Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY 2D (KEL 9).pdf
1. MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY
Penulis: : 1. Bunga Adelia P.F (2113053025)
2. Fani Marlina Sari (2113053241)
3. Reza Ismelda (2113053119)
Kelompok : 9 (Sembilan)
Kelas : 2 D
Mata Kuliah : Belajar dan Pembelajaran
Dosen Pengampu : 1. Dr. Fatkhur Rohman, M. Pd.
2. Dra. Nelly Astuti, M. Pd.
PROGRAM STUDI GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2022
2. ii
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Model
Pembelajaran Discovery “dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Belajar dan Pembelajaran.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat
Ibu Dra. Nelly Astuti, M. Pd dan Bapak Dr. Fakthur Rohman, M. Pd. selaku
dosen pengampu mata kuliah Belajar dan Pembelajaran yang telah memberi tugas
ini, dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah
ini.
Penulis berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, Penulis sangat mengharapkan saran dan
kritik yang bersifat membangun sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan
bagi penulis demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik.
Metro, 9 Mei 2022
Penulis
3. iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
PRAKATA...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan.................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 4
A. Konsep Model Pembelajaran Discovery .......................................... 4
1. Definisi Discovery Learning Menurut Para Ahli .......................... 4
2. Karakteristik Discovery Learning................................................. 5
3. Tujuan Discovery Learning........................................................... 7
4. Macam-Macam Discovery Learning............................................. 9
5. Langkah Persiapan Model Discovery Learning............................ 10
6. Kelebihan dan Kelemahan Model Discovery Learning................ 15
B. Analisis Fishbone Model Pembelajaran Discovery Learning........ 16
1. Teori Belajar.................................................................................. 16
2. Kesiapan Lingkungan Sekolah...................................................... 18
3. Kesiapan SDM .............................................................................. 18
4. Komponen Model Pembelajaran Discovery Learning.................. 20
5. Kurikulum ..................................................................................... 24
6. Karakteristik Peserta Didik ........................................................... 24
BAB III PENUTUP........................................................................................ 26
A. Kesimpulan ......................................................................................... 26
B. Saran .................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 28
4. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Discovery Learning adalah salah satu metode dalam pengajaran teori kognitif
dengan mengutamakan peran guru dalam menciptakan situasi belajar yang
melibatkan siswa belajar secara aktif dan mandiri. Metode pembelajaran
discovery (penemuan) adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran
sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya
belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau
seluruhnya ditemukan sendiri.
Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri dari berbagai komponen
yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Maka posisi discovery di sini
sangat penting dan harus diperhatikan oleh guru dalam menjalankan
pembelajarannya ke peserta didik untuk menjadikan suatu pembelajaran yang
efektif. Melalui konsep belajar penemuan (discovery learning) pada dasarnya
menjelaskan mengenai proses pembentukan belajar dengan jalan menggali
dan mencari sendiri pengetahuan, pemahaman, pengertian dan konsep-konsep
secara mandiri. Konsep belajar penemuan (discovery learning) pada
penerapannya dapat diterapkan pada pembelajaran.
Dengan mengaplikasikan metode discovery learning secara berulang-ulang
dapat meningkatkan kemampuan penemuan dari indifidu yang bersangkutan.
Penggunaan metode discovery learning, ingin merubah kondisi belajar yang
pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher
oriented ke student oriented. Merubah modus Ekspository siswa hanya
5. 2
menerima informasi secara keseluruhan dari guru ke modus Discovery siswa
menemukan informasi sendiri.
Discovery Learning mempunyai peranan atau arti penting dalam pelaksanaan
kegiatan pembelajaran di kelas yaitu kegiatan atau pembelajaran yang
dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep
dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Dalam menemukan
konsep, siswa melakukan pengamatan, menggolongkan, membuatdugaan,
menjelaskan, menarik kesimpulan dan sebagainya untuk menemukan
beberapa konsep atau prinsip. Pada discovery masalah yang diperhadapkan
kepada siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru, sehingga siswa
harus mengerahkan seluruh pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan
temuan-temuan di dalam masalah itu (Budiningsih,2005:39).
Maka metode pembelajaran dengan discovery learning penting dibahas
karena akan menjelaskan makna kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh guru
selama pembelajaran berlangsung. Setiap guru atau pendidik mempunyai
alasan-alasan mengapa ia melakukan kegiatan dalam pembelajaran dengan
menentukan sikap tertentu. Maka dalam menggunakan metode discovery
learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus
dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan
tujuan (Sardiman, 2005:145). Dengan demikian seorang guru dalam aplikasi
metode discovery learning harus dapat menempatkan siswa pada kesempatan-
kesempatan dalam belajar lebih mandiri. Bruner mengatakan bahwa proses
belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau
pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya
(Budiningsih, 2005:41)
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini antara lain:
6. 3
1. Bagaimana konsep pembelajaran Discovery?
2. Bagaimana analisis fishbone Model Pembelajaran Discovery?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain:
1. Untuk mengetahui konsep dasar model pembelajaran Discovery
2. Untuk mengetahui analisis fishbone model pembelajaran Discovery
7. BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Model Pembelajaran Discovery
1. Definisi Discovery Learning Menurut Para Ahli
Menurut Sund dalam Roestiyah (1998,22), discovery learning adalah
proses mental di mana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep
atau prinsip yang dimaksudkan dengan proses mental tersebut antara lain:
Mengamati, mencerna, mengerti, menggolong golongkan, membuat
dugaan, menjejelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya.
Para ahli mendefinisikan discovery learning berbeda-beda, sesuai dengan
sudut pandanganya masing-masing:
1) Menurut Wilcox (Slavin, 1977), dalam pembelajaran dengan
penemuan siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui
keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-
prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman serta
melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan
prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.
2) Pengertian discovery learning menurut Jerome Bruner adalah metode
belajar yang mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan
menarik kesimpulan dari prinsip-prinsip umum praktis contoh
pengalaman dan yang menjadi dasar ide J. Bruner ialah pendapat dari
piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif di
dalam belajar di kelas. Untuk itu Bruner memakai cara dengan apa
yang disebutnya discovery learning, yaitu di mana murid
8. 5
mengorganisasikan bahan yang dipelajari dengan suatu masing-
masing
3) Menurut Bell (1978) belajar penemuan adalah belajar yang terjadi
sebagian hasil dari siswa memanipulasi, membuat struktur dan
mentransformasikan informasi sedemikian sehingga ide menemukan
informasi baru. Dalam belajar penemuan, siswa dapat membuat
perkiraan (conjucture), merumuskan suatu hipotesis dan menemukan
kebenaran dengan menggunakan prose induktif atau proses dedukatif,
melakukan observasi dan membuat ekstrapolasi.
Dalam pembelajaran discovery learning, mulai dari strategi sampai dengan
jalan dan hasil penemuan ditentukan oleh siswa sendiri. Hal ini sejalan
dengan pendapat Maier dalam Winddiharto (2004) yang menyatakan
bahwa, apa yang ditemukan, jalan, atau proses semata mata ditemukan
oleh siswa sendiri.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
discovery learning adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar
siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil
yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah
dilupakan siswa. Dengan belajar penemuan, anak juga bisa belajar berfikir
analisis dan mencoba memecahkan sendiri problem yang dihadapi.
Kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Karakteristik Discovery Learning
Ciri utama belajar menemukan yaitu: (1) mengeksplorasi dan memecahkan
masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi
pengetahuan; (2) berpusat pada siswa: (3) kegiatan untuk menggabungkan
pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada. Ada sejumlah ciri-ciri
proses pembelajaran yang sangat ditekankan oleh teori konstruktivisme,
yaitu:
9. 6
1. Menekankan pada proses belajar, bukan proses mengajar
2. Mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajar pada siswa.
3. Memandang siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang ingin
dicapai.
4. Berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan menekan
pada hasil.
5. Mendorong siswa untuk mampu melakukan penyelidikan.
6. Menghargai peranan pengalaman kritis dalam belajar. Mendorong
berkembangnya rasa ingin tahu secara alami pada siswa.
7. Penilaian belajar lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman
siswa.
8. Mendasarkan proses belajarnya pada prinsip-prinsip kognitif.
9. Banyak menggunakan terminilogi kognitif untuk menjelaskan proses
pembelajaran;
10. Seperti predeksi, inferensi, kreasi dan analisis.
11. Menekankan pentingnya “bagaimana” siswa belajar.
12. Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam dialog atau diskusi
dengan siswa lain dan guru.
13. Sangat mendukung terjadinya belajar kooperatif.
14. Menekankan pentingnya konteks dalam belajar.
15. Memperhatikan keyakinan dan sikap siswa dalam belajar.
16. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun
pengetahuan dan pemahaman baru yang didasari pada pengalaman
nyata.
Berdasarkan ciri-ciri pembelajaran kontruktivisme tersebut di atas, maka
dalam Penerapannya di dalam kelas sebagai berikut:
a. Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar Guru
mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan
beberapa waktu Kepada siswa untuk merespon.
b.Mendorong siswa berpikir tingkat tinggi.
10. 7
c. Siswa terlibat secara aktif dalam dialog atau diskusi dengan guru atau
siswa lainnya.
d.Siswa terlibat dalam pengetahuan yang mendorong dan menantang
terjadinya diskusi.
e. Guru menggunakan data mentah, sumber-sumber utama dan materi-
materi interaktif.
Dari teori belajar kognitif serta ciri dan penerapan teori kontruktivisme
tersebut dapat melahirkan strategi discovery learning.
3. Tujuan Pengunaan Discovery Learning
Salah satu metode belajar yang akhir-akhir ini banyak digunakan di
sekolah-sekolah yang sudah maju adalah metode discovery. Hal ini
disebabkan karena metode ini: (1) merupakan suatu cara untuk
mengembangkan cara belajar siswa aktif; (2) dengan menemukan dan
menyelidiki sendiri konsep yang dipelajari, maka hasil yang diperoleh
akan tahan lama dalam ingatan dan tidak mudah dilupakan siswa; (3)
pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-betul
dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain; (4)
dengan menggunakan strategi discovery anak belajar menguasai salah satu
metode ilmiah yang akan dapat dikembangkan sendiri; (5) siswa belajar
berpikir analisis dan mencoba memecahkan problema yang dihadapi
sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan nyata.
Bell dalam Ratumanan (2002) mengemukakan beberapa tujuan spesifik
dari pembelajaran dengan penemuan, yakni sebagai berikut:
a) Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara
aktif dalam Pembelajaran. Kenyataan menunjukan bahwa partisipasi
banyak siswa dalam Pembelajaran meningkat ketika penemuan
digunakan.
11. 8
b) Melalui pembelajaran dengan penemuan, siswa belajar menemukan
pola dalam situasi konkrit maupun abstrak, juga siswa banyak
meramalkan (extrapolate) informasi tambahan yang diberikan
c) Siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu
dan menggunakan tanya jawab untuk memperoleh informasi yang
bermanfaat dalam menemukan.
d) Pembelajaran dengan penemuan membantu siswa membentuk cara
kerja bersama yang efektif, saling membagi informasi, serta
mendengar dan mneggunakan ide-ide orang lain.
e) Terdapat beberapa fakta yang menunjukan bahwa keterampilan-
keterampilan, konsep konsep dan prinsip-prinsip yang dipelajari
melalui penemuan lebih bermakna.
f) Keterampilan yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam
beberapa kasus, lebih mudah ditransfer untuk aktifitas baru dan
diaplikasikan dalam situasi belajar yang baru.
Adapun peran guru dalam penggunaan discovery learning ini antara lain :
Dahar (1989) mengemukakan beberapa peranan guru dalam pembelajaran
dengan penemuan, yakni sebagai berikut:
a) Merencanakan pelajaran sedemikian rupa sehingga pelajaran itu
terpusat pada masalah masalah yang tepat untuk diselidiki para siswa.
b) Menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para
siswa untuk memecahkan masalah. Sudah seharusnya materi pelajaran
itu dapat mengarah pada pemecahan masalah yang aktif dan belajar
penemuan, misalnya dengan menggunakan fakta-fakta yang
berlawanan.
c) Guru juga harus memperhatikan cara penyajian yang enaktif, ikonik,
dan simbolik.
d) Bila siswa memecahkan masalah di laboratorium atau secara teoritis,
guru hendaknya berperan sebagai seorang pembimbing atau tutor.
12. 9
Guru hendaknya jangan mengungkapkan terlebuh dahulu prinsip atau
aturan yang akan dipelajari, tetapi ia hendaknya memberikan saran-
saran bilamana diperlukan. Sebagai tutor, guru sebaiknya memberikan
umpan balik pada waktu yang tepat.
4. Macam-Macam Discovery Learning
Menurut Jerome Bruner Model penemuan atau pengajaran penemuan
dibagi 3 jenis :
1) Penemuan Murni
Pada pembelajaran dengan penemuan murni pembelajaran terpusat
pada siswa dan tidak terpusat pada guru. Siswalah yang menentukan
tujuan dan pengalaman belajar yang diinginkan, guru hanya memberi
masalah dan situasi belajar kepada siswa. Siswa mengkaji fakta atau
relasi yang terdapat pada masalah itu dan menarik kesimpulan
(generalisasi) dari apa yang siswa temukan. Kegiatan penemuan ini
hampir tidak mendapatkan bimbingan guru. Penemuan murni biasanya
dilakukan pada kelas yang pandai.
2) Penemuan Terbimbing
Pada pengajaran dengan penemuan terbimbing guru mengarahkan
tentang materi pelajaran. Bentuk bimbingan yang diberikan guru dapat
berupa petunjuk, arahan, pertanyaan atau dialog, sehingga diharapkan
siswa dapat menyimpulkan (menggeneralisasikan) sesuai dengan
rancangan guru.
Generalisasi atau kesimpulan yang harus ditemukan oleh siswa harus
dirancang secara jelas oleh guru. Pada pengajaran dengan metode
penemuan, siswa harus benar-benar aktif belajar menemukan sendiri
bahan yang dipelajarinya.
3) Penemuan Laboratory
13. 10
Penemuan laboratory adalah penemuan yang menggunakan objek
langsung (media konkrit) dengan cara mengkaji, menganalisis, dan
menemukan secara induktif, merumuskan dan membuat
kesimpulan. Penemuan laboratory dapat diberikan kepada siswa
secara individual atau kelompok. Penemuan laboratory dapat
meningkatkan keinginan belajar siswa, karena belajar melalui
berbuat menyenangkan bagi siswa yang masih berada pada usia
senang bermain.
5. Langkah Persiapan Model Discovery Learning
Dalam setiap model pembelajaran tentunya terdapat prosedur atau
langkah-langkah yang mesti dipelajari dan diterapkan oleh guru. Hal ini
berguna agar tujuan-tujuan dari pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
Menurut Madjid (2006) “Penyusunan langkah ini pada hakikatnya
memproyeksikan tentang apa yang akan dilakukan dalam suatu proses
belajar mengajar. Dengan demikian, penyusunan langkah-langkah
pembelajaran adalah memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam
kegiatan pembelajaran. Penyusunan ini perlu dilakukan untuk
mengkoordinasikan komponen-pembelajaran.”
Berikut adalah langkah persiapan model discovery learning secara umum
yang dapat dideskripsikan sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan pembelajaran.
Pada tahap ini guru menentukan terlebih dahulu tujuan dari
pembelajaran discovery yang akan dilakukan agar proses pembelajaran
dapat memenuhi hasil belajar yang telah ditentukan. Misalkan
merumuskan masalah-masalah yang terdapat dalam kelas dan
menentukan target dari proses belajar-mengajar dengan model
discovery learning.
2. Melakukan identifikasi karakteristik siswa.
14. 11
Pada tahap ini guru mengidentifikasi setiap karakter siswa yang ada di
kelas SD tersebut. Karakteristik yang berbeda dari setiap siswa perlu
diidentifikasi agar dapat disesuaikan dengan bahan ajar dan model
discovery learning seperti apa yang harus diterapkan pada siswa SD
tersebut. Sebab tidak semua siswa SD memiliki karakter, kemauan,
tingkat kognitif, dan tingkat kecerdasan yang sama.
3. Memilih materi pelajaran.
Pada tahap ini guru membuat bahan dan materi ajar yang akan
diberikan dengan menyesuaikan materi dengan model discovery
learning serta karakteristik siswa SD yang berbeda. Selain itu, materi
pelajaran pun harus mengacu pada tujuan pembelajaran dari model
discovery learning.
4. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif.
Pada tahap ini guru mencari tema dan topik pembelajaran yang
berkaitan dengan model discovery dan sesuai dengan karakteristik
siswa SD dengan menyusunnya secara induktif. Penyusunan topik yang
harus dipelajari siswa secara induktif ini dapat diartikan bahwa topik
atau tema pembelajaran harus disusun dari hal yang spesifik atau
khusus ke hal yang umum.
5. Mengembangkan bahan-bahan ajar berupa contoh-contoh, ilustrasi,
tugas, dan sebagainya untuk dipelajari siswa.
Setelah menyusun topik-topik yang dapat dipelajari siswa secara
induktif, guru membuat serangkaian contoh, ilustrasi, tugas, dan
sebagainya yang berkaitan dengan topik yang akan diajarkanHal ini
dilakukan guna membantu proses pembelajaran yang dilakukan para
siswa SD.
6. Mempersiapkan penilaian proses dan hasil belajar siswa.
15. 12
Pada tahap ini guru membuat suatu rancangan penilaian proses dan
hasil belajar siswa yang berkaitan dengan topik yang diberikan serta
model discovery learning. Rancangan ini bisa berbentuk penilaian sikap
afektif sampai pada tingkat kognitif.
Menurut Syah (Ahmad 2016:554) langkah langkah Pelaksanaan
Pembelajaran Discovery yaitu:
1) Stimulation (pemberian rangsangan).
Siswa diberikan permasalahan di awal sehinga bingung yang
kemudian menimbulkan keinginan untuk menyelidiki hal tersebut.
Pada saat itu guru sebagai fasilitator dengan memberikan pertanyaan,
arahan membaca teks, dan kegiatan belajar terkait discovery.
2) problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah).
Tahap kedua dari pembelajaran ini adalah guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin kejadian-
kejadian dari masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian
salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban
sementara atas pertanyaan masalah).
3) data collection (Pengumpulan Data)
berfungsi untuk membuktikan terkait pernyataan yang ada sehingga
siswa berkesempatan mengumpulkan berbagai informasi yang sesuai,
membaca sumber belajar yang sesuai, mengamati objek terkait
masalah, wawancara dengan narasumber terkait masalah, melakukan
uji coba mandiri.
4) data processing (Pengolahan Data), merupakan kegiatan mengolah
data dan informasi yang sebelumnya telah didapat oleh siswa. Semua
informasi yang didapatkan semuanya diolah pada tingkat kepercayaan
tertentu.
16. 13
5) verification (Pembuktian) yaitu kegiatan untuk membuktikan
benaratau tidaknya pernyataan yang sudah ada sebelumnya. yang
sudah diketahui, dan dihubungkan dengan hasil data yang sudah ada.
6) generalization (menarik kesimpulan/generalisasi). Tahap ini adalah
menarik kesimpulan dimana proses tersebut menarik sebuah
kesimpulan yang akan dijadikan prinsip umum untuk semua masalah
yang sama. Berdasarkan hasil maka dirumuskan prinsip-prinsip yang
mendasari generalisas.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa langkah-langkah penerapan model
pembelajaran discovery harus disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan
siswa. Berikut adalah hasil penarikan kesimpulan dari langkah-langkah
penerapan model pembelajaran discovery yang didapat dari sumber
primer.
1) Guru dapat menyajikan contoh dan bukan contoh dari suatu konsep.
Saat diberikan contoh dan bukan contoh, maka peserta didik akan
mendapatkan perbedaan di antara contoh dan bukan contoh akan tetapi
juga timbul beberapa pertanyaan di benak mereka terkait contoh dan
bukan contoh yang lain. Hal ini berkaitan dengan stimulus rangsangan
agar peserta didik tertarik pada hal-hal yang akan dipelajarinya.
2) Guru mendorong peserta didik untuk menanyakan fakta tambahan
terkait konsep yang sedang dibahas. Setelah timbul pertanyaan di
benak peserta didik, maka guru tidak langsung memberikan
kesimpulan terkait pertanyaan-pertanyaan tersebut, akan tetapi
memberikan lebih banyak contoh dan bukan contoh sehingga
pengetahuan terkait perbedaan antara contoh dan bukan contoh
menjadi lebih banyak. Hal ini berkaitan dengan identifikasi masalah
yang telah ditelusuri oleh siswa terhadap hal-hal yang akan
dipelajarinya.
3) Guru mengarahkan peserta didik merumuskan dugaan peserta didik
tentang konsep dan contoh-contoh tersebut. Setelah diberikan lebih
banyak contoh dan bukan contoh, tidak semua pertanyaan di benak
17. 14
peserta didik terjawab. Maka dari itu guru mengarahkan agar peserta
didik membuat dugaan sementara terkait pertanyaan yang timbul di
benak mereka terkait konsep yang sedang dibahas. Hal ini berkaitan
dengan latihan membuat hipotesis awal atau dugaan sementara
terhadap masalah yang sedang dipelajari oleh peserta didik.
4) Guru membimbing peserta didik dalam mengumpulkan informasi
terkait konsep yang sedang dibahas. Informasi bisa diperoleh melalui
berbagai macam cara. Beberapa di antaranya yaitu, membaca dari
beberapa sumber seperti buku maupun internet atau berdiskusi tentang
terkait masalah yang sedang dibahas. Hal ini berkaitan dengan
pengumpulan data masalah yang sedang dipelajari oleh peserta didik.
5) Dari contoh-contoh yang telah diberikan sebelumnya akan terdapat
beberapa kesamaan ataupun pola. Contoh-contoh tersebut kemudian
ditata oleh guru agar lebih mudah dalam menemukan kesamaan dalam
contoh-contoh tersebut. Kemudian peserta didik diarahkan untuk
menemukan kesamaannya. Hal ini berkaitan dengan langkah
pengolahan data dari data-data yang telah dikumpulkan sebelumnya
oleh peserta.
6) Guru mengajak kelompok-kelompok dalam kelas untuk berbagi dan
mendiskusikan dugaan yang ditemukan agar diperoleh dugaan
bersama. Setiap kelompok pasti akan menemukan temuan yang
berbeda-beda. Oleh karena itu setiap kelompok dipersilahkan untuk
berbagi terkait temuan mereka agar kelompok lain bisa menambah
pengetahuan mereka terkait temuan yang beragam. Hal ini berkaitan
dengan langkah pembuktian.Guru memberikan gagasan tentang
maksud dan konsep dari masalah yang dihadapi sehingga peserta didik
dapat menyimpulkan masalah yang sedang dihadapi. Tugas utama
guru di sini adalah meluruskan temuan-temuan yang diperoleh oleh
peserta didik agar diperoleh satu kesimpulan yang dapat dimengerti
oleh peserta didik. Hal ini berkaitan dengan langkah generalisasi atau
penarikan kesimpulan dalam suatu masalah yang sedang dihadapi oleh
peserta didik.
18. 15
7) Guru memberikan latihan-latihan untuk memantapkan pemahaman
peserta didik terkait konsep yang telah dibahas. Setelah diperoleh
kesimpulan dan peserta didik paham akan konsep yang dibahas, maka
harus dilakukan pemantapan agar mereka bisa lebih paham terkait
konsep tersebut melalui latihan soal. Hal ini berkaitan dengan langkah
evaluasi agar peserta didik lebih memahami apa yang telah dilakukan
dan dipelajarinya.
6. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Discovery Learning
Setiap model pembelajaran memiliki beberapa kelebihan, hal ini sebagai
pertimbangan seorang guru untuk menggunakan model pembelajaran
tersebut. Menurut Ratnawati (2018) kelebihan dari model pembelajaran
Discovery Learning yaitu:
1) Mampu membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan
keterampilan-keterampilan dalam proses kognitifsiswa guna mencapai
taraf ketuntasan belajar.
2) Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi/
individual karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer
sehingga dapat tertinggal dalam jiwa siswa tersebut.
3) Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa
menyelidikidan berhasil.
4) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju
dengan cepat sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
5) Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan
melibatkan akalnya sehingga siswa lebih memiliki motivasi yang kuat
untuk belajar lebih giat.
6) Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada
dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang
lainnya.
7) Model Discoveryberpusat pada siswa tidak pada guru. Guru hanya
sebagai pembimbing.
19. 16
8) Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.
Selain memiliki kelebihan, pembelajaran dengan model Discovery
Learning juga memiliki beberapa kekurangan yaitu:
1) Model ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar.
Bagi siswa yang kurang memiliki kemampuan kognitif yang rendah akan
mengalami kesulitan dalam berfikir abstrak atau yang mengungkapkan
hubungan antara konsep‐konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada
gilirannya akan menimbulkan frustasi.
2) Model ini tidak cukup efisien untuk digunakan dalam mengajar pada
jumlah siswa yang banyak hal ini karena waktu yang dibutuhkan cukup
lama untuk kegiatan menemukan pemecahan masalah.
3) Harapan dalam model ini dapat terganggu apabila siswa dan guru telah
terbiasa dengan cara lama.
4) Model pengajaran discovery ini akan lebih cocok dalam pengembangkan
pemahaman, namun aspek lainnya kurang mendapat perhatian,
Kemendikbud (Yuliana 2018: 23).
B. Analisis Fishbone Model Pembelajaran Discovery
1. Teori belajar
Belajar penemuan (Discovery Learning) merupakan salah satu model
pembelajaran kognitif yang dikembangkan oleh Bruner (1966). Belajar
penemuan adalah proses belajar dimana guru harus menciptakan situasi
belajar yang problematis, menstimulus siswa dengan pertanyaan-
pertanyaan, mendorong siswa mencari jawaban sendiri, dan melakukan
eksperimen. Belajar penemuan pada akhirnya dapat meningkatkan
penalaran dan kemampuan untuk berpikir secara bebas dan melatih
keterampilan kognitif siswa dengan cara menemukan dan memecahkan
masalah yang ditemui dengan pengetahuan yang telah dimiliki dan
menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna bagi dirinya.
20. 17
Langkah-langkah model pembelajaran Discovery Learning adalah
sebagai berikut:
(1) Guru memberikan pertanyaan yang merangsang berpikir siswa dan
mendorongnya untuk membaca buku dan aktivitas belajar lain.
(2) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan
bahan pelajaran dan merumuskannya dalam bentuk hipotesis.
(3) Guru memberikankesempatan kepada siswa mengumpulkan
informasi yang relevan untuk membuktikan benar tidaknya hipotesis
tersebut.
(4) Guru mengolah data yang diperoleh siswamelalui wawancara,
observasi dan lain-lain.
(5) Guru melakukan pemeriksaan cermat untuk membuktikan benar
tidaknya hipotesis yang ditetapkan dengan hasil dan pengolahan data.
(6) Guru menarik kesimpulan untuk dijadikan prinsip umum yang
berlaku untuk emua masalah yang sama.
Penemuan (discovery) merupakan suatu model pembelajaran yang
dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivism.Teori belajar
tersebut menitikberatkan pada adanya bimbingan dari seorang guru
yang dianggap mampu melatih peserta didik untuk memperoleh
keterampilan dan pemahaman yang kompleks serta kompetensi yang
mandiri. Pandangan konstruktivisme sosial murni berpendapat bahwa
pembelajaran dapat berlangsung melalui interaksi sosial dengan
melibatkan unsur budaya dan bahasa.
Sementara itu Driver and Bell dalam Suryono (2014) mengemukakan
karakteristik pembelajarankontruktivisme sebagai berikut:
1) siswa tidak dipandang sebagi sesuatu yang pasif melainkan
memiliki tujuan,
21. 18
2) belajar harus mempertimbangkan seoptial mugkin proses
keterlibatan siswa,
3) pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar, melainkan
dikontruksi secara personal,
4) pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan
melibatkan pengaturan situasi lingkungan belajar,
5) kurikulum bukanlah sekedar hal yang dipelajari, melainkan
seperangkat pembelajaran, materi dan sumber.
2. Kesiapan Lingkungan Sekolah
Lingkungan memiliki peran penting dalam menciptakan atau
membentuk karakter seseorang. Lingkungan belajar yang mendukung
seluruh kegiatan belajar siswa akan memberikan suasana yang nyaman
dan dorongan bagi siswa untuk terus memacu prestasi belajarnya.
Dalam pelaksanaannya, lingkungan tempat belajar juga perlu
diperhatikan agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung secara
maksimal. Kemudian Slameto (2010: 64-69) juga mengemukakan ada 5
faktor lingkungan sekolah yang memengaruhi hasil belajar, mencakup:
a. Metode mengajar guru;
b. Relasi guru dengan siswa;
c. Relasi siswa dengan siswa; dan
d. Fasilitas sekolah.
3. Kesiapan SDM
a. Pendidik
Dalam mengaplikasikan Model Pembelajaran Discovery Learning atau
Penemuan guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana
pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan
belajar siswa sesuai dengan tujuan (Sardiman, 2005:145). Kondisi
seperti ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher
oriented menjadi student oriented.
22. 19
Dalam metode Discovery Learning bahan ajar tidak disajikan dalam
bentuk akhir, siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan
menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan,
menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta
membuat kesimpulan-kesimpulan. Hal tersebut memungkinkan murid-
murid menemukan arti bagi diri mereka sendiri, dan memungkinkan
mereka untuk mempelajari konsep-konsep di dalam bahasa yang
dimengerti mereka. Dengan demikian seorang guru dalam aplikasi
metode Discovery Learning harus dapat menempatkan siswa pada
kesempatan-kesempatan dalam belajar yanglebih mandiri. Bruner
mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan
kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui
contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya (Budiningsih,
2005:41).
b. Peserta Didik
Di dalam proses belajar, Bruner mementingkan partisipasi aktif
dari tiap siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan
kemampuan. Untuk menunjang proses belajar perlu lingkungan
memfasilitasi rasa ingin tahu siswa pada tahap eksplorasi. Lingkungan
ini dinamakan Discovery Learning Environment, yaitu lingkungan
dimana siswa dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan
baru yang belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang
sudah diketahui. Lingkungan seperti ini bertujuan agar siswa dalam
proses belajar dapat berjalan dengan baik dan lebih kreatif.
Untuk memfasilitasi proses belajar yang baik dan kreatif harus
berdasarkan pada manipulasi bahan pelajaran sesuai dengan tingkat
perkembangan kognitif siswa. Manipulasi bahan pelajaran bertujuan
untuk memfasilitasi kemampuan siswa dalam berpikir
23. 20
(merepresentasikan apa yang dipahami) sesuai dengan tingkat
perkembangannya.
4. Komponen Model Pembelajaran Discovery Learning
a. Sintaks Model Pembelajaran Discovery Learning
Langkah-langkah dalam menerapkan model discovery
learning:Menurut Syah (2004:244) dalam mengaplikasikan metode
Discovery Learning di kelas, ada beberapa prosedur yang harus
dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum sebagai
berikut:
1) Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu
yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan
untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk
menyelidiki sendiri. Disamping itu guru dapat memulai kegiatan
PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku,
dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan
pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk
menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat
mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi
bahan. Dalam hal ini Bruner memberikan stimulation dengan
menggunakan teknik bertanya yaitu dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang dapat menghadapkan siswa pada
kondisi internal yang mendorong eksplorasi.
2) Problem Statement (Pernyataan/ Identifikasi Masalah)
Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru
memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi
sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan
bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan
dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan
24. 21
masalah) (Syah 2004:244), sedangkan menurut permasalahan
yang dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk
pertanyaan, atau hipotesis, yakni pernyataan sebagai jawaban
sementara atas pertanyaan yang diajukan.Memberikan
kesempatan siswa untuk mengidentifikasi dan
menganalisispermasasalahan yang mereka hadapi, merupakan
teknik yang berguna dalam membangun siswa agar mereka
terbiasa untuk menemukan suatu masalah.
3) Collection (Pengumpulan Data)
Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan
kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-
banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau
tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244).Pada tahap ini berfungsi
untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya
hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk
mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan,
membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara
sumber, uji coba sendiri dan sebagainya.Konsekuensi dari tahap
ini adalah siswa belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu
yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi, dengan
demikian secara tidak disengaja siswa menghubungkan masalah
dengan pengetahua yang telah dimiliki.
4) Processing (Pengolahan Data) Menurut Syah (2004:244),
pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan
informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui
wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua
informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya,
semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan
bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada
tingkat kepercayaan tertentu (Djamarah, 2002:22). Data
25. 22
processing disebut juga dengan pengkodean coding/ kategorisasi
yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi.
Dari generalisasi tersebut siswa akan mendapatkan pengetahuan
baru tentang alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu
mendapat pembuktian secara logis.
5) Verification (Pembuktian) Pada tahap ini siswa melakukan
pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau
tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan
alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing (Syah,
2004:244). Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses
belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu
konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh
yang ia jumpai dalam kehidupannya. Berdasarkan hasil
pengolahan informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang
telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab
atau tidak, apakah terbukti atau tidak.
6) Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)
Tahap generalisasi / menarik kesimpulan adalah proses menarik
sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan
berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan
memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244). Berdasarkan
hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang
mendasari generalisasi. Setelah menarik kesimpulan siswa harus
memperhatikan proses generalisasi yang menekankan
pentingnya penguasaan pelajaran atas makna dan kaidah atau
prinsip-prinsip yang luas yang mendasari pengalaman
seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan generalisasi
dari pengalaman-pengalaman itu.
26. 23
b. Sistem pendukung model pembelajaran discovery learning
1. Sistem Sosial
Sistem sosial adalah situasi atau suasana dan norma yang berlaku
dalam model tersebut (Winataputra, 2001:8). Siswa belajar dalam
kelompok yang beranggota 4 siswa dan siswa bebas berfikir serta
menuntut untuk bekerjasama dalam proses pembelajaran.
2. Prinsip Reaksi
Guru sebagai fasilitator dan reflektor pada saat pembelajaran
berlangsung dan siswa dituntut belajar lebih mandiri dengan sistem
belajar kooperatif.
3. Sistem Pendukung
Ada beberapa sistem pedukung pada saat pembelajaran
berlangsung, seperti Powerpoint presentation, LKS, geoboard dan
view reflektor serta bukupaket siswa yang dapat membantu
meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep refleksi.
c. Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring
Dampak instruksional model pembelajaran Discovery Learning bagi
siswa adalah sebagai berikut:
(1) Siswa mampu mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk
bahasa lisan ataupun verbal;
(2) Siswa mampu menyalurkan dan mengarahkan kognitifnya
sendiri, kemampuan ini meliputi konsep dan kaidah memecahkan
masalah;
(3) Siswa mampu menerima atau menolak objek berdasarkan penelitian
terhadap objek tersebut.
Dampak pengiring model pembelajaran Discovery Learning bagi siswa
adalah sebagai berikut:
(1) Menimbulkan semangat kreativitas pada siswa;
(2) Memupuk solidaritas antar siswa;
27. 24
(3) Menambah nilai dan prestasi belajar siswa.
5. Kurikulum
Kurikulum yang digunakan di Indonesia saat ini adalah kurikulum
2013, Kurikulum 2013 lebih mengutamakan pada perkembangan sikap
(afektif) peserta didik dan cara penilain Kurikulum 2013 sekarang
sudah direvisi lagi. Revisi kurikulum 2013 tidak terlalu signifikan,
Sedangkan dalam Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) kurikulum 2013 (K13) edisi revisi, yang dibuat harus muncul
empat macam hal yaitu; PPK, Literasi, 4C, dan HOTS sehingga perlu
kreatifitas guru dalam meramunya.
Dalam menunjang keberhasilan suatu model pembelajaran maka
diperlukan adanya perpaduan yang sesuai antara model dengan
kurikulum yang digunakan. Dalam menunjang hal tersebut, kurikulum
yang sesuai dengan model pembelajaran inkuiri adalah kurikulum 2013,
dimana dalam kurikulum ini, keberlangsungan kegiatan pembelajaran
berpusat pada siswa (Student Centered Learning).
6. Karakteristik Peserta Didik
Model pembelajaran Discovery Learning mengajarkan para siswa untuk
menemukan secara mandiri mengenai pengetahuan yang disampaikan.
Discovery Learning adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang
melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk
mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis, sehingga
mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan keterampilan
sebagai wujud adanya perubahan perilaku.Discovery Learning atau
pembelajaran penemuan lebih berpusat pada peserta didik, bukan guru.
Pengalaman langsung dan proses pembelajaran menjadi patokan utama
dalam pelaksanaannya. Di sisi lain model Discovery Learning
28. 25
merupakan model yang lebih menekankan pada pengalaman langsung
siswa dan lebih mengutamakan proses dari pada hasil belajar.
Dapat disimpulkan bahwa Discovery Learning masuk dalam salah satu
model pembelajaran yang membantu peserta didik untuk mengalami
dan menemukan pengetahuannya sendiri. Ini sebagai wujud murni
dalam proses pendidikan yang memberikan pengalaman yang
mengubah perilaku sehingga dapat memaksimalkan potensi diri.
Pembelajaran discovery learning identik dengan metode belajar
kelompok yang melibatkan seluruh siswa untuk aktif. Karakteristik
yang dituntut dalam pembelajaran discovery ini lebih menekankan
untuk siswa aktif dan menjadi pusat dalam pembelajaran (student
centered).
29. BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran discovery learning adalah suatu metode untuk mengembangkan
cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka
hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan
mudah dilupakan siswa. Dengan belajar penemuan, anak juga bisa belajar
berfikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri problem yang dihadapi.
Kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat.
Tujuan penggunaan discovery learning ini adalah: (1) merupakan suatu cara
untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif; (2) dengan menemukan dan
menyelidiki sendiri konsep yang dipelajari, maka hasil yang diperoleh akan
tahan lama dalam ingatan dan tidak mudah dilupakan siswa; (3) pengertian
yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai dan
mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain; (4) dengan menggunakan
strategi discovery anak belajar menguasai salah satu metode ilmiah yang akan
dapat dikembangkan sendiri: (5) siswa belajar berpikir analisis dan mencoba
memecahkan problema yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer
dalam kehidupan nyata
B. Saran
Karena model pembelajaran discovery learning hanya dapat dipakai untuk
materi materi tertentu, maka seorang guru atau seorang calon guru disarankan
agar mampu memilih dan memilah materi mana yang tepat dan cocok yang
dapat diterapkan dalam proses belajar agar tidak menyita waktunya juga tidak
30. 27
hanya melibatkan pembelajaran discovery diperlukan keaktifan seluruh siswa.
beberapa siswa saja, karena model pembelajaran discovery diperlukan
keaktifan seluruh siswa. Selain itu alat-alat bantu mengajar (audio visual, dll)
haruslah diusahakan oleh guru atau calon guru yang hendak menerapkan
metode ini, tujuannya untuk memberikan siswa pengalaman langsung.
31. 28
DAFTAR PUSTAKA
Bruner, J.S. (1961). "The Act of Discovery". Romey, W.D. (1968). Inquiry
Techniques For Teaching Science. New Jersey: Prentice Hall, INC,
Englewood Cliffts.
Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta.
Dahar, Ratna Wilis, 1989, Teori Belajar, Jakarta: Erlangga Press
Djamarah, Syaiful Bahri, 2002. Psikologi Belajar. PT. Rineka Cipta: Jakarta.
2005. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif Suatu Pendekatan
Teoretis Psikologis. Rineka Cipta: Jakarta.
Hartini, D. (2021). Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Pada Siswa Kelas V Sdn 75 Malewang
Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros (Doctoral dissertation,
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR).
Lorensa, G. V., Nahwiyah, S., & Akbar, H. (2021). Penerapan Model
Pembelajaran Discovery Learning Untuk Meningkatkan Minat Belajar
Siswapada Mata Pelajaranskikelas IV Di Mi Hubbul Wathan Petai
Kecamatan Singingi Hilir Kabupaten Kuantan Singingi. JOM FTK
UNIKS (Jurnal Online Mahasiswa FTK UNIKS), 2(2), 18-30.
Ratumanan. 2002. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar
yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.
Roestiyah, N.K. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.
32. 29
Saraswati, Dina I. 2015. Penerapan Model Discovery dan Model Berbasis Proyek
dalam Menyusun Teks Prosedur pada peserta didik kelas VIII. Semarang:
Universitas Negeri Semarang. Skripsi
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Syah. 2004. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Syah, M. (2017). Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Wahidin Didin,dkk. (2015). Sintak Model Pembelajaran (Model Pembelajaran
Aktif Untuk Mempersiapkan Mahasiswa Praktikan Program Studi
Pendidikan Matematika). Universitas Islam Nusantara.
Winataputra, Udin S. 2011. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Winddiharto. 2004. Model-model Pembelajaran Jakarta: Gema Pena.