SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
Tugas Kelompok

PENELITIAN KUALITATIF
(KRITERIA DAN TEKNIK PEMERIKSAAN KEABSAHAN DATA)

SHINTIA MINANDAR
1105113581

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2013

0
Bab VI
KRITERIA DAN TEKNIK PEMERIKSAAN KEABSAHAN DATA
Tujuan intruksional khusus
Jika anda sudah mempelajari bab ini, diharapkan anda sudah dapat:
Mendaftarkan, kemudian menguraikan secara singkat seluruh criteria
keabsahan data;
Menyusun ikhtisar prosedur seluruh teknik pemeriksaan: perpanjangan
keikutsertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi, pengecekatan sejawat,
kecukupan referensial, kajian kasus negative, pengecekan anggota, uraian
rinci, dan auditing;
Menerapkan seluruh teknik pemeriksaan keabsahan data tersebut pada
catatan lapangan sebagai data yang disusun secara artificial.
Pendahuluan
Apakah penelitian kualitatif itu benar-benar ilmiah? Pokok persoalan yang
menjadi latar belakang pertanyaan ini, selain persoalan “generalisasi”, juga
menyangkut derajat kepercayaan yang tidak mantap dari pihak penyanggah.
Dalam tubuh pengetahuan penelitian kualitatif itu sendiri sejak awal pada
dasarnya sudah ada usaha meningkatkan deajat kepercayaan data yang di sini
dinamakan kebasashan data. Pemeriksaan terhadap kebasahan data pada dasarnya,
selain digunakan untuk menyanggah balik apa yang dituduhkan kepada penelitian
kualitataif yang mengatakan tidak ilmiah, juga merupakan sebagian unsure yang
tidak terpisahkan dari tubuh pengetahuan penelitian kualitatif. Dengan kata lain
peneliti melaksanakan pemeriksaan terhadap keabsahan data secara cermat sesuai
dengan teknik yang diuraikan dalam bab ini, maka jelas bahwa hasil upaya
penelitiannya benar-benar dapat dipertanggungjawabkan dari segala segi.
Guna memenuhi harapan itu mahasiswa atau peneliti diharuskan
mempelajari teknik pemeriksaan keabsahan data. Bab ini mempersoalkan unsur
penelitian penting itu. Sehubungan dengan itu, bab ini membahas tiga pokok
persoalan. Pertama, membahas alas an dan acuan pemanfaatan; kedua, membahas
criteria dan teknik pemeriksaan keabsahan data sebagai upaya meletakan dasar
bagi para pembaca, kemudian membahas krteria; dan ketiga, membahas teknik
pemeriksaan keabsahan data itu sendiri.

A. Alasan dan Acuan
Keabasahan data merupakan konsep penting yang diperbarui dari konsep
kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas) menurut versi “positivisme” dan
1
disesuaikan dengan tuntutan pengetahuan, criteria dan paradigmaanya sendiri.
Pendapat dari seorang ahli paradigm alamiah, yakni Egon Guba (Lincoln dan
Guba, 1981:291-294; catatan penulis menemui dan berdiskusi dengan yang
bersangkutan di Indian Universitiy, Bloomington, Februari 1988, sewaktu menulis
naskah buku ini).
Mula-mula hal itu harus dilihat dari segi criteria yang digunakan oleh non
kualitatif. Istilah yang digunakan oleh mereka antara lain ialah “validitas
internal”, “validitas eksternal”, dan “reliabilitasi”.
Pertama, validitasi internal yang dinyatakan sebagai variasi yang terjadi
pada variable terikat dapat ditandai sejauh variasi pada variable bebas dapat
dikontrol. Karena banyak factor yang mungkin terpengaruh dalam suatu hubungan
sebab-akibat, maka dibunakan control atau randomisasi sebagai upaya
mengisolasi variable bebasnya. Peroalan yang dihadapi menjadi tidak mudah
karna menurut Campbell dan Stanley (1963) ada delapan “bahaya” yang
mengancam validitas internal tersebut. Kedelapan ancaman tersebut adalah
riwayat (history), maturasi, testing, instrumentasi, regresi statistic, pembedaan
dalam pemilihan subjek, mortalitas eksperimental, dan intraksi maturasi. Jika
ingin mempeoleh hasil yang tidak terkotori

oleh ancaman bahaya tersebut,

kedelapan segi itu harus dikontrol, dan itu yang amat sukar dilakukan.
Kedua, validitas ekstrernal, menurut Cook dan Campbell (1967:37), ialah
perkiraan validitasi yang diinferensikan berdasarkan hubungan sebab-akibat yang
diduga terjadi, dapat digenerilisasikan pada dan diantara ukuran alternative sebabakibat dan diantara jenis orang, latar, dan waktu. Jika sampel dipilih secara tepat
dari populasi menurut ukuran dan cirri yang tepat, maka criteria tersebut mungkin
dapat dicapai dalam keterbatasn tertentu. Namun, sering kali terjadi latar yang
digunakan itu berupa laboratorium, terutama untuk kepentingan control.
Bagaimana caranya menggenerelisasikan suatu latar labotarorium ke dalam latar
masyarakat misalnya, menjelaskan bahwa upaya generelisasi tersebut tidak akan
dapat terpenuhi.
Ketiga, reliabilitas menunjuk pada pada ketaatasasan pengukuran dan
ukuran yang digunakan. Pengetesan reliabilitas biasanya dilakukan melalui
2
replikasi sebagaimana yang dilakukan terhadap pengukuran butir-butir ganjilgenap, dengan jalan tes-retes, atau dalam korelasi bentuk paralel. Teknik ini harus
betul-betul dilakukan jika mengiginkan alat pengukuran yang benar-benar
reliabel. Persoalan yang dihadapi biasanya tidak mudah karna ancaman-ancaman
seperti tindakan peneliti yang kurang hati-hati dalam proses pengukuran,
instrument penelitian yang tidak sempurna, pengukuran yang berlangsung tidak
terlalu lama, berbagai macam kebingungan dan factor-faktor lainnya.
Kirk dan Miller (1986:21) bahwa tidak ada satu pun eksperimen yang dapat
dikontrol secara tepat dan tidak ada eksperimen pengukuran yang dapat
dikalibrasi secara akurat. Oleh karna itu, ukuran pada suatu tingkatan tertentu
mempunyai kelemahan dan ketepatan penukuran yang sangatlah terbatas.
Lincoln dan Guba (1981:294) yang menyatakan bahwa dasar kepercayaan
yang berbeda mengarah pada tuntutan pengetahuan (knowledge) dan kriteria yang
berbeda. Dengan perkataan sehari-hari dapatlah dinyatakan bahwa kita tidak dapat
mengukur baju dengan liter. Berdasarkan hal-hal tersebut maka paradigm alamiah
menggunakan ktiteria yang tentunya disesuaikan dengan tuntutan inkurinya
sehingga pendefenisian kembali criteria tersebut merupakan tuntutan yang tidak
dapat dielakan. Pendefenisian kembali itu jelas mengarah pada teknik control
atau pengawasan terhadap keabsahan data yang perlu pula direformasikan.
Uraian kriteria dan teknik pengawasan keabsahan data yang dikemukakan
mengacu pada apa yang telah dikemukakan diatas, terutama untuk keperluan
mereformasikannya agar benar-benar sesuai dengan paradigm yang dianutnya
sendiri. Apa yang dikemukakan dalam uraian berikut ini banyak mengikuti hasil
reformasi yang dilakukan oleh Lincoln dan Guba (1981) dan Patton (1987).
B. Kriteria Keabsahan Data
Untuk menetapkan keabsahan data (trustworthiness) data diperlukan teknik
pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan data didasarkan atas sejumlah
kriteria tertentu. Ada empat criteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan
(credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (Dependability), dan
kepastian (confirmability).

3
Penerapan kriterium derajat kepercayaan pada dasarnya mengantikan
konsep validitas internal dari nonkualitatif. Kriterium ini berfungsi : pertama
melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan hasil-hasil
penemuan dapat dicapai; kedua, mempertunjukan derajat kepercayaan hasil-hasil
penemuan dengan jalan pembukian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang
sedang diteliti.
Kriterium keteralihan berbeda dengan validitas eksternal dari nonkualitatif.
Konsep validitas ini menyatakan bahwa generelisasi suatu penemuan dapat
berlaku atau diterapkan pada semua konteks dalam populasi yang sama atas dasar
penemuan yang diperoleh pada sampel yang secara repsentatif mewakili populasi
itu.
Kriterium kebergantungan merupakan substitusi istilah reliabilitas dalam
penelitian yang nonkualitatif. Pada cara nonkualitatif, realibilitas ditunjukkan
dengan jalan mengandakan replikasi studi. Jika dua atau beberapa kali diadakan
pengulangan suatu studi dalam suatu kondisi yang sama dan hasilnya secara
esensial sama, maka dikatakan realibilitasnya tercapai. Persoalan yang aamat sulit
dicapai disini ialah bagaimana mencari kondisi yang benar-benar sama.
Kriterium

kepastian

berasal

dari

konsep

“objektivitas”

menurut

nonkualitatif. Nonkualitatif menetatapkan obektivitas dari segi kesepakatan antar
subjek. Disini pemastian bahwa sesuatu objektif atau tidak bergantung pada
persetujuan bebrapa orang terhadap pandangan, pendapat, dan penemuan
seseorang. Dapatlah dikatakan bahwa pengalaman seseorang itu subjektif
sedangkan jika disepakati oleh beberapa atau banyak orang, barulah dapat
dikatakan objektif. Menurut Scriven (1971), selain itu masih ada unsure “kualitas”
yang melekat pada konsep objektivitas itu. Hal itu digali dari pengertian bahwa
jika sesuatu itu objektif, berarti dapat dipercaya, factual, dan dapat dipastikan.
Berkaitan dengan persoalan itu, subjektif berarti tidak dapat dipercaya atau
menceng. Penegrtian terakhir inilah yang dijadikan tumpuan pengalihan pngertian
objektivitas-objektivitas menjadi kepastian (confirmability).
Jika nonkualitatif menekankan pada “orang”, maka penelitian alamiah
menghendaki agar penekanan bukan pada orangnya melainkan pada data. Dengan
4
demikian kebergantungan itu bukanlah lagi terletak pada orangnya, melainkan
pada datanya itu sendiri. Jadi, isunya disini bukan lagi berkaitan dengan cirri
penyelidik, melainkan berkaitan dengan cirri-ciri data.
C. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Sebelum masing-masing teknik pemeriksaan diuraikan, terlebih dahulu
iktisarnya dikemukakan. Ikhtisar itu terdiri dari criteria yang diperiksa dengan
satu atau beberapa teknik pemeriksaan tertentu.
Table 4. Iktisar Kriteria dan Teknik Pemeriksaan Data
Kriteria
Kredibilitas

Teknik Pemeriksaan
1. Perpanjangan keikut sertaan
2. Ketekunan pengamatan
3. Triangulasi
4. Pengecekan sejawat
5. Kecukupan referensial
6. Kajian kasus negative
7. Pengecekan anggota

Keterangan

8. Utaian rinci

Kebergantungan

9. Audit kebergantungan

Kepastian

10. Audit kepastian

1. Perpanjangan Keikutsertaan
Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data.
Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi
memerlukan perpanjangan keikutsetaan peneliti pada latar penelitian.
Perpanjangan keikutsertaan peneliti akan memungkinkan peningkatan
derajat kepercayaan daya yang dikumpulkan, karena pertama, peneliti dengan
perpanjangan keikutsertaannya akan banyak mempelajari “kebudayaan”, dapat
menguji ketidakbenaran informasi yang diperkenakan oleh distorsi, baik yang
berasal dari diri sendiri maupun dari responden, dan membangun kepercayaan
5
subjek. Dengan demikian, penting sekali arti perpanjangan keikutsertaan peneliti
itu guna berorientasi dengan situasi, juga memastikan apakah konteks itu
dipahami dan dihayati.
Perpanjangan keikutsertaan juga menuntut peneliti agar terjun ke dalam
lokasi dan dalam waktu yang cukup panjang guna mendeketeksi dan
memperhitungkan distori yang mungkin mengotori daya. Pertama-tama dan yang
terpenting ialah distori pribadi. Menjadi “asing ditanah asing” hendaknya
mendapat perhatian khusus peneliti tidak diterima pada latar penelitian.
Distorsi dapat berasal dari responden seperti yang telah disinggung, banyak
diantaranya terjadi tanpa sengaja. Ketidaksengajaan tersebut mungkin terjadi
karna beberapa hal seperti distorsi retrospektif dan cara pemilihan; salah
mengajukan pertanyaan dan tentunya juga jawaban yang diperolehnya; motivasi
setempat, misalnya keinginan untuk menyenangkan peneliti, atau sebaliknya tidak
termotivasi untuk memulaskan secara penuh kepedulian peneliti.
Distorsi tersebut mungkin tidak disengaja, dan dipihak lain ada pula distorsi
yang bersumber dari kesengajaan, misalnya berdusta, menipu, berpura-pura dari
pihak informan atau responden. Dalam menghadapi hal ini peneliti hendaknya
menentukan apakah benar-benar ada distorsi; apakah dostorsi itu tidak disengaja
atau

tidak,

darimana

atau

dari

siapa

sumbernya;

bagaimana

strategi

menghadapinya, kesemuanya dimungkinkan dapat diatasi dengan adanya
perpanjangan keikutsertaan.
Dipihak lain perpanjangan keikutsertaan juga dimaksudkan untuk
membangun kepercayaan para subjek terhadap peneliti dan juga kepercayaan diri
penliti sendiri. Jadi, bukan sekedar menerapkan teknik yang menjamin untuk
mengatasinya. Selain itu, kepercayaan subjek dan kepercayaan diri pada peneliti
merupakan proses pengembangan yang berlangsung setiap hari dan merupakan
alat untuk mencegah usaha coba-coba dari pihak subjek.
2. Ketekunan Pengamatan
Seperti yang telah diuraikan, maksud perpanjangan keikutsertaan ialah
untuk memungkinkan peneliti terbuka terhadap pengaruh ganda, yaitu factor6
faktor kontekstual dan pengaruh bersama pada peneliti dan subjek yang akhirnya
mempengaruhi fenomena yang diteliti. Berbeda dengan hal itu, ketekunan
pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situsi yang
sangat relevan dengan dengan persoalan atau isu yang sedangg dicari dan
kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Dengan kata lain,
jika perpanjangan keikutsertaan menyediakan lingkup, maka ketekunan
pengamatan menyediakan kedalaman.
Peneliti hendaknya mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara
berkesinambungan

terhadap

factor-faktor

yang

menonjol.

Kemudian

ia

menelaahnya secara rinci sampai pada suatu titik sehingga pada pemeriksaan
tahap awal tampak salah satu atau seluruh factor yang ditelaah sudah dipahami
dengan cara yang biasa.
Kekurangtekunan pengamatan terletak pada pengamatan terhadap pokok
persoalan yang dilakukan secara terlalu awal. Hal itu mungkin dapat disebabkan
oleh tekanan subjek atau sponsor atau barangkali juga karna ketidaktoleransian
subjek, atau sebaliknya peneliti terlalu cepat mengarahkan focus penelitiannya
walaupun tampaknya belum patut dilakukan demikian. Bpersoalan bisa terjadi
pada situasi ketika subjek berdusta, menipu,atau berpura-pura, sedangkan peneliti
sudah sejak awal mengarahkan fokusnya, padahal barangkali belum waktunya
berbuat demikian.
3. Triangulasi
Triangulasi adalah tekinik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang banyak digunakanialah
pemeriksaan melalui sumber lainnya. Denzin (1978) membedakan empat mcam
triangulasi sebagai teknik pemeriiksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber,
metode, penyelidik dan teori.
Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
berbeda dalam metode kualitatif (Patoon 1987:331). Hal itu dapat dicapai dengan
jalan : 1. Membandingkan data hasil pengamatan 2. Membandingkan apa yang
7
dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi. 3.
Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi peneliti dengan
apa yang dikatakanya sepanjang waktu. 4. Membandingkan keadaan dan
perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti
rakyat biasa, orang berpendidikan menegah atau tinggi, orang berada, orang
pemerintahan. 5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen
yang berkaitan.
Pada triangulasi dengan metode, menurut Patton (1987:329), terdapat dua
strategi, yaitu : 1.pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian
beberapa teknik pengeumpulan data dan 2. Pengecekan derajat kepercayaan
beberapa sumber data dengan metode yang sama.
Teknik triangulasi jenis ketiga ialah dengan jalan memanfaatkan peneliti
atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan
data. Pemanfaatan pengamat lainnya membantu mengurangi kemencengan dalam
pengumpulan data. Pada dasarnya pengunaan suatu tim penelitian dapat
direalisasikan dilihat dari segi teknik ini. Cara lain ialah membandingkan hasil
pekerjaan seorang analisis dengan analisis lainya.
Triangulasi dengan teori, menurut Lincoln dan Guba (1981:307),
berdasarkan anggapan bahwa fakta tertentu tidak dapat diperiksa derajat
kepercayaannya dengan satu atau lebih teori. Patton (1987:327) berpendapat lain,
yaitu bahwa hal itu dapat dilaksanakan dan hal itu dinamakannya penejalasan
banding (rival eksplantions).
4. Pemeriksaan sejawat melalui diskusi
Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil
akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat.
Teknik ini mengandung beberapa maksud sebagai salah satu teknik pemeriksaan
keabsahan data.
Pertama, untuk membuat agar peneliti tetap memoertahankan sikap
terbuka dan kejujuran. Dalam diskusi analitik tersebut kemencengan peneliti
disingkap dan pengertian mendalam ditelaah yang nantinya menjadi dasar bagi
8
klarifikasi penafsiran. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan agar disusun
sehingga dapat diklasifikasikan menurut persoalan-persoalan yang berkaitan
dengan teori substansi, metodologi, hokum dan peraturan,etika atau lain-lain yang
relevan.
Kedua, diskusi yang sejawat ini memberikan suatu kesempatan awal yang
baik untuk mulai menjajaki dan menguji hipotesis yang muncul dari pemikiran
peneliti. Ada kemungkinan hipotesis yang muncul dalam benak peneliti sudah
dapat dikonfirmasikan, tetapi dalam diskusi analitik ini mungkin sekali dapat
terungkap segi-segi lainnya yang justru membongkar pemikiran peneliti.
Ssekiranya peneliti tidak dapat mempertahankan kembali arah hipotesisnya itu.
Diskusi analitik ini pun dapat memberikan kesempatan kepada peneliti
untuk ikut merasakan keterharuan para peserta diskusi sehingga memungkinkanya
membersihkan emosi dan perasaannya guna pakai untuk sesuatu yang tepat.
5. Analisis kasus negatif
Teknik analisis negative dilakukan dengan jalan mengumpulkan contoh
dan kasus yang tidak sesuai dengan pola den kecenderungan informasi yang telah
dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan pembanding. Dalam suatu latihan
kepemim[inan perusaahan, sebagian peserta berhasil dengan baik dan telah
menduduki kedudukan yang baik. Peserta yang tidak menyelesaikan program dan
mengalkan latihan sebelum waktunya diambil sebagai kasus untuk meneliti
kekurangan program latihan tersebut. Kasus negatif demikian digunakan sebagai
upaya meningkatkan argumentasi penemuan.
6. Kecukupan referensi
Konsep kecukupan referensial ini mula-mula diusulkan oleh Eisner (1975,
dalam Lincoln dan Guba, 1981 : 313 ) sebagai alat untuk menampung dan
menyesuaikan dengan kritik tertulis untuk keprluan evaluasi. Film atau video-tape
misalnya, dapat digunakan sebagai alat perekama yang pada saat senggang dapat
dimanfaatkan untuk membandingkan hasil yang diperoleh dengan kritik yang
telah terkumpul. Jadi bahan-bahan yang tercatat

atau terekam dapat

digunakansebagai patokan untuk menguji sewaktu diadakan analisis dan
9
penafsiran data. Jika alat elektronik itu tidak tersedia, cara lain sebagai
pembanding kritik masih dapat digunakan. Misalnya ada informs yang tidak
derencanakan,

kemudian

disimpan;

sewaktu

mengadakan

pengujian,

informasidemikian lalu dimanfaatkan untuk keperluan itu.
7. Pengecekan anggota
Pengecekan dengan anggota yang terlibat dalam proses pengumpulan data
sangat penting dalam pemeriksaan derajat kepercayaan. Hal yang dicek pada
anggota yang terlibat meliputi data, ketegorianalitik, penafsiran dan kesimpulan.
Pengecekan anggota dapat dilakukan baik secara formal maupun secara tidak
formal. Pengecekan secara informal demikian dapat bermanfaat dal hal-hal
sebagai berikut :
-

Menyediakan kesempatan untuk mempelajari secara sengaja apa yang
dimaksudkan oleh responden dengan jalan bertindak dan berlaku secara
tertentu atau memberikan informasi tertentu.

-

Memberi kesempatan kepada responden untuk segera memperbaiki
kesalahan dari data dan menantang suatu penafsiran yang barangkali salah.

-

Memberi kesempatan bagi respoden agar dapat memberikan data
tambahan karena dengan memberikan “ konsep “ tulisan peneliti,
responden barang kali akan mengingat lagi hal-hal yang belum terpikirkan
pada waktu yang lalu.

-

Memberi kesempatan bagi peneliti untuk mencatat persetujuan atau
keberatan responden sehingga , jika terjadi persoalan , misalnya keberatan
dari pihak responden , dikemudian hari dijadikan bukti tulis yang dapat
diandalkan.

-

Memberi kesempatan bagi peneliti untuk mengikhtisarkan hasil perolehan
sementaranya yang memudahkanya untuk melangkah kepada analisis data.

-

Memberi kesempatan bagi responden untuk mengadakan penilaian
terhadap keseluruhan kecukupan data secara menyeluruh dan mengecek
nya dengan data pihak dirinya sendiri.
Di pihak lain , pengecekan secara formal tentu saja diperlukan pula.

Pengecekan anggota demikian dilakukan dalam bentuk diskusi dengan anggota
10
yang terlibat yang cukup berpengetahuan dan ber penggalaman yang diambil dari
mereka yang mewakili kelompok –kelompok tertentu.
Teknik ini, bagaimana pun , ada kelemahan nya. Misalnya, anggota yang
terlibat itu berasal dari satu kubu yang sengaja mau mengghacurkan hasil
penemuan , atau sengaja membelokkan penemuan karena tidak sesuai dengan
kebijaksanaan yang selama ini berlangsung. Hal demikian harus disadari oleh
peneliti. Jika memang ada gelagat yang demikian peneliti secepat nya mencari dan
menemukan strategi untuk mengatasinya.
Terakhir perlu dikemukakan bahwa tampak nya teknik pengecekan
anggota ini sama dengan triangulasi dengan sumber. “ tampaknya “ bukan berarti
sama, dan memang keduanya berbeda. Triangulasi mempersoalkan data ,
sedangkan pengecekan anggota mempersoalkan Sesuatu yang telah dibangun
dalam bangunan setengah jadi yang berupa kategori, hipotesis atau laporan
penelitian. Cara melaksanakan pun berbeda. Pengecekan anggota dilakukan pada
mereka yang terlibat,sedangkan triangulasi kepada mereka yang bukan anggota
yang terlibat.
8. Uraian rinci
Teknik ini menurut peneliti agar melaporkan hasil penelitian nya sehingga
uraian nya itu dilakukan seteliti dan secermat mungkin yang menggambarkan
konteks tempat penelitian diselenggarakan. Jelas laporan itu harus mengacu pada
focus pelitian. Uraianya harus mengungkapkan secara khusus sekali segala
sesuatu yang dibutuhkan oleh pembaca agar ia dapat memahami penemuanpenemuan yang diperoleh. Penemuan itu sendiri tentunya bukan bagian dari
uraian rinci, melainkan penefsiran yang dilakukan dalam bentuk uraian rinci
dengan segala macam petanggungjawaban berdasarkan kejadian-kejadian nyata.
Jadi, jelas disini bahwa untuk mencapai kriterium keteralihan sutu
penemuan hendaknya pihak peneliti debekali dengan konteks pengirim dan
penerima. Dengan kata lain, peneliti tidak dapat membahas keteralihan jika ia
hanya mempunyai sekeing data dari penelitian nya saja.
9. Auditing
11
Auditing adalah konsep bisnis, khususnya dibidang fiscal yang
dimanfaatkan untuk memeriksa kebergantungandan kepastian data. Hal itu
dilakukan baik terhadap proses maupun terhadap hasil atau keluaran.
Penelusuran audit ( audit trail ) tidak dapat dilaksanakan apabila tidak
dilengkapi dengan catatan-catatan pelaksanaan keseluruhan proses dan hasil studi.
Pencatatan pelaksanaan itu perlu diklasifikasikan terlebih dahulu sebelum auditing
itu dilakukan sebagaimana yang dilakukan pada auditing fiscal.
Proses auditing dapat mengikuti langkah-langkah seperti yang disarankan oleh
harpen (1993, dalam Lincholn dan Guba, 1985:319-320) sebagai berikut :
1. Data mentah, termasuk bahan yang direkam secara elaktronik, catatan
lapangan tertulis, dokumen, foto, dan semacam nya, serta hasil survai ;
2. Data yang direduksi dan hasil kajian, termasuk didalam nya penulisan
secara lengkap catatan lapangan, ikhtisar catatan, informasi yang dibuat
satu per satu seperti kartu,ikhtisar data kuantittatif, dan catatan teori seperti
hipotesis kerja, konsep, dan semacam nya;
3. Rekontruksi data dan hasil sintesis termasuk didalam nya struktur
kategori: tema, definisi dan hubungan-hubungan nya ; penemuan dan
kesimpulan ; dan laporan akhir dan hubungan nya dengan kepustakaan
mutakhir, integrasi konsep, hubungan dan penafsiran ;
4. Catatan tentang proses penyelenggaraan, termasuk di dalam nya catatan
metodologi: prosedur, desain, strategi, rasional ; catatan tentang keabsahan
data : berkaitan derajat kepercayaan, kebergantungan dan kepastian ; dan
penelusuran audit ;
5.

Bahan yang berkaitan dengan maksud dank e inginan, termasuk usulan
penelitian, catatan pribadi : catatan reflektif dan motivasi ; dan harapan ;
harapan dan peramalan ;

6. Informasi tentang penggembangan instrument, termasuk berbagai formulir
yang di gunakan untuk penjajakan, jadwal pendahuluan, format pengamat,
dan survai.

12
Proses auditing dapat mengikuti langkah-langkah seperti yang disarankan
oleh halpern, yaitu praentri, penetapan yang dapat di audit, kesepakatan formal,
dan terakhir penentuan keabsahan data.
Pada tahap praentri , sejumlah pertemuan diadakan oleh auditor dengan dengan
auditi (dalam hal ini peneliti) dan berakhir pada meneruskan, mengubah
seperlunya, atau mengehentikan pelaksanaan usulan auditing .
Pada tahap penetapan dapat nya diaudit, tugas auditi ialah menyediakan segala
macam pencatatan yang diperlukan dan bahan-bahan penelitian yang tersedia
seperti yang sudah dikemukakan klasifikan. Selain itu ia hendak nya menyediakan
waktu secukupnya untuk keperluan menggadakan konsultasi jika hal itu
diperlukan.
Di pihak lain, tugas pertama auditor ialah mempelajari seluruh bahan yang
tersedia. Sesudah itu ia meminta penjelasan-penjelasan seperlunya tentang apa
yang belum dipahami nya sebelum mantap. Auditor perlu memahami bahanbahan yang tersedia dengan keadaan yang sebenarnya. Ia harus mengetahui benar
bagaimana hubungan antara penelusuran audit dengan kejadian yang sebenarnya
atau dengan hasil yanh di temukan. Ia harus bisa menelusuri apa yang terdapat
dalam apa yang terdapat dalam penelusuran auditing dengan data yang dilaporkan
melalui pengamatan, wawancara, rekaman kaset atau video.
Pada tahap ini auditor harus pula membuat ketetapan tentang studi yang
sedang atau telah selesai dilaksanakan. Jika studi sedang berjalan, saran keputusan
nya hendaknya menegaskan agar dapat diteruskan, di berhentikan sementara, atau
diberhentikan sama sekali. Keputusan itu dapat didasar kan atas beberapa patokan
seperti lengkap-tidaknya, yaitu seluruh bahan penelitian yang disediakan dan telah
digunakan ; tuntas-tidaknya, bahwa bahan itu dapat benar-benar dipahami dan
diikuti

;

bemanfaat-tidaknya,

telah

disusun

sehingga

memunggkinkan

penggecekan silang, pengorganisasian, pembuatan indeks, dan semacam nya;
bahan itu berkaitan secara sistematis dengan pendekatan dan metodologi yang
digunakan, baik pada waktu penggunaan mula-mula ataupun kemudian dalam
pengguna sebenarnya .

13
Tahap berikutnya dinamakan persetujuan resmi antara auditor dengan
auditi. Pada tahap ini auditor dengan mengandakan persetujuan tertulis tentang
apa yang telah dicapai oleh auditor.
Tahap berikutnya ialah penentuan keabsahan. Tahap ini merupakan tahap
terpenting. Penelusuran auditing meliputi pemeriksaan terhadap kepastian maupun
terhadap kebergantungan. Pemeriksaan terhadap kriteria kepastian terdiri atas
beberapa langkah kecil. pertama-tama auditor perlu memastikan, apakah hasil
penemuan itu benar-benar berasal dari data. Hal ini tidak sukar melaksanakan nya
sepanjang jejak audit itu telah ditetapkan dengan baik.
Tahap terkhir rentetan auditing ini ialah mengakhiri auditing itu
sendiri(closure). Pada tahap ini ada dua hal yang harus perlu dikerjakan oleh
auditor, yaitu memberikan umpan balik dan Berunding dengan auditi, yaitu si
peneliti sendiri, dan menuliskan laporan hasil pemeriksaan nya. Sebelum seluruh
penyusunan laporan diakhiri, sesuai dengan haknya, audit berhak mempelajari isi
laporan tersebut terlebih dahulu. Hasil penelaah auditi dibacarakan dan dibahas
bersama-sama. Maksudnya ialah agar auditing auditi dapat mengetahui bahwa
langkah-langkah yang ada dalam perjanjian telah dilakukan seluruh nya. Jika dari
sisi auditi terlihat adanya kekeliruan, hal itu dapat dibicarakan untuk kemudian
diperbaiki. Dalam hal keduanya tidak terdapat kesesuaian pendapat, auditor tetap
berhak untuk menyajikan laporan nya, sedangkan auditi dapat memberikan
catatan khusus mengenai hal itu. Jika prose situ telah dilaksanakan, maka
perundingan tentang penemuan auditing dibicarakan, apa saja kekurangan dan
bagaimana cara mengatasinya.

14

More Related Content

What's hot

Metode Penelitian Kuantitatif
Metode Penelitian KuantitatifMetode Penelitian Kuantitatif
Metode Penelitian KuantitatifSiti Sahati
 
10. pancasila nilai pengembangan ilmu
10. pancasila nilai pengembangan ilmu10. pancasila nilai pengembangan ilmu
10. pancasila nilai pengembangan ilmudita rahmawati
 
Power point seminar proposal yunita rahmah
Power point seminar proposal yunita rahmahPower point seminar proposal yunita rahmah
Power point seminar proposal yunita rahmahYunitha Rahmah
 
Teknik pengumpulan data penelitian eksperimen
Teknik pengumpulan data penelitian eksperimenTeknik pengumpulan data penelitian eksperimen
Teknik pengumpulan data penelitian eksperimenMuel DJaja
 
Perbandingan Filsafat Ilmu Modern dan Postmodern
Perbandingan Filsafat Ilmu Modern dan PostmodernPerbandingan Filsafat Ilmu Modern dan Postmodern
Perbandingan Filsafat Ilmu Modern dan PostmodernYulia Eolia
 
Laporan praktikum statistik deskriptif
Laporan praktikum statistik deskriptif Laporan praktikum statistik deskriptif
Laporan praktikum statistik deskriptif EnvaPya
 
Bab ii pancasila dalam arus sejarah bangsa indonesia
Bab ii pancasila dalam arus sejarah bangsa indonesiaBab ii pancasila dalam arus sejarah bangsa indonesia
Bab ii pancasila dalam arus sejarah bangsa indonesiaSyaiful Ahdan
 
Kumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmu
Kumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmuKumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmu
Kumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmuPutriAgilya
 
Kelompok 7 validitas dan reliabilitas
Kelompok 7 validitas dan reliabilitasKelompok 7 validitas dan reliabilitas
Kelompok 7 validitas dan reliabilitaswiddietyas
 
Ukuran kemiringan dan keruncingan data
Ukuran kemiringan dan keruncingan dataUkuran kemiringan dan keruncingan data
Ukuran kemiringan dan keruncingan dataSriwijaya University
 
Filsafat Ilmu : Ontologi
Filsafat Ilmu : OntologiFilsafat Ilmu : Ontologi
Filsafat Ilmu : OntologiHosyatul Aliyah
 
Bab iii metode penelitian kualitatif
Bab iii metode penelitian kualitatifBab iii metode penelitian kualitatif
Bab iii metode penelitian kualitatifRoyadi Nusa
 
Materi 011-penelitian-kuantitatif-dan-kualitatif
Materi 011-penelitian-kuantitatif-dan-kualitatifMateri 011-penelitian-kuantitatif-dan-kualitatif
Materi 011-penelitian-kuantitatif-dan-kualitatifKuliahMandiri.org
 

What's hot (20)

bab 2 proposal kuantitatif
bab 2 proposal kuantitatifbab 2 proposal kuantitatif
bab 2 proposal kuantitatif
 
Metode Penelitian Kuantitatif
Metode Penelitian KuantitatifMetode Penelitian Kuantitatif
Metode Penelitian Kuantitatif
 
10. pancasila nilai pengembangan ilmu
10. pancasila nilai pengembangan ilmu10. pancasila nilai pengembangan ilmu
10. pancasila nilai pengembangan ilmu
 
03 jenis jenis+data
03 jenis jenis+data03 jenis jenis+data
03 jenis jenis+data
 
Makalah statistika
Makalah statistikaMakalah statistika
Makalah statistika
 
Power point seminar proposal yunita rahmah
Power point seminar proposal yunita rahmahPower point seminar proposal yunita rahmah
Power point seminar proposal yunita rahmah
 
Teknik pengumpulan data penelitian eksperimen
Teknik pengumpulan data penelitian eksperimenTeknik pengumpulan data penelitian eksperimen
Teknik pengumpulan data penelitian eksperimen
 
Kreativitas
KreativitasKreativitas
Kreativitas
 
Perbandingan Filsafat Ilmu Modern dan Postmodern
Perbandingan Filsafat Ilmu Modern dan PostmodernPerbandingan Filsafat Ilmu Modern dan Postmodern
Perbandingan Filsafat Ilmu Modern dan Postmodern
 
Laporan praktikum statistik deskriptif
Laporan praktikum statistik deskriptif Laporan praktikum statistik deskriptif
Laporan praktikum statistik deskriptif
 
Bab ii pancasila dalam arus sejarah bangsa indonesia
Bab ii pancasila dalam arus sejarah bangsa indonesiaBab ii pancasila dalam arus sejarah bangsa indonesia
Bab ii pancasila dalam arus sejarah bangsa indonesia
 
Kumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmu
Kumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmuKumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmu
Kumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmu
 
Kelompok 7 validitas dan reliabilitas
Kelompok 7 validitas dan reliabilitasKelompok 7 validitas dan reliabilitas
Kelompok 7 validitas dan reliabilitas
 
Mekanisme pertahanan ego
Mekanisme pertahanan egoMekanisme pertahanan ego
Mekanisme pertahanan ego
 
Ukuran kemiringan dan keruncingan data
Ukuran kemiringan dan keruncingan dataUkuran kemiringan dan keruncingan data
Ukuran kemiringan dan keruncingan data
 
Pertanyaan presentasi
Pertanyaan presentasiPertanyaan presentasi
Pertanyaan presentasi
 
PENGOLAHAN DATA
PENGOLAHAN DATAPENGOLAHAN DATA
PENGOLAHAN DATA
 
Filsafat Ilmu : Ontologi
Filsafat Ilmu : OntologiFilsafat Ilmu : Ontologi
Filsafat Ilmu : Ontologi
 
Bab iii metode penelitian kualitatif
Bab iii metode penelitian kualitatifBab iii metode penelitian kualitatif
Bab iii metode penelitian kualitatif
 
Materi 011-penelitian-kuantitatif-dan-kualitatif
Materi 011-penelitian-kuantitatif-dan-kualitatifMateri 011-penelitian-kuantitatif-dan-kualitatif
Materi 011-penelitian-kuantitatif-dan-kualitatif
 

Viewers also liked (9)

Cover
CoverCover
Cover
 
Print peserta
Print pesertaPrint peserta
Print peserta
 
Rpp drama sebagai teater
Rpp drama sebagai teaterRpp drama sebagai teater
Rpp drama sebagai teater
 
draft penting implikatur
draft penting implikaturdraft penting implikatur
draft penting implikatur
 
Implikatur shintia
Implikatur shintiaImplikatur shintia
Implikatur shintia
 
Jurnal semantik-nan-cantik
Jurnal semantik-nan-cantikJurnal semantik-nan-cantik
Jurnal semantik-nan-cantik
 
Kisi kisi
Kisi kisiKisi kisi
Kisi kisi
 
Simposium
SimposiumSimposium
Simposium
 
Drama sebagai teater
Drama sebagai teaterDrama sebagai teater
Drama sebagai teater
 

Similar to Kriteria dan teknik pemeriksaan keabsahan data

Topic 9 AR data collection considerations
Topic 9 AR data collection considerationsTopic 9 AR data collection considerations
Topic 9 AR data collection considerationszytemys
 
uji kredibilitas
uji kredibilitasuji kredibilitas
uji kredibilitasRatih Aini
 
Aplikasi konsep-kebijakan-publik
Aplikasi konsep-kebijakan-publikAplikasi konsep-kebijakan-publik
Aplikasi konsep-kebijakan-publikFiryoe
 
instrumen pengukuran kinerja
instrumen pengukuran kinerjainstrumen pengukuran kinerja
instrumen pengukuran kinerjaKiki ObeNk
 
FUNDASI PENELITIAN KUALITATIF_tugas kelompok.pptx
FUNDASI PENELITIAN KUALITATIF_tugas kelompok.pptxFUNDASI PENELITIAN KUALITATIF_tugas kelompok.pptx
FUNDASI PENELITIAN KUALITATIF_tugas kelompok.pptxMARSIH4
 
Rangkuman mata kuliah akuntansi keperilakuan (metode riset) kelompok 2
Rangkuman mata kuliah akuntansi keperilakuan (metode riset) kelompok 2Rangkuman mata kuliah akuntansi keperilakuan (metode riset) kelompok 2
Rangkuman mata kuliah akuntansi keperilakuan (metode riset) kelompok 2Jiantari Marthen
 
Aplikasi konsep-kebijakan-publik
Aplikasi konsep-kebijakan-publikAplikasi konsep-kebijakan-publik
Aplikasi konsep-kebijakan-publikFiryoe
 
materi tentang penelitian kuantitatif
materi tentang penelitian kuantitatifmateri tentang penelitian kuantitatif
materi tentang penelitian kuantitatifjaka permanna
 
Validitas dan reliabilitas tes
Validitas dan reliabilitas tesValiditas dan reliabilitas tes
Validitas dan reliabilitas tesStevie Principe
 
VALIDITAS DAN RELIABILITAS PENELITIN KUANTITATIF
VALIDITAS DAN RELIABILITAS PENELITIN KUANTITATIFVALIDITAS DAN RELIABILITAS PENELITIN KUANTITATIF
VALIDITAS DAN RELIABILITAS PENELITIN KUANTITATIFMandiri Sekuritas
 
Kelompok 1 Penelitian Kuantitatif (1).pptx
Kelompok 1 Penelitian Kuantitatif (1).pptxKelompok 1 Penelitian Kuantitatif (1).pptx
Kelompok 1 Penelitian Kuantitatif (1).pptxsaidil1
 
Jenis jenis instrumen dalam pengumpulan data
Jenis jenis instrumen dalam pengumpulan dataJenis jenis instrumen dalam pengumpulan data
Jenis jenis instrumen dalam pengumpulan dataOpie Mohamad
 
Validitas dan reliabilitas suatu instrumen penelitian
Validitas dan reliabilitas suatu instrumen penelitianValiditas dan reliabilitas suatu instrumen penelitian
Validitas dan reliabilitas suatu instrumen penelitianVivii Charmeiliaa
 
Rangkuman kelompok ke 3
Rangkuman kelompok ke 3Rangkuman kelompok ke 3
Rangkuman kelompok ke 3Ida Susanti
 
P. KUANTITATIF Kel 3 (1).pptx
P. KUANTITATIF Kel 3 (1).pptxP. KUANTITATIF Kel 3 (1).pptx
P. KUANTITATIF Kel 3 (1).pptxNana Citra
 

Similar to Kriteria dan teknik pemeriksaan keabsahan data (20)

Penelitian kuantitatif (teori keabsahan data, bagian 1)
Penelitian kuantitatif (teori keabsahan data, bagian 1)Penelitian kuantitatif (teori keabsahan data, bagian 1)
Penelitian kuantitatif (teori keabsahan data, bagian 1)
 
Topic 9 AR data collection considerations
Topic 9 AR data collection considerationsTopic 9 AR data collection considerations
Topic 9 AR data collection considerations
 
Metode penelitian
Metode penelitianMetode penelitian
Metode penelitian
 
uji kredibilitas
uji kredibilitasuji kredibilitas
uji kredibilitas
 
Aplikasi konsep-kebijakan-publik
Aplikasi konsep-kebijakan-publikAplikasi konsep-kebijakan-publik
Aplikasi konsep-kebijakan-publik
 
instrumen pengukuran kinerja
instrumen pengukuran kinerjainstrumen pengukuran kinerja
instrumen pengukuran kinerja
 
FUNDASI PENELITIAN KUALITATIF_tugas kelompok.pptx
FUNDASI PENELITIAN KUALITATIF_tugas kelompok.pptxFUNDASI PENELITIAN KUALITATIF_tugas kelompok.pptx
FUNDASI PENELITIAN KUALITATIF_tugas kelompok.pptx
 
Rangkuman mata kuliah akuntansi keperilakuan (metode riset) kelompok 2
Rangkuman mata kuliah akuntansi keperilakuan (metode riset) kelompok 2Rangkuman mata kuliah akuntansi keperilakuan (metode riset) kelompok 2
Rangkuman mata kuliah akuntansi keperilakuan (metode riset) kelompok 2
 
Aplikasi konsep-kebijakan-publik
Aplikasi konsep-kebijakan-publikAplikasi konsep-kebijakan-publik
Aplikasi konsep-kebijakan-publik
 
materi tentang penelitian kuantitatif
materi tentang penelitian kuantitatifmateri tentang penelitian kuantitatif
materi tentang penelitian kuantitatif
 
Validitas dan reliabilitas tes
Validitas dan reliabilitas tesValiditas dan reliabilitas tes
Validitas dan reliabilitas tes
 
VALIDITAS DAN RELIABILITAS PENELITIN KUANTITATIF
VALIDITAS DAN RELIABILITAS PENELITIN KUANTITATIFVALIDITAS DAN RELIABILITAS PENELITIN KUANTITATIF
VALIDITAS DAN RELIABILITAS PENELITIN KUANTITATIF
 
Tanya jawab mpp
Tanya jawab mppTanya jawab mpp
Tanya jawab mpp
 
Kelompok 1 Penelitian Kuantitatif (1).pptx
Kelompok 1 Penelitian Kuantitatif (1).pptxKelompok 1 Penelitian Kuantitatif (1).pptx
Kelompok 1 Penelitian Kuantitatif (1).pptx
 
Jenis jenis instrumen dalam pengumpulan data
Jenis jenis instrumen dalam pengumpulan dataJenis jenis instrumen dalam pengumpulan data
Jenis jenis instrumen dalam pengumpulan data
 
Bahagian a
Bahagian aBahagian a
Bahagian a
 
Validitas dan reliabilitas suatu instrumen penelitian
Validitas dan reliabilitas suatu instrumen penelitianValiditas dan reliabilitas suatu instrumen penelitian
Validitas dan reliabilitas suatu instrumen penelitian
 
penelitian kuantitatif (keabsahan data)
penelitian kuantitatif (keabsahan data)penelitian kuantitatif (keabsahan data)
penelitian kuantitatif (keabsahan data)
 
Rangkuman kelompok ke 3
Rangkuman kelompok ke 3Rangkuman kelompok ke 3
Rangkuman kelompok ke 3
 
P. KUANTITATIF Kel 3 (1).pptx
P. KUANTITATIF Kel 3 (1).pptxP. KUANTITATIF Kel 3 (1).pptx
P. KUANTITATIF Kel 3 (1).pptx
 

More from mujahidah khilafah (Shintia Minandar)

Analisis validasi soal tes hasil belajar pada pelaksanaan program pembelajar...
Analisis validasi soal tes hasil  belajar pada pelaksanaan program pembelajar...Analisis validasi soal tes hasil  belajar pada pelaksanaan program pembelajar...
Analisis validasi soal tes hasil belajar pada pelaksanaan program pembelajar...mujahidah khilafah (Shintia Minandar)
 

More from mujahidah khilafah (Shintia Minandar) (20)

hubungan bahasa dengan Retorika
hubungan bahasa dengan Retorikahubungan bahasa dengan Retorika
hubungan bahasa dengan Retorika
 
Shinmin
ShinminShinmin
Shinmin
 
Proposal menulis karya ilmiah shintia M
Proposal menulis karya ilmiah shintia MProposal menulis karya ilmiah shintia M
Proposal menulis karya ilmiah shintia M
 
Hubungan antara ilmu dengan kebudayaan
Hubungan antara ilmu dengan kebudayaanHubungan antara ilmu dengan kebudayaan
Hubungan antara ilmu dengan kebudayaan
 
Mahkota dewa atau phaleria papuana atau phaleriae fructus
Mahkota dewa atau phaleria papuana atau phaleriae fructusMahkota dewa atau phaleria papuana atau phaleriae fructus
Mahkota dewa atau phaleria papuana atau phaleriae fructus
 
Paper peserta diskusi
Paper peserta diskusiPaper peserta diskusi
Paper peserta diskusi
 
Bab vi
Bab viBab vi
Bab vi
 
Tugas kel pk dudung
Tugas kel pk dudungTugas kel pk dudung
Tugas kel pk dudung
 
1105113581 shintia bu char
1105113581 shintia bu char1105113581 shintia bu char
1105113581 shintia bu char
 
Istilah variabel dapat diartikan bermacam
Istilah variabel dapat diartikan bermacamIstilah variabel dapat diartikan bermacam
Istilah variabel dapat diartikan bermacam
 
Studi bahasa sebagai sistem tanda
Studi bahasa sebagai sistem tandaStudi bahasa sebagai sistem tanda
Studi bahasa sebagai sistem tanda
 
Variabel penelitian
Variabel penelitianVariabel penelitian
Variabel penelitian
 
Rpp
RppRpp
Rpp
 
Glosarium 181213
Glosarium  181213Glosarium  181213
Glosarium 181213
 
Filologi 181213
Filologi 181213Filologi 181213
Filologi 181213
 
Penalaran deduktif 27/12/13
Penalaran deduktif 27/12/13Penalaran deduktif 27/12/13
Penalaran deduktif 27/12/13
 
Bab 4(PENYUSUNAN INSTRUMEN DAN TEKNIK PENSKORAN) 27/12/13
Bab 4(PENYUSUNAN INSTRUMEN DAN TEKNIK PENSKORAN) 27/12/13Bab 4(PENYUSUNAN INSTRUMEN DAN TEKNIK PENSKORAN) 27/12/13
Bab 4(PENYUSUNAN INSTRUMEN DAN TEKNIK PENSKORAN) 27/12/13
 
Analisis validasi soal tes hasil belajar pada pelaksanaan program pembelajar...
Analisis validasi soal tes hasil  belajar pada pelaksanaan program pembelajar...Analisis validasi soal tes hasil  belajar pada pelaksanaan program pembelajar...
Analisis validasi soal tes hasil belajar pada pelaksanaan program pembelajar...
 
draft-Pengembangan tes hasil belajar dapat dilakukan dengan langkah
draft-Pengembangan tes hasil belajar dapat dilakukan dengan langkahdraft-Pengembangan tes hasil belajar dapat dilakukan dengan langkah
draft-Pengembangan tes hasil belajar dapat dilakukan dengan langkah
 
5 cerpen made in Shintia Minandar
5 cerpen made in Shintia Minandar5 cerpen made in Shintia Minandar
5 cerpen made in Shintia Minandar
 

Kriteria dan teknik pemeriksaan keabsahan data

  • 1. Tugas Kelompok PENELITIAN KUALITATIF (KRITERIA DAN TEKNIK PEMERIKSAAN KEABSAHAN DATA) SHINTIA MINANDAR 1105113581 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2013 0
  • 2. Bab VI KRITERIA DAN TEKNIK PEMERIKSAAN KEABSAHAN DATA Tujuan intruksional khusus Jika anda sudah mempelajari bab ini, diharapkan anda sudah dapat: Mendaftarkan, kemudian menguraikan secara singkat seluruh criteria keabsahan data; Menyusun ikhtisar prosedur seluruh teknik pemeriksaan: perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi, pengecekatan sejawat, kecukupan referensial, kajian kasus negative, pengecekan anggota, uraian rinci, dan auditing; Menerapkan seluruh teknik pemeriksaan keabsahan data tersebut pada catatan lapangan sebagai data yang disusun secara artificial. Pendahuluan Apakah penelitian kualitatif itu benar-benar ilmiah? Pokok persoalan yang menjadi latar belakang pertanyaan ini, selain persoalan “generalisasi”, juga menyangkut derajat kepercayaan yang tidak mantap dari pihak penyanggah. Dalam tubuh pengetahuan penelitian kualitatif itu sendiri sejak awal pada dasarnya sudah ada usaha meningkatkan deajat kepercayaan data yang di sini dinamakan kebasashan data. Pemeriksaan terhadap kebasahan data pada dasarnya, selain digunakan untuk menyanggah balik apa yang dituduhkan kepada penelitian kualitataif yang mengatakan tidak ilmiah, juga merupakan sebagian unsure yang tidak terpisahkan dari tubuh pengetahuan penelitian kualitatif. Dengan kata lain peneliti melaksanakan pemeriksaan terhadap keabsahan data secara cermat sesuai dengan teknik yang diuraikan dalam bab ini, maka jelas bahwa hasil upaya penelitiannya benar-benar dapat dipertanggungjawabkan dari segala segi. Guna memenuhi harapan itu mahasiswa atau peneliti diharuskan mempelajari teknik pemeriksaan keabsahan data. Bab ini mempersoalkan unsur penelitian penting itu. Sehubungan dengan itu, bab ini membahas tiga pokok persoalan. Pertama, membahas alas an dan acuan pemanfaatan; kedua, membahas criteria dan teknik pemeriksaan keabsahan data sebagai upaya meletakan dasar bagi para pembaca, kemudian membahas krteria; dan ketiga, membahas teknik pemeriksaan keabsahan data itu sendiri. A. Alasan dan Acuan Keabasahan data merupakan konsep penting yang diperbarui dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas) menurut versi “positivisme” dan 1
  • 3. disesuaikan dengan tuntutan pengetahuan, criteria dan paradigmaanya sendiri. Pendapat dari seorang ahli paradigm alamiah, yakni Egon Guba (Lincoln dan Guba, 1981:291-294; catatan penulis menemui dan berdiskusi dengan yang bersangkutan di Indian Universitiy, Bloomington, Februari 1988, sewaktu menulis naskah buku ini). Mula-mula hal itu harus dilihat dari segi criteria yang digunakan oleh non kualitatif. Istilah yang digunakan oleh mereka antara lain ialah “validitas internal”, “validitas eksternal”, dan “reliabilitasi”. Pertama, validitasi internal yang dinyatakan sebagai variasi yang terjadi pada variable terikat dapat ditandai sejauh variasi pada variable bebas dapat dikontrol. Karena banyak factor yang mungkin terpengaruh dalam suatu hubungan sebab-akibat, maka dibunakan control atau randomisasi sebagai upaya mengisolasi variable bebasnya. Peroalan yang dihadapi menjadi tidak mudah karna menurut Campbell dan Stanley (1963) ada delapan “bahaya” yang mengancam validitas internal tersebut. Kedelapan ancaman tersebut adalah riwayat (history), maturasi, testing, instrumentasi, regresi statistic, pembedaan dalam pemilihan subjek, mortalitas eksperimental, dan intraksi maturasi. Jika ingin mempeoleh hasil yang tidak terkotori oleh ancaman bahaya tersebut, kedelapan segi itu harus dikontrol, dan itu yang amat sukar dilakukan. Kedua, validitas ekstrernal, menurut Cook dan Campbell (1967:37), ialah perkiraan validitasi yang diinferensikan berdasarkan hubungan sebab-akibat yang diduga terjadi, dapat digenerilisasikan pada dan diantara ukuran alternative sebabakibat dan diantara jenis orang, latar, dan waktu. Jika sampel dipilih secara tepat dari populasi menurut ukuran dan cirri yang tepat, maka criteria tersebut mungkin dapat dicapai dalam keterbatasn tertentu. Namun, sering kali terjadi latar yang digunakan itu berupa laboratorium, terutama untuk kepentingan control. Bagaimana caranya menggenerelisasikan suatu latar labotarorium ke dalam latar masyarakat misalnya, menjelaskan bahwa upaya generelisasi tersebut tidak akan dapat terpenuhi. Ketiga, reliabilitas menunjuk pada pada ketaatasasan pengukuran dan ukuran yang digunakan. Pengetesan reliabilitas biasanya dilakukan melalui 2
  • 4. replikasi sebagaimana yang dilakukan terhadap pengukuran butir-butir ganjilgenap, dengan jalan tes-retes, atau dalam korelasi bentuk paralel. Teknik ini harus betul-betul dilakukan jika mengiginkan alat pengukuran yang benar-benar reliabel. Persoalan yang dihadapi biasanya tidak mudah karna ancaman-ancaman seperti tindakan peneliti yang kurang hati-hati dalam proses pengukuran, instrument penelitian yang tidak sempurna, pengukuran yang berlangsung tidak terlalu lama, berbagai macam kebingungan dan factor-faktor lainnya. Kirk dan Miller (1986:21) bahwa tidak ada satu pun eksperimen yang dapat dikontrol secara tepat dan tidak ada eksperimen pengukuran yang dapat dikalibrasi secara akurat. Oleh karna itu, ukuran pada suatu tingkatan tertentu mempunyai kelemahan dan ketepatan penukuran yang sangatlah terbatas. Lincoln dan Guba (1981:294) yang menyatakan bahwa dasar kepercayaan yang berbeda mengarah pada tuntutan pengetahuan (knowledge) dan kriteria yang berbeda. Dengan perkataan sehari-hari dapatlah dinyatakan bahwa kita tidak dapat mengukur baju dengan liter. Berdasarkan hal-hal tersebut maka paradigm alamiah menggunakan ktiteria yang tentunya disesuaikan dengan tuntutan inkurinya sehingga pendefenisian kembali criteria tersebut merupakan tuntutan yang tidak dapat dielakan. Pendefenisian kembali itu jelas mengarah pada teknik control atau pengawasan terhadap keabsahan data yang perlu pula direformasikan. Uraian kriteria dan teknik pengawasan keabsahan data yang dikemukakan mengacu pada apa yang telah dikemukakan diatas, terutama untuk keperluan mereformasikannya agar benar-benar sesuai dengan paradigm yang dianutnya sendiri. Apa yang dikemukakan dalam uraian berikut ini banyak mengikuti hasil reformasi yang dilakukan oleh Lincoln dan Guba (1981) dan Patton (1987). B. Kriteria Keabsahan Data Untuk menetapkan keabsahan data (trustworthiness) data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan data didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada empat criteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (Dependability), dan kepastian (confirmability). 3
  • 5. Penerapan kriterium derajat kepercayaan pada dasarnya mengantikan konsep validitas internal dari nonkualitatif. Kriterium ini berfungsi : pertama melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan hasil-hasil penemuan dapat dicapai; kedua, mempertunjukan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembukian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti. Kriterium keteralihan berbeda dengan validitas eksternal dari nonkualitatif. Konsep validitas ini menyatakan bahwa generelisasi suatu penemuan dapat berlaku atau diterapkan pada semua konteks dalam populasi yang sama atas dasar penemuan yang diperoleh pada sampel yang secara repsentatif mewakili populasi itu. Kriterium kebergantungan merupakan substitusi istilah reliabilitas dalam penelitian yang nonkualitatif. Pada cara nonkualitatif, realibilitas ditunjukkan dengan jalan mengandakan replikasi studi. Jika dua atau beberapa kali diadakan pengulangan suatu studi dalam suatu kondisi yang sama dan hasilnya secara esensial sama, maka dikatakan realibilitasnya tercapai. Persoalan yang aamat sulit dicapai disini ialah bagaimana mencari kondisi yang benar-benar sama. Kriterium kepastian berasal dari konsep “objektivitas” menurut nonkualitatif. Nonkualitatif menetatapkan obektivitas dari segi kesepakatan antar subjek. Disini pemastian bahwa sesuatu objektif atau tidak bergantung pada persetujuan bebrapa orang terhadap pandangan, pendapat, dan penemuan seseorang. Dapatlah dikatakan bahwa pengalaman seseorang itu subjektif sedangkan jika disepakati oleh beberapa atau banyak orang, barulah dapat dikatakan objektif. Menurut Scriven (1971), selain itu masih ada unsure “kualitas” yang melekat pada konsep objektivitas itu. Hal itu digali dari pengertian bahwa jika sesuatu itu objektif, berarti dapat dipercaya, factual, dan dapat dipastikan. Berkaitan dengan persoalan itu, subjektif berarti tidak dapat dipercaya atau menceng. Penegrtian terakhir inilah yang dijadikan tumpuan pengalihan pngertian objektivitas-objektivitas menjadi kepastian (confirmability). Jika nonkualitatif menekankan pada “orang”, maka penelitian alamiah menghendaki agar penekanan bukan pada orangnya melainkan pada data. Dengan 4
  • 6. demikian kebergantungan itu bukanlah lagi terletak pada orangnya, melainkan pada datanya itu sendiri. Jadi, isunya disini bukan lagi berkaitan dengan cirri penyelidik, melainkan berkaitan dengan cirri-ciri data. C. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data Sebelum masing-masing teknik pemeriksaan diuraikan, terlebih dahulu iktisarnya dikemukakan. Ikhtisar itu terdiri dari criteria yang diperiksa dengan satu atau beberapa teknik pemeriksaan tertentu. Table 4. Iktisar Kriteria dan Teknik Pemeriksaan Data Kriteria Kredibilitas Teknik Pemeriksaan 1. Perpanjangan keikut sertaan 2. Ketekunan pengamatan 3. Triangulasi 4. Pengecekan sejawat 5. Kecukupan referensial 6. Kajian kasus negative 7. Pengecekan anggota Keterangan 8. Utaian rinci Kebergantungan 9. Audit kebergantungan Kepastian 10. Audit kepastian 1. Perpanjangan Keikutsertaan Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsetaan peneliti pada latar penelitian. Perpanjangan keikutsertaan peneliti akan memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan daya yang dikumpulkan, karena pertama, peneliti dengan perpanjangan keikutsertaannya akan banyak mempelajari “kebudayaan”, dapat menguji ketidakbenaran informasi yang diperkenakan oleh distorsi, baik yang berasal dari diri sendiri maupun dari responden, dan membangun kepercayaan 5
  • 7. subjek. Dengan demikian, penting sekali arti perpanjangan keikutsertaan peneliti itu guna berorientasi dengan situasi, juga memastikan apakah konteks itu dipahami dan dihayati. Perpanjangan keikutsertaan juga menuntut peneliti agar terjun ke dalam lokasi dan dalam waktu yang cukup panjang guna mendeketeksi dan memperhitungkan distori yang mungkin mengotori daya. Pertama-tama dan yang terpenting ialah distori pribadi. Menjadi “asing ditanah asing” hendaknya mendapat perhatian khusus peneliti tidak diterima pada latar penelitian. Distorsi dapat berasal dari responden seperti yang telah disinggung, banyak diantaranya terjadi tanpa sengaja. Ketidaksengajaan tersebut mungkin terjadi karna beberapa hal seperti distorsi retrospektif dan cara pemilihan; salah mengajukan pertanyaan dan tentunya juga jawaban yang diperolehnya; motivasi setempat, misalnya keinginan untuk menyenangkan peneliti, atau sebaliknya tidak termotivasi untuk memulaskan secara penuh kepedulian peneliti. Distorsi tersebut mungkin tidak disengaja, dan dipihak lain ada pula distorsi yang bersumber dari kesengajaan, misalnya berdusta, menipu, berpura-pura dari pihak informan atau responden. Dalam menghadapi hal ini peneliti hendaknya menentukan apakah benar-benar ada distorsi; apakah dostorsi itu tidak disengaja atau tidak, darimana atau dari siapa sumbernya; bagaimana strategi menghadapinya, kesemuanya dimungkinkan dapat diatasi dengan adanya perpanjangan keikutsertaan. Dipihak lain perpanjangan keikutsertaan juga dimaksudkan untuk membangun kepercayaan para subjek terhadap peneliti dan juga kepercayaan diri penliti sendiri. Jadi, bukan sekedar menerapkan teknik yang menjamin untuk mengatasinya. Selain itu, kepercayaan subjek dan kepercayaan diri pada peneliti merupakan proses pengembangan yang berlangsung setiap hari dan merupakan alat untuk mencegah usaha coba-coba dari pihak subjek. 2. Ketekunan Pengamatan Seperti yang telah diuraikan, maksud perpanjangan keikutsertaan ialah untuk memungkinkan peneliti terbuka terhadap pengaruh ganda, yaitu factor6
  • 8. faktor kontekstual dan pengaruh bersama pada peneliti dan subjek yang akhirnya mempengaruhi fenomena yang diteliti. Berbeda dengan hal itu, ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situsi yang sangat relevan dengan dengan persoalan atau isu yang sedangg dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Dengan kata lain, jika perpanjangan keikutsertaan menyediakan lingkup, maka ketekunan pengamatan menyediakan kedalaman. Peneliti hendaknya mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap factor-faktor yang menonjol. Kemudian ia menelaahnya secara rinci sampai pada suatu titik sehingga pada pemeriksaan tahap awal tampak salah satu atau seluruh factor yang ditelaah sudah dipahami dengan cara yang biasa. Kekurangtekunan pengamatan terletak pada pengamatan terhadap pokok persoalan yang dilakukan secara terlalu awal. Hal itu mungkin dapat disebabkan oleh tekanan subjek atau sponsor atau barangkali juga karna ketidaktoleransian subjek, atau sebaliknya peneliti terlalu cepat mengarahkan focus penelitiannya walaupun tampaknya belum patut dilakukan demikian. Bpersoalan bisa terjadi pada situasi ketika subjek berdusta, menipu,atau berpura-pura, sedangkan peneliti sudah sejak awal mengarahkan fokusnya, padahal barangkali belum waktunya berbuat demikian. 3. Triangulasi Triangulasi adalah tekinik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang banyak digunakanialah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Denzin (1978) membedakan empat mcam triangulasi sebagai teknik pemeriiksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyelidik dan teori. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif (Patoon 1987:331). Hal itu dapat dicapai dengan jalan : 1. Membandingkan data hasil pengamatan 2. Membandingkan apa yang 7
  • 9. dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi. 3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi peneliti dengan apa yang dikatakanya sepanjang waktu. 4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang berpendidikan menegah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan. 5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Pada triangulasi dengan metode, menurut Patton (1987:329), terdapat dua strategi, yaitu : 1.pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengeumpulan data dan 2. Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. Teknik triangulasi jenis ketiga ialah dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Pemanfaatan pengamat lainnya membantu mengurangi kemencengan dalam pengumpulan data. Pada dasarnya pengunaan suatu tim penelitian dapat direalisasikan dilihat dari segi teknik ini. Cara lain ialah membandingkan hasil pekerjaan seorang analisis dengan analisis lainya. Triangulasi dengan teori, menurut Lincoln dan Guba (1981:307), berdasarkan anggapan bahwa fakta tertentu tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori. Patton (1987:327) berpendapat lain, yaitu bahwa hal itu dapat dilaksanakan dan hal itu dinamakannya penejalasan banding (rival eksplantions). 4. Pemeriksaan sejawat melalui diskusi Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat. Teknik ini mengandung beberapa maksud sebagai salah satu teknik pemeriksaan keabsahan data. Pertama, untuk membuat agar peneliti tetap memoertahankan sikap terbuka dan kejujuran. Dalam diskusi analitik tersebut kemencengan peneliti disingkap dan pengertian mendalam ditelaah yang nantinya menjadi dasar bagi 8
  • 10. klarifikasi penafsiran. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan agar disusun sehingga dapat diklasifikasikan menurut persoalan-persoalan yang berkaitan dengan teori substansi, metodologi, hokum dan peraturan,etika atau lain-lain yang relevan. Kedua, diskusi yang sejawat ini memberikan suatu kesempatan awal yang baik untuk mulai menjajaki dan menguji hipotesis yang muncul dari pemikiran peneliti. Ada kemungkinan hipotesis yang muncul dalam benak peneliti sudah dapat dikonfirmasikan, tetapi dalam diskusi analitik ini mungkin sekali dapat terungkap segi-segi lainnya yang justru membongkar pemikiran peneliti. Ssekiranya peneliti tidak dapat mempertahankan kembali arah hipotesisnya itu. Diskusi analitik ini pun dapat memberikan kesempatan kepada peneliti untuk ikut merasakan keterharuan para peserta diskusi sehingga memungkinkanya membersihkan emosi dan perasaannya guna pakai untuk sesuatu yang tepat. 5. Analisis kasus negatif Teknik analisis negative dilakukan dengan jalan mengumpulkan contoh dan kasus yang tidak sesuai dengan pola den kecenderungan informasi yang telah dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan pembanding. Dalam suatu latihan kepemim[inan perusaahan, sebagian peserta berhasil dengan baik dan telah menduduki kedudukan yang baik. Peserta yang tidak menyelesaikan program dan mengalkan latihan sebelum waktunya diambil sebagai kasus untuk meneliti kekurangan program latihan tersebut. Kasus negatif demikian digunakan sebagai upaya meningkatkan argumentasi penemuan. 6. Kecukupan referensi Konsep kecukupan referensial ini mula-mula diusulkan oleh Eisner (1975, dalam Lincoln dan Guba, 1981 : 313 ) sebagai alat untuk menampung dan menyesuaikan dengan kritik tertulis untuk keprluan evaluasi. Film atau video-tape misalnya, dapat digunakan sebagai alat perekama yang pada saat senggang dapat dimanfaatkan untuk membandingkan hasil yang diperoleh dengan kritik yang telah terkumpul. Jadi bahan-bahan yang tercatat atau terekam dapat digunakansebagai patokan untuk menguji sewaktu diadakan analisis dan 9
  • 11. penafsiran data. Jika alat elektronik itu tidak tersedia, cara lain sebagai pembanding kritik masih dapat digunakan. Misalnya ada informs yang tidak derencanakan, kemudian disimpan; sewaktu mengadakan pengujian, informasidemikian lalu dimanfaatkan untuk keperluan itu. 7. Pengecekan anggota Pengecekan dengan anggota yang terlibat dalam proses pengumpulan data sangat penting dalam pemeriksaan derajat kepercayaan. Hal yang dicek pada anggota yang terlibat meliputi data, ketegorianalitik, penafsiran dan kesimpulan. Pengecekan anggota dapat dilakukan baik secara formal maupun secara tidak formal. Pengecekan secara informal demikian dapat bermanfaat dal hal-hal sebagai berikut : - Menyediakan kesempatan untuk mempelajari secara sengaja apa yang dimaksudkan oleh responden dengan jalan bertindak dan berlaku secara tertentu atau memberikan informasi tertentu. - Memberi kesempatan kepada responden untuk segera memperbaiki kesalahan dari data dan menantang suatu penafsiran yang barangkali salah. - Memberi kesempatan bagi respoden agar dapat memberikan data tambahan karena dengan memberikan “ konsep “ tulisan peneliti, responden barang kali akan mengingat lagi hal-hal yang belum terpikirkan pada waktu yang lalu. - Memberi kesempatan bagi peneliti untuk mencatat persetujuan atau keberatan responden sehingga , jika terjadi persoalan , misalnya keberatan dari pihak responden , dikemudian hari dijadikan bukti tulis yang dapat diandalkan. - Memberi kesempatan bagi peneliti untuk mengikhtisarkan hasil perolehan sementaranya yang memudahkanya untuk melangkah kepada analisis data. - Memberi kesempatan bagi responden untuk mengadakan penilaian terhadap keseluruhan kecukupan data secara menyeluruh dan mengecek nya dengan data pihak dirinya sendiri. Di pihak lain , pengecekan secara formal tentu saja diperlukan pula. Pengecekan anggota demikian dilakukan dalam bentuk diskusi dengan anggota 10
  • 12. yang terlibat yang cukup berpengetahuan dan ber penggalaman yang diambil dari mereka yang mewakili kelompok –kelompok tertentu. Teknik ini, bagaimana pun , ada kelemahan nya. Misalnya, anggota yang terlibat itu berasal dari satu kubu yang sengaja mau mengghacurkan hasil penemuan , atau sengaja membelokkan penemuan karena tidak sesuai dengan kebijaksanaan yang selama ini berlangsung. Hal demikian harus disadari oleh peneliti. Jika memang ada gelagat yang demikian peneliti secepat nya mencari dan menemukan strategi untuk mengatasinya. Terakhir perlu dikemukakan bahwa tampak nya teknik pengecekan anggota ini sama dengan triangulasi dengan sumber. “ tampaknya “ bukan berarti sama, dan memang keduanya berbeda. Triangulasi mempersoalkan data , sedangkan pengecekan anggota mempersoalkan Sesuatu yang telah dibangun dalam bangunan setengah jadi yang berupa kategori, hipotesis atau laporan penelitian. Cara melaksanakan pun berbeda. Pengecekan anggota dilakukan pada mereka yang terlibat,sedangkan triangulasi kepada mereka yang bukan anggota yang terlibat. 8. Uraian rinci Teknik ini menurut peneliti agar melaporkan hasil penelitian nya sehingga uraian nya itu dilakukan seteliti dan secermat mungkin yang menggambarkan konteks tempat penelitian diselenggarakan. Jelas laporan itu harus mengacu pada focus pelitian. Uraianya harus mengungkapkan secara khusus sekali segala sesuatu yang dibutuhkan oleh pembaca agar ia dapat memahami penemuanpenemuan yang diperoleh. Penemuan itu sendiri tentunya bukan bagian dari uraian rinci, melainkan penefsiran yang dilakukan dalam bentuk uraian rinci dengan segala macam petanggungjawaban berdasarkan kejadian-kejadian nyata. Jadi, jelas disini bahwa untuk mencapai kriterium keteralihan sutu penemuan hendaknya pihak peneliti debekali dengan konteks pengirim dan penerima. Dengan kata lain, peneliti tidak dapat membahas keteralihan jika ia hanya mempunyai sekeing data dari penelitian nya saja. 9. Auditing 11
  • 13. Auditing adalah konsep bisnis, khususnya dibidang fiscal yang dimanfaatkan untuk memeriksa kebergantungandan kepastian data. Hal itu dilakukan baik terhadap proses maupun terhadap hasil atau keluaran. Penelusuran audit ( audit trail ) tidak dapat dilaksanakan apabila tidak dilengkapi dengan catatan-catatan pelaksanaan keseluruhan proses dan hasil studi. Pencatatan pelaksanaan itu perlu diklasifikasikan terlebih dahulu sebelum auditing itu dilakukan sebagaimana yang dilakukan pada auditing fiscal. Proses auditing dapat mengikuti langkah-langkah seperti yang disarankan oleh harpen (1993, dalam Lincholn dan Guba, 1985:319-320) sebagai berikut : 1. Data mentah, termasuk bahan yang direkam secara elaktronik, catatan lapangan tertulis, dokumen, foto, dan semacam nya, serta hasil survai ; 2. Data yang direduksi dan hasil kajian, termasuk didalam nya penulisan secara lengkap catatan lapangan, ikhtisar catatan, informasi yang dibuat satu per satu seperti kartu,ikhtisar data kuantittatif, dan catatan teori seperti hipotesis kerja, konsep, dan semacam nya; 3. Rekontruksi data dan hasil sintesis termasuk didalam nya struktur kategori: tema, definisi dan hubungan-hubungan nya ; penemuan dan kesimpulan ; dan laporan akhir dan hubungan nya dengan kepustakaan mutakhir, integrasi konsep, hubungan dan penafsiran ; 4. Catatan tentang proses penyelenggaraan, termasuk di dalam nya catatan metodologi: prosedur, desain, strategi, rasional ; catatan tentang keabsahan data : berkaitan derajat kepercayaan, kebergantungan dan kepastian ; dan penelusuran audit ; 5. Bahan yang berkaitan dengan maksud dank e inginan, termasuk usulan penelitian, catatan pribadi : catatan reflektif dan motivasi ; dan harapan ; harapan dan peramalan ; 6. Informasi tentang penggembangan instrument, termasuk berbagai formulir yang di gunakan untuk penjajakan, jadwal pendahuluan, format pengamat, dan survai. 12
  • 14. Proses auditing dapat mengikuti langkah-langkah seperti yang disarankan oleh halpern, yaitu praentri, penetapan yang dapat di audit, kesepakatan formal, dan terakhir penentuan keabsahan data. Pada tahap praentri , sejumlah pertemuan diadakan oleh auditor dengan dengan auditi (dalam hal ini peneliti) dan berakhir pada meneruskan, mengubah seperlunya, atau mengehentikan pelaksanaan usulan auditing . Pada tahap penetapan dapat nya diaudit, tugas auditi ialah menyediakan segala macam pencatatan yang diperlukan dan bahan-bahan penelitian yang tersedia seperti yang sudah dikemukakan klasifikan. Selain itu ia hendak nya menyediakan waktu secukupnya untuk keperluan menggadakan konsultasi jika hal itu diperlukan. Di pihak lain, tugas pertama auditor ialah mempelajari seluruh bahan yang tersedia. Sesudah itu ia meminta penjelasan-penjelasan seperlunya tentang apa yang belum dipahami nya sebelum mantap. Auditor perlu memahami bahanbahan yang tersedia dengan keadaan yang sebenarnya. Ia harus mengetahui benar bagaimana hubungan antara penelusuran audit dengan kejadian yang sebenarnya atau dengan hasil yanh di temukan. Ia harus bisa menelusuri apa yang terdapat dalam apa yang terdapat dalam penelusuran auditing dengan data yang dilaporkan melalui pengamatan, wawancara, rekaman kaset atau video. Pada tahap ini auditor harus pula membuat ketetapan tentang studi yang sedang atau telah selesai dilaksanakan. Jika studi sedang berjalan, saran keputusan nya hendaknya menegaskan agar dapat diteruskan, di berhentikan sementara, atau diberhentikan sama sekali. Keputusan itu dapat didasar kan atas beberapa patokan seperti lengkap-tidaknya, yaitu seluruh bahan penelitian yang disediakan dan telah digunakan ; tuntas-tidaknya, bahwa bahan itu dapat benar-benar dipahami dan diikuti ; bemanfaat-tidaknya, telah disusun sehingga memunggkinkan penggecekan silang, pengorganisasian, pembuatan indeks, dan semacam nya; bahan itu berkaitan secara sistematis dengan pendekatan dan metodologi yang digunakan, baik pada waktu penggunaan mula-mula ataupun kemudian dalam pengguna sebenarnya . 13
  • 15. Tahap berikutnya dinamakan persetujuan resmi antara auditor dengan auditi. Pada tahap ini auditor dengan mengandakan persetujuan tertulis tentang apa yang telah dicapai oleh auditor. Tahap berikutnya ialah penentuan keabsahan. Tahap ini merupakan tahap terpenting. Penelusuran auditing meliputi pemeriksaan terhadap kepastian maupun terhadap kebergantungan. Pemeriksaan terhadap kriteria kepastian terdiri atas beberapa langkah kecil. pertama-tama auditor perlu memastikan, apakah hasil penemuan itu benar-benar berasal dari data. Hal ini tidak sukar melaksanakan nya sepanjang jejak audit itu telah ditetapkan dengan baik. Tahap terkhir rentetan auditing ini ialah mengakhiri auditing itu sendiri(closure). Pada tahap ini ada dua hal yang harus perlu dikerjakan oleh auditor, yaitu memberikan umpan balik dan Berunding dengan auditi, yaitu si peneliti sendiri, dan menuliskan laporan hasil pemeriksaan nya. Sebelum seluruh penyusunan laporan diakhiri, sesuai dengan haknya, audit berhak mempelajari isi laporan tersebut terlebih dahulu. Hasil penelaah auditi dibacarakan dan dibahas bersama-sama. Maksudnya ialah agar auditing auditi dapat mengetahui bahwa langkah-langkah yang ada dalam perjanjian telah dilakukan seluruh nya. Jika dari sisi auditi terlihat adanya kekeliruan, hal itu dapat dibicarakan untuk kemudian diperbaiki. Dalam hal keduanya tidak terdapat kesesuaian pendapat, auditor tetap berhak untuk menyajikan laporan nya, sedangkan auditi dapat memberikan catatan khusus mengenai hal itu. Jika prose situ telah dilaksanakan, maka perundingan tentang penemuan auditing dibicarakan, apa saja kekurangan dan bagaimana cara mengatasinya. 14