SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
BAB I 
KONSEP MEDIS 
1 
A. Definisi 
Reaksi hipersensitivitas tipe 2 merupakan sitotoksik yang bergantung pada 
antibodi. Koombinasi antigen yang terdapat pada permukaan sel dengan antibodi akan 
mengakibatkan kerusakan sel, baik sebagai akibat adheren opsonik fagosit melalui Fc 
atau adheren imun melalui ikatan C3. 
Pada makanisme sitotoksik, sel sasaran yang dibungkus oleh antibodi IgG 
konserntrasi rendah dapat dibunuh secara nonspesifik melalui mekanisme non fagosit 
ekstra seluler yang melibatkan sel limforetikular yang tak sensitasi. 
Reaksi hipersensitivitas tipe II atau Sitotoksis terjadi karena dibentuknya 
antibodi jenis IgG atau IgM terhadap antigen yang merupakan bagian sel pejamu. Reaksi 
ini dimulai dengan antibodi yang bereaksi baik dengan komponen antigenik sel, elemen 
jaringan atau antigen atau hapten yang sudah ada atau tergabung dengan elemen 
jaringan tersebut. Kemudian kerusakan diakibatkan adanya aktivasi komplemen atau 
sel mononuklear. 
Reaksi hipersensitivitas tipe 2 dapat melalui 2 jalur ; 
1. Melalui jalur ADCC (Antibody Dependent Cell Cytotoxicity) 
Reaksi sitotoksis ekstraseluler oleh sel K (Killer cell) yang mempunyai reseptor 
untuk Fc. Adanya Antigen yang merupakan bagian sel pejamu,menyebabkan
dibentuknya Antbodi Ig G / Ig M sehingga mengaktifkan sel K yang memiliki 
2 
reseptor Fc sebagai efektor ADCC. 
2. Melalui aktivitas sistem komplemen 
Reaksi yang timbul akibat reaksi hipersensitivitas tipe 2 yaitu; 
a. Reaksi Transfusi 
Menurut system ABO, sel darah manusia dibagi menjadi 4 golongan yaitu A, B, 
AB dan O. Selanjutnya diketahui bahwa golongan A mengandung antibodi (anti B 
berupa Ig M) yang mengaglutinasikan eritrosit golongan B, darah golongan B 
mengandung antibodi (anti A berupa Ig M) yang mengaglutinasikan eritrosit 
golongan A, golongan darh AB tidak mengandung antibodi terhadap antigen 
tersebut dan golongan darh O mengandung antibodi (Ig M dan Ig G) yang dapat 
mengaglutinasikan eritrosit golongan A dan B. Antibodi tersebut disebut 
isohemaglutinin. 
Aglutinin tersebut timbul secara alamiah tanpa sensitasi atau imunisasi. Bentuk 
yang paling sederhana dari reaksi sitotoksik terlihat pada ketidakcocokan 
transfusi darah golongan ABO. Ada 3 jenis reaksi transfusi yaitu reaksi hemolitik 
yang paling berat, reaksi panas, dan reaksi alergi seperti urtikaria, syok, dan 
asma. Kerusakan ginjal dapat pula terjadi akibat membrane sel yang menimbun 
dan efek toksik dan kompleks haem yang lepas.
3 
b. Reaksi Antigen Rhesus 
Ada sejenis reaksi transfusi yaitu reaksi inkompabilitas Rh yang terlihat pada 
bayi baru lahir dari orang tuanya denga Rh yang inkompatibel (ayah Rh+ dan 
ibu Rh-). Jika anak yang dikandung oleh ibu Rh- menpunyai darah Rh+ maka 
anak akan melepas sebagian eritrositnya ke dalam sirkulasi ibu waktu partus. 
Hanya ibu yang sudah disensitasi yang akan membentuk anti Rh (IgG) dan hal 
ini akan membahayakan anak yang dikandung kemudian. Hal ini karena IgG 
dapat melewati plasenta. IgG yang diikat antigen Rh pada permukaan eritrosit 
fetus biasanya belum menimbulkan aglutinasi atau lisis. Tetapi sel yang ditutupi 
Ig tersebut mudah dirusak akibat interaksi dengan reseptor Fc pada fagosit. 
Akhirnya terjadi kerusakan sel darah merah fetus dan bayi lahir kuning, 
Transfusi untuk mengganti darah sering diperlukan dalam usaha 
menyelamatkan bayi. 
c. Anemia Hemolitik autoimun 
Akibat suatu infeksi dan sebab yang belum diketahui, beberapa orang 
membentuk Ig terhadap sel darah merah sendiri. Melalui fagositosis via 
reseptor untuk Fc dan C3b, terjadi anemia yang progresif. Antibodi yang 
dibentuk berupa aglutinin panas atau dingin, tergantung dari suhu yang 
dibutuhkan untuk aglutinasi. 
d. Reaksi Obat
Obat dapat bertindak sebagai hapten dan diikat pada permukaan eritrosit 
yang menimbulkan pembentukan Ig dan kerusakan sitotoksik. Sedormid 
dapat mengikat trombosit dan Ig yang dibentuk terhadapnya akan 
menghancurkan trombosit dan menimbulkan purpura. Chloramfenicol dapat 
mengikat sel darah putih, phenacetin dan chloropromazin mengikat sel darah 
4 
merah. 
e. Sindrom Goodpasture 
Pada sindrom ini dalam serum ditemukan antibodi yang bereaksi dengan 
membran basal glomerulus dan paru. Antibodi tersebut mengendap di ginjal 
dan paru yang menunjukkan endapan linier yang terlihat pada 
imunoflouresen. 
Ciri sindrom ini glomerulonefritis proliferatif yang difus dan peredaran paru. 
Perjalanannya sering fatal. Dalam penanggulangannya telah dicoba dengan 
pemberian steroid, imunosupresan, plasmaferisis, nefektomi yang disusul 
dengan transplantasi. Jadi, sindrom ini merupakan penyakit auroimun yang 
membentuk antibodi terhadap membrane basal. Sindrom ini sering 
ditemukan setelah mengalami infeksi streptococ. 
f. Myasthenia gravis
Penyakit dengan kelemahan otot yang disebabkan gangguan transmisi 
neuromuskuler, sebagian disebabkan oleh autoantibodi terhadap reseptor 
5 
astilkoli. 
g. Pempigus 
Penyakit autoimun yang disertai antibodi tehadap desmosom diantara 
keratinosit yang menimbulkan pelepasan epidermis dan gelembung-gelembung. 
B. Etiologi 
Reaksi hipersensitivitas tipe II atau Sitotoksis terjadi karena dibentuknya antibodi 
jenis IgG atau IgM terhadap antigen yang merupakan bagian sel pejamu. 
C. Patofisiologi 
Antibodi (igG dan IgM) menyebabkan penyakit dengan berikatan pada target 
antigennya yang ada pada permukaan sel atau jaringan, misalnya pada penyakit anemia 
hemolitik. Terjadinya Reaksi Hipersensitivitas Tipe-II ini sangat erat kaitannya dengan 
adanya suatu proses penanggulangan munculnya sel klon baru. Adanya sel klon baru 
tersebut dapat ditemukan pada sel tumor, sel terinfeksi virus, sel yang terinduksi 
mutagen 
Selanjutnya sel-sel tersebut dikenal dengan sel target, yakni suatu sel karena 
adanya faktor lingkungan sel tersebut mengalami perubahan DNA (kecacatan-DNA). 
Oleh karena itu sel tersebut harus diperbaiki (DNA repair) atau dimusnahkan melalui 
sistem imunologik. Jika sel tersebut tidak dimusnahkan oleh sistem imun tubuh maka 
sel tersebut dapat berkembang menjadi klon baru yang selanjutnya dapat menimbulkan
gangguan penyakit. Contohnya; Reaksi transfusi, AHA, Reaksi obat, Sindrom Good 
posture, miastenia gravis, pemvigus. Mekanisme reaksinya ada 3 macam yaitu` : 
a. Fagositosis sel melalui proses apsonik adherence atau immune adherence 
b. Reaksi sitotoksis ekstraseluler oleh sel K (Killer cell) yang mempunyai reseptor 
untuk Fc. Adanya Antigen yang merupakan bagian sel pejamu,menyebabkan 
dibentuknya Antbodi Ig G / Ig M sehingga mengaktifkan sel K yang memiliki 
6 
reseptor Fc sebagai efektor ADCC. 
c. Lisis sel karena bekerjanya seluruh sistem komplemen. Ikatan Ag-Ab mengaktifkan 
komplemen sehingga menyebabkan lisis. 
(Mekanisme: Ag → masuk tubuh → menempel pada sel tertentu → merangsang 
terbentuknya Ig G atau Ig M → mengaktifkan komplemen → menimbulkan lisis)
7 
D. Manifestasi 
Manifestasi klinis reaksi alergi tipe 2 umumnya berupa kelainan darah, seperti anemia 
hemolitik, trombositopenia, eusinofilia, dan granulasitopenia. 
BAB II 
KONSEP KEPERAWATAN 
A. PENGKAJIAN 
1. Aktifitas / Istirahat 
Keletihan, kelemahan, malaise umum. 
Kehilangan produktifitas, penurunan semangat untuk bekerja 
Toleransi terhadap latihan rendah. 
Kebutuhan untuk istirahat dan tidur lebih banyak 
2. Sirkulasi 
Riwayat kehilangan darah kronis, 
Riwayat endokarditis infektif kronis. 
Palpitasi.
8 
3. Integritas ego 
Keyakinan agama atau budaya mempengaruhi pemilihan pengobatan, misalnya: 
penolakan tranfusi darah. 
4. Eliminasi 
Riwayat pielonenepritis, gagal ginjal. 
Flatulen, sindrom malabsobsi. 
Hematemesi, melana. 
Diare atau konstipasi 
5. Makanan / cairan 
Nafsu makan menurun 
Mual/ muntah 
Berat badan menurun 
6. Nyeri / kenyamanan 
Lokasi nyeri terutama di daerah abdomen dan kepala. 
7. Pernapasan 
Napas pendek pada saat istirahat maupun aktifitas 
8. Seksualitas 
Perubahan menstuasi misalnya menoragia, amenore 
Menurunnya fungsi seksual 
Impotent 
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai oksigen / nutrisi 
ke sel ditandai dengan palpitasi, kulit pucat, membrane mukosa kering, kuku dan 
rambut rapuh, ekstremitas dingin perubahan tekanan darah, pengisian kapiler 
lambat ketidakmampuan berkonsentrasi, disorientasi 
Tujuan : menunjukkan perfusi jaringan yang adekuat 
2. Intoleran aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen 
Ditandai dengan kelemahan dan kelelahan, mengeluh penurunan aktifitas /latihan 
lebih banyak memerlukan istirahat /tidur, Palpitasi,takikardi, peningkatan tekanan 
9 
darah. 
Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas. 
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kegagalan untuk 
mencerna, absorbsi makanan ditandai dengan: Penurunan berat badan normal, 
penurunan turgor kulit, perubahan mukosa mulut. nafsu makan menurun, mual 
kehilangan tonus otot 
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi yang dikuti dengan peningkatan berat badan. 
4. Gangguan eliminasi fekal: diare berhubungan dengan penurunan jumlah makanan, 
perubahan proses pencernaan , efek samping penggunaan obat ditandai dengan : 
Adanya perubahan pada frekuensi, karakteristik, dan jumlah feses mual, muntah, 
penurunan nafsu makan, nyeri abdomen, ganguan peristaltik 
Tujuan: pola eliminasi normal sesuai dengan fungsinya 
C. INTERVENSI
10 
DIAGNOSA 1 
1. Kaji tanda-tanda vital, warna kulit, membrane mukosa, dasar kuku 
2. Beri posisi semi fowler 
3. Kaji nyeri dan adanya palpitasi 
4. Pertahankan suhu lingkungan dan tubuh pasien 
5. Hindari penggunaan penghangat atau air panas 
Kolaborasi: 
1. Monitor pemeriksaan laboratorium misal Hb/Ht dan jumlah SDM 
2. Berikan SDM darah lengkap /pocket 
3. Berikan O2 tambahan sesuai dengan indikasi 
DIAGNOSA 2 
1. Kaji kemampuan aktifitas pasien 
2. Kaji tanda-tanda vital saat melakukan aktifitas 
3. Bantu kebutuhan aktifitas pasien jika diperlukan 
4. Anjurkan kepada pasien untuk menghentikan aktifitas jika terjadi palpitasi 
5. Gunakan tehnik penghematan energi misalnya mandi dengan duduk. 
DIAGNOSA 3. 
1. Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai 
2. Observasi dan catat masukan makanan pasien 
3. Timbang berat badan tiap hari 
4. Berikan makanan sedikit dan frekuensi yang sering
5. Observasi mual, muntah , flatus dan gejala lain yang berhubungan 
6. Bantu dan berikan hygiene mulut yang baik 
11 
Kolaborasi : 
1. Konsul pada ahli gizi 
2. Berikan obat sesuai dengan indikasi misalnya: vitamin dan mineral suplemen. 
3. Berikan suplemen nutrisi 
DIAGNOSA 4 
1. Observasi warna feses, konsistensi, frekuensi dan jumlah. 
2. Kaji bunyi usus 
3. Beri cairan 2500-3000 ml/hari dalam toleransi jantung 
4. Hindari makan yang berbentuk gas 
5. Kaji kondisi kulit perianal 
Kolaborasi : 
1. Konsul ahli gizi untuk pemberian diit seimbang 
2. Beri laksatif 
3. Beri obat anti diare 
BAB III 
ASUHAN KEPERAWATAN 
1. PENGKAJIAN
12 
A. DATA DEMOGRAFI 
A. Biodata 
o Nama ( nama lengkap, nama panggilan ) : Nn. F 
o Umur : 20 tahun 
o Jenis kelamin : Perempuan 
o Alamat ( lengkap dengan no.telp ) : Wakatobi 
o Suku / bangsa : Buton/Indonesia 
o Agama / keyakinan : Islam 
o Pekerjaan / sumber penghasilan : Mahasiswi 
o Penanggung : Jamkesmas 
o Tanggal masuk : 20 september 2010 
o Sumber informasi : Orang Tua 
i. STATUS KESEHATAN SAAT INI 
1. Keluhan utama : klien mengeluh lemas, 
2. Riwayat keluhan Utama : 
Awalnya klien mengatakan bahwa dia tidak suka makan sayur dan minum susu 
sejak 2 bulan yang lalu. 
3. Faktor pencetus : tidak diketahui 
4. Lamanya keluhan : 2 bulan 
5. Timbulnya keluhan : ( √ ) bertahap ( ) mendadak 
6. Diagnosa medik : anemia hemolitik 
ii. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU 
1. Penyakit yang pernah dialami
13 
a. Kanak-kanak : tidak pernah 
b. Kecelakaan : tidak pernah 
c. Pernah dirawat : tidak pernah 
2. Alergi : alergi terhadap udang dan kepiting 
3. Obat-obatan : 
Pengobatan Sekarang 
Pemberian preparat besi (ferosulfat/ferofumarat/feroglukonat) dosis 4-6 mg besi 
elemental/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis, diberikan di antara waktu makan. 
4. Pola nutrisi 
Sebelum sakit 
a) Berat badan : 45 Kg 
b) Tinggi badan : 160 cm 
c) Makanan yang disukai : makanan yang lunak (bubur) 
d) Makanan oyang tidak disukai : udang dan kepiting 
e) Makanan pantangan : udang dan kepiting 
f) Nafsu makan : baik 
Perubahan Setelah Sakit : 
a) Jenis diet : buah-buahan 
b) Nafsu makan : tidak baik 
c) Rasa mual : ada 
d) Muntah : ada 
e) Perubahan berat : terjadi penurunan berat badan 
f) Berat badan saat dikaji : 42 kg
14 
Data lainnya : 
IMT : BB/TB2 
= 42/(1,60) 2 
= 42 / 2,56 
= 16,406 ( kurus) 
5. Pola eliminasi 
Sebelum sakit : 
a) Buang air besar 
Frekuensi : 1 x perhari 
Penggunaan pencahar : tidak ada 
Konsistensi : Lunak 
b) Buang air kecil 
Frekuensi : 3 – 4 x perhari 
Warna : Kuning Muda 
Bau : Amoniak 
Perubahan setelah sakit : 
a) BAB : 1 x perhari 
b) BAK : 3 x sehari 
6. Pola tidur dan Istirahat 
Sebelum sakit : 
a) Waktu tidur : malam, 20.00 – 07.00 
b) Lama tidur/hari : ± 11 jam sehari
c) Kesulitan dalam tdr : tidak ada 
15 
Perubahan setelah sakit : 
a) Waktu tidur (jam) : 19.00 – 01.30 siang : 14.00 – 16.00 
b) Lama tidur (hari) : ± 8 1/2 jam sehari 
c) Sering terbangun bila rasa kepala nyeri 
d) Posisi tidur klien supinasi miring kanan/kiri 
7. Pola aktifitas dan latihan 
Sebelum sakit : 
a) Kegiatan : mahasiswi (kuliah) 
b) Olah raga : tidak ada 
Perubahan setelah sakit : 
Klien tidak melakukan kegiatan outdoor karena dirawat ; bila ke kamar mandi 
ditemani keluarga karena khawatir jatuh. 
8. Pola pekerjaan 
Sebelum sakit : 
a) Jenis pekerjaan : mahasiswi 
b) Jumlah jam : ± 12 jam sehari 
c) Jadwal : pukul 08.00 – 12. 00 sore : 13.00 – 18.00 
TEST DIAGNOSTIK 
a. Feritin serum 
b. pemeriksaan laboratorium
16 
B. DIAGNOSA 
a. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai oksigen / nutrisi 
ke sel ditandai dengan palpitasi, kulit pucat, membrane mukosa kering, kuku dan 
rambut rapuh, ekstremitas dingin perubahan tekanan darah, pengisian kapiler 
lambat ketidakmampuan berkonsentrasi, disorientasi 
Tujuan : menunjukkan perfusi jaringan yang adekuat 
b. Intoleran aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen 
Ditandai dengan kelemahan dan kelelahan, mengeluh penurunan aktifitas /latihan 
lebih banyak memerlukan istirahat /tidur, Palpitasi,takikardi, peningkatan tekanan 
darah. 
Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas. 
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kegagalan untuk 
mencerna, absorbsi makanan ditandai dengan: Penurunan berat badan normal, 
penurunan turgor kulit, perubahan mukosa mulut. nafsu makan menurun, mual 
kehilangan tonus otot 
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi yang dikuti dengan peningkatan berat badan. 
d. Gangguan eliminasi fekal: diare berhubungan dengan penurunan jumlah makanan, 
perubahan proses pencernaan , efek samping penggunaan obat ditandai dengan : 
Adanya perubahan pada frekuensi, karakteristik, dan jumlah feses mual, muntah, 
penurunan nafsu makan, nyeri abdomen, ganguan peristaltik 
Tujuan: pola eliminasi normal sesuai dengan fungsinya
17 
DAFTAR PUSTAKA 
Manjoer, Arief. 2001. Kapita Selekta Kedokteran FK UI : Media Aeskulatius 
Haznan. 1987. Compadium Diagnostic dan Terapi Ilmu Penyakit Dalam Bandung : Ganesa. 
Brunner & Suddarth. 1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Jakarta : EGC. 
Doenges, Marilynn, dkk. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman Untuk 
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Jakarta : EGC. 
Long, Barbara C.1996 Perawatan Medikal Bedah ( Suatu Pendekatan Proses Keperawatan ) 
Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran Bandung.

More Related Content

What's hot

Aspek Mikrobiologi dari Infeksi dan Sepsis
Aspek Mikrobiologi dari Infeksi dan SepsisAspek Mikrobiologi dari Infeksi dan Sepsis
Aspek Mikrobiologi dari Infeksi dan SepsisSoroy Lardo
 
150095252 makalah-imser-imunodefisiensi-komplemen
150095252 makalah-imser-imunodefisiensi-komplemen150095252 makalah-imser-imunodefisiensi-komplemen
150095252 makalah-imser-imunodefisiensi-komplemenOperator Warnet Vast Raha
 
Toleransi Imunologik dan Autoimnitas
Toleransi Imunologik dan AutoimnitasToleransi Imunologik dan Autoimnitas
Toleransi Imunologik dan AutoimnitasAbdul Hakim
 
Lecture Notes 1 : Overview of Immunology
Lecture Notes 1 :  Overview of ImmunologyLecture Notes 1 :  Overview of Immunology
Lecture Notes 1 : Overview of ImmunologyCatatan Medis
 
Hipersensitivitas
HipersensitivitasHipersensitivitas
Hipersensitivitasimam abidin
 
150095252 makalah-imser-imunodefisiensi-komplemen
150095252 makalah-imser-imunodefisiensi-komplemen150095252 makalah-imser-imunodefisiensi-komplemen
150095252 makalah-imser-imunodefisiensi-komplemenOperator Warnet Vast Raha
 
Definisi , etiologi dan kriteria autoimun
Definisi , etiologi dan kriteria autoimun Definisi , etiologi dan kriteria autoimun
Definisi , etiologi dan kriteria autoimun 1313010043
 
Reaksi hipersensitivitas
Reaksi hipersensitivitasReaksi hipersensitivitas
Reaksi hipersensitivitasfikri asyura
 
Sle dan stefen jhonson sindrome
Sle dan stefen jhonson sindromeSle dan stefen jhonson sindrome
Sle dan stefen jhonson sindromewhiely_joenior
 

What's hot (18)

Makalah hipersensitivitas
Makalah hipersensitivitasMakalah hipersensitivitas
Makalah hipersensitivitas
 
Aspek imunologi sle
Aspek imunologi sleAspek imunologi sle
Aspek imunologi sle
 
Aspek Mikrobiologi dari Infeksi dan Sepsis
Aspek Mikrobiologi dari Infeksi dan SepsisAspek Mikrobiologi dari Infeksi dan Sepsis
Aspek Mikrobiologi dari Infeksi dan Sepsis
 
150095252 makalah-imser-imunodefisiensi-komplemen
150095252 makalah-imser-imunodefisiensi-komplemen150095252 makalah-imser-imunodefisiensi-komplemen
150095252 makalah-imser-imunodefisiensi-komplemen
 
Toleransi Imunologik dan Autoimnitas
Toleransi Imunologik dan AutoimnitasToleransi Imunologik dan Autoimnitas
Toleransi Imunologik dan Autoimnitas
 
Makalah imunologi autoimun
Makalah imunologi autoimun Makalah imunologi autoimun
Makalah imunologi autoimun
 
Autoimunitas
AutoimunitasAutoimunitas
Autoimunitas
 
Soal hipersensitivitas aulia
Soal hipersensitivitas auliaSoal hipersensitivitas aulia
Soal hipersensitivitas aulia
 
Lecture Notes 1 : Overview of Immunology
Lecture Notes 1 :  Overview of ImmunologyLecture Notes 1 :  Overview of Immunology
Lecture Notes 1 : Overview of Immunology
 
Hipersensitivitas
HipersensitivitasHipersensitivitas
Hipersensitivitas
 
Autoimun dan Hipersensitivitas
Autoimun dan HipersensitivitasAutoimun dan Hipersensitivitas
Autoimun dan Hipersensitivitas
 
150095252 makalah-imser-imunodefisiensi-komplemen
150095252 makalah-imser-imunodefisiensi-komplemen150095252 makalah-imser-imunodefisiensi-komplemen
150095252 makalah-imser-imunodefisiensi-komplemen
 
Definisi , etiologi dan kriteria autoimun
Definisi , etiologi dan kriteria autoimun Definisi , etiologi dan kriteria autoimun
Definisi , etiologi dan kriteria autoimun
 
Reaksi hipersensitivitas
Reaksi hipersensitivitasReaksi hipersensitivitas
Reaksi hipersensitivitas
 
Makalah imunoglobin fitri yanti
Makalah imunoglobin fitri yantiMakalah imunoglobin fitri yanti
Makalah imunoglobin fitri yanti
 
Struktur dan fungsi imunoglobulin
Struktur dan fungsi imunoglobulinStruktur dan fungsi imunoglobulin
Struktur dan fungsi imunoglobulin
 
Makalah macam macam imunoglobulin
Makalah macam macam imunoglobulinMakalah macam macam imunoglobulin
Makalah macam macam imunoglobulin
 
Sle dan stefen jhonson sindrome
Sle dan stefen jhonson sindromeSle dan stefen jhonson sindrome
Sle dan stefen jhonson sindrome
 

Viewers also liked

Makalah hubungan ilmu ekonomi dengan kemakmuran suatu negara
Makalah hubungan ilmu ekonomi dengan kemakmuran suatu negaraMakalah hubungan ilmu ekonomi dengan kemakmuran suatu negara
Makalah hubungan ilmu ekonomi dengan kemakmuran suatu negaraSeptian Muna Barakati
 
Makalah hubungan asfiksia dengan post matur
Makalah hubungan asfiksia dengan  post maturMakalah hubungan asfiksia dengan  post matur
Makalah hubungan asfiksia dengan post maturSeptian Muna Barakati
 
Makalah gelombang elektronik dalam bidang kesehatan 2
Makalah gelombang elektronik dalam bidang kesehatan 2Makalah gelombang elektronik dalam bidang kesehatan 2
Makalah gelombang elektronik dalam bidang kesehatan 2Septian Muna Barakati
 
Makalah hubungan asfiksia dengan tbc
Makalah hubungan asfiksia dengan  tbcMakalah hubungan asfiksia dengan  tbc
Makalah hubungan asfiksia dengan tbcSeptian Muna Barakati
 
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuMakalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuSeptian Muna Barakati
 

Viewers also liked (20)

Makalah hubungan ilmu ekonomi dengan kemakmuran suatu negara
Makalah hubungan ilmu ekonomi dengan kemakmuran suatu negaraMakalah hubungan ilmu ekonomi dengan kemakmuran suatu negara
Makalah hubungan ilmu ekonomi dengan kemakmuran suatu negara
 
Makalah global warning
Makalah global warningMakalah global warning
Makalah global warning
 
Makalah imunoglobin 2
Makalah imunoglobin 2Makalah imunoglobin 2
Makalah imunoglobin 2
 
Makalah hubungan asfiksia dengan post matur
Makalah hubungan asfiksia dengan  post maturMakalah hubungan asfiksia dengan  post matur
Makalah hubungan asfiksia dengan post matur
 
Makalah ilmu politik pa kamburi
Makalah ilmu politik pa kamburiMakalah ilmu politik pa kamburi
Makalah ilmu politik pa kamburi
 
Makalah ham
Makalah hamMakalah ham
Makalah ham
 
Makalah hpp akpe raha
Makalah hpp akpe rahaMakalah hpp akpe raha
Makalah hpp akpe raha
 
Makalah gelombang elektronik dalam bidang kesehatan 2
Makalah gelombang elektronik dalam bidang kesehatan 2Makalah gelombang elektronik dalam bidang kesehatan 2
Makalah gelombang elektronik dalam bidang kesehatan 2
 
Makalah huruf kapital
Makalah huruf kapitalMakalah huruf kapital
Makalah huruf kapital
 
Makalah hubungan asfiksia dengan tbc
Makalah hubungan asfiksia dengan  tbcMakalah hubungan asfiksia dengan  tbc
Makalah hubungan asfiksia dengan tbc
 
Makalah gastroenterohepatologi
Makalah gastroenterohepatologiMakalah gastroenterohepatologi
Makalah gastroenterohepatologi
 
Makalah gagal jantung
Makalah gagal jantungMakalah gagal jantung
Makalah gagal jantung
 
Makalah profesi keguruan 6
Makalah profesi keguruan 6Makalah profesi keguruan 6
Makalah profesi keguruan 6
 
Makalah immunoglobulin
Makalah immunoglobulinMakalah immunoglobulin
Makalah immunoglobulin
 
Makalah haid dalam pandangan islam
Makalah haid dalam pandangan islamMakalah haid dalam pandangan islam
Makalah haid dalam pandangan islam
 
Makalah ilmu logika
Makalah ilmu logikaMakalah ilmu logika
Makalah ilmu logika
 
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuMakalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
 
Makalah gastritis
Makalah gastritisMakalah gastritis
Makalah gastritis
 
Makalah profesi keguruan 4
Makalah profesi keguruan 4Makalah profesi keguruan 4
Makalah profesi keguruan 4
 
Rediger sur internet
Rediger sur internetRediger sur internet
Rediger sur internet
 

Similar to Makalah hipersensitivitas

Makalah hipersensitivitas
Makalah hipersensitivitasMakalah hipersensitivitas
Makalah hipersensitivitasWarnet Raha
 
PRESENTASI PENYAKIT SISTEM IMUN 1 FEB 2017.pptx
PRESENTASI PENYAKIT SISTEM IMUN 1 FEB 2017.pptxPRESENTASI PENYAKIT SISTEM IMUN 1 FEB 2017.pptx
PRESENTASI PENYAKIT SISTEM IMUN 1 FEB 2017.pptxLelyAmedia
 
Tanya Jawab Tugas Proyek Fisiologi Hewan
Tanya Jawab Tugas Proyek Fisiologi HewanTanya Jawab Tugas Proyek Fisiologi Hewan
Tanya Jawab Tugas Proyek Fisiologi Hewandewisetiyana52
 
Patologi uas akper imunologi
Patologi uas akper imunologiPatologi uas akper imunologi
Patologi uas akper imunologiwidipta
 
Imunologi; hipersensitifitas
Imunologi; hipersensitifitasImunologi; hipersensitifitas
Imunologi; hipersensitifitasLisa Andina
 
Sistem Imun dan Ginjal
Sistem Imun dan GinjalSistem Imun dan Ginjal
Sistem Imun dan GinjalMonika Yolanda
 
Askep anak glomerulonefritis akut (gna)
Askep anak glomerulonefritis akut (gna)Askep anak glomerulonefritis akut (gna)
Askep anak glomerulonefritis akut (gna)Omay Khan
 
Reaksi hipersensitivitas ppt update terkini
Reaksi hipersensitivitas ppt update terkiniReaksi hipersensitivitas ppt update terkini
Reaksi hipersensitivitas ppt update terkiniEghaSatriwi
 
DBD, leptospirosis, chikungunya, zika, filariasis, trypanosomiasis, Lyme dise...
DBD, leptospirosis, chikungunya, zika, filariasis, trypanosomiasis, Lyme dise...DBD, leptospirosis, chikungunya, zika, filariasis, trypanosomiasis, Lyme dise...
DBD, leptospirosis, chikungunya, zika, filariasis, trypanosomiasis, Lyme dise...dodyprasetia2
 
DBD, leptospirosis, chikungunya, zika, filariasis, trypanosomiasis, Lyme dise...
DBD, leptospirosis, chikungunya, zika, filariasis, trypanosomiasis, Lyme dise...DBD, leptospirosis, chikungunya, zika, filariasis, trypanosomiasis, Lyme dise...
DBD, leptospirosis, chikungunya, zika, filariasis, trypanosomiasis, Lyme dise...dodyprasetia2
 
DBD, leptospirosis, chikungunya, zika, filariasis, trypanosomiasis, Lyme dise...
DBD, leptospirosis, chikungunya, zika, filariasis, trypanosomiasis, Lyme dise...DBD, leptospirosis, chikungunya, zika, filariasis, trypanosomiasis, Lyme dise...
DBD, leptospirosis, chikungunya, zika, filariasis, trypanosomiasis, Lyme dise...dodyprasetia2
 
Kul 3. imunohematologi
Kul 3. imunohematologiKul 3. imunohematologi
Kul 3. imunohematologigusti rara
 
Reaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasit
Reaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasitReaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasit
Reaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasitSurya Seftiawan Pratama
 

Similar to Makalah hipersensitivitas (20)

Makalah hipersensitivitas (2)
Makalah hipersensitivitas (2)Makalah hipersensitivitas (2)
Makalah hipersensitivitas (2)
 
Makalah hipersensitivitas
Makalah hipersensitivitasMakalah hipersensitivitas
Makalah hipersensitivitas
 
Makalah hipersensitivitas
Makalah hipersensitivitasMakalah hipersensitivitas
Makalah hipersensitivitas
 
PRESENTASI PENYAKIT SISTEM IMUN 1 FEB 2017.pptx
PRESENTASI PENYAKIT SISTEM IMUN 1 FEB 2017.pptxPRESENTASI PENYAKIT SISTEM IMUN 1 FEB 2017.pptx
PRESENTASI PENYAKIT SISTEM IMUN 1 FEB 2017.pptx
 
Tanya Jawab Tugas Proyek Fisiologi Hewan
Tanya Jawab Tugas Proyek Fisiologi HewanTanya Jawab Tugas Proyek Fisiologi Hewan
Tanya Jawab Tugas Proyek Fisiologi Hewan
 
Hiperseneitivitas tpe iii
Hiperseneitivitas tpe iiiHiperseneitivitas tpe iii
Hiperseneitivitas tpe iii
 
Patologi uas akper imunologi
Patologi uas akper imunologiPatologi uas akper imunologi
Patologi uas akper imunologi
 
Imunologi; hipersensitifitas
Imunologi; hipersensitifitasImunologi; hipersensitifitas
Imunologi; hipersensitifitas
 
Ag dan ab
Ag dan abAg dan ab
Ag dan ab
 
Sistem Imun dan Ginjal
Sistem Imun dan GinjalSistem Imun dan Ginjal
Sistem Imun dan Ginjal
 
Askep anak glomerulonefritis akut (gna)
Askep anak glomerulonefritis akut (gna)Askep anak glomerulonefritis akut (gna)
Askep anak glomerulonefritis akut (gna)
 
Reaksi hipersensitivitas ppt update terkini
Reaksi hipersensitivitas ppt update terkiniReaksi hipersensitivitas ppt update terkini
Reaksi hipersensitivitas ppt update terkini
 
askep_hipersensitivitas.docx
askep_hipersensitivitas.docxaskep_hipersensitivitas.docx
askep_hipersensitivitas.docx
 
Imunologi kel 16.pptx
Imunologi kel 16.pptxImunologi kel 16.pptx
Imunologi kel 16.pptx
 
DBD, leptospirosis, chikungunya, zika, filariasis, trypanosomiasis, Lyme dise...
DBD, leptospirosis, chikungunya, zika, filariasis, trypanosomiasis, Lyme dise...DBD, leptospirosis, chikungunya, zika, filariasis, trypanosomiasis, Lyme dise...
DBD, leptospirosis, chikungunya, zika, filariasis, trypanosomiasis, Lyme dise...
 
DBD, leptospirosis, chikungunya, zika, filariasis, trypanosomiasis, Lyme dise...
DBD, leptospirosis, chikungunya, zika, filariasis, trypanosomiasis, Lyme dise...DBD, leptospirosis, chikungunya, zika, filariasis, trypanosomiasis, Lyme dise...
DBD, leptospirosis, chikungunya, zika, filariasis, trypanosomiasis, Lyme dise...
 
DBD, leptospirosis, chikungunya, zika, filariasis, trypanosomiasis, Lyme dise...
DBD, leptospirosis, chikungunya, zika, filariasis, trypanosomiasis, Lyme dise...DBD, leptospirosis, chikungunya, zika, filariasis, trypanosomiasis, Lyme dise...
DBD, leptospirosis, chikungunya, zika, filariasis, trypanosomiasis, Lyme dise...
 
IMUNOGLOBULIN.pptx
IMUNOGLOBULIN.pptxIMUNOGLOBULIN.pptx
IMUNOGLOBULIN.pptx
 
Kul 3. imunohematologi
Kul 3. imunohematologiKul 3. imunohematologi
Kul 3. imunohematologi
 
Reaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasit
Reaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasitReaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasit
Reaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasit
 

More from Septian Muna Barakati (20)

Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
 
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
 
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
 
Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA
 
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
 
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
 
Dokomen polisi
Dokomen polisiDokomen polisi
Dokomen polisi
 
Dokumen perusahaan
Dokumen perusahaanDokumen perusahaan
Dokumen perusahaan
 
Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3
 
Dosa besar
Dosa besarDosa besar
Dosa besar
 
Ekosistem padang lamun
Ekosistem padang lamunEkosistem padang lamun
Ekosistem padang lamun
 
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi pendudukFaktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
 
E
EE
E
 
Faktor
FaktorFaktor
Faktor
 
Fho...................
Fho...................Fho...................
Fho...................
 
555555555555555 (2)
555555555555555 (2)555555555555555 (2)
555555555555555 (2)
 
99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya
 
10 impact of global warming
10 impact of global warming10 impact of global warming
10 impact of global warming
 
10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global
 
5 w 1h penyakit hiv
5 w 1h  penyakit hiv5 w 1h  penyakit hiv
5 w 1h penyakit hiv
 

Recently uploaded

PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 

Recently uploaded (20)

PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 

Makalah hipersensitivitas

  • 1. BAB I KONSEP MEDIS 1 A. Definisi Reaksi hipersensitivitas tipe 2 merupakan sitotoksik yang bergantung pada antibodi. Koombinasi antigen yang terdapat pada permukaan sel dengan antibodi akan mengakibatkan kerusakan sel, baik sebagai akibat adheren opsonik fagosit melalui Fc atau adheren imun melalui ikatan C3. Pada makanisme sitotoksik, sel sasaran yang dibungkus oleh antibodi IgG konserntrasi rendah dapat dibunuh secara nonspesifik melalui mekanisme non fagosit ekstra seluler yang melibatkan sel limforetikular yang tak sensitasi. Reaksi hipersensitivitas tipe II atau Sitotoksis terjadi karena dibentuknya antibodi jenis IgG atau IgM terhadap antigen yang merupakan bagian sel pejamu. Reaksi ini dimulai dengan antibodi yang bereaksi baik dengan komponen antigenik sel, elemen jaringan atau antigen atau hapten yang sudah ada atau tergabung dengan elemen jaringan tersebut. Kemudian kerusakan diakibatkan adanya aktivasi komplemen atau sel mononuklear. Reaksi hipersensitivitas tipe 2 dapat melalui 2 jalur ; 1. Melalui jalur ADCC (Antibody Dependent Cell Cytotoxicity) Reaksi sitotoksis ekstraseluler oleh sel K (Killer cell) yang mempunyai reseptor untuk Fc. Adanya Antigen yang merupakan bagian sel pejamu,menyebabkan
  • 2. dibentuknya Antbodi Ig G / Ig M sehingga mengaktifkan sel K yang memiliki 2 reseptor Fc sebagai efektor ADCC. 2. Melalui aktivitas sistem komplemen Reaksi yang timbul akibat reaksi hipersensitivitas tipe 2 yaitu; a. Reaksi Transfusi Menurut system ABO, sel darah manusia dibagi menjadi 4 golongan yaitu A, B, AB dan O. Selanjutnya diketahui bahwa golongan A mengandung antibodi (anti B berupa Ig M) yang mengaglutinasikan eritrosit golongan B, darah golongan B mengandung antibodi (anti A berupa Ig M) yang mengaglutinasikan eritrosit golongan A, golongan darh AB tidak mengandung antibodi terhadap antigen tersebut dan golongan darh O mengandung antibodi (Ig M dan Ig G) yang dapat mengaglutinasikan eritrosit golongan A dan B. Antibodi tersebut disebut isohemaglutinin. Aglutinin tersebut timbul secara alamiah tanpa sensitasi atau imunisasi. Bentuk yang paling sederhana dari reaksi sitotoksik terlihat pada ketidakcocokan transfusi darah golongan ABO. Ada 3 jenis reaksi transfusi yaitu reaksi hemolitik yang paling berat, reaksi panas, dan reaksi alergi seperti urtikaria, syok, dan asma. Kerusakan ginjal dapat pula terjadi akibat membrane sel yang menimbun dan efek toksik dan kompleks haem yang lepas.
  • 3. 3 b. Reaksi Antigen Rhesus Ada sejenis reaksi transfusi yaitu reaksi inkompabilitas Rh yang terlihat pada bayi baru lahir dari orang tuanya denga Rh yang inkompatibel (ayah Rh+ dan ibu Rh-). Jika anak yang dikandung oleh ibu Rh- menpunyai darah Rh+ maka anak akan melepas sebagian eritrositnya ke dalam sirkulasi ibu waktu partus. Hanya ibu yang sudah disensitasi yang akan membentuk anti Rh (IgG) dan hal ini akan membahayakan anak yang dikandung kemudian. Hal ini karena IgG dapat melewati plasenta. IgG yang diikat antigen Rh pada permukaan eritrosit fetus biasanya belum menimbulkan aglutinasi atau lisis. Tetapi sel yang ditutupi Ig tersebut mudah dirusak akibat interaksi dengan reseptor Fc pada fagosit. Akhirnya terjadi kerusakan sel darah merah fetus dan bayi lahir kuning, Transfusi untuk mengganti darah sering diperlukan dalam usaha menyelamatkan bayi. c. Anemia Hemolitik autoimun Akibat suatu infeksi dan sebab yang belum diketahui, beberapa orang membentuk Ig terhadap sel darah merah sendiri. Melalui fagositosis via reseptor untuk Fc dan C3b, terjadi anemia yang progresif. Antibodi yang dibentuk berupa aglutinin panas atau dingin, tergantung dari suhu yang dibutuhkan untuk aglutinasi. d. Reaksi Obat
  • 4. Obat dapat bertindak sebagai hapten dan diikat pada permukaan eritrosit yang menimbulkan pembentukan Ig dan kerusakan sitotoksik. Sedormid dapat mengikat trombosit dan Ig yang dibentuk terhadapnya akan menghancurkan trombosit dan menimbulkan purpura. Chloramfenicol dapat mengikat sel darah putih, phenacetin dan chloropromazin mengikat sel darah 4 merah. e. Sindrom Goodpasture Pada sindrom ini dalam serum ditemukan antibodi yang bereaksi dengan membran basal glomerulus dan paru. Antibodi tersebut mengendap di ginjal dan paru yang menunjukkan endapan linier yang terlihat pada imunoflouresen. Ciri sindrom ini glomerulonefritis proliferatif yang difus dan peredaran paru. Perjalanannya sering fatal. Dalam penanggulangannya telah dicoba dengan pemberian steroid, imunosupresan, plasmaferisis, nefektomi yang disusul dengan transplantasi. Jadi, sindrom ini merupakan penyakit auroimun yang membentuk antibodi terhadap membrane basal. Sindrom ini sering ditemukan setelah mengalami infeksi streptococ. f. Myasthenia gravis
  • 5. Penyakit dengan kelemahan otot yang disebabkan gangguan transmisi neuromuskuler, sebagian disebabkan oleh autoantibodi terhadap reseptor 5 astilkoli. g. Pempigus Penyakit autoimun yang disertai antibodi tehadap desmosom diantara keratinosit yang menimbulkan pelepasan epidermis dan gelembung-gelembung. B. Etiologi Reaksi hipersensitivitas tipe II atau Sitotoksis terjadi karena dibentuknya antibodi jenis IgG atau IgM terhadap antigen yang merupakan bagian sel pejamu. C. Patofisiologi Antibodi (igG dan IgM) menyebabkan penyakit dengan berikatan pada target antigennya yang ada pada permukaan sel atau jaringan, misalnya pada penyakit anemia hemolitik. Terjadinya Reaksi Hipersensitivitas Tipe-II ini sangat erat kaitannya dengan adanya suatu proses penanggulangan munculnya sel klon baru. Adanya sel klon baru tersebut dapat ditemukan pada sel tumor, sel terinfeksi virus, sel yang terinduksi mutagen Selanjutnya sel-sel tersebut dikenal dengan sel target, yakni suatu sel karena adanya faktor lingkungan sel tersebut mengalami perubahan DNA (kecacatan-DNA). Oleh karena itu sel tersebut harus diperbaiki (DNA repair) atau dimusnahkan melalui sistem imunologik. Jika sel tersebut tidak dimusnahkan oleh sistem imun tubuh maka sel tersebut dapat berkembang menjadi klon baru yang selanjutnya dapat menimbulkan
  • 6. gangguan penyakit. Contohnya; Reaksi transfusi, AHA, Reaksi obat, Sindrom Good posture, miastenia gravis, pemvigus. Mekanisme reaksinya ada 3 macam yaitu` : a. Fagositosis sel melalui proses apsonik adherence atau immune adherence b. Reaksi sitotoksis ekstraseluler oleh sel K (Killer cell) yang mempunyai reseptor untuk Fc. Adanya Antigen yang merupakan bagian sel pejamu,menyebabkan dibentuknya Antbodi Ig G / Ig M sehingga mengaktifkan sel K yang memiliki 6 reseptor Fc sebagai efektor ADCC. c. Lisis sel karena bekerjanya seluruh sistem komplemen. Ikatan Ag-Ab mengaktifkan komplemen sehingga menyebabkan lisis. (Mekanisme: Ag → masuk tubuh → menempel pada sel tertentu → merangsang terbentuknya Ig G atau Ig M → mengaktifkan komplemen → menimbulkan lisis)
  • 7. 7 D. Manifestasi Manifestasi klinis reaksi alergi tipe 2 umumnya berupa kelainan darah, seperti anemia hemolitik, trombositopenia, eusinofilia, dan granulasitopenia. BAB II KONSEP KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN 1. Aktifitas / Istirahat Keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktifitas, penurunan semangat untuk bekerja Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk istirahat dan tidur lebih banyak 2. Sirkulasi Riwayat kehilangan darah kronis, Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi.
  • 8. 8 3. Integritas ego Keyakinan agama atau budaya mempengaruhi pemilihan pengobatan, misalnya: penolakan tranfusi darah. 4. Eliminasi Riwayat pielonenepritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsobsi. Hematemesi, melana. Diare atau konstipasi 5. Makanan / cairan Nafsu makan menurun Mual/ muntah Berat badan menurun 6. Nyeri / kenyamanan Lokasi nyeri terutama di daerah abdomen dan kepala. 7. Pernapasan Napas pendek pada saat istirahat maupun aktifitas 8. Seksualitas Perubahan menstuasi misalnya menoragia, amenore Menurunnya fungsi seksual Impotent B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
  • 9. 1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai oksigen / nutrisi ke sel ditandai dengan palpitasi, kulit pucat, membrane mukosa kering, kuku dan rambut rapuh, ekstremitas dingin perubahan tekanan darah, pengisian kapiler lambat ketidakmampuan berkonsentrasi, disorientasi Tujuan : menunjukkan perfusi jaringan yang adekuat 2. Intoleran aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen Ditandai dengan kelemahan dan kelelahan, mengeluh penurunan aktifitas /latihan lebih banyak memerlukan istirahat /tidur, Palpitasi,takikardi, peningkatan tekanan 9 darah. Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas. 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna, absorbsi makanan ditandai dengan: Penurunan berat badan normal, penurunan turgor kulit, perubahan mukosa mulut. nafsu makan menurun, mual kehilangan tonus otot Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi yang dikuti dengan peningkatan berat badan. 4. Gangguan eliminasi fekal: diare berhubungan dengan penurunan jumlah makanan, perubahan proses pencernaan , efek samping penggunaan obat ditandai dengan : Adanya perubahan pada frekuensi, karakteristik, dan jumlah feses mual, muntah, penurunan nafsu makan, nyeri abdomen, ganguan peristaltik Tujuan: pola eliminasi normal sesuai dengan fungsinya C. INTERVENSI
  • 10. 10 DIAGNOSA 1 1. Kaji tanda-tanda vital, warna kulit, membrane mukosa, dasar kuku 2. Beri posisi semi fowler 3. Kaji nyeri dan adanya palpitasi 4. Pertahankan suhu lingkungan dan tubuh pasien 5. Hindari penggunaan penghangat atau air panas Kolaborasi: 1. Monitor pemeriksaan laboratorium misal Hb/Ht dan jumlah SDM 2. Berikan SDM darah lengkap /pocket 3. Berikan O2 tambahan sesuai dengan indikasi DIAGNOSA 2 1. Kaji kemampuan aktifitas pasien 2. Kaji tanda-tanda vital saat melakukan aktifitas 3. Bantu kebutuhan aktifitas pasien jika diperlukan 4. Anjurkan kepada pasien untuk menghentikan aktifitas jika terjadi palpitasi 5. Gunakan tehnik penghematan energi misalnya mandi dengan duduk. DIAGNOSA 3. 1. Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai 2. Observasi dan catat masukan makanan pasien 3. Timbang berat badan tiap hari 4. Berikan makanan sedikit dan frekuensi yang sering
  • 11. 5. Observasi mual, muntah , flatus dan gejala lain yang berhubungan 6. Bantu dan berikan hygiene mulut yang baik 11 Kolaborasi : 1. Konsul pada ahli gizi 2. Berikan obat sesuai dengan indikasi misalnya: vitamin dan mineral suplemen. 3. Berikan suplemen nutrisi DIAGNOSA 4 1. Observasi warna feses, konsistensi, frekuensi dan jumlah. 2. Kaji bunyi usus 3. Beri cairan 2500-3000 ml/hari dalam toleransi jantung 4. Hindari makan yang berbentuk gas 5. Kaji kondisi kulit perianal Kolaborasi : 1. Konsul ahli gizi untuk pemberian diit seimbang 2. Beri laksatif 3. Beri obat anti diare BAB III ASUHAN KEPERAWATAN 1. PENGKAJIAN
  • 12. 12 A. DATA DEMOGRAFI A. Biodata o Nama ( nama lengkap, nama panggilan ) : Nn. F o Umur : 20 tahun o Jenis kelamin : Perempuan o Alamat ( lengkap dengan no.telp ) : Wakatobi o Suku / bangsa : Buton/Indonesia o Agama / keyakinan : Islam o Pekerjaan / sumber penghasilan : Mahasiswi o Penanggung : Jamkesmas o Tanggal masuk : 20 september 2010 o Sumber informasi : Orang Tua i. STATUS KESEHATAN SAAT INI 1. Keluhan utama : klien mengeluh lemas, 2. Riwayat keluhan Utama : Awalnya klien mengatakan bahwa dia tidak suka makan sayur dan minum susu sejak 2 bulan yang lalu. 3. Faktor pencetus : tidak diketahui 4. Lamanya keluhan : 2 bulan 5. Timbulnya keluhan : ( √ ) bertahap ( ) mendadak 6. Diagnosa medik : anemia hemolitik ii. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU 1. Penyakit yang pernah dialami
  • 13. 13 a. Kanak-kanak : tidak pernah b. Kecelakaan : tidak pernah c. Pernah dirawat : tidak pernah 2. Alergi : alergi terhadap udang dan kepiting 3. Obat-obatan : Pengobatan Sekarang Pemberian preparat besi (ferosulfat/ferofumarat/feroglukonat) dosis 4-6 mg besi elemental/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis, diberikan di antara waktu makan. 4. Pola nutrisi Sebelum sakit a) Berat badan : 45 Kg b) Tinggi badan : 160 cm c) Makanan yang disukai : makanan yang lunak (bubur) d) Makanan oyang tidak disukai : udang dan kepiting e) Makanan pantangan : udang dan kepiting f) Nafsu makan : baik Perubahan Setelah Sakit : a) Jenis diet : buah-buahan b) Nafsu makan : tidak baik c) Rasa mual : ada d) Muntah : ada e) Perubahan berat : terjadi penurunan berat badan f) Berat badan saat dikaji : 42 kg
  • 14. 14 Data lainnya : IMT : BB/TB2 = 42/(1,60) 2 = 42 / 2,56 = 16,406 ( kurus) 5. Pola eliminasi Sebelum sakit : a) Buang air besar Frekuensi : 1 x perhari Penggunaan pencahar : tidak ada Konsistensi : Lunak b) Buang air kecil Frekuensi : 3 – 4 x perhari Warna : Kuning Muda Bau : Amoniak Perubahan setelah sakit : a) BAB : 1 x perhari b) BAK : 3 x sehari 6. Pola tidur dan Istirahat Sebelum sakit : a) Waktu tidur : malam, 20.00 – 07.00 b) Lama tidur/hari : ± 11 jam sehari
  • 15. c) Kesulitan dalam tdr : tidak ada 15 Perubahan setelah sakit : a) Waktu tidur (jam) : 19.00 – 01.30 siang : 14.00 – 16.00 b) Lama tidur (hari) : ± 8 1/2 jam sehari c) Sering terbangun bila rasa kepala nyeri d) Posisi tidur klien supinasi miring kanan/kiri 7. Pola aktifitas dan latihan Sebelum sakit : a) Kegiatan : mahasiswi (kuliah) b) Olah raga : tidak ada Perubahan setelah sakit : Klien tidak melakukan kegiatan outdoor karena dirawat ; bila ke kamar mandi ditemani keluarga karena khawatir jatuh. 8. Pola pekerjaan Sebelum sakit : a) Jenis pekerjaan : mahasiswi b) Jumlah jam : ± 12 jam sehari c) Jadwal : pukul 08.00 – 12. 00 sore : 13.00 – 18.00 TEST DIAGNOSTIK a. Feritin serum b. pemeriksaan laboratorium
  • 16. 16 B. DIAGNOSA a. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai oksigen / nutrisi ke sel ditandai dengan palpitasi, kulit pucat, membrane mukosa kering, kuku dan rambut rapuh, ekstremitas dingin perubahan tekanan darah, pengisian kapiler lambat ketidakmampuan berkonsentrasi, disorientasi Tujuan : menunjukkan perfusi jaringan yang adekuat b. Intoleran aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen Ditandai dengan kelemahan dan kelelahan, mengeluh penurunan aktifitas /latihan lebih banyak memerlukan istirahat /tidur, Palpitasi,takikardi, peningkatan tekanan darah. Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas. c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna, absorbsi makanan ditandai dengan: Penurunan berat badan normal, penurunan turgor kulit, perubahan mukosa mulut. nafsu makan menurun, mual kehilangan tonus otot Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi yang dikuti dengan peningkatan berat badan. d. Gangguan eliminasi fekal: diare berhubungan dengan penurunan jumlah makanan, perubahan proses pencernaan , efek samping penggunaan obat ditandai dengan : Adanya perubahan pada frekuensi, karakteristik, dan jumlah feses mual, muntah, penurunan nafsu makan, nyeri abdomen, ganguan peristaltik Tujuan: pola eliminasi normal sesuai dengan fungsinya
  • 17. 17 DAFTAR PUSTAKA Manjoer, Arief. 2001. Kapita Selekta Kedokteran FK UI : Media Aeskulatius Haznan. 1987. Compadium Diagnostic dan Terapi Ilmu Penyakit Dalam Bandung : Ganesa. Brunner & Suddarth. 1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Jakarta : EGC. Doenges, Marilynn, dkk. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Jakarta : EGC. Long, Barbara C.1996 Perawatan Medikal Bedah ( Suatu Pendekatan Proses Keperawatan ) Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran Bandung.