SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
BAB I
PENDAHULUAN
Kata kasta sudah sering kita dengar di kalangan masyarakat Hindu. Kasta bukan warna. Kasta
itu identik dengan pelapisan sosial di masyarakat. Dari turun temurun masyarakat percaya
dan masih menggunakan sistem kasta tersebut. Kasta mulai digunakan saat pemerintahan
kolonial Belanda. Pemerintah kolonial ini membagi Bali menjadi delapan wilayah
pemerintahan tahun 1929. Oleh penjajah Belanda, para raja diwajibkan menggunakan gelar
sekaligus nama yang diberikan Belanda. Misal, I Goesti Alit Ngoerah di Badung dan Dewa
Agong Tjokorda Oka Geg Peonggawa di Klungkung. Inilah yang disebut kebijakan
Baliseering, semacam purifikasi Bali untuk gerakan Ajeg Bali saat itu. Penjajah Belanda,
selama 350 tahun menguatkan sistem kasta karena ini sesuai dengan politik divide et impera-
nya (politik adu domba). Belanda mempertahankan kuasa melalui tangan-tangan penguasa,
terutama Brahmana dan Ksatria, dua tingkat tertinggi dalam kasta. Kebijakan kasta
memberikan dampak negatif yaitu perselisihan bertahun-tahun bahkan hingga sekarang.
Contoh perselisihan tersebut ialah terjadi di Mengwi dan Gianyar. Di dua tempat ini, warga
klan Pande melawan kalangan Brahmana yang melarang mereka melakukan upacara tanpa
dipimpin pihak Brahmana. Selama 17 tahun melawan, dari 1911 hingga 1928, akhirnya
warga Pande diperbolehkan melaksanakan upacara dipimpin seorang empu, bukan pedanda.
Kasta, dalam Dictionary of American English disebut: Caste is a group resulting from
the division of society based on class differences of wealth, rank, rights, profession, or
job.Uraian lebih luas ditemukan pada Encyclopedia Americana Volume 5 halaman 775; asal
katanya adalah “Casta” bahasa Portugis yang berarti kelas, ras keturunan, golongan.
Bangsa Portugis yang dikenal sebagai penjelajah lautan adalah pemerhati dan
penemupertama corak tatanan masyarakat di India yang berjenjang dan berkelompok; mereka
menamakan tatanan itu sebagai casta. Tatanan itu kemudian berkembang di Eropa terutama
di Inggris, Perancis, Rusia, Spanyol, dan Portugis. Sosialisasi casta di Eropa tumbuh subur
karena didukung oleh bentuk pemerintahan monarki (kerajaan) dan kehidupan agraris.
BAB II
PEMBAHASAN
Para elit ketika itu adalah the king (raja), the prince (kaum bangsawan), dan the land
lord (tuan/ pemilik tanah pertanian); rakyat jelata kebanyakan buruh tani misalnya di Rusia
disebut sebagai kaum proletar adalah kelompok mayoritas yang hina, hidup susah, dan
senantiasa menjadi korban pemerasan kaum elit. Lama kelamaan tatanan ini berubah karena
tiga hal utama, yaitu:
1. Revolusi Perancis dan Bholshevik (Rusia) yang menghapuskan monarki dan the land lord
2. Industrialisasi yang mengurangi peran sektor agraris
3. Pengembangan Agama Kristen yang menonjolkan segi kasih sayang di antara umat manusia
Walaupun demikian casta tidak hilang sama sekali. Ia berubah wujud sebagai “Class
System” yang didefinisikan sebagai: A differentiation among men according to such
categories as wealth, position, and power (perbedaan manusia menurut kekayaan,
posisi/status dan kekuasaan). Class System ini dianalisis secara ilmiah oleh berbagai tokoh
masyarakat; yang terkemuka adalah Karl Marx dengan teorinya: The relations of production.
Inilah embrio pemahaman sosialis komunis yang ingin meniadakan perbedaan kelas
masyarakat, di mana pemerintah menguasai sumber-sumber kehidupan dan mengupayakan
perimbangan income yang wajar di antara rakyatnya.
Peredaran zaman menuju ke abad 20 membawa Class Theory yang klasik seperti
pemikiran Karl Marx berubah menuju era baru seperti apa yang disebut sebagai Class
Mobility, yaitu pengelompokan sosial karena kepentingan profesi. Kini kita biasa mendengar
kelompok-kelompok: usahawan, birokrat, intelektual, militer, dan rohaniawan; mereka
kemudian mengikat diri lebih khusus ke dalam organisasi-organisasi seperti: IKADIN, IDI,
ICMI, ICHI, MUI, PHDI, dll.
India yang disebut dalam berbagai sumber sebagai asal Kasta Stelsel, sebenarnya
mempunyai sekitar 3000 kelompok sosial masyarakat, namun pada umumnya dapat
dibedakan menjadi empat. Pengelompokan ini di India tidak hanya ditemukan pada
masyarakat yang beragama Hindu saja, tetapi juga pada masyarakat yang beragama lain
misalnya penganut Islam berkelompok pada: Sayid, Sheikh, Pathan, dan Momin; penganut
Kristen berkelompok pada: Chaldean Syrians, Yacobite Syrians, Latin Catholics, dan
Marthomite Syrians; penganut Budha berkelompok pada: Mahayana, Hinayana, dan
Theravadi.
Untuk memastikan sejak kapan kasta muncul di India memang menjadi persoalan yang
amat sulit dibuktikan. E.A Gait mengemukakan pendapatnya bahwa mula-mula bangsa Arya
tak suka perkawinan antar suku. Suku bangsa Arya di India menganggap suku Dravida lebih
rendah harkat dan martabatnya. Keadaan ini didasarkan pada latar belakang sejarah
kedatangan bangsa Arya ke India. Menurut hypotesa Prof.Giles suku Arya yang ada di India
sekarang berasal dari Eropa Tengah. Kedatangan suku Arya yang pada awalnya tidak suka
kawin dengan orang-orang pribumi yang kulitnya hitam. Tetapi lama-kelamaan prajurit-
prajurit Arya kesulitan mendapatkan istri. Keadaan ini menyebabkan terjadinya percampuran
darah antar suku bangsa Arya yang kulitnya putih dengan suku bangsa Dravida yang kulitnya
hitam. Percampuran bangsa Arya dan Dravida inilah mendatangkan pelapisan sosial yang
disebut kasta (Ketut Wiana & Raka Santeri:19).
Istilah pertama yang digunakan di India sesungguhnya bukanlah kasta tetapi “Varnas”
Bahasa Sanskerta yang artinya Warna (colour); ditemukan dalam Rg Veda sekitar 3000 tahun
sebelum Masehi yaitu Brahman (pendeta), Kshatriya (prajurit dan pemerintah), Vaishya
(pedagang/ pengusaha), dan Sudra (pelayan). Tiga kelompok pertama disebut “dwij” karena
kelahirannya diupacarai dengan prosesi penyucian.
Sementara itu, Warna yang diabadikan bahkan diwariskan turun temurun terjadi di
India sebagai usaha kelompok elit mempertahankan status quo, yang sebenarnya sudah sangat
menyimpang dari ajaran suci Weda. Gejala mengabadikan Warna inilah yang dilihat oleh
orang-orang Portugis sehingga timbullah istilah “casta” seperti yang diuraikan di atas.
Penerapan kasta stelsel di India menimbulkan pengkotak-kotakan masyarakat sehingga
mereka saling bertikai. Dalam kondisi seperti ini jiwa nasionalisme pudar sehingga India
mudah dipecah belah dan akhirnya dijajah Inggris.
Agama Hindu kemudian menyebar ke Indonesia lengkap dengan tatanan masyarakat
menurut Warna masing-masing. Mula-mula di Jawa tatanan masyarakat masih murni
menurut Weda yaitu tatanan menurut profesi atau Warna. Ketika Majapahit hendak
meluaskan kerajaan dengan cita-cita menyatukan Nusantara yang terkenal dengan Sumpah
Palapa-nya Gajahmada, maka Majapahit menundukkan Kerajaan Bali Dwipa pada abad ke-
13. Para “penjajah Majapahit” membawa serta kaum elit yang memimpin kerajaan
Samprangan. Kaum elit itu dinamakan Triwangsa, yaitu Brahmana, Ksatria, dan Waisya.
Semua penduduk Bali asli yang dijajah, dikelompokkan sebagai Wangsa Sudra. Tujuan
politik Gajahmada adalah agar kaum Bali-asli tidak bisa eksis, sehingga kelanggengan
pemerintahan Samprangan dapat berlanjut terus.
Titel bagi para Raja di Bali dikukuhkan/dianugrahkan oleh Pemerintah Hindia Belanda
setelah terwujudnya Pemerintahan Swapraja, berlaku efektif sejak tanggal 1 Juli 1938.
Pengambilan sumpah jabatan para Raja itu dilaksanakan di Pura Besakih pada tanggal 29
Juni 1938 bertepatan dengan hari raya Galungan oleh Residen Bali dan Lombok: J.
Mol(sumber: Bali pada abad XIX, Ida Anak Agung Gde Agung, Gajahmada University
Press,1989).
Sejak masa itulah Warna di Bali berubah menjadi Wangsa atau Kasta karena hak-hak
kebangsawanan diturunkan kepada generasi seterusnya. Kebijaksanaan ini menjadi panutan
bagi sebagian golongan Triwangsa lainnya. Setelah kerajaan-kerajaan di Bali runtuh,
kemudian Indonesia menjadi negara Republik, hak-hak kebangsawanan mereka dengan
sendirinya hilang. Yang menjadi persoalan sekarang adalah kaburnya pengertian antara kasta
dan warna dalam Hindu karena pendidikan yang rendah dan kurang tersebarnya kitab-kitab
suci Weda. sehingga para rohaniawan yang memang Brahmana sesuai konsep catur warna,
misalnya sampai keturunananya pun ikut disebut Brahmana, padahal keturunannya itu bukan
seorang rohaniawan (Ketut Wiana & Raka Santeri:23).
Terjadi perkembangan sedemikian rupa dalam masyarakat khususnya masyarakat
non-Hindu yang menggunjingkan tentang sitem warna ini yang dikaburkan atau dicampur
adukan dengan sistem kasta (Ketut Wiana & Raka Santeri:30).
Sebuah buku yang ditulis oleh seorang pengajar perbandingan agama, menguraikan
pengertian catur warna sebagai berikut : Jumlah waran ada 4 yaitu Brahmana, Ksatria,
Waisya dan Sudra. Dari keempat kelompok tersebut, Brahmana yang paling tinggi.
Pembagian golongan ini didasarkan pada kelahiran. Pengertian warna ini sama dengan kasta.
Seorang Guru Besar Ilmu Filsafat dalam bukunya Pembimbing Ke Arah Filsafat
menuliskan sebagai berikut : adapun seluruh masyarakat Hindu dapat dibagi 4 tingkatan
Kasta yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya dan Sudra. Keempat tingkatan ini ditentukan oleh
kelahiran sehingga bagaimanapun orang berusaha, tak dapat ia beralih dari satu kasta ke kasta
lainnya. Demikian dua contoh pandangan para ahli sejarah dan filsafat yang non-Hindu yang
tidak meneliti pengertian warna dari sumber-sumber kitab suci agama Hindu (Ketut Wiana &
Raka Santeri:31).
Kedua para ahli tersebut, mungkin terbatas mendapatkan kitab-kitab suci Hindu.
Tetapi jangankan kedua para ahli tersebut, masyarakat Bali yang notabene sebagaian besar
beragama Hindu masih rancu atau adanya kesalahpahaman mengenai sistem kasta dan warna.
Hal ini disebabkan karena masih rendahnya pendidikan dan belum banyak membaca kitab-
kitab suci dan ajaran–ajaran Hindu. Contohnya saja seorang keturunan raja diberi gelar
seperti raja padahal ia tidak menjabat sebagai raja.
Dalam Lontar Wrhaspati Tattwa dijelaskan: Paramasiwa kesadarannya mulai
tersentuh oleh Maya; ketika itu ia mulai terpengaruh oleh sakti, guna, dan swabhawa yang
merupakan hukum kemahakuasaan Sanghyang Widhi Wasa. Dalam keadaan begini ia diberi
gelar Sadasiwa. Ia memiliki kekuatan untuk memenuhisegala kehendaknya yang disimpulkan
sebagai bunga teratai (padma) yang merupakan stana-Nya. Dengan sakti, guna, dan
swabawa-Nya ia aktif dengan segala ciptaan-Nya, karena itu ia disebut Saguna Brahman.
Dalam menciptakan manusia ia tidak membedabedakan derajat manusia. Catur Warna
adalah: Brahmana, Kesatria, Wesya, dan Sudra. Pengelompokannya menurut bakat/ kualitas
manusia dan kerjanya:
1. Orang yang berbakat, berkualitas, dan bekerja di bidang ke-Tuhanan disebut Brahmana.
2. Orang yang berbakat, berkualitas, dan bekerja di bidang pemerintahan disebut Kesatria.
3. Orang yang berbakat, berkualitas, dan bekerja di bidang perekonomian disebut Waisya.
4. Orang yang berbakat, berkualitas, dan bekerja di bidang pelayanan disebut Sudra.
Keempat kelompok profesi ini diperlukan dalam tatanan kehidupan manusia, oleh
karena itu Sang Hyang Widhi Wasa menciptakan manusia-manusia yang berbeda, tidak sama
semuanya. Tidaklah dapat dibayangkan bagaimana bentuk kehidupan ini jika semua manusia
persis sama: bakat, kualitas, dan kerjanya.
Warna seseorang dapat berubah menurut desa, kala, patra, dan juga dapat dirangkap
oleh satu orang. Perubahan menurut desa, kala, patra sudah terjadi sejak dahulu, misalnya di
abad ke 13 M ketika Danghyang Kresna Kepakisan (Warna Brahmana) dinobatkan sebagai
Raja Bali Dwipa oleh Sri Ratu Tribuwanattunggadewi (Raja Majapahit) gelarnya diubah
menjadi Sri Kresna Kepakisan (Warna Kesatria). Warna seseorang tidak selamanya tetap
apalagi turun temurun; misalnya seorang petani (berwarna Sudra) karena ketekunannya
berhasil menyekolahkan anaknya dan di kemudian hari menjadi bupati maka anaknya sudah
menjadi Warna Ksatriya; demikian sebaliknya seorang keturunan Brahmana yang tidak lagi
berprofesi sebagai Wiku tidak dapat disebut sebagai Warna Brahmana. Perubahan status pada
seseorang bahkan dapat terjadi setiap saat menurut bidang tugasnya, misalnya seorang
pesuruh di suatu kantor yang merangkap menjadi Pemangku di Pura/Sanggah Pamerajan;
ketika bertugas sebagai pesuruh dia berwarna Sudra, tetapi jika bertugas nganteb piodalan di
Pura dia berwarna Brahmana.
Kesimpulannya adalah Warna itu realistis dan idealnya semua profesional berbuat
sebaik-baiknya untuk kepentingan bersama dan kesejahteraan umat manusia. Ke-empat
Warna itu status dan derajatnya sama, tidak ada yang lebih tinggi dan tidak ada yang lebih
rendah, karena wujudnya adalah professionalisme.
Wangsa adalah bangsa. Karena bangsa berkonotasi dengan etnis, maka sifatnya turun
temurun. Misalnya anak pasangan suami/istri berbangsa Cina tidak mungkin mengaku anak
orang berbangsa Negro. Di Bali, wangsa sering dikaitkan dengan istilah Kasta. Kasta artinya
tingkatan derajat (Cast) yang membedakan dengan tingkatan atau derajat (Cast) yang lain.
Secara umum konotasi ke-wangsa-an berkaitan dengan politik, perjuangan, dan kekuasaan.
Lama kelamaan wangsa menjadi kasta, dan Warna menjadi wangsa, sehingga sekarang
ditemukan: Kasta Brahmana, Kasta Kesatria, Kasta Wesya, Kasta Sudra, dengan atribut/ titel
yang tidak berdasarkan kitab suci. Oleh karena pembauran Warna dengan wangsa/ kasta,
maka atribut/ titel itupun diwariskan turun temurun. Kejanggalan tidak sedikit terjadi,
misalnya seorang wangsa Brahmana berprofesi sebagai Warna Sudra, demikian sebaliknya.
Banyak yang berdalih bahwa mewariskan wangsa kepada keturunan adalah sebagai wujud
penghormatan kepada leluhur. Ini tampaknya kurang bijaksana, karena pola pikir seperti itu
telah menyimpang dari Weda.
Menurut Bhagawan Dwija, upaya yang dilakukan untuk memudarkan kasta yaitu
perlakukan orang-orang berkasta itu biasa-biasa saja. Hormati mereka berdasarkan inteligensi
dan pengabdiannya kepada masyarakat. Bukan karena titel kebangsawanannya. Satu lagi
yang sebaiknya diterapkan di masyarakat Hindu : bila seorang gadis dinikahi oleh seorang
dari kaum Triwangsa sebaiknya namanya tidak usah diganti misalnya ketika gadis bernama
Made Arini, lalu karena menikah dengan Ida Bagus/Anak Agung/I Gusti namanya diganti
menjadi Jero Jempiring. Karena tidak ada aturan tentang hal tersebut dalam sastra Agama. Ini
hanyalah tradisi gugon tuwon yang berbau feodal. Lontar Dharma Kauripan mengatakan
bahwa yang berhak memberi nama atau merubah nama seorang anak hanyalah ayah dan ibu
kandungnya (Guru Rupaka).
Nama diberikan ketika upacara tiga bulanan, disaksikan oleh Ida Bethara Hyang Guru
(Kemulan), karena itu ada unsur sakralnya. Anak yang namanya diganti bukan atas kehendak
orang tuanya akan menemui kesialan dalam hidup selanjutnya, karena terkena kutukan
prasangga pada Guru Rupaka. Dan mudah-mudahan juga ketika natab banten pekala-kalaan
si Jero Jempiring tidak natab bersama keris sebagai ganti sang suami. Kalau ini juga terjadi
penyimpangan dharma agama akan makin melebar. Seorang lelaki yang menikahi seorang
gadis yang berbeda wangsa tidak hanya mencintai dan menyayangi gadis itu saja, tetapi juga
wajib menghormati dan menyayangi keluarga si gadis, termasuk para leluhurnya. Ngaturang
bakti di sanggah pamerajan pihak wanita tidak selamanya berarti “nyumbah” leluhur si gadis,
tetapi (dalam upacara Pawiwahan) lebih bermakna sebagai permakluman dan perkenalan diri
kepada para leluhur si gadis. Yang terakhir, perlu dipahami bahwa upacara Mepamit tidak
berarti mohon diri kepada Ida Bethara di Sanggah Pamerajan, tetapi berarti pemindahan
registrasi (secara niskala), yaitu registrasi di Sanggah Pamerajan gadis dicoret kemudian
terdaftar di Sanggah Pamerajan laki-laki, sehingga nanti bila meninggal dunia lalu di-aben,
arwah si gadis sudah sah “mepaingkup” di Sanggah Pamerajan laki-laki.
BAB III
KESIMPULAN
Pengaruh Kasta di Bali pada mulanya berasal dari India saat penyebaran Agama
Hindu. Mula-mula di Bali dan Jawa tatanan masyarakat masih murni menurut Weda. Ketika
Majapahit hendak meluaskan kerajaan dengan patihnya Gajah Mada. Ia menundukan Bali
dengan mengelompokan penduduk menjadi tiga kelompok yaitu Brahmana, Ksatria, dan
Waisya. Kemudian ketika pemerintahan Hindia Belanda, sistem kasta ini terus dilanjutkan
dengan tujuan memecah belah persatuan.
Kesalahpahaman antara kasta dan warna terjadi pada orang-orang non Hindu karena
mereka tidak meneliti dengan berpedoman pada kitab-kitab suci Agama Hindu. Sementara
itu, sebagain umat Hindu yang pendidikannya masih rendah dan belum banyak membaca
kitab-kitab suci dan ajaran Hindu masih terjadi kesalahpahaman dalam mengartikan antara
kasta dan warna.
Dalam kitab-kitab suci Agama Hindu seperti Bhagawan Gita, Manawa Dharma
Sastra, dan Yajur Weda menyebutkan tidak adanya istilah yang menyinggung kasta yang ada
hanya warna yang membagi masyarakat berdasarkan guna dan karmanya dan tidak
ditentukan karena kelahirannya.
Upaya yang dilakukan untuk memudarkan sistem kasta adalah menghormati mereka
berdasarkan inteligensi dan pengabdiannya kepada masyarakat, bukan karena titel
kebangsawanannya.
DAFTAR RUJUKAN
 Wirawan Afdila, I Kade. 2012. Kasta sikap Diskrimitif Orang Bali. (Online)
(http://sosbud.kompasiana.com/2012/07/20/kasta-sikap-diskriminatif-orang-bali/ ,
diakses pada tanggal 12 Desember 2013)
 Dwija, Bhawagan. 2012. Riwayat Kasta di Bali. (Online)
(http://stitidharma.org/riwayat-kasta-di-Bali/ , diakses pada tanggal 12 Desember
2013)
 Wiana Ketut & Sateri Raka.1993.Kasta dalam Hindu: Kesalahpahaman Berabad-
abad. Denpasar :Yayasan Dharma Naradha
 Kerepun Kembar,Made.2007.Mengurai Benang Kusut Kasta. Denpasar:
 PT Empat Warna Komunikasi
makalah
sistem kasta di bali
DISUSUN OLEH :
NAMA : MARTINI
KELAS : XI
SMA NEGERI 1 RAHA
2014

More Related Content

What's hot

Teori struktural fungsional
Teori struktural fungsionalTeori struktural fungsional
Teori struktural fungsionalNovri To Day
 
Ketahanan nasional dlm astagatra
Ketahanan nasional dlm astagatraKetahanan nasional dlm astagatra
Ketahanan nasional dlm astagatraJemi22
 
sosiologi Primordialisme dan etnosentrisme
sosiologi Primordialisme dan etnosentrismesosiologi Primordialisme dan etnosentrisme
sosiologi Primordialisme dan etnosentrismeSurya Ardi
 
Power point sap-sosiologi-32
Power point sap-sosiologi-32Power point sap-sosiologi-32
Power point sap-sosiologi-32dinnianggra
 
Esai hukum; Indonesia : "Sistem Hukum yang belum "Dewasa"
Esai hukum; Indonesia : "Sistem Hukum yang belum "Dewasa"Esai hukum; Indonesia : "Sistem Hukum yang belum "Dewasa"
Esai hukum; Indonesia : "Sistem Hukum yang belum "Dewasa"Syifa Nadia
 
PPT Peran dan Status Sosial
PPT Peran dan Status Sosial PPT Peran dan Status Sosial
PPT Peran dan Status Sosial Lutfi Imansari
 
Implementasi sistem sosial budaya indonesia
Implementasi sistem sosial budaya indonesiaImplementasi sistem sosial budaya indonesia
Implementasi sistem sosial budaya indonesiaMuchlis Soleiman
 
Makalah kelompok sosial
Makalah kelompok sosialMakalah kelompok sosial
Makalah kelompok sosialsatya arum
 
Ideologi ideologi politik
Ideologi ideologi politikIdeologi ideologi politik
Ideologi ideologi politikdinnianggra
 
Pembelajaran Terpadu Model Threaded
Pembelajaran Terpadu Model ThreadedPembelajaran Terpadu Model Threaded
Pembelajaran Terpadu Model ThreadedInayah Syar
 
Kemajemukan Masyarakat Indonesia
Kemajemukan Masyarakat IndonesiaKemajemukan Masyarakat Indonesia
Kemajemukan Masyarakat IndonesiaLestari Moerdijat
 
Ontologi, epistomologi, dan aksiologi presentasi ke 8
Ontologi, epistomologi, dan aksiologi presentasi ke 8Ontologi, epistomologi, dan aksiologi presentasi ke 8
Ontologi, epistomologi, dan aksiologi presentasi ke 8Alfis Khisoli
 
Hubungan hubungan dalam logika 2
Hubungan hubungan dalam logika 2Hubungan hubungan dalam logika 2
Hubungan hubungan dalam logika 2Bagoes Prasetya
 
Kepribadian Kepemimpinan
Kepribadian KepemimpinanKepribadian Kepemimpinan
Kepribadian Kepemimpinanfefrgrgrg
 
PPT Sosiologi Kelas XI Bab 1
PPT Sosiologi Kelas XI Bab 1PPT Sosiologi Kelas XI Bab 1
PPT Sosiologi Kelas XI Bab 1RezaWahyuni5
 
Bab iii 3&4.sifat dan aspek alamiah dalam ketahanan nasional
Bab iii  3&4.sifat dan aspek alamiah dalam ketahanan nasionalBab iii  3&4.sifat dan aspek alamiah dalam ketahanan nasional
Bab iii 3&4.sifat dan aspek alamiah dalam ketahanan nasionalnatal kristiono
 
Kebudayaan dan kepribadian
Kebudayaan dan kepribadianKebudayaan dan kepribadian
Kebudayaan dan kepribadiandaddhy04
 

What's hot (20)

Konflik sosial
Konflik sosialKonflik sosial
Konflik sosial
 
Teori struktural fungsional
Teori struktural fungsionalTeori struktural fungsional
Teori struktural fungsional
 
Ketahanan nasional dlm astagatra
Ketahanan nasional dlm astagatraKetahanan nasional dlm astagatra
Ketahanan nasional dlm astagatra
 
sosiologi Primordialisme dan etnosentrisme
sosiologi Primordialisme dan etnosentrismesosiologi Primordialisme dan etnosentrisme
sosiologi Primordialisme dan etnosentrisme
 
Power point sap-sosiologi-32
Power point sap-sosiologi-32Power point sap-sosiologi-32
Power point sap-sosiologi-32
 
Esai hukum; Indonesia : "Sistem Hukum yang belum "Dewasa"
Esai hukum; Indonesia : "Sistem Hukum yang belum "Dewasa"Esai hukum; Indonesia : "Sistem Hukum yang belum "Dewasa"
Esai hukum; Indonesia : "Sistem Hukum yang belum "Dewasa"
 
PPT Peran dan Status Sosial
PPT Peran dan Status Sosial PPT Peran dan Status Sosial
PPT Peran dan Status Sosial
 
Diferensiasi sosial
Diferensiasi sosialDiferensiasi sosial
Diferensiasi sosial
 
Implementasi sistem sosial budaya indonesia
Implementasi sistem sosial budaya indonesiaImplementasi sistem sosial budaya indonesia
Implementasi sistem sosial budaya indonesia
 
Makalah kelompok sosial
Makalah kelompok sosialMakalah kelompok sosial
Makalah kelompok sosial
 
Ideologi ideologi politik
Ideologi ideologi politikIdeologi ideologi politik
Ideologi ideologi politik
 
Identitas Nasional Indonesia
Identitas Nasional IndonesiaIdentitas Nasional Indonesia
Identitas Nasional Indonesia
 
Pembelajaran Terpadu Model Threaded
Pembelajaran Terpadu Model ThreadedPembelajaran Terpadu Model Threaded
Pembelajaran Terpadu Model Threaded
 
Kemajemukan Masyarakat Indonesia
Kemajemukan Masyarakat IndonesiaKemajemukan Masyarakat Indonesia
Kemajemukan Masyarakat Indonesia
 
Ontologi, epistomologi, dan aksiologi presentasi ke 8
Ontologi, epistomologi, dan aksiologi presentasi ke 8Ontologi, epistomologi, dan aksiologi presentasi ke 8
Ontologi, epistomologi, dan aksiologi presentasi ke 8
 
Hubungan hubungan dalam logika 2
Hubungan hubungan dalam logika 2Hubungan hubungan dalam logika 2
Hubungan hubungan dalam logika 2
 
Kepribadian Kepemimpinan
Kepribadian KepemimpinanKepribadian Kepemimpinan
Kepribadian Kepemimpinan
 
PPT Sosiologi Kelas XI Bab 1
PPT Sosiologi Kelas XI Bab 1PPT Sosiologi Kelas XI Bab 1
PPT Sosiologi Kelas XI Bab 1
 
Bab iii 3&4.sifat dan aspek alamiah dalam ketahanan nasional
Bab iii  3&4.sifat dan aspek alamiah dalam ketahanan nasionalBab iii  3&4.sifat dan aspek alamiah dalam ketahanan nasional
Bab iii 3&4.sifat dan aspek alamiah dalam ketahanan nasional
 
Kebudayaan dan kepribadian
Kebudayaan dan kepribadianKebudayaan dan kepribadian
Kebudayaan dan kepribadian
 

Similar to Makalah tentang kasta di bali

Makalah sistem kasta di bali
Makalah sistem kasta di baliMakalah sistem kasta di bali
Makalah sistem kasta di baliKuroko Tetsuya
 
Makalah tentang kasta di bali SMA NEGERI 1 RAHA
Makalah tentang kasta di bali SMA NEGERI 1 RAHA Makalah tentang kasta di bali SMA NEGERI 1 RAHA
Makalah tentang kasta di bali SMA NEGERI 1 RAHA Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah Sejarah Politik Peradaban Kuno
Makalah Sejarah Politik Peradaban KunoMakalah Sejarah Politik Peradaban Kuno
Makalah Sejarah Politik Peradaban KunoDewi_Sejarah
 
agama-hindu-budha.ppt
agama-hindu-budha.pptagama-hindu-budha.ppt
agama-hindu-budha.pptMissYuli2
 
Perkembangan Agama Hindu dan Budha di India
Perkembangan Agama Hindu dan Budha di IndiaPerkembangan Agama Hindu dan Budha di India
Perkembangan Agama Hindu dan Budha di Indiahoseapito
 
Pengaruh agama hindu dan budha di indonesia sejarah
Pengaruh agama hindu dan budha di indonesia   sejarahPengaruh agama hindu dan budha di indonesia   sejarah
Pengaruh agama hindu dan budha di indonesia sejarahDevin Budi
 
KD-3.4-TEORI-TEORI-MASUKNYA-KERAJAAN-HINDU-BUDDHA-1.pptx
KD-3.4-TEORI-TEORI-MASUKNYA-KERAJAAN-HINDU-BUDDHA-1.pptxKD-3.4-TEORI-TEORI-MASUKNYA-KERAJAAN-HINDU-BUDDHA-1.pptx
KD-3.4-TEORI-TEORI-MASUKNYA-KERAJAAN-HINDU-BUDDHA-1.pptxIraniDian
 
Presentasi kehidupan politik ekonomi sosial budaya pada masa hindu budha
Presentasi kehidupan politik ekonomi sosial budaya pada masa hindu budhaPresentasi kehidupan politik ekonomi sosial budaya pada masa hindu budha
Presentasi kehidupan politik ekonomi sosial budaya pada masa hindu budhaAnnisa Wakhidathus
 
Presentation1 teori ksatria 2015 daerah klungkung bali
Presentation1 teori ksatria 2015 daerah klungkung baliPresentation1 teori ksatria 2015 daerah klungkung bali
Presentation1 teori ksatria 2015 daerah klungkung balisang ayu agung kusumas pratiwi
 
Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit
Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan MajapahitKerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit
Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan MajapahitRafika N. Septikasari
 
KELOMPOK MUAMAR.pptx
KELOMPOK MUAMAR.pptxKELOMPOK MUAMAR.pptx
KELOMPOK MUAMAR.pptxDiditRomadon2
 
Ppt india kelompok 4 ambar,delly,yeni
Ppt india kelompok 4 ambar,delly,yeniPpt india kelompok 4 ambar,delly,yeni
Ppt india kelompok 4 ambar,delly,yeniDewi_Sejarah
 
Makalah sejarah xi ips 2 klk 2
Makalah sejarah xi ips 2 klk 2Makalah sejarah xi ips 2 klk 2
Makalah sejarah xi ips 2 klk 2LX Savage
 

Similar to Makalah tentang kasta di bali (20)

Makalah sistem kasta di bali
Makalah sistem kasta di baliMakalah sistem kasta di bali
Makalah sistem kasta di bali
 
Makalah tentang kasta di bali SMA NEGERI 1 RAHA
Makalah tentang kasta di bali SMA NEGERI 1 RAHA Makalah tentang kasta di bali SMA NEGERI 1 RAHA
Makalah tentang kasta di bali SMA NEGERI 1 RAHA
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
 
tamadun india
 tamadun india tamadun india
tamadun india
 
Makalah kerajaan hindu budha di indonesia
Makalah kerajaan hindu budha di indonesiaMakalah kerajaan hindu budha di indonesia
Makalah kerajaan hindu budha di indonesia
 
Makalah kerajaan hindu budha di indonesia
Makalah kerajaan hindu budha di indonesiaMakalah kerajaan hindu budha di indonesia
Makalah kerajaan hindu budha di indonesia
 
Makalah Sejarah Politik Peradaban Kuno
Makalah Sejarah Politik Peradaban KunoMakalah Sejarah Politik Peradaban Kuno
Makalah Sejarah Politik Peradaban Kuno
 
agama-hindu-budha.ppt
agama-hindu-budha.pptagama-hindu-budha.ppt
agama-hindu-budha.ppt
 
Perkembangan Agama Hindu dan Budha di India
Perkembangan Agama Hindu dan Budha di IndiaPerkembangan Agama Hindu dan Budha di India
Perkembangan Agama Hindu dan Budha di India
 
Pengaruh agama hindu dan budha di indonesia sejarah
Pengaruh agama hindu dan budha di indonesia   sejarahPengaruh agama hindu dan budha di indonesia   sejarah
Pengaruh agama hindu dan budha di indonesia sejarah
 
KD-3.4-TEORI-TEORI-MASUKNYA-KERAJAAN-HINDU-BUDDHA-1.pptx
KD-3.4-TEORI-TEORI-MASUKNYA-KERAJAAN-HINDU-BUDDHA-1.pptxKD-3.4-TEORI-TEORI-MASUKNYA-KERAJAAN-HINDU-BUDDHA-1.pptx
KD-3.4-TEORI-TEORI-MASUKNYA-KERAJAAN-HINDU-BUDDHA-1.pptx
 
Presentasi kehidupan politik ekonomi sosial budaya pada masa hindu budha
Presentasi kehidupan politik ekonomi sosial budaya pada masa hindu budhaPresentasi kehidupan politik ekonomi sosial budaya pada masa hindu budha
Presentasi kehidupan politik ekonomi sosial budaya pada masa hindu budha
 
Presentation1 teori ksatria 2015 daerah klungkung bali
Presentation1 teori ksatria 2015 daerah klungkung baliPresentation1 teori ksatria 2015 daerah klungkung bali
Presentation1 teori ksatria 2015 daerah klungkung bali
 
Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit
Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan MajapahitKerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit
Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit
 
KELOMPOK MUAMAR.pptx
KELOMPOK MUAMAR.pptxKELOMPOK MUAMAR.pptx
KELOMPOK MUAMAR.pptx
 
Tamadun india
Tamadun indiaTamadun india
Tamadun india
 
Pengajian malaysia
Pengajian malaysiaPengajian malaysia
Pengajian malaysia
 
Ppt india kelompok 4 ambar,delly,yeni
Ppt india kelompok 4 ambar,delly,yeniPpt india kelompok 4 ambar,delly,yeni
Ppt india kelompok 4 ambar,delly,yeni
 
Agama hindu
Agama hindu Agama hindu
Agama hindu
 
Makalah sejarah xi ips 2 klk 2
Makalah sejarah xi ips 2 klk 2Makalah sejarah xi ips 2 klk 2
Makalah sejarah xi ips 2 klk 2
 

More from Septian Muna Barakati (20)

Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
 
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
 
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
 
Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA
 
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
 
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
 
Dokomen polisi
Dokomen polisiDokomen polisi
Dokomen polisi
 
Dokumen perusahaan
Dokumen perusahaanDokumen perusahaan
Dokumen perusahaan
 
Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3
 
Dosa besar
Dosa besarDosa besar
Dosa besar
 
Ekosistem padang lamun
Ekosistem padang lamunEkosistem padang lamun
Ekosistem padang lamun
 
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi pendudukFaktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
 
E
EE
E
 
Faktor
FaktorFaktor
Faktor
 
Fho...................
Fho...................Fho...................
Fho...................
 
555555555555555 (2)
555555555555555 (2)555555555555555 (2)
555555555555555 (2)
 
99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya
 
10 impact of global warming
10 impact of global warming10 impact of global warming
10 impact of global warming
 
10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global
 
5 w 1h penyakit hiv
5 w 1h  penyakit hiv5 w 1h  penyakit hiv
5 w 1h penyakit hiv
 

Recently uploaded

MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxPPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxJawahirIhsan
 
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdfWebinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdfTeukuEriSyahputra
 
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASARPPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASARElviraDemona
 
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEANIPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEANGilangNandiaputri1
 
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan Garam
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan GaramMateri Kimfar Asam,Basa,Buffer dan Garam
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan GaramTitaniaUtami
 
Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)
Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)
Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)BashoriAlwi4
 
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMASBAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMASNursKitchen
 
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptxLokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptxrani414352
 
FARMASI SOSIAL - Pengantar Farmasi Sosial
FARMASI SOSIAL - Pengantar Farmasi SosialFARMASI SOSIAL - Pengantar Farmasi Sosial
FARMASI SOSIAL - Pengantar Farmasi SosialParulianGultom2
 
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfSurat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfEirinELS
 
Penyuluhan_pHIV_AIDS (1).ppt pada tahun 2024 di klungkung
Penyuluhan_pHIV_AIDS (1).ppt pada tahun 2024 di klungkungPenyuluhan_pHIV_AIDS (1).ppt pada tahun 2024 di klungkung
Penyuluhan_pHIV_AIDS (1).ppt pada tahun 2024 di klungkungSemediGiri2
 
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMPBioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMPNiPutuDewikAgustina
 
Materi Pertemuan 2.pptxMateri Pertemuan 2
Materi Pertemuan 2.pptxMateri Pertemuan 2Materi Pertemuan 2.pptxMateri Pertemuan 2
Materi Pertemuan 2.pptxMateri Pertemuan 2RezaWahyuni6
 
kerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia.ppt
kerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia.pptkerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia.ppt
kerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia.pptputrisari631
 
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdfAksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdfsubki124
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Materi Bab 6 Algoritma dan bahasa Pemrograman
Materi Bab 6 Algoritma dan bahasa  PemrogramanMateri Bab 6 Algoritma dan bahasa  Pemrograman
Materi Bab 6 Algoritma dan bahasa PemrogramanSaeranSaeran1
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptxperwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptxMas PauLs
 

Recently uploaded (20)

MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxPPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
 
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdfWebinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
 
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASARPPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
 
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEANIPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
 
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan Garam
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan GaramMateri Kimfar Asam,Basa,Buffer dan Garam
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan Garam
 
Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)
Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)
Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)
 
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMASBAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
 
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptxLokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
 
FARMASI SOSIAL - Pengantar Farmasi Sosial
FARMASI SOSIAL - Pengantar Farmasi SosialFARMASI SOSIAL - Pengantar Farmasi Sosial
FARMASI SOSIAL - Pengantar Farmasi Sosial
 
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfSurat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
 
Penyuluhan_pHIV_AIDS (1).ppt pada tahun 2024 di klungkung
Penyuluhan_pHIV_AIDS (1).ppt pada tahun 2024 di klungkungPenyuluhan_pHIV_AIDS (1).ppt pada tahun 2024 di klungkung
Penyuluhan_pHIV_AIDS (1).ppt pada tahun 2024 di klungkung
 
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMPBioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMP
 
Materi Pertemuan 2.pptxMateri Pertemuan 2
Materi Pertemuan 2.pptxMateri Pertemuan 2Materi Pertemuan 2.pptxMateri Pertemuan 2
Materi Pertemuan 2.pptxMateri Pertemuan 2
 
kerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia.ppt
kerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia.pptkerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia.ppt
kerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia.ppt
 
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdfAksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Materi Bab 6 Algoritma dan bahasa Pemrograman
Materi Bab 6 Algoritma dan bahasa  PemrogramanMateri Bab 6 Algoritma dan bahasa  Pemrograman
Materi Bab 6 Algoritma dan bahasa Pemrograman
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptxperwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
 

Makalah tentang kasta di bali

  • 1. BAB I PENDAHULUAN Kata kasta sudah sering kita dengar di kalangan masyarakat Hindu. Kasta bukan warna. Kasta itu identik dengan pelapisan sosial di masyarakat. Dari turun temurun masyarakat percaya dan masih menggunakan sistem kasta tersebut. Kasta mulai digunakan saat pemerintahan kolonial Belanda. Pemerintah kolonial ini membagi Bali menjadi delapan wilayah pemerintahan tahun 1929. Oleh penjajah Belanda, para raja diwajibkan menggunakan gelar sekaligus nama yang diberikan Belanda. Misal, I Goesti Alit Ngoerah di Badung dan Dewa Agong Tjokorda Oka Geg Peonggawa di Klungkung. Inilah yang disebut kebijakan Baliseering, semacam purifikasi Bali untuk gerakan Ajeg Bali saat itu. Penjajah Belanda, selama 350 tahun menguatkan sistem kasta karena ini sesuai dengan politik divide et impera- nya (politik adu domba). Belanda mempertahankan kuasa melalui tangan-tangan penguasa, terutama Brahmana dan Ksatria, dua tingkat tertinggi dalam kasta. Kebijakan kasta memberikan dampak negatif yaitu perselisihan bertahun-tahun bahkan hingga sekarang. Contoh perselisihan tersebut ialah terjadi di Mengwi dan Gianyar. Di dua tempat ini, warga klan Pande melawan kalangan Brahmana yang melarang mereka melakukan upacara tanpa dipimpin pihak Brahmana. Selama 17 tahun melawan, dari 1911 hingga 1928, akhirnya warga Pande diperbolehkan melaksanakan upacara dipimpin seorang empu, bukan pedanda. Kasta, dalam Dictionary of American English disebut: Caste is a group resulting from the division of society based on class differences of wealth, rank, rights, profession, or job.Uraian lebih luas ditemukan pada Encyclopedia Americana Volume 5 halaman 775; asal katanya adalah “Casta” bahasa Portugis yang berarti kelas, ras keturunan, golongan. Bangsa Portugis yang dikenal sebagai penjelajah lautan adalah pemerhati dan penemupertama corak tatanan masyarakat di India yang berjenjang dan berkelompok; mereka menamakan tatanan itu sebagai casta. Tatanan itu kemudian berkembang di Eropa terutama di Inggris, Perancis, Rusia, Spanyol, dan Portugis. Sosialisasi casta di Eropa tumbuh subur karena didukung oleh bentuk pemerintahan monarki (kerajaan) dan kehidupan agraris.
  • 2. BAB II PEMBAHASAN Para elit ketika itu adalah the king (raja), the prince (kaum bangsawan), dan the land lord (tuan/ pemilik tanah pertanian); rakyat jelata kebanyakan buruh tani misalnya di Rusia disebut sebagai kaum proletar adalah kelompok mayoritas yang hina, hidup susah, dan senantiasa menjadi korban pemerasan kaum elit. Lama kelamaan tatanan ini berubah karena tiga hal utama, yaitu: 1. Revolusi Perancis dan Bholshevik (Rusia) yang menghapuskan monarki dan the land lord 2. Industrialisasi yang mengurangi peran sektor agraris 3. Pengembangan Agama Kristen yang menonjolkan segi kasih sayang di antara umat manusia Walaupun demikian casta tidak hilang sama sekali. Ia berubah wujud sebagai “Class System” yang didefinisikan sebagai: A differentiation among men according to such categories as wealth, position, and power (perbedaan manusia menurut kekayaan, posisi/status dan kekuasaan). Class System ini dianalisis secara ilmiah oleh berbagai tokoh masyarakat; yang terkemuka adalah Karl Marx dengan teorinya: The relations of production. Inilah embrio pemahaman sosialis komunis yang ingin meniadakan perbedaan kelas masyarakat, di mana pemerintah menguasai sumber-sumber kehidupan dan mengupayakan perimbangan income yang wajar di antara rakyatnya. Peredaran zaman menuju ke abad 20 membawa Class Theory yang klasik seperti pemikiran Karl Marx berubah menuju era baru seperti apa yang disebut sebagai Class Mobility, yaitu pengelompokan sosial karena kepentingan profesi. Kini kita biasa mendengar kelompok-kelompok: usahawan, birokrat, intelektual, militer, dan rohaniawan; mereka kemudian mengikat diri lebih khusus ke dalam organisasi-organisasi seperti: IKADIN, IDI, ICMI, ICHI, MUI, PHDI, dll. India yang disebut dalam berbagai sumber sebagai asal Kasta Stelsel, sebenarnya mempunyai sekitar 3000 kelompok sosial masyarakat, namun pada umumnya dapat dibedakan menjadi empat. Pengelompokan ini di India tidak hanya ditemukan pada masyarakat yang beragama Hindu saja, tetapi juga pada masyarakat yang beragama lain misalnya penganut Islam berkelompok pada: Sayid, Sheikh, Pathan, dan Momin; penganut Kristen berkelompok pada: Chaldean Syrians, Yacobite Syrians, Latin Catholics, dan Marthomite Syrians; penganut Budha berkelompok pada: Mahayana, Hinayana, dan Theravadi.
  • 3. Untuk memastikan sejak kapan kasta muncul di India memang menjadi persoalan yang amat sulit dibuktikan. E.A Gait mengemukakan pendapatnya bahwa mula-mula bangsa Arya tak suka perkawinan antar suku. Suku bangsa Arya di India menganggap suku Dravida lebih rendah harkat dan martabatnya. Keadaan ini didasarkan pada latar belakang sejarah kedatangan bangsa Arya ke India. Menurut hypotesa Prof.Giles suku Arya yang ada di India sekarang berasal dari Eropa Tengah. Kedatangan suku Arya yang pada awalnya tidak suka kawin dengan orang-orang pribumi yang kulitnya hitam. Tetapi lama-kelamaan prajurit- prajurit Arya kesulitan mendapatkan istri. Keadaan ini menyebabkan terjadinya percampuran darah antar suku bangsa Arya yang kulitnya putih dengan suku bangsa Dravida yang kulitnya hitam. Percampuran bangsa Arya dan Dravida inilah mendatangkan pelapisan sosial yang disebut kasta (Ketut Wiana & Raka Santeri:19). Istilah pertama yang digunakan di India sesungguhnya bukanlah kasta tetapi “Varnas” Bahasa Sanskerta yang artinya Warna (colour); ditemukan dalam Rg Veda sekitar 3000 tahun sebelum Masehi yaitu Brahman (pendeta), Kshatriya (prajurit dan pemerintah), Vaishya (pedagang/ pengusaha), dan Sudra (pelayan). Tiga kelompok pertama disebut “dwij” karena kelahirannya diupacarai dengan prosesi penyucian. Sementara itu, Warna yang diabadikan bahkan diwariskan turun temurun terjadi di India sebagai usaha kelompok elit mempertahankan status quo, yang sebenarnya sudah sangat menyimpang dari ajaran suci Weda. Gejala mengabadikan Warna inilah yang dilihat oleh orang-orang Portugis sehingga timbullah istilah “casta” seperti yang diuraikan di atas. Penerapan kasta stelsel di India menimbulkan pengkotak-kotakan masyarakat sehingga mereka saling bertikai. Dalam kondisi seperti ini jiwa nasionalisme pudar sehingga India mudah dipecah belah dan akhirnya dijajah Inggris. Agama Hindu kemudian menyebar ke Indonesia lengkap dengan tatanan masyarakat menurut Warna masing-masing. Mula-mula di Jawa tatanan masyarakat masih murni menurut Weda yaitu tatanan menurut profesi atau Warna. Ketika Majapahit hendak meluaskan kerajaan dengan cita-cita menyatukan Nusantara yang terkenal dengan Sumpah Palapa-nya Gajahmada, maka Majapahit menundukkan Kerajaan Bali Dwipa pada abad ke- 13. Para “penjajah Majapahit” membawa serta kaum elit yang memimpin kerajaan Samprangan. Kaum elit itu dinamakan Triwangsa, yaitu Brahmana, Ksatria, dan Waisya. Semua penduduk Bali asli yang dijajah, dikelompokkan sebagai Wangsa Sudra. Tujuan politik Gajahmada adalah agar kaum Bali-asli tidak bisa eksis, sehingga kelanggengan pemerintahan Samprangan dapat berlanjut terus.
  • 4. Titel bagi para Raja di Bali dikukuhkan/dianugrahkan oleh Pemerintah Hindia Belanda setelah terwujudnya Pemerintahan Swapraja, berlaku efektif sejak tanggal 1 Juli 1938. Pengambilan sumpah jabatan para Raja itu dilaksanakan di Pura Besakih pada tanggal 29 Juni 1938 bertepatan dengan hari raya Galungan oleh Residen Bali dan Lombok: J. Mol(sumber: Bali pada abad XIX, Ida Anak Agung Gde Agung, Gajahmada University Press,1989). Sejak masa itulah Warna di Bali berubah menjadi Wangsa atau Kasta karena hak-hak kebangsawanan diturunkan kepada generasi seterusnya. Kebijaksanaan ini menjadi panutan bagi sebagian golongan Triwangsa lainnya. Setelah kerajaan-kerajaan di Bali runtuh, kemudian Indonesia menjadi negara Republik, hak-hak kebangsawanan mereka dengan sendirinya hilang. Yang menjadi persoalan sekarang adalah kaburnya pengertian antara kasta dan warna dalam Hindu karena pendidikan yang rendah dan kurang tersebarnya kitab-kitab suci Weda. sehingga para rohaniawan yang memang Brahmana sesuai konsep catur warna, misalnya sampai keturunananya pun ikut disebut Brahmana, padahal keturunannya itu bukan seorang rohaniawan (Ketut Wiana & Raka Santeri:23). Terjadi perkembangan sedemikian rupa dalam masyarakat khususnya masyarakat non-Hindu yang menggunjingkan tentang sitem warna ini yang dikaburkan atau dicampur adukan dengan sistem kasta (Ketut Wiana & Raka Santeri:30). Sebuah buku yang ditulis oleh seorang pengajar perbandingan agama, menguraikan pengertian catur warna sebagai berikut : Jumlah waran ada 4 yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya dan Sudra. Dari keempat kelompok tersebut, Brahmana yang paling tinggi. Pembagian golongan ini didasarkan pada kelahiran. Pengertian warna ini sama dengan kasta. Seorang Guru Besar Ilmu Filsafat dalam bukunya Pembimbing Ke Arah Filsafat menuliskan sebagai berikut : adapun seluruh masyarakat Hindu dapat dibagi 4 tingkatan Kasta yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya dan Sudra. Keempat tingkatan ini ditentukan oleh kelahiran sehingga bagaimanapun orang berusaha, tak dapat ia beralih dari satu kasta ke kasta lainnya. Demikian dua contoh pandangan para ahli sejarah dan filsafat yang non-Hindu yang tidak meneliti pengertian warna dari sumber-sumber kitab suci agama Hindu (Ketut Wiana & Raka Santeri:31). Kedua para ahli tersebut, mungkin terbatas mendapatkan kitab-kitab suci Hindu. Tetapi jangankan kedua para ahli tersebut, masyarakat Bali yang notabene sebagaian besar beragama Hindu masih rancu atau adanya kesalahpahaman mengenai sistem kasta dan warna. Hal ini disebabkan karena masih rendahnya pendidikan dan belum banyak membaca kitab-
  • 5. kitab suci dan ajaran–ajaran Hindu. Contohnya saja seorang keturunan raja diberi gelar seperti raja padahal ia tidak menjabat sebagai raja. Dalam Lontar Wrhaspati Tattwa dijelaskan: Paramasiwa kesadarannya mulai tersentuh oleh Maya; ketika itu ia mulai terpengaruh oleh sakti, guna, dan swabhawa yang merupakan hukum kemahakuasaan Sanghyang Widhi Wasa. Dalam keadaan begini ia diberi gelar Sadasiwa. Ia memiliki kekuatan untuk memenuhisegala kehendaknya yang disimpulkan sebagai bunga teratai (padma) yang merupakan stana-Nya. Dengan sakti, guna, dan swabawa-Nya ia aktif dengan segala ciptaan-Nya, karena itu ia disebut Saguna Brahman. Dalam menciptakan manusia ia tidak membedabedakan derajat manusia. Catur Warna adalah: Brahmana, Kesatria, Wesya, dan Sudra. Pengelompokannya menurut bakat/ kualitas manusia dan kerjanya: 1. Orang yang berbakat, berkualitas, dan bekerja di bidang ke-Tuhanan disebut Brahmana. 2. Orang yang berbakat, berkualitas, dan bekerja di bidang pemerintahan disebut Kesatria. 3. Orang yang berbakat, berkualitas, dan bekerja di bidang perekonomian disebut Waisya. 4. Orang yang berbakat, berkualitas, dan bekerja di bidang pelayanan disebut Sudra. Keempat kelompok profesi ini diperlukan dalam tatanan kehidupan manusia, oleh karena itu Sang Hyang Widhi Wasa menciptakan manusia-manusia yang berbeda, tidak sama semuanya. Tidaklah dapat dibayangkan bagaimana bentuk kehidupan ini jika semua manusia persis sama: bakat, kualitas, dan kerjanya. Warna seseorang dapat berubah menurut desa, kala, patra, dan juga dapat dirangkap oleh satu orang. Perubahan menurut desa, kala, patra sudah terjadi sejak dahulu, misalnya di abad ke 13 M ketika Danghyang Kresna Kepakisan (Warna Brahmana) dinobatkan sebagai Raja Bali Dwipa oleh Sri Ratu Tribuwanattunggadewi (Raja Majapahit) gelarnya diubah menjadi Sri Kresna Kepakisan (Warna Kesatria). Warna seseorang tidak selamanya tetap apalagi turun temurun; misalnya seorang petani (berwarna Sudra) karena ketekunannya berhasil menyekolahkan anaknya dan di kemudian hari menjadi bupati maka anaknya sudah menjadi Warna Ksatriya; demikian sebaliknya seorang keturunan Brahmana yang tidak lagi berprofesi sebagai Wiku tidak dapat disebut sebagai Warna Brahmana. Perubahan status pada seseorang bahkan dapat terjadi setiap saat menurut bidang tugasnya, misalnya seorang pesuruh di suatu kantor yang merangkap menjadi Pemangku di Pura/Sanggah Pamerajan; ketika bertugas sebagai pesuruh dia berwarna Sudra, tetapi jika bertugas nganteb piodalan di Pura dia berwarna Brahmana. Kesimpulannya adalah Warna itu realistis dan idealnya semua profesional berbuat sebaik-baiknya untuk kepentingan bersama dan kesejahteraan umat manusia. Ke-empat
  • 6. Warna itu status dan derajatnya sama, tidak ada yang lebih tinggi dan tidak ada yang lebih rendah, karena wujudnya adalah professionalisme. Wangsa adalah bangsa. Karena bangsa berkonotasi dengan etnis, maka sifatnya turun temurun. Misalnya anak pasangan suami/istri berbangsa Cina tidak mungkin mengaku anak orang berbangsa Negro. Di Bali, wangsa sering dikaitkan dengan istilah Kasta. Kasta artinya tingkatan derajat (Cast) yang membedakan dengan tingkatan atau derajat (Cast) yang lain. Secara umum konotasi ke-wangsa-an berkaitan dengan politik, perjuangan, dan kekuasaan. Lama kelamaan wangsa menjadi kasta, dan Warna menjadi wangsa, sehingga sekarang ditemukan: Kasta Brahmana, Kasta Kesatria, Kasta Wesya, Kasta Sudra, dengan atribut/ titel yang tidak berdasarkan kitab suci. Oleh karena pembauran Warna dengan wangsa/ kasta, maka atribut/ titel itupun diwariskan turun temurun. Kejanggalan tidak sedikit terjadi, misalnya seorang wangsa Brahmana berprofesi sebagai Warna Sudra, demikian sebaliknya. Banyak yang berdalih bahwa mewariskan wangsa kepada keturunan adalah sebagai wujud penghormatan kepada leluhur. Ini tampaknya kurang bijaksana, karena pola pikir seperti itu telah menyimpang dari Weda. Menurut Bhagawan Dwija, upaya yang dilakukan untuk memudarkan kasta yaitu perlakukan orang-orang berkasta itu biasa-biasa saja. Hormati mereka berdasarkan inteligensi dan pengabdiannya kepada masyarakat. Bukan karena titel kebangsawanannya. Satu lagi yang sebaiknya diterapkan di masyarakat Hindu : bila seorang gadis dinikahi oleh seorang dari kaum Triwangsa sebaiknya namanya tidak usah diganti misalnya ketika gadis bernama Made Arini, lalu karena menikah dengan Ida Bagus/Anak Agung/I Gusti namanya diganti menjadi Jero Jempiring. Karena tidak ada aturan tentang hal tersebut dalam sastra Agama. Ini hanyalah tradisi gugon tuwon yang berbau feodal. Lontar Dharma Kauripan mengatakan bahwa yang berhak memberi nama atau merubah nama seorang anak hanyalah ayah dan ibu kandungnya (Guru Rupaka). Nama diberikan ketika upacara tiga bulanan, disaksikan oleh Ida Bethara Hyang Guru (Kemulan), karena itu ada unsur sakralnya. Anak yang namanya diganti bukan atas kehendak orang tuanya akan menemui kesialan dalam hidup selanjutnya, karena terkena kutukan prasangga pada Guru Rupaka. Dan mudah-mudahan juga ketika natab banten pekala-kalaan si Jero Jempiring tidak natab bersama keris sebagai ganti sang suami. Kalau ini juga terjadi penyimpangan dharma agama akan makin melebar. Seorang lelaki yang menikahi seorang gadis yang berbeda wangsa tidak hanya mencintai dan menyayangi gadis itu saja, tetapi juga wajib menghormati dan menyayangi keluarga si gadis, termasuk para leluhurnya. Ngaturang bakti di sanggah pamerajan pihak wanita tidak selamanya berarti “nyumbah” leluhur si gadis,
  • 7. tetapi (dalam upacara Pawiwahan) lebih bermakna sebagai permakluman dan perkenalan diri kepada para leluhur si gadis. Yang terakhir, perlu dipahami bahwa upacara Mepamit tidak berarti mohon diri kepada Ida Bethara di Sanggah Pamerajan, tetapi berarti pemindahan registrasi (secara niskala), yaitu registrasi di Sanggah Pamerajan gadis dicoret kemudian terdaftar di Sanggah Pamerajan laki-laki, sehingga nanti bila meninggal dunia lalu di-aben, arwah si gadis sudah sah “mepaingkup” di Sanggah Pamerajan laki-laki.
  • 8. BAB III KESIMPULAN Pengaruh Kasta di Bali pada mulanya berasal dari India saat penyebaran Agama Hindu. Mula-mula di Bali dan Jawa tatanan masyarakat masih murni menurut Weda. Ketika Majapahit hendak meluaskan kerajaan dengan patihnya Gajah Mada. Ia menundukan Bali dengan mengelompokan penduduk menjadi tiga kelompok yaitu Brahmana, Ksatria, dan Waisya. Kemudian ketika pemerintahan Hindia Belanda, sistem kasta ini terus dilanjutkan dengan tujuan memecah belah persatuan. Kesalahpahaman antara kasta dan warna terjadi pada orang-orang non Hindu karena mereka tidak meneliti dengan berpedoman pada kitab-kitab suci Agama Hindu. Sementara itu, sebagain umat Hindu yang pendidikannya masih rendah dan belum banyak membaca kitab-kitab suci dan ajaran Hindu masih terjadi kesalahpahaman dalam mengartikan antara kasta dan warna. Dalam kitab-kitab suci Agama Hindu seperti Bhagawan Gita, Manawa Dharma Sastra, dan Yajur Weda menyebutkan tidak adanya istilah yang menyinggung kasta yang ada hanya warna yang membagi masyarakat berdasarkan guna dan karmanya dan tidak ditentukan karena kelahirannya. Upaya yang dilakukan untuk memudarkan sistem kasta adalah menghormati mereka berdasarkan inteligensi dan pengabdiannya kepada masyarakat, bukan karena titel kebangsawanannya.
  • 9. DAFTAR RUJUKAN  Wirawan Afdila, I Kade. 2012. Kasta sikap Diskrimitif Orang Bali. (Online) (http://sosbud.kompasiana.com/2012/07/20/kasta-sikap-diskriminatif-orang-bali/ , diakses pada tanggal 12 Desember 2013)  Dwija, Bhawagan. 2012. Riwayat Kasta di Bali. (Online) (http://stitidharma.org/riwayat-kasta-di-Bali/ , diakses pada tanggal 12 Desember 2013)  Wiana Ketut & Sateri Raka.1993.Kasta dalam Hindu: Kesalahpahaman Berabad- abad. Denpasar :Yayasan Dharma Naradha  Kerepun Kembar,Made.2007.Mengurai Benang Kusut Kasta. Denpasar:  PT Empat Warna Komunikasi
  • 10. makalah sistem kasta di bali DISUSUN OLEH : NAMA : MARTINI KELAS : XI SMA NEGERI 1 RAHA 2014