Makalah ini membahas konsep Ketuhanan dalam Islam meliputi definisi Tuhan, bukti keberadaan-Nya, sejarah pemikiran manusia tentang Tuhan, konsep Ketuhanan Islam, definisi iman dan takwa. Makalah ini menyimpulkan bahwa konsep Ketuhanan dalam Islam merupakan aspek fundamental yang harus dikaji secara mendalam.
2. Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang
diberikan kesempurnaan dibandingkan makhluk lain,
maka dari itu ada beberapa manusia yang memang
menggunakan akalnya untuk mengkaji hal-hal yang
belum ada sebagai rasa keingintauan seperti halnya pada
makalah ini juga akan mengkaji yaitu diantaranya
tentang filsafat Ketuhanan dalam Islam, keimanan dan
ketakwaan, yang berisi dari berbagai sumber, agar
makalah ini ada nilai banding dengan makalah lain.
Latar belakang
3. Rumusan Masalah
Siapa Tuhan itu?
Bukti-bukti
adanya Tuhan.
Sejarah pemikiran
manusia tentang
Tuhan.
Definisi Iman
dan Takwa
Konsep
Ketuhanan
Islam.
5. Lafal Ilahi yang artinya Tuhan,[2] menyatakan berbagai
obyek yang dibesarkan dan dipentingkan manusia, misalnya
dalam surat Al-Furqon: 43 yang artinya: “Apakah engkau
melihat orang yang menghilangkan keinginan-keinginan
pribadinya?”
Menurut Ibnu Miskawaih Tuhan adalah zat yang tidak
berijisim, azali, dan pencipta. Tuhan Esa dalam segala
aspek. Ia tidak terbagi-bagi dan tidak mengandung
kejamakan dan tidak satupun yang setara dengan-Nya, Ia
ada tanpa diadakan dan ada-Nya tidak bergantung kepada
yang lain sementara yang lain membutuhkan-Nya
7. a.Pemikiran Barat
Yang dimaksud dengan konsep Ketuhanan menurut
pemikiran manusia adalah hasil pemikiran tentang Tuhan
baik melalui pengalaman lahiriah maupun batiniah dari
penelitian rasional, maupun pengalaman batin.
Max Muller berpendapat bahwa konsep pemikiran barat
tentang Tuhan mengalami evolusi yang diawali dengan
Dinamisme, Animisme, Politeisme, Henoteisme, dan puncak
tertingginya monoteisme (Nisbi). Pemikiran tentang Tuhan
sebagaimana di atas, hasil pendekatannya adalah budaya,
Arnold Toynbe mengatakan: “Monoteisme bukan hasil
akhir dan proses pemikiran tentang Tuhan, sebab orang
yang sudah maju dalam intelektualitasnya sangat mungkin
justru berputar mundur dalam bertuhan, yakni animistis”.
8. b. Pemikiran Islam
Pemikiran tentang Tuhan dalam islam melahirkan ilmu
kalam, ilmu tauhid atau ilmu ushuluddin dikalangan umat
Islam, setelah wafatnya Nabi Muhammad Saw. Aliran-
aliran tersebut ada yang bersifat liberal, tradisional dan ada
aliran diantara keduanya. Ketiga corak pemikiran ini
mewarnai sejarah pemikiran ilmu ketuhanan (teologi)
dalam Islam.
10. Konsep Ketuhanan dapat diartikan sebagai kecintaan,
pemujaan atau sesuatu yang dianggap penting oleh manusia
terhadap sesuatu hal (baik abstrak maupun konkret).[6]
Eksistensi atau keberadaan Allah disampaikan oleh Rasul
melalui wahyu kepada manusia, tetapi yang diperoleh
melalui proses pemikiran atau perenungan.
Informasi melalui wahyu tentang keimanan kepada Allah
dapat dibawa dalam kutipan di bawah ini:
a. Surat Al-Maidah : 72 “Dan Al masih berkata; Hai Bani
Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu,
sesungguhnya orang yang mempersekutukan Allah, maka
Allah pasti mengharamkan baginya surga dan tempatnya
adalah neraka”.
B. Surat Al-Baqarah : 163 “ Dan Tuhamu adalah Tuhan
yang Maha Esa, tidak ada Tuhan kecuali Dia yang Maha
Pengasih dan Maha Penyayang”.
12. Keberadaan Alam semesta, sebagai bukti adanya Tuhan
Ismail Raj’I Al-Faruqi mengatakan prinsip dasar dalam Teologi Islam, yaitu Khalik dan
makhluk. Khalik adalah pencipta, yakni Allah swt, hanya Dialah Tuhan yang kekal, abadi,
dan transeden. Tidak selamanya mutlak Esa dan tidak bersekutu. Sedangkan makhluk
adalah yang diciptakan, berdimensi ruang dan waktu, yaitu dunia, benda, tanaman, hewan,
manusia, jin, malaikat langit dan bumi, surga dan neraka.
Adanya alam semesta organisasinya yang menakjubkan bahwa dirinya ada dan percaya pula
bahwa rahasia-rahasianya yang unik, semuanya memberikan penjelasan bahwa ada sesuatu
kekuatan yang telah menciptakannya.
Setiap manusia normal akan percaya bahwa dirinya ada dan percaya pula bahwa alam ini
juga ada. Jika kita percaya tentang eksistensinya alam, secara logika kita harus percaya
tentang adanya penciptaan alam semesta. Pernyataan yang mengatakan “Percaya adanya
makhluk, tetapi menolak adanya khalik, adalah suatu pernyataan yang tidak benar”.
Kita belum pernah mengetahui adanya sesuatu yang berasal dari tidak ada tanpa diciptakan.
Segala sesuatu bagaimanapun ukurannya, pasti ada penciptanya, dan pencipta itu tiada lain
adalah Tuhan. Dan Tuhan yang kita yakini sebagai pencipta alam semesta dan seluruh
isinya ini adalah Allah Swt.
14. Kata iman berasal dari Bahasa Arab, yaitu amina-yukminu-imanan yang secara etimologi
berarti yakin atau percaya. Dalam surat Al-Baqarah 165, yang artinya “Adapun orang-
orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah”.
Kata taqwa berasal dari waqa-yaqi-wiqayah, yang berati takut, menjaga, memelihara, dan
melindungi. Taqwa dapat diartikan memelihara keimanan yang diwujudkan dalam
pengamalan ajaran agama islam secara utuh dan konsisten (istiqomah).
Dalam surat Al-Baqarah :117 Allah menjelaskan ciri-ciri orang yang bertaqwa, yang secara
umun dikelompokkan menjadi lima indikator ketaqwaan.
1. Beriman kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab, dan para nabi. Indikator taqwa
yang pertama adalah memelihara fitrah iman.
2. Mengeluarkan harta yang dicintai kepada karib kerabat, anak yatim, orang-orang
miskin, orang yang dalam perjalanan, orang yang minta-minta dana, orang yang tidak
memiliki kemampuan untuk memerdekakan hamba sahaya. Indikator taqwa yang kedua
adalah mencintai sesama umat manusia yang diwujudkan melalui kesanggupan
mengorbankan harta.
3. Mendirikan salat dan menunaikan zakat. Indikator taqwa yang ketiga adalah
memelihara ibadah formal.
16. Setelah menyelesaikan makalah ini, kami dapat menyimpulkan bahwa
konsep Ketuhanan dapat diartikan sebagai kecintaan, pemujaan atau
sesuatu yang dianggap penting oleh manusia terhadap sesuatu hal (baik
abstrak maupun konkret). Filsafat Ketuhanan dalam Islam merupakan
aspek ajaran yang fundamental, kajian ini harus dilaksanakan secara
intensif. Kata iman berasal dari bahasa Arab, yaitu amina-yukminu-
imanan, yang secara ethimologi berarti yakin atau percaya. Sedangkan
takwa berasal dari bahasa Arab, yaitu waqa-yuwaqi-wiqayah, secara
ethimologi artinya hati-hati, waspada, mawasdiri, memelihara, dan
melindungi. Pengertian Takwa secara terminologi dijelaskan dalam Al-
hadits, yang artinya menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi
segala larangan-Nya.