SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
SIFAT LENSA DAN CACAT BAYANGAN
Nama : LYDIA NURKUMALAWATI
NIM : 1306619018
Prodi : FISIKA
Nama Percobaan : SIFAT LENSA DAN CACAT BAYANGAN
Tanggal Percobaan : 04 JUNI 2020
Tanggal Pengumpulan : 12 JUNI 2020
Nama Dosen : Dr. Firmanul Catur Wibowo, M.Pd
Pre-Test Laporan Awal Laporan Akhir
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2020
A. TUJUAN
1. Memahami sifat pembiasan cahaya pada lensa.
2. Menentukan jarak fokus lensa.
3. Mengetahui jenis-jenis lensa berdasarkan bentuknya.
4. Mengamati cacat bayangan (aberasi) dan mengetahui penyebabnya.
5. Mengurangi terjadinya cacat bayangan.
B. ALAT DAN BAHAN
1. Lensa positif kuat (++), 6. Lampu pijar,
2. Lensa positif lemah (+), 7. Layar penangkap bayangan,
3. Lensa negatif (-), 8. Bangku optik,
4. Benda berupa anak panah, 9. Kabel penghubung dan sumber tegangan listrik.
5. Diafragma dan kaca baur,
C. TEORI DASAR
Menentukan jarak fokus lensa positif (konvergen)
Sebuah benda O diletakkan disebelah kiri lensa positif, dan bayangan O yang terbentuk
disebelah kanan lensa dan dapat diamati pada sebuah layar. Jika M merupakan perbesaran
bayangan (perbandingan panjang O dan O), dan L adalah jarak antara benda dan
bayangan, maka jarak fokus lensa f, dapat ditentukan dari persamaan berikut:
𝑓 =
𝑆′
1+𝑀
(1)
Dimana s adalah jarak bayangan terhadap lensa.
s
s
layar
O F
F
L
Cara lain untuk menentukan jarak fokus lensa positif adalah sebagai berikut:
Sebuah benda O diletakkan pada jarak L dari layar. Kemudian lensa positif yang akan
ditentukan jarak fokusnya digeser-geser antara benda O dan layar sehingga diperoleh dua
kedudukan (misalnya kedudukan 1 dan kedudukan 2) dimana lensa memberikan bayangan
yang jelas pada layar. Bayangan yang satu diperbesar dan yang lain diperkecil.
F
O’
+ +
O’ layar
O
r
L
Jika r adalah jarak antara dua kedudukan itu, jarak fokus lensa dapat ditentukan sebagai
berikut:
𝑓 =
𝐿2βˆ’π‘Ÿ2
4𝐿
(𝐡𝑒𝑠𝑠𝑒𝑙 ) (2)
Menentukan jarak fokus lensa negatif (divergen)
Jarak fokus lensa negatif dapat ditentukan dengan bantuan lensa positif. Mula-mula digunakan
lensa positif untuk membentuk bayangan nyata pada layar. Kemudian antara lensa positif dan
layar dipasang lensa negatif.
+ - s’
Layar sekarang
Layar mula-mula
Bayangan pada layar itu merupakan bayangan maya dari lensa negatif. Karenanya pada
keadaan ini, jarak dari layar ke lensa negatif disebut jarak benda s. Sekarang, layar digeser
ke belakang menjauhi lensa untuk memperoleh bayang baru. Dalam keadaan ini jarak dari
layar sampai lensa negatif disebut jarak bayangan s’. Jarak fokus lensa negatif dapat
ditentukan dengan persamaan:
𝑓 =
𝑠 . 𝑠′
𝑠+𝑠
(3)
Jarak fokus lensa bersusun
Jika dua lensa tipis dengan jarak fokus masing-masing f1 dan f2 digabungkan
(dirapatkan), maka akan diperoleh satu lensa gabungan yang fokusnya adalah fgab, dan dapat
diperoleh dengan persamaan berikut:
1
π‘“π‘”π‘Žπ‘
=
1
𝑓1
+
1
𝑓2
(4)
Cacat Bayangan
Rumus-rumus persamaan lensa yang telah diberikan di atas dapat diturunkan dengan syarat
hanya berlaku untuk sinar β€œparalaksialβ€œ. Jika syarat tersebut tidak dipenuhi, maka akan terjadi
cacat bayangan (aberasi)1.
TEORI TAMBAHAN
Lensa adalah kaca atau bahan transparan lainnya yang dapat membiaskan cahaya dari
suatu benda dan membentuk bayangan nyata (real image) ataupun bayangan maya (virtual
image). Lensa merupakan sebuah alat untuk mengumpulkan atau menyebarkan cahaya,
biasanya terbentuk dari sepotong gelas yang dibentuk2.
Jenis-jenis lensa yang umum berdasarkan bentuknya
1. Lensa Planparalel (datar-datar)
2. Lensa Bikonveks (cembung-cembung)
3. Lensa Bikonkaf (cekung-cekung)
4. Lensa Gabungan seperti Plan-konkaf (datar-cekung), Konveks-konkaf (cembung-cekung),
dsb.
Berdasarkan bidang batasnya, lensa dibagi menjadi :
1. Lensa Cembung (konveks)
Lensa cembung adalah lensa konvergen dan juga merupakan lensa (+) yang bersifat
mengumpulkan sinar serta menghasilkan bayangan yang bias dan nyata.
Lensa cembung terbagi tiga, yaitu :
a. Lensa cembung-cembung (biconvex )
Lensa cembung yang dibatasi oleh dua bidang lengkung yang berlawanan arah
kelengkungannya.
b. Lensa cembung-datar ( plan convex )
Lensa cembung yang dibatasi oleh satu bidang datar dan satu bidang lengkung.
1 Tim Dosen Fisika Dasar, Panduan Praktikum Fisika Dasar II (Jakarta : UNJ. 2014), hlm 21-23.
2 Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika. Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.
c. Lensa cembung-cekung ( concave convex)
Lensa cembung yang dibatasi oleh dua budang lengkung yang searah kelengkungannya.
2. Lensa Cekung (konkaf)
Lensa cekung disebut juga sebagai lensa divergen dan juga disebut lensa (–) yang bersifat
menyebarkan sinar. Karena lensa ini tidak dapat membentuk bayangan yang bias ditangkap
layar dan memiliki harga fokus negatif.
Lensa cekung terbagi tiga bagian yaitu :
a. Lensa cekung-cekung ( biconcave )
Lensa cekung yang dibatasi oleh dua bidang lengkung yang arahnya berlawanan.
b.Lensa cekung-datar ( plan-concave )
Lensa cekung yang dibatasi oleh satu bidang datar dan satu bidang lengkung.
c.Lensa cekung-cembung ( convex-concave )
Lensa cekung yang dibatasi oelh dua bidang lengkung yang arahnya searah3.
Sifat fokus lensa.
Pada lensa terdapat titik fokus pertama (f1) dan titik fokus kedua (f2). Titik fokus pertama
merupakan titik benda pada sumbu utama yang bayangannya berasa di tempat yang sangat jauh
(tak hingga). Sedangkan titik fokus kedua adalah titik bayangan pada sumbu utama dari benda
yang letaknya sangat jauh (tak hingga).
1. Lensa Tipis
Lensa tipis adalah lensa sederhana yang ketebalannya dapat diabaikan bila
dibandingkan dengan panjang titik fokusnya. Lensa yang ketebalannya tidak dapat
diabaikan dibandingkan dengan jarak titik fokus dinamakan lensa tebal.
Untuk lensa tipis, titik fokus dapat dihitung dari jarak β€œs” dan jarak bayangan yang dibentuk
β€œs’ β€œ, dengan persamaan :
1
𝑓
=
1
𝑠
+
1
𝑠′
Sedangkan perbesaran bayangannya didapat dari M =
𝑠′
𝑠
=
β„Žβ€²
β„Ž
, dengan h dan h’ masing –
masing adalah tinggi benda dan tinggi bayangan.
2. Lensa Gabungan
Lensa gabungan sering digunakan pada alat–alat optik dengan maksud mengurangi
cacat bayangan atau merubah sifat bayangan agar bisa dilihat oleh mata manusia. Untuk
suatu sistem lensa gabungan yang terdiri daridua buah lensa tipis yang masing – masing
mempunyai titik fokus f1 dan f2, serta dipisahkan oleh jarak d. Jarak titik fokus dari sistem
3 Supardiono.2004. Lensa Cekung dan Lensa Cembung. Jakarta: Kemedikbud
lensa ini diberikan oleh :
fgab depan =
𝑓1(π‘‘βˆ’π‘“2)
π‘‘βˆ’(𝑓1+𝑓2)
dan
fgab belakang =
𝑓2 (π‘‘βˆ’π‘“2)
π‘‘βˆ’(𝑓1+𝑓2)
Titik fokus lensa adalah titik di mana cahaya yang dibiaskan oleh lensa tersebut
terkumpul. Jarak fokus lensa (atau f ) diukur dari lensa ke titik fokus lensa, makin melengkung
sebuah lensa, maka makin kecil jarak fokus lensa.
Titik kelengkungan lensa adalah titik pusat lingkaran lensa, jarak dari lensa ke titik
kelengkungan lensa adalah jari-jari kelengkungan lensa, besarnya adalah R = 2f .
Pembiasan ( refraction ) adalah pembelokan cahaya (dan gelombang elektromagnetik
lainnya) karena melalui dua medium yang berbeda.
Indeks bias suatu medium ( refractive index of a subtance ) menunjukkan seberapa besar
pengaruh medium tersebut terhadap perambatan cahaya yang melaluinya. Indeks bias suatu
medium dilambangkan dengan huruf n yang definisinya adalah perbandingan laju cahaya di
ruang hampa dengan laju cahaya di medium yang dilaluinya tersebut.
Bayangan nyata ( real image ) adalah bayangan yang dihasilkan dari pemantulan atau
pembiasan cahaya dan dapat ditangkap/diproyeksikan ke layar (film kamera, sensor kamera,
kertas, tembok atau permukaan lainnya)
Bayangan maya ( virtual image ) adalah bayangan hasil pemantulan atau pembiasan
cahaya yang tidak dapat diproyeksikan ke layar.
Sinar – sinar istimewa pada lensa cembung.
1. Sinar istimewa 1: sinar yang sejajar sumbu utama lensa akan dibiaskan menuju titik
fokus (f2) lensa.
2. Sinar istimewa 2: sinar yang menuju pusat lensa akan diteruskan
3. Sinar Istimewa 3: (kebalikan dari sinar istimewa 1) sinar yang melewati titik fokus lensa
(f1) akan dibiaskan sejajar sumbu utama
Sinar – sinar istimewa pada lensa cekung.
1. Sinar istimewa 1: sinar yang sejajar sumbu utama lensa akan dibiaskan seakan-akan dari
titik fokus (f1) lensa.
2. Sinar istimewa 2: sinar yang menuju pusat lensa akan diteruskan.
3. Sinar Istimewa 3: (kebalikan dari sinar istimewa 1) sinar yang menuju titik fokus lensa
(f2) akan dibiaskan sejajar sumbu utama4.
Lensa digunakan untuk mengumpulkan atau menyebarkan cahaya. Cahaya yang
dikumpukan tersebut akan menghasilkan bayangan. Faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk
bayangan antara lain : Jarak antara sumber cahaya dengan lensa, dan jarak antara lensa dengan
layar, serta bentuk benda yang dihasilkan. Namun, ada kalanya bayangan yang terbentuk dari
proses pemantulan maupun pembiasan cahaya tersebut akan mengalami kecacatan, sehingga
akan menghasilkan bayangan yang cacat pula. Jika semua sinar dari sebuah objek titik tidak
difokuskan pada sebuah titik bayangan tunggal, bayangan buram yang dihasilkan inilah yang
disebut aberasi5.
Cacat bayangan
Cacat bayangan disebut juga dengan aberasi, yaitu kelainan bentuk bayangan berupa
yang dihasilkan oleh lensa atau cermin disebabkan kesalahan dalam sistem optis sehingga
bayangan yang terbentuk tidak sama dengan bendanya.
Jenis Aberasi
1. Aberasi Sferis
Adalah gejala kesalahan terbentuknya bayangan yang diakibatkan pengaruh kelengkungan
atau kecembungan lensa. Aberasi ini akan menghasilkan bayangan yang tidak memenuhi
hukum-hukum pemantulan atau pembiasan. Dapat dihindari dengan diafragma.
2. Aberasi Kromatik
Adalah Pembiasan cahaya yang berbeda panjang gelombang pada titik fokus yang berbeda.
Aberasi yang muncul karena dispersi fariasi indeks bias materi transparan terhadap panjang
gelombang. Seperti cahaya biru dibelokkan lebih jauh dari merah oleh kaca. Sehingga jika
4 Soedojo, Peter. 1992. Azas-azas ilmu fisika : Optika. Jilid 3. Yogyakarta : UGM. Penerbit Andi.
5 Tipler, P.A., 2001, Fisika Untuk Sains dan Teknik, Edisi ketiga Jilid 2, Jakarta. Erlangga.
cahaya putih jatuh pada sebuah lensa maka warna-warna yang berbeda difokuskan pada titik
yang berbeda pula dan menghasilkan pinggiran berwarna pada bayangan. Aberasi kromatik
dapat dihilangkan dengan menggunakan dua lensa yang berbeda dengan indeks bias dan
dispersi yang berbeda.
3. Aberasi Monokromatik.
Aberasi monokromatik sering juga disebut aberasi tingkat ketiga merupakan aberasi yang
terjadi walaupun sistem optik memiliki lensa dengan bidang sferis yang telah sempurna dan
tidak terjadi dispersi cahaya sama sekali. Dapat diatasi dengan membuat sinar insiden
terkolimasi (collimated light) dan jarak hiperfokal.
4. Koma.
Gejala dimana bayangan sebuah titik sinar yang terletak dilusr sumbu lensa tidak berbetuk
titik pula. Dapat dihindari dengan diafragma.
5. Distorsi.
Gejala bayangan benda yang berbentuk bujur sangkar tidak berbentuk bujur sangkar lagi.
Dapat dihindari dengan lensa ganda dengan difragma ditengahnya.
Bentuk cacat bayangan lain :
1. Astigmatisme.
Gejala dimana bayangan benda titik tidak berupa titik tapi berupa ellips atau lingkaran. Dapat
diatasi dengan dibantu dengan lensa silinder.
2. Kelengkungan medan.
Letak titik pusat lingkaran yang terbentuk pada peristiwa astigmatisme terletak pada satu
bidang lengkung. Dapat diatasi dengan layar dibuat melengkung.6
Hukum bessel
Dalam percobaan ini digunakan metode bessel dimana dicari dua buah bayangan yang tegas-
jelas, satu diperkecil dan satu lagi diperbesar. Jarak antara benda dan layar tidak diubah-ubah
(fixed) dan dicatat sebagai L. Lensa digeser-geser sampai didapatkan bayangan diperbesar yang
tegas dan jelas, catat jarak lensa ke benda (d1); kemudian lensa digeser-geser lagi sampai
didapatkan bayangan yang diperkecil tegas dan jelas, catat jarak lensa ke benda (d2). Begitu
pula sebaliknya sampai didapatkan bayangan yang diperkecil yang tegas dan jelas. Untuk
menentukan panjang fokus lensa dari metode Bessel, kita dapat menggunakan rumus yang telah
diturunkan sebelumnya dengan sedikit modifikasi sebagai berikut7 :
6 Young, H., Freedman, R., 2001, Fisika Universitas, Jilid 2, Edisi Kesepuluh, Hlm 580-582.
7 Arkundato, Artoto.2007. Optika. Jakarta: Unversitas Terbuka.
Dimana : f : Fokus lensa.
L : Jarak benda terhadap layar.
e : Jarak kedudukan antara dua lensa.
d : Diameter lensa
D. CARA KERJA
Menentukan jarak fokus lensa positif
1. Mengukur tinggi anak panah yang digunakan sebagai benda.
2. Menyusun sistem optik berturut-turut sebagai berikut:
a. benda dengan lampu dibelakangnya,
b. lensa positif lemah (+), lensa posistif kuat (++), dan
c. layar.
3. Mengambil jarak benda ke layar (L) lebih besar dari 1 meter. Mengukur dan mencatat
jarak benda.
4. Memasang lensa positif lemah (+) diantara benda dengan layar. Menggeser lensa
hingga mendapat bayangan yang tegak dan jelas pada layar;mencatat kedudukan lensa
dan dan ukurlah tinggi bayangan pada layar.
5. Menggeser kembali kedudukan lensa hingga didapat bayangan lain yang jelas ( jarak
benda ke layar jangan diubah ).
6. Mengulangi langkah-langkah tersebut dengan L yang berbeda.
7. Mengulangi langkah-langkah percobaan 4 untuk lensa positif kuat(++).
Menentukan jarak fokus lensa negatif
1. Untuk menentukan jarak fokus lensa negatif membuat bayangan yang jelas dari benda
O pada layar dengan pertolongan lensa positif. Kemudian meletakan lensa negatif antara
lensa positif dengan layar dan mengukur jarak lensa negatif ke layar.
2. Menggeser layar sehingga terbentuk bayangan baru yang jelas pada layar. mengukur lagi
jarak lensa negatif ke layar.
3. Mengulangi langkah-langkah tersebut beberapa kali.
Menentukan jarak fokus lensa bersusun
1. Untuk menentukan jarak fokus lensa bersusun, merapatkan lensa positif kuat (++)
dengan lensa positif lemah (+) serapat mungkin. Menggunakan cara Bessel untuk
menentukan jarak fokus lensa bersusun tersebut.
2. Mengulangi beberapa kali dengan L yang berubah-ubah.
Mengamati cacat bayangan
1. Untuk mengamati aberasi khromatik digunakan lensa positif kuat (++) dengan lampu
pijar sebagai benda (anak panah tidak digunakan). Menggeser-geser layar, mengamati
dan mencatat keadaan bayangan dari tiap-tiap kedudukan lensa
2. memasang diafragma di depan lampu pijar. mengulangi langkah percobaan di atas dan
mencatat apa yang terjadi pada bayangan lampu.
3. mengulangi percobaan di atas dengan diafragma yang berlainan.
4. Untuk mengamati astigmatisma meletakkan lensa dengan posisi miring terhadap
sumbu sistem benda dan layar. Meletakan kaca baur (benda) di depan lampu.
5. Kemudian meletakan diafragma di depan benda (kaca baur), dan menggeser-geser lagi
layar. mencatat perubahan apa yang terjadi pada bayangan dari benda.
E. JAWABAN PERTANYAAN AWAL
1. Apa yang dimaksud dengan sinar paralaksial?
Jawaban :
Sinar paralaksial adalah sinar yang berada sangat dekat dengan sumbu utama
cermin/lensa, yang sejajar dengan sumbu utama dengan jarak sangat kecil, atau
berpotongan dengan sumbu utama dengan sudut yang sangat kecil.
2.Buktikan rumus (1) sampai dengan (4)!
Jawaban :
Persamaan 1 : f =
𝑠′
1+𝑀
s =
𝑠′
𝑀
1
𝑓
=
1
𝑠
+
1
𝑠′
1
𝑓
=
1
𝑠′
𝑀
+
1
𝑠′
1
𝑓
=
𝑀
𝑠′
+
1
𝑠′
1
𝑓
=
𝑀 + 1
𝑠′
f =
𝑠′
1+𝑀
(terbukti)
Persamaan 2 : f =
𝑙2
βˆ’ π‘Ÿ2
4𝐿
S1 = S2’
S1’ = L – S1
L = S1 + r + S2’
L = 2S1 + r
S1 =
πΏβˆ’π‘Ÿ
2
S1’ = L – S1
S1’ = L – (
πΏβˆ’π‘Ÿ
2
)
S1’ =
2πΏβˆ’πΏ+π‘Ÿ
2
S1’ =
𝐿+π‘Ÿ
2
1
𝑓
=
1
𝑠1
+
1
𝑠1β€²
1
𝑓
=
1
𝐿 βˆ’ π‘Ÿ
2
+
1
𝐿 + π‘Ÿ
2
1
𝑓
=
2
𝐿 βˆ’ π‘Ÿ
+
2
𝐿 + π‘Ÿ
1
𝑓
=
2 ( 𝐿 + π‘Ÿ) + 2 (𝐿 βˆ’ π‘Ÿ)
( 𝐿 βˆ’ π‘Ÿ)(𝐿 + π‘Ÿ)
1
𝑓
=
2𝐿 + 2π‘Ÿ + 2𝐿 βˆ’ 2π‘Ÿ
𝐿2 βˆ’ π‘Ÿ2
1
𝑓
=
4𝐿
𝐿2 βˆ’ π‘Ÿ2
f =
𝐿2
βˆ’ π‘Ÿ2
4𝐿
(terbukti)
Persamaan 3 : f =
𝑠 .𝑠′
𝑠+𝑠′
1
𝑓
=
1
𝑠
+
1
𝑠′
1
𝑓
=
𝑠′
+ 𝑠
𝑠′. 𝑠
f =
𝑠 .𝑠′
𝑠+𝑠′
(terbukti)
Persamaan 4 :
1
π‘“π‘”π‘Žπ‘
=
1
𝑓1
+
1
𝑓2
1
π‘“π‘”π‘Žπ‘
=
1
𝑠1
+
1
𝑠1β€²
+
1
𝑠2
+
1
𝑠2β€²
1
π‘“π‘”π‘Žπ‘
=
1
𝑓1
+
1
𝑓2
(terbukti)
3. Dari rumus Bessel (2), bagaimana L dapat dipilih agar dapat terjadi 2 bayangan yang
diperbesar dan diperkecil pada layar?
Jawaban :
Dengan mencari dua buah bayangan yang tegas-jelas, satu diperkecil dan satu lagi
diperbesar. Jarak antara benda dan layar tidak diubah-ubah (fixed) dan dicatat sebagai L.
Lensa digeser-geser sampai didapatkan bayangan diperbesar yang tegas dan jelas pada
layar, catat jarak lensa ke benda (d1); kemudian lensa digeser-geser lagi sampai
didapatkan bayangan yang diperkecil tegas dan jelas, catat jarak lensa ke benda (d2).
Begitu pula sebaliknya sampai didapatkan bayangan yang diperkecil yang tegas dan jelas
pada layar.
4. Mengapa untuk menentukan jarak fokus lensa negatif harus menggunakan bantuan lensa
positif?
Jawaban :
Lensa negatif akan menghasilkan bayangan semu pada benda riil yang berarti tidak
diperoleh gambar pada layar. Untuk mengatasinya, ditempatkan dan ditempelkan lensa
positif dengan jarak fokus yang telah ditentukan pada lensa negatif sehingga membentuk
bayangan yang bersifat nyata dan terbalik.
5. Apakah yang dimaksud dengan aberasi khromatis?
Jawaban :
Aberasi khromatis merupakan aberasi yang muncul karena dispersi fariasi indeks bias
materi transparan terhadap panjang gelombang. Seperti cahaya biru dibelokkan lebih jauh
dari merah oleh kaca. Sehingga jika cahaya putih jatuh pada sebuah lensa maka warna-
warna yang berbeda difokuskan pada titik yang berbeda pula dan menghasilkan pinggiran
berwarna pada bayangan. Aberasi kromatik dapat dihilangkan dengan menggunakan dua
lensa yang berbeda dengan indeks bias dan dispersi yang berbeda.
6. Apakah yang disebut dengan astigmatisma?
Jawaban :
Astigmatisma adalah penyimpangan yang biasanya disebabkan oleh lensa yang kurang
bundar sehingga benda titik difokuskan sebagai garis pendek, yang mengaburkan
bayangan. Hal ini terjadi karena lensa berbentuk sferis dengan bagian silindris tertumpuk,
sehingga astigmatisme memfokuskan berkas pasa bidang vertikal. Pada jarak yang lebih
dekat, lensa mengarah ke horizontal. Dapat diatasi dengan menggunakan lensa silindris
yang mengimbanginya.
7. Terangkan terjadinya cacat bayangan yang terjadi pada percobaan di atas!
Jawaban :
Cacat bayangan terjadi akibat tidak terpenuhinya salah satu syarat pembentukan
bayangan, yaitu sinar paralaksial atau terbentuknya bayangan palsu.
8. Cacat bayangan dapat dikurangi dengan menggunakan diafragma yang kecil. Mengapa?
Adakah cara lain untuk mengurangi cacat bayangan? Terangkan!
Jawaban :
Karena dengan menggunakan celah diafragma yang kecil maka bayangan akan terlihat
lebih tajam dan jelas, sehingga cacat bayangan dapat diminamilisir atau diperkecil.
Ada cara untuk mengurangi cacat bayangan, yaitu dengan melakukan pengukuran di
dalam ruangan hampa udara dan gelap sehingga indeks bias medium dan indeks bias lensa
tidak mempengaruhi pembentukan bayangan, serta penggunaan laser sebagai alat
pengukurnya.

More Related Content

What's hot

Peluruhan alfa
Peluruhan alfaPeluruhan alfa
Peluruhan alfaSamms H-Kym
Β 
Laporan fisika dasar (pesawat atwood)
Laporan fisika dasar (pesawat atwood)Laporan fisika dasar (pesawat atwood)
Laporan fisika dasar (pesawat atwood)Rezki Amaliah
Β 
2 b 59_utut muhammad_laporan_jembatan wheatstone
2 b 59_utut muhammad_laporan_jembatan wheatstone2 b 59_utut muhammad_laporan_jembatan wheatstone
2 b 59_utut muhammad_laporan_jembatan wheatstoneumammuhammad27
Β 
Laporan fisika dasar resonansi bunyi dari gelombang suara (edit)
Laporan fisika dasar resonansi bunyi dari gelombang suara (edit)Laporan fisika dasar resonansi bunyi dari gelombang suara (edit)
Laporan fisika dasar resonansi bunyi dari gelombang suara (edit)Erliana Amalia Diandra
Β 
Laporan praktikum ghs bandul sederhana
Laporan praktikum ghs bandul sederhanaLaporan praktikum ghs bandul sederhana
Laporan praktikum ghs bandul sederhanaAnnisa Icha
Β 
Percobaan pembiasan pada lensa cembbung
Percobaan pembiasan pada lensa cembbungPercobaan pembiasan pada lensa cembbung
Percobaan pembiasan pada lensa cembbungKLOTILDAJENIRITA
Β 
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Spektrometer
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang SpektrometerLaporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Spektrometer
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang SpektrometerLydia Nurkumalawati
Β 
TOM (Teori Orbital Molekul)
TOM (Teori Orbital Molekul)TOM (Teori Orbital Molekul)
TOM (Teori Orbital Molekul)Farikha Uly
Β 
Sistem periodik unsur
Sistem periodik unsurSistem periodik unsur
Sistem periodik unsuroilandgas24
Β 
Ayunan matematis-baru1
Ayunan matematis-baru1Ayunan matematis-baru1
Ayunan matematis-baru1Posoagoes Rom
Β 
Spektrum Garis Atom Hidrogen
Spektrum Garis Atom HidrogenSpektrum Garis Atom Hidrogen
Spektrum Garis Atom HidrogenYokhebed Fransisca
Β 
Fisika inti diktat
Fisika inti diktatFisika inti diktat
Fisika inti diktatKevin Maulana
Β 
Struktur kristal ionik
Struktur  kristal ionik Struktur  kristal ionik
Struktur kristal ionik Ida Farida Ch
Β 
Penurunan rumus pemantulan
Penurunan rumus pemantulanPenurunan rumus pemantulan
Penurunan rumus pemantulannooraisy22
Β 
Getaran pegas
Getaran pegasGetaran pegas
Getaran pegasImron Amin
Β 
Laporan Praktikum Reaksi - Reaksi Kimia
Laporan Praktikum Reaksi - Reaksi KimiaLaporan Praktikum Reaksi - Reaksi Kimia
Laporan Praktikum Reaksi - Reaksi KimiaErnalia Rosita
Β 
Laporan Resmi Percobaan Spektrometer
Laporan Resmi Percobaan SpektrometerLaporan Resmi Percobaan Spektrometer
Laporan Resmi Percobaan SpektrometerLatifatul Hidayah
Β 
Kisi difraksi
Kisi difraksiKisi difraksi
Kisi difraksiAris Widodo
Β 

What's hot (20)

Difraksi gelombang
Difraksi gelombangDifraksi gelombang
Difraksi gelombang
Β 
Peluruhan alfa
Peluruhan alfaPeluruhan alfa
Peluruhan alfa
Β 
Laporan fisika dasar (pesawat atwood)
Laporan fisika dasar (pesawat atwood)Laporan fisika dasar (pesawat atwood)
Laporan fisika dasar (pesawat atwood)
Β 
2 b 59_utut muhammad_laporan_jembatan wheatstone
2 b 59_utut muhammad_laporan_jembatan wheatstone2 b 59_utut muhammad_laporan_jembatan wheatstone
2 b 59_utut muhammad_laporan_jembatan wheatstone
Β 
Laporan fisika dasar resonansi bunyi dari gelombang suara (edit)
Laporan fisika dasar resonansi bunyi dari gelombang suara (edit)Laporan fisika dasar resonansi bunyi dari gelombang suara (edit)
Laporan fisika dasar resonansi bunyi dari gelombang suara (edit)
Β 
Laporan praktikum ghs bandul sederhana
Laporan praktikum ghs bandul sederhanaLaporan praktikum ghs bandul sederhana
Laporan praktikum ghs bandul sederhana
Β 
Percobaan pembiasan pada lensa cembbung
Percobaan pembiasan pada lensa cembbungPercobaan pembiasan pada lensa cembbung
Percobaan pembiasan pada lensa cembbung
Β 
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Spektrometer
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang SpektrometerLaporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Spektrometer
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Spektrometer
Β 
TOM (Teori Orbital Molekul)
TOM (Teori Orbital Molekul)TOM (Teori Orbital Molekul)
TOM (Teori Orbital Molekul)
Β 
Sistem periodik unsur
Sistem periodik unsurSistem periodik unsur
Sistem periodik unsur
Β 
Ayunan matematis-baru1
Ayunan matematis-baru1Ayunan matematis-baru1
Ayunan matematis-baru1
Β 
Spektrum Garis Atom Hidrogen
Spektrum Garis Atom HidrogenSpektrum Garis Atom Hidrogen
Spektrum Garis Atom Hidrogen
Β 
Fisika inti diktat
Fisika inti diktatFisika inti diktat
Fisika inti diktat
Β 
Struktur kristal ionik
Struktur  kristal ionik Struktur  kristal ionik
Struktur kristal ionik
Β 
Resonansi Bunyi
Resonansi BunyiResonansi Bunyi
Resonansi Bunyi
Β 
Penurunan rumus pemantulan
Penurunan rumus pemantulanPenurunan rumus pemantulan
Penurunan rumus pemantulan
Β 
Getaran pegas
Getaran pegasGetaran pegas
Getaran pegas
Β 
Laporan Praktikum Reaksi - Reaksi Kimia
Laporan Praktikum Reaksi - Reaksi KimiaLaporan Praktikum Reaksi - Reaksi Kimia
Laporan Praktikum Reaksi - Reaksi Kimia
Β 
Laporan Resmi Percobaan Spektrometer
Laporan Resmi Percobaan SpektrometerLaporan Resmi Percobaan Spektrometer
Laporan Resmi Percobaan Spektrometer
Β 
Kisi difraksi
Kisi difraksiKisi difraksi
Kisi difraksi
Β 

Similar to Lensa dan Cacat Bayangan

Laporan sifat lensa dan cacat bayangan
Laporan sifat lensa dan cacat bayanganLaporan sifat lensa dan cacat bayangan
Laporan sifat lensa dan cacat bayangandedeknurhuda
Β 
Cahaya dan optik bagian 2
Cahaya dan optik bagian 2Cahaya dan optik bagian 2
Cahaya dan optik bagian 2Gita Puspita
Β 
Cahaya dan optik bagian 2
Cahaya dan optik bagian 2Cahaya dan optik bagian 2
Cahaya dan optik bagian 2Gita Puspita
Β 
Cahaya dan Optik Bagian 2
Cahaya dan Optik Bagian 2Cahaya dan Optik Bagian 2
Cahaya dan Optik Bagian 2Gita Puspita
Β 
Cahaya dan optik bagian 2
Cahaya dan optik bagian 2Cahaya dan optik bagian 2
Cahaya dan optik bagian 2Gita Puspita
Β 
Cahaya dan Optik Bagian 2 (Lensa dan Alat Optik)
Cahaya dan Optik Bagian 2 (Lensa dan Alat Optik)Cahaya dan Optik Bagian 2 (Lensa dan Alat Optik)
Cahaya dan Optik Bagian 2 (Lensa dan Alat Optik)Gita Puspita
Β 
Sifat lensa
Sifat lensaSifat lensa
Sifat lensaWidya arsy
Β 
Biooptik fisika
Biooptik fisikaBiooptik fisika
Biooptik fisikaMawardi Rohby
Β 
Jurnal Seminar Praktikum Fisika Dasar II (Lensa)
Jurnal Seminar Praktikum Fisika Dasar II (Lensa)Jurnal Seminar Praktikum Fisika Dasar II (Lensa)
Jurnal Seminar Praktikum Fisika Dasar II (Lensa)Nailul Affida
Β 
LENSA CEMBUNG
LENSA CEMBUNGLENSA CEMBUNG
LENSA CEMBUNGaji indras
Β 
Alat optik (yanti x mia1)
Alat optik (yanti x mia1)Alat optik (yanti x mia1)
Alat optik (yanti x mia1)DWI BUDIANTO
Β 
lensa cembung dan cekung
lensa cembung dan cekunglensa cembung dan cekung
lensa cembung dan cekungPT. SASA
Β 
Bahasan biooptik eka
Bahasan biooptik ekaBahasan biooptik eka
Bahasan biooptik ekaEka Rahmawaty
Β 
BAHAN AJAR CAHAYA DAN ALAT OPTIK KELAS 8
BAHAN AJAR CAHAYA DAN ALAT OPTIK KELAS 8BAHAN AJAR CAHAYA DAN ALAT OPTIK KELAS 8
BAHAN AJAR CAHAYA DAN ALAT OPTIK KELAS 8NurJuniar1
Β 
inderapenglihatandanalatoptik-150303015355-conversion-gate01 (1).pptx
inderapenglihatandanalatoptik-150303015355-conversion-gate01 (1).pptxinderapenglihatandanalatoptik-150303015355-conversion-gate01 (1).pptx
inderapenglihatandanalatoptik-150303015355-conversion-gate01 (1).pptxssuserd410cc
Β 
Cahaya dan Indera Penglihatan Manusia.pptx
Cahaya dan Indera Penglihatan Manusia.pptxCahaya dan Indera Penglihatan Manusia.pptx
Cahaya dan Indera Penglihatan Manusia.pptxJoshuaGraciasSimbolo1
Β 
Indera penglihatan dan alat optik
Indera penglihatan dan alat optikIndera penglihatan dan alat optik
Indera penglihatan dan alat optikArima Reo
Β 
Modul kelas x unit 6 optika geometri
Modul kelas x unit  6 optika geometriModul kelas x unit  6 optika geometri
Modul kelas x unit 6 optika geometriEko Supriyadi
Β 
1 pembiasan cahaya
1 pembiasan cahaya1 pembiasan cahaya
1 pembiasan cahaya19840601
Β 
lensa-optik-dan-alat-alat-optik
lensa-optik-dan-alat-alat-optiklensa-optik-dan-alat-alat-optik
lensa-optik-dan-alat-alat-optikYounky Wira Putra
Β 

Similar to Lensa dan Cacat Bayangan (20)

Laporan sifat lensa dan cacat bayangan
Laporan sifat lensa dan cacat bayanganLaporan sifat lensa dan cacat bayangan
Laporan sifat lensa dan cacat bayangan
Β 
Cahaya dan optik bagian 2
Cahaya dan optik bagian 2Cahaya dan optik bagian 2
Cahaya dan optik bagian 2
Β 
Cahaya dan optik bagian 2
Cahaya dan optik bagian 2Cahaya dan optik bagian 2
Cahaya dan optik bagian 2
Β 
Cahaya dan Optik Bagian 2
Cahaya dan Optik Bagian 2Cahaya dan Optik Bagian 2
Cahaya dan Optik Bagian 2
Β 
Cahaya dan optik bagian 2
Cahaya dan optik bagian 2Cahaya dan optik bagian 2
Cahaya dan optik bagian 2
Β 
Cahaya dan Optik Bagian 2 (Lensa dan Alat Optik)
Cahaya dan Optik Bagian 2 (Lensa dan Alat Optik)Cahaya dan Optik Bagian 2 (Lensa dan Alat Optik)
Cahaya dan Optik Bagian 2 (Lensa dan Alat Optik)
Β 
Sifat lensa
Sifat lensaSifat lensa
Sifat lensa
Β 
Biooptik fisika
Biooptik fisikaBiooptik fisika
Biooptik fisika
Β 
Jurnal Seminar Praktikum Fisika Dasar II (Lensa)
Jurnal Seminar Praktikum Fisika Dasar II (Lensa)Jurnal Seminar Praktikum Fisika Dasar II (Lensa)
Jurnal Seminar Praktikum Fisika Dasar II (Lensa)
Β 
LENSA CEMBUNG
LENSA CEMBUNGLENSA CEMBUNG
LENSA CEMBUNG
Β 
Alat optik (yanti x mia1)
Alat optik (yanti x mia1)Alat optik (yanti x mia1)
Alat optik (yanti x mia1)
Β 
lensa cembung dan cekung
lensa cembung dan cekunglensa cembung dan cekung
lensa cembung dan cekung
Β 
Bahasan biooptik eka
Bahasan biooptik ekaBahasan biooptik eka
Bahasan biooptik eka
Β 
BAHAN AJAR CAHAYA DAN ALAT OPTIK KELAS 8
BAHAN AJAR CAHAYA DAN ALAT OPTIK KELAS 8BAHAN AJAR CAHAYA DAN ALAT OPTIK KELAS 8
BAHAN AJAR CAHAYA DAN ALAT OPTIK KELAS 8
Β 
inderapenglihatandanalatoptik-150303015355-conversion-gate01 (1).pptx
inderapenglihatandanalatoptik-150303015355-conversion-gate01 (1).pptxinderapenglihatandanalatoptik-150303015355-conversion-gate01 (1).pptx
inderapenglihatandanalatoptik-150303015355-conversion-gate01 (1).pptx
Β 
Cahaya dan Indera Penglihatan Manusia.pptx
Cahaya dan Indera Penglihatan Manusia.pptxCahaya dan Indera Penglihatan Manusia.pptx
Cahaya dan Indera Penglihatan Manusia.pptx
Β 
Indera penglihatan dan alat optik
Indera penglihatan dan alat optikIndera penglihatan dan alat optik
Indera penglihatan dan alat optik
Β 
Modul kelas x unit 6 optika geometri
Modul kelas x unit  6 optika geometriModul kelas x unit  6 optika geometri
Modul kelas x unit 6 optika geometri
Β 
1 pembiasan cahaya
1 pembiasan cahaya1 pembiasan cahaya
1 pembiasan cahaya
Β 
lensa-optik-dan-alat-alat-optik
lensa-optik-dan-alat-alat-optiklensa-optik-dan-alat-alat-optik
lensa-optik-dan-alat-alat-optik
Β 

More from Lydia Nurkumalawati

Poster tentang mitigasi bencana
Poster tentang mitigasi bencana Poster tentang mitigasi bencana
Poster tentang mitigasi bencana Lydia Nurkumalawati
Β 
Tugas Resume Kajian session 2 [Agama Islam]
Tugas Resume Kajian session 2 [Agama Islam]Tugas Resume Kajian session 2 [Agama Islam]
Tugas Resume Kajian session 2 [Agama Islam]Lydia Nurkumalawati
Β 
Resume Kajian Online tentang Manusia Berkarakter [Agama Islam]
Resume Kajian Online tentang Manusia Berkarakter [Agama Islam]Resume Kajian Online tentang Manusia Berkarakter [Agama Islam]
Resume Kajian Online tentang Manusia Berkarakter [Agama Islam]Lydia Nurkumalawati
Β 
Jurnal Konsep Manusia sebagai Makhluk Bertuhan [PAI]
Jurnal Konsep Manusia sebagai Makhluk Bertuhan [PAI]Jurnal Konsep Manusia sebagai Makhluk Bertuhan [PAI]
Jurnal Konsep Manusia sebagai Makhluk Bertuhan [PAI]Lydia Nurkumalawati
Β 
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Resistor dan Hukum Ohm
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Resistor dan Hukum OhmLaporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Resistor dan Hukum Ohm
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Resistor dan Hukum OhmLydia Nurkumalawati
Β 
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Osiloskop
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang OsiloskopLaporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Osiloskop
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang OsiloskopLydia Nurkumalawati
Β 
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Mikroskop
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang MikroskopLaporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Mikroskop
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang MikroskopLydia Nurkumalawati
Β 
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Indeks Bias
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Indeks BiasLaporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Indeks Bias
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Indeks BiasLydia Nurkumalawati
Β 
Tugas UTS Membuat Paper dari Skripsi [English For Physics]
Tugas UTS Membuat Paper dari Skripsi [English For Physics]Tugas UTS Membuat Paper dari Skripsi [English For Physics]
Tugas UTS Membuat Paper dari Skripsi [English For Physics]Lydia Nurkumalawati
Β 
Efp Tugas UAS, Rangkuman Jurnal Pengolahan Sampah Plastik Menjadi Bahan Bakar...
Efp Tugas UAS, Rangkuman Jurnal Pengolahan Sampah Plastik Menjadi Bahan Bakar...Efp Tugas UAS, Rangkuman Jurnal Pengolahan Sampah Plastik Menjadi Bahan Bakar...
Efp Tugas UAS, Rangkuman Jurnal Pengolahan Sampah Plastik Menjadi Bahan Bakar...Lydia Nurkumalawati
Β 
PPT Diversitas Acidobacter [Biologi]
PPT Diversitas Acidobacter [Biologi]PPT Diversitas Acidobacter [Biologi]
PPT Diversitas Acidobacter [Biologi]Lydia Nurkumalawati
Β 
CONTOH ANALISIS PARAGRAF PADA JURNAL 'PENGEMBANGAN HANDOUT FISIKA DASAR BERBA...
CONTOH ANALISIS PARAGRAF PADA JURNAL 'PENGEMBANGAN HANDOUT FISIKA DASAR BERBA...CONTOH ANALISIS PARAGRAF PADA JURNAL 'PENGEMBANGAN HANDOUT FISIKA DASAR BERBA...
CONTOH ANALISIS PARAGRAF PADA JURNAL 'PENGEMBANGAN HANDOUT FISIKA DASAR BERBA...Lydia Nurkumalawati
Β 
PPT Islamisasi dan Silang Budaya di Nusantara [SEJARAH ISLAM]
PPT Islamisasi dan Silang Budaya di Nusantara [SEJARAH ISLAM]PPT Islamisasi dan Silang Budaya di Nusantara [SEJARAH ISLAM]
PPT Islamisasi dan Silang Budaya di Nusantara [SEJARAH ISLAM]Lydia Nurkumalawati
Β 
ppt jenis dan contoh alat musik yang ada di dunia
ppt jenis dan contoh alat musik yang ada di duniappt jenis dan contoh alat musik yang ada di dunia
ppt jenis dan contoh alat musik yang ada di duniaLydia Nurkumalawati
Β 
Cover + kata pengantar + pendahuluan Makalah musik kontemporer
Cover + kata pengantar + pendahuluan Makalah musik kontemporerCover + kata pengantar + pendahuluan Makalah musik kontemporer
Cover + kata pengantar + pendahuluan Makalah musik kontemporerLydia Nurkumalawati
Β 
PPT tentang Upaya Menangani Disintegrasi Bangsa Indonesia
PPT tentang Upaya Menangani Disintegrasi Bangsa IndonesiaPPT tentang Upaya Menangani Disintegrasi Bangsa Indonesia
PPT tentang Upaya Menangani Disintegrasi Bangsa IndonesiaLydia Nurkumalawati
Β 
PPT Peran Penegak Keadilan Republik Indonesia
PPT Peran Penegak Keadilan Republik IndonesiaPPT Peran Penegak Keadilan Republik Indonesia
PPT Peran Penegak Keadilan Republik IndonesiaLydia Nurkumalawati
Β 
Ppt Materi Menyunting Artikel
Ppt Materi Menyunting ArtikelPpt Materi Menyunting Artikel
Ppt Materi Menyunting ArtikelLydia Nurkumalawati
Β 
PPT Masuknya islam ke Nusantara [Agama]
PPT Masuknya islam ke Nusantara [Agama]PPT Masuknya islam ke Nusantara [Agama]
PPT Masuknya islam ke Nusantara [Agama]Lydia Nurkumalawati
Β 
Ppt Pengertian Hari Akhir [Agama Islam]
Ppt Pengertian Hari Akhir [Agama Islam]Ppt Pengertian Hari Akhir [Agama Islam]
Ppt Pengertian Hari Akhir [Agama Islam]Lydia Nurkumalawati
Β 

More from Lydia Nurkumalawati (20)

Poster tentang mitigasi bencana
Poster tentang mitigasi bencana Poster tentang mitigasi bencana
Poster tentang mitigasi bencana
Β 
Tugas Resume Kajian session 2 [Agama Islam]
Tugas Resume Kajian session 2 [Agama Islam]Tugas Resume Kajian session 2 [Agama Islam]
Tugas Resume Kajian session 2 [Agama Islam]
Β 
Resume Kajian Online tentang Manusia Berkarakter [Agama Islam]
Resume Kajian Online tentang Manusia Berkarakter [Agama Islam]Resume Kajian Online tentang Manusia Berkarakter [Agama Islam]
Resume Kajian Online tentang Manusia Berkarakter [Agama Islam]
Β 
Jurnal Konsep Manusia sebagai Makhluk Bertuhan [PAI]
Jurnal Konsep Manusia sebagai Makhluk Bertuhan [PAI]Jurnal Konsep Manusia sebagai Makhluk Bertuhan [PAI]
Jurnal Konsep Manusia sebagai Makhluk Bertuhan [PAI]
Β 
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Resistor dan Hukum Ohm
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Resistor dan Hukum OhmLaporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Resistor dan Hukum Ohm
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Resistor dan Hukum Ohm
Β 
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Osiloskop
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang OsiloskopLaporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Osiloskop
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Osiloskop
Β 
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Mikroskop
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang MikroskopLaporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Mikroskop
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Mikroskop
Β 
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Indeks Bias
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Indeks BiasLaporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Indeks Bias
Laporan Praktikum Fisika Dasar II Awal tentang Indeks Bias
Β 
Tugas UTS Membuat Paper dari Skripsi [English For Physics]
Tugas UTS Membuat Paper dari Skripsi [English For Physics]Tugas UTS Membuat Paper dari Skripsi [English For Physics]
Tugas UTS Membuat Paper dari Skripsi [English For Physics]
Β 
Efp Tugas UAS, Rangkuman Jurnal Pengolahan Sampah Plastik Menjadi Bahan Bakar...
Efp Tugas UAS, Rangkuman Jurnal Pengolahan Sampah Plastik Menjadi Bahan Bakar...Efp Tugas UAS, Rangkuman Jurnal Pengolahan Sampah Plastik Menjadi Bahan Bakar...
Efp Tugas UAS, Rangkuman Jurnal Pengolahan Sampah Plastik Menjadi Bahan Bakar...
Β 
PPT Diversitas Acidobacter [Biologi]
PPT Diversitas Acidobacter [Biologi]PPT Diversitas Acidobacter [Biologi]
PPT Diversitas Acidobacter [Biologi]
Β 
CONTOH ANALISIS PARAGRAF PADA JURNAL 'PENGEMBANGAN HANDOUT FISIKA DASAR BERBA...
CONTOH ANALISIS PARAGRAF PADA JURNAL 'PENGEMBANGAN HANDOUT FISIKA DASAR BERBA...CONTOH ANALISIS PARAGRAF PADA JURNAL 'PENGEMBANGAN HANDOUT FISIKA DASAR BERBA...
CONTOH ANALISIS PARAGRAF PADA JURNAL 'PENGEMBANGAN HANDOUT FISIKA DASAR BERBA...
Β 
PPT Islamisasi dan Silang Budaya di Nusantara [SEJARAH ISLAM]
PPT Islamisasi dan Silang Budaya di Nusantara [SEJARAH ISLAM]PPT Islamisasi dan Silang Budaya di Nusantara [SEJARAH ISLAM]
PPT Islamisasi dan Silang Budaya di Nusantara [SEJARAH ISLAM]
Β 
ppt jenis dan contoh alat musik yang ada di dunia
ppt jenis dan contoh alat musik yang ada di duniappt jenis dan contoh alat musik yang ada di dunia
ppt jenis dan contoh alat musik yang ada di dunia
Β 
Cover + kata pengantar + pendahuluan Makalah musik kontemporer
Cover + kata pengantar + pendahuluan Makalah musik kontemporerCover + kata pengantar + pendahuluan Makalah musik kontemporer
Cover + kata pengantar + pendahuluan Makalah musik kontemporer
Β 
PPT tentang Upaya Menangani Disintegrasi Bangsa Indonesia
PPT tentang Upaya Menangani Disintegrasi Bangsa IndonesiaPPT tentang Upaya Menangani Disintegrasi Bangsa Indonesia
PPT tentang Upaya Menangani Disintegrasi Bangsa Indonesia
Β 
PPT Peran Penegak Keadilan Republik Indonesia
PPT Peran Penegak Keadilan Republik IndonesiaPPT Peran Penegak Keadilan Republik Indonesia
PPT Peran Penegak Keadilan Republik Indonesia
Β 
Ppt Materi Menyunting Artikel
Ppt Materi Menyunting ArtikelPpt Materi Menyunting Artikel
Ppt Materi Menyunting Artikel
Β 
PPT Masuknya islam ke Nusantara [Agama]
PPT Masuknya islam ke Nusantara [Agama]PPT Masuknya islam ke Nusantara [Agama]
PPT Masuknya islam ke Nusantara [Agama]
Β 
Ppt Pengertian Hari Akhir [Agama Islam]
Ppt Pengertian Hari Akhir [Agama Islam]Ppt Pengertian Hari Akhir [Agama Islam]
Ppt Pengertian Hari Akhir [Agama Islam]
Β 

Recently uploaded

Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
Β 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
Β 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
Β 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
Β 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
Β 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
Β 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
Β 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
Β 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
Β 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
Β 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
Β 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
Β 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
Β 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
Β 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
Β 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
Β 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
Β 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
Β 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
Β 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
Β 

Recently uploaded (20)

Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Β 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
Β 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Β 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Β 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Β 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Β 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Β 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
Β 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
Β 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Β 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Β 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
Β 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
Β 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
Β 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Β 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
Β 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
Β 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Β 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Β 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Β 

Lensa dan Cacat Bayangan

  • 1. SIFAT LENSA DAN CACAT BAYANGAN Nama : LYDIA NURKUMALAWATI NIM : 1306619018 Prodi : FISIKA Nama Percobaan : SIFAT LENSA DAN CACAT BAYANGAN Tanggal Percobaan : 04 JUNI 2020 Tanggal Pengumpulan : 12 JUNI 2020 Nama Dosen : Dr. Firmanul Catur Wibowo, M.Pd Pre-Test Laporan Awal Laporan Akhir LABORATORIUM FISIKA DASAR FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2020
  • 2. A. TUJUAN 1. Memahami sifat pembiasan cahaya pada lensa. 2. Menentukan jarak fokus lensa. 3. Mengetahui jenis-jenis lensa berdasarkan bentuknya. 4. Mengamati cacat bayangan (aberasi) dan mengetahui penyebabnya. 5. Mengurangi terjadinya cacat bayangan. B. ALAT DAN BAHAN 1. Lensa positif kuat (++), 6. Lampu pijar, 2. Lensa positif lemah (+), 7. Layar penangkap bayangan, 3. Lensa negatif (-), 8. Bangku optik, 4. Benda berupa anak panah, 9. Kabel penghubung dan sumber tegangan listrik. 5. Diafragma dan kaca baur, C. TEORI DASAR Menentukan jarak fokus lensa positif (konvergen) Sebuah benda O diletakkan disebelah kiri lensa positif, dan bayangan O yang terbentuk disebelah kanan lensa dan dapat diamati pada sebuah layar. Jika M merupakan perbesaran bayangan (perbandingan panjang O dan O), dan L adalah jarak antara benda dan bayangan, maka jarak fokus lensa f, dapat ditentukan dari persamaan berikut: 𝑓 = 𝑆′ 1+𝑀 (1) Dimana s adalah jarak bayangan terhadap lensa. s s layar O F F L Cara lain untuk menentukan jarak fokus lensa positif adalah sebagai berikut: Sebuah benda O diletakkan pada jarak L dari layar. Kemudian lensa positif yang akan ditentukan jarak fokusnya digeser-geser antara benda O dan layar sehingga diperoleh dua kedudukan (misalnya kedudukan 1 dan kedudukan 2) dimana lensa memberikan bayangan yang jelas pada layar. Bayangan yang satu diperbesar dan yang lain diperkecil. F
  • 3. O’ + + O’ layar O r L Jika r adalah jarak antara dua kedudukan itu, jarak fokus lensa dapat ditentukan sebagai berikut: 𝑓 = 𝐿2βˆ’π‘Ÿ2 4𝐿 (𝐡𝑒𝑠𝑠𝑒𝑙 ) (2) Menentukan jarak fokus lensa negatif (divergen) Jarak fokus lensa negatif dapat ditentukan dengan bantuan lensa positif. Mula-mula digunakan lensa positif untuk membentuk bayangan nyata pada layar. Kemudian antara lensa positif dan layar dipasang lensa negatif. + - s’ Layar sekarang Layar mula-mula Bayangan pada layar itu merupakan bayangan maya dari lensa negatif. Karenanya pada keadaan ini, jarak dari layar ke lensa negatif disebut jarak benda s. Sekarang, layar digeser ke belakang menjauhi lensa untuk memperoleh bayang baru. Dalam keadaan ini jarak dari layar sampai lensa negatif disebut jarak bayangan s’. Jarak fokus lensa negatif dapat ditentukan dengan persamaan: 𝑓 = 𝑠 . 𝑠′ 𝑠+𝑠 (3)
  • 4. Jarak fokus lensa bersusun Jika dua lensa tipis dengan jarak fokus masing-masing f1 dan f2 digabungkan (dirapatkan), maka akan diperoleh satu lensa gabungan yang fokusnya adalah fgab, dan dapat diperoleh dengan persamaan berikut: 1 π‘“π‘”π‘Žπ‘ = 1 𝑓1 + 1 𝑓2 (4) Cacat Bayangan Rumus-rumus persamaan lensa yang telah diberikan di atas dapat diturunkan dengan syarat hanya berlaku untuk sinar β€œparalaksialβ€œ. Jika syarat tersebut tidak dipenuhi, maka akan terjadi cacat bayangan (aberasi)1. TEORI TAMBAHAN Lensa adalah kaca atau bahan transparan lainnya yang dapat membiaskan cahaya dari suatu benda dan membentuk bayangan nyata (real image) ataupun bayangan maya (virtual image). Lensa merupakan sebuah alat untuk mengumpulkan atau menyebarkan cahaya, biasanya terbentuk dari sepotong gelas yang dibentuk2. Jenis-jenis lensa yang umum berdasarkan bentuknya 1. Lensa Planparalel (datar-datar) 2. Lensa Bikonveks (cembung-cembung) 3. Lensa Bikonkaf (cekung-cekung) 4. Lensa Gabungan seperti Plan-konkaf (datar-cekung), Konveks-konkaf (cembung-cekung), dsb. Berdasarkan bidang batasnya, lensa dibagi menjadi : 1. Lensa Cembung (konveks) Lensa cembung adalah lensa konvergen dan juga merupakan lensa (+) yang bersifat mengumpulkan sinar serta menghasilkan bayangan yang bias dan nyata. Lensa cembung terbagi tiga, yaitu : a. Lensa cembung-cembung (biconvex ) Lensa cembung yang dibatasi oleh dua bidang lengkung yang berlawanan arah kelengkungannya. b. Lensa cembung-datar ( plan convex ) Lensa cembung yang dibatasi oleh satu bidang datar dan satu bidang lengkung. 1 Tim Dosen Fisika Dasar, Panduan Praktikum Fisika Dasar II (Jakarta : UNJ. 2014), hlm 21-23. 2 Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika. Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.
  • 5. c. Lensa cembung-cekung ( concave convex) Lensa cembung yang dibatasi oleh dua budang lengkung yang searah kelengkungannya. 2. Lensa Cekung (konkaf) Lensa cekung disebut juga sebagai lensa divergen dan juga disebut lensa (–) yang bersifat menyebarkan sinar. Karena lensa ini tidak dapat membentuk bayangan yang bias ditangkap layar dan memiliki harga fokus negatif. Lensa cekung terbagi tiga bagian yaitu : a. Lensa cekung-cekung ( biconcave ) Lensa cekung yang dibatasi oleh dua bidang lengkung yang arahnya berlawanan. b.Lensa cekung-datar ( plan-concave ) Lensa cekung yang dibatasi oleh satu bidang datar dan satu bidang lengkung. c.Lensa cekung-cembung ( convex-concave ) Lensa cekung yang dibatasi oelh dua bidang lengkung yang arahnya searah3. Sifat fokus lensa. Pada lensa terdapat titik fokus pertama (f1) dan titik fokus kedua (f2). Titik fokus pertama merupakan titik benda pada sumbu utama yang bayangannya berasa di tempat yang sangat jauh (tak hingga). Sedangkan titik fokus kedua adalah titik bayangan pada sumbu utama dari benda yang letaknya sangat jauh (tak hingga). 1. Lensa Tipis Lensa tipis adalah lensa sederhana yang ketebalannya dapat diabaikan bila dibandingkan dengan panjang titik fokusnya. Lensa yang ketebalannya tidak dapat diabaikan dibandingkan dengan jarak titik fokus dinamakan lensa tebal. Untuk lensa tipis, titik fokus dapat dihitung dari jarak β€œs” dan jarak bayangan yang dibentuk β€œs’ β€œ, dengan persamaan : 1 𝑓 = 1 𝑠 + 1 𝑠′ Sedangkan perbesaran bayangannya didapat dari M = 𝑠′ 𝑠 = β„Žβ€² β„Ž , dengan h dan h’ masing – masing adalah tinggi benda dan tinggi bayangan. 2. Lensa Gabungan Lensa gabungan sering digunakan pada alat–alat optik dengan maksud mengurangi cacat bayangan atau merubah sifat bayangan agar bisa dilihat oleh mata manusia. Untuk suatu sistem lensa gabungan yang terdiri daridua buah lensa tipis yang masing – masing mempunyai titik fokus f1 dan f2, serta dipisahkan oleh jarak d. Jarak titik fokus dari sistem 3 Supardiono.2004. Lensa Cekung dan Lensa Cembung. Jakarta: Kemedikbud
  • 6. lensa ini diberikan oleh : fgab depan = 𝑓1(π‘‘βˆ’π‘“2) π‘‘βˆ’(𝑓1+𝑓2) dan fgab belakang = 𝑓2 (π‘‘βˆ’π‘“2) π‘‘βˆ’(𝑓1+𝑓2) Titik fokus lensa adalah titik di mana cahaya yang dibiaskan oleh lensa tersebut terkumpul. Jarak fokus lensa (atau f ) diukur dari lensa ke titik fokus lensa, makin melengkung sebuah lensa, maka makin kecil jarak fokus lensa. Titik kelengkungan lensa adalah titik pusat lingkaran lensa, jarak dari lensa ke titik kelengkungan lensa adalah jari-jari kelengkungan lensa, besarnya adalah R = 2f . Pembiasan ( refraction ) adalah pembelokan cahaya (dan gelombang elektromagnetik lainnya) karena melalui dua medium yang berbeda. Indeks bias suatu medium ( refractive index of a subtance ) menunjukkan seberapa besar pengaruh medium tersebut terhadap perambatan cahaya yang melaluinya. Indeks bias suatu medium dilambangkan dengan huruf n yang definisinya adalah perbandingan laju cahaya di ruang hampa dengan laju cahaya di medium yang dilaluinya tersebut. Bayangan nyata ( real image ) adalah bayangan yang dihasilkan dari pemantulan atau pembiasan cahaya dan dapat ditangkap/diproyeksikan ke layar (film kamera, sensor kamera, kertas, tembok atau permukaan lainnya) Bayangan maya ( virtual image ) adalah bayangan hasil pemantulan atau pembiasan cahaya yang tidak dapat diproyeksikan ke layar. Sinar – sinar istimewa pada lensa cembung. 1. Sinar istimewa 1: sinar yang sejajar sumbu utama lensa akan dibiaskan menuju titik fokus (f2) lensa. 2. Sinar istimewa 2: sinar yang menuju pusat lensa akan diteruskan 3. Sinar Istimewa 3: (kebalikan dari sinar istimewa 1) sinar yang melewati titik fokus lensa (f1) akan dibiaskan sejajar sumbu utama
  • 7. Sinar – sinar istimewa pada lensa cekung. 1. Sinar istimewa 1: sinar yang sejajar sumbu utama lensa akan dibiaskan seakan-akan dari titik fokus (f1) lensa. 2. Sinar istimewa 2: sinar yang menuju pusat lensa akan diteruskan. 3. Sinar Istimewa 3: (kebalikan dari sinar istimewa 1) sinar yang menuju titik fokus lensa (f2) akan dibiaskan sejajar sumbu utama4. Lensa digunakan untuk mengumpulkan atau menyebarkan cahaya. Cahaya yang dikumpukan tersebut akan menghasilkan bayangan. Faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk bayangan antara lain : Jarak antara sumber cahaya dengan lensa, dan jarak antara lensa dengan layar, serta bentuk benda yang dihasilkan. Namun, ada kalanya bayangan yang terbentuk dari proses pemantulan maupun pembiasan cahaya tersebut akan mengalami kecacatan, sehingga akan menghasilkan bayangan yang cacat pula. Jika semua sinar dari sebuah objek titik tidak difokuskan pada sebuah titik bayangan tunggal, bayangan buram yang dihasilkan inilah yang disebut aberasi5. Cacat bayangan Cacat bayangan disebut juga dengan aberasi, yaitu kelainan bentuk bayangan berupa yang dihasilkan oleh lensa atau cermin disebabkan kesalahan dalam sistem optis sehingga bayangan yang terbentuk tidak sama dengan bendanya. Jenis Aberasi 1. Aberasi Sferis Adalah gejala kesalahan terbentuknya bayangan yang diakibatkan pengaruh kelengkungan atau kecembungan lensa. Aberasi ini akan menghasilkan bayangan yang tidak memenuhi hukum-hukum pemantulan atau pembiasan. Dapat dihindari dengan diafragma. 2. Aberasi Kromatik Adalah Pembiasan cahaya yang berbeda panjang gelombang pada titik fokus yang berbeda. Aberasi yang muncul karena dispersi fariasi indeks bias materi transparan terhadap panjang gelombang. Seperti cahaya biru dibelokkan lebih jauh dari merah oleh kaca. Sehingga jika 4 Soedojo, Peter. 1992. Azas-azas ilmu fisika : Optika. Jilid 3. Yogyakarta : UGM. Penerbit Andi. 5 Tipler, P.A., 2001, Fisika Untuk Sains dan Teknik, Edisi ketiga Jilid 2, Jakarta. Erlangga.
  • 8. cahaya putih jatuh pada sebuah lensa maka warna-warna yang berbeda difokuskan pada titik yang berbeda pula dan menghasilkan pinggiran berwarna pada bayangan. Aberasi kromatik dapat dihilangkan dengan menggunakan dua lensa yang berbeda dengan indeks bias dan dispersi yang berbeda. 3. Aberasi Monokromatik. Aberasi monokromatik sering juga disebut aberasi tingkat ketiga merupakan aberasi yang terjadi walaupun sistem optik memiliki lensa dengan bidang sferis yang telah sempurna dan tidak terjadi dispersi cahaya sama sekali. Dapat diatasi dengan membuat sinar insiden terkolimasi (collimated light) dan jarak hiperfokal. 4. Koma. Gejala dimana bayangan sebuah titik sinar yang terletak dilusr sumbu lensa tidak berbetuk titik pula. Dapat dihindari dengan diafragma. 5. Distorsi. Gejala bayangan benda yang berbentuk bujur sangkar tidak berbentuk bujur sangkar lagi. Dapat dihindari dengan lensa ganda dengan difragma ditengahnya. Bentuk cacat bayangan lain : 1. Astigmatisme. Gejala dimana bayangan benda titik tidak berupa titik tapi berupa ellips atau lingkaran. Dapat diatasi dengan dibantu dengan lensa silinder. 2. Kelengkungan medan. Letak titik pusat lingkaran yang terbentuk pada peristiwa astigmatisme terletak pada satu bidang lengkung. Dapat diatasi dengan layar dibuat melengkung.6 Hukum bessel Dalam percobaan ini digunakan metode bessel dimana dicari dua buah bayangan yang tegas- jelas, satu diperkecil dan satu lagi diperbesar. Jarak antara benda dan layar tidak diubah-ubah (fixed) dan dicatat sebagai L. Lensa digeser-geser sampai didapatkan bayangan diperbesar yang tegas dan jelas, catat jarak lensa ke benda (d1); kemudian lensa digeser-geser lagi sampai didapatkan bayangan yang diperkecil tegas dan jelas, catat jarak lensa ke benda (d2). Begitu pula sebaliknya sampai didapatkan bayangan yang diperkecil yang tegas dan jelas. Untuk menentukan panjang fokus lensa dari metode Bessel, kita dapat menggunakan rumus yang telah diturunkan sebelumnya dengan sedikit modifikasi sebagai berikut7 : 6 Young, H., Freedman, R., 2001, Fisika Universitas, Jilid 2, Edisi Kesepuluh, Hlm 580-582. 7 Arkundato, Artoto.2007. Optika. Jakarta: Unversitas Terbuka.
  • 9. Dimana : f : Fokus lensa. L : Jarak benda terhadap layar. e : Jarak kedudukan antara dua lensa. d : Diameter lensa D. CARA KERJA Menentukan jarak fokus lensa positif 1. Mengukur tinggi anak panah yang digunakan sebagai benda. 2. Menyusun sistem optik berturut-turut sebagai berikut: a. benda dengan lampu dibelakangnya, b. lensa positif lemah (+), lensa posistif kuat (++), dan c. layar. 3. Mengambil jarak benda ke layar (L) lebih besar dari 1 meter. Mengukur dan mencatat jarak benda. 4. Memasang lensa positif lemah (+) diantara benda dengan layar. Menggeser lensa hingga mendapat bayangan yang tegak dan jelas pada layar;mencatat kedudukan lensa dan dan ukurlah tinggi bayangan pada layar. 5. Menggeser kembali kedudukan lensa hingga didapat bayangan lain yang jelas ( jarak benda ke layar jangan diubah ). 6. Mengulangi langkah-langkah tersebut dengan L yang berbeda. 7. Mengulangi langkah-langkah percobaan 4 untuk lensa positif kuat(++). Menentukan jarak fokus lensa negatif 1. Untuk menentukan jarak fokus lensa negatif membuat bayangan yang jelas dari benda O pada layar dengan pertolongan lensa positif. Kemudian meletakan lensa negatif antara lensa positif dengan layar dan mengukur jarak lensa negatif ke layar. 2. Menggeser layar sehingga terbentuk bayangan baru yang jelas pada layar. mengukur lagi jarak lensa negatif ke layar. 3. Mengulangi langkah-langkah tersebut beberapa kali. Menentukan jarak fokus lensa bersusun 1. Untuk menentukan jarak fokus lensa bersusun, merapatkan lensa positif kuat (++) dengan lensa positif lemah (+) serapat mungkin. Menggunakan cara Bessel untuk menentukan jarak fokus lensa bersusun tersebut. 2. Mengulangi beberapa kali dengan L yang berubah-ubah.
  • 10. Mengamati cacat bayangan 1. Untuk mengamati aberasi khromatik digunakan lensa positif kuat (++) dengan lampu pijar sebagai benda (anak panah tidak digunakan). Menggeser-geser layar, mengamati dan mencatat keadaan bayangan dari tiap-tiap kedudukan lensa 2. memasang diafragma di depan lampu pijar. mengulangi langkah percobaan di atas dan mencatat apa yang terjadi pada bayangan lampu. 3. mengulangi percobaan di atas dengan diafragma yang berlainan. 4. Untuk mengamati astigmatisma meletakkan lensa dengan posisi miring terhadap sumbu sistem benda dan layar. Meletakan kaca baur (benda) di depan lampu. 5. Kemudian meletakan diafragma di depan benda (kaca baur), dan menggeser-geser lagi layar. mencatat perubahan apa yang terjadi pada bayangan dari benda. E. JAWABAN PERTANYAAN AWAL 1. Apa yang dimaksud dengan sinar paralaksial? Jawaban : Sinar paralaksial adalah sinar yang berada sangat dekat dengan sumbu utama cermin/lensa, yang sejajar dengan sumbu utama dengan jarak sangat kecil, atau berpotongan dengan sumbu utama dengan sudut yang sangat kecil. 2.Buktikan rumus (1) sampai dengan (4)! Jawaban : Persamaan 1 : f = 𝑠′ 1+𝑀 s = 𝑠′ 𝑀 1 𝑓 = 1 𝑠 + 1 𝑠′ 1 𝑓 = 1 𝑠′ 𝑀 + 1 𝑠′ 1 𝑓 = 𝑀 𝑠′ + 1 𝑠′ 1 𝑓 = 𝑀 + 1 𝑠′ f = 𝑠′ 1+𝑀 (terbukti) Persamaan 2 : f = 𝑙2 βˆ’ π‘Ÿ2 4𝐿 S1 = S2’ S1’ = L – S1 L = S1 + r + S2’
  • 11. L = 2S1 + r S1 = πΏβˆ’π‘Ÿ 2 S1’ = L – S1 S1’ = L – ( πΏβˆ’π‘Ÿ 2 ) S1’ = 2πΏβˆ’πΏ+π‘Ÿ 2 S1’ = 𝐿+π‘Ÿ 2 1 𝑓 = 1 𝑠1 + 1 𝑠1β€² 1 𝑓 = 1 𝐿 βˆ’ π‘Ÿ 2 + 1 𝐿 + π‘Ÿ 2 1 𝑓 = 2 𝐿 βˆ’ π‘Ÿ + 2 𝐿 + π‘Ÿ 1 𝑓 = 2 ( 𝐿 + π‘Ÿ) + 2 (𝐿 βˆ’ π‘Ÿ) ( 𝐿 βˆ’ π‘Ÿ)(𝐿 + π‘Ÿ) 1 𝑓 = 2𝐿 + 2π‘Ÿ + 2𝐿 βˆ’ 2π‘Ÿ 𝐿2 βˆ’ π‘Ÿ2 1 𝑓 = 4𝐿 𝐿2 βˆ’ π‘Ÿ2 f = 𝐿2 βˆ’ π‘Ÿ2 4𝐿 (terbukti) Persamaan 3 : f = 𝑠 .𝑠′ 𝑠+𝑠′ 1 𝑓 = 1 𝑠 + 1 𝑠′ 1 𝑓 = 𝑠′ + 𝑠 𝑠′. 𝑠 f = 𝑠 .𝑠′ 𝑠+𝑠′ (terbukti) Persamaan 4 : 1 π‘“π‘”π‘Žπ‘ = 1 𝑓1 + 1 𝑓2 1 π‘“π‘”π‘Žπ‘ = 1 𝑠1 + 1 𝑠1β€² + 1 𝑠2 + 1 𝑠2β€² 1 π‘“π‘”π‘Žπ‘ = 1 𝑓1 + 1 𝑓2 (terbukti) 3. Dari rumus Bessel (2), bagaimana L dapat dipilih agar dapat terjadi 2 bayangan yang diperbesar dan diperkecil pada layar? Jawaban : Dengan mencari dua buah bayangan yang tegas-jelas, satu diperkecil dan satu lagi diperbesar. Jarak antara benda dan layar tidak diubah-ubah (fixed) dan dicatat sebagai L.
  • 12. Lensa digeser-geser sampai didapatkan bayangan diperbesar yang tegas dan jelas pada layar, catat jarak lensa ke benda (d1); kemudian lensa digeser-geser lagi sampai didapatkan bayangan yang diperkecil tegas dan jelas, catat jarak lensa ke benda (d2). Begitu pula sebaliknya sampai didapatkan bayangan yang diperkecil yang tegas dan jelas pada layar. 4. Mengapa untuk menentukan jarak fokus lensa negatif harus menggunakan bantuan lensa positif? Jawaban : Lensa negatif akan menghasilkan bayangan semu pada benda riil yang berarti tidak diperoleh gambar pada layar. Untuk mengatasinya, ditempatkan dan ditempelkan lensa positif dengan jarak fokus yang telah ditentukan pada lensa negatif sehingga membentuk bayangan yang bersifat nyata dan terbalik. 5. Apakah yang dimaksud dengan aberasi khromatis? Jawaban : Aberasi khromatis merupakan aberasi yang muncul karena dispersi fariasi indeks bias materi transparan terhadap panjang gelombang. Seperti cahaya biru dibelokkan lebih jauh dari merah oleh kaca. Sehingga jika cahaya putih jatuh pada sebuah lensa maka warna- warna yang berbeda difokuskan pada titik yang berbeda pula dan menghasilkan pinggiran berwarna pada bayangan. Aberasi kromatik dapat dihilangkan dengan menggunakan dua lensa yang berbeda dengan indeks bias dan dispersi yang berbeda. 6. Apakah yang disebut dengan astigmatisma? Jawaban : Astigmatisma adalah penyimpangan yang biasanya disebabkan oleh lensa yang kurang bundar sehingga benda titik difokuskan sebagai garis pendek, yang mengaburkan bayangan. Hal ini terjadi karena lensa berbentuk sferis dengan bagian silindris tertumpuk, sehingga astigmatisme memfokuskan berkas pasa bidang vertikal. Pada jarak yang lebih dekat, lensa mengarah ke horizontal. Dapat diatasi dengan menggunakan lensa silindris yang mengimbanginya. 7. Terangkan terjadinya cacat bayangan yang terjadi pada percobaan di atas! Jawaban : Cacat bayangan terjadi akibat tidak terpenuhinya salah satu syarat pembentukan bayangan, yaitu sinar paralaksial atau terbentuknya bayangan palsu. 8. Cacat bayangan dapat dikurangi dengan menggunakan diafragma yang kecil. Mengapa? Adakah cara lain untuk mengurangi cacat bayangan? Terangkan! Jawaban :
  • 13. Karena dengan menggunakan celah diafragma yang kecil maka bayangan akan terlihat lebih tajam dan jelas, sehingga cacat bayangan dapat diminamilisir atau diperkecil. Ada cara untuk mengurangi cacat bayangan, yaitu dengan melakukan pengukuran di dalam ruangan hampa udara dan gelap sehingga indeks bias medium dan indeks bias lensa tidak mempengaruhi pembentukan bayangan, serta penggunaan laser sebagai alat pengukurnya.