Successfully reported this slideshow.
Your SlideShare is downloading. ×

Laporan praktikum kromatografi 3 (klt)

Ad
Ad
Ad
Ad
Ad
Ad
Ad
Ad
Ad
Ad
Ad
LAPORAN PRAKTIKUM KROMATOGRAFI
ANALISIS PIGMEN TANAMAN DENGAN KROMATOGRAFI
LAPIS TIPIS
DOSEN PENGAMPU :
DIAN YUNI PRATIWI,...
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap tumbuhan yang memiliki warna disebabkan karena
tumbuhan itu mengandung pigmen w...
BAB II
DASAR TEORI
Kromatografi peertama kali dikembangkan oleh seorang ahli botani Rusia
Michael Tswett pada tahun 1903 u...
Advertisement
Advertisement

Check these out next

1 of 13 Ad

Laporan praktikum kromatografi 3 (klt)

Download to read offline

Setiap tumbuhan yang memiliki warna disebabkan karena tumbuhan itu mengandung pigmen warna didalamnya sehingga tumbuhan-tumbuhan memiliki perbedaan warna yang beragam karena adanya pigmen yang beragam. Dalam satu tumbuhan bunga ataupun daunnya pun tidak dipastikan hanya memiliki satu jenis pigmen warna, dalam satu jenis tumbuhan dapat diperkirakan terdiri dari beberapa komponen pigmen berwarna.
Untuk menganalisis secara kualitatif komponen pigmen apa saja yang terdapat dalam tumbuhan kita dapat menguunakan metode kromatografi kertas yang cukup mudah sehingga kita juga dapat mengisolasi komponen-komponen pigmen dalam suatu bagian tumbuhan yang diinginkan. Dengan konsep yang tidak berbeda dengan pemisahan zat pewarna pada spidol seperti yang telah kita lakukan dipraktikum sebelumnya.

Setiap tumbuhan yang memiliki warna disebabkan karena tumbuhan itu mengandung pigmen warna didalamnya sehingga tumbuhan-tumbuhan memiliki perbedaan warna yang beragam karena adanya pigmen yang beragam. Dalam satu tumbuhan bunga ataupun daunnya pun tidak dipastikan hanya memiliki satu jenis pigmen warna, dalam satu jenis tumbuhan dapat diperkirakan terdiri dari beberapa komponen pigmen berwarna.
Untuk menganalisis secara kualitatif komponen pigmen apa saja yang terdapat dalam tumbuhan kita dapat menguunakan metode kromatografi kertas yang cukup mudah sehingga kita juga dapat mengisolasi komponen-komponen pigmen dalam suatu bagian tumbuhan yang diinginkan. Dengan konsep yang tidak berbeda dengan pemisahan zat pewarna pada spidol seperti yang telah kita lakukan dipraktikum sebelumnya.

Advertisement
Advertisement

More Related Content

Slideshows for you (20)

Similar to Laporan praktikum kromatografi 3 (klt) (20)

Advertisement

More from aufia w (19)

Recently uploaded (20)

Advertisement

Laporan praktikum kromatografi 3 (klt)

  1. 1. LAPORAN PRAKTIKUM KROMATOGRAFI ANALISIS PIGMEN TANAMAN DENGAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DOSEN PENGAMPU : DIAN YUNI PRATIWI, S. Si, M. Si DISUSUN OLEH : Wafa Aufia 35.2014.7.1.0974 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR NGAWI 2016
  2. 2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tumbuhan yang memiliki warna disebabkan karena tumbuhan itu mengandung pigmen warna didalamnya sehingga tumbuhan- tumbuhan memiliki perbedaan warna yang beragam karena adanya pigmen yang beragam. Dalam satu tumbuhan bunga ataupun daunnya pun tidak dipastikan hanya memiliki satu jenis pigmen warna, dalam satu jenis tumbuhan dapat diperkirakan terdiri dari beberapa komponen pigmen berwarna. Untuk menganalisis secara kualitatif komponen pigmen apa saja yang terdapat dalam tumbuhan kita dapat menguunakan metode kromatografi lapis tipis yang cukup mudah dan lebih spesifik dibanding kromatografi kertas sehingga kita juga dapat mengisolasi komponen- komponen pigmen dalam suatu bagian tumbuhan yang diinginkan. Dengan konsep yang tidak berbeda dengan pemisahan pigmen dengan kromatografi kertas seperti yang telah kita lakukan dipraktikum sebelumnya dengan perbedaan penggunaan fase gerak dan fase diamnya. Berbagai jenis pigmen dalam tanaman sendiri memiliki karakteristik masing-masing sesuai dengan warna yang muncul dan memiliki manfaatnya sendiri seperti antosianin dan licopen yang menimbulkan warna memiliki manfaat sebagai antioksidan yang dapat menyembuhkan kanker, sehingga penting untuk mahasiswi farmasi untu mengetahui dasar cara menganalisis pigmen tumbuhan secara kualitatif untuk dapat menentukan apa yang terkandung dalam tanaman-tanaman tersebut sehingga manfaat dari tanaman tersebut bisa dikembangkan untuk menemukan berbagai obat alami baru. B. Tujuan Mampu melakukan pemisahan pigmen tanaman dengan kromatografi lapis tipis
  3. 3. BAB II DASAR TEORI Kromatografi peertama kali dikembangkan oleh seorang ahli botani Rusia Michael Tswett pada tahun 1903 untuk memisahkan pigmen berwarna dalam tanaman dengan cara perkolasi ekstrak petroleum eter dalam kolom gelas yang berisi kalsium karbonat (CaCO3). (Gandjar, 2007) Kromatografi merupakan teknik pemisahan yang paling umumdan paling sering digunakan dalam bidang kimia analisis karena dapat dimanfaatkan untuk melakukan analisis baik secara kuantitatif, kualitatif atau preparatif dalam bidang farmasi, lingkungan, industri dan sebagainya. (Gandjar, 2007) Kromatografi Lapis tipis (KLT) dikembangkan oleh Izmaillof dan Schraiber pada tahun 1938. KLT merupakan bentuk kromatografi planar, selain kromatografi kertas dan elektroforesis. Berbeda dengan kromatografi kolom yang mana fase diamnya diisikan atau dikemas didalamnya, pada kromatografi lapis tipis fase diamnya berupa lapisan yang seragam pada permukaan bidang datar yang didukung oleh lempeng kaca, plat alumunium, atau plat plastik. Dan dapat dikatakan bentuk terbuka dari kromatografi kolom. (Gandjar 2007) Fase gerak pada kromatografi lapis tipis yang dikenal sebagai pelarut pengemang akan bergerak sepanjang fase diam karena pengaruh kapiler pada pengemangan secara menaik (ascending), atau karena pengaruh gravitasi pada pengembangan secara menurun (descending). (Gandjar,2007) Keuntungan Penggunaan Kromatografi Lapis Tipis diantaranya karena kromatografi lapis tipis anyak diguanakan untuk tujuan analisis, identifikasi pemisahan komponen pada KLT juga dapat dilakukan dengan pereaksi warna, fluoresensi, atau dengan radiasi menggunakan sinar ultra violet, KLT dapat dilakukan secara descending dan ascending atai dengan elusi dua dimensi, ketepatan penentuan kadar akan leboh baik karena komponen yang akan ditentukan merupakan bercak yang tidak bergerak. (Gandjar, 2007) Fase diam yang digunakan pada KLTmerupak penyerap berukuran kecil dengan diameter partikel antara 10-30 µm. Semakin kecil ukuran rata-rata partikel
  4. 4. fase diam dan semakin sempit kisaran ukuran fase diam, maka semakin baik kinerja KLT dalam hal efisiensinya dan resolusinya. (Gandjar 2007) Penyerap yang paling sering digunakn adalah silika dan serbuk selulosa, sementara mekanisme sorpsi yang utama pada KLT adalah partisi dan adsorsi. Lapisan tipis yang digunakan sebagai penyerap juga dapat dibuat dari silika gel yang telah dimodifikasi, resin penukar ion, gel ekslusi, dan siklodekstrin yng digunakan untuk pemisahan kiral. Beberapa penyerap KLT serupa dengan penyerap yang digunakan pada KCKT. Kebanyakan penyerap diukur keajegan ukurn partikel dan luas permukaannya. (Gandjar, 2007) Pigmen hayati adalah kelas pigmen yang dihasilkan secara alami oleh organisme, mikroorganisme atau makhluk hidup lainnya, terutama dihasilkan oleh tumbuhan, alga, sejumlah bakteri dan beberapa jenis fungi. Pigmen hayati memiliki fungsi metabolik penting, terutama sebagai penangkap energi cahaya atau penetral oksidan (Wikipedia, 2014) Jenis pigmen dalam tanaman menentukan warna dari bahan tanaman itu sendiri. Pigmen antosianin memeri warna jingga, merah, biru larut dalam air dan peka dalam perlakuan panas dan pH. Flavonoid memberikan warna kuning dan tak berwarna larut dalam air dan tahan terhadap panas. Tanin memberikan warna kuning atau tak berwarna mempunyai sifat larut dalam air dan tahan panas. Klorofil memberikan warna hijau larut dalam air dan lemak tahan terhadap panas. Karotenoid memberikan warna kuning dan merah mempunyai sifat larut dalam lemak dan tahan panas. Xantofil memberikan warna kuning, larut dalam air dan tahan panas. (Anonim, 2013) Umumnya zat warna alam terbentuk dari kombinasi tiga unsur yaitu, karbon, hidrogen dan oksigen, tetapi ada beberapa zat warna yang mengandung uinsur lain seperti nitrogen pada indigotin dan magnesium pada klorofil. Jaringan tumbuhan seperti bunga, batang, kulit, kayu, biji, buah, akar dan kayu mempunyai warna-warna karakteristik yang disebut pigmen dalam botani. (Ati Herlina, dkk 2006) Pigmen Klorofil (Chlorophyll) adalah zat pembawa warna hijau pada tumbuh-tumbuhan. Klorofil berasal dari bahasa yunani Khloros (hijau
  5. 5. kekuningan) dan phullon (daun). Nama klorofil pada mulanya diberikan pada pigmen-pigmen hijau yang berperan pada proses fotosintesis tanaman tingkat tingi, yang kemudian diperluas kepada semua golongan pigmen porfirin fotosintetik. (Anonim, 2015) Perbedaan dari pigmen klorophil a dan klorophil b sendiri dari perbedaan penyerapan spektrum, kuning-hijau untuk klorofil-a dan biru-hijau tua untuk klorofil-b. Dengan eluen aseton : heksana dimana pigmen yang memiliki kepolaran leih tinggi akan langsung terikat oleh eluen (aseton) tetapi yang nonpolar akan ikut terbawa oleh eluen (n-heksana) dengan urutan kepolaran yaitu klorophil a kemudian klorophil b dan kemudian xanthofil. (Anonim, 2009)
  6. 6. BAB III METODE PERCOBAAN A. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam percoaan ini, yaitu sebagai berikut: 1. Gelas beaker 2. Penggaris 3. Pipet kapiler 4. Pensil 5. Chamber 6. Mortar 7. Taung reaksi Bahan yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu sebagai berikut: 1. Plat KLT silica gel GF254 2. Heksana 3. Aseton 4. Daun Bayam 5. Daun Kangkung B. Cara Kerja 1. Ekstraksi pigmen tanaman - Tanaman dipotong sampai berukuran kecil, kemudian haluskan di dalam mortar - Ditambahkan aseton secukupnya, dan tanaman dihaluskan ersamaan dengan aseton hingga aseton beruah warna menjadi hijau tua. - Aseton yang sudah berubah warna dipindahkan ketabung reaksi - Dalam taung reaksi yang telah berisi aseton dan ekstrak sampel ditambahkan 2,5 ml heksana. - Larutan dicampurkan dengan menggunakan pipet tetes. - Larutan didiamklan hingga terentuk larutan ekstrak heksana pada bagian atas dan larutan aseton pada bagian bawah
  7. 7. 2. Kromatografi Lapis Tipis - Gelas beaker disiapkan kemudian dimasukkan pelarut (eluen) heksana : aseton dengan perandingan 7:3 ke dalam gelas beaker, didiamkan sebentar untuk proses penjenuhan - Disiapkan plat berukuran 5× 7 cm - Diberi garis 1 cm dari salah satu ujung kertas dan 1 cm dari ujung kertas lainnya - Ditotolkan daun kamngkung dan daun bayam yang diambil dari lapisan heksana - Plat KLT yang telah ditotolkan sampel tersebut kemudian dimasukkan dalam gelas beaker yang telah berisi eluen (heksana:aseton) dan didiamkan hingga mengemang sampai batas akhir elusi yang sudah ditandai - Menghitung nilai Rf dari tiap sampel yang digunakan
  8. 8. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Pengamatan No. Sampel Jumlah noda Warna noda Jarak noda Jarak eluen Rf 1. DaunKangkung 6 Kuning 1,9 cm 8 1,9/8 = 0,23 HijauMuda 2,7 cm 8 2,7/8= 0,33 HijauTua 3 cm 8 3/8=0,37 Kuning 3,3 cm 8 3,3/8=0,41 HijauToska 3,4 cm 8 3,4/8=0,42 KuningTua 6,8 cm 8 6,8/8=0,85 2. Daun Bayam 3 Kuning 3,2 cm 8 3,2/8=0,4 KuningTua 6,2 cm 8 6,2/8=0,77 HijauToska 3,4 cm 8 3,4/8=0,42 B. Pembahasan Berdasarkan literarture anonim yang bersumer dari Laren 1986 didapatkan macam-macam jenis pigmen pada tumbuhan beserta sifatnya sebagai berikut, Jenis Pigmen Warna Sumber Pelarut Kestabilan Antosianin Jingga, Merah, Biru Tanaman Air Peka terhadap perubahan pH, panas Flavonoid Tak Berwarna, Kuning Tanaman Air Tahan Panas Leukoantosian in Tak Berwarna Tanaman Air Tahan Panas Tannin Tak Berwarna, Kuning Tanaman Air Tahan Panas Betalain Kuning, Merah Tanaman Air Peka Terhadap
  9. 9. Panas Kuinon Kuning Sampai Hitam Tanaman, Bakteri Air Tahan Panas Xanton Kuning Tanaman Air Tahan Panas Karotenoid Tak Berwarna, Kuning, Merah Tanaman Lemak Tahan Panas Klorofil Hijau, Cokelat Tanaman Lemak, Air Peka Terhadap Panas Sebelum kita melakukan analisis ini eluen harus didiamkan terlebih dahulu untuk proses penjenuhan sehingga saat terjadi proses adsorbsi keadaan eluen sudah konstan dan dapat mengalirkan sampel dalam keadaan yang stabil dan sesuai. Diutuhkan proses ekstraksi terlebih dahulu sebelum bagian dari sampel dianalisis, digunakan aseton sebagai media pengekstrak untuk mengekstrak pigmen warna yang ada didalam sampel tersebut. Karena aseton juga yang akan digunakan sebagai eluen kemudian dicampur dengan heksana dengan perbandingan 7:3 agar didapatkan hasil resolusi yang sesuai dengan fase gerak yang digunakan. Digunakan fase diam silica gel dan fase gerak aseton:heksana sesuai dengan sifat sampel yang akan dipisahkan dengan sifat kepolarannya untuk menghasilkan kromatogram pada analisis pemisahan yang baik. Pada praktikum kali ini dihasilkan enam komponen pigmen dalam daun kangkung yaitu warna kuning dengan Rf 0,23, warna hijau muda pada Rf 0,33, warna hijau tua pada Rf 0,37, warna kuning dengan Rf 0,41, warna hijau toska dengan Rf 0,42 dan kuning tua dengan Rf 0,85. Warna kuning pada Rf 0,23, hijau muda pad Rf 0,33 dan hijau tua pada Rf 0,37 dan kuning pada Rf 0,41 termasuk dari pigmen klorophil a, karena klorophil a sendiri mengandung spektrum warna kuning –hijau tua. Dengan kespesifikan metode kromatografi lais tipis dapat memisahkan secara detail warna yang terkandung pada klorophil a. Selain itu dengan Rf
  10. 10. terkecil juga menunjukkan pigmen tersebut termasuk klorophil a karena seperti yang terdapat pada literatur kloropil a memiliki kepolaran yang lebih tinggi sehingga pigmen tersebut akan terikat kuat dengan aseton dan tidak ikut terbawa oleh eluen heksana. Warna hijau toska atau hijau kebiruan dengan Rf 0,42 menunjukkan spektrum warna pada pigmen klorophil b yang mengandung spektrum biru-hijau. Dengan Rf yang lebih besar dari klorophil a menunjukkan bahwa tingkat kepolaran klorophil sedikit lebih rendah dari klorophil a karena ikut terbawa lebih jauh oleh heksana. Sedangkan warna kuning tua pada Rf 0,85 yang terus mengikuti eluen heksana selama proses pengembangan menunjukkan pigmen xanthofil yang bersifat nonpolar sehingga pigmen ini terus mengikuti eluen heksana dan memiliki Rf lebih tinggi dibanding dengan pigmen lainnya. Pada daun bayam dihasilkan 3 komponen warna yaitu kuning pada Rf 0,4, hijau toska pada Rf 0,42 dan kuning tua pada Rf 0,77. Warna kuning pada Rf 0,4 menunjukkan pigmen klorophil a yang memiliki tingkat kepolaran paling tinggi dengan nilai Rf yang paling kecil serta klorophil a mengandung spektrum warna kuning-hijau tua. Warna hijau toska atau hijau kebiruan pada Rf 0,42 menunjukkan pigmen klorophil b dengan tingkat kepolaran yang sedikit lebih rendah dibanding dengan klorophil a dapat dibuktikan dengan nilai Rf yang sedikit lebih tinggi dibanding dengan pigmen kuning padsa klorophil a. Warna kuning tua pada Rf 0,77 menunjukkan pigmen xantofil yang mengandung spektrum berwarna kuning dengan sifat nonpolar sehingga pigmen ini mengikuti eluen heksana dan tidak terikat pada eluen aseton saat proses pengembangan sehingga pigmen ini memiliki nilai Rf yang paling tinggi dibanding dengan pigmen klorophil a dan pigmen klorophil b. Pada daun bayam hanya terlihat sedikit pemisahan warna yang disebabkan kesalahan praktikan yang menotolkan sampel dengan kadar
  11. 11. yang terlalu sedikit sehigga pemisahan tidak seperti daun kangkung yang lebih spesifik dan menunjukkan tiap warna pada klorophil a dari kuning hingga hijau tua dengan jarak Rf yang berdekatan. Namun perbedaan antara daun bayam dan daun kangkung sendiri pada hasil kromatogram yang ada, juga menunjukkan perbedaan kuantitatif kandungan pigmen yang terdapat pada daun bayam dan daun kangkung itu sendiri. Dimana pada daun kangkung telah ditemukan warna kuning pada Rf 0,23 membuktikan lebih banyak kandungan klorophil a pada daun kangkung.
  12. 12. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pada kesempatan praktilkum kali ini telah dapat dilakukan pemisahan pigmen warna pada daun kangkung dan daun bayam dimana pada daun kangkung dihasilkan kromatogram dengan 6 komponen warna yaitu kuning dengan Rf 0,23, Hijau muda dengan nilai Rf 0,33, hijau tua dengan nilai Rf 0,37, dan Kuning dengan Rf 0,41 yang menunjukkan pigmen klorophil a dan waran ahijau toska pada Rf 0,42 menunjukkan pigmen klorophil b, dan warna kuning tua pada Rf 0,85 menunjukkan pigmen xantofil Pada daun Baym dihasilkan kromatogram dengan 3 komponen warna yaitu kuning dengan Rf 0,4 menunjukkan klorophil a, warna hijau toska dengan Rf 0,42 menunjukkan pigmen klorophil a, dan warna kuning tua dengan Rf 0,77 menunjukkan pigmen xanthofil. B. Saran Untuk praktikum kedepannya praktikan praktikan diharap dapat memperkirakan ketebalan penotolan yang dibutuhkan pada pemisahan sehingga warna dapat terdeteksi dengan lebih baik dengan ketebalan yang pas tidak terlalu tipis dan tidak terlalu teabal karena tingkat ketebalan sampel juga dapat mempengaruhi pemisahan yang akan dilakukan. Praktikan juga diharapkan untuk mencari literature-literature lain yang lebih akurat dalam penentuan pigmen warna sampel sehingga pigmen dalam analisis dapat dibandingkan dengan pigmen warna yang benar yang terkandung pada sampel yang diuji tersebut, dan tidak terjadi kekeliruan dalam penafsirannya.
  13. 13. DAFTAR PUSTAKA Gandjar, Gholib dan Rohman, Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Anonim, 2013. Menganalisis Pigmen Pada Tumbuhan. Diakses dari http://horti- fresh.blogspot.co.id/2013/01/menganalisis-pigmen-pada-tumbuhan.html pada 12-04-2016 17:37 Wikipedia, 2014. Pigmen Hayati, diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki pada 12-04-2016 17: 42 Ati Herlina, dkk, 2006. The Composition And Content Of Pigments From Some Dyeing Plant For Ikat Weaving In Timoresse Regency, East Nusa Tenggara. Indo.J.Chem. vol 6(3) hlm 325-331. Anonim, diakses dari http://e-journal.uajy.ac.id/370/3/2BL01022.pdf diakses pada 12-04-2016 18:54. Anonim, 2009. Pembahasan Organik Kromatografi Lapis Tipis, diakses dari http://borasracunn.blogspot.co.id/2009/05/pembahasan- organikkromatografi-lapis.html pada 18-04-2016 23:16 Anonim, 2015. Analisa Kuantitatif Pigmen Klorofil Pada Tanaman Suji Dengan Metode KLT, diakses dari http://ryunirschemistry.web.unej.ac.id/2015/06/22/analisa-kuantitatif- pigmen-klorofil-pada-tanaman-suji-dengan-metode-klt/ pada 18-04-2016 23:19

×