SlideShare a Scribd company logo
BAB IV
PENYUSUNAN INSTRUMEN DAN TEKNIK PENSKORAN

A. Komponen Penyusun Tes
1. Tujuan tes
Tujuan tes yang penting adalah untuk : (a) mengetahui tingkat kemampuan siswa, (b)
mengukur pertumbuhan dan perkembangan siswa, (c) mendiagnosis kesulitan belajar siswa,
(d) mengetahui hasil pengajaran, (e) mengetahui hasil belajar, (f) mengetahui pencapaian
kurikulum, (g) mendorong siswa belajar, (h) mendorong guru agar mengajar yang lebih baik.
Sering kali tes digunakan untuk beberapa tujuan, namun tidak akan memiliki keefektifan
yang sama untuk semua tujuan.
Ditinjau dari tujuannya, ada 4 macam tes yang banyak digunakan di lembaga
pendidikan, yaitu : (a) tes penempatan, (b) tes diagnostik, (c) tes formatif, dan (d) tes sumatif.
Sistem pengujian berbasis kemampuan dasar pada umumnya menggunakan tes diagnostik,
formatif, dan sumatif.
Tes penempatan dilaksanakan pada awal pelajaran, digunakan untuk mengetahui
tingkat kemampuan yang dimiliki siswa. Untuk mempelajari suatu mata pelajaran dibutuhkan
pengetahuan pendukung. Pengetahuan pendukung ini diketahui dengan menelaah hasil tes
penempatan. Apakah seorang siswa perlu matrikulasi, tambahan pelajaran atau tidak.
Ditentukan dari hasil tes ini.
Tes diagnostik berguna untuk mengetahui kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa,
termasuk kesalahan pemahaman konsep. Tes ini dilakukan apabila diperoleh informasi bahwa
sebagaian besar siswa gagal dalam mengikuti proses pembelajaran pada mata pelajaran
tertentu. Hasil tes diagnostik memberikan informasi tentang konsep-konsep yang belum
dipahami dan yang telah dipahami. Oleh karena itu, tes ini berisi materi yang dirasa sulit oleh
siswa, namun tingkat kesulitan tes ini cenderung rendah.
Tes formatif bertujuan untuk memperoleh masukan tentang tingkat keberhasilan
pelaksanaan proses pembelajaran. Masukan ini berguna untuk memperbaiki strategi
mengajar. Tes ini dilakukan secara periodik sepanjang semester. Materi tes dipilih
berdasarkan tujuan pembelajaran tiap pokok bahasan atau subpokok materi. Jadi tes ini
sebenarnya bukan untuk menentukan keberhasilan belajar semata, tetapi untuk mengetahui
keberhasilan proses pembelajaran.
Tes sumatif diberikan di akhir suatu pelajaran atau akhir semester. Hasilnya untuk
menentukan keberhasilan belajar siswa. Tingkat keberhasilan ini dinyatakan dengan skor atau
nilai, pemberian sertifikat , dan sejenisnya. Tingkat kesukuran soal pada tes sumatif
bervariasi, sedangkan materinya harus mewakili bahan yang telah diajarkan.

2. Langkah Pengembangan Tes
Ada sembilan langkah yang harus ditempuh dalam mengembangkan tes hasil belajar
yaitu : (a) menyusun spesifikasi tes, (b) menulis soal tes, (c) menelaah soal tes, (d) melakukan
uji coba tes, (e) menganalisis butir soal.], (f) memperbaiki tes, (g) merakit tes, (h)
melaksanakan tes, (i) menafsirkan hasil tes. Khusus mengenai uji coba tes, dalam penyusunan
tes untuk mengukur prestasi hasil pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru dikelas
seperti ulangan harian, ulangan umum, dan ulangan kenaikan kelas tidak harus dilakukan
secara tersendiri. Pembakuan tes dilakukan setelah diujikan dengan menggunakan metode
konsistensi internal.
Langkah awal dalam mengembangkan tes adalah menetapkan spesifikasi tes, yaitu
berisi uraian yang menunjukkan keseluruhan karakteristik yang harus dimiliki suatu tes.
Spesifikasi yang jelas akan mempermudah dalam menulis soal, dan siapa saja yang menulis
soal akan menghasilkan tingkat kesulitan yang relatif sama. Penyusunan spesifikasi tes
mencakup kegiatan berikut ini : (a) menentukan tujuan tes, (b) menyusun kisi-kisi tea, (c)
memilih bentuk tes, dan (d) menentukan panjang tes.
a. Kisi-kisi Tes
Kisi-kisi merupakan matriks yang berisi spesifikasi soal-soal yang akan dibuat. Kisikisi ini merupakan acuan bagi penulis soal, sehingga siapapun yang menulis soal akan
menghasilkan soal dan tingkat kesulitannya relatif sama. Matriks kisi-kisi soal terdiri dari
dua jalur, yaitu kolom dan baris. Kolom menyatakan tujuan pelajaran, materi pokok dan
subpokoknya, uraian materi, dan indikator, sedangkan baris menyatakan tujuan yang akan
diukur atau diujikan (lihat lampiran 1).
Ada tiga langkah dalam mengembangkan kisi-kisi tes dalam sistem pengujian
berbasis kemampuan dasar, yaitu:
1.

Menulis tujuan umum pelajaran,

2.

Membuat daftar materi pembelajaran/materi pokok dan submateri pembelajaran yang
akan diujikan,

3.

Menentukan indikator,

4.

Menentukan jumlah soal materi pembelajaran/materi pokok dan submateri
pembelajaran.
Paling tidak, ada empat hal yang harus diperhatikan dalam memilih materi
pembelajaran dan submateri pembelajaran yang akan diujikan, yaitu:
1.

Merupakan konsep dasar,

2.

Merupakan materi pembelajaran/materi pokok dan submateri pembelajaran yang
berkelanjutan,

3.

Memiliki nilai terapan,

4.

Merupakan materi yang dibuat untuk mempelajari bidang lain.
Sumber utama tujuan pelajaran, materi pembelajaran/materi pokok adalah silabus

pelajaran. Pemilihan materi pembelajaran dan submateri pembelajaran yang akan diujikan
berdasarkan pada tingkat kepentingan, yaitu: konsep dasar, materi pembelajaran yang
berkelanjutan, berkaitan dengan mata pelajaran lain, dan mengandung nilai aplikasi tinggi.
Tujuan yang ingin dicapai disertai informasi tentang materi pembelajaran kemudian
diuraikan dalam bentuk indikator.
Penentuan indikator yang dapat diukur digunakan kemampuan dasar sebagai acuan.
Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi pemnyimpangan-penyimpangan dalam memilih
bahan yang diujikan agar memenuhi persyaratan kesahihan isi. Pemilihan materi tes pada
umumnya dilakukan dengan melakukan pemilihan sampel, materi yang banyak dan
komplek dipilih lebih banyak dibanding dengan materi yang mudah dan sederhana.
Selanjutnya, jumlah soal yang digunakan tergantung pada waktu yang tersedia untuk tes
dan materi yang akan diujikan.
Hal yang penting dalam menentukan materi tes adalah keshaihan isi, yaitu seberapa
jauh materi yang diujikan mewakili kemampuan dasar. Ada kemampuan dasar yang
diukur melalui tugas rumah, ada yang melalui ulangan harian. Pada ulangan semester,
materi yang diujikan harus mencakup kemampuan dasar yang belum diujikan dan yang
telah diujikan namun dianggap penting.

b. Pemilihan Bentuk Tes
Pemilihan bentuk tes yang tepat ditentukan oleh tujuan tes, jumlah peserta tes, waktu
yang tersedia untuk memeriksa lembar jawaban tes, cakupan materi tes, dan karakteristik
mata pelajaran yang diujikan. Bentuk tes objektif pilihan ganda dan bentuk tes benar salah
sangat tepat digunakan bila jumlah peserta tes banyak, waktu koreksi singkat, dan cakupan
materi yang diujikan banyak. Kelebihan tes objektif bentuk pilihan adalah lembar jawaban
dapat diperiksa dengan komputer, sehingga objektivitas penskoran dapat dijamin. Namun
membuat tes objektif yang baik tidak mudah.
Bentuk tes uraian objektif sering digunakan pada mata pelajaran yang batasnya jelas,
misalnya mata pelajaran Fisika, Matematika, Kimia, Biologi, dan sebagainya. Soal pada
tes ini jawabannya hanya satu, mulai dari memilih rumus yang tepat, memasukkan angka
dalam rumus, menghitung hasil, dan menafsirkan hasilnya. Pada tes bentuk uraian objektif
ini, sistem penskoran dapat dibuat dengan jelas dan rinci.

c. Panjang Tes
Panjang tes ditentukan oleh waktu yang tersedia untuk melakukan ujian dengan
memperlihatkan bahan yang diujikan dan tingkat kelelahan peserta tes. Pada umumnya tes
dilakukan selama 90 menit sampai 120 menit. Untuk tes bentuk pilihan ganda dengan
tingkat kesulitan rata-rata sedang tiap butir soal tergantung pada kompleksitas soal. Walau
demikian disarankan menggunakan lebih banyak soal dibanding hanya beberapa soal agar
kesahihan isi tes lebih baik.
Ada tiga hal utama yang harus dipertimbangkan dalam menentukan jumlah soal yang
diujikan, yaitu: bobot masing-masing bagian yang telah ditentukan dalam kisi-kisi,
keandalan yang diinginkan, dan waktu yang tersedia. Bobot skor tiap soal bisa ditentukan
sebelum tes digunakan, yaitu berdasar tingkat kompleksitas atau kesulitannya, yang
komplek atau sulit diberi bobot yang lebih tinggi dibanding dengan yang lebih mudah.
Pemberian bobot dapat pula dilakukan setelah tes digunakan, yaitu dengan
menghitung simpangan baku tiap butir soal. Penentuan bobot didasarkan pada besarnya
simpangan bakunya, seperti butir yang simpangan baku skornya besar diberi bobot besar.
Demikian pula butir yang memiliki simpangan baku kecil diberi bobot kecil.
Jumlah soal yang diperlukan tiap jenis tes untuk suatu satuan waktu tertentu harus
diperhitungkan dengan tepat. Hal ini untuk menjaga agar waktu yang disediakan kurang
atau berlebih. Bagi guru yang berpengalaman dapat menentukan jumlah dengan tepat.
B. Penyusunan Tes Kognitif dan teknik Penskorannya
1. Bentuk Tes kognitif
a. Tes Lisan di Kelas
Pertanyaan lisan dapat digunakan untuk mengetahui taraf serap siswa untuk masalah
yang berkaitan dengan kognitif. Pertanyaan lisan yang diajukan ke kelas harus jelas, dan
semua siswa harus diberi kesempatan yang sama. Dalam melakukan pertanyaan di kelas
prinsipnya adalah: mengajukan pertanyaan, memberi waktu untuk berpikir, kemudian
menunjuk peserta untuk menjawab pertanyaan. Baik benar atau salah jawaban siswa,
jawaban siswa, jawaban tersebut ditawarkan lagi ke kelas untuk mengaktifkan kelas.
Tingkat berpikir untuk pertanyaan lisan di kelas cenderung rendah, seperti pengetahuan
dan pemahan.

b. Bentuk Pilihan Ganda
Pedoman utama dalam pembuatan butir soal bentuk pilihan ganda (Ebel, 1977)
adalah:
1.

Pokok soal harus jelas.

2.

Pilihan jawaban homogen dalam arti isi.

3.

Panjang kalimat pilihan jawaban relatif sama.

4.

Tidak ada petunjuk jawaban benar.

5.

Hindari menggunakan pilihan jawaban: semua benar atau semua salah.

6.

Pilihan jawaban angka diurutkan.

7.

Semua pilihan jawaban logis.

8.

Jangan menggunakan negatif ganda.

9.

Kalimat yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta tes.

10. Bahasa Indonesia yang digunakan baku.
11. Letak pilihan jawaban benar ditentukan secara acak.

c. Bentuk Uraian Objektif
Bentuk soal uraian objektif sangat tepat digunakan untuk bidang Matematika dan IPA,
karena kunci jawabannya hanya satu. Pengerjaan soal ini melalui suatu prosedur atau
langkah-langkah tertentu. Setiap langkah ada skornya. Objektif di sini dalam arti apabila
diperiksa oleh beberapa guru dalam bidang studi tersebut hasil penskorannya akan sama.
Pertanyaan pada bentuk soal ini di antaranya adalah: hitunglah, tafsirkan, buat kesimpulan
dan sebagainya.
d. Bentuk Uraian Non-objektif
Bentuk tes ini dikatakan non-objektif karena penilaian yang dialkukan cenderung
dipengaruhi subjektivitas dari penilai. Bentuk tes ini menuntut kemampuan siswa untuk
menyampaikan, memilih, menyusun, dan memadukan gagasan atau ide yang telah
dimilikinya dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Keunggulan bentuk tes ini dapat
mengukur tingkat berpikir dari yang rendah sampai yang tinggi, yaitu mulai dari hafalan
sampai evaluasi. Namun demikian, sebaiknya hindarkan pertanyaan yang mengungkap
hafalan seperti dengan pertanyaan yang dimulai dengan kata: apa, siapa, di mana.
Selain itu bentuk ini relatif mudah untuk membuatnya. Kelemahan dari bentuk tes ini
adalah: (1) penskoran sering dipengaruhi oleh subjektivitas penialian, (2) memerlukan
waktu yang lama untuk memeriksa waktu yang lama untuk memeriksa lembar jawaban,
dan (3) cakupan materi yang diujikan sangat terbatas, (4) dan adanya efek bluffing. Untuk
menghindari kelemahan tersebut, cara yang ditempuh adalah: (1) jawaban tiap soal tidak
panjang, sehingga bisa mencakup materi yang banayak, (2) tidak melihat nama peserta
ujian, (3) memeriksa tiap butir secara keseluruhan tanpa istirahat, dan (4) menyiapkan
pedoman penskoran.
Langkah membuat tes ini adalah sebagai berikut:
1. Menulis soal berdasarkan kisi-kisi pada indikator.
2. Mengedit pertanyaan:
a) Apakah pertanyaan mudah dimengerti?
b) Apakah data digunakan benar?
c) Apa tata letak keseluruhan baik?
d) Apakah pemberian bobot skor sudah tepat?
e) Apakah kunci jawaban sudah benar?
f) Apakah waktu untuk mengerjakan tes cukup?
Kaidah penulisan soal bentuk uraian non-objektif:
1) Gunakan kata-kata: mengapa, uraikan, jelaskan, bandingkan, tafsirkan, hitunglah,
buktikan.
2) Hindari penggunaan pertanyaan: siapa, apa, bila.
3) Menggunakan bahasa Indonesia yang baku.
4) Hindari penggunaan kata-kata yang dapat ditafsirkan ganda.
5) Buat petunjuk mengerjakan soal.
6) Buat kunci jawaban.
7) Buat pedoman penskoran.
Penskoran bentuk tes ini bisa dilakukan secara analitik atau global. Analitik berarti
penskoran dilakukan bertahap sesuai kunci jawaban, sedang yang global dibaca
secara keseluruhan untuk mengetahui ide pokok dari jawaban soal kemudian diberi
skor.

e. Bentuk Jawaban Singkat
Bentuk jawaban singkat ditandai dengan adanya tempat kosong yang disediakan bagi
pengambil tes untuk menuliskan jawaban sesuai dengan petunjuk. Ada tiga jenis soal
bentuk ini, yaitu: jenis pertanyaan, jenis melengkapi atau isian, dan jenis identifikasi atau
asosiasi. Kaidah-kaidah utama penyusunan soal bentuk ini adalah sebagai berikut:
1. Soal harus sesuai indikator.
2. Jawaban yang benar hanya satu.
3. Rumusan kalimat harus komunikatif
4. Butir soal menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
5. Tidak menggunakan bahasa lokal

f. Bentuk menjodohkan
Soal menjodohkan atau memasangkan terdiri dari suatu premis, suatu daftar
kemungkinan jawaban, dan suatu petunjuk untuk menjodohkan masing-masing premis itu
dengan satu kemungkinan jawaban. Biasanya nama, tanggal/tahun, istilah, frase,
pernyataan, bagian dari diagram, dan yang sejenisnya digunakan sebagai premis. Hal-hal
yang sama dapat pula digunakan sebagai alternatif jawaban. Kaidah-kaidah pokok
penulisan soal jenis menjodohkan ini adalah sebagai berikut:
1. Soal harus sesuai dengan indikator.
2. Jumlah alternatif jawaban lebih banyak dari pada premis.
3. Jumlah alternatif jawaban harus “nyambung” atau berhubungan secara logis
dengan premisnya.
4. Rumusan kalimat soal harus komunikatif.
5. Butir soal menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
6. Tidak menggunakan bahasa lokal.
g. Unjuk kerja/performans
Penialain unjuk kerja sering disebut dengan penilaian autentik atau penilaian alternatif
yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam menyelesaikan
masalah-masalah di kehidupan nyata. Penilaian unjuk kerja berdasarkan pada analisis
pekerjaan (Nathan & Cascio, 1986). Penilaian ini menggunakan tes yang juga disebut
dengan tes unjuk kerja. Hasil tes ini digunakan untuk perbaikan proses pembelajaran
sehingga kemampuan siswa mencapai pada tingkat yang diinginkan. Tes unjuk kerja lebih
banyak digunakan pada bidang studi yang batasnya jelas, seperti Fisika, Kimia, dan
Biologi.
Bentuk tes ini digunakan untuk mengukur status siswa berdasarkan hasil kerja dari
satu tugas. Pertanyaan pada tes unjuk kerja berdasarkan pada tuntutan dari masyarakat dan
lembaga lain yang terkait dengan pengetahuan yang harus dimiliki siswa. Jadi pertanyaan
butir soal cenderung pada tingkat aplikasi suatu prinsip atau konsep pada situasi yang
baru. Walau urain namun batasnya harus jelas dan ditentukan berdasarkan kebutuhan
masyarakat. Permasalahan yang diujikan sedapat mungkin sama dengan masalah yang ada
di kehidupan nyata. Inilah yang menjadi ciri utama perbedaan antara tes unjuk kerja
dengan bentuk yang konvensial.

h. Portofolio
Portofolio adalah kumpulan pekerjaan seseorang (Popham, 1999), dalam bidang
pendidikan berarti kumpulan dari tugas-tugas siswa. Portofolio cocok digunakan untuk
penilaian dengan skala yang luas (Marzano & Kendall, 1986). Penilaian dengan portofolio
memerlukan kemampuan membaca yang baik. Hal yang penting pada penilaian portofolio
adalah mampu mengukur kemampuan membaca dan menulis yang lebih luas, siswa
menilai kemajuannya sendiri, mewakili sejumlah karya seseorang.
Penilain portofolio pada dasarnya adalah menilai karya-karya individu untuk suatu
mata pelajaran tertentu. Jadi semua tugas yang dikerjakan siswa dikumpulkan, dan di akhir
satu unit program pembelajaran misalnya satu semester. Kemudian dilakukan diskusi
antara siswa dan guru untuk menentukan skornya. Prinsip penilaian portofolio adalah
siswa dapat melakukan penilaian sendiri kemudian hasilnya dibahas. Bentuk ujiannya
cenderung bentuk uraian, dan tugas-tugas rumah. Karya yang dinilai meliputi hasil ujian,
tugas mengarang atau mengerjakan soal. Jadi portofolio adalah suatu metode pengukuran
dengan melibatkan siswa untuk menilai kemajuannya dalam bidang studi tersebut.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penelitian portofolio adalah
sebagai berikut.
1. Karya yang dikumpulin adalah benar-benar karya yang bersangkutan.
2. Menentukan contoh pekerjaan mana yang harus dikumpulkan.
3. Mengumpulkan dan menyimpan sampel karya.
4. Menentukan kriteria untuk menilai portofolio.
5. Meminta siswa untuk menilai secara terus menerus hasil portofolionya.
6. Merencanakan pertemuan dengan siswa yang dinilai.
7. Dapat melibatkan orang tua dalam menilai portofolio.
Penilaian dengan portofolio memiliki karakteristik tertentu, sehingga penggunaan
juga harus sesuai dengan tujuan dan substansi yang diukur. Mata pelajaran yang
memiliki banyak tugas dan jumlah siswa yang tidak banyak, penilaian dengan cara
portofolio akan lebih cocok.

2. Pedoman Penskoran Tes Kognitif
Pedoman Penskoran sangat diperlukan, terutama untuk soal bentuk uraian, agar
subjektifitas korektor dapat diperkecil. Pedoman penskoran ini merupakan petunjuk yang
menjelaskan tentang : batasan atatu kata – kata kunci untuk melakukan penskoran terhadap
soal bentuk uraian, dan kriteria jawaban yang digunakan untuk melakukan penskoran pada
soal bentuk uraian bentuk non-objektif.
Pedoman pemberaian skor untuk setiap butir soal uraian harus disusun segera setelah
perumusan kalimat-kalimat butir soal tersebut.
a. Contoh Penskoran Soal Bentuk Pilihan Ganda
Cara penskoran tes bentuk pilihan ada dua, yaitu: pertama tanpa ada koreksi
terhadap jawaban tebakan, dan yang kedua adalah dengan koreksi terhadap jawaban
tebakan
1) Penskoran tanpa koreksi jawaban tebakan adalah satu untuk tiap butir yanga dijawab
benar, sehingga jumlah skor yang diproleh siswa adalah banyaknya butir yang dijawab
benar.
skor

B

100

N

B adalah banyaknya butir yang dijawab benar
N adalah banyaknya butir soal
Contohnya adalah sebagai berikut:
Banyak soal tes ada 40 butir.
Banyaknya jawaban yang benar ada 20.
Jadi skor yang dicapai seseorang:
skor

20

100

50

40

2) Penskoran dengan koreksi terhadap jawaban tebakan adalah sebagai berikut:
skor

S

B
P

/N

100

1

B adalah banyaknya butir soal yang dijawab benar
S adalah banyaknya butir yang dijawab salah
P adalah banyaknya pilihan jawaban tiap butir
N adalah banyaknya butir soal
Butir soal yang tidak dijawab diberi skor 0.
Contoh: Soal bentuk pilihan ganda yang terdiri dari 40 butir soal dengan 4 pilihan tiap
butir, dan banyaknya 40 butir. Bila banyaknya butir yang dijawab benar ada 20,
yang dijawab salah ada 12, dan tidak dijawab ada 8, maka skor yang diperoleh
adalah:

skor

20

12
4

/ 40

100

40

1

b. Contoh pedoman Penskoran Sola uraian Objektif:
Indikator

: siswa dapat menghitung isi bangun ruang(balok) dan mengubah
satuan ukurannya.

Butir soal

: Sebuah bak mandibebentuk bola berukuran panjang 50 Cm, lebar 80
Cm, dan tinggi 75 Cm. Berapa literkah isi bak mandi tersebut? (untuk
menjawabnya, tulislah langkah – langkahnya !)
Pedoman penskoran :
Langkah Kunsi Jawaban

Skor

1

1

Isi balok = panjang x lebar x tinggi

2

= 150 Cm x 80 Cm x 75 Cm

1

3

3

1

= 900000 Cm

Isi bak mandi dalam liter:
900000

4

= 900 liter

1

1000

5

liter

Skor maksimum

1
5

c. Contoh Pedoman Penskoran Soal Uraian Non-objektif:
Indikator

: Siswa dapat mendeskripsikan alsan warga negara Indonesia bangga
menjadi bangsa Indonesia.

Butir soal

: Tuliskan alsan – alsan yang membuat Anda berbangga sebagai
bangsa Indonesia !

Pedoman penskoran
Jawaban boleh bermacam – macam namun pada pokok jawaban tadi dapat
dikelompokkan sebagai berikut.
Kriteria jawaban

Rentang skor

Kebanggaan yang berkaitan dengan kekayaan alam 0 - 2
Indonesia
Kebanggaan yang berkaitan dengan keindahan tanah air 0 - 2
indonesia (pemandangan alamnya, geografisnya, dll).
Kebanggaan yang berkaitan dengan keanekaragaman 0 - 2
budaya, suku, adat istiadat tetapi dapat bersatu
Kebanggaan yang berkaitan dengan keramahtamahan 0 - 2
masyarakat Indonesia
Skor maksimum

8
d. Pembobotan soal uraian
Pembobotan

adalahpemberian

bobot

kepada

suatu

soal

dengan

cara

membandingkannya dengan soal lain dalam suatu perangkat tes yang sama. Dengan
demikian, pembobotan soal uraian hanya dapat dilakukan dalam menyusun perangkat tes.
Apabila suatu soal uraian berdiri sendiri maka tidak dapat dihitung atau ditetapkan bobotnya.
Bobot setiap soal ujian yang ada dalam suatu perangkat tes ditentukan dengan
mempertimbangkan faktor – faktor yang berkaitan dengan materi dan karakteristik soal itu
sendiri, seperti luas lingkup materi yang hendak dibuat soalnya, esensialitas dan tingkat
kedalaman materi yang ditanyakan, dan tingkat kesukaran soal tersebut.
Selain faktor – faktor tersebut, hal yang perlu pula ditimbangkan dalam pembobotan
soal uraian adalah skala penskoran yang hendak digunakan, misalnya skala 10, atau skala
100. Apabila digunakan skala 100 maka jumlah bobot semua soal yang dinyatan dalam
perangkat tes itu harus 100; demikian pula bila skala yang digunakan 10. Hal ini
dimaksudkan untuk memudahkan perhitungan skor.
Sebagaimana telah dinyatakan diatas, tiap soal uraian, baik uraian objektif maupun
non objektif mempunyai skor mentah maksimum sendiri. Skor mentah maksimum suatu butir
soal uraian tidak ada hubungannya dengan bobot soal tersebut. Dengan demikian, suatu soal
dengan skor mentah maksimum 6, misalnya, dapat mempunyai bobot yang sama dengan skor
mentah maksimum, dapat pula lebih rendah atau lebih tinggi daripada skor mentah
maksimumnya.
Skor jadi yang diperoleh siswa yang menjawab suatu butir soal uraian ditetapkan
dengan jalan membagi skor mentah yang diperoleh dengan skor mentah maksimumnya
kemudian dikalikan dengan bobot soal tersebut. Rumus yang dipakai untuk penghitungan
skor butir soal (SBS) adalah :
SBS

a

c

b

SBS = skor butir soal
a = skor mentah yang diperoleh siswa untuk butir soal
b

= skor mentah maksimum soal

c

= bobot soal
Setelah diperoleh skor setiap soal (SBSS) maka dapat dihitung total skor butir soal
bebagi skor total siswa (STS) untuk serangkaian soal dalam tes yang bersangkutan, dengan
menggunakan rumus :
SBS

SBS

Contoh 1, bila STS = Total Bobot Soal dan skala 100
Skor

mentah Skor mentah

Bobot soal

Skor

Butir

perolehan

maksimum

(a)

(b)

(c)

(SBS)

01

60

60

20

20,00

02

40

40

30

30,00

03

20

20

30

30,00

04

20

20

20

20,00

Jumlah

140

140

100

100,00(STS)

No.Soal

Contoh 2, bila STS
Skor

Soal

Total Bobot Soal dan skala 100
mentah Skor mentah

Bobot soal

Skor

Butir

perolehan

maksimum

(a)

(b)

(c)

(SBS)

01

30

60

20

10,00

02

40

40

30

30,00

03

20

20

30

30,00

04

10

20

20

10,00

Jumlah

100

140

100

80,00(STS)

No.Soal

Soal

Dalam penghitungan skor untuk satu butir soal (SBS) dan dalam penghitungan skor
total siswa (STS) untuk suatu perangkat tes, tidak terdapat perbedaan antara soal uraian
objektif dan soal uraian non-objektif.
e. Pembobotan soal Bentuk Campuran
Dalam beberapa situasi bisa digunakan soal bentuk campuran, yaitu pelihan dan
uaraian. Pembobotan soal bagian soal bentuk pilihan ganda dan bentuk uraian ditentukan
oleh cakpupan materi dan kompleksitas jawaban atau tingkat berfikir yang terlibat dalam
mengerjakan soal. Pada umumnya cakupan materi soal bentuk pilihan ganda lebih banyak,
sedang tingkat berfikir yang terlibat dalam mengerjakan soal bentuk uraian biasanya lebih
banyak dan lebih tinggi.
Suatu ulangan terdiri dari N1 soal pilihan ganda dan N2 soal uraian. Bobot untuk soal
pilihan ganda adalah w1 dan bobot untuk soal uraian adalah w2. Jika seseorang siswa
menjawab benar n1 pilihan ganda, dan n2 soal uraian, maka siswa itu mendapat skor :
w1

n1

100

N1

w2

n2

100

N2

Misalkan suatu bilnganh terdiri dari 20 bentuk pilihan ganda dengan 4 pilihan, dan 4
buah bentuk soal uraian. Soal pilihan ganda bisa dijawab benar 15 dan dijawab salah 4,
sedang bentuk uraian bisa dijawab benar 20 dari skor maksimum 40. Apabila bobot pilihan
ganda adalah 0,40 dan bentuk uraian 0,60. Maka skor yang diperoleh dapa dihitung sebagai
berikut:
a) Skor pilihan ganda tanpa koreksi jawaban dugaan: (16/20) x 100 = 80
b) Skor bentik uraian adalah: (20/40) x 100 = 50
c) Skor akhir adalah: 0,4 x (80) + 0,6 x (50) = 62

C. Penyusunan Instrumen Afektif dan Tehnik Penskorannya
1. Penyusunan Instrumen afektif
Komponen afektif ikut menentukan keberhasilan belajar siswa. Paling tidak ada dua
komponen afektif yang penting untuk diukur, yaitu sikap dan minat terhadap suatu pelajaran.
Sikap siswa terhadap pelajaran bisa positif bisa negatif atau netral. Tentu diharapkan sikap
siswa tehadap mata pelajaran tertentu positif sehingga akan timbul minat untuk belajar dan
mempelajarinya. Siswa yang memilih minat pada pelajran tertentu bisa diharapkan prestsi
belajarnya akan meningkat, bagi yang tidak berminat sulit untuk meningkatkan prestasi
belajarnya. Oleh karena itu, guru memilki tugas untuk membangkitkan minat kemudian
meningkatkan minat siswa terhadap mata pelajran yang diampunya. Dengan demikian akan
terjadi usaha yang sinergi untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran.
Langkah pembuatan instrumen afektif termasuk sikapo dan minat adalah sebagai
berikut.
a. Pilih ranah afektif yang akan dinilai, misalnya sikap atau minat.
b. Tentukan indikator minat: misalnya kehadiran dikelas, banyak bertanya, tepat
waktu mengumpulkan tugas, catatan di buku rapi, dan sebagainya. Hal ini
selanjutnya ditanyakan pada siswa.
c. Pilih tipe skala yang digunakan, misalnya Likert dengan 5 skala: Sangat senang,
senang, sama saja, kurang senang, dan tidak senang.
d. Telaah insrumen oleh sejawat.
e. Perbaiki instrumen.
f. Siapkan inventori laporan diri.
g. Skor inventori.
h. Analisis hasil inventori skala minat dan skala sikap.
2. Tehnik Penskoran Pengukuran Afektif
Misal dari insrumen untuk mengukur minat siswa yang telah berhasil dibuat ada 10
butir. Jika rentangan yang dipakai adlah 1 sampai 5, maka skor terendah seorang siswa
adalah 10, yakni dari 10 x 1 dan skor tertinggi sebesar 50, yakni dari 10 x 5. Dengan
demikian, medianya adalah (10 + 50)/2 atau sebesar 30. Jika dibagi 4 kategori, maka skala 10
– 20 termasuk tidak berminat, 21 sampai 303 kurang berminat, 31 – 40 berminat, dan skala
41 – 50 sangat berminat.
D. Penyusunan Tes Psikomotorik dan Teknik Penskorannya
1. Penyusunan Tes Psikomotorik
a. Bentuk Tes Psikomotorik
Tes untuk mengukur ranah psikomotorik adalah tes untuk mengukur penampilan atau
kinerja (performance) yang telah dikuasai siswa. Tes tersebut menurut Lunetta dkk. (1981) dapat
berupa tes paper and pencil, tes identifikasi, tes simulasi dan untuk kerja.
1) Tes paper and pencil, walaupun bentuk aktivitasnya seperti tes tulis, namun yang menjadi
sasarannya adalah kemampuan siswa dalam menampilkan karya, misal berupa desaian alat,
desain grafis, dan sebagainya.
2) Tes identifikasi : tes ini lebih ditujukan untuk mengukur kemampuan siswa dalam
mengidentifikasi sesuatu hal, misal menemukan bagian yang rusak atau yang tidak berfungsi
dari suatu alat.
3) Tes simulasi : tes ini dilakukan jika tidak ada alat yang sesungguhnya yang dapat dipakai
untuk memperagakan penampilan siswa, sehingga dengan simulasi tetap dapat dinilai
apakah seseorang sudah menguasai keterampilan dengan peralatan tiruan atau berperaga
seolah-olah menggunakan suatu alat.
4) Tes untuk kerja (work sample): tes ini dilakukan dengan alat yang sesungguhnya dan
tujuannya untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai/terampil menggunakan alat
tersebut.
Tes penampilan/perbuatan, baik berupa tes identifikasi, tes simulasi, ataupun unjuk kerja,
semuanya dapat diperoleh datanya dengan menggunakan daftar cek (check-list) ataupun
skala penilaian (rating scale). Daftar cek maupun skala penilaian juga dapat dipakai sebagai
“lembar penilaian” atau alat untuk observasi dalam rangka pengukuran yang bebas
waktunya, dalam arti tidak dilakukan dalam suasana ujian secara formal. Misal dipakai alat
observasi saat siswa mengejarkan praktikum dalam upaya memperoleh data selama siswa
melakukan proses pembelajaran praktek laboratorium.
Daftar cek lebih praktis jika digunakan untuk menghadapi subjek dalam jumlah besar atau
jika perbuatan yang dinilai memiliki resiko tinggi, misalnya dalam kegiatan praktikum
laboratorium yang menggunakan peralatan yang mahal, untuk menilai apakah seseorang
sudah mampu menggunakan mikroskop akan lebih tepat menggunakan daftar cek.
Skala penilaian cocok untukmenghadapi subjek yang sedikit. Perbuatan yang diukur
menggunakan alat berupa skala penilaian terentang dari sangat tidak sempurna sampai
sangat sempurna. Jika dibuat skala 5, maka skala 1 paling tidak sempurna dan skala 5 paling
sempurna.
b. Pesunan butir soal bentuk daftar cek.
Daftar cek berisi seperangkat butir soal yang mencerminkan rangkaian tindakan/perbuatan
yang harus ditampilkan oleh peserta ujian, yang merupakan indikator-indikator dari keterampilan
yang akan diukur. Oleh karena itu dalam menyusun daftar cek hendaknya: (1) carilah indikatorindikator penguasaan keterampilan yang diujikan, (2) susunlah indikator-indikator tersebut sesuai
dengan urutan penampilannya. Kemudian dilakukan pengamatan terhadap subjek yang dinilai untuk
melihat pemunculan indikator-indikator yang dimaksud. Jika indikator tersebut muncul, maka diberi
tanda V atau ditulis kata “ya” pada tempat yang telah disediakan.
Misal akan melakukan pengukuran terhadap keterampilan siswa menggunakan termometer badan.
Untuk itu dicari indikator-indikator apa saja yang menunjukkan siswa terampil menggunakan
termometer tersebut, misal indikator-indikatornya sebagai berikut:
1)
2)
3)
4)
5)
6)

Cara mengeluarkan termometer dari temaptnya.
Cara menurunkan posisi air raksa serendah-rendahnya.
Cara memasang termometer pada tubuh orang yang diukur suhunya.
Lama waktu pemasangan termometer pada tubuh orang yang diukur suhunya.
Cara mengambil termometer dari tubuh orang yang diukur suhu tubuhnya.
Cara membaca tinggi air raksa dlam pipa kapiler termometer.
Siswa dinyatakan terampil dalam hal tersebut jika ia mampu melakukan urutan kegiatan
berikut dengan benar. Setelah diperoleh indikator-indikator, kemudian disusun butir soalnya
dalam bentuk daftar cek sebagai berikut.

Beri tanda V untuk setiap penampilan yang benar dari setiap tindakan yang dilakukan siswa seperti
yang diuraikan di bawah ini!
1) Mengeluarkan termometer dari tempatnyadengan memegang bagian ujung yang tak berisi
air raksa.
2) Menurunkan posisi air raksa dalam pipa kapiler termometer serendah-rendahnya.
3) Memasang termometer pada tubuh pasien (dimulut, diketiak atau dubur) sehingga bagian
yang berisi air raksa kontak dengan tubuh orang yang diukur suhunya.
4) Menunggu beberapa menit termometer tinggal pada orang yang diukur.
5) Mengambil termometer dari tubuh orang yang diukur suhunya dengan memegang bagian
ujung yang tidak berisi air raksa.
6) Membaca tinggi air raksa dlam pipa kapiler termometer dengan posisi mata tegak lurus.
Jadi karakteristik buti-butirnya mengandung uraian/pernyataan tentang aspek perbuatan yang
sudah pasti, tinggal perbuatan itu muncul atau tidak.
c. penyusunan butir soal bentuk skala penilaian
pada prinsipnya penyusunan skala penilaian tidak berbeda dengan penyusunan daftar cek, yaitu
mencari indikator-indikator yang mencerminkan keterampilan yang akan diukur, yang berbeda
adalah cara penyajiannya. Dalam skala penilaian, setelah diperoleh indikator-indikator keterampilan
selanjutnya ditentukan skala penilaian untuk setiap indikator. Misal, skala 5 jika suatu indikator
dikerjakan sangat tepat, 4 jika tepat, 3 jika agak tepat, 2 jika tidak tepat dan 1 sangat tidak tepat.
Jadi, pada prinsipnya ada tingkat-tingkat penampilan untuk setiap indikator keterampilan yang akan
diukur.
Contoh:
Untuk mengukur keterampilan siswa menggunakan termometer badan disusun skala penilaian
berikut.
Lingkari angka 5 jika suatu indikator dikerjakan sangat tepat, 4 jika tepat, 3 jika agak tepat, 2 jika
tidak tepat dan 1 sangat tidak tepat untuk setiap tindakan di bawah ini!
5 4 3 2 1 Cara mengeluarkan termometer dari temaptnya.
5 4 3 2 1 Cara menurunkan posisi air raksa serendah-rendahnya.
5 4 3 2 1 Cara memasang termometer pada tubuh orang yang diukur suhunya.
5 4 3 2 1 Lama waktu pemasangan termometer pada tubuh orang yang diukur suhunya.
5 4 3 2 1 Cara mengambil termometer dari tubuh orang yang diukur suhu tubuhnya.
5 4 3 2 1 Cara membaca tinggi air raksa dlam pipa kapiler termometer.
Dalam hal ini, akan lebih akurat bila ada kriteria dari tiap butir yang rentang mulai dari skala 1
sampai 5. Dengan demikian, penilai yang manapun akan dengan tepat dapat menilai karena sudah
ada kriteria bahwa seseorang beri skala 1 untuk langkah yang menyangkut cara mengeluarkan
termometer diberi tempatnya demikian, dan diberi skala 2 karena demikian dan seterusnya sampai
kapan ia diberi skala 5. Kriteria tiap skala untuk setiap butir/langkah juga harus sudah dihafal oleh
penilai. Jadi jika dilakukan penilaian banyak ada keseragaman antar penilai.
Teknik Penskoran Tes Psikomotorik
Dari contoh cara pengukuran suhu badan menggunakan skala penilaian, ada 6 butir soal yang dipakai
untuk mengukur kemampuan seseorang siswa. Jika untuk butir 1 siswa yang bersangkutan
memperoleh skor 5 berarti sempurna/benar, butir 2 memperoleh skor 4 berarti benar tetapi kurang
sempurna, butir 3 memperoleh skor 4 berarti juga benar tetapi kurang sempurna, butir 2
memperoleh skor 3 berarti kurang benar, butir 5 memperoleh skor 3 berarti kurang benar, butir 6
juga skor 3 berarti kurang benar, maka total skor yang dicapai siswa tersebut adalah (5+4+4+3+3+3)
atau = 22. Seorang sisa yang gagal akan memperoleh skor 6, dan yang berhasil melakukan dengan
sempurna memperoleh skor 30; maka median skornya adalah (6+30)/2 = 18. Jika dibagi 4 kategori,
maka yang memperoleh skor 6 – 12 dinyatakan gagal, skor 13 – 18 berarti kurang berhasil, skor 19 –
24 dinyatakan berhasil, dan skor 25 sampai 30 dinyatakan sangat berhasil. Dengan demikian siswa
dengan skor 21 dapat dinyatakan sudah berhasil tetapi belum sempurna/belum sepenuhnya baik.
Maka sifat keterampilannya adalah absolut, maka setiap butir harus dicapai dengan sempurna
(skala5). Dengan demikian hanya siswa yang memperoleh skor total 30 yang dinyatakan berhasil dan
dengan kategori sempurna.
E. Penyusunan Soal Ujian Akhir
1. Ujian Akhir
Tentang ujian akhir, menurut penelitian Djemari dkk (2001) sebagian besar responden dari 20
propinsi setuju dilaksanakan ujian akhir, hanya pelaksanaannya berbeda. Mereka yang setuju
dengan ujian akhir nasional menyarankan penyempurnaan dalam hal berikut ini:
a) Kualitas soal ditingkatkan dan dengan memperlihatkan karakteristik daerah.
b) Hasil ujian akhir dimanfaatkan secara optimal sebagai umpan balik untuk memperbaiki
proses pembelajaran.
c) Objektivitas hasilnya ditingkatkan.
d) Keamanan soal ditingkatkan.
e) Biaya ujian ditanggung oleh pemerintah.
f) Materi ujian mencakup keterampilan/praktik untuk mata pelajaran IPA (Fisika, Kimia,
Biologi) dan semua mata pelajaran yang ada di dalam kurikulum nasional.
g) Menambah ujian “listening” pada ujian bahasa Inggris.
h) Untuk ujian bahasa Indonesia diharapkan tetap ada ujian mengarang.
i) Bentuk soal berupa uraian terstruktur diharapkan tetap digunakan kembali.
2. pelaksanaan Ujian Akhir
Sesuai dengan penelitian Djemari (2001), ada beberapa alternatif bentuk ujian akhir, yaitu ujian
akhir nasional, ujian akhir daerah atau ujian akhir sekolah.
a) Ujian Akhir dalam bentuk Ujian Akhir Nasional (UAN)
1. Pusat mengembangkan kemampuan dasar yang berlaku secaranasional untuk
setiap jenjang pendidikan.
2. Pusat bersama-sama dengan daerah (Propinsi) menyusun kisi-kisi dan perangkat
soal.
3. Perangkat soal dikalibrasi oleh pusat, dan pengembangan bank soal yang
dilakukan oleh pusat.
4. Biaya penyelenggaraan ujian dari pemerintah, baik pemerintah pusat bersamasama dengan pemerintah daerah, atau sepenuhnya ditanggung pemerintah
pusat, atau sepenuhnya ditanggung pemerintah daerah.
5. Koreksi dan analisis hasil ujian akhir dilakukan oleh tim yang dibentuk oleh
pemerintah propinsi.
6. Mata pelajaran yang tidak diujiakan dalam ujian akhirnasional diujikan secara
tersendiri dengan koordinasi dengan propinsi. Dalam hal ini propinsibersamasama dengan kabupaten/kota menyusun kisi-kisi dan perangkat soal. Koreksi
dan analisis hasil ujian akhir dilakukan oleh tim yang dibentuk oleh pemerintah
propinsi.
7. Kabupaten/kota memanfaatkan hasil dari analisis hasil ujian, baik hasil ujian
akhir nasional naupun hasil ujian untuk mata pelajaran yang tidak diujikan dalam
ujian akhir nasional, untuk membina sekolah di wilayahnya.
8. Pusat membina propinsi dalam upaya menyediakan tenaga yang profesional
dalam bidang pengujian agar propinsi mampu mengembangkan bank soal.
b) Ujian Akhir dalam bentuk Ujian Akhir Daerah (UAD) tingkat Propinsi
Tugas dari masing unit adalah sebagai berikut :
1. Pusat mengembangkan komponen dasar yang bersifat nasional untuk setiap
jenjang pendidikan.
2. Pusat melakukan asesman secara nasional dengan menggunakan sample untuk
memantau mutu pendidikan secara makro di setiap daerah.
3. Propinsi bersama-sama dengan kabupaten/kota menyusun kisi-kisi dan
perangkat soal.
4. Perangkat soal dklaribasi dengan mengembangkan bank soal di tiap propinsi.
5. Pusat membina daerah(propinsi dan kabupaten/kota) untuk mengembangkan
SDM yang profesional baik untuk mengembangkan kisi-kisi, perangkat soal,
maupun untuk mengembangkan bank soal.
6. Soal-soal yang diujikan harussoal-soal yang sudahdiketahui penyamaan skornya
(kalibrasi/equating) sehingga hasilnya tetap dapat dipakai
untuk
membandingkan antar wilayah/propinsi.
7. Propinsi menyeleggarahkan ujian akhir.
8. Biaya penyelenggaraan ujian dari pemerintah tingkat
c) Ujian Akhir dalam bentuk Ujian Akhir Daerah (UAD) tingkat kabupaten/kota.
Tugas masing-masing unit adalah sebagai berikut :
1. Pelaksaan UAD dilakukan secara bertahap sejalan dengan kesiapan daerah.
2. Pusat mengembangkan kemampuan dasar yang bersifat nasional untuk setiap
jenjang pendidikan.
3. Pusat melakukan survei nasional untuk memantau mutu pendidikan secara
makro di seluruh daerah.
4. Kabupaten/kota menyusun kisi-kisi dan perangkat soal.
5. Pengembangan bank soal di sekolah
6. Pusat bersama – sama dengan propinsi membina kabupaten/kota untuk
mengembangkan SDM yang profesonal baik untuk mengembangkan kisi-kisi,
perangkat soal, maupun untuk mengembangkan bank soal.
7. Biaya penyelenggaraan ujian dari pemerintah kabupaten/kota.

d. Ujian akhir dalam bentuk ujian akhir sekolah (UAS)
Dalam hal ini :
1) Pusat pengembangan kemampuan dasar yang bersifat nasional untuk setiap
jenjang pendidikan.
2) Pusat melakukan survei secara nasional tentang prestasi belajar siswa pada
setahun sebelum kelas berakhir.
3) Sekolah menyusun kisi-kisi dan perangkat soal.
4) Perangkat soal harus dikalibrasi dengan mengembangkan bank soal di setiap
sekolah.
5) Propinsi bersama-sama kabupaten/kota membina sekolah untuk mengembangkan
SDM yang profesional baik untuk mengembangkan kisi-kisi, perangkat soal
maupun untuk mengembangkan bank soal.
6) Propinsi bersama-sama kabupaten/kota membina sekolah untuk memanfaatkan
hasil-hasil UAS untuk mengembangkan program perbaikan di masing-masing
sekolah.
7) Sekolah menyelenggarakan ujian akhir.
8) Beaya penyelenggaraan unjian ditanggung sepenuhnya oleh sekolah.

e. Jika tanpa diadakan ujian akhir
Dalam hal ini :
1) Pusat pengembangan kemampuan dasar yang bersifat nasional untuk setiap
jenjeng pendidikan.
2) Pusat melakukan survei secara nasional untuk memantau perkembangan mutu
pendidikan secara makro di setiap daerah.
3) Sekolah sepenuhnya bertanggung jawab dalam peningkatan mutu pedidikan di
sekolahny, penyelenggaran program perbaikan berdasarkan data dan informasi
yang dimiliki sekolah, dan sistem seleksi.
4) Pihak kabupaten/kota melakukan pembinaan sekolah di wilayahnya masingmasing.

f. Penyiapa soal ujian akhir
Tujuan ujian akhir yang penting di antaranya adalah untuk :
1) Memantau kualitas pendidikan.
2) Mendorong agar sekolah selalu meningkatkan kualitas pembelajaran.
3) Menentukan lelulusan
4) Menentukan program perbaikan yang tepat
5) Memberika informasi ke masyarakat tentan pencapaian prestasi sekolah sebagai
bentuk akuntabilitas sekolah.

Materi ujian akhir sesuai dengan penerapan kurikulum berbasis kompetensi adalah
dengan memilih sejumlah kemampuan dasar yang penting untuk di ujikan. Untuk materi
ujian harus mewakili semua standart kompetensi, sedangkan yang dipilih harus kemampuan
dasar yang penting yaitu yang peringkat peringkat pemahaman, aplikasi, dan analisis sebesar
30%, 50%, dan 20% dengan batas lulus sebesar 75% menguasai materi ujian. Apabila ada
seklah yang tidak menggunakan kemampuan dasar nasional karena keterbatasan kemampuan
dan fasilitas maka mereka bisa memilih kemampuan dasar yang diujikan dan harus
melaporkan ke pusat agar daerah dan pusat dapat mengembangkan penyamaan skor untuk
membandingkan skor antar sekolah.
Kisi-kisi soal ujian
No.

Standart
Kompetensi

Kompetensi
Dasar

Materi
Pelajaran

Indikator

Bentuk
Soal

Nomor
Soal

More Related Content

What's hot

Kata kerja operasional indikator k13_taksonomi bloom
Kata kerja operasional indikator k13_taksonomi bloomKata kerja operasional indikator k13_taksonomi bloom
Kata kerja operasional indikator k13_taksonomi bloom
masterkukuh
 
Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...
Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...
Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...
Arif Winahyu
 
instrumen penilaian sikap pengetahuan dan ketrampilan
instrumen penilaian sikap pengetahuan dan ketrampilaninstrumen penilaian sikap pengetahuan dan ketrampilan
instrumen penilaian sikap pengetahuan dan ketrampilan
Surya Eka
 
Permasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannya
Permasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannyaPermasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannya
Permasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannya
jhesica purba
 
PENDEKATAN dalam PENGEMBANGAN KURIKULUM.
PENDEKATAN dalam PENGEMBANGAN KURIKULUM.PENDEKATAN dalam PENGEMBANGAN KURIKULUM.
PENDEKATAN dalam PENGEMBANGAN KURIKULUM.
Grace Ginting
 
Penilaian Unjuk Kerja Siswa
Penilaian Unjuk Kerja SiswaPenilaian Unjuk Kerja Siswa
Penilaian Unjuk Kerja Siswa
HildaNuraeni
 
Modul 4. Pengumpulan dan Pengolahan Informasi Hasil Belajar
Modul 4. Pengumpulan dan Pengolahan Informasi Hasil BelajarModul 4. Pengumpulan dan Pengolahan Informasi Hasil Belajar
Modul 4. Pengumpulan dan Pengolahan Informasi Hasil Belajar
Naita Novia Sari
 
Persamaan dan perbedaan kurikulum ktsp dengan kurikulum 2013
Persamaan dan perbedaan kurikulum ktsp dengan kurikulum 2013Persamaan dan perbedaan kurikulum ktsp dengan kurikulum 2013
Persamaan dan perbedaan kurikulum ktsp dengan kurikulum 2013
Hafiza .h
 
strategi pembelajaran individual pada anak tuna grahita
strategi pembelajaran individual pada anak tuna grahitastrategi pembelajaran individual pada anak tuna grahita
strategi pembelajaran individual pada anak tuna grahita
Tjoetnyak Izzatie
 
RPP Lengkap Matematika Kelas 3 SD/MI semester 1
RPP Lengkap Matematika Kelas 3 SD/MI semester 1RPP Lengkap Matematika Kelas 3 SD/MI semester 1
RPP Lengkap Matematika Kelas 3 SD/MI semester 1
Alfan Fazan Jr.
 
RPP Matematika kls 3 SD Pengukuran
RPP Matematika kls 3 SD PengukuranRPP Matematika kls 3 SD Pengukuran
RPP Matematika kls 3 SD PengukuranDchuex AJie
 
Instrumen pedoman wawancara_guru_dan_angket_respon_siswa
Instrumen pedoman wawancara_guru_dan_angket_respon_siswaInstrumen pedoman wawancara_guru_dan_angket_respon_siswa
Instrumen pedoman wawancara_guru_dan_angket_respon_siswa
nurmaliaazmi
 
Keterampilan dasar mengajar
Keterampilan dasar mengajarKeterampilan dasar mengajar
Keterampilan dasar mengajar
Lutfi Isni
 
PENGELOLAAN KURIKULUM SEKOLAH
PENGELOLAAN KURIKULUM SEKOLAHPENGELOLAAN KURIKULUM SEKOLAH
PENGELOLAAN KURIKULUM SEKOLAH
devi kumala sari
 
Makalah teori belajar bruner
Makalah teori belajar brunerMakalah teori belajar bruner
Makalah teori belajar bruner
Aisyah Turidho
 
1. contoh RPP KELAS 5 KURIKULUM 2013
1. contoh RPP KELAS 5 KURIKULUM 20131. contoh RPP KELAS 5 KURIKULUM 2013
1. contoh RPP KELAS 5 KURIKULUM 2013Drs Sukarma
 
Bidang garapan manajemen pendidikan
Bidang garapan manajemen pendidikanBidang garapan manajemen pendidikan
Bidang garapan manajemen pendidikanIndra Arrohman
 
Penelitian pengembangan model plomp
Penelitian pengembangan model plomp Penelitian pengembangan model plomp
Penelitian pengembangan model plomp
aseprosadi29
 
Modul 2. Pengembangan Tes Hasil Belajar
Modul 2. Pengembangan Tes Hasil BelajarModul 2. Pengembangan Tes Hasil Belajar
Modul 2. Pengembangan Tes Hasil Belajar
Naita Novia Sari
 

What's hot (20)

Kata kerja operasional indikator k13_taksonomi bloom
Kata kerja operasional indikator k13_taksonomi bloomKata kerja operasional indikator k13_taksonomi bloom
Kata kerja operasional indikator k13_taksonomi bloom
 
Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...
Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...
Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...
 
instrumen penilaian sikap pengetahuan dan ketrampilan
instrumen penilaian sikap pengetahuan dan ketrampilaninstrumen penilaian sikap pengetahuan dan ketrampilan
instrumen penilaian sikap pengetahuan dan ketrampilan
 
Pertanyaan presentasi
Pertanyaan presentasiPertanyaan presentasi
Pertanyaan presentasi
 
Permasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannya
Permasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannyaPermasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannya
Permasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannya
 
PENDEKATAN dalam PENGEMBANGAN KURIKULUM.
PENDEKATAN dalam PENGEMBANGAN KURIKULUM.PENDEKATAN dalam PENGEMBANGAN KURIKULUM.
PENDEKATAN dalam PENGEMBANGAN KURIKULUM.
 
Penilaian Unjuk Kerja Siswa
Penilaian Unjuk Kerja SiswaPenilaian Unjuk Kerja Siswa
Penilaian Unjuk Kerja Siswa
 
Modul 4. Pengumpulan dan Pengolahan Informasi Hasil Belajar
Modul 4. Pengumpulan dan Pengolahan Informasi Hasil BelajarModul 4. Pengumpulan dan Pengolahan Informasi Hasil Belajar
Modul 4. Pengumpulan dan Pengolahan Informasi Hasil Belajar
 
Persamaan dan perbedaan kurikulum ktsp dengan kurikulum 2013
Persamaan dan perbedaan kurikulum ktsp dengan kurikulum 2013Persamaan dan perbedaan kurikulum ktsp dengan kurikulum 2013
Persamaan dan perbedaan kurikulum ktsp dengan kurikulum 2013
 
strategi pembelajaran individual pada anak tuna grahita
strategi pembelajaran individual pada anak tuna grahitastrategi pembelajaran individual pada anak tuna grahita
strategi pembelajaran individual pada anak tuna grahita
 
RPP Lengkap Matematika Kelas 3 SD/MI semester 1
RPP Lengkap Matematika Kelas 3 SD/MI semester 1RPP Lengkap Matematika Kelas 3 SD/MI semester 1
RPP Lengkap Matematika Kelas 3 SD/MI semester 1
 
RPP Matematika kls 3 SD Pengukuran
RPP Matematika kls 3 SD PengukuranRPP Matematika kls 3 SD Pengukuran
RPP Matematika kls 3 SD Pengukuran
 
Instrumen pedoman wawancara_guru_dan_angket_respon_siswa
Instrumen pedoman wawancara_guru_dan_angket_respon_siswaInstrumen pedoman wawancara_guru_dan_angket_respon_siswa
Instrumen pedoman wawancara_guru_dan_angket_respon_siswa
 
Keterampilan dasar mengajar
Keterampilan dasar mengajarKeterampilan dasar mengajar
Keterampilan dasar mengajar
 
PENGELOLAAN KURIKULUM SEKOLAH
PENGELOLAAN KURIKULUM SEKOLAHPENGELOLAAN KURIKULUM SEKOLAH
PENGELOLAAN KURIKULUM SEKOLAH
 
Makalah teori belajar bruner
Makalah teori belajar brunerMakalah teori belajar bruner
Makalah teori belajar bruner
 
1. contoh RPP KELAS 5 KURIKULUM 2013
1. contoh RPP KELAS 5 KURIKULUM 20131. contoh RPP KELAS 5 KURIKULUM 2013
1. contoh RPP KELAS 5 KURIKULUM 2013
 
Bidang garapan manajemen pendidikan
Bidang garapan manajemen pendidikanBidang garapan manajemen pendidikan
Bidang garapan manajemen pendidikan
 
Penelitian pengembangan model plomp
Penelitian pengembangan model plomp Penelitian pengembangan model plomp
Penelitian pengembangan model plomp
 
Modul 2. Pengembangan Tes Hasil Belajar
Modul 2. Pengembangan Tes Hasil BelajarModul 2. Pengembangan Tes Hasil Belajar
Modul 2. Pengembangan Tes Hasil Belajar
 

Similar to Bab 4(PENYUSUNAN INSTRUMEN DAN TEKNIK PENSKORAN) 27/12/13

Jenis jenis tes
Jenis jenis tesJenis jenis tes
Jenis jenis tes
Budi Sticker
 
Laporan uji coba tes hasil belajar
Laporan uji coba tes hasil belajarLaporan uji coba tes hasil belajar
Laporan uji coba tes hasil belajar
Erzhua Habib
 
Evaluasi pendidikan tentang test standar dan buatan
Evaluasi pendidikan tentang test standar dan buatanEvaluasi pendidikan tentang test standar dan buatan
Evaluasi pendidikan tentang test standar dan buatan
UHN
 
Kelompok 1 Perakitan Tes.pptx
Kelompok 1 Perakitan Tes.pptxKelompok 1 Perakitan Tes.pptx
Kelompok 1 Perakitan Tes.pptx
SetiyaAndriyani
 
Pengertian evaluasi pendidikan
Pengertian evaluasi pendidikanPengertian evaluasi pendidikan
Pengertian evaluasi pendidikanHanapi Hasan
 
KELOMPOK 4 EVALUASI PEMBELAJARAN.pdf
KELOMPOK 4 EVALUASI PEMBELAJARAN.pdfKELOMPOK 4 EVALUASI PEMBELAJARAN.pdf
KELOMPOK 4 EVALUASI PEMBELAJARAN.pdf
Basahbasahproject
 
Perangkat evaluasi
Perangkat evaluasiPerangkat evaluasi
Perangkat evaluasi
Devia Devio
 
Slide analisis butir tes dan nontes
Slide analisis butir tes dan nontesSlide analisis butir tes dan nontes
Slide analisis butir tes dan nontes
Smansabihu Aeknabara
 
Tes objektif dan pengembangan tes objektif
Tes objektif dan pengembangan tes objektifTes objektif dan pengembangan tes objektif
Tes objektif dan pengembangan tes objektif
mafia_konoha
 
Evaluasi(belajar&pembelajaran)
Evaluasi(belajar&pembelajaran)Evaluasi(belajar&pembelajaran)
Evaluasi(belajar&pembelajaran)
Afrina Astuti
 
Pengembangan evaluasi hasil belajar jenis tes (pmm 4 semester iv stambuk 2015)
Pengembangan evaluasi hasil belajar jenis tes (pmm 4 semester iv stambuk 2015)Pengembangan evaluasi hasil belajar jenis tes (pmm 4 semester iv stambuk 2015)
Pengembangan evaluasi hasil belajar jenis tes (pmm 4 semester iv stambuk 2015)
widyani siregar
 
Macam macam-tes-objektif
Macam macam-tes-objektifMacam macam-tes-objektif
Macam macam-tes-objektifAnhr Donk
 
Evaluasi pembelajaran ( khaerul syabar 0707674 )
Evaluasi pembelajaran ( khaerul syabar 0707674 )Evaluasi pembelajaran ( khaerul syabar 0707674 )
Evaluasi pembelajaran ( khaerul syabar 0707674 )Khaerul Kurniawan
 
Tgsss
TgsssTgsss
PPT TEHNIK DAN INTRUMEN EVALUASI.pptx
PPT TEHNIK DAN INTRUMEN EVALUASI.pptxPPT TEHNIK DAN INTRUMEN EVALUASI.pptx
PPT TEHNIK DAN INTRUMEN EVALUASI.pptx
muhiqbal44
 
Evaluasi Belajar KB 3.pdf
Evaluasi Belajar KB 3.pdfEvaluasi Belajar KB 3.pdf
Evaluasi Belajar KB 3.pdf
tawakal17
 
Tes dalam-dunia-pendidikan1
Tes dalam-dunia-pendidikan1Tes dalam-dunia-pendidikan1
Tes dalam-dunia-pendidikan1Ir. Zakaria, M.M
 
Alat tes dan evaluasi Pembelajaran pada Sekolah Dasar
Alat tes dan evaluasi Pembelajaran pada Sekolah DasarAlat tes dan evaluasi Pembelajaran pada Sekolah Dasar
Alat tes dan evaluasi Pembelajaran pada Sekolah Dasar
ssuser9b9d2e
 
TES HASIL BELAJAR
TES HASIL BELAJARTES HASIL BELAJAR
TES HASIL BELAJAR
arisantomico
 

Similar to Bab 4(PENYUSUNAN INSTRUMEN DAN TEKNIK PENSKORAN) 27/12/13 (20)

Jenis jenis tes
Jenis jenis tesJenis jenis tes
Jenis jenis tes
 
Laporan uji coba tes hasil belajar
Laporan uji coba tes hasil belajarLaporan uji coba tes hasil belajar
Laporan uji coba tes hasil belajar
 
Evaluasi pendidikan tentang test standar dan buatan
Evaluasi pendidikan tentang test standar dan buatanEvaluasi pendidikan tentang test standar dan buatan
Evaluasi pendidikan tentang test standar dan buatan
 
Kelompok 1 Perakitan Tes.pptx
Kelompok 1 Perakitan Tes.pptxKelompok 1 Perakitan Tes.pptx
Kelompok 1 Perakitan Tes.pptx
 
Pengertian evaluasi pendidikan
Pengertian evaluasi pendidikanPengertian evaluasi pendidikan
Pengertian evaluasi pendidikan
 
KELOMPOK 4 EVALUASI PEMBELAJARAN.pdf
KELOMPOK 4 EVALUASI PEMBELAJARAN.pdfKELOMPOK 4 EVALUASI PEMBELAJARAN.pdf
KELOMPOK 4 EVALUASI PEMBELAJARAN.pdf
 
Perangkat evaluasi
Perangkat evaluasiPerangkat evaluasi
Perangkat evaluasi
 
Slide analisis butir tes dan nontes
Slide analisis butir tes dan nontesSlide analisis butir tes dan nontes
Slide analisis butir tes dan nontes
 
Tes objektif dan pengembangan tes objektif
Tes objektif dan pengembangan tes objektifTes objektif dan pengembangan tes objektif
Tes objektif dan pengembangan tes objektif
 
Evaluasi(belajar&pembelajaran)
Evaluasi(belajar&pembelajaran)Evaluasi(belajar&pembelajaran)
Evaluasi(belajar&pembelajaran)
 
Pengembangan evaluasi hasil belajar jenis tes (pmm 4 semester iv stambuk 2015)
Pengembangan evaluasi hasil belajar jenis tes (pmm 4 semester iv stambuk 2015)Pengembangan evaluasi hasil belajar jenis tes (pmm 4 semester iv stambuk 2015)
Pengembangan evaluasi hasil belajar jenis tes (pmm 4 semester iv stambuk 2015)
 
Macam macam-tes-objektif
Macam macam-tes-objektifMacam macam-tes-objektif
Macam macam-tes-objektif
 
Evaluasi pembelajaran ( khaerul syabar 0707674 )
Evaluasi pembelajaran ( khaerul syabar 0707674 )Evaluasi pembelajaran ( khaerul syabar 0707674 )
Evaluasi pembelajaran ( khaerul syabar 0707674 )
 
Tgsss
TgsssTgsss
Tgsss
 
PPT TEHNIK DAN INTRUMEN EVALUASI.pptx
PPT TEHNIK DAN INTRUMEN EVALUASI.pptxPPT TEHNIK DAN INTRUMEN EVALUASI.pptx
PPT TEHNIK DAN INTRUMEN EVALUASI.pptx
 
Mengembangkan tes sebagai
Mengembangkan tes sebagaiMengembangkan tes sebagai
Mengembangkan tes sebagai
 
Evaluasi Belajar KB 3.pdf
Evaluasi Belajar KB 3.pdfEvaluasi Belajar KB 3.pdf
Evaluasi Belajar KB 3.pdf
 
Tes dalam-dunia-pendidikan1
Tes dalam-dunia-pendidikan1Tes dalam-dunia-pendidikan1
Tes dalam-dunia-pendidikan1
 
Alat tes dan evaluasi Pembelajaran pada Sekolah Dasar
Alat tes dan evaluasi Pembelajaran pada Sekolah DasarAlat tes dan evaluasi Pembelajaran pada Sekolah Dasar
Alat tes dan evaluasi Pembelajaran pada Sekolah Dasar
 
TES HASIL BELAJAR
TES HASIL BELAJARTES HASIL BELAJAR
TES HASIL BELAJAR
 

More from mujahidah khilafah (Shintia Minandar)

More from mujahidah khilafah (Shintia Minandar) (20)

Drama sebagai teater
Drama sebagai teaterDrama sebagai teater
Drama sebagai teater
 
Rpp drama sebagai teater
Rpp drama sebagai teaterRpp drama sebagai teater
Rpp drama sebagai teater
 
hubungan bahasa dengan Retorika
hubungan bahasa dengan Retorikahubungan bahasa dengan Retorika
hubungan bahasa dengan Retorika
 
Jurnal semantik-nan-cantik
Jurnal semantik-nan-cantikJurnal semantik-nan-cantik
Jurnal semantik-nan-cantik
 
draft penting implikatur
draft penting implikaturdraft penting implikatur
draft penting implikatur
 
Shinmin
ShinminShinmin
Shinmin
 
Proposal menulis karya ilmiah shintia M
Proposal menulis karya ilmiah shintia MProposal menulis karya ilmiah shintia M
Proposal menulis karya ilmiah shintia M
 
Hubungan antara ilmu dengan kebudayaan
Hubungan antara ilmu dengan kebudayaanHubungan antara ilmu dengan kebudayaan
Hubungan antara ilmu dengan kebudayaan
 
Mahkota dewa atau phaleria papuana atau phaleriae fructus
Mahkota dewa atau phaleria papuana atau phaleriae fructusMahkota dewa atau phaleria papuana atau phaleriae fructus
Mahkota dewa atau phaleria papuana atau phaleriae fructus
 
Kisi kisi
Kisi kisiKisi kisi
Kisi kisi
 
Paper peserta diskusi
Paper peserta diskusiPaper peserta diskusi
Paper peserta diskusi
 
Bab vi
Bab viBab vi
Bab vi
 
Tugas kel pk dudung
Tugas kel pk dudungTugas kel pk dudung
Tugas kel pk dudung
 
Print peserta
Print pesertaPrint peserta
Print peserta
 
Kriteria dan teknik pemeriksaan keabsahan data
Kriteria dan teknik pemeriksaan keabsahan dataKriteria dan teknik pemeriksaan keabsahan data
Kriteria dan teknik pemeriksaan keabsahan data
 
1105113581 shintia bu char
1105113581 shintia bu char1105113581 shintia bu char
1105113581 shintia bu char
 
Istilah variabel dapat diartikan bermacam
Istilah variabel dapat diartikan bermacamIstilah variabel dapat diartikan bermacam
Istilah variabel dapat diartikan bermacam
 
Studi bahasa sebagai sistem tanda
Studi bahasa sebagai sistem tandaStudi bahasa sebagai sistem tanda
Studi bahasa sebagai sistem tanda
 
Variabel penelitian
Variabel penelitianVariabel penelitian
Variabel penelitian
 
Cover
CoverCover
Cover
 

Recently uploaded

Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
johan199969
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
UmyHasna1
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
gloriosaesy
 
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawasPrensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
suprihatin1885
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
agusmulyadi08
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
bobobodo693
 
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptxPPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
Kurnia Fajar
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
MirnasariMutmainna1
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
AgusRahmat39
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
setiatinambunan
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
agusmulyadi08
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
ferrydmn1999
 
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdfPETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
Hernowo Subiantoro
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
Dedi Dwitagama
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
SEMUELSAMBOKARAENG
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
widyakusuma99
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
gloriosaesy
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
NurSriWidyastuti1
 
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfLaporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
yuniarmadyawati361
 

Recently uploaded (20)

Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
 
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawasPrensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
 
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptxPPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
 
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdfPETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
 
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfLaporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
 

Bab 4(PENYUSUNAN INSTRUMEN DAN TEKNIK PENSKORAN) 27/12/13

  • 1. BAB IV PENYUSUNAN INSTRUMEN DAN TEKNIK PENSKORAN A. Komponen Penyusun Tes 1. Tujuan tes Tujuan tes yang penting adalah untuk : (a) mengetahui tingkat kemampuan siswa, (b) mengukur pertumbuhan dan perkembangan siswa, (c) mendiagnosis kesulitan belajar siswa, (d) mengetahui hasil pengajaran, (e) mengetahui hasil belajar, (f) mengetahui pencapaian kurikulum, (g) mendorong siswa belajar, (h) mendorong guru agar mengajar yang lebih baik. Sering kali tes digunakan untuk beberapa tujuan, namun tidak akan memiliki keefektifan yang sama untuk semua tujuan. Ditinjau dari tujuannya, ada 4 macam tes yang banyak digunakan di lembaga pendidikan, yaitu : (a) tes penempatan, (b) tes diagnostik, (c) tes formatif, dan (d) tes sumatif. Sistem pengujian berbasis kemampuan dasar pada umumnya menggunakan tes diagnostik, formatif, dan sumatif. Tes penempatan dilaksanakan pada awal pelajaran, digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan yang dimiliki siswa. Untuk mempelajari suatu mata pelajaran dibutuhkan pengetahuan pendukung. Pengetahuan pendukung ini diketahui dengan menelaah hasil tes penempatan. Apakah seorang siswa perlu matrikulasi, tambahan pelajaran atau tidak. Ditentukan dari hasil tes ini. Tes diagnostik berguna untuk mengetahui kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa, termasuk kesalahan pemahaman konsep. Tes ini dilakukan apabila diperoleh informasi bahwa sebagaian besar siswa gagal dalam mengikuti proses pembelajaran pada mata pelajaran tertentu. Hasil tes diagnostik memberikan informasi tentang konsep-konsep yang belum dipahami dan yang telah dipahami. Oleh karena itu, tes ini berisi materi yang dirasa sulit oleh siswa, namun tingkat kesulitan tes ini cenderung rendah. Tes formatif bertujuan untuk memperoleh masukan tentang tingkat keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran. Masukan ini berguna untuk memperbaiki strategi mengajar. Tes ini dilakukan secara periodik sepanjang semester. Materi tes dipilih berdasarkan tujuan pembelajaran tiap pokok bahasan atau subpokok materi. Jadi tes ini sebenarnya bukan untuk menentukan keberhasilan belajar semata, tetapi untuk mengetahui keberhasilan proses pembelajaran. Tes sumatif diberikan di akhir suatu pelajaran atau akhir semester. Hasilnya untuk menentukan keberhasilan belajar siswa. Tingkat keberhasilan ini dinyatakan dengan skor atau
  • 2. nilai, pemberian sertifikat , dan sejenisnya. Tingkat kesukuran soal pada tes sumatif bervariasi, sedangkan materinya harus mewakili bahan yang telah diajarkan. 2. Langkah Pengembangan Tes Ada sembilan langkah yang harus ditempuh dalam mengembangkan tes hasil belajar yaitu : (a) menyusun spesifikasi tes, (b) menulis soal tes, (c) menelaah soal tes, (d) melakukan uji coba tes, (e) menganalisis butir soal.], (f) memperbaiki tes, (g) merakit tes, (h) melaksanakan tes, (i) menafsirkan hasil tes. Khusus mengenai uji coba tes, dalam penyusunan tes untuk mengukur prestasi hasil pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru dikelas seperti ulangan harian, ulangan umum, dan ulangan kenaikan kelas tidak harus dilakukan secara tersendiri. Pembakuan tes dilakukan setelah diujikan dengan menggunakan metode konsistensi internal. Langkah awal dalam mengembangkan tes adalah menetapkan spesifikasi tes, yaitu berisi uraian yang menunjukkan keseluruhan karakteristik yang harus dimiliki suatu tes. Spesifikasi yang jelas akan mempermudah dalam menulis soal, dan siapa saja yang menulis soal akan menghasilkan tingkat kesulitan yang relatif sama. Penyusunan spesifikasi tes mencakup kegiatan berikut ini : (a) menentukan tujuan tes, (b) menyusun kisi-kisi tea, (c) memilih bentuk tes, dan (d) menentukan panjang tes. a. Kisi-kisi Tes Kisi-kisi merupakan matriks yang berisi spesifikasi soal-soal yang akan dibuat. Kisikisi ini merupakan acuan bagi penulis soal, sehingga siapapun yang menulis soal akan menghasilkan soal dan tingkat kesulitannya relatif sama. Matriks kisi-kisi soal terdiri dari dua jalur, yaitu kolom dan baris. Kolom menyatakan tujuan pelajaran, materi pokok dan subpokoknya, uraian materi, dan indikator, sedangkan baris menyatakan tujuan yang akan diukur atau diujikan (lihat lampiran 1). Ada tiga langkah dalam mengembangkan kisi-kisi tes dalam sistem pengujian berbasis kemampuan dasar, yaitu: 1. Menulis tujuan umum pelajaran, 2. Membuat daftar materi pembelajaran/materi pokok dan submateri pembelajaran yang akan diujikan, 3. Menentukan indikator, 4. Menentukan jumlah soal materi pembelajaran/materi pokok dan submateri pembelajaran.
  • 3. Paling tidak, ada empat hal yang harus diperhatikan dalam memilih materi pembelajaran dan submateri pembelajaran yang akan diujikan, yaitu: 1. Merupakan konsep dasar, 2. Merupakan materi pembelajaran/materi pokok dan submateri pembelajaran yang berkelanjutan, 3. Memiliki nilai terapan, 4. Merupakan materi yang dibuat untuk mempelajari bidang lain. Sumber utama tujuan pelajaran, materi pembelajaran/materi pokok adalah silabus pelajaran. Pemilihan materi pembelajaran dan submateri pembelajaran yang akan diujikan berdasarkan pada tingkat kepentingan, yaitu: konsep dasar, materi pembelajaran yang berkelanjutan, berkaitan dengan mata pelajaran lain, dan mengandung nilai aplikasi tinggi. Tujuan yang ingin dicapai disertai informasi tentang materi pembelajaran kemudian diuraikan dalam bentuk indikator. Penentuan indikator yang dapat diukur digunakan kemampuan dasar sebagai acuan. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi pemnyimpangan-penyimpangan dalam memilih bahan yang diujikan agar memenuhi persyaratan kesahihan isi. Pemilihan materi tes pada umumnya dilakukan dengan melakukan pemilihan sampel, materi yang banyak dan komplek dipilih lebih banyak dibanding dengan materi yang mudah dan sederhana. Selanjutnya, jumlah soal yang digunakan tergantung pada waktu yang tersedia untuk tes dan materi yang akan diujikan. Hal yang penting dalam menentukan materi tes adalah keshaihan isi, yaitu seberapa jauh materi yang diujikan mewakili kemampuan dasar. Ada kemampuan dasar yang diukur melalui tugas rumah, ada yang melalui ulangan harian. Pada ulangan semester, materi yang diujikan harus mencakup kemampuan dasar yang belum diujikan dan yang telah diujikan namun dianggap penting. b. Pemilihan Bentuk Tes Pemilihan bentuk tes yang tepat ditentukan oleh tujuan tes, jumlah peserta tes, waktu yang tersedia untuk memeriksa lembar jawaban tes, cakupan materi tes, dan karakteristik mata pelajaran yang diujikan. Bentuk tes objektif pilihan ganda dan bentuk tes benar salah sangat tepat digunakan bila jumlah peserta tes banyak, waktu koreksi singkat, dan cakupan materi yang diujikan banyak. Kelebihan tes objektif bentuk pilihan adalah lembar jawaban dapat diperiksa dengan komputer, sehingga objektivitas penskoran dapat dijamin. Namun membuat tes objektif yang baik tidak mudah.
  • 4. Bentuk tes uraian objektif sering digunakan pada mata pelajaran yang batasnya jelas, misalnya mata pelajaran Fisika, Matematika, Kimia, Biologi, dan sebagainya. Soal pada tes ini jawabannya hanya satu, mulai dari memilih rumus yang tepat, memasukkan angka dalam rumus, menghitung hasil, dan menafsirkan hasilnya. Pada tes bentuk uraian objektif ini, sistem penskoran dapat dibuat dengan jelas dan rinci. c. Panjang Tes Panjang tes ditentukan oleh waktu yang tersedia untuk melakukan ujian dengan memperlihatkan bahan yang diujikan dan tingkat kelelahan peserta tes. Pada umumnya tes dilakukan selama 90 menit sampai 120 menit. Untuk tes bentuk pilihan ganda dengan tingkat kesulitan rata-rata sedang tiap butir soal tergantung pada kompleksitas soal. Walau demikian disarankan menggunakan lebih banyak soal dibanding hanya beberapa soal agar kesahihan isi tes lebih baik. Ada tiga hal utama yang harus dipertimbangkan dalam menentukan jumlah soal yang diujikan, yaitu: bobot masing-masing bagian yang telah ditentukan dalam kisi-kisi, keandalan yang diinginkan, dan waktu yang tersedia. Bobot skor tiap soal bisa ditentukan sebelum tes digunakan, yaitu berdasar tingkat kompleksitas atau kesulitannya, yang komplek atau sulit diberi bobot yang lebih tinggi dibanding dengan yang lebih mudah. Pemberian bobot dapat pula dilakukan setelah tes digunakan, yaitu dengan menghitung simpangan baku tiap butir soal. Penentuan bobot didasarkan pada besarnya simpangan bakunya, seperti butir yang simpangan baku skornya besar diberi bobot besar. Demikian pula butir yang memiliki simpangan baku kecil diberi bobot kecil. Jumlah soal yang diperlukan tiap jenis tes untuk suatu satuan waktu tertentu harus diperhitungkan dengan tepat. Hal ini untuk menjaga agar waktu yang disediakan kurang atau berlebih. Bagi guru yang berpengalaman dapat menentukan jumlah dengan tepat. B. Penyusunan Tes Kognitif dan teknik Penskorannya 1. Bentuk Tes kognitif a. Tes Lisan di Kelas Pertanyaan lisan dapat digunakan untuk mengetahui taraf serap siswa untuk masalah yang berkaitan dengan kognitif. Pertanyaan lisan yang diajukan ke kelas harus jelas, dan semua siswa harus diberi kesempatan yang sama. Dalam melakukan pertanyaan di kelas prinsipnya adalah: mengajukan pertanyaan, memberi waktu untuk berpikir, kemudian menunjuk peserta untuk menjawab pertanyaan. Baik benar atau salah jawaban siswa, jawaban siswa, jawaban tersebut ditawarkan lagi ke kelas untuk mengaktifkan kelas.
  • 5. Tingkat berpikir untuk pertanyaan lisan di kelas cenderung rendah, seperti pengetahuan dan pemahan. b. Bentuk Pilihan Ganda Pedoman utama dalam pembuatan butir soal bentuk pilihan ganda (Ebel, 1977) adalah: 1. Pokok soal harus jelas. 2. Pilihan jawaban homogen dalam arti isi. 3. Panjang kalimat pilihan jawaban relatif sama. 4. Tidak ada petunjuk jawaban benar. 5. Hindari menggunakan pilihan jawaban: semua benar atau semua salah. 6. Pilihan jawaban angka diurutkan. 7. Semua pilihan jawaban logis. 8. Jangan menggunakan negatif ganda. 9. Kalimat yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta tes. 10. Bahasa Indonesia yang digunakan baku. 11. Letak pilihan jawaban benar ditentukan secara acak. c. Bentuk Uraian Objektif Bentuk soal uraian objektif sangat tepat digunakan untuk bidang Matematika dan IPA, karena kunci jawabannya hanya satu. Pengerjaan soal ini melalui suatu prosedur atau langkah-langkah tertentu. Setiap langkah ada skornya. Objektif di sini dalam arti apabila diperiksa oleh beberapa guru dalam bidang studi tersebut hasil penskorannya akan sama. Pertanyaan pada bentuk soal ini di antaranya adalah: hitunglah, tafsirkan, buat kesimpulan dan sebagainya. d. Bentuk Uraian Non-objektif Bentuk tes ini dikatakan non-objektif karena penilaian yang dialkukan cenderung dipengaruhi subjektivitas dari penilai. Bentuk tes ini menuntut kemampuan siswa untuk menyampaikan, memilih, menyusun, dan memadukan gagasan atau ide yang telah dimilikinya dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Keunggulan bentuk tes ini dapat mengukur tingkat berpikir dari yang rendah sampai yang tinggi, yaitu mulai dari hafalan sampai evaluasi. Namun demikian, sebaiknya hindarkan pertanyaan yang mengungkap hafalan seperti dengan pertanyaan yang dimulai dengan kata: apa, siapa, di mana.
  • 6. Selain itu bentuk ini relatif mudah untuk membuatnya. Kelemahan dari bentuk tes ini adalah: (1) penskoran sering dipengaruhi oleh subjektivitas penialian, (2) memerlukan waktu yang lama untuk memeriksa waktu yang lama untuk memeriksa lembar jawaban, dan (3) cakupan materi yang diujikan sangat terbatas, (4) dan adanya efek bluffing. Untuk menghindari kelemahan tersebut, cara yang ditempuh adalah: (1) jawaban tiap soal tidak panjang, sehingga bisa mencakup materi yang banayak, (2) tidak melihat nama peserta ujian, (3) memeriksa tiap butir secara keseluruhan tanpa istirahat, dan (4) menyiapkan pedoman penskoran. Langkah membuat tes ini adalah sebagai berikut: 1. Menulis soal berdasarkan kisi-kisi pada indikator. 2. Mengedit pertanyaan: a) Apakah pertanyaan mudah dimengerti? b) Apakah data digunakan benar? c) Apa tata letak keseluruhan baik? d) Apakah pemberian bobot skor sudah tepat? e) Apakah kunci jawaban sudah benar? f) Apakah waktu untuk mengerjakan tes cukup? Kaidah penulisan soal bentuk uraian non-objektif: 1) Gunakan kata-kata: mengapa, uraikan, jelaskan, bandingkan, tafsirkan, hitunglah, buktikan. 2) Hindari penggunaan pertanyaan: siapa, apa, bila. 3) Menggunakan bahasa Indonesia yang baku. 4) Hindari penggunaan kata-kata yang dapat ditafsirkan ganda. 5) Buat petunjuk mengerjakan soal. 6) Buat kunci jawaban. 7) Buat pedoman penskoran. Penskoran bentuk tes ini bisa dilakukan secara analitik atau global. Analitik berarti penskoran dilakukan bertahap sesuai kunci jawaban, sedang yang global dibaca secara keseluruhan untuk mengetahui ide pokok dari jawaban soal kemudian diberi skor. e. Bentuk Jawaban Singkat Bentuk jawaban singkat ditandai dengan adanya tempat kosong yang disediakan bagi pengambil tes untuk menuliskan jawaban sesuai dengan petunjuk. Ada tiga jenis soal
  • 7. bentuk ini, yaitu: jenis pertanyaan, jenis melengkapi atau isian, dan jenis identifikasi atau asosiasi. Kaidah-kaidah utama penyusunan soal bentuk ini adalah sebagai berikut: 1. Soal harus sesuai indikator. 2. Jawaban yang benar hanya satu. 3. Rumusan kalimat harus komunikatif 4. Butir soal menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. 5. Tidak menggunakan bahasa lokal f. Bentuk menjodohkan Soal menjodohkan atau memasangkan terdiri dari suatu premis, suatu daftar kemungkinan jawaban, dan suatu petunjuk untuk menjodohkan masing-masing premis itu dengan satu kemungkinan jawaban. Biasanya nama, tanggal/tahun, istilah, frase, pernyataan, bagian dari diagram, dan yang sejenisnya digunakan sebagai premis. Hal-hal yang sama dapat pula digunakan sebagai alternatif jawaban. Kaidah-kaidah pokok penulisan soal jenis menjodohkan ini adalah sebagai berikut: 1. Soal harus sesuai dengan indikator. 2. Jumlah alternatif jawaban lebih banyak dari pada premis. 3. Jumlah alternatif jawaban harus “nyambung” atau berhubungan secara logis dengan premisnya. 4. Rumusan kalimat soal harus komunikatif. 5. Butir soal menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. 6. Tidak menggunakan bahasa lokal.
  • 8. g. Unjuk kerja/performans Penialain unjuk kerja sering disebut dengan penilaian autentik atau penilaian alternatif yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah di kehidupan nyata. Penilaian unjuk kerja berdasarkan pada analisis pekerjaan (Nathan & Cascio, 1986). Penilaian ini menggunakan tes yang juga disebut dengan tes unjuk kerja. Hasil tes ini digunakan untuk perbaikan proses pembelajaran sehingga kemampuan siswa mencapai pada tingkat yang diinginkan. Tes unjuk kerja lebih banyak digunakan pada bidang studi yang batasnya jelas, seperti Fisika, Kimia, dan Biologi. Bentuk tes ini digunakan untuk mengukur status siswa berdasarkan hasil kerja dari satu tugas. Pertanyaan pada tes unjuk kerja berdasarkan pada tuntutan dari masyarakat dan lembaga lain yang terkait dengan pengetahuan yang harus dimiliki siswa. Jadi pertanyaan butir soal cenderung pada tingkat aplikasi suatu prinsip atau konsep pada situasi yang baru. Walau urain namun batasnya harus jelas dan ditentukan berdasarkan kebutuhan masyarakat. Permasalahan yang diujikan sedapat mungkin sama dengan masalah yang ada di kehidupan nyata. Inilah yang menjadi ciri utama perbedaan antara tes unjuk kerja dengan bentuk yang konvensial. h. Portofolio Portofolio adalah kumpulan pekerjaan seseorang (Popham, 1999), dalam bidang pendidikan berarti kumpulan dari tugas-tugas siswa. Portofolio cocok digunakan untuk penilaian dengan skala yang luas (Marzano & Kendall, 1986). Penilaian dengan portofolio memerlukan kemampuan membaca yang baik. Hal yang penting pada penilaian portofolio adalah mampu mengukur kemampuan membaca dan menulis yang lebih luas, siswa menilai kemajuannya sendiri, mewakili sejumlah karya seseorang. Penilain portofolio pada dasarnya adalah menilai karya-karya individu untuk suatu mata pelajaran tertentu. Jadi semua tugas yang dikerjakan siswa dikumpulkan, dan di akhir satu unit program pembelajaran misalnya satu semester. Kemudian dilakukan diskusi antara siswa dan guru untuk menentukan skornya. Prinsip penilaian portofolio adalah siswa dapat melakukan penilaian sendiri kemudian hasilnya dibahas. Bentuk ujiannya cenderung bentuk uraian, dan tugas-tugas rumah. Karya yang dinilai meliputi hasil ujian, tugas mengarang atau mengerjakan soal. Jadi portofolio adalah suatu metode pengukuran dengan melibatkan siswa untuk menilai kemajuannya dalam bidang studi tersebut.
  • 9. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penelitian portofolio adalah sebagai berikut. 1. Karya yang dikumpulin adalah benar-benar karya yang bersangkutan. 2. Menentukan contoh pekerjaan mana yang harus dikumpulkan. 3. Mengumpulkan dan menyimpan sampel karya. 4. Menentukan kriteria untuk menilai portofolio. 5. Meminta siswa untuk menilai secara terus menerus hasil portofolionya. 6. Merencanakan pertemuan dengan siswa yang dinilai. 7. Dapat melibatkan orang tua dalam menilai portofolio. Penilaian dengan portofolio memiliki karakteristik tertentu, sehingga penggunaan juga harus sesuai dengan tujuan dan substansi yang diukur. Mata pelajaran yang memiliki banyak tugas dan jumlah siswa yang tidak banyak, penilaian dengan cara portofolio akan lebih cocok. 2. Pedoman Penskoran Tes Kognitif Pedoman Penskoran sangat diperlukan, terutama untuk soal bentuk uraian, agar subjektifitas korektor dapat diperkecil. Pedoman penskoran ini merupakan petunjuk yang menjelaskan tentang : batasan atatu kata – kata kunci untuk melakukan penskoran terhadap soal bentuk uraian, dan kriteria jawaban yang digunakan untuk melakukan penskoran pada soal bentuk uraian bentuk non-objektif. Pedoman pemberaian skor untuk setiap butir soal uraian harus disusun segera setelah perumusan kalimat-kalimat butir soal tersebut. a. Contoh Penskoran Soal Bentuk Pilihan Ganda Cara penskoran tes bentuk pilihan ada dua, yaitu: pertama tanpa ada koreksi terhadap jawaban tebakan, dan yang kedua adalah dengan koreksi terhadap jawaban tebakan 1) Penskoran tanpa koreksi jawaban tebakan adalah satu untuk tiap butir yanga dijawab benar, sehingga jumlah skor yang diproleh siswa adalah banyaknya butir yang dijawab benar. skor B 100 N B adalah banyaknya butir yang dijawab benar N adalah banyaknya butir soal
  • 10. Contohnya adalah sebagai berikut: Banyak soal tes ada 40 butir. Banyaknya jawaban yang benar ada 20. Jadi skor yang dicapai seseorang: skor 20 100 50 40 2) Penskoran dengan koreksi terhadap jawaban tebakan adalah sebagai berikut: skor S B P /N 100 1 B adalah banyaknya butir soal yang dijawab benar S adalah banyaknya butir yang dijawab salah P adalah banyaknya pilihan jawaban tiap butir N adalah banyaknya butir soal Butir soal yang tidak dijawab diberi skor 0. Contoh: Soal bentuk pilihan ganda yang terdiri dari 40 butir soal dengan 4 pilihan tiap butir, dan banyaknya 40 butir. Bila banyaknya butir yang dijawab benar ada 20, yang dijawab salah ada 12, dan tidak dijawab ada 8, maka skor yang diperoleh adalah: skor 20 12 4 / 40 100 40 1 b. Contoh pedoman Penskoran Sola uraian Objektif: Indikator : siswa dapat menghitung isi bangun ruang(balok) dan mengubah satuan ukurannya. Butir soal : Sebuah bak mandibebentuk bola berukuran panjang 50 Cm, lebar 80 Cm, dan tinggi 75 Cm. Berapa literkah isi bak mandi tersebut? (untuk menjawabnya, tulislah langkah – langkahnya !)
  • 11. Pedoman penskoran : Langkah Kunsi Jawaban Skor 1 1 Isi balok = panjang x lebar x tinggi 2 = 150 Cm x 80 Cm x 75 Cm 1 3 3 1 = 900000 Cm Isi bak mandi dalam liter: 900000 4 = 900 liter 1 1000 5 liter Skor maksimum 1 5 c. Contoh Pedoman Penskoran Soal Uraian Non-objektif: Indikator : Siswa dapat mendeskripsikan alsan warga negara Indonesia bangga menjadi bangsa Indonesia. Butir soal : Tuliskan alsan – alsan yang membuat Anda berbangga sebagai bangsa Indonesia ! Pedoman penskoran Jawaban boleh bermacam – macam namun pada pokok jawaban tadi dapat dikelompokkan sebagai berikut. Kriteria jawaban Rentang skor Kebanggaan yang berkaitan dengan kekayaan alam 0 - 2 Indonesia Kebanggaan yang berkaitan dengan keindahan tanah air 0 - 2 indonesia (pemandangan alamnya, geografisnya, dll). Kebanggaan yang berkaitan dengan keanekaragaman 0 - 2 budaya, suku, adat istiadat tetapi dapat bersatu Kebanggaan yang berkaitan dengan keramahtamahan 0 - 2 masyarakat Indonesia Skor maksimum 8
  • 12. d. Pembobotan soal uraian Pembobotan adalahpemberian bobot kepada suatu soal dengan cara membandingkannya dengan soal lain dalam suatu perangkat tes yang sama. Dengan demikian, pembobotan soal uraian hanya dapat dilakukan dalam menyusun perangkat tes. Apabila suatu soal uraian berdiri sendiri maka tidak dapat dihitung atau ditetapkan bobotnya. Bobot setiap soal ujian yang ada dalam suatu perangkat tes ditentukan dengan mempertimbangkan faktor – faktor yang berkaitan dengan materi dan karakteristik soal itu sendiri, seperti luas lingkup materi yang hendak dibuat soalnya, esensialitas dan tingkat kedalaman materi yang ditanyakan, dan tingkat kesukaran soal tersebut. Selain faktor – faktor tersebut, hal yang perlu pula ditimbangkan dalam pembobotan soal uraian adalah skala penskoran yang hendak digunakan, misalnya skala 10, atau skala 100. Apabila digunakan skala 100 maka jumlah bobot semua soal yang dinyatan dalam perangkat tes itu harus 100; demikian pula bila skala yang digunakan 10. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan perhitungan skor. Sebagaimana telah dinyatakan diatas, tiap soal uraian, baik uraian objektif maupun non objektif mempunyai skor mentah maksimum sendiri. Skor mentah maksimum suatu butir soal uraian tidak ada hubungannya dengan bobot soal tersebut. Dengan demikian, suatu soal dengan skor mentah maksimum 6, misalnya, dapat mempunyai bobot yang sama dengan skor mentah maksimum, dapat pula lebih rendah atau lebih tinggi daripada skor mentah maksimumnya. Skor jadi yang diperoleh siswa yang menjawab suatu butir soal uraian ditetapkan dengan jalan membagi skor mentah yang diperoleh dengan skor mentah maksimumnya kemudian dikalikan dengan bobot soal tersebut. Rumus yang dipakai untuk penghitungan skor butir soal (SBS) adalah : SBS a c b SBS = skor butir soal a = skor mentah yang diperoleh siswa untuk butir soal b = skor mentah maksimum soal c = bobot soal
  • 13. Setelah diperoleh skor setiap soal (SBSS) maka dapat dihitung total skor butir soal bebagi skor total siswa (STS) untuk serangkaian soal dalam tes yang bersangkutan, dengan menggunakan rumus : SBS SBS Contoh 1, bila STS = Total Bobot Soal dan skala 100 Skor mentah Skor mentah Bobot soal Skor Butir perolehan maksimum (a) (b) (c) (SBS) 01 60 60 20 20,00 02 40 40 30 30,00 03 20 20 30 30,00 04 20 20 20 20,00 Jumlah 140 140 100 100,00(STS) No.Soal Contoh 2, bila STS Skor Soal Total Bobot Soal dan skala 100 mentah Skor mentah Bobot soal Skor Butir perolehan maksimum (a) (b) (c) (SBS) 01 30 60 20 10,00 02 40 40 30 30,00 03 20 20 30 30,00 04 10 20 20 10,00 Jumlah 100 140 100 80,00(STS) No.Soal Soal Dalam penghitungan skor untuk satu butir soal (SBS) dan dalam penghitungan skor total siswa (STS) untuk suatu perangkat tes, tidak terdapat perbedaan antara soal uraian objektif dan soal uraian non-objektif. e. Pembobotan soal Bentuk Campuran Dalam beberapa situasi bisa digunakan soal bentuk campuran, yaitu pelihan dan uaraian. Pembobotan soal bagian soal bentuk pilihan ganda dan bentuk uraian ditentukan oleh cakpupan materi dan kompleksitas jawaban atau tingkat berfikir yang terlibat dalam mengerjakan soal. Pada umumnya cakupan materi soal bentuk pilihan ganda lebih banyak,
  • 14. sedang tingkat berfikir yang terlibat dalam mengerjakan soal bentuk uraian biasanya lebih banyak dan lebih tinggi. Suatu ulangan terdiri dari N1 soal pilihan ganda dan N2 soal uraian. Bobot untuk soal pilihan ganda adalah w1 dan bobot untuk soal uraian adalah w2. Jika seseorang siswa menjawab benar n1 pilihan ganda, dan n2 soal uraian, maka siswa itu mendapat skor : w1 n1 100 N1 w2 n2 100 N2 Misalkan suatu bilnganh terdiri dari 20 bentuk pilihan ganda dengan 4 pilihan, dan 4 buah bentuk soal uraian. Soal pilihan ganda bisa dijawab benar 15 dan dijawab salah 4, sedang bentuk uraian bisa dijawab benar 20 dari skor maksimum 40. Apabila bobot pilihan ganda adalah 0,40 dan bentuk uraian 0,60. Maka skor yang diperoleh dapa dihitung sebagai berikut: a) Skor pilihan ganda tanpa koreksi jawaban dugaan: (16/20) x 100 = 80 b) Skor bentik uraian adalah: (20/40) x 100 = 50 c) Skor akhir adalah: 0,4 x (80) + 0,6 x (50) = 62 C. Penyusunan Instrumen Afektif dan Tehnik Penskorannya 1. Penyusunan Instrumen afektif Komponen afektif ikut menentukan keberhasilan belajar siswa. Paling tidak ada dua komponen afektif yang penting untuk diukur, yaitu sikap dan minat terhadap suatu pelajaran. Sikap siswa terhadap pelajaran bisa positif bisa negatif atau netral. Tentu diharapkan sikap siswa tehadap mata pelajaran tertentu positif sehingga akan timbul minat untuk belajar dan mempelajarinya. Siswa yang memilih minat pada pelajran tertentu bisa diharapkan prestsi belajarnya akan meningkat, bagi yang tidak berminat sulit untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Oleh karena itu, guru memilki tugas untuk membangkitkan minat kemudian meningkatkan minat siswa terhadap mata pelajran yang diampunya. Dengan demikian akan terjadi usaha yang sinergi untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Langkah pembuatan instrumen afektif termasuk sikapo dan minat adalah sebagai berikut. a. Pilih ranah afektif yang akan dinilai, misalnya sikap atau minat. b. Tentukan indikator minat: misalnya kehadiran dikelas, banyak bertanya, tepat waktu mengumpulkan tugas, catatan di buku rapi, dan sebagainya. Hal ini selanjutnya ditanyakan pada siswa.
  • 15. c. Pilih tipe skala yang digunakan, misalnya Likert dengan 5 skala: Sangat senang, senang, sama saja, kurang senang, dan tidak senang. d. Telaah insrumen oleh sejawat. e. Perbaiki instrumen. f. Siapkan inventori laporan diri. g. Skor inventori. h. Analisis hasil inventori skala minat dan skala sikap. 2. Tehnik Penskoran Pengukuran Afektif Misal dari insrumen untuk mengukur minat siswa yang telah berhasil dibuat ada 10 butir. Jika rentangan yang dipakai adlah 1 sampai 5, maka skor terendah seorang siswa adalah 10, yakni dari 10 x 1 dan skor tertinggi sebesar 50, yakni dari 10 x 5. Dengan demikian, medianya adalah (10 + 50)/2 atau sebesar 30. Jika dibagi 4 kategori, maka skala 10 – 20 termasuk tidak berminat, 21 sampai 303 kurang berminat, 31 – 40 berminat, dan skala 41 – 50 sangat berminat. D. Penyusunan Tes Psikomotorik dan Teknik Penskorannya 1. Penyusunan Tes Psikomotorik a. Bentuk Tes Psikomotorik Tes untuk mengukur ranah psikomotorik adalah tes untuk mengukur penampilan atau kinerja (performance) yang telah dikuasai siswa. Tes tersebut menurut Lunetta dkk. (1981) dapat berupa tes paper and pencil, tes identifikasi, tes simulasi dan untuk kerja. 1) Tes paper and pencil, walaupun bentuk aktivitasnya seperti tes tulis, namun yang menjadi sasarannya adalah kemampuan siswa dalam menampilkan karya, misal berupa desaian alat, desain grafis, dan sebagainya. 2) Tes identifikasi : tes ini lebih ditujukan untuk mengukur kemampuan siswa dalam mengidentifikasi sesuatu hal, misal menemukan bagian yang rusak atau yang tidak berfungsi dari suatu alat. 3) Tes simulasi : tes ini dilakukan jika tidak ada alat yang sesungguhnya yang dapat dipakai untuk memperagakan penampilan siswa, sehingga dengan simulasi tetap dapat dinilai apakah seseorang sudah menguasai keterampilan dengan peralatan tiruan atau berperaga seolah-olah menggunakan suatu alat. 4) Tes untuk kerja (work sample): tes ini dilakukan dengan alat yang sesungguhnya dan tujuannya untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai/terampil menggunakan alat tersebut. Tes penampilan/perbuatan, baik berupa tes identifikasi, tes simulasi, ataupun unjuk kerja, semuanya dapat diperoleh datanya dengan menggunakan daftar cek (check-list) ataupun skala penilaian (rating scale). Daftar cek maupun skala penilaian juga dapat dipakai sebagai “lembar penilaian” atau alat untuk observasi dalam rangka pengukuran yang bebas
  • 16. waktunya, dalam arti tidak dilakukan dalam suasana ujian secara formal. Misal dipakai alat observasi saat siswa mengejarkan praktikum dalam upaya memperoleh data selama siswa melakukan proses pembelajaran praktek laboratorium. Daftar cek lebih praktis jika digunakan untuk menghadapi subjek dalam jumlah besar atau jika perbuatan yang dinilai memiliki resiko tinggi, misalnya dalam kegiatan praktikum laboratorium yang menggunakan peralatan yang mahal, untuk menilai apakah seseorang sudah mampu menggunakan mikroskop akan lebih tepat menggunakan daftar cek. Skala penilaian cocok untukmenghadapi subjek yang sedikit. Perbuatan yang diukur menggunakan alat berupa skala penilaian terentang dari sangat tidak sempurna sampai sangat sempurna. Jika dibuat skala 5, maka skala 1 paling tidak sempurna dan skala 5 paling sempurna. b. Pesunan butir soal bentuk daftar cek. Daftar cek berisi seperangkat butir soal yang mencerminkan rangkaian tindakan/perbuatan yang harus ditampilkan oleh peserta ujian, yang merupakan indikator-indikator dari keterampilan yang akan diukur. Oleh karena itu dalam menyusun daftar cek hendaknya: (1) carilah indikatorindikator penguasaan keterampilan yang diujikan, (2) susunlah indikator-indikator tersebut sesuai dengan urutan penampilannya. Kemudian dilakukan pengamatan terhadap subjek yang dinilai untuk melihat pemunculan indikator-indikator yang dimaksud. Jika indikator tersebut muncul, maka diberi tanda V atau ditulis kata “ya” pada tempat yang telah disediakan. Misal akan melakukan pengukuran terhadap keterampilan siswa menggunakan termometer badan. Untuk itu dicari indikator-indikator apa saja yang menunjukkan siswa terampil menggunakan termometer tersebut, misal indikator-indikatornya sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5) 6) Cara mengeluarkan termometer dari temaptnya. Cara menurunkan posisi air raksa serendah-rendahnya. Cara memasang termometer pada tubuh orang yang diukur suhunya. Lama waktu pemasangan termometer pada tubuh orang yang diukur suhunya. Cara mengambil termometer dari tubuh orang yang diukur suhu tubuhnya. Cara membaca tinggi air raksa dlam pipa kapiler termometer. Siswa dinyatakan terampil dalam hal tersebut jika ia mampu melakukan urutan kegiatan berikut dengan benar. Setelah diperoleh indikator-indikator, kemudian disusun butir soalnya dalam bentuk daftar cek sebagai berikut. Beri tanda V untuk setiap penampilan yang benar dari setiap tindakan yang dilakukan siswa seperti yang diuraikan di bawah ini! 1) Mengeluarkan termometer dari tempatnyadengan memegang bagian ujung yang tak berisi air raksa. 2) Menurunkan posisi air raksa dalam pipa kapiler termometer serendah-rendahnya. 3) Memasang termometer pada tubuh pasien (dimulut, diketiak atau dubur) sehingga bagian yang berisi air raksa kontak dengan tubuh orang yang diukur suhunya. 4) Menunggu beberapa menit termometer tinggal pada orang yang diukur. 5) Mengambil termometer dari tubuh orang yang diukur suhunya dengan memegang bagian ujung yang tidak berisi air raksa.
  • 17. 6) Membaca tinggi air raksa dlam pipa kapiler termometer dengan posisi mata tegak lurus. Jadi karakteristik buti-butirnya mengandung uraian/pernyataan tentang aspek perbuatan yang sudah pasti, tinggal perbuatan itu muncul atau tidak. c. penyusunan butir soal bentuk skala penilaian pada prinsipnya penyusunan skala penilaian tidak berbeda dengan penyusunan daftar cek, yaitu mencari indikator-indikator yang mencerminkan keterampilan yang akan diukur, yang berbeda adalah cara penyajiannya. Dalam skala penilaian, setelah diperoleh indikator-indikator keterampilan selanjutnya ditentukan skala penilaian untuk setiap indikator. Misal, skala 5 jika suatu indikator dikerjakan sangat tepat, 4 jika tepat, 3 jika agak tepat, 2 jika tidak tepat dan 1 sangat tidak tepat. Jadi, pada prinsipnya ada tingkat-tingkat penampilan untuk setiap indikator keterampilan yang akan diukur. Contoh: Untuk mengukur keterampilan siswa menggunakan termometer badan disusun skala penilaian berikut. Lingkari angka 5 jika suatu indikator dikerjakan sangat tepat, 4 jika tepat, 3 jika agak tepat, 2 jika tidak tepat dan 1 sangat tidak tepat untuk setiap tindakan di bawah ini! 5 4 3 2 1 Cara mengeluarkan termometer dari temaptnya. 5 4 3 2 1 Cara menurunkan posisi air raksa serendah-rendahnya. 5 4 3 2 1 Cara memasang termometer pada tubuh orang yang diukur suhunya. 5 4 3 2 1 Lama waktu pemasangan termometer pada tubuh orang yang diukur suhunya. 5 4 3 2 1 Cara mengambil termometer dari tubuh orang yang diukur suhu tubuhnya. 5 4 3 2 1 Cara membaca tinggi air raksa dlam pipa kapiler termometer. Dalam hal ini, akan lebih akurat bila ada kriteria dari tiap butir yang rentang mulai dari skala 1 sampai 5. Dengan demikian, penilai yang manapun akan dengan tepat dapat menilai karena sudah ada kriteria bahwa seseorang beri skala 1 untuk langkah yang menyangkut cara mengeluarkan termometer diberi tempatnya demikian, dan diberi skala 2 karena demikian dan seterusnya sampai kapan ia diberi skala 5. Kriteria tiap skala untuk setiap butir/langkah juga harus sudah dihafal oleh penilai. Jadi jika dilakukan penilaian banyak ada keseragaman antar penilai. Teknik Penskoran Tes Psikomotorik Dari contoh cara pengukuran suhu badan menggunakan skala penilaian, ada 6 butir soal yang dipakai untuk mengukur kemampuan seseorang siswa. Jika untuk butir 1 siswa yang bersangkutan memperoleh skor 5 berarti sempurna/benar, butir 2 memperoleh skor 4 berarti benar tetapi kurang sempurna, butir 3 memperoleh skor 4 berarti juga benar tetapi kurang sempurna, butir 2 memperoleh skor 3 berarti kurang benar, butir 5 memperoleh skor 3 berarti kurang benar, butir 6 juga skor 3 berarti kurang benar, maka total skor yang dicapai siswa tersebut adalah (5+4+4+3+3+3)
  • 18. atau = 22. Seorang sisa yang gagal akan memperoleh skor 6, dan yang berhasil melakukan dengan sempurna memperoleh skor 30; maka median skornya adalah (6+30)/2 = 18. Jika dibagi 4 kategori, maka yang memperoleh skor 6 – 12 dinyatakan gagal, skor 13 – 18 berarti kurang berhasil, skor 19 – 24 dinyatakan berhasil, dan skor 25 sampai 30 dinyatakan sangat berhasil. Dengan demikian siswa dengan skor 21 dapat dinyatakan sudah berhasil tetapi belum sempurna/belum sepenuhnya baik. Maka sifat keterampilannya adalah absolut, maka setiap butir harus dicapai dengan sempurna (skala5). Dengan demikian hanya siswa yang memperoleh skor total 30 yang dinyatakan berhasil dan dengan kategori sempurna. E. Penyusunan Soal Ujian Akhir 1. Ujian Akhir Tentang ujian akhir, menurut penelitian Djemari dkk (2001) sebagian besar responden dari 20 propinsi setuju dilaksanakan ujian akhir, hanya pelaksanaannya berbeda. Mereka yang setuju dengan ujian akhir nasional menyarankan penyempurnaan dalam hal berikut ini: a) Kualitas soal ditingkatkan dan dengan memperlihatkan karakteristik daerah. b) Hasil ujian akhir dimanfaatkan secara optimal sebagai umpan balik untuk memperbaiki proses pembelajaran. c) Objektivitas hasilnya ditingkatkan. d) Keamanan soal ditingkatkan. e) Biaya ujian ditanggung oleh pemerintah. f) Materi ujian mencakup keterampilan/praktik untuk mata pelajaran IPA (Fisika, Kimia, Biologi) dan semua mata pelajaran yang ada di dalam kurikulum nasional. g) Menambah ujian “listening” pada ujian bahasa Inggris. h) Untuk ujian bahasa Indonesia diharapkan tetap ada ujian mengarang. i) Bentuk soal berupa uraian terstruktur diharapkan tetap digunakan kembali. 2. pelaksanaan Ujian Akhir Sesuai dengan penelitian Djemari (2001), ada beberapa alternatif bentuk ujian akhir, yaitu ujian akhir nasional, ujian akhir daerah atau ujian akhir sekolah. a) Ujian Akhir dalam bentuk Ujian Akhir Nasional (UAN) 1. Pusat mengembangkan kemampuan dasar yang berlaku secaranasional untuk setiap jenjang pendidikan. 2. Pusat bersama-sama dengan daerah (Propinsi) menyusun kisi-kisi dan perangkat soal. 3. Perangkat soal dikalibrasi oleh pusat, dan pengembangan bank soal yang dilakukan oleh pusat. 4. Biaya penyelenggaraan ujian dari pemerintah, baik pemerintah pusat bersamasama dengan pemerintah daerah, atau sepenuhnya ditanggung pemerintah pusat, atau sepenuhnya ditanggung pemerintah daerah. 5. Koreksi dan analisis hasil ujian akhir dilakukan oleh tim yang dibentuk oleh pemerintah propinsi.
  • 19. 6. Mata pelajaran yang tidak diujiakan dalam ujian akhirnasional diujikan secara tersendiri dengan koordinasi dengan propinsi. Dalam hal ini propinsibersamasama dengan kabupaten/kota menyusun kisi-kisi dan perangkat soal. Koreksi dan analisis hasil ujian akhir dilakukan oleh tim yang dibentuk oleh pemerintah propinsi. 7. Kabupaten/kota memanfaatkan hasil dari analisis hasil ujian, baik hasil ujian akhir nasional naupun hasil ujian untuk mata pelajaran yang tidak diujikan dalam ujian akhir nasional, untuk membina sekolah di wilayahnya. 8. Pusat membina propinsi dalam upaya menyediakan tenaga yang profesional dalam bidang pengujian agar propinsi mampu mengembangkan bank soal. b) Ujian Akhir dalam bentuk Ujian Akhir Daerah (UAD) tingkat Propinsi Tugas dari masing unit adalah sebagai berikut : 1. Pusat mengembangkan komponen dasar yang bersifat nasional untuk setiap jenjang pendidikan. 2. Pusat melakukan asesman secara nasional dengan menggunakan sample untuk memantau mutu pendidikan secara makro di setiap daerah. 3. Propinsi bersama-sama dengan kabupaten/kota menyusun kisi-kisi dan perangkat soal. 4. Perangkat soal dklaribasi dengan mengembangkan bank soal di tiap propinsi. 5. Pusat membina daerah(propinsi dan kabupaten/kota) untuk mengembangkan SDM yang profesional baik untuk mengembangkan kisi-kisi, perangkat soal, maupun untuk mengembangkan bank soal. 6. Soal-soal yang diujikan harussoal-soal yang sudahdiketahui penyamaan skornya (kalibrasi/equating) sehingga hasilnya tetap dapat dipakai untuk membandingkan antar wilayah/propinsi. 7. Propinsi menyeleggarahkan ujian akhir. 8. Biaya penyelenggaraan ujian dari pemerintah tingkat c) Ujian Akhir dalam bentuk Ujian Akhir Daerah (UAD) tingkat kabupaten/kota. Tugas masing-masing unit adalah sebagai berikut : 1. Pelaksaan UAD dilakukan secara bertahap sejalan dengan kesiapan daerah. 2. Pusat mengembangkan kemampuan dasar yang bersifat nasional untuk setiap jenjang pendidikan. 3. Pusat melakukan survei nasional untuk memantau mutu pendidikan secara makro di seluruh daerah. 4. Kabupaten/kota menyusun kisi-kisi dan perangkat soal. 5. Pengembangan bank soal di sekolah 6. Pusat bersama – sama dengan propinsi membina kabupaten/kota untuk mengembangkan SDM yang profesonal baik untuk mengembangkan kisi-kisi, perangkat soal, maupun untuk mengembangkan bank soal. 7. Biaya penyelenggaraan ujian dari pemerintah kabupaten/kota. d. Ujian akhir dalam bentuk ujian akhir sekolah (UAS) Dalam hal ini :
  • 20. 1) Pusat pengembangan kemampuan dasar yang bersifat nasional untuk setiap jenjang pendidikan. 2) Pusat melakukan survei secara nasional tentang prestasi belajar siswa pada setahun sebelum kelas berakhir. 3) Sekolah menyusun kisi-kisi dan perangkat soal. 4) Perangkat soal harus dikalibrasi dengan mengembangkan bank soal di setiap sekolah. 5) Propinsi bersama-sama kabupaten/kota membina sekolah untuk mengembangkan SDM yang profesional baik untuk mengembangkan kisi-kisi, perangkat soal maupun untuk mengembangkan bank soal. 6) Propinsi bersama-sama kabupaten/kota membina sekolah untuk memanfaatkan hasil-hasil UAS untuk mengembangkan program perbaikan di masing-masing sekolah. 7) Sekolah menyelenggarakan ujian akhir. 8) Beaya penyelenggaraan unjian ditanggung sepenuhnya oleh sekolah. e. Jika tanpa diadakan ujian akhir Dalam hal ini : 1) Pusat pengembangan kemampuan dasar yang bersifat nasional untuk setiap jenjeng pendidikan. 2) Pusat melakukan survei secara nasional untuk memantau perkembangan mutu pendidikan secara makro di setiap daerah. 3) Sekolah sepenuhnya bertanggung jawab dalam peningkatan mutu pedidikan di sekolahny, penyelenggaran program perbaikan berdasarkan data dan informasi yang dimiliki sekolah, dan sistem seleksi. 4) Pihak kabupaten/kota melakukan pembinaan sekolah di wilayahnya masingmasing. f. Penyiapa soal ujian akhir Tujuan ujian akhir yang penting di antaranya adalah untuk : 1) Memantau kualitas pendidikan. 2) Mendorong agar sekolah selalu meningkatkan kualitas pembelajaran. 3) Menentukan lelulusan 4) Menentukan program perbaikan yang tepat
  • 21. 5) Memberika informasi ke masyarakat tentan pencapaian prestasi sekolah sebagai bentuk akuntabilitas sekolah. Materi ujian akhir sesuai dengan penerapan kurikulum berbasis kompetensi adalah dengan memilih sejumlah kemampuan dasar yang penting untuk di ujikan. Untuk materi ujian harus mewakili semua standart kompetensi, sedangkan yang dipilih harus kemampuan dasar yang penting yaitu yang peringkat peringkat pemahaman, aplikasi, dan analisis sebesar 30%, 50%, dan 20% dengan batas lulus sebesar 75% menguasai materi ujian. Apabila ada seklah yang tidak menggunakan kemampuan dasar nasional karena keterbatasan kemampuan dan fasilitas maka mereka bisa memilih kemampuan dasar yang diujikan dan harus melaporkan ke pusat agar daerah dan pusat dapat mengembangkan penyamaan skor untuk membandingkan skor antar sekolah. Kisi-kisi soal ujian No. Standart Kompetensi Kompetensi Dasar Materi Pelajaran Indikator Bentuk Soal Nomor Soal