3. Putusnya perkawinan dalam Islam secara umum
disebabkan oleh empat hal, yakni:
1. Putusnya perkawinan atas kehendak Allah Swt melalui takdirnya, di
mana salah satu pasangan meninggal dunia.
2. Putusnya perkawinan karena kehendak suami dan adanya alasan-alasan
tertentu. Hal ini bisa disebut dengan talak .
3. Putusnya perkawinan karena kemauan dari seorang istri. Hal ini bisa
disebabkan oleh intervensi keluarga, keberatan sang istri dalam
menjalankan rumah tangga bersama suami atau alasan-alasan yang
dibenarkan oleh syara’. Cara ini biasa disebut dengan khulu ’.
4. Putusnya perkawinan atas kehendak hakim. Sebagai pihak ketiga yang
melihat permasalahan antara istri dan suami yang membuat suatu
perkawinan tidak dapat dilanjutkan. Hal ini biasa disebut dengan fasakh
5. TALAK
Talak ialah terurainya
ikatan nikah dengan
perkataan yang jelas dari
suami. Seperti, “engkau aku
ceraikan,” atau dengan
sindiran dan suami niat
menceraikan seperti
“pergilah kepada
keluargamu, atau pulanglah
ke rumah orang tuamu.”
Menjadi haram jika tanpa
alasan jelas, membawa
keburukan dan tidak
bermanfaat sama sekali
Menjadi wajib jika salah satu
pihak mendapat keburukan
dan akan semakin parah jika
pernikahan dilanjutkan
Mubah, dengan tujuan
menghilangkan sifat buruk
pasangan suami/istri
6. Talak memiliki tiga rukun
• Suami yang mukalaf dan sukarela tanpa ada paksaan dari pihak
mana pun
• Istri yang dicerai adalah istri yang sah
• Ada ucapan yang menunjukkan tentang talak baik itu langsung
maupun sindiran
7. Macam-macam Talak
Adapun talak ditinjau dari segi boleh tidaknya suami rujuk kembali dibagi menjadi
dua macam yaitu:
1. Talak raj’i yaitu talak satu atau talak dua tanpa iwad (penebus
talak yang dibayar istri kepada suami yang dalam masa idah)
dimana kondisi suami masih dapat merujuk kembali (tanpa akad)
kepada istrinya. Dalam kompilasi Hukum Islam pasal 118 yang
dimaksud dengan talak raj’i adalah talak kesatu atau kedua, di
mana suami berhak rujuk selama istri dalam masa idah.
Adapun yang termasuk dalam kategori talak raj’i adalah sebagai berikut:
1) Talak satu atau talak dua tanpa iwad dan telah kumpul.
2) Talak karena ila’ yang dilakukan Hakim.
3) Talak Hakamain artinya talak yang diputuskan oleh juru damai (hakam)
dari pihak suami maupun dari pihak istri.
8. 2. Talak Ba’in ialah talak yang tidak memberi hak rujuk bagi
seorang suami terhadap bekas istrinya.
1) Talak Ba’in Sughra ( Ba’in Kecil)
Ialah talak talak yang tidak boleh dirujuk
tetapi boleh akad nikah baru dengan bekas
suaminya meskipun dalam iddah.
Sebagaimana dalam Kompilasi Hukum
Islam pasal 119 menyatakan bahwa:
Ayat 1: talak ba’in sughra adalah talak
yang tidak boleh dirujuk tetapi boleh akad
nikah baru dengan bekas suaminya
meskipun dalam iddah .
Ayat 2: talak ba’in sughra sebagaimana
tersebut pada ayat (1) adalah:
a. Talak yang terjadi qobla al dukhul.
b. Talak dengan tebusan atau khulu’
c. Talak yang dijatuhkan oleh Pengadilan
Agama.
Talak Ba’in Kubra (Ba’in Besar) Ialah talak tiga
(dilakukan sekaligus atau berturut-turut) suami
tidak dapat memperistrikan lagi bekas istrinya,
kecuali bekas istrinya tersebut telah kawin lagi
dengan laki-laki lain yang kemudian bercerai
setelah mengadakan hubungan kelamin dan habis
masa idah-nya.
Seorang suami yang mentalak ba’i n kubra
istrinya boleh mengawini istrinya kembali apabila
telah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Istri telah kawin dengan laki-laki lain
b. Istri telah dicampuri oleh suaminya yang baru
c. Istri telah dicerai oleh suami yang baru
d. Telah habis masa idah-nya
9. Talak ditinjau dari segi waktu menjatuhkan dibagi
menjadi dua macam, yaitu:
A. Talak sunni yaitu talak yang dijatuhkan sesuai dengan tuntunan sunah. Dikatakan
talak sunni jika memenuhi empat syarat:
1. Istri yang ditalak sudah pernah digauli. Bila talak yang dijatuhkan terhadap istri
yang belum pernah digauli, tidak termasuk talak sunn i .
2. Istri dapat segera melakukan iddah suci setelah ditalak yaitu dalam keadaan suci
dari haid. Menurut ulama Syafi’iyah, perhitungan iddah bagi wanita berhaid ialah
tiga kali suci, bukan tiga kali haid.
3. Suami tidak pernah menggauli istri selama masa suci dimana talak itu dijatuhkan.
Talak yang dijatuhkan oleh suami ketika istri dalam keadaan suci dari haid tetapi
pernah digauli, tidak termasuk talak sunni .
4. Mentalak istri harus secara bertahap (dimulai dengan talak satu, dua dan tiga) dan
diselingi rujuk.
10. B. Talak Bid’i yaitu talak yang dijatuhkan tidak sesuai atau
bertentangan dengan tuntunan sunah, tidak memenuhi syarat-syarat
talak sunni.
Yang termasuk kategori talak bid’i yaitu:
1. Talak yang dijatuhkan pada istri disaat dalam keadaan suci dan
telah dicampuri, sedang masalah hamil atau tidaknya belum
diketahui.
2. Talak yang dijatuhkan kepada istri disaat haid atau nifas.
11. Dari segi pengungkapan, talak dibagi jadi
beberapa macam
• Talak Sharih
• Talak Kinayah
• Talak Ucapan
• Talak Tulisan
• Talak Isyarat
• Talak Munjaz
Talak munjaz adalah talak yang diberlakukan terhadap istri tanpa adanya penangguhan.
Misalnya seorang suami mengatakan kepada istrinya‚ “kamu telah dicerai” maka istri telah
ditalak dengan apa yang diucapkan oleh suaminya. Sedangkan talak mu’allaq yaitu talak yang
digantungkan oleh suami dengan suatu perbuatan yang akan dilakukan oleh istrinya pada masa
mendatang. Seperti suami mengatakan kepada istrinya “jika kamu berangkat kerja berarti kamu
telah ditalak” maka talak tersebut berlaku sah dengan keberangkatan istrinya untuk kerja.
12. Tentang Pengucapan Talak Tiga
Hukum talak tiga sekaligus menurut para ulama fuqaha’ , yakni: Imam an-Nawawi
dalam Sharah Muslim mengatakan: “Terjadi perbedaan ulama tentang hal seorang
laki-laki berkata pada istrinya: “Engkau tertalak tiga”.
1. Syafi’i, Malik, Abu Hanifah, Ahmad dan jumhur ulama shalaf dan khalaf
berpendapat jatuh tiga.
2. Thaus dan sebagian ahli dhahir berpendapat tidak jatuh kecuali satu. Pendapat ini
juga pendapat al-Hujjaj bin Arthah dan Muhammad bin Ishaq menurut satu
riwayat.
3. Pendapat yang masyhur dari al-Hujjaj bin Arthah tidak jatuh talak sama sekali. Ini
juga pendapat Ibnu Muqattil dan Muhammad bin Ishaq pada riwayat lain.”
13. Khulu’
Khulu’ ialah istri menebus diri dari suami yang tidak disukainya dengan sejumlah
uang diserahkan pada suaminya hingga ia terlepas dari ikatan pernikahan itu.
Suami disunahkan tidak mengambil tebusan lebih besar dari
mahar
Jika khulu’ terjadi dg kalimat khulu’ maka idah 1 kali haid,
jika dengan kalimat talak maka iddahnya 3 kali haid
Suami yang telah di khulu’ tidak boleh kembali
Ayah boleh melakukan khulu anak gadis jika ia belum
dewasa
14. Fasakh
Secara bahasa fasakh/fa-sa-kha yang secara etimologi berarti
membatalkan. Bila dihubungkan kata ini dengan perkawinan
berarti membatalkan perkawinan atau merusak perkawinan.
Dalam arti terminologis pembatalan ikatan pernikahan oleh
Pengadilan Agama berdasarkan tuntutan istri maupun suami yang
dapat dibenarkan oleh Pengadilan Agama karena pernikahan yang
telah terlanjur dan menyalahi aturan hukum sebuah pernikahan.
15. Pada dasarnya hukum fasakh itu adalah mubah atau boleh, tidak disuruh
dan tidak pula dilarang, karena hukumnya sesuai dengan keadaan dan
bentuk tertentu itu. Dasar hukumnya sesuai dengan hadis Rasulullah
Saw.
Artinya: “Dari Jamil bin Zaid bin Ka’ab r.a bahwasanya Rasulullah Saw
pernah menikahi seorang perempuan bani ghafar, maka tatkala ia akan
bersetubuh dan perempuan itu telah yang meletakkan kainnya, dan ia
duduk di atas pelaminan, kelihatannya putih (balak) dilambungnya lalu
ia berpaling (pergi dari pelaminan itu) seraya berkata, ambillah kain
engkau, tutupilah badan engkau, dan beliau telah mengambil kembali
barang yang telah diberikan kepada perempuan itu” (HR. Ahmad).
16. Li’an
Li’an adalah suami menuduh istrinya
berzinah dengan perkataan, “Aku
melihatmu berzina”, atau “Aku tidak
mengakui bahwa anak dalam rahimmu
adalah milikku.”
17. Legalitas Li’an
• QS An-Nuur ayat 6-9
• Hadis Rasulullah yang berbunyi, “Jika suami-istri yang telah saling
melaknat itu telah berpisah, maka keduanya tidak boleh lagi
bersatu untuk selama-lamanya.”
20. Nafkah pasca Putusnya Perkawinan/Talak
a. Nafkah mutah adalah yang wajib diberikan kepada istri yang diceraikannya, sebagai
penghibur serta menyenangkan hati istri dan dapat menjadi bekal hidup bagi
mantan istri tersebut. Besar kecilnya mut’ah tergantung kesanggupan suami. Dalam
isi pasal 158 KHI dijelaskan mutah wajib diberikan oleh bekas suami dengan syarat:
1.Belum ditetapkan mahar bagi istri ba’da al -dukhul
2.Perceraian itu atas kehendak suami.
b. Nafkah iddah merupakan nafkah yang wajib untuk diberikan oleh mantan suami
kepada mantan istri jika perceraian terjadi karena talak. Lama masa iddah nya
seorang wanita yang ditalak oleh suaminya yaitu 3 bulan 10 hari.
c. Nafkah madi’yah atau nafkah terutang yakni nafkah selama perkawinan yang selama
ini tidak atau belum diberikan oleh suami kepada istrinya.
22. Nusyuz
Menurut etimologi berasal dari bahasa Arab yang diambil dari kata
nasyaza yansyuzu-nusyuuzan yang berarti tinggi atau timbul ke
permukaan. Nusyuz juga berarti yaitu perempuan yang durhaka
kepada suaminya
Menurut istilah (syara’) adalah meninggalkan kewajiban suami
isteri atau sikap acuh tak acuh yang ditampilkan oleh sang suami
atau isteri. Dalam bahasa arab ditegaskan bahwa nusyuz dalam
rumah tangga adalah sikap yang menunjukan kebencian seorang
suami kepada isterinya atau kebaliknya. Namun lazimnya nusyuz
diartikan sebagai durhaka atau kedurhakaan.
23. Nusyuz suami
Nusyuz suami mengandung arti pendurhakaan suami kepada Allah
karena meninggalkan kewajibannya terhadap isterinya. Nusyuz
suami terjadi apa bila ia tidak melaksanakan kewajibannya
terhadap isterinya baik meninggalkan secara materil maupun non
materil.
Nusyuz adalah durhaka. Jadi, nusyuz suami adalah sikap suami yang
telah meninggalkan kewajiban-kewajibannya, bertindak keras
kepada isteri, tidak menggaulinya dengan baik, tidak pula
memberikan nafkah dan bersikap acuh tak acuh kepada isteri
24. Syiqoq
• Syiqaq adalah perselisihan, percekcokan dan permusuhan yang
berkepanjangan dan meruncing antara suami istri.
• Syiqaq merupakan perselisihan yang berawal dan terjadi pada kedua belah
pihak suami dan istri secara bersama- sama, dengan demikian syiqaq
berbeda dengan nusyuz, yang perselisihannya hanya berawal dan terjadi
pada salah satu pihak, suami atau istri.
QS An Nisa ayat 35
“Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka
kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari
keluarga perempuan. Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan
perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
25. Antisipasi terhadap Putusnya Perkawinan
• Selalu bersyukur saat mendapat nikmat
• Senantiasa bersabar saat mendapat kesulitan
• Bertawakkal saat memiliki rencana
• Bermusyawarah
• Tolong menolong dalam kebaikan
• Saling Menasehati
• Memperkuat tali silaturahmi dari keluarga istri/suami
• Mencintai keluarga istri/suami seperti mencintai keluarga sendiri, saling
menghargai dan berlaku adil agar pasangan dapat saling menghormati
26. Sekian dan Terima Kasih
“Dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
Perbuatan halal yang sangat dibenci oleh Allah Azza wa
Jalla adalah talak”
H.R. Abu Dawud dan Ibnu Majah