SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
BAB I 
PENDAHULUAN 
A. LATAR BELAKANG 
Asfiksia neonaturium ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas 
secara spontan dan teratur segera setelah kelahirannya disertai dengan hipoksia, 
hiperkapnia dan berakhir dengan asidosis. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin 
dalam uterus, hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam 
kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan 
bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. 
Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan 
hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul. 
Hipoksia yang terdapat pada penderita asfiksia ini merupakan faktor terpenting yang 
dapat menghambat adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan ekstrauterin. 
Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang berpotensi untuk 
menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka hal itu 
harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya tentang kemungkinan perlunya 
tindakan resusitasi, sebab asfiksia memiliki dampak negatif baik yang baersifat 
jangka panjang ataupun jangka pendek. 
Masa Neonatus adalah masa dimana saat bayi dilahirkan sampai dua minggu. 
Tahap ini sangat berbahaya karena merupakan masa penyesuaian radikal dari bayi 
itu dimana ia harus menyesuaikan dengan perubahan suhu, belajar bernapas, 
menelan dan membuang kotoran. 
Hal ini sangat berbeda saat bayi masih dalam kandungan, sehingga pada masa ini 
orang tua harus sangat teliti terhadap perkembangan bayinya karena bayi mulai 
mengalami tingkah laku yang tidak teratur, berat badan berkurang karena masih 
menyesuaikan diri untuk menelan ASI agar bayi lebih dapat berkembang dan 
terhindar dari peristiwa kematian bayi. 
B. RUMUSAN MASALAH 
Bagaimana hubungan Asfiksia dengan Neonatus Prematur 
C. TUJUAN 
Untuk mengetahui hubungan Asfiksia dengan Neonatus Prematur
BAB II 
PEMBAHASAN 
A. Definisi 
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara 
spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan 
mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan 
gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang 
mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Asuhan 
Persalinan Normal, 2007). 
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara 
spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam 
uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam 
kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan 
bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. 
Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan 
hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul. (Wiknjosastro, 
1999) 
B. Etiologi / Penyebab Asfiksia 
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi 
darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang. 
Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut 
menjadi asfiksia bayi baru lahir. 
Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada 
bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat clan bayi berikut ini: 
1. Faktor ibu 
a. Preeklampsia dan eklampsia 
b. Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta) 
c. Partus lama atau partus macet 
d. Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV) 
e. Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan) 
2. Faktor Tali Pusat 
a. Lilitan tali pusat 
b. Tali pusat pendek 
c. Simpul tali pusat 
d. Prolapsus tali pusat
3. Faktor Bayi 
a. Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan) 
b. Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, 
ekstraksi vakum, ekstraksi forsep) 
c. Kelainan bawaan (kongenital) 
d. Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan) 
Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang berpotensi 
untukmenimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka 
hal itu harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya tentang kemungkinan 
perlunya tindakan resusitasi. Akan tetapi, adakalanya faktor risiko menjadi sulit 
dikenali atau (sepengetahuan penolong) tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. 
Oleh karena itu, penolong harus selalu siap melakukan resusitasi bayi pada setiap 
pertolongan persalinan. 
Asfiksia Neonatorum dapat dibagi dalam tiga klasifiasi: 
 Asfiksia neonatorum ringan : Skor APGAR 7-10. Bayi dianggap sehat, dan 
tidak memerlukan tindakan istimewa 
 Asfiksia neonatorum sedang : Skor APGAR 4-6. Pada pemeriksaan fisik akan 
terlihat frekuensi jantung lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau 
baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada. 
 Asfisia neonatorum berat : Skor APGAR 0-3. Pada pemeriksaan fisik 
ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100/menit, tonus otot buruk, sianosis 
berat, dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada, pada asfiksia 
dengan henti jantung yaitu bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 
menit sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung menghilang post partum 
pemeriksaan fisik sama asfiksia berat 
c. Perubahan Patofiologis dan Gambaran Klinis 
Pernafasan spontan BBL tergantung pada kondisi janin pada masa kehamilan dan 
persalinan. Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama 
kehamilan atau persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan 
mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian 
asfiksia yang terjadi dimulai suatu periode apnu disertai dengan penurunan 
frekuensi. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas tidak tampak dan bayi 
selanjutnya berada dalam periode apnue kedua. Pada tingkat ini terjadi bradikardi 
dan penurunan TD.
Pada asfiksia terjadi pula gangguan metabolisme dan perubahan keseimbangan 
asam-basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama hanya terjadi asidosis 
respioratorik. Bila berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi proses metabolisme an 
aerobic yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen tubuh terutama 
pada jantung dan hati akan berkurang. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi 
perubahan kardiovaskular yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya : 
1. Hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung. 
2. Terjadinya asidosis metabolik yang akan menimbulkan kelemahan otot jantung. 
3. Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan mengakibatkan tetap 
tingginya resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan 
ke sistem sirkulasi tubuh lain akan mengalami gangguan. (Rustam, 1998). 
Gejala dan Tanda-tanda Asfiksia 
1. Tidak bernafas atau bernafas megap-megap 
2. Warna kulit kebiruan 
3. Kejang 
4. Penurunan kesadaran 
5. DJJ lebih dari 16Ox/mnt/kurang dari lOOx/menit tidak teratur 
6. Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala 
D. Diagnosis 
Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia / 
hipoksia janin. Diagnosis anoksia / hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan 
dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapat 
perhatian yaitu : 
1. Denyut jantung janin 
Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi 
apabila frekuensi turun sampai ke bawah 100 kali per menit di luar his, dan lebih-lebih 
jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya 
2. Mekonium dalam air ketuban 
Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada presentasi 
kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan harus diwaspadai. 
Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat merupakan 
indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.
3. Pemeriksaan pH darah janin 
Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan 
kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pH-nya. 
Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai di 
bawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya gawat janin mungkin disertai 
asfiksia. 
(Wiknjosastro, 1999) 
E. Hubungan Asfiksia dengan Post Matur 
Bayi post matur adalah suatu keadaan dimana bayi lahir setelah usia 
kehamilan melebihi 42 minggu. Ketika usia kehamilan melewati usia 42 minggu 
plasenta akan mengecil dan fungsinya menurun. Mengakibatkan kemampuan 
plasenta untuk menyediakan makanan semakin berkurang dan janin akan 
menggunakan persediaan lemak dan karbohidratnya sendiri sebagai sumber 
energy. Sehingga laju pertumbuhan janin menjadi lambat. Jika plasenta tidak 
dapat menyediakan oksigen yang cukup selama persalinan, bisa terjadi gawat 
janin, sehingga janin menjadi rentan terhadap cedera otak dan organ 
lainnya. Cedera tersebut merupakan resiko terbesar pada seorang bayi post-matur 
dan untuk mencegah terjadinya hal tersebut, banyak dokter yang melakukan induksi 
persalinan jika suatu kehamilan telah lebih 42 minggu. 
Risiko kematian perinatal pada bayi postmatur cukup tinggi : 30% prepartum, 
55% intrapartum, 15% postpartum. Akibat yang dapat terjadi dari post-maturitas 
dari bayi adalah asfiksia, aspirasi mekonium menyebabkan terhalangnya saluran 
napas dan iritasi paru-paru sehingga pneumonia, status gizi janin buruk, 
polisitemia menyebabkan resiko iskemi cerebral, thrombus, gangguan napas, 
partus lama, terjadi cacat kelahiran, kejang akibat hipoksia. Sehingga akan 
menyebabkan hal yang sangat berbahaya bagi kehidupan janin maupun bagi ibu 
ketika menghadapi proses persalinan bayi postmature. 
Oleh karena hal tersebut, makalah ini kami susun sebagai tujuan untuk 
memberikan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa keperawatan dan menjadi 
informasi kepada mahasiswa perawat mengenai asuhan keperawatan yang benar 
dan tepat kepada bayi baru lahir postmatur. 
F. Cara Penganganan 
1. Setelah usia kehamilan lebih dari atau sama dengan 40-42 minggu 
monitoring janin secara intensif 
2. Nonstress test (NST) dapat dua kali dalam seminggu, yang dimulai saat 
kehamilan berusia 41 minggu dan berlanjut hingga persalinan untuk melakukan
pilihan antara persalinan tanpa intervensi persalinan yang di induksi atau secara 
sectio caesaria. 
3. Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiense plasenta, persalinan spontan dapat 
ditunggu dengan pengawasan ketat 
4. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks, kalau 
sudah matang boleh dilakukan induksi persalinan spontan dengan atau tanpa 
amniotomi. Bila : 
a. Riwayat kehamilan yang lalu ada kematian janin dalam rahim. 
b. Terdapat hipertensi, pre-eklampsia. 
c. Kehamilan ini adalah anak pertama karena infertilitas. 
d. Pada kehamilan > 40-42 minggu 
Pada persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus lama akan sangat 
merugikan bayi, janin postmatur kadang-kadang besar dan kemungkinan diproporsi 
sefalo-pelvik dan distosia janin perlu dipertimbangkan (Rustam Mochtar, Sinopsis 
Obstetri Jilid I, 1998). 
5. Tindakan operasi seksio sesarea dapat dipertimbangkan pada : 
A. Insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang 
B. Pembukaan yang belum lengkap, persalinan lama dan terjadi gawat 
janin, atau 
C. Pada primigravida tua, kematian janin dalam kandungan, pre-eklampsia, 
hipertensi menahun, anak berharga (infertilitas) dan kesalahan letak 
janin. 
6. Penatalaksanaan aktif pada kehamilan lewat bulan : 
a. Induksi persalinan 
Induksi persalinan adalah persalinan yang dilakukan setelah servik matang 
dengan menggunakan prostaglandin E2 (PGE2) bersama oksitosin, dan 
prostaglandin terbukti lebih efektif sebagai agens yang mematangkan servik 
dibanding oksitosin. 
Metode lain yang digunakan untuk menginduksi persalinan ( misalnya minyak jarak, 
stimulasi payudara, peregangan servik secara mekanis), memiliki kisaran 
keberhasilan secara beragam dan atau sedikit penelitian untuk menguatkan 
rekomendasinya. 
b. Metode hormon untuk induksi persalinan : 
1. Oksitosin yang digunakan melalui intravena dengan catatan servik 
sudah matang. 
2. Prostaglandin dapat digunakan untuk mematangkan servik 
sehingga lebih baik dari oksitosin namun kombinasi keduanya
menunjukkan hal yang positif. 
3. Misprostol adalah suatu tablet sintetis analog PGE1 yang diberikan 
intravagina (disetujui FDA untuk mencegah ulkus peptikum, bukan untuk 
induksi) 
4. Dinoproston 
5. Merk dagang cervidil suatu preparat PGE2, tersedia dalam dosis 10 mg yang 
dimasukkan ke vagina ( disetujui FDA untuk induksi persalinan pada tahun 
1995). 
6. Predipil yakni suatu sintetis preparat PGE2 yang tersedia dalam bentuk jel 
0,5 mg deng diberika intraservik (disetujui FDA untuk induksi persalinan 
pada tahun 1993) 
Metode non hormon Induksi persalinan 
1. Pemisahan ketuban 
Prosedurnya dikenal dengan pemisahan atau mengusap ketuban mengacu pada 
upaya memisahkan membran amnion dari bagian servik yang mudah diraih dan 
segmen uterus bagian bawah. 
Mekanisme kerjanya memungkinkan melepaskan prostaglandin ke dalam sirkulasi 
ibu. Pemisahan hendaknya jangan dilakukan jika 
terdapat ruptur membran yang tidak disengaja dan dirasa tidak aman baik bagi 
ibu maupun bagi janin. Pemisahan memban serviks tidak dilakukan pada kasus 
– kasus servisitis, plasenta letak rendah, maupun plasenta previa, posisi yang 
tidak diketahui, atau perdarahan pervaginam yang tidak diketahui. 
2. Amniotomi yakni pemecahan ketuban secara sengaja 
3. Pompa Payudara dan stimulasi puting. 
Penggunaan cara ini relatif lebih aman karena menggunakan metode yang sesuai 
dengan fisiologi kehamilan dan persalinan. Penanganannya dengan menstimulasi 
putting selama 15 menit diselingi istirahat dengan metode kompres hangat selama 
1 jam sebanyak 3 kali perhari. 
4.Minyak jarak 
Ingesti minyak jarak 60 mg yang dicampur dengan jus apel maupun jus jeruk 
dapat meningkatkan angka kejadian persalinan spontan jika diberikan pada 
kehamilan cukup bulan. 
5. Kateter foley atau Kateter balon. 
Secara umum kateter dimasukkan kedalam servik kemudian balon di isi udara 25 
hingg 50 mililiter untuk menjaga kateter tetap pada tempatnya. Beberapa uji klinis 
membuktikan bahwa teknik ini sangat efektif.
BAB III 
PENUTUP 
A. KESIMPULAN 
Penyebab daripada terjadinya bayi lahir postmatur adalah faktor hormonal, yaitu 
kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan, 
sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang (Mochtar, Rustam, 1999). 
Diduga adanya kadar kortisol yang rendah pada darah janin. Selain itu, kurangnya 
air ketuban dan insufisiensi plasenta juga diduga berhubungan dengan kehamilan 
lewat waktu. Fungsi plasenta memuncak pada usia kehamilan 38-42 minggu, 
kemudian menurun setelah 42 minggu, terlihat dari menurunnya kadar estrogen dan 
laktogen plasenta. Terjadi juga spasme arteri spiralis plasenta. Akibatnya dapat 
terjadi gangguan suplai oksigen dan nutrisi untuk hidup dan tumbuh kembang janin 
intrauterin. Sirkulasi uteroplasenta berkurang sampai 50%. Sehingga janin dapat 
mengalamo pengecilan ukuran janin dan kurang nutrisi. Volume air ketuban 
juga berkurang karena mulai terjadi absorpsi pada organ ginjal dan usus dari janin. 
Mekonium yang diaspirasi kembali oleh janin mengakibatkan sindrom aspirasi 
mekonium yang dapat mengakibatkan atelektasis. Keadaan-keadaan ini 
merupakan kondisi yang tidak baik untuk janin. Risiko kematian perinatal pada 
bayi postmatur cukup tinggi : 30% prepartum, 55% intrapartum, 15% postpartum. 
merupakan kondisi yang tidak baik untuk janin. Risiko kematian perinatal pada 
bayi postmatur cukup tinggi : 30% prepartum, 55% intrapartum, 15% postpartum. 
B. SARAN 
Makalah ini masih memiliki berbagai jenis kekurangan olehnya itu kritik yang sifatnya 
membangun sangat kami harapkan.
DAFTAR PUSTAKA 
 Saifuddin, AB. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Meterial dan 
Neonatal. Jakarta : YBP-SP 
 Jumiarni, Dra. 1994. Asuhan Keperawatan Perinatal. Jakarta : EGC 
 Saifuddin, AB. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal 
dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP 
 Hidayat, Aiziz Alimul. Pengantar Ilmu keperawatan Anak. Buku 1. jakarta: Salemba 
Medika. 2006 
 Sacharin, Rosa M. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Edisi 2. Jakarta: EGC. 1996 
 Wong, Donna L. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. jakarta: EGC. 2003
MAKALAH 
HUBUNGAN ASFIKSIA DENGAN POST MATUR 
OLEH : 
NAMA : SITI CHOIROTIN 
NIM : 2013.IB.0036 
TINGKAT : 1 A 
YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE 
AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA 
KABUPATEN MUNA 
2014
KATA PENGANTAR 
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas 
berkat, rahmat dan hidayah-Nya kami bias menyelesaikan makalah ini. Makalah ini 
kami buat guna memenuhi tugas dari dosen. 
Makalah ini membahas tentang “HUBUNGAN ASFIKSIA DENGAN POST MATUR” 
semoga dengan makalah yang kami susun ini kita sebagai mahasiswa kebidanan 
dapat menambah dan memperluas pengetahuan kita. 
Kami mengetahui makalah yang kami susun ini masih sangat jauh dari sempurna, 
maka dari itu kami masih mengharapkan kritik dan saran dari bapak/ibu selaku 
dosen-dosen pembimbing kami serta temen-temen sekalian, karena kritik dan saran 
itu dapat membangun kami dari yang salah menjadi benar. 
Semoga makalah yang kami susun ini dapat berguna dan bermanfaat bagi 
kita, akhir kata kami mengucapkan terima kasih. 
Raha, Mei 2014 
PENYUSUN
DAFTAR ISI 
KATA PENGANTAR …………….................……......…………….....…........ i 
DAFTAR ISI ……………………………………..........…………........……...... ii 
BAB I PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang …………………………………......…….......................... 1 
B. Rumusan Masalah………………………………......…............................. 2 
C. Tujuan Penulisan.................................................................................... 2 
BAB II PEMBAHASAN 
A. Definisi 
B. Etiologi / Penyebab Asfiksia 
C. Perubahan Patofiologis dan Gambaran Klinis 
D. Diagnosis 
E. Hubungan Asfiksia Dengan Post partum 
F. Penanganan Post Matur 
BAB III PENUTUP 
3.1 Kesimpulan ……………............................………………........................ 8 
3.2 Saran...................................................................................................... 8 
DAFTAR PUSTAKA........................................................................ ............. 9

More Related Content

What's hot

Makalah hubungan asfiksia dengan tali pusat pendek
Makalah hubungan asfiksia  dengan tali pusat pendekMakalah hubungan asfiksia  dengan tali pusat pendek
Makalah hubungan asfiksia dengan tali pusat pendekOperator Warnet Vast Raha
 
Askep asfiksia mekonium
Askep asfiksia mekoniumAskep asfiksia mekonium
Askep asfiksia mekoniumHome Care
 
Makalah hubungan asfiksia dengan tali pusat pendek
Makalah hubungan asfiksia  dengan tali pusat pendekMakalah hubungan asfiksia  dengan tali pusat pendek
Makalah hubungan asfiksia dengan tali pusat pendekSeptian Muna Barakati
 

What's hot (7)

Makalah hubungan asfiksia dengan partus lama
Makalah hubungan asfiksia dengan partus lamaMakalah hubungan asfiksia dengan partus lama
Makalah hubungan asfiksia dengan partus lama
 
Makalah hubungan asfiksia dengan tali pusat pendek
Makalah hubungan asfiksia  dengan tali pusat pendekMakalah hubungan asfiksia  dengan tali pusat pendek
Makalah hubungan asfiksia dengan tali pusat pendek
 
Makalah hubungan asfiksia dengan demam
Makalah hubungan asfiksia dengan demamMakalah hubungan asfiksia dengan demam
Makalah hubungan asfiksia dengan demam
 
Makalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakumMakalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakum
 
Askep asfiksia mekonium
Askep asfiksia mekoniumAskep asfiksia mekonium
Askep asfiksia mekonium
 
Makalah hubungan asfiksia dengan tali pusat pendek
Makalah hubungan asfiksia  dengan tali pusat pendekMakalah hubungan asfiksia  dengan tali pusat pendek
Makalah hubungan asfiksia dengan tali pusat pendek
 
Makalah hubungan asfiksia dengan portus lama
Makalah hubungan asfiksia dengan portus lamaMakalah hubungan asfiksia dengan portus lama
Makalah hubungan asfiksia dengan portus lama
 

Viewers also liked

Makalah hubungan ilmu ekonomi dengan kemakmuran suatu negara
Makalah hubungan ilmu ekonomi dengan kemakmuran suatu negaraMakalah hubungan ilmu ekonomi dengan kemakmuran suatu negara
Makalah hubungan ilmu ekonomi dengan kemakmuran suatu negaraSeptian Muna Barakati
 
Makalah gelombang elektronik dalam bidang kesehatan 2
Makalah gelombang elektronik dalam bidang kesehatan 2Makalah gelombang elektronik dalam bidang kesehatan 2
Makalah gelombang elektronik dalam bidang kesehatan 2Septian Muna Barakati
 
Makalah hubungan asfiksia dengan tbc
Makalah hubungan asfiksia dengan  tbcMakalah hubungan asfiksia dengan  tbc
Makalah hubungan asfiksia dengan tbcSeptian Muna Barakati
 
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuMakalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuSeptian Muna Barakati
 

Viewers also liked (20)

Makalah global warning
Makalah global warningMakalah global warning
Makalah global warning
 
Makalah gagal jantung
Makalah gagal jantungMakalah gagal jantung
Makalah gagal jantung
 
Makalah hubungan ilmu ekonomi dengan kemakmuran suatu negara
Makalah hubungan ilmu ekonomi dengan kemakmuran suatu negaraMakalah hubungan ilmu ekonomi dengan kemakmuran suatu negara
Makalah hubungan ilmu ekonomi dengan kemakmuran suatu negara
 
Makalah gastroenterohepatologi
Makalah gastroenterohepatologiMakalah gastroenterohepatologi
Makalah gastroenterohepatologi
 
Makalah ilmu politik pa kamburi
Makalah ilmu politik pa kamburiMakalah ilmu politik pa kamburi
Makalah ilmu politik pa kamburi
 
Makalah profesi keguruan 6
Makalah profesi keguruan 6Makalah profesi keguruan 6
Makalah profesi keguruan 6
 
Makalah ham
Makalah hamMakalah ham
Makalah ham
 
Makalah gelombang elektronik dalam bidang kesehatan 2
Makalah gelombang elektronik dalam bidang kesehatan 2Makalah gelombang elektronik dalam bidang kesehatan 2
Makalah gelombang elektronik dalam bidang kesehatan 2
 
Makalah imunoglobin 2
Makalah imunoglobin 2Makalah imunoglobin 2
Makalah imunoglobin 2
 
Makalah hipersensitivitas
Makalah hipersensitivitasMakalah hipersensitivitas
Makalah hipersensitivitas
 
Makalah huruf kapital
Makalah huruf kapitalMakalah huruf kapital
Makalah huruf kapital
 
Makalah hubungan asfiksia dengan tbc
Makalah hubungan asfiksia dengan  tbcMakalah hubungan asfiksia dengan  tbc
Makalah hubungan asfiksia dengan tbc
 
Makalah hpp akpe raha
Makalah hpp akpe rahaMakalah hpp akpe raha
Makalah hpp akpe raha
 
Makalah immunoglobulin
Makalah immunoglobulinMakalah immunoglobulin
Makalah immunoglobulin
 
Makalah haid dalam pandangan islam
Makalah haid dalam pandangan islamMakalah haid dalam pandangan islam
Makalah haid dalam pandangan islam
 
Makalah ilmu logika
Makalah ilmu logikaMakalah ilmu logika
Makalah ilmu logika
 
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuMakalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
 
Makalah gastritis
Makalah gastritisMakalah gastritis
Makalah gastritis
 
Makalah profesi keguruan 4
Makalah profesi keguruan 4Makalah profesi keguruan 4
Makalah profesi keguruan 4
 
Rediger sur internet
Rediger sur internetRediger sur internet
Rediger sur internet
 

Similar to Makalah hubungan asfiksia dengan post matur

Makalah hubungan asfiksia dengan neonatus prematur
Makalah hubungan asfiksia dengan neonatus prematurMakalah hubungan asfiksia dengan neonatus prematur
Makalah hubungan asfiksia dengan neonatus prematurSeptian Muna Barakati
 
Makalah hubungan asfiksia dengan solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia dengan  solusi plasentaMakalah hubungan asfiksia dengan  solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia dengan solusi plasentaSeptian Muna Barakati
 
Makalah hubungan asfiksia solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia solusi plasentaMakalah hubungan asfiksia solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia solusi plasentaSeptian Muna Barakati
 
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekoniumMakalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekoniumSeptian Muna Barakati
 
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekoniumMakalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekoniumWarnet Raha
 
Makalah hubungan asfiksia dengan post matur
Makalah hubungan asfiksia dengan  post maturMakalah hubungan asfiksia dengan  post matur
Makalah hubungan asfiksia dengan post maturSeptian Muna Barakati
 
Makalah hubungan asfiksia dengan post matur
Makalah hubungan asfiksia dengan  post maturMakalah hubungan asfiksia dengan  post matur
Makalah hubungan asfiksia dengan post maturWarnet Raha
 
Makalah hubungan asfiksia dengan letak sumsang
Makalah hubungan asfiksia dengan  letak sumsangMakalah hubungan asfiksia dengan  letak sumsang
Makalah hubungan asfiksia dengan letak sumsangSeptian Muna Barakati
 
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekoniumMakalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekoniumSeptian Muna Barakati
 
Makalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakumMakalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakumWarnet Raha
 
Makalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakumMakalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakumSeptian Muna Barakati
 
Makalah hubungan asfiksia dengan tbc
Makalah hubungan asfiksia dengan  tbcMakalah hubungan asfiksia dengan  tbc
Makalah hubungan asfiksia dengan tbcSeptian Muna Barakati
 
Makalah hubungan asfiksia dengan tbc
Makalah hubungan asfiksia dengan  tbcMakalah hubungan asfiksia dengan  tbc
Makalah hubungan asfiksia dengan tbcWarnet Raha
 
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuMakalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuOperator Warnet Vast Raha
 
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuMakalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuWarnet Raha
 
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuMakalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuOperator Warnet Vast Raha
 
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuMakalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuSeptian Muna Barakati
 
Makalah hubungan asfiksia dengan solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia dengan  solusi plasentaMakalah hubungan asfiksia dengan  solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia dengan solusi plasentaSeptian Muna Barakati
 
Makalah hubungan asfiksia dengan solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia dengan  solusi plasentaMakalah hubungan asfiksia dengan  solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia dengan solusi plasentaWarnet Raha
 

Similar to Makalah hubungan asfiksia dengan post matur (20)

Makalah hubungan asfiksia dengan neonatus prematur
Makalah hubungan asfiksia dengan neonatus prematurMakalah hubungan asfiksia dengan neonatus prematur
Makalah hubungan asfiksia dengan neonatus prematur
 
Makalah hubungan asfiksia dengan solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia dengan  solusi plasentaMakalah hubungan asfiksia dengan  solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia dengan solusi plasenta
 
Makalah hubungan asfiksia solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia solusi plasentaMakalah hubungan asfiksia solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia solusi plasenta
 
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekoniumMakalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
 
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekoniumMakalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
 
Makalah hubungan asfiksia dengan post matur
Makalah hubungan asfiksia dengan  post maturMakalah hubungan asfiksia dengan  post matur
Makalah hubungan asfiksia dengan post matur
 
Makalah hubungan asfiksia dengan post matur
Makalah hubungan asfiksia dengan  post maturMakalah hubungan asfiksia dengan  post matur
Makalah hubungan asfiksia dengan post matur
 
Makalah hubungan asfiksia dengan letak sumsang
Makalah hubungan asfiksia dengan  letak sumsangMakalah hubungan asfiksia dengan  letak sumsang
Makalah hubungan asfiksia dengan letak sumsang
 
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekoniumMakalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
 
Makalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakumMakalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakum
 
Makalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakumMakalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakum
 
Makalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakumMakalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakum
 
Makalah hubungan asfiksia dengan tbc
Makalah hubungan asfiksia dengan  tbcMakalah hubungan asfiksia dengan  tbc
Makalah hubungan asfiksia dengan tbc
 
Makalah hubungan asfiksia dengan tbc
Makalah hubungan asfiksia dengan  tbcMakalah hubungan asfiksia dengan  tbc
Makalah hubungan asfiksia dengan tbc
 
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuMakalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
 
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuMakalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
 
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuMakalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
 
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuMakalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
 
Makalah hubungan asfiksia dengan solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia dengan  solusi plasentaMakalah hubungan asfiksia dengan  solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia dengan solusi plasenta
 
Makalah hubungan asfiksia dengan solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia dengan  solusi plasentaMakalah hubungan asfiksia dengan  solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia dengan solusi plasenta
 

More from Septian Muna Barakati (20)

Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
 
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
 
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
 
Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA
 
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
 
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
 
Dokomen polisi
Dokomen polisiDokomen polisi
Dokomen polisi
 
Dokumen perusahaan
Dokumen perusahaanDokumen perusahaan
Dokumen perusahaan
 
Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3
 
Dosa besar
Dosa besarDosa besar
Dosa besar
 
Ekosistem padang lamun
Ekosistem padang lamunEkosistem padang lamun
Ekosistem padang lamun
 
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi pendudukFaktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
 
E
EE
E
 
Faktor
FaktorFaktor
Faktor
 
Fho...................
Fho...................Fho...................
Fho...................
 
555555555555555 (2)
555555555555555 (2)555555555555555 (2)
555555555555555 (2)
 
99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya
 
10 impact of global warming
10 impact of global warming10 impact of global warming
10 impact of global warming
 
10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global
 
5 w 1h penyakit hiv
5 w 1h  penyakit hiv5 w 1h  penyakit hiv
5 w 1h penyakit hiv
 

Recently uploaded

Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...Kanaidi ken
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...Kanaidi ken
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...MetalinaSimanjuntak1
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...Kanaidi ken
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSdheaprs
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptxSirlyPutri1
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfWidyastutyCoyy
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasarrenihartanti
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptPpsSambirejo
 

Recently uploaded (20)

Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 

Makalah hubungan asfiksia dengan post matur

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Asfiksia neonaturium ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah kelahirannya disertai dengan hipoksia, hiperkapnia dan berakhir dengan asidosis. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus, hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul. Hipoksia yang terdapat pada penderita asfiksia ini merupakan faktor terpenting yang dapat menghambat adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan ekstrauterin. Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang berpotensi untuk menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka hal itu harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya tentang kemungkinan perlunya tindakan resusitasi, sebab asfiksia memiliki dampak negatif baik yang baersifat jangka panjang ataupun jangka pendek. Masa Neonatus adalah masa dimana saat bayi dilahirkan sampai dua minggu. Tahap ini sangat berbahaya karena merupakan masa penyesuaian radikal dari bayi itu dimana ia harus menyesuaikan dengan perubahan suhu, belajar bernapas, menelan dan membuang kotoran. Hal ini sangat berbeda saat bayi masih dalam kandungan, sehingga pada masa ini orang tua harus sangat teliti terhadap perkembangan bayinya karena bayi mulai mengalami tingkah laku yang tidak teratur, berat badan berkurang karena masih menyesuaikan diri untuk menelan ASI agar bayi lebih dapat berkembang dan terhindar dari peristiwa kematian bayi. B. RUMUSAN MASALAH Bagaimana hubungan Asfiksia dengan Neonatus Prematur C. TUJUAN Untuk mengetahui hubungan Asfiksia dengan Neonatus Prematur
  • 2. BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Asuhan Persalinan Normal, 2007). Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul. (Wiknjosastro, 1999) B. Etiologi / Penyebab Asfiksia Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang. Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir. Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat clan bayi berikut ini: 1. Faktor ibu a. Preeklampsia dan eklampsia b. Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta) c. Partus lama atau partus macet d. Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV) e. Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan) 2. Faktor Tali Pusat a. Lilitan tali pusat b. Tali pusat pendek c. Simpul tali pusat d. Prolapsus tali pusat
  • 3. 3. Faktor Bayi a. Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan) b. Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep) c. Kelainan bawaan (kongenital) d. Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan) Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang berpotensi untukmenimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka hal itu harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya tentang kemungkinan perlunya tindakan resusitasi. Akan tetapi, adakalanya faktor risiko menjadi sulit dikenali atau (sepengetahuan penolong) tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh karena itu, penolong harus selalu siap melakukan resusitasi bayi pada setiap pertolongan persalinan. Asfiksia Neonatorum dapat dibagi dalam tiga klasifiasi:  Asfiksia neonatorum ringan : Skor APGAR 7-10. Bayi dianggap sehat, dan tidak memerlukan tindakan istimewa  Asfiksia neonatorum sedang : Skor APGAR 4-6. Pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.  Asfisia neonatorum berat : Skor APGAR 0-3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada, pada asfiksia dengan henti jantung yaitu bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung menghilang post partum pemeriksaan fisik sama asfiksia berat c. Perubahan Patofiologis dan Gambaran Klinis Pernafasan spontan BBL tergantung pada kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan. Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama kehamilan atau persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian asfiksia yang terjadi dimulai suatu periode apnu disertai dengan penurunan frekuensi. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnue kedua. Pada tingkat ini terjadi bradikardi dan penurunan TD.
  • 4. Pada asfiksia terjadi pula gangguan metabolisme dan perubahan keseimbangan asam-basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama hanya terjadi asidosis respioratorik. Bila berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi proses metabolisme an aerobic yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskular yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya : 1. Hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung. 2. Terjadinya asidosis metabolik yang akan menimbulkan kelemahan otot jantung. 3. Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan mengakibatkan tetap tingginya resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan ke sistem sirkulasi tubuh lain akan mengalami gangguan. (Rustam, 1998). Gejala dan Tanda-tanda Asfiksia 1. Tidak bernafas atau bernafas megap-megap 2. Warna kulit kebiruan 3. Kejang 4. Penurunan kesadaran 5. DJJ lebih dari 16Ox/mnt/kurang dari lOOx/menit tidak teratur 6. Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala D. Diagnosis Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia / hipoksia janin. Diagnosis anoksia / hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapat perhatian yaitu : 1. Denyut jantung janin Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi apabila frekuensi turun sampai ke bawah 100 kali per menit di luar his, dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya 2. Mekonium dalam air ketuban Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan harus diwaspadai. Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.
  • 5. 3. Pemeriksaan pH darah janin Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai di bawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya gawat janin mungkin disertai asfiksia. (Wiknjosastro, 1999) E. Hubungan Asfiksia dengan Post Matur Bayi post matur adalah suatu keadaan dimana bayi lahir setelah usia kehamilan melebihi 42 minggu. Ketika usia kehamilan melewati usia 42 minggu plasenta akan mengecil dan fungsinya menurun. Mengakibatkan kemampuan plasenta untuk menyediakan makanan semakin berkurang dan janin akan menggunakan persediaan lemak dan karbohidratnya sendiri sebagai sumber energy. Sehingga laju pertumbuhan janin menjadi lambat. Jika plasenta tidak dapat menyediakan oksigen yang cukup selama persalinan, bisa terjadi gawat janin, sehingga janin menjadi rentan terhadap cedera otak dan organ lainnya. Cedera tersebut merupakan resiko terbesar pada seorang bayi post-matur dan untuk mencegah terjadinya hal tersebut, banyak dokter yang melakukan induksi persalinan jika suatu kehamilan telah lebih 42 minggu. Risiko kematian perinatal pada bayi postmatur cukup tinggi : 30% prepartum, 55% intrapartum, 15% postpartum. Akibat yang dapat terjadi dari post-maturitas dari bayi adalah asfiksia, aspirasi mekonium menyebabkan terhalangnya saluran napas dan iritasi paru-paru sehingga pneumonia, status gizi janin buruk, polisitemia menyebabkan resiko iskemi cerebral, thrombus, gangguan napas, partus lama, terjadi cacat kelahiran, kejang akibat hipoksia. Sehingga akan menyebabkan hal yang sangat berbahaya bagi kehidupan janin maupun bagi ibu ketika menghadapi proses persalinan bayi postmature. Oleh karena hal tersebut, makalah ini kami susun sebagai tujuan untuk memberikan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa keperawatan dan menjadi informasi kepada mahasiswa perawat mengenai asuhan keperawatan yang benar dan tepat kepada bayi baru lahir postmatur. F. Cara Penganganan 1. Setelah usia kehamilan lebih dari atau sama dengan 40-42 minggu monitoring janin secara intensif 2. Nonstress test (NST) dapat dua kali dalam seminggu, yang dimulai saat kehamilan berusia 41 minggu dan berlanjut hingga persalinan untuk melakukan
  • 6. pilihan antara persalinan tanpa intervensi persalinan yang di induksi atau secara sectio caesaria. 3. Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiense plasenta, persalinan spontan dapat ditunggu dengan pengawasan ketat 4. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks, kalau sudah matang boleh dilakukan induksi persalinan spontan dengan atau tanpa amniotomi. Bila : a. Riwayat kehamilan yang lalu ada kematian janin dalam rahim. b. Terdapat hipertensi, pre-eklampsia. c. Kehamilan ini adalah anak pertama karena infertilitas. d. Pada kehamilan > 40-42 minggu Pada persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus lama akan sangat merugikan bayi, janin postmatur kadang-kadang besar dan kemungkinan diproporsi sefalo-pelvik dan distosia janin perlu dipertimbangkan (Rustam Mochtar, Sinopsis Obstetri Jilid I, 1998). 5. Tindakan operasi seksio sesarea dapat dipertimbangkan pada : A. Insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang B. Pembukaan yang belum lengkap, persalinan lama dan terjadi gawat janin, atau C. Pada primigravida tua, kematian janin dalam kandungan, pre-eklampsia, hipertensi menahun, anak berharga (infertilitas) dan kesalahan letak janin. 6. Penatalaksanaan aktif pada kehamilan lewat bulan : a. Induksi persalinan Induksi persalinan adalah persalinan yang dilakukan setelah servik matang dengan menggunakan prostaglandin E2 (PGE2) bersama oksitosin, dan prostaglandin terbukti lebih efektif sebagai agens yang mematangkan servik dibanding oksitosin. Metode lain yang digunakan untuk menginduksi persalinan ( misalnya minyak jarak, stimulasi payudara, peregangan servik secara mekanis), memiliki kisaran keberhasilan secara beragam dan atau sedikit penelitian untuk menguatkan rekomendasinya. b. Metode hormon untuk induksi persalinan : 1. Oksitosin yang digunakan melalui intravena dengan catatan servik sudah matang. 2. Prostaglandin dapat digunakan untuk mematangkan servik sehingga lebih baik dari oksitosin namun kombinasi keduanya
  • 7. menunjukkan hal yang positif. 3. Misprostol adalah suatu tablet sintetis analog PGE1 yang diberikan intravagina (disetujui FDA untuk mencegah ulkus peptikum, bukan untuk induksi) 4. Dinoproston 5. Merk dagang cervidil suatu preparat PGE2, tersedia dalam dosis 10 mg yang dimasukkan ke vagina ( disetujui FDA untuk induksi persalinan pada tahun 1995). 6. Predipil yakni suatu sintetis preparat PGE2 yang tersedia dalam bentuk jel 0,5 mg deng diberika intraservik (disetujui FDA untuk induksi persalinan pada tahun 1993) Metode non hormon Induksi persalinan 1. Pemisahan ketuban Prosedurnya dikenal dengan pemisahan atau mengusap ketuban mengacu pada upaya memisahkan membran amnion dari bagian servik yang mudah diraih dan segmen uterus bagian bawah. Mekanisme kerjanya memungkinkan melepaskan prostaglandin ke dalam sirkulasi ibu. Pemisahan hendaknya jangan dilakukan jika terdapat ruptur membran yang tidak disengaja dan dirasa tidak aman baik bagi ibu maupun bagi janin. Pemisahan memban serviks tidak dilakukan pada kasus – kasus servisitis, plasenta letak rendah, maupun plasenta previa, posisi yang tidak diketahui, atau perdarahan pervaginam yang tidak diketahui. 2. Amniotomi yakni pemecahan ketuban secara sengaja 3. Pompa Payudara dan stimulasi puting. Penggunaan cara ini relatif lebih aman karena menggunakan metode yang sesuai dengan fisiologi kehamilan dan persalinan. Penanganannya dengan menstimulasi putting selama 15 menit diselingi istirahat dengan metode kompres hangat selama 1 jam sebanyak 3 kali perhari. 4.Minyak jarak Ingesti minyak jarak 60 mg yang dicampur dengan jus apel maupun jus jeruk dapat meningkatkan angka kejadian persalinan spontan jika diberikan pada kehamilan cukup bulan. 5. Kateter foley atau Kateter balon. Secara umum kateter dimasukkan kedalam servik kemudian balon di isi udara 25 hingg 50 mililiter untuk menjaga kateter tetap pada tempatnya. Beberapa uji klinis membuktikan bahwa teknik ini sangat efektif.
  • 8. BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Penyebab daripada terjadinya bayi lahir postmatur adalah faktor hormonal, yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang (Mochtar, Rustam, 1999). Diduga adanya kadar kortisol yang rendah pada darah janin. Selain itu, kurangnya air ketuban dan insufisiensi plasenta juga diduga berhubungan dengan kehamilan lewat waktu. Fungsi plasenta memuncak pada usia kehamilan 38-42 minggu, kemudian menurun setelah 42 minggu, terlihat dari menurunnya kadar estrogen dan laktogen plasenta. Terjadi juga spasme arteri spiralis plasenta. Akibatnya dapat terjadi gangguan suplai oksigen dan nutrisi untuk hidup dan tumbuh kembang janin intrauterin. Sirkulasi uteroplasenta berkurang sampai 50%. Sehingga janin dapat mengalamo pengecilan ukuran janin dan kurang nutrisi. Volume air ketuban juga berkurang karena mulai terjadi absorpsi pada organ ginjal dan usus dari janin. Mekonium yang diaspirasi kembali oleh janin mengakibatkan sindrom aspirasi mekonium yang dapat mengakibatkan atelektasis. Keadaan-keadaan ini merupakan kondisi yang tidak baik untuk janin. Risiko kematian perinatal pada bayi postmatur cukup tinggi : 30% prepartum, 55% intrapartum, 15% postpartum. merupakan kondisi yang tidak baik untuk janin. Risiko kematian perinatal pada bayi postmatur cukup tinggi : 30% prepartum, 55% intrapartum, 15% postpartum. B. SARAN Makalah ini masih memiliki berbagai jenis kekurangan olehnya itu kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan.
  • 9. DAFTAR PUSTAKA  Saifuddin, AB. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Meterial dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP  Jumiarni, Dra. 1994. Asuhan Keperawatan Perinatal. Jakarta : EGC  Saifuddin, AB. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP  Hidayat, Aiziz Alimul. Pengantar Ilmu keperawatan Anak. Buku 1. jakarta: Salemba Medika. 2006  Sacharin, Rosa M. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Edisi 2. Jakarta: EGC. 1996  Wong, Donna L. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. jakarta: EGC. 2003
  • 10. MAKALAH HUBUNGAN ASFIKSIA DENGAN POST MATUR OLEH : NAMA : SITI CHOIROTIN NIM : 2013.IB.0036 TINGKAT : 1 A YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA KABUPATEN MUNA 2014
  • 11. KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya kami bias menyelesaikan makalah ini. Makalah ini kami buat guna memenuhi tugas dari dosen. Makalah ini membahas tentang “HUBUNGAN ASFIKSIA DENGAN POST MATUR” semoga dengan makalah yang kami susun ini kita sebagai mahasiswa kebidanan dapat menambah dan memperluas pengetahuan kita. Kami mengetahui makalah yang kami susun ini masih sangat jauh dari sempurna, maka dari itu kami masih mengharapkan kritik dan saran dari bapak/ibu selaku dosen-dosen pembimbing kami serta temen-temen sekalian, karena kritik dan saran itu dapat membangun kami dari yang salah menjadi benar. Semoga makalah yang kami susun ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita, akhir kata kami mengucapkan terima kasih. Raha, Mei 2014 PENYUSUN
  • 12. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR …………….................……......…………….....…........ i DAFTAR ISI ……………………………………..........…………........……...... ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang …………………………………......…….......................... 1 B. Rumusan Masalah………………………………......…............................. 2 C. Tujuan Penulisan.................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN A. Definisi B. Etiologi / Penyebab Asfiksia C. Perubahan Patofiologis dan Gambaran Klinis D. Diagnosis E. Hubungan Asfiksia Dengan Post partum F. Penanganan Post Matur BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan ……………............................………………........................ 8 3.2 Saran...................................................................................................... 8 DAFTAR PUSTAKA........................................................................ ............. 9