghindarkan segala kemaksiatan di dalam
acara
29. Tugas
Kelompok/disku
si
Buat sebuah presentasi tentang upacara
pernikahan sesuai budaya dan kebiasaan
masyarakat (dari hasil wawancara/penelitian):
1. Adat/budaya Jawa
2. Adat/budaya Bugis
3. Adat/budaya Berau
4. Adat/budaya Banjar
5. Adat/budaya Sunda
6. Adat/budaya Toraja
Lalu bagaimanakah pandangan Islam terhadap
budaya tersebut? Uraikan dan jelaskan!