SlideShare a Scribd company logo
1 of 4
SOAL  WA ODE AULIA NURFATULLAH
JELASKAN REAKSI HIPERSENSITIVITAS TIPE 4 YANG TERJADI PADA
MONOSIT ?
JAWABAN:
Reaksi hipersensitivitas type IV disebut juga reaksi hipersensitivitas type lambat yang
diperantarai oleh sistem imun selular, yaitu melalui perantara sel T yang tersensitisasi secara
khusus dan bukan diperantarai antibody.
Reaksi hipersensitivitas type IV dibagi menjadi dua type dasar yaitu :
1. Delayed type hypersensitivity (DTH) yang diinisiasi oleh sel T CD4+
2. T cell mediated cytolysis / sitotoksitas sel langsung yang diperantarai oleh sel T CD8+
Pada hipersensitivitas type lambat, sel T CD4+ type TH1 menyekresikan sitokin sehingga
menyebabkan adanya perekrutan sel-sel lain, terutama makrofag, yang merupakan sel efektor
yang utama. Sedangkan pada sitotoksitas selular, sel T CD8+ sitotoksik menjalankan fungsi
efektor.
A. Delayed type hypersensitivity (DTH) yang diinisiasi oleh sel T CD4+
Pada DTH, sel T CD4+ TH1 yang mengaktifkan makrofag berperan sebagai sel efektor.
CD4+ TH1 melepas sitokin (IFN-γ) yang mengaktifkan makrofag dan menginduksi reaksi
inflamasi. Pada DTH, kerusakan jaringan disebabkan oleh produk makrofag yang diaktifkan
seperti enzim-enzim hidrollitik, oksigen reaktif intermediet, oksida nitrat dan sitokin
proinflamasi. Sel efektor yang berperan pada DTH adalah makrofag. Contoh-contoh reaksi DTH
adalah sebagai berikut :
1). Reaksi tuberculin
Reaksi tuberculin merupakan reaksi dermal yang berbeda dengan reaksi dermatitis kontak,
dan biasanya reaksi ini terjadi 20 jam setelah terpajan dengan antigen (basil tuberkel). Reaksi
ini terdiri atas infiltrasi sel mononuclear (50% berupa limfosit dan sisanya adalah monosit).
Setelah 48 jam, timbul infiltrasi limfosit dalam jumlah besar di sekitar pembuluh darah yang
merusak hubungan serat-serat kolagen kulit.
Urutan kejadian pada DTH ( seperti yang ditunjukkan pada reaksi tuberkullin) dimulai
dengan pajanan pertama individu terhadap basil tuberkel. Limfosit CD4+ mengenali antigen
peptida dari basil tuberkel dan juga antigen kelas II dari permukaan monosit atau sel dendrit
yang telah memproses antigen mikobakterium tersebut. Proses ini membentuk sel CD4+ tipe
TH1 yang tersensitisasi yang tetap berada di dalam sirkulasi selama bertahun-tahun. Masih
belum jelas mengapa antigen tertentu memiliki kecenderungan untuk menginduksi respon
TH1, meskipun lingkungan sitokin yang menginduksi sel naïf tersebut nampaknya sesuai.
Saat dilakukan injeksi kutan tuberkullin berikutnya pada individu tersebut, sel memori
memberikan respon terhadap antigen yang telah diproses oleh APC dan akan diaktivasi,
disertai dengan sekresi sitokin TH1. Sitokin TH1 inilah yang akhirnya akan bertanggung
jawab untuk mengendalikan perkebangan respons DTH.
Secara keseluruhan sitokin yang berperan terhadap proses tersebut adalah sebagai berikut:
a. IL-12 merupakan suatu sitokin yang dihasilkan oleh makrofag setelah interaksi awal
dengan basil tuberkel, IL-12 sangat diperlukan untuk induksi DTH karena merupakan
sitokin yang utama yang dapat mengarahkan diferensiasi sel TH1.
b. IFN-γ memiliki berbagai macam efek dan merupakan mediator DTH yang paling penting.
IFN-γ merupakan activator makrofag yang paling poten, yang meningkatkan produksi
makrofag IL-12. Makrofag teraktivasi mengeluarkan molekul kelas II lebih banyak pada
permukaanya sehingga meningkatkan kemampuan penyajian antigen. Makrofag ini juga
memiliki kemampuan fagositik dan mikrobisida yang meningkat, demikian pula dengan
kemampuanya membunuh sel tumor. Makrofag teraktivasi memiliki beberapa factor
pertumbuhan polipeptida, termasuk factor pertumbuhan yang berasal dari trombosit
(PDGF) dan TGF-α, yang merangsang proliferasi fibroblast dan meningkatkan sintesis
kolagen. Secara ringkas, aktivasi IFN-γ maningkatkan kemampuan makrofag untuk
membasmi agen penyerang, jika aktivasi makrofag terus berlangsung akan terjadi
fibrosis.
c. IL-2 menyebabkan proliferasi sel T yang telah terakumulasi pada tempat DTH. Yang
termasuk dalam infiltrate ini adalah kira-kira 10% sel D4+ yang antigen spesifik, eskipun
sebagian besar adalah sel T “penonton” yang tidak spesifik untuk penyerang asal.
d. TNF dan limfotoksin adalah sitokin yang enggunakan efek pentingnya pada sel endotel :
1. meningkatkan sekresi nitrit oksida dan protasiklin , yang membantu peningkatan darah
melalui vasodilatasi local.
2. Eningkatnya pengeluaran selektin-E, yaitu suatu molekul adhesi yang memmbantu
dalam perlekatan sel mononuclear
3. Induksi dan sekresi factor kemotaksis seperti IL-8 perubahan ini secara bersama
memudahkan keluarnya lifosit dan monosit pada lokasi terjadinya respon DTH.
Apabila reaksi menetap, reaksi tuberculin akan berlanjut menimbulkan kavitas atau
granuloma.
2). Dermatitis kontak
Reaksi DTH dapat terjadi sebagai respon terhadap bahan yang tidak berbahaya dalam
lingkungan, contohnya nikel yang dapat memicu dermatitis kontak. Dermatitis kontak adalah
salah satu jenis jejas yang disebabkan oleh hipersensitivitas lambat, dikenal dalam klinik
sebagai dermatitis yang timbul pada kulit tempat kontak dengan allergen. Reaksi maksimal
terjadi setelah 48 jam dan merupakan reaksi epidermal. Sel-sel langhans berperan sebagai
APC, sedangkan sel TH1 dan makrofag merupakan sel yang memegang peranan penting
dalam reaksi tersebut. Penyakit ini dibangkitkan melalui kontak dengan pentadesilkatekol
(juga disebut dengan urushiol, komponen aktif pada poison ivy atau poison oak) pada pejamu
yang tersensitisasi dan muncul sebagai suatu dermatitis vaskularis. Mekanisme dasarnya
sama dengan mekanisme pada sensitivitas tuberculin. Pajanan ulang terhadap tanaman
tersebut, sel CD4+ TH1tersensitisasi akan berakumulasi dalam dermis dan selanjutnya akan
bermigrasi menuju antigen yang berada di dalam epidermis. Di tempat ini sel tersebut
melepaskan sitokin yang merusak kretinosit, menyebabkan terpisahnya sel ini dan terjadi
pembentukan suatu vesikel intradermal.
3). Reaksi granuloma
Pada keadaan yang paling menguntungkan DTH berakhir dengan hancurnya mikroorganisme
oleh enzim lisosom dan produk makrofag lainnya seperti peroksida radikal dan superoksida.
Dan pada beberapa keadaaan terjadi hal sebaliknya, antigen bahkan terlindung, misalnya
telur skistosoma dan mikobakterium yang tertutup kapsul lipid. DTH kronis sering
menimbulkan fibrosis sebagai hasil sekresi sitokin dan growth factor oleh makrofag yang
dapat menimbulkan granuloma.
Granuloma adalah bentuk khusus DTH yang terjadi pada saat antigen bersifat persisten dan /
tidak dapat didegradasi. Infiltrate awal sel T CD4+ perivaskular secara progresif digantikan
oleh makrofag dalam waktu 2 hingga 3 minggu, makrofag yang terakumulasi secara khusus
menunjukkan bukti morfologis adanya aktivasi, yaitu semakin membesar, memipihdan
eosinofilik( disebut juga sebagai sel epiteloid). Sel epiteloid kadang-kadang bergabung
dibawah pengaruh sitokin tertentu (misalnya, IFN-γ) untuk membentuk sel raksasa (giant sel)
berinti banyak. Suatu agregat mikroskopis sel epiteloid seara khusus dikelilingi oleh suatu
lingkaran limfosit yang disebut granuloma dan polanya disebut inflamasi granuloma.
Reaksi granuloma merupakan reaksi tipe IV yang dianggap paling penting oleh karena
menimbulkan banyak efek patologis. Hal tersebut terjadi oleh karena adanya antigen yang
persisten didalam makrofag yang biasanya berupa mikroorganisme yang tidak dapat
dihancurkan atau kompleks imun yang menetap misalnya pada alveolitis alergik.
Reaksi granuloma terjadi sebagai usaha tubuh untuk memmbatasi kehadiran antigen yang
persisiten didalam tubuh, sedangkan reaksi tuberculin merupakan respon imun selular yang
terbatas. Kedua reaksi tersebut dapat terjadi akibat sensitasi terhadap antigen
mikroorganisme yang sama misalnya M tuberkulosiss dan M lepra. Granuloma terjadi pula
pada hipersensitivitas terhadap zerkonium sarkoidosis dan rangsangan bahan non-antigenik
seperti bedak (talcum). Dalam hal ini makrofag tidak dapat memusnahkan benda inorganic
tersebut. Granuloma nonimunologis dapat dibedakan dari yang imunologis oleh karena tidak
mengandung limfosit.
Dalam reaksi granuloma ditemukan sel epiteloid yang diduga berasal dari sel-sel makrofag.
Sel-sel raksasa yang memiliki banyak nucleus disebut sel raksasa langhans. Sel tersebut
mempunyai beberapa nucleus yang tersebar di bagian perifer sel dan oleh karena itu diduga
sel tersebut merupakan hasil diferensiasi terminal sel monosit/makrofag.
Granuloma imonologik ditandai oleh inti yang terdiri atas sel epiteloid dan terkadang
Ditemukan sel raksasa yang dikelilingi oleh ikatan limfosit. Disamping itu dapat ditemukan
fibrosis atau endapan serat kolagen yang terjadi akibat proliferasi fibroblast dan peningkatan
sintesis kolagen . pada beberapa penyakit seperti tuberculosis, di bagian sentral dapat
ditemukan nekrosis dengan hilangnya struktur jaringan.
Sel TH1 berhubungan dengan tuberculosis bentuk ringan oleh karena sitokin TH1
mengerahkan dan mengaktivkan makrofag, menimbulkan terbentuknya granuloma yang
mengandung kuman. Sel TH1 spesifik diaktifkan oleh kompleks peptide MHC dan
melepaskan sitokin yang bersifat kemotaktik untuk berbagai sel, sitokin TH1 terutama IFN-γ
mengaktikan makrofag di jaringan. Dalam bentuk kronik atau hipersensitiitas lambat , terjadi
susunan sel-sel terorganisasi , yang spesifik dengan sel T di perifer dan mengaktifkan
makrofag yang ada di dalam granuloma dan menimbulkan kerusakan jaringan. Beberapa
makrofag berfusi menjadi sel datia dengan banyak nucleus atau berupa sel epiteloid.
B. T cell mediated cytolysis / sitotoksitas sel langsung yang diperantarai oleh sel T CD8+
Dalam T cell mediated cytolysis, kerusakan terjadi melalui sel CD8+/cytotoxic T
Lymphocyte (CTL/Tc) yang langsung membunuh sel sasaran. Penyakit hipersensitifitas selular
diduga merupakan sebab autoimunitas. Oleh karena itu, penyakit yang ditimbulkan oleh reaksi
hipersensitivitas selular cenderung terbatas kepada beberapa organ saja dan biasanya tidak
sistemik. Pada penyakit hepatitis, virus sendiri tidak sitopatik, tetapi kerusakan ditimbulkan oleh
respon CTL terhadapp hepatosit yang terinfeksi. sel CD8+ spesifik untuk antigen atau sel
autologus dapat membunuh sel secara langsung. Pada banyak penyakit autoimun yang terjadi
melalui mekanisme selular, biasanya ditemukan baik sel CD4+ maupun sel CD8+ spesifik untuk
self antigen dan kedua sel tersebut dapat menimbulkan kerusakan.

More Related Content

What's hot

Pengantar hubungan struktur & aktivitas biologis
Pengantar hubungan struktur & aktivitas biologisPengantar hubungan struktur & aktivitas biologis
Pengantar hubungan struktur & aktivitas biologisdimaswp
 
Autoimunitas power point
Autoimunitas power pointAutoimunitas power point
Autoimunitas power pointtristyanto
 
Metabolisme asam nukleat (nucleic acid metabolism)
Metabolisme asam nukleat (nucleic acid metabolism)Metabolisme asam nukleat (nucleic acid metabolism)
Metabolisme asam nukleat (nucleic acid metabolism)Rahmat Darmawansyah THP
 
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pewarnaan Mikroorganisme
Laporan Mikrobiologi -  Teknik Pewarnaan MikroorganismeLaporan Mikrobiologi -  Teknik Pewarnaan Mikroorganisme
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pewarnaan MikroorganismeRukmana Suharta
 
FARMASETIKA – PEMBAHASAN SOAL RESEP det, iter, did, det orig
FARMASETIKA – PEMBAHASAN SOAL RESEP det, iter, did, det origFARMASETIKA – PEMBAHASAN SOAL RESEP det, iter, did, det orig
FARMASETIKA – PEMBAHASAN SOAL RESEP det, iter, did, det origNesha Mutiara
 
Radioimmunoassay (ria)
Radioimmunoassay (ria)Radioimmunoassay (ria)
Radioimmunoassay (ria)Ahmad Fadli
 
Makalah kromatografi gas
Makalah kromatografi gasMakalah kromatografi gas
Makalah kromatografi gasHajar 'Irmawati
 
Penanaman bakteri pada nutrien agar miring
Penanaman bakteri pada nutrien agar miringPenanaman bakteri pada nutrien agar miring
Penanaman bakteri pada nutrien agar miringTidar University
 
Penetapan kadar hemoglobin
Penetapan kadar hemoglobinPenetapan kadar hemoglobin
Penetapan kadar hemoglobinfikri asyura
 
Imunologi; imunologi infeksi
Imunologi; imunologi infeksiImunologi; imunologi infeksi
Imunologi; imunologi infeksiLisa Andina
 
131923261 tabel-sifat-pelarut
131923261 tabel-sifat-pelarut131923261 tabel-sifat-pelarut
131923261 tabel-sifat-pelarutRio Andreas
 
Pemeriksaan jamur secara mikroskopik
Pemeriksaan jamur secara mikroskopikPemeriksaan jamur secara mikroskopik
Pemeriksaan jamur secara mikroskopikAnnisa Nurul Chaerani
 

What's hot (20)

Pengantar hubungan struktur & aktivitas biologis
Pengantar hubungan struktur & aktivitas biologisPengantar hubungan struktur & aktivitas biologis
Pengantar hubungan struktur & aktivitas biologis
 
Autoimunitas power point
Autoimunitas power pointAutoimunitas power point
Autoimunitas power point
 
Laporan isolasi bakteri
Laporan isolasi bakteriLaporan isolasi bakteri
Laporan isolasi bakteri
 
Metabolisme asam nukleat (nucleic acid metabolism)
Metabolisme asam nukleat (nucleic acid metabolism)Metabolisme asam nukleat (nucleic acid metabolism)
Metabolisme asam nukleat (nucleic acid metabolism)
 
Mikrobiologi farmasi
Mikrobiologi farmasiMikrobiologi farmasi
Mikrobiologi farmasi
 
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pewarnaan Mikroorganisme
Laporan Mikrobiologi -  Teknik Pewarnaan MikroorganismeLaporan Mikrobiologi -  Teknik Pewarnaan Mikroorganisme
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pewarnaan Mikroorganisme
 
Sediaan krim
Sediaan krimSediaan krim
Sediaan krim
 
FARMASETIKA – PEMBAHASAN SOAL RESEP det, iter, did, det orig
FARMASETIKA – PEMBAHASAN SOAL RESEP det, iter, did, det origFARMASETIKA – PEMBAHASAN SOAL RESEP det, iter, did, det orig
FARMASETIKA – PEMBAHASAN SOAL RESEP det, iter, did, det orig
 
Presentasi Farmakognosi
Presentasi FarmakognosiPresentasi Farmakognosi
Presentasi Farmakognosi
 
Radioimmunoassay (ria)
Radioimmunoassay (ria)Radioimmunoassay (ria)
Radioimmunoassay (ria)
 
Vaksin rekombinan
Vaksin rekombinanVaksin rekombinan
Vaksin rekombinan
 
Makalah kromatografi gas
Makalah kromatografi gasMakalah kromatografi gas
Makalah kromatografi gas
 
Penanaman bakteri pada nutrien agar miring
Penanaman bakteri pada nutrien agar miringPenanaman bakteri pada nutrien agar miring
Penanaman bakteri pada nutrien agar miring
 
Penetapan kadar hemoglobin
Penetapan kadar hemoglobinPenetapan kadar hemoglobin
Penetapan kadar hemoglobin
 
imunoserologi
imunoserologiimunoserologi
imunoserologi
 
Imunologi; imunologi infeksi
Imunologi; imunologi infeksiImunologi; imunologi infeksi
Imunologi; imunologi infeksi
 
Sistem komplemen
Sistem komplemenSistem komplemen
Sistem komplemen
 
131923261 tabel-sifat-pelarut
131923261 tabel-sifat-pelarut131923261 tabel-sifat-pelarut
131923261 tabel-sifat-pelarut
 
Biosintesis Karbohidrat
Biosintesis KarbohidratBiosintesis Karbohidrat
Biosintesis Karbohidrat
 
Pemeriksaan jamur secara mikroskopik
Pemeriksaan jamur secara mikroskopikPemeriksaan jamur secara mikroskopik
Pemeriksaan jamur secara mikroskopik
 

Similar to Soal hipersensitivitas aulia

Makalah sistem imun (hipersensitivitas tipe lambat)
Makalah sistem imun (hipersensitivitas tipe lambat)Makalah sistem imun (hipersensitivitas tipe lambat)
Makalah sistem imun (hipersensitivitas tipe lambat)DARMAPERTIWIDARMA
 
Reaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasit
Reaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasitReaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasit
Reaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasitSurya Seftiawan Pratama
 
Mekanisme Respon Imun Inflamasi
Mekanisme Respon Imun InflamasiMekanisme Respon Imun Inflamasi
Mekanisme Respon Imun InflamasiVefiOktaviani1
 
Pertemuan 3 imunitas terhadap parasit
Pertemuan 3 imunitas terhadap parasitPertemuan 3 imunitas terhadap parasit
Pertemuan 3 imunitas terhadap parasitSuryanata Kesuma
 
Toleransi Imunologik dan Autoimnitas
Toleransi Imunologik dan AutoimnitasToleransi Imunologik dan Autoimnitas
Toleransi Imunologik dan AutoimnitasAbdul Hakim
 
Discussion Notes 2 : Respon Imun Adaptif
Discussion Notes 2 : Respon Imun AdaptifDiscussion Notes 2 : Respon Imun Adaptif
Discussion Notes 2 : Respon Imun AdaptifCatatan Medis
 
desa imunology dan imunitas pada trauma.pptx
desa imunology dan imunitas pada trauma.pptxdesa imunology dan imunitas pada trauma.pptx
desa imunology dan imunitas pada trauma.pptxArfiantoNur1
 
Innate Immunity-kusumalaga.pptx
Innate Immunity-kusumalaga.pptxInnate Immunity-kusumalaga.pptx
Innate Immunity-kusumalaga.pptxssuser4ccdd6
 
Hipersensitivitas
HipersensitivitasHipersensitivitas
Hipersensitivitasimam abidin
 
Sistem imun dan peradangan 1
Sistem imun dan peradangan 1Sistem imun dan peradangan 1
Sistem imun dan peradangan 1ADRYAN LANGIT
 
Discussion Notes 1 : Respon Imun Bawaan Seluler
Discussion Notes 1 : Respon Imun Bawaan SelulerDiscussion Notes 1 : Respon Imun Bawaan Seluler
Discussion Notes 1 : Respon Imun Bawaan SelulerCatatan Medis
 
Makalah anafilaktif
Makalah anafilaktifMakalah anafilaktif
Makalah anafilaktifWarnet Raha
 
Hipersensitifitas t ipe 1
Hipersensitifitas t ipe 1Hipersensitifitas t ipe 1
Hipersensitifitas t ipe 1lilin rosyanti
 

Similar to Soal hipersensitivitas aulia (20)

Makalah sistem imun (hipersensitivitas tipe lambat)
Makalah sistem imun (hipersensitivitas tipe lambat)Makalah sistem imun (hipersensitivitas tipe lambat)
Makalah sistem imun (hipersensitivitas tipe lambat)
 
Wawasan delayed type hypersensitivity
Wawasan  delayed type hypersensitivityWawasan  delayed type hypersensitivity
Wawasan delayed type hypersensitivity
 
Reaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasit
Reaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasitReaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasit
Reaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasit
 
Soal aulia
Soal auliaSoal aulia
Soal aulia
 
Mekanisme Respon Imun Inflamasi
Mekanisme Respon Imun InflamasiMekanisme Respon Imun Inflamasi
Mekanisme Respon Imun Inflamasi
 
Pertemuan 3 imunitas terhadap parasit
Pertemuan 3 imunitas terhadap parasitPertemuan 3 imunitas terhadap parasit
Pertemuan 3 imunitas terhadap parasit
 
Imunologi das12
Imunologi das12Imunologi das12
Imunologi das12
 
Toleransi Imunologik dan Autoimnitas
Toleransi Imunologik dan AutoimnitasToleransi Imunologik dan Autoimnitas
Toleransi Imunologik dan Autoimnitas
 
Discussion Notes 2 : Respon Imun Adaptif
Discussion Notes 2 : Respon Imun AdaptifDiscussion Notes 2 : Respon Imun Adaptif
Discussion Notes 2 : Respon Imun Adaptif
 
desa imunology dan imunitas pada trauma.pptx
desa imunology dan imunitas pada trauma.pptxdesa imunology dan imunitas pada trauma.pptx
desa imunology dan imunitas pada trauma.pptx
 
Wordsensitif
WordsensitifWordsensitif
Wordsensitif
 
Innate Immunity-kusumalaga.pptx
Innate Immunity-kusumalaga.pptxInnate Immunity-kusumalaga.pptx
Innate Immunity-kusumalaga.pptx
 
Limfosit T
Limfosit TLimfosit T
Limfosit T
 
Hipersensitivitas
HipersensitivitasHipersensitivitas
Hipersensitivitas
 
Resume imunologi
Resume imunologiResume imunologi
Resume imunologi
 
Sistem imun dan peradangan 1
Sistem imun dan peradangan 1Sistem imun dan peradangan 1
Sistem imun dan peradangan 1
 
Discussion Notes 1 : Respon Imun Bawaan Seluler
Discussion Notes 1 : Respon Imun Bawaan SelulerDiscussion Notes 1 : Respon Imun Bawaan Seluler
Discussion Notes 1 : Respon Imun Bawaan Seluler
 
Makalah anafilaktif
Makalah anafilaktifMakalah anafilaktif
Makalah anafilaktif
 
Makalah anafilaktif
Makalah anafilaktifMakalah anafilaktif
Makalah anafilaktif
 
Hipersensitifitas t ipe 1
Hipersensitifitas t ipe 1Hipersensitifitas t ipe 1
Hipersensitifitas t ipe 1
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Soal hipersensitivitas aulia

  • 1. SOAL  WA ODE AULIA NURFATULLAH JELASKAN REAKSI HIPERSENSITIVITAS TIPE 4 YANG TERJADI PADA MONOSIT ? JAWABAN: Reaksi hipersensitivitas type IV disebut juga reaksi hipersensitivitas type lambat yang diperantarai oleh sistem imun selular, yaitu melalui perantara sel T yang tersensitisasi secara khusus dan bukan diperantarai antibody. Reaksi hipersensitivitas type IV dibagi menjadi dua type dasar yaitu : 1. Delayed type hypersensitivity (DTH) yang diinisiasi oleh sel T CD4+ 2. T cell mediated cytolysis / sitotoksitas sel langsung yang diperantarai oleh sel T CD8+ Pada hipersensitivitas type lambat, sel T CD4+ type TH1 menyekresikan sitokin sehingga menyebabkan adanya perekrutan sel-sel lain, terutama makrofag, yang merupakan sel efektor yang utama. Sedangkan pada sitotoksitas selular, sel T CD8+ sitotoksik menjalankan fungsi efektor. A. Delayed type hypersensitivity (DTH) yang diinisiasi oleh sel T CD4+ Pada DTH, sel T CD4+ TH1 yang mengaktifkan makrofag berperan sebagai sel efektor. CD4+ TH1 melepas sitokin (IFN-γ) yang mengaktifkan makrofag dan menginduksi reaksi inflamasi. Pada DTH, kerusakan jaringan disebabkan oleh produk makrofag yang diaktifkan seperti enzim-enzim hidrollitik, oksigen reaktif intermediet, oksida nitrat dan sitokin proinflamasi. Sel efektor yang berperan pada DTH adalah makrofag. Contoh-contoh reaksi DTH adalah sebagai berikut : 1). Reaksi tuberculin Reaksi tuberculin merupakan reaksi dermal yang berbeda dengan reaksi dermatitis kontak, dan biasanya reaksi ini terjadi 20 jam setelah terpajan dengan antigen (basil tuberkel). Reaksi ini terdiri atas infiltrasi sel mononuclear (50% berupa limfosit dan sisanya adalah monosit). Setelah 48 jam, timbul infiltrasi limfosit dalam jumlah besar di sekitar pembuluh darah yang merusak hubungan serat-serat kolagen kulit. Urutan kejadian pada DTH ( seperti yang ditunjukkan pada reaksi tuberkullin) dimulai dengan pajanan pertama individu terhadap basil tuberkel. Limfosit CD4+ mengenali antigen peptida dari basil tuberkel dan juga antigen kelas II dari permukaan monosit atau sel dendrit yang telah memproses antigen mikobakterium tersebut. Proses ini membentuk sel CD4+ tipe TH1 yang tersensitisasi yang tetap berada di dalam sirkulasi selama bertahun-tahun. Masih belum jelas mengapa antigen tertentu memiliki kecenderungan untuk menginduksi respon TH1, meskipun lingkungan sitokin yang menginduksi sel naïf tersebut nampaknya sesuai. Saat dilakukan injeksi kutan tuberkullin berikutnya pada individu tersebut, sel memori memberikan respon terhadap antigen yang telah diproses oleh APC dan akan diaktivasi,
  • 2. disertai dengan sekresi sitokin TH1. Sitokin TH1 inilah yang akhirnya akan bertanggung jawab untuk mengendalikan perkebangan respons DTH. Secara keseluruhan sitokin yang berperan terhadap proses tersebut adalah sebagai berikut: a. IL-12 merupakan suatu sitokin yang dihasilkan oleh makrofag setelah interaksi awal dengan basil tuberkel, IL-12 sangat diperlukan untuk induksi DTH karena merupakan sitokin yang utama yang dapat mengarahkan diferensiasi sel TH1. b. IFN-γ memiliki berbagai macam efek dan merupakan mediator DTH yang paling penting. IFN-γ merupakan activator makrofag yang paling poten, yang meningkatkan produksi makrofag IL-12. Makrofag teraktivasi mengeluarkan molekul kelas II lebih banyak pada permukaanya sehingga meningkatkan kemampuan penyajian antigen. Makrofag ini juga memiliki kemampuan fagositik dan mikrobisida yang meningkat, demikian pula dengan kemampuanya membunuh sel tumor. Makrofag teraktivasi memiliki beberapa factor pertumbuhan polipeptida, termasuk factor pertumbuhan yang berasal dari trombosit (PDGF) dan TGF-α, yang merangsang proliferasi fibroblast dan meningkatkan sintesis kolagen. Secara ringkas, aktivasi IFN-γ maningkatkan kemampuan makrofag untuk membasmi agen penyerang, jika aktivasi makrofag terus berlangsung akan terjadi fibrosis. c. IL-2 menyebabkan proliferasi sel T yang telah terakumulasi pada tempat DTH. Yang termasuk dalam infiltrate ini adalah kira-kira 10% sel D4+ yang antigen spesifik, eskipun sebagian besar adalah sel T “penonton” yang tidak spesifik untuk penyerang asal. d. TNF dan limfotoksin adalah sitokin yang enggunakan efek pentingnya pada sel endotel : 1. meningkatkan sekresi nitrit oksida dan protasiklin , yang membantu peningkatan darah melalui vasodilatasi local. 2. Eningkatnya pengeluaran selektin-E, yaitu suatu molekul adhesi yang memmbantu dalam perlekatan sel mononuclear 3. Induksi dan sekresi factor kemotaksis seperti IL-8 perubahan ini secara bersama memudahkan keluarnya lifosit dan monosit pada lokasi terjadinya respon DTH. Apabila reaksi menetap, reaksi tuberculin akan berlanjut menimbulkan kavitas atau granuloma. 2). Dermatitis kontak Reaksi DTH dapat terjadi sebagai respon terhadap bahan yang tidak berbahaya dalam lingkungan, contohnya nikel yang dapat memicu dermatitis kontak. Dermatitis kontak adalah salah satu jenis jejas yang disebabkan oleh hipersensitivitas lambat, dikenal dalam klinik sebagai dermatitis yang timbul pada kulit tempat kontak dengan allergen. Reaksi maksimal terjadi setelah 48 jam dan merupakan reaksi epidermal. Sel-sel langhans berperan sebagai APC, sedangkan sel TH1 dan makrofag merupakan sel yang memegang peranan penting dalam reaksi tersebut. Penyakit ini dibangkitkan melalui kontak dengan pentadesilkatekol (juga disebut dengan urushiol, komponen aktif pada poison ivy atau poison oak) pada pejamu yang tersensitisasi dan muncul sebagai suatu dermatitis vaskularis. Mekanisme dasarnya sama dengan mekanisme pada sensitivitas tuberculin. Pajanan ulang terhadap tanaman tersebut, sel CD4+ TH1tersensitisasi akan berakumulasi dalam dermis dan selanjutnya akan bermigrasi menuju antigen yang berada di dalam epidermis. Di tempat ini sel tersebut
  • 3. melepaskan sitokin yang merusak kretinosit, menyebabkan terpisahnya sel ini dan terjadi pembentukan suatu vesikel intradermal. 3). Reaksi granuloma Pada keadaan yang paling menguntungkan DTH berakhir dengan hancurnya mikroorganisme oleh enzim lisosom dan produk makrofag lainnya seperti peroksida radikal dan superoksida. Dan pada beberapa keadaaan terjadi hal sebaliknya, antigen bahkan terlindung, misalnya telur skistosoma dan mikobakterium yang tertutup kapsul lipid. DTH kronis sering menimbulkan fibrosis sebagai hasil sekresi sitokin dan growth factor oleh makrofag yang dapat menimbulkan granuloma. Granuloma adalah bentuk khusus DTH yang terjadi pada saat antigen bersifat persisten dan / tidak dapat didegradasi. Infiltrate awal sel T CD4+ perivaskular secara progresif digantikan oleh makrofag dalam waktu 2 hingga 3 minggu, makrofag yang terakumulasi secara khusus menunjukkan bukti morfologis adanya aktivasi, yaitu semakin membesar, memipihdan eosinofilik( disebut juga sebagai sel epiteloid). Sel epiteloid kadang-kadang bergabung dibawah pengaruh sitokin tertentu (misalnya, IFN-γ) untuk membentuk sel raksasa (giant sel) berinti banyak. Suatu agregat mikroskopis sel epiteloid seara khusus dikelilingi oleh suatu lingkaran limfosit yang disebut granuloma dan polanya disebut inflamasi granuloma. Reaksi granuloma merupakan reaksi tipe IV yang dianggap paling penting oleh karena menimbulkan banyak efek patologis. Hal tersebut terjadi oleh karena adanya antigen yang persisten didalam makrofag yang biasanya berupa mikroorganisme yang tidak dapat dihancurkan atau kompleks imun yang menetap misalnya pada alveolitis alergik. Reaksi granuloma terjadi sebagai usaha tubuh untuk memmbatasi kehadiran antigen yang persisiten didalam tubuh, sedangkan reaksi tuberculin merupakan respon imun selular yang terbatas. Kedua reaksi tersebut dapat terjadi akibat sensitasi terhadap antigen mikroorganisme yang sama misalnya M tuberkulosiss dan M lepra. Granuloma terjadi pula pada hipersensitivitas terhadap zerkonium sarkoidosis dan rangsangan bahan non-antigenik seperti bedak (talcum). Dalam hal ini makrofag tidak dapat memusnahkan benda inorganic tersebut. Granuloma nonimunologis dapat dibedakan dari yang imunologis oleh karena tidak mengandung limfosit. Dalam reaksi granuloma ditemukan sel epiteloid yang diduga berasal dari sel-sel makrofag. Sel-sel raksasa yang memiliki banyak nucleus disebut sel raksasa langhans. Sel tersebut mempunyai beberapa nucleus yang tersebar di bagian perifer sel dan oleh karena itu diduga sel tersebut merupakan hasil diferensiasi terminal sel monosit/makrofag. Granuloma imonologik ditandai oleh inti yang terdiri atas sel epiteloid dan terkadang Ditemukan sel raksasa yang dikelilingi oleh ikatan limfosit. Disamping itu dapat ditemukan fibrosis atau endapan serat kolagen yang terjadi akibat proliferasi fibroblast dan peningkatan sintesis kolagen . pada beberapa penyakit seperti tuberculosis, di bagian sentral dapat ditemukan nekrosis dengan hilangnya struktur jaringan. Sel TH1 berhubungan dengan tuberculosis bentuk ringan oleh karena sitokin TH1 mengerahkan dan mengaktivkan makrofag, menimbulkan terbentuknya granuloma yang mengandung kuman. Sel TH1 spesifik diaktifkan oleh kompleks peptide MHC dan melepaskan sitokin yang bersifat kemotaktik untuk berbagai sel, sitokin TH1 terutama IFN-γ
  • 4. mengaktikan makrofag di jaringan. Dalam bentuk kronik atau hipersensitiitas lambat , terjadi susunan sel-sel terorganisasi , yang spesifik dengan sel T di perifer dan mengaktifkan makrofag yang ada di dalam granuloma dan menimbulkan kerusakan jaringan. Beberapa makrofag berfusi menjadi sel datia dengan banyak nucleus atau berupa sel epiteloid. B. T cell mediated cytolysis / sitotoksitas sel langsung yang diperantarai oleh sel T CD8+ Dalam T cell mediated cytolysis, kerusakan terjadi melalui sel CD8+/cytotoxic T Lymphocyte (CTL/Tc) yang langsung membunuh sel sasaran. Penyakit hipersensitifitas selular diduga merupakan sebab autoimunitas. Oleh karena itu, penyakit yang ditimbulkan oleh reaksi hipersensitivitas selular cenderung terbatas kepada beberapa organ saja dan biasanya tidak sistemik. Pada penyakit hepatitis, virus sendiri tidak sitopatik, tetapi kerusakan ditimbulkan oleh respon CTL terhadapp hepatosit yang terinfeksi. sel CD8+ spesifik untuk antigen atau sel autologus dapat membunuh sel secara langsung. Pada banyak penyakit autoimun yang terjadi melalui mekanisme selular, biasanya ditemukan baik sel CD4+ maupun sel CD8+ spesifik untuk self antigen dan kedua sel tersebut dapat menimbulkan kerusakan.