1. 1
MAKALAH PENDIDIKAN RUHANI | Kelompok 3 | PAI-5B | Selasa, 29 September 2015.
Ulfatul 133111060 | Shofi 133111063 | Anieq 133111071 | Risqi 133111067.
PENDAHULUAN
Manusia sebagai wujud dari komponen jasmani, dan rohani merupakan makhluk yang memiliki
pemikiran yang masuk akal. Oleh karena itu manusia memiliki tiga inti yang harus dipersiapkan untuk
dididik. Dalam islam tiga hal yang esensi merupakan modal utama dalam mempersiapkan manusia
yang sempurna dunia dan akhirat hal yang mendasar dalam mempersiapkan manusia yang sempurna
menurut konsep islam adalah “pendidikan”. Dengan pendidikan, manusia menjadi sadar akan fungsi
dan tugas dirinya sebagai makhluk ciptaan Tuhan, sehingga faham tentang hakikat hidup.
Ar-Ruh secara kebahasaan memiliki banyak arti, seperti roh atau jiwa. Sebagaimana diketahui
manusia terdiri dari dua unsur, yaitu unsure jasmani dan unsure ruhani atau kejiwaan. Ruh atau jiwa
sebagai unsure ruhani bertanggung jawab atas segala perkataan dan perbuatan yang dilakukan unsure
jasmani, yang dilakukan mulut atau lisan, dan anggota tubuh lainnya.1 Oleh karena itu, ruhani perlu di
didik dengan pendidikan ruhani.
PEMBAHASAN
Tafsir Surat Al-Isra’ ayat 85
اَمَو ِِّبَر ِرْمَا ْنِم ُحْوُّالر ِ
ِلُك ِحْوُّالر ِنَع َكَنْوُلَأْسَي َوالْيِلَق اَّلِا ِمْلِلعْا َنِم ْمُتْيِتْوُا
“Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang ruh. Katakanlah, “Ruh itu termasuk urusan
Tuhanku, sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya sedikit”.
Ayat ini diturunkan di Mekkah ketika orang-orang Yahudi menyuruh orang-orang Quraisy
menanyakan tentang ruh kepada Nabi Muhammad, “Tanyakanlah kepadanya tentang ruh”.
Orang Yahudi bertanya kepada Nabi Muhammad tentang ruh yang dapat menghidupkan
jasmani, apakah hakikatnya dan apakah dapat dibangkitkan kembali. Kemudian Allah memerintahkan
kepada Nabi untuk menjawab pertanyaan itu dengan mengatakan bahwa masalah ruh adalah urusan
Allah, hanya dialah yang mengetahui segala sesuatu, dan Dia sendirilah yang menciptakannya.2
Pada ayat tersebutpara mufassir berbeda pendapat. Sebagian ada yang memberi arti “Roh itu
ciptaan Tuhanku”, sebab kata ‘amr dapatberarti ciptaan. Pemaknaan ini didasarkan atas asbabun nuzul
ayat tersebut. Ada juga yang mengartikan bahwa roh itu “makhluk” Allah. Ada juga yang mengartikan
bahwa roh itu “nur” Allah. Ada juga yang mengartikan “Al-Qur’an itu adalah urusan Tuhanku” sebab
nama lain al-Qur’an adalah al-ruh dalam surah asy-Syura ayat 52. Ada juga yang mengartikan “roh itu
adalah urusan Tuhanku”, sebab ia merupakan misteri Ilahi.3
Ali bin abi thalib berkata, “ Roh adalah salah satu malaikat yang memiliki tujuh puluh ribu wajah.
Pada setiap wajah memiliki tujuh puluh ribu lisan. Pada setiap lisan memiliki tujuh puluh ribu bahasan.
Dia bertasbih kepada Allah SWT dengan semua bahasa itu. Allah menciptakan dari setiap tasbih satu
malaikat yang terbang bersama para malaikat hingga dari kiamat. Demikian disebutkan oleh Ath-
Thabari.4 Perbedaan pendapat ini menjadikan para ilmuwan (termasuk psikolog) berani mengungkap
1Departemen Agama RI, Al-Quran danTafsirnya (Edisi yang Disempurnakan), (Jakarta: LenteraAbadi, 2010), hlm.
534.
2Departemen Agama RI, Al-Quran danTafsirnya (Edisi yang Disempurnakan), hlm. 535.
3Kementerian Agama RI, Pendidikan, Pembangunan Karakter, dan Pengembangan Sumber Daya Manusia,
(Jakarta: Penerbit Aku Bisa, 2012), hlm. 61.
4Al Qurthubi, Syaikh Imam, Tafsir Al-Qurthubi, (Jakarta: PustakaAzzam, 2008), hlm. 805-806.
2. 2
hakikat roh, kendatipun konklusinya belum mewakili tetapi paling tidak berguna untuk disiplinnya
masing-masing.5
Tafsir Surat Al-Anfal ayat 2
ُت اَذِاَو ْمُهُبْوُلُق ْتَل ِجَو ُهللا َرِكُذ اَذِا َنْيِالذا َنْوُنِمْؤ
ُ
ملْا َااَّنِاِلَيْتَعَلْيِهْمآَيُتاُهَزَدْتُهْمِاَْياناَو اَعَلَر يِِ
ِبْمَيَتَواكُلْوَن
“Orang-orang mukmin hanyalah mereka yang apabila disebut Allah gentar hati mereka, dan apabila
dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya, ia menambah iman mereka dan kepada Tuhan mereka,
mereka berserah diri.”
Ayat ini menegaskan bahwa seseorang akan bertambah imannya ketika mendengar ayat-ayat
al-Qur’an. Menurut Thahir Ibnu Asyurhal itu dikarenakan ayat al-Qur’an mengandung mukjizat atau
bukti-bukti kebenaran sehingga setiap ayat yang turun atau berulang terdengar, maka ia akan
menambah keyakinan pendengarnya tentang kebenaranian formasinya dan bahwa informasi-informasi
itu pasti bersumber dari Allah SWT. Ini menambah argumen atau dalil yang tadinya telah ia miliki
sehingga pada akhirnya mencapai tingkat yang sangat meyakinkan, semacam keyakinan tentang
kebenaran berita yang disampaikan oleh sejumlah orang yang menurut kebiasaan mustahil mereka
semua sepakat berbohong.6
Dalam ayat ini dibahas tiga masalah, yaitu:
Pertama: para ulama berkata, “ayat ini merupakan dorongan (kepada kaum muslimin) untuk
menaati perintah Rasulullah SAW yang berkaitan dengan pembagian harta rampasan perang. Yang
dimaksud dengan Al wajl (gemetar) adalah rasa takut.”
Kedua: dalam ayat ini, Allah SWT menggambarkanbahwa hati orang-orang beriman merasa
takut dan bergetar ketika disebut nama Allah. Hal itu disebabkan karena kuatnya iman yang ada dalam
hati mereka dan besarnya perhatian mereka terhadap Tuhan, hingga mereka pun merasa seakan-akan
berada di hadapan-Nya.
Ketiga, Firman Allah, “dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya, ia menambah iman
mereka” maksudnya adalah keyakinannya semakin bertambah. Keimanan seseorang pada hari ini
merupakan tambahan dari keimanannya di hari kemarin. 7
Tafsir Surat Ar-Ra’d ayat 28
ُبْوُلُقلْا ُّنِئَمْطَت ِهللاِرْكِذِب ََّلَا ِهللا ِرْكِذِب ْمِِبْوُلُق انِئَمْطَتَو اْوُنَآمَنْيِذالا
“(Yaitu) orang orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah.
Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram.”
Mereka yang beriman hatinya selalu cenderung kepada Allah dan merasa tentram ketika
mengingatNya. Apabila ragu-ragu tentang wujudNya, maka nampaklah bagi mereka dalil-dalil keesaan
Allah di dalam ayat-ayat dan keajaiban kejadian, maka meridhai sebagai pelindung dan penolong.
Sesungguhnya dengan mengingat Allah semata, hati orang-orang mukmin akan menjadi tenang dan
hilanglah kegelisahan karena takut kepadaNya. Hal ini karena Allah melimpahkan cahaya iman
kepadanya dan melenyapkan kegelisahan dan kesedihan.8
5 Kementerian Agama RI, Pendidikan, Pembangunan Karakter, dan Pengembangan Sumber Daya Manusia,
(Jakarta: Penerbit Aku Bisa, 2012), hlm. 61.
6 M. QuraishShibab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta :LenteraHati, 2009) hlm. 376-377.
7 Syaikh Imam Al Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, (Jakarta: PustakaAzzam, 2008) hlm. 922-926.
8 Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, (Semarang :KaryaToha Putra, 1994), hlm. 185-186.
3. 3
Orang-orang yang mendapat petunjuk ilahi dan kembali menerima tuntunan-Nya adalah orang-
orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram setelah sebelumnya bimbang dan ragu.
Ketentraman itu yang bersemi di dada mereka disebabkan karena dzikrullah,Yakni mengingat Allah.
Kata dzikrullah pada mulanya berarti mengucapkan dengan lidah. Walaupun makna ini kemudian
berkembang menjadi “mengingat”. Namun demikian, mengingat sesuatu seringkali menghantar hati
untuk mengingat lebih banyak lagi apa yang disebut-sebut itu. Orang-orang yang beriman dan beramal
saleh, seperti yang keadaanya seperti itu, yang tidak akan meminta bukti-bukti tambahan dan bagi
mereka itulah kehidupan penuh dengan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Dan bagi mereka juga
tempat kembali yang baik yaitu surga.9
Tafsir Surat Al-Fajr ayat 27-28
َياايُتَهاالن اْفُسْا
ُ
ملْطَمِئانُة﴿۷۲ْار ﴾ِجِع
ْ
يِاَلَرِ
ِبِكَرِاضَياةامْرِضاياة﴿۲۸﴾
“Wahai jiwa yang tenang!”, “Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhaiNya”
Demikianlah panggilan disampaikan dengan lemah lembut dan menunjukkan kedekatan, “Ya
ayyatuhaa..”. Disampaikan dengan penuh nuansa kejiwaan dan kemuliaan, “Yaa ayyatuhan-nafsu..”.
Disampaikan dengan penuh sanjungan dan penenangan, “Yaa ayyatuhan-nafsul muthmainnah..”.
Semuanya disampaikan di tengah-tengah pembicaraan tentang kekerasan azab dan keeratan ikatan.
Kemudian disebutkanlah kebebasan dan kelapangan bagi jiwa muthmainnah. “Kembalilah kepada
Tuhanmu..”. Kembalilah kepada sumber asalmu setelah engkau terasing dari bumi dan terlepas dari
buaian. Kembalilah kepada Tuhanmu, karena antara engkau dan Dia terdapat hubungan, saling
mengenal, dan jalinan. Kembalilah “..dengan hati yang puas lagi diridhaiNya”, dengan keteduhan yang
melimpah yang memenuhi seluruh angkasanya dengan kelemah lembutan dan keridhaan.10
Ayat yang lalu menguraikan penyesalan manusia durhaka, serta siksa atau rasa takutnya. Ayat
di atas menggambarkan keadaan manusiia yang taat. Kalau ayat yang lalu melukiskan ucapan yang
menyesal, ayat di atas melukiskan sambutan Allah kepada yang taat. Allah berfirman menyerunya
ketika ruhnya akan meninggalkan badannya atau ketika ia bangkit dari kuburnya: hai jiwa yang tenang
lagi merasa aman dan tentram karena banyak berdzikir dan mengingat Allah kembalilah yakni wafat
dan bangkitlah di hari kemudian kepada Tuhan pemelihara dan pembimbing-mu dengan hati rela yakni
puas dengan ganjaran Ilahi lagi diridhai oleh Allah bahkan seluruh makhluk.11
Dalam ayat ini, Allah memanggil jiwa yang tenang dan damai ketika diwafatkan, yaitu jiwa yang
suci karena iman dan amal shaleh yang dikerjakannya, sehinga memperoleh apa yang dijanjikan Allah
kepadanya. Jiwa itu diminta Allah untuk pulang memenuhi panggilanNya dengan menghadap
kepadaNya kemali dengan perasaan puas dan senang karena telah memenuhi perintah-perintahNya
waktu hidup di dunia. Allah juga puas dan senang kepadanya karena sudah menjalankan perintah-
perintahNya.12
Munasabah Ayat-Ayat Mengenai Pendidikan Ruhani
Pada pembahasan yang terakhir ini, pemakalah akan mencoba untuk menggali munasabah
atau kesesuaian atar ayat-ayat yang berhubungan dengan pendidikan ruhani. Pertama, QS. Al-Isra’
9M. QuraishShihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta :LenteraHati, 2004), hlm. 599.
10Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an Di Bawah Naungan al-Qur’an Jilid 12, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001),
hlm. 268.
11 M. QuraishShihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta :LenteraHati, 2004), hlm.256.
12Departemen Agama RI, Al-Quran danTafsirnya (Edisi yang Disempurnakan), hlm. 1059.
4. 4
ayat 85 menerangkan bahwa kebanyakan sifat manusia bahwa apabila diberi nikmat, mereka ingkar,
tetapi apabila diberi cobaan, mereka berputus asa. Diterangkan juga bahwa orang-orang kafir
menanyakan masalah ruh kepada Nabi Muhammad. Pertanyaan ini menunjukkan bahwa mereka
meragukan hari kiamat (kebangkitan).13
Kedua, pada QS. Al-Anfal ayat 2 menerangkan pada ayat-ayat yang lalu Allah menjelaskan
sikap orang-orang mukmin pada saat terjadinya perselisihan pendapat tentang pembagian harta
rampasan perang. Pada ayat-ayat ini Allah menjelaskan sifat-sifat orang mukmin dalam setiap keadaan
sebagai penjelasan lebih lanjut dari ayat sebelumnya.14
Ketiga,pada QS. Al-Ra’d ayat 28 menerangkan Ayat-ayat yang lalu telah menerangkan bahwa
orang-orang yang suka mengingkari janji Allah, tidak mengakui kemahaesaan-Nya, dan mengingkari
kenabian Muhammad saw, di duina akan dijauhkan dari rahmat Allah, sedang di akhirat akan ditimpa
azab. Selanjutnya, Ayat-ayat berikut ini menjelaskan kekuasaan Allah, yaitu melapangkanrezeki bagi
sebagian hamba-Nya, dan membatasi rezeki tersebut bagi sebagian yang lain, sebagaimana Allah
menyesatkan orang-orang yang di kehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada sebagian yang lain.15
Keempat, pada QS al-Fajr ayat 27-28 pada ayat-ayat sebelum ini, Allah menerangkan tempat
orang-orang yang durhaka yaitu neraka Jahannam. Kemudian pada ayat ini, sebaliknya, Allah
menjelaskan tempat orang-orang yang beriman dan beramal shaleh beserta kehormatanyang mereka
terima.16
13Departemen Agama RI, Al-Quran danTafsirnya (Edisi yang Disempurnakan), hlm. 535.
14Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Edisi yang Disempurnakan), hlm. 571.
15Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Edisi yang Disempurnakan), hlm. 103-104.
16Departemen Agama RI, Al-Quran danTafsirnya (Edisi yang Disempurnakan), hlm. 1059.