SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
Download to read offline
SINTESIS SENYAWA 1-BENZOYL-3-PHENYL-THIOUREA
SEBAGAI KANDIDAT ANTI KANKER
Ruswanto, Tresna Lestari
Prodi Farmasi, STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya
email : ruzhone@gmail.com
Abstract
Thiourea is one of the compounds that are useful in studies of new drug discovery. Some
thiourea derivatives have potent pharmacological activity as anticancer [1-9].
1-benzoyl-3–Phenylthiourea compound has been synthesized through acylation reaction
between benzoyl chloride with 1-Phenylthiourea using tetrahydrofuran as solvent and triethylamine
as catalyst by reflux and stirring for 6 hours . Synthesis results obtained percentage is 89 % . The
purity of the synthesis results indicated the presence of a single stain on TLC and narrow melting
range .
From the characterization by UV spectrophotometry , infrared spectroscopy, 1-HNMR
spectroscopy and mass spectroscopy can be concluded that the resulting compound is 1-benzoyl-3-
phenylthiourea structure. From the in vitro test obstained IC-50 of 1-benzoyl-3-phenyl thiourea on
HeLa cells at 702 g/ml, and IC-50 on MCF-7 cells at 398 g/ml.
Keyword : Thiourea, anticancer, HeLa cells, MCF-7 cells
1. PENDAHULUAN
Kanker merupakan penyebab kematian
kedua setelah penyakit kardiovaskular. Di
Amerika Serikat kanker merupakan penyebab
utama kematian pada wanita antara 30 – 54
tahun dan anak-anak antara 3 – 14 tahun [10].
Menurut World Health Organization (WHO),
setiap tahun jumlah penderita kanker di dunia
berjumlah 625 juta orang dan dalam waktu 10
tahun diperkirakan 9 juta orang akan meninggal
setiap tahun akibat kanker, dua pertiga dari
penderita kanker di dunia berada di Negara
yang sedang berkembang [11].
Kanker adalah suatu penyakit yang terjadi
pada pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang
tidak normal, cepat, dan tidak terkendali.
Kanker dapat tumbuh di semua jaringan tubuh
seperti sel kulit, sel hati, sel darah, sel otak, sel
lambung, sel usus, sel paru dan berbagai macam
sel tubuh lainnya. Oleh karena, dikenal
bermacam-macam jenis kanker menurut sel
atau jaringan asalnya [12].
Untuk pengobatan kanker, salah satu
metoda yang umum digunakan adalah
khemoterapi, yaitu dengan menggunakan obat
anti kanker untuk membunuh atau menghambat
pertumbuhan sel kanker. Obat-obatan dalam
khemoterapi dapat dikelompokkan menjadi
alkylating agent, anti-metabolite, inhibitor
mitosis, inhibitor topoisomerase, anti tumor dan
antibiotic [13]. Metode khemoterapi umumnya
dapat menyebabkan beberapa efek samping
antara lain rambut rontok, mulut kering, diare,
mual dan muntah, kehilangan nafsu makan dan
kelelahan [14]. Oleh karena itu, maka masih
diperlukan penelitian-penelitian dalam rangka
untuk menemukan obat anti kanker baru yang
lebih aktif, selektif dan efek samping minimal
dari berbagai sumber, salah satunya yaitu
melalui sintesis obat anti kanker.
Tiourea merupakan salah satu zat yang
berguna dalam penelitian-penelitian obat. Dari
beberapa penelitian sebelumnya telah diteliti
bahwa turunan tiourea memiliki aktivitas
farmakologis yang poten seperti, anti-
HIV/antivirus [15], antitubercular [17],
analgesik [16] dan sifat antikanker [1-9].
Dalam penelitiannya, Nakisah telah
membuktikan bahwa senyawa 2-[3-(2-Methyl-
benzoyl)-thioureido]-acetic acid dan 2-[3-(4-
Methyl-benzoyl)-thioureido]-acetic acid
mempunyai aktivitas untuk melawan sel MCF-
7.
Pelin dan kawan-kawan juga telah
melakukan penelitian dengan judul Synthesis
and evaluation of antiviral, antitubercular and
anticancer activities of some novel thioureas
derived from 4-aminobenzohydrazide
hydrazones. Dari hasil penelitian ini dibuktikan
bahwa senyawa turunan tiourea yang disintesis
mempunyai sifat sitotoksis pada sel HeLa.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka
peneliti telah mensintesis senyawa 1-benzoil-3-
feniltiourea mengkarakterisasi dan menguji
sitotoksisitas terhadap kultur sel kanker secara
in vitro sehingga akan dapat diketahui senyawa
1-benzoil-3-feniltiourea dalam menghambat
pertumbuhan dan membunuh kultur sel kanker,
contohnya sel HeLa dan MCF-7.
2. METODE PENELITIAN
Sintesis senyawa 1-Benzoyl-3-phenyl-thiourea
Sebanyak 0,05 mol N-phenylthiourea
dicampurkan dengan 25 mL pelarut
Tetrahidrofuran di dalam labu alas datar 250
ml. Tambahkan 3 ml Trietilamin sebagai
katalis. Kemudian benzoil klorida sebanyak
0,025 mol dalam 15 ml tetrahidrofuran
diteteskan menggunakan corong pisah ke dalam
campuran dalam labu alas datar pada suhu 80o
–
90o
C sambil diaduk dengan magnetic stirrer
selama 30 menit. Selanjutnya campuran di
refluks selama 5 jam. Kemudian hasil refluks
diuapkan menggunakan evaporator sampai
pelarut habis.
Hasil reaksi yang telah didapat ditambah
larutan Natrium bikarbonat jenuh sambil diaduk
sampai tidak berbusa. Residu dicuci
menggunakan aquades sebanyak 100 mL,
setelah itu disaring dengan corong Buchner.
Hasil reaksi diuji dengan Kromatografi Lapis
Tipis (KLT) menggunakan eluen campuran
metanol : etil asetat (3 : 1). Setelah dielusi, plat
dikeringkan dan dilihat nodanya pada lampu
UV 254 nm kemudian dihitung Rf-nya [18].
Selanjutnya hasil sintesis direkristalisasi
dengan cara menambahkan etanol 96% panas
kepada hasil sintesis hingga tepat larut,
kemudian disaring segera menggunakan corong
Buchner panas dengan bantuan penghisapan
pompa vakum. Filtrat yang diperoleh
didinginkan hingga terbentuk kristal dalam
jumlah yang optimal, kemudian disaring.
Kristal yang diperoleh dikeringkan dalam oven,
ditimbang, dan dihitung rendemennya [19].
Uji Kemurnian hasil sintesis
Untuk menguji kemurnian dilakukan
dengan cara : (1) teknik kromatografi lapis tipis.
(2) penentuan titik lebur.
Karakterisasi Fisiko Kimia hasil sintesis
Senyawa yang terbentuk selanjutnya
dianalisis dengan metode spektroskopi UV-vis,
IR, NMR, dan, MS untuk mendapatkan
informasi mengenai struktur molekul senyawa
yang diperoleh.
Uji secara in vitro senyawa 1-benzoil-3-
feniltiourea sebagai sebagai anti kanker
Uji Sitotoksik metode MTT (Microculture
Tetrazolium Salt).
Sel HeLa/MCF-7 disuspensikan dengan
kepadatan 3 x 104
sel / sumuran sebanyak 100
μl kemudian sel dimasukkan pada mikroplate
96 sumuran berbeda diinkubasikan dalam
inkubator CO2 5 % pada suhu 37o
C selama 24
jam, sumuran-sumuran yang berisi suspensi sel
tersebut ditambahkan 100 μl larutan uji yaitu
senyawa 1-benzoil-3-feniltiourea dalam
medium tiap sumuran sehingga diperoleh kadar
akhir sampel dengan variasi konsentrasi tertentu
(250 ; 125 ; 62,5 ; 31,25 ; 15,625) μg/ml tiap
sumuran, sebagai kontrol digunakan sel tanpa
penambahan larutan uji kemudian sel tersebut
diinkubasikan pada inkubator CO2 5% pada
suhu 37o
C selama 24 jam dan pada akhir
inkubasi medium masing-masing sumuran
dibuang dan dicuci dengan FBS (Fetal Bovine
Serum) kemudian ditambahkan 100 μl media
baru dan 10 μl MTT 5 mg/ml dalam FBS (Fetal
Bovine Serum). Mikroplate diinkubasikan
kembali selama 4 jam pada inkubator CO2 5%
pada suhu 37o
C. Sel hidup akan bereaksi
dengan MTT membentuk formazan berwarna
ungu dan untuk menghentikan reaksi antara sel
dengan MTT (Microculture Tetrazolium Salt)
serta melarutkan formazan maka ditambahkan
100 μl SDS (Sodium Dodecyl Sulphate) 10%
dalam 0,01 N HCl, diinkubasikan selama 24
jam pada suhu kamar dan serapan dibaca
dengan menggunakan ELISA reader pada
panjang gelombang 595 nm.
Analisis data.
Nilai % kematian yang terjadi karena
pemberian senyawa uji untuk setiap variasi
konsentrasi adalah jumlah sel mati dihitung
dengan menggunakan rumus :
% sel hidup = [(Absobansi sampel-
media)/(Absobansi sel – media)] x 100%
% sel mati = 100% - % sel hidup
IC50 adalah kadar yang menyebabkan
kematian 50% populasi sel HeLa. IC50 dihitung
dengan persamaan y = a + bx, dengan y adalah
% kematian sel dan x adalah kadar.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Organoleptis
Pemeriksaan hasil reaksi dilakukan
dengan cara mengamati ciri-ciri
organoleptisnya. Hasil pemeriksaan
organoleptis dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Organoleptis
Senyawa Hasil Sintesis
Pemeriksaan Hasil Pengamatan
Bentuk
Warna
Bau
Kristal ringan
putih
-
Uji Kemurnian
Hasil Kromatografi Lapis Tipis
Uji kemurnian dengan kromatografi
lapis tipis dilakukan untuk mengetahui
kemurnian hasil reaksi antara benzoil klorida
dengan 1-feniltiourea. Uji kemurnian dengan
kromatografi lapis tipis ini dilakukan dengan
menggunakan tiga macam eluen yang berbeda
tingkat kepolarannya yaitu metanol-kloroform
(8:1), metanol-etil asetat (3:1) dan etanol-n-
heksan (3:1). Uji kemurnian dengan
kromatografi lapis tipis dilakukan sebanyak tiga
kali untuk masing-masing eluen.
Parameter kemurnian senyawa hasil
sintesis dengan cara kromatografi lapis tipis
adalah adanya noda tunggal di bawah sinar
ultraviolet 254 nm dan perbandingan nilai Rf
senyawa hasil sintesis dengan nilai Rf senyawa
1-feniltiourea. Hasil uji kemurnian dengan
kromatografi lapis tipis dapat dilihat pada Tabel
2 dan Tabel 3.
Tabel 2. Hasil Kromatografi Lapis Tipis
Senyawa Hasil Sintesis
No. Jenis
Eluen
Rf Jumlah
Noda
Warna
noda
1 Metanol :
Kloroform
(8:1)
0,750
0,750
0,750
1 Ungu
2 Metanol :
Etil Asetat
(3:1)
0,820
0,825
0,825
1 Ungu
3 Etanol : n-
Heksan
(3:1)
0,900
0,875
0,875
1 Ungu
Tabel 3. Hasil Kromatografi Lapis Tipis
Senyawa 1-Feniltiourea
No. Jenis
Eluen
Rf Jumlah
Noda
Warna
Noda
1 Metanol :
Kloroform
(8:1)
0,900 1 Ungu
2 Metanol :
Etil Asetat
(3:1)
0,750 1 Ungu
3 Etanol : n-
Heksan
(3:1)
0,850 1 Ungu
Berdasarkan hasil kromatografi lapis
tipis dengan tiga jenis eluen menunjukkan
bahwa senyawa hasil reaksi antara benzoil
klorida dengan 1-feniltiourea adalah murni. Hal
ini ditunjukkan dengan adanya noda tunggal
pada plat KLT di bawah lampu UV 254 nm.
Berdasarkan hasil kromatografi lapis
tipis diketahui bahwa senyawa hasil sintesis
memiliki nilai Rf yang berbeda dengan senyawa
induknya yaitu 1-fenil tiourea, sehingga dapat
disimpulkan bahwa reaksi sintesis telah
membentuk senyawa baru.
Hasil Penentuan Jarak Lebur
Penentuan jarak lebur senyawa hasil
sintesis dilakukan dengan menggunakan alat
penentu jarak lebur Electrothermal 9100.
Pengukuran jarak lebur dilakukan triplo yang
hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Pengukuran Jarak Lebur
Senyawa Hasil Sintesis
Replikasi Jarak Lebur (o
C)
1
2
3
140-142
140-142
140-142
Jarak lebur senyawa hasil sintesis
memiliki rentang yang sempit karena jaraknya
tidak lebih dari 2o
C. Senyawa yang memiliki
jarak lebur yang sempit adalah senyawa yang
murni. Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa senyawa hasil sintesis adalah senyawa
murni.
Hasil Karakterisasi dan Identifikasi
Struktur Senyawa Hasil Sintesis
Hasil Spektrofotometri Ultra Violet
Karakterisasi dan identifikasi struktur
senyawa hasil sintesis menggunakan
spektrofotometri Ultra Violet dilakukan untuk
mengetahui adanya gugus kromofor dan
pergeseran panjang gelombang dari senyawa
hasil sintesis yang dibandingkan terhadap
senyawa induk, yaitu senyawa 1-feniltiourea.
Spektrum ultra violet senyawa hasil sintesis dan
senyawa 1-feniltiourea dapat dilihat pada
Gambar 4.2 dan Gambar 4.3.
Gambar 1. Spektrum Ultra Violet 1-feniltiourea
dalam pelarut etanol (λmaks = 288,5 nm)
Gambar 2. Spektrum Ultra Violet Senyawa
Hasil Sintesis dalam pelarut etanol (λmaks =
307 nm)
Hasil Spektrofotometri Infra Merah
Pembuktian terbentuknya senyawa baru
dapat dibantu dengan data spektrofotometri
Infra merah. Berdasarkan hasil identifikasi
dengan spektrofotometri Infra merah diperoleh
gugus-gugus fungsi penyusun senyawa hasil
sintesis yang dapat dilihat dari bilangan
gelombang (cm-1
) pada spektrum [20].
Gambar 3. Hasil Spektrum Infra merah
Senyawa Hasil Sintesis
NH
O
NH
S
N
H
O
N
H
S
c
d
c
b
b
a e
f
g
h
g
f
Tabel 5. Bilangan Gelombang Spektrun Infra
Merah Senyawa Hasil Sintesis
Gugus
fungsi
Bilangan Gelombang Hasil
sintesis (cm-1
)
Ulur –NH
3370,96
3313,11
Ulur C=O 1673,91
Ulur C=S 1153,2
Dari spektrum pada Gambar 4.3
teridentifikasi gugus-gugus fungsional utama
yang terdapat pada senyawa 1-benzoil-3-
feniltiourea. Gugus fungsional yang
teridentifikasi pada senyawa tersebut
diantaranya gugus –NH, C=O dan C=S yang
terbukti ada pada senyawa hasil sintesis.
Dengan demikian diperkirakan 1-benzoil-3-
feniltiourea terbentuk dari hasil sintesis.
Hasil Spektrofotometri Resonansi Magnet
Inti (H-NMR)
Identifikasi lainnya dilakukan
menggunakan Spektrofotometri Resonansi
Magnet Proton (H-NMR).
Gambar 4. Hasil Spektrum Spektrofotometri 1
H-NMR Senyawa Hasil Sintesis
a e
b f d c g h
Gambar 5. Hasil Spektrum Spektrofotometri Massa
Cl
O
N
H
H2N
S
NH
O
NH
S
HCl
1-phenylthiourea 3-benzoyl-1-phenylthiourea
+
benzoyl chloride
+
Analisis Spektrum spektrofotometri 1
H-
NMR dilakukan untuk mengetahui posisi atom
H, jumlah atom H dan lingkungan sekitar atom
H. Dilihat dari hasil analisis spektrum di atas,
senyawa hasil sintesis mempunyai 12 atom H
dengan posisi berbeda-beda yang ditandai
dengan pergeseran kimia yang berbeda dan
multipisitas yang berbeda juga. Jumlah atom H
tersebut sama dengan jumlah atom H yang
berada pada struktur senyawa 1-benzoil-3-
feniltiourea.
Hasil Spektrofotometri Massa
Selain itu untuk memperkuat dugaan
senyawa hasil sintesis maka dilakukan juga
identifikasi struktur dengan menggunakan
spektrofotometri massa untuk mengetahui berat
molekul sesungguhnya.
Berdasarkan hasil spektrum diatas
diperoleh satu berat molekul dengan puncak
tertinggi yaitu 257,0748. Pembacaan hasil
spektrofotometri massa dilakukan dengan
menjumlahkan M+1 yaitu 256,07( BM hasil
perhitungan) + 1 sehingga diperoleh 257,07
mendekati 257,0748. Dengan demikian terbukti
bahwa senyawa hasil sintesis yaitu senyawa 1-
benzoil-3-feniltiourea telah terbentuk dari
proses sintesis jika dilihat dari beberapa
identifikasi menggunakan beberapa macam
spektrofotometer.
Persen Hasil Sintesis
Senyawa 1-benzoil-3-fenil tioure
disintesis berdasarkan reaksi asilasi antara
senyawa benzoil klorida dan senyawa 1-
feniltiourea.
Gambar 6. Reaksi asilasi antara benzoil klorida
dan 1-feniltiourea
Dari hasil reaksi antara 0,025 mol
benzoil klorida dan 0,05 mol 1-fenil- tiourea
yang direaksikan, diperoleh Kristal putih
sebanyak 5,696 gram sehingga diperoleh persen
hasil sintesis sebesar 89 % dari hasil teoritis,
yaitu 6,4 gram.
Uji Aktivitas Sel Kanker
Untuk mengetahui aktivitas antikanker
dari senyawa 1-benzoil-3-fenil tiourea maka
senyawa hasil sintesis diuji invitro dengan cara
menguji sitotoksisitasnya menggunakan metoda
MTT pada sel HeLa dan sel MCF-7 .
Tabel 6. Data absorbansi dan perhitungan % kematian sel HeLa
Konsentrasi
Abs.
sampel
Kontrol
sel
Kontrol
media
(samp -
media)
A
(sel -
media)
B
A/B
% sel
hidup
% sel
mati
500 0,385 0,530 0,067 0,319 0,463 0,687 69 31
250 0,419 0,530 0,067 0,352 0,463 0,760 76 24
125 0,503 0,530 0,067 0,437 0,463 0,942 94 6
62,5 0,548 0,530 0,067 0,481 0,463 1,039 104 -4
31,25 0,537 0,530 0,067 0,471 0,463 1,016 102 -2
IC-50 702 g/ml
Tabel 7. Data absorbansi dan perhitungan % kematian sel MCF-7
Konsentrasi
Abs.
sampel
Kontrol
sel
Kontrol
media
(samp -
media)
A
(sel -
media)
B
A/B
% sel
hidup
% sel
mati
250 0,272 0,372 0,096 0,176 0,276 0,638 64 36
125 0,279 0,372 0,096 0,184 0,276 0,665 66 34
62,5 0,321 0,372 0,096 0,225 0,276 0,815 82 18
31,25 0,298 0,372 0,096 0,202 0,276 0,732 73 27
15,625 0,332 0,372 0,096 0,236 0,276 0,854 85 15
IC-50 398 g/ml
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa
besarnya IC-50 senyawa 1-benzoil-3-fenil
tiourea pada sel HeLa sebesar 702 g/ml
sedangkan IC-50 pada sel MCF-7 sebesar 398
g/ml. Maka dari hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa senyawa 1-benzoil-3-fenil
tiourea mempunyai aktivitas anti kanker pada
sel MCF-7 lebih besar daripada sel HeLa.
4. KESIMPULAN
Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat
diambil kesimpulan bahwa senyawa 1-benzoil-
3-fenil tiourea dapat disintesis dari reaksi antara
benzoil klorida dengan 1-fenil tiourea. Dan
persen hasil yang diperoleh sebesar 89% (5,696
gram). Dari hasil karakterisasi dengan
spektrofotometri UV, spektroskopi infra merah,
spektroskopi 1
HNMR dan spektroskopi massa
juga dapat disimpulkan bahwa senyawa yang
dihasilkan merupakan struktur dari senyawa 1-
benzoil-3-fenil tiourea. Sedangkan dari uji
invitro dihasilkan besarnya IC-50 senyawa 1-
benzoil-3-fenil tiourea pada sel HeLa sebesar
702 g/ml sedangkan IC-50 pada sel MCF-7
sebesar 398 g/ml.
Saran
Untuk lebih meningkatkan aktivitas
senyawa 1-benzoil-3-fenil tiourea sebagai
kandidat antikanker maka disarankan untuk
memodifikasi struktur 1-benzoil-3-fenil tiourea,
mensintesis dan di uji invitro sehingga dapat
dihasilkan turunan senyawa 1-benzoil-3-
feniltiourea yang mempunyai aktivitas yang
sangat baik sebagai kandidat antikanker.
5. UCAPAN TERIMA KASIH
Penelitian ini dilaksanakan atas biaya
Program Hibah Penelitian Dikti Skema
Penelitian Dosen Pemula Tahun Anggaran
2013.
6. REFERENSI
[1] Karakuş S, Küçükgüzel ŞG, Küçükgüzel İ,
De Clercq E, Pannecouque C, Andrei G,
Snoeck R, Ş ahin F, Bayrak Ö F. 2009.
Synthesis, antiviral and anticancer activity
of some novel thioureas derived from N-
(4-nitro-2-phenoxyphenyl)-methanesulfona
mide. Eur J Med Chem; 44(9): 3591-3595.
[2] Liu J, Song B, Fan H, Bhadury PS, Wan W,
Yang S, Xu W, Wu J, Jin L, Wei X, Hu D,
Zeng S. 2010. Synthesis and in vitro study
of pseudo-peptide thioureas containing α-
aminophosphonate moiety as potential
antitumor agents. Eur J Med Chem ;
45(11): 5108-5112.
[3] Li HQ, Lv PC, Yan T, Zhu HL. 2009.
Urea/Thiourea derivatives as anticancer
agents. Anticancer Agents Med Chem.
China.
[4] Nakisah, J. W. Tan, and Y.Mohd Shukri.
2011. Anti-Cancer Activities of Several
Synthetic Carbonylthiourea Compounds on
MCF-7 Cells. UMTAS Malaysia.
[5] Manjula, S.N., Noolvi, N.M., Parihar, K.V.,
Reddy, S.A.M., Ramani, V. & Gadad,
A.K. 2009. Synthesis and antitumor
activity of optically active thiourea and
their 2-aminobenzothiazole derivatives: A
novel class of anticancer agents. European
Journal of Medicinal Chemistry 44: 2923–
2929.
[6] Furuta, T.; Sakai, T.; Senga, T.; Osawa, T.;
Kubo, K.; Shimizu, T.;Suzuki, R.;
Yoshino, T.; Endo, M.; Miwa. 2006. A.
Identification of potent and selective
inhibitors of PDGF receptor
autophosphorylation. J. Med. Chem.
47(8), 2186-2192.
[7] Lee, J.; Lee, J.; Kang, M.; Shin, M.; Kim,
J.M.; Kang, S.U.; Lim, J.O.; Choi ,H.K.;
Suh, Y.G.; Park, H.G.2003. N-(3-Acyloxy-
2-benzylpropyl)-N¢-[4-(methylsulfonyl
amino)benzyl]thiourea analogues : novel
potent and high affinity antagonists and
partial antagonistsof the vanilloid receptor.
J. Med. Chem. 46(14), 3116-3126.
[8] Pelin Çıkla, Ş. Güniz Küçükgüze1, İlkay
Küçükgüze1, Sevim Rolla1, Erik De
Clerc2, Christophe Pannecouqu2, Graciela
Andre2, Robert Snoec2, Fikrettin Şahi3,
Ömer Faruk Bayra3. 2010. Synthesis and
evaluation of antiviral, antitubercular and
anticancer activities of some novel
thioureas derived from 4-
aminobenzohydrazide hydrazones.
Marmara Pharmaceutical Journal. 14: 13-
20.
[9] Huan-Qiu Li, Peng-Cheng Lv, Tao Yan and
Hai-Liang Zhu. 2009. Urea Derivatives as
Anticancer Agents. Anti-Cancer Agents in
Medicinal Chemistry. 9, 471-480.
[10] Nafrialdi, G.S. 1995. Farmakologi dan
Terapi. Edisi IV. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta. Hal. 686 –
690, 699.
[11] Ratna. Apa yang harus anda ketahui
tentang kanker. http://www.indosiar.co.id
/info medis. 9 Desember 2005.
[12] Dalimarta, S. 2003. Atlas Tumbuhan Obat
Indonesia Jilid II. Puspa Swara. Jakarta.
Hal. 145 – 147.
[13] Bhosle, J. & Hall, G. 2006. Principles of
cancer treatment by chemotherapy.
Surgery. 24: 66-69.
[14] Goldwein, J.W. & Vachani, C. 2006.
Chemotherapy: The basics. Oncolink
http://www.oncolink.org/treatment/article.
[accessed on August 17, 2009].
[15] Bell FW, Cantrell AS, Högberg M,
Jaskunas SR, Johansson NG, Jordan CL,
Kinnick MD, Lind P, Morin JM, Noreen
R, Öberg B, Palkowitz JA, Parrish CA,
Pranc P, Sahlberg C, Ternansky RJ,
Vasileff RT, Vrong L, West SJ, Zhang H,
Zhou XX. Phenethylthiazolethiourea
(PETT) compounds, a new class of HIV-1
reverse transcriptase inhibitors. 1.Synthesis
and basic structure-activity relationship
studies of PETT analogs. J Med Chem
1995; 38(25): 4929-4936.
[16] Sriram D, Yogeeswari P, Madhu K. 2006.
Synthesis and in vitro antitubercular
activity of some 1-[(4-sub)phenyl]-3-(4-
{1-[(pyridine-4-carbonyl) hydrazono]
ethyl}phenyl) thiourea. Bioorg Med Chem
Lett. 16: 876–878.
[17] Kesuma, Dini., Harry Santosa. 2009.
Sintesis Senyawa 2,4-
diklorobenzoiltiourea dari 2,4-
diklorobenzoil klorida dan Tiourea Sebagai
Calon Obat Central Nervous System
Depressant Melalui Proses Refluks.
Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia,
SNTKI .
[18] Pudjono, et al. 2002. Sintesis Dibenzoil
Resorsinol dari Benzoil Klorida dan
Resorsinol melalui Modifikasi Metode
Schotten-Baumann. Sigma, Vol.5 No. 1 :
61-68.
[19] Sitorus, Marham. 2009. Spektroskopi
Elusidasi Struktur Molekul Organik.
Yogyakarta : Graha Ilmu. Hal 35-36.

More Related Content

What's hot

pembuatan balsem
pembuatan balsempembuatan balsem
pembuatan balsemTika DePhe
 
Sifat Spektral Molekul
Sifat Spektral MolekulSifat Spektral Molekul
Sifat Spektral Molekulhendrykaiizhyz
 
Identifikasi Antioksidan
Identifikasi AntioksidanIdentifikasi Antioksidan
Identifikasi AntioksidanIshakZw
 
fisikokimia ekstrak rumput laut coklat sargassum
fisikokimia ekstrak rumput laut coklat sargassumfisikokimia ekstrak rumput laut coklat sargassum
fisikokimia ekstrak rumput laut coklat sargassumIrham Maladi
 
Komposisi nutrisi dan aktivitas antioksidan dari tomat
Komposisi nutrisi dan aktivitas antioksidan dari tomatKomposisi nutrisi dan aktivitas antioksidan dari tomat
Komposisi nutrisi dan aktivitas antioksidan dari tomatRolina Zahhara Tambunan
 
Laporan praktikum kromatografi 3 (klt)
Laporan praktikum kromatografi 3 (klt)Laporan praktikum kromatografi 3 (klt)
Laporan praktikum kromatografi 3 (klt)aufia w
 
Laporan Farmasi Fisika Kelarutan
Laporan Farmasi Fisika KelarutanLaporan Farmasi Fisika Kelarutan
Laporan Farmasi Fisika KelarutanMina Audina
 
Laporan praktikum kromatografi 4 (klt)
Laporan praktikum kromatografi 4 (klt)Laporan praktikum kromatografi 4 (klt)
Laporan praktikum kromatografi 4 (klt)aufia w
 
Laporan praktikum farmasi fisika kelarutan 2
Laporan praktikum farmasi fisika kelarutan 2Laporan praktikum farmasi fisika kelarutan 2
Laporan praktikum farmasi fisika kelarutan 2Mina Audina
 
Ekstraksi lipida (kolesterol)
Ekstraksi lipida (kolesterol)Ekstraksi lipida (kolesterol)
Ekstraksi lipida (kolesterol)hendrykaiizhyz
 
pengaruh suhu terhadap reakzi enzimatik
pengaruh suhu terhadap reakzi enzimatikpengaruh suhu terhadap reakzi enzimatik
pengaruh suhu terhadap reakzi enzimatikanandajpz
 
Pengaruh pH pada reaksi enzimatik
Pengaruh pH pada reaksi enzimatikPengaruh pH pada reaksi enzimatik
Pengaruh pH pada reaksi enzimatikanandajpz
 
Identifikasi dan cara pemisahan obat
Identifikasi dan cara pemisahan obatIdentifikasi dan cara pemisahan obat
Identifikasi dan cara pemisahan obatraesatartilla
 
Bab i & ii budaya K3 dan pembuatan larutan
Bab i & ii budaya K3 dan pembuatan larutanBab i & ii budaya K3 dan pembuatan larutan
Bab i & ii budaya K3 dan pembuatan larutanAndreas Cahyadi
 

What's hot (20)

pembuatan balsem
pembuatan balsempembuatan balsem
pembuatan balsem
 
Sifat Spektral Molekul
Sifat Spektral MolekulSifat Spektral Molekul
Sifat Spektral Molekul
 
Identifikasi Antioksidan
Identifikasi AntioksidanIdentifikasi Antioksidan
Identifikasi Antioksidan
 
fisikokimia ekstrak rumput laut coklat sargassum
fisikokimia ekstrak rumput laut coklat sargassumfisikokimia ekstrak rumput laut coklat sargassum
fisikokimia ekstrak rumput laut coklat sargassum
 
Enzim 1
Enzim 1Enzim 1
Enzim 1
 
Komposisi nutrisi dan aktivitas antioksidan dari tomat
Komposisi nutrisi dan aktivitas antioksidan dari tomatKomposisi nutrisi dan aktivitas antioksidan dari tomat
Komposisi nutrisi dan aktivitas antioksidan dari tomat
 
380 855-1-sm
380 855-1-sm380 855-1-sm
380 855-1-sm
 
Laporan praktikum kromatografi 3 (klt)
Laporan praktikum kromatografi 3 (klt)Laporan praktikum kromatografi 3 (klt)
Laporan praktikum kromatografi 3 (klt)
 
Laporan Farmasi Fisika Kelarutan
Laporan Farmasi Fisika KelarutanLaporan Farmasi Fisika Kelarutan
Laporan Farmasi Fisika Kelarutan
 
Laporan praktikum kromatografi 4 (klt)
Laporan praktikum kromatografi 4 (klt)Laporan praktikum kromatografi 4 (klt)
Laporan praktikum kromatografi 4 (klt)
 
Laporan praktikum farmasi fisika kelarutan 2
Laporan praktikum farmasi fisika kelarutan 2Laporan praktikum farmasi fisika kelarutan 2
Laporan praktikum farmasi fisika kelarutan 2
 
Ekstraksi lipida (kolesterol)
Ekstraksi lipida (kolesterol)Ekstraksi lipida (kolesterol)
Ekstraksi lipida (kolesterol)
 
Laporan tlc
Laporan tlcLaporan tlc
Laporan tlc
 
Enzim 2
Enzim 2Enzim 2
Enzim 2
 
pengaruh suhu terhadap reakzi enzimatik
pengaruh suhu terhadap reakzi enzimatikpengaruh suhu terhadap reakzi enzimatik
pengaruh suhu terhadap reakzi enzimatik
 
Pengaruh pH pada reaksi enzimatik
Pengaruh pH pada reaksi enzimatikPengaruh pH pada reaksi enzimatik
Pengaruh pH pada reaksi enzimatik
 
Identifikasi dan cara pemisahan obat
Identifikasi dan cara pemisahan obatIdentifikasi dan cara pemisahan obat
Identifikasi dan cara pemisahan obat
 
Bab i & ii budaya K3 dan pembuatan larutan
Bab i & ii budaya K3 dan pembuatan larutanBab i & ii budaya K3 dan pembuatan larutan
Bab i & ii budaya K3 dan pembuatan larutan
 
Kimia rumondang klt jurnal
Kimia rumondang klt jurnalKimia rumondang klt jurnal
Kimia rumondang klt jurnal
 
Uji Spesifikasi Enzim
Uji Spesifikasi EnzimUji Spesifikasi Enzim
Uji Spesifikasi Enzim
 

Similar to ANTI KANKER 1-BENZOIL-3-FENIL-THIOUREA

12352 article text-16072-1-10-20150709 (1)
12352 article text-16072-1-10-20150709 (1)12352 article text-16072-1-10-20150709 (1)
12352 article text-16072-1-10-20150709 (1)HaInYoo
 
12352 article text-16072-1-10-20150709
12352 article text-16072-1-10-2015070912352 article text-16072-1-10-20150709
12352 article text-16072-1-10-20150709HaInYoo
 
UPP Atropin Sulfat Injeksi 0.5 mg.fix.pptx
UPP Atropin Sulfat Injeksi 0.5 mg.fix.pptxUPP Atropin Sulfat Injeksi 0.5 mg.fix.pptx
UPP Atropin Sulfat Injeksi 0.5 mg.fix.pptxdyana55
 
Kimia Organik Bahan Alam (Alkaloid)
Kimia Organik Bahan Alam (Alkaloid)Kimia Organik Bahan Alam (Alkaloid)
Kimia Organik Bahan Alam (Alkaloid)Rista Siti Mawarni
 
FLAVONOID PART II.pptx
FLAVONOID PART II.pptxFLAVONOID PART II.pptx
FLAVONOID PART II.pptxCitraCirebon
 
Review Jurnal Kromatografi Gas
Review Jurnal Kromatografi GasReview Jurnal Kromatografi Gas
Review Jurnal Kromatografi GasSalsabila Azzahra
 
Farmakoqnosi Terpenoid
Farmakoqnosi TerpenoidFarmakoqnosi Terpenoid
Farmakoqnosi Terpenoiddinana88
 
mentahan ppt upp.pptx
mentahan ppt upp.pptxmentahan ppt upp.pptx
mentahan ppt upp.pptxdyana55
 
artikel review standarisasi bahan alam farmasi
artikel review standarisasi bahan alam farmasiartikel review standarisasi bahan alam farmasi
artikel review standarisasi bahan alam farmasiOkkyIntan
 
Pemeriksaan_Kadar_Zinc_pada_Tablet_secar.pptx
Pemeriksaan_Kadar_Zinc_pada_Tablet_secar.pptxPemeriksaan_Kadar_Zinc_pada_Tablet_secar.pptx
Pemeriksaan_Kadar_Zinc_pada_Tablet_secar.pptxbali59
 
Materi Terpenoid 2 fitokimia farmasi dasar
Materi Terpenoid 2 fitokimia farmasi dasarMateri Terpenoid 2 fitokimia farmasi dasar
Materi Terpenoid 2 fitokimia farmasi dasarLidyaEvangelistaTamp
 
Resume Jurnal Antiinflamasi.pdf
Resume Jurnal Antiinflamasi.pdfResume Jurnal Antiinflamasi.pdf
Resume Jurnal Antiinflamasi.pdfBrilianSaputra
 
Jurnal kefarmasian indonesia
Jurnal kefarmasian indonesiaJurnal kefarmasian indonesia
Jurnal kefarmasian indonesiadimas snb
 

Similar to ANTI KANKER 1-BENZOIL-3-FENIL-THIOUREA (20)

12352 article text-16072-1-10-20150709 (1)
12352 article text-16072-1-10-20150709 (1)12352 article text-16072-1-10-20150709 (1)
12352 article text-16072-1-10-20150709 (1)
 
12352 article text-16072-1-10-20150709
12352 article text-16072-1-10-2015070912352 article text-16072-1-10-20150709
12352 article text-16072-1-10-20150709
 
uji KLT daun kelor.pdf
uji KLT daun kelor.pdfuji KLT daun kelor.pdf
uji KLT daun kelor.pdf
 
Review materi jurnal kimia
Review materi jurnal kimiaReview materi jurnal kimia
Review materi jurnal kimia
 
UPP Atropin Sulfat Injeksi 0.5 mg.fix.pptx
UPP Atropin Sulfat Injeksi 0.5 mg.fix.pptxUPP Atropin Sulfat Injeksi 0.5 mg.fix.pptx
UPP Atropin Sulfat Injeksi 0.5 mg.fix.pptx
 
Kimia Organik Bahan Alam (Alkaloid)
Kimia Organik Bahan Alam (Alkaloid)Kimia Organik Bahan Alam (Alkaloid)
Kimia Organik Bahan Alam (Alkaloid)
 
FLAVONOID PART II.pptx
FLAVONOID PART II.pptxFLAVONOID PART II.pptx
FLAVONOID PART II.pptx
 
ppt aglaia.pptx
ppt aglaia.pptxppt aglaia.pptx
ppt aglaia.pptx
 
Review Jurnal Kromatografi Gas
Review Jurnal Kromatografi GasReview Jurnal Kromatografi Gas
Review Jurnal Kromatografi Gas
 
Farmakoqnosi Terpenoid
Farmakoqnosi TerpenoidFarmakoqnosi Terpenoid
Farmakoqnosi Terpenoid
 
biochemi
biochemibiochemi
biochemi
 
221 301-1-pb
221 301-1-pb221 301-1-pb
221 301-1-pb
 
Th6
Th6Th6
Th6
 
mentahan ppt upp.pptx
mentahan ppt upp.pptxmentahan ppt upp.pptx
mentahan ppt upp.pptx
 
artikel review standarisasi bahan alam farmasi
artikel review standarisasi bahan alam farmasiartikel review standarisasi bahan alam farmasi
artikel review standarisasi bahan alam farmasi
 
Pemeriksaan_Kadar_Zinc_pada_Tablet_secar.pptx
Pemeriksaan_Kadar_Zinc_pada_Tablet_secar.pptxPemeriksaan_Kadar_Zinc_pada_Tablet_secar.pptx
Pemeriksaan_Kadar_Zinc_pada_Tablet_secar.pptx
 
Daun kemuning
Daun kemuningDaun kemuning
Daun kemuning
 
Materi Terpenoid 2 fitokimia farmasi dasar
Materi Terpenoid 2 fitokimia farmasi dasarMateri Terpenoid 2 fitokimia farmasi dasar
Materi Terpenoid 2 fitokimia farmasi dasar
 
Resume Jurnal Antiinflamasi.pdf
Resume Jurnal Antiinflamasi.pdfResume Jurnal Antiinflamasi.pdf
Resume Jurnal Antiinflamasi.pdf
 
Jurnal kefarmasian indonesia
Jurnal kefarmasian indonesiaJurnal kefarmasian indonesia
Jurnal kefarmasian indonesia
 

Recently uploaded

Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...laila16682
 
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratpriumkekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratpriumfebrie2
 
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaModul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaAnggrianiTulle
 
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxresidentcardio13usk
 
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptxR6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptxmagfira271100
 
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxMateri Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxIKLASSENJAYA
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfssuser4743df
 
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipaLKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipaBtsDaily
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfkaramitha
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxSyabilAfandi
 
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)ratnawijayanti31
 

Recently uploaded (11)

Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
 
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratpriumkekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
 
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaModul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
 
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
 
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptxR6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
 
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxMateri Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
 
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipaLKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
 
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
 

ANTI KANKER 1-BENZOIL-3-FENIL-THIOUREA

  • 1. SINTESIS SENYAWA 1-BENZOYL-3-PHENYL-THIOUREA SEBAGAI KANDIDAT ANTI KANKER Ruswanto, Tresna Lestari Prodi Farmasi, STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya email : ruzhone@gmail.com Abstract Thiourea is one of the compounds that are useful in studies of new drug discovery. Some thiourea derivatives have potent pharmacological activity as anticancer [1-9]. 1-benzoyl-3–Phenylthiourea compound has been synthesized through acylation reaction between benzoyl chloride with 1-Phenylthiourea using tetrahydrofuran as solvent and triethylamine as catalyst by reflux and stirring for 6 hours . Synthesis results obtained percentage is 89 % . The purity of the synthesis results indicated the presence of a single stain on TLC and narrow melting range . From the characterization by UV spectrophotometry , infrared spectroscopy, 1-HNMR spectroscopy and mass spectroscopy can be concluded that the resulting compound is 1-benzoyl-3- phenylthiourea structure. From the in vitro test obstained IC-50 of 1-benzoyl-3-phenyl thiourea on HeLa cells at 702 g/ml, and IC-50 on MCF-7 cells at 398 g/ml. Keyword : Thiourea, anticancer, HeLa cells, MCF-7 cells 1. PENDAHULUAN Kanker merupakan penyebab kematian kedua setelah penyakit kardiovaskular. Di Amerika Serikat kanker merupakan penyebab utama kematian pada wanita antara 30 – 54 tahun dan anak-anak antara 3 – 14 tahun [10]. Menurut World Health Organization (WHO), setiap tahun jumlah penderita kanker di dunia berjumlah 625 juta orang dan dalam waktu 10 tahun diperkirakan 9 juta orang akan meninggal setiap tahun akibat kanker, dua pertiga dari penderita kanker di dunia berada di Negara yang sedang berkembang [11]. Kanker adalah suatu penyakit yang terjadi pada pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal, cepat, dan tidak terkendali. Kanker dapat tumbuh di semua jaringan tubuh seperti sel kulit, sel hati, sel darah, sel otak, sel lambung, sel usus, sel paru dan berbagai macam sel tubuh lainnya. Oleh karena, dikenal bermacam-macam jenis kanker menurut sel atau jaringan asalnya [12]. Untuk pengobatan kanker, salah satu metoda yang umum digunakan adalah khemoterapi, yaitu dengan menggunakan obat anti kanker untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan sel kanker. Obat-obatan dalam khemoterapi dapat dikelompokkan menjadi alkylating agent, anti-metabolite, inhibitor mitosis, inhibitor topoisomerase, anti tumor dan antibiotic [13]. Metode khemoterapi umumnya dapat menyebabkan beberapa efek samping antara lain rambut rontok, mulut kering, diare, mual dan muntah, kehilangan nafsu makan dan kelelahan [14]. Oleh karena itu, maka masih diperlukan penelitian-penelitian dalam rangka untuk menemukan obat anti kanker baru yang lebih aktif, selektif dan efek samping minimal dari berbagai sumber, salah satunya yaitu melalui sintesis obat anti kanker. Tiourea merupakan salah satu zat yang berguna dalam penelitian-penelitian obat. Dari beberapa penelitian sebelumnya telah diteliti bahwa turunan tiourea memiliki aktivitas farmakologis yang poten seperti, anti- HIV/antivirus [15], antitubercular [17], analgesik [16] dan sifat antikanker [1-9]. Dalam penelitiannya, Nakisah telah membuktikan bahwa senyawa 2-[3-(2-Methyl- benzoyl)-thioureido]-acetic acid dan 2-[3-(4- Methyl-benzoyl)-thioureido]-acetic acid mempunyai aktivitas untuk melawan sel MCF- 7. Pelin dan kawan-kawan juga telah melakukan penelitian dengan judul Synthesis and evaluation of antiviral, antitubercular and
  • 2. anticancer activities of some novel thioureas derived from 4-aminobenzohydrazide hydrazones. Dari hasil penelitian ini dibuktikan bahwa senyawa turunan tiourea yang disintesis mempunyai sifat sitotoksis pada sel HeLa. Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti telah mensintesis senyawa 1-benzoil-3- feniltiourea mengkarakterisasi dan menguji sitotoksisitas terhadap kultur sel kanker secara in vitro sehingga akan dapat diketahui senyawa 1-benzoil-3-feniltiourea dalam menghambat pertumbuhan dan membunuh kultur sel kanker, contohnya sel HeLa dan MCF-7. 2. METODE PENELITIAN Sintesis senyawa 1-Benzoyl-3-phenyl-thiourea Sebanyak 0,05 mol N-phenylthiourea dicampurkan dengan 25 mL pelarut Tetrahidrofuran di dalam labu alas datar 250 ml. Tambahkan 3 ml Trietilamin sebagai katalis. Kemudian benzoil klorida sebanyak 0,025 mol dalam 15 ml tetrahidrofuran diteteskan menggunakan corong pisah ke dalam campuran dalam labu alas datar pada suhu 80o – 90o C sambil diaduk dengan magnetic stirrer selama 30 menit. Selanjutnya campuran di refluks selama 5 jam. Kemudian hasil refluks diuapkan menggunakan evaporator sampai pelarut habis. Hasil reaksi yang telah didapat ditambah larutan Natrium bikarbonat jenuh sambil diaduk sampai tidak berbusa. Residu dicuci menggunakan aquades sebanyak 100 mL, setelah itu disaring dengan corong Buchner. Hasil reaksi diuji dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) menggunakan eluen campuran metanol : etil asetat (3 : 1). Setelah dielusi, plat dikeringkan dan dilihat nodanya pada lampu UV 254 nm kemudian dihitung Rf-nya [18]. Selanjutnya hasil sintesis direkristalisasi dengan cara menambahkan etanol 96% panas kepada hasil sintesis hingga tepat larut, kemudian disaring segera menggunakan corong Buchner panas dengan bantuan penghisapan pompa vakum. Filtrat yang diperoleh didinginkan hingga terbentuk kristal dalam jumlah yang optimal, kemudian disaring. Kristal yang diperoleh dikeringkan dalam oven, ditimbang, dan dihitung rendemennya [19]. Uji Kemurnian hasil sintesis Untuk menguji kemurnian dilakukan dengan cara : (1) teknik kromatografi lapis tipis. (2) penentuan titik lebur. Karakterisasi Fisiko Kimia hasil sintesis Senyawa yang terbentuk selanjutnya dianalisis dengan metode spektroskopi UV-vis, IR, NMR, dan, MS untuk mendapatkan informasi mengenai struktur molekul senyawa yang diperoleh. Uji secara in vitro senyawa 1-benzoil-3- feniltiourea sebagai sebagai anti kanker Uji Sitotoksik metode MTT (Microculture Tetrazolium Salt). Sel HeLa/MCF-7 disuspensikan dengan kepadatan 3 x 104 sel / sumuran sebanyak 100 μl kemudian sel dimasukkan pada mikroplate 96 sumuran berbeda diinkubasikan dalam inkubator CO2 5 % pada suhu 37o C selama 24 jam, sumuran-sumuran yang berisi suspensi sel tersebut ditambahkan 100 μl larutan uji yaitu senyawa 1-benzoil-3-feniltiourea dalam medium tiap sumuran sehingga diperoleh kadar akhir sampel dengan variasi konsentrasi tertentu (250 ; 125 ; 62,5 ; 31,25 ; 15,625) μg/ml tiap sumuran, sebagai kontrol digunakan sel tanpa penambahan larutan uji kemudian sel tersebut diinkubasikan pada inkubator CO2 5% pada suhu 37o C selama 24 jam dan pada akhir inkubasi medium masing-masing sumuran dibuang dan dicuci dengan FBS (Fetal Bovine Serum) kemudian ditambahkan 100 μl media baru dan 10 μl MTT 5 mg/ml dalam FBS (Fetal Bovine Serum). Mikroplate diinkubasikan kembali selama 4 jam pada inkubator CO2 5% pada suhu 37o C. Sel hidup akan bereaksi dengan MTT membentuk formazan berwarna ungu dan untuk menghentikan reaksi antara sel dengan MTT (Microculture Tetrazolium Salt) serta melarutkan formazan maka ditambahkan 100 μl SDS (Sodium Dodecyl Sulphate) 10% dalam 0,01 N HCl, diinkubasikan selama 24 jam pada suhu kamar dan serapan dibaca dengan menggunakan ELISA reader pada panjang gelombang 595 nm.
  • 3. Analisis data. Nilai % kematian yang terjadi karena pemberian senyawa uji untuk setiap variasi konsentrasi adalah jumlah sel mati dihitung dengan menggunakan rumus : % sel hidup = [(Absobansi sampel- media)/(Absobansi sel – media)] x 100% % sel mati = 100% - % sel hidup IC50 adalah kadar yang menyebabkan kematian 50% populasi sel HeLa. IC50 dihitung dengan persamaan y = a + bx, dengan y adalah % kematian sel dan x adalah kadar. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Organoleptis Pemeriksaan hasil reaksi dilakukan dengan cara mengamati ciri-ciri organoleptisnya. Hasil pemeriksaan organoleptis dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Organoleptis Senyawa Hasil Sintesis Pemeriksaan Hasil Pengamatan Bentuk Warna Bau Kristal ringan putih - Uji Kemurnian Hasil Kromatografi Lapis Tipis Uji kemurnian dengan kromatografi lapis tipis dilakukan untuk mengetahui kemurnian hasil reaksi antara benzoil klorida dengan 1-feniltiourea. Uji kemurnian dengan kromatografi lapis tipis ini dilakukan dengan menggunakan tiga macam eluen yang berbeda tingkat kepolarannya yaitu metanol-kloroform (8:1), metanol-etil asetat (3:1) dan etanol-n- heksan (3:1). Uji kemurnian dengan kromatografi lapis tipis dilakukan sebanyak tiga kali untuk masing-masing eluen. Parameter kemurnian senyawa hasil sintesis dengan cara kromatografi lapis tipis adalah adanya noda tunggal di bawah sinar ultraviolet 254 nm dan perbandingan nilai Rf senyawa hasil sintesis dengan nilai Rf senyawa 1-feniltiourea. Hasil uji kemurnian dengan kromatografi lapis tipis dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3. Tabel 2. Hasil Kromatografi Lapis Tipis Senyawa Hasil Sintesis No. Jenis Eluen Rf Jumlah Noda Warna noda 1 Metanol : Kloroform (8:1) 0,750 0,750 0,750 1 Ungu 2 Metanol : Etil Asetat (3:1) 0,820 0,825 0,825 1 Ungu 3 Etanol : n- Heksan (3:1) 0,900 0,875 0,875 1 Ungu Tabel 3. Hasil Kromatografi Lapis Tipis Senyawa 1-Feniltiourea No. Jenis Eluen Rf Jumlah Noda Warna Noda 1 Metanol : Kloroform (8:1) 0,900 1 Ungu 2 Metanol : Etil Asetat (3:1) 0,750 1 Ungu 3 Etanol : n- Heksan (3:1) 0,850 1 Ungu Berdasarkan hasil kromatografi lapis tipis dengan tiga jenis eluen menunjukkan bahwa senyawa hasil reaksi antara benzoil klorida dengan 1-feniltiourea adalah murni. Hal ini ditunjukkan dengan adanya noda tunggal pada plat KLT di bawah lampu UV 254 nm. Berdasarkan hasil kromatografi lapis tipis diketahui bahwa senyawa hasil sintesis memiliki nilai Rf yang berbeda dengan senyawa induknya yaitu 1-fenil tiourea, sehingga dapat disimpulkan bahwa reaksi sintesis telah membentuk senyawa baru. Hasil Penentuan Jarak Lebur Penentuan jarak lebur senyawa hasil sintesis dilakukan dengan menggunakan alat penentu jarak lebur Electrothermal 9100. Pengukuran jarak lebur dilakukan triplo yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.
  • 4. Tabel 4. Hasil Pengukuran Jarak Lebur Senyawa Hasil Sintesis Replikasi Jarak Lebur (o C) 1 2 3 140-142 140-142 140-142 Jarak lebur senyawa hasil sintesis memiliki rentang yang sempit karena jaraknya tidak lebih dari 2o C. Senyawa yang memiliki jarak lebur yang sempit adalah senyawa yang murni. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa senyawa hasil sintesis adalah senyawa murni. Hasil Karakterisasi dan Identifikasi Struktur Senyawa Hasil Sintesis Hasil Spektrofotometri Ultra Violet Karakterisasi dan identifikasi struktur senyawa hasil sintesis menggunakan spektrofotometri Ultra Violet dilakukan untuk mengetahui adanya gugus kromofor dan pergeseran panjang gelombang dari senyawa hasil sintesis yang dibandingkan terhadap senyawa induk, yaitu senyawa 1-feniltiourea. Spektrum ultra violet senyawa hasil sintesis dan senyawa 1-feniltiourea dapat dilihat pada Gambar 4.2 dan Gambar 4.3. Gambar 1. Spektrum Ultra Violet 1-feniltiourea dalam pelarut etanol (λmaks = 288,5 nm) Gambar 2. Spektrum Ultra Violet Senyawa Hasil Sintesis dalam pelarut etanol (λmaks = 307 nm) Hasil Spektrofotometri Infra Merah Pembuktian terbentuknya senyawa baru dapat dibantu dengan data spektrofotometri Infra merah. Berdasarkan hasil identifikasi dengan spektrofotometri Infra merah diperoleh gugus-gugus fungsi penyusun senyawa hasil sintesis yang dapat dilihat dari bilangan gelombang (cm-1 ) pada spektrum [20]. Gambar 3. Hasil Spektrum Infra merah Senyawa Hasil Sintesis NH O NH S
  • 5. N H O N H S c d c b b a e f g h g f Tabel 5. Bilangan Gelombang Spektrun Infra Merah Senyawa Hasil Sintesis Gugus fungsi Bilangan Gelombang Hasil sintesis (cm-1 ) Ulur –NH 3370,96 3313,11 Ulur C=O 1673,91 Ulur C=S 1153,2 Dari spektrum pada Gambar 4.3 teridentifikasi gugus-gugus fungsional utama yang terdapat pada senyawa 1-benzoil-3- feniltiourea. Gugus fungsional yang teridentifikasi pada senyawa tersebut diantaranya gugus –NH, C=O dan C=S yang terbukti ada pada senyawa hasil sintesis. Dengan demikian diperkirakan 1-benzoil-3- feniltiourea terbentuk dari hasil sintesis. Hasil Spektrofotometri Resonansi Magnet Inti (H-NMR) Identifikasi lainnya dilakukan menggunakan Spektrofotometri Resonansi Magnet Proton (H-NMR). Gambar 4. Hasil Spektrum Spektrofotometri 1 H-NMR Senyawa Hasil Sintesis a e b f d c g h Gambar 5. Hasil Spektrum Spektrofotometri Massa
  • 6. Cl O N H H2N S NH O NH S HCl 1-phenylthiourea 3-benzoyl-1-phenylthiourea + benzoyl chloride + Analisis Spektrum spektrofotometri 1 H- NMR dilakukan untuk mengetahui posisi atom H, jumlah atom H dan lingkungan sekitar atom H. Dilihat dari hasil analisis spektrum di atas, senyawa hasil sintesis mempunyai 12 atom H dengan posisi berbeda-beda yang ditandai dengan pergeseran kimia yang berbeda dan multipisitas yang berbeda juga. Jumlah atom H tersebut sama dengan jumlah atom H yang berada pada struktur senyawa 1-benzoil-3- feniltiourea. Hasil Spektrofotometri Massa Selain itu untuk memperkuat dugaan senyawa hasil sintesis maka dilakukan juga identifikasi struktur dengan menggunakan spektrofotometri massa untuk mengetahui berat molekul sesungguhnya. Berdasarkan hasil spektrum diatas diperoleh satu berat molekul dengan puncak tertinggi yaitu 257,0748. Pembacaan hasil spektrofotometri massa dilakukan dengan menjumlahkan M+1 yaitu 256,07( BM hasil perhitungan) + 1 sehingga diperoleh 257,07 mendekati 257,0748. Dengan demikian terbukti bahwa senyawa hasil sintesis yaitu senyawa 1- benzoil-3-feniltiourea telah terbentuk dari proses sintesis jika dilihat dari beberapa identifikasi menggunakan beberapa macam spektrofotometer. Persen Hasil Sintesis Senyawa 1-benzoil-3-fenil tioure disintesis berdasarkan reaksi asilasi antara senyawa benzoil klorida dan senyawa 1- feniltiourea. Gambar 6. Reaksi asilasi antara benzoil klorida dan 1-feniltiourea Dari hasil reaksi antara 0,025 mol benzoil klorida dan 0,05 mol 1-fenil- tiourea yang direaksikan, diperoleh Kristal putih sebanyak 5,696 gram sehingga diperoleh persen hasil sintesis sebesar 89 % dari hasil teoritis, yaitu 6,4 gram. Uji Aktivitas Sel Kanker Untuk mengetahui aktivitas antikanker dari senyawa 1-benzoil-3-fenil tiourea maka senyawa hasil sintesis diuji invitro dengan cara menguji sitotoksisitasnya menggunakan metoda MTT pada sel HeLa dan sel MCF-7 . Tabel 6. Data absorbansi dan perhitungan % kematian sel HeLa Konsentrasi Abs. sampel Kontrol sel Kontrol media (samp - media) A (sel - media) B A/B % sel hidup % sel mati 500 0,385 0,530 0,067 0,319 0,463 0,687 69 31 250 0,419 0,530 0,067 0,352 0,463 0,760 76 24 125 0,503 0,530 0,067 0,437 0,463 0,942 94 6 62,5 0,548 0,530 0,067 0,481 0,463 1,039 104 -4 31,25 0,537 0,530 0,067 0,471 0,463 1,016 102 -2 IC-50 702 g/ml
  • 7. Tabel 7. Data absorbansi dan perhitungan % kematian sel MCF-7 Konsentrasi Abs. sampel Kontrol sel Kontrol media (samp - media) A (sel - media) B A/B % sel hidup % sel mati 250 0,272 0,372 0,096 0,176 0,276 0,638 64 36 125 0,279 0,372 0,096 0,184 0,276 0,665 66 34 62,5 0,321 0,372 0,096 0,225 0,276 0,815 82 18 31,25 0,298 0,372 0,096 0,202 0,276 0,732 73 27 15,625 0,332 0,372 0,096 0,236 0,276 0,854 85 15 IC-50 398 g/ml Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa besarnya IC-50 senyawa 1-benzoil-3-fenil tiourea pada sel HeLa sebesar 702 g/ml sedangkan IC-50 pada sel MCF-7 sebesar 398 g/ml. Maka dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa senyawa 1-benzoil-3-fenil tiourea mempunyai aktivitas anti kanker pada sel MCF-7 lebih besar daripada sel HeLa. 4. KESIMPULAN Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa senyawa 1-benzoil- 3-fenil tiourea dapat disintesis dari reaksi antara benzoil klorida dengan 1-fenil tiourea. Dan persen hasil yang diperoleh sebesar 89% (5,696 gram). Dari hasil karakterisasi dengan spektrofotometri UV, spektroskopi infra merah, spektroskopi 1 HNMR dan spektroskopi massa juga dapat disimpulkan bahwa senyawa yang dihasilkan merupakan struktur dari senyawa 1- benzoil-3-fenil tiourea. Sedangkan dari uji invitro dihasilkan besarnya IC-50 senyawa 1- benzoil-3-fenil tiourea pada sel HeLa sebesar 702 g/ml sedangkan IC-50 pada sel MCF-7 sebesar 398 g/ml. Saran Untuk lebih meningkatkan aktivitas senyawa 1-benzoil-3-fenil tiourea sebagai kandidat antikanker maka disarankan untuk memodifikasi struktur 1-benzoil-3-fenil tiourea, mensintesis dan di uji invitro sehingga dapat dihasilkan turunan senyawa 1-benzoil-3- feniltiourea yang mempunyai aktivitas yang sangat baik sebagai kandidat antikanker. 5. UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian ini dilaksanakan atas biaya Program Hibah Penelitian Dikti Skema Penelitian Dosen Pemula Tahun Anggaran 2013. 6. REFERENSI [1] Karakuş S, Küçükgüzel ŞG, Küçükgüzel İ, De Clercq E, Pannecouque C, Andrei G, Snoeck R, Ş ahin F, Bayrak Ö F. 2009. Synthesis, antiviral and anticancer activity of some novel thioureas derived from N- (4-nitro-2-phenoxyphenyl)-methanesulfona mide. Eur J Med Chem; 44(9): 3591-3595. [2] Liu J, Song B, Fan H, Bhadury PS, Wan W, Yang S, Xu W, Wu J, Jin L, Wei X, Hu D, Zeng S. 2010. Synthesis and in vitro study of pseudo-peptide thioureas containing α- aminophosphonate moiety as potential antitumor agents. Eur J Med Chem ; 45(11): 5108-5112. [3] Li HQ, Lv PC, Yan T, Zhu HL. 2009. Urea/Thiourea derivatives as anticancer agents. Anticancer Agents Med Chem. China. [4] Nakisah, J. W. Tan, and Y.Mohd Shukri. 2011. Anti-Cancer Activities of Several Synthetic Carbonylthiourea Compounds on MCF-7 Cells. UMTAS Malaysia. [5] Manjula, S.N., Noolvi, N.M., Parihar, K.V., Reddy, S.A.M., Ramani, V. & Gadad, A.K. 2009. Synthesis and antitumor activity of optically active thiourea and their 2-aminobenzothiazole derivatives: A novel class of anticancer agents. European
  • 8. Journal of Medicinal Chemistry 44: 2923– 2929. [6] Furuta, T.; Sakai, T.; Senga, T.; Osawa, T.; Kubo, K.; Shimizu, T.;Suzuki, R.; Yoshino, T.; Endo, M.; Miwa. 2006. A. Identification of potent and selective inhibitors of PDGF receptor autophosphorylation. J. Med. Chem. 47(8), 2186-2192. [7] Lee, J.; Lee, J.; Kang, M.; Shin, M.; Kim, J.M.; Kang, S.U.; Lim, J.O.; Choi ,H.K.; Suh, Y.G.; Park, H.G.2003. N-(3-Acyloxy- 2-benzylpropyl)-N¢-[4-(methylsulfonyl amino)benzyl]thiourea analogues : novel potent and high affinity antagonists and partial antagonistsof the vanilloid receptor. J. Med. Chem. 46(14), 3116-3126. [8] Pelin Çıkla, Ş. Güniz Küçükgüze1, İlkay Küçükgüze1, Sevim Rolla1, Erik De Clerc2, Christophe Pannecouqu2, Graciela Andre2, Robert Snoec2, Fikrettin Şahi3, Ömer Faruk Bayra3. 2010. Synthesis and evaluation of antiviral, antitubercular and anticancer activities of some novel thioureas derived from 4- aminobenzohydrazide hydrazones. Marmara Pharmaceutical Journal. 14: 13- 20. [9] Huan-Qiu Li, Peng-Cheng Lv, Tao Yan and Hai-Liang Zhu. 2009. Urea Derivatives as Anticancer Agents. Anti-Cancer Agents in Medicinal Chemistry. 9, 471-480. [10] Nafrialdi, G.S. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi IV. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Hal. 686 – 690, 699. [11] Ratna. Apa yang harus anda ketahui tentang kanker. http://www.indosiar.co.id /info medis. 9 Desember 2005. [12] Dalimarta, S. 2003. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid II. Puspa Swara. Jakarta. Hal. 145 – 147. [13] Bhosle, J. & Hall, G. 2006. Principles of cancer treatment by chemotherapy. Surgery. 24: 66-69. [14] Goldwein, J.W. & Vachani, C. 2006. Chemotherapy: The basics. Oncolink http://www.oncolink.org/treatment/article. [accessed on August 17, 2009]. [15] Bell FW, Cantrell AS, Högberg M, Jaskunas SR, Johansson NG, Jordan CL, Kinnick MD, Lind P, Morin JM, Noreen R, Öberg B, Palkowitz JA, Parrish CA, Pranc P, Sahlberg C, Ternansky RJ, Vasileff RT, Vrong L, West SJ, Zhang H, Zhou XX. Phenethylthiazolethiourea (PETT) compounds, a new class of HIV-1 reverse transcriptase inhibitors. 1.Synthesis and basic structure-activity relationship studies of PETT analogs. J Med Chem 1995; 38(25): 4929-4936. [16] Sriram D, Yogeeswari P, Madhu K. 2006. Synthesis and in vitro antitubercular activity of some 1-[(4-sub)phenyl]-3-(4- {1-[(pyridine-4-carbonyl) hydrazono] ethyl}phenyl) thiourea. Bioorg Med Chem Lett. 16: 876–878. [17] Kesuma, Dini., Harry Santosa. 2009. Sintesis Senyawa 2,4- diklorobenzoiltiourea dari 2,4- diklorobenzoil klorida dan Tiourea Sebagai Calon Obat Central Nervous System Depressant Melalui Proses Refluks. Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia, SNTKI . [18] Pudjono, et al. 2002. Sintesis Dibenzoil Resorsinol dari Benzoil Klorida dan Resorsinol melalui Modifikasi Metode Schotten-Baumann. Sigma, Vol.5 No. 1 : 61-68. [19] Sitorus, Marham. 2009. Spektroskopi Elusidasi Struktur Molekul Organik. Yogyakarta : Graha Ilmu. Hal 35-36.