SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
BAB I 
PENDAHULUAN 
A. LATAR BELAKANG 
Asfiksia neonaturium ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas 
secara spontan dan teratur segera setelah kelahirannya disertai dengan hipoksia, 
hiperkapnia dan berakhir dengan asidosis. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin 
dalam uterus, hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam 
kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan 
bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. 
Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan 
hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul. 
Hipoksia yang terdapat pada penderita asfiksia ini merupakan faktor terpenting yang 
dapat menghambat adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan ekstrauterin. 
Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang berpotensi untuk 
menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka hal itu 
harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya tentang kemungkinan perlunya 
tindakan resusitasi, sebab asfiksia memiliki dampak negatif baik yang baersifat 
jangka panjang ataupun jangka pendek. 
B. RUMUSAN MASALAH 
Bagaimana hubungan Asfiksia dengan Distosia bahu 
C. TUJUAN 
Untuk mengetahui hubungan Asfiksia dengan distosia bahu
BAB II 
PEMBAHASAN 
A. Definisi 
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara 
spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan 
mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan 
gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang 
mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Asuhan 
Persalinan Normal, 2007). 
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara 
spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam 
uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam 
kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan 
bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. 
Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan 
hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul. (Wiknjosastro, 
1999) 
B. Etiologi / Penyebab Asfiksia 
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi 
darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang. 
Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut 
menjadi asfiksia bayi baru lahir. 
Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada 
bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat clan bayi berikut ini: 
1. Faktor ibu 
a. Preeklampsia dan eklampsia 
b. Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta) 
c. Partus lama atau partus macet 
d. Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV) 
e. Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan) 
2. Faktor Tali Pusat 
a. Lilitan tali pusat 
b. Tali pusat pendek 
c. Simpul tali pusat 
d. Prolapsus tali pusat
3. Faktor Bayi 
a. Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan) 
b. Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, 
ekstraksi vakum, ekstraksi forsep) 
c. Kelainan bawaan (kongenital) 
d. Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan) 
Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang berpotensi 
untukmenimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka 
hal itu harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya tentang kemungkinan 
perlunya tindakan resusitasi. Akan tetapi, adakalanya faktor risiko menjadi sulit 
dikenali atau (sepengetahuan penolong) tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. 
Oleh karena itu, penolong harus selalu siap melakukan resusitasi bayi pada setiap 
pertolongan persalinan. 
Asfiksia Neonatorum dapat dibagi dalam tiga klasifiasi: 
 Asfiksia neonatorum ringan : Skor APGAR 7-10. Bayi dianggap sehat, dan 
tidak memerlukan tindakan istimewa 
 Asfiksia neonatorum sedang : Skor APGAR 4-6. Pada pemeriksaan fisik akan 
terlihat frekuensi jantung lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau 
baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada. 
 Asfisia neonatorum berat : Skor APGAR 0-3. Pada pemeriksaan fisik 
ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100/menit, tonus otot buruk, sianosis 
berat, dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada, pada asfiksia 
dengan henti jantung yaitu bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 
menit sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung menghilang post partum 
pemeriksaan fisik sama asfiksia berat 
c. Perubahan Patofiologis dan Gambaran Klinis 
Pernafasan spontan BBL tergantung pada kondisi janin pada masa kehamilan dan 
persalinan. Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama 
kehamilan atau persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan 
mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian 
asfiksia yang terjadi dimulai suatu periode apnu disertai dengan penurunan 
frekuensi. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas tidak tampak dan bayi 
selanjutnya berada dalam periode apnue kedua. Pada tingkat ini terjadi bradikardi 
dan penurunan TD.
Pada asfiksia terjadi pula gangguan metabolisme dan perubahan keseimbangan 
asam-basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama hanya terjadi asidosis 
respioratorik. Bila berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi proses metabolisme an 
aerobic yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen tubuh terutama 
pada jantung dan hati akan berkurang. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi 
perubahan kardiovaskular yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya : 
1. Hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung. 
2. Terjadinya asidosis metabolik yang akan menimbulkan kelemahan otot jantung. 
3. Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan mengakibatkan tetap 
tingginya resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan 
ke sistem sirkulasi tubuh lain akan mengalami gangguan. (Rustam, 1998). 
Gejala dan Tanda-tanda Asfiksia 
1. Tidak bernafas atau bernafas megap-megap 
2. Warna kulit kebiruan 
3. Kejang 
4. Penurunan kesadaran 
5. DJJ lebih dari 16Ox/mnt/kurang dari lOOx/menit tidak teratur 
6. Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala 
D. Diagnosis 
Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia / 
hipoksia janin. Diagnosis anoksia / hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan 
dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapat 
perhatian yaitu : 
1. Denyut jantung janin 
Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi 
apabila frekuensi turun sampai ke bawah 100 kali per menit di luar his, dan lebih-lebih 
jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya 
2. Mekonium dalam air ketuban 
Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada presentasi 
kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan harus diwaspadai. 
Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat merupakan 
indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.
3. Pemeriksaan pH darah janin 
Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan 
kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pH-nya. 
Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai di 
bawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya gawat janin mungkin disertai 
asfiksia. 
(Wiknjosastro, 1999) 
E. Hubungan Asfiksia dengan Distosia Bahu 
Distosia bahu adalah suatu keadaan diperlukan tambahan manuver obstetrik oleh 
karena dengan tarikan biasa ke arah belakang pada kepala bayi tidak berhasil untuk 
melahirkan bayi. Pada persalinan dengan presentasi kepala, setelah kepala lahir 
bahu tidak dapat dilahirkan dengan cara pertolongan biasa dan tidak didapatkan 
sebab lain dari kesulitan tersebut. Insidensi distosia bahu sebesar 0,2 – 0,3% dari 
seluruh persalinan vaginal presentasi kepala. Apabila distosia bahu didefinisikan 
sebagai jarak waktu antara lahirnya kepala dengn lahirnya badan bayi lebih dari 60 
detik, maka insidensinya menjadi 11%. 
F. Cara Penanganan 
Kesigapan penolong persalinan dalam mengatasi distosia bahu sangat diperlukan. 
1. Pertama kali yang harus dilakukan bila terjadi distosia bahu adalah 
melakukan traksi curam bawah sambil meminta ibu untuk meneran. 
2. Lakukan episiotomi. 
Setelah membersihkan mulut dan hidung anak, lakukan usaha untuk membebaskan 
bahu anterior dari simfsis pubis dengan berbagai maneuver : 
1. Tekanan ringan pada suprapubic 
Dilakukan tekanan ringan pada daerah suprapubik dan secara bersamaan dilakukan 
traksi curam bawah pada kepala janin. 
Tekanan ringan dilakukan oleh asisten pada daerah suprapubic saat traksi curam 
bawah pada kepala janin.
2. Maneuver Mc Robert 
Tehnik ini ditemukan pertama kali oleh Gonik dkk tahun 1983 dan selanjutnya 
William A Mc Robert mempopulerkannya di University of Texas di Houston. 
Maneuver ini terdiri dari melepaskan kaki dari penyangga dan melakukan fleksi 
sehingga paha menempel pada abdomen ibuTindakan ini dapat menyebabkan 
sacrum mendatar, rotasi simfisis pubis kearah kepala maternal dan mengurangi 
sudut inklinasi. Meskipun ukuran panggul tak berubah, rotasi cephalad panggul 
cenderung untuk membebaskan bahu depan yang terhimpit.
BAB III 
PENUTUP 
A. KESIMPULAN 
Distosia bahu terutama disebabkan oleh deformitas panggul, kegagalan bahu 
untuk “melipat” ke dalam panggul (misal pada makrosomia) disebabkan oleh fase 
aktif dan persalinan kala 2 yang pendek pada multipara sehingga kepala yang terlalu 
cepat menyebabkan bahu tidak melipat pada saat melalui jalan lahir atau kepala 
telah melalui pintu tengah panggul setelah mengalami pemanjangan kala 2 sebelum 
bahu berhasil melipat masuk ke dalam panggul. 
B. SARAN 
Makalah ini masih memiliki berbagai jenis kekurangan olehnya itu kritik yang sifatnya 
membangun sangat kami harapkan.
DAFTAR PUSTAKA 
1. http://onlinelibraryfree.com 
2. Llwenllyn – Jones, Derek. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi. Edisi 6 Jakarta : 
Hipokrates, 2001 
3. Mochtar Rustam, (1998) Sinopsis Obstetri 2 Penerbit Buku Kedokteran EGC 
Jakarta: 2006 
4. Winkjosastro, Hanifah. Ilmu Kebidanan. Edisi 3 Penerbit Yayasan Bina Pustaka 
Sarwono Prawirohardjo. Jakarta : 2006. 
5. Winkjosastro, Hanifah. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Yayasan 
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta : 2002. 
6. Manuaba, Ida Bagus Gde. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstertri 
Ginekologi dan Keluarga Berencana, EGC. Jakarta : 2005.
MAKALAH 
HUBUNGAN ASFIKSIA DENGAN DISTOSIA BAHU 
OLEH : 
NAMA : 
NIM : 
TINGKAT : 1 B 
YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE 
AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA 
KABUPATEN MUNA 
2014
KATA PENGANTAR 
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas 
berkat, rahmat dan hidayah-Nya kami bias menyelesaikan makalah ini. Makalah ini 
kami buat guna memenuhi tugas dari dosen. 
Makalah ini membahas tentang “HUBUNGAN ASFIKSIA DENGAN DISTOSIA 
BAHU” 
semoga dengan makalah yang kami susun ini kita sebagai mahasiswa kebidanan 
dapat menambah dan memperluas pengetahuan kita. 
Kami mengetahui makalah yang kami susun ini masih sangat jauh dari sempurna, 
maka dari itu kami masih mengharapkan kritik dan saran dari bapak/ibu selaku 
dosen-dosen pembimbing kami serta temen-temen sekalian, karena kritik dan saran 
itu dapat membangun kami dari yang salah menjadi benar. 
Semoga makalah yang kami susun ini dapat berguna dan bermanfaat bagi 
kita, akhir kata kami mengucapkan terima kasih. 
Raha, Mei 2014 
PENYUSUN
DAFTAR ISI 
KATA PENGANTAR …………….................……......…………….....…........ i 
DAFTAR ISI ……………………………………..........…………........……...... ii 
BAB I PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang …………………………………......…….......................... 1 
B. Rumusan Masalah………………………………......…............................. 2 
C. Tujuan Penulisan.................................................................................... 2 
BAB II PEMBAHASAN 
A. Definisi.................................................................................................. 2 
B. Etiologi / Penyebab Asfiksia................................................................... 2 
C. Perubahan Patofiologis dan Gambaran Klinis...................................... 3 
D. Diagnosis................................................................................................ 5 
E. Hubungan Asfiksia Dengan Distosia bahu............................................. 6 
F. Penanganan Distosia bahu.................................................................... 6 
BAB III PENUTUP 
3.1 Kesimpulan ……………............................………………........................ 8 
3.2 Saran...................................................................................................... 8 
DAFTAR PUSTAKA........................................................................ ............. 9

More Related Content

Similar to Asfiksia dan Distosia

Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuMakalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuOperator Warnet Vast Raha
 
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuMakalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuWarnet Raha
 
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuMakalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuSeptian Muna Barakati
 
Makalah hubungan asfiksia dengan neonatus prematur
Makalah hubungan asfiksia dengan neonatus prematurMakalah hubungan asfiksia dengan neonatus prematur
Makalah hubungan asfiksia dengan neonatus prematurSeptian Muna Barakati
 
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekoniumMakalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekoniumSeptian Muna Barakati
 
Makalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakumMakalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakumSeptian Muna Barakati
 
Makalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakumMakalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakumWarnet Raha
 
Makalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakumMakalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakumSeptian Muna Barakati
 
Makalah hubungan asfiksia dengan tali pusat pendek
Makalah hubungan asfiksia  dengan tali pusat pendekMakalah hubungan asfiksia  dengan tali pusat pendek
Makalah hubungan asfiksia dengan tali pusat pendekSeptian Muna Barakati
 
Makalah hubungan asfiksia dengan tali pusat pendek
Makalah hubungan asfiksia  dengan tali pusat pendekMakalah hubungan asfiksia  dengan tali pusat pendek
Makalah hubungan asfiksia dengan tali pusat pendekSeptian Muna Barakati
 
Makalah hubungan asfiksia dengan tali pusat pendek
Makalah hubungan asfiksia  dengan tali pusat pendekMakalah hubungan asfiksia  dengan tali pusat pendek
Makalah hubungan asfiksia dengan tali pusat pendekWarnet Raha
 
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekoniumMakalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekoniumOperator Warnet Vast Raha
 
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekoniumMakalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekoniumSeptian Muna Barakati
 
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekoniumMakalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekoniumWarnet Raha
 
Makalah hubungan asfiksia dengan letak sumsang
Makalah hubungan asfiksia dengan  letak sumsangMakalah hubungan asfiksia dengan  letak sumsang
Makalah hubungan asfiksia dengan letak sumsangWarnet Raha
 
Makalah hubungan asfiksia dengan letak sumsang
Makalah hubungan asfiksia dengan  letak sumsangMakalah hubungan asfiksia dengan  letak sumsang
Makalah hubungan asfiksia dengan letak sumsangSeptian Muna Barakati
 
Makalah hubungan asfiksia dengan letak sumsang
Makalah hubungan asfiksia dengan  letak sumsangMakalah hubungan asfiksia dengan  letak sumsang
Makalah hubungan asfiksia dengan letak sumsangSeptian Muna Barakati
 
Makalah hubungan asfiksia dengan post matur
Makalah hubungan asfiksia dengan  post maturMakalah hubungan asfiksia dengan  post matur
Makalah hubungan asfiksia dengan post maturSeptian Muna Barakati
 

Similar to Asfiksia dan Distosia (20)

Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuMakalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
 
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuMakalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
 
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuMakalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
 
Makalah hubungan asfiksia dengan neonatus prematur
Makalah hubungan asfiksia dengan neonatus prematurMakalah hubungan asfiksia dengan neonatus prematur
Makalah hubungan asfiksia dengan neonatus prematur
 
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekoniumMakalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
 
Makalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakumMakalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakum
 
Makalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakumMakalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakum
 
Makalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakumMakalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakum
 
Makalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakumMakalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakum
 
Makalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakumMakalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakum
 
Makalah hubungan asfiksia dengan tali pusat pendek
Makalah hubungan asfiksia  dengan tali pusat pendekMakalah hubungan asfiksia  dengan tali pusat pendek
Makalah hubungan asfiksia dengan tali pusat pendek
 
Makalah hubungan asfiksia dengan tali pusat pendek
Makalah hubungan asfiksia  dengan tali pusat pendekMakalah hubungan asfiksia  dengan tali pusat pendek
Makalah hubungan asfiksia dengan tali pusat pendek
 
Makalah hubungan asfiksia dengan tali pusat pendek
Makalah hubungan asfiksia  dengan tali pusat pendekMakalah hubungan asfiksia  dengan tali pusat pendek
Makalah hubungan asfiksia dengan tali pusat pendek
 
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekoniumMakalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
 
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekoniumMakalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
 
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekoniumMakalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
Makalah hubungan asfiksia dengan air ketuban bercampur dengan mekonium
 
Makalah hubungan asfiksia dengan letak sumsang
Makalah hubungan asfiksia dengan  letak sumsangMakalah hubungan asfiksia dengan  letak sumsang
Makalah hubungan asfiksia dengan letak sumsang
 
Makalah hubungan asfiksia dengan letak sumsang
Makalah hubungan asfiksia dengan  letak sumsangMakalah hubungan asfiksia dengan  letak sumsang
Makalah hubungan asfiksia dengan letak sumsang
 
Makalah hubungan asfiksia dengan letak sumsang
Makalah hubungan asfiksia dengan  letak sumsangMakalah hubungan asfiksia dengan  letak sumsang
Makalah hubungan asfiksia dengan letak sumsang
 
Makalah hubungan asfiksia dengan post matur
Makalah hubungan asfiksia dengan  post maturMakalah hubungan asfiksia dengan  post matur
Makalah hubungan asfiksia dengan post matur
 

More from Septian Muna Barakati (20)

Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
 
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
 
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
 
Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA
 
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
 
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
 
Dokomen polisi
Dokomen polisiDokomen polisi
Dokomen polisi
 
Dokumen perusahaan
Dokumen perusahaanDokumen perusahaan
Dokumen perusahaan
 
Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3
 
Dosa besar
Dosa besarDosa besar
Dosa besar
 
Ekosistem padang lamun
Ekosistem padang lamunEkosistem padang lamun
Ekosistem padang lamun
 
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi pendudukFaktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
 
E
EE
E
 
Faktor
FaktorFaktor
Faktor
 
Fho...................
Fho...................Fho...................
Fho...................
 
555555555555555 (2)
555555555555555 (2)555555555555555 (2)
555555555555555 (2)
 
99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya
 
10 impact of global warming
10 impact of global warming10 impact of global warming
10 impact of global warming
 
10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global
 
5 w 1h penyakit hiv
5 w 1h  penyakit hiv5 w 1h  penyakit hiv
5 w 1h penyakit hiv
 

Recently uploaded

Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 

Recently uploaded (20)

Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 

Asfiksia dan Distosia

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Asfiksia neonaturium ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah kelahirannya disertai dengan hipoksia, hiperkapnia dan berakhir dengan asidosis. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus, hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul. Hipoksia yang terdapat pada penderita asfiksia ini merupakan faktor terpenting yang dapat menghambat adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan ekstrauterin. Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang berpotensi untuk menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka hal itu harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya tentang kemungkinan perlunya tindakan resusitasi, sebab asfiksia memiliki dampak negatif baik yang baersifat jangka panjang ataupun jangka pendek. B. RUMUSAN MASALAH Bagaimana hubungan Asfiksia dengan Distosia bahu C. TUJUAN Untuk mengetahui hubungan Asfiksia dengan distosia bahu
  • 2. BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Asuhan Persalinan Normal, 2007). Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul. (Wiknjosastro, 1999) B. Etiologi / Penyebab Asfiksia Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang. Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir. Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat clan bayi berikut ini: 1. Faktor ibu a. Preeklampsia dan eklampsia b. Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta) c. Partus lama atau partus macet d. Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV) e. Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan) 2. Faktor Tali Pusat a. Lilitan tali pusat b. Tali pusat pendek c. Simpul tali pusat d. Prolapsus tali pusat
  • 3. 3. Faktor Bayi a. Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan) b. Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep) c. Kelainan bawaan (kongenital) d. Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan) Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang berpotensi untukmenimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka hal itu harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya tentang kemungkinan perlunya tindakan resusitasi. Akan tetapi, adakalanya faktor risiko menjadi sulit dikenali atau (sepengetahuan penolong) tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh karena itu, penolong harus selalu siap melakukan resusitasi bayi pada setiap pertolongan persalinan. Asfiksia Neonatorum dapat dibagi dalam tiga klasifiasi:  Asfiksia neonatorum ringan : Skor APGAR 7-10. Bayi dianggap sehat, dan tidak memerlukan tindakan istimewa  Asfiksia neonatorum sedang : Skor APGAR 4-6. Pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.  Asfisia neonatorum berat : Skor APGAR 0-3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada, pada asfiksia dengan henti jantung yaitu bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung menghilang post partum pemeriksaan fisik sama asfiksia berat c. Perubahan Patofiologis dan Gambaran Klinis Pernafasan spontan BBL tergantung pada kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan. Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama kehamilan atau persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian asfiksia yang terjadi dimulai suatu periode apnu disertai dengan penurunan frekuensi. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnue kedua. Pada tingkat ini terjadi bradikardi dan penurunan TD.
  • 4. Pada asfiksia terjadi pula gangguan metabolisme dan perubahan keseimbangan asam-basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama hanya terjadi asidosis respioratorik. Bila berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi proses metabolisme an aerobic yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskular yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya : 1. Hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung. 2. Terjadinya asidosis metabolik yang akan menimbulkan kelemahan otot jantung. 3. Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan mengakibatkan tetap tingginya resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan ke sistem sirkulasi tubuh lain akan mengalami gangguan. (Rustam, 1998). Gejala dan Tanda-tanda Asfiksia 1. Tidak bernafas atau bernafas megap-megap 2. Warna kulit kebiruan 3. Kejang 4. Penurunan kesadaran 5. DJJ lebih dari 16Ox/mnt/kurang dari lOOx/menit tidak teratur 6. Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala D. Diagnosis Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia / hipoksia janin. Diagnosis anoksia / hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapat perhatian yaitu : 1. Denyut jantung janin Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi apabila frekuensi turun sampai ke bawah 100 kali per menit di luar his, dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya 2. Mekonium dalam air ketuban Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan harus diwaspadai. Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.
  • 5. 3. Pemeriksaan pH darah janin Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai di bawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya gawat janin mungkin disertai asfiksia. (Wiknjosastro, 1999) E. Hubungan Asfiksia dengan Distosia Bahu Distosia bahu adalah suatu keadaan diperlukan tambahan manuver obstetrik oleh karena dengan tarikan biasa ke arah belakang pada kepala bayi tidak berhasil untuk melahirkan bayi. Pada persalinan dengan presentasi kepala, setelah kepala lahir bahu tidak dapat dilahirkan dengan cara pertolongan biasa dan tidak didapatkan sebab lain dari kesulitan tersebut. Insidensi distosia bahu sebesar 0,2 – 0,3% dari seluruh persalinan vaginal presentasi kepala. Apabila distosia bahu didefinisikan sebagai jarak waktu antara lahirnya kepala dengn lahirnya badan bayi lebih dari 60 detik, maka insidensinya menjadi 11%. F. Cara Penanganan Kesigapan penolong persalinan dalam mengatasi distosia bahu sangat diperlukan. 1. Pertama kali yang harus dilakukan bila terjadi distosia bahu adalah melakukan traksi curam bawah sambil meminta ibu untuk meneran. 2. Lakukan episiotomi. Setelah membersihkan mulut dan hidung anak, lakukan usaha untuk membebaskan bahu anterior dari simfsis pubis dengan berbagai maneuver : 1. Tekanan ringan pada suprapubic Dilakukan tekanan ringan pada daerah suprapubik dan secara bersamaan dilakukan traksi curam bawah pada kepala janin. Tekanan ringan dilakukan oleh asisten pada daerah suprapubic saat traksi curam bawah pada kepala janin.
  • 6. 2. Maneuver Mc Robert Tehnik ini ditemukan pertama kali oleh Gonik dkk tahun 1983 dan selanjutnya William A Mc Robert mempopulerkannya di University of Texas di Houston. Maneuver ini terdiri dari melepaskan kaki dari penyangga dan melakukan fleksi sehingga paha menempel pada abdomen ibuTindakan ini dapat menyebabkan sacrum mendatar, rotasi simfisis pubis kearah kepala maternal dan mengurangi sudut inklinasi. Meskipun ukuran panggul tak berubah, rotasi cephalad panggul cenderung untuk membebaskan bahu depan yang terhimpit.
  • 7. BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Distosia bahu terutama disebabkan oleh deformitas panggul, kegagalan bahu untuk “melipat” ke dalam panggul (misal pada makrosomia) disebabkan oleh fase aktif dan persalinan kala 2 yang pendek pada multipara sehingga kepala yang terlalu cepat menyebabkan bahu tidak melipat pada saat melalui jalan lahir atau kepala telah melalui pintu tengah panggul setelah mengalami pemanjangan kala 2 sebelum bahu berhasil melipat masuk ke dalam panggul. B. SARAN Makalah ini masih memiliki berbagai jenis kekurangan olehnya itu kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan.
  • 8. DAFTAR PUSTAKA 1. http://onlinelibraryfree.com 2. Llwenllyn – Jones, Derek. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi. Edisi 6 Jakarta : Hipokrates, 2001 3. Mochtar Rustam, (1998) Sinopsis Obstetri 2 Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta: 2006 4. Winkjosastro, Hanifah. Ilmu Kebidanan. Edisi 3 Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta : 2006. 5. Winkjosastro, Hanifah. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta : 2002. 6. Manuaba, Ida Bagus Gde. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstertri Ginekologi dan Keluarga Berencana, EGC. Jakarta : 2005.
  • 9. MAKALAH HUBUNGAN ASFIKSIA DENGAN DISTOSIA BAHU OLEH : NAMA : NIM : TINGKAT : 1 B YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA KABUPATEN MUNA 2014
  • 10. KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya kami bias menyelesaikan makalah ini. Makalah ini kami buat guna memenuhi tugas dari dosen. Makalah ini membahas tentang “HUBUNGAN ASFIKSIA DENGAN DISTOSIA BAHU” semoga dengan makalah yang kami susun ini kita sebagai mahasiswa kebidanan dapat menambah dan memperluas pengetahuan kita. Kami mengetahui makalah yang kami susun ini masih sangat jauh dari sempurna, maka dari itu kami masih mengharapkan kritik dan saran dari bapak/ibu selaku dosen-dosen pembimbing kami serta temen-temen sekalian, karena kritik dan saran itu dapat membangun kami dari yang salah menjadi benar. Semoga makalah yang kami susun ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita, akhir kata kami mengucapkan terima kasih. Raha, Mei 2014 PENYUSUN
  • 11. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR …………….................……......…………….....…........ i DAFTAR ISI ……………………………………..........…………........……...... ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang …………………………………......…….......................... 1 B. Rumusan Masalah………………………………......…............................. 2 C. Tujuan Penulisan.................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN A. Definisi.................................................................................................. 2 B. Etiologi / Penyebab Asfiksia................................................................... 2 C. Perubahan Patofiologis dan Gambaran Klinis...................................... 3 D. Diagnosis................................................................................................ 5 E. Hubungan Asfiksia Dengan Distosia bahu............................................. 6 F. Penanganan Distosia bahu.................................................................... 6 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan ……………............................………………........................ 8 3.2 Saran...................................................................................................... 8 DAFTAR PUSTAKA........................................................................ ............. 9