SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
BAB I 
PENDAHULUAN 
ii 
1. Latar Belakang 
Pajak merupakan salah satu sumber pemasukan kas negara yang digunakan untuk 
pembangunan dengan tujuan akhir kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Oleh karena itu, 
sektor pajak memegang peranan penting dalam perkembangan kesejahteraan bangsa. 
Mengenai Pajak dan pungutan lainnya, amandemen ketiga UUD1945 memberikan ketentuan 
baru pada Pasal 23A UUD 1945 bahwa“ Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa 
untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang”, yang sebelumnya diatur dalam Pasal 
23 ayat (2)UUD1945 bahwa “segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan undang-undang”. 
Disamping itu,seiring dengan meluasnya tugas-tugas administrasi negara dalam 
menyelenggarakan pemerintahan, semakin besar pula kekuasaan administrasi negara. 
Dalam melakukan tindakannya Administrasi Negara memerlukan keleluasaan dalam 
menentukan kebijakan-kebijakannya. Akan tetapi setiap tindakan administrasi haruslah 
berdasarkan hukum, artinya sikap tindak administrasi tersebut haruslah dapat 
dipertanggungjawabkan baik secara moral maupun secara hukum. Lord Acton mengatakan 
bahwa setiap kekuasaan sekecil apapun cenderung untuk disalahgunakan. Oleh sebab itu 
dengan adanya keleluasaan bertindak dari administrasi negara yang memasuki semua sektor 
kehidupan masyarakat termasuk di dalamnya bidang perpajakan, kadang-kadang dapat 
menimbulkan kerugian bagi masyarakat itu sendiri. Wajarlah kemudian adanya keinginan 
yang menghendaki adanya jaminan agar jangan sampai keadaan negara menjurus diktator 
tanpa batas, yang bertentangan dengan ciri negara hukum. sehingga perlindungan terhadap 
warga diberikan bilamana sikap tindak administrasi negara itu menimbulkan kerugian 
terhadapnya. 
2. Tujuan 
Untuk mengetahui Peradilan pajak di Indonesia
BAB II 
PEMBAHASAN 
A. Peradilan dan Keadilan di Bidang perpajakan 
ii 
1. Keadilan 
Keadilan pada hakikatnya adalah memperlakukan seseorang atau pihak lain sesuai 
dengan haknya. Yang menjadi hak setiap orang adalah diakuai dan diperlakukan sesuai 
dengan harkat dan martabatnya, yang sama derajatnya, yang sama hak dan kewajibannya, 
tanpa membedakan suku, keurunan, dan agamanya. Keadilan berasal dari kata adil. 
Menurut W.J.S. Poerwodarminto kata adil berarti tidak berat sebelah, sepatutnya tidak 
sewenang-wenang dan tidak memihak. Hakikat keadilan dalam Pancasila, UUD 1945, 
kata adil terdapat pada: 
1. Pancasila yaitu sila kedua dan kelima 
2. Pembukaan UUD 1945 yaitu alinea II dan IV 
2. Pembagian keadilan menurut Aristoteles: 
Pandangan-pandangan Aristoteles tentang keadilan bisa kita dapatkan dalam karyanya 
nichomachean ethics, politics, dan rethoric. Lebih khususnya, dalam buku nicomachean 
ethics, buku itu sepenuhnya ditujukan bagi keadilan, yang, berdasarkan filsafat umum 
Aristoteles, mesti dianggap sebagai inti dari filsafat hukumnya, “karena hukum hanya bisa 
ditetapkan dalam kaitannya dengan keadilan” 
Lebih lanjut, dia membedakan keadilan menjadi jenis keadilan distributif dan keadilan 
korektif. Yang pertama berlaku dalam hukum publik, yang kedua dalam hukum perdata dan 
pidana. Kedailan distributif dan korektif sama-sama rentan terhadap problema kesamaan atau 
kesetaraan dan hanya bisa dipahami dalam kerangkanya. Dalam wilayah keadilan distributif, 
hal yang penting ialah bahwa imbalan yang sama-rata diberikan atas pencapaian yang sama 
rata. Pada yang kedua, yang menjadi persoalan ialah bahwa ketidaksetaraan yang disebabkan 
oleh, misalnya, pelanggaran kesepakatan, dikoreksi dan dihilangkan. 
Keadilan distributif menurut Aristoteles berfokus pada distribusi, honor, kekayaan, 
dan barang-barang lain yang sama-sama bisa didapatkan dalam masyarakat. Dengan 
mengesampingkan “pembuktian” matematis, jelaslah bahwa apa yang ada dibenak Aristoteles 
ialah distribusi kekayaan dan barang berharga lain berdasarkan nilai yang berlaku dikalangan
warga. Distribusi yang adil boleh jadi merupakan distribusi yang sesuai degan nilai 
kebaikannya, yakni nilainya bagi masyarakat. 
Di sisi lain, keadilan korektif berfokus pada pembetulan sesuatu yang salah. Jika suatu 
pelanggaran dilanggar atau kesalahan dilakukan, maka keadilan korektif berusaha 
memberikan kompensasi yang memadai bagi pihak yang dirugikan; jika suatu kejahatan telah 
dilakukan, maka hukuman yang sepantasnya perlu diberikan kepada si pelaku. 
Bagaimanapun, ketidakadilan akan mengakibatkan terganggunya “kesetaraan” yang sudah 
mapan atau telah terbentuk. Keadilan korektif bertugas membangun kembali kesetaraan 
tersebut. Dari uraian ini nampak bahwa keadilan korektif merupakan wilayah peradilan 
sedangkan keadilan distributif merupakan bidangnya pemerintah. 
ii 
3. Keadilan sosial menurut John Rawls 
Lain halnya dengan Aristoteles, John Rawls yang hidup pada awal abad 21 lebih 
menekankan pada keadilan sosial.2 Hal ini terkait dengan munculnya pertentangan antara 
kepentingan individu dan kepentingan negara pada saat itu. Rawls melihat kepentingan utama 
keadilan adalah jaminan stabilitas hidup manusia, dan keseimbangan antara kehidupan 
pribadi dan kehidupan bersama. 
Rawls mempercayai bahwa struktur masyarakat ideal yang adil adalah struktur dasar 
masyarakat yang asli dimana hak-hak dasar, kebebasan, kekuasaan, kewibawaan, 
kesempatan, pendapatan, dan kesejahteraan terpenuhi. Kategori struktur masyarakat ideal ini 
digunakan untuk: 
1. menilai apakah institusi- institusi sosial yang ada telah adil atau tidak 
2. melakukan koreksi atas ketidakadilan sosial. 
Rawls berpendapat bahwa yang menyebabkan ketidakadilan adalah situsi sosial sehingga 
perlu diperiksa kembali mana prinsip-prinsip keadilan yang dapat digunakan untuk 
membentuk situasi masyarakat yang baik. Koreksi atas ketidakadilan dilakukan dengan 
cara mengembalikan (call for redress) masyarakat pada posisi asli (people on original 
position). Dalam posisi dasar inilah kemudian dibuat persetujuan asli antar (original 
agreement) anggota masyarakat secara sederajat. 
Ada tiga syarat suapaya manusia dapat sampai pada posisi asli, yaitu: 
1. Diandaikan bahwa tidak diketahui, manakah posisi yang akan diraih seorang pribadi 
tertentu di kemudian hari. Tidak diketahui manakah bakatnya, intelegensinya, 
kesehatannya, kekayaannya, dan aspek sosial yang lain.
2. Diandaikan bahwa prinsip-prinsip keadilan dipilih secara konsisten untuk memegang 
ii 
pilihannya tersebut. 
3. Diandaikan bahwa tiap-tiap orang suka mengejar kepentingan individu dan baru kemudian 
kepentingan umum. Ini adalah kecenderungan alami manusia yang harus diperhatikan 
dalam menemukan prinsip-prinsip keadilan.3 
Dalam menciptakan keadilan, prinsip utama yang digunakan adalah: 
1. Kebebasan yang sama sebesar-besarnya, asalkan tetap menguntungkan semua pihak; 
2. Prinsip ketidaksamaan yang digunakan untuk keuntungan bagi yang paling lemah. 
Prinsip ini merupakan gabungan dari prinsip perbedaan dan persamaan yang adil atas 
kesempatan. 
Secara keseluruhan berarti ada tiga prinsip untuk mencari keadilan, yaitu: 
1. Kebebasan yang sebesar-besarnya sebagai prioriotas. 
2. perbedaan 
3. persamaan yang adil atas kesempatan. 
Asumsi pertama yang digunakan adalah hasrat alami manusia untuk mencapai 
kepentingannya terlebih dahulu baru kemudian kepentingan umum. Hasrat ini adalah 
untuk mencapai kebahagiaan yang juga merupakan ukuran pencapaian keadilan. Maka 
harus ada kebebasan untuk memenuhi kepentingan ini. Namun realitas masyarakat 
menunjukan bahwa kebebasan tidak dapat sepenuhnya terwujud karena adanya perbedaan 
kondisi dalam masyarakat. Perbedaan ini menjadi dasar untuk memberikan keuntungan 
bagi mereka yang lemah. Apabila sudah ada persamaan derajat, maka semua harus 
memperoleh kesempatan yang sama untuk memenuhi kepentingannya. Walaupun nantinya 
memunculkan perbedaan, bukan suatu masalah asalkan dicapai berdasarkan kesepakatan 
dan titik berangkat yang sama. 
4. Keadilan di Bidang Perpajakan 
Keadilan dalam perpajakan sudah diungkapkan oleh Adam Smith sejak lama. Pada Abad ke 
18 Adam Smith mengidentifikasi aturan perpajakan (canons of taxation) dalam bukunya, 
“An Inquiry into the Nature and cause of the wealth of nations” diantaranya : 
1. Equality On Taxation, mensyaratkan bahwa hukum pajak haruslah adil, merata, dan tidak 
diskriminasi dalam menetapkan objek pajak, dan pembebanan kepada masing-masing 
subjek pajak hendaknya seimbang dengan kemampuannya. Dalam perkembangannya 
perkembangan prinsip keadilan dalam sistem pajak diukur dengan prinsip manfaat (benefit 
principle) yang diterima oleh masyarakat wajib pajak. Berdasarkan kedua prinsip keadilan
dalam pembebanan pajak tersebut, keadilan pajak diperinci lebih lanjut menjadi keadilan 
horizontal dan keadilan vertikal. Keadilan horizontal menganjurkan bahwa terhadap objek 
pajak yang sama dan terhadap WP yang mempunyai keampuan sama harus dibebani pajak 
yang sama pula. Sedangkan keadilan vertikal memandang suatu pembebanan pajak yang 
adil bilamana terhadap Wp yang mempunyai kemampuan dan kekayaaan yang lebih besar 
harus dibebani pajak lebih besar dari pada WP pada umumnya. Proporsi keadilan pajak 
yang pertama menghasilkan kebijakan tarif proporsional (single flat rate), dan Proporsi 
keadilan pajak yang kedua menghasilkan kebijakan tarif progresif (differential progresive 
rate). 
2. Cetainty of Taxation, asas kepastian hukum dalam perpajakan dalam perpajakan 
sebenarnya berlaku pula secaa universal dalam bidang hukum lainnya. Aturan hukum 
pajak harus secara jelas dan pasti mengatur apa yang menjadi objek pajak, siapa yang 
menjadi subjek pajak, dan berapa tarif yang berlaku, bagaimana cara menghitung dan 
membayarnya, kapan batas waktu jatuh tempo pembayaran dan pelaporannya, dan regulasi 
lain yang diperlukan, sehingga tidak ada celah dan peluang untuk mengelakkan diri dari 
membayar pajak, serta tiak mengenal kompromi. 
Dari ungkapan diatas dapat kita ketahui bahwa masalah kepastian hukum dan transparansi 
dalam regulasi perpajakan menjadi sangat penting bagi seluruh pelaku ekonomi sesuai 
dengan prinsip self assessment dalam perpajakan. Namun, dalam kenyataan masih 
terdapat beberapa grey are dalam undang-undang perpajakan yang dapat digunakan wajib 
pajak untuk menghindari pajak. Selain itu, WP juga beranggapan bahwa fiskus terkadang 
hanya mementingkan unsur penerimaan negara untuk mencapai target tanpa 
memperhatikan asas keadilan. Karenanya masyarakat, dalam hal ini para wajib pajak, 
seringkali merasakan bahwa peningkatan kewajiban perpajakan/bea tidak memenuhi asas 
keadilan, sehingga menimbulkan berbagai sengketa antara instansi perpajakan dan pihak 
Wajib Pajak. Untuk mempermudah penyelesaian sengketa perpajakan, dirasakan adanya 
suatu kebutuhan untuk mendirikan suatu badan peradilan khusus untuk menanganinya. 
Walaupun sebelumnya telah didirikan lembaga khusus penyelesai sengketa pajak yang 
dikenal dengan nama Badan Penyelesaian Sengketa Pajak (BPSP) sejak Tahun 1998, 
kebutuhan untuk didirikan badan peradilan seperti Pengadilan Pajak yang sekarang, tetap 
ada. Dalam butir-butir pertimbangan pada Undang-undang Pengadilan Pajak Nomor 14 
Tahun 2002 dikatakan bahwa Badan Penyelesaian Sengketa Pajak belum merupakan badan 
peradilan yang berpuncak di Mahkamah Agung, karena itulah diperlukan suatu pengadilan 
pajak yang sesuai dengan sistem kekuasaan kehakiman di Indonesia dan mampu 
ii
menciptakan keadilan dan kepastian hukum di Indonesia dan mampu menciptakan keadilan 
dan kepastian hukum dalam penyelesaian sengketa pajak. 
Kehadiran Pengadilan Pajak diharapkan dapat lebih memberikan keadilan dan kepastian 
hukum yang tidak didapatkan dari institusi penyelesai sengketa pajak sebelumnya. 
Ekspektasi ini yang dicoba hendak dijawab oleh Pengadilan Pajak. Sejak bedirinya 
memang Pengadilan Pajak cukup diminati oleh para pihak yang bersengkata masalah pajak 
dan dianggap cukup menjanjikan sebagai suatu badan peradilan yang baru dibentuk dalam 
hal kepastian hukum. 
Dalam proses perjalanannya guna mewujudkan keadilan di bidang perpajakan, pengadilan 
pajak banyak mengalami dianmika yang cukup banyak. Pengadilan pajak bergerak terus 
seiring perjalanan bangsa. Dalam dinamikanya mencapai keadilan, Pengadilan pajak sangat 
dipengaruhi dinamika politik, ekonomi, dan sosial bangsa Indonesia.Perjalanan sejarah 
yang syarat dengan upaya sungguh-sungguh guna mewujudkan keadilan. Keadilan di 
bidang perpajakan. 
ii 
B. Sejarah Peradilan pajak Indonesia 
1. Raad van Beroep in Belastingzaken (Zaman Belanda) 
Ketika Pemerintah Hindia Belanda mulai memungut pajak secara hukum, pada saat 
hampir bersamaan dengan itu, ditetapkan suatu ordonansi tentang keadilan (Billijk heid 
ordonantie, stbld 1929 Nomor 187 diubah dengan stbld 1940 no 266). Maksudnya dalam 
pemungutan pajak meskipun dapat dipaksakan, masih juga diberikan rasa keadilan, yaitu 
maksudnya Jika pemeintah hindia belanda dalam menghitung pajak terlalu memberatkan 
Rakyat, Rakyat atau WP dapat mengajukan persoalannya kepada badan yang di beri nama 
Raad van Beroep in Belastingzaken atau dalam bahasa Indonesia berarti Majelis 
Pertimbangan Pajak. Badan ini merupakan badan keadilan pajak yang pertama kali 
dibentuk di Indonesia. Raad van Beroep in Belastingzaken dibentuk pada tahun 1915 (stbl 
no. 707) yang kemudian disempurnakan dengan stbl No. 29 tahun 1927 tentang 
Ordonantie tot regeling van het Beroep in Belasting Zaken dan berkedudukan di Jakarta. 
Tepatnya di Jl. Cut Meutia Jakarta Pusat yang sekarang menjadi Kantor Pelayanan Pajak 
Jakarta Menteng satu . 
Raad van Beroep in Belastingzaken merupakan Majelis pertimbangan Pajak yang eksis saat 
itu. Nama Raad van Beroep in Belastingzaken kemudian terus digunakan sampai lima 
tahun setelah kemerdekaan bangsa Indonesia.
ii 
2. Majelis Pertimbangan Pajak 
Dalam sejarahnya, baik ketika masih bernama Raad van Beroep in Belastingzaken 
sampai kemudian berubah nama menjadi Majelis Pertimbangan Pajak pada tahun 1950- 
an, penyelesaian sengketa tingkat banding (keputusan) MPP bersifat final dan mengikat 
kedua belah pihak, baik DJP maupun WP. Namun, setelah diberlakukannya Undang-undang 
(UU) Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN) tanggal 
29 Desember 1986, timbul kontroversi baru mengenai status MPP. Keputusan MPP yang 
sebelumnya bersifat final dan mengikat WP serta DJP, diberi peluang untuk digugat 
kembali oleh WP melalui PTUN. Ketentuan mengenai hal tersebut sebenarnya hanya 
tercantum dalam penjelasan pasal 48 UU No 5 Tahun 1986 yang mengelompokkan 
keputusan MPP sebagai contoh keputusan administrasi yang dapat dibanding secara 
administratif ke PTUN. 
Namun, pencantuman keputusan MPP sebagai salah satu contoh keputusan 
administrasi mengandung konsekuensi yang luas. Sejak saat itu, pengadilan di lingkungan 
PTUN berpendapat bahwa MPP adalah badan Tata Usaha Negara, sehingga mereka 
merasa berwenang untuk memeriksa dan memutuskan perkara gugatan atas keputusan 
MPP. 
Sebagaimana pernah dikemukakan oleh pejabat DJP, Drs Abroni Nasution (Direktur 
Peraturan Perpajakan pada saat itu), dalam sebuah seminar yang diadakan Centre for 
Fiscal and Monetary Studies tahun 1993, penjelasan pasal 48 UU No 5 Tahun 1986 
tersebut telah menambah kompleksitas permasalahan peradilan pajak di Indonesia. 
Penjelasan pasal tersebut telah menciptakan dualisme, bahkan lebih tepat disebut 
pluralisme lembaga yang menangani masalah perpajakan di Indonesia. Pluralisme itu 
timbul karena secara yuridis, sengketa perpajakan di Indonesia ditangani oleh berbagai 
lembaga yang berbeda. Lembaga yang menangani sengketa perpajakan terdiri dari satu 
lembaga peradilan administrasi tidak murni, dan dua lembaga administrasi murni yaitu 
MPP dan PTUN. 
Sengketa pajak yang menjadi wewenang MPP antara lain permohonan banding 
mengenai Surat Ketetapan Pajak, Surat Keputusan Kelebihan Pembayaran Pajak dan 
Surat Pemberitahuan Pajak Terutang. Kemudian, sengketa yang menjadi wewenang
PTUN menurut UU No 5 Tahun 1986 yakni semua sengketa perpajakan yang tidak dapat 
diajukan banding kepada MPP dan semua keputusan banding MPP yang tidak 
memuaskan WP. Sementara itu, masih ada sengketa perpajakan yang berkenan dengan 
pelaksanaan Surat Paksa Penagihan Pajak (UU No 19 Tahun 1959) dan semua gugatan 
atas keputusan administrasi pajak berdasarkan ketentuan pasal 1356 KUHPerdata. 
Dengan dikelompokkannya keputusan MPP sebagai putusan administratif, ternyata 
telah mengaburkan status MPP itu sendiri sebagai badan peradilan yang berwenang 
menangani perkara banding perpajakan. Keputusan DJP dan MPP menjadi sama-sama 
dapat digugat ke PTUN. hal ini telah dimanfaatkan oleh pihak-pihak (WP) tertentu untuk 
menolak kewajiban perpajakannya. Beberapa WP yang permohonan bandingnya ditolah 
MPP kemudian mengajukan banding ke PTUN dengan menggugat MPP sebagai Tergugat 
I dan DJP sebagai Tergugat II. 
ii 
3. Badan Penyelesaian Sengketa Pajak 
Pendirian Badan Peradilan Pajak menjadi kenyataan setelah Pemerintah dengan 
persetujuan DPR membentuk dan men-syahkan Undang-undang Nomor 17 Tahun 1997 
tentang Badan Penyelesaian Sengketa Pajak yang diundangkan pada tanggal 23 Mei 1997 
ke dalam Lembaran Negara Nomor 40 Tahun 1997 dan mulai efektif belaku sejak tanggal 
1 Januari 1998. PEMBENTUKAN BADAN PENYELESAIAN SENGKETA PAJAK 
berdasarkan Keputusan Presiden : 41 TAHUN 1997 Tanggal : 7-Oct-1997 
Dengan kehadiran badan baru ( Badan Penyelesaian Sengketa Pajak ) maka pada 
bulan Oktober 1997 seluruh pejabat dan karyawan Majelis Pertimbangan Pajak (MPP) 
menjadi karyawan Badan Penyelesaian Sengketa Pajak dan alamat kantor pindah ke 
Gedung Jasindo di Jl.Menteng Raya Jakarta Pusat. 
Namun, dalam pelaksanaan penyelesaian Sengketa Pajak melalui BPSP masih 
terdapat ketidakpastian hukum yang dapat menimbulkan ketidakadilan. Penyelesaian 
Sengketa Pajak harus dilakukan dengan adil melalui prosedur dan proses yang cepat, 
murah, dan sederhana. Oleh karena itu masih diperlukan penyempurnaan dalam BPSP. 
4. Pengadilan Pajak 
Karen masih dirasa banyak kekurangn dalam Badan Penyelesaian Sengketa Pajak, 
Maka di tetapkanlah UU baru tentang pengadilan pajak yaitu UNDANG-UNDANG 
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2002 yang selanjutnya disebut UU
Pengadilan Pajak. Dalam Undang-undang tentang Pengadilan Pajak (UU.14/02) ini 
ditentukan bahwa putusan Pengadilan Pajak merupakan putusan akhir yang mempunyai 
kekuatan hukum tetap. Meskipun demikian, masih dimungkinkan untuk mengajukan 
Peninjauan Kembali ke Mahkamah Agung. Peninjauan ke Mahkamah Agung merupakan 
upaya hukum luar biasa, disamping akan mengurangi jenjang pemeriksaan ulang vertikal, 
juga penilaian terhadap kedua aspek pemeriksaan yang meliputi aspek penerapan hukum 
dan aspek fakta-fakta yang mendasari terjadinya sengketa perpajakan, akan dilakukan 
sekaligus oleh Mahakamah Agung. Proses peninjauan kembali melalui Pengadilan Pajak 
hanya sebatas prosedur pelayanan administrasi yang perlu dilakukan secara cepat, oleh 
karena itu dalam Undang-undang ini diatur pembatasan waktu penyelesaian, baik di 
tinggat Pengadilan Pajak maupun di tingkat Mahkamah Agung. 
ii
BAB III 
PENUTUP 
ii 
1. Kesimpulan 
- Di dalam proses pemungutan pajak mungkin tidak akan selalu beerjalan dengan 
lancar. Di dalam proses ini sering terjadi benturan antara kepentingan negara dan 
kepentingan WP ditambah lagi pasti adanya kesalahan dalam proses pemungutan 
pajak. Kondisi tersebut sering menimbulkan sengketa pajak karena salah satu 
pihak merasa proses pemungutan mengabaikan keadilan. Keadilan yang 
merupakan salah satu prinsip dasar pemungutan pajak wajib ditegakkan dalam 
proses pemungutan pajak. Oleh karena itu guna mencari keadilan dari sengketa 
tersebut perlu adanya pengadilan pajak. 
- Pengadilan pajak Indonesia yang sekarang merupakan hasil dar proses 
penyempurnaan dari Raad van Beroep in Belastingzaken (MPP zaman Belanda). 
Awalnya Raad van Beroep in Belastingzaken setelah kemerdekaan di rubah 
menjadi MPP. Dalam perkembangannya MPP dalam memutus suatu sengketa 
terdapat dualisme dengan PTUN. Disini timbul ketidakpastian hukum yang 
cenderung merugikan negara. Baru pada tahun 1997 muncul BPSP melalui UU 
no 17 tahun 1997. Di sini sudah ada kepastiaan hukum. Keputusan BPSP sudah 
merupakan keputusan akhir yang bersifat tetap dan tidak bisa lagi dilakukan 
upaya ke PTUN. BPSP ternyata masih ada kekurangan dan kemudian 
disempurnakan dengan UU nomor 14 tahun 2002. BPSP diubah Menjadi 
Pengadilan Pajak. 
2. Saran 
- Karena Pentingya sebuah kepastian hukum dalam penyelenggaraan 
pemungutan pajak, maka sebaiknya eksekutif dan legislatif lebih cermat dalam 
menyusun perangkat hukum (UU). Lebih berdasrkan kondisi yang benar-benar 
terjadi dan bukan hanya teori. 
- Melihat banyaknya kasus mafia pajak saat ini, mereka terutama bermain di 
pengadilan pajak. Pengadilan pajak seakan jadi peluang guna melakukan 
tindakan busuk yang merugikan negara. Integritas, Integritas, dan sekali 
Integritas terhadap korps Depkeu harus ditingkatkan. Tingkatkan kinerja dan 
profesionalisme.
DAFTAR PUSTAKA 
 http://www.kompas.com/9612/11/EKONOMI/bada.htm 
 "http://www.setpp.depkeu.go.id/Ind/default.asp" 
 "http://tcmediaonline.blogspot.com/2008/02/kedudukan-dan-kewenangan-pengadilan. 
ii 
html"
MAKALAH 
PERADILAN PAJAK 
DISUSUN OLEH : 
NAMA : LA ODE JULHIJANI 
STAMBUK : 21209325 
FAKULTAS : HUKUM 
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI 
2014 
ii
DAFTAR ISI 
KATA PENGANTAR................................................................................................ i 
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii 
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 1 
1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 1 
1.2 Tujuan.............................................................................................................. 1 
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................ 2 
A. Peradilan dan Keadilan di Bidang perpajakan................................................. 2 
B. Sejarah Peradilan pajak Indonesia..................................................................... 6 
BAB III PENUTUP................................................................................................. 10 
A. KESIMPULAN................................................................................................... 10 
B. SARAN.............................................................................................................. 10 
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 11 
ii
KATA PENGANTAR 
Puji dan syukur saya panjatkan atas rahmat dan hidayah yang telah Allah 
berikan kepada Saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktu 
yang telah diberikan untuk menyelesaikan makalah ini. Makalah ini berisi tentang 
“PERADILAN PAJAK” 
Dan harapan saya semoga makalah ini dapat membantu. mahasiswa dalam proses 
ii 
pembelajaran. 
Saya menyadari bahwa isi makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab 
itu keritik dan saran dari saudara atau saudari sangat saya harapkan untuk kesempurnaan 
makalah pada kemudian hari. 
Raha, Juni 2014 
Penulis

More Related Content

What's hot

KLASIFIKASI BIAYA
KLASIFIKASI BIAYAKLASIFIKASI BIAYA
KLASIFIKASI BIAYAAry Efendi
 
Pembentukan, Pembagian Laba Rugi dan Laporan Keuangan Persekutuan
Pembentukan, Pembagian Laba Rugi dan Laporan Keuangan PersekutuanPembentukan, Pembagian Laba Rugi dan Laporan Keuangan Persekutuan
Pembentukan, Pembagian Laba Rugi dan Laporan Keuangan PersekutuanCorinna Theodora
 
Jawaban uts m. keuangan i
Jawaban uts m. keuangan iJawaban uts m. keuangan i
Jawaban uts m. keuangan iyalifadli98
 
Analisis kasus PT krakatau steel
Analisis kasus PT krakatau steelAnalisis kasus PT krakatau steel
Analisis kasus PT krakatau steelHafiz Rahmaputra
 
Etika bisnis : PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN ETIKA BISNIS
Etika bisnis : PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN ETIKA BISNISEtika bisnis : PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN ETIKA BISNIS
Etika bisnis : PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN ETIKA BISNISlevana412y
 
Presentasi PPN dan PPnBM
Presentasi PPN dan PPnBMPresentasi PPN dan PPnBM
Presentasi PPN dan PPnBMIcha Icha
 
Subjek dan objek hukum
Subjek dan objek hukumSubjek dan objek hukum
Subjek dan objek hukumEga Jalaludin
 
PPN Saat & Tempat Terutang
PPN   Saat & Tempat TerutangPPN   Saat & Tempat Terutang
PPN Saat & Tempat Terutangkaromah95
 
Koperasi (permasalahan koperasi & solusi)
Koperasi (permasalahan koperasi & solusi)Koperasi (permasalahan koperasi & solusi)
Koperasi (permasalahan koperasi & solusi)Ibnu Kurniawan Soetomo
 
PPT PENENTUAN HARGA JUAL
PPT PENENTUAN HARGA JUALPPT PENENTUAN HARGA JUAL
PPT PENENTUAN HARGA JUALrisni sari
 
M2. sejarah perekonomian indonesia
M2. sejarah perekonomian indonesiaM2. sejarah perekonomian indonesia
M2. sejarah perekonomian indonesiaerlina na
 
Pengembangan Sistem Informasi Manajemen
Pengembangan Sistem Informasi ManajemenPengembangan Sistem Informasi Manajemen
Pengembangan Sistem Informasi ManajemenRahmi Septhianingrum
 
Analisis laporan keuangan_pt_gudang_gara
Analisis laporan keuangan_pt_gudang_garaAnalisis laporan keuangan_pt_gudang_gara
Analisis laporan keuangan_pt_gudang_garaTiffani Yosi
 
Kunci jawaban bab 8 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 8 teori akuntansi suwardjonoKunci jawaban bab 8 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 8 teori akuntansi suwardjonoHerna Ferari
 
Makalah Kebijakan Ekonomi Moneter dan Fiskal
Makalah Kebijakan Ekonomi Moneter dan FiskalMakalah Kebijakan Ekonomi Moneter dan Fiskal
Makalah Kebijakan Ekonomi Moneter dan Fiskalshafirahany22
 

What's hot (20)

KLASIFIKASI BIAYA
KLASIFIKASI BIAYAKLASIFIKASI BIAYA
KLASIFIKASI BIAYA
 
Prinsip-Prinsip Etika Bisnis - Etika Bisnis
Prinsip-Prinsip Etika Bisnis - Etika BisnisPrinsip-Prinsip Etika Bisnis - Etika Bisnis
Prinsip-Prinsip Etika Bisnis - Etika Bisnis
 
Pembentukan, Pembagian Laba Rugi dan Laporan Keuangan Persekutuan
Pembentukan, Pembagian Laba Rugi dan Laporan Keuangan PersekutuanPembentukan, Pembagian Laba Rugi dan Laporan Keuangan Persekutuan
Pembentukan, Pembagian Laba Rugi dan Laporan Keuangan Persekutuan
 
Jawaban uts m. keuangan i
Jawaban uts m. keuangan iJawaban uts m. keuangan i
Jawaban uts m. keuangan i
 
Sengketa Pajak
Sengketa PajakSengketa Pajak
Sengketa Pajak
 
Analisis kasus PT krakatau steel
Analisis kasus PT krakatau steelAnalisis kasus PT krakatau steel
Analisis kasus PT krakatau steel
 
Etika bisnis : PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN ETIKA BISNIS
Etika bisnis : PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN ETIKA BISNISEtika bisnis : PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN ETIKA BISNIS
Etika bisnis : PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN ETIKA BISNIS
 
Pailit
PailitPailit
Pailit
 
Presentasi PPN dan PPnBM
Presentasi PPN dan PPnBMPresentasi PPN dan PPnBM
Presentasi PPN dan PPnBM
 
Subjek dan objek hukum
Subjek dan objek hukumSubjek dan objek hukum
Subjek dan objek hukum
 
PPN Saat & Tempat Terutang
PPN   Saat & Tempat TerutangPPN   Saat & Tempat Terutang
PPN Saat & Tempat Terutang
 
Koperasi (permasalahan koperasi & solusi)
Koperasi (permasalahan koperasi & solusi)Koperasi (permasalahan koperasi & solusi)
Koperasi (permasalahan koperasi & solusi)
 
PPT PENENTUAN HARGA JUAL
PPT PENENTUAN HARGA JUALPPT PENENTUAN HARGA JUAL
PPT PENENTUAN HARGA JUAL
 
M2. sejarah perekonomian indonesia
M2. sejarah perekonomian indonesiaM2. sejarah perekonomian indonesia
M2. sejarah perekonomian indonesia
 
Pengembangan Sistem Informasi Manajemen
Pengembangan Sistem Informasi ManajemenPengembangan Sistem Informasi Manajemen
Pengembangan Sistem Informasi Manajemen
 
Analisis laporan keuangan_pt_gudang_gara
Analisis laporan keuangan_pt_gudang_garaAnalisis laporan keuangan_pt_gudang_gara
Analisis laporan keuangan_pt_gudang_gara
 
Makalah Pajak Penghasilan (PPh)
Makalah Pajak Penghasilan (PPh)Makalah Pajak Penghasilan (PPh)
Makalah Pajak Penghasilan (PPh)
 
Kunci jawaban bab 8 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 8 teori akuntansi suwardjonoKunci jawaban bab 8 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 8 teori akuntansi suwardjono
 
Makalah Kebijakan Ekonomi Moneter dan Fiskal
Makalah Kebijakan Ekonomi Moneter dan FiskalMakalah Kebijakan Ekonomi Moneter dan Fiskal
Makalah Kebijakan Ekonomi Moneter dan Fiskal
 
Teori Pengukuran
Teori PengukuranTeori Pengukuran
Teori Pengukuran
 

Viewers also liked

Makalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran pai
Makalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran paiMakalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran pai
Makalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran paiSeptian Muna Barakati
 
Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 6
Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 6Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 6
Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 6Septian Muna Barakati
 
Makalah perkembangan perilaku dan kepribadian
Makalah perkembangan perilaku dan kepribadianMakalah perkembangan perilaku dan kepribadian
Makalah perkembangan perilaku dan kepribadianSeptian Muna Barakati
 
Makalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran isla...
Makalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran isla...Makalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran isla...
Makalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran isla...Septian Muna Barakati
 
Makalah pengaruh industri terhadap perubahan sosial pada masyarakat pinggiran...
Makalah pengaruh industri terhadap perubahan sosial pada masyarakat pinggiran...Makalah pengaruh industri terhadap perubahan sosial pada masyarakat pinggiran...
Makalah pengaruh industri terhadap perubahan sosial pada masyarakat pinggiran...Septian Muna Barakati
 
Makalah pengendalian gulma secara preventif
Makalah pengendalian gulma secara preventifMakalah pengendalian gulma secara preventif
Makalah pengendalian gulma secara preventifSeptian Muna Barakati
 
Makalah pemanfaatan sumber daya alam
Makalah pemanfaatan sumber daya alamMakalah pemanfaatan sumber daya alam
Makalah pemanfaatan sumber daya alamSeptian Muna Barakati
 

Viewers also liked (20)

Makalah penelitian kualitatif
Makalah penelitian kualitatifMakalah penelitian kualitatif
Makalah penelitian kualitatif
 
Makalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran pai
Makalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran paiMakalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran pai
Makalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran pai
 
Makalah permasalahan anak rasna
Makalah permasalahan anak rasnaMakalah permasalahan anak rasna
Makalah permasalahan anak rasna
 
Makalah perekonomian indonesia
Makalah perekonomian indonesiaMakalah perekonomian indonesia
Makalah perekonomian indonesia
 
Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 6
Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 6Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 6
Makalah pengembangan sistem evaluasi pai 6
 
Makalah pendidikan di indonesia2
Makalah pendidikan di indonesia2Makalah pendidikan di indonesia2
Makalah pendidikan di indonesia2
 
Makalah pengobatan mata
Makalah pengobatan mataMakalah pengobatan mata
Makalah pengobatan mata
 
Makalah pencemaran lingkungan
Makalah pencemaran lingkunganMakalah pencemaran lingkungan
Makalah pencemaran lingkungan
 
Makalah perkembangan perilaku dan kepribadian
Makalah perkembangan perilaku dan kepribadianMakalah perkembangan perilaku dan kepribadian
Makalah perkembangan perilaku dan kepribadian
 
Makalah perekonimian indonesia
Makalah perekonimian indonesiaMakalah perekonimian indonesia
Makalah perekonimian indonesia
 
Makalah pengantar ilmu ekonomi
Makalah pengantar ilmu ekonomiMakalah pengantar ilmu ekonomi
Makalah pengantar ilmu ekonomi
 
Makalah pemberian obat pada kulit
Makalah pemberian obat pada kulitMakalah pemberian obat pada kulit
Makalah pemberian obat pada kulit
 
Makalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran isla...
Makalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran isla...Makalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran isla...
Makalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran isla...
 
Makalah penyakit gigi
Makalah penyakit gigiMakalah penyakit gigi
Makalah penyakit gigi
 
Makalah penginderaan jauh samsia
Makalah penginderaan jauh samsiaMakalah penginderaan jauh samsia
Makalah penginderaan jauh samsia
 
Makalah pengaruh industri terhadap perubahan sosial pada masyarakat pinggiran...
Makalah pengaruh industri terhadap perubahan sosial pada masyarakat pinggiran...Makalah pengaruh industri terhadap perubahan sosial pada masyarakat pinggiran...
Makalah pengaruh industri terhadap perubahan sosial pada masyarakat pinggiran...
 
Makalah pengendalian gulma secara preventif
Makalah pengendalian gulma secara preventifMakalah pengendalian gulma secara preventif
Makalah pengendalian gulma secara preventif
 
Makalah pemanfaatan sumber daya alam
Makalah pemanfaatan sumber daya alamMakalah pemanfaatan sumber daya alam
Makalah pemanfaatan sumber daya alam
 
Makalah pembuatan email
Makalah pembuatan emailMakalah pembuatan email
Makalah pembuatan email
 
Rediger sur internet
Rediger sur internetRediger sur internet
Rediger sur internet
 

Similar to Pajak Keadilan

Similar to Pajak Keadilan (20)

Makalah peradilan pajak
Makalah peradilan pajakMakalah peradilan pajak
Makalah peradilan pajak
 
Makalah peradilan pajak
Makalah peradilan pajakMakalah peradilan pajak
Makalah peradilan pajak
 
Keadilan dalam Bisnis
Keadilan dalam BisnisKeadilan dalam Bisnis
Keadilan dalam Bisnis
 
Keadilan Dalam Bisnis
Keadilan Dalam BisnisKeadilan Dalam Bisnis
Keadilan Dalam Bisnis
 
ASPEK - ASPEK PERSOALAN FILSAFAT HUKUM.pdf
ASPEK - ASPEK PERSOALAN FILSAFAT HUKUM.pdfASPEK - ASPEK PERSOALAN FILSAFAT HUKUM.pdf
ASPEK - ASPEK PERSOALAN FILSAFAT HUKUM.pdf
 
Keadilan Dalam Bisnis
Keadilan Dalam BisnisKeadilan Dalam Bisnis
Keadilan Dalam Bisnis
 
Isi makalah santi
Isi makalah santiIsi makalah santi
Isi makalah santi
 
Teori keadilan perspektif filsafat hukum islam
Teori keadilan perspektif filsafat hukum islamTeori keadilan perspektif filsafat hukum islam
Teori keadilan perspektif filsafat hukum islam
 
EKONOMI DAN KEADILAN
EKONOMI DAN KEADILAN EKONOMI DAN KEADILAN
EKONOMI DAN KEADILAN
 
Theory of Justice.pptx
Theory of Justice.pptxTheory of Justice.pptx
Theory of Justice.pptx
 
Keadilan Dan Bisnis
Keadilan Dan BisnisKeadilan Dan Bisnis
Keadilan Dan Bisnis
 
Pengertian hukum
Pengertian hukumPengertian hukum
Pengertian hukum
 
Ekonomi dan keadilan di dalam etika bisnis
Ekonomi dan keadilan di dalam etika bisnisEkonomi dan keadilan di dalam etika bisnis
Ekonomi dan keadilan di dalam etika bisnis
 
materi PHB 1
materi PHB 1materi PHB 1
materi PHB 1
 
Adil
AdilAdil
Adil
 
Tugas pancasila
Tugas pancasilaTugas pancasila
Tugas pancasila
 
36060550 mengusahakan-keadilan-sosial
36060550 mengusahakan-keadilan-sosial36060550 mengusahakan-keadilan-sosial
36060550 mengusahakan-keadilan-sosial
 
Softskill minggu 8
Softskill minggu 8Softskill minggu 8
Softskill minggu 8
 
Teori2 keadilan
Teori2 keadilanTeori2 keadilan
Teori2 keadilan
 
KEADILAN DALAM BISNIS
KEADILAN DALAM BISNISKEADILAN DALAM BISNIS
KEADILAN DALAM BISNIS
 

More from Septian Muna Barakati (20)

Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
 
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
 
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
 
Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA
 
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
 
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
 
Dokomen polisi
Dokomen polisiDokomen polisi
Dokomen polisi
 
Dokumen perusahaan
Dokumen perusahaanDokumen perusahaan
Dokumen perusahaan
 
Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3
 
Dosa besar
Dosa besarDosa besar
Dosa besar
 
Ekosistem padang lamun
Ekosistem padang lamunEkosistem padang lamun
Ekosistem padang lamun
 
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi pendudukFaktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
 
E
EE
E
 
Faktor
FaktorFaktor
Faktor
 
Fho...................
Fho...................Fho...................
Fho...................
 
555555555555555 (2)
555555555555555 (2)555555555555555 (2)
555555555555555 (2)
 
99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya
 
10 impact of global warming
10 impact of global warming10 impact of global warming
10 impact of global warming
 
10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global
 
5 w 1h penyakit hiv
5 w 1h  penyakit hiv5 w 1h  penyakit hiv
5 w 1h penyakit hiv
 

Recently uploaded

MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...OknaRyana1
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnyaIndhasari3
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen StrategikKonsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategikmonikabudiman19
 
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelBab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelAdhiliaMegaC1
 
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.pptBab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.pptatiakirana1
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bankzulfikar425966
 
SIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan analisis transaksi).ppt
SIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan  analisis transaksi).pptSIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan  analisis transaksi).ppt
SIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan analisis transaksi).pptAchmadHasanHafidzi
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...ChairaniManasye1
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxHakamNiazi
 
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN IPIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN IAccIblock
 
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal KerjaPengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerjamonikabudiman19
 
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalKELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalAthoillahEconomi
 
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IMateri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IIkaAliciaSasanti
 
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.pptPengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.pptAchmadHasanHafidzi
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfKESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfNizeAckerman
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptFrida Adnantara
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxZefanya9
 
Perkembangan-Industri-Fintech-di-Indonesia.pptx
Perkembangan-Industri-Fintech-di-Indonesia.pptxPerkembangan-Industri-Fintech-di-Indonesia.pptx
Perkembangan-Industri-Fintech-di-Indonesia.pptxzulfikar425966
 

Recently uploaded (20)

MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
 
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen StrategikKonsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
 
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelBab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
 
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.pptBab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
 
SIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan analisis transaksi).ppt
SIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan  analisis transaksi).pptSIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan  analisis transaksi).ppt
SIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan analisis transaksi).ppt
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
 
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN IPIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
 
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal KerjaPengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
 
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalKELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
 
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IMateri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
 
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.pptPengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
 
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfKESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
 
Perkembangan-Industri-Fintech-di-Indonesia.pptx
Perkembangan-Industri-Fintech-di-Indonesia.pptxPerkembangan-Industri-Fintech-di-Indonesia.pptx
Perkembangan-Industri-Fintech-di-Indonesia.pptx
 

Pajak Keadilan

  • 1. BAB I PENDAHULUAN ii 1. Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber pemasukan kas negara yang digunakan untuk pembangunan dengan tujuan akhir kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Oleh karena itu, sektor pajak memegang peranan penting dalam perkembangan kesejahteraan bangsa. Mengenai Pajak dan pungutan lainnya, amandemen ketiga UUD1945 memberikan ketentuan baru pada Pasal 23A UUD 1945 bahwa“ Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang”, yang sebelumnya diatur dalam Pasal 23 ayat (2)UUD1945 bahwa “segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan undang-undang”. Disamping itu,seiring dengan meluasnya tugas-tugas administrasi negara dalam menyelenggarakan pemerintahan, semakin besar pula kekuasaan administrasi negara. Dalam melakukan tindakannya Administrasi Negara memerlukan keleluasaan dalam menentukan kebijakan-kebijakannya. Akan tetapi setiap tindakan administrasi haruslah berdasarkan hukum, artinya sikap tindak administrasi tersebut haruslah dapat dipertanggungjawabkan baik secara moral maupun secara hukum. Lord Acton mengatakan bahwa setiap kekuasaan sekecil apapun cenderung untuk disalahgunakan. Oleh sebab itu dengan adanya keleluasaan bertindak dari administrasi negara yang memasuki semua sektor kehidupan masyarakat termasuk di dalamnya bidang perpajakan, kadang-kadang dapat menimbulkan kerugian bagi masyarakat itu sendiri. Wajarlah kemudian adanya keinginan yang menghendaki adanya jaminan agar jangan sampai keadaan negara menjurus diktator tanpa batas, yang bertentangan dengan ciri negara hukum. sehingga perlindungan terhadap warga diberikan bilamana sikap tindak administrasi negara itu menimbulkan kerugian terhadapnya. 2. Tujuan Untuk mengetahui Peradilan pajak di Indonesia
  • 2. BAB II PEMBAHASAN A. Peradilan dan Keadilan di Bidang perpajakan ii 1. Keadilan Keadilan pada hakikatnya adalah memperlakukan seseorang atau pihak lain sesuai dengan haknya. Yang menjadi hak setiap orang adalah diakuai dan diperlakukan sesuai dengan harkat dan martabatnya, yang sama derajatnya, yang sama hak dan kewajibannya, tanpa membedakan suku, keurunan, dan agamanya. Keadilan berasal dari kata adil. Menurut W.J.S. Poerwodarminto kata adil berarti tidak berat sebelah, sepatutnya tidak sewenang-wenang dan tidak memihak. Hakikat keadilan dalam Pancasila, UUD 1945, kata adil terdapat pada: 1. Pancasila yaitu sila kedua dan kelima 2. Pembukaan UUD 1945 yaitu alinea II dan IV 2. Pembagian keadilan menurut Aristoteles: Pandangan-pandangan Aristoteles tentang keadilan bisa kita dapatkan dalam karyanya nichomachean ethics, politics, dan rethoric. Lebih khususnya, dalam buku nicomachean ethics, buku itu sepenuhnya ditujukan bagi keadilan, yang, berdasarkan filsafat umum Aristoteles, mesti dianggap sebagai inti dari filsafat hukumnya, “karena hukum hanya bisa ditetapkan dalam kaitannya dengan keadilan” Lebih lanjut, dia membedakan keadilan menjadi jenis keadilan distributif dan keadilan korektif. Yang pertama berlaku dalam hukum publik, yang kedua dalam hukum perdata dan pidana. Kedailan distributif dan korektif sama-sama rentan terhadap problema kesamaan atau kesetaraan dan hanya bisa dipahami dalam kerangkanya. Dalam wilayah keadilan distributif, hal yang penting ialah bahwa imbalan yang sama-rata diberikan atas pencapaian yang sama rata. Pada yang kedua, yang menjadi persoalan ialah bahwa ketidaksetaraan yang disebabkan oleh, misalnya, pelanggaran kesepakatan, dikoreksi dan dihilangkan. Keadilan distributif menurut Aristoteles berfokus pada distribusi, honor, kekayaan, dan barang-barang lain yang sama-sama bisa didapatkan dalam masyarakat. Dengan mengesampingkan “pembuktian” matematis, jelaslah bahwa apa yang ada dibenak Aristoteles ialah distribusi kekayaan dan barang berharga lain berdasarkan nilai yang berlaku dikalangan
  • 3. warga. Distribusi yang adil boleh jadi merupakan distribusi yang sesuai degan nilai kebaikannya, yakni nilainya bagi masyarakat. Di sisi lain, keadilan korektif berfokus pada pembetulan sesuatu yang salah. Jika suatu pelanggaran dilanggar atau kesalahan dilakukan, maka keadilan korektif berusaha memberikan kompensasi yang memadai bagi pihak yang dirugikan; jika suatu kejahatan telah dilakukan, maka hukuman yang sepantasnya perlu diberikan kepada si pelaku. Bagaimanapun, ketidakadilan akan mengakibatkan terganggunya “kesetaraan” yang sudah mapan atau telah terbentuk. Keadilan korektif bertugas membangun kembali kesetaraan tersebut. Dari uraian ini nampak bahwa keadilan korektif merupakan wilayah peradilan sedangkan keadilan distributif merupakan bidangnya pemerintah. ii 3. Keadilan sosial menurut John Rawls Lain halnya dengan Aristoteles, John Rawls yang hidup pada awal abad 21 lebih menekankan pada keadilan sosial.2 Hal ini terkait dengan munculnya pertentangan antara kepentingan individu dan kepentingan negara pada saat itu. Rawls melihat kepentingan utama keadilan adalah jaminan stabilitas hidup manusia, dan keseimbangan antara kehidupan pribadi dan kehidupan bersama. Rawls mempercayai bahwa struktur masyarakat ideal yang adil adalah struktur dasar masyarakat yang asli dimana hak-hak dasar, kebebasan, kekuasaan, kewibawaan, kesempatan, pendapatan, dan kesejahteraan terpenuhi. Kategori struktur masyarakat ideal ini digunakan untuk: 1. menilai apakah institusi- institusi sosial yang ada telah adil atau tidak 2. melakukan koreksi atas ketidakadilan sosial. Rawls berpendapat bahwa yang menyebabkan ketidakadilan adalah situsi sosial sehingga perlu diperiksa kembali mana prinsip-prinsip keadilan yang dapat digunakan untuk membentuk situasi masyarakat yang baik. Koreksi atas ketidakadilan dilakukan dengan cara mengembalikan (call for redress) masyarakat pada posisi asli (people on original position). Dalam posisi dasar inilah kemudian dibuat persetujuan asli antar (original agreement) anggota masyarakat secara sederajat. Ada tiga syarat suapaya manusia dapat sampai pada posisi asli, yaitu: 1. Diandaikan bahwa tidak diketahui, manakah posisi yang akan diraih seorang pribadi tertentu di kemudian hari. Tidak diketahui manakah bakatnya, intelegensinya, kesehatannya, kekayaannya, dan aspek sosial yang lain.
  • 4. 2. Diandaikan bahwa prinsip-prinsip keadilan dipilih secara konsisten untuk memegang ii pilihannya tersebut. 3. Diandaikan bahwa tiap-tiap orang suka mengejar kepentingan individu dan baru kemudian kepentingan umum. Ini adalah kecenderungan alami manusia yang harus diperhatikan dalam menemukan prinsip-prinsip keadilan.3 Dalam menciptakan keadilan, prinsip utama yang digunakan adalah: 1. Kebebasan yang sama sebesar-besarnya, asalkan tetap menguntungkan semua pihak; 2. Prinsip ketidaksamaan yang digunakan untuk keuntungan bagi yang paling lemah. Prinsip ini merupakan gabungan dari prinsip perbedaan dan persamaan yang adil atas kesempatan. Secara keseluruhan berarti ada tiga prinsip untuk mencari keadilan, yaitu: 1. Kebebasan yang sebesar-besarnya sebagai prioriotas. 2. perbedaan 3. persamaan yang adil atas kesempatan. Asumsi pertama yang digunakan adalah hasrat alami manusia untuk mencapai kepentingannya terlebih dahulu baru kemudian kepentingan umum. Hasrat ini adalah untuk mencapai kebahagiaan yang juga merupakan ukuran pencapaian keadilan. Maka harus ada kebebasan untuk memenuhi kepentingan ini. Namun realitas masyarakat menunjukan bahwa kebebasan tidak dapat sepenuhnya terwujud karena adanya perbedaan kondisi dalam masyarakat. Perbedaan ini menjadi dasar untuk memberikan keuntungan bagi mereka yang lemah. Apabila sudah ada persamaan derajat, maka semua harus memperoleh kesempatan yang sama untuk memenuhi kepentingannya. Walaupun nantinya memunculkan perbedaan, bukan suatu masalah asalkan dicapai berdasarkan kesepakatan dan titik berangkat yang sama. 4. Keadilan di Bidang Perpajakan Keadilan dalam perpajakan sudah diungkapkan oleh Adam Smith sejak lama. Pada Abad ke 18 Adam Smith mengidentifikasi aturan perpajakan (canons of taxation) dalam bukunya, “An Inquiry into the Nature and cause of the wealth of nations” diantaranya : 1. Equality On Taxation, mensyaratkan bahwa hukum pajak haruslah adil, merata, dan tidak diskriminasi dalam menetapkan objek pajak, dan pembebanan kepada masing-masing subjek pajak hendaknya seimbang dengan kemampuannya. Dalam perkembangannya perkembangan prinsip keadilan dalam sistem pajak diukur dengan prinsip manfaat (benefit principle) yang diterima oleh masyarakat wajib pajak. Berdasarkan kedua prinsip keadilan
  • 5. dalam pembebanan pajak tersebut, keadilan pajak diperinci lebih lanjut menjadi keadilan horizontal dan keadilan vertikal. Keadilan horizontal menganjurkan bahwa terhadap objek pajak yang sama dan terhadap WP yang mempunyai keampuan sama harus dibebani pajak yang sama pula. Sedangkan keadilan vertikal memandang suatu pembebanan pajak yang adil bilamana terhadap Wp yang mempunyai kemampuan dan kekayaaan yang lebih besar harus dibebani pajak lebih besar dari pada WP pada umumnya. Proporsi keadilan pajak yang pertama menghasilkan kebijakan tarif proporsional (single flat rate), dan Proporsi keadilan pajak yang kedua menghasilkan kebijakan tarif progresif (differential progresive rate). 2. Cetainty of Taxation, asas kepastian hukum dalam perpajakan dalam perpajakan sebenarnya berlaku pula secaa universal dalam bidang hukum lainnya. Aturan hukum pajak harus secara jelas dan pasti mengatur apa yang menjadi objek pajak, siapa yang menjadi subjek pajak, dan berapa tarif yang berlaku, bagaimana cara menghitung dan membayarnya, kapan batas waktu jatuh tempo pembayaran dan pelaporannya, dan regulasi lain yang diperlukan, sehingga tidak ada celah dan peluang untuk mengelakkan diri dari membayar pajak, serta tiak mengenal kompromi. Dari ungkapan diatas dapat kita ketahui bahwa masalah kepastian hukum dan transparansi dalam regulasi perpajakan menjadi sangat penting bagi seluruh pelaku ekonomi sesuai dengan prinsip self assessment dalam perpajakan. Namun, dalam kenyataan masih terdapat beberapa grey are dalam undang-undang perpajakan yang dapat digunakan wajib pajak untuk menghindari pajak. Selain itu, WP juga beranggapan bahwa fiskus terkadang hanya mementingkan unsur penerimaan negara untuk mencapai target tanpa memperhatikan asas keadilan. Karenanya masyarakat, dalam hal ini para wajib pajak, seringkali merasakan bahwa peningkatan kewajiban perpajakan/bea tidak memenuhi asas keadilan, sehingga menimbulkan berbagai sengketa antara instansi perpajakan dan pihak Wajib Pajak. Untuk mempermudah penyelesaian sengketa perpajakan, dirasakan adanya suatu kebutuhan untuk mendirikan suatu badan peradilan khusus untuk menanganinya. Walaupun sebelumnya telah didirikan lembaga khusus penyelesai sengketa pajak yang dikenal dengan nama Badan Penyelesaian Sengketa Pajak (BPSP) sejak Tahun 1998, kebutuhan untuk didirikan badan peradilan seperti Pengadilan Pajak yang sekarang, tetap ada. Dalam butir-butir pertimbangan pada Undang-undang Pengadilan Pajak Nomor 14 Tahun 2002 dikatakan bahwa Badan Penyelesaian Sengketa Pajak belum merupakan badan peradilan yang berpuncak di Mahkamah Agung, karena itulah diperlukan suatu pengadilan pajak yang sesuai dengan sistem kekuasaan kehakiman di Indonesia dan mampu ii
  • 6. menciptakan keadilan dan kepastian hukum di Indonesia dan mampu menciptakan keadilan dan kepastian hukum dalam penyelesaian sengketa pajak. Kehadiran Pengadilan Pajak diharapkan dapat lebih memberikan keadilan dan kepastian hukum yang tidak didapatkan dari institusi penyelesai sengketa pajak sebelumnya. Ekspektasi ini yang dicoba hendak dijawab oleh Pengadilan Pajak. Sejak bedirinya memang Pengadilan Pajak cukup diminati oleh para pihak yang bersengkata masalah pajak dan dianggap cukup menjanjikan sebagai suatu badan peradilan yang baru dibentuk dalam hal kepastian hukum. Dalam proses perjalanannya guna mewujudkan keadilan di bidang perpajakan, pengadilan pajak banyak mengalami dianmika yang cukup banyak. Pengadilan pajak bergerak terus seiring perjalanan bangsa. Dalam dinamikanya mencapai keadilan, Pengadilan pajak sangat dipengaruhi dinamika politik, ekonomi, dan sosial bangsa Indonesia.Perjalanan sejarah yang syarat dengan upaya sungguh-sungguh guna mewujudkan keadilan. Keadilan di bidang perpajakan. ii B. Sejarah Peradilan pajak Indonesia 1. Raad van Beroep in Belastingzaken (Zaman Belanda) Ketika Pemerintah Hindia Belanda mulai memungut pajak secara hukum, pada saat hampir bersamaan dengan itu, ditetapkan suatu ordonansi tentang keadilan (Billijk heid ordonantie, stbld 1929 Nomor 187 diubah dengan stbld 1940 no 266). Maksudnya dalam pemungutan pajak meskipun dapat dipaksakan, masih juga diberikan rasa keadilan, yaitu maksudnya Jika pemeintah hindia belanda dalam menghitung pajak terlalu memberatkan Rakyat, Rakyat atau WP dapat mengajukan persoalannya kepada badan yang di beri nama Raad van Beroep in Belastingzaken atau dalam bahasa Indonesia berarti Majelis Pertimbangan Pajak. Badan ini merupakan badan keadilan pajak yang pertama kali dibentuk di Indonesia. Raad van Beroep in Belastingzaken dibentuk pada tahun 1915 (stbl no. 707) yang kemudian disempurnakan dengan stbl No. 29 tahun 1927 tentang Ordonantie tot regeling van het Beroep in Belasting Zaken dan berkedudukan di Jakarta. Tepatnya di Jl. Cut Meutia Jakarta Pusat yang sekarang menjadi Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Menteng satu . Raad van Beroep in Belastingzaken merupakan Majelis pertimbangan Pajak yang eksis saat itu. Nama Raad van Beroep in Belastingzaken kemudian terus digunakan sampai lima tahun setelah kemerdekaan bangsa Indonesia.
  • 7. ii 2. Majelis Pertimbangan Pajak Dalam sejarahnya, baik ketika masih bernama Raad van Beroep in Belastingzaken sampai kemudian berubah nama menjadi Majelis Pertimbangan Pajak pada tahun 1950- an, penyelesaian sengketa tingkat banding (keputusan) MPP bersifat final dan mengikat kedua belah pihak, baik DJP maupun WP. Namun, setelah diberlakukannya Undang-undang (UU) Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN) tanggal 29 Desember 1986, timbul kontroversi baru mengenai status MPP. Keputusan MPP yang sebelumnya bersifat final dan mengikat WP serta DJP, diberi peluang untuk digugat kembali oleh WP melalui PTUN. Ketentuan mengenai hal tersebut sebenarnya hanya tercantum dalam penjelasan pasal 48 UU No 5 Tahun 1986 yang mengelompokkan keputusan MPP sebagai contoh keputusan administrasi yang dapat dibanding secara administratif ke PTUN. Namun, pencantuman keputusan MPP sebagai salah satu contoh keputusan administrasi mengandung konsekuensi yang luas. Sejak saat itu, pengadilan di lingkungan PTUN berpendapat bahwa MPP adalah badan Tata Usaha Negara, sehingga mereka merasa berwenang untuk memeriksa dan memutuskan perkara gugatan atas keputusan MPP. Sebagaimana pernah dikemukakan oleh pejabat DJP, Drs Abroni Nasution (Direktur Peraturan Perpajakan pada saat itu), dalam sebuah seminar yang diadakan Centre for Fiscal and Monetary Studies tahun 1993, penjelasan pasal 48 UU No 5 Tahun 1986 tersebut telah menambah kompleksitas permasalahan peradilan pajak di Indonesia. Penjelasan pasal tersebut telah menciptakan dualisme, bahkan lebih tepat disebut pluralisme lembaga yang menangani masalah perpajakan di Indonesia. Pluralisme itu timbul karena secara yuridis, sengketa perpajakan di Indonesia ditangani oleh berbagai lembaga yang berbeda. Lembaga yang menangani sengketa perpajakan terdiri dari satu lembaga peradilan administrasi tidak murni, dan dua lembaga administrasi murni yaitu MPP dan PTUN. Sengketa pajak yang menjadi wewenang MPP antara lain permohonan banding mengenai Surat Ketetapan Pajak, Surat Keputusan Kelebihan Pembayaran Pajak dan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang. Kemudian, sengketa yang menjadi wewenang
  • 8. PTUN menurut UU No 5 Tahun 1986 yakni semua sengketa perpajakan yang tidak dapat diajukan banding kepada MPP dan semua keputusan banding MPP yang tidak memuaskan WP. Sementara itu, masih ada sengketa perpajakan yang berkenan dengan pelaksanaan Surat Paksa Penagihan Pajak (UU No 19 Tahun 1959) dan semua gugatan atas keputusan administrasi pajak berdasarkan ketentuan pasal 1356 KUHPerdata. Dengan dikelompokkannya keputusan MPP sebagai putusan administratif, ternyata telah mengaburkan status MPP itu sendiri sebagai badan peradilan yang berwenang menangani perkara banding perpajakan. Keputusan DJP dan MPP menjadi sama-sama dapat digugat ke PTUN. hal ini telah dimanfaatkan oleh pihak-pihak (WP) tertentu untuk menolak kewajiban perpajakannya. Beberapa WP yang permohonan bandingnya ditolah MPP kemudian mengajukan banding ke PTUN dengan menggugat MPP sebagai Tergugat I dan DJP sebagai Tergugat II. ii 3. Badan Penyelesaian Sengketa Pajak Pendirian Badan Peradilan Pajak menjadi kenyataan setelah Pemerintah dengan persetujuan DPR membentuk dan men-syahkan Undang-undang Nomor 17 Tahun 1997 tentang Badan Penyelesaian Sengketa Pajak yang diundangkan pada tanggal 23 Mei 1997 ke dalam Lembaran Negara Nomor 40 Tahun 1997 dan mulai efektif belaku sejak tanggal 1 Januari 1998. PEMBENTUKAN BADAN PENYELESAIAN SENGKETA PAJAK berdasarkan Keputusan Presiden : 41 TAHUN 1997 Tanggal : 7-Oct-1997 Dengan kehadiran badan baru ( Badan Penyelesaian Sengketa Pajak ) maka pada bulan Oktober 1997 seluruh pejabat dan karyawan Majelis Pertimbangan Pajak (MPP) menjadi karyawan Badan Penyelesaian Sengketa Pajak dan alamat kantor pindah ke Gedung Jasindo di Jl.Menteng Raya Jakarta Pusat. Namun, dalam pelaksanaan penyelesaian Sengketa Pajak melalui BPSP masih terdapat ketidakpastian hukum yang dapat menimbulkan ketidakadilan. Penyelesaian Sengketa Pajak harus dilakukan dengan adil melalui prosedur dan proses yang cepat, murah, dan sederhana. Oleh karena itu masih diperlukan penyempurnaan dalam BPSP. 4. Pengadilan Pajak Karen masih dirasa banyak kekurangn dalam Badan Penyelesaian Sengketa Pajak, Maka di tetapkanlah UU baru tentang pengadilan pajak yaitu UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2002 yang selanjutnya disebut UU
  • 9. Pengadilan Pajak. Dalam Undang-undang tentang Pengadilan Pajak (UU.14/02) ini ditentukan bahwa putusan Pengadilan Pajak merupakan putusan akhir yang mempunyai kekuatan hukum tetap. Meskipun demikian, masih dimungkinkan untuk mengajukan Peninjauan Kembali ke Mahkamah Agung. Peninjauan ke Mahkamah Agung merupakan upaya hukum luar biasa, disamping akan mengurangi jenjang pemeriksaan ulang vertikal, juga penilaian terhadap kedua aspek pemeriksaan yang meliputi aspek penerapan hukum dan aspek fakta-fakta yang mendasari terjadinya sengketa perpajakan, akan dilakukan sekaligus oleh Mahakamah Agung. Proses peninjauan kembali melalui Pengadilan Pajak hanya sebatas prosedur pelayanan administrasi yang perlu dilakukan secara cepat, oleh karena itu dalam Undang-undang ini diatur pembatasan waktu penyelesaian, baik di tinggat Pengadilan Pajak maupun di tingkat Mahkamah Agung. ii
  • 10. BAB III PENUTUP ii 1. Kesimpulan - Di dalam proses pemungutan pajak mungkin tidak akan selalu beerjalan dengan lancar. Di dalam proses ini sering terjadi benturan antara kepentingan negara dan kepentingan WP ditambah lagi pasti adanya kesalahan dalam proses pemungutan pajak. Kondisi tersebut sering menimbulkan sengketa pajak karena salah satu pihak merasa proses pemungutan mengabaikan keadilan. Keadilan yang merupakan salah satu prinsip dasar pemungutan pajak wajib ditegakkan dalam proses pemungutan pajak. Oleh karena itu guna mencari keadilan dari sengketa tersebut perlu adanya pengadilan pajak. - Pengadilan pajak Indonesia yang sekarang merupakan hasil dar proses penyempurnaan dari Raad van Beroep in Belastingzaken (MPP zaman Belanda). Awalnya Raad van Beroep in Belastingzaken setelah kemerdekaan di rubah menjadi MPP. Dalam perkembangannya MPP dalam memutus suatu sengketa terdapat dualisme dengan PTUN. Disini timbul ketidakpastian hukum yang cenderung merugikan negara. Baru pada tahun 1997 muncul BPSP melalui UU no 17 tahun 1997. Di sini sudah ada kepastiaan hukum. Keputusan BPSP sudah merupakan keputusan akhir yang bersifat tetap dan tidak bisa lagi dilakukan upaya ke PTUN. BPSP ternyata masih ada kekurangan dan kemudian disempurnakan dengan UU nomor 14 tahun 2002. BPSP diubah Menjadi Pengadilan Pajak. 2. Saran - Karena Pentingya sebuah kepastian hukum dalam penyelenggaraan pemungutan pajak, maka sebaiknya eksekutif dan legislatif lebih cermat dalam menyusun perangkat hukum (UU). Lebih berdasrkan kondisi yang benar-benar terjadi dan bukan hanya teori. - Melihat banyaknya kasus mafia pajak saat ini, mereka terutama bermain di pengadilan pajak. Pengadilan pajak seakan jadi peluang guna melakukan tindakan busuk yang merugikan negara. Integritas, Integritas, dan sekali Integritas terhadap korps Depkeu harus ditingkatkan. Tingkatkan kinerja dan profesionalisme.
  • 11. DAFTAR PUSTAKA  http://www.kompas.com/9612/11/EKONOMI/bada.htm  "http://www.setpp.depkeu.go.id/Ind/default.asp"  "http://tcmediaonline.blogspot.com/2008/02/kedudukan-dan-kewenangan-pengadilan. ii html"
  • 12. MAKALAH PERADILAN PAJAK DISUSUN OLEH : NAMA : LA ODE JULHIJANI STAMBUK : 21209325 FAKULTAS : HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI 2014 ii
  • 13. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR................................................................................................ i DAFTAR ISI..............................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 1 1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 1 1.2 Tujuan.............................................................................................................. 1 BAB II PEMBAHASAN............................................................................................ 2 A. Peradilan dan Keadilan di Bidang perpajakan................................................. 2 B. Sejarah Peradilan pajak Indonesia..................................................................... 6 BAB III PENUTUP................................................................................................. 10 A. KESIMPULAN................................................................................................... 10 B. SARAN.............................................................................................................. 10 DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 11 ii
  • 14. KATA PENGANTAR Puji dan syukur saya panjatkan atas rahmat dan hidayah yang telah Allah berikan kepada Saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktu yang telah diberikan untuk menyelesaikan makalah ini. Makalah ini berisi tentang “PERADILAN PAJAK” Dan harapan saya semoga makalah ini dapat membantu. mahasiswa dalam proses ii pembelajaran. Saya menyadari bahwa isi makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu keritik dan saran dari saudara atau saudari sangat saya harapkan untuk kesempurnaan makalah pada kemudian hari. Raha, Juni 2014 Penulis