Laporan ini memberikan ringkasan tentang observasi pendidikan inklusi di SD Taman Muda. Siswa bernama Rana merupakan anak tuna laras dan lambat belajar yang sering mengganggu teman. Sekolah dan guru telah mengelola Rana dengan baik melalui pemahaman karakter, motivasi, dan program sosialisasi. Kendala yang dihadapi adalah sumber daya terbatas dan sosialisasi kepada orang tua, namun diselesaikan dengan kerjasama orang tua dan
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
INCLUSI SD
1. LAPORAN HASIL OBSERVASI
PENDIDIKAN INKLUSI DI SD
TAMAN MUDA
Rus Mala Dewi ( 10015050 )
Yayang Sujarwani ( 10015051 )
Moh. Shofi’i ( 10015062 )
Arif Fatoni ( 10015075 )
2. A. Latar Belakang
Dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 dan Undang-Undang
Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional bab III ayat 5 dinyatakan bahwa setiap
warganegara mempunyai kesempatan yang sama
memperoleh pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa
anak berkelainan berhak pula memperoleh kesempatan
yang sama dengan anak lainnya (anak normal) dalam
pendidikan.
Pendidikan bagi anak berkelainan disediakan dalam tiga
macam lembaga pendidikan, yaitu Sekolah Berkelainan
(SLB), Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), dan
Pendidikan Terpadu.
3. SLB, sebagai lembaga pendidikan khusus tertua,
menampung anak dengan jenis kelainan yang sama.
SDLB menampung berbagai jenis anak berkelainan,
sehingga di dalamnya mungkin terdapat anak berkelainan.
Sedangkan pendidikan terpadu adalah sekolah biasa yang
juga menampung anak berkelainan, dengan kurikulum,
guru, sarana pengajaran, dan kegiatan belajar mengajar
yang sama. Namun selama ini baru menampung anak
tunanetra, itupun perkembangannya kurang
menggembirakan karena banyak sekolah umum yang
keberatan menerima anak berkelainan.
4. Akibatnya, sebagian anak-anak berkelainan, terutama yang kemampuan ekonomi orang tuanya lemah, terpaksa tidak
disekolahkan karena lokasi SLB jauh dari rumah; sementara kalau akan disekolahkan di SD terdekat, SD tersebut tidak
bersedia menerima karena merasa tidak mampu melayaninya. Sebagian yang lain, mungkin selama ini dapat diterima di SD
terdekat, namun karena ketiadaan pelayanan khusus bagi mereka, akibatnya mereka beresiko tinggal kelas dan akhirnya
putus sekolah. Permasalahan di atas akan berakibat pada kegagalan program wajib belajar. Untuk mengantisipasi hal di atas,
dan dalam rangka menyukseskan wajib belajar pendidikan dasar, dipandang perlu meningkatkan perhatian terhadap anak-
anak berkelainan, baik yang telah memasuki sekolah umum (SD) tetapi belum mendapatkan pelayanan pendidikan khusus
maupun anak-anak berkelainan yang belum sempat mengenyam pendidikan sama sekali karena tidak diterima di SD
terdekat atau karena lokasi SLB jauh dari tempat domisilinya. Oleh karena itu, anak berkelainan perlu diberi kesempatan
dan peluang yang sama dengan anak normal untuk mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah yang sama.
5. B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dirumuskan
permasalahan sebagai berikut.
1.Bagaimana gambaran umum dari siswa berkebutuhan
khusus?
2.Bagaimana pengelolaan yang dilakukan oleh pihak-
pihak yang bersangkutan terhadap anak ABK?
3.Apa saja kendala yang dihadapi dalam melakukan
pengelolaan terhadap ABK?
4.Bagaimana solusi yang diberikan untuk mengatasi
kendala-kendala tersebut?
6. C.Tujuan
Tujuan Penulisan laporan ini adalah sebagai berikut.
1.Untuk mengetahui gambaran umum dari siswa berkebutuhan
khusus yang telah dijadikan objek observasi.
2.Untuk mengetahui pengelolaan yang dilakukan oleh pihak-
pihak yang bersangkutan terhadap anak ABK.
3.Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam melakukan
pengelolaan terhadap ABK.
4.Untuk mengetahui apa saja solusi yang diberikan untuk
mengatasi kendala-kendala tersebut.
8. Nama : Pulung Rana Narendra Putra
Tempat/Tanggal Lahir : Ketandan, 1 April 2005
Jenis Kelamin : Laki-laki
Sekolah :Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa
Kelas: 3 (Tiga)
Umur : 8 tahun
Agama : Islam
Alamat Siswa : Jl.Wonosari km 5,5 Ketandan
Cita-cita : Polisi
9. 2.Karakteristik
Sering mengganggu temannya (memukul), mudah sekali
tersinggung , tidak mau mengerjakan soal, tidak mau belajar,
memiliki gangguan perilaku, suka diberikan pujian, pernah tidak
naik kelas, suka marah dan berkelahi dengan temannya, suka
menyalahkan orang lain, kadang-kadang juga membantah gurunya
dan suka membuat kekacauan dikelas. Ia sulit untuk diajak
kerjasama bersama temannya. Ia juga pernah berkelahi dengan
teman sekelasnya jika ia sedang emosi. Rata-rata prestasi
belajarnya selalu rendah. Dalam menyelesaikan tugas-tugas
akademik sering terlambat dibandingkan teman-temannya. Daya
tangkap terhadap pelajaran lambat. Hal ini disebabkan karena
gangguan emosinya, sehingga Rana sulit mengikuti peljaran.
Kemampuannya masih di bawah rata-rata.
10. 3. Gejala
Gejala yang sering muncul dari Rana yaitu suka marah,
memukul teman, meludahi teman, membentak teman atau
guru, emosi, tidak mau mengerjakan tugas, suka mengganggu
teman tetapi tidak suka diganggu, sosialnya tidak bagus,
berjalan-jalan di kelas untuk menggangu temannya, sangat
mudah tersinggung, lambat belajar, hal ini disebabkan oleh
emosinya yang susah terkendali, sulit memahami pelajaran
yang diberikan guru, suka malas, suka menentang guru. Jika
sudah emosi, maka ia tidak akan mau mengerjakan tugas
guru. Ia sulit menghargai orang lain, berbuat semaunya
sendiri.
11. 4. Jenis ABK
Berdasarkan pengamatan, wawancara, dan studi dokumen guru
tentang assesment dari psikolog, Rana temasuk pada:
Tipe E, yaitu tuna laras. Rana memiliki gangguan pada
keprinadiannya, ia memiliki gangguan perilaku. Sosialnya terhadap
orang lain kurang baik. Penggolongan anak tunalaras ditinjau dari
segi gangguan atau hambatannya adalah sebagi berikut.
1. Gangguan emosi
2. Gangguan sosial
Tipe H, yaitu Slow Learner (lamban belajar)yaitu memiliki kesulitan
dalam belajar. Ia lambat dalam menerima pelajaran yang diberikan
oleh guru. Hal ini disebabkan oleh gangguan emosi yang dialaminya.
12. Faktor penyebab dari anak lamban belajar (slow learner),
yaitu:
◦ 1. Faktor internal
◦ 2. Faktor Eksternal
Pengelolaan Pihak-PihakTerkait
1.Pengelolaan Oleh Guru
dengan cara memahami karakter siswa
memberikan semangat atau motivasi
Jika melakukan hal benar maka guru tersebut memberikan
suatu pujian atau dukungan
Ketika sedang membuat ulah, guru menegur
13. Namun jika Rana sudah marah, maka guru
bersikap pelan.
Guru selalu mengajarkan sikap untuk
merasakan keadaan orang lain.
Pengelolaan tempat duduk
Dari guru pendamping sendiri juga
memberikan terapi sosial untuk Rana, ia
selalu dilatih guru pembimbing inklusi
untuk sedikit demi sedikit melakukan
kegiatan sosial,
14. 2. Pengelolaan Dari Sekolah
bekerjasama dengan pihak-pihak psikolog, agar bisa
mendapatkan assesment untuk anak tersebut. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui lebih lanjut jenis
kebutuhan khusus sehingga sekolah bisa memberikan
pelayanan sesuai dengan kebutuhan siswa.
Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa mempunyai
program sosialisasi mengenai inklusi kepada semua
orang tua siswa. Hal ini diharapkan dapat terjalin
kerjasama antara sekolah dengan orang tua dalam
memberikan pelayan khususnnya kepada siswa yang
berkebutuhan khusus.
15. Namun karena keterbatasan tenaga pembimbing
inklusi, dalam sosisalisasi yang dilakukan, pihak
sekolah memperbolehkan orang tua siswa
membawa guru pendamping dari luar.
Terkait dengan keterbatasan sumber daya
manusia, sekolah juga membatasi jumlah ABK yang
masuk. Hal ini dilakukan agar siswa ABK bisa
mendapatkan penanganan dengan baik.
Sekolah jga memiliki program khusus seperti
terapi-terapi yang dilakukan untuk anak-anak
berkebutuhan khusus
16. C. KendalaYang Dihadapi
Kendala yang dialami yaitu orang tua siswa yang non ABK
kurang bisa menerima jika anaknya berada dalam satu
kelas bersama siswa ABK.
Kurangnya sumber daya manusia, yaitu guru pembimbing
untuk semua siswa ABK belum merata, sehingga siswa
ABK tidak semuanya dibimbing khusus oleh pendamping.
Selain itu sekolah juga memiliki kendala terkait dengan
pengukuran pencapaian hasil belajar.
Sarana prasarana yaitu ruangan terapi dan media media
yang digunakan untuk anak-anak yang mengalami
gangguan penglihatan seperti LowVision.
17. D. SolusiYang Diberikan
melakukan sosialisasi rutin kepada
orang tua siswa
Untuk mengatasi kendala kurangnya
tenaga sumber daya, pihak sekolah
memberikan kebebasan kepada orang
tua untuk membawa guru pendamping
dari luar sekolah, agar bisa bekerjasama
dalam memberikan pelayanan sesuai
dengan kebutuhan siswa.
18. Untuk mengatasi Rana yang mengalami tuna laras:
Harus dengan sabar, cara halus, dipuji apabila
benar, Rana juga selalu diberikan terapi oleh
guru pembumbing, yaitu terapi sosial agar
sosialnya bisa lebih baik lagi, karena anak tuna
laras ini memamng memiliki gangguan
sosialnya.
Untuk mengatasi kelambatan belajar Rana
yaitu :
mengulang-ngulang materi pembelajaran
diberikan pancingan agar mau belajar
19. PENUTUP
A.Kesimpulan
Rana merupakan anak penyandang ABK yang mana jenisnya yaitu tuna laras dan
lambat belajar. Rana sering mengganggu temannya. Namun apabila diganggu oleh
temannya, dia akan marah. Rata-rata prestasi belajarnyapun selalu rendah. Dalam
menyelesaikan tugas-tugas akademik sering terlambat dibandingkan teman-temannya
karena daya tangkap terhadap pelajaran lambat.
Pengelolaan yang dilakukan dari pihak guru dan sekolah di Taman Muda Ibu Pawiyatan
Tamansiswa sudah cukup bagus. Yaitu dengan cara memahami karakter siswa, sabar
dalam pengajaran, pemberian program sosialisasi mengenai inklusi kepada semua
orangtua siswa agar bisa bekerjasama dengan sekolah dalam memberikan perhatian
kepada anak, sehingga diharapkan kegiatan pembelajaran dapat berjalan optimal dan
orang tua lebih bisa memahami kebutuhan anaknya (ABK).
20. B. Saran
Kita sebagai calon pendidik harus tahu bagaimana cara mendidik anak sesuai dengan minat bakat, karakter pada anak berkebutuhan khusus.Agar kita lebih bijak dalam
memberikan pelayanan khusus dalam menghadapi kasus anak yang berkebutuhan khusus dan lebih telaten dalam mengajar anak-anak yang berkebutuhan khusus, sedapat
mungkin kita membuat mereka nyaman saat belajar.
Sebaiknya guru memiliki RPI (Rencana Pembelajaran Individu) hal ini karena anak berkebutuhan khusus tidak bisa disamakan kemampuannya dengan anak normal lainnya,
sehingga indikator-indikator pencapaian khusus juga harus dipersiapkan untuk mereka.