SlideShare a Scribd company logo
1 of 23
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di negara maju, jumlah penduduk yang besar disertai dengan peningkatan
kualitas sumber daya manusia yang tinggi. Sedangkan di negara berkembang jumlah
penduduk yang besar secara kuantitatif tidak disertai dengan kualitas yang memadai.
Ini mengakibatkan penduduk menjadi beban pembangunan disegala aspek baik
pembangunan secara ekonomi dan pembangunan secara sosial.
Masalah kependudukan di Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar dan
distribusi yang tidak merata. Hal itu dibarengi dengan masalah lain yang lebih
spesifik, yaitu angka fertilitas dan ukuran keluarga yang diharapkan oleh rumah
tangga. Kondisi ini dianggap tidak menuntungkan dari sisi pembangunan ekonomi.
Hal itu diperkuat dengan kenyataan bahwa kualitas penduduk masih rendah
sehingga penduduk lebih diposisikan sebagai beban daripada modal pembangunan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu fertilitas ?
2. Bagaimana hubungan antara ekonomi rumah tangga dan fertilitas ?
3. Bagaimanakah teori permintaan dalam mempresentasikan jumlah keluarga yang
diinginkan ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui tentang fertilitas
2. Mengetahui hubungan antara rumah tangga dan fertilitas
3. Mengetahui jumlah keluarga yang diinginkan yang dipresentasikan melalui teori
permintaan anak
BAB II
PEMBAHASAN
Jumlah anak memengaruhi persiapan masa depan keluarga untuk merencanakan
kehidupan yang lebih baik dimasa depan. Dengan jumlah anak yang sedikit, maka orang
tua akan lebih mantap memersiapkan generasi penerusnya lebih baik. Tantangan yang
dihadapi keluarga sebagai bagian terkecil dari masyarakat, semakin kuat tiap tahun.
Pengaruh eksternal yang semakin kuat itu membuat dibutuhkannya ketahanan keluarga
yang mantap untuk menghadapi kondisi tersebut. Karena itu, program Keluarga
Berencana (KB) yang digalakkan pemerintah, punya peran penting dalam membangun
sumber daya manusia yang handal. Jadi, tidak hanya mengendalikan kelahiran, namun
lebih dari itu, bertujuan membantu keluarga dan individu dalam mewujudkan keluarga
yang berkualitas, sejahtera, dan mandiri. Ciptakanlah keluarga yang berkualitas, jumlah
anak sedikit, tetapi berkualitas. Orang tua menginginkan anak yang cerdas, mandiri,
berkepribadian mantap sehingga dihasilkan SDM yang berguna dan bermanfaat bagi
nusa dan bangsa. Keluarga kecil lebih mampu menyediakan sandang, pangan, papan,
yang terpenting adalah limpahan kasih sayangnya lebih besar untuk anak-anaknya.
A. FERTILITAS
Fertilitas (kelahiran) sebagai istilah demografi yang diartikan sebagai hasil
reproduksi yang nyata dari seorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain
fertilitas ini menyangkut dengan banyaknya bayi yang lahir hidup. Fekunditas
sebaliknya, merupakan potensi fisik untuk melahirkan anak. Kedua hal ini berkaitan
erat, dimana fekunditas merupakan modal awal dari seorang perempuan untuk
mengalami fertilitas dalam hidupnya dan seorang yang telah mengalami fertilitas pasti
fekunditasnya baik.
Konnsep-konsep fertilitas yaitu :
Dalam buku Dasar-Dasar Demografi terbitan FE-UI, dijlaskan konsep-konsep
penting yang harus dipegang dalam mengkaji fenomena fertilitas diantaranya :
• Lahir hidup (Life Birth), menurut WHO, adalah suatu kelahiran seorang bayi tanpa
memperhitungkan lamanya di dalam kandungan, dimana si bayi menunjukkan
tanda-tanda kehidupan, misal : bernafas, ada denyut jantungnya atau tali pusat atau
gerakan-gerakan otot.
• Lahir mati (Still Birth) adalah kelahiran seorang bayi dari kandungan yang berumur
paling sedikit 28 minggu, tanpa menunjukkan tanda-tanda kehidupan.
• Abortus adalah kematian bayi dalam kandungan dengan umur kurang dari 28
minggu. Ada dua macam abortus : disengaja (induced) dan tidak disengaja
(spontaneus). Abortus yang disengaja mungkin lebih sering kita kenal dengan istilah
aborsi dan yang tidak disengaja lebih sering kita kenal dengan istilah keguguran.
• Masa reproduksi (Childbearing age) adalah masa dimana perempuan melahirkan,
yang disebut juga usia subur (15-49 tahun).
Fertilitas menyangkut peranan kelahiran pada perubahan penduduk.
Faktor-faktor yang memengaruhi fertilitas adalah, yaitu :
1. Anggapan/kepercayaan yang dianut masyarakat
2. Gender
Untuk menghitung fertilitas dibagi menjadi dua, yaitu :
A. Ukuran Fertilitas Tahunan
1. Tingkat Fertilitas Kasar (Crude Birth Rate)
Tingkat fertilitas kasar merupakan jumlah kelahiran setiap 1.000 penduduk
pertahun. Dalam ukuran CBR, jumlah kelahiran tidak dikaitkan secara
langsung dengan penduduk wanita, melainkan dengan penduduk secara
keseluruhan.
CBR =
Keterangan :
B : Jumlah seluruh kelahiran
P : Jumlah penduduk pada pertengahan tahun
K : Bilangan konstanta bernilai 1.000
Tingkat kelahiran ini dapat digolongkan dalam tiga tingkat criteria sebagai
berikut :
Tingkat kelahiran golongan
> 30 = Tinggi
20-30 = Sedang
< 20 = Rendah
Adapun kelemahan dalam perhitungan CBR yakni tidak memisahkan
penduduk laki-laki dan penduduk perempuan yang masih kanak-kanak dan
yang berumur 50 tahun keatas. Jadi, angka yang dihasilkan sangat kasar.
Sedangkan kelebihan dalam penggunaan ukuran CBR adalah perhitungan ini
sederhana, karena hanya memerlukan keterangan tentang jumlah anak yang
dilahirkan dan jumlah penduduk pada pertengahan tahun.
2. Tingkat Fertilitas Umum (General Fertility Rate)
Tingkat fertilitas umum mengandung pengertia sebagai jumlah kelahiran
(lahir hidup) per 1.000 wanita usia produktif (15-49 tahun) pada tahun
tertentu. Pada tingkat fertilitas kasar masih terlalu kasar karena
membandingkan jumlah kelahiran dengan jumlah penduduk pertengahan
tahun. Tetapi pada tingkat fertilitas umum ini pada penyebutnya sudah tidak
menggunakan jumlah penduduk pada pertengahan tahun lagi, tetapi jumlah
penduduk wanita pertengahan tahun umur 15-49 tahun.
GFR =
Keterangan :
B : Jumlah bayi lahir pada tahun tertentu
Pf (15-49) : Jumlah Penduduk wanita umur 15-49 tahun pada pertengahan
tahun
K :Bilangan konstanta bernilai 1.000
Kelemahan dari penggunaan ukuran GFR adalah ukuran ini tidak
membedakan kelompok umur, sehingga wanita yang berumur 40 tahun
dianggap memiliki resiko melahirkan yang sama besarnya dengan wanita
yang berumur 25 tahun. Namun, kelebihan dari penggunaan ukuran ini ialah
ukuran ini cermat daripada CBR karena hanya memasukan wanita yang
berumur 15-49 tahun atau sebagai penduduk yang “esposed to risk”
3. Tingkat Fertilitas Menurut Umur (Age Specific Fertility Rate)
Diantara kelompok wanita reproduksi (15-49 tahun) terdapat variasi
kemampuan melahirkan, karena itu perlu dihitung tingkat fertilitas wanita
pada tiap-tiap kelompok umur. Dengan mengetahui angka-angka ini dapat
pula dilakukan perbandingan fertilitas antar penduduk dari daerah yang
berbeda.
ASFR =
Keterangan :
Bi : Jumlah kelahiran pada perempuan kelompok umur I pada tahun
tertentu
Pf
i : Jumlah penduduk kelompok umur I pada pertengahan tahun yang
sama
Berdasarkan dua kondisi diatas, dapatlah disebutkan beberapa masalah
(terkait dengan SDM) sebagai berikut :
a. Jika fertilitas semakin meningkat maka akan menjadi beban pemerintah
dalam hal penyediaan aspek fisik misalnya fasilitas kesehatan ketimbang
aspek intelektual
b. Fertilitas meningkat maka pertumbuhan penduduk akan semakin
meningkat tinggi akibatnya bagi suatu negara berkembang akan
menunjukkan korelasi negative dengan tingkat kesejahteraan
penduduknya
c. Jika ASFR 20-24 terus meningkat maka akan berdampak kepada
investasi SDM yang semakin menurun.
Adapun kelebihan dari penggunaan ukuran ASFR antara lain :
a. Ukuran lebih cermat dari GFR karena sudah membagi penduduk yang
“exposed to risk” kedalam berbagai kelompok umur
b. Dengan ASFR dimungkinkan pembuatan analaisa perbedaan fertilitas
(current fertility) menurut berbagai karakteristik wanita
c. Dengan ASFR dimungkinkan dilakukannya studi fertilitas menurut
kohor
d. ASFR ini merupakan dasar untuk perhitungan ukuran fertilitas dan
reproduksi selanjutnya
Namun dalam pengukuran ASFR masih terdapat beberapa kelemahan
diantaranya yaitu :
a. Ukuran ini membutuhkan data yang terperinci yaitu banyaknya kelahiran
untuk tiap kelompok umur belum tentu ada ditiap negara/daerah,
terutama negara yang sedang berkembang. Jadi pada kenyataannya
susah sekali mendapatkan ukuran ASFR
b. Tidak menunjukkan ukuran fertilitas untuk keseluruhan wanita berumur
15-49 tahun
4. Tingkat Fertilitas menurut Urutan Kelahiran (Birth Order Specific Fertility
Rate)
Tingkat fertilitas menurut urutan kelahiran sangat penting untuk mengukur
tinggi rendahnya fertilitas suatu negara. Kemungkinan seseorang istri
menambah kelahiran tergantung pada jumlah anak yang telah dilahirkannya.
Seorang istri mungkin menggunakan alat kontrasepsi setelah memiliki
jumlah anak tertentu dan juga umur anak yang masih hidup
B. Ukuran Fertilitas Kumulatif
1. Total Fertility Rate
Total Fertility Rate/TFR adalah rata-rata jumlah anak yang dilahikran
seorang wanita sampai akhir masa reproduksinya.
Keterangan :
i : Kelompok umur (15-19) tahun sampai dengan (45-49) tahun
ASFRi :banyaknya kelahiran untuk perempuan kelompok umur i
Kebaikan dari TFR adalah merupakan ukuran untuk seluruh wanita usia 15-
49 tahun, yang dihitng berdasarkan angka kelahiran menurut umur.
2. Gross Reproduction Rate
Angka yang menunjukkan rata-rata jumlah anak perempuan yang dilahirkan
oleh seorang wanita selama masa hidupnya, dengan mengikuti pola fertilitas
dan mortalitas yang sama seperti ibunya. Dalam GRR tidak
memerhitungkan unsur kematian.
3. Net Reproduction Rate
Angka yang menunjukkan rata-rata jumlah anak perempuan yang dilahirkan
oleh seorang wanita selama hidupnya sampai dapat menggantikan
kedudukan ibunya, dengan mengikuti pola fertilitas dan mortalitas yang
sama seperti ibunya. Ukuran GRR memerhitungkan unsur kematian
∑=
=
7
1
5
i
ASFRiTFR
4. Child Woman Rate
Perbandingan antara jumlah anak dibawah umur 5 tahun dengan wanita usia
reproduksi.
CWR=
Keterangan :
P(0-4) : Jumlah penduduk usia dibawah 5 tahun
Pf (15-49) : Jumlah penduduk perempuan usia 15-49 tahun
K : Konstanta yang nilainya berjumlah 1000
Kelebihan pengukuran CWR adalah tidak usah membuat pertanyaan khusus
untuk mendapatkan data yang diperlukan , dan pengukuran ini bergunan
untuk identifikasi fertilitas di daerah kecil sebab dinegara yang registrasinya
cukup baik pun, statistic kelahiran tidak ditabulasikan untuk daerah yang
kecil
Kelemahannya adalah langsung dipengaruhi oleh kekurangan pelaporan
tentang anak, yang sering terjadi di negara berkembang. Walaupun
kekurangan pelaporan juga terjadi di kelompok ibunya namun secara
Dari beberapa hasil penelitian mengenai fertilitas, dilihat dari segi ekonomi yang
menjadi penyebab utama tinggi rendahnya fertilitas adalah beban ekonomi keluarga.
Anak dalam jumlah yang banyak, bila tidak berkualitas justru menambah dan bahkan
akan memperberat beban orang tua kelak. Dengan anggapan seperti ini, mereka
menginginkan jumlah anak yang sedikit, tetapi berkualitas. Ini jelas membutuhkan
waktu, tenaga, perhatian, dan biaya yang tidak sedikit yang pada akhirnya akan menjadi
beban orang tua. Berkaitan dengan ini, orang tua cenderung ingin memiliki anak sedikit.
B. TEORI EKONOMI TENTANG FERTILITAS
Pandangan bahwa faktor-faktor ekonomi mempunyai pengaruh yang kuat terhadap
fertilitas bukanlah suatu hal yang baru. Dasar pemikiran utama dari teori ‘transisi
demografis’ yang sudah terkenal luas adalah bahwa sejalan dengan diadakannya
pembangunan sosial-ekonomi, maka fertilitas lebih merupakan suatu proses ekonomis
dari pada proses biologis.
Berbagai metode pengendalian fertilitas seperti penundaan perkawinan, senggama
terputus dan kontrasepsi dapat digunakan oleh pasangan suami istri yang tidak
menginginkan mempunyai keluarga besar, dengan anggapan bahwa mempunyai banyak
anak berarti memikul beban ekonomis dan menghambat peningkatan kesejahteraan
sosial dan material. Bahkan sejak awal pertengahan abad ini, sudah diterima secara
umum bahwa hal inilah yang menyebabkan penurunan fertilitas di Eropa Barat dan
Utara dalam abad 19. Leibenstein dapat dikatakan sebagai peletak dasar dari apa yang
dikenal dengan “teori ekonomi tentang fertilitas”. Menurut Leibenstein tujuan teori
ekonomi fertilitas adalah:
“untuk merumuskan suatu teori yang menjelaskan faktor-faktor yang menentukan
jumlah kelahiran anak yang dinginkan per keluarga. Tentunya, besarnya juga tergantung
pada berapa banyak kelahiran yang dapat bertahan hidup (survive). Tekanan yang
utama adalah bahwa cara bertingkah laku itu sesuai dengan yang dikehendaki apabila
orang melaksanakan perhitungan-perhitungan kasar mengenai jumlah kelahiran anak
yang dinginkannya. Dan perhitungan perhitungan yang demikian ini tergantung pada
keseimbangan antara kepuasan atau kegunaan (utility) yang diperoleh dari biaya
tambahan kelahiran anak, baik berupa uang maupun psikis. Ada tiga macam tipe
kegunaan yaitu (a) kegunaan yang diperoleh dari anak sebagai suatu ‘barang konsumsi’
misalnya sebagai sumber hiburan bagi orang tua; (b) kegunaan yang diperoleh dari anak
sebagai suatu sarana produksi, yakni, dalam beberapa hal tertentu anak diharapkan
untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu dan menambah pendapatan keluarga; dan
(c) kegunaan yang diperoleh dari anak sebagai sumber ketentraman, baik pada hari tua
maupun sebaliknya”.
Menurut Leibenstein anak dilihat dari dua aspek yaitu aspek kegunaannya (utility)
dan aspek biaya (cost). Kegunaannya adalah memberikan kepuasaan, dapat memberikan
balas jasa ekonomi atau membantu dalam kegiatan berproduksi serta merupakan
sumber yang dapat menghidupi orang tua di masa depan. Sedangkan pengeluaran untuk
membesarkan anak adalah biaya dari mempunyai anak tersebut. Biaya memiliki
tambahan seoarang anak dapat dibedakan atas biaya langsung dan biaya tidak langsung.
Yang dimaksud biaya langsung adalah biaya yang dikeluarkan dalam memelihara anak
seperti memenuhi kebutuhan sandang dan pangan anak sampai ia dapat berdiri sendiri.
Yang dimaksud biaya tidak langsung adalah kesempatan yang hilang karena adanya
tambahan seoarang anak. Misalnya, seoarang ibu tidak dapat bekerja lagi karena harus
merawat anak, kehilangan penghasilan selama masa hamil, atau berkurangnya mobilitas
orang tua yang mempunyai tanggungan keluarga besar (Leibenstein, 1958).
Menurut Leibenstein, apabila ada kenaikan pendapatan maka aspirasi orang tua
akan berubah. Orang tua menginginkan anak dengan kualitas yang baik. Ini berarti
biayanya naik. Pengembangan lebih lanjut tentang ekonomi fertititas dilakukan oleh
Gary S. Becker dengan artikelnya yang cukup terkenal yaitu “An Economic Analysis of
Fertility”.
Menurut Becker anak dari sisi ekonomi pada dasarnya dapat dianggap sebagai
barang konsumsi (a consumption good, consumer’s durable) yang memberikan suatu
kepuasan (utility) tertentu bagi orang tua. Bagi banyak orang tua, anak merupakan
sumber pendapatan dan kepuasan (satisfaction). Secara ekonomi fertilitas dipengaruhi
oleh pendapatan keluarga, biaya memiliki anak dan selera. Meningkatnya pendapatan
(income) dapat meningkatkan permintaan terhadap anak.
Karya Becker kemudian berkembang terus antara lain dengan terbitanya buku A
Treatise on the Family. Perkembangan selanjutnya analisis ekonomi fertilitas tersebut
kemudian membentuk teori baru yang disebut sebagai ekonomi rumah tangga
(household economics). Analisis ekonomi fertilitas yang dilakukan oleh Becker kemudian
diikuti pula oleh beberapa ahli lain seperti Paul T. Schultz, Mark Nerlove, Robert J. Willis
dan sebagainya. Dalam tulisannya yang berjudul Economic growth and population:
Perspective of the new home economics6 Nerlove mengemukakan:
“Ekonomi rumah tangga terdiri dari empat unsur utama, yaitu (a) suatu fungsi
kegunaan. Yang dimaksud kegunaan disini bukanlah dalam arti komoditi fisik melainkan
berbagai kepuasan yang dihasilkan rumah tangga; (b) suatu teknologi produksi rumah
tangga; (c) suatu lingkungan pasar tenaga kerja yang menyediakan sarana untuk
merubah sumber-sumber daya rumah tangga menjadi komoditi pasar; dan (d) sejumlah
keterbatasan sumber-sumber daya rumah tangga yang terdiri dari harta warisan dan
waktu yang tersedia bagi setiap anggota rumah tangga untuk melakukan produksi
rumah tangga dan kegiatankegiatan pasar. Waktu yang tersedia dapat berbeda-beda
kualitasnya, dan dalam hal ini tentunya termasuk juga sumberdaya manusia (human
capital) yang diwariskan dan investasi sumberdaya manusia dilakukan oleh suatu
generasi baik untuk kepentingan tingkah laku generasi-generasi yang akan datang
maupun untuk kepentingan tingkah laku sendiri”
Dalam analisis ekonomi fertilitas dibahas mengapa permintaan akan anak
berkurang bila pendapatan meningkat; yakni apa yang menyebabkan harga pelayanan
anak berkaitan dengan pelayanan komoditi lainnya meningkat jika pendapatan
meningkat?
New household economics berpendapat bahwa (a) orang tua mulai lebih menyukai
anak-anak yang berkualitas lebih tinggi dalam jumlah yang hanya sedikit sehingga “harga
beli” meningkat; (b) bila pendapatan dan pendidikan meningkat maka semakin banyak
waktu (khususnya waktu ibu) yang digunakan untuk merawat anak. Jadi anak menjadi
lebih mahal.
Di dalam setiap kasus, semua pendekatan ekonomi melihat fertilitas sebagai hasil
dari suatu keputusan rasional yang didasarkan atas usaha untuk memaksimalkan fungsi
utility ekonomis yang cukup rumit yang tergantung pada biaya langsung dan tidak
langsung, keterbatasan sumberdaya, selera. Topik-topik yang dibahas dalam ekonomi
fertilitas antara berkaitan dengan pilihan-pilihan ekonomi seseorang dalam menentukan
fertilitas (jumlah dan kualitas anak). Pertimbangan ekonomi dalam menentukan fertilitas
terkait dengan income, biaya (langsung maupun tidak langsung), selera, modernisasi dan
sebagainya.
Sejalan dengan apa yang telah dikemukakan Becker, Bulato menulis tentang konsep
demand for children andsupply of children. Konsep demand for children dan supply of
children dikemukakan dalam kaitan menganalisiseconomic determinan factors dari
fertilitas. Bulatao mengartikan konsep demand for children sebagai jumlah anak yang
dinginkan. Termasuk dalam pengertian jumlah adalah jenis kelamin anak, kualitas,
waktu memliki anak dan sebagainya.
Konsep demand for children diukur melalui pertanyaan survey tentang “jumlah
keluarga yang ideal atau diharapkan atau diinginkan”. Pertanyaannya, apakah konsep
demand for children berlaku di negara berkembang. Apakah pasangan di negara
berkembang dapat memformulasikan jumlah anak yang dinginkan? Menurut Bulato, jika
pasangan tidak dapat memformulasikan jumlah anak yang dinginkan secara tegas maka
digunakan konsep latent demand dimana jumlah anak yang dinginkan akan disebut oleh
pasangan ketika mereka ditanya.
Menurut Bulatao, modernisasi berpengaruh terhadap demand for children dalam
kaitan membuat latent demand menjadi efektif. Menurut Bulatao, demand for children
dipengaruhi (determined) oleh berbagai faktor seperti biaya anak, pendapatan keluarga
dan selera. Dalam artikel tersebut Bulato membahas masing-masing faktor tersebut
(biaya anak, pendapatan, selera) secara lebih detail. Termasuk didalamnya dibahas
apakah anak bagi keluarga di negara berkembang merupakan “net supplier “ atau tidak.
Sedang supply of children diartikan sebagai banyaknya anak yang bertahan hidup dari
suatu pasangan jika mereka tidak berpisah/cerai pada suatu batas tertentu. Supply
tergantung pada banyaknya kelahiran dan kesempatan untuk bertahan hidup. Supply of
children berkaitan dengan konsep kelahiran alami (natural fertility).
Menurut Bongart dan Menken fertilitas alami dapat diidentifikasi melalui lima hal
utama, yaitu:
a. Ketidak-suburan setelah melahirkan (postpartum infecundibality)
b. Waktu menunggu untuk konsepsi (waiting time to conception)
c. Kematian dalam kandungan (intraurine mortality)
d. Sterilisasi permanen (permanent sterility)
e. Memasuki masa reproduksi (entry into reproductive span)
Analisis ekonomi tentang fertilitas juga dikemukakan oleh Richard A. Easterlin.
Menurut Easterlin permintaan akan anak sebagian ditentukan oleh karakteristik latar
belakang individu seperti agama, pendidikan, tempat tinggal, jenis/tipe keluarga dan
sebagainya. Setiap keluarga mempunyai norma-norma dan sikap fertilitas yang
dilatarbelakangi oleh karakteristik diatas. Easterlin juga mengemukakan perlunya
menambah seperangkat determinan ketiga (disamping dua determinan lainnya:
permintaan anak dan biaya regulasi fertilitas) yaitu mengenai pembentukan
kemampuan potensial dari anak. Hal ini pada gilirannya tergantung pada fertilitas alami
(natural fertility) dan kemungkinan seorang bayi dapat tetap hidup hingga dewasa.
Fertilitas alami sebagian tergantung pada faktor-faktor fisiologis atau biologis, dan
sebagian lainnya tergantung pada praktek-praktek budaya. Apabila pendapatan
meningkat maka terjadilah perubahan “suplai” anak karena perbaikan gizi, kesehatan
dan faktor-faktor biologis lainnya. Demikian pula perubahan permintaan disebabkan
oleh perubahan pendapatan, harga dan “selera”. Pada suatu saat tertentu, kemampuan
suplai dalam suatu masyarakat bisa melebihi permintaan atau sebaliknya.
Easterlin berpendapat bahwa bagi negara-negara berpendapatan rendah
permintaan mungkin bisa sangat tinggi tetapi suplainya rendah, karena terdapat
pengekangan biologis terhadap kesuburan. Hal ini menimbulkan suatu permintaan
“berlebihan” (excess demand) dan juga menimbulkan sejumlah besar orang yang benar-
benar tidak menjalankan praktek-praktek pembatasan keluarga. Di pihak lain, pada
tingkat pendapatan yang tinggi, permintaan adalah rendah sedangkan kemampuan
suplainya tinggi, maka akan menimbulkan suplai “berlebihan” (over supply) dan
meluasnya praktek keluarga berencana. John C. Caldwell juga melakukan analisis
fertilitas dengan pendekatan ekonomi sosiologis.
Tesis fundamentalnya adalah bahwa tingkah laku fertilitas dalam masyarakat pra-
tradisional dan pasca-transisional itu dilihat dari segi ekonomi bersifat rasional dalam
kaitannya dengan tujuan ekonomi yang telah ditetapkan dalam masyarakat, dan dalam
arti luas dipengaruhi juga oleh faktor-faktor biologis dan psikologis.
Teori Caldwell menekankan pada pentingnya peranan keluarga dalam arus
kekayaan netto (net wealth flows) antar generasi dan juga perbedaan yang tajam pada
regim demografis pra-transisi dan pasca-transisi. Caldwell mengatakan bahwa “sifat
hubungan ekonomi dalam keluarga” menentukan kestabilan atau ketidak-stabilan
penduduk. Jadi pendekatannya lebih menekankan pada dikenakannya tingkah laku
fertilitas terhadap individu (atau keluarga inti) oleh suatu kelompok keluarga yang lebih
besar (bahkan yang tidak sedaerah) dari pada oleh “norma-norma” yang sudah diterima
masyarakat. Seperti diamati oleh Caldwell, didalam keluarga selalu terdapat tingkat
eksploitasi yang besar oleh suatu kelompok (atau generasi) terhadap kelompok atau
generasi lainnya, sehingga jarang dilakukan usaha pemaksimalan manfaat individu.
C. HUKUM PERMINTAAN
Hukum permintaan pada hakikatnya merupakan suatu hipotesa yang menyatakan: makin
rendah harga suatu barang, maka makin banyak permintaan terhadap barang tersebut.
Sebaliknya, makin tinggi harga suatu barang, maka makin sedikit permintaan terhadap barang
tersebut. Jumlah permintaan dan tingkat harga memiliki hubungan seperti tersebut diatas,
dikarenakan : kenaikan harga menyebabkan pendapatan pendapatan riil para pembeli berkurang.
Pendapatan yang menurun mengakibatkan pembeli mengurangi pembelian terhadap berbagai
jenis barang, terutama barang yang mengalami kenikan harga, cateris paribus. Sukirno (1998)
menjelaskan 7 faktor yang dianggap paling penting, yaitu: harga barang itu sendiri, harga barang
lain yang terkait, pendapatan rumah tangga, corak distribusi pendapatan masyarakat, selera,
jumlah penduduk, dan ramalan masa depan. Konsumen cenderung berperilaku seperti yang
dilakukan oleh hukum permintaan. Pendekatan yang digunakan diantaranya Indifferent Curve
Approach. Permintaan akan suatu barang adalah keseluruhan barang dan jasa yang akan dibeli
konsumen selama periode waktu dan keadaan tertentu (Lincolyn Arsyad,1996).
D. PERMINTAAN TERHADAP ANAK
Faktor mikro yang berkaitan dengan tingkat fertilitas keluarga berpijak pada teori neo klasik
tentang perilaku konsumen sebagai dasar analisis dimana anak dapat dianggap sebagai komoditi,
seperti halnya barang-barang rumah tangga yang lain, semisal mobil, kulkas, dan sebagainya.
Menurut Todaro (2000) di banyak negara berkembang anak dipandang sebagai investasi, yaitu
sebagai tambahan tenaga untuk menyerap lahan, atau sebagai gantungan hidup, atau sebagai
tabungan dihari tua.
Dengan demikian penentuan fertilitas keluarga atau tingkat permintaan akan anak
merupakan bentuk pilihan ekonomi yang rasional bagi konsumen (dalam hal ini keluarga). Pilihan
menambah jumlah anak diperoleh dengan cara mengorbankan pilihan terhadap barang lain,
dimana keputusan itu pada akhirnya efek substitusi dan efek pendapatan.
Jumlah anak yang diinginkan dipengaruhi secara positif oleh pendapatan keluarga, ceteris
paribus. Disisi lain jumlah anak yang diinginkan akan berhubungan secara negatif terhadap biaya
pemeliharaan anak serta kuatnya keinginan untuk memiliki barang lain.
Secara metematis, hubungan tersebut dapat dinyatakan dengan:
Qc = f ( Y, Pc, Px, Tx)
Keterangan:
Qc : permintaan akan anak , yaitu jumlah anak yang diinginkan dengan diikuti dengan
usaha mempertahankan kehidupannya.
Y : tingkat pendapatan.
Pc :harga neto anak, yaitu biaya oportunitas ditambah biaya-biaya lain guna
mempertahankan kehidupan.
Px : harga barang lain.
Tx : besar kecilnya referensi terhadap barang-barang lain.
Menurut Mahadevan (1986) yang dimaksud dengan harga neto anak adalah biaya oportunitas
yang ditambah dengan biaya-biaya lain guna mempertahankan kehidupan anak, kesemuanya
dapat dinilai atau diukur dengan uang. Komponen yang menyangkut harga neto anak adalah:
Biaya emosi: ketegangan emosi dalam mendisiplinkan anak, mendidik dan menumbuhkan tingkah
laku dan moral yang biak, kekhawatiran atas sehatnya, kegaduhan dalam keluarga, dll.
Biaya ekonomi: biaya merawat kesehatan anak dan biaya pendidikanya.
Biaya oportunitas: kekurangan kebebasan, keterbatasan untuk bersosialisasi, kekurangan
kesempatan untuk mengurus diri sendiri, keterbatasan dalam bekerja, tidak punya waktu untuk
mempertahankan kebutuhan diri sendiri.
Kebutuhan fisik: kegitatan rumah tangga menjadi lebih banyak, merawat anak, kehilangan
waktu istirahat dan keharusan memenuhi kebutuhan pakaian anak.
Biaya keluarga: munculnya ketidaksepakatan dalam perawatan anak, serta berkurangnya
kesempatan untuk mencurahkan kasih sayang kepada pasangan.
Secara grafis, permintaan akan anak yang dipengaruhi oleh harga ’neto’ anak, ceteris
paribus, dengan asumsi anak adalah final goods.
Berdasar gambar di atas dapat dijelaskan bahwa pada tingkat pendapatan keluarga yang
terbatas yang ditunjukkan dengan garis anggaran a-b, dimana harga neto anak dan barang
konsumsi lain sudah tertentu, sementara faktor-faktor lain yang berpengaruh dianggap tetap,
maka tingkat kepuasan maksimal keluarga terletak pada titik B, dengan jumlah anak dan barang
lain yang dikonsumsi yang tertentu pula.
Selanjutnya apabila terjadi kenaikan pada harga neto anak sementara harga konsumsi
barang lain masih tetap, maka keinginan untk menambah anak akan ditunda atau bahkan
dibatalkan, yang kemudian ini berarti keluarga terpaksa harus mencari kepuasan maksimal yang
lebih rendah dari sebelumnya, yang secara grafis ditunjukkan dengan berkurangnya tingkat
kepuasan maksimal yakni dari titik B pindah ketitik A, karenanya garis anggaran berayun kekiri
yakni dari a-b berayun ke a-b”.
Apabila terjadi kenaikan pendapatan keluarga entah karena semakin terbukanya
kesemapatan kerja bagi wanita atau karena semakin tingginya tingkat upah yang diterima, maka
keluarga kini memunyai kesempatan untuk menambah konsumsi barang dan anak secara
bersamaan, yang akan membawa peningkatan kepuasan maksimal keluarga. Secara grafis
ditunjukkan Budget line a-b akan bergeser keatas menjadi a’-b’,dan tingkat kepuasan maksimal
akan bergeser dari titik B ke D. Apabila kenaikan pendapatan terjadi bersamaan waktunya dengan
kenaikan harga neto anak, misalkan pemerintah kini memberlakukan pajak terhadap anak mulai
yang nomor 4 dan seterusnya, maka garis anggaran yang semula c-d yang ditunjukkan dengan
garis anggaran putus-putus dengan demikian akan terjadi kombinasi yang baru atas anak dan
barang lain, dan tingkat kepuasan maksimal keluarga yang baru ditunjukkan dengan titik c. Disini
jumlah anak yang diinginkan keluarga menjadi semakin sedikit dan diganti dengan mengkonsumsi
barang lain karena tambahan penghasilan ternyata lebih banyak digunakan untuk mengkonsumsi
barang lain. Hal ini banyak terjadi pada keluarga yang berpenghasilan rendah, dimana tambahan-
tambahan penghasilan umumnya dipergunakan untuk memperbaiki tingkat kesejahteraan
keluarga mereka.
E. PERMINTAAN KONTRASEPSI
Ada hubungan yang erat antara jumlah anak yang diinginkan (fertilitas) dengan
permintaan kontrasepsi. Fertilitas dan permintaan kontrasepsi mempunyai hubungan negatif,
artinya sepasang PUS yang berkeinginan untuk memiliki jumlah anak sedikit, memiliki
kecenderungan untuk melakukan permintaan kontrasepsi dengan lebih kontinyu. Pernyataan ini
didukung oleh hasil studi yang dilakukan oleh Hatmadji (1990) tentang pengaruh program KB
pada perubahan kontrasepsi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penurunan fertilitas.
Selanjutnya dapat ditarik benang merah bahwa terdapat hubungan yang berkebalikan antara
jumlah anak dengan jumlah kontrasepsi. Khusus bagi keluarga miskin dengan kemampuan
ekonomi yang rendah dan pendapatan yang terbatas akan bertindak realistis, bahwa naiknya
harga neto anak menyebabkan jumlah anak yang ingin dimiliki menjadi semakin sedikit,
selanjutnya keluarga akan menggantikanya dengan mengkonsumsi dengan barang lain yang
bersifat substitusi yang akan memberikan tingkat kepuasan yang sama.
Berikut adalah kurvayang menjelaskan mengenai permintaan kontrasepsi yang merupakan
turunan dari permintaan akan anak, dengan asumsi bahwa anak merupakan komuditi
sebagaimana halnya barang-barang rumah tangga.
Gambar di atas dimulai pada kurva yang bertanda (*) . berdasarkan kurva pertama
dapat dijelaskan bahwa perubahan harga neto anak, cateris paribus, akan berakibat pada
perubahan jumlah anak yang diinginkan oleh sebuah keluarga. Apabila terjadi kenaikan
harga neto anak, seperti yang terlukis pada kurva pertama, yang ditunjukkan dengan
bergesernya harga neto anak dari PA 1 berpindah ke PA 2, maka jumlah anak yang
direncanakan untuk dimiliki akan menjadi berkurang.
Asumsi yang digunakan dalam kajian teori ini adalah bahwa anak dianggap sama
dengan barang lain dalam rumah tangga, dimana harga barang lain tersebut tidak
mengalami perubahan harga atau tetap, demikian juga dengan besarnya pendapatan
keluarga, maka keputusan keluarga untuk mengurangi jumlah anak yang diinginkan akan
diikuti dengan keputusan berikutnya yaitu menambah jumlah barang lain yang bersifat
subtitusi terhadap anak. Hal ini ditunjukkan dengan B1 yang bergeser ke B2 sebagai akibat
A1 ke A2.
Keputusan keluarga untuk mengurangi jumlah anak yang diinginkan membuat
kebutuhan akan kontrasepsi menjadi semakin meningkat. Asumsi yang digunakan adalah
kontrasepsi dipandang sebagai final good yang identic dengan penjarangan anak.
Pengertian final good adalah suatu barang atau komuditi yang dapat dikonsumsi oleh
konsumen akhir. Dalam hal ini kontrasepsi oleh PUS. Penjelasan ini dicerminkan dengan
bergesernya K1 ke atas , yakni ke K2 sebagai respon atas pergeseran A1 ke A2.
Sebagaimana halnya hukum permintaan yang menyatakan hubungan negative antara
harga dan permintaan akan jumlah barang, hukum permintaan juga berlaku dalam kajian
ini. sebagai barang normal, pada saatharga kontrasepsi naik maka jumlah yang diminta
konsumen akan berkurang. Dengan kata lain, jumlah kontrasepsi yang diminta dipengaruhi
oleh harganya sendiri. Hal ini dapat dijelaskan dalam kurva terakhir dalam rangkaian
gambar diats.
Yang perlu diperhatikan, kurva terakhir menyajikan kurva permintaan dalam bentuk
yang sedikit kurang lazim diaman sumbu horizontal menunjukkan harga sedangkan sumbu
vertical menunjukkan jumlah. Ketidaklaziman ini diperlukan dan bisa diterima sebab secara
esensial tidak menyimpang dari teori ekonomi mikro. Ketidaklaziman ini hanya untuk
mempermudah alur pikir dan pembahasan teori. Namun demikian secara matematis justru
penempatan variable independen (harga) pada sumbu vertical adalah penyajian diagram
yang benar, dan menganut apa yang telah dikatakan oleh ahli ekonomi Marshall.
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
http://blog.umy.ac.id/rhilla/2012/12/03/makna-syahadatain-dan-implikasinya/ 12;29
https://ibnaun.wordpress.com/2014/05/17/konsekuensi-dua-kalimat-syahadat/ diakses
tanggal 6 februari 2015 11;52
http://shoutussalam.com/2011/11/makna-dan-konsekuensi-dua-kalimat-syahadat/ 11:53
https://thohafirdaus.wordpress.com/2012/06/15/yang-membatalkan-dua-kalimat-
syahadat/ 11:54
https://lilmessenger.wordpress.com/2008/07/05/10-perkara-yang-membatalkan-
syahadat/ 12:03
http://hanifadzkiy.blogspot.com/2013/05/20-perkara-yang-membatalkan-syahadat.html
12:00
https://abu0mushlih.wordpress.com/2013/08/25/makna-kalimat-syahadat/ 12:02
http://widyaastuti-agrittude.blogspot.co.id/2011/11/fertilitas-penduduk.html 09.17

More Related Content

What's hot

Kontrol populasi
Kontrol populasiKontrol populasi
Kontrol populasinovelia ra
 
Fertilitas
FertilitasFertilitas
FertilitasUFDK
 
Perkawinan dan perceraian dalam demografi
Perkawinan dan perceraian dalam demografiPerkawinan dan perceraian dalam demografi
Perkawinan dan perceraian dalam demografisulusuban
 
Materi kependudukan dalam geografi
Materi kependudukan dalam geografiMateri kependudukan dalam geografi
Materi kependudukan dalam geografiSurya Ardi
 
Dasar dasar-demografi
Dasar dasar-demografiDasar dasar-demografi
Dasar dasar-demografiDani Ibrahim
 
3 pertumbuhan dan pertambahan penduduk
3 pertumbuhan dan pertambahan penduduk3 pertumbuhan dan pertambahan penduduk
3 pertumbuhan dan pertambahan pendudukbodarianna
 
Dinamika kependudukan ppt
Dinamika kependudukan pptDinamika kependudukan ppt
Dinamika kependudukan pptR.a. Furqon
 
Demografi 3
Demografi 3Demografi 3
Demografi 3riyan
 
2. fertilitas e learning
2. fertilitas e learning 2. fertilitas e learning
2. fertilitas e learning PusdiklatKKB
 
konsep dasar demografi, ketenagakerjaan, dan pemetaan
konsep dasar demografi, ketenagakerjaan, dan pemetaankonsep dasar demografi, ketenagakerjaan, dan pemetaan
konsep dasar demografi, ketenagakerjaan, dan pemetaanindah puspa pratiwi
 
Generasi Berencana (GenRe)
Generasi Berencana (GenRe)Generasi Berencana (GenRe)
Generasi Berencana (GenRe)Rajabul Gufron
 
Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)
Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)
Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)Kiki Kino
 
Kelahiran
KelahiranKelahiran
KelahiranGIS3s
 
Demografi 4
Demografi 4Demografi 4
Demografi 4riyan
 

What's hot (19)

Fertilitas
FertilitasFertilitas
Fertilitas
 
Beberapa ukuran dasar demografi
Beberapa ukuran dasar demografiBeberapa ukuran dasar demografi
Beberapa ukuran dasar demografi
 
Kontrol populasi
Kontrol populasiKontrol populasi
Kontrol populasi
 
Fertilitas
FertilitasFertilitas
Fertilitas
 
Perkawinan dan perceraian dalam demografi
Perkawinan dan perceraian dalam demografiPerkawinan dan perceraian dalam demografi
Perkawinan dan perceraian dalam demografi
 
2,1 vs 2,4
2,1 vs 2,42,1 vs 2,4
2,1 vs 2,4
 
Materi kependudukan dalam geografi
Materi kependudukan dalam geografiMateri kependudukan dalam geografi
Materi kependudukan dalam geografi
 
Kependudukan dan lingkungan hidup
Kependudukan dan lingkungan hidupKependudukan dan lingkungan hidup
Kependudukan dan lingkungan hidup
 
Dasar dasar-demografi
Dasar dasar-demografiDasar dasar-demografi
Dasar dasar-demografi
 
3 pertumbuhan dan pertambahan penduduk
3 pertumbuhan dan pertambahan penduduk3 pertumbuhan dan pertambahan penduduk
3 pertumbuhan dan pertambahan penduduk
 
Dinamika kependudukan ppt
Dinamika kependudukan pptDinamika kependudukan ppt
Dinamika kependudukan ppt
 
Demografi 3
Demografi 3Demografi 3
Demografi 3
 
Transisi Demografi
Transisi DemografiTransisi Demografi
Transisi Demografi
 
2. fertilitas e learning
2. fertilitas e learning 2. fertilitas e learning
2. fertilitas e learning
 
konsep dasar demografi, ketenagakerjaan, dan pemetaan
konsep dasar demografi, ketenagakerjaan, dan pemetaankonsep dasar demografi, ketenagakerjaan, dan pemetaan
konsep dasar demografi, ketenagakerjaan, dan pemetaan
 
Generasi Berencana (GenRe)
Generasi Berencana (GenRe)Generasi Berencana (GenRe)
Generasi Berencana (GenRe)
 
Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)
Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)
Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)
 
Kelahiran
KelahiranKelahiran
Kelahiran
 
Demografi 4
Demografi 4Demografi 4
Demografi 4
 

Similar to Lengkap makalah household economics and fertility

Membangun kualitas sumber daya manusia melalui program keluarga berencana di ...
Membangun kualitas sumber daya manusia melalui program keluarga berencana di ...Membangun kualitas sumber daya manusia melalui program keluarga berencana di ...
Membangun kualitas sumber daya manusia melalui program keluarga berencana di ...Irma Damayanti
 
FERTILITAS.pptx
FERTILITAS.pptxFERTILITAS.pptx
FERTILITAS.pptxRani267816
 
Ekonomi_kependudukan_sesi_5_ukuran_kompo.pptx
Ekonomi_kependudukan_sesi_5_ukuran_kompo.pptxEkonomi_kependudukan_sesi_5_ukuran_kompo.pptx
Ekonomi_kependudukan_sesi_5_ukuran_kompo.pptxlianytha
 
Ekonomi SDM Fertilitas dan Moralitas .pptx
Ekonomi SDM Fertilitas dan Moralitas .pptxEkonomi SDM Fertilitas dan Moralitas .pptx
Ekonomi SDM Fertilitas dan Moralitas .pptxDedySetiawan94
 
Dinamika kependudukan indonesia
Dinamika kependudukan indonesiaDinamika kependudukan indonesia
Dinamika kependudukan indonesiawahyunihafnisyah
 
dem3-fert (1).ppt
dem3-fert (1).pptdem3-fert (1).ppt
dem3-fert (1).pptYulitalt
 
Pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi
Pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomiPertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi
Pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomiLucky Maharani Safitri
 
Ips kependudukan
Ips kependudukanIps kependudukan
Ips kependudukanDebora GP
 
Kondisi angka kematian ibu di jember
Kondisi angka kematian ibu di jemberKondisi angka kematian ibu di jember
Kondisi angka kematian ibu di jemberAlifiaRizqi24
 
Kesehatan reproduksi tentang status kesehtan wanita kelompok 8
Kesehatan reproduksi tentang status kesehtan wanita kelompok 8Kesehatan reproduksi tentang status kesehtan wanita kelompok 8
Kesehatan reproduksi tentang status kesehtan wanita kelompok 8Aan Saja
 
SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN REMAJA TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA DI D...
SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN REMAJA TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA DI D...SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN REMAJA TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA DI D...
SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN REMAJA TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA DI D...BeliaLesmana
 
3_7085_GIZ362_092019_pdf.pdf
3_7085_GIZ362_092019_pdf.pdf3_7085_GIZ362_092019_pdf.pdf
3_7085_GIZ362_092019_pdf.pdfambibidullah
 
Review materi perkuliahan pklh
Review materi perkuliahan pklhReview materi perkuliahan pklh
Review materi perkuliahan pklhluluk404
 

Similar to Lengkap makalah household economics and fertility (20)

Membangun kualitas sumber daya manusia melalui program keluarga berencana di ...
Membangun kualitas sumber daya manusia melalui program keluarga berencana di ...Membangun kualitas sumber daya manusia melalui program keluarga berencana di ...
Membangun kualitas sumber daya manusia melalui program keluarga berencana di ...
 
FERTILITAS.pptx
FERTILITAS.pptxFERTILITAS.pptx
FERTILITAS.pptx
 
pelayanan kb
pelayanan kbpelayanan kb
pelayanan kb
 
kependudukan.pptx
kependudukan.pptxkependudukan.pptx
kependudukan.pptx
 
Ekonomi_kependudukan_sesi_5_ukuran_kompo.pptx
Ekonomi_kependudukan_sesi_5_ukuran_kompo.pptxEkonomi_kependudukan_sesi_5_ukuran_kompo.pptx
Ekonomi_kependudukan_sesi_5_ukuran_kompo.pptx
 
6 FERTILITAS - Copy.ppt
6 FERTILITAS - Copy.ppt6 FERTILITAS - Copy.ppt
6 FERTILITAS - Copy.ppt
 
Ekonomi SDM Fertilitas dan Moralitas .pptx
Ekonomi SDM Fertilitas dan Moralitas .pptxEkonomi SDM Fertilitas dan Moralitas .pptx
Ekonomi SDM Fertilitas dan Moralitas .pptx
 
12677180.ppt
12677180.ppt12677180.ppt
12677180.ppt
 
Dinamika kependudukan indonesia
Dinamika kependudukan indonesiaDinamika kependudukan indonesia
Dinamika kependudukan indonesia
 
dem3-fert (1).ppt
dem3-fert (1).pptdem3-fert (1).ppt
dem3-fert (1).ppt
 
Pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi
Pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomiPertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi
Pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi
 
Ips kependudukan
Ips kependudukanIps kependudukan
Ips kependudukan
 
Pendidikan kependudukan dan lingkungan hidup
Pendidikan kependudukan dan lingkungan hidupPendidikan kependudukan dan lingkungan hidup
Pendidikan kependudukan dan lingkungan hidup
 
Kondisi angka kematian ibu di jember
Kondisi angka kematian ibu di jemberKondisi angka kematian ibu di jember
Kondisi angka kematian ibu di jember
 
Kesehatan reproduksi tentang status kesehtan wanita kelompok 8
Kesehatan reproduksi tentang status kesehtan wanita kelompok 8Kesehatan reproduksi tentang status kesehtan wanita kelompok 8
Kesehatan reproduksi tentang status kesehtan wanita kelompok 8
 
SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN REMAJA TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA DI D...
SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN REMAJA TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA DI D...SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN REMAJA TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA DI D...
SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN REMAJA TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA DI D...
 
3_7085_GIZ362_092019_pdf.pdf
3_7085_GIZ362_092019_pdf.pdf3_7085_GIZ362_092019_pdf.pdf
3_7085_GIZ362_092019_pdf.pdf
 
Review materi perkuliahan pklh
Review materi perkuliahan pklhReview materi perkuliahan pklh
Review materi perkuliahan pklh
 
Ukuran Tingkat Kematian.ppt
Ukuran Tingkat Kematian.pptUkuran Tingkat Kematian.ppt
Ukuran Tingkat Kematian.ppt
 
IPS
IPS IPS
IPS
 

Recently uploaded

Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IMateri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IIkaAliciaSasanti
 
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen StrategikKonsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategikmonikabudiman19
 
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelBab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelAdhiliaMegaC1
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxZefanya9
 
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalKELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalAthoillahEconomi
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...OknaRyana1
 
SIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan analisis transaksi).ppt
SIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan  analisis transaksi).pptSIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan  analisis transaksi).ppt
SIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan analisis transaksi).pptAchmadHasanHafidzi
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxHakamNiazi
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bankzulfikar425966
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...ChairaniManasye1
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnyaIndhasari3
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptFrida Adnantara
 
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal KerjaPengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerjamonikabudiman19
 
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN IPIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN IAccIblock
 
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.pptPengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.pptAchmadHasanHafidzi
 
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.pptBab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.pptatiakirana1
 
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfKESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfNizeAckerman
 
Perkembangan-Industri-Fintech-di-Indonesia.pptx
Perkembangan-Industri-Fintech-di-Indonesia.pptxPerkembangan-Industri-Fintech-di-Indonesia.pptx
Perkembangan-Industri-Fintech-di-Indonesia.pptxzulfikar425966
 

Recently uploaded (20)

Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IMateri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
 
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen StrategikKonsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
 
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelBab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
 
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalKELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
 
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
 
SIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan analisis transaksi).ppt
SIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan  analisis transaksi).pptSIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan  analisis transaksi).ppt
SIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan analisis transaksi).ppt
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
 
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal KerjaPengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
 
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN IPIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
 
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.pptPengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
 
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.pptBab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
 
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfKESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
 
Perkembangan-Industri-Fintech-di-Indonesia.pptx
Perkembangan-Industri-Fintech-di-Indonesia.pptxPerkembangan-Industri-Fintech-di-Indonesia.pptx
Perkembangan-Industri-Fintech-di-Indonesia.pptx
 

Lengkap makalah household economics and fertility

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di negara maju, jumlah penduduk yang besar disertai dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang tinggi. Sedangkan di negara berkembang jumlah penduduk yang besar secara kuantitatif tidak disertai dengan kualitas yang memadai. Ini mengakibatkan penduduk menjadi beban pembangunan disegala aspek baik pembangunan secara ekonomi dan pembangunan secara sosial. Masalah kependudukan di Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar dan distribusi yang tidak merata. Hal itu dibarengi dengan masalah lain yang lebih spesifik, yaitu angka fertilitas dan ukuran keluarga yang diharapkan oleh rumah tangga. Kondisi ini dianggap tidak menuntungkan dari sisi pembangunan ekonomi. Hal itu diperkuat dengan kenyataan bahwa kualitas penduduk masih rendah sehingga penduduk lebih diposisikan sebagai beban daripada modal pembangunan. B. Rumusan Masalah 1. Apa itu fertilitas ? 2. Bagaimana hubungan antara ekonomi rumah tangga dan fertilitas ? 3. Bagaimanakah teori permintaan dalam mempresentasikan jumlah keluarga yang diinginkan ? C. Tujuan Penulisan
  • 2. 1. Mengetahui tentang fertilitas 2. Mengetahui hubungan antara rumah tangga dan fertilitas 3. Mengetahui jumlah keluarga yang diinginkan yang dipresentasikan melalui teori permintaan anak
  • 3. BAB II PEMBAHASAN Jumlah anak memengaruhi persiapan masa depan keluarga untuk merencanakan kehidupan yang lebih baik dimasa depan. Dengan jumlah anak yang sedikit, maka orang tua akan lebih mantap memersiapkan generasi penerusnya lebih baik. Tantangan yang dihadapi keluarga sebagai bagian terkecil dari masyarakat, semakin kuat tiap tahun. Pengaruh eksternal yang semakin kuat itu membuat dibutuhkannya ketahanan keluarga yang mantap untuk menghadapi kondisi tersebut. Karena itu, program Keluarga Berencana (KB) yang digalakkan pemerintah, punya peran penting dalam membangun sumber daya manusia yang handal. Jadi, tidak hanya mengendalikan kelahiran, namun lebih dari itu, bertujuan membantu keluarga dan individu dalam mewujudkan keluarga yang berkualitas, sejahtera, dan mandiri. Ciptakanlah keluarga yang berkualitas, jumlah anak sedikit, tetapi berkualitas. Orang tua menginginkan anak yang cerdas, mandiri, berkepribadian mantap sehingga dihasilkan SDM yang berguna dan bermanfaat bagi nusa dan bangsa. Keluarga kecil lebih mampu menyediakan sandang, pangan, papan, yang terpenting adalah limpahan kasih sayangnya lebih besar untuk anak-anaknya. A. FERTILITAS Fertilitas (kelahiran) sebagai istilah demografi yang diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari seorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut dengan banyaknya bayi yang lahir hidup. Fekunditas sebaliknya, merupakan potensi fisik untuk melahirkan anak. Kedua hal ini berkaitan erat, dimana fekunditas merupakan modal awal dari seorang perempuan untuk mengalami fertilitas dalam hidupnya dan seorang yang telah mengalami fertilitas pasti fekunditasnya baik. Konnsep-konsep fertilitas yaitu : Dalam buku Dasar-Dasar Demografi terbitan FE-UI, dijlaskan konsep-konsep penting yang harus dipegang dalam mengkaji fenomena fertilitas diantaranya :
  • 4. • Lahir hidup (Life Birth), menurut WHO, adalah suatu kelahiran seorang bayi tanpa memperhitungkan lamanya di dalam kandungan, dimana si bayi menunjukkan tanda-tanda kehidupan, misal : bernafas, ada denyut jantungnya atau tali pusat atau gerakan-gerakan otot. • Lahir mati (Still Birth) adalah kelahiran seorang bayi dari kandungan yang berumur paling sedikit 28 minggu, tanpa menunjukkan tanda-tanda kehidupan. • Abortus adalah kematian bayi dalam kandungan dengan umur kurang dari 28 minggu. Ada dua macam abortus : disengaja (induced) dan tidak disengaja (spontaneus). Abortus yang disengaja mungkin lebih sering kita kenal dengan istilah aborsi dan yang tidak disengaja lebih sering kita kenal dengan istilah keguguran. • Masa reproduksi (Childbearing age) adalah masa dimana perempuan melahirkan, yang disebut juga usia subur (15-49 tahun). Fertilitas menyangkut peranan kelahiran pada perubahan penduduk. Faktor-faktor yang memengaruhi fertilitas adalah, yaitu : 1. Anggapan/kepercayaan yang dianut masyarakat 2. Gender Untuk menghitung fertilitas dibagi menjadi dua, yaitu :
  • 5. A. Ukuran Fertilitas Tahunan 1. Tingkat Fertilitas Kasar (Crude Birth Rate) Tingkat fertilitas kasar merupakan jumlah kelahiran setiap 1.000 penduduk pertahun. Dalam ukuran CBR, jumlah kelahiran tidak dikaitkan secara langsung dengan penduduk wanita, melainkan dengan penduduk secara keseluruhan. CBR = Keterangan : B : Jumlah seluruh kelahiran P : Jumlah penduduk pada pertengahan tahun
  • 6. K : Bilangan konstanta bernilai 1.000 Tingkat kelahiran ini dapat digolongkan dalam tiga tingkat criteria sebagai berikut : Tingkat kelahiran golongan > 30 = Tinggi 20-30 = Sedang < 20 = Rendah Adapun kelemahan dalam perhitungan CBR yakni tidak memisahkan penduduk laki-laki dan penduduk perempuan yang masih kanak-kanak dan yang berumur 50 tahun keatas. Jadi, angka yang dihasilkan sangat kasar. Sedangkan kelebihan dalam penggunaan ukuran CBR adalah perhitungan ini sederhana, karena hanya memerlukan keterangan tentang jumlah anak yang dilahirkan dan jumlah penduduk pada pertengahan tahun. 2. Tingkat Fertilitas Umum (General Fertility Rate) Tingkat fertilitas umum mengandung pengertia sebagai jumlah kelahiran (lahir hidup) per 1.000 wanita usia produktif (15-49 tahun) pada tahun tertentu. Pada tingkat fertilitas kasar masih terlalu kasar karena membandingkan jumlah kelahiran dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Tetapi pada tingkat fertilitas umum ini pada penyebutnya sudah tidak menggunakan jumlah penduduk pada pertengahan tahun lagi, tetapi jumlah penduduk wanita pertengahan tahun umur 15-49 tahun. GFR = Keterangan : B : Jumlah bayi lahir pada tahun tertentu
  • 7. Pf (15-49) : Jumlah Penduduk wanita umur 15-49 tahun pada pertengahan tahun K :Bilangan konstanta bernilai 1.000 Kelemahan dari penggunaan ukuran GFR adalah ukuran ini tidak membedakan kelompok umur, sehingga wanita yang berumur 40 tahun dianggap memiliki resiko melahirkan yang sama besarnya dengan wanita yang berumur 25 tahun. Namun, kelebihan dari penggunaan ukuran ini ialah ukuran ini cermat daripada CBR karena hanya memasukan wanita yang berumur 15-49 tahun atau sebagai penduduk yang “esposed to risk” 3. Tingkat Fertilitas Menurut Umur (Age Specific Fertility Rate) Diantara kelompok wanita reproduksi (15-49 tahun) terdapat variasi kemampuan melahirkan, karena itu perlu dihitung tingkat fertilitas wanita pada tiap-tiap kelompok umur. Dengan mengetahui angka-angka ini dapat pula dilakukan perbandingan fertilitas antar penduduk dari daerah yang berbeda. ASFR = Keterangan : Bi : Jumlah kelahiran pada perempuan kelompok umur I pada tahun tertentu Pf i : Jumlah penduduk kelompok umur I pada pertengahan tahun yang sama Berdasarkan dua kondisi diatas, dapatlah disebutkan beberapa masalah (terkait dengan SDM) sebagai berikut : a. Jika fertilitas semakin meningkat maka akan menjadi beban pemerintah dalam hal penyediaan aspek fisik misalnya fasilitas kesehatan ketimbang aspek intelektual
  • 8. b. Fertilitas meningkat maka pertumbuhan penduduk akan semakin meningkat tinggi akibatnya bagi suatu negara berkembang akan menunjukkan korelasi negative dengan tingkat kesejahteraan penduduknya c. Jika ASFR 20-24 terus meningkat maka akan berdampak kepada investasi SDM yang semakin menurun. Adapun kelebihan dari penggunaan ukuran ASFR antara lain : a. Ukuran lebih cermat dari GFR karena sudah membagi penduduk yang “exposed to risk” kedalam berbagai kelompok umur b. Dengan ASFR dimungkinkan pembuatan analaisa perbedaan fertilitas (current fertility) menurut berbagai karakteristik wanita c. Dengan ASFR dimungkinkan dilakukannya studi fertilitas menurut kohor d. ASFR ini merupakan dasar untuk perhitungan ukuran fertilitas dan reproduksi selanjutnya Namun dalam pengukuran ASFR masih terdapat beberapa kelemahan diantaranya yaitu : a. Ukuran ini membutuhkan data yang terperinci yaitu banyaknya kelahiran untuk tiap kelompok umur belum tentu ada ditiap negara/daerah, terutama negara yang sedang berkembang. Jadi pada kenyataannya susah sekali mendapatkan ukuran ASFR b. Tidak menunjukkan ukuran fertilitas untuk keseluruhan wanita berumur 15-49 tahun 4. Tingkat Fertilitas menurut Urutan Kelahiran (Birth Order Specific Fertility Rate) Tingkat fertilitas menurut urutan kelahiran sangat penting untuk mengukur tinggi rendahnya fertilitas suatu negara. Kemungkinan seseorang istri menambah kelahiran tergantung pada jumlah anak yang telah dilahirkannya. Seorang istri mungkin menggunakan alat kontrasepsi setelah memiliki
  • 9. jumlah anak tertentu dan juga umur anak yang masih hidup B. Ukuran Fertilitas Kumulatif 1. Total Fertility Rate Total Fertility Rate/TFR adalah rata-rata jumlah anak yang dilahikran seorang wanita sampai akhir masa reproduksinya. Keterangan : i : Kelompok umur (15-19) tahun sampai dengan (45-49) tahun ASFRi :banyaknya kelahiran untuk perempuan kelompok umur i Kebaikan dari TFR adalah merupakan ukuran untuk seluruh wanita usia 15- 49 tahun, yang dihitng berdasarkan angka kelahiran menurut umur. 2. Gross Reproduction Rate Angka yang menunjukkan rata-rata jumlah anak perempuan yang dilahirkan oleh seorang wanita selama masa hidupnya, dengan mengikuti pola fertilitas dan mortalitas yang sama seperti ibunya. Dalam GRR tidak memerhitungkan unsur kematian. 3. Net Reproduction Rate Angka yang menunjukkan rata-rata jumlah anak perempuan yang dilahirkan oleh seorang wanita selama hidupnya sampai dapat menggantikan kedudukan ibunya, dengan mengikuti pola fertilitas dan mortalitas yang sama seperti ibunya. Ukuran GRR memerhitungkan unsur kematian ∑= = 7 1 5 i ASFRiTFR
  • 10. 4. Child Woman Rate Perbandingan antara jumlah anak dibawah umur 5 tahun dengan wanita usia reproduksi. CWR= Keterangan : P(0-4) : Jumlah penduduk usia dibawah 5 tahun Pf (15-49) : Jumlah penduduk perempuan usia 15-49 tahun K : Konstanta yang nilainya berjumlah 1000 Kelebihan pengukuran CWR adalah tidak usah membuat pertanyaan khusus untuk mendapatkan data yang diperlukan , dan pengukuran ini bergunan untuk identifikasi fertilitas di daerah kecil sebab dinegara yang registrasinya cukup baik pun, statistic kelahiran tidak ditabulasikan untuk daerah yang kecil Kelemahannya adalah langsung dipengaruhi oleh kekurangan pelaporan tentang anak, yang sering terjadi di negara berkembang. Walaupun kekurangan pelaporan juga terjadi di kelompok ibunya namun secara Dari beberapa hasil penelitian mengenai fertilitas, dilihat dari segi ekonomi yang menjadi penyebab utama tinggi rendahnya fertilitas adalah beban ekonomi keluarga. Anak dalam jumlah yang banyak, bila tidak berkualitas justru menambah dan bahkan akan memperberat beban orang tua kelak. Dengan anggapan seperti ini, mereka menginginkan jumlah anak yang sedikit, tetapi berkualitas. Ini jelas membutuhkan waktu, tenaga, perhatian, dan biaya yang tidak sedikit yang pada akhirnya akan menjadi beban orang tua. Berkaitan dengan ini, orang tua cenderung ingin memiliki anak sedikit.
  • 11. B. TEORI EKONOMI TENTANG FERTILITAS Pandangan bahwa faktor-faktor ekonomi mempunyai pengaruh yang kuat terhadap fertilitas bukanlah suatu hal yang baru. Dasar pemikiran utama dari teori ‘transisi demografis’ yang sudah terkenal luas adalah bahwa sejalan dengan diadakannya pembangunan sosial-ekonomi, maka fertilitas lebih merupakan suatu proses ekonomis dari pada proses biologis. Berbagai metode pengendalian fertilitas seperti penundaan perkawinan, senggama terputus dan kontrasepsi dapat digunakan oleh pasangan suami istri yang tidak menginginkan mempunyai keluarga besar, dengan anggapan bahwa mempunyai banyak anak berarti memikul beban ekonomis dan menghambat peningkatan kesejahteraan sosial dan material. Bahkan sejak awal pertengahan abad ini, sudah diterima secara umum bahwa hal inilah yang menyebabkan penurunan fertilitas di Eropa Barat dan Utara dalam abad 19. Leibenstein dapat dikatakan sebagai peletak dasar dari apa yang dikenal dengan “teori ekonomi tentang fertilitas”. Menurut Leibenstein tujuan teori ekonomi fertilitas adalah: “untuk merumuskan suatu teori yang menjelaskan faktor-faktor yang menentukan jumlah kelahiran anak yang dinginkan per keluarga. Tentunya, besarnya juga tergantung pada berapa banyak kelahiran yang dapat bertahan hidup (survive). Tekanan yang utama adalah bahwa cara bertingkah laku itu sesuai dengan yang dikehendaki apabila orang melaksanakan perhitungan-perhitungan kasar mengenai jumlah kelahiran anak yang dinginkannya. Dan perhitungan perhitungan yang demikian ini tergantung pada keseimbangan antara kepuasan atau kegunaan (utility) yang diperoleh dari biaya tambahan kelahiran anak, baik berupa uang maupun psikis. Ada tiga macam tipe kegunaan yaitu (a) kegunaan yang diperoleh dari anak sebagai suatu ‘barang konsumsi’ misalnya sebagai sumber hiburan bagi orang tua; (b) kegunaan yang diperoleh dari anak sebagai suatu sarana produksi, yakni, dalam beberapa hal tertentu anak diharapkan untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu dan menambah pendapatan keluarga; dan (c) kegunaan yang diperoleh dari anak sebagai sumber ketentraman, baik pada hari tua maupun sebaliknya”. Menurut Leibenstein anak dilihat dari dua aspek yaitu aspek kegunaannya (utility) dan aspek biaya (cost). Kegunaannya adalah memberikan kepuasaan, dapat memberikan balas jasa ekonomi atau membantu dalam kegiatan berproduksi serta merupakan sumber yang dapat menghidupi orang tua di masa depan. Sedangkan pengeluaran untuk membesarkan anak adalah biaya dari mempunyai anak tersebut. Biaya memiliki tambahan seoarang anak dapat dibedakan atas biaya langsung dan biaya tidak langsung.
  • 12. Yang dimaksud biaya langsung adalah biaya yang dikeluarkan dalam memelihara anak seperti memenuhi kebutuhan sandang dan pangan anak sampai ia dapat berdiri sendiri. Yang dimaksud biaya tidak langsung adalah kesempatan yang hilang karena adanya tambahan seoarang anak. Misalnya, seoarang ibu tidak dapat bekerja lagi karena harus merawat anak, kehilangan penghasilan selama masa hamil, atau berkurangnya mobilitas orang tua yang mempunyai tanggungan keluarga besar (Leibenstein, 1958). Menurut Leibenstein, apabila ada kenaikan pendapatan maka aspirasi orang tua akan berubah. Orang tua menginginkan anak dengan kualitas yang baik. Ini berarti biayanya naik. Pengembangan lebih lanjut tentang ekonomi fertititas dilakukan oleh Gary S. Becker dengan artikelnya yang cukup terkenal yaitu “An Economic Analysis of Fertility”. Menurut Becker anak dari sisi ekonomi pada dasarnya dapat dianggap sebagai barang konsumsi (a consumption good, consumer’s durable) yang memberikan suatu kepuasan (utility) tertentu bagi orang tua. Bagi banyak orang tua, anak merupakan sumber pendapatan dan kepuasan (satisfaction). Secara ekonomi fertilitas dipengaruhi oleh pendapatan keluarga, biaya memiliki anak dan selera. Meningkatnya pendapatan (income) dapat meningkatkan permintaan terhadap anak. Karya Becker kemudian berkembang terus antara lain dengan terbitanya buku A Treatise on the Family. Perkembangan selanjutnya analisis ekonomi fertilitas tersebut kemudian membentuk teori baru yang disebut sebagai ekonomi rumah tangga (household economics). Analisis ekonomi fertilitas yang dilakukan oleh Becker kemudian diikuti pula oleh beberapa ahli lain seperti Paul T. Schultz, Mark Nerlove, Robert J. Willis dan sebagainya. Dalam tulisannya yang berjudul Economic growth and population: Perspective of the new home economics6 Nerlove mengemukakan: “Ekonomi rumah tangga terdiri dari empat unsur utama, yaitu (a) suatu fungsi kegunaan. Yang dimaksud kegunaan disini bukanlah dalam arti komoditi fisik melainkan berbagai kepuasan yang dihasilkan rumah tangga; (b) suatu teknologi produksi rumah tangga; (c) suatu lingkungan pasar tenaga kerja yang menyediakan sarana untuk merubah sumber-sumber daya rumah tangga menjadi komoditi pasar; dan (d) sejumlah keterbatasan sumber-sumber daya rumah tangga yang terdiri dari harta warisan dan waktu yang tersedia bagi setiap anggota rumah tangga untuk melakukan produksi rumah tangga dan kegiatankegiatan pasar. Waktu yang tersedia dapat berbeda-beda kualitasnya, dan dalam hal ini tentunya termasuk juga sumberdaya manusia (human capital) yang diwariskan dan investasi sumberdaya manusia dilakukan oleh suatu generasi baik untuk kepentingan tingkah laku generasi-generasi yang akan datang maupun untuk kepentingan tingkah laku sendiri”
  • 13. Dalam analisis ekonomi fertilitas dibahas mengapa permintaan akan anak berkurang bila pendapatan meningkat; yakni apa yang menyebabkan harga pelayanan anak berkaitan dengan pelayanan komoditi lainnya meningkat jika pendapatan meningkat? New household economics berpendapat bahwa (a) orang tua mulai lebih menyukai anak-anak yang berkualitas lebih tinggi dalam jumlah yang hanya sedikit sehingga “harga beli” meningkat; (b) bila pendapatan dan pendidikan meningkat maka semakin banyak waktu (khususnya waktu ibu) yang digunakan untuk merawat anak. Jadi anak menjadi lebih mahal. Di dalam setiap kasus, semua pendekatan ekonomi melihat fertilitas sebagai hasil dari suatu keputusan rasional yang didasarkan atas usaha untuk memaksimalkan fungsi utility ekonomis yang cukup rumit yang tergantung pada biaya langsung dan tidak langsung, keterbatasan sumberdaya, selera. Topik-topik yang dibahas dalam ekonomi fertilitas antara berkaitan dengan pilihan-pilihan ekonomi seseorang dalam menentukan fertilitas (jumlah dan kualitas anak). Pertimbangan ekonomi dalam menentukan fertilitas terkait dengan income, biaya (langsung maupun tidak langsung), selera, modernisasi dan sebagainya. Sejalan dengan apa yang telah dikemukakan Becker, Bulato menulis tentang konsep demand for children andsupply of children. Konsep demand for children dan supply of children dikemukakan dalam kaitan menganalisiseconomic determinan factors dari fertilitas. Bulatao mengartikan konsep demand for children sebagai jumlah anak yang dinginkan. Termasuk dalam pengertian jumlah adalah jenis kelamin anak, kualitas, waktu memliki anak dan sebagainya. Konsep demand for children diukur melalui pertanyaan survey tentang “jumlah keluarga yang ideal atau diharapkan atau diinginkan”. Pertanyaannya, apakah konsep demand for children berlaku di negara berkembang. Apakah pasangan di negara berkembang dapat memformulasikan jumlah anak yang dinginkan? Menurut Bulato, jika pasangan tidak dapat memformulasikan jumlah anak yang dinginkan secara tegas maka digunakan konsep latent demand dimana jumlah anak yang dinginkan akan disebut oleh pasangan ketika mereka ditanya. Menurut Bulatao, modernisasi berpengaruh terhadap demand for children dalam kaitan membuat latent demand menjadi efektif. Menurut Bulatao, demand for children dipengaruhi (determined) oleh berbagai faktor seperti biaya anak, pendapatan keluarga dan selera. Dalam artikel tersebut Bulato membahas masing-masing faktor tersebut (biaya anak, pendapatan, selera) secara lebih detail. Termasuk didalamnya dibahas
  • 14. apakah anak bagi keluarga di negara berkembang merupakan “net supplier “ atau tidak. Sedang supply of children diartikan sebagai banyaknya anak yang bertahan hidup dari suatu pasangan jika mereka tidak berpisah/cerai pada suatu batas tertentu. Supply tergantung pada banyaknya kelahiran dan kesempatan untuk bertahan hidup. Supply of children berkaitan dengan konsep kelahiran alami (natural fertility). Menurut Bongart dan Menken fertilitas alami dapat diidentifikasi melalui lima hal utama, yaitu: a. Ketidak-suburan setelah melahirkan (postpartum infecundibality) b. Waktu menunggu untuk konsepsi (waiting time to conception) c. Kematian dalam kandungan (intraurine mortality) d. Sterilisasi permanen (permanent sterility) e. Memasuki masa reproduksi (entry into reproductive span) Analisis ekonomi tentang fertilitas juga dikemukakan oleh Richard A. Easterlin. Menurut Easterlin permintaan akan anak sebagian ditentukan oleh karakteristik latar belakang individu seperti agama, pendidikan, tempat tinggal, jenis/tipe keluarga dan sebagainya. Setiap keluarga mempunyai norma-norma dan sikap fertilitas yang dilatarbelakangi oleh karakteristik diatas. Easterlin juga mengemukakan perlunya menambah seperangkat determinan ketiga (disamping dua determinan lainnya: permintaan anak dan biaya regulasi fertilitas) yaitu mengenai pembentukan kemampuan potensial dari anak. Hal ini pada gilirannya tergantung pada fertilitas alami (natural fertility) dan kemungkinan seorang bayi dapat tetap hidup hingga dewasa. Fertilitas alami sebagian tergantung pada faktor-faktor fisiologis atau biologis, dan sebagian lainnya tergantung pada praktek-praktek budaya. Apabila pendapatan meningkat maka terjadilah perubahan “suplai” anak karena perbaikan gizi, kesehatan dan faktor-faktor biologis lainnya. Demikian pula perubahan permintaan disebabkan oleh perubahan pendapatan, harga dan “selera”. Pada suatu saat tertentu, kemampuan suplai dalam suatu masyarakat bisa melebihi permintaan atau sebaliknya. Easterlin berpendapat bahwa bagi negara-negara berpendapatan rendah permintaan mungkin bisa sangat tinggi tetapi suplainya rendah, karena terdapat pengekangan biologis terhadap kesuburan. Hal ini menimbulkan suatu permintaan “berlebihan” (excess demand) dan juga menimbulkan sejumlah besar orang yang benar- benar tidak menjalankan praktek-praktek pembatasan keluarga. Di pihak lain, pada tingkat pendapatan yang tinggi, permintaan adalah rendah sedangkan kemampuan
  • 15. suplainya tinggi, maka akan menimbulkan suplai “berlebihan” (over supply) dan meluasnya praktek keluarga berencana. John C. Caldwell juga melakukan analisis fertilitas dengan pendekatan ekonomi sosiologis. Tesis fundamentalnya adalah bahwa tingkah laku fertilitas dalam masyarakat pra- tradisional dan pasca-transisional itu dilihat dari segi ekonomi bersifat rasional dalam kaitannya dengan tujuan ekonomi yang telah ditetapkan dalam masyarakat, dan dalam arti luas dipengaruhi juga oleh faktor-faktor biologis dan psikologis. Teori Caldwell menekankan pada pentingnya peranan keluarga dalam arus kekayaan netto (net wealth flows) antar generasi dan juga perbedaan yang tajam pada regim demografis pra-transisi dan pasca-transisi. Caldwell mengatakan bahwa “sifat hubungan ekonomi dalam keluarga” menentukan kestabilan atau ketidak-stabilan penduduk. Jadi pendekatannya lebih menekankan pada dikenakannya tingkah laku fertilitas terhadap individu (atau keluarga inti) oleh suatu kelompok keluarga yang lebih besar (bahkan yang tidak sedaerah) dari pada oleh “norma-norma” yang sudah diterima masyarakat. Seperti diamati oleh Caldwell, didalam keluarga selalu terdapat tingkat eksploitasi yang besar oleh suatu kelompok (atau generasi) terhadap kelompok atau generasi lainnya, sehingga jarang dilakukan usaha pemaksimalan manfaat individu. C. HUKUM PERMINTAAN Hukum permintaan pada hakikatnya merupakan suatu hipotesa yang menyatakan: makin rendah harga suatu barang, maka makin banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya, makin tinggi harga suatu barang, maka makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut. Jumlah permintaan dan tingkat harga memiliki hubungan seperti tersebut diatas, dikarenakan : kenaikan harga menyebabkan pendapatan pendapatan riil para pembeli berkurang. Pendapatan yang menurun mengakibatkan pembeli mengurangi pembelian terhadap berbagai jenis barang, terutama barang yang mengalami kenikan harga, cateris paribus. Sukirno (1998) menjelaskan 7 faktor yang dianggap paling penting, yaitu: harga barang itu sendiri, harga barang lain yang terkait, pendapatan rumah tangga, corak distribusi pendapatan masyarakat, selera, jumlah penduduk, dan ramalan masa depan. Konsumen cenderung berperilaku seperti yang dilakukan oleh hukum permintaan. Pendekatan yang digunakan diantaranya Indifferent Curve Approach. Permintaan akan suatu barang adalah keseluruhan barang dan jasa yang akan dibeli konsumen selama periode waktu dan keadaan tertentu (Lincolyn Arsyad,1996). D. PERMINTAAN TERHADAP ANAK Faktor mikro yang berkaitan dengan tingkat fertilitas keluarga berpijak pada teori neo klasik
  • 16. tentang perilaku konsumen sebagai dasar analisis dimana anak dapat dianggap sebagai komoditi, seperti halnya barang-barang rumah tangga yang lain, semisal mobil, kulkas, dan sebagainya. Menurut Todaro (2000) di banyak negara berkembang anak dipandang sebagai investasi, yaitu sebagai tambahan tenaga untuk menyerap lahan, atau sebagai gantungan hidup, atau sebagai tabungan dihari tua. Dengan demikian penentuan fertilitas keluarga atau tingkat permintaan akan anak merupakan bentuk pilihan ekonomi yang rasional bagi konsumen (dalam hal ini keluarga). Pilihan menambah jumlah anak diperoleh dengan cara mengorbankan pilihan terhadap barang lain, dimana keputusan itu pada akhirnya efek substitusi dan efek pendapatan. Jumlah anak yang diinginkan dipengaruhi secara positif oleh pendapatan keluarga, ceteris paribus. Disisi lain jumlah anak yang diinginkan akan berhubungan secara negatif terhadap biaya pemeliharaan anak serta kuatnya keinginan untuk memiliki barang lain. Secara metematis, hubungan tersebut dapat dinyatakan dengan: Qc = f ( Y, Pc, Px, Tx) Keterangan: Qc : permintaan akan anak , yaitu jumlah anak yang diinginkan dengan diikuti dengan usaha mempertahankan kehidupannya. Y : tingkat pendapatan. Pc :harga neto anak, yaitu biaya oportunitas ditambah biaya-biaya lain guna mempertahankan kehidupan. Px : harga barang lain. Tx : besar kecilnya referensi terhadap barang-barang lain. Menurut Mahadevan (1986) yang dimaksud dengan harga neto anak adalah biaya oportunitas yang ditambah dengan biaya-biaya lain guna mempertahankan kehidupan anak, kesemuanya
  • 17. dapat dinilai atau diukur dengan uang. Komponen yang menyangkut harga neto anak adalah: Biaya emosi: ketegangan emosi dalam mendisiplinkan anak, mendidik dan menumbuhkan tingkah laku dan moral yang biak, kekhawatiran atas sehatnya, kegaduhan dalam keluarga, dll. Biaya ekonomi: biaya merawat kesehatan anak dan biaya pendidikanya. Biaya oportunitas: kekurangan kebebasan, keterbatasan untuk bersosialisasi, kekurangan kesempatan untuk mengurus diri sendiri, keterbatasan dalam bekerja, tidak punya waktu untuk mempertahankan kebutuhan diri sendiri. Kebutuhan fisik: kegitatan rumah tangga menjadi lebih banyak, merawat anak, kehilangan waktu istirahat dan keharusan memenuhi kebutuhan pakaian anak. Biaya keluarga: munculnya ketidaksepakatan dalam perawatan anak, serta berkurangnya kesempatan untuk mencurahkan kasih sayang kepada pasangan. Secara grafis, permintaan akan anak yang dipengaruhi oleh harga ’neto’ anak, ceteris paribus, dengan asumsi anak adalah final goods.
  • 18. Berdasar gambar di atas dapat dijelaskan bahwa pada tingkat pendapatan keluarga yang terbatas yang ditunjukkan dengan garis anggaran a-b, dimana harga neto anak dan barang konsumsi lain sudah tertentu, sementara faktor-faktor lain yang berpengaruh dianggap tetap, maka tingkat kepuasan maksimal keluarga terletak pada titik B, dengan jumlah anak dan barang lain yang dikonsumsi yang tertentu pula. Selanjutnya apabila terjadi kenaikan pada harga neto anak sementara harga konsumsi barang lain masih tetap, maka keinginan untk menambah anak akan ditunda atau bahkan dibatalkan, yang kemudian ini berarti keluarga terpaksa harus mencari kepuasan maksimal yang lebih rendah dari sebelumnya, yang secara grafis ditunjukkan dengan berkurangnya tingkat kepuasan maksimal yakni dari titik B pindah ketitik A, karenanya garis anggaran berayun kekiri yakni dari a-b berayun ke a-b”.
  • 19. Apabila terjadi kenaikan pendapatan keluarga entah karena semakin terbukanya kesemapatan kerja bagi wanita atau karena semakin tingginya tingkat upah yang diterima, maka keluarga kini memunyai kesempatan untuk menambah konsumsi barang dan anak secara bersamaan, yang akan membawa peningkatan kepuasan maksimal keluarga. Secara grafis ditunjukkan Budget line a-b akan bergeser keatas menjadi a’-b’,dan tingkat kepuasan maksimal akan bergeser dari titik B ke D. Apabila kenaikan pendapatan terjadi bersamaan waktunya dengan kenaikan harga neto anak, misalkan pemerintah kini memberlakukan pajak terhadap anak mulai yang nomor 4 dan seterusnya, maka garis anggaran yang semula c-d yang ditunjukkan dengan garis anggaran putus-putus dengan demikian akan terjadi kombinasi yang baru atas anak dan barang lain, dan tingkat kepuasan maksimal keluarga yang baru ditunjukkan dengan titik c. Disini jumlah anak yang diinginkan keluarga menjadi semakin sedikit dan diganti dengan mengkonsumsi barang lain karena tambahan penghasilan ternyata lebih banyak digunakan untuk mengkonsumsi barang lain. Hal ini banyak terjadi pada keluarga yang berpenghasilan rendah, dimana tambahan- tambahan penghasilan umumnya dipergunakan untuk memperbaiki tingkat kesejahteraan keluarga mereka. E. PERMINTAAN KONTRASEPSI Ada hubungan yang erat antara jumlah anak yang diinginkan (fertilitas) dengan permintaan kontrasepsi. Fertilitas dan permintaan kontrasepsi mempunyai hubungan negatif, artinya sepasang PUS yang berkeinginan untuk memiliki jumlah anak sedikit, memiliki kecenderungan untuk melakukan permintaan kontrasepsi dengan lebih kontinyu. Pernyataan ini didukung oleh hasil studi yang dilakukan oleh Hatmadji (1990) tentang pengaruh program KB pada perubahan kontrasepsi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penurunan fertilitas. Selanjutnya dapat ditarik benang merah bahwa terdapat hubungan yang berkebalikan antara jumlah anak dengan jumlah kontrasepsi. Khusus bagi keluarga miskin dengan kemampuan ekonomi yang rendah dan pendapatan yang terbatas akan bertindak realistis, bahwa naiknya harga neto anak menyebabkan jumlah anak yang ingin dimiliki menjadi semakin sedikit, selanjutnya keluarga akan menggantikanya dengan mengkonsumsi dengan barang lain yang bersifat substitusi yang akan memberikan tingkat kepuasan yang sama.
  • 20. Berikut adalah kurvayang menjelaskan mengenai permintaan kontrasepsi yang merupakan turunan dari permintaan akan anak, dengan asumsi bahwa anak merupakan komuditi sebagaimana halnya barang-barang rumah tangga. Gambar di atas dimulai pada kurva yang bertanda (*) . berdasarkan kurva pertama dapat dijelaskan bahwa perubahan harga neto anak, cateris paribus, akan berakibat pada perubahan jumlah anak yang diinginkan oleh sebuah keluarga. Apabila terjadi kenaikan harga neto anak, seperti yang terlukis pada kurva pertama, yang ditunjukkan dengan bergesernya harga neto anak dari PA 1 berpindah ke PA 2, maka jumlah anak yang direncanakan untuk dimiliki akan menjadi berkurang. Asumsi yang digunakan dalam kajian teori ini adalah bahwa anak dianggap sama dengan barang lain dalam rumah tangga, dimana harga barang lain tersebut tidak
  • 21. mengalami perubahan harga atau tetap, demikian juga dengan besarnya pendapatan keluarga, maka keputusan keluarga untuk mengurangi jumlah anak yang diinginkan akan diikuti dengan keputusan berikutnya yaitu menambah jumlah barang lain yang bersifat subtitusi terhadap anak. Hal ini ditunjukkan dengan B1 yang bergeser ke B2 sebagai akibat A1 ke A2. Keputusan keluarga untuk mengurangi jumlah anak yang diinginkan membuat kebutuhan akan kontrasepsi menjadi semakin meningkat. Asumsi yang digunakan adalah kontrasepsi dipandang sebagai final good yang identic dengan penjarangan anak. Pengertian final good adalah suatu barang atau komuditi yang dapat dikonsumsi oleh konsumen akhir. Dalam hal ini kontrasepsi oleh PUS. Penjelasan ini dicerminkan dengan bergesernya K1 ke atas , yakni ke K2 sebagai respon atas pergeseran A1 ke A2. Sebagaimana halnya hukum permintaan yang menyatakan hubungan negative antara harga dan permintaan akan jumlah barang, hukum permintaan juga berlaku dalam kajian ini. sebagai barang normal, pada saatharga kontrasepsi naik maka jumlah yang diminta konsumen akan berkurang. Dengan kata lain, jumlah kontrasepsi yang diminta dipengaruhi oleh harganya sendiri. Hal ini dapat dijelaskan dalam kurva terakhir dalam rangkaian gambar diats. Yang perlu diperhatikan, kurva terakhir menyajikan kurva permintaan dalam bentuk yang sedikit kurang lazim diaman sumbu horizontal menunjukkan harga sedangkan sumbu vertical menunjukkan jumlah. Ketidaklaziman ini diperlukan dan bisa diterima sebab secara esensial tidak menyimpang dari teori ekonomi mikro. Ketidaklaziman ini hanya untuk mempermudah alur pikir dan pembahasan teori. Namun demikian secara matematis justru penempatan variable independen (harga) pada sumbu vertical adalah penyajian diagram yang benar, dan menganut apa yang telah dikatakan oleh ahli ekonomi Marshall.
  • 22. BAB III KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA http://blog.umy.ac.id/rhilla/2012/12/03/makna-syahadatain-dan-implikasinya/ 12;29 https://ibnaun.wordpress.com/2014/05/17/konsekuensi-dua-kalimat-syahadat/ diakses tanggal 6 februari 2015 11;52 http://shoutussalam.com/2011/11/makna-dan-konsekuensi-dua-kalimat-syahadat/ 11:53 https://thohafirdaus.wordpress.com/2012/06/15/yang-membatalkan-dua-kalimat- syahadat/ 11:54 https://lilmessenger.wordpress.com/2008/07/05/10-perkara-yang-membatalkan- syahadat/ 12:03 http://hanifadzkiy.blogspot.com/2013/05/20-perkara-yang-membatalkan-syahadat.html 12:00