SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
1
KOMPETENSI DASAR
3.3 Menerapkan prinsip penjumlahan vektor sebidang (misalnya
perpindahan)
4.3 Merancang percobaan untuk menentukan resultan vektor
sebidang (misalnya perpindahan) beserta presentasi hasil dan
makna fisisnya
INDIKATOR
3.3.1. Menentukan resultan vektor dan arah vektor menggunakan metode
grafis
3.3.2. Menentukan resultan vektor menggunakan metode analitis
4.3.1 Merancang prosedur percobaan yang bertujuan untuk menentukan
resultan vektor sebidang
4.3.2 Melakukan percobaan sesuai dengan rancangan percobaan
menentukan resultan vektor sebidang yang telah dibuat
4.3.3 Mempresentasikan hasil percobaan untuk menentukan resultan vektor
sebidang
2
PETA KONSEP
Penjumlahan
Vektor
Metode
Grafis
Metode
Jajaran
Genjang
Metode
Segitiga
Metode
Poligon
Metode
Analitis
Penguraian
Komponen
Vektor
3
Sumber: Serway, 2009
Gambar 1. Navigasi Pesawat
Tahukah kamu bagaimana pesawat terbang dapat terbang menuju ke bandara
tujuan tanpa tersesat? Sebuah pesawat terbang dapat mencapai tujuan tanpa tersesat
karena dilengkapi dengan sistem navigasi. Sistem navigasi pesawat terbang
merupakan salah satu produk teknologi yang menerapkan konsep vektor.
Bagaimanakah penerapan konsep vektor dalam sistem navigasi pesawat?
Ketika sebuah pesawat terbang melaju ke suatu lokasi tujuan, pilot harus
mempertimbangkan arah dan besar kecepatan angin. Hal ini karena arah dan besar
kecepatan angin sangat berpengaruh terhadap gerakan pesawat. Panel-panel
instrumen sistem navigasi yang terdapat di ruang kokpit atau flight deck sebuah
pesawat terbang memberikan informasi yang akurat tentang hal-hal yang terkait
gerakan pesawat dan angin, sehingga pilot dapat menyesuaikan kecepatan dan arah
gerak pesawat berdasarkan informasi tersebut.
4
Vektor adalah jenis besaran yang mempunyai nilai dan arah. Besaran yang termasuk
besaran vektor antara lain perpindahan, gaya, kecepatan, percepatan, dan lain-lain. Untuk
menyatakan besaran vektor, harus menggunakan nilai dan disebutkan arahnya. Misal, Robert
menggeser lemari sejauh 3 meter ke Barat.
Sebuah vektor dalam buku cetakan biasanya
dinyatakan dalam huruf yang dicetak tebal (bold),
misal vektor A ditulis A. Untuk tulisan tangan sebuah
vektor dilambangkan dengan huruf yang diberi tanda
anak panah di atasnya: A⃗⃗ . Pada penulisan nilai atau
besar vektor A, untuk buku cetakan biasanya
menggunakan huruf miring: A, sedangkan tulisan
tangan dinyatakan dengan anak panah di atasnya
beserta tanda harga mutlak: |A⃗⃗ |.
Sebuah vektor dinyatakan dengan sebuah anak
panah yang menyatakan besar dan arahnya (Gambar 2).
Arah anak panah menyatakan arah vektor, sedangkan
panjang anak panah secara proporsional menyatakan besar
vektor. Perhatikan Gambar 3, vektor B dan C menyatakan
kecepatan. Panjang anak panah (panjang vektor)
sebanding dengan nilai kecepatannya. Dengan demikian,
jika vektor B menunjukkan kecepatan 40 km/jam, maka
vektor C menunjukkan kecepatan 60 km/jam.
1. Kesamaan Dua Vektor
Dua vektor yang mempunyai besar dan arah yang sama disebut vektor yang sama,
walaupun posisi titik tangkap dan titik ujungnya berbeda. Vektor K dan L pada Gambar
4.a dan vektor M dan N pada Gambar 4.b adalah pasangan vektor yang sama.
Penulisan Vektor
A
Penggambaran Vektor
B
Titik tangkap Titik ujung
Arah
A
Gambar 2
Bagian-bagian vektor A
B
C
Gambar 3
Panjang vektor B dan C sebanding
dengan besar vektor B dan C
5
2. Negatif dari Vektor
Vektor yang besarnya sama tetapi arahnya
berlawanan disebut negatif dari vektor. Gambar 5
menampilkan vektor A dan –A.
Beberapa vektor dapat dijumlahkan menjadi sebuah vektor yang disebut resultan
vektor. Resultan vektor dapat diperoleh dengan beberapa metode, yaitu metode jajaran
genjang, metode segitiga, metode poligon dan analitis.
1. Metode Jajaran Genjang
Sudah tahukah kamu dengan metode jajaran
genjang? Tentu kamu sudah bisa membayangkan
dari namanya. Pada Gambar 6 terdapat dua vektor
A dan B. Untuk menentukan resultan dua buah
vektor lakukanlah langkah-langkah berikut.
K
L
M
N
a b
Gambar 4
Vektor yang mempunyai besar dan arah yang sama
Gambar 5
Vektor A dan –A merupakan dua
vektor dengan besar yang sama tetapi
arahnya berlawanan
A
-A
Resultan Vektor
C
A
B
Gambar 6.
Vektor A dan B
6
a. Kita gambar ulang vektor dengan
masing-masing titik tangkap saling
bertemu.
b. Untuk membuat jajaran genjang,
gambarlah garis dari ujung A sejajar
dengan B dan dari ujung B sejajar
dengan A.
c. Tariklah garis dari titik pertemuan dua vektor ke sudut seberang dari jajaran genjang.
Garis tersebut merupakan vektor resultan R.
Pada metode jajaran genjang, satu kali lukisan hanya dapat digunakan untuk mencari
resultan dua buah vektor. Untuk resultan yang terdiri atas tiga buah vektor diperlukan dua
jajaran genjang, empat buah vektor diperlukan tiga jajaran genjang, dan seterusnya.
2. Metode Segitiga
Metode ini dilakukan dengan cara
mempertemukan titik ujung vektor dengan titik
pangkal vektor yang lain. Perhatikan contoh
berikut.
Pada Gambar 7 terdapat dua vektor A dan B
dengan besar dan arah yang berbeda. Untuk
mendapatkan vektor resultan lakukanlah
langkah-langkah berikut.
A
B
Gambar 7.
Vektor A dan B
A
B
A
B
A
B
R
7
a. Gambar ulang vektor A tanpa
mengubah besar dan arahnya.
b. Gambar ulang vektor B dimulai dari
titik ujung vektor A tanpa
mengubah besar dan arahnya.
c. Gambarlah vektor resultan R dengan cara
menarik garis dimulai dari titik tangkap
vektor A ke titik ujung vektor B. Lihat
gambar di samping.
R adalah vektor resultan dari
penjumlahan vektor A dan B. Vektor resultan R
juga dapat diperoleh dengan cara sebaliknya,
yaitu membuat vektor B terlebih dahulu, kemudian diteruskan dengan membuat vektor A
dari ujung vektor B.
A
B
R = A + B
A
A
B
Tujuan
Menemukan sifat penjumlahan dan selisih vektor
Alat dan bahan
Kertas, pensil, dan mistar
Langkah Kerja
1. Pada selembar kertas kosong, salin gambar vektor A dan B pada Gambar 7.
2. Pada kertas tersebut:
a. Lukis jumlah vektor R = A + B, tetapi vektor A dilukis lebih dahulu
b. Lukis jumlah vektor Q = B + A, tetapi vektor B dilukis lebih dahulu
KEGIATAN
1
8
3. Metode Poligon
Metode ini merupakan pengembangan dari
metode segitiga, melibatkan lebih dari dua vektor
(lihat Gambar 8). Untuk mendapatkan vektor
resultan R = A + B + C, lakukanlah langkah-langkah
berikut.
a. Pilihlah salah satu vektor sebagai awalan
(misalnya vektor A)
b. Pertemukan vektor kedua dimulai dari titik ujung
vektor pertama tanpa mengubah besar dan arahnya.
c. Gambarlah vektor ketiga dimulai dari titik ujung vektor kedua tanpa mengubah besar
dan arahnya
d. Hubungkan dengan garis titik tangkap vektor pertama dengan titik ujung vektor
terakhir sehingga kita dapatkan vektor resultan R. Perhatikan Gambar 9.
A
C
Gambar 8.
Vektor A, B dan C
B
A
a
A B
b
A
B
Cc
A
B
C
R
d
Gambar 9.
Menjumlahkan vektor dengan metode poligon
3. Siapkan kertas kosong lain, salin kembali gambar vektor A dan B pada Gambar
7. Kemudian, lukis masing-masing vektor selisih C = A – B dan D = B – A.
Pertanyaan dan Kesimpulan
1. Bandingkan gambar vektor R dan Q yang telah kamu lukis pada langkah kerja
2. Apakah pada penjumlahan vektor berlaku hukum komutatif? Berikan
pendapatmu!
2. Bandingkan vektor selisih C dan D yang telah kamu lukis pada langkah kerja
3. Apakah pada selisih vektor berlaku hukum komutatif? Berikan pendapatmu!
LANJUTAN
KEGIATAN
1
9
Urutan vektor yang dibentuk tidaklah penting untuk diperhatikan mengingat
penjumlahan vektor bersifat komutatif, asalkan tidak mengubah besar dan arahnya.
4. Metode Analitis
Metode ini, berbeda dengan ketiga metode sebelumnya. Untuk menentukan
resultan vektor dengan cara perhitungan, yaitu menggunakan rumus kosinus dan
mencari arah vektor resultan dengan menggunakan rumus sinus.
a. Menentukan Resultan Vektor menggunakan
Rumus Kosinus
Gambar 10 menunjukkan penjumlahan dua
vektor A dan B. Dengan menggunakan
persamaan tertentu, dapat diketahui besar dan
arah resultan kedua vektor tersebut.
Persamaan tersebut diperoleh dengan
menerapkan aturan cosinus pada segitiga OPR,
sehingga dihasilkan:
( 𝑂𝑅)2
= ( 𝑂𝑃)2
+ ( 𝑃𝑅)2
− 2( 𝑂𝑃)( 𝑃𝑅)cos(180 𝑜
− 𝛼)
= ( 𝑂𝑃)2
+ ( 𝑃𝑅)2
− 2( 𝑂𝑃)( 𝑃𝑅)(−cos 𝛼)
( 𝑂𝑅)2
= ( 𝑂𝑃)2
+ ( 𝑃𝑅)2
+ 2( 𝑂𝑃)( 𝑃𝑅)cos 𝛼
Diketahui bahwa OP = A, PR = OQ = B, OR = R, sehingga:
Keterangan:
R : besar resultan vektor R
A : besar vektor A
B : besar vektor B
𝛼 : sudut apit antara kedua vektor
b. Menentukan Arah Resultan Vektor Menggunakan Rumus Sinus
Untuk menentukan arah vektor resultan terhadap salah satu vektor
komponennya dapat digunakan persamaan sinus. Perhatikan Gambar 11.
𝑅2
= 𝐴2
+ 𝐵2
+ 2𝐴𝐵 cos 𝛼 atau 𝑅 = √𝐴2 + 𝐵2 + 2𝐴𝐵 cos 𝛼
Sumber: Setya, 2009
Gambar 10.
Metode jajaran genjang untuk
jumlah vektor A + B
10
Secara matematis, dapat ditulis
sebagai berikut.
c. Penguraian Vektor secara Analitis
Untuk keperluan perhitungan tertentu,
terkadang sebuah vektor yang terletak dalam
bidang koordinat sumbu-x dan sumbu-y
harus diuraikan menjadi komponen-
komponen yang saling tegak lurus.
Perhatikan Gambar 12.
Misalkan, diketahui sebuah vektor F
yang dapat diuraikan menjadi komponen
vektor pada sumbu-x, yaitu 𝐅𝐱 dan
komponen vektor pada sumbu-y, yaitu 𝐅𝐲. Jika sudut antar vektor F dengan
sumbu-x positif adalah 𝜃, maka besar komponen vektor 𝐅𝐱 dan 𝐅𝐲 ini memenuhi
perbandingan trigonometri seperti persamaan berikut.
Contoh metode analitis pada Gambar 13.a.
Dua gaya 𝐅𝟏 dan 𝐅𝟐 bekerja pada benda dengan
sudut 𝛾. Pada benda itu dapat dibuat sumbu-x dan
sumbu-y seperti pada Gambar 13.b, sehingga 𝐅𝟏
dan 𝐅𝟐 dapat diproyeksikan ke arah sumbu-x dan
sumbu-y. Resultan proyeksi-proyeksi gaya yang
searah memenuhi persamaan berikut.
∑ 𝐹𝑥 = 𝐹1𝑥 − 𝐹2𝑥
∑ 𝐹𝑦 = 𝐹1𝑦 + 𝐹2𝑦
y
x𝜃
F
𝐅𝐱
𝐅𝐲
Gambar 12.
Komponen vektor F
Fx = F cos 𝜃
F 𝑦 = F sin 𝜃
Sumber: Setya, 2009
Gambar 11.
Menentukan arah vektor
R
sin 𝛼
=
F1
sin( 𝛼 − 𝛽)
=
F2
sin 𝛽
𝐅𝟐
𝐅𝟏
𝛾
a
𝐅𝟏𝐱𝐅𝟐𝐱
𝐅𝟐
𝐅𝟏
𝛽 𝛼
y
x
𝐅𝟐𝐲
𝐅𝟏𝐲
b
Gambar 13.
Penguraian beberapa vektor
11
Resultan gaya-gaya tersebut dapat memenuhi persamaan berikut.
𝐹𝑅
2
= ∑ 𝐹𝑥
2
+ ∑ 𝐹𝑦
2
Sehingga, besar vektor 𝐹𝑅 adalah:
Sementara itu, arah vektor ditentukan dengan persamaan:
Contoh Soal
Tiga buah gaya bekerja pada benda seperti Gambar berikut.
Tentukan besar dan arah resultan gaya-gaya tersebut!
Penyelesaian
Membuat sumbu tegak lurus (xy) dan
proyeksi-proyeksinya, sehingga dapat
diperoleh
∑ 𝐹𝑥 = 𝐹1𝑥 + 𝐹2𝑥 − 𝐹3
∑ 𝐹𝑥 = 40 cos60 + 25 sin 37 − 21
∑ 𝐹𝑥 = 40
1
2
+ 25(0,6) − 21
∑ 𝐹𝑥 = 14 𝑁
∑ 𝐹𝑦 = 𝐹1𝑦 − 𝐹2𝑦
∑ 𝐹𝑥 = 40 sin60 − 25 cos37
∑ 𝐹𝑥 = 40.
1
2
√3 + 25(0,8)
∑ 𝐹𝑦 = 14 𝑁
𝐹𝑅 = √∑ 𝐹𝑥
2 + ∑ 𝐹𝑦
2
tan 𝛼 =
Fx
Fy
60o
37o
F1 = 40 N
F2 = 25 N
F3 = 21 N
60o
37o
F1 = 40 N
F2 = 25 N
F3 = 21 N
y
x
F1x
F1y
F2y
F2x
12
Jadi resultan gayanya memenuhi
𝐹𝑅 = √∑ 𝐹𝑥
2 + ∑ 𝐹𝑦
2
𝐹𝑅 = √142 + 142
𝐹𝑅 = √392
𝐹𝑅 = 14√2 N
Arah 𝐅 𝐑 terhadap sumbu-x memenuhi:
tan 𝜃 =
∑ 𝐹𝑥
∑ 𝐹𝑦
=
14
14
= 1
𝜃 = 45 𝑜
LATIHAN SOAL
Selesaikanlah soal-soal berikut ini dengan benar!
Soal untuk nomor 1 dan 2.
Terdapat 3 vektor sebagai berikut
1. Gambarkan resultan vektor berikut dengan metode jajar genjang
a. A + B
b. B - C
2. Gambarkan resultan vektor berikut dengan metode poligon
a. A + B + C
b. B – A - C
B
C
A
Buatlah kelompok yang terdiri dari 4-5 orang. Buatlah rancangan percobaan untuk
menentukan resultan vektor sebidang (misalnya perpindahan). Presentasikan hasilnya
di hadapan teman sekelas.
TUGAS
PROYEK
13
3. Rina dan Reni sepakat akan berangkat sekolah bersama-sama, Sekolah mereka terletak
300 m di Utara rumah Reni. Rina berangkat dari rumahnya untuk menjemput Reni
terlebih dahulu, rumah Reni terletak 400 m di sebelah Barat rumah Rina. Tentukan besar
perpindahan yang dialami Rina!
4. Perhatikan gambar di samping!
Jika sin 𝛼 =
3
5
dan sin 𝛽 =
4
5
, maka tentukan
resultan keempat gaya pada gambar
tersebut!
5. Diberikan 3 buah vektor F1 = 10 N, F2 = 25
N, dan F3 = 15 N, seperti gambar berikut.
a. Uraikan komponen masing-masing vektor!
b. Tentukan besar dan arah resultannya!
F3
F1
F2
y
x
14
DAFTAR PUSTAKA
Cahyani, Fieska dan Santoso, Yandri. 2013. FISIKA 1 untuk SMA Kelas X Peminatan
Matematika dan Ilmu Alam. Bogor: Quadra
Handayani, Sri dan Damari, Ari. 2009. FISIKA untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta: Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
Nurachmandani, Setya. 2009. FISIKA 1 untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional
Sumarsono, Joko. 2009. FISIKA untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional
Serway, Raymond dan Jewett, John W. 2009. Fisika untuk Sains dan Teknik. Jakarta:
Salemba
Sunardi, dkk. 2016. Fisika untuk Siswa SMA/MA Kelas X Kelompok Peminatan Matematika
dan Ilmu-ilmu Alam. Bandung: Yrama Widya
Kanginan, Marthen. 2013. FISIKA untuk SMA/MA Kelas X. Cimahi: Penerbit Erlangga

More Related Content

What's hot

Peran Teknologi Laser dalam Berbagai Bidang Kehidupan
Peran Teknologi Laser dalam Berbagai Bidang KehidupanPeran Teknologi Laser dalam Berbagai Bidang Kehidupan
Peran Teknologi Laser dalam Berbagai Bidang Kehidupanazzam zukhrofani iman
 
Perbedaan Ikatan Ionik, Ikatan Kovalen, dan Ikatan Logam
Perbedaan Ikatan Ionik, Ikatan Kovalen, dan Ikatan LogamPerbedaan Ikatan Ionik, Ikatan Kovalen, dan Ikatan Logam
Perbedaan Ikatan Ionik, Ikatan Kovalen, dan Ikatan LogamAbdul Ghofur
 
Laporan lengakap percobaan pembiasan cahaya
Laporan lengakap percobaan pembiasan cahayaLaporan lengakap percobaan pembiasan cahaya
Laporan lengakap percobaan pembiasan cahayafikar zul
 
Laporan fisika dasar (gaya gesekan)
Laporan fisika dasar (gaya gesekan)Laporan fisika dasar (gaya gesekan)
Laporan fisika dasar (gaya gesekan)Rezki Amaliah
 
Teori ketidakpastian
Teori ketidakpastianTeori ketidakpastian
Teori ketidakpastianFarrrsa
 
Bab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel b
Bab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel bBab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel b
Bab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel bMuhammad Ali Subkhan Candra
 
Tugas ringkasan materi bab 8 fisika modern tentang molekul (adi & andi)
Tugas ringkasan materi bab 8 fisika modern tentang molekul (adi & andi)Tugas ringkasan materi bab 8 fisika modern tentang molekul (adi & andi)
Tugas ringkasan materi bab 8 fisika modern tentang molekul (adi & andi)SMP IT Putra Mataram
 
Fisika kuantum 2
Fisika kuantum 2Fisika kuantum 2
Fisika kuantum 2keynahkhun
 
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Sifat Lensa dan Cacat Bayangan
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Sifat Lensa dan Cacat BayanganLaporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Sifat Lensa dan Cacat Bayangan
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Sifat Lensa dan Cacat BayanganLydia Nurkumalawati
 
363346658 16-soal-jawab-kinetik-kimia-nop-bahan-uas-docx
363346658 16-soal-jawab-kinetik-kimia-nop-bahan-uas-docx363346658 16-soal-jawab-kinetik-kimia-nop-bahan-uas-docx
363346658 16-soal-jawab-kinetik-kimia-nop-bahan-uas-docxSaya Kamu
 
teori Bohr tentang Atom Hidrogen
teori Bohr tentang Atom Hidrogenteori Bohr tentang Atom Hidrogen
teori Bohr tentang Atom HidrogenKhotim U
 
Difraksi, partikel dalam kotak dan prinsip ketaktentuan
Difraksi, partikel dalam kotak dan prinsip ketaktentuanDifraksi, partikel dalam kotak dan prinsip ketaktentuan
Difraksi, partikel dalam kotak dan prinsip ketaktentuanSMA Negeri 9 KERINCI
 
Laporan praktikum penentuan kadar asam cuka perdagangan
Laporan praktikum penentuan kadar asam cuka perdaganganLaporan praktikum penentuan kadar asam cuka perdagangan
Laporan praktikum penentuan kadar asam cuka perdaganganNita Mardiana
 
Jangka sorong dan mikrometer sekrup
Jangka sorong dan mikrometer sekrupJangka sorong dan mikrometer sekrup
Jangka sorong dan mikrometer sekrupHendrik Matondang
 
Laporan praktikum stoikiometri
Laporan praktikum stoikiometriLaporan praktikum stoikiometri
Laporan praktikum stoikiometriLinda Rosita
 
ATP fase E - kimia kelas x kurikulum merdeka.docx
ATP fase E - kimia kelas x kurikulum merdeka.docxATP fase E - kimia kelas x kurikulum merdeka.docx
ATP fase E - kimia kelas x kurikulum merdeka.docxWhenyDwiRatnawati
 
Laporan praktikum beda potensial sel
Laporan praktikum beda potensial selLaporan praktikum beda potensial sel
Laporan praktikum beda potensial selYouta-Icha S-Saeng
 

What's hot (20)

Peran Teknologi Laser dalam Berbagai Bidang Kehidupan
Peran Teknologi Laser dalam Berbagai Bidang KehidupanPeran Teknologi Laser dalam Berbagai Bidang Kehidupan
Peran Teknologi Laser dalam Berbagai Bidang Kehidupan
 
Fisika vektor
Fisika vektorFisika vektor
Fisika vektor
 
Perbedaan Ikatan Ionik, Ikatan Kovalen, dan Ikatan Logam
Perbedaan Ikatan Ionik, Ikatan Kovalen, dan Ikatan LogamPerbedaan Ikatan Ionik, Ikatan Kovalen, dan Ikatan Logam
Perbedaan Ikatan Ionik, Ikatan Kovalen, dan Ikatan Logam
 
Laporan lengakap percobaan pembiasan cahaya
Laporan lengakap percobaan pembiasan cahayaLaporan lengakap percobaan pembiasan cahaya
Laporan lengakap percobaan pembiasan cahaya
 
Percobaan titik berat
Percobaan titik beratPercobaan titik berat
Percobaan titik berat
 
Laporan fisika dasar (gaya gesekan)
Laporan fisika dasar (gaya gesekan)Laporan fisika dasar (gaya gesekan)
Laporan fisika dasar (gaya gesekan)
 
Teori ketidakpastian
Teori ketidakpastianTeori ketidakpastian
Teori ketidakpastian
 
Bab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel b
Bab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel bBab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel b
Bab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel b
 
Tugas ringkasan materi bab 8 fisika modern tentang molekul (adi & andi)
Tugas ringkasan materi bab 8 fisika modern tentang molekul (adi & andi)Tugas ringkasan materi bab 8 fisika modern tentang molekul (adi & andi)
Tugas ringkasan materi bab 8 fisika modern tentang molekul (adi & andi)
 
Fisika kuantum 2
Fisika kuantum 2Fisika kuantum 2
Fisika kuantum 2
 
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Sifat Lensa dan Cacat Bayangan
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Sifat Lensa dan Cacat BayanganLaporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Sifat Lensa dan Cacat Bayangan
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Sifat Lensa dan Cacat Bayangan
 
363346658 16-soal-jawab-kinetik-kimia-nop-bahan-uas-docx
363346658 16-soal-jawab-kinetik-kimia-nop-bahan-uas-docx363346658 16-soal-jawab-kinetik-kimia-nop-bahan-uas-docx
363346658 16-soal-jawab-kinetik-kimia-nop-bahan-uas-docx
 
teori Bohr tentang Atom Hidrogen
teori Bohr tentang Atom Hidrogenteori Bohr tentang Atom Hidrogen
teori Bohr tentang Atom Hidrogen
 
Difraksi, partikel dalam kotak dan prinsip ketaktentuan
Difraksi, partikel dalam kotak dan prinsip ketaktentuanDifraksi, partikel dalam kotak dan prinsip ketaktentuan
Difraksi, partikel dalam kotak dan prinsip ketaktentuan
 
Laporan praktikum penentuan kadar asam cuka perdagangan
Laporan praktikum penentuan kadar asam cuka perdaganganLaporan praktikum penentuan kadar asam cuka perdagangan
Laporan praktikum penentuan kadar asam cuka perdagangan
 
Jangka sorong dan mikrometer sekrup
Jangka sorong dan mikrometer sekrupJangka sorong dan mikrometer sekrup
Jangka sorong dan mikrometer sekrup
 
Laporan praktikum stoikiometri
Laporan praktikum stoikiometriLaporan praktikum stoikiometri
Laporan praktikum stoikiometri
 
ATP fase E - kimia kelas x kurikulum merdeka.docx
ATP fase E - kimia kelas x kurikulum merdeka.docxATP fase E - kimia kelas x kurikulum merdeka.docx
ATP fase E - kimia kelas x kurikulum merdeka.docx
 
4.hukum gauss
4.hukum gauss4.hukum gauss
4.hukum gauss
 
Laporan praktikum beda potensial sel
Laporan praktikum beda potensial selLaporan praktikum beda potensial sel
Laporan praktikum beda potensial sel
 

Similar to VECTOR DAN LATIHAN SOAL - PELAJARAN SMA FISIKA

BAHAN AJAR VEKTOR
BAHAN AJAR VEKTORBAHAN AJAR VEKTOR
BAHAN AJAR VEKTORMAFIA '11
 
Modul kelas x unit 2 vektor
Modul kelas x unit 2 vektorModul kelas x unit 2 vektor
Modul kelas x unit 2 vektorEko Supriyadi
 
tugas matematika peminatan sma ypi tunas bangsa palembang
tugas matematika peminatan  sma ypi tunas bangsa palembangtugas matematika peminatan  sma ypi tunas bangsa palembang
tugas matematika peminatan sma ypi tunas bangsa palembangmiftahul jannah
 
Materi vektor pada bidang kelas XI SMA Fase F
Materi vektor pada bidang kelas XI SMA Fase FMateri vektor pada bidang kelas XI SMA Fase F
Materi vektor pada bidang kelas XI SMA Fase FRenitaPutriLestari
 
Modul kelas x unit 2 vektor
Modul kelas x unit 2 vektorModul kelas x unit 2 vektor
Modul kelas x unit 2 vektorEKO SUPRIYADI
 
Fisika Kelas X Vektor
Fisika Kelas X  Vektor Fisika Kelas X  Vektor
Fisika Kelas X Vektor Farshal r
 
Materi vektor dalam aplikasi teknik sipil
Materi vektor dalam aplikasi teknik sipilMateri vektor dalam aplikasi teknik sipil
Materi vektor dalam aplikasi teknik sipilRizky Islami
 
Modul kelas x unit 2 vektor
Modul kelas x unit 2 vektorModul kelas x unit 2 vektor
Modul kelas x unit 2 vektorEko Supriyadi
 
Matematika Peminatan " Vektor"
Matematika Peminatan " Vektor"Matematika Peminatan " Vektor"
Matematika Peminatan " Vektor"Huzayfi
 
Vektor Matematika Peminatan
Vektor Matematika PeminatanVektor Matematika Peminatan
Vektor Matematika PeminatanMaisyah Wanda
 

Similar to VECTOR DAN LATIHAN SOAL - PELAJARAN SMA FISIKA (20)

Tugas matematika(ipa)
Tugas matematika(ipa)Tugas matematika(ipa)
Tugas matematika(ipa)
 
vektor.pptx
vektor.pptxvektor.pptx
vektor.pptx
 
Vektor.pptx
Vektor.pptxVektor.pptx
Vektor.pptx
 
BAHAN AJAR VEKTOR
BAHAN AJAR VEKTORBAHAN AJAR VEKTOR
BAHAN AJAR VEKTOR
 
Modul kelas x unit 2 vektor
Modul kelas x unit 2 vektorModul kelas x unit 2 vektor
Modul kelas x unit 2 vektor
 
Vektor
VektorVektor
Vektor
 
tugas matematika peminatan sma ypi tunas bangsa palembang
tugas matematika peminatan  sma ypi tunas bangsa palembangtugas matematika peminatan  sma ypi tunas bangsa palembang
tugas matematika peminatan sma ypi tunas bangsa palembang
 
Materi vektor pada bidang kelas XI SMA Fase F
Materi vektor pada bidang kelas XI SMA Fase FMateri vektor pada bidang kelas XI SMA Fase F
Materi vektor pada bidang kelas XI SMA Fase F
 
Bab 2 Vektor
Bab 2 VektorBab 2 Vektor
Bab 2 Vektor
 
Modul kelas x unit 2 vektor
Modul kelas x unit 2 vektorModul kelas x unit 2 vektor
Modul kelas x unit 2 vektor
 
Fisika Kelas X Vektor
Fisika Kelas X  Vektor Fisika Kelas X  Vektor
Fisika Kelas X Vektor
 
V e k t o r
V e k t o rV e k t o r
V e k t o r
 
Bab 2 vektor
Bab 2  vektorBab 2  vektor
Bab 2 vektor
 
Kelompok 1 vektor
Kelompok 1 vektorKelompok 1 vektor
Kelompok 1 vektor
 
Materi vektor dalam aplikasi teknik sipil
Materi vektor dalam aplikasi teknik sipilMateri vektor dalam aplikasi teknik sipil
Materi vektor dalam aplikasi teknik sipil
 
Penjelasan Vektor
Penjelasan VektorPenjelasan Vektor
Penjelasan Vektor
 
Modul kelas x unit 2 vektor
Modul kelas x unit 2 vektorModul kelas x unit 2 vektor
Modul kelas x unit 2 vektor
 
Unit 2.pptx
Unit 2.pptxUnit 2.pptx
Unit 2.pptx
 
Matematika Peminatan " Vektor"
Matematika Peminatan " Vektor"Matematika Peminatan " Vektor"
Matematika Peminatan " Vektor"
 
Vektor Matematika Peminatan
Vektor Matematika PeminatanVektor Matematika Peminatan
Vektor Matematika Peminatan
 

More from seaaln

FUNGSI DAN FUNGSI INJEKTIF - KDM
FUNGSI DAN FUNGSI INJEKTIF - KDMFUNGSI DAN FUNGSI INJEKTIF - KDM
FUNGSI DAN FUNGSI INJEKTIF - KDMseaaln
 
MAKALAH KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA
MAKALAH KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMAMAKALAH KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA
MAKALAH KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMAseaaln
 
Hakikat Ilmu Alamiah (IAD, IBD, ISD) dan Keterkaitan dengan Teknologi
Hakikat Ilmu Alamiah (IAD, IBD, ISD)  dan Keterkaitan dengan TeknologiHakikat Ilmu Alamiah (IAD, IBD, ISD)  dan Keterkaitan dengan Teknologi
Hakikat Ilmu Alamiah (IAD, IBD, ISD) dan Keterkaitan dengan Teknologiseaaln
 
Hakikat Ilmu Alamiah dan Keterkaitan dengan Teknologi
Hakikat Ilmu Alamiah  dan Keterkaitan dengan TeknologiHakikat Ilmu Alamiah  dan Keterkaitan dengan Teknologi
Hakikat Ilmu Alamiah dan Keterkaitan dengan Teknologiseaaln
 
Elastisitas - FISIKA SMA KELAS XI
Elastisitas - FISIKA SMA KELAS XIElastisitas - FISIKA SMA KELAS XI
Elastisitas - FISIKA SMA KELAS XIseaaln
 
Ekosistem, Suksesi Klimaks, Aliran Energi, Daur, dan Pelestarian Makhluk Hidup
Ekosistem, Suksesi Klimaks, Aliran Energi, Daur, dan Pelestarian Makhluk HidupEkosistem, Suksesi Klimaks, Aliran Energi, Daur, dan Pelestarian Makhluk Hidup
Ekosistem, Suksesi Klimaks, Aliran Energi, Daur, dan Pelestarian Makhluk Hidupseaaln
 
STRUKTUR DAN FUNGSI HEWAN BESERTA TAFSIR YANG MENDUKUNG- BIOLOGI
STRUKTUR DAN FUNGSI HEWAN BESERTA TAFSIR YANG MENDUKUNG- BIOLOGISTRUKTUR DAN FUNGSI HEWAN BESERTA TAFSIR YANG MENDUKUNG- BIOLOGI
STRUKTUR DAN FUNGSI HEWAN BESERTA TAFSIR YANG MENDUKUNG- BIOLOGIseaaln
 
Penyeimbangan Tree dengan AVL Tree - Pemograman
Penyeimbangan Tree dengan AVL Tree - PemogramanPenyeimbangan Tree dengan AVL Tree - Pemograman
Penyeimbangan Tree dengan AVL Tree - Pemogramanseaaln
 
Bahasa spesifik dalam al qur'an
Bahasa spesifik dalam al qur'anBahasa spesifik dalam al qur'an
Bahasa spesifik dalam al qur'anseaaln
 

More from seaaln (9)

FUNGSI DAN FUNGSI INJEKTIF - KDM
FUNGSI DAN FUNGSI INJEKTIF - KDMFUNGSI DAN FUNGSI INJEKTIF - KDM
FUNGSI DAN FUNGSI INJEKTIF - KDM
 
MAKALAH KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA
MAKALAH KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMAMAKALAH KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA
MAKALAH KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA
 
Hakikat Ilmu Alamiah (IAD, IBD, ISD) dan Keterkaitan dengan Teknologi
Hakikat Ilmu Alamiah (IAD, IBD, ISD)  dan Keterkaitan dengan TeknologiHakikat Ilmu Alamiah (IAD, IBD, ISD)  dan Keterkaitan dengan Teknologi
Hakikat Ilmu Alamiah (IAD, IBD, ISD) dan Keterkaitan dengan Teknologi
 
Hakikat Ilmu Alamiah dan Keterkaitan dengan Teknologi
Hakikat Ilmu Alamiah  dan Keterkaitan dengan TeknologiHakikat Ilmu Alamiah  dan Keterkaitan dengan Teknologi
Hakikat Ilmu Alamiah dan Keterkaitan dengan Teknologi
 
Elastisitas - FISIKA SMA KELAS XI
Elastisitas - FISIKA SMA KELAS XIElastisitas - FISIKA SMA KELAS XI
Elastisitas - FISIKA SMA KELAS XI
 
Ekosistem, Suksesi Klimaks, Aliran Energi, Daur, dan Pelestarian Makhluk Hidup
Ekosistem, Suksesi Klimaks, Aliran Energi, Daur, dan Pelestarian Makhluk HidupEkosistem, Suksesi Klimaks, Aliran Energi, Daur, dan Pelestarian Makhluk Hidup
Ekosistem, Suksesi Klimaks, Aliran Energi, Daur, dan Pelestarian Makhluk Hidup
 
STRUKTUR DAN FUNGSI HEWAN BESERTA TAFSIR YANG MENDUKUNG- BIOLOGI
STRUKTUR DAN FUNGSI HEWAN BESERTA TAFSIR YANG MENDUKUNG- BIOLOGISTRUKTUR DAN FUNGSI HEWAN BESERTA TAFSIR YANG MENDUKUNG- BIOLOGI
STRUKTUR DAN FUNGSI HEWAN BESERTA TAFSIR YANG MENDUKUNG- BIOLOGI
 
Penyeimbangan Tree dengan AVL Tree - Pemograman
Penyeimbangan Tree dengan AVL Tree - PemogramanPenyeimbangan Tree dengan AVL Tree - Pemograman
Penyeimbangan Tree dengan AVL Tree - Pemograman
 
Bahasa spesifik dalam al qur'an
Bahasa spesifik dalam al qur'anBahasa spesifik dalam al qur'an
Bahasa spesifik dalam al qur'an
 

Recently uploaded

Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfssuser4743df
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfkaramitha
 
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...laila16682
 
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxPower Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxSitiRukmanah5
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxSyabilAfandi
 
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxMateri Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxIKLASSENJAYA
 
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxresidentcardio13usk
 
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaModul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaAnggrianiTulle
 
hormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanaman
hormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanamanhormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanaman
hormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanamanAprissiliaTaifany1
 
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxPPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxSDN1Wayhalom
 

Recently uploaded (10)

Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
 
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
 
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxPower Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
 
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxMateri Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
 
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
 
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaModul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
 
hormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanaman
hormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanamanhormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanaman
hormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanaman
 
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxPPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
 

VECTOR DAN LATIHAN SOAL - PELAJARAN SMA FISIKA

  • 1. 1 KOMPETENSI DASAR 3.3 Menerapkan prinsip penjumlahan vektor sebidang (misalnya perpindahan) 4.3 Merancang percobaan untuk menentukan resultan vektor sebidang (misalnya perpindahan) beserta presentasi hasil dan makna fisisnya INDIKATOR 3.3.1. Menentukan resultan vektor dan arah vektor menggunakan metode grafis 3.3.2. Menentukan resultan vektor menggunakan metode analitis 4.3.1 Merancang prosedur percobaan yang bertujuan untuk menentukan resultan vektor sebidang 4.3.2 Melakukan percobaan sesuai dengan rancangan percobaan menentukan resultan vektor sebidang yang telah dibuat 4.3.3 Mempresentasikan hasil percobaan untuk menentukan resultan vektor sebidang
  • 3. 3 Sumber: Serway, 2009 Gambar 1. Navigasi Pesawat Tahukah kamu bagaimana pesawat terbang dapat terbang menuju ke bandara tujuan tanpa tersesat? Sebuah pesawat terbang dapat mencapai tujuan tanpa tersesat karena dilengkapi dengan sistem navigasi. Sistem navigasi pesawat terbang merupakan salah satu produk teknologi yang menerapkan konsep vektor. Bagaimanakah penerapan konsep vektor dalam sistem navigasi pesawat? Ketika sebuah pesawat terbang melaju ke suatu lokasi tujuan, pilot harus mempertimbangkan arah dan besar kecepatan angin. Hal ini karena arah dan besar kecepatan angin sangat berpengaruh terhadap gerakan pesawat. Panel-panel instrumen sistem navigasi yang terdapat di ruang kokpit atau flight deck sebuah pesawat terbang memberikan informasi yang akurat tentang hal-hal yang terkait gerakan pesawat dan angin, sehingga pilot dapat menyesuaikan kecepatan dan arah gerak pesawat berdasarkan informasi tersebut.
  • 4. 4 Vektor adalah jenis besaran yang mempunyai nilai dan arah. Besaran yang termasuk besaran vektor antara lain perpindahan, gaya, kecepatan, percepatan, dan lain-lain. Untuk menyatakan besaran vektor, harus menggunakan nilai dan disebutkan arahnya. Misal, Robert menggeser lemari sejauh 3 meter ke Barat. Sebuah vektor dalam buku cetakan biasanya dinyatakan dalam huruf yang dicetak tebal (bold), misal vektor A ditulis A. Untuk tulisan tangan sebuah vektor dilambangkan dengan huruf yang diberi tanda anak panah di atasnya: A⃗⃗ . Pada penulisan nilai atau besar vektor A, untuk buku cetakan biasanya menggunakan huruf miring: A, sedangkan tulisan tangan dinyatakan dengan anak panah di atasnya beserta tanda harga mutlak: |A⃗⃗ |. Sebuah vektor dinyatakan dengan sebuah anak panah yang menyatakan besar dan arahnya (Gambar 2). Arah anak panah menyatakan arah vektor, sedangkan panjang anak panah secara proporsional menyatakan besar vektor. Perhatikan Gambar 3, vektor B dan C menyatakan kecepatan. Panjang anak panah (panjang vektor) sebanding dengan nilai kecepatannya. Dengan demikian, jika vektor B menunjukkan kecepatan 40 km/jam, maka vektor C menunjukkan kecepatan 60 km/jam. 1. Kesamaan Dua Vektor Dua vektor yang mempunyai besar dan arah yang sama disebut vektor yang sama, walaupun posisi titik tangkap dan titik ujungnya berbeda. Vektor K dan L pada Gambar 4.a dan vektor M dan N pada Gambar 4.b adalah pasangan vektor yang sama. Penulisan Vektor A Penggambaran Vektor B Titik tangkap Titik ujung Arah A Gambar 2 Bagian-bagian vektor A B C Gambar 3 Panjang vektor B dan C sebanding dengan besar vektor B dan C
  • 5. 5 2. Negatif dari Vektor Vektor yang besarnya sama tetapi arahnya berlawanan disebut negatif dari vektor. Gambar 5 menampilkan vektor A dan –A. Beberapa vektor dapat dijumlahkan menjadi sebuah vektor yang disebut resultan vektor. Resultan vektor dapat diperoleh dengan beberapa metode, yaitu metode jajaran genjang, metode segitiga, metode poligon dan analitis. 1. Metode Jajaran Genjang Sudah tahukah kamu dengan metode jajaran genjang? Tentu kamu sudah bisa membayangkan dari namanya. Pada Gambar 6 terdapat dua vektor A dan B. Untuk menentukan resultan dua buah vektor lakukanlah langkah-langkah berikut. K L M N a b Gambar 4 Vektor yang mempunyai besar dan arah yang sama Gambar 5 Vektor A dan –A merupakan dua vektor dengan besar yang sama tetapi arahnya berlawanan A -A Resultan Vektor C A B Gambar 6. Vektor A dan B
  • 6. 6 a. Kita gambar ulang vektor dengan masing-masing titik tangkap saling bertemu. b. Untuk membuat jajaran genjang, gambarlah garis dari ujung A sejajar dengan B dan dari ujung B sejajar dengan A. c. Tariklah garis dari titik pertemuan dua vektor ke sudut seberang dari jajaran genjang. Garis tersebut merupakan vektor resultan R. Pada metode jajaran genjang, satu kali lukisan hanya dapat digunakan untuk mencari resultan dua buah vektor. Untuk resultan yang terdiri atas tiga buah vektor diperlukan dua jajaran genjang, empat buah vektor diperlukan tiga jajaran genjang, dan seterusnya. 2. Metode Segitiga Metode ini dilakukan dengan cara mempertemukan titik ujung vektor dengan titik pangkal vektor yang lain. Perhatikan contoh berikut. Pada Gambar 7 terdapat dua vektor A dan B dengan besar dan arah yang berbeda. Untuk mendapatkan vektor resultan lakukanlah langkah-langkah berikut. A B Gambar 7. Vektor A dan B A B A B A B R
  • 7. 7 a. Gambar ulang vektor A tanpa mengubah besar dan arahnya. b. Gambar ulang vektor B dimulai dari titik ujung vektor A tanpa mengubah besar dan arahnya. c. Gambarlah vektor resultan R dengan cara menarik garis dimulai dari titik tangkap vektor A ke titik ujung vektor B. Lihat gambar di samping. R adalah vektor resultan dari penjumlahan vektor A dan B. Vektor resultan R juga dapat diperoleh dengan cara sebaliknya, yaitu membuat vektor B terlebih dahulu, kemudian diteruskan dengan membuat vektor A dari ujung vektor B. A B R = A + B A A B Tujuan Menemukan sifat penjumlahan dan selisih vektor Alat dan bahan Kertas, pensil, dan mistar Langkah Kerja 1. Pada selembar kertas kosong, salin gambar vektor A dan B pada Gambar 7. 2. Pada kertas tersebut: a. Lukis jumlah vektor R = A + B, tetapi vektor A dilukis lebih dahulu b. Lukis jumlah vektor Q = B + A, tetapi vektor B dilukis lebih dahulu KEGIATAN 1
  • 8. 8 3. Metode Poligon Metode ini merupakan pengembangan dari metode segitiga, melibatkan lebih dari dua vektor (lihat Gambar 8). Untuk mendapatkan vektor resultan R = A + B + C, lakukanlah langkah-langkah berikut. a. Pilihlah salah satu vektor sebagai awalan (misalnya vektor A) b. Pertemukan vektor kedua dimulai dari titik ujung vektor pertama tanpa mengubah besar dan arahnya. c. Gambarlah vektor ketiga dimulai dari titik ujung vektor kedua tanpa mengubah besar dan arahnya d. Hubungkan dengan garis titik tangkap vektor pertama dengan titik ujung vektor terakhir sehingga kita dapatkan vektor resultan R. Perhatikan Gambar 9. A C Gambar 8. Vektor A, B dan C B A a A B b A B Cc A B C R d Gambar 9. Menjumlahkan vektor dengan metode poligon 3. Siapkan kertas kosong lain, salin kembali gambar vektor A dan B pada Gambar 7. Kemudian, lukis masing-masing vektor selisih C = A – B dan D = B – A. Pertanyaan dan Kesimpulan 1. Bandingkan gambar vektor R dan Q yang telah kamu lukis pada langkah kerja 2. Apakah pada penjumlahan vektor berlaku hukum komutatif? Berikan pendapatmu! 2. Bandingkan vektor selisih C dan D yang telah kamu lukis pada langkah kerja 3. Apakah pada selisih vektor berlaku hukum komutatif? Berikan pendapatmu! LANJUTAN KEGIATAN 1
  • 9. 9 Urutan vektor yang dibentuk tidaklah penting untuk diperhatikan mengingat penjumlahan vektor bersifat komutatif, asalkan tidak mengubah besar dan arahnya. 4. Metode Analitis Metode ini, berbeda dengan ketiga metode sebelumnya. Untuk menentukan resultan vektor dengan cara perhitungan, yaitu menggunakan rumus kosinus dan mencari arah vektor resultan dengan menggunakan rumus sinus. a. Menentukan Resultan Vektor menggunakan Rumus Kosinus Gambar 10 menunjukkan penjumlahan dua vektor A dan B. Dengan menggunakan persamaan tertentu, dapat diketahui besar dan arah resultan kedua vektor tersebut. Persamaan tersebut diperoleh dengan menerapkan aturan cosinus pada segitiga OPR, sehingga dihasilkan: ( 𝑂𝑅)2 = ( 𝑂𝑃)2 + ( 𝑃𝑅)2 − 2( 𝑂𝑃)( 𝑃𝑅)cos(180 𝑜 − 𝛼) = ( 𝑂𝑃)2 + ( 𝑃𝑅)2 − 2( 𝑂𝑃)( 𝑃𝑅)(−cos 𝛼) ( 𝑂𝑅)2 = ( 𝑂𝑃)2 + ( 𝑃𝑅)2 + 2( 𝑂𝑃)( 𝑃𝑅)cos 𝛼 Diketahui bahwa OP = A, PR = OQ = B, OR = R, sehingga: Keterangan: R : besar resultan vektor R A : besar vektor A B : besar vektor B 𝛼 : sudut apit antara kedua vektor b. Menentukan Arah Resultan Vektor Menggunakan Rumus Sinus Untuk menentukan arah vektor resultan terhadap salah satu vektor komponennya dapat digunakan persamaan sinus. Perhatikan Gambar 11. 𝑅2 = 𝐴2 + 𝐵2 + 2𝐴𝐵 cos 𝛼 atau 𝑅 = √𝐴2 + 𝐵2 + 2𝐴𝐵 cos 𝛼 Sumber: Setya, 2009 Gambar 10. Metode jajaran genjang untuk jumlah vektor A + B
  • 10. 10 Secara matematis, dapat ditulis sebagai berikut. c. Penguraian Vektor secara Analitis Untuk keperluan perhitungan tertentu, terkadang sebuah vektor yang terletak dalam bidang koordinat sumbu-x dan sumbu-y harus diuraikan menjadi komponen- komponen yang saling tegak lurus. Perhatikan Gambar 12. Misalkan, diketahui sebuah vektor F yang dapat diuraikan menjadi komponen vektor pada sumbu-x, yaitu 𝐅𝐱 dan komponen vektor pada sumbu-y, yaitu 𝐅𝐲. Jika sudut antar vektor F dengan sumbu-x positif adalah 𝜃, maka besar komponen vektor 𝐅𝐱 dan 𝐅𝐲 ini memenuhi perbandingan trigonometri seperti persamaan berikut. Contoh metode analitis pada Gambar 13.a. Dua gaya 𝐅𝟏 dan 𝐅𝟐 bekerja pada benda dengan sudut 𝛾. Pada benda itu dapat dibuat sumbu-x dan sumbu-y seperti pada Gambar 13.b, sehingga 𝐅𝟏 dan 𝐅𝟐 dapat diproyeksikan ke arah sumbu-x dan sumbu-y. Resultan proyeksi-proyeksi gaya yang searah memenuhi persamaan berikut. ∑ 𝐹𝑥 = 𝐹1𝑥 − 𝐹2𝑥 ∑ 𝐹𝑦 = 𝐹1𝑦 + 𝐹2𝑦 y x𝜃 F 𝐅𝐱 𝐅𝐲 Gambar 12. Komponen vektor F Fx = F cos 𝜃 F 𝑦 = F sin 𝜃 Sumber: Setya, 2009 Gambar 11. Menentukan arah vektor R sin 𝛼 = F1 sin( 𝛼 − 𝛽) = F2 sin 𝛽 𝐅𝟐 𝐅𝟏 𝛾 a 𝐅𝟏𝐱𝐅𝟐𝐱 𝐅𝟐 𝐅𝟏 𝛽 𝛼 y x 𝐅𝟐𝐲 𝐅𝟏𝐲 b Gambar 13. Penguraian beberapa vektor
  • 11. 11 Resultan gaya-gaya tersebut dapat memenuhi persamaan berikut. 𝐹𝑅 2 = ∑ 𝐹𝑥 2 + ∑ 𝐹𝑦 2 Sehingga, besar vektor 𝐹𝑅 adalah: Sementara itu, arah vektor ditentukan dengan persamaan: Contoh Soal Tiga buah gaya bekerja pada benda seperti Gambar berikut. Tentukan besar dan arah resultan gaya-gaya tersebut! Penyelesaian Membuat sumbu tegak lurus (xy) dan proyeksi-proyeksinya, sehingga dapat diperoleh ∑ 𝐹𝑥 = 𝐹1𝑥 + 𝐹2𝑥 − 𝐹3 ∑ 𝐹𝑥 = 40 cos60 + 25 sin 37 − 21 ∑ 𝐹𝑥 = 40 1 2 + 25(0,6) − 21 ∑ 𝐹𝑥 = 14 𝑁 ∑ 𝐹𝑦 = 𝐹1𝑦 − 𝐹2𝑦 ∑ 𝐹𝑥 = 40 sin60 − 25 cos37 ∑ 𝐹𝑥 = 40. 1 2 √3 + 25(0,8) ∑ 𝐹𝑦 = 14 𝑁 𝐹𝑅 = √∑ 𝐹𝑥 2 + ∑ 𝐹𝑦 2 tan 𝛼 = Fx Fy 60o 37o F1 = 40 N F2 = 25 N F3 = 21 N 60o 37o F1 = 40 N F2 = 25 N F3 = 21 N y x F1x F1y F2y F2x
  • 12. 12 Jadi resultan gayanya memenuhi 𝐹𝑅 = √∑ 𝐹𝑥 2 + ∑ 𝐹𝑦 2 𝐹𝑅 = √142 + 142 𝐹𝑅 = √392 𝐹𝑅 = 14√2 N Arah 𝐅 𝐑 terhadap sumbu-x memenuhi: tan 𝜃 = ∑ 𝐹𝑥 ∑ 𝐹𝑦 = 14 14 = 1 𝜃 = 45 𝑜 LATIHAN SOAL Selesaikanlah soal-soal berikut ini dengan benar! Soal untuk nomor 1 dan 2. Terdapat 3 vektor sebagai berikut 1. Gambarkan resultan vektor berikut dengan metode jajar genjang a. A + B b. B - C 2. Gambarkan resultan vektor berikut dengan metode poligon a. A + B + C b. B – A - C B C A Buatlah kelompok yang terdiri dari 4-5 orang. Buatlah rancangan percobaan untuk menentukan resultan vektor sebidang (misalnya perpindahan). Presentasikan hasilnya di hadapan teman sekelas. TUGAS PROYEK
  • 13. 13 3. Rina dan Reni sepakat akan berangkat sekolah bersama-sama, Sekolah mereka terletak 300 m di Utara rumah Reni. Rina berangkat dari rumahnya untuk menjemput Reni terlebih dahulu, rumah Reni terletak 400 m di sebelah Barat rumah Rina. Tentukan besar perpindahan yang dialami Rina! 4. Perhatikan gambar di samping! Jika sin 𝛼 = 3 5 dan sin 𝛽 = 4 5 , maka tentukan resultan keempat gaya pada gambar tersebut! 5. Diberikan 3 buah vektor F1 = 10 N, F2 = 25 N, dan F3 = 15 N, seperti gambar berikut. a. Uraikan komponen masing-masing vektor! b. Tentukan besar dan arah resultannya! F3 F1 F2 y x
  • 14. 14 DAFTAR PUSTAKA Cahyani, Fieska dan Santoso, Yandri. 2013. FISIKA 1 untuk SMA Kelas X Peminatan Matematika dan Ilmu Alam. Bogor: Quadra Handayani, Sri dan Damari, Ari. 2009. FISIKA untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional Nurachmandani, Setya. 2009. FISIKA 1 untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional Sumarsono, Joko. 2009. FISIKA untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional Serway, Raymond dan Jewett, John W. 2009. Fisika untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Salemba Sunardi, dkk. 2016. Fisika untuk Siswa SMA/MA Kelas X Kelompok Peminatan Matematika dan Ilmu-ilmu Alam. Bandung: Yrama Widya Kanginan, Marthen. 2013. FISIKA untuk SMA/MA Kelas X. Cimahi: Penerbit Erlangga