Dokumen tersebut membahas tentang antigen, antibodi, dan sitokin dalam sistem kekebalan tubuh. Ia menjelaskan bahwa antigen adalah zat asing yang memicu produksi antibodi, antibodi bereaksi secara spesifik dengan antigen, dan sitokin adalah protein yang mengatur komunikasi antarsel untuk merespons infeksi.
1. IMUNOLOGY
ANTIGEN, ANTIBODI, DAN SITOKIN
Oleh :
Suryanata Kesuma, S.T., M.Si
199105242019021001
JURUSAN GIZI
PROGRAM STUDI DIV GIZI
POLTEKKES KEMENKES KALIMANTAN TIMUR
2019
3. 1
REAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI
Antigen dan Antibodi
Antigen adalah zat-zat asing yang pada umumnya merupakan
protein yang berkaitan dengan bakteri dan virus yang masuk ke dalam
tubuh. Beberapa berupa olisakarida atau polipeptida, yang tergolong
makromolekul dengan BM > 10.000. Antigen bertindak sebagai benda
asing atau nonself oleh seekor ternak dan akan merangsang timbulnya
antibodi.
Antibodi merupakan protein-protein yang terbentuk sebagai respon
terhadap antigen yang masuk ke tubuh, yang bereaksi secara spesifik
dengan antigen tersebut. Konfigurasi molekul antigen-antibodi
sedemikian rupa sehingga hanya antibodi yang timbul sebagai respon
terhadap suatu antigen tertentu saja yang ccocok dengan permukaan
antigen itu sekaligus bereaksi dengannya.
Sel-sel kunci dalam respon antigen-antibodi adalah sel limfosit.
Terdapat dua jenis limfosit yang berperan, yaitu limfosit B dan T.
Keduanya berasal dari sel tiang yang sama dalam sumsum tulang.
Pendewasaan limfosit B terjadi di Bursa Fabricius pada unggas,
sedangkan pada mamalia terjadi di hati fetus, tonsil, usus buntu dan
jaringan limfoid dalam dinding usus. Pendewasaan limfosit T terjadi di
organ timus.
Sistim kebal atau imun terdiri dari dua macam, yaitu sistim kebal
humoral dan seluler. Limfosit B bertanggung jawab terhadap sistim kebal
humoral. Apabila ada antigen masuk ke dalam tubuh, maka limfosit B
berubah menjadi sel plasma dan menghasilkan antibodi humoral.
Antibodi humoral yang terbentuk di lepas ke darahsebagai bagian dari
fraksi γ- globulin. Antibodi humoral ini memerangi bakteri dan virus di
dalam darah.
Sistem humoral merupakan sekelompok protein yang dikenal
sebagai imunoglobulin (Ig) atau antibodi (Ab). Limfosit T bertanggung
4. 2
jawab terhadap kekebalan seluler. Apabila ada antigen di dalam tubuh,
misalnya sel kanker atau jaringan asing, maka limfosit T akan berubah
menjadi limfoblast yang menghasilkan limphokin (semacam antibodi),
namun tidak dilepaskan ke dalam darah melainkan langsung bereaksi
dengan antigen di jaringan. Sistim kekebalan seluler disebut juga “respon
yang diperantarai sel”.
Apabila ada antigen masuk ke dalam tubuh ternak maka tubuh akan
terangsang dan memunculkan suatu respon awal yang disebut sebagai
respon imun primer. Respon ini memerlukan waktu lebih lama untuk
memperbanyak limfosit dan membentuk ingatan imunologik berupa sel-
sel limfosit yang lebih peka terhadap antigen. Kalau antigen yang sama
memasuki tubuh kembali maka respon yang muncul dari tubuh berupa
respon imun sekunder. Respon ini muncul lebih cepat, lebih kuat dan
berlangsung lebih lama daripada respon imun primer.
Interaksi antigen-antibodi dapat dikategorikan menjadi tingkat
primer, sekunder, dan tersier.
1. Primer
Interaksi tingkat primer adalah saat kejadian awal terikatnya antigen
dengan antibody pada situs identik yang kecil, bernama epitop.
2. Sekunder
Interaksi tingkat sekunder terdiri atas beberapa jenis interaksi, di
antaranya:
a. Netralisasi
Yaitu interaksi yang terjadi jika antibody secara fisik dapat
menghalangi sebagian antigen menimbulkan effect yang
merugikan. Contohnya adalah dengan mengikat toksin bakteri,
antibody mencegah zat kimia ini berinteraksi dengan sel yang
rentan.
b. Aglutinasi
Adalah jika sel-sel asing yang masuk, misalnya bakteri atau
transfuse darah yang tidak cocok berikatan bersama-sama
membentuk gumpalan.
5. 3
c. Presipitasi
Adalah jika complex antigen-antibodi yang terbentuk
berukuran terlalu besar, sehingga tidak dapat bertahan untuk terus
berada di larutan dan akhirnya mengendap.
d. Fagositosis
Adalah jika bagian ekor antibodi yang berikatan dengan
antigen mampu mengikat reseptor fagosit (sel penghancur)
sehingga memudahkan fagositosis korban yang mengandung
antigen tersebut.
e. Sitotoksis
Adalah saat pengikatan antibodi ke antigen juga menginduksi
serangan sel pembawa antigen oleh killer cell (sel K). Sel K serupa
dengan natural killer cell kecuali bahwa sel K mensyaratkan sel
sasaran dilapisi oleh antibody sebelum dapat dihancurkan melalui
proses lisis membran plasmanya.
3. Tersier
Interaksi tingkat tersier adalah munculnya tanda-tanda biologic
dari interaksi antigen-antibodi yang dapat berguna atau merusak bagi
penderitanya. Pengaruh menguntungkan antara lain: aglutinasi
bakteri, lisis bakteri, immnunitas mikroba, dan lain-lain. Sedangkan
pengaruh merusak antara lain: edema, reaksi sitolitik berat, dan
defisiensi yang menyebabkan kerentanan terhadap infeksi.
Tahap pertama dari respon antibodi dimulai dari fagositosis antigen
oleh makrofag atau sel lain dalam sistem retikuloendotelial yang meliputi
sel-sel Langerhans di kulit, sel dendritik pada spleen dan lymph node,
serta monosit dalam darah. Sel-sel tersebut berdasarkan fungsi
imunologisnya digolongkan sebagai antigen-presenting cells (APC).
Penghasilan antibodi terhadap kebanyakan antigen memerlukan
interaksi dan pengaktifan kedua-dua sel B dan T. Antibodi memiliki
kemampuan spesifik untuk mengikat determinat site dari antigen atau
yang disebut dengan determinan antigenik. Berikut merupakan
6. 4
gambaran ikatan antara dua molekul antigen dengan dengan situs
pengikatan antigen di daerah-daerah variabel pad anti bodi
Sel-sel ini mungkin menghasilkan gerak balas terhadap epitop
berbeza pada antigen yang sama, tetapi epitop-epitop tersebut mesti
tergabung (physically-linked). Kompleks antigen yang tergabung ke
reseptor sel B (terdiri dari imunoglobulin permukaan, sIg) akan
didegradasi dalam sel yang mengandungi molekul MHC II. Kompleks
peptid-MHC ini akan diekspres pada permukaan sel, di mana ia akan
berinteraksi dengan sel T yang mempunyai reseptor sesuai. Hasil dari
pergabungan antigen serta sitokin-sitokin yang dihasilkan oleh sel T, sel
B diaktifkan dan menjalani proses proliferasi menjadi sel penghasil
antibodi (sel plasma).
Antigen memiliki 2 bagian yang harus kamu ketahui. Kedua bagian
tersebut adalah epitop dan hapten.
1. Determinan antigen (epitop)
Epitop merupakan bagian antigen yang dapat membangkitkan
respons imunitas, atau dengan kata lain, dapat menginduksi
pembentukan antibodi. Satu antigen tersusun dari 2 atau lebih molekul
epitop.
2. Hapten
Hapten adalah molekul kecil yang hanya bisa menginduksi
produksi antibodi jika bergabung dengan carrier yang bermolekul
besar. Oleh karena itu, hapten memiliki sifat imunogenik. Hapten
dapat berupa obat, antibiotik, dan kosmetik.
Antibodi atau imunoglobulin adalah protein larut yang dihasilkan
oleh sistem imunitas sebagai respons terhadap keberadaan suatu
antigen dan akan bereaksi dengan antigen tersebut. Ada lima kelas
imunoglobulin yang harus kamu ketahui nih. Yuk, belajar bersama-sama!
IgG berjumlah paling banyak (80%) dan akan lebih besar pada
kontak ke 2, 3, dan seterusnya. IgG dapat menembus plasenta dan
memberikan imunitas pada bayi. Selain itu, IgG juga merupakan
7. 5
pelindung terhadap mikroorganisme dan toksin, dapat mengaktivasi
komplemen.
Berjumlah 15%, IgA dapat ditemukan pada zat sekresi seperti
keringat, ludah, air mata, ASI, dan sekresi usus. IgA berfungsi untuk
melawan mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh.
IgM adalah antibodi yang pertama kali tiba di lokasi infeksi,
menetap di pembuluh darah dan tidak masuk ke jaringan. IgM berumur
pendek dan berfungsi untuk mengaktivitasi komplemen dan
memperbanyak fagositosis.
IgD memiliki fungsi memicu respons imunitas dan banyak
ditemukan di limfosit B. Meskipun demikian, IgD berjumlah sedikit pada
limpa dan serum darah.
Antibodi ini terikat pada reseptor sel mast dan basofil. IgE
menyebabkan pelepasan histamin dan mediator kimia lainnya. Selain itu,
IgE banyak ditemukan dalam darah dengan konsentrasi rendah dan
kadarnya meningkat ketika bereaksi terhadap alergi.
8. 6
SITOKIN
Sitokin adalah kategori luas dari protein kecil (~ 5-20 kDa) yang
penting dalam pensinyalan sel. Pelepasan sitokin memengaruhi perilaku sel
di sekitar mereka. Sitokin dapat terlibat dalam pensinyalan autokrin,
pensinyalan parakrin, dan pensinyalan endokrin sebagai agen
imunomodulasi. Perbedaan lebih jelas antara sitokin dari hormon masih
terus diteliti lebih lanjut. Istilah sitokin bisa mencakup kemokin, interferon,
interleukin, limfokin, dan faktor nekrosis tumor, tetapi umumnya bukan
hormon atau faktor pertumbuhan (meskipun beberapa tumpang tindih
dalam terminologi). Sitokin diproduksi oleh berbagai sel, termasuk sel imun
seperti makrofag, limfosit B, limfosit T, dan sel mast, serta sel endotel,
fibroblast, dan berbagai sel stroma.
Sitokin beraksi melalui pengikatan dengan reseptornya, dan sangat
penting dalam sistem imun; sitokin memodulasi keseimbangan antara
respon imun humoral dan respons imun selular, dan sitokin mengatur
pematangan, pertumbuhan, dan responsivitas populasi sel tertentu.
Beberapa sitokin meningkatkan atau menghambat aksi sitokin lain dengan
cara yang kompleks.
Sitokin berbeda dari hormon, yang juga merupakan molekul
pensinyalan sel yang penting, bedanya hormon bersirkulasi dalam
konsentrasi yang lebih tinggi dan cenderung dibuat oleh jenis sel tertentu.
Sitokin telah diklasifikasikan sebagai limfokin, interleukin, dan
kemokin, berdasarkan fungsi yang diduga, sel sekresi, atau target aksi.
Namun klasifikasi pembedaan seperti itu sudah usang karena sitokin
dicirikan oleh redundansi dan pleiotropisme yang cukup besar, yang
membuat pembedaan seperti itu memungkinkan banyak pengecualian.
a. Istilah interleukin pada awalnya digunakan oleh para peneliti untuk
sitokin-sitokin yang diduga target utamanya adalah leukosit. Sekarang ini
istilah interleukin digunakan sebagian besar untuk molekul sitokin yang
9. 7
lebih baru dan tidak banyak berhubungan dengan fungsi yang diduga.
Sebagian besar diproduksi oleh sel T pembantu.
b. Limfokin: diproduksi oleh limfosit
c. Monokin: diproduksi secara eksklusif oleh monosit
d. Interferon: terlibat dalam tanggapan antivirus
e. Faktor stimulasi koloni: mendukung pertumbuhan sel dalam media
semipadat
f. Kemokin: memediasi kemoatraktan kemotaksis) antar sel.
Sitokin sering terlibat dalam beberapa proses perkembangan selama
embriogenesis. Sitokin sangat penting untuk melawan infeksi dan respons
imun lainnya. Namun, sitokin dapat menjadi tidak terarah dan menimbulkan
penyakit pada peradangan, trauma, dan sepsis.
Efek merugikan sitokin telah dikaitkan dengan banyak kondisi dan
kondisi penyakit mulai dari skizofrenia, depresi berat dan penyakit
Alzheimer hingga kanker. Integritas jaringan normal dipertahankan oleh
interaksi umpan balik antara berbagai jenis sel yang dimediasi oleh molekul
adhesi dan sitokin yang disekresikan; gangguan mekanisme umpan balik
normal pada kanker mengancam integritas jaringan. Sekresi sitokin yang
berlebihan dapat memicu sindrom berbahaya yang dikenal sebagai badai
sitokin; hal ini mungkin menjadi penyebab efek samping yang parah selama
uji klinis calon obat TGN1412. Badai sitokin diduga menjadi penyebab
utama kematian pada pandemi "Flu Spanyol" 1918. Kematian dapat lebih
sering terjadi pada orang-orang dengan sistem imun tubuh yang sehat,
karena kemampuannya untuk menghasilkan respons imun yang lebih kuat,
kemungkinan meningkatkan kadar sitokin. Contoh penting lain dari badai
sitokin terlihat pada pankreatitis akut. Sitokin bersifat integral dan terlibat
dalam semua sudut kaskade yang mengakibatkan sindrom respons
inflamasi sistemik dan kegagalan multi organ.