2. SUB BAB
Hakekat Haji
Mencapai haji mabrur
Hikmah haji dalam berbagai aspek
Makna spiritual haji bagi kehidupan sosial.
3. PENGERTIAN HAJI
Pengertian haji secara etimologis berasal dari qashdu
(maksud, niat, menyengaja), sedangkan kata umrah berarti
ziarah.
Secara terminologis, haji adalah ialah bermaksud
(menyengaja) menuju Baitullah dengan cara dan waktu
yang telah ditentukan.
Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa haji dan
umrah adalah untuk melakukan kewajiban ziarah ke
Baitullah karena Allah
“Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena
Allah…” (QS. Al-Baqarah [2]: 196).
4. Artinya: “Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap
Allah adalah melaksanakan haji ke Baitullah, yaitu bagi
orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke
sana. Barang siapa mengingkari (kewajiban) haji, maka
ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya (tidak memerlukan
sesuatu) dari seluruh alam.”
(QS. Ali Imran [3]: 97).
Dari ayat al-Qur’an di atas dapat memperkuat
pentingnya niat haji semata-mata karena Allah SWT. Kata
lillah dalam ayat tersebut adalah lam al-ijab wa alilzam
(yang berfaidah mewajibkan dan meniscayakan) ibadah
haji hanya untuk-Nya.
5. Demikian pula berdasarkan hadis Nabi yang diriwatkan oleh
Imam Bukhari: ال َلِئ ُسَلاَق ُهْنَع ُلاهل َي ِ
ض َر َة َْري َرُه يِبَأ ْنَع
وسلم عليه هللا صلى ُّيِبَّن
َّمُث َليِق ِهِلو ُس َر َو ِلاهلِب ٌانَيمِإ َلاَق ُل َ
ضْفَأ ِلاَمْعَلا ُّيَأ ْأ
َليِق ِلاهل ِليِب َ
س يِف ٌدا َه ِج َلاَق اَذاَم
ٌورُْربَم ٌّج َح َلاَق اَذاَم َّمُث
.
البخاري رواه Artinya: Dari Abi Hurairah
radhiyaallahu’anhu, beliau berkata: “Ditanyakan kepada
Rasulullah Saw, amaliah apakah lebih utama (afdhal)?”
Rasulullah Saw menjawab: “Iman kepada Allah”, kemudian
ditanyakan lagi: “lantas apalagi ya Rasulullah?”, Rasulullah
Saw menjawab: “Jihad fi sabilillah”, kemudian ditanyakan lagi:
“Lantas apalagi?”, Rasulullah Saw menjawab: “Haji
mabrur.”(HR. alBukhari). Maktabah Syamela
6. MENCAPAI HAJI MABRUR
Berdasarkan al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 197,
terdapat 3 larangan yang tidak boleh dilakukan selama
melaksanakan ibadah haji.
Pertama, dilarang melakukan rafas, terkait dengan gairah
dan syahwat.
Kedua, yaitu fusuqo, atau fasik, maksiat.
Ketiga, yaitu jidala atau berbantah-bantahan. Ini
persoalan yang tidak mudah. Selama kurang lebih 44 hari
kita tidak dibolehkan melakukan hal-hal tadi.
7. Ibadah haji adalah safar ruhani menuju Allah. Sebagai
tamu-tamu Allah harus menjaga adab-adab batiniyah.
Imam al-Ghazali menyebutkan ada beberapa etika dalam
berhaji, di antaranya adalah:
1. Berhaji dengan harta yang halal.
2. Tidak boros dalam membelanjakan hartanya untuk
makan dan minum.
3. Meninggalkan segala macam akhlak yang tercela.
4. Memperbanyak berjalan.
5. Berpakaian sederhana.
6. Bersabar ketika menerima musibah.
8. 10 LANGKAH UNTUK
MENCAPAI HAJI MABRUR
1. Luruskan Niat Untuk Mendapatkan Predikat Haji
Mabrur
Segala sesuatu tergantung pada niatnya. Untuk
mencapai haji yang mabrur, Anda harus meniatkan
diri berangkat haji hanya untuk beribadah pada Allah
SWT. Ibadah haji yang dilakukan harus benar-benar
mencerminkan keikhlasan dan semata-mata untuk
memenuhi panggilan Allah dan hanya mengharap ridho
dari Allah SWT. Jangan sampai Anda salah niat karena
hanya ingin dipanggil “pak haji” ketika pulang dari Tanah
Suci.
9. 2. Menggunakan Harta yang Halal Untuk Biaya Naik Haji
Anda harus menggunakan harta yang halal pada saat Anda
naik haji. Allah tidak akan menerima ibadah seseorang jika
tidak menggunakan jalan yang halal. Karena itu, pastikan
harta yang akan digunakan untuk biaya pergi haji ataupun
untuk perbekalan di Tanah Suci tidak berasal dari harta yang
haram, seperti misalnya hasil korupsi dan juga riba.
3. Beribadah dengan Sikap Ihsan
Beribadah dengan sikap ihsan maksudnya adalah kita
beribadah seperti kita melihat Allah. Karena itu, kita harus
selalu berusaha untuk menghadirkan Allah dalam setiap
tempat dan waktu. Dengan menghadirkan Allah dalam setiap
ibadah kita, niscaya kita akan bisa beribadah dengan lebih
khusyuk dan khidmat.
10. 4. Menjauhkan Diri dari Rafats, Fusuq, dan Jidal
Menjauhi larangan Allah, seperti rafats, fusuq, dan juga
jidal merupakan tips menjadi haji mabrur yang wajib Anda
lakukan. Rafats artinya berbicara tentang hal-hal yang
tidak berguna atau mengatakan kata-kata kotor. Fusuq
adalah perbuatan yang melanggar ketaatan kepada
Allah. Sementara itu, jidal artinya sikap berbantah-
bantahan, bertengkar, atau bahkan baku hantam. Ketika
sifat tercela tersebut harus benar-benar bisa Anda hindari
agar ketika Anda pulang haji, sifat Anda akan semakin
baik dibandingkan sebelumnya.
11. 5. Perbanyak Berbuat Baik Selama Perjalanan Ibadah Haji
Selama di perjalanan atau selama pelaksanaan ibadah haji, Anda
harus memperbanyak berbuat baik kepada sesama dengan cara
bersedekah, menolong orang lain, berbagi perbekalan bersama
jamaah haji yang lain, dan mengalah demi kepentingan orang
yang lebih membutuhkan.
6. Berlaku Sabar dan Banyak Bersyukur
Ibadah haji merupakan ibadah yang berat dan sangat menguras
emosi. Terkadang ada hal-hal yang akan membuat para jamaah
haji merasa lelah. Untuk menyikapi hal-hal semacam itu,
usahakan untuk tetap berlaku sabar dan memperbanyak syukur.
Dengan sabar dan syukur, Allah pasti akan memudahkan urusan
selama berada di Tanah Suci. Selain itu, rahmat Allah akan
datang bila hamba-Nya selalu sabar dan bersyukur.
7. Jangan Berlebihan dalam Berinteraksi dengan Lawan
Jenis
Ketika berada di Tanah Suci untuk menunaikan ibadah haji, Anda
harus bisa membatasi diri agar tidak berlebihan bergaul dengan
lawan jenis yang bukan mahram.
12. 8. Merendahkan Diri di Hadapan Allah
Dalam menunaikan ibadah haji, sebisa mungkin Anda berusaha
untuk menjaga keikhlasan dalam beribadah dengan cara
merendahkan diri di hadapan Allah SWT.
9. Menghindari Pungutan Liar
Untuk menghindari sesuatu yang haram selama menjalankan
ibadah haji di Tanah Suci, maka Anda harus berusaha untuk
menghindari pungutan liar yang biasa terjadi pada penambahan
ongkos kendaraan, penambahan biaya hewan untuk dam atau
qurban.
10. Menjalankan Seluruh Rangkaian Ibadah Haji Sesuai
Tuntunan Rasulullah
Dalam menjalankan ibadah haji, kita harus melaksanakannya
sesuai dengan ilmu manasik yang telah diajarkan oleh Rasulullah
SAW. Kita tidak boleh membuat sendiri ataupun hanya ikut-ikutan
dalam menjalankan tata cara ibadah haji.
13. HIKMAH HAJI DALAM BERBAGAI ASPEK
Hikmah haji yang berkaitan dengan keagamaan ialah sebagai
berikut:
a) Menghapus dosa-dosa kecil dan mensucikan jiwa orang
yang melakukannya.
b) Mendorong seseorang untuk menegaskan kembali
pengakuannya atas keesaan Allah Swt. serta penolakan
terhadap segala macam bentuk kemusyrikan.
c) Mendorong seseorang memperkuat keyakinan tentang
adanya neraca keadilan Tuhan dalam kehidupan di dunia
ini, dan puncak dari keadilan itu diperoleh pada hari
kebangkitan kelak.
d) Mengantar seseorang menjadi hamba yang selalu
mensyukuri nikmat-nikmat Allah Swt. baik berupa harta
dan kesehatan, dan menanamkan semangat ibadah
dalam jiwanya.
14. Dari segi sosial kemasyarakatan hikmah ibadah haji
antara lain:
Ketika memulai ibadah haji dengan ihram dari miqat,
pakaian biasa ditinggalkan dan mengenakan pakaian
ihram. Pakaian yang berfungsi sebagai lambang
kesatuan dan persamaan, sehingga hilanglah
perbedaan status sosial yang ada, semua menjadi satu
sebagai hamba-hamba Allah yang merindukan
keridlaan-Nya.
Ibadah haji dapat membawa orang-orang yang berbeda
suku, bangsa, dan warna kulit menjadi saling kenal
mengenal antara satu sama lain. Ketika itu terjadilah
pertukaran pemikiran yang bermanfaat bagi
pengembangan negara masing-masing baik yang
berhubungan dengan pendidikan, ekonomi, maupun
kebudayaan.
15. Mempererat tali Ukhuwah al Islamiyah antara umat
Islam dari berbagai penjuru dunia.
Mendorong seseorang untuk lebih giat dan
bersemangat berusaha untuk mencari bekal yang
dapat mengantarkan ke Mekah untuk haji.
Semangat bekerja tersebut dapat pula memperbaiki
keadaan ekonominya yang pada gilirannya
bermanfaat untuk orang fakir dan miskin.
Ibadah haji merupakan ibadah badaniyah yang
memerlukan ketangguhan fisik dan ketahanan
mental. Hal ini menunjukkan bahwa ibadah haji
dapat memperkuat kesabaran dan ketahanan fisik
seseorang.
16. MAKNA SPIRITUAL HAJI BAGI KEHIDUPAN
SOSIAL.
Pertama Ihram, mengandung makna melepaskan dan
membebaskan diri dari lambang material dan ikatan
kemanusiaan, mengosongkan diri dari mentalitas
keduniawian, membersihkan diri dari nafsu serakah angkara
murka, kesombongan serta kesewenang-wenangan. Umat
Islam yang telah memakai pakaian ihram harus berjiwa
stabil, tidak dikendalikan nafsu emosional terhadap material
kekayaan dan harta demikian juga kedudukan, jabatan dan
kehormatan diri.
17. Kedua, Thowaf, mengandung isyarat keluar dari
lingkungan manusia yang buas, masuk ke dalam
lingkungan Rabbaniyah yang penuh kasih saying, saling
menghargai dan saling menghormati.
Ketiga, Sa’i, mengandung isyarat kesediaan
menjalankan tugas san tanggung jawab bagi jamaah haji
kearah hal-hal yang positif dan bermanfaat untuk dirinya
dan orang lain. Artinya, siapapun yang sudah
menjalankan ibadah haji harus bisa mengambil makna
sa’i yang menyimpan makna perlunya perilaku yang
positif baik untuk dirinya maupun orang lain
(masyarakat).
18. Keempat, Wuquf, yaitu berhimpunnya umat Islam dari
seluruh pelosok dunia di Arafah. Dengan mengenakan
pakaian sederhana yang melambangkan kesucian,
persatuan, dan kesetaraan, mereka menghidupkan
kembali peristiwa-peristiwa besar keagamaan. Mereka
semua mengikuti ritual yang sama, memperlihatkan
semangat kebersamaan dan persaudaraan yang tidak
akan pernah terjadi kecuali hanya ada dalam peristiwa
besar yang tidak ada tandingannya yaitu ibadah haji.
19. Kelima, al-Hulqu/Tahallul (memotong rambut), mengandung
isyarat pembersihan, penghapusan sisa-sisa cara berfikir
yang kotor yang masih berada dalam kelopak kepala
masing-masing manusia. Tahallul berarti mengajarkan
kepada umat manusia yang telah menjalankan ibadah haji
agar bisa memiliki dan mengorbitkan pikiran yang baik dan
positif.
Ibadah haji bisa dijadikan refleksi persatuan dan persamaan
umat Islam seluruh dunia. Seluruh jamaah haji yang
beragam tersebut melakukan ibadah yang sama. Mereka
tidak saling memusuhi antara satu dengan yang lainnya.