SlideShare a Scribd company logo
http://ophiestrezz13.blogspot.com/2012/10/penalaran-deduktif-daninduktif.html
Penalaran Deduktif
Sebagai suatu istilah dalam penalaran, deduktif / deduksi adalah merupakan suatu
proses berpikir (penalaran) yang bertolak dari sesuatu proposisi yang sudah ada,
menuju kepada suatu proposisi baru yang berbentuk suatu kesimpulan. Dari
pengalaman-pengalaman hidup kita, kita sudah membentuk bermacam-macam
proposisi, baik yang bersifat umum maupun bersifat khusus. Proposisi baru itu tidak
lain dari kesimpulan kita mengenai suatu fenomena yang telah kita identifikasi dengan
mempertalikannya dengan proposisi yang umum. Dalam penalaran deduktif, penulis
tidak perlu mengumpulkan fakta-fakta. Yang perlu baginya adalah suatu proposisi
umum dan suatu proposisi yang mengidentifikasi suatu peristiwa khusus yang bertalian
dengan suatu proposisi umum tadi. Bila identifikasi yang dilakukannya itu benar, dan
kalau proposisinya itu juga benar, maka dapat diharapkan suatu kesimpulan yang
benar.
Uraian mengenai proses berpikir deduktif ialah seperti silogisme kategorial, entimem,
rantai deduksi, silogisme alternatif, silogisme hipotesis dan sebagainya.
Contoh penalaran deduktif :
Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah
kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang
menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.
Macam-macam penalaran deduktif diantaranya :
a. Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme
disusun dari dua proposi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Dengan fakta
lain bahwa silogisme adalah rangkaian 3 buah pendapat, yang terdiri dari 2 pendapat
dan 1 kesimpulan.
Contoh :
Semua manusia akan mati
Amin adalah manusia
Jadi, Amin akan mati (konklusi / kesimpulan)
b. Entimen
Entimen adalah penalaran deduksi secara langsung. Dan dapat dikatakan pula
silogisme premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena sudah sama-sama
diketahui.
Contoh :
Proses fotosintesis memerlukan sinar matahari
Pada malam hari tidak ada matahari
Pada malam hari tidak mungkin ada proses fotosintesis
http://nobodylovingme.blogspot.com/2013/04/pengertian-makna-contohpenalaran.html
Pengertian, Makna & Contoh Penalaran Deduktif

Penalaran Deduktif
Dasar penalaran logika dibagi menjadi dua jenis yakni penalaran deduktif dan penalaran induktif.
Kali ini saya akanmembahas tentang penalaran deduktif yang kadang disebut logika deduktif,
penalaran ini membangun atau mengevaluasi argumen secara deduktif. Dimana, argumen ini
dinyatakan deduktif jika kebenaran dari kesimpulan ditarik atau merupakan konsekuensi logis
dari premis-premisnya. Argumen deduktif dinyatakan valid atau tidak valid, bukan benar atau
salah. Sebuah argumen deduktif dinyatakan valid jika dan hanya jika kesimpulannya merupakan
konsekuensi logis dari premis-premisnya.
Jadi, ciri penalaran deduktif adalah :
– Jika semua premis benar maka kesimpulan pasti benar
– Semua informasi atau fakta pada kesimpulan sudah ada, sekurangnya secara implisit, dalam
premis.
B. Variabel pada penalaran deduktif
1. Silogisme Kategorial
Silogisme Kategorial : Silogisme yang terjadi dari tiga proposisi.
Premis umum : Premis Mayor (My)
Premis khusus : Premis Minor (Mn)
Premis simpulan : Premis Kesimpulan (K)
Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term mayor, dan predikat
simpulan disebut term minor.
2. Silogisme Hipotesis
Silogisme Hipotesis : Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional
hipotesis.
Konditional hipotesis : bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya
membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak
konsekuen.
3. Silogisme Alternatif
Silogisme Alternatif : Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif.
Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya.
Simpulannya akan menolak alternatif yang lain.
4. Entimen
Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan.
Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.
C. Contoh Kalimat Deduktif
Premis 1 : Setiap mamalia punya sebuah jantung
Premis 2 : Semua kuda adalah mamalia
Konklusi : Setiap kuda punya sebuah jantung
Referensi : http://heleninfo.wordpress.com/2012/10/22/pengertian-penalaran-deduktif/
http://taskactivity.tumblr.com/post/45831547193/deduktif
DEDUKTIF
1.

Pengertian Deduksi

Kata deduksi berasal dari kata Latin deducere (de yang berarti ‘dari’, dan kata decure yang berarti
‘menghantar’,’memimpin’). Dengan demikian katadeduksi yang diturunkan dari kata itu berarti
‘menghantar dari sesuatu hal ke sesatu hal yang lain’. Sebagai suatu istilah dari penalaran, deduksi
merupakan suatu proses berpikir (penalaran) yang bertolak dari sesuatu proposisi yang sudah ada,
menuju kepada suatu proposisi baru yang berbentuk suatu kesimpulan. Uraian mengenai proses berfikir
deduktif akan dilangsungkan melalu beberapa corak berpikir deduktif, yaitu : silogisme kategorial,
silogisme hipotesis, silogisme disjungtif atau silogisme alternatif, entimem, rantai deduksi, dan teknik
pengujuan kebenaran atas tiap corak penalaran deduktif itu.
2.

Silogisme Kategorial

Yang dimaksud dengan silogisme adalah suatu bentuk proses penalaran yang berusaha menghubungkan
dua proposisi (pernyataan) yang berlainan untuk menurunkan suatu kesimpulan atau inferensi yang
merupakan prosposisi yang ketiga. Secara khusus silogisme kategorial dapat dibatasi sebagai suatu
argumen deduktif yang mengandung suatu rangkaian yang terdiri dari tiga proposisi katergorial, yang
disusun sedemikian rupa sehingga ada tiga term yang muncul dalam rangkaian pernyataan itu. Tiap-tiap
term hanya boleh muncul dalam dua pernyataan, misalnya :
1. Semua buruh adalah manusia pekerja.
2. Semua tukang batu adalah buruh.
3. Jadi, semua tukang batu adalah manusia pekerja.
Dalam rangkaian pernyataan di atas terdapat tiga proposisi a + b + c. Dalam rangkaian silogisme
kategorial hanya terdapat tiga term, dan tiap term muncul dalam dua proposisi.
3.

Silogisme Hipotesis

Silogisme hipotesis atau silogisme pengandaian adalah semacam pola penalaran deduktif yang
mengandung hipotese. Silogisme hipotetis bertolak dari suatu pendirian, bahwa ada kemungkinan apa
yang disebut dalam proposisi itu tidak ada atau tidak terjadi. Premis mayornya mengandung pernyataan
yang bersifat hipotesis. Oleh karena sebab itu rumus proposisi mayor dari silogisme ini adalah:
Jika P, maka Q
Contoh silogisme hipotesis :
Premis mayor : Jika tidak turun hujan, maka panen akan gagal.
Premis minor : Hujan tidak turun.
Konklusi

: Sebab itu panen akan gagal.

Dalam kenyataan, yaitu bila kita menghadapi persoalan, maka kita dapat mempergunakan pola
penalaran di atas.
4.

Silogisme Alternatif

Jenis silogisme yang ketiga adalah silogisme alternatif atau disebut jugasilogisme disjungtif. Silogisme ini
dinamakan demikian, karena proposisi mayornya merupakan sebuah proposisi yang mengandung
kemungkinan-kemungkinan atau pilihan-pilihan. Sebaliknya porposisi minornya adalah proposisi
kategorial yang menerima atau menolak salah satu alternatifnya. Sebagai contoh berikut :
Premis mayor : Ayah ada dikantor atau dirumah
Premis minor : Ayah ada dikantor
Konklusi

: Sebab itu, ayah tidak ada dirumah.
Atau

Premis mayor : Ayah ada dikantor atau dirumah
Premis minor : Ayah tidak ada dikantor
Konklusi

: Sebab itu, ayah ada dirumah.

Secara praktis kita juga sering bertindak seperti itu. Untuk menetapkan sesuatu atau menemukan
sesuatu secara sistematis kita bertindak sesuai denga pola silogisme alternatif itu.
5.

Entimem
Silogisme sebagai suatu cara untuk menyatakan pikiran tampaknya bersifat artifisial. Dalam kehidupan
sehari-hari biasanya silogisme itu muncul hanya dengan dua proposisi, salah satunya dihilangkan.
Walaupun dihilangkan, proposisi itu tetap dianggap ada dalam pikiran, dan dianggap diketahui pula oleh
orang lain. Bentuk semacam ini dinamakan entimem yang berarti ‘simpan dalam ingatan’ dalam bahasa
yunani. Dalam tulisan-tulisan bentuk inilah yang dipergunakan, dan bukan bentuk yang formal seperti
silogisme.
Misalnya sebuah silogisme asli akan dinyatakan oleh seorang pengasuh ruangan olahraga dalam sebuah
harian sebagai berikut:
Premis mayor : Siapa saja yang dipilih mengikuti pertandingan Thomas Cup adalah Seorang pemain
kawakan.
Premis minor : Rudy Hartono terpilih untuk mengikuti pertandingan Thomas Cup.
Konklusi

: Sebab itu Rudy Hartono adalah seorang pemain (bulu tangkis) kawakan.

Bila pengasuh ruangan olahraga menulis seperti diatas, dan semua gaya tulisannya sehari-hari mengikuti
corak tersebut, maka akan dirasakan bahwa tulisannya terlalu kaku. Sebab itu ia akan mengambil bentuk
lain, yaitu entimem. Bentuk itu akan berbunyi, “Rudy hartono adalah seorang pemain bulu tangkis
kawakan, karena terpilih untuk mengikuti pertandingan Thomas Cup.”
Persoalan dala sebuah argumentasi adalah bagai mana mengemukakan dan menganalisa kebenaran
atau menunjukkan kekeliruan penalaran orang lain. Bagaimana harus memperlihatkan hubungan antara
proposisi-proposisi yang terdapat dibalik tulisannya itu. Tetapi ia juga harus merumuskan penalarannya
itu dalam bahasa yang baik. Sebab itu, bentuk penalaran seperti bermacam-macam silogisme sebagai
yang dikemukakan di atas harus dikuasai untuk mampu menguji kebenaran dan kesahihan kesimpulan
yang diturunkannya. Namun sesudah itu ia juga berkewajiban untuk menyampaikan kebenaran itu
dalam bentuk bahasa yang baik, dalam hal ini ia harus memilih entimem yang sesuai dengan kebenaran
yang ingin disampaikannya itu.

Sumber:
Web: http://aadanwde.wordpress.com:
Buku: Keraf,Gorys. 2001. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

More Related Content

What's hot

Pengertian, Objek, Macam, Manfaat Logika
Pengertian, Objek, Macam, Manfaat LogikaPengertian, Objek, Macam, Manfaat Logika
Pengertian, Objek, Macam, Manfaat Logika
Siti Hardiyanti
 
Penalaran induktif dan deduktif
Penalaran induktif dan deduktif Penalaran induktif dan deduktif
Penalaran induktif dan deduktif Mentari Nita
 
Makalahku filsafat modern
Makalahku filsafat modernMakalahku filsafat modern
Makalahku filsafat modern
Winda nawangasari
 
Penalaran Bahasa Indonesia
Penalaran Bahasa IndonesiaPenalaran Bahasa Indonesia
Penalaran Bahasa Indonesia
Mujiyanti Muzzy
 
9. penalaran dalam karangan
9. penalaran dalam karangan9. penalaran dalam karangan
9. penalaran dalam karanganbusitisahara
 
Komponen-komponen Logika
Komponen-komponen LogikaKomponen-komponen Logika
Komponen-komponen Logika
Siti Hardiyanti
 
PENALARAN DEDUKTIF
PENALARAN DEDUKTIFPENALARAN DEDUKTIF
PENALARAN DEDUKTIF
syoretta
 
PPT penalaran karangan Bahasa Indonesia
PPT penalaran karangan Bahasa IndonesiaPPT penalaran karangan Bahasa Indonesia
PPT penalaran karangan Bahasa Indonesia
Annisa Icha
 
epistemologi
epistemologiepistemologi
epistemologi
M fazrul
 
Artikel Filsafat Ilmu dan Logika Metode Induksi dan Deduksi
Artikel Filsafat Ilmu dan Logika Metode Induksi dan DeduksiArtikel Filsafat Ilmu dan Logika Metode Induksi dan Deduksi
Artikel Filsafat Ilmu dan Logika Metode Induksi dan Deduksi
Nasruddin Asnah
 
Kumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmu
Kumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmuKumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmu
Kumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmu
PutriAgilya
 
Makalah pancasila sebagai sistem filsafat
Makalah pancasila sebagai sistem filsafatMakalah pancasila sebagai sistem filsafat
Makalah pancasila sebagai sistem filsafat
Mujid Rical
 
Kb3 dasar logika
Kb3 dasar logikaKb3 dasar logika
Kb3 dasar logika
Pet-pet
 
SALAH NALAR
SALAH NALARSALAH NALAR
SALAH NALAR
syoretta
 
Jelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasila
Jelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasilaJelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasila
Jelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasila
Susanti Susanti
 
Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni (IPTEKS) dalam Islam
Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni (IPTEKS) dalam IslamIlmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni (IPTEKS) dalam Islam
Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni (IPTEKS) dalam Islam
Wulandari Rima Kumari
 

What's hot (20)

Pengertian, Objek, Macam, Manfaat Logika
Pengertian, Objek, Macam, Manfaat LogikaPengertian, Objek, Macam, Manfaat Logika
Pengertian, Objek, Macam, Manfaat Logika
 
Penalaran induktif dan deduktif
Penalaran induktif dan deduktif Penalaran induktif dan deduktif
Penalaran induktif dan deduktif
 
Silogisme_Hamka Husein Hs
Silogisme_Hamka Husein HsSilogisme_Hamka Husein Hs
Silogisme_Hamka Husein Hs
 
Makalahku filsafat modern
Makalahku filsafat modernMakalahku filsafat modern
Makalahku filsafat modern
 
Penalaran Bahasa Indonesia
Penalaran Bahasa IndonesiaPenalaran Bahasa Indonesia
Penalaran Bahasa Indonesia
 
9. penalaran dalam karangan
9. penalaran dalam karangan9. penalaran dalam karangan
9. penalaran dalam karangan
 
Komponen-komponen Logika
Komponen-komponen LogikaKomponen-komponen Logika
Komponen-komponen Logika
 
PENALARAN DEDUKTIF
PENALARAN DEDUKTIFPENALARAN DEDUKTIF
PENALARAN DEDUKTIF
 
PPT penalaran karangan Bahasa Indonesia
PPT penalaran karangan Bahasa IndonesiaPPT penalaran karangan Bahasa Indonesia
PPT penalaran karangan Bahasa Indonesia
 
epistemologi
epistemologiepistemologi
epistemologi
 
Artikel Filsafat Ilmu dan Logika Metode Induksi dan Deduksi
Artikel Filsafat Ilmu dan Logika Metode Induksi dan DeduksiArtikel Filsafat Ilmu dan Logika Metode Induksi dan Deduksi
Artikel Filsafat Ilmu dan Logika Metode Induksi dan Deduksi
 
Kumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmu
Kumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmuKumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmu
Kumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmu
 
Makalah pancasila sebagai sistem filsafat
Makalah pancasila sebagai sistem filsafatMakalah pancasila sebagai sistem filsafat
Makalah pancasila sebagai sistem filsafat
 
Penalaran
PenalaranPenalaran
Penalaran
 
Proposisi
ProposisiProposisi
Proposisi
 
Kb3 dasar logika
Kb3 dasar logikaKb3 dasar logika
Kb3 dasar logika
 
SALAH NALAR
SALAH NALARSALAH NALAR
SALAH NALAR
 
Trial dan error 2
Trial dan error 2Trial dan error 2
Trial dan error 2
 
Jelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasila
Jelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasilaJelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasila
Jelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasila
 
Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni (IPTEKS) dalam Islam
Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni (IPTEKS) dalam IslamIlmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni (IPTEKS) dalam Islam
Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni (IPTEKS) dalam Islam
 

Similar to Penalaran deduktif 27/12/13

FILSAFAT 1.docx
FILSAFAT 1.docxFILSAFAT 1.docx
FILSAFAT 1.docx
RizkiZikriyanus
 
Jawaban filsafat
Jawaban filsafatJawaban filsafat
Jawaban filsafatRz Rachman
 
Penalaran deduktif
Penalaran deduktifPenalaran deduktif
Penalaran deduktif
NOvhy NOvytha
 
Penalaran Deduktif
Penalaran DeduktifPenalaran Deduktif
Penalaran Deduktif
Siti Hardiyanti
 
Alvian mitha s
Alvian mitha sAlvian mitha s
Alvian mitha s
taufiq99
 
Dwi n
Dwi nDwi n
Dwi n
taufiq99
 
5. ARGUMENTASI HUKUM_Logika Hkm Br.pptx
5. ARGUMENTASI HUKUM_Logika Hkm Br.pptx5. ARGUMENTASI HUKUM_Logika Hkm Br.pptx
5. ARGUMENTASI HUKUM_Logika Hkm Br.pptx
pieterpattiasina2
 
Tugas_ine riswanti_Berfikir secara Kefilsafatan.pdf
Tugas_ine riswanti_Berfikir secara Kefilsafatan.pdfTugas_ine riswanti_Berfikir secara Kefilsafatan.pdf
Tugas_ine riswanti_Berfikir secara Kefilsafatan.pdf
IneRiswanti
 
PPT INF- X AKL 1 (1).pptx
PPT INF- X AKL 1 (1).pptxPPT INF- X AKL 1 (1).pptx
PPT INF- X AKL 1 (1).pptx
DyahWinengkuRahmawat1
 
Filsafat ilmu - Definisi dan Penalaran
Filsafat ilmu - Definisi dan PenalaranFilsafat ilmu - Definisi dan Penalaran
Filsafat ilmu - Definisi dan Penalaran
Ryan Ahd
 
Penalaran induktif dan deduktif
Penalaran induktif dan deduktif Penalaran induktif dan deduktif
Penalaran induktif dan deduktif
Mentari Nita
 
Rangkuman (Metode Penelitian)
Rangkuman (Metode Penelitian) Rangkuman (Metode Penelitian)
Rangkuman (Metode Penelitian) Awang Ramadhani
 
Psikognitif Pembentukan Konsep dan reasoning).pptx
Psikognitif Pembentukan Konsep dan reasoning).pptxPsikognitif Pembentukan Konsep dan reasoning).pptx
Psikognitif Pembentukan Konsep dan reasoning).pptx
windafebriyantianwar
 
SILOGISME.pdf
SILOGISME.pdfSILOGISME.pdf
SILOGISME.pdf
ssuserace98a
 
3. LOGIKA HUKUM.ppt
3. LOGIKA HUKUM.ppt3. LOGIKA HUKUM.ppt
3. LOGIKA HUKUM.ppt
Dr. RAHMAT SYAH
 
Materi Logika Hukum 1.pptx
Materi Logika Hukum 1.pptxMateri Logika Hukum 1.pptx
Materi Logika Hukum 1.pptx
AnggalanaAnggalana
 
Logika deduktif, induktif dan kebanaran
Logika deduktif, induktif dan kebanaranLogika deduktif, induktif dan kebanaran
Logika deduktif, induktif dan kebanaran
astrianto
 
Filsafat Iptek
Filsafat IptekFilsafat Iptek
Filsafat Iptek
Miftah Ridho
 
Tugas penalaran ( harits wiguna )
Tugas penalaran  ( harits wiguna )Tugas penalaran  ( harits wiguna )
Tugas penalaran ( harits wiguna )Rietz Wiguna
 

Similar to Penalaran deduktif 27/12/13 (20)

FILSAFAT 1.docx
FILSAFAT 1.docxFILSAFAT 1.docx
FILSAFAT 1.docx
 
Logika6
Logika6Logika6
Logika6
 
Jawaban filsafat
Jawaban filsafatJawaban filsafat
Jawaban filsafat
 
Penalaran deduktif
Penalaran deduktifPenalaran deduktif
Penalaran deduktif
 
Penalaran Deduktif
Penalaran DeduktifPenalaran Deduktif
Penalaran Deduktif
 
Alvian mitha s
Alvian mitha sAlvian mitha s
Alvian mitha s
 
Dwi n
Dwi nDwi n
Dwi n
 
5. ARGUMENTASI HUKUM_Logika Hkm Br.pptx
5. ARGUMENTASI HUKUM_Logika Hkm Br.pptx5. ARGUMENTASI HUKUM_Logika Hkm Br.pptx
5. ARGUMENTASI HUKUM_Logika Hkm Br.pptx
 
Tugas_ine riswanti_Berfikir secara Kefilsafatan.pdf
Tugas_ine riswanti_Berfikir secara Kefilsafatan.pdfTugas_ine riswanti_Berfikir secara Kefilsafatan.pdf
Tugas_ine riswanti_Berfikir secara Kefilsafatan.pdf
 
PPT INF- X AKL 1 (1).pptx
PPT INF- X AKL 1 (1).pptxPPT INF- X AKL 1 (1).pptx
PPT INF- X AKL 1 (1).pptx
 
Filsafat ilmu - Definisi dan Penalaran
Filsafat ilmu - Definisi dan PenalaranFilsafat ilmu - Definisi dan Penalaran
Filsafat ilmu - Definisi dan Penalaran
 
Penalaran induktif dan deduktif
Penalaran induktif dan deduktif Penalaran induktif dan deduktif
Penalaran induktif dan deduktif
 
Rangkuman (Metode Penelitian)
Rangkuman (Metode Penelitian) Rangkuman (Metode Penelitian)
Rangkuman (Metode Penelitian)
 
Psikognitif Pembentukan Konsep dan reasoning).pptx
Psikognitif Pembentukan Konsep dan reasoning).pptxPsikognitif Pembentukan Konsep dan reasoning).pptx
Psikognitif Pembentukan Konsep dan reasoning).pptx
 
SILOGISME.pdf
SILOGISME.pdfSILOGISME.pdf
SILOGISME.pdf
 
3. LOGIKA HUKUM.ppt
3. LOGIKA HUKUM.ppt3. LOGIKA HUKUM.ppt
3. LOGIKA HUKUM.ppt
 
Materi Logika Hukum 1.pptx
Materi Logika Hukum 1.pptxMateri Logika Hukum 1.pptx
Materi Logika Hukum 1.pptx
 
Logika deduktif, induktif dan kebanaran
Logika deduktif, induktif dan kebanaranLogika deduktif, induktif dan kebanaran
Logika deduktif, induktif dan kebanaran
 
Filsafat Iptek
Filsafat IptekFilsafat Iptek
Filsafat Iptek
 
Tugas penalaran ( harits wiguna )
Tugas penalaran  ( harits wiguna )Tugas penalaran  ( harits wiguna )
Tugas penalaran ( harits wiguna )
 

More from mujahidah khilafah (Shintia Minandar)

More from mujahidah khilafah (Shintia Minandar) (20)

Drama sebagai teater
Drama sebagai teaterDrama sebagai teater
Drama sebagai teater
 
Rpp drama sebagai teater
Rpp drama sebagai teaterRpp drama sebagai teater
Rpp drama sebagai teater
 
hubungan bahasa dengan Retorika
hubungan bahasa dengan Retorikahubungan bahasa dengan Retorika
hubungan bahasa dengan Retorika
 
Jurnal semantik-nan-cantik
Jurnal semantik-nan-cantikJurnal semantik-nan-cantik
Jurnal semantik-nan-cantik
 
draft penting implikatur
draft penting implikaturdraft penting implikatur
draft penting implikatur
 
Shinmin
ShinminShinmin
Shinmin
 
Proposal menulis karya ilmiah shintia M
Proposal menulis karya ilmiah shintia MProposal menulis karya ilmiah shintia M
Proposal menulis karya ilmiah shintia M
 
Hubungan antara ilmu dengan kebudayaan
Hubungan antara ilmu dengan kebudayaanHubungan antara ilmu dengan kebudayaan
Hubungan antara ilmu dengan kebudayaan
 
Mahkota dewa atau phaleria papuana atau phaleriae fructus
Mahkota dewa atau phaleria papuana atau phaleriae fructusMahkota dewa atau phaleria papuana atau phaleriae fructus
Mahkota dewa atau phaleria papuana atau phaleriae fructus
 
Kisi kisi
Kisi kisiKisi kisi
Kisi kisi
 
Paper peserta diskusi
Paper peserta diskusiPaper peserta diskusi
Paper peserta diskusi
 
Bab vi
Bab viBab vi
Bab vi
 
Tugas kel pk dudung
Tugas kel pk dudungTugas kel pk dudung
Tugas kel pk dudung
 
Print peserta
Print pesertaPrint peserta
Print peserta
 
Kriteria dan teknik pemeriksaan keabsahan data
Kriteria dan teknik pemeriksaan keabsahan dataKriteria dan teknik pemeriksaan keabsahan data
Kriteria dan teknik pemeriksaan keabsahan data
 
1105113581 shintia bu char
1105113581 shintia bu char1105113581 shintia bu char
1105113581 shintia bu char
 
Istilah variabel dapat diartikan bermacam
Istilah variabel dapat diartikan bermacamIstilah variabel dapat diartikan bermacam
Istilah variabel dapat diartikan bermacam
 
Studi bahasa sebagai sistem tanda
Studi bahasa sebagai sistem tandaStudi bahasa sebagai sistem tanda
Studi bahasa sebagai sistem tanda
 
Variabel penelitian
Variabel penelitianVariabel penelitian
Variabel penelitian
 
Cover
CoverCover
Cover
 

Recently uploaded

VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
gloriosaesy
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Galang Adi Kuncoro
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
muhammadRifai732845
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
safitriana935
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
bobobodo693
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
EkoPutuKromo
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
lindaagina84
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
nawasenamerta
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
NurSriWidyastuti1
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
asyi1
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
d2spdpnd9185
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
mattaja008
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
UditGheozi2
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
ssuser289c2f1
 
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
haryonospdsd011
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
erlita3
 
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
TarkaTarka
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
PURWANTOSDNWATES2
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
kinayaptr30
 

Recently uploaded (20)

VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
 
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
 
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 

Penalaran deduktif 27/12/13

  • 1. http://ophiestrezz13.blogspot.com/2012/10/penalaran-deduktif-daninduktif.html Penalaran Deduktif Sebagai suatu istilah dalam penalaran, deduktif / deduksi adalah merupakan suatu proses berpikir (penalaran) yang bertolak dari sesuatu proposisi yang sudah ada, menuju kepada suatu proposisi baru yang berbentuk suatu kesimpulan. Dari pengalaman-pengalaman hidup kita, kita sudah membentuk bermacam-macam proposisi, baik yang bersifat umum maupun bersifat khusus. Proposisi baru itu tidak lain dari kesimpulan kita mengenai suatu fenomena yang telah kita identifikasi dengan mempertalikannya dengan proposisi yang umum. Dalam penalaran deduktif, penulis tidak perlu mengumpulkan fakta-fakta. Yang perlu baginya adalah suatu proposisi umum dan suatu proposisi yang mengidentifikasi suatu peristiwa khusus yang bertalian dengan suatu proposisi umum tadi. Bila identifikasi yang dilakukannya itu benar, dan kalau proposisinya itu juga benar, maka dapat diharapkan suatu kesimpulan yang benar. Uraian mengenai proses berpikir deduktif ialah seperti silogisme kategorial, entimem, rantai deduksi, silogisme alternatif, silogisme hipotesis dan sebagainya. Contoh penalaran deduktif : Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial. Macam-macam penalaran deduktif diantaranya : a. Silogisme Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Dengan fakta lain bahwa silogisme adalah rangkaian 3 buah pendapat, yang terdiri dari 2 pendapat dan 1 kesimpulan. Contoh : Semua manusia akan mati Amin adalah manusia Jadi, Amin akan mati (konklusi / kesimpulan) b. Entimen Entimen adalah penalaran deduksi secara langsung. Dan dapat dikatakan pula silogisme premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui. Contoh : Proses fotosintesis memerlukan sinar matahari Pada malam hari tidak ada matahari Pada malam hari tidak mungkin ada proses fotosintesis
  • 2. http://nobodylovingme.blogspot.com/2013/04/pengertian-makna-contohpenalaran.html Pengertian, Makna & Contoh Penalaran Deduktif Penalaran Deduktif Dasar penalaran logika dibagi menjadi dua jenis yakni penalaran deduktif dan penalaran induktif. Kali ini saya akanmembahas tentang penalaran deduktif yang kadang disebut logika deduktif, penalaran ini membangun atau mengevaluasi argumen secara deduktif. Dimana, argumen ini dinyatakan deduktif jika kebenaran dari kesimpulan ditarik atau merupakan konsekuensi logis dari premis-premisnya. Argumen deduktif dinyatakan valid atau tidak valid, bukan benar atau salah. Sebuah argumen deduktif dinyatakan valid jika dan hanya jika kesimpulannya merupakan konsekuensi logis dari premis-premisnya. Jadi, ciri penalaran deduktif adalah : – Jika semua premis benar maka kesimpulan pasti benar – Semua informasi atau fakta pada kesimpulan sudah ada, sekurangnya secara implisit, dalam premis. B. Variabel pada penalaran deduktif 1. Silogisme Kategorial Silogisme Kategorial : Silogisme yang terjadi dari tiga proposisi. Premis umum : Premis Mayor (My) Premis khusus : Premis Minor (Mn) Premis simpulan : Premis Kesimpulan (K) Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term mayor, dan predikat simpulan disebut term minor. 2. Silogisme Hipotesis Silogisme Hipotesis : Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis. Konditional hipotesis : bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen. 3. Silogisme Alternatif Silogisme Alternatif : Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain. 4. Entimen Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan. C. Contoh Kalimat Deduktif
  • 3. Premis 1 : Setiap mamalia punya sebuah jantung Premis 2 : Semua kuda adalah mamalia Konklusi : Setiap kuda punya sebuah jantung Referensi : http://heleninfo.wordpress.com/2012/10/22/pengertian-penalaran-deduktif/ http://taskactivity.tumblr.com/post/45831547193/deduktif DEDUKTIF 1. Pengertian Deduksi Kata deduksi berasal dari kata Latin deducere (de yang berarti ‘dari’, dan kata decure yang berarti ‘menghantar’,’memimpin’). Dengan demikian katadeduksi yang diturunkan dari kata itu berarti ‘menghantar dari sesuatu hal ke sesatu hal yang lain’. Sebagai suatu istilah dari penalaran, deduksi merupakan suatu proses berpikir (penalaran) yang bertolak dari sesuatu proposisi yang sudah ada, menuju kepada suatu proposisi baru yang berbentuk suatu kesimpulan. Uraian mengenai proses berfikir deduktif akan dilangsungkan melalu beberapa corak berpikir deduktif, yaitu : silogisme kategorial, silogisme hipotesis, silogisme disjungtif atau silogisme alternatif, entimem, rantai deduksi, dan teknik pengujuan kebenaran atas tiap corak penalaran deduktif itu. 2. Silogisme Kategorial Yang dimaksud dengan silogisme adalah suatu bentuk proses penalaran yang berusaha menghubungkan dua proposisi (pernyataan) yang berlainan untuk menurunkan suatu kesimpulan atau inferensi yang merupakan prosposisi yang ketiga. Secara khusus silogisme kategorial dapat dibatasi sebagai suatu argumen deduktif yang mengandung suatu rangkaian yang terdiri dari tiga proposisi katergorial, yang disusun sedemikian rupa sehingga ada tiga term yang muncul dalam rangkaian pernyataan itu. Tiap-tiap term hanya boleh muncul dalam dua pernyataan, misalnya : 1. Semua buruh adalah manusia pekerja. 2. Semua tukang batu adalah buruh. 3. Jadi, semua tukang batu adalah manusia pekerja. Dalam rangkaian pernyataan di atas terdapat tiga proposisi a + b + c. Dalam rangkaian silogisme kategorial hanya terdapat tiga term, dan tiap term muncul dalam dua proposisi. 3. Silogisme Hipotesis Silogisme hipotesis atau silogisme pengandaian adalah semacam pola penalaran deduktif yang mengandung hipotese. Silogisme hipotetis bertolak dari suatu pendirian, bahwa ada kemungkinan apa
  • 4. yang disebut dalam proposisi itu tidak ada atau tidak terjadi. Premis mayornya mengandung pernyataan yang bersifat hipotesis. Oleh karena sebab itu rumus proposisi mayor dari silogisme ini adalah: Jika P, maka Q Contoh silogisme hipotesis : Premis mayor : Jika tidak turun hujan, maka panen akan gagal. Premis minor : Hujan tidak turun. Konklusi : Sebab itu panen akan gagal. Dalam kenyataan, yaitu bila kita menghadapi persoalan, maka kita dapat mempergunakan pola penalaran di atas. 4. Silogisme Alternatif Jenis silogisme yang ketiga adalah silogisme alternatif atau disebut jugasilogisme disjungtif. Silogisme ini dinamakan demikian, karena proposisi mayornya merupakan sebuah proposisi yang mengandung kemungkinan-kemungkinan atau pilihan-pilihan. Sebaliknya porposisi minornya adalah proposisi kategorial yang menerima atau menolak salah satu alternatifnya. Sebagai contoh berikut : Premis mayor : Ayah ada dikantor atau dirumah Premis minor : Ayah ada dikantor Konklusi : Sebab itu, ayah tidak ada dirumah. Atau Premis mayor : Ayah ada dikantor atau dirumah Premis minor : Ayah tidak ada dikantor Konklusi : Sebab itu, ayah ada dirumah. Secara praktis kita juga sering bertindak seperti itu. Untuk menetapkan sesuatu atau menemukan sesuatu secara sistematis kita bertindak sesuai denga pola silogisme alternatif itu. 5. Entimem
  • 5. Silogisme sebagai suatu cara untuk menyatakan pikiran tampaknya bersifat artifisial. Dalam kehidupan sehari-hari biasanya silogisme itu muncul hanya dengan dua proposisi, salah satunya dihilangkan. Walaupun dihilangkan, proposisi itu tetap dianggap ada dalam pikiran, dan dianggap diketahui pula oleh orang lain. Bentuk semacam ini dinamakan entimem yang berarti ‘simpan dalam ingatan’ dalam bahasa yunani. Dalam tulisan-tulisan bentuk inilah yang dipergunakan, dan bukan bentuk yang formal seperti silogisme. Misalnya sebuah silogisme asli akan dinyatakan oleh seorang pengasuh ruangan olahraga dalam sebuah harian sebagai berikut: Premis mayor : Siapa saja yang dipilih mengikuti pertandingan Thomas Cup adalah Seorang pemain kawakan. Premis minor : Rudy Hartono terpilih untuk mengikuti pertandingan Thomas Cup. Konklusi : Sebab itu Rudy Hartono adalah seorang pemain (bulu tangkis) kawakan. Bila pengasuh ruangan olahraga menulis seperti diatas, dan semua gaya tulisannya sehari-hari mengikuti corak tersebut, maka akan dirasakan bahwa tulisannya terlalu kaku. Sebab itu ia akan mengambil bentuk lain, yaitu entimem. Bentuk itu akan berbunyi, “Rudy hartono adalah seorang pemain bulu tangkis kawakan, karena terpilih untuk mengikuti pertandingan Thomas Cup.” Persoalan dala sebuah argumentasi adalah bagai mana mengemukakan dan menganalisa kebenaran atau menunjukkan kekeliruan penalaran orang lain. Bagaimana harus memperlihatkan hubungan antara proposisi-proposisi yang terdapat dibalik tulisannya itu. Tetapi ia juga harus merumuskan penalarannya itu dalam bahasa yang baik. Sebab itu, bentuk penalaran seperti bermacam-macam silogisme sebagai yang dikemukakan di atas harus dikuasai untuk mampu menguji kebenaran dan kesahihan kesimpulan yang diturunkannya. Namun sesudah itu ia juga berkewajiban untuk menyampaikan kebenaran itu dalam bentuk bahasa yang baik, dalam hal ini ia harus memilih entimem yang sesuai dengan kebenaran yang ingin disampaikannya itu. Sumber: Web: http://aadanwde.wordpress.com: Buku: Keraf,Gorys. 2001. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.