SlideShare a Scribd company logo
1 of 31
Download to read offline
PENYIMPANGAN DALAM TEOLOGI ISLAM
Makalah Ini Diajukan dalam Rangka Tugas Kelompok 7 pada Mata Kuliah
Teologi Islam
Disusun Oleh :
Endah Nurfebriyanti ( 0703172051 )
Husnul Fadhillah ( 0703172048 )
Dosen Pengampu :
Juliarseh, S. PdI, M. PdI
PRODI MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena hanya atas
rahmat dan karunia-NYA, kami dapat menyelesaikan makalah kami. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Teologi Islam. Makalah ini membahas
tentang Penyimpangan dalam Teologi Islam. Penulis sangat berterima kasih kepada
Dosen Pembimbing Mata Kuliah Theologi Islam yang telah membimbingkami. Dan
kepada semua yang membantu dalam penyusunanya.Tentunya dalam makalah ini
dengan segala keterbatasan tidak lepas dari kekurangan, oleh karena itu, sangat
diharapkan kritik dan saran dari Dosen Pembimbing dan semua pembaca untuk
perkembangan pengetahun penulis. Semoga bermanfaat bagi penulis khususnya
dan para pembaca pada umumnya.
Medan, Mei 2018
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang. ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah. ............................................................................ 1
C. Tujuan penulisan. .............................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Penyimpangan Teologi Islam. ........................................ 2
1. Kafir. .......................................................................................... 2
2. Syirik.......................................................................................... 4
3. Murtad........................................................................................ 14
4. Munafik...................................................................................... 15
B. Penyimpangan-penyimpangan dalam Teologi Islam. ....................... 16
1. Syi’ah. ........................................................................................ 17
2. Khawarij..................................................................................... 18
3. Qodariyah................................................................................... 19
4. Jabariyah. ................................................................................... 20
5. Murji’ah. .................................................................................... 21
6. Mu’tazilah.................................................................................. 21
7. Asy’ariah.................................................................................... 22
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan. ...................................................................................... 24
B. Saran.................................................................................................. 27
DAFTAR PUSTAKA........................................................................... 28
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk terakhir ciptaan Allah, karena itu jika dibandingkan
dengan makhluk-makhluk paling bungs, manusia merupakan makhluk yang paling
mulia bahkan diangkat menjadi wakil ( khalifah ) Allah dimuka bumi. Bahkan
Djohan Efendi dalam bukunya "Insan Kamil : Konsep Manusia Menurut Islam"
mengatakan bahwa manusia merupakan tujuan utama yang ada dibalik penciptaan
alam, karena tiada ciptaan lain yang mempunyai sifat -sifat yang diperlukan untuk
menjadi cerminan sifat ilahi yang sesungguhnya. Penciptaan makhluk-makhluk lain
sebelum manusia, dimaksudkan Tuhan hanyalah sebagai pengantar menuju
penciptaan manusia itu sendiri.
Karena itu, bertauhid atau mengesakan Allah secara terus menerus dalam
pikiran, hati, ucapan dan perbuatan adalah sesuatu yang diwajibkan Tuhan kepada
umat manusia melebihi dari makhluk-makhluk lain.
Agar manusia dapat menyadari bahwa jalan hidupnya masih senantiasa berada
dalam koridor tauhid, manusia wajib mengetahui hal-hal apa saja sikap dan perilaku
yang menyalahi tauhid tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penyimpangan teologi Islam ?
2. Bagaimana penyimpangan dalam aliran teologi Islam ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana penyimpangan teologi Islam
2. Untuk mengetahui bagaimana penyimpangan dalam aliran teologi Islam
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penyimpangan - penyimpangan Teologi Islam
Secara garis besar, masalah-masalah yang bertentangan dengan tauhid adalah
kekafiran, kesyirikan, kemurtadan dan kemunafikan.
1. Kafir
Term kafir memang mempercayai banyak arti. Yang dimaksud kafir dalam
pembahasan ini adalah orang yang tidak percaya atau tidak beriman kepada Allah
SWT, baik orang tersebut bertuhan lain selain Allah maupun tidak bertuhan sama
sekali (atheis). Kekafiran jelas bertentangan dengan tauhid karena tauhid adalah
kepercayaan dan keimanan akan adanya Allah SWT.
Kafir secara bahasa berarti menyembunyikan atau menutupi (QS. 57:4).
Sedang menurut istilah kafir itu ialah menolak kebenaran dari Allah yang
disampaikan rasul-Nya (Departemen Agama RI, Ensiklopedi Islam di Indonesia,
hal 531).
Menurut pendekatan istilah, kafir itu dapat dibagi kepada emapat macam,
yaitu:
1. Kafir Ilahiyat
Kafir Ilahiyat disebut juga Kafir Mulhid artinya adalah menolak kebenaran
adanya Tuhan (atheist). Menurut ajaran Islam, kafir mulhid adalah sikap yang
sangat menyalahi tauhid, sebab kebenaran utama yang disampaikan semua
rasul adalah atau mengesakan Allah dan beribadah kepadaNya, seperti
dijelaskan Alquran dalam surat Al-Anbiya ayat 25 :
/﴾٥٢﴿ ِ‫ُون‬‫د‬ُ‫ب‬ْ‫ع‬‫ا‬َ‫ف‬ ‫َا‬‫ن‬َ‫أ‬ َّ‫َّل‬ِ‫إ‬ َ‫ه‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ َ‫َّل‬ ُ‫ه‬َّ‫ن‬َ‫أ‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ ‫ي‬ ِ‫وح‬ُ‫ن‬ َّ‫َّل‬ِ‫إ‬ ٍ‫ل‬‫و‬ُ‫س‬َّ‫ر‬ ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫ِك‬‫ل‬ْ‫ب‬َ‫ق‬ ‫ن‬ِ‫م‬ ‫َا‬‫ن‬ْ‫ل‬َ‫س‬ ْ‫ر‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫م‬ َ‫و‬
Artinya: Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan
Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak)
melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku".
2. Kafir Nubuwat
Kafir Nubuwat artinya menolak kebenaran atau tidak mengakui nabi dan rasul-
rasul Allah. Mereka mendustakan para nabi dan rasul sebagai pembawa kitab
dan ajaran dari Allah untuk menjadi petunjuk hidup bagi manusia. Seperti yang
di jelaskan dalam surat An-Nahl ayat 36 :
‫ى‬َ‫د‬َ‫ه‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ْ‫ن‬ ِ‫م‬َ‫ف‬ ۖ َ‫ت‬‫و‬ُ‫غ‬‫ا‬َّ‫ط‬‫ال‬ ‫ُوا‬‫ب‬ِ‫ن‬َ‫ت‬ ْ‫ج‬‫ا‬ َ‫و‬ َ َّ‫اَّلل‬ ‫ُوا‬‫د‬ُ‫ب‬ْ‫ع‬‫ا‬ ِ‫ن‬َ‫أ‬ ‫ا‬‫وَّل‬ُ‫س‬ َ‫ر‬ ٍ‫ة‬َّ‫م‬ُ‫أ‬ ِ‫ل‬ُ‫ك‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ‫َا‬‫ن‬ْ‫ث‬َ‫ع‬َ‫ب‬ ْ‫د‬َ‫ق‬َ‫ل‬ َ‫و‬
ُ‫ة‬َ‫ب‬ِ‫ق‬‫ا‬َ‫ع‬ َ‫ن‬‫َا‬‫ك‬ َ‫ْف‬‫ي‬َ‫ك‬ ‫وا‬ ُ‫ر‬ُ‫ظ‬ْ‫ن‬‫ا‬َ‫ف‬ ِ‫ض‬ ْ‫ر‬َ ْ‫اْل‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ‫وا‬ ُ‫ر‬‫ي‬ِ‫س‬َ‫ف‬ ۚ ُ‫ة‬َ‫ل‬ َ‫َل‬َّ‫ض‬‫ال‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ْ‫ت‬َّ‫ق‬َ‫ح‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ْ‫ن‬ ِ‫م‬ َ‫و‬ ُ َّ‫اَّلل‬
﴾٦٣﴿َ‫ن‬‫ي‬ِ‫ب‬ِ‫َذ‬‫ك‬ُ‫م‬ْ‫ال‬
Artinya: Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat
(untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu",
maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah
dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya.
Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana
kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).
3. Kafir Perintah
Kafir perintah artinya adalah menolak melaksanakan atau dengan kata lain
tidak mematuhi perintah perintah Allah.Orang ini bukan atheis, karena mereka
mengakui kebenaran adanya Allah dan juga mengakui kitab-kitab Allah yang
dibawa oleh para rasul, akan tetapi mereka tidak melaksanakan perintah-
perintah Allah yang dibawa oleh rasul tersebut.
4. Kafir nikmat
Kafir Nikmat adalah sikap menolak bahwa nikmat dan rezeki yang dimilikinya
merupakan pemberian Allah tetapi diyakini mutlak sebagai hasil kerjanya atau
hasil kepintarannya. Mereka ini meyakini adanya Allah, meyakini kitabillah
dan rasulullah, terkadang juga mereka beribadah kepada Allah.
Sikap dan perbuatan kafir sangat menyalahi tauhid,makaorang-orang kafir
oleh tauhid dipandang sebagai seburuk-buruk makhluk yang kelak akan masuk
neraka serta akan kekal didalamnya. Seperti dijelaskan dalam surah al-
Bayyinah ayat 6
ْ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫ك‬ِ‫ئ‬ ََٰ‫ل‬‫و‬ُ‫أ‬ ۚ ‫ا‬َ‫ه‬‫ي‬ِ‫ف‬ َ‫ن‬‫ي‬ِ‫د‬ِ‫ل‬‫ا‬ َ‫خ‬ َ‫م‬َّ‫ن‬َ‫ه‬َ‫ج‬ ِ‫َار‬‫ن‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ َ‫ن‬‫ي‬ِ‫ك‬ ِ‫ر‬ْ‫ش‬ُ‫م‬ْ‫ال‬ َ‫و‬ ِ‫ب‬‫َا‬‫ت‬ِ‫ك‬ْ‫ال‬ ِ‫ل‬ْ‫ه‬َ‫أ‬ ْ‫ن‬ ِ‫م‬ ‫وا‬ ُ‫ر‬َ‫ف‬َ‫ك‬ َ‫ن‬‫ي‬ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬
﴾٣﴿ِ‫ة‬َّ‫ي‬ ِ‫ر‬َ‫ب‬ْ‫ال‬ ُّ‫ر‬َ‫ش‬
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-
orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di
dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.
2. Syirik
Syirik adalah kebalikan (lawan kata) dari tauhid. Jika tauhid merupakan
pengesaan Allah dalam pikiran, hati, ucapan dan perbuatan, maka syirik adalah
menyekutukan Allah atau mengakui banyak tauhid (Mahmud Yunus, 1979: 197).
Orang yang melakukan perbuatan syirik ini pada dasarnya mengakui adanya Tuhan,
tetapi perbuatan mereka menjadi salah mereka mengakui Tuhan itu lebih dari satu
(bukan esa). Atau mungkin mereka mengakui bahwa Tuhan itu esa tetapi mereka
juga mengakui adanya kekuatan lain yang sama dengan Allah, sehingga tidak
sepenuhnya percaya akan keesaan dan kemahakuasaan Allah.
Syirik dapat dibagi kepada dua macam, yaitu : syirik yang nyata dan syirik
yang tersembunyi. Syirik nyata misalnya, apabila orang tersebut beribadah bukan
kepada Allah, tetapi kepada kekuatan lain atau melakukan keramat; kuburan,
patung, pohon rindang dan lain sebagainya. Sedangkan syirik tersembunyi apabila
melakukan sesuatu perbuatan ibadah tapi niatnya dalam hati hanyalah karena ingin
pamer (riya).
Jadi syirik adalah suatu perbuatan yang benar-benar menyalahi tauhid. Karena
itu, Allah Swt menegaskan bahwa dosa yang tidak terampuni olehNya adalah dosa
akibat perbuatan syirik, seperti ditegaskan dalam surat An-Nisa, ayat 48 :
﴾٨٤﴿ ‫ا‬‫ا‬‫م‬‫ي‬ِ‫ظ‬َ‫ع‬ ‫ا‬‫ا‬‫م‬ْ‫ث‬ِ‫إ‬ ‫ى‬ َ‫َر‬‫ت‬ْ‫ف‬‫ا‬ ِ‫د‬َ‫ق‬َ‫ف‬ ِ‫اَّلل‬ِ‫ب‬ ْ‫ك‬ ِ‫ر‬ْ‫ش‬ُ‫ي‬ ‫ن‬َ‫م‬ َ‫و‬ ‫َاء‬‫ش‬َ‫ي‬ ‫ن‬َ‫م‬ِ‫ل‬ َ‫ِك‬‫ل‬َ‫ذ‬ َ‫ُون‬‫د‬ ‫ا‬َ‫م‬ ُ‫ر‬ِ‫ف‬ْ‫غ‬َ‫ي‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬ِ‫ب‬ َ‫ك‬َ‫ر‬ْ‫ش‬ُ‫ي‬ ‫ن‬َ‫أ‬ ُ‫ر‬ِ‫ف‬ْ‫غ‬َ‫ي‬ َ‫َّل‬ َ‫اَّلل‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬
Artinya: Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-
Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat
dosa yang besar.
Syirik adalah orang yang menyekutukan Allah. Pada dasarnya orang syirik
memiliki kepercayaan akan adanya Allah, tetapi dicampurbaurkan dengan
keercayaan kepada yang lain, sehingga tidak sepenuhnya mempercayai keesaan dan
kemahakuasaan Allah SWT.
Kesyirikan bertentangan dengan tauhid, karena tauhid adalah keyakinan dan
kemahaesaan Allah ; sedangkan kesyirikan tidak demikian. Orang syirik
mempercayai ada kekuatan lain selain Allah, ada zat lain selain zat Allah yang juga
dapat menentukan sesuatu. Kesyirikan adalah dosa yang paling besar dan tidak
terampunkan.
Hal-hal yang dapat dikategorikan kesyirikan bisa berbentuk khurafat, takhyul
dan tawasul. Bahkan, mengagungkan seseorang ataupun suatu benda secara
berlebihan dapat pula dianggap syirik.
2.1. Membuang Jauh-jauh Kemusyrikan Merupakan Asas Dakwah Para Nabi
Pokok utama setiap dakwah para Nabi dan Rasul sepanjang masa ialah menyeru
manusia agar menujukan ibadah hanya kepada Allah YME, seraya menjauhkan diri
dari menujukannya kepada apa dan siapa pun selainNya.
Tauhid dalam ibadah, serta pembebasan diri dari belenggu kemusyrikan dan
keberhalaan, merupakan yang terpenting diantara ajaran-ajaran agama-agama
samawi, dan yang paling menonjol diantara risalah-risalah para nabi. Sedemikian
pentingnya, sehingga seolah-olah para Nabi dan Rasul tidaklah diutus kecuali demi
satu sasaran saja, yaitu memperkukuh pondasi tiang-tiang pancang tauhid serta
pemberantasan kemusyrikan. Dengan amat jelas Alquran menyebutkan tentang
hakikat ini :
ُ َّ‫اَّلل‬ ‫ى‬َ‫د‬َ‫ه‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ْ‫ن‬ ِ‫م‬َ‫ف‬ ۖ َ‫ت‬‫و‬ُ‫غ‬‫ا‬َّ‫الط‬ ‫ُوا‬‫ب‬ِ‫ن‬َ‫ت‬ ْ‫ج‬‫ا‬ َ‫و‬ َ َّ‫اَّلل‬ ‫ُوا‬‫د‬ُ‫ب‬ْ‫ع‬‫ا‬ ِ‫ن‬َ‫أ‬ ‫ا‬‫وَّل‬ُ‫س‬ َ‫ر‬ ٍ‫ة‬َّ‫م‬ُ‫أ‬ ِ‫ل‬ُ‫ك‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ‫َا‬‫ن‬ْ‫ث‬َ‫ع‬َ‫ب‬ ْ‫د‬َ‫ق‬َ‫ل‬ َ‫و‬
َ‫ل‬َ‫ع‬ ْ‫ت‬َّ‫ق‬َ‫ح‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ْ‫ن‬ ِ‫م‬ َ‫و‬َ‫ن‬‫ي‬ِ‫ب‬ِ‫َذ‬‫ك‬ُ‫م‬ْ‫ال‬ ُ‫ة‬َ‫ب‬ِ‫ق‬‫ا‬َ‫ع‬ َ‫ن‬‫َا‬‫ك‬ َ‫ْف‬‫ي‬َ‫ك‬ ‫وا‬ ُ‫ر‬ُ‫ظ‬ْ‫ن‬‫ا‬َ‫ف‬ ِ‫ض‬ ْ‫ر‬َ ْ‫اْل‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ‫وا‬ ُ‫ر‬‫ي‬ِ‫س‬َ‫ف‬ ۚ ُ‫ة‬َ‫ل‬ َ‫َل‬َّ‫ض‬‫ال‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬
"Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara
umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya
orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka
bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan
(rasul-rasul)." (Q.S 16: 36) .
2.2. Asal Mula Timbulnya Kemusyrikan dan Keberhalaan
Amat sulit memberikan uraian tentang akar-akar keberhalaan, asal mula
penyimpangan akidah ini, serta pertumbuhannya dikalangan manusia. Apalagi
mengingat bahwa persoalan keberhalaan ini bukan hanya terbatas pada satu atau
dua daerah. Hal ini tentunya membuat sulitnya mengajukan pendapat yang pasti
tentangnya atau tentang pertumbuhannya.
Suku-suku Arab yang telah punah, seperti suku 'Ad dan Tsamud, umat Nabi-
nabi Hud dan Saleh penghuni daerah Madyan dan Saba', serta umat Nabi-nabi
Syuaib dan Sulaiman, mereka itu hidup diantara penyembah matahari atau berhala.1
Kepercayaan-kepercayaan dan cara-cara berfikir ,mereka banyak disebut dalam
Alquran al Karim. Bangsa Arab dari keturunan Nabi Ismail, untuk masa-masa
tertentu, adalah kaum yang bertauhid dan mengikuti ajaran-ajaran Nabi Ibrahim dan
Nabi Ismail, akan tetapi lama kelamaan, akibat pergaulan dengan suku-suku
penyembah berhala dalam masyarakat Atab Jahiliyah, secara berangsur-angsur
timbul pula kepercayaan-kepercayaan sebagai ganti akidah tauhid.Demikian itulah
keadaan bangsa Arab yang hidup di daerah-daerah tersebut.
Kesimpulannya, keberhalaan ini mulanya dibuat demi mengabadikan kenangan
para pemimpin agama dan tokoh-tokoh besar negara. Namun dengan berlalunya
masa dan pergantian generasi-generasi, tujuan ini menyimpang dari asalnya, dan
berubahlah berhala itu menjadi sesembahan atau sebagai tuhan-tuhan buatan.
2.3. Penyebab-penyebab Timbulnya Kesyirikan dalam Ibadah
Di bawah ini disebutkan tiga di antara penyebab-penyebab timbulnya kemusyrikan
dalam ibadah:
A. Kepercayaan akan Adanya Lebih dari Satu Pencipta
Kaum penyembah berhala dan orang-orang lainnya seperti mereka, yang
mempercayai adanya dua atau tiga tuhan (atau lebih), terpaksa oleh kepercayaannya
itu untuk memuja (beribadah kepada) lebih dari satu tuhan. Dalam agama Budha,
tuhan yang azali dan abadi memanifestasikan dirinya dalam tiga tuhan atau tiga
bentuk dengan nama-nama sebagai berikut:
1
Firman Allah "Telah kudapati ia ( yakni ratu Saba' ) dan kaumnya menyembah matahari
disamping menyembah Allah" ( Q.S 27:24 )
1. Brahmana, tuhan pencipta.
2. Wisnu, tuhan pemelihara.
3. Shiva, tuhan penghancur.
Dalam agama Nasrani dikenal tiga nama:
1. Bapa.
2. Putra.
3. Roh Kudus.
Dalam agama Zoroaster, di samping Ahura Mazda, masih ada lagi dua tuhan
yaitu:
1. Yazdan.
2. Ahrman2
(Meskipun perlu dicatat bahwa kepercayaan penganut Zoroaster tentang dua tahun
yang disebut terakhir diliputi oleh kesamaran).
Bagaimana juga, kepercayaan akan adanya lebih dari satu zat Ilahi merupakan
salah satu penyebab timbulnya penyembahan terhadap selain Allah serta “syirik
dalam ibadah”. Dengan bukti-bukti yang terang dan jelas, Al-Quran al-Karim
menolak dengan keras dan menyangkal dasar keprcayaan seperti ini, seperti telah
diuraikan sebelum ini ketika membahas tentang tauhid dalam rububiyah dan
petakdiran.
B. Anggapan tentang Jauhnya al-Khaliq dari Makhluk-Nya
Penyebab kedua adanya ibadah kepada selain Allah ialah anggapan tentang
jauhnya Allah dari makhluk-Nya, dalam arti bahwa Allah tidak mendengar ucapan
mereka, dan tidak sampai kepada-Nya segala doa dan permohonan mereka. Karena
itu, mereka memilih berbagai wasilah ( perantara ) yang diperkirakan dapat
mewakili dalam menyampaikan doa-doa mereka. Seolah-olah kedudukan-Nya
sama seperti kedudukan manusia-manusia pemegang jabatan tinggi, tidak mungkin
seseorang dapat menghadap mereka kecuali melalui perantara-perantara. Untuk itu
mereka menyembah (beribadah kepada) orang-orang yang dianggap suci, malaikat,
jin, dan arwah, agar menyampaikan doa-doa mereka ke hadapan Allah.
2
Berdasarkan penafsiran ini kaum Majusi dianggap penganut Tatsniyah pada suatu sisi, tetapi
juga penganut Tatslits pada sisi lainnya
Al-Quran al-Karim membatalkan pengertian-pengertian dan pemikiran-
pemikiran seperti ini dengan berbagai penjelasan yang menyatakan bahwa allah
lebih dekat daripada segala yang dekat, mendengar segala rahasia bisikan dan
ucapan mereka dan bahwa pengetahuan-Nya meliputi percakapan mereka, yang
terucapkan ataupun yang tersimpan dalam hati. Oleh sebab itu tidak perlu
menggunakan jasa tuhan-tuhan buatan itu. Tidak perlu pula menunjukkan ibadah
atau pemujaan kepada tuhan-tuhan itu selama yang menjadi tuhan ibadah tersebut
ialah menjadikannya sebagai perantara demi menyampaikan permintaan-
permintaan mereka sendiri kepada Allah. Sebab , Allah mengetahui semuanya itu,
tak sesuatu pun terliput dari-Nya, Hakikat-hakikat ini dijelaskan dalam ayat-ayat di
bawah ini:
“Dan Kami lebih dekat kepadanya (kepada manusia) daripada urat
lehernya.” (QS 50:16)
“Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-Nya?”.
(QS 39:36)
“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.”
(QS 40:60)
“Katakan, jika kamu menyembunyikan apa yang ada di dalam hatimu, atau
kamu melahirkannya, pasti Allah mengetahui.”
(QS 3:29)
“Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dialah yang
keempatnya, dan tiada pembicaraan antara lima orang, Dialah yang keenamnya.”
(QS 58:7)
Dengan ayat ayat ini dan yang seperti ini, Al-Quran menghilangkan penyebab
dan pendorong adanya syirik serta penyembahan berhala.
C. Pelimpahan Wewenang pentadbiran kepada Tuhan-Tuhan Kecil.
Dalam hati kecilnya, manusia merasakan khudhu’ (ketundukan) tertentu
kepada suatu kekuatan tertinggi, seraya menganggap dirinya kecil sekali di hadapan
kekuatan seperti itu. Perasaan fitri seperti ini, meskipun tidak terungkap dengan
lisan dan anggota tubuh lainnya, selalu bersemayam jauh dalam hati sanubarinya
dalam bentuk perasaan khudu’ dan kepasrahan. Di sisi lainnya, ia sudah terbiasa
berhubungan dengan benda-benda indrawi, sehingga menjadikannya selalu ingin
menuangkan sesgal sesuatu dalam acuan inderawi.
Atas dasar ini si musyirik ingin mewujudkan kekuatan-kekuatan gaib dalam
bentuk benda-benda yang dapat dilihat. Tambahan lagi, disebabkan kepikirannya,
ia membayangkan segala peristiwa di alam raya ini telah diserahkan wewenangnya
atau penanganannya kepada suatu kekuatan dahsyat yang juga diciptaka oleh Allah
seperti “tuhan lautan”, “tuhan perang” dan “tuhan damai”. Seolah-olah
pemerintahan alam semesta sama saja seperti pemerintahan-pemerintahan bumi,
masing-masing segi kekuatan yang bebas melakukan apa saja yang dikhendakinya!.
Karena itulah, para penghuni pantai-pantai lautan menyembah “tuhan
lautan”, agar ia mau melimpahkan kekayaan lautan untuk mereka dan mencegah
bahaya-bahaya dan bencana-bencana yang berasal darinya, seperti angin topan dan
sebagainya. Sementar itu, para penghuni daratan dan padang-padang luas
menyembah “tuhan daratan”, agar ia mau memberikan kepada mereka segala hasil
bumi yang bermanfaat, dan mencegah mereka dari segala bencananya, seperti
gempa dan lainnya.
Akan tetapi, mengingat bahwa mereka tidak mampu menyaksikan tuhan-
tuhan yang mereka ciptakan dalam benak mereka, mereka pun memperkirakan
baginya bentuk-bentuk khayali, lalu memahat patung-patung sesuai dengan bentuk-
bentuk itu, kemudian mereka sembah patung-patung yang mereka buat itu sebagai
ganti kekuatan-kekuatan gaib yang digambarkan oleh patung-patung tersebut. Oleh
sebab itu, sebagian bangsa Arab Jahilliah menyembah malaikat, sebagian
menyembah jin, sementara lainnya menyembah bintang-bintang dan planet-planet.
Tujuan penyembahan ialah semata-mata untuk mendatangkan manfaat dan
kebaikan dari sesembahan itu, disamping mencengah bahaya dan kejahatannya.
Dalam membuat patung-patung itu, mereka mengikuti kehendak hati masing-
masing, dan tidak mengharuskan pembuatan bentuk bentuk yang menyerupai
makhluk-makhluk yang mereka sembah. Karena itu, untuk tiap-tiap “tuhan buatan”
itu, mereka membuat patung yang sama sekali tidak mirip dengan bentuk-
bentuknya dalam kehidupan nyata, seperti, misalnya, tuhan perang, tuhan damai
dan tuhan asmara. Tujuan satu-satunya dalam segala hal ini hanyalah
memvisualkan hal-hal gaib dalam bentuk-bentuk inderawi semata-mata. Mengingat
pula bahwa bentuk sebenarnya dari “tuhan-tuhan kecil” ini tidak terjangkau oleh
indera, sementara bintang-bintang pun mengalami masa-masa terbit dan tenggelam,
dan hal ini mengakibatkan kesulitan dalam penyembahan terhadapnya, sehingga
mereka lebih sering mendatangi patung-patung yang dibuat sebagai penggantinya,
dan lambat-laun menjadi terbiasa menujukan ibadah (pemujaan) kepadanya.
Dengan tajam sekali Al-Quran menyangkal tentang adanya penyerahan atau
pengalihan urusan pentadbiran alam raya kepada apa yang disebut sebagai “tuhan-
tuhan kecil” yang terdiri atas makhluk-makhluk Allah juga. Pada pentadbir (
pengelola) satu-satunya bagi urusan-urusan alam raya, misalnya dalam ayat:
“Kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy untuk mengetahui segala urusan.”
(QS 10:3)3
Dalam banyak ayatnya, Al-Quran menyatakan bahwa urusan mencipta,
menghidupkan, ,mematikan, menjalankan planet dan bintang, mengatur peredaran
matahari dan bulan, serta pembagian rizki, semuanya itu adalah perbuatan-
perbuatan yang terkhususkan bagi Allah SWT.4
Al-Quran menolak dengan keras
dan tegas setiap pengertian yang mengandung penyekutuan apa pun dengan
kekuasaan Allah. Demikian pula setiap pegertian yang menyatakan adanya
pengalihan urutan pentadbiran alam kepada makhluk-makhluknya. Demikian
banyak ayat Al-Quran yang berkenaan dengan hal ini, sehingga terlalu sulit untuk
mengutip walau seper sepuluhnya saja. Akan tetapi, untuk sekedar diketahui, di
bawah ini akan disebutkan beberapa darinya :
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan
bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia menutupkan
malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat dan diciptakan-Nya pula
matahari, bulan dan bintang-bintang; masing-masing tunduk kepada perintah-
Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allah. Mahasuci
Allah, Tuhan semesta alam.” (QS 7:54)
3
Telaah kembali Alquran Surah 13:2 dan Surah 32:5
4
Pengkhususan hal-hal ini ditangan Allah SWT tidak menyangkal kenyataan adanya sebab-sebab
(lantaran-lantaran) sebagai perantara yang pada hakikatnya juga bekerja dengan perintah Allah
dan seizinNya. Maka kemampuan yang dimilikinya adalah sejauh kekuasaan Ilahi yang diberikan
kepadanya. Jelas bahwa kemampuan yang dimiliki oleh sebab-sebab itu tidak berjanji
diserahkannya pentadbiran secara bulat-bulat kepadanya. Lihat pula buku pengarang
sebagaimana tersebut dalam catatan kaki nomor 1, bab 8 tentang dalam Rububiyah dan
Pentadbiran.
”Katakanlah, siapa yang memberi riski kepadamu dari langit dan bumi atau
siapakah yang kuasa menciptakan pendengaran dan penglihatan, dan siapakah
yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari
yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusan? Maka mereka akan
menjawab: “Allah”. Katakanlah, mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya? Dia
itulah Allah. Tuhan kamu yang sebenarnya. Maka tidak ada sesudah kebenaran
melainkan keesesatan. Bagaimanakah kamu dipalingkan dari kebenaran?”
(QS 10:31 dan 32)
Sampai di sini telah kami jelaskan tiga penyebab penyekutuan allah dalam
hal ibadah. Tentunya kami tidak akan memastikan bahwa tidak ada lagi penyebab-
penyebab yang dikecam oleh Al-Quran al-Karim merupakan dasar tumbuhnya
kemusyrikan serta penyebarannya di seluruh dunia.
Seorang Muslim- yang percaya kepada Tuhan seru sekalian alam, Tuhan yang
Mahaesa, Tuhan yang ada di setiap tempat, yang dekat kepada hamba-hamba-Nya,
yang di tangan-Nya tergenggam urusan penciptaan, yang mentadbirkan sendiri
seluruh alam dan yang tidak mengalihkan atau menyerahkannya kepada siapa pun-
tidak akan mengambil wa’bud (sembahan) selain Allah. Bahkan tidak cukup
dengan menujukan ibadah kepada-Nya saja, tapi lebih dari itu, ia wajib memerangi
kepercayaan kemusyrikan siapa saja keluar dari lingkaran tauhid, walaupun hanya
sekejap.
Mengenai ketiga penyebab ini, ingin kami ingatkan bahwa boleh jadi
seseoran percaya dan menyakini bahwa urusan alam raya ini semuanya berada di
tangan Allah, dan bahwa Ia tidak menyerahkan pengelolaannya kepada siapa pun
selain-Nya. Namun ia percaya pula bahwa urusan-urusan spritual yang berkaitan
dengan amal perbuatan manusia, seperti syafaat dan maghfirah (pengampunan),
yang termasuk hal-hal terkhususkan bagi Allah SWT, mungkin saja dialihkan
sepenuhnya oleh-Nya kepada pribadi-pribadi tertentu. Dan hal ini merupakan salah
satu penyebab timbulnya ibadah kepada selain Allah. Dalam pada itu, Al-Quran al-
Karim dengan tegar menjadikan syafaat sebagai hak Allah semaata-mata, sehingga
tak seorang pun berhak bersyafaat tanpa izin-Nya. Hal ini sesuai dengan firman-
Nya:
“Katakanlah, hanya kepunyaan Allah syafaat itu semuanya.” (QS 39:44)
Selain itu Al-Quran juga menjadikan urusan pengampunan dosa-dosa
manusia sebagai hak Allah yang terkhususkan bagi-Nya tak seorang pun bersekutu
dengan-Nya dalam hal ini. Siapa saja yang mengatakan bahwa pengampunan dosa
berada di tangan selain Allah SWT, maka orang it telah berbuat syirik. Firman Allah
SWT:
“Maka mereka memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka! Dan siapa lagi
yang dapat menganpuni dosa selain daripada Allah?” .(QS 3:105)
Pada masa menjelang kerasulan Nabi Muhammad s.a.w., sekelompok orang
menyembah berhala dengan anggapan bahwa berhal-hala itu memiliki pengaruh di
sisi Allah, dan bahwa mereka diserahi urusan syafaat dan pengampunan. Karena
itu, dalam pembahasan-pembahasan mendatang, akan dibicarakan tentang syirik
jenis ini, yang merupakan paling lemah di antara jenis-jenis syirik lainnya.
Jika jenis-jenis tersebut telah diketahui, dan terungkap pula betapa Al-Quran
mengecamnya dengan keras, sepatutnya kita kini menujukan perhatian kepada
beberapa perkara yang seringkali disebut-sebut oleh para penulis dari kalangan
wahabi dalam buku mereka.
2.4. Dapatkah Perintah Allah Mengubah Suatu Bentuk Syirik Menjadi Bukan
Syirik ?
Seperti halnya perbuatan menerima orang yang berkunjung dan menjamu para
tamu, kedua duanya mengandung pengertian penghormatan bagi si pengunjung.
Seandainya dikeluarkan larangan menjamu seorang pengunjung atau tamu tertentu,
hal ini tidak mengubah esensi penghormatan dan pemuliaan yang terkandung dalam
perbuatan menjamu orang yang bertamu. Watak asli perbuatan menjamu tersebut
secara umum tidak akan berubah menjadi penghinaan disebabkan adanya larangan
khusus tadi. Berdasarkan hal itu, jika perbuatan tertentu seperti sujud, mengusap
atau mencium hajar aswad dan sebaginya dianggap mengandung esensi ibadah,
sudah tentu adanya perintah Allah tidak dapat mengubah esensi tersebut.
Jadi, beberapa perbuatan yang disebutkan diatas tetap merupakan ibadah yang
ditujukan kepada Adam, Yusuf ataupun hajar aswad. Dengan demikian, ucapan
orang yang mengatakan bahwa perbuatan-perbuatan tersebut memang
berpengertian ibadah pada esensi wataknya, namun dengan adanya perintah ilahi,
ini menjadi keluar dari syirik, maka konsekuensi dari ucapan tersebutlah bahwa
perbuatan-perbuatan diatas termasuk "syirik yang dibolehkan Allah". Tentunya
ucapan seperti ini tidak bisa diterima oleh siapa pun.
Ringkasnya, persoalan ini tidak bisa keluar dari dua kesimpulan, yaitu apakah
kita menganggap watak dan sifat asli perbuatan tersebut tidak bersangkut paut sama
sekali dengan pengertian syirik, ataukah kita mengatakan bahwa hal itu semua
termasuk suatu bentuk syirik dalam ibadah, tetapi telah diizinkan dan dibolehkan
oleh Allah SWT.
Tentunya, kesimpulan kedua sangat jelas dan gamblang penyimpangannya dari
kebenaran, sehingga tak mungkin dapat diterima atau dijadikan pegangan oleh
siapa pun. Pada bagian lain tulisan ini akan dijumpai keterangan tentang adanya
beberapa perbuatan yang menurut pertimbangan tertentu, dianggap ta'zhim ataupun
tawadhu', sedangkan menurut pertimbangan lainnya, dianggap syirik. Karena itu,
sekiranya para malaikat misalnya, bersujud kepada Adam dengan kepercayaan
bahwa Adam adalah tuhan, sudah tentu perbuatan mereka itu adalah syirik
walaupun seandainya hal itu diperintahkan oleh Allah. Sebaliknya jika mereka
melakukan sujud bukan karna i'tiqad tersebut, maka perbuatan mereka itu bukanlah
syirik, walaupun Allah tidak memerintahkannya.
Syekh Abdul Aziz, imam Masjid Nabawi di Madinah berusaha melakukan
pembenaran untuk menunjukkan keabsahan perbuatan-perbuatan penghormatan
seperti tersebut diatas dengan dalih adanya perintah Ilahi berkenaan dengan hal itu.
Ia juga merujuk kepada ucapan Umar bin Khatab berkenaan dengan hajar aswad.
"Aku mengetahui bahwa engkau adalah batu yang tidak dapat memberi manfaat
ataupun mudharat. Seandainya tidak kusaksikan Nabi s.a.w. menciummu, aku pun
takkan menciummu."5
Jawaban kami kepada Syekh itu ialah, "Kalau begitu, yang
dapat disimpulkan dari ucapan Anda ialah bahwa perbuatan-perbuatan seperti ini
termasuk syirik, tetapi telah dibenarkan dan dihalalkan oleh Allah SWT ?" kami
ingin mengingatkan Syekh tersebut kepada ayat yang mulia :
"Katakanlah, sesungguhya Allah tidak akan menyuruh ( mengerjakan )
perbuatan yang keji. Mengapa kamu mengada-adakan terahadap Allah sesuatu yang
tidak kamu ketahui?" ( Q.S 7:28 ).
5
Shahihul Bukhari, jilid 3, hal.149 ( Bab Haji )
Seandainya hakikat sujud kepada Adam As dan mencium hajar aswad dianggap
ibadah kepada Adam dan batu dan dengan demikian termasuk syirik, sudah barang
tentu Allah SWT sekali kali tidak akan memerintahkannya.
3. Murtad
Murtad adalah istilah yang diberikan untuk menyebut orang yang keluar dari
Islam. Pada mulanya orang ini beriman kepada Allah dan merupakan muslim, tetapi
kemudian ia meninggalkan keimanannya untuk selanjutnya beriman kepada selain
Allah atau tidak beriman sama sekali (atheist).
Bedanya dengan kafir, kalau orang kafir memang sejak mulanya tidak beriman
kepada Allah, sedangkan murtad, sebelumnya beriman kepada Allah tetapi
kemudian keluar dari iman itu. (Ensiklopedia Islam Indonesia 192 : 690).
Apabila seorang muslim menjadi murtad,segala amal ibadah dan kebaikannya
di dunia tidak diperhitungkan lagi di akhirat, semuanya gugur akibat
kemurtadannya itu, seperti dijelaskan dalam Alquran surah Al-Baqarah ayat 217
yang berbunyi:
ِ‫ب‬ ٌ‫ر‬ْ‫ف‬ُ‫ك‬ َ‫و‬ ِ َّ‫اَّلل‬ ِ‫ل‬‫ي‬ِ‫ب‬َ‫س‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ٌّ‫د‬َ‫ص‬ َ‫و‬ ۖ ٌ‫ير‬ِ‫ب‬َ‫ك‬ ِ‫ه‬‫ي‬ِ‫ف‬ ٌ‫ل‬‫َا‬‫ت‬ِ‫ق‬ ْ‫ل‬ُ‫ق‬ ۖ ِ‫ه‬‫ي‬ِ‫ف‬ ٍ‫ل‬‫َا‬‫ت‬ِ‫ق‬ ِ‫ام‬ َ‫ر‬َ‫ح‬ْ‫ال‬ ِ‫ر‬ْ‫ه‬َّ‫ش‬‫ال‬ ِ‫ن‬َ‫ع‬ َ‫َك‬‫ن‬‫و‬ُ‫ل‬َ‫أ‬ْ‫س‬َ‫ي‬َ‫ر‬َ‫ح‬ْ‫ال‬ ِ‫د‬ ِ‫ْج‬‫س‬َ‫م‬ْ‫ال‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬ُُ ‫ا‬ َ‫ر‬ْ‫خ‬ِ‫إ‬ َ‫و‬ ِ‫ام‬
َ‫ز‬َ‫ي‬ َ‫َّل‬ َ‫و‬ ۗ ِ‫ل‬ْ‫ت‬َ‫ق‬ْ‫ال‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ ُ‫ر‬َ‫ب‬ْ‫ك‬َ‫أ‬ ُ‫ة‬َ‫ن‬ْ‫ت‬ِ‫ف‬ْ‫ال‬ َ‫و‬ ۚ ِ َّ‫اَّلل‬ َ‫د‬ْ‫ن‬ِ‫ع‬ ُ‫ر‬َ‫ب‬ْ‫ك‬َ‫أ‬ ُ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ ِ‫ه‬ِ‫ل‬ْ‫ه‬َ‫أ‬ْ‫ن‬َ‫م‬ َ‫و‬ ۚ ‫ُوا‬‫ع‬‫ا‬َ‫ط‬َ‫ت‬ْ‫س‬‫ا‬ ِ‫ن‬ِ‫إ‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ِ‫ن‬‫ِي‬‫د‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬‫ُّو‬‫د‬ُ‫ر‬َ‫ي‬ َٰ‫ى‬َّ‫ت‬َ‫ح‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ن‬‫و‬ُ‫ل‬ِ‫ت‬‫ا‬َ‫ق‬ُ‫ي‬ َ‫ون‬ُ‫ل‬‫ا‬
َ‫و‬ ۖ ِ‫ة‬َ‫ر‬ ِ‫خ‬ ْ‫اْل‬ َ‫و‬ ‫ا‬َ‫ي‬ْ‫ن‬ُّ‫د‬‫ال‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ُ‫ل‬‫ا‬َ‫م‬ْ‫ع‬َ‫أ‬ ْ‫ت‬َ‫ط‬ِ‫ب‬َ‫ح‬ َ‫ِك‬‫ئ‬ََٰ‫ل‬‫و‬ُ‫أ‬َ‫ف‬ ٌ‫ر‬ِ‫ف‬‫َا‬‫ك‬ َ‫ُو‬‫ه‬ َ‫و‬ ْ‫ت‬ُ‫م‬َ‫ي‬َ‫ف‬ ِ‫ه‬ِ‫ن‬‫ِي‬‫د‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ ْ‫د‬ِ‫د‬َ‫ت‬ ْ‫ر‬َ‫ي‬ِ‫ف‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ ۖ ِ‫ار‬َّ‫ن‬‫ال‬ ُ‫اب‬َ‫ح‬ْ‫ص‬َ‫أ‬ َ‫ِك‬‫ئ‬ََٰ‫ل‬‫و‬ُ‫أ‬‫ا‬َ‫ه‬‫ي‬
َ‫ُون‬‫د‬ِ‫ل‬‫َا‬‫خ‬﴿٥١٢﴾
Artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram.
Katakanlah: “Berperang dalam bulan (haram) adalah dosa besar; tetapi
menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk)
Masjidilharam dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya)
di sisi Allah. Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh.
Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat)
mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka
sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati
dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di
akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.
Murtad adalah term yang digunakan untuk menyebutoranyang keluar dari
Islam. Pada mulanya orang seperti ini beriman kepada Allah dan ia seorang muslim,
kemudian ia meninggalkan keimanannya untuk selanjutna beriman kepada yang
lain atau tidak beriman sama sekali(atheis) . bedanya dengan kafir, kalaukafir
memang sejak awal tidak beriman kepada Allah ; sedangkan murtad, sebelumnya
beriman, kemudian keluar dari iman itu.
Apabila seorang muslim menjadi murtad, segala amal baik yang dilakukannya
di dunia tidak diperhitungan lagi di hari akhirat. Semuanya gugur akibat
kemurtadan itu.
4. Munafik
Munafik adalah orang yang lahiriahnya menempatkan sesuatu (ucapan,
perbuatan atau sikap) yang sesungguhnya bertentangan dengan apa yang
tersembunyi di dalam hatinya. Ada juga yang mendefinisikan munafik yaitu orang
yang melahirkan keimanan dengan mulutnya, tetapi ingkar (kafir) dalam hatinya.
Atau orang yang lahiriahnya menyatakan dirinya muslim sedangkan hatinya tidak
sesuai lahiriyahnya. Jelasnya munafik adalah orang yang tidak menjadikan pikiran,
hati, ucapan dan perbuatan sebagai suatu kesatuan dalam mengesahkan Allah.
Karena itu, dalam kehidupan sehari-hari orang munafik tersebut mungkin akan
mengaku beriman kepada Allah, bahkan dalam hal-hal tertentu, nampak seperti
berbuat atau bertindak seolah-olah beribadah kepada Allah, tetapi hatinya
sesungguhnya bahwa perbuatan itu dilakukan bukan untuk mengesakan Allah,
bukan untuk menghambakan (mengabdi) kepada Allah tetapi hanya untuk
kepentingan dirinya sendiri seperti ingin pamer kekayaan atau supaya dipuji
halayak ramai atau untuk ingin menjadi orang terkenal.
Orang munafik ini, baik dari segi moral apalagi dari sudut pandang agama Islam
sangatlahhina, baik dunia maupun di akhirat. Firman Allah dalam surat An-Nisa
ayat 145 yang berbunyi:
﴾١٨٢﴿‫ا‬ ‫ا‬‫ير‬ ِ‫َص‬‫ن‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ل‬ َ‫د‬ ِ‫َج‬‫ت‬ ْ‫ن‬َ‫ل‬ َ‫و‬ ِ‫ار‬َّ‫ن‬‫ال‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ ِ‫ل‬َ‫ف‬ْ‫س‬َ ْ‫اْل‬ ِ‫ك‬ ْ‫َّر‬‫د‬‫ال‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ َ‫ِين‬‫ق‬ِ‫ف‬‫َا‬‫ن‬ُ‫م‬ْ‫ال‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬
Artinya: Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan
yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat
seorang penolongpun bagi mereka.
Munafik adalah sebutan bagiorang yang lahiriah beragama Islam, tetapi jiwa
atau batinnya tidak beriman. Secara lahir ia mengaku beriman kepada Allah,
mengaku beragama Islam, bahkan dalam hal tertentu, Nampak seperti berbuat dan
bertindakuntuk kepentingan Islam, tetapi hatinya tidak beriman.
Munafik tidak sama dengan murtad. Kalau murtad, sebelumnya beriman,
kemudian keluardari iman itu secara jelas. Sedangkan munafik ini tidak. Mengaku
beriman, sebenarnya tidak beriman. Namun, ketidakberimannya sulit diketahui
sebab tersimpan di dalam hati. Untuk mengetahui seseorang munafik atau tidak
dapat dilihat dari sikap dan perbuatannya yang merugikan atau bertentangan dengan
Islam. Orang munafik, baik dari segi moral apalagi dipandang dari sudut agama,
sangat hina.
B. Penyimpangan - penyimpangan dalam Aliran Teologi Islam
Dalam sebuah pepatah Arab dikatakan,
‫فيه‬ ‫الخيريقع‬ ‫من‬ ‫الشر‬ ‫يعرف‬ ‫ال‬ ‫ومن‬ *** ‫لتوقيه‬ ‫لكن‬ ‫للشر‬ ‫ال‬ ‫الشر‬ ‫عرفت‬
Aku mengenal keburukan bukan untuk berbuat keburukan, tetapi untuk
menjauhinya***Barangsiapa tidak mengenal keburukan dari kebaikan, maka ia
akan terjerumus ke dalamnya”.
Pepatah diatas benar adanya. Berapa banyak orang terjerumus pada
keburukan atau penyimpangan karena ketidaktahuan. Banyak sekali kelompok
menyimpang yang mengatas namakan Islam.
Diantaranya Syi’ah, Khawarij, Qadariyah, Jabariyah, Murji’ah, Mu’tazilah,
Asy,ariah, dan lainnya. Masing-masing memiliki penyimpangan yang berbahaya
bagi kaum muslimin baik berupa keyakinan, ucapan maupun perbuatan. Sering kali
penyimpangan mereka begitu samar sehingga sebagian kaum muslimin terkecoh
sehingga terjerumus padanya. Hendaknya setiap muslim bersemangat mempelajari
agamanya secara benar sesuai dengan apa yang diajarkan Rasulullah dan diamalkan
para sahabat sehingga mampu membedakan mana yang benar mana yang salah.
Selain itu hendaknya berusaha mengenali tiap-tiap kelompok menyimpang agar
tidak terjatuh pada peyimpangan-peyimpangan mereka. Berikut kami berusaha
ringkaskan sedikit penjelasan tiap kelompok menyimpang tersebut. Semoga kita
dan kaum muslimin dapat berhati-hati darinya.
1. Syi’ah
Syi’ah adalah kelompok menyimpang yang cukup awal muncul dari tubuh
kaum muslimin. Awalnya penyimpangan ini hanya sekedar melebihkan Ali dan ahli
bait Rasulullah. Lalu penyimpangan mereka semakin parah sampai pengkultusan
sebagian ahli bait. Demikianlah setiap penyimpangan dan bid’ah pada umat
ini, awalnya kecil bahkan menyerupai kebenaran, kemudian membesar dan bahkan
dapat mengeluarkan pelakunya dari Islam.
Diatara pokok penyimpangan Syi’ah:
1) Syiah meyakini bahwa kitab suci al Qur’an yang ada sekarang tidak otentik
lagi alias telah mengalami penambahan dan pengurangan.
2) Orang syiah mengkafirkan para sahabat Rasulullah kecuali segelintir orang
saja seperti Abu Dzar, Salman Al Farisi, dan lainnya. Termasuk yang
dikafirkan oleh mereka adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khatab,
Ustman bin Affan, dan Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu anhum
ajma’in.
3) Orang Syiah (khususnya Rafidhah) meyakini bahwa imamah/
kepemimpinan kaum muslimin hanya ada para imam mereka yang
berjumlah 12. Meyakini imamah adalah salah satu rukun islam bagi mereka.
Mereka memiliki banyak keyakinan yang ghuluw (berlebihan) tentang
imam-imam mereka seperti keyakinan bahwa imam-imam mereka maksum
dan mengetahui hal yang ghaib.
4) Orang syiah menghalalkan bahkan menganjurkan nikah mut’ah (kontrak),
yaitu nikah dalam durasi tertentu misal sehari atau sepekan. Padahal jelas
bahwa nikah mut’ah dilarang dalam Islam karena pada hakikatnya nikah
mut’ah adalah zina yang terselubung.
Penyimpangan yang telah dijelaskan para ulama tersebut bukan sekedar
tuduhan semata tetapi benar-benar disebutkan dalam kitab-kitab rujukan mereka
seperti kitab Al Kafi, Al Istibshar, Biharul Anwar, dan lainnya. Masih banyak sekali
peyimpangan yang dimiliki kaum Syiah. Tetapi mereka selalu berupaya
membungkus kesesatan dan peyimpangan mereka dengan sesuatu yang indah agar
orang-orang awam tertarik. Seperti klaim mereka bahwa mereka mencintai dan
membela ahlu bait. Mereka juga gemar melakukan dusta dan taqiyah (pura-pura)
untuk menutupi penyimpangan mereka. Imam Syafi’I rahimahullah
mengatakan, “Saya tidak pernah melihat seorang pun penganut hawa nafsu yang
lebih dusta dalam pengakuan dan lebih banyak bersaksi palsu melebihi Kaum
Rafidhah.”
Sekarang ini Syi’ah menjadi aliran yang sangat berbahaya karena selain
sebagai gerakan ideologis juga sebagai gerakan politik. Banyak sekali aliran atau
firqah dalam syi’ah, sebagiannya lebih parah dari yang lain.
2. Khawarij
Bersama dengan Syi’ah, Khawarij adalah kelompok menyimpang yang
pertama kali muncul dalam tubuh umat Islam (sekitar tahun 37-40H). Bahkan
benih-benih mereka telah muncul sejak zaman Nabi. Di dalam tubuh khawarij
terdapat banyak sekali firqah atau kelompok sempalan. Tetapi inti aqidah atau
pemikiran mereka hampir sama, diantaranya:
1) Mengkafirkan pelaku kabair (dosa besar)
2) Pengkafiran kaum muslimin secara umum dan negara kaum muslimin.
3) Mereka adalah orang-orang yang menarik tangan (keluar baiat) dari
pemimpin kaum muslimin dan melakukan pemberontakan baik dalam hati,
dengan lisan atau bahkan dengan mengangkat senjata.
Mulai nampak munculnya Khawarij adalah saat terjadi perang Shifiin yang
terjadi antara khalifah Ali dan ahli Syam. Saat itu, Ahli Syam menawarkan kepada
Ali untuk melakukan tahkim (perundingan) yang diwakili dua orang laki-laki (satu
dari Iraq dan satu dari Syam) khalifah Ali pun menyetujuinya. Orang-orang
khawarij (yang mana awalnya berada di dalam barisan pasukan Ali) pun
mengingkari urusan tahkim lewat perwakilan ini. Mereka mengatakan bahwa itu
berarti berhukum dengan selain hukum Allah sambil mengulang-ulang firman
Allah “Sesunggunya hukum hanya milik Allah” (QS Yusuf: 40).
Singkat cerita lalu orang-orang Khawarij pun membangkang dan keluar dari
barisan pasukan Ali. Mereka lalu membunuh Abdullah bin Khabab dan membelah
dada budak wanitanya dalam kondisi hamil lalu membunuhnya. Ali pun
memerintahkan mereka untuk bertaubat dan menyerahkan diri. Orang-orang
Khawarij pun enggan bertaubat dan menyerahkan diri. Ali pun mengirim pasukan
untuk menumpas mereka. Terjadilah perang Nahrawan yang terkenal, dimana
dalam waktu yang singkat orang-orang khawarij dapat ditumpas sehingga tidak
tersisa kecuali segelintir. Namun demikian,pemikiran Khawarij yang rusak
tersebut semakin menyebar. Mereka senantiasa muncul disetiap zaman dengan
berbagai ‘warna’. Tetapi inti aqidah dan pemikiran mereka sama yaitu pengkafiran
kaum muslimin dan pemberontakan kepada penguasa kaum muslimin.
3. Qodariyah
Digelari Qadariyah demikian karena mereka menafikan taqdir Allah dan
menyandarkan perbuatan hamba pada kehendak dan kemampuan mereka sendiri.
Ini berarti menetapkan pencipta (‫خالق‬ ) atas perbuatan hamba selain Allah. Padahal
yang benar adalah bahwa Allah adalah pencipta segala sesuatu, Dia yang
menciptakan makhuq dan Dia juga menciptakan perbuatan makhluqNya.
Sebelumnya perlu diketahui bahwa diantara pokok aqidah Ahlussunnah wal
Jama’ah adalah beriman kepada taqdir, baik yang baik maupun yang buruk.
Rasulullah bersabda dalam hadits Jibril yang masyhur, “Dan beriman kepada tadir,
yang baik maupun yang buruk” [HR Muslim]. Taqdir Allah ada beberapa tingkatan
yang mana kita wajib mengimaninya:
1. Al Ilmu, yaitu bahwa Allah mengetahui segala sesuatu.
2. Al Kitabah, yaitu bahwa Allah telah menulis taqdir dari segala sesuatu.
3. Al Masyi’ah, yaitu bahwa segala sesuatu adalah terjadi karena kehendak
Allah
4. Al Khalq, yaitu bahwa Allahlah yang menciptakan segala sesuatu.
Kelompok Qodariyah mulai muncul tahun 62H-an, diantara pencetus dan
generasi awal mereka adalah Ma’bad Aj Juhani (mati tahun 80H) dan Ghailan Ad
Dimasyqy (mati tahun 105H). Ringkasnya mereka mengatakan bahwa Allah tidak
mentaqdirkan perbuatan hamba, tidak pula menulisnya (dalam lauhul mahfudz),
dan bahwasanya segala sesuatu itu musta’nafah, yaitu tidak diketahui oleh Allah
dan tidak ditaqdirkan oleh Allah sebelumnya. Maka bangkitlah para ulama’ dan
sahabat yang masih hidup mengingkari pemikiran dan ucapan mereka. Ibnu
Taimiyah mengatakan “Di akhir zaman sahabat muncul bid’ah Qadariyah dan
Murji’ah. Maka para sahabat dan tabi’in pun mengingkari mereka seperti
Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, Jabir bin Abdillah dan Watsilah bin
Asqa’” [Minhajus Sunnah 1/309]. Setelah diingkari oleh para sahabat dan tabi’in
kebanyaknya Qadariyah mau mengakui ilmu dan kitabah Allah, tetapi mereka tetap
mengingkari bahwa Allah menciptakan perbuatan hamba atau sebagian
perbuatannya. Mereka mengatakan bahwa Allah tidak menciptakan kejelekan. Ini
adalah pemikiran qadariyah generasi kedua, diantara pelopor pemikiran ini adalah
kelompok Mu’tazilah.
4. Jabariah
Ada seorang bernama Jaham bin Safwan, berasal dari Khurasan. Mulanya ia
menjadi juru tulis dari seorang pemimpin bernama Harits bin Sureih yang
memberontak terhadap kerajaan Bani Umayyahdi Khurasan. Kemudian nama
Jaham bin Safwan memjadi terkenal karena ia adalah seorang yang sangat sungguh
dan rajin bertabligh, menyuru manusia kepada jalan Allah dan berbakti kepadan-
Nya.
Tetapi ada satu fatwanya yang keliru, yang bertentangan dengan ulama-ulama
islam yang lain, yaitu fatwa yang mengatakan bahwa manusia tidak mempunyai
daya dan tidak mempunyai upaya, tidak ada ikhtiyar dan tiada ada kasab.
Sekalian perbuatan manusia itu hanya majbur atau terpaksa diluar
kemauannya, sebagai keadaan bulu ayam yang diterbangkan angin diudara atau
sebagai sepotong kayu ditengah lautan yang dihempaskan ombak kesana kemari.
Mazhab-Nya ini dinamai Mazhab Jabariah, yakni mazhab orang-orang yang
berpaham tidak ada ikhtiyar bagi manusia. I’tiqad-Nya pada mulanya hampir sama
dengan i’tiqad kaum Ahlussunnah Waljama’h, yakni berpendapat bahwa yang
terjadi dalam alam ini pada hakikatnya semuanya dijadikan Tuhan, tetapi kaum
Jabariah yang dikepalai oleh Jaham bin Safwan ini sangat radikal, sangat
keterlaluan, sehingga sampai kepada itikad bahwa kalau kita meninggalkan
sembahyang atau berbuat kejahatan maka semuanya tidak apa-apa, karena hal itu
dijadikan oleh Tuhan.
Fatwa ini bisa ditariknya jauh-jauh, umpanya dikatakan bahwa manusia tidak
apa-apa kalau mencuri, kalauberzina, kalau membunuh orang karena yang
menjadikannya semuanya itu adalah Allah, kata mereka.
Mazhab ini dinamakan mazhab Jabariyah, karena mereka beri’itiqad bahwa
sekalian gerak manusia dipaksa adanya oleh Tuhan.
5. Murji’ah
Salafus salih bersepakat bahwa keimanan itu mencakup pembenaran dalam
hati (keyakinan), ucapan dengan lisan dan amal dengan anggota badan. Adapun
kaum Murji’ah mengatakan bahwa amal tidak termasuk dalam keimanan. Sebagian
kelompok Murji’ah mengatakan, “Kemaksiatan tidak berbahaya (atau tidak
mengurangi) keimanan seseorang, sebagaimana ketaatan tidak bermafaat atas
kekafiran.” Padahal yang benar adalah bahwa iman itu naik dan turun, naik karena
ketaatan dan turun karena kemaksiatan.
Menurut Murji'ah ekstrim, iman yang merupakan terpenting dalam
beragama. Tetapi bagi mereka ini, yang dimaksud dengan iman ialah mengetahui
Tuhan dan kufur ialah tidak tahu pada Tuhan. Iman dan kufur ini tempatnya dalam
hati, bukan dalam bagian lain tubuh manusia.
Bertolak dari pengertian dan kedudukan iman di atas, Murji'ah ekstrim ini
berpendapat bahwa, orang Islam yang percaya kepada Tuhan menyatakan
kekufurannya dengan lisan, tidaklah menjadi kafir. Bahkan sungguhpun iya
menyembah berhala, menjalankan ajaran agama Yahudi atau agama Kristen dengan
menyembah salib, menyatakan percaya kepada Trinitas, dan kemudian mati, dia
bukanlah kafir, melainkan tetap mukmin yang sempurna imannya. Dengan
demikian, perbuatan jahat banyak atau sedikit, tidak merusak iman seseorang, dan
sebaliknya pula, perbuatan baik tidak akan mengubah kedudukan orang musyirik
atau politeist dan athetist menjadi mukmin.
6. Mu’tazilah
Mu’tazilah adalah kelompok aqlaniyah (ahli akal), kalamiyah dan filsafat.
Mereka banyak mencampur adukkan syariat dengan filsafat dan akal. Diantara
pokok pemikiran mereka adalah apa yang disebut dengan ushul khomsah (pokok
yang lima):
1) Manzilah baina manzilataini (kedudukan diantara dua kedudukan): Yaitu
bahwa seorang fasiq (yang berbuat dosa besar) tidaklah mukmin dan tidak
pula kafir, tetapi diantara keduanya.
2) Tauhid (versi mereka): yaitu menafikan sifat Allah.
3) Adl (adil): maksud mereka menafikan qodar.
4) Al Wa’ad wal Wa’id: yaitu bahwa seorang yang berbuat dosa besar dan
tidak bertaubat maka akan kekal di neraka.
5) Amr bil Ma’ruf wan Nahyi anil Munkar: maksud mereka adalah khuruj
(keluar) dari pemerintah dan melazimkan manusia dengan pemikiran dan
aqidah mereka.
Digelari Mu’tazilah karena pemimpin mereka, yaitu Washil bin Atho’
(meninggal 131H) memisahkan diri (I’tazala) dari majelis Hasan al
Bashri rahimahullah (meninggal 110H). Sebagian mengatakan digelari Mu’tazilah
karena mereka memisahkan diri dari jama’ah kaum muslimin dan para imam
mereka serta menyelisihi mereka. Kelompok ini cepat sekali menyebar keseluruh
penjuru daerah kaum muslimin saat itu karena mereka ahli debat dan banyak
mengirim utusan-utusan ke penjuru negeri.
7. Asy’ariyah
Asy’ariyah adalah satu kelompok ahlul kalam, yakni mereka yang berbicara
tentang Allah dan agama-Nya tidak berlandaskan al-Qur’an dan as-Sunnah, mereka
mengutamakan ra’yu (akal) mereka dalam membahas perkara agama. Oleh karena itu, kita
akan mendapatkan penyimpangan mereka dalam ber-istidlal (pengambilan dalil).
Di antara prinsip mereka yang menyimpang dalam berdalil:
1) Dalil-dalil sam’i adalah dalil-dalil dari al-Qur’an dan as-Sunnah mutawatir,
bukan hadits-hadits ahad, karena hadits ahad bukanlah hujah dalam masalah
akidah.
Ar-Razi berkata dalam Asasut Tadqis, “Adapun berpegang dengan hadits ahad
dalam mengenal Allah tidaklah diperbolehkan.”
2) Mendahulukan akal daripada dalil. Hal ini telah disebutkan oleh al-Juwaini, ar-
Razi, al-Ghazali, dan lainnya. Sebagai contoh: Ar-Razi menjelaskan dalam
Asasut Taqdis, “Jika nash bertentangan dengan akal maka harus mendahulukan
akal.”
3) Nash-nash al-Qur’an dan as-Sunnah dhaniyatud dalalah (kandungannya hanya
bersifat kira-kira), tidak menetapkan keyakinan dan kepastian.
4) Menakwil nash-nash al-Qur’an dan as-Sunnah tentang nama-nama dan sifat
Allah.
5) Sering menukil ucapan falasifah (orang-orang filsafat), ini kental sekali dalam
kitab-kitab mereka sepeti Ihya Ulumudin.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa :
1. Penyimpangan dalam teologi Islam :
1. Kafir
2. Syirik
3. Murtad
4. Munafik
2. Dalam aliran teologi Islam, terdapat beberapa penyimpangan, antara lain :
1. Syi'ah
1) Syiah meyakini bahwa kitab suci al Qur’an yang ada sekarang
tidak otentik lagi alias telah mengalami penambahan dan
pengurangan.
2) Orang syiah mengkafirkan para sahabat Rasulullah kecuali segelintir
orang saja seperti Abu Dzar, Salman Al Farisi, dan lainnya. Termasuk
yang dikafirkan oleh mereka adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar
bin Khatab, Ustman bin Affan, dan Ummul Mukminin
Aisyah radhiyallahu anhum ajma’in.
3) Orang Syiah (khususnya Rafidhah) meyakini bahwa imamah/
kepemimpinan kaum muslimin hanya ada para imam mereka yang
berjumlah 12. Meyakini imamah adalah salah satu rukun islam bagi
mereka. Mereka memiliki banyak keyakinan yang ghuluw
(berlebihan) tentang imam-imam mereka seperti keyakinan bahwa
imam-imam mereka maksum dan mengetahui hal yang ghaib.
4) Orang syiah menghalalkan bahkan menganjurkan
nikah mut’ah (kontrak), yaitu nikah dalam durasi tertentu misal sehari
atau sepekan. Padahal jelas bahwa nikah mut’ah dilarang dalam Islam
karena pada hakikatnya nikah mut’ah adalah zina yang terselubung.
2. Khawarij
1) Mengkafirkan pelaku kabair (dosa besar)
2) Pengkafiran kaum muslimin secara umum dan negara kaum
muslimin.
3) Mereka adalah orang-orang yang menarik tangan (keluar baiat) dari
pemimpin kaum muslimin dan melakukan pemberontakan baik dalam
hati, dengan lisan atau bahkan dengan mengangkat senjata.
3. Qodariyah
Allah tidak mentaqdirkan perbuatan hamba, tidak pula menulisnya
(dalam lauhul mahfudz), dan bahwasanya segala sesuatu
itu musta’nafah, yaitu tidak diketahui oleh Allah dan tidak ditaqdirkan oleh
Allah sebelumnya.
Setelah diingkari oleh para sahabat dan tabi’in kebanyaknya Qadariyah
mau mengakui ilmu dan kitabah Allah, tetapi mereka tetap mengingkari
bahwa Allah menciptakan perbuatan hamba atau sebagian perbuatannya.
Mereka mengatakan bahwa Allah tidak menciptakan kejelekan. Ini adalah
pemikiran qadariyah generasi kedua, diantara pelopor pemikiran ini adalah
kelompok Mu’tazilah.
4. Jabariyah
Manusia tidak mempunyai daya dan tidak mempunyai upaya, tidak ada
ikhtiyar dan tiada ada kasab. Sekalian perbuatan manusia itu hanya majbur
atau terpaksa diluar kemauannya, mazhab orang-orang yang berpaham tidak
ada ikhtiyar bagi manusia. I’tiqad-Nya pada mulanya hampir sama dengan
i’tiqad kaum Ahlussunnah Waljama’h, yakni berpendapat bahwa yang
terjadi dalam alam ini pada hakikatnya semuanya dijadikan Tuhan, tetapi
kaum Jabariah yang dikepalai oleh Jaham bin Safwan ini sangat radikal,
sangat keterlaluan, sehingga sampai kepada itikad bahwa kalau kita
meninggalkan sembahyang atau berbuat kejahatan maka semuanya tidak
apa-apa, karena hal itu dijadikan oleh Tuhan.
5. Murji’ah
Kemaksiatan tidak berbahaya (atau tidak mengurangi) keimanan
seseorang, sebagaimana ketaatan tidak bermafaat atas kekafiran.
6. Mu'tazilah
1) Manzilah baina manzilataini (kedudukan diantara dua kedudukan):
Yaitu bahwa seorang fasiq (yang berbuat dosa besar) tidaklah mukmin
dan tidak pula kafir, tetapi diantara keduanya.
2) Tauhid (versi mereka): yaitu menafikan sifat Allah.
3) Adl (adil): maksud mereka menafikan qodar.
4) Al Wa’ad wal Wa’id: yaitu bahwa seorang yang berbuat dosa besar
dan tidak bertaubat maka akan kekal di neraka.
5) Amr bil Ma’ruf wan Nahyi anil Munkar: maksud mereka adalah
khuruj (keluar) dari pemerintah dan melazimkan manusia dengan
pemikiran dan aqidah mereka.
7. Asy’ariah
1) Dalil-dalil sam’i adalah dalil-dalil dari al-Qur’an dan as-Sunnah
mutawatir, bukan hadits-hadits ahad, karena hadits ahad bukanlah hujah
dalam masalah akidah. Ar-Razi berkata dalam Asasut Tadqis, “Adapun
berpegang dengan hadits ahad dalam mengenal Allah tidaklah
diperbolehkan.”
2) Mendahulukan akal daripada dalil. Hal ini telah disebutkan oleh al-
Juwaini, ar-Razi, al-Ghazali, dan lainnya. Sebagai contoh: Ar-Razi
menjelaskan dalam Asasut Taqdis, “Jika nash bertentangan dengan akal
maka harus mendahulukan akal.”
3) Nash-nash al-Qur’an dan as-Sunnah dhaniyatud dalalah (kandungannya
hanya bersifat kira-kira), tidak menetapkan keyakinan dan kepastian.
4) Menakwil nash-nash al-Qur’an dan as-Sunnah tentang nama-nama dan
sifat Allah.
5) Sering menukil ucapan falasifah (orang-orang filsafat), ini kental sekali
dalam kitab-kitab mereka sepeti Ihya Ulumudin.
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini ataupun penyajiannya, kami sebagai
manusia bisa menyadari adanya ketidaksempurnaan terhadap apa yang kami susun
dan sajikan. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca agar kami bisa menyenpurnakan penyusunan dan penyajian
makalah kami di masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Asamuni, M. Yusran. 1996. Ilmu Tauhid. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Purba,Hadis. 2016. Theologi Islam Ilmu Tauhid. Medan : Perdana Publishing
Subhani, Syaikh Ja’far. 1996. Tauhid dan Syirik. Bandung : Penerbit Mizan

More Related Content

What's hot

PPT Iman kepada kitab kitab allah (nisrokhah)
PPT Iman kepada kitab kitab allah (nisrokhah)PPT Iman kepada kitab kitab allah (nisrokhah)
PPT Iman kepada kitab kitab allah (nisrokhah)
Nisrokhah6
 
Hubbud dunya adalah cinta dunia yang berlebihan
Hubbud dunya adalah cinta dunia yang berlebihanHubbud dunya adalah cinta dunia yang berlebihan
Hubbud dunya adalah cinta dunia yang berlebihan
andriandika
 
Pembidangan ilmu fiqih
Pembidangan ilmu fiqihPembidangan ilmu fiqih
Pembidangan ilmu fiqih
M fazrul
 
Power point syaja'ah pendidikan agama islam Kls XI
Power point syaja'ah pendidikan agama islam Kls XIPower point syaja'ah pendidikan agama islam Kls XI
Power point syaja'ah pendidikan agama islam Kls XI
materipptgc
 

What's hot (20)

PPT Iman kepada kitab kitab allah (nisrokhah)
PPT Iman kepada kitab kitab allah (nisrokhah)PPT Iman kepada kitab kitab allah (nisrokhah)
PPT Iman kepada kitab kitab allah (nisrokhah)
 
36 hadits hadits palsu dan lemah yang sering disebut di bulan ramadhan
36 hadits hadits palsu dan lemah yang sering disebut di bulan ramadhan36 hadits hadits palsu dan lemah yang sering disebut di bulan ramadhan
36 hadits hadits palsu dan lemah yang sering disebut di bulan ramadhan
 
Ppt ulumul qur'an
Ppt ulumul qur'anPpt ulumul qur'an
Ppt ulumul qur'an
 
Makalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnya
Makalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnyaMakalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnya
Makalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnya
 
Firqah
FirqahFirqah
Firqah
 
Makalah ulumul hadist
Makalah ulumul hadistMakalah ulumul hadist
Makalah ulumul hadist
 
Ziarah dan Ta'ziyah
Ziarah dan Ta'ziyahZiarah dan Ta'ziyah
Ziarah dan Ta'ziyah
 
PEMBELAJARAN AL-QUR'AN HADITS DI MI
PEMBELAJARAN AL-QUR'AN HADITS DI MIPEMBELAJARAN AL-QUR'AN HADITS DI MI
PEMBELAJARAN AL-QUR'AN HADITS DI MI
 
Terminologi hakim, mahkum fih, mahkum 'alaih
Terminologi  hakim, mahkum fih, mahkum 'alaihTerminologi  hakim, mahkum fih, mahkum 'alaih
Terminologi hakim, mahkum fih, mahkum 'alaih
 
ISTILAH - ISTILAH DALAM ILMU HADITS
ISTILAH - ISTILAH DALAM ILMU HADITSISTILAH - ISTILAH DALAM ILMU HADITS
ISTILAH - ISTILAH DALAM ILMU HADITS
 
Hubbud dunya adalah cinta dunia yang berlebihan
Hubbud dunya adalah cinta dunia yang berlebihanHubbud dunya adalah cinta dunia yang berlebihan
Hubbud dunya adalah cinta dunia yang berlebihan
 
Tafsir bil ma’tsur, tafsir bir ra’yi dan 2 blogss
Tafsir bil ma’tsur, tafsir bir ra’yi dan 2 blogssTafsir bil ma’tsur, tafsir bir ra’yi dan 2 blogss
Tafsir bil ma’tsur, tafsir bir ra’yi dan 2 blogss
 
Sejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabat
Sejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabatSejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabat
Sejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabat
 
Nikmatnya menuntut ilmu dan berbagi ilmu pengetahuan
Nikmatnya menuntut ilmu dan berbagi ilmu pengetahuanNikmatnya menuntut ilmu dan berbagi ilmu pengetahuan
Nikmatnya menuntut ilmu dan berbagi ilmu pengetahuan
 
PPT Manthuq dan Mafhum
PPT Manthuq dan MafhumPPT Manthuq dan Mafhum
PPT Manthuq dan Mafhum
 
Power Point Beriman Kepada Nabi dan Rasul Kelas 11 SMA
Power Point Beriman Kepada Nabi dan Rasul Kelas 11 SMAPower Point Beriman Kepada Nabi dan Rasul Kelas 11 SMA
Power Point Beriman Kepada Nabi dan Rasul Kelas 11 SMA
 
Pembidangan ilmu fiqih
Pembidangan ilmu fiqihPembidangan ilmu fiqih
Pembidangan ilmu fiqih
 
Syaja'ah
Syaja'ahSyaja'ah
Syaja'ah
 
Power point syaja'ah pendidikan agama islam Kls XI
Power point syaja'ah pendidikan agama islam Kls XIPower point syaja'ah pendidikan agama islam Kls XI
Power point syaja'ah pendidikan agama islam Kls XI
 
Hadits Shahih, Hasan, Dlo'if
Hadits Shahih, Hasan, Dlo'ifHadits Shahih, Hasan, Dlo'if
Hadits Shahih, Hasan, Dlo'if
 

Similar to PENYIMPANGAN DALAM TEOLOGI ISLAM

keimanan dan implikasi tauhid dalam islam.pptx
keimanan dan implikasi tauhid dalam islam.pptxkeimanan dan implikasi tauhid dalam islam.pptx
keimanan dan implikasi tauhid dalam islam.pptx
BestFriend35
 
Corak aqidah-dalam-kehidupan-1
Corak aqidah-dalam-kehidupan-1Corak aqidah-dalam-kehidupan-1
Corak aqidah-dalam-kehidupan-1
Yuli Yanti
 
Id the book_of_tawheed
Id the book_of_tawheedId the book_of_tawheed
Id the book_of_tawheed
novallich
 
Id the book_of_tawheed
Id the book_of_tawheedId the book_of_tawheed
Id the book_of_tawheed
novallich
 
7648650 kesesatan-aqidah-ruububiyah-uluhiyah-asmawa-shifat-wahaby-salafy
7648650 kesesatan-aqidah-ruububiyah-uluhiyah-asmawa-shifat-wahaby-salafy7648650 kesesatan-aqidah-ruububiyah-uluhiyah-asmawa-shifat-wahaby-salafy
7648650 kesesatan-aqidah-ruububiyah-uluhiyah-asmawa-shifat-wahaby-salafy
AlFakir Fikri AlTakiri
 
7648650 kesesatan-aqidah-ruububiyah-uluhiyah-asmawa-shifat-wahaby-salafy
7648650 kesesatan-aqidah-ruububiyah-uluhiyah-asmawa-shifat-wahaby-salafy7648650 kesesatan-aqidah-ruububiyah-uluhiyah-asmawa-shifat-wahaby-salafy
7648650 kesesatan-aqidah-ruububiyah-uluhiyah-asmawa-shifat-wahaby-salafy
AlFakir Fikri AlTakiri
 
Konsep syahadah-dan-tuntutannya
Konsep syahadah-dan-tuntutannyaKonsep syahadah-dan-tuntutannya
Konsep syahadah-dan-tuntutannya
Mohd Hamidi
 

Similar to PENYIMPANGAN DALAM TEOLOGI ISLAM (20)

Aqidah, syariah dan akhlaq mulia
Aqidah, syariah dan akhlaq muliaAqidah, syariah dan akhlaq mulia
Aqidah, syariah dan akhlaq mulia
 
keimanan dan implikasi tauhid dalam islam.pptx
keimanan dan implikasi tauhid dalam islam.pptxkeimanan dan implikasi tauhid dalam islam.pptx
keimanan dan implikasi tauhid dalam islam.pptx
 
Tauhid baru
Tauhid baruTauhid baru
Tauhid baru
 
Prinsip kaidah agama
Prinsip kaidah agama Prinsip kaidah agama
Prinsip kaidah agama
 
BUKU BAHAN AJAR PAI UNSRI
BUKU BAHAN AJAR PAI UNSRIBUKU BAHAN AJAR PAI UNSRI
BUKU BAHAN AJAR PAI UNSRI
 
Objek Dakwah
Objek DakwahObjek Dakwah
Objek Dakwah
 
Corak aqidah-dalam-kehidupan-1
Corak aqidah-dalam-kehidupan-1Corak aqidah-dalam-kehidupan-1
Corak aqidah-dalam-kehidupan-1
 
TUGAS PERBAIKAN NILAI IDRUS.pptx
TUGAS PERBAIKAN NILAI IDRUS.pptxTUGAS PERBAIKAN NILAI IDRUS.pptx
TUGAS PERBAIKAN NILAI IDRUS.pptx
 
Tugas tik(makalah)
Tugas tik(makalah)Tugas tik(makalah)
Tugas tik(makalah)
 
Id the book_of_tawheed
Id the book_of_tawheedId the book_of_tawheed
Id the book_of_tawheed
 
Id the book_of_tawheed
Id the book_of_tawheedId the book_of_tawheed
Id the book_of_tawheed
 
Agama islam
Agama islamAgama islam
Agama islam
 
7648650 kesesatan-aqidah-ruububiyah-uluhiyah-asmawa-shifat-wahaby-salafy
7648650 kesesatan-aqidah-ruububiyah-uluhiyah-asmawa-shifat-wahaby-salafy7648650 kesesatan-aqidah-ruububiyah-uluhiyah-asmawa-shifat-wahaby-salafy
7648650 kesesatan-aqidah-ruububiyah-uluhiyah-asmawa-shifat-wahaby-salafy
 
7648650 kesesatan-aqidah-ruububiyah-uluhiyah-asmawa-shifat-wahaby-salafy
7648650 kesesatan-aqidah-ruububiyah-uluhiyah-asmawa-shifat-wahaby-salafy7648650 kesesatan-aqidah-ruububiyah-uluhiyah-asmawa-shifat-wahaby-salafy
7648650 kesesatan-aqidah-ruububiyah-uluhiyah-asmawa-shifat-wahaby-salafy
 
Ringkasan amkai
Ringkasan amkaiRingkasan amkai
Ringkasan amkai
 
Makalah Al-Qur'an II
Makalah Al-Qur'an IIMakalah Al-Qur'an II
Makalah Al-Qur'an II
 
Konsep syahadah-dan-tuntutannya
Konsep syahadah-dan-tuntutannyaKonsep syahadah-dan-tuntutannya
Konsep syahadah-dan-tuntutannya
 
Aliran-Aliran Tasawuf.pdf
Aliran-Aliran Tasawuf.pdfAliran-Aliran Tasawuf.pdf
Aliran-Aliran Tasawuf.pdf
 
Aliran-Aliran Tasawuf.docx
Aliran-Aliran Tasawuf.docxAliran-Aliran Tasawuf.docx
Aliran-Aliran Tasawuf.docx
 
Tauhid, Al-Qur’an&Hadits, Generasi Terbaik dan Salafussalih, Berbagi, Keadila...
Tauhid, Al-Qur’an&Hadits, Generasi Terbaik dan Salafussalih, Berbagi, Keadila...Tauhid, Al-Qur’an&Hadits, Generasi Terbaik dan Salafussalih, Berbagi, Keadila...
Tauhid, Al-Qur’an&Hadits, Generasi Terbaik dan Salafussalih, Berbagi, Keadila...
 

More from endahnurfebriyanti

More from endahnurfebriyanti (20)

Three Dimensional Object
Three Dimensional ObjectThree Dimensional Object
Three Dimensional Object
 
Kedudukan hadis dalam islam dan sejarah pembukuan
Kedudukan hadis dalam islam dan sejarah pembukuanKedudukan hadis dalam islam dan sejarah pembukuan
Kedudukan hadis dalam islam dan sejarah pembukuan
 
METODOLOGI PENELITIAN
METODOLOGI PENELITIANMETODOLOGI PENELITIAN
METODOLOGI PENELITIAN
 
Termokimia
TermokimiaTermokimia
Termokimia
 
Soal Dasar Matematika
Soal Dasar MatematikaSoal Dasar Matematika
Soal Dasar Matematika
 
TAZKIYATUN NAFS (TAKHALLI, TAHALLI DAN TAJALLI)
TAZKIYATUN NAFS (TAKHALLI, TAHALLI DAN TAJALLI)TAZKIYATUN NAFS (TAKHALLI, TAHALLI DAN TAJALLI)
TAZKIYATUN NAFS (TAKHALLI, TAHALLI DAN TAJALLI)
 
REGRESI LINIER BERGANDA
REGRESI LINIER BERGANDAREGRESI LINIER BERGANDA
REGRESI LINIER BERGANDA
 
Menguji Validitas dan Reliabilitas Pada Kuesioner
Menguji Validitas dan Reliabilitas Pada Kuesioner Menguji Validitas dan Reliabilitas Pada Kuesioner
Menguji Validitas dan Reliabilitas Pada Kuesioner
 
LAPORAN AKHIR KULIAH KERJA PRAKTIK (KP)
LAPORAN AKHIR KULIAH KERJA PRAKTIK  (KP)LAPORAN AKHIR KULIAH KERJA PRAKTIK  (KP)
LAPORAN AKHIR KULIAH KERJA PRAKTIK (KP)
 
Laporan Pengabdian Gerakan Sumut Mengajar Kelompok 21 Batch 7
Laporan Pengabdian Gerakan Sumut Mengajar Kelompok 21 Batch 7 Laporan Pengabdian Gerakan Sumut Mengajar Kelompok 21 Batch 7
Laporan Pengabdian Gerakan Sumut Mengajar Kelompok 21 Batch 7
 
PENGGUNAAN INTEGRAL
PENGGUNAAN INTEGRALPENGGUNAAN INTEGRAL
PENGGUNAAN INTEGRAL
 
GEOMETRI ANALITIK
GEOMETRI ANALITIKGEOMETRI ANALITIK
GEOMETRI ANALITIK
 
FUNGSI KOMPLEKS - TURUNAN DAN ATURAN RANTAI
FUNGSI KOMPLEKS - TURUNAN DAN ATURAN RANTAI FUNGSI KOMPLEKS - TURUNAN DAN ATURAN RANTAI
FUNGSI KOMPLEKS - TURUNAN DAN ATURAN RANTAI
 
STATISTIKA PENGENDALI MUTU - PETA KENDALI
STATISTIKA PENGENDALI MUTU - PETA KENDALISTATISTIKA PENGENDALI MUTU - PETA KENDALI
STATISTIKA PENGENDALI MUTU - PETA KENDALI
 
STRUKTUR ALJABAR GRUP - HOMOMORFISMA
STRUKTUR ALJABAR GRUP - HOMOMORFISMASTRUKTUR ALJABAR GRUP - HOMOMORFISMA
STRUKTUR ALJABAR GRUP - HOMOMORFISMA
 
Fungsi Math Lab Untuk Menggambar 3D
Fungsi Math Lab Untuk Menggambar 3D Fungsi Math Lab Untuk Menggambar 3D
Fungsi Math Lab Untuk Menggambar 3D
 
Regresi Dengan Pendekatan Matriks
Regresi Dengan Pendekatan MatriksRegresi Dengan Pendekatan Matriks
Regresi Dengan Pendekatan Matriks
 
Mathematical Logic
Mathematical LogicMathematical Logic
Mathematical Logic
 
GERAK MELINGKAR
GERAK MELINGKARGERAK MELINGKAR
GERAK MELINGKAR
 
PROGRAM LINEAR CONTOH SOAL
PROGRAM LINEAR CONTOH SOALPROGRAM LINEAR CONTOH SOAL
PROGRAM LINEAR CONTOH SOAL
 

Recently uploaded

bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
AtiAnggiSupriyati
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
dpp11tya
 

Recently uploaded (20)

KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 

PENYIMPANGAN DALAM TEOLOGI ISLAM

  • 1. PENYIMPANGAN DALAM TEOLOGI ISLAM Makalah Ini Diajukan dalam Rangka Tugas Kelompok 7 pada Mata Kuliah Teologi Islam Disusun Oleh : Endah Nurfebriyanti ( 0703172051 ) Husnul Fadhillah ( 0703172048 ) Dosen Pengampu : Juliarseh, S. PdI, M. PdI PRODI MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN 2018
  • 2. KATA PENGANTAR Puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena hanya atas rahmat dan karunia-NYA, kami dapat menyelesaikan makalah kami. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Teologi Islam. Makalah ini membahas tentang Penyimpangan dalam Teologi Islam. Penulis sangat berterima kasih kepada Dosen Pembimbing Mata Kuliah Theologi Islam yang telah membimbingkami. Dan kepada semua yang membantu dalam penyusunanya.Tentunya dalam makalah ini dengan segala keterbatasan tidak lepas dari kekurangan, oleh karena itu, sangat diharapkan kritik dan saran dari Dosen Pembimbing dan semua pembaca untuk perkembangan pengetahun penulis. Semoga bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya. Medan, Mei 2018 Penulis
  • 3. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.......................................................................... i DAFTAR ISI......................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. ................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah. ............................................................................ 1 C. Tujuan penulisan. .............................................................................. 1 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Penyimpangan Teologi Islam. ........................................ 2 1. Kafir. .......................................................................................... 2 2. Syirik.......................................................................................... 4 3. Murtad........................................................................................ 14 4. Munafik...................................................................................... 15 B. Penyimpangan-penyimpangan dalam Teologi Islam. ....................... 16 1. Syi’ah. ........................................................................................ 17 2. Khawarij..................................................................................... 18 3. Qodariyah................................................................................... 19 4. Jabariyah. ................................................................................... 20 5. Murji’ah. .................................................................................... 21 6. Mu’tazilah.................................................................................. 21 7. Asy’ariah.................................................................................... 22 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan. ...................................................................................... 24 B. Saran.................................................................................................. 27 DAFTAR PUSTAKA........................................................................... 28
  • 4. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk terakhir ciptaan Allah, karena itu jika dibandingkan dengan makhluk-makhluk paling bungs, manusia merupakan makhluk yang paling mulia bahkan diangkat menjadi wakil ( khalifah ) Allah dimuka bumi. Bahkan Djohan Efendi dalam bukunya "Insan Kamil : Konsep Manusia Menurut Islam" mengatakan bahwa manusia merupakan tujuan utama yang ada dibalik penciptaan alam, karena tiada ciptaan lain yang mempunyai sifat -sifat yang diperlukan untuk menjadi cerminan sifat ilahi yang sesungguhnya. Penciptaan makhluk-makhluk lain sebelum manusia, dimaksudkan Tuhan hanyalah sebagai pengantar menuju penciptaan manusia itu sendiri. Karena itu, bertauhid atau mengesakan Allah secara terus menerus dalam pikiran, hati, ucapan dan perbuatan adalah sesuatu yang diwajibkan Tuhan kepada umat manusia melebihi dari makhluk-makhluk lain. Agar manusia dapat menyadari bahwa jalan hidupnya masih senantiasa berada dalam koridor tauhid, manusia wajib mengetahui hal-hal apa saja sikap dan perilaku yang menyalahi tauhid tersebut. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana penyimpangan teologi Islam ? 2. Bagaimana penyimpangan dalam aliran teologi Islam ? C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui bagaimana penyimpangan teologi Islam 2. Untuk mengetahui bagaimana penyimpangan dalam aliran teologi Islam
  • 5. BAB II PEMBAHASAN A. Penyimpangan - penyimpangan Teologi Islam Secara garis besar, masalah-masalah yang bertentangan dengan tauhid adalah kekafiran, kesyirikan, kemurtadan dan kemunafikan. 1. Kafir Term kafir memang mempercayai banyak arti. Yang dimaksud kafir dalam pembahasan ini adalah orang yang tidak percaya atau tidak beriman kepada Allah SWT, baik orang tersebut bertuhan lain selain Allah maupun tidak bertuhan sama sekali (atheis). Kekafiran jelas bertentangan dengan tauhid karena tauhid adalah kepercayaan dan keimanan akan adanya Allah SWT. Kafir secara bahasa berarti menyembunyikan atau menutupi (QS. 57:4). Sedang menurut istilah kafir itu ialah menolak kebenaran dari Allah yang disampaikan rasul-Nya (Departemen Agama RI, Ensiklopedi Islam di Indonesia, hal 531). Menurut pendekatan istilah, kafir itu dapat dibagi kepada emapat macam, yaitu: 1. Kafir Ilahiyat Kafir Ilahiyat disebut juga Kafir Mulhid artinya adalah menolak kebenaran adanya Tuhan (atheist). Menurut ajaran Islam, kafir mulhid adalah sikap yang sangat menyalahi tauhid, sebab kebenaran utama yang disampaikan semua rasul adalah atau mengesakan Allah dan beribadah kepadaNya, seperti dijelaskan Alquran dalam surat Al-Anbiya ayat 25 : /﴾٥٢﴿ ِ‫ُون‬‫د‬ُ‫ب‬ْ‫ع‬‫ا‬َ‫ف‬ ‫َا‬‫ن‬َ‫أ‬ َّ‫َّل‬ِ‫إ‬ َ‫ه‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ َ‫َّل‬ ُ‫ه‬َّ‫ن‬َ‫أ‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ ‫ي‬ ِ‫وح‬ُ‫ن‬ َّ‫َّل‬ِ‫إ‬ ٍ‫ل‬‫و‬ُ‫س‬َّ‫ر‬ ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫ِك‬‫ل‬ْ‫ب‬َ‫ق‬ ‫ن‬ِ‫م‬ ‫َا‬‫ن‬ْ‫ل‬َ‫س‬ ْ‫ر‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫م‬ َ‫و‬ Artinya: Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku".
  • 6. 2. Kafir Nubuwat Kafir Nubuwat artinya menolak kebenaran atau tidak mengakui nabi dan rasul- rasul Allah. Mereka mendustakan para nabi dan rasul sebagai pembawa kitab dan ajaran dari Allah untuk menjadi petunjuk hidup bagi manusia. Seperti yang di jelaskan dalam surat An-Nahl ayat 36 : ‫ى‬َ‫د‬َ‫ه‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ْ‫ن‬ ِ‫م‬َ‫ف‬ ۖ َ‫ت‬‫و‬ُ‫غ‬‫ا‬َّ‫ط‬‫ال‬ ‫ُوا‬‫ب‬ِ‫ن‬َ‫ت‬ ْ‫ج‬‫ا‬ َ‫و‬ َ َّ‫اَّلل‬ ‫ُوا‬‫د‬ُ‫ب‬ْ‫ع‬‫ا‬ ِ‫ن‬َ‫أ‬ ‫ا‬‫وَّل‬ُ‫س‬ َ‫ر‬ ٍ‫ة‬َّ‫م‬ُ‫أ‬ ِ‫ل‬ُ‫ك‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ‫َا‬‫ن‬ْ‫ث‬َ‫ع‬َ‫ب‬ ْ‫د‬َ‫ق‬َ‫ل‬ َ‫و‬ ُ‫ة‬َ‫ب‬ِ‫ق‬‫ا‬َ‫ع‬ َ‫ن‬‫َا‬‫ك‬ َ‫ْف‬‫ي‬َ‫ك‬ ‫وا‬ ُ‫ر‬ُ‫ظ‬ْ‫ن‬‫ا‬َ‫ف‬ ِ‫ض‬ ْ‫ر‬َ ْ‫اْل‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ‫وا‬ ُ‫ر‬‫ي‬ِ‫س‬َ‫ف‬ ۚ ُ‫ة‬َ‫ل‬ َ‫َل‬َّ‫ض‬‫ال‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ْ‫ت‬َّ‫ق‬َ‫ح‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ْ‫ن‬ ِ‫م‬ َ‫و‬ ُ َّ‫اَّلل‬ ﴾٦٣﴿َ‫ن‬‫ي‬ِ‫ب‬ِ‫َذ‬‫ك‬ُ‫م‬ْ‫ال‬ Artinya: Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). 3. Kafir Perintah Kafir perintah artinya adalah menolak melaksanakan atau dengan kata lain tidak mematuhi perintah perintah Allah.Orang ini bukan atheis, karena mereka mengakui kebenaran adanya Allah dan juga mengakui kitab-kitab Allah yang dibawa oleh para rasul, akan tetapi mereka tidak melaksanakan perintah- perintah Allah yang dibawa oleh rasul tersebut. 4. Kafir nikmat Kafir Nikmat adalah sikap menolak bahwa nikmat dan rezeki yang dimilikinya merupakan pemberian Allah tetapi diyakini mutlak sebagai hasil kerjanya atau hasil kepintarannya. Mereka ini meyakini adanya Allah, meyakini kitabillah dan rasulullah, terkadang juga mereka beribadah kepada Allah. Sikap dan perbuatan kafir sangat menyalahi tauhid,makaorang-orang kafir oleh tauhid dipandang sebagai seburuk-buruk makhluk yang kelak akan masuk neraka serta akan kekal didalamnya. Seperti dijelaskan dalam surah al- Bayyinah ayat 6
  • 7. ْ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫ك‬ِ‫ئ‬ ََٰ‫ل‬‫و‬ُ‫أ‬ ۚ ‫ا‬َ‫ه‬‫ي‬ِ‫ف‬ َ‫ن‬‫ي‬ِ‫د‬ِ‫ل‬‫ا‬ َ‫خ‬ َ‫م‬َّ‫ن‬َ‫ه‬َ‫ج‬ ِ‫َار‬‫ن‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ َ‫ن‬‫ي‬ِ‫ك‬ ِ‫ر‬ْ‫ش‬ُ‫م‬ْ‫ال‬ َ‫و‬ ِ‫ب‬‫َا‬‫ت‬ِ‫ك‬ْ‫ال‬ ِ‫ل‬ْ‫ه‬َ‫أ‬ ْ‫ن‬ ِ‫م‬ ‫وا‬ ُ‫ر‬َ‫ف‬َ‫ك‬ َ‫ن‬‫ي‬ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬ ﴾٣﴿ِ‫ة‬َّ‫ي‬ ِ‫ر‬َ‫ب‬ْ‫ال‬ ُّ‫ر‬َ‫ش‬ Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang- orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. 2. Syirik Syirik adalah kebalikan (lawan kata) dari tauhid. Jika tauhid merupakan pengesaan Allah dalam pikiran, hati, ucapan dan perbuatan, maka syirik adalah menyekutukan Allah atau mengakui banyak tauhid (Mahmud Yunus, 1979: 197). Orang yang melakukan perbuatan syirik ini pada dasarnya mengakui adanya Tuhan, tetapi perbuatan mereka menjadi salah mereka mengakui Tuhan itu lebih dari satu (bukan esa). Atau mungkin mereka mengakui bahwa Tuhan itu esa tetapi mereka juga mengakui adanya kekuatan lain yang sama dengan Allah, sehingga tidak sepenuhnya percaya akan keesaan dan kemahakuasaan Allah. Syirik dapat dibagi kepada dua macam, yaitu : syirik yang nyata dan syirik yang tersembunyi. Syirik nyata misalnya, apabila orang tersebut beribadah bukan kepada Allah, tetapi kepada kekuatan lain atau melakukan keramat; kuburan, patung, pohon rindang dan lain sebagainya. Sedangkan syirik tersembunyi apabila melakukan sesuatu perbuatan ibadah tapi niatnya dalam hati hanyalah karena ingin pamer (riya). Jadi syirik adalah suatu perbuatan yang benar-benar menyalahi tauhid. Karena itu, Allah Swt menegaskan bahwa dosa yang tidak terampuni olehNya adalah dosa akibat perbuatan syirik, seperti ditegaskan dalam surat An-Nisa, ayat 48 : ﴾٨٤﴿ ‫ا‬‫ا‬‫م‬‫ي‬ِ‫ظ‬َ‫ع‬ ‫ا‬‫ا‬‫م‬ْ‫ث‬ِ‫إ‬ ‫ى‬ َ‫َر‬‫ت‬ْ‫ف‬‫ا‬ ِ‫د‬َ‫ق‬َ‫ف‬ ِ‫اَّلل‬ِ‫ب‬ ْ‫ك‬ ِ‫ر‬ْ‫ش‬ُ‫ي‬ ‫ن‬َ‫م‬ َ‫و‬ ‫َاء‬‫ش‬َ‫ي‬ ‫ن‬َ‫م‬ِ‫ل‬ َ‫ِك‬‫ل‬َ‫ذ‬ َ‫ُون‬‫د‬ ‫ا‬َ‫م‬ ُ‫ر‬ِ‫ف‬ْ‫غ‬َ‫ي‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬ِ‫ب‬ َ‫ك‬َ‫ر‬ْ‫ش‬ُ‫ي‬ ‫ن‬َ‫أ‬ ُ‫ر‬ِ‫ف‬ْ‫غ‬َ‫ي‬ َ‫َّل‬ َ‫اَّلل‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬ Artinya: Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki- Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. Syirik adalah orang yang menyekutukan Allah. Pada dasarnya orang syirik memiliki kepercayaan akan adanya Allah, tetapi dicampurbaurkan dengan
  • 8. keercayaan kepada yang lain, sehingga tidak sepenuhnya mempercayai keesaan dan kemahakuasaan Allah SWT. Kesyirikan bertentangan dengan tauhid, karena tauhid adalah keyakinan dan kemahaesaan Allah ; sedangkan kesyirikan tidak demikian. Orang syirik mempercayai ada kekuatan lain selain Allah, ada zat lain selain zat Allah yang juga dapat menentukan sesuatu. Kesyirikan adalah dosa yang paling besar dan tidak terampunkan. Hal-hal yang dapat dikategorikan kesyirikan bisa berbentuk khurafat, takhyul dan tawasul. Bahkan, mengagungkan seseorang ataupun suatu benda secara berlebihan dapat pula dianggap syirik. 2.1. Membuang Jauh-jauh Kemusyrikan Merupakan Asas Dakwah Para Nabi Pokok utama setiap dakwah para Nabi dan Rasul sepanjang masa ialah menyeru manusia agar menujukan ibadah hanya kepada Allah YME, seraya menjauhkan diri dari menujukannya kepada apa dan siapa pun selainNya. Tauhid dalam ibadah, serta pembebasan diri dari belenggu kemusyrikan dan keberhalaan, merupakan yang terpenting diantara ajaran-ajaran agama-agama samawi, dan yang paling menonjol diantara risalah-risalah para nabi. Sedemikian pentingnya, sehingga seolah-olah para Nabi dan Rasul tidaklah diutus kecuali demi satu sasaran saja, yaitu memperkukuh pondasi tiang-tiang pancang tauhid serta pemberantasan kemusyrikan. Dengan amat jelas Alquran menyebutkan tentang hakikat ini : ُ َّ‫اَّلل‬ ‫ى‬َ‫د‬َ‫ه‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ْ‫ن‬ ِ‫م‬َ‫ف‬ ۖ َ‫ت‬‫و‬ُ‫غ‬‫ا‬َّ‫الط‬ ‫ُوا‬‫ب‬ِ‫ن‬َ‫ت‬ ْ‫ج‬‫ا‬ َ‫و‬ َ َّ‫اَّلل‬ ‫ُوا‬‫د‬ُ‫ب‬ْ‫ع‬‫ا‬ ِ‫ن‬َ‫أ‬ ‫ا‬‫وَّل‬ُ‫س‬ َ‫ر‬ ٍ‫ة‬َّ‫م‬ُ‫أ‬ ِ‫ل‬ُ‫ك‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ‫َا‬‫ن‬ْ‫ث‬َ‫ع‬َ‫ب‬ ْ‫د‬َ‫ق‬َ‫ل‬ َ‫و‬ َ‫ل‬َ‫ع‬ ْ‫ت‬َّ‫ق‬َ‫ح‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ْ‫ن‬ ِ‫م‬ َ‫و‬َ‫ن‬‫ي‬ِ‫ب‬ِ‫َذ‬‫ك‬ُ‫م‬ْ‫ال‬ ُ‫ة‬َ‫ب‬ِ‫ق‬‫ا‬َ‫ع‬ َ‫ن‬‫َا‬‫ك‬ َ‫ْف‬‫ي‬َ‫ك‬ ‫وا‬ ُ‫ر‬ُ‫ظ‬ْ‫ن‬‫ا‬َ‫ف‬ ِ‫ض‬ ْ‫ر‬َ ْ‫اْل‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ‫وا‬ ُ‫ر‬‫ي‬ِ‫س‬َ‫ف‬ ۚ ُ‫ة‬َ‫ل‬ َ‫َل‬َّ‫ض‬‫ال‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬ "Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)." (Q.S 16: 36) . 2.2. Asal Mula Timbulnya Kemusyrikan dan Keberhalaan
  • 9. Amat sulit memberikan uraian tentang akar-akar keberhalaan, asal mula penyimpangan akidah ini, serta pertumbuhannya dikalangan manusia. Apalagi mengingat bahwa persoalan keberhalaan ini bukan hanya terbatas pada satu atau dua daerah. Hal ini tentunya membuat sulitnya mengajukan pendapat yang pasti tentangnya atau tentang pertumbuhannya. Suku-suku Arab yang telah punah, seperti suku 'Ad dan Tsamud, umat Nabi- nabi Hud dan Saleh penghuni daerah Madyan dan Saba', serta umat Nabi-nabi Syuaib dan Sulaiman, mereka itu hidup diantara penyembah matahari atau berhala.1 Kepercayaan-kepercayaan dan cara-cara berfikir ,mereka banyak disebut dalam Alquran al Karim. Bangsa Arab dari keturunan Nabi Ismail, untuk masa-masa tertentu, adalah kaum yang bertauhid dan mengikuti ajaran-ajaran Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, akan tetapi lama kelamaan, akibat pergaulan dengan suku-suku penyembah berhala dalam masyarakat Atab Jahiliyah, secara berangsur-angsur timbul pula kepercayaan-kepercayaan sebagai ganti akidah tauhid.Demikian itulah keadaan bangsa Arab yang hidup di daerah-daerah tersebut. Kesimpulannya, keberhalaan ini mulanya dibuat demi mengabadikan kenangan para pemimpin agama dan tokoh-tokoh besar negara. Namun dengan berlalunya masa dan pergantian generasi-generasi, tujuan ini menyimpang dari asalnya, dan berubahlah berhala itu menjadi sesembahan atau sebagai tuhan-tuhan buatan. 2.3. Penyebab-penyebab Timbulnya Kesyirikan dalam Ibadah Di bawah ini disebutkan tiga di antara penyebab-penyebab timbulnya kemusyrikan dalam ibadah: A. Kepercayaan akan Adanya Lebih dari Satu Pencipta Kaum penyembah berhala dan orang-orang lainnya seperti mereka, yang mempercayai adanya dua atau tiga tuhan (atau lebih), terpaksa oleh kepercayaannya itu untuk memuja (beribadah kepada) lebih dari satu tuhan. Dalam agama Budha, tuhan yang azali dan abadi memanifestasikan dirinya dalam tiga tuhan atau tiga bentuk dengan nama-nama sebagai berikut: 1 Firman Allah "Telah kudapati ia ( yakni ratu Saba' ) dan kaumnya menyembah matahari disamping menyembah Allah" ( Q.S 27:24 )
  • 10. 1. Brahmana, tuhan pencipta. 2. Wisnu, tuhan pemelihara. 3. Shiva, tuhan penghancur. Dalam agama Nasrani dikenal tiga nama: 1. Bapa. 2. Putra. 3. Roh Kudus. Dalam agama Zoroaster, di samping Ahura Mazda, masih ada lagi dua tuhan yaitu: 1. Yazdan. 2. Ahrman2 (Meskipun perlu dicatat bahwa kepercayaan penganut Zoroaster tentang dua tahun yang disebut terakhir diliputi oleh kesamaran). Bagaimana juga, kepercayaan akan adanya lebih dari satu zat Ilahi merupakan salah satu penyebab timbulnya penyembahan terhadap selain Allah serta “syirik dalam ibadah”. Dengan bukti-bukti yang terang dan jelas, Al-Quran al-Karim menolak dengan keras dan menyangkal dasar keprcayaan seperti ini, seperti telah diuraikan sebelum ini ketika membahas tentang tauhid dalam rububiyah dan petakdiran. B. Anggapan tentang Jauhnya al-Khaliq dari Makhluk-Nya Penyebab kedua adanya ibadah kepada selain Allah ialah anggapan tentang jauhnya Allah dari makhluk-Nya, dalam arti bahwa Allah tidak mendengar ucapan mereka, dan tidak sampai kepada-Nya segala doa dan permohonan mereka. Karena itu, mereka memilih berbagai wasilah ( perantara ) yang diperkirakan dapat mewakili dalam menyampaikan doa-doa mereka. Seolah-olah kedudukan-Nya sama seperti kedudukan manusia-manusia pemegang jabatan tinggi, tidak mungkin seseorang dapat menghadap mereka kecuali melalui perantara-perantara. Untuk itu mereka menyembah (beribadah kepada) orang-orang yang dianggap suci, malaikat, jin, dan arwah, agar menyampaikan doa-doa mereka ke hadapan Allah. 2 Berdasarkan penafsiran ini kaum Majusi dianggap penganut Tatsniyah pada suatu sisi, tetapi juga penganut Tatslits pada sisi lainnya
  • 11. Al-Quran al-Karim membatalkan pengertian-pengertian dan pemikiran- pemikiran seperti ini dengan berbagai penjelasan yang menyatakan bahwa allah lebih dekat daripada segala yang dekat, mendengar segala rahasia bisikan dan ucapan mereka dan bahwa pengetahuan-Nya meliputi percakapan mereka, yang terucapkan ataupun yang tersimpan dalam hati. Oleh sebab itu tidak perlu menggunakan jasa tuhan-tuhan buatan itu. Tidak perlu pula menunjukkan ibadah atau pemujaan kepada tuhan-tuhan itu selama yang menjadi tuhan ibadah tersebut ialah menjadikannya sebagai perantara demi menyampaikan permintaan- permintaan mereka sendiri kepada Allah. Sebab , Allah mengetahui semuanya itu, tak sesuatu pun terliput dari-Nya, Hakikat-hakikat ini dijelaskan dalam ayat-ayat di bawah ini: “Dan Kami lebih dekat kepadanya (kepada manusia) daripada urat lehernya.” (QS 50:16) “Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-Nya?”. (QS 39:36) “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.” (QS 40:60) “Katakan, jika kamu menyembunyikan apa yang ada di dalam hatimu, atau kamu melahirkannya, pasti Allah mengetahui.” (QS 3:29) “Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dialah yang keempatnya, dan tiada pembicaraan antara lima orang, Dialah yang keenamnya.” (QS 58:7) Dengan ayat ayat ini dan yang seperti ini, Al-Quran menghilangkan penyebab dan pendorong adanya syirik serta penyembahan berhala. C. Pelimpahan Wewenang pentadbiran kepada Tuhan-Tuhan Kecil. Dalam hati kecilnya, manusia merasakan khudhu’ (ketundukan) tertentu kepada suatu kekuatan tertinggi, seraya menganggap dirinya kecil sekali di hadapan kekuatan seperti itu. Perasaan fitri seperti ini, meskipun tidak terungkap dengan lisan dan anggota tubuh lainnya, selalu bersemayam jauh dalam hati sanubarinya dalam bentuk perasaan khudu’ dan kepasrahan. Di sisi lainnya, ia sudah terbiasa
  • 12. berhubungan dengan benda-benda indrawi, sehingga menjadikannya selalu ingin menuangkan sesgal sesuatu dalam acuan inderawi. Atas dasar ini si musyirik ingin mewujudkan kekuatan-kekuatan gaib dalam bentuk benda-benda yang dapat dilihat. Tambahan lagi, disebabkan kepikirannya, ia membayangkan segala peristiwa di alam raya ini telah diserahkan wewenangnya atau penanganannya kepada suatu kekuatan dahsyat yang juga diciptaka oleh Allah seperti “tuhan lautan”, “tuhan perang” dan “tuhan damai”. Seolah-olah pemerintahan alam semesta sama saja seperti pemerintahan-pemerintahan bumi, masing-masing segi kekuatan yang bebas melakukan apa saja yang dikhendakinya!. Karena itulah, para penghuni pantai-pantai lautan menyembah “tuhan lautan”, agar ia mau melimpahkan kekayaan lautan untuk mereka dan mencegah bahaya-bahaya dan bencana-bencana yang berasal darinya, seperti angin topan dan sebagainya. Sementar itu, para penghuni daratan dan padang-padang luas menyembah “tuhan daratan”, agar ia mau memberikan kepada mereka segala hasil bumi yang bermanfaat, dan mencegah mereka dari segala bencananya, seperti gempa dan lainnya. Akan tetapi, mengingat bahwa mereka tidak mampu menyaksikan tuhan- tuhan yang mereka ciptakan dalam benak mereka, mereka pun memperkirakan baginya bentuk-bentuk khayali, lalu memahat patung-patung sesuai dengan bentuk- bentuk itu, kemudian mereka sembah patung-patung yang mereka buat itu sebagai ganti kekuatan-kekuatan gaib yang digambarkan oleh patung-patung tersebut. Oleh sebab itu, sebagian bangsa Arab Jahilliah menyembah malaikat, sebagian menyembah jin, sementara lainnya menyembah bintang-bintang dan planet-planet. Tujuan penyembahan ialah semata-mata untuk mendatangkan manfaat dan kebaikan dari sesembahan itu, disamping mencengah bahaya dan kejahatannya. Dalam membuat patung-patung itu, mereka mengikuti kehendak hati masing- masing, dan tidak mengharuskan pembuatan bentuk bentuk yang menyerupai makhluk-makhluk yang mereka sembah. Karena itu, untuk tiap-tiap “tuhan buatan” itu, mereka membuat patung yang sama sekali tidak mirip dengan bentuk- bentuknya dalam kehidupan nyata, seperti, misalnya, tuhan perang, tuhan damai dan tuhan asmara. Tujuan satu-satunya dalam segala hal ini hanyalah memvisualkan hal-hal gaib dalam bentuk-bentuk inderawi semata-mata. Mengingat
  • 13. pula bahwa bentuk sebenarnya dari “tuhan-tuhan kecil” ini tidak terjangkau oleh indera, sementara bintang-bintang pun mengalami masa-masa terbit dan tenggelam, dan hal ini mengakibatkan kesulitan dalam penyembahan terhadapnya, sehingga mereka lebih sering mendatangi patung-patung yang dibuat sebagai penggantinya, dan lambat-laun menjadi terbiasa menujukan ibadah (pemujaan) kepadanya. Dengan tajam sekali Al-Quran menyangkal tentang adanya penyerahan atau pengalihan urusan pentadbiran alam raya kepada apa yang disebut sebagai “tuhan- tuhan kecil” yang terdiri atas makhluk-makhluk Allah juga. Pada pentadbir ( pengelola) satu-satunya bagi urusan-urusan alam raya, misalnya dalam ayat: “Kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy untuk mengetahui segala urusan.” (QS 10:3)3 Dalam banyak ayatnya, Al-Quran menyatakan bahwa urusan mencipta, menghidupkan, ,mematikan, menjalankan planet dan bintang, mengatur peredaran matahari dan bulan, serta pembagian rizki, semuanya itu adalah perbuatan- perbuatan yang terkhususkan bagi Allah SWT.4 Al-Quran menolak dengan keras dan tegas setiap pengertian yang mengandung penyekutuan apa pun dengan kekuasaan Allah. Demikian pula setiap pegertian yang menyatakan adanya pengalihan urutan pentadbiran alam kepada makhluk-makhluknya. Demikian banyak ayat Al-Quran yang berkenaan dengan hal ini, sehingga terlalu sulit untuk mengutip walau seper sepuluhnya saja. Akan tetapi, untuk sekedar diketahui, di bawah ini akan disebutkan beberapa darinya : “Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat dan diciptakan-Nya pula matahari, bulan dan bintang-bintang; masing-masing tunduk kepada perintah- Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allah. Mahasuci Allah, Tuhan semesta alam.” (QS 7:54) 3 Telaah kembali Alquran Surah 13:2 dan Surah 32:5 4 Pengkhususan hal-hal ini ditangan Allah SWT tidak menyangkal kenyataan adanya sebab-sebab (lantaran-lantaran) sebagai perantara yang pada hakikatnya juga bekerja dengan perintah Allah dan seizinNya. Maka kemampuan yang dimilikinya adalah sejauh kekuasaan Ilahi yang diberikan kepadanya. Jelas bahwa kemampuan yang dimiliki oleh sebab-sebab itu tidak berjanji diserahkannya pentadbiran secara bulat-bulat kepadanya. Lihat pula buku pengarang sebagaimana tersebut dalam catatan kaki nomor 1, bab 8 tentang dalam Rububiyah dan Pentadbiran.
  • 14. ”Katakanlah, siapa yang memberi riski kepadamu dari langit dan bumi atau siapakah yang kuasa menciptakan pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusan? Maka mereka akan menjawab: “Allah”. Katakanlah, mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya? Dia itulah Allah. Tuhan kamu yang sebenarnya. Maka tidak ada sesudah kebenaran melainkan keesesatan. Bagaimanakah kamu dipalingkan dari kebenaran?” (QS 10:31 dan 32) Sampai di sini telah kami jelaskan tiga penyebab penyekutuan allah dalam hal ibadah. Tentunya kami tidak akan memastikan bahwa tidak ada lagi penyebab- penyebab yang dikecam oleh Al-Quran al-Karim merupakan dasar tumbuhnya kemusyrikan serta penyebarannya di seluruh dunia. Seorang Muslim- yang percaya kepada Tuhan seru sekalian alam, Tuhan yang Mahaesa, Tuhan yang ada di setiap tempat, yang dekat kepada hamba-hamba-Nya, yang di tangan-Nya tergenggam urusan penciptaan, yang mentadbirkan sendiri seluruh alam dan yang tidak mengalihkan atau menyerahkannya kepada siapa pun- tidak akan mengambil wa’bud (sembahan) selain Allah. Bahkan tidak cukup dengan menujukan ibadah kepada-Nya saja, tapi lebih dari itu, ia wajib memerangi kepercayaan kemusyrikan siapa saja keluar dari lingkaran tauhid, walaupun hanya sekejap. Mengenai ketiga penyebab ini, ingin kami ingatkan bahwa boleh jadi seseoran percaya dan menyakini bahwa urusan alam raya ini semuanya berada di tangan Allah, dan bahwa Ia tidak menyerahkan pengelolaannya kepada siapa pun selain-Nya. Namun ia percaya pula bahwa urusan-urusan spritual yang berkaitan dengan amal perbuatan manusia, seperti syafaat dan maghfirah (pengampunan), yang termasuk hal-hal terkhususkan bagi Allah SWT, mungkin saja dialihkan sepenuhnya oleh-Nya kepada pribadi-pribadi tertentu. Dan hal ini merupakan salah satu penyebab timbulnya ibadah kepada selain Allah. Dalam pada itu, Al-Quran al- Karim dengan tegar menjadikan syafaat sebagai hak Allah semaata-mata, sehingga tak seorang pun berhak bersyafaat tanpa izin-Nya. Hal ini sesuai dengan firman- Nya: “Katakanlah, hanya kepunyaan Allah syafaat itu semuanya.” (QS 39:44)
  • 15. Selain itu Al-Quran juga menjadikan urusan pengampunan dosa-dosa manusia sebagai hak Allah yang terkhususkan bagi-Nya tak seorang pun bersekutu dengan-Nya dalam hal ini. Siapa saja yang mengatakan bahwa pengampunan dosa berada di tangan selain Allah SWT, maka orang it telah berbuat syirik. Firman Allah SWT: “Maka mereka memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka! Dan siapa lagi yang dapat menganpuni dosa selain daripada Allah?” .(QS 3:105) Pada masa menjelang kerasulan Nabi Muhammad s.a.w., sekelompok orang menyembah berhala dengan anggapan bahwa berhal-hala itu memiliki pengaruh di sisi Allah, dan bahwa mereka diserahi urusan syafaat dan pengampunan. Karena itu, dalam pembahasan-pembahasan mendatang, akan dibicarakan tentang syirik jenis ini, yang merupakan paling lemah di antara jenis-jenis syirik lainnya. Jika jenis-jenis tersebut telah diketahui, dan terungkap pula betapa Al-Quran mengecamnya dengan keras, sepatutnya kita kini menujukan perhatian kepada beberapa perkara yang seringkali disebut-sebut oleh para penulis dari kalangan wahabi dalam buku mereka. 2.4. Dapatkah Perintah Allah Mengubah Suatu Bentuk Syirik Menjadi Bukan Syirik ? Seperti halnya perbuatan menerima orang yang berkunjung dan menjamu para tamu, kedua duanya mengandung pengertian penghormatan bagi si pengunjung. Seandainya dikeluarkan larangan menjamu seorang pengunjung atau tamu tertentu, hal ini tidak mengubah esensi penghormatan dan pemuliaan yang terkandung dalam perbuatan menjamu orang yang bertamu. Watak asli perbuatan menjamu tersebut secara umum tidak akan berubah menjadi penghinaan disebabkan adanya larangan khusus tadi. Berdasarkan hal itu, jika perbuatan tertentu seperti sujud, mengusap atau mencium hajar aswad dan sebaginya dianggap mengandung esensi ibadah, sudah tentu adanya perintah Allah tidak dapat mengubah esensi tersebut. Jadi, beberapa perbuatan yang disebutkan diatas tetap merupakan ibadah yang ditujukan kepada Adam, Yusuf ataupun hajar aswad. Dengan demikian, ucapan orang yang mengatakan bahwa perbuatan-perbuatan tersebut memang berpengertian ibadah pada esensi wataknya, namun dengan adanya perintah ilahi,
  • 16. ini menjadi keluar dari syirik, maka konsekuensi dari ucapan tersebutlah bahwa perbuatan-perbuatan diatas termasuk "syirik yang dibolehkan Allah". Tentunya ucapan seperti ini tidak bisa diterima oleh siapa pun. Ringkasnya, persoalan ini tidak bisa keluar dari dua kesimpulan, yaitu apakah kita menganggap watak dan sifat asli perbuatan tersebut tidak bersangkut paut sama sekali dengan pengertian syirik, ataukah kita mengatakan bahwa hal itu semua termasuk suatu bentuk syirik dalam ibadah, tetapi telah diizinkan dan dibolehkan oleh Allah SWT. Tentunya, kesimpulan kedua sangat jelas dan gamblang penyimpangannya dari kebenaran, sehingga tak mungkin dapat diterima atau dijadikan pegangan oleh siapa pun. Pada bagian lain tulisan ini akan dijumpai keterangan tentang adanya beberapa perbuatan yang menurut pertimbangan tertentu, dianggap ta'zhim ataupun tawadhu', sedangkan menurut pertimbangan lainnya, dianggap syirik. Karena itu, sekiranya para malaikat misalnya, bersujud kepada Adam dengan kepercayaan bahwa Adam adalah tuhan, sudah tentu perbuatan mereka itu adalah syirik walaupun seandainya hal itu diperintahkan oleh Allah. Sebaliknya jika mereka melakukan sujud bukan karna i'tiqad tersebut, maka perbuatan mereka itu bukanlah syirik, walaupun Allah tidak memerintahkannya. Syekh Abdul Aziz, imam Masjid Nabawi di Madinah berusaha melakukan pembenaran untuk menunjukkan keabsahan perbuatan-perbuatan penghormatan seperti tersebut diatas dengan dalih adanya perintah Ilahi berkenaan dengan hal itu. Ia juga merujuk kepada ucapan Umar bin Khatab berkenaan dengan hajar aswad. "Aku mengetahui bahwa engkau adalah batu yang tidak dapat memberi manfaat ataupun mudharat. Seandainya tidak kusaksikan Nabi s.a.w. menciummu, aku pun takkan menciummu."5 Jawaban kami kepada Syekh itu ialah, "Kalau begitu, yang dapat disimpulkan dari ucapan Anda ialah bahwa perbuatan-perbuatan seperti ini termasuk syirik, tetapi telah dibenarkan dan dihalalkan oleh Allah SWT ?" kami ingin mengingatkan Syekh tersebut kepada ayat yang mulia : "Katakanlah, sesungguhya Allah tidak akan menyuruh ( mengerjakan ) perbuatan yang keji. Mengapa kamu mengada-adakan terahadap Allah sesuatu yang tidak kamu ketahui?" ( Q.S 7:28 ). 5 Shahihul Bukhari, jilid 3, hal.149 ( Bab Haji )
  • 17. Seandainya hakikat sujud kepada Adam As dan mencium hajar aswad dianggap ibadah kepada Adam dan batu dan dengan demikian termasuk syirik, sudah barang tentu Allah SWT sekali kali tidak akan memerintahkannya. 3. Murtad Murtad adalah istilah yang diberikan untuk menyebut orang yang keluar dari Islam. Pada mulanya orang ini beriman kepada Allah dan merupakan muslim, tetapi kemudian ia meninggalkan keimanannya untuk selanjutnya beriman kepada selain Allah atau tidak beriman sama sekali (atheist). Bedanya dengan kafir, kalau orang kafir memang sejak mulanya tidak beriman kepada Allah, sedangkan murtad, sebelumnya beriman kepada Allah tetapi kemudian keluar dari iman itu. (Ensiklopedia Islam Indonesia 192 : 690). Apabila seorang muslim menjadi murtad,segala amal ibadah dan kebaikannya di dunia tidak diperhitungkan lagi di akhirat, semuanya gugur akibat kemurtadannya itu, seperti dijelaskan dalam Alquran surah Al-Baqarah ayat 217 yang berbunyi: ِ‫ب‬ ٌ‫ر‬ْ‫ف‬ُ‫ك‬ َ‫و‬ ِ َّ‫اَّلل‬ ِ‫ل‬‫ي‬ِ‫ب‬َ‫س‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ٌّ‫د‬َ‫ص‬ َ‫و‬ ۖ ٌ‫ير‬ِ‫ب‬َ‫ك‬ ِ‫ه‬‫ي‬ِ‫ف‬ ٌ‫ل‬‫َا‬‫ت‬ِ‫ق‬ ْ‫ل‬ُ‫ق‬ ۖ ِ‫ه‬‫ي‬ِ‫ف‬ ٍ‫ل‬‫َا‬‫ت‬ِ‫ق‬ ِ‫ام‬ َ‫ر‬َ‫ح‬ْ‫ال‬ ِ‫ر‬ْ‫ه‬َّ‫ش‬‫ال‬ ِ‫ن‬َ‫ع‬ َ‫َك‬‫ن‬‫و‬ُ‫ل‬َ‫أ‬ْ‫س‬َ‫ي‬َ‫ر‬َ‫ح‬ْ‫ال‬ ِ‫د‬ ِ‫ْج‬‫س‬َ‫م‬ْ‫ال‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬ُُ ‫ا‬ َ‫ر‬ْ‫خ‬ِ‫إ‬ َ‫و‬ ِ‫ام‬ َ‫ز‬َ‫ي‬ َ‫َّل‬ َ‫و‬ ۗ ِ‫ل‬ْ‫ت‬َ‫ق‬ْ‫ال‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ ُ‫ر‬َ‫ب‬ْ‫ك‬َ‫أ‬ ُ‫ة‬َ‫ن‬ْ‫ت‬ِ‫ف‬ْ‫ال‬ َ‫و‬ ۚ ِ َّ‫اَّلل‬ َ‫د‬ْ‫ن‬ِ‫ع‬ ُ‫ر‬َ‫ب‬ْ‫ك‬َ‫أ‬ ُ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ ِ‫ه‬ِ‫ل‬ْ‫ه‬َ‫أ‬ْ‫ن‬َ‫م‬ َ‫و‬ ۚ ‫ُوا‬‫ع‬‫ا‬َ‫ط‬َ‫ت‬ْ‫س‬‫ا‬ ِ‫ن‬ِ‫إ‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ِ‫ن‬‫ِي‬‫د‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬‫ُّو‬‫د‬ُ‫ر‬َ‫ي‬ َٰ‫ى‬َّ‫ت‬َ‫ح‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ن‬‫و‬ُ‫ل‬ِ‫ت‬‫ا‬َ‫ق‬ُ‫ي‬ َ‫ون‬ُ‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬ ۖ ِ‫ة‬َ‫ر‬ ِ‫خ‬ ْ‫اْل‬ َ‫و‬ ‫ا‬َ‫ي‬ْ‫ن‬ُّ‫د‬‫ال‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ُ‫ل‬‫ا‬َ‫م‬ْ‫ع‬َ‫أ‬ ْ‫ت‬َ‫ط‬ِ‫ب‬َ‫ح‬ َ‫ِك‬‫ئ‬ََٰ‫ل‬‫و‬ُ‫أ‬َ‫ف‬ ٌ‫ر‬ِ‫ف‬‫َا‬‫ك‬ َ‫ُو‬‫ه‬ َ‫و‬ ْ‫ت‬ُ‫م‬َ‫ي‬َ‫ف‬ ِ‫ه‬ِ‫ن‬‫ِي‬‫د‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ ْ‫د‬ِ‫د‬َ‫ت‬ ْ‫ر‬َ‫ي‬ِ‫ف‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ ۖ ِ‫ار‬َّ‫ن‬‫ال‬ ُ‫اب‬َ‫ح‬ْ‫ص‬َ‫أ‬ َ‫ِك‬‫ئ‬ََٰ‫ل‬‫و‬ُ‫أ‬‫ا‬َ‫ه‬‫ي‬ َ‫ُون‬‫د‬ِ‫ل‬‫َا‬‫خ‬﴿٥١٢﴾ Artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: “Berperang dalam bulan (haram) adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidilharam dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah. Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh. Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. Murtad adalah term yang digunakan untuk menyebutoranyang keluar dari Islam. Pada mulanya orang seperti ini beriman kepada Allah dan ia seorang muslim,
  • 18. kemudian ia meninggalkan keimanannya untuk selanjutna beriman kepada yang lain atau tidak beriman sama sekali(atheis) . bedanya dengan kafir, kalaukafir memang sejak awal tidak beriman kepada Allah ; sedangkan murtad, sebelumnya beriman, kemudian keluar dari iman itu. Apabila seorang muslim menjadi murtad, segala amal baik yang dilakukannya di dunia tidak diperhitungan lagi di hari akhirat. Semuanya gugur akibat kemurtadan itu. 4. Munafik Munafik adalah orang yang lahiriahnya menempatkan sesuatu (ucapan, perbuatan atau sikap) yang sesungguhnya bertentangan dengan apa yang tersembunyi di dalam hatinya. Ada juga yang mendefinisikan munafik yaitu orang yang melahirkan keimanan dengan mulutnya, tetapi ingkar (kafir) dalam hatinya. Atau orang yang lahiriahnya menyatakan dirinya muslim sedangkan hatinya tidak sesuai lahiriyahnya. Jelasnya munafik adalah orang yang tidak menjadikan pikiran, hati, ucapan dan perbuatan sebagai suatu kesatuan dalam mengesahkan Allah. Karena itu, dalam kehidupan sehari-hari orang munafik tersebut mungkin akan mengaku beriman kepada Allah, bahkan dalam hal-hal tertentu, nampak seperti berbuat atau bertindak seolah-olah beribadah kepada Allah, tetapi hatinya sesungguhnya bahwa perbuatan itu dilakukan bukan untuk mengesakan Allah, bukan untuk menghambakan (mengabdi) kepada Allah tetapi hanya untuk kepentingan dirinya sendiri seperti ingin pamer kekayaan atau supaya dipuji halayak ramai atau untuk ingin menjadi orang terkenal. Orang munafik ini, baik dari segi moral apalagi dari sudut pandang agama Islam sangatlahhina, baik dunia maupun di akhirat. Firman Allah dalam surat An-Nisa ayat 145 yang berbunyi: ﴾١٨٢﴿‫ا‬ ‫ا‬‫ير‬ ِ‫َص‬‫ن‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ل‬ َ‫د‬ ِ‫َج‬‫ت‬ ْ‫ن‬َ‫ل‬ َ‫و‬ ِ‫ار‬َّ‫ن‬‫ال‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ ِ‫ل‬َ‫ف‬ْ‫س‬َ ْ‫اْل‬ ِ‫ك‬ ْ‫َّر‬‫د‬‫ال‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ َ‫ِين‬‫ق‬ِ‫ف‬‫َا‬‫ن‬ُ‫م‬ْ‫ال‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬ Artinya: Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka.
  • 19. Munafik adalah sebutan bagiorang yang lahiriah beragama Islam, tetapi jiwa atau batinnya tidak beriman. Secara lahir ia mengaku beriman kepada Allah, mengaku beragama Islam, bahkan dalam hal tertentu, Nampak seperti berbuat dan bertindakuntuk kepentingan Islam, tetapi hatinya tidak beriman. Munafik tidak sama dengan murtad. Kalau murtad, sebelumnya beriman, kemudian keluardari iman itu secara jelas. Sedangkan munafik ini tidak. Mengaku beriman, sebenarnya tidak beriman. Namun, ketidakberimannya sulit diketahui sebab tersimpan di dalam hati. Untuk mengetahui seseorang munafik atau tidak dapat dilihat dari sikap dan perbuatannya yang merugikan atau bertentangan dengan Islam. Orang munafik, baik dari segi moral apalagi dipandang dari sudut agama, sangat hina. B. Penyimpangan - penyimpangan dalam Aliran Teologi Islam Dalam sebuah pepatah Arab dikatakan, ‫فيه‬ ‫الخيريقع‬ ‫من‬ ‫الشر‬ ‫يعرف‬ ‫ال‬ ‫ومن‬ *** ‫لتوقيه‬ ‫لكن‬ ‫للشر‬ ‫ال‬ ‫الشر‬ ‫عرفت‬ Aku mengenal keburukan bukan untuk berbuat keburukan, tetapi untuk menjauhinya***Barangsiapa tidak mengenal keburukan dari kebaikan, maka ia akan terjerumus ke dalamnya”. Pepatah diatas benar adanya. Berapa banyak orang terjerumus pada keburukan atau penyimpangan karena ketidaktahuan. Banyak sekali kelompok menyimpang yang mengatas namakan Islam. Diantaranya Syi’ah, Khawarij, Qadariyah, Jabariyah, Murji’ah, Mu’tazilah, Asy,ariah, dan lainnya. Masing-masing memiliki penyimpangan yang berbahaya bagi kaum muslimin baik berupa keyakinan, ucapan maupun perbuatan. Sering kali penyimpangan mereka begitu samar sehingga sebagian kaum muslimin terkecoh sehingga terjerumus padanya. Hendaknya setiap muslim bersemangat mempelajari agamanya secara benar sesuai dengan apa yang diajarkan Rasulullah dan diamalkan para sahabat sehingga mampu membedakan mana yang benar mana yang salah. Selain itu hendaknya berusaha mengenali tiap-tiap kelompok menyimpang agar tidak terjatuh pada peyimpangan-peyimpangan mereka. Berikut kami berusaha
  • 20. ringkaskan sedikit penjelasan tiap kelompok menyimpang tersebut. Semoga kita dan kaum muslimin dapat berhati-hati darinya. 1. Syi’ah Syi’ah adalah kelompok menyimpang yang cukup awal muncul dari tubuh kaum muslimin. Awalnya penyimpangan ini hanya sekedar melebihkan Ali dan ahli bait Rasulullah. Lalu penyimpangan mereka semakin parah sampai pengkultusan sebagian ahli bait. Demikianlah setiap penyimpangan dan bid’ah pada umat ini, awalnya kecil bahkan menyerupai kebenaran, kemudian membesar dan bahkan dapat mengeluarkan pelakunya dari Islam. Diatara pokok penyimpangan Syi’ah: 1) Syiah meyakini bahwa kitab suci al Qur’an yang ada sekarang tidak otentik lagi alias telah mengalami penambahan dan pengurangan. 2) Orang syiah mengkafirkan para sahabat Rasulullah kecuali segelintir orang saja seperti Abu Dzar, Salman Al Farisi, dan lainnya. Termasuk yang dikafirkan oleh mereka adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khatab, Ustman bin Affan, dan Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu anhum ajma’in. 3) Orang Syiah (khususnya Rafidhah) meyakini bahwa imamah/ kepemimpinan kaum muslimin hanya ada para imam mereka yang berjumlah 12. Meyakini imamah adalah salah satu rukun islam bagi mereka. Mereka memiliki banyak keyakinan yang ghuluw (berlebihan) tentang imam-imam mereka seperti keyakinan bahwa imam-imam mereka maksum dan mengetahui hal yang ghaib. 4) Orang syiah menghalalkan bahkan menganjurkan nikah mut’ah (kontrak), yaitu nikah dalam durasi tertentu misal sehari atau sepekan. Padahal jelas bahwa nikah mut’ah dilarang dalam Islam karena pada hakikatnya nikah mut’ah adalah zina yang terselubung. Penyimpangan yang telah dijelaskan para ulama tersebut bukan sekedar tuduhan semata tetapi benar-benar disebutkan dalam kitab-kitab rujukan mereka seperti kitab Al Kafi, Al Istibshar, Biharul Anwar, dan lainnya. Masih banyak sekali
  • 21. peyimpangan yang dimiliki kaum Syiah. Tetapi mereka selalu berupaya membungkus kesesatan dan peyimpangan mereka dengan sesuatu yang indah agar orang-orang awam tertarik. Seperti klaim mereka bahwa mereka mencintai dan membela ahlu bait. Mereka juga gemar melakukan dusta dan taqiyah (pura-pura) untuk menutupi penyimpangan mereka. Imam Syafi’I rahimahullah mengatakan, “Saya tidak pernah melihat seorang pun penganut hawa nafsu yang lebih dusta dalam pengakuan dan lebih banyak bersaksi palsu melebihi Kaum Rafidhah.” Sekarang ini Syi’ah menjadi aliran yang sangat berbahaya karena selain sebagai gerakan ideologis juga sebagai gerakan politik. Banyak sekali aliran atau firqah dalam syi’ah, sebagiannya lebih parah dari yang lain. 2. Khawarij Bersama dengan Syi’ah, Khawarij adalah kelompok menyimpang yang pertama kali muncul dalam tubuh umat Islam (sekitar tahun 37-40H). Bahkan benih-benih mereka telah muncul sejak zaman Nabi. Di dalam tubuh khawarij terdapat banyak sekali firqah atau kelompok sempalan. Tetapi inti aqidah atau pemikiran mereka hampir sama, diantaranya: 1) Mengkafirkan pelaku kabair (dosa besar) 2) Pengkafiran kaum muslimin secara umum dan negara kaum muslimin. 3) Mereka adalah orang-orang yang menarik tangan (keluar baiat) dari pemimpin kaum muslimin dan melakukan pemberontakan baik dalam hati, dengan lisan atau bahkan dengan mengangkat senjata. Mulai nampak munculnya Khawarij adalah saat terjadi perang Shifiin yang terjadi antara khalifah Ali dan ahli Syam. Saat itu, Ahli Syam menawarkan kepada Ali untuk melakukan tahkim (perundingan) yang diwakili dua orang laki-laki (satu dari Iraq dan satu dari Syam) khalifah Ali pun menyetujuinya. Orang-orang khawarij (yang mana awalnya berada di dalam barisan pasukan Ali) pun mengingkari urusan tahkim lewat perwakilan ini. Mereka mengatakan bahwa itu berarti berhukum dengan selain hukum Allah sambil mengulang-ulang firman Allah “Sesunggunya hukum hanya milik Allah” (QS Yusuf: 40).
  • 22. Singkat cerita lalu orang-orang Khawarij pun membangkang dan keluar dari barisan pasukan Ali. Mereka lalu membunuh Abdullah bin Khabab dan membelah dada budak wanitanya dalam kondisi hamil lalu membunuhnya. Ali pun memerintahkan mereka untuk bertaubat dan menyerahkan diri. Orang-orang Khawarij pun enggan bertaubat dan menyerahkan diri. Ali pun mengirim pasukan untuk menumpas mereka. Terjadilah perang Nahrawan yang terkenal, dimana dalam waktu yang singkat orang-orang khawarij dapat ditumpas sehingga tidak tersisa kecuali segelintir. Namun demikian,pemikiran Khawarij yang rusak tersebut semakin menyebar. Mereka senantiasa muncul disetiap zaman dengan berbagai ‘warna’. Tetapi inti aqidah dan pemikiran mereka sama yaitu pengkafiran kaum muslimin dan pemberontakan kepada penguasa kaum muslimin. 3. Qodariyah Digelari Qadariyah demikian karena mereka menafikan taqdir Allah dan menyandarkan perbuatan hamba pada kehendak dan kemampuan mereka sendiri. Ini berarti menetapkan pencipta (‫خالق‬ ) atas perbuatan hamba selain Allah. Padahal yang benar adalah bahwa Allah adalah pencipta segala sesuatu, Dia yang menciptakan makhuq dan Dia juga menciptakan perbuatan makhluqNya. Sebelumnya perlu diketahui bahwa diantara pokok aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah adalah beriman kepada taqdir, baik yang baik maupun yang buruk. Rasulullah bersabda dalam hadits Jibril yang masyhur, “Dan beriman kepada tadir, yang baik maupun yang buruk” [HR Muslim]. Taqdir Allah ada beberapa tingkatan yang mana kita wajib mengimaninya: 1. Al Ilmu, yaitu bahwa Allah mengetahui segala sesuatu. 2. Al Kitabah, yaitu bahwa Allah telah menulis taqdir dari segala sesuatu. 3. Al Masyi’ah, yaitu bahwa segala sesuatu adalah terjadi karena kehendak Allah 4. Al Khalq, yaitu bahwa Allahlah yang menciptakan segala sesuatu. Kelompok Qodariyah mulai muncul tahun 62H-an, diantara pencetus dan generasi awal mereka adalah Ma’bad Aj Juhani (mati tahun 80H) dan Ghailan Ad Dimasyqy (mati tahun 105H). Ringkasnya mereka mengatakan bahwa Allah tidak mentaqdirkan perbuatan hamba, tidak pula menulisnya (dalam lauhul mahfudz),
  • 23. dan bahwasanya segala sesuatu itu musta’nafah, yaitu tidak diketahui oleh Allah dan tidak ditaqdirkan oleh Allah sebelumnya. Maka bangkitlah para ulama’ dan sahabat yang masih hidup mengingkari pemikiran dan ucapan mereka. Ibnu Taimiyah mengatakan “Di akhir zaman sahabat muncul bid’ah Qadariyah dan Murji’ah. Maka para sahabat dan tabi’in pun mengingkari mereka seperti Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, Jabir bin Abdillah dan Watsilah bin Asqa’” [Minhajus Sunnah 1/309]. Setelah diingkari oleh para sahabat dan tabi’in kebanyaknya Qadariyah mau mengakui ilmu dan kitabah Allah, tetapi mereka tetap mengingkari bahwa Allah menciptakan perbuatan hamba atau sebagian perbuatannya. Mereka mengatakan bahwa Allah tidak menciptakan kejelekan. Ini adalah pemikiran qadariyah generasi kedua, diantara pelopor pemikiran ini adalah kelompok Mu’tazilah. 4. Jabariah Ada seorang bernama Jaham bin Safwan, berasal dari Khurasan. Mulanya ia menjadi juru tulis dari seorang pemimpin bernama Harits bin Sureih yang memberontak terhadap kerajaan Bani Umayyahdi Khurasan. Kemudian nama Jaham bin Safwan memjadi terkenal karena ia adalah seorang yang sangat sungguh dan rajin bertabligh, menyuru manusia kepada jalan Allah dan berbakti kepadan- Nya. Tetapi ada satu fatwanya yang keliru, yang bertentangan dengan ulama-ulama islam yang lain, yaitu fatwa yang mengatakan bahwa manusia tidak mempunyai daya dan tidak mempunyai upaya, tidak ada ikhtiyar dan tiada ada kasab. Sekalian perbuatan manusia itu hanya majbur atau terpaksa diluar kemauannya, sebagai keadaan bulu ayam yang diterbangkan angin diudara atau sebagai sepotong kayu ditengah lautan yang dihempaskan ombak kesana kemari. Mazhab-Nya ini dinamai Mazhab Jabariah, yakni mazhab orang-orang yang berpaham tidak ada ikhtiyar bagi manusia. I’tiqad-Nya pada mulanya hampir sama dengan i’tiqad kaum Ahlussunnah Waljama’h, yakni berpendapat bahwa yang terjadi dalam alam ini pada hakikatnya semuanya dijadikan Tuhan, tetapi kaum Jabariah yang dikepalai oleh Jaham bin Safwan ini sangat radikal, sangat keterlaluan, sehingga sampai kepada itikad bahwa kalau kita meninggalkan
  • 24. sembahyang atau berbuat kejahatan maka semuanya tidak apa-apa, karena hal itu dijadikan oleh Tuhan. Fatwa ini bisa ditariknya jauh-jauh, umpanya dikatakan bahwa manusia tidak apa-apa kalau mencuri, kalauberzina, kalau membunuh orang karena yang menjadikannya semuanya itu adalah Allah, kata mereka. Mazhab ini dinamakan mazhab Jabariyah, karena mereka beri’itiqad bahwa sekalian gerak manusia dipaksa adanya oleh Tuhan. 5. Murji’ah Salafus salih bersepakat bahwa keimanan itu mencakup pembenaran dalam hati (keyakinan), ucapan dengan lisan dan amal dengan anggota badan. Adapun kaum Murji’ah mengatakan bahwa amal tidak termasuk dalam keimanan. Sebagian kelompok Murji’ah mengatakan, “Kemaksiatan tidak berbahaya (atau tidak mengurangi) keimanan seseorang, sebagaimana ketaatan tidak bermafaat atas kekafiran.” Padahal yang benar adalah bahwa iman itu naik dan turun, naik karena ketaatan dan turun karena kemaksiatan. Menurut Murji'ah ekstrim, iman yang merupakan terpenting dalam beragama. Tetapi bagi mereka ini, yang dimaksud dengan iman ialah mengetahui Tuhan dan kufur ialah tidak tahu pada Tuhan. Iman dan kufur ini tempatnya dalam hati, bukan dalam bagian lain tubuh manusia. Bertolak dari pengertian dan kedudukan iman di atas, Murji'ah ekstrim ini berpendapat bahwa, orang Islam yang percaya kepada Tuhan menyatakan kekufurannya dengan lisan, tidaklah menjadi kafir. Bahkan sungguhpun iya menyembah berhala, menjalankan ajaran agama Yahudi atau agama Kristen dengan menyembah salib, menyatakan percaya kepada Trinitas, dan kemudian mati, dia bukanlah kafir, melainkan tetap mukmin yang sempurna imannya. Dengan demikian, perbuatan jahat banyak atau sedikit, tidak merusak iman seseorang, dan sebaliknya pula, perbuatan baik tidak akan mengubah kedudukan orang musyirik atau politeist dan athetist menjadi mukmin. 6. Mu’tazilah
  • 25. Mu’tazilah adalah kelompok aqlaniyah (ahli akal), kalamiyah dan filsafat. Mereka banyak mencampur adukkan syariat dengan filsafat dan akal. Diantara pokok pemikiran mereka adalah apa yang disebut dengan ushul khomsah (pokok yang lima): 1) Manzilah baina manzilataini (kedudukan diantara dua kedudukan): Yaitu bahwa seorang fasiq (yang berbuat dosa besar) tidaklah mukmin dan tidak pula kafir, tetapi diantara keduanya. 2) Tauhid (versi mereka): yaitu menafikan sifat Allah. 3) Adl (adil): maksud mereka menafikan qodar. 4) Al Wa’ad wal Wa’id: yaitu bahwa seorang yang berbuat dosa besar dan tidak bertaubat maka akan kekal di neraka. 5) Amr bil Ma’ruf wan Nahyi anil Munkar: maksud mereka adalah khuruj (keluar) dari pemerintah dan melazimkan manusia dengan pemikiran dan aqidah mereka. Digelari Mu’tazilah karena pemimpin mereka, yaitu Washil bin Atho’ (meninggal 131H) memisahkan diri (I’tazala) dari majelis Hasan al Bashri rahimahullah (meninggal 110H). Sebagian mengatakan digelari Mu’tazilah karena mereka memisahkan diri dari jama’ah kaum muslimin dan para imam mereka serta menyelisihi mereka. Kelompok ini cepat sekali menyebar keseluruh penjuru daerah kaum muslimin saat itu karena mereka ahli debat dan banyak mengirim utusan-utusan ke penjuru negeri. 7. Asy’ariyah Asy’ariyah adalah satu kelompok ahlul kalam, yakni mereka yang berbicara tentang Allah dan agama-Nya tidak berlandaskan al-Qur’an dan as-Sunnah, mereka mengutamakan ra’yu (akal) mereka dalam membahas perkara agama. Oleh karena itu, kita akan mendapatkan penyimpangan mereka dalam ber-istidlal (pengambilan dalil). Di antara prinsip mereka yang menyimpang dalam berdalil:
  • 26. 1) Dalil-dalil sam’i adalah dalil-dalil dari al-Qur’an dan as-Sunnah mutawatir, bukan hadits-hadits ahad, karena hadits ahad bukanlah hujah dalam masalah akidah. Ar-Razi berkata dalam Asasut Tadqis, “Adapun berpegang dengan hadits ahad dalam mengenal Allah tidaklah diperbolehkan.” 2) Mendahulukan akal daripada dalil. Hal ini telah disebutkan oleh al-Juwaini, ar- Razi, al-Ghazali, dan lainnya. Sebagai contoh: Ar-Razi menjelaskan dalam Asasut Taqdis, “Jika nash bertentangan dengan akal maka harus mendahulukan akal.” 3) Nash-nash al-Qur’an dan as-Sunnah dhaniyatud dalalah (kandungannya hanya bersifat kira-kira), tidak menetapkan keyakinan dan kepastian. 4) Menakwil nash-nash al-Qur’an dan as-Sunnah tentang nama-nama dan sifat Allah. 5) Sering menukil ucapan falasifah (orang-orang filsafat), ini kental sekali dalam kitab-kitab mereka sepeti Ihya Ulumudin.
  • 27. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa : 1. Penyimpangan dalam teologi Islam : 1. Kafir 2. Syirik 3. Murtad 4. Munafik 2. Dalam aliran teologi Islam, terdapat beberapa penyimpangan, antara lain : 1. Syi'ah 1) Syiah meyakini bahwa kitab suci al Qur’an yang ada sekarang tidak otentik lagi alias telah mengalami penambahan dan pengurangan. 2) Orang syiah mengkafirkan para sahabat Rasulullah kecuali segelintir orang saja seperti Abu Dzar, Salman Al Farisi, dan lainnya. Termasuk yang dikafirkan oleh mereka adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khatab, Ustman bin Affan, dan Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu anhum ajma’in. 3) Orang Syiah (khususnya Rafidhah) meyakini bahwa imamah/ kepemimpinan kaum muslimin hanya ada para imam mereka yang berjumlah 12. Meyakini imamah adalah salah satu rukun islam bagi mereka. Mereka memiliki banyak keyakinan yang ghuluw (berlebihan) tentang imam-imam mereka seperti keyakinan bahwa imam-imam mereka maksum dan mengetahui hal yang ghaib. 4) Orang syiah menghalalkan bahkan menganjurkan nikah mut’ah (kontrak), yaitu nikah dalam durasi tertentu misal sehari atau sepekan. Padahal jelas bahwa nikah mut’ah dilarang dalam Islam karena pada hakikatnya nikah mut’ah adalah zina yang terselubung.
  • 28. 2. Khawarij 1) Mengkafirkan pelaku kabair (dosa besar) 2) Pengkafiran kaum muslimin secara umum dan negara kaum muslimin. 3) Mereka adalah orang-orang yang menarik tangan (keluar baiat) dari pemimpin kaum muslimin dan melakukan pemberontakan baik dalam hati, dengan lisan atau bahkan dengan mengangkat senjata. 3. Qodariyah Allah tidak mentaqdirkan perbuatan hamba, tidak pula menulisnya (dalam lauhul mahfudz), dan bahwasanya segala sesuatu itu musta’nafah, yaitu tidak diketahui oleh Allah dan tidak ditaqdirkan oleh Allah sebelumnya. Setelah diingkari oleh para sahabat dan tabi’in kebanyaknya Qadariyah mau mengakui ilmu dan kitabah Allah, tetapi mereka tetap mengingkari bahwa Allah menciptakan perbuatan hamba atau sebagian perbuatannya. Mereka mengatakan bahwa Allah tidak menciptakan kejelekan. Ini adalah pemikiran qadariyah generasi kedua, diantara pelopor pemikiran ini adalah kelompok Mu’tazilah. 4. Jabariyah Manusia tidak mempunyai daya dan tidak mempunyai upaya, tidak ada ikhtiyar dan tiada ada kasab. Sekalian perbuatan manusia itu hanya majbur atau terpaksa diluar kemauannya, mazhab orang-orang yang berpaham tidak ada ikhtiyar bagi manusia. I’tiqad-Nya pada mulanya hampir sama dengan i’tiqad kaum Ahlussunnah Waljama’h, yakni berpendapat bahwa yang terjadi dalam alam ini pada hakikatnya semuanya dijadikan Tuhan, tetapi kaum Jabariah yang dikepalai oleh Jaham bin Safwan ini sangat radikal, sangat keterlaluan, sehingga sampai kepada itikad bahwa kalau kita meninggalkan sembahyang atau berbuat kejahatan maka semuanya tidak apa-apa, karena hal itu dijadikan oleh Tuhan.
  • 29. 5. Murji’ah Kemaksiatan tidak berbahaya (atau tidak mengurangi) keimanan seseorang, sebagaimana ketaatan tidak bermafaat atas kekafiran. 6. Mu'tazilah 1) Manzilah baina manzilataini (kedudukan diantara dua kedudukan): Yaitu bahwa seorang fasiq (yang berbuat dosa besar) tidaklah mukmin dan tidak pula kafir, tetapi diantara keduanya. 2) Tauhid (versi mereka): yaitu menafikan sifat Allah. 3) Adl (adil): maksud mereka menafikan qodar. 4) Al Wa’ad wal Wa’id: yaitu bahwa seorang yang berbuat dosa besar dan tidak bertaubat maka akan kekal di neraka. 5) Amr bil Ma’ruf wan Nahyi anil Munkar: maksud mereka adalah khuruj (keluar) dari pemerintah dan melazimkan manusia dengan pemikiran dan aqidah mereka. 7. Asy’ariah 1) Dalil-dalil sam’i adalah dalil-dalil dari al-Qur’an dan as-Sunnah mutawatir, bukan hadits-hadits ahad, karena hadits ahad bukanlah hujah dalam masalah akidah. Ar-Razi berkata dalam Asasut Tadqis, “Adapun berpegang dengan hadits ahad dalam mengenal Allah tidaklah diperbolehkan.” 2) Mendahulukan akal daripada dalil. Hal ini telah disebutkan oleh al- Juwaini, ar-Razi, al-Ghazali, dan lainnya. Sebagai contoh: Ar-Razi menjelaskan dalam Asasut Taqdis, “Jika nash bertentangan dengan akal maka harus mendahulukan akal.” 3) Nash-nash al-Qur’an dan as-Sunnah dhaniyatud dalalah (kandungannya hanya bersifat kira-kira), tidak menetapkan keyakinan dan kepastian. 4) Menakwil nash-nash al-Qur’an dan as-Sunnah tentang nama-nama dan sifat Allah. 5) Sering menukil ucapan falasifah (orang-orang filsafat), ini kental sekali dalam kitab-kitab mereka sepeti Ihya Ulumudin.
  • 30. B. Saran Dalam penyusunan makalah ini ataupun penyajiannya, kami sebagai manusia bisa menyadari adanya ketidaksempurnaan terhadap apa yang kami susun dan sajikan. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar kami bisa menyenpurnakan penyusunan dan penyajian makalah kami di masa mendatang.
  • 31. DAFTAR PUSTAKA Asamuni, M. Yusran. 1996. Ilmu Tauhid. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Purba,Hadis. 2016. Theologi Islam Ilmu Tauhid. Medan : Perdana Publishing Subhani, Syaikh Ja’far. 1996. Tauhid dan Syirik. Bandung : Penerbit Mizan