Atropin sulfat injeksi 0,5 mg/ml merupakan sediaan injeksi yang mengandung atropin sulfat sebagai zat aktifnya. Atropin sulfat bekerja sebagai antagonis reseptor muskarinik untuk mengurangi efek asetilkolin. Sediaan ini digunakan untuk indikasi bradikardi dan sebagai antidot untuk racun organofosfat dan karbamat.
1. ATROPIN SULFAT INJEKSI
0,5 mg/mL
Oleh :
NURDIANA KHAMARDI PUTRI
NPM 21181055
Pembimbing :
Dr. Patonah, M.Si., Apt.
2. Atropin Sulfat
Mengandung tidak kurang dari 98,5% dan tidak lebih
dari 101,0% (C17H23NO3)2.H2SO4, dihitung terhadap
zat anhidrat
Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur; putih;
tidak berbau; mengembang di udara kering;
perlahan-lahan terpengaruh oleh cahaya
Pemerian
Sangat mudah larut dalam air; mudah larut
dalam etanol, terlebih dalam etanol
mendidih; mudah larut dalam gliserin (FI V,
2014 : hal 190-191)
Kelarutan
3. Atropin Sulfat Injeksi
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi
atau suspense yang harus dilarutkan atau
disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang
disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam
kulit atau melalui kulit atau selaput lendir (FI III, 1979:
hal 13)
Atropine Sulfate injeksi merupakan golongan obat keras
(BPOM RI, 2017).
Tanda khusus untuk obat keras adalah lingkaran bulat
berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam
dengan huruf K yang menyentuh garis tepi (KepMenKes
RI Nomor : 02396/A/SK/VIII/86).
4. Golongan
Kimia
Bentuk
senyawa
aktif
Golongan
Farmakologi
Kekuatan
Amina alkaloid tersier
(Katzung, 2012: hal 115).
Atropin sulfat merupakan bentuk
garamnya
Karena kelarutan atropin yaitu
sangat sedikit larut dalam air,
sedangkan kelarutan atropin sulfat
sangat larut dalam air (BP, 2009;
hal 470).
Atropine sulfat injeksi 0,5 mg/ml
Antimuskarinik, antispasmodik
(AHFS, 2011).
Uraian dan Analisis Farmakologi
Mekanisme
Kerja
Antagonis reseptor muskarinik
mengurangi efek ACh dengan
menghambat secara kompetitif
ikatannya dengan reseptor
kolinergik muskarinik (Brunton, et
al, 2008 : hal 119).
5. Cepat dan terserap
dengan baik setelah injeksi
IM
Sekitar 30-50%
diekskresikan dalam urin
tidak berubah.
Diekskresikan terutama
melalui ginjal
Didistribusikan dengan
cepat dan merata ke
seluruh tubuh, termasuk
CNS, ASI, placenta
Melalui hati
ADME
Nasib Obat dalam Tubuh
8. Dosis dan Perhitungan
Indikasi Bradikardi
Secara IV
0,5 mg; dapat mengulangi dosis pada interval 3-5 menit hingga dosis total 3 mg (AHFS, 2011).
0,5 mg
0,5 mg
x 1 ml = 1 ml (1 ampul)
9. Interaksi Obat
Interaksi Obat Bukti Klinis Mekanisme Penatalaksanaan
Phenylephrine Phenylephrine
meningkatkan
tekanan darah
diastolik dan sistolik
setelah menggunakan
atropin
Phenylephrine menyebabkan
vasokonstriksi, yang dapat
meningkatkan tekanan
darah. jika mekanisme
kolinergik ini diblokir oleh
atropin atau antimuskarinik
lainnya, peningkatan tekanan
darah sebagian besar tidak
terkontrol
Menggunakan konsentrasi
phenylephrine yang lebih
rendah
(Baxter, 2008; hal 889-890).
10. Simpan pada suhu ruang
terkontrol 15°-30°C (59°
F hingga 86° F); hindari
pembekuan. Dan harus
dilindungi dari cahaya
(DIH, 2009).
Kehamilan : Kategori C
Ibu menyusui : Berhati-
hati
Pediatrik : Rentan toksik
Geriatri : Rentan efek
atropin
Gangguan hati dan
ginjal
Neuropati
Down Syndrome
Hipertensi
Hipertiroidisme
Kondisi Khusus
Perhatian
Penyimpanan
11. Analisis Preformulasi, Formulasi
dan Usulan Formula
Formula Utama (Niazi, 2009)
R/ Atropin sulfat 0,525 mg
Asam asetat 0,0003 mL
Na asetat 1,20 mg
NaCl 6,50 mg
Na metabisulfit 1,00 mg
API ad 1 mL
Gas nitrogen qs
Formula Umum (Lachman,1986)
• Zat aktif
• Eksipien
Pelarut
Pengawet
Dapar
Zat pembuat tonisitas
12. Perhitungan Formula
• Dibuat injeksi atropin sulfat 0,5 mg/ml sebanyak 100 ampul
• Total pembuatan = 1 ml x 100 ampul = 100 ml
• Dilebihkan 10 % = 110 ml
• Atropin sulfat 0,525 mg =
0,525 mg
1 ml
x 110 ml = 57,75 mg
• Asam asetat 0,0003 ml =
0,0003 ml
1 ml
x 110 ml = 0,033 ml
• Na asetat 1,20 mg =
1,20 mg
1 ml
x 110 ml = 132 mg
• NaCl 6,50 mg =
6,50 mg
1 ml
x 110 ml = 715 mg
• Na metabisulfit 1,0 mg =
1,0 mg
1 ml
x 110 ml = 110 mg
• Aq Pro Injeksi = ad 110 ml
• Nitrogen gas = qs
13. Prosedur Pembuatan dan
IPC
1. Didihkan air pro injeksi, kemudian didinginkan
pada suhu kamar
2. Tambahkan item 1 hingga 5, satu per satu, dengan
pencampuran yang kuat.
3. Ukur pH 4,0 hingga 6,0
4. Filter menggunakan filter ukuran 0,22 μm.
5. Isi 1,1 mL ke dalam ampul kaca tipe I.
6. Sterilisasi akhir pada suhu 116oC selama 30
menit.
7. Sediaan di evaluasi kejernihan dan sterilitas
• Uji Kejernihan dan Warna
• Pemeriksaan pH
• Pemeriksaan Bahan Partikulat
14. Uji Mutu Farmasetik
Sediaan Akhir
o Uji Sterilitas
o Uji Endotoksin Bakteri
o Uji Pirogen
Evaluasi Biologi
o Identifikasi secara
kromatografi lapis tipis
o Penetapan kadar dengan cara
KCKT
Evaluasi Kimia
o Penetapan Volume Injeksi dalam
Wadah
o Pemeriksaan Bahan Partikulat
o Pemeriksaan pH
o Evaluasi kejernihan
o Uji Kebocoran
Evaluasi Fisik
15. Gugus Fungsi, Jenis Ikatan
& Rangka Molekul
• Gugus fungsi
Alkohol
Ester
• Jenis ikatan
Ikatan kovalen
• Rangka molekul
Tropan Alkaloid
16. Text Text Text
Add Text Text Text Text
Add Text Text Text Text
Add Text Text Text Text
Data Spektrofotometri UV
Konsentrasi 50 mg/100 mL
17. Data Spektrofotometri IR
Frekuensi
(cm -1)
Daerah
3070 OH (ikatan hidrogen)
2930 CH (stretch)
2810 N-CH3
1725
O
II
O-C-R (ester)
1595, 1580 C=C aromatic
1155, 1030 C-O-C (eter)
770,725,690
5H (mono substituted
aromatics)
18. Stabilitas dan Kemurnian
Stabilitas : Penguraian pada suhu kamar
terjadi sangat lambat. Hidrolisis atropin dikatalisis
oleh ion hidrogen dan ion hidroksida. Pada suhu
25oC, laju hidrolisis minimal pada pH 3,8. Pada pH
1,2 atropin akan rusak sebanyak 3%; dan sekitar pH
5,6 tingkat degradasi sebanayak 21%. Atropine sulfat
secara perlahan dipengaruhi oleh cahaya (Codex,
2002; hal 749).
Kemurnian : Atropin sulfat mengandung
tidak kurang dari 98,5% dan tidak lebih dari
101,0% (C17H23NO3)2.H2SO4, dihitung terhadap zat
anhidrat.
Jarak lebur : Tidak lebih rendah dari 187o;
lakukan penetapan setelah dikeringkan pada suhu
120o selama 4 jam.
Rotasi optik : Antara -0,60o dan + 0,05o (FI V,
2014 : hal 190-191).
19. Metode-Metode Analisis dalam
Pengujian Mutu Bahan Baku & Sediaan
• Identifikasi secara
kromatografi lapis tipis
• Penetapan kadar
dengan cara KCKT
Metode Analisis
Pengujian Mutu
• Metode Utama
Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi
• Metode Alternatif
Spektrofotometri UV
Usulan Pengujian
Mutu
20. Daftar Pustaka
Aberg, J.A., Lacy,C.F, Amstrong, L.L, Goldman, M.P, and Lance, L.L. (2009). Drug Information Handbook, 17th edition. America: Lexi-Comp for the American
Pharmacists Association.
Baxter, K. (Ed.). (2008). Stockley’s Drug Interactions 8th edition. London UK : Pharmaceutical Press.
British Pharmacopoeia. (2009). British Pharmacopoeia. Volume 1 & 2. London: The British Pharmacopoeia Commission.
Brunton, L., K. Parker, D. Blumenthal, L. Buxton. (2008). Goodman & Gilman’s Manual of Pharmacology and Therapeutic. NewYork: McGrawHill.
Depkes RI. (1979). Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
Depkes RI. (2014). Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Dibbern, H.W., R.M. Muller, E. Wirbitzki. (2002). UV and IR Spectra: Pharmaceutical Subtances (UV and IR) and Pharmaceutical and Cosmetic Excipients
(IR). Germany : Editio Cantor Verlag.
Florey, K. (1986). Analitical Profiles of Drugs Substance, vol. 14. New York : Academic Press Inc.
Katzung, B.G. (2012). Basic & Clinical Pharmacology 12th ed. USA: McGraw Hill Companies.
McEvoy, Gerald K. (2011). AHFS Drug Information Essential. Bethesda, Maryland : American Society of Health System Pharmacists®.
Menkes RI. (1986). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 02396/A/SK/VIII/86 tentang Tanda Khusus Obat Keras Daftar G. Jakarta :
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
Niazi, Sarfaraz K. (2009). Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations Steril Products, Volume Six Second Edition. New York : Informa
healthcare.
Sweetman, Sean C., et al., (2009). Martindale The Complete Drug Reference Thirty-sixth edition. London : Published by the Pharmaceutical Press.