SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
BAB I 
PENDAHULUAN 
A. Latar belakang 
Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap 
suatupengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta 
prosessertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut. Contoh profesi adalah 
pada bidang hukum, kedokteran, keuangan, militer, teknikdan desainer. 
Seseorang yang memiliki suatu profesi tertentu, disebut profesional. Walaupun begitu, istilah 
profesional juga digunakan untuk suatu aktivitas yang menerima bayaran, sebagai lawan kata 
dari amatir. Contohnya adalah petinju profesional menerima bayaran untuk pertandingan 
tinju yang dilakukannya, sementara olahraga tinju sendiri umumnya tidak dianggap sebagai 
suatu profesi. 
Secara emplisit sesungguhnya telah tersimpul beberapa ciri pokok yang membedakan suatu 
jenis pekerjaan yang telah dapat diidentifikasi sebagai suatu profesi dari jenis kategori 
pekerjaan lainnanya. Tiada keseragaman kesimpulan hasil kajian para pakar tersebut 
mengenai perangkat karekteristik keprofesian tersebut. 
B. Tujuan Penulisan 
1. Tujuan praktis penulisan makalah ini secara formal adalah: 
A. Untuk melatih mahasiswa dalam membuat makalah. 
B. Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti mata kuliah profesi kependidikan. 
2. Tujuan teoritis dari penulisan akalh ini yaitu sebagai berikut: 
Untuk mengetahui karakteristik dan syarat-syarat seorang profesi agar menjadi seorang yang 
professional.
BAB II 
PEMBAHASAN 
A. Pengantar 
Secara emplisit sesungguhnya telah tersimpul beberapa ciri pokok yang membedakan suatu 
jenis pekerjaan yang telah dapat diidentifikasi sebagai suatu profesi dari jenis kategori 
pekerjaan lainnya. Telah sejak lama permasalahan karekteristik keprofesian tersebut menjadi 
perhatian dan fokus telaahan banyak pakar yang meminatinya. Tiada keseragaman 
kesimpulan hasil kajian para pakar tersebut mengenai perangkat karekteristik keprofesian 
tersebut. 
B. Karakteristik Profesi 
Profesi adalah pekerjaan, namun tidak semua pekerjaan adalah profesi. Profesi mempunyai 
karakteristik sendiri yang membedakannya dari pekerjaan lainnya. Lieberman (1956), 
mengemukakan bahwa karakteristik profesi kalau dicermati secara seksama ternyata terdapat 
titik-titik persamaanya. Diantara pokok-pokok persamaannya itu ialah sebagai berikut: 
1. A unique, denifite, and essential servise 
Profesi itu merupakan suatu jenis pelayanan atau pekerjaan yang unik (khas), dalam arti 
berbeda dari jenis pekerjaan atau pelayanan apapun yang lainnya. Disamping itu, profesi juga 
bersifat definitif dalam arti jelas batas-batas kawasan cakupan bidang garapannya (meskipun 
mungkin sampai batas dan derajat tertentu ada kontingensinya dengan bidang lainnya). 
Selanjutnya, profesi juga merupakan suatu pekerjaan atau pelayanan yang sangat penting, 
dalam arti hal itu amat dibutuhkan oleh pihak penerima jasa sementara pihaknya sendiri tidak 
memiliki pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan untuk melakukannya sendiri. 
2. An emphasis upon intellektual technique in performing ist service 
Pelayanan itu amat menuntut kemampuan kinerja intellektual, yang berlainan dengan 
keterampilan atau pekerjaan manual semata-mata. Benar, kemampuan profesi juga terkadang 
mempergunakan peralatan manual dalam praktek pelayanannya, seperti seorang dokter bedah 
misalnya menggunakan pisau operasi, namun proses penggunaannya dibimbing oleh suatu 
teori dan wawasan intelektual. 
3. A long period of specialized training 
Perolehan penguasaan dan pengetahuan intelektual (wawasan atau visi dan kemampuan atau 
kompetensi serta kemahiran atau skills) serta sikap profesional tersebut, seseorang akan 
memerlukan waktu yang sangat lama. Untuk mencapai kualifikasi keprofesian sempurna 
lazimnya tidak kurang dari lima tahun lamanya, ditambah dengan pengalaman praktek 
terbimbing hingga tercapainya suatu tingkat kemandirian secara penuh dalam menjalankan 
profesinya. Pendidikan keprosian termaksud lazimnya dilaksanakan pada jenjang pendidikan
tinggi, dengan proses pemagangannya sampai batas waktu tertentu dalam bimbingan para 
seniornya. 
4. A broat range of autonomy for both the individual praktitioners ad the occupational 
group as a whole 
Kinerja pelayanan itu demikian cermat secara teknis sehingga kelompok (asosiasi) profesi 
yang bersangkutan sudah memberikan jaminan bahwa anggotanya dipandang mampu untuk 
melakukannya sendiri tugas pelayanan tersebut, apa yang seyogyanya dilakukan dan 
bagaimana menjalankannya, siapa yang seyogyanya meberikan izin dan lisensi untuk 
melaksanakan kinerja itu. Individu-individu dalam kerangka kelomok asosiasinya pada 
dasarnya relatif bebas dari pengawasan, dan secara langsung mereka menangani prakteknya. 
Dalam hal menjumpai sesuatu kasus yang berbeda diluar kemampuannya, mereka membuat 
rujukan (referral) kepada orang lain dipandang lebih berwenang, atau membawanya kedalam 
suatu panel atau konferensi kasus ( case converense). 
5. An acceptance by the practitioners of broad personal responsibility for judgments 
made and act performed within the scope of professional autonomy 
Konsekuensi dari otonomi yang dilimpahkan kedapa seorang tenaga praktisi profesional itu, 
maka berarti pula ia memikul tanggung jawab pribadinya harus secara penuh. Apapun yang 
terjadi, seperti dokter keliru melakukan diagnosis atau memberikan perlakuan terhadap 
pasiennya atau seorang guru yang keliru menangani permasalahan siswanya, maka 
kesemuanya itu harus dipertanggungjawabkannya, serta tidak selayaknya mnudingkan atau 
melemparkan kekeliruannya kepada pihak lain. 
6. An emphasis upon the service to be rendered, rather than the economic gain to the 
practitioners, as the basis for the organization and performance of the social service 
delegated to the occupational group 
Mengingat pelayanan profesional itu merupakan hal yang amat esensial (dipandang dari 
pihak masyarakat yang memerlukannya) maka hendaknya kinerja pelayanan tersebut lebih 
mengutamakan kepentingan pelayanan pemenuhan kebutuhan tersebut, ketimbang untuk 
kepentingan perolehan imbalan ekonomis yang akan diterimanya. Hal itu bukan berarti 
pelayanan profesional tidak boleh memperoleh imbalan yang selayaknya. Bahkan seandainya 
kondisi dan situasi menuntut atsu memanggilnya, seorang profesional itu hendaknya bersedia 
memberikan pelayanan tanpa imbalan sekalipun. 
7. A conpehensive self-gouverning organization of practitioner 
Mengingat pelayanan itu sangat teknis sifatnya, maka masyarakat menyadari bahwa 
pelayanan semacam itu hanya mungkin dilakukan penanganannya oleh mereka yang 
kompeten saja. Karena masyarakat awam yang kompeten yang bersangkutan, 
makakelompok(asosiasi) para praktisi itu sendiri satu-satunya institusi yang seyogyanya 
menjalankan peranan yang ekstra, dalam arti menjadi polisi atau dirinya sendiri, iyalah 
mengadaksn pengendalian atas anggotanya mulai saat penerimaannya dan memberikan
sanksinya bilamana diperlukan terhadap mereka yang melakukan pelanggaran terhadap kode 
etikanya. 
8. A code of ethics which has been clarified and interpreted at ambiguous and doubtful 
points by concrete cases 
Otonomi yang dimiliki dan dinikmati oleh organisasi profesi dengan para anggotanya 
seyogyanya disertai kesadaran dan iktikad yang tulus baik pada organisasi maupun pada 
individual anggotanya untuk memonitor perilakunya sendiri. Mengingat organisasi dan 
sekaligus juga anggotanya harus menjadi polisi atas dirinya sendiri maka hendaknya mereka 
bertindak sesuai dengan kewajiban dan tuntunan moralnya baik terhadapklien maupun 
masyarakatnya. Atas dasar itu, adanya suatu perangkat kode etika yang telah disepakati 
bersama oleh yang bersangkutan seyogyanya membimbing hati nuraninya dan mempedomani 
segala tingkah lakunya. 
Dari keterangan tersebut, maka pada intinya bahwa sesuatu pekerjaan itu dapat dipandang 
sebagai suatu profesi apabila minimal telah memadai hal – hal sebagai berikut. 
1. Memiliki cakupan ranah kawasan pekerjaan atau layanan khas, definitif dan sangat 
penting dan dibutuhkan masyarakat. 
2. Para pengemban tugas pekerjaan atau pelayanan tersebut telah memiliki wawasan, 
pemahaman dan penguasaan pengetahuan serta perangkat teoritisyang relevan secara 
las dan mendalam; menguasai perangkat kemahiran teknis kinerja pelayanan memadai 
persyaratan standarnya; memiliukiu sikap profesi dan semangat pengabdian yang 
positif dan tinggi; serta kepribadian yang mantap dan mandiri dalam menunaikan 
tugas yang diembannya dengan selalu mempedomani dan mengindahkankode etika 
yang digariskan institusi (organisasi) profesinya. 
3. Memiliki sistem pendidikan yang mantap dan mapan berdasarkan ketentuan 
persyaratan standarnya bagi penyiapan (preservice) maupun pengembangan 
(inservice, continuing, development) tenaga pengemban tugas pekerjaan profesional 
yang bersangkutan; ang lazimnya diselenggarakan pada jenjangpendidikan tinggi 
berikut lembaga lain dan organisas profesinya yang bersangkutan. 
4. Memiliki perangkat kode etik profesional yang telah disepakati dan selalu dipatuhi 
serta dipedomani para anggota pengemban tugas pekerjaan atau pelayanan profesional 
yang bersangkutan. Kode etik profesional dikembangkan, ditetapkan dan 
diberdayakan kefektivannya oleh organisasi profesi yang bersangkutan. 
5. Memiliki organisasi profesi yang menghimpun, membina dan mengembangkan 
kemampuan profesional, melindungi kepentingan profesional serta memajukan 
kesejahteraan angotanya dengan senantiasa mengindahkan kode etikanya dan 
ketentuan orgaisasinya. 
6. Memiliki jurnal dan sarana publikasi profesional lainnya yang menyajikan berbagai 
karya penelitian dan kegiatan ilmiah sebagai media pembinaan dan pengembangan
para anggtanya serta pengabdian kepada masyarakat dan khazanah ilmu pengetahuan 
yang menopang profesinya. 
7. Memperoleh pengakuan dan penghargaan yang selayaknya baik secara sosial (dari 
masyarakat) dan secara legal (dari pemerintah yang bersangkutan atas keberadaan dan 
kemanfaatan profesi tersebut). 
Ornstein dan Levine (Soetjipto dan Kosasi, 2004: 15) menyatakan bahwa profesi itu adalah 
jabatan yang sesuai dengan pengertian profesi di bawah ini. 
1. Melayani masyarakat, merupakan karier yang akan dilaksanakan sepanjang hayat 
(tidak berganti – ganti pekerjaan). 
2. Memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tertentu diluar khalayak ramai. 
3. Menggunakan hasil penelitian dan aplikasi dari teori ke praktek (teori baru 
dikembangkan dari hasil penelitian). 
4. Memerlukan pelatihan khusus dengan waktu yang panjang. 
5. Terkendali berdasarkan lisensi baku dan atau mempunyai persyaratan masuk (untuk 
menduduki jabatan tersebut memerlukan izin tertentu atau ada persyaratan khusus 
yang ditentukan untuk dapat mendudukinya). 
6. Otonomi dalam membuat keputusan tentang ruang lingkup kerja tertentu ( tidak diatur 
oleh orang lain). 
7. Menerima tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil dan unjuk kerja yang 
ditampilkan yang dihubungkan dengan layanan yang diberian (langsung 
bertanggungjawab atas apa yang diputuskannya, tidak dipindahkan ke atasan atau 
instansi yang lebih tinggi). Mempunyai sekumpulan unjuk kerja yang baku. 
8. Mempunyai komitmen terhadap jabatan dan klien, dengan penekanan terhadap 
layanan yang akan diberikan. 
9. Mempunyai administrator untuk memudahkan profesinya, relatif bebas dari supervsi 
dalam jabatan. 
10. Mempunyai organisasi yang diatur oleh anggota profesi sendiri. 
11. Mempunyai asosiasi profesi dan atau kelompok ‘elit’ untuk mengetahui dan mengakui 
keberhasilan anggotanya. 
12. Mempunyai kode etik untuk menjelaskan hal – hal yang meragukan atau meyangsikan 
yang berhubungan dengan layanan yang diberikan. 
13. Mempunyai kepercayaan yang tingi dari publik dan kepercayaan diri setiap 
anggotanya. 
14. Mempunyai status sosial dan ekonomi yang tinggi (bila dibandingkan dengan jabatan 
lain).
C. Syarat-Syarat Profesi 
Robert W. Richey (Arikunto, 1990:235) mengemukakan ciri – ciri dan syarat – syarat profesi 
sebagai berikut. 
1. Lebih mementingkan pelayanan kemanusiaan yang ideal dibandingkan dengan 
kepentingan pribadi. 
2. Seorang pekerja profesional, secara aktif memerlukan waktu yang panjang untuk 
mempelajari konsep – konsep serta prinsip – prinsip pengetahuan khusus yang 
mendukung keahliannya. 
3. Memiliki kualifikasi tertentu untuk memasuki profesi tersebut serta mampu mengikuti 
perkembangan dalam pertumbuhan jabatan. 
4. Memiliki kode etik yang mengatur keanggotaan, tingkah laku, sikap dan cara kerja. 
5. Membutuhkan suatu kegiatan intelektual yang tinggi. 
6. Adanya organisasi yang dapat meningkatkan standar pelayanan, disiplin diri dalam 
profesi serta kesejahteraan anggotanya. 
7. Memberikan kesempatan untuk kemajuan, spesialisasi, dan kemandirian. 
8. Memandang profesi suatu karier hidup (alive career) dan menjadi seorang anggota 
yang permanen. 
D. Ciri-Ciri dan Syarat-Syarat Profesi guru 
Ciri-ciri dan syarat-syarat di atas dapat digunakan sebagaikriteria atau tolak ukur 
keprofesionalan guru. Selanjutnya kriteria ini akan berfungsi ganda, yaitu untuk: 
1. Mengukur sejauh mana guru-guru di Indonesia telah memenuhi kriteria 
profesionalisasi. 
2. Dijadikan titik tujuan yang akan mengarahkan segala upaa menuju profesionalisasi 
guru. 
Pengembangan profesional guru harus memenuhi standar sebagaimana yang dikemukakan 
Stiles dan Horsley (1998) bahwa ada empat standar pengembangan profesi guru yaitu: 
1. Standar pengembangan profesi A adalah pengembangan profesi untuk para guru sains 
memerlukan pembelajaran isi sains yang diperlukan melalui perspektif-perspektif dan 
metode-metode inquiri.; 
2. Standar pengembangan profesi B adalah pengembangan profesi untuk guru sains 
memerlukan pengintegrasian pengetahuan sains, pembelajaran, pendidikan, dan 
siswa, juga menerapkan pengetahuan tersebut ke pengajaran sains; 
3. Standar pengembangan profesi C adalah pengembangan profesi untuk para guru sains 
memerlukan pembentukan pemahaman dan kemampuan untuk pembelajaran 
sepanjang masa.; 
4. Standar pengembangan profesi D adalah program-program profesi untuk guru sains 
harus koheren (berkaitan) dan terpadu.
Standar ini dimaksudkan untuk menangkal kecenderungan kesempatan pengembangan 
profesi terfragmentasi dan tidak berkelanjutan. 
Khusus untuk jabatan guru, sebenarnya juga sudah ada yang mencoba menyusun kriterianya. 
Misalnya National Education Association (NEA) yang menyarankan criteria berikut. 
1. Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual. 
Jelas sekali bahwa jabatan guru memenuhi kriteria ini, karena mengajar melibatkan upaya-upaya 
yang sifatnya di dominasi kegiatan intelektual . Lebih lanjut dapat diamati, bahwa 
kegiatan-kegiatan yang dilakukan anggota profesi ini adalah dasar bagi persiapan dari semua 
kegiatan professional lainnya. Oleh karena itu mengajar seringkali disebut sebagai ibu dari 
segala profesi ( Stinnett dan Huggettdalam Soetjipto dan Kosasi, 2004: 18). 
2. Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus. 
Semua jabatan mempunyai monopoli pengetahuan yang memisahkan anggota mereka dari 
orang awam, dan memungkinkan mereka mengadakan pengawasan tentang jabatannya. 
Anggota-anggota suatu profesi menguasai bidang ilmu yang membangun keahlian mereka 
dan melindungi masyarakat dari penyalahgunaan, amatiran, dan tidak terdidik, dan kelompok 
tertentu yang ingin mencari keuntungan. Namun, belum ada kesepakatan dalam bidang ilmu 
khusus yang melatari pendidikan (education) atau keguruan (teaching) (Ornstein and 
Levine, dalam Soetjipto dan Kosasi, 2004: 19 ). 
Terdapat berbagai pendapat tentang apakah mengajar memenuhi persyaratan edua 
ini. Mereka yang bergerak di bidang pendidikan menyatakan bahwa mengajar telah 
mengembangkan secara jelas bidang khusus yang sangat penting dalam mempersiapkan guru 
yang berwenang. Sebaliknya, ada yang berpendapat bahwa mengajar belum mempunyai 
batang tubuh ilmu kusus yang di jabarkan secara ilmiah. Kelompok pertama percaya bahwa 
mengajar adalah suatu sains (science), sementara kesempatan kedua mengatakan bahwa 
mengajar adalah suatu kiat (art). Namun, dalam karangan-karangan yang di tulis dalam 
Encyclopedia of educational pesearch, misalnya terdapat bukti-bukti bahwa pekerjaan 
mengajar telah secara intensif mengembangkan batan tubuh ilmu khususnya. Sebaliknya 
masih ada juga yang berpendapat bahwa pendidikan sedang dalam krisis identitas, batang 
tubuhnya tidak jelas, batas-batasnya kabur, strukturnya sebagai a bodi of knowledge samar-samar 
(sanusi et al, 2004: 19). Sementara itu ilmu pengetahuan tingkah laku (behavioral 
sciences), ilmu pengetahuan alam, dan bidang kesehatan dapat di bimbing langsung dengan 
peraturan dan prosedur yang ekstensief dan menggunakan metodologi yang jelas. Ilmu yang 
terpakai dalam dunia nyata pengajaran masih banyak yang belum teruji falidasinya dan yang 
di setujui di sebagian besar ahlinya (Gideons dan Woodring, dalam Soetjipto dan Kosasi, 
2004: 20). Sebagai hasilnya, banyak orang khususnya orang awam, seperti juga dengan para
ahlinya, selalu berdebat dan berselisih, malahan kadang – kadang menimbulkan pembicaraan 
yang negatif. 
Hasil lain dari bidang ilmu yang belum terdefinisi dengan baik ini adalah isi dari kurikulum 
pendidikan guru berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya, walaupun telah mulai 
disamakan dengan menentukan topik – topik inti yang wajib ada dalam kurikulum. 
Banyak guru di sekolah menengah diperkirakan mengajar di luar bidang ilmu yang cocok 
dengan ijazahnya; misalnya banyak guru matematika yang tidak mendapatkan mayor dalam 
matematika sewaktu dia belajar pada lembaga pendidikan guru, ataupun mereka tidak 
disiapkan untuk mengajar matematika. Masalah ini sangat menonjol dalam bidang 
matematika dan ilmu pengetahuan alam, walaupun sudah agak berkurang dengan adanya 
persediaan guru yang cukup sekarang ini. Apakah guru bidang ilmu pengetahuan tertentu 
juga ditentukan oleh baku pendidikan dan pelatihannya? Sampai saat ini pendidikan guru 
banyak yang ditentukan “dari atas”, ada yang waktu pendidikannya cukup dua tahun saja, ada 
yang perlu tiga tahun atau harus empat tahun. Untuk melangkah pada jabatan professional, 
guru harus mempunyai pengaruh cukup besar dalam membuat keputusan tentang jabatannya 
sendiri. Organisasi guru harus mempunyai kekuasaan dan kepemimpinan yang potensial 
untuk bekerja sama, dan bukan di dikte dengan kelompok yang berkepentingan misalnya oleh 
lembaga pendidikan guru. 
3. Jabatan yang memerlukan persiapan professional yang lama 
(bandingkandengan pekerjaan yang memerlukan latihan umum belaka). 
Lagi–lagi terdapat perselisihan pendapat mengenai hal ini yang membedakan jabatan 
professional dengan nonprofessional antara lain adalah penyelesaian pendidikan melalui 
kurikulum, yaitu ada yang di atur universitas/ institut atau melalui pengalaman praktek dan 
pemagangan atau campuran pemagangan dan kuliah yang pertama, yakni pendidikan melalui 
perguruan tinggi di sediakan untuk jabatan professional, sedangkan yang ke dua, yakni 
pendidikan melalui pengalaman praktek dan pemagangan atau campuran pemagangan dan 
kuliah di peruntukkan bagi jabatan yang nonprofessional (Ornstein dan Levine,2004: 21). 
Tetapi jenis ke dua ini tidak ada lagi di Indonesia. 
Anggota kelompok guru dan yang berwenang didepartemen pendidikan dan kebudayaan 
berpendapat bahwa persiapan professional yang cukup lama amat perlu untuk mendidik guru 
yang berwenang. Konsep ini menjelaskan keharusan memenuhi kurikulum perguruan tinggi 
yang terdiri dari pendidikan umum, professional, dan khusus, sekurang-kurangnya 4 tahun 
bagi guru pengulang, atau pendidikan persiapan professional di LPTK. Namun sampai 
sekarang di Indonesia ternyata masih banyak guru yang lama pendidikan mereka sangat 
singkat, sehingga tentu saja kualitasnya masih sangat jauh untuk dapat memenuhi persyaratan 
yang kita harapkan.
4. Jabatan yang memerlukan ‘latihan dalam jabatan’ yang berkesinambungan. 
Jabatan guru cenderung menunjukkan bukti yang kuat sebagai jabatan profesional, sebab 
hamper setiap tahun guru melakukan berbagai kegiatan latihan professional, baik yang 
mendapat penghargaan kredit maupun tanpa kredit. Malahan pada saat sekarang bermacam-macam 
pendidikan profesional tambahan diikuti guru-guru dalam menyetarakan dirinya 
dengan kualifikasi yang telah ditetapkan. 
5. Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang permanen. 
Di luar negeri barang kali syarat jabatan guru sebagai karir permanen merupakan titik yang 
paling lemah dalam menuntut bahwa menagajar adalah jabatan profesional. Banyak guru baru 
yang pindah kerja kebidang lain, yang lebih banyak menjanjikan bayaran yang lebih tinggi. 
Di Indonesia kelihatannya tidak begitu banyak guru yang pindah kebidang lain walaupun 
bukan berarti pula bahwa jabatan guru di Indonesia mempunyai pendapatan yang tinggi. 
Alasannya munkin karena lapangan kerja dan sistem pindah jabatan yang agak sulit. Dengan 
demikian kriteria ini dapat dipenuhi oleh jabatan guru di Indonesia. 
6. Jabatan yang menentukan baku (standar) sendiri. 
Karena jabatan guru menyangkut hajat orang banyak, maka baku untuk jabatan guru ini 
sering tidak diciptakan oleh anggota profesi sndiri, terutama di Negara kita. Baku jabatan 
guru masih sangat banyak di atur oleh pihak pemerintah, atau pihak lain yang menggunakan 
tenaga guru tersebut seperti yayasan pendidikan swasta. 
Sementara kebanyakan jabatan mempunyai patokan dan persyaratan yang seragam untuk 
meyakinkan kemampuan minimum yang harus dilakukan, tidak demikian halnya dengan 
jabatan guru. Dari pengalaman beberapa tahun terakhir penerimaan calon mahasiswa yang 
masuk ke lembaga pendidikan guru nantinya, karena bagaimanapun juga mutu lulusan akan 
sangat dipengaruhi oleh mutu masukan atau bahan bakunya, dalam hal ini mutu calon 
mahasiswa lembaga pendidikan guru. 
Dalam setiap jabatan profesi setiap anggota kelompok di anggap sanggup untuk membuat 
keputusan professional berhubungan dengan iklim kerjanya. Para professional biasanya 
membuat peraturan sendiri dalam daerah kompetensinya, kebiasaan dan tradisi yang 
berhubungan dengan pengawasan yang efektif tentang hal-hal yang berhubungan dengan 
pekerjaan dan hal-hal yang berhubungan dengan langganan (kliennya). Sebetulnya 
pengawasan luar adalah musuh alam dari profesi karena membatasi kekuasaan profesi dan 
membuka pintu terhadap pengaruh luar. 
Dokter dan pengacara misalnya, menyediakan layanan untuk masyarakat, sementara kliennya 
membayar untuk itu namun tak seorang pun mengharap bahwa orang banyak atau klien akan 
menulis resep ataupun yang menulis kontrak. Bila klien ikut mempengaruhi keputusan dari 
praktek dokter atau pengacara, maka hubungan profesional-klien berakhir. Ini pada
hakikatnya berarti mempertahankan klien dari mangsa ketidaktahuannya, disamping juga 
menjaga profesi dari penilaian yang tidak rasional dari klien atau khalayak ramai. Para 
profesional harus mempunyai pengetahuan dan kecakapan dalam membuat penilaian, 
sebaliknya tidak demikian dengan klien. 
Bagaimana dengan guru? Guru sebagaimana sudah diutarakan di atas, sebaliknya 
membolehkan orang tua, kepala sekolah, pejabat kantor wilayah atau anggota masyarakat 
mengatakan apa yang harus dilakukan mereka. Otonomi professional tidak berarti bahwa 
tidak ada sama sekali control terhadap professional sebaliknya, ini berarti bahwa control yang 
memerlukan kompetensi teknis hanya dapat di lakukan oleh orang-orang yang mempunyai 
kemampuan professional dalam hal itu. 
7. Jabatan yang lebih mementingkan layanan diatas keuntungan pribadi. 
Jabatan mengajar adalah jabatan yang mempunyai nilai sosial yang tinggi, tidak perlu 
diragukan lagi. Guru yang baik akan sangat berperan mempengaruhi kehhidupan yang lebih 
baik dari warga Negara masa depan. 
Jabatan guru telah terkenal secara universal sebagai suatu jabatan yang anggotanya 
termotivasi oleh keinginan untuk membanu orang lain, bukan disebabkan oleh keuntungan 
ekonomi atau keuangan. Kebanyakan guru memilih jabatan ini berdasarkan apa yang 
dianggap baik oleh mereka yakni mendapatkan kepuasan rohaniah ketimbang kepuasan 
ekonomi atau lahiriah. Namun tidak berarti bahwa guru harus dibayar lebih rendah tetapi juga 
jangan mengharapkan akan cepat kaya bila memilih jabatan guru. Oleh sebab itu , tidak perlu 
diragukan lagi bahwa persyaratan ketujuh ini dapat dipenuhi dengan baik. 
8. Jabatan yang mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat. 
Semua profesi yang di kenal mempunyai organisasi professional yang kuat untuk dapat 
menadahi tujuan bersama dan melindungi anggotanya. Dalam beberapa hal, jabatan guru 
telah memenuhi kreteria ini dan dalam hal lain belum di capai. Di Indonesia telah ada 
persatuan guru republic Indonesia (PGRI) yang merupakan wadah seluruh guru mulai dari 
guru taman kanak–kanak sampai guru sekolah lanjutan tingkat atas dan ada pula ikatan 
sarjana pendidikan Indonesia (ISPI) yang mewadahi seluruh sarjana pendidikan. Di samping 
itu, juga telah ada kelompok guru mata pelajaran sejenis, baik pada tingkat daerah maupun 
tingkat nasional, namun belum terkait secara baik dengan PGRI. Harus dicarikan usaha yang 
sungguh – sungguh agar kelompok – kelompok guru mata pelajaran sejenis itu tidak 
dihilangkan, tetapi dirangkul ke dalam pangkuan PGRI sehingga merupakan jalinan yang 
amat rapi dari suatu profesi yang baik. 
Berdasakan analisis ini tampaknya jabatan guru belum sepenuhnya dapat di ketegorikan 
sebagai suatu profesi yang utuh, dan bahkan banyak orong sependapat bahwa guru hanya 
jabatan semiprofessional atau profesi yang baru muncul karena belum semua cirri-ciri di atas
yang dapat di penuhi. Robert B. Howsan et al. (1976) menulis bahwa guru harus di lihat 
sebagai profesi yang baru muncul dank arena itu mempunyai status yang lebih tinggi dari 
jabatan semiprofessional, malahan mendekati status jabatan profesi penuh. Oleh sebab itu, 
dapat dikatakan jabatan guru sebagian tapi bukkan seluruhnya, adalah jabatan professional, 
namun sedang bergerak kearah itu. Di Indonesia dapat merasakan jalan kearah itu mulai di 
tapaki. Selain itu juga guru di beri penghargaan oleh pemerintah melalui keputusan Menpan 
no.26 tahun 1989 denagn memberikan tunjangan fungsional sebagai pengajar, dan dengan 
kemungkinan kenaikan pangkat yang terbuka.
BAB III 
PENUTUP 
A. KESIMPULAN 
kesadaran umum akan besarnya tanggung jawab seorang guru serta berbagai pandangan 
masyarakat terhadap peranannya telah mendorong para tokoh dan ahli pendidikan untuk 
merumuskan ruang lingkup tugas, tanggung jawab dan kualifikasi yang seharusnya dipenuhi 
oleh guru, sebagai pengajar guru mempunyai tugas menyelenggarakan proses belajar-mengajar 
tugas yang mengisi porsi terbesar dari profesi keguruan ini pada garis besarnya 
meliputi minimal empat pokok, yaitu : 
a. Menguasai bahan pengajaran 
b. Merencanakan program belajar mengajar 
c. Melaksanakan, memimpin dan mengelola proses belajar-mengajar serta, 
d. Menilai dan mengevaluasi kegiatan belajar-mengajar 
Jabatan guru merupakan jabatan Profesional, dan sebagai jabatan profesional, pemegangnya 
harus memenuhi kualifikasi tertentu. Kriteria jabatan profesional antara lain bahwa jabatan 
itu melibatkan kegiatan intelektual, mempunyai batang tubuh ilmu yang khusus, memerlukan 
persiapan lama untuk memangkunya, memerlukan latihan dalam jabatan yang 
berkesinambungan, merupakan karier hidup dan keanggotaan yang permanen, menentukan 
baku perilakunya, mementingkan layanan, mempunyai organisasi profesional, dan 
mempunyai kode etik yang di taati oleh anggotanya. 
Jabatan guru belum dapat memenuhi secara maksimal persyaratan itu, namun 
perkembangannya di tanah air menunjukkan arah untuk terpenuhinya persyaratan tersebut. 
Usaha untuk ini sangat tergantung kepada niat, perilaku dan komitmen dari guru sendiri dan 
organisasi yang berhubungan dengan itu, selain juga, oleh kebijaksanaan pemerintah. 
B. SARAN 
Makalah ini masih memiliki berbagai jenis kekurangan olehnya itu kritik yang sifatnya 
membangun sangat kami harapkan.
DAFTAR PUSTAKA 
1. Udin Syaruddin Saud. 2009. Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta 
2. http://rizkia-gahari.blogspot.com/2012/01/syarat-dan-karakteristik-profesi.html 
3. http://yunimusya.wordpress.com/2011/01/12/karakteristik-dan-syarat-profesi/ 
4. http://blog.tp.ac.id/faktor-yang-mempengaruhi-kinerja-guru-pengembangan-profesi
KATA PENGANTAR 
Assalamualaikum Wr. Wb 
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmatNya sehingga kami 
selaku mahasiswa dapat menyelesaikan tugas “Profesi Keguruan”. Kami selaku mahasiswa 
tersebut penulis susun memenuhi tugas mata kuliah “Profesi Keguruan” semester Lima 
jurusan Tarbiyah di Sekolah Tinggi Agama Islam Syarif Muhammad Raha. 
Penulis menyadari bahwa dalam menulis dan menyusun makalah ini masih banyak 
kekurangan dan kelemahan baik isi maupun bentuknya. Oleh karena itu, kami selaku 
mahasiswa berharap untuk kritik dan sarannya yang sifatnya membangun dari berbagai pihak, 
agar kami bisa menyajikan yang lebih baik dimasa yang akan datang. Semoga tugas kami ini 
bermanfaat dan dapat memberikan motivasi bagi mahasiswa yang lain. 
Wassalamualaikum Wr. Wb 
Raha, Januari 2014 
Penyusun
DAFTAR ISI 
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i 
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii 
BAB I Pendahuluan 
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................................... 1 
B. Tujuan Masalah ........................................................................................................... 1 
BAB II Pembahasan 
A. Pengantar ....................................................................................................................... 2 
B. Karakteristik Profesi........................................................................................................ 2 
C. Syarat-syarat Profesi........................................................................................................ 6 
D. Ciri Profesi Guru........................................................................................................... 6 
BAB II Penutup.................................................................................................................... 12 
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 13
TUGAS INDIVIDU 
PROFESI KEGURUAN 
OLEH 
NAMA : EKI NURMALASARI SUJANA PUTERI 
SEMESTER : V (LIMA) 
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) 
SYARIF MUHAMMAD RAHA 
2013 / 2014

More Related Content

Viewers also liked

Makalah hubungan asfiksia dengan tbc
Makalah hubungan asfiksia dengan  tbcMakalah hubungan asfiksia dengan  tbc
Makalah hubungan asfiksia dengan tbcSeptian Muna Barakati
 
Makalah hubungan asfiksia dengan post matur
Makalah hubungan asfiksia dengan  post maturMakalah hubungan asfiksia dengan  post matur
Makalah hubungan asfiksia dengan post maturSeptian Muna Barakati
 
Makalah hubungan ilmu ekonomi dengan kemakmuran suatu negara
Makalah hubungan ilmu ekonomi dengan kemakmuran suatu negaraMakalah hubungan ilmu ekonomi dengan kemakmuran suatu negara
Makalah hubungan ilmu ekonomi dengan kemakmuran suatu negaraSeptian Muna Barakati
 
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuMakalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuSeptian Muna Barakati
 
Les bonnes pratiques pour développer son activité commerciale sur les réseaux...
Les bonnes pratiques pour développer son activité commerciale sur les réseaux...Les bonnes pratiques pour développer son activité commerciale sur les réseaux...
Les bonnes pratiques pour développer son activité commerciale sur les réseaux...Vincent Pereira
 
Stratégie de contenu, Brand content, content marketing : Une introduction
Stratégie de contenu, Brand content, content marketing :  Une introductionStratégie de contenu, Brand content, content marketing :  Une introduction
Stratégie de contenu, Brand content, content marketing : Une introductionLise Bissonnette Janody
 

Viewers also liked (20)

Makalah gagal jantung
Makalah gagal jantungMakalah gagal jantung
Makalah gagal jantung
 
Makalah hubungan asfiksia dengan tbc
Makalah hubungan asfiksia dengan  tbcMakalah hubungan asfiksia dengan  tbc
Makalah hubungan asfiksia dengan tbc
 
Makalah gastroenterohepatologi
Makalah gastroenterohepatologiMakalah gastroenterohepatologi
Makalah gastroenterohepatologi
 
Makalah global warning
Makalah global warningMakalah global warning
Makalah global warning
 
Makalah imunoglobin 2
Makalah imunoglobin 2Makalah imunoglobin 2
Makalah imunoglobin 2
 
Makalah hpp akpe raha
Makalah hpp akpe rahaMakalah hpp akpe raha
Makalah hpp akpe raha
 
Makalah hubungan asfiksia dengan post matur
Makalah hubungan asfiksia dengan  post maturMakalah hubungan asfiksia dengan  post matur
Makalah hubungan asfiksia dengan post matur
 
Makalah ham
Makalah hamMakalah ham
Makalah ham
 
Makalah huruf kapital
Makalah huruf kapitalMakalah huruf kapital
Makalah huruf kapital
 
Makalah hubungan ilmu ekonomi dengan kemakmuran suatu negara
Makalah hubungan ilmu ekonomi dengan kemakmuran suatu negaraMakalah hubungan ilmu ekonomi dengan kemakmuran suatu negara
Makalah hubungan ilmu ekonomi dengan kemakmuran suatu negara
 
Makalah immunoglobulin
Makalah immunoglobulinMakalah immunoglobulin
Makalah immunoglobulin
 
Makalah haid dalam pandangan islam
Makalah haid dalam pandangan islamMakalah haid dalam pandangan islam
Makalah haid dalam pandangan islam
 
Makalah ilmu logika
Makalah ilmu logikaMakalah ilmu logika
Makalah ilmu logika
 
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuMakalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
 
Makalah gastritis
Makalah gastritisMakalah gastritis
Makalah gastritis
 
Makalah profesi keguruan 4
Makalah profesi keguruan 4Makalah profesi keguruan 4
Makalah profesi keguruan 4
 
Rediger sur internet
Rediger sur internetRediger sur internet
Rediger sur internet
 
Formation ArcGis
Formation ArcGisFormation ArcGis
Formation ArcGis
 
Les bonnes pratiques pour développer son activité commerciale sur les réseaux...
Les bonnes pratiques pour développer son activité commerciale sur les réseaux...Les bonnes pratiques pour développer son activité commerciale sur les réseaux...
Les bonnes pratiques pour développer son activité commerciale sur les réseaux...
 
Stratégie de contenu, Brand content, content marketing : Une introduction
Stratégie de contenu, Brand content, content marketing :  Une introductionStratégie de contenu, Brand content, content marketing :  Une introduction
Stratégie de contenu, Brand content, content marketing : Une introduction
 

Similar to Karakteristik Profesi dan Syarat Menjadi Profesional

Pert 2. pengertian profesi dan profesionalisme
Pert 2. pengertian profesi dan profesionalismePert 2. pengertian profesi dan profesionalisme
Pert 2. pengertian profesi dan profesionalismeTri Sugihartono
 
Prinsip prinsip profesi
Prinsip prinsip profesiPrinsip prinsip profesi
Prinsip prinsip profesiRisda Hamsuri
 
Etika profesi kelompok 8
Etika profesi  kelompok 8Etika profesi  kelompok 8
Etika profesi kelompok 8matiolestari
 
Profesi keguruan
Profesi keguruanProfesi keguruan
Profesi keguruanabeskey
 
Bahjdiobuos/nbxslkj;swiojehcbxjmkso;li.ppt
Bahjdiobuos/nbxslkj;swiojehcbxjmkso;li.pptBahjdiobuos/nbxslkj;swiojehcbxjmkso;li.ppt
Bahjdiobuos/nbxslkj;swiojehcbxjmkso;li.pptUmmyKhairussyifa1
 
Makalah konsep dasar profesional
Makalah konsep dasar profesionalMakalah konsep dasar profesional
Makalah konsep dasar profesionalWarnet Raha
 
Paper MatKul Etika Profesi, Konsep, Profesionalisme, dan Etika Profesi
Paper MatKul Etika Profesi, Konsep, Profesionalisme, dan Etika ProfesiPaper MatKul Etika Profesi, Konsep, Profesionalisme, dan Etika Profesi
Paper MatKul Etika Profesi, Konsep, Profesionalisme, dan Etika ProfesiChristian Rosandhy
 
Konsep dasar profesi keguruan
Konsep dasar profesi keguruanKonsep dasar profesi keguruan
Konsep dasar profesi keguruanAnggunW
 
PROFESSIONS AND PROFESSIONALS
PROFESSIONS AND PROFESSIONALS PROFESSIONS AND PROFESSIONALS
PROFESSIONS AND PROFESSIONALS Nizam Zan
 
Memilih Profesi SMART.pptx
Memilih Profesi SMART.pptxMemilih Profesi SMART.pptx
Memilih Profesi SMART.pptxAula41
 

Similar to Karakteristik Profesi dan Syarat Menjadi Profesional (20)

Makalah profesi keguruan 6
Makalah profesi keguruan 6Makalah profesi keguruan 6
Makalah profesi keguruan 6
 
Etika Profesi_2 karakteristik dan ciri profesi
Etika Profesi_2 karakteristik dan ciri profesiEtika Profesi_2 karakteristik dan ciri profesi
Etika Profesi_2 karakteristik dan ciri profesi
 
Pert 2. pengertian profesi dan profesionalisme
Pert 2. pengertian profesi dan profesionalismePert 2. pengertian profesi dan profesionalisme
Pert 2. pengertian profesi dan profesionalisme
 
Prinsip prinsip profesi
Prinsip prinsip profesiPrinsip prinsip profesi
Prinsip prinsip profesi
 
Profesion guru
Profesion guruProfesion guru
Profesion guru
 
Makalah konsep dasar profesional
Makalah konsep dasar profesionalMakalah konsep dasar profesional
Makalah konsep dasar profesional
 
Etika profesi kelompok 8
Etika profesi  kelompok 8Etika profesi  kelompok 8
Etika profesi kelompok 8
 
Profesi keguruan
Profesi keguruanProfesi keguruan
Profesi keguruan
 
Bahjdiobuos/nbxslkj;swiojehcbxjmkso;li.ppt
Bahjdiobuos/nbxslkj;swiojehcbxjmkso;li.pptBahjdiobuos/nbxslkj;swiojehcbxjmkso;li.ppt
Bahjdiobuos/nbxslkj;swiojehcbxjmkso;li.ppt
 
Makalah konsep dasar profesional
Makalah konsep dasar profesionalMakalah konsep dasar profesional
Makalah konsep dasar profesional
 
Makalah konsep dasar profesional
Makalah konsep dasar profesionalMakalah konsep dasar profesional
Makalah konsep dasar profesional
 
Paper MatKul Etika Profesi, Konsep, Profesionalisme, dan Etika Profesi
Paper MatKul Etika Profesi, Konsep, Profesionalisme, dan Etika ProfesiPaper MatKul Etika Profesi, Konsep, Profesionalisme, dan Etika Profesi
Paper MatKul Etika Profesi, Konsep, Profesionalisme, dan Etika Profesi
 
Konsep dasar profesi keguruan
Konsep dasar profesi keguruanKonsep dasar profesi keguruan
Konsep dasar profesi keguruan
 
Tugas devi tik
Tugas devi tikTugas devi tik
Tugas devi tik
 
Modul 4 kb 1
Modul 4 kb 1Modul 4 kb 1
Modul 4 kb 1
 
Etika profesi
Etika profesiEtika profesi
Etika profesi
 
PROFESSIONS AND PROFESSIONALS
PROFESSIONS AND PROFESSIONALS PROFESSIONS AND PROFESSIONALS
PROFESSIONS AND PROFESSIONALS
 
Etika profesional audit
Etika profesional   auditEtika profesional   audit
Etika profesional audit
 
Konsep profesi keguruan
Konsep profesi keguruanKonsep profesi keguruan
Konsep profesi keguruan
 
Memilih Profesi SMART.pptx
Memilih Profesi SMART.pptxMemilih Profesi SMART.pptx
Memilih Profesi SMART.pptx
 

More from Septian Muna Barakati (20)

Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
 
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
 
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
 
Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA
 
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
 
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
 
Dokomen polisi
Dokomen polisiDokomen polisi
Dokomen polisi
 
Dokumen perusahaan
Dokumen perusahaanDokumen perusahaan
Dokumen perusahaan
 
Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3
 
Dosa besar
Dosa besarDosa besar
Dosa besar
 
Ekosistem padang lamun
Ekosistem padang lamunEkosistem padang lamun
Ekosistem padang lamun
 
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi pendudukFaktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
 
E
EE
E
 
Faktor
FaktorFaktor
Faktor
 
Fho...................
Fho...................Fho...................
Fho...................
 
555555555555555 (2)
555555555555555 (2)555555555555555 (2)
555555555555555 (2)
 
99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya
 
10 impact of global warming
10 impact of global warming10 impact of global warming
10 impact of global warming
 
10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global
 
5 w 1h penyakit hiv
5 w 1h  penyakit hiv5 w 1h  penyakit hiv
5 w 1h penyakit hiv
 

Karakteristik Profesi dan Syarat Menjadi Profesional

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatupengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta prosessertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut. Contoh profesi adalah pada bidang hukum, kedokteran, keuangan, militer, teknikdan desainer. Seseorang yang memiliki suatu profesi tertentu, disebut profesional. Walaupun begitu, istilah profesional juga digunakan untuk suatu aktivitas yang menerima bayaran, sebagai lawan kata dari amatir. Contohnya adalah petinju profesional menerima bayaran untuk pertandingan tinju yang dilakukannya, sementara olahraga tinju sendiri umumnya tidak dianggap sebagai suatu profesi. Secara emplisit sesungguhnya telah tersimpul beberapa ciri pokok yang membedakan suatu jenis pekerjaan yang telah dapat diidentifikasi sebagai suatu profesi dari jenis kategori pekerjaan lainnanya. Tiada keseragaman kesimpulan hasil kajian para pakar tersebut mengenai perangkat karekteristik keprofesian tersebut. B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan praktis penulisan makalah ini secara formal adalah: A. Untuk melatih mahasiswa dalam membuat makalah. B. Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti mata kuliah profesi kependidikan. 2. Tujuan teoritis dari penulisan akalh ini yaitu sebagai berikut: Untuk mengetahui karakteristik dan syarat-syarat seorang profesi agar menjadi seorang yang professional.
  • 2. BAB II PEMBAHASAN A. Pengantar Secara emplisit sesungguhnya telah tersimpul beberapa ciri pokok yang membedakan suatu jenis pekerjaan yang telah dapat diidentifikasi sebagai suatu profesi dari jenis kategori pekerjaan lainnya. Telah sejak lama permasalahan karekteristik keprofesian tersebut menjadi perhatian dan fokus telaahan banyak pakar yang meminatinya. Tiada keseragaman kesimpulan hasil kajian para pakar tersebut mengenai perangkat karekteristik keprofesian tersebut. B. Karakteristik Profesi Profesi adalah pekerjaan, namun tidak semua pekerjaan adalah profesi. Profesi mempunyai karakteristik sendiri yang membedakannya dari pekerjaan lainnya. Lieberman (1956), mengemukakan bahwa karakteristik profesi kalau dicermati secara seksama ternyata terdapat titik-titik persamaanya. Diantara pokok-pokok persamaannya itu ialah sebagai berikut: 1. A unique, denifite, and essential servise Profesi itu merupakan suatu jenis pelayanan atau pekerjaan yang unik (khas), dalam arti berbeda dari jenis pekerjaan atau pelayanan apapun yang lainnya. Disamping itu, profesi juga bersifat definitif dalam arti jelas batas-batas kawasan cakupan bidang garapannya (meskipun mungkin sampai batas dan derajat tertentu ada kontingensinya dengan bidang lainnya). Selanjutnya, profesi juga merupakan suatu pekerjaan atau pelayanan yang sangat penting, dalam arti hal itu amat dibutuhkan oleh pihak penerima jasa sementara pihaknya sendiri tidak memiliki pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan untuk melakukannya sendiri. 2. An emphasis upon intellektual technique in performing ist service Pelayanan itu amat menuntut kemampuan kinerja intellektual, yang berlainan dengan keterampilan atau pekerjaan manual semata-mata. Benar, kemampuan profesi juga terkadang mempergunakan peralatan manual dalam praktek pelayanannya, seperti seorang dokter bedah misalnya menggunakan pisau operasi, namun proses penggunaannya dibimbing oleh suatu teori dan wawasan intelektual. 3. A long period of specialized training Perolehan penguasaan dan pengetahuan intelektual (wawasan atau visi dan kemampuan atau kompetensi serta kemahiran atau skills) serta sikap profesional tersebut, seseorang akan memerlukan waktu yang sangat lama. Untuk mencapai kualifikasi keprofesian sempurna lazimnya tidak kurang dari lima tahun lamanya, ditambah dengan pengalaman praktek terbimbing hingga tercapainya suatu tingkat kemandirian secara penuh dalam menjalankan profesinya. Pendidikan keprosian termaksud lazimnya dilaksanakan pada jenjang pendidikan
  • 3. tinggi, dengan proses pemagangannya sampai batas waktu tertentu dalam bimbingan para seniornya. 4. A broat range of autonomy for both the individual praktitioners ad the occupational group as a whole Kinerja pelayanan itu demikian cermat secara teknis sehingga kelompok (asosiasi) profesi yang bersangkutan sudah memberikan jaminan bahwa anggotanya dipandang mampu untuk melakukannya sendiri tugas pelayanan tersebut, apa yang seyogyanya dilakukan dan bagaimana menjalankannya, siapa yang seyogyanya meberikan izin dan lisensi untuk melaksanakan kinerja itu. Individu-individu dalam kerangka kelomok asosiasinya pada dasarnya relatif bebas dari pengawasan, dan secara langsung mereka menangani prakteknya. Dalam hal menjumpai sesuatu kasus yang berbeda diluar kemampuannya, mereka membuat rujukan (referral) kepada orang lain dipandang lebih berwenang, atau membawanya kedalam suatu panel atau konferensi kasus ( case converense). 5. An acceptance by the practitioners of broad personal responsibility for judgments made and act performed within the scope of professional autonomy Konsekuensi dari otonomi yang dilimpahkan kedapa seorang tenaga praktisi profesional itu, maka berarti pula ia memikul tanggung jawab pribadinya harus secara penuh. Apapun yang terjadi, seperti dokter keliru melakukan diagnosis atau memberikan perlakuan terhadap pasiennya atau seorang guru yang keliru menangani permasalahan siswanya, maka kesemuanya itu harus dipertanggungjawabkannya, serta tidak selayaknya mnudingkan atau melemparkan kekeliruannya kepada pihak lain. 6. An emphasis upon the service to be rendered, rather than the economic gain to the practitioners, as the basis for the organization and performance of the social service delegated to the occupational group Mengingat pelayanan profesional itu merupakan hal yang amat esensial (dipandang dari pihak masyarakat yang memerlukannya) maka hendaknya kinerja pelayanan tersebut lebih mengutamakan kepentingan pelayanan pemenuhan kebutuhan tersebut, ketimbang untuk kepentingan perolehan imbalan ekonomis yang akan diterimanya. Hal itu bukan berarti pelayanan profesional tidak boleh memperoleh imbalan yang selayaknya. Bahkan seandainya kondisi dan situasi menuntut atsu memanggilnya, seorang profesional itu hendaknya bersedia memberikan pelayanan tanpa imbalan sekalipun. 7. A conpehensive self-gouverning organization of practitioner Mengingat pelayanan itu sangat teknis sifatnya, maka masyarakat menyadari bahwa pelayanan semacam itu hanya mungkin dilakukan penanganannya oleh mereka yang kompeten saja. Karena masyarakat awam yang kompeten yang bersangkutan, makakelompok(asosiasi) para praktisi itu sendiri satu-satunya institusi yang seyogyanya menjalankan peranan yang ekstra, dalam arti menjadi polisi atau dirinya sendiri, iyalah mengadaksn pengendalian atas anggotanya mulai saat penerimaannya dan memberikan
  • 4. sanksinya bilamana diperlukan terhadap mereka yang melakukan pelanggaran terhadap kode etikanya. 8. A code of ethics which has been clarified and interpreted at ambiguous and doubtful points by concrete cases Otonomi yang dimiliki dan dinikmati oleh organisasi profesi dengan para anggotanya seyogyanya disertai kesadaran dan iktikad yang tulus baik pada organisasi maupun pada individual anggotanya untuk memonitor perilakunya sendiri. Mengingat organisasi dan sekaligus juga anggotanya harus menjadi polisi atas dirinya sendiri maka hendaknya mereka bertindak sesuai dengan kewajiban dan tuntunan moralnya baik terhadapklien maupun masyarakatnya. Atas dasar itu, adanya suatu perangkat kode etika yang telah disepakati bersama oleh yang bersangkutan seyogyanya membimbing hati nuraninya dan mempedomani segala tingkah lakunya. Dari keterangan tersebut, maka pada intinya bahwa sesuatu pekerjaan itu dapat dipandang sebagai suatu profesi apabila minimal telah memadai hal – hal sebagai berikut. 1. Memiliki cakupan ranah kawasan pekerjaan atau layanan khas, definitif dan sangat penting dan dibutuhkan masyarakat. 2. Para pengemban tugas pekerjaan atau pelayanan tersebut telah memiliki wawasan, pemahaman dan penguasaan pengetahuan serta perangkat teoritisyang relevan secara las dan mendalam; menguasai perangkat kemahiran teknis kinerja pelayanan memadai persyaratan standarnya; memiliukiu sikap profesi dan semangat pengabdian yang positif dan tinggi; serta kepribadian yang mantap dan mandiri dalam menunaikan tugas yang diembannya dengan selalu mempedomani dan mengindahkankode etika yang digariskan institusi (organisasi) profesinya. 3. Memiliki sistem pendidikan yang mantap dan mapan berdasarkan ketentuan persyaratan standarnya bagi penyiapan (preservice) maupun pengembangan (inservice, continuing, development) tenaga pengemban tugas pekerjaan profesional yang bersangkutan; ang lazimnya diselenggarakan pada jenjangpendidikan tinggi berikut lembaga lain dan organisas profesinya yang bersangkutan. 4. Memiliki perangkat kode etik profesional yang telah disepakati dan selalu dipatuhi serta dipedomani para anggota pengemban tugas pekerjaan atau pelayanan profesional yang bersangkutan. Kode etik profesional dikembangkan, ditetapkan dan diberdayakan kefektivannya oleh organisasi profesi yang bersangkutan. 5. Memiliki organisasi profesi yang menghimpun, membina dan mengembangkan kemampuan profesional, melindungi kepentingan profesional serta memajukan kesejahteraan angotanya dengan senantiasa mengindahkan kode etikanya dan ketentuan orgaisasinya. 6. Memiliki jurnal dan sarana publikasi profesional lainnya yang menyajikan berbagai karya penelitian dan kegiatan ilmiah sebagai media pembinaan dan pengembangan
  • 5. para anggtanya serta pengabdian kepada masyarakat dan khazanah ilmu pengetahuan yang menopang profesinya. 7. Memperoleh pengakuan dan penghargaan yang selayaknya baik secara sosial (dari masyarakat) dan secara legal (dari pemerintah yang bersangkutan atas keberadaan dan kemanfaatan profesi tersebut). Ornstein dan Levine (Soetjipto dan Kosasi, 2004: 15) menyatakan bahwa profesi itu adalah jabatan yang sesuai dengan pengertian profesi di bawah ini. 1. Melayani masyarakat, merupakan karier yang akan dilaksanakan sepanjang hayat (tidak berganti – ganti pekerjaan). 2. Memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tertentu diluar khalayak ramai. 3. Menggunakan hasil penelitian dan aplikasi dari teori ke praktek (teori baru dikembangkan dari hasil penelitian). 4. Memerlukan pelatihan khusus dengan waktu yang panjang. 5. Terkendali berdasarkan lisensi baku dan atau mempunyai persyaratan masuk (untuk menduduki jabatan tersebut memerlukan izin tertentu atau ada persyaratan khusus yang ditentukan untuk dapat mendudukinya). 6. Otonomi dalam membuat keputusan tentang ruang lingkup kerja tertentu ( tidak diatur oleh orang lain). 7. Menerima tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil dan unjuk kerja yang ditampilkan yang dihubungkan dengan layanan yang diberian (langsung bertanggungjawab atas apa yang diputuskannya, tidak dipindahkan ke atasan atau instansi yang lebih tinggi). Mempunyai sekumpulan unjuk kerja yang baku. 8. Mempunyai komitmen terhadap jabatan dan klien, dengan penekanan terhadap layanan yang akan diberikan. 9. Mempunyai administrator untuk memudahkan profesinya, relatif bebas dari supervsi dalam jabatan. 10. Mempunyai organisasi yang diatur oleh anggota profesi sendiri. 11. Mempunyai asosiasi profesi dan atau kelompok ‘elit’ untuk mengetahui dan mengakui keberhasilan anggotanya. 12. Mempunyai kode etik untuk menjelaskan hal – hal yang meragukan atau meyangsikan yang berhubungan dengan layanan yang diberikan. 13. Mempunyai kepercayaan yang tingi dari publik dan kepercayaan diri setiap anggotanya. 14. Mempunyai status sosial dan ekonomi yang tinggi (bila dibandingkan dengan jabatan lain).
  • 6. C. Syarat-Syarat Profesi Robert W. Richey (Arikunto, 1990:235) mengemukakan ciri – ciri dan syarat – syarat profesi sebagai berikut. 1. Lebih mementingkan pelayanan kemanusiaan yang ideal dibandingkan dengan kepentingan pribadi. 2. Seorang pekerja profesional, secara aktif memerlukan waktu yang panjang untuk mempelajari konsep – konsep serta prinsip – prinsip pengetahuan khusus yang mendukung keahliannya. 3. Memiliki kualifikasi tertentu untuk memasuki profesi tersebut serta mampu mengikuti perkembangan dalam pertumbuhan jabatan. 4. Memiliki kode etik yang mengatur keanggotaan, tingkah laku, sikap dan cara kerja. 5. Membutuhkan suatu kegiatan intelektual yang tinggi. 6. Adanya organisasi yang dapat meningkatkan standar pelayanan, disiplin diri dalam profesi serta kesejahteraan anggotanya. 7. Memberikan kesempatan untuk kemajuan, spesialisasi, dan kemandirian. 8. Memandang profesi suatu karier hidup (alive career) dan menjadi seorang anggota yang permanen. D. Ciri-Ciri dan Syarat-Syarat Profesi guru Ciri-ciri dan syarat-syarat di atas dapat digunakan sebagaikriteria atau tolak ukur keprofesionalan guru. Selanjutnya kriteria ini akan berfungsi ganda, yaitu untuk: 1. Mengukur sejauh mana guru-guru di Indonesia telah memenuhi kriteria profesionalisasi. 2. Dijadikan titik tujuan yang akan mengarahkan segala upaa menuju profesionalisasi guru. Pengembangan profesional guru harus memenuhi standar sebagaimana yang dikemukakan Stiles dan Horsley (1998) bahwa ada empat standar pengembangan profesi guru yaitu: 1. Standar pengembangan profesi A adalah pengembangan profesi untuk para guru sains memerlukan pembelajaran isi sains yang diperlukan melalui perspektif-perspektif dan metode-metode inquiri.; 2. Standar pengembangan profesi B adalah pengembangan profesi untuk guru sains memerlukan pengintegrasian pengetahuan sains, pembelajaran, pendidikan, dan siswa, juga menerapkan pengetahuan tersebut ke pengajaran sains; 3. Standar pengembangan profesi C adalah pengembangan profesi untuk para guru sains memerlukan pembentukan pemahaman dan kemampuan untuk pembelajaran sepanjang masa.; 4. Standar pengembangan profesi D adalah program-program profesi untuk guru sains harus koheren (berkaitan) dan terpadu.
  • 7. Standar ini dimaksudkan untuk menangkal kecenderungan kesempatan pengembangan profesi terfragmentasi dan tidak berkelanjutan. Khusus untuk jabatan guru, sebenarnya juga sudah ada yang mencoba menyusun kriterianya. Misalnya National Education Association (NEA) yang menyarankan criteria berikut. 1. Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual. Jelas sekali bahwa jabatan guru memenuhi kriteria ini, karena mengajar melibatkan upaya-upaya yang sifatnya di dominasi kegiatan intelektual . Lebih lanjut dapat diamati, bahwa kegiatan-kegiatan yang dilakukan anggota profesi ini adalah dasar bagi persiapan dari semua kegiatan professional lainnya. Oleh karena itu mengajar seringkali disebut sebagai ibu dari segala profesi ( Stinnett dan Huggettdalam Soetjipto dan Kosasi, 2004: 18). 2. Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus. Semua jabatan mempunyai monopoli pengetahuan yang memisahkan anggota mereka dari orang awam, dan memungkinkan mereka mengadakan pengawasan tentang jabatannya. Anggota-anggota suatu profesi menguasai bidang ilmu yang membangun keahlian mereka dan melindungi masyarakat dari penyalahgunaan, amatiran, dan tidak terdidik, dan kelompok tertentu yang ingin mencari keuntungan. Namun, belum ada kesepakatan dalam bidang ilmu khusus yang melatari pendidikan (education) atau keguruan (teaching) (Ornstein and Levine, dalam Soetjipto dan Kosasi, 2004: 19 ). Terdapat berbagai pendapat tentang apakah mengajar memenuhi persyaratan edua ini. Mereka yang bergerak di bidang pendidikan menyatakan bahwa mengajar telah mengembangkan secara jelas bidang khusus yang sangat penting dalam mempersiapkan guru yang berwenang. Sebaliknya, ada yang berpendapat bahwa mengajar belum mempunyai batang tubuh ilmu kusus yang di jabarkan secara ilmiah. Kelompok pertama percaya bahwa mengajar adalah suatu sains (science), sementara kesempatan kedua mengatakan bahwa mengajar adalah suatu kiat (art). Namun, dalam karangan-karangan yang di tulis dalam Encyclopedia of educational pesearch, misalnya terdapat bukti-bukti bahwa pekerjaan mengajar telah secara intensif mengembangkan batan tubuh ilmu khususnya. Sebaliknya masih ada juga yang berpendapat bahwa pendidikan sedang dalam krisis identitas, batang tubuhnya tidak jelas, batas-batasnya kabur, strukturnya sebagai a bodi of knowledge samar-samar (sanusi et al, 2004: 19). Sementara itu ilmu pengetahuan tingkah laku (behavioral sciences), ilmu pengetahuan alam, dan bidang kesehatan dapat di bimbing langsung dengan peraturan dan prosedur yang ekstensief dan menggunakan metodologi yang jelas. Ilmu yang terpakai dalam dunia nyata pengajaran masih banyak yang belum teruji falidasinya dan yang di setujui di sebagian besar ahlinya (Gideons dan Woodring, dalam Soetjipto dan Kosasi, 2004: 20). Sebagai hasilnya, banyak orang khususnya orang awam, seperti juga dengan para
  • 8. ahlinya, selalu berdebat dan berselisih, malahan kadang – kadang menimbulkan pembicaraan yang negatif. Hasil lain dari bidang ilmu yang belum terdefinisi dengan baik ini adalah isi dari kurikulum pendidikan guru berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya, walaupun telah mulai disamakan dengan menentukan topik – topik inti yang wajib ada dalam kurikulum. Banyak guru di sekolah menengah diperkirakan mengajar di luar bidang ilmu yang cocok dengan ijazahnya; misalnya banyak guru matematika yang tidak mendapatkan mayor dalam matematika sewaktu dia belajar pada lembaga pendidikan guru, ataupun mereka tidak disiapkan untuk mengajar matematika. Masalah ini sangat menonjol dalam bidang matematika dan ilmu pengetahuan alam, walaupun sudah agak berkurang dengan adanya persediaan guru yang cukup sekarang ini. Apakah guru bidang ilmu pengetahuan tertentu juga ditentukan oleh baku pendidikan dan pelatihannya? Sampai saat ini pendidikan guru banyak yang ditentukan “dari atas”, ada yang waktu pendidikannya cukup dua tahun saja, ada yang perlu tiga tahun atau harus empat tahun. Untuk melangkah pada jabatan professional, guru harus mempunyai pengaruh cukup besar dalam membuat keputusan tentang jabatannya sendiri. Organisasi guru harus mempunyai kekuasaan dan kepemimpinan yang potensial untuk bekerja sama, dan bukan di dikte dengan kelompok yang berkepentingan misalnya oleh lembaga pendidikan guru. 3. Jabatan yang memerlukan persiapan professional yang lama (bandingkandengan pekerjaan yang memerlukan latihan umum belaka). Lagi–lagi terdapat perselisihan pendapat mengenai hal ini yang membedakan jabatan professional dengan nonprofessional antara lain adalah penyelesaian pendidikan melalui kurikulum, yaitu ada yang di atur universitas/ institut atau melalui pengalaman praktek dan pemagangan atau campuran pemagangan dan kuliah yang pertama, yakni pendidikan melalui perguruan tinggi di sediakan untuk jabatan professional, sedangkan yang ke dua, yakni pendidikan melalui pengalaman praktek dan pemagangan atau campuran pemagangan dan kuliah di peruntukkan bagi jabatan yang nonprofessional (Ornstein dan Levine,2004: 21). Tetapi jenis ke dua ini tidak ada lagi di Indonesia. Anggota kelompok guru dan yang berwenang didepartemen pendidikan dan kebudayaan berpendapat bahwa persiapan professional yang cukup lama amat perlu untuk mendidik guru yang berwenang. Konsep ini menjelaskan keharusan memenuhi kurikulum perguruan tinggi yang terdiri dari pendidikan umum, professional, dan khusus, sekurang-kurangnya 4 tahun bagi guru pengulang, atau pendidikan persiapan professional di LPTK. Namun sampai sekarang di Indonesia ternyata masih banyak guru yang lama pendidikan mereka sangat singkat, sehingga tentu saja kualitasnya masih sangat jauh untuk dapat memenuhi persyaratan yang kita harapkan.
  • 9. 4. Jabatan yang memerlukan ‘latihan dalam jabatan’ yang berkesinambungan. Jabatan guru cenderung menunjukkan bukti yang kuat sebagai jabatan profesional, sebab hamper setiap tahun guru melakukan berbagai kegiatan latihan professional, baik yang mendapat penghargaan kredit maupun tanpa kredit. Malahan pada saat sekarang bermacam-macam pendidikan profesional tambahan diikuti guru-guru dalam menyetarakan dirinya dengan kualifikasi yang telah ditetapkan. 5. Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang permanen. Di luar negeri barang kali syarat jabatan guru sebagai karir permanen merupakan titik yang paling lemah dalam menuntut bahwa menagajar adalah jabatan profesional. Banyak guru baru yang pindah kerja kebidang lain, yang lebih banyak menjanjikan bayaran yang lebih tinggi. Di Indonesia kelihatannya tidak begitu banyak guru yang pindah kebidang lain walaupun bukan berarti pula bahwa jabatan guru di Indonesia mempunyai pendapatan yang tinggi. Alasannya munkin karena lapangan kerja dan sistem pindah jabatan yang agak sulit. Dengan demikian kriteria ini dapat dipenuhi oleh jabatan guru di Indonesia. 6. Jabatan yang menentukan baku (standar) sendiri. Karena jabatan guru menyangkut hajat orang banyak, maka baku untuk jabatan guru ini sering tidak diciptakan oleh anggota profesi sndiri, terutama di Negara kita. Baku jabatan guru masih sangat banyak di atur oleh pihak pemerintah, atau pihak lain yang menggunakan tenaga guru tersebut seperti yayasan pendidikan swasta. Sementara kebanyakan jabatan mempunyai patokan dan persyaratan yang seragam untuk meyakinkan kemampuan minimum yang harus dilakukan, tidak demikian halnya dengan jabatan guru. Dari pengalaman beberapa tahun terakhir penerimaan calon mahasiswa yang masuk ke lembaga pendidikan guru nantinya, karena bagaimanapun juga mutu lulusan akan sangat dipengaruhi oleh mutu masukan atau bahan bakunya, dalam hal ini mutu calon mahasiswa lembaga pendidikan guru. Dalam setiap jabatan profesi setiap anggota kelompok di anggap sanggup untuk membuat keputusan professional berhubungan dengan iklim kerjanya. Para professional biasanya membuat peraturan sendiri dalam daerah kompetensinya, kebiasaan dan tradisi yang berhubungan dengan pengawasan yang efektif tentang hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan dan hal-hal yang berhubungan dengan langganan (kliennya). Sebetulnya pengawasan luar adalah musuh alam dari profesi karena membatasi kekuasaan profesi dan membuka pintu terhadap pengaruh luar. Dokter dan pengacara misalnya, menyediakan layanan untuk masyarakat, sementara kliennya membayar untuk itu namun tak seorang pun mengharap bahwa orang banyak atau klien akan menulis resep ataupun yang menulis kontrak. Bila klien ikut mempengaruhi keputusan dari praktek dokter atau pengacara, maka hubungan profesional-klien berakhir. Ini pada
  • 10. hakikatnya berarti mempertahankan klien dari mangsa ketidaktahuannya, disamping juga menjaga profesi dari penilaian yang tidak rasional dari klien atau khalayak ramai. Para profesional harus mempunyai pengetahuan dan kecakapan dalam membuat penilaian, sebaliknya tidak demikian dengan klien. Bagaimana dengan guru? Guru sebagaimana sudah diutarakan di atas, sebaliknya membolehkan orang tua, kepala sekolah, pejabat kantor wilayah atau anggota masyarakat mengatakan apa yang harus dilakukan mereka. Otonomi professional tidak berarti bahwa tidak ada sama sekali control terhadap professional sebaliknya, ini berarti bahwa control yang memerlukan kompetensi teknis hanya dapat di lakukan oleh orang-orang yang mempunyai kemampuan professional dalam hal itu. 7. Jabatan yang lebih mementingkan layanan diatas keuntungan pribadi. Jabatan mengajar adalah jabatan yang mempunyai nilai sosial yang tinggi, tidak perlu diragukan lagi. Guru yang baik akan sangat berperan mempengaruhi kehhidupan yang lebih baik dari warga Negara masa depan. Jabatan guru telah terkenal secara universal sebagai suatu jabatan yang anggotanya termotivasi oleh keinginan untuk membanu orang lain, bukan disebabkan oleh keuntungan ekonomi atau keuangan. Kebanyakan guru memilih jabatan ini berdasarkan apa yang dianggap baik oleh mereka yakni mendapatkan kepuasan rohaniah ketimbang kepuasan ekonomi atau lahiriah. Namun tidak berarti bahwa guru harus dibayar lebih rendah tetapi juga jangan mengharapkan akan cepat kaya bila memilih jabatan guru. Oleh sebab itu , tidak perlu diragukan lagi bahwa persyaratan ketujuh ini dapat dipenuhi dengan baik. 8. Jabatan yang mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat. Semua profesi yang di kenal mempunyai organisasi professional yang kuat untuk dapat menadahi tujuan bersama dan melindungi anggotanya. Dalam beberapa hal, jabatan guru telah memenuhi kreteria ini dan dalam hal lain belum di capai. Di Indonesia telah ada persatuan guru republic Indonesia (PGRI) yang merupakan wadah seluruh guru mulai dari guru taman kanak–kanak sampai guru sekolah lanjutan tingkat atas dan ada pula ikatan sarjana pendidikan Indonesia (ISPI) yang mewadahi seluruh sarjana pendidikan. Di samping itu, juga telah ada kelompok guru mata pelajaran sejenis, baik pada tingkat daerah maupun tingkat nasional, namun belum terkait secara baik dengan PGRI. Harus dicarikan usaha yang sungguh – sungguh agar kelompok – kelompok guru mata pelajaran sejenis itu tidak dihilangkan, tetapi dirangkul ke dalam pangkuan PGRI sehingga merupakan jalinan yang amat rapi dari suatu profesi yang baik. Berdasakan analisis ini tampaknya jabatan guru belum sepenuhnya dapat di ketegorikan sebagai suatu profesi yang utuh, dan bahkan banyak orong sependapat bahwa guru hanya jabatan semiprofessional atau profesi yang baru muncul karena belum semua cirri-ciri di atas
  • 11. yang dapat di penuhi. Robert B. Howsan et al. (1976) menulis bahwa guru harus di lihat sebagai profesi yang baru muncul dank arena itu mempunyai status yang lebih tinggi dari jabatan semiprofessional, malahan mendekati status jabatan profesi penuh. Oleh sebab itu, dapat dikatakan jabatan guru sebagian tapi bukkan seluruhnya, adalah jabatan professional, namun sedang bergerak kearah itu. Di Indonesia dapat merasakan jalan kearah itu mulai di tapaki. Selain itu juga guru di beri penghargaan oleh pemerintah melalui keputusan Menpan no.26 tahun 1989 denagn memberikan tunjangan fungsional sebagai pengajar, dan dengan kemungkinan kenaikan pangkat yang terbuka.
  • 12. BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN kesadaran umum akan besarnya tanggung jawab seorang guru serta berbagai pandangan masyarakat terhadap peranannya telah mendorong para tokoh dan ahli pendidikan untuk merumuskan ruang lingkup tugas, tanggung jawab dan kualifikasi yang seharusnya dipenuhi oleh guru, sebagai pengajar guru mempunyai tugas menyelenggarakan proses belajar-mengajar tugas yang mengisi porsi terbesar dari profesi keguruan ini pada garis besarnya meliputi minimal empat pokok, yaitu : a. Menguasai bahan pengajaran b. Merencanakan program belajar mengajar c. Melaksanakan, memimpin dan mengelola proses belajar-mengajar serta, d. Menilai dan mengevaluasi kegiatan belajar-mengajar Jabatan guru merupakan jabatan Profesional, dan sebagai jabatan profesional, pemegangnya harus memenuhi kualifikasi tertentu. Kriteria jabatan profesional antara lain bahwa jabatan itu melibatkan kegiatan intelektual, mempunyai batang tubuh ilmu yang khusus, memerlukan persiapan lama untuk memangkunya, memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan, merupakan karier hidup dan keanggotaan yang permanen, menentukan baku perilakunya, mementingkan layanan, mempunyai organisasi profesional, dan mempunyai kode etik yang di taati oleh anggotanya. Jabatan guru belum dapat memenuhi secara maksimal persyaratan itu, namun perkembangannya di tanah air menunjukkan arah untuk terpenuhinya persyaratan tersebut. Usaha untuk ini sangat tergantung kepada niat, perilaku dan komitmen dari guru sendiri dan organisasi yang berhubungan dengan itu, selain juga, oleh kebijaksanaan pemerintah. B. SARAN Makalah ini masih memiliki berbagai jenis kekurangan olehnya itu kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan.
  • 13. DAFTAR PUSTAKA 1. Udin Syaruddin Saud. 2009. Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta 2. http://rizkia-gahari.blogspot.com/2012/01/syarat-dan-karakteristik-profesi.html 3. http://yunimusya.wordpress.com/2011/01/12/karakteristik-dan-syarat-profesi/ 4. http://blog.tp.ac.id/faktor-yang-mempengaruhi-kinerja-guru-pengembangan-profesi
  • 14. KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmatNya sehingga kami selaku mahasiswa dapat menyelesaikan tugas “Profesi Keguruan”. Kami selaku mahasiswa tersebut penulis susun memenuhi tugas mata kuliah “Profesi Keguruan” semester Lima jurusan Tarbiyah di Sekolah Tinggi Agama Islam Syarif Muhammad Raha. Penulis menyadari bahwa dalam menulis dan menyusun makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahan baik isi maupun bentuknya. Oleh karena itu, kami selaku mahasiswa berharap untuk kritik dan sarannya yang sifatnya membangun dari berbagai pihak, agar kami bisa menyajikan yang lebih baik dimasa yang akan datang. Semoga tugas kami ini bermanfaat dan dapat memberikan motivasi bagi mahasiswa yang lain. Wassalamualaikum Wr. Wb Raha, Januari 2014 Penyusun
  • 15. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah ........................................................................................... 1 B. Tujuan Masalah ........................................................................................................... 1 BAB II Pembahasan A. Pengantar ....................................................................................................................... 2 B. Karakteristik Profesi........................................................................................................ 2 C. Syarat-syarat Profesi........................................................................................................ 6 D. Ciri Profesi Guru........................................................................................................... 6 BAB II Penutup.................................................................................................................... 12 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 13
  • 16. TUGAS INDIVIDU PROFESI KEGURUAN OLEH NAMA : EKI NURMALASARI SUJANA PUTERI SEMESTER : V (LIMA) SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) SYARIF MUHAMMAD RAHA 2013 / 2014