1. Budaya Sekolah dan Pencegahan
Tindak Kekerasan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan SMP
2015
2. TUJUAN
Setelah mengikuti sesi ini, peserta
diharapkan dapat:
1.Menjelaskan arti penting budaya positif sekolah
bagi proses pendidikan di sekolah.
2.Menjelaskan penyebab dan dampak tindak
kekerasan yang mungkin terjadi di sekolah.
3.Menyebutkan dan memberikan contoh bentuk-
bentuk tindak kekerasan yang mungkin terjadi di
sekolah.
4.Menjelaskan langkah-langkah yang harus
ditempuh sekolah untuk membangun budaya
positif sekolah.
5.Menjelaskan langkah-langkah yang harus
ditempuh sekolah untuk mencegah dan mengatasi
tindak kekerasan di sekolah.
3. CAKUPAN MATERI
Materi sesi ini mencakup:
1.Pengertian budaya sekolah.
2.Arti penting budaya sekolah yang positif bagi
proses pendidikan di sekolah.
3.Bentuk-bentuk tindak kekerasan yang terjadi
di sekolah.
4.Membangun kultur sekolah yang positif.
5.Mencegah dan mengatasi tindak kekerasan
di sekolah.
4. AKTIVITAS PENDAMPINGAN
Untuk mencapai tujuan-tujuan sesi ini, Anda
akan:
1. Mencermati paparan dan aktif mencatat butir-
butir penting mengenai pengertian dan arti
penting budaya sekolah, membangun budaya
positif sekolah, dan men-cegah serta
mengatasi tindakan kekerasan di sekolah.
2. Mengajukan pertanyaan untuk memperoleh
kejelasan/ informasi lebih lanjut,
mengklarifikasi pemahaman, dan mengajukan
pendapat terkait dengan pengertian dan arti
penting budaya sekolah, membangun budaya
positif sekolah, dan mencegah serta mengatasi
tindakan kekerasan di sekolah.
3. Berbagi pengalaman tentang best practic
pengem-bangan budaya positif sekolah dan
8. DASAR HUKUM
• Peraturan Menteri PendidikanPeraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 19 Tahun 2007 tentang StandarNasional Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar
Pengelolaan Pendidikan olehPengelolaan Pendidikan oleh
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah:Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah:
““sekolah wajib menyusun dan melaksanakansekolah wajib menyusun dan melaksanakan
RKS/RKJM dan RKT/RKAS yang memuat tentangRKS/RKJM dan RKT/RKAS yang memuat tentang
PENGEMBANGAN BUDAYA DAN LINGKUNGANPENGEMBANGAN BUDAYA DAN LINGKUNGAN
SEKOLAH....khususnya melalui penyusunanSEKOLAH....khususnya melalui penyusunan
pedoman akademik, tata tertib, dan kode etikpedoman akademik, tata tertib, dan kode etik
sekolah”sekolah”
9. Pengertian:
• Budaya Sekolah: adalah (standar)
perilaku profesional (akademik
dan administratif/manajerial) dan
sosial yang mapan di sekolah
untuk mencapai tujuan sekolah
yang didasarkan pada
kesepakatan atas nilai-nilai dan
keyakinan bersama yang positif.
10. Pengertian:
• Budaya Sekolah: berkaitan dengan
asumsi-asumsi, nilai-nilai, norma,
perilaku, dan kebiasaan-kebiasaan
(positif) di sekolah.
• Iklim sekolah: mengacu kepada
suasana lingkungan internal
sekolah, baik dari segi fisik
maupun sosial (yang kondusif).
12. Jika Budaya Positif dan
Iklim Kondusif:
1. Kepuasan kerja meningkat
2. Pergaulan lebih akrab
3. Disiplin meningkat
4. Pengawasan fungsional
berkurang
5. Keinginan selalu berbuat
positif tumbuh
13. Jika Budaya Positif dan
Iklim Kondusif:
4. Efektivitas belajar dan berprestasi
berkembang.
5. Keinginan warga sekolah memberikan
yang terbaik bagi sekolah, keluarga,
orang lain dan diri sendiri
meningkat.
6. Kepercayaan diri meningkat, baik
sebagai individu, sebagai warga
sekolah maupun sebagai orang
Indonesia.
14. Bagaimana Caranya?
1. Tetapkan nilai-nilai dan
keyakinan bersama yang positif
sebagai standar perilaku.
2. Sosialisasikan standar perilaku
3. Lalakukan habituasi
(pembiasaan).
15. Bagaimana Caranya?
4. Ubahlah kebiasaan menjadi sistem.
5. Libatkan dan ajaklah semua pihak
atau pemangku kepentingan untuk
bersama-sama memberikan
komitmen secara terus-menerus.
6. Tanamkan rasa tidak cepat puas
dengan capaian hasil yang bersifat
sementara.
16. Tindak kekerasan (bullying)
merupakan salah satu faktor yang
mengancam tumbuhnya
budaya positif sekolah
dan iklim sekolah yang
kondusif.
TINDAK KEKERASAN
17. Pengertian:
Tindak kekerasan (Bullying)::
didefinisikan sebagai perilaku
verbal atau fisik yang
sengaja dilakukan secara
terencana oleh seseorang
atau kelompok orang yang
merasa lebih “berkuasa”
terhadap seseorang
ataupun sekelompok
orang yang “merasa”
tidak berdaya melawan
perlakuan tersebut
18. Bentuk-bentuk:
Bullying secara verbal biasanya
dilakukan dengan:
Memanggil nama dengan nama jelek
Mengolok-olok ras / etnis / agama
Mengolok-olok bentuk fisik
Mengejek kemampuan
Mengumpat
Membentak
dan perilaku verbal lainnya yang
disengaja untuk mengganggu
19. Bentuk-bentuk:
Bullying secara fisik biasanya
dilakukan dengan:
Menendang
Mendorong (kasar)
Menghukum push up/berlari,
Memukul
Menjegal/menginjak kaki,
Menjambak
Menampar
Melempar dengan barang
Meludahi, Memalak dan lain-lain
20. Kapan dan dimana
terjadi:
Bullying di sekolah bisa terjadi:
Di kelas saat proses pembelajaran,
atau saat jam pelajaran kosong, atau
saat pergantian antar jam
pembelajaran
Di luar kelas saat istirahat, saat
datang sebelum masuk, atau saat
menjelang pulang.
Di jalan menuju atau dari sekolah
21. Dengan cara apa
dilakukan:
Bullying dapat
dilakukan:
Secara langsung (face to
face) baik individual
ataupun secara kelompok.
Melalui media (media sosial
seperti facebook, whatpp,
sms, email, dll)
23. Karakteristik Individu yang
Potensial menjadi Korban
Bullying:
sulit bergaul/canggung
kurang percaya diri
siswa pandai /kurang pandai
cantik/ganteng atau sebaliknya
siswa yang dianggap “pelit” tidak mau
memberikan contekan
siswa yang berpenampilan lain (kuper)
mempunyai logat bicara tertentu, gagap
siswa dengan ekonomi yang baik/tidak
baik
24. Jika dikaitkan dengan
perlakuan orang tua
Anak-anak korban bullying
adalah anak-anak dari orang
tua yang cenderung terlalu
melindungi (over protective)
dan selalu mengkhawatirkan
atau terlalu mencemaskan anak
(Santrock, 2004 : 354)
25. Jika dikaitkan dengan
perlakuan orang tua:
Anak-anak pelaku bullying
adalah anak-anak dari orang
tua yang cenderung otoriter,
berperilaku kasar, menolak
kehadiran anak, atau terlalu
permisif terhadap perilaku
agresi anak (Santrock, 2004 :
354)
26. Jika dikaitkan dengan
perlakuan orang tua:
Anak-anak pelaku bullying (sangat
agresif) cenderung akan menjadi
pelaku kenakalan remaja, dan
pelaku tindakan kekerasan serta
terjebak dalam tindakan kriminal.
27. Dampak Perilaku Bullying
Dampak Fisik
Sakit kepala, sakit dada, luka
memar, luka tergores benda tajam,
dan sakit fisik lain. Pada beberapa
kasus dampak fisik akibat bullying
mengakibatkan kematian.
Dampak Fisik
Sakit kepala, sakit dada, luka
memar, luka tergores benda tajam,
dan sakit fisik lain. Pada beberapa
kasus dampak fisik akibat bullying
mengakibatkan kematian.
28. Dampak Perilaku Bullying
Dampak Psikologis
Kesejahteraan psikologis menurun
Adaptasi sosial menjadi semakin
buruk
Mengalami emosi negatif seperti
marah, dendam, kesal, tertekan,
takut, malu, sedih, tidak nyaman,
terancam, cemas) namun merasa
tidak berdaya menghadapinya.
Dampak Psikologis
Kesejahteraan psikologis menurun
Adaptasi sosial menjadi semakin
buruk
Mengalami emosi negatif seperti
marah, dendam, kesal, tertekan,
takut, malu, sedih, tidak nyaman,
terancam, cemas) namun merasa
tidak berdaya menghadapinya.
29. Dampak Perilaku Bullying
Dampak Psikologis (lanjutan.....)
Tidak kerasan di sekolah (ingin
pindah atau keluar dari sekolah,
sering tidak masuk sekolah)
Perasaan rendah diri bertambah
Prestasi akademik terganggu
Dampak Psikologis (lanjutan.....)
Tidak kerasan di sekolah (ingin
pindah atau keluar dari sekolah,
sering tidak masuk sekolah)
Perasaan rendah diri bertambah
Prestasi akademik terganggu
30. Usaha Sekolah
Intervensi:
• Pendekatan direct vs indirect, “pendekatan tanpa
menyalahkan (no blame approach)”.
Contoh pada kasus seorang peserta didik sering
berkata/bertutur tidak santun tidaklah baik jika guru
langsung menyalahkan peserta didik, tetapi semua
warga belajar harus instropeksi.
• Harus sistemik:
Pihak Siswa pelaku, korban, pembantu pelaku,
pembela korban & siswa bystander;
Pihak sekolah pihak orang tua maupun
masyarakat sekitar.
31. • Foot in the door strategy: Prosedur
untuk menciptakan kepatuhan dimana
peminta memulai dari sebuah
permintaan kecil, apabila permintan itu
dipenuhi kemudian meminta lain yang
lebih besar dan seterusnya hingga
tujuan tercapai. Pendekatan ini
memerlukan intervensi Kepala Sekolah.
Kepala Sekolah adalah kunci utama
dari intervensi.
Usaha Sekolah
32. Usaha Sekolah
lanjutan ...
• Buat “diagnosa” masalah bullying secara
obyektif (penelitian & di cross check dengan
data sekolah, guru BP): Clique Bullying
atau Group Bullying.
• Intervensi dirancang bersama pihak
sekolah, sebaiknya menggunakan no blame
approach dan bersifat jangka panjang.
33. Mencegah dan mengatasi
tindak kekerasan (Bullying)
Kembangkan suasana sekolah yang
humanis
Kembangkan budaya peer yang positif
Kembangkan dan tegakkan aturan
sekolah
Kembangkan hubungan positif antar
warga sekolah (kepala sekolah, guru,
tenaga kependidikan, siswa), dan juga
dengan masyarakat sekitar.
Kembangkan suasana sekolah yang
humanis
Kembangkan budaya peer yang positif
Kembangkan dan tegakkan aturan
sekolah
Kembangkan hubungan positif antar
warga sekolah (kepala sekolah, guru,
tenaga kependidikan, siswa), dan juga
dengan masyarakat sekitar.
34. Mencegah dan mengatasi
tindak kekerasan (Bullying)
Orang dewasa (guru, orang tua, dan
masyarakat dewasa) perlu memberi
tauladan dengan tidak
menampakkan perilaku kekerasan
(modelling)
Sertakan program anti bullying di
sekolah, lembaga peribadatan, dan
kegiatan kemasyarakatan
dimanaremaja terlibat.
Orang dewasa (guru, orang tua, dan
masyarakat dewasa) perlu memberi
tauladan dengan tidak
menampakkan perilaku kekerasan
(modelling)
Sertakan program anti bullying di
sekolah, lembaga peribadatan, dan
kegiatan kemasyarakatan
dimanaremaja terlibat.
35. Mencegah dan mengatasi
tindak kekerasan (Bullying)
Guru dan orang tua perlu waspada jika:
pakaian seragam sekolah robek atau rusak;
pulang sekolah kelaparan meskipun telah
dibawakan bekal makanan atau uang
(mungkin bekal dan uang jajan dirampas);
bersedih, menangis, marah-marah/uring-
uringan;
prestasi belajar menurun dan sulit
berkonsentrasi
Guru dan orang tua perlu waspada jika:
pakaian seragam sekolah robek atau rusak;
pulang sekolah kelaparan meskipun telah
dibawakan bekal makanan atau uang
(mungkin bekal dan uang jajan dirampas);
bersedih, menangis, marah-marah/uring-
uringan;
prestasi belajar menurun dan sulit
berkonsentrasi
36. Mencegah dan mengatasi
tindak kekerasan (Bullying)
Guru dan orang tua perlu waspada jika:
(lanjutan....)
anak menjadi pendiam, mengurung diri,
penakut, dan cemas;
sering membawa barang-barang tertentu
(sesuai permintaan perilaku bullying);
anak menjadi kasar dan dendam, dan
melakukan perilaku bullying pada orang
lain.
Guru dan orang tua perlu waspada jika:
(lanjutan....)
anak menjadi pendiam, mengurung diri,
penakut, dan cemas;
sering membawa barang-barang tertentu
(sesuai permintaan perilaku bullying);
anak menjadi kasar dan dendam, dan
melakukan perilaku bullying pada orang
lain.