SlideShare a Scribd company logo
1 of 71
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Keluarga Berencana (KB) adalah program nasional yang bertujuan
meningkatkanderajat kesehatan, kesejahteraan ibu, anak dan keluargakhususnya,
serta bangsa pada umumnya. Salah satunya dengan caramembatasi dan
menjarangkan kehamilan (BKKBN).Masalah yang akan dihadapi oleh keluarga
yang memiliki anak dalam jumlah banyak terutama disertai tidak diaturnya jarak
kelahiran adalah peningkatan risiko terjadinyapendarahan ibu hamil pada
trimester ketiga,angka kematian bayi meningkat, ibu tidak memiliki waktu yang
cukup untuk merawat diri dan anaknya, serta terganggunya proses perkembangan
fisik danmental anak yang diakibatkan kurang gizi, berat badan lahir
rendah(BBLR)dan lahir prematur (BKKBN). Proyeksi penduduk telah
dirumuskan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)denganperkiraan penduduk
Indonesia sekitar 273,65 juta jiwa pada tahun2025. Laju pertumbuhanpenduduk
Indonesia tahun 1971-1980 adalah 2,30%,tahun 1980-1990 adalah 1,97%,
tahun1990-2000 sebanyak 1,49% dan tahun2000-2005 adalah 1,3%. Hal ini
menujukkan adanya penurunan laju pertumbuhan penduduk Indonesia (Badan
Statistik Indonesia).
Hingga saat ini sudah banyak program-program pembangunankesehatan di
Indonesia yang ditujukan pada penanggulangan masalah-masalahkesehatan ibu
dan anak. Pada dasarnya program-program tersebut lebihmenitik beratkan pada
upayaupaya penurunan angka kematian bayi dan anak,angka kelahiran kasar dan
angka kematian ibu (Badan Statistik Indonesia).Hal ini terbukti dari hasil-hasil
survei yang menunjukkan penurunanangka kematian bayi dan anak, angka
kelahiran kasar. Namun tidak demikianhalnya dengan angka kematian ibu (MMR)
yang selama dua dekade ini tidak menunjukkan penurunan yang berarti. SKRT
1994 menunjukkan hahwaMMR sebesar 400
450 per 100.000 persalinan (Badan Statistik Indonesia)
2
Indonesia merupakan jumlah penduduk yang banyak. Dapat dilihat dari
hasil sensus penduduk yang semakin tahun semakin meningkat. Dalam
pengetahuan tentang kependudukan dikenal sebagai istilah karakteristik penduduk
yang berpengaruh penting terhadap proses demografi dan tingkah laku sosial
ekonomi penduduk. (bahan kuliah dan makalah kesehatan)
Dibanding dengan negara-negara yang sedang berkembang lainnya, Indonesia
menempati urutan ketiga dalam jumlah penduduk setelah Cina dan India.
Indonesia merupakan negara yang sedang membangun dengan mempunyai
masalah kependudukan yang sangat serius disertai dengan, yaitu jumlah penduduk
yang sangat besar disertai dengan tingkat pertumbuhan yang relatif tinggi dan
persebaran penduduk yang tidak merata. Jumlah penduduk bukan hanya
merupakan modal , tetapi juga akan merupakan beban dalam pembangunan. .
Pertumbuhan penduduk yang meningkat berkaitan dengan kemiskinan dan
kesejahteraan masyarakat. Pengetahuan tentang aspek-aspek dan komponen
demografi seperti fertilitas, mortalitas, morbiditas, migrasi, ketenagakerjaan,
perkawinan, dan aspek keluarga dan rumah tangga akan membantu para penentu
kebijakan dan perencana program untuk dapat mengembangkan program
pembangunan kependudukan dan peningkatan ksesejahteraan masyarakat yang
tepat pada sasarannya.
Masalah utama yang dihadapi di bidang kependudukan di Indonesia adalah masih
tingginya pertumbuhan penduduk dan kurang seimbangnya penyebaran dan
struktur umur penduduk. Program kependudukan dan keluarga berencana
bertujuan turut serta menciptakan kesejahteraan ekonomi dan sosial bagi seluruh
masyarakat melalui usaha-usaha perencanaan dan pengendalian penduduk.
Dengan demikian diharapkan tercapai keseimbangan yang baik antara jumlah dan
kecepatan pertambahan penduduk dengan perkembangan produksi dan jasa.
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan
preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui
demikian. Untuk optimalisasi manfaat kesehatan KB, pelayanan tersebut harus
disediakan bagi wanita dengan cara menggabungkan dan memenuhi kebutuhan
3
pelayanan kesehatan reproduksi utama dan yang lain. Juga responsif terhadap
berbagai tahap kehidupan reproduksi wanita. Peningkatan dan perluasan
pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan
angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan yang
dialami oleh wanita.
Banyak wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit. Tidak
hanya karena terbatasnya jumlah metode yang tersedia, tetapi juga karena metode-
metode tersebut mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan
nasional KB, kesehatan individual, dan seksualitas wanita atau biaya untuk
memperoleh kontrasepsi.
Dalam memilih suatu metode, wanita harus menimbang berbagai faktor, termasuk
status kesehatan mereka, efek samping potensial suatu metode, konsekuensi
terhadap kehamilan yang tidak diinginkan, besarnya keluarga yang diinginkan,
kerjasama pasangan, dan norma budaya mengenai kemampuan mempunyai anak.
Setiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Namun demikian,
meskipun telah mempertimbangkan untung rugi semua kontrasepsi yang tersedia,
tetap saja terdapat kesulitan untuk mengontrol fertilitas secara aman, efektif,
dengan metode yang dapat diterima, baik secara perseorangan maupun budaya
pada berbagai tingkat reproduksi. Tidaklah mengejutkan apabila banyak wanita
merasa bahwa penggunaan kontrasepsi terkadang problematis dan mungkin
terpaksa memilih metode yang tidak cocok dengan konsekuensi yang merugikan
atau tidak menggunakan metode KB sama sekali. Perasaan dan kepercayaan
wanita mengenai tubuh dan seksualitasnya tidak dapat dikesampingkan dalam
pengambilan keputusan untuk menggunakan kontrasepsi. Banyak wanita tidak
bersedia mengubah siklus normalnya, karena takut bahwa perdarahan yang lama
dapat mengubah pola hubungan seksual dan dapat mendorong suami berhubungan
seks dengan wanita lain. Siklus yang memanjang atau perdarahan intermiten dapat
membatasi partisipasi dalam aktivitas keagamaan maupun budaya. Oleh karena
itu, pendapat suami mengenai KB cukup kuat pengaruhnya untuk menentukan
penggunaan metode KB oleh istri. Karena wanita mempunyai semacam kendali
apabila mereka bertanggung jawab dalam penggunaan kontrasepsi.
4
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian kependudukan ?
2. Bagaimana Masalah kependudukan Indonesia ?
3. Bagaimana perkembangan KB di Indonesia ?
4. Bagaimana program KB di Indonesia ?
5. Bagaimana Program KIE dalam pelayanan ?
6. Bagaimana Pelayanan kontrasepsi dengan berbagai metode ?
1.3 TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk mengetahui apa dan bagaimana cakupan konsep kependudukan di
Indonesia.
2. Untuk dapat mengetahui apa saja problematika setiap kependudukan di
dalam Indonesia.
3. Untuk mengetahui bagaimana dinamika atau perkembanagan dari pada KB
Di Indonesia..
4. Untuk mengetahui setiap program KIE dalam pelayanan kesehatan
khususnya dalam pelayanan kebidanan.
5. Untuk mengetahui bagaimana ketersediaan macam dan metode alat
kontrasepsi di Indonesia.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. KONSEP KEPENDUDUKAN DI INDONESIA
2.1.1. Pengertian Penduduk
Penduduk menurut UU.RI.No. 10 tahun 1992 yaitu orang dalam matranya
sebagai pribadi, anggota keluarga,anggota masyarakat, warganegara dan
himpunan kuantitas yang bertempat tinggal di suatu tempat dalam batas wilayah
Negara pada waktu tertentu.
Penduduk adalah semua orang yang mendiami suatu daerah dalam suatu
waktu / jangka waktu tertentu. Penduduk dipelajari oleh ilmu kependudukan,
fokus perhatian demografi adalah perubahan beserta komposisi dan distribusi
pendukung.
Sering pula demografi didefinisikan sebagai suatu studi kuantitatif dari
suatu proses demografi yaitu fertilitas, mortalitas, perkawinan, migrasi dan
mobilitas sosial. Kelima proses ini terjadi secara terus menerus dan menentukan
besar, komposisi dan distribusi penduduk yang bersangkutan. Perubahan-
perubahan kependudukan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dipelajari
dalam dinamika kependudukan (population dunamics). Studi ini mempelajari
sejarah penduduk, teori-teori mengenai penduduk dan kebijaksanaan penduduk.
2.1.2. Dinamika Kependudukan
Dinamika penduduk yaitu suatu proses perubahan penduduk secara terus
menerus yang mempengaruhi jumlah.Dinamika kependudukan merupakan
perubahan kependudukan untuk suatu daerah tertentu dari waktu ke waktu.
Penyebab perubahan penduduk
Dinamika penduduk dipengaruhi beberapa faktor yaitu kelahiran, kematian,
perpindahan penduduk serta kondisi sosial ekonomi dan budaya yang berkembang
di masyarakat. Dari berbagai penyebab tersebut dapat digolongkan menjadi 2
yaitu penyebab langsung dan tidak langsung.
6
Penyebab langsung
Yang dimaksud dari penyebab langsung dari pertumbuhan penduduk adalah
faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk secara langsung tanpa
melalui variabel antara lain kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk.
Hubungan kelahiran, kematian dan migrasi dengan jumlah penduduk
Berdasarkan faktor-faktor diatas, maka pertambahan penduduk secara sederhana
terbagi menjadi :
1. Pertumbuhan penduduk alami yaitu pertambahan penduduk karena adanya
selisih antara kelahiran dan kematian.
2. Pertambahan penduduk sosial yaitu pertambahan penduduk disebabkan selisih
antara kelahiran kematian dan migrasi.
Penyebab tidak langsung
Faktor yang mempengaruhi perubahan penduduk secara tidak langsung melalui
variabel antara yaitu keadaan sosial ekonomi dan budaya. Menurut King Sley
Davis dan Judith Blake, variabel antara yang dapat mempertinggi / menekan
fertilitas suatu masyarakat yaitu :
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan oleh hubungan kelamin (inter
couse variable)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan untuk konsepsi (conception
variable)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan dan kelahiran selamat (gestation
variable)
Usia perkawinan juga akan berpengaruh pada dinamika penduduk, jika
perkawinan terjadi pada usia muda maka usia reproduktif yang dialami oleh
pasangan usia muda tersebut akan lebih panjang daripada pasangan usia lanjut
7
akibatnya kemungkinan jumlah anak yang dihasilkan oleh pasangan muda akan
lebih banyak daripada pasangan usia lanjut.
Status sosial, pekerjaan dan latar belakang pendidikan sedikit banyak berpengaruh
pada tinggi rendahnya fertilitas maupun mortalitas dalam suatu masyarakat.
Tingkat fertilitas umur lebih rendah pada wanita yang berusia lebih tua yang
mempunyai penghasilan lebih rendah. Ini karena tingkat ekonomi masyarakat
rendah sehingga secara tidak langsung status sosial ekonomi berpengaruh pada
dinamika penduduk.
2.1.3. Faktor Demografi Yang Mempengaruhi Laju Pertumbuhan
Penduduk.
Laju pertumbuhan penduduk (Growht Rate) ditentukan oleh tingkat
kelahiran dan tingkat kematian. Tingkat kelahiran kasar (Crude Birth Rate) dan
tingkat kematian kasar (Crude Death Rate) masing-masing menunjukkan jumlah
kelahiran hidup dan jumlah kematian per 1000 penduduk pertahun.
Dengan demikian ada 4 kemungkinan dari 2 variabel ini :
1. Tingkat kelahiran tinggi dan tingkat kematian tinggi
2. Tingkat kelahiran tinggi dan tingkat kematian rendah
3. Tingkat kelahiran rendah dan tingkat kematian rendah
4. Tingkat kelahiran rendah dan tingkat kematian tinggi
TRANSISI DEMOGRAFI
Transisi demografi adalah berkembangnya keadaan peralihan penduduk yang
semula relatif tetap (stationer) berkembangnya dengan pesat dan akhirnya
mencapai tetap (stationer) kembali.
Faktor-faktor yang menyebabkan turunnya mortalitas antara lain :
a. Perkembangan teknologi di bidang pertanian dan perkembangan industri
modern / dewasa ini dikenal juga revolusi hijau yang ada pada masyarakat
Indonesia ditetapkan sebagai panca usaha di bidang pertanian.
8
b. Munculnya pemerintahan yang relatif stabil / mantap yang memungkinkan
mantapnya fasilitas penyaluran bahan makanan dan jasa.
c. Kemajuan sanitasi lingkungan menimbulkan kondisi lingkungan yang sehat
d. Kemajuan di bidang kedokteran, gizi, pengobatan dan program-progran
kesehatan masyarakat.
Faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi mortalitas , didasarkan pada :
1. Berdasarkan penelitian, kematian di desa pada umumnya lebih rendah dibanding
di kota (mutu kehidupan yang lebih sehat di desa)
2. Pilihan terhadap perkerjaan / profesi yang juga berpengaruh terhadap tinggi
rendahnya mortalitas dan lingkungan pekerjaan yang tidak sehat (tambang, pabrik,
percetakan, lingkungan berdebu dan sebagainya) meningkatkan mortalitas.
Promortalitas adalah kondisi penentu di dalam sekelompok manusia (keluarga,
suku dan sebagainya) yang menyebabkan angka kematian di dalam kelompok
tersebut tetap tinggi. Kondisi ini meliputi :
 Kondisi subyektif (kondisi, agama, kepercayaan) misalnya berani membela
agama (wali sahid) dan membela negara (patriot) berani mati menyongsong
maut karena kepercayaan dapat masuk surga / nirwana.
 Rasa malu (wirang) terdapat di masyarakat membuat orang mau membunuh
diri (tekanan sosial) misalnya harakiri di Jepang.
 Kondisi obyektif (keadaan alam, ekonomi, sosial dan sebagainya) misal :
a. Bencana alam banyak menelan korban (banjir, gempa dan sebaginya)
b. Kelaparan / kekurangan makan karena kegagalan panen atau paceklik
c. Peperangan
d. Keracunan akibat polusi (air, tanah, udara)
e. Ketagihan minuman keras (candu) dan bahan narkotika
f. Kondisi pendapatan yang rendah, kondisi ini dapat berakibat gawat karena
siklus yang terjadi akibat kondisi tersebut (diagram berikut).
Anti mortalitas adalah seluruh kondisi penentu di dalam sekelompok manusia
(keluarga, suku dan sebaginya) yang menyebabkan angka kematian di dalam
kelompok tersebut menurun). Kondisi ini meliputi :
 Kondisi subyektif (tradisi, agama, kepercayaan) misalnya
9
o Larangan terhadap bunuh diri atau membunuh orang lain. Baik
berdasarkan agama ataupun hukum Negara.
o b. Jangan mudah menyerah dalam hidup.
 Kondisi obyektif (kondisi sosial, ekonomi, budaya, politik) misalnya :
o Kondisi kehidupan yang lebih menurunkan jumlah kematian bayi hilang
atau wabah penyakit.
o Kondisi teknologi maju membantu terciptanya kondisi kesehatan,
keamanan dan penghindaran terhadap bencana alam.
o Kondisi pendidikan yang baik menyebar luaskan ilmu dan kesadaran
terhadap hidup yang sehat.
o Kondisi sanitasi yang baik menciptakan lingkungan tempat tinggal yang
baik.
2.2. MASALAH KEPENDUDUKAN DI INDONESIA
2.2.1. Jumlah Dan Pertumbuhan Penduduk
Orang pertama yang mengemukakan teori mengenai penduduk adalah Thomas
Robert melthus yang hidup pada tahun 1886-1824 dalam edisi pertamanya Essay
on population tahun 1798 Melthus mengemukakan dua pokok pendapatnya yaitu
penduduk seperti bahan makanan adalah penting bagi kehidupan manusia dan
nafsu manusia tidak dapat tertahan dan tidak terbatas atas dua hal tersebut dia
mengemukakan pendapatnya bahwa pertumbuhan penduduk jauh lebih cepat dari
pertumbuhan bahan makanan. Dalil yang dikemukakan Malthus yaitu jumlah
penduduk meningkat secara geografis (deret ukur) sedangkan kebutuhan hidup
kian meningkat secara alat arit matika (deret hitung), akibatnya pada suatu saat
akan terjadi perbedaan yang besar antara jumlah penduduk dan kebutuhan hidup.
Sementara pertumbuhan penduduk di Indonesia berkisar antara 2,15%
pertahun hingga 2,49% pertahun. Tingkat pertumbuhan penduduk seperti itu
dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian
(mortalitas), dan perpindahan penduduk (migrasi).
10
Peristiwa kelahiran di suatu daerah menyebabkan perubahan jumlah dan
komposisi penduduk, sedangkan peristiwa kematian dapat menambah maupun
mengurangi jumlah penduduk di suatu daerah. Mengurangi bagi yang
ditinggalkan dan menambah bagi daerah yang didatangi. Selain penyebab
langsung seperti kelahiran, kematian dan migrasi terdapat penyebab tidak
langsung seperti keadaan social, ekonomi, budaya, lingkungan, politik dsb.
Pertumbuhan penduduk seperti dikemukakan di atas dapat dikatakan terlalu tinggi
karena dapat menimbulkan berbagai persoalan. Jadi apabila pertubuhan penduduk
di Indonesia tahun 1990 sebesar 2,15% pertahun diperlukan investasi sebesar 2,15
kali 4 sama dengan 8,6% pertahun. Sedangkan tingkat pertumbuhan GNP di
Indonesia pada tahun yang sama hanya mencapai 4% pertahun. Defisit antara
kemampuan dan kebutuhan sebesar 8,6%-4%=4% ditutup pinjaman dari luar
negeri.
2.2.2. Persebaran Dan Kepadatan Penduduk.
Permasalahan yang muncul adalah tidak meratanya kepadatan penduduk antar
daerah di Indonesia, secara ekonomi permasalahan yang muncul dari kondisi ini
adalah rendahnya produktifitasnya daerah dengan kepadatan penduduk yang
rendah.
2.2.3. Stuktur Umur Penduduk.
Umur dan jenis kelamin merupakan karakteristik penduduk utama,
pengelompokan penduduk berdasarkan dua karakteristik tersebut selalu
diperlukan dalam menganalisis data.
Melalui analisis komponen penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin
disuatu daerah atau Negara dapat dihitung berbagi perbandingan atau rasio antara
lain rasio jenis kelamin waktu lahir atau sex rasio birth, rasio ibu dan anak (wild
women ratio) dan rasio beban ketergantungan (dependenty ratio).
Komposisi penduduk di Indonesia termasuk dalam model ekposive atau
umur muda mengandung masalah penyediaan lapangan kerja pendidikan dan
beban kelompok produktif.
11
2.2.4 Kelahiran Dan Kematian
Kelahiran adalah ukuran tingkat kelahiran yang digunakan dalam perhitungan
proyeksi adalah angka kelahiran total atau Total Fertility Rate (TFR) dan angka
kelahiran menurut umur atau Age Specificity Fertility Rate (ASFR) .
Kematian adalah ukuran tingkat kematian yang digunakan dalam perhitungan
proyeksi adalah angka kematian bayi atau Infant Mortality Rate (IMR), Karena
IMR merupakan salah satu indikator yang penting yang mencerminkan derajat
kesehatan masyarakat. Di samping itu IMR dapat di pakai sebagai alat monitoring
situasi kependudukan sekarang maupun sebagai alat untuk mengidentifikasi
kelompok umur penduduk tertentu yang mempunyai resiko kematian tinggi.
2.3 PERKEMBANGAN KB DI INDONESIA
2.3.1. Sejarah KB Di Indonesia.
Kasadaran manusia tentang pentingnya masalah kependudukan dimulai
sejak bumi dihuni oleh ratusan juta manusia.
Plato (427-347) menyarankan agar pranata sosial dan
pemerintahan sebaiknya direncanakan dengan pertumbuhan
penduduk yang stabil sehingga terjadi keseimbangan antara
jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi.
Malthus (1766-1834) pada zaman industri sedang
berkembang manusia jangan terlalu banyak berhayal bahwa dengan kemampuan
tehnologi mereka akan dapat memenuhi segala kebutuhan karena pertumbuhan
manusia laksana deret ukur, sedangkan pertumbuhan dan kemampuan sumber
daya alam untuk memenuhinya berkembang dalam deret hitung. Dengan demikian
dalam suatu saat manusia akan sulit untuk memenuhi segala kebutuhannya karena
sumber daya alam yang sangat terbatas.
Pernyataan Malthus yang merupakan kekawatiran terhadap pertumbuhan
penduduk telah muncul ke permukaan di negara besar, seperti Cina, India dan
termasuk Indonesia.
12
Tahun 1978, WHO dan UNICEF melakukan pertemuan di Alma Ata yang
memusatkan perhatian terhadap tingginya angka kematian maternal perinatal.
Dalam pertemuan tersebut disepakati untuk menetapkan konsep Primary Health
Care yang memberikan pelayanan antenatal, persalinan bersih dan aman,
melakukan upaya penerimaan keluarga berencana, dan meningkatkan pelayanan
rujukan.
Tahun 1984, Population Conference di Mexiko, menekankan arti
pentingnya hubungan antara tingginya fertilitas dan interval yang pendek terhadap
kesehatan dan kehidupan ibu dan perinatal.
Perkembangan laju peningkatan pertumbuhan penduduk di Indonesia
sangat mengkhawatirkan. Tanpa adanya usaha-usaha pencegahan perkembangan
laju peningkatan penduduk yang terlalu cepat, usaha-usaha di bidang
pembangunan ekonomi dan sosial yang telah dilaksanakan dengan maksimal akan
tidak berfaedah.
Dapat dikemukakan bahwa untuk dapat menyelamatkan nasib manusia di
muka bumi tercinta ini, masih terbuka peluang untuk meningkatkan kesehatan
reproduksi malalui gerakan yang lebih intensif pada pelaksanaan keluarga
berencana.
Tanpa gerakan KB yang makin intensif maka manusia akan terjebak pada
kemiskinan, kemelaratan, dan kebodohan yang merupakan malapetaka manusia
yang paling dahsyat dan mencekam. Gerakan KB yang kita kenal sekarang
bermula dari kepeloporan beberapa orang tokoh, baik di dalam maupun di luar
negeri. Sejak saat itulah berdirilah perkumpulan-perkumpulan KB di seluruh
dunia, termasuk di Indonesia yang mendirikan PKBI (perkumpulan keluarga
berencana Indonesia)
 Peristiwa bersejarah dalam perkembangan KB di Indonesia :
 Pada Bulan Januari 1967 diadakan simposium Kontrasepsi di Bandung yang
diikuti oleh masyarakat luas melalui media massa
 Pada Bulan Februari 1967 diadakan diadakan kongres PKBI pertama yang
mengharapkan agar keluarga berencana sebagai program pemerintah segera
dilaksanakan.
13
 Pada Bulan April 1967, Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin menganggap
bahwa sudah waktunya kegiatan KB dilancarkan secara resmi di Jakarta
dengan menyelenggarakan proyek keluarga berencana DKI Jakarta Raya
 Tanggal 16 Agustus 1967 gerakan keluarga berencana di Indonesia memasuki
era peralihan pidato pemimpin negara. Selama orde lama organisasi pergerakan
dilakukan oleh tenaga sukarela dan beroperasi secara diam-diam karena kepala
Negara waktu itu anti terhadap keluarga berencana maka dalam orde baru
gerakan keluarga berencana diakui dan dimasukan dalam program pemerintah.
 Bulan Oktober 1968 berdiri Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN)
yang sifatnya semi pemerintah yang dalam tugasnya diawasi dan dibimbing
oleh Mentri Negara Kesejahteraan Rakyat, merupakan kristalisasi dan
kesungguhan pemerintah dalam kebijakan keluarga berencana.
Peristiwa-peristiwa bersejarah di dalam perkembangan di Negara Indonesia
adalah masuknya program keluarga berencana itu kedalam repelita I. Adanya
KUHP pasal 283 yang melarang menyebarluaskan gagasan keluarga berencana
sehingga kegiatan penerangan dan pelayanan masih dilakukan secara terbatas.
 Tahap-tahap Program KB Nasional
Adapun tahapan kebijakan pemerintah dalam penyelenggaran Program KB
Nasional di Indonesia adalah :
a. Tahun 1970 – 1980 dikenal dengan MANAGEMENT FOR THE PEOPLE
1). Pemerintah lebih banyak berinisiatif
2). Partisipasi masyarakat rendah sekali
3). Terkesan kurang demokratis
4). Ada unsur pemaksaan
5). Berorientasi pada target
b. Tahun 1989 – 1990 terjadi perubahan pola menjadi MANAGEMENT WITH
THE PEOPLE
1) Pemaksaan dikurangi
2) Dimulainya Program Safari KB pada awal 1980-an
14
c. Tahun 1985 – 1988 pemerintah menetapkan program KB Lingkaran Biru,
dengan kebijakan :
 Masyarakat bebas memilih kontrasepsi yang ingin dipakainya, meskipun tetap
masih dipilihkan jenis kontrasepsinya
 Dari 5 jenis kontrasepsi, dipilihkan satu setiap jenisnya
d. Tahun 1988 terjadi perkembangan kebijakan, pemerintah menerapkan Program
KB Lingkaran Emas, yaitu :
 Pilihan alat kontrasepsi sepenuhnya diserahkan kepada peserta, asal jenis
kontrasepsinya sudah terdaftar di Departemen Kesehatan.
 Masyarakat sudah mulai membayar sendiri untuk alat kontrasepsinya.
e. Tahun 1990 terjadi Peningkatan kesejahteraan keluarga melalui peningkatan
pendapatan keluarga (income generating).
Pada tanggal 29 Juni 1994 Presiden Suharto di Sidoardjo melaksanakan
plesterisasi/lantainisasi rumah-rumah secara gotong royong di seluruh Indonesia
untuk keluarga Pra-Sejahtera.
2.3.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan KB Di Indonesia
o Sosial ekonomi
Tinggi rendahnya status social dan keadaan ekonomi penduduk di Indonesia
akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan program KB di Indonesia.
Kemajuan program KB tidak bisa lepas dari tingkat ekonomi masyarakat karena
berkaitan erat dengan kemampuan untuk membeli alat kontrasepsi yang
digunakan. Contoh : keluarga dengan penghasilan cukup akan lebih mampu
mengikuti program KB dari pada keluarga yang tidak mampu, karena bagi
keluarga yang kurang mampu KB bukan merupakan kebutuhan pokok.
Dengan suksesnya program KB maka perekonomian suatau negara akan
lebih baik karena dengan anggota keluarga yang sedikit kebutuhan dapat lebih
tercukupi dan kesejahteraan dapat terjamin.
o Budaya
Sejumlah faktor budaya dapat mempengaruhi klien dalam memilih metode
kontrasepsi. Faktor-faktor ini meliputi salah pengertian dalam masyarakat
15
mengenai berbagai metode, kepercayaan religius, serta budaya, tingkat pendidikan
persepsi mengenai resiko kehamilan dan status wanita., Penyedia layanan harus
menyadari bagaimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi pemilihan metode di
daerah mereka dan harus memantau perubahan –perubahan yang mungkin
mempengaruhi pemilihan metode.
o Pendidikan
Tingkat pendidikan tidak saja mempengaruhi kerelaan menggunakan keluarga
berencana tetapi juga pemilihan suatu metode.
Beberapa studi telah memperlihatkan bahwa metode kalender lebih banyak
digunakan oleh pasangan yang lebih berpendidikan. Dihipotesiskan bahwa wanita
yang berpendidikan menginginkan keluarga berencana yang efektif, tetapi tidak
rela untuk mengambil resiko yang terkait dengan sebagai metode kontrasepsi.
o Agama
Di berbagai daerah kepercayaan religius dapat mempengaruhi klien dalam
memilih metode. Sebagai contoh penganut katolik yang taat membatasi pemilihan
kontrasepsi mereka pada KB alami. Sebagai pemimpin islam pengklaim bahwa
sterilisasi dilarang sedangkan sebagian lainnya mengijinkan. Walaupun agama
islam tidak melarang metode kontrasepsi secara umum, para akseptor wanita
mungkin berpendapat bahwa pola perdarahan yang tidak teratur yang disebabkan
sebagian metode hormonal akan sangat menyulitkan mereka selama haid mereka
dilarang bersembahyang. Di sebagaian masyarakat, wanita hindu dilarang
mempersiapkan makanan selama haid sehingga pola haid yang tidak teratur dapat
menjadi masalah.
o Status wanita
Status wanita dalam masyarakat mempengaruhi kemampuan mereka
memperoleh dan menggunakan berbagai metode kontrasepsi. Di daerah daerah
yang status wanitanya meningkat, sebagian wanita memiliki pemasukan yang
lebih besar untuk membayar metode-metode yang lebih mahal serta memiliki
lebih banyak suara dalam mengambil keputusan. Juga di daerah yang wanitanya
lebih dihargai, mungkin hanya dapat sedikit pembatasan dalam memperoleh
16
berbagai metode, misalnya peraturan yang mengharuskan persetujuan suami
sebelum layanan KB dapat diperoleh.
2.3.3. Organisasi KB
1. PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia)
2. BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional)
2.3.4. PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana INDONESIA)
Terbentuk tanggal 23 Desember 1957, di jalan Sam Ratulangi No. 29
Jakarta. Atas prakarsa dari dr. Soeharto yang didukung oleh Prof. Sarwono
Prawirohardjo, dr. H.M. Judono, dr. Hanifa Wiknjosastro serta Dr. Hurustiati
Subandrio. Pelayanan yang diberikan berupa nasehat perkawinan termasuk
pemeriksaan kesehatan calon suami isteri, pemeriksaan dan pengobatan
kemandulan dalam perkawinan dan pengaturan kehamilan.
Visi PKBI : Mewujudkan masyarakat yang sejahtera melalui keluarga.
Misi PKBI
Memperjuangkan penerimaan dan praktek keluarga bertanggungjawab
dalam keluarga Indonesia melalui pengembangan program, pengembangan
jaringan dan kemitraan dengan semua pihak pemberdayaan masyarakat di bidang
kependudukan secara umum, dan secara khusus di bidang kesehatan reproduksi
yang berkesetaraan dan berkeadilan gender.
2.3.5. BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional)
Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 1970 tentang pembentukan badan
untuk mengelola program KB yang telah dicanangkan sebagai program
nasional.Penanggung jawab umum penyelenggaraan program ada pada presiden
dan dilakukan sehari-hari oleh Menteri Negara Kesejahteraan Rakyat yang
dibantu Dewan Pembimbing Keluarga Berencana.
Dasar pertimbangan pembentukan BBKBN
17
1. Program keluarga berencana nasional perlu ditingkatkan dengan jalan lebih
memanfaatkan dan memperluas kemampuan fasilitas dan sumber yang tersedia.
2. Program perlu digiatkan pula dengan pengikut sertaan baik masyarakat maupun
pemerintah secara maksimal.
3. Program keluarga berencana ini perlu diselenggarakan secara teratur dan
terencana kearah terwujudnya tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
Tugas pokok BBKBN
1. Menjalankan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi terhadap usaha-usaha
pelaksanaan program keluarga berencana nasional yang dilakukan oleh unit-unit
pelaksana.
2. Mengajukan saran-saran kepada pemerintah mengenai pokok kebijaksanaan dan
masalah-masalah penyelenggaraan program Keluarga Berencana Nasional.
3. Menyusun Pedoman Pelaksanaan Keluarga Berencana atas dasar pokok-pokok
kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Pemerintah.
4. Mengadakan kerja sama antara Indonesia dengan negara-negara asing maupun
badan-badan internasional dalam bidang keluarga berencana selaras dengan
kepentingan Indonesia dan sesuai dengan prosedur yang berlaku.
5. Mengatur penampungan dan mengawasi penggunaan segala jenis bantuan yang
berasal dari dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri sesuai dengan
kebijaksanaan yang ditetapkan oleh pemerintah.
Pelita I yaitu tahun 1969-1974 daerah program Keluarga Berencana meliputi 6
propinsi yaitu Jawa Bali (DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta,
Jawa Timur dan Bali). Merupakan daerah perintis dari BKKBN.Tahun 1974
muncul program-program integral (Beyond Family Planning) dan gagasan tentang
fase program pencapaian akseptor aktif.
Berdasar Keppres 38 tahun 1978 BKKBN bertambah besar jangkauan
programnya tidak terbatas hanya KB tetapi juga program Kependudukan.
Perkembangan BBKBN dimasa sekarang
VISI : Keluarga berkualitas 2015.
18
MISI : Membangun setiap keluarga Indonesia untuk memiliki anak ideal, sehat,
berpendidikan, sejahtera, berketahanan dan terpenuhi hak-hak reproduksinya
melalui pengembangan kebijakan, penyediaan layanan promosi, fasilitasi,
perlindungan, informasi kependudukan dan keluarga, serta penguatan
kelembagaan dan jejaring KB.
Tugas pokok
Melaksanakan tugas pemerintahan dibidang keluarga berencana dan keluarga
sejahtera sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Filosofi BBKBN
Menggerakkan peran serta masyarakat dalam keluarga berencana.
Grand Strategi:
1. Menggerakkan dan memberdayakan seluruh masyarakat dalam program KB.
2. Menata kembali pengelolaan program KB.
3. Memperkuat SDM operasional program KB.
4. Meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga melalui pelayanan KB.
5. Meningkatkan pembiayaan program KB.
Nilai-nilai yang terkandung dalam grand strategi adalah integritas,
energik, profesional kompeten, partisipatif, konsisten, organisasi pembelajaran,
kreatif/ inovatif.
Kebijakan dari adanya grand strategi adalah pndekatan pemberdayaan,
pendekatan desentralisasi, pendekatan kemitraan, pendekatan kemandirian,
pendekatan segmentasi sasaran, pendekatan pemenuhan hak (rightbased),
pendekatan lintas sektor.
Strategi
1. Re-Establishment adalah mmbangun kembali sendi-sendi pogram KB nasional
sampai ke tingkat lini lapanngan pasca penyerahan kewenangan.
2. Sustainability adalah memantapkan komitmen program dan kesinambungan
dukungan oleh segenap stakeholders dari tingkat pusat sampai dengan tingkat
daerah.
19
Tujuannya adalah:
1. Keluarga dengan anak ideal.
2. Keluarga sehat.
3. Keluarga berpendidikan.
4. Keluarga sejahtera.
5. Keluarga berketahanan.
6. Keluarga yang terpenuhi hak-hak
reproduksinya.
7. Penduduk tumbuh seimbang (PTS )
2.4 PROGRAM KB DI INDONESIA
2.4.1. Pengertian KB
Upaya peningkatkan kepedulian masyarakat dalam mewujudkan keluarga kecil
yang bahagia sejahtera (Undang-undang No. 10/1992).
Keluarga Berencana (Family Planning, Planned Parenthood) : suatu usaha untuk
menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai
kontrasepsi.
WHO (Expert Committe, 1970), tindakan yg membantu individu/ pasutri untuk:
Mendapatkan objektif-obketif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak
diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval diantara
kehamilan dan menentukan jumlah anak dalam keluarga.
2.4.2. Tujuan Program KB
Tujuan umum adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekutan sosial
ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak, agar diperoleh
suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kesimpulan dari tujuan program KB adalah: Memperbaiki kesehatan dan
kesejahteraan ibu, anak, keluarga dan bangsa; Mengurangi angka kelahiran untuk
menaikkan taraf hidup rakyat dan bangsa; Memenuhi permintaan masyarakat
akan pelayanan KB dan KR yang berkualitas, termasuk upaya-upaya
menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak serta penanggulangan masalah
kesehatan reproduksi.
20
Tujuan KB berdasar RENSTRA 2005-2009 meliputi:
1. Keluarga dengan anak ideal
2. Keluarga sehat
3. Keluarga berpendidikan
4. Keluarga sejahtera
5. Keluarga berketahanan
6. Keluarga yang terpenuhi hak-
hak reproduksinya
7. Penduduk tumbuh seimbang
(PTS)
2.4.3.Sasaran Program KB
Sasaran program KB tertuang dalam RPJMN 2004-2009 yang meliputi:
1. Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi sekitar 1,14 persen per
tahun.
2. Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2 per perempuan.
3. Menurunnya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin menjarangkan
kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara kontrasepsi (unmet need)
menjadi 6%.
4. Meningkatnya pesertaKB laki-laki menjadi 4,5persen.
5. Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang rasional, efektif, dan efisien.
6. Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan menjadi 21 tahun.
7. Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak.
8. Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera-1 yang aktif
dalam usaha ekonomi produktif.
9. Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan
Program KB Nasional.
Ruang Lingkup KB
Ruang lingkup program KB meliputi :
 Komunikasi Informasi dan
Edukasi (KIE)
 Konseling
 Pelayanan Kontrasepsi
 Pelayanan Infertilitas
 Pendidikan sex (sex education)
21
 Konsultasi pra perkawinan dan
konsultasi perkawinan
 Konsultasi genetik
 Tes keganasan
 Adopsi
2.4.4. Strategi Pendekatan Dan Cara Operasional Program Pelayanan KB
Strategi program KB terbagi dalam dua hal yaitu:
1. Strategi dasar
2. Strategi operasional
Strategi Dasar
Meneguhkan kembali program di daerah
Menjamin kesinambungan program
Strategi operasional
Peningkatan kapasitas sistem pelayanan Program KB Nasional
Peningkatan kualitas dan prioritas program
Penggalangan dan pemantapan komitmen
Dukungan regulasi dan kebijakan
Pemantauan, evaluasi, dan akuntabilitas pelayanan
2.4.5. Dampak Program KB Terhadap Pencegahan Kelahiran.
Program keluarga berencana memberikan dampak, yaitu penurunan angka
kematian ibu dan anak; Penanggulangan masalah kesehatan reproduksi;
Peningkatan kesejahteraan keluarga; Peningkatan derajat kesehatan; Peningkatan
mutu dan layanan KB-KR; Peningkatan sistem pengelolaan dan kapasitas SDM;
Pelaksanaan tugas pimpinan dan fungsi manajemen dalam penyelenggaraan
kenegaraan dan pemerintahan berjalan lancer.
2.5. PROGRAM KIE DALAM PELAYANAN KB
2.5.1. Tujuan Komunikasi Informasi dan Edukasi
Komunikasi adalah penyampaian pesan secara langsung ataupun tidak
langsung melalui saluran komunikasi kepada penerima pesan, untuk mendapatkan
suatu efek (DEPKES RI, 1984).
22
Komunikasi kesehatan adalah usaha yang sistematis untuk mempengaruhi
secara positif perilaku kesehatan masyarakat , dengan menggunakan berbagai
prinsip dan metode komunikasi, baik menggunakan komunikasi antar pribadi
maupun komunikasi massa (Notoatmodjo, 2003).
Informasi adalah keterangan, gagasan, maupun kenyataan-kenyataan yang
perlu diketahui oleh masyarakat (BKKBN, 1993). Sedangkan menurut DEPKES,
1990 Informasi adalah pesan yang disampaikan.
Edukasi adalah proses perubahan perilaku kearah yang positif (DEPKES RI,
1990). Menurut Effendy (1998), pendidikan kesehatan merupakan salah satu
kompetensi yang dituntut dari tenaga kesehatan, karena merupakan salah satu
peranan yang harus dilaksanakan dalam setiap memberikan pelayanan kesehatan,
baik itu terhadap individu, keluarga, kelompok ataupun masyarakat.
Tujuan dilaksanakannya program KIE, yaitu
1. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktik KB sehingga tercapai penambahan
peserta baru.
2. Membina kelestarian peserta KB
3. Meletakkan dasar bagi mekanisme sosio cultural yan dapat menjamin
berlangsungnya proses penerimaan.
4. Untuk mendorong terjadinya proses perubahan perilaku kearah yang positif,
peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik masyarakat (klien) secara wajar
sehingga masyarakat melaksanakannya secara mantap sebagai perilaku yang
sehat dan bertanggung jawab.
2.5.2. Jenis – Jenis Kegiatan Dalam KIE
KIE dapat dikelompokkan menjadi 3 kegiatan :
1. KIE massa
2. KIE kelompok
3. KIE perorangan
Menurut media yang digunakan, kegiatan KIE dapat diperinci sebagai
berikut :
o Radio o Televisi
23
o Mobil unit penerangan
o Penerbitan/ publikasi
o Pers/ surat kabar
o Film
o Kegiatan promosi
o Pameran
(Hanafi, 2004, hal 27-28)
2.5.3. Prinsip KIE
Prinsip yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan KIE adalah :
1. Memperlakukan klien dengan sopan, baik dan ramah.
2. Memahami, menghargai dan menerima keadaan ibu ( status pendidikan, social
ekonomi dan emosi ) sebagaimana adanya.
3. Memberikan penjelasan dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami.
4. Menggunakan alat peraga yang menarik dan mengambil contoh dari kehidupan
sehari – hari.
5. Menyesuaikan isi penyuluhan dengan keadaan dan risiko yang dimiliki ibu.
2.5.4. Konseling Keluarga Berencana
1. Pengertian Konseling
Konseling adalah proses yang berjalan dan menyatu dengan semua aspek
pelayanan keluarga berencana dan bukan hanya informasi yang diberikan dan
dibicarakan pada satu kali kesempatan yakni pada saat pemberian pelayanan.
Teknik konseling yang baik dan informasi yang memadai harus diterapkan dan
dibicarakan secara interaktif sepanjang kunjungan klien dengan cara yang sesuai
dengan budaya yang ada.
2. Tujuan Konseling
Tujuan dalam pemberian konseling keluarga berencana antara lain :
a. Meningkatkan penerimaan.
Informasi yang benar, diskusi bebas dengan cara mendengarkan, berbicara dan
komunikasi non verbal meningkatkan penrimaan KB oleh klien.
b. Menjamin pilihan yang cocok.
24
Konseling menjamin bahwa petugas dan klien akan memilih cara yang terbaik
sesuai dengan keadaan kesehatan dan kondisi klien
c. Menjamin penggunaan cara yang efektif.
Konseling yang efektif diperlukan agar klien mengetahui bagaimana
menggunakan cara KB yang benar, dan bagaimana mengatasi informasi yang
keliru dan/isu-isu tentang cara tersebut.
d. Menjamin kelangsungan yang lebih lama.
Kelangsungan pemakain cara KB akan lebih baik bila klien ikut memilih cara
tersebut,mengetahui bagaimana cara kerjanya dan bagaimana mengatasi efek
sampingnya. Kelangsungan pemakainan juga lebih baik bila ia mengetahui bahwa
ia dapat berkunjung kembali seandainya ada masalah. Kadang-kadang klien hanya
ingin tahu kapan ia harus kembali untuk memperoleh pelayanan
3. Jenis Konseling KB
Komponen penting dalam pelayanan KB dapat dibagi dalam tiga tahap. Konseling
awal pada saat menerima klien, konseling khusus tentang cara KB, dan konseling
tindak lanjut.
a. Konseling Awal
Konseling awal bertujuan untuk memutuskan metode apa yang akan dipakai,
didalamnya termasuk mengenalkan pada klien semua cara KB atau pelayanan
kesehatan, prosedur klinik, kebijakan dan bagaimana pengalaman klien pada
kunjungannya itu. Bila dilakukan dengan objektif, konseling awal membantu klien
untuk memilih jenis KB yang cocok untuknya.
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat konseling awal antara lain
menanyakan pada klien cara apa yang disukainya, dan apa yang dia ketahui
mengenai cara tersebut, menguraikan secara ringkas cara kerja, kelebihan dan
kekurangannya.
b. Konseling Khusus
Konseling khusus mengenai metoda KB memberi kesempatan pada klien untuk
mengajukan pertanyaan tentang cara KB tertentu dan membicarakan
pengalamannya, mendapatkan informasi lebih rinci tentang cara KB yang tersedia
yang ingin dipilihnya, mendapatkan bantuan untuk memilih metoda KB yang
25
cocok serta mendapat penerangan lebih jauh tentang bagaimana menggunakan
metoda tersebut dengan aman, efektif dan memuaskan.
c. Konseling Tindak Lanjut
Bila klien datang untuk mendapatkan obat baru atau pemeriksaan ulang maka
penting untuk berpijak pada konseling yang dulu. Konseling pada kunjungan
ulang lebih bervariasi dari pada konseling awal. Pemberi pelayanan perlu
mengetahui apa yang harus dikerjakan pada setiap situasi. Pemberi pelayanan
harus dapat membedakan antara masalah yang serius yang memerlukan rujukan
dan masalah ynag ringan yang dapat diatasi di tempat.
4. Langkah Konseling
a. GATHER menurut Gallen dan Leitenmaier (1987)
Gallen dan Leitenmaier memberikan satu akronim yang dapat dijadikan panduan
bagi petugas klinik KB untuk melakukan konseling. Akronim tersebut adalah
GATHER yang merupakan singkatan dari :
G : Greet : Berikan salam, mengenalkan diri dan membuka komunikasi.
A : Ask atau Assess : Menanyakan keluhan atau kebutuhan pasien dan menilai
apakah keluhan/keinginan yang disampaikan memang sesuai dengan kondisi yang
dihadapi.
T : Tell
Beritahukan bahwa persoalan pokok yang dihadapi oleh pasien adalah seperti
yang tercermin dari hasil tukar informasi dan harus dicarikan upaya penyelesaian
masalah tersebut.
H : Help
Bantu pasien untuk memahami masalah utamanya dan masalah itu yang harus
diselesaikan. Jelaskan beberapa cara yang dapat menyelesaikan masalah tersebut,
termasuk keuntungan dan keterbatasan dari masing – masing cara tersebut. Minta
pasien untuk memutuskan cara terbaik bagi dirinya.
E : Explain
Jelaskan bahwa cara terpilih telah diberikan atau dianjurkan dan hasil yang
diharapkan mungkin dapat segera terlihat atau diobservasi beberapa saat hingga
26
menampakkan hasil seperti yang diharapkan. Jelaskan pula siapa dan dimana
pertolongan lanjutan atau darurat dapat diperoleh.
R : Refer dan Return visit
Rujuk apabila fasilitas ini tidak dapat memberikan pelayanan yang sesuai atau
buat jadwal kunjungan ulang apabila pelayanan terpilih telah diberikan.
b. Langkah – Langkah Konseling KB SATU TUJU
Dalam memberikan konseling. Khususnya bagi calon klien KB yang baru
hendaknya dapat diterapkan 6 langkah yang sedah dikenal dengan kata kunci
SATU TUJU.Penerapan SATU TUJU tersebut tidak perlu dilakukan secara
berurutan karena petugas harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan klien
.Beberapa klien membutuhkan lebih banyak perhatian pada langkah yang satu
dibandingkan dengan langkah lainnya.Kata kunci SATU TUJU dalah sebagai
berikut :
SA : sapa dan salam
Sapa dan salam kepada klien secara terbuka dan sopan. Berikan perhatian
sepenuhnya kepada mereka dan berbicara ditempat yan nyaman serta terjamin
privasinya. Yakinkan klien untuk membangun rasa percaya diri.Tanyakan kepada
klien apa yang perlu dibantu serta jelaskan pelayanan apa yang dapat
diperolehnya.
T : Tanya : Tanyakan kepada klien informasi tentang dirinya. Bantu klien
untuk berbicara mengenai pengalaman keluarga berencana dan kesehatan
reproduksi, tujuan, kepentingan, harapan, serta keadaan kesehatan dan kehidupan
keluarganya.Tanyakan konstrasepsi yan diiginkan ole klien. Berikan perhatian
kepada klien apa yang disampaikan oleh klien ssuai dengan kata-kata, gerak
isyarat dan caranya.Coba tempatkan diri kita di dalam hati klien.Perlihatkan
bahwa kita memahami. Dengan memahami pengetahuan, kebutuhan dan
keinginan klien kita dapat membantunya.
U: Uraikan
Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa pilihan reproduksi
yang paling mungkin, termasuk pilihan beberapa jenis kontrasepsi. Bantulah klien
pada jenis kontrasepsi yang paling dia ingini, serta jelaskan pula jenis-jenis lain
27
yang ada. Juga jelaskan alternative kontrasepsi lain yang mungkin diingini oleh
klien.Uraikan juga mengenai risiko penularan HIV/ Aids dan pilihan metode
ganda.
TU : Bantu
Bantulah klien menentukan pilihannya. Bantulah klien berfikir mengenai apa yang
paling sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya. Doronglah klien untuk
menunjukkan keinginannya dan mengajukan pertanyaan. Tanggapilah secara
terbuka. Petugas membantu klien mempertimbangkan criteria dan keinginan klien
terhadap setiap jenis kontrasepsi.Tanyakan juga apakah pasangannya akan
memberikan dukungan dengan pilihan tersebut. Jika memungkinkan diskusikan
mengenai pilihan tersebut pada pasangannya. Pada akhirnya yakinkan bahwa
klien telah membuat suatu keputusan yang tepat. Petugas dapat menanyakan :
Apakah anda sudah memutuskan pilhan jenis kontrasepsi? Atau apa jenis
kontrasepsi terpilih yang akan digunakan.
J : Jelaskan
Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi pilihannya setelah
klien memilih jenis kontrasepsinya, jika diperlukan perlihatkan alat/ obat
kontrasepsinya.Jelaskan bagaimana alat / obat kontrasepsi tersebut digunakan dan
bagaimana cara penggunaannya. Sekali lagi doronglah klien untuk bertanya dan
petugas menjawab secara jelas dan terbuka.Beri penjelasan juga tentang manfaat
ganda metode kontrasepsi, misalnya kondom yang dapat mencegah infeksi
menular seksual (IMS).Cek pengetahuan klien tantang penggunaan kontrasepsi
pilihannya dan puji klien apabila dapat menjawab dengan benar.
U : Kunjungan Ulang
Perlunya dilakukan kunjungan ulang. Bicarakan dan buatlah perjanjian, kapan
klien akan kembali untuk melakukan pemeriksaan atau permintaan kontrasepsi
jika dibutuhkan. Perlu juga selalu mengingatkan klien untuk kembali apabila
terjadi suatu masalah.
5. Tahapan Konseling dalam Pelayanan KB
28
Tahapan kegiatan konseling dalam pelayanan KB dapat dirinci dalam tahapan
sebagai berikut : KIE Motivasi à Bimbingan à Rujukan à KIP/K à Pelayanan
Kontrasepsi à Tindak Lanjut ( Pengayoman)
Adapun uraian dari masing- masing kegiatan motivasi bimbingan konseling dalam
gerakan KB Nasional adalah :
a. Kegiatan KIE Keluarga Berencana
Sumber informasi pertama tentang jenis alat / metoda kontrasepsi pada umunya
diterima oleh masyarakat dari petugas lapangan KB yaitu PPLKB, PLKB,
PPKBD maupun kader yang bertugas memberikan pelayanan KIE KB kepada
masyarakat dengan melakukan kunjungan dari rumah ke rumah, kegiatan KIE di
Posyandu ataupun dalam kesempatan – kesempatan lainnya. Informasi tersebut
dapat diperoleh masyarakat dari dokter atau paramedis yang bertugas di klinik KB
yang ada di Puskesmas, Balai Kesehatan, Rumah sakit Bersalin dan Rumah Sakit
Umum. Atau dari media cetak (surat kabar, majalah, poster dsb) dan media
elektronik (radio atau televisi)
Pesan yang disampaikan dalam Kegiatan KIE tersebut pada umumnya meliputi 3
hal yaitu tentang :
1). Pengertian dan manfaat KB bagi kesehatan dan kesejahteraan keluarga.
2). Proses terjadinya kehamilan pada wanita (yang penting dalam kaitannya
menerangkan cara kerja alat / metode kontrasepsi)
3). Jenis alat / metode kontrasepsi yang ada , cara pemakaian cara kerjanya serta
lama pemakaiannya.
b. Kegiatan Bimbingan
Kegiatan bimbingan kontrasepsi merupakan tindak lanjut dari kegiatan KIE juga
merupakan tugas para petugas lapangan KB. Sesudah memberikan KIE keluarga
berencana PLKB diharapkan melanjutkan dengan melakukan penyaringan
terhadap calon peserta KB. Tugas penyaringan ini dilakukan dengan memberikan
bimbingan kontrasepsi yaitu memberikan informasi tentang jenis kontrasepsi
secara lebih obyektif, benar dan jujur sekaligus meneliti apakah calon peserta KB
tersebut memenuhi syarat untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi yang
dipilihnya. Bila memenuhi syarat , maka calon peserta tersebut kemudian dirujuk
29
oleh PLKB ke fasilitas pelayanan yang terdekat untuk memperoleh pelayanan
KIP/K. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa tugas yang dilakukan oleh
pembimbing adalah merupakan bagian dari tugas konselor. Artinya baik mutu
bimbingan yang dilakukan sewaktu dilapangan akan mempermudah proses
konselingnya.
c. Kegiatan Rujukan
Dapat dibedakan dalam 2 macam yaitu rujukan untuk calon peserta KB dan
rujukan untuk peserta KB.
1). Rujukan untuk calon peserta KB dilakukan oleh petugas lapangan KB dimana
calon peserta dirujuk ke klinik yang terdekat dengan tempat tinggal calon peserta
dengan maksud untuk mendapatkan pelayanan konseling dan pelayanan
kontrasepsi. Atau rujukan dilakukan oleh klinik ke klinik lain yang lebih memadai
sarananya.
2). Rujukan Rujukan ke klinik untuk peserta KB dilakukan oleh petugas lapangan
KB terhadap peserta KB yang mengalami komplikasi atau kegagalan untuk
mendapatkan perawatan. Atau dapat juga dilakukan oleh suatu klinik yang karena
sasarannya belum memadai , maka peserta KB yang mengalami komplikasi
dirujuk ke klinik lain yang lebih mampu.
d. Kegiatan KIP/K
Setiap pasangan suami istri (klien) yang dirujuk oleh petugas lapangan KB ke
klinik, sebelum memperoleh pelayanan kontrasepsi harus mendapatkan pelayanan
KIP/K terlebih dahulu. Beberapa tahap yang perlu dilakukan dalam KIP/K adalah:
1) Menjajaki apa alasan klien memilih alat / metode kontrasepsi tersebut.
2) Menjajaki apakah klien sudah mengetahui / memahami alat / metode kontrasepsi
yang dipilihnya tersebut.
3) Menjajaki apakah klien mengetahui jenis alat / metode kontrasepsi lain.
4) Bila belum mengetahui, perlu diberikan informasi mengenai hal hal diatas.
5) Berikan klien kesempatan untuk mempertimbangkan pilihannya kembali,
kontrasepsi apa yang akan dipakai.
6) Jika diperlukan bantulah klien dalam proses pengambilan keputusan.
30
7) Berilah klien informasi bahwa apapun pilihannya sebelum diberikan pelayanan
klien akan diperiksa terlebih dahulu kesehatannya sehingga belum tentu alat /
metode kontrasepsi yang dipilihnya tersebut secara medis cocok buat dirinya.
Hasil pembicaraan dengan klien diatas dicatat pada kartu konseling. Sesudah klien
mengambil keputusan tentang alat / metode kontrasepsi yang akan dipakainya.
e. Kegiatan Pelayanan Kontrasepsi
Pemeriksaan kesehatan yang dlakukan meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Apabila dari hasil pemeriksaan kesehatan tidak didapati kontraindikasi, maka
pelayanan kontrasepsi dapat dilakukan.Untuk pelayanan metode kontrasepsi
jangka panjang Yaitu IUD, implant, dan kontap sebelum pelayanan dimulai
kepada klien diminta untuk menandatangai informed consent form.
f. Kegiatan Tindak Lanjut ( Pengayoman )
Selesai mendapatkan pelayanan kontrasepsi, petugas melakukan pemantauan
kepada keadaan peserta KB dan diserahkan kembali kepada petugas lapangan KB.
Hal ini karena pola pendekatan para PLKB adalah dengan kunjungan ke rumah-
rumah para peserta KB khususnya peserta Kb baru. Oleh karena itu tugas
kunjungan ini sekaligus dapat dimanfaatkan untuk memantau keadaan para
peserta KB baru apakah dalam keadaan sehat ataukah mengalami efek samping
ataupun komplikasi.
2.6 PELAYANAN KONTRASEPSI DENGAN BERBAGAI METODE
2.6.1 Metode KB Sederhana
Tanpa Alat
 KB alamiah
Metode alamiah sering juga disebut dengan metode pantang berkala, yaitu tidak
melakukan senggama pada masa subur seorang wanita yaitu sekitar waktu
terjadinya ovulasi.
 Cara kerja :
Untuk menggunakan keluarga berencana alamiah secara efektif, pasangan perlu
memodifikasi prilaku seksual mereka. Pasangan harus mengamati tanda-tanda
31
fertilitas wanita secara harian dan mencatatnya. Mengenal masa subur dan tidak
melakukan aktifitas seksual pada masa subur jika tidak menginginkan kehamilan.
 Efektivitas :
Bila digunakan secara sempurna efektivitas metode KBA dapat mencapai 65%.
 Manfaat :
- Dapat digunakan baik untuk menghindari atau untuk menginginkan kehamilan
- Tidak ada efek samping
- Meningkatkan pengetahuan mengenai fungsi reproduksi wanita
- Menumbuhkan kepercayaan diri tidak tergantung kepada kontrasepsi
- Meningkatkan keterlibatan pihak pria
- Tidak tergantung dengan tenaga medis
- Ekonomis
 Indikasi :
- Keluarga Berencana Alamiah merupakan metode yang sesuai untuk :
- Wanita yang mau mengamati tanda kesuburan
- Wanita yang mempunyai siklus haid yang cukup teratur
- Pasangan dengan tidak dapat mengguanakan metode lain
- Tidak keberatan jika terjadi kehamilan
 Metode Kalender
Metode kalender atau pantang berkala merupakan metode keluarga
berencana alamiah (KBA) yang paling tua. Pencetus KBA sistem kalender adalah
dr. Knaus (ahli kebidanan dari Vienna) dan dr. Ogino (ahli ginekologi dari
Jepang). Metode kalender ini berdasarkan pada siklus haid/menstruasi wanita.
Knaus berpendapat bahwa ovulasi terjadi tepat 14 hari sebelum menstruasi
berikutnya. Sedangkan Ogino berpendapat bahwa ovulasi tidak selalu terjadi tepat
14 hari sebelum menstruasi, tetapi dapat terjadi antara 12 atau 16 hari sebelum
menstruasi berikutnya. Hasil penelitian kedua ahli ini menjadi dasar dari KBA
sistem kalender. Metode kalender atau pantang berkala adalah cara/metode
kontrasepsi sederhana yang dilakukan oleh pasangan suami istri dengan tidak
32
melakukan senggama atau hubungan seksual pada masa subur/ovulasi.
Manfaat
o Metode kalender atau pantang berkala dapat bermanfaat sebagai kontrasepsi
maupun konsepsi.
o Sebagai alat pengendalian kelahiran atau mencegah kehamilan.
o Dapat digunakan oleh para pasangan untuk mengharapkan bayi dengan
melakukan hubungan seksual saat masa subur/ovulasi untuk meningkatkan
kesempatan bisa hamil.
Keuntungan
Metode kalender atau pantang berkala mempunyai keuntungan sebagai berikut:
1. Metode kalender atau pantang berkala lebih sederhana.
2. Dapat digunakan oleh setiap wanita yang sehat.
3. Tidak membutuhkan alat atau pemeriksaan khusus dalam penerapannya.
4. Tidak mengganggu pada saat berhubungan seksual.
5. Kontrasepsi dengan menggunakan metode kalender dapat menghindari
resiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi.
6. Tidak memerlukan biaya.
7. Tidak memerlukan tempat pelayanan kontrasepsi.
Keterbatasan
Sebagai metode sederhana dan alami, metode kalender atau pantang berkala ini
juga memiliki keterbatasan, antara lain:
1. Memerlukan kerjasama yang baik antara suami istri.
2. Harus ada motivasi dan disiplin pasangan dalam menjalankannya.
33
3. Pasangan suami istri tidak dapat melakukan hubungan seksual setiap saat.
4. Pasangan suami istri harus tahu masa subur dan masa tidak subur.
5. Harus mengamati sikus menstruasi minimal enam kali siklus.
6. Siklus menstruasi yang tidak teratur (menjadi penghambat).
7. Lebih efektif bila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.
Efektifitas
Metode kalender akan lebih efektif bila dilakukan dengan baik dan benar.
Sebelum menggunakan metode kalender ini, pasangan suami istri harus
mengetahui masa subur. Padahal, masa subur setiap wanita tidaklah sama. Oleh
karena itu, diperlukan pengamatan minimal enam kali siklus menstruasi. Selain
itu, metode ini juga akan lebih efektif bila digunakan bersama dengan metode
kontrasepsi lain. Berdasarkan penelitian dr. Johnson dan kawan-kawan di Sidney,
metode kalender akan efektif tiga kali lipat bila dikombinasikan dengan metode
simptothermal. Angka kegagalan penggunaan metode kalender adalah 14 per 100
wanita per tahun.
Faktor Penyebab Metode Kalender Tidak Efektif
Hal yang dapat menyebabkan metode kalender menjadi tidak efektif adalah:
1. Penentuan masa tidak subur didasarkan pada kemampuan hidup sel sperma
dalam saluran reproduksi (sperma mampu bertahan selama 3 hari).
2. Anggapan bahwa perdarahan yang datang bersamaan dengan ovulasi,
diinterpretasikan sebagai menstruasi. Hal ini menyebabkan perhitungan masa
tidak subur sebelum dan setelah ovulasi menjadi tidak tepat.
3. Penentuan masa tidak subur tidak didasarkan pada siklus menstruasi sendiri.
4. Kurangnya pemahaman tentang hubungan masa subur/ovulasi dengan
perubahan jenis mukus/lendir serviks yang menyertainya.
5. Anggapan bahwa hari pertama menstruasi dihitung dari berakhirnya
perdarahan menstruasi. Hal ini menyebabkan penentuan masa tidak subur
menjadi tidak tepat.
Penerapan
Hal yang perlu diperhatikan pada siklus menstruasi wanita sehat ada tiga tahapan:
34
1. Pre ovulatory infertility phase (masa tidak subur sebelum ovulasi).
2. Fertility phase (masa subur).
3. Post ovulatory infertility phase (masa tidak subur setelah ovulasi).
Perhitungan masa subur ini akan efektif bila siklus menstruasinya normal yaitu
21-35 hari. Pemantauan jumlah hari pada setiap siklus menstruasi dilakukan
minimal enam kali siklus berturut-turut. Kemudian hitung periode masa subur
dengan melihat data yang telah dicatat.
Bila haid teratur (28 hari)
Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke-1 dan masa subur adalah
hari ke-12 hingga hari ke- 16 dalam siklus haid.
Contoh:
Seorang wanita/istri mendapat haid mulai tanggal 9 Maret. Tanggal 9 Maret ini
dihitung sebagai hari ke-1. Maka hari ke-12 jatuh pada tanggal 20 Maret dan hari
ke 16 jatuh pada tanggal 24 Maret. Jadi masa subur yaitu sejak tanggal 20 Maret
hingga tanggal 24 Maret. Sehingga pada masa ini merupakan masa pantang untuk
melakukan senggama. Apabila ingin melakukan hubungan seksual harus
menggunakan kontrasepsi.
Bila haid tidak teratur
Jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid dikurangi 18. Hitungan ini
menentukan hari pertama masa subur. Jumlah hari terpanjang selama 6 siklus haid
dikurangi 11.
Hitungan ini menentukan hari terakhir masa subur.
Rumus :
Hari pertama masa subur = Jumlah hari terpendek – 18
Hari terakhir masa subur = Jumlah hari terpanjang – 11
Contoh:
Seorang wanita/istri mendapat haid dengan siklus terpendek 25 hari dan siklus
terpanjang 30 hari (mulai hari pertama haid sampai haid berikutnya).
35
Langkah 1 : 25 – 18 = 7
Langkah 2 : 30 – 11 = 19
Jadi masa suburnya adalah mulai hari ke-7 sampai hari ke-19. Sehingga masa ini,
suami istri tidak boleh melakukan senggama. Apabila ingin melakukan senggama
harus menggunakan kontrasepsi.
 MetodeSuhuBadanBasal(Termal)
Peninggian suhu badan basal 0,2-0,5 derajat celcius pada waktu ovulasi.Peninggian suhu
badanbasalmulai1-2setelahovulasi,dandisebabkanolehpeninggianhormonprogesteron.
Tehnik metode suhu badan basal:
a) Umumnya digunakan termometer khusus dengan kalibrasi yang diperbesar
(basaltermometer),meskipuntermometerbiasadapatjugadipakai.
b) Waktu mengukur harus pada saat yang sama setiap pagi dan setelah tidur
nyenyaksedikitnya3-5jamsertamasihdalamkeadaanistirahatmutlak.
c) Pengukuran dilakukan secara :- Oral (3 menit)- Rektal (1 menit),ini cara terbaik-
Vaginal
Faktor- faktor yang mempengaruhi suhu badan basal :
1.Influenzaatauinfeksitraktusrespiratoriuslain
2.Infeksiataupenyakit-penyakitlainyangmeninggikansuhubadan.
3.Inflamasilidah,mulut,ataudaerahanus.
4.Faktor-faktorsituasionalsepertimimpiburuk,jetlag,menggantipokokbayipukul6pagi.
5.Jamtiduryangirregular
6.Pemakaianminumanyangpanasataudinginsebelumpengambilansuhubadanbasal
7.Pemakaianselimutelektris
8.Kegagalanmembacathermometerdenganbaikataubenar.
Macam- macam peninggian suhu badan basal :
o Peninggiansuhuyangmendadak(abrupt ).Iniyangpalingseringterjadi.
o Peninggiansuhuyangperlahan-lahan(gradual)
o Peninggiansuhuyangbertingkat,umumnyadidahuluipenurunansuhuyang
cukuptajam.
36
o Peninggiansuhuseperti “ gigigeraji”
Catatan :
Pada beberapa kasus, kadang-kadang SBB sama sekali tidak meninggi selama ovulasi,atau
kadang-kadangsudahmeninggipra-ovulasi.
Demikian pula pada siklus haid yang an-ovulatoir, SBB tidak meninggi, dan iniditemukan
pada:
a. Gadismuda
b. Klimakterium/pra-menopause
c. Segerapostpartum/post-abortus
d. Laktasi
Bila terjadi fertilasi, corpus luteum akan berhenti bekerja, produksi horm progesteronemenurun
danakhirnyasuhubadanbasalmenurun
Suhubadanpost-ovulasiadalahlebihtinggidaripadasuhubadanpra-ovulasi,meskipuntidak
terjadifertilasi.
Efektifitas metode suhu badan basal:
Angkakegagalan:0,3-6,6kehamilanpada100wanitapertahun.Kerugianutamametodesuhu
badanbasalialahbahwaabstinenssudahharusdilakukanpadamasapra-ovulasi.
 Metode Lendir Serviks (Billings)
Perubahan siklus dari lendir serviks yang terjadi karena perubahan kadar estrogen.
1. Peranan Lendir Serviks
Lendir serviks yang diatur oleh hormon estrogen dan progesterone ikut berperan
dalam reproduksi. Pada setiap siklus haid diproduksi 2 macam lendir serviks oleh
sel-sel serviks yaitu :
Lendir type-E (estrogenic)
Diproduksi pada fase akhir pra ovulasi dan fase ovulasi
Sifat-sifatnya :
 Banyak, tipis, seperti air (jernih) dan viskositas rendah.
 Spin barkeit (elastisitas) besar spinnbarkeil adalah sampai seberapa jauh lendir
dapat diregangkan sebelum putus.
 Bila dikeringkan terjadi bentuk seperti daun pakis
Spermatozoa dapat „menembus‟ lendir ini
37
Lendir type-G (Gestagenik)
a. Diproduksi pada fase awal pra-ovulasi dan setelah ovulasi
b. Sifat-sifat
 Kental
 Viskositas tinggi
 Keruh (opaque)
c. Diproduksi karena peninggian kadar progesterone
d. Spermatozoa tidak dapat „menembus‟ lendir ini
2. Ciri-ciri lendir serviks pada berbagai fase dari siklus haid (30 hari)
Fase I
 Haid  Hari 1-5
 Lendir bisa ada atau tidak dan tertutup oleh darah haid
 Perasaan wanita basah dan licin
Fase II
 Pasca haid  Hari 6-10
 Tidak ada lendir, atau hanya sedikit sekali
 Perasaan wanita kering
Fase III
 Awal pra-ovulasi
 Hari 11-13
 Lendir keruh, kuning, putih dan liat
 Perasaan wanita, liat dan/atau
lembab
Fase IV
 Segera sebelum, pada saat dan sesudah ovulasi
 Hari 14-17
 Lendir bersifat jernih, licin, basah, dapat diregangkan
 Dengan konsistensi seperti putih telur
 Perasaan wanita basah
Fase V
 Pasca ovulasi
 Hari 18-21
 Lendir sedikit, keruh dan liat
 Perasaan wanita liat/lembab
Fase VI
38
 Akhir pasca – ovulasi atau segera
pra-haid
 Hari 27-30
 Lendir jernih dan seperti air
 Perasaan
 wanita liat, lembab dan basah
3. Teknik metode lendir serviks
Abtinens dimulai pada hari pertama diketahui adanya lendir setelah haid
dan berlanjut sampai dengan hari ke-empat setelah gejala pucat.
4. Penyulit-penyulit metode lendir serviks
o Keadaan fisiologis : sekresi vagina karena rangsangan seksual
o Keadaan patologis : infeksi vagina, serviks, penyakit-penyakit dan
pemakaian obat
o Keadaan psikologis : stress (fisik dan emosional)
5. Efektifitas metode lendir serviks
o Angka kegagalan : 0,4 – 39,7 kehamilan pada 100 wanita pertahun.
o Disamping abstinens pada saat yang diperlukan, masih ada 3 sebab lain
terjadinya kegagalan (terjadi kehamilan)
Pengeluaran lendir mulainya terlambat
Gejala puncak (peat sympron) timbul terlalu awal/dini
Lendir tidak dirasakan oleh si wanita atau dinilai/interprestasi salah
 Metode Simptothermal
Metode simptothermal merupakan metode keluarga berencana alamiah (KBA)
yang mengidentifikasi masa subur dari siklus menstruasi wanita. Metode
simptothermal mengkombinasikan metode suhu basal tubuh dan mukosa serviks.
Tetapi ada teori lain yang menyatakan bahwa metode ini mengamati tiga indikator
kesuburan yaitu perubahan suhu basal tubuh, perubahan mukosa/lendir serviks
dan perhitungan masa subur melalui metode kalender. Metode simptothermal
akan lebih akurat memprediksikan hari aman pada wanita daripada menggunakan
39
salah satu metode saja. Ketika menggunakan metode ini bersama-sama, maka
tanda-tanda dari satu dengan yang lainnya akan saling melengkapi.
Manfaat
Metode simptothermal memiliki manfaat sebagai alat kontrasepsi maupun
konsepsi. Metode simptothermal digunakan sebagai alat kontrasepsi atau
menghindari kehamilan dengan tidak melakukan hubungan seksual ketika
berpotensi subur (pantang saat masa subur).
Metode simptothermal digunakan sebagai konsepsi atau menginginkan kehamilan
dengan melakukan hubungan seksual ketika berpotensi subur.
Efektifitas
Angka kegagalan dari penggunaan metode simptothermal adalah 10-20 wanita
akan hamil dari 100 pasangan setiap tahunnya. Hal ini disebabkan kesalahan
dalam belajar, saran atau tidak ada kerjasama pasangan. Namun, studi lain juga
menyatakan angka kegagalan dari metode simptothermal mempunyai angka
kegagalan hanya 3 persen apabila di bawah pengawasan yang ketat.
Hal yang Mempengaruhi Metode Simptothermal Menjadi Efektif
Metode simptothermal akan menjadi efektif apabila:
1. Pencatatan dilakukan secara konsisten dan akurat.
2. Tidak menggunakan kontrasepsi hormonal, karena dapat mengubah siklus
menstruasi dan pola kesuburan.
3. Penggunaan metode barier dianjurkan untuk mencegah kehamilan.
Kerja sama dengan pasangan adalah perlu, karena ia harus bersedia untuk
membantu untuk menghindari kehamilan baik dengan tidak melakukan hubungan
seksual atau menggunakan beberapa metode penghalang selama hari-hari paling
subur.
Hal yang Mempengaruhi Metode Simptothermal Tidak Efektif
Metode simptothermal dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain:
1. Wanita yang mempunyai bayi, sehingga harus bangun pada malam hari.
2. Wanita yang mempunyai penyakit.
3. Pasca perjalanan.
4. Konsumsi alkohol.
40
Hal-hal tersebut di atas dapat mempengaruhi pembacaan suhu basal tubuh
menjadi kurang akurat.
Pola Grafik Kesuburan pada Metode Simptothermal
Pola grafik kesuburan tidak sesuai digunakan wanita pada kasus sebagai berikut:
1. Wanita yang memiliki pasangan seksual lebih dari satu.
2. Tidak ada komitmen antara pasangan suami istri untuk menggunakan
metode simptothermal.
3. Wanita yang tidak dapat mengamati hari suburnya karena sifat wanita itu
sendiri atau alasan lain.
4. Wanita yang ragu apakah dia mampu tidak melakukan hubungan seksual
tanpa alat kontrasepsi barier minimal 10 hari setiap bulan atau menerapkan
metode kontrasepsi lain di hari tidak amannya.
5. Wanita yang mempunyai resiko kesehatan/medis tertentu yang
membahayakan jika dia hamil.
6. Wanita yang mengkonsumsi obat-obatan tertentu yang dapat
mempengaruhi suhu basal tubuh, keteraturan menstruasi maupun produksi
lendir serviks.
Keuntungan
Metode simptothermal mempunyai keuntungan antara lain:
1. Tidak ada efek fisik seperti obat-obatan, alat, bahan kimia atau operasi
yang dibutuhkan.
2. Aman.
3. Ekonomis.
4. Meningkatkan hubungan kerjasama antar pasangan.
5. Dapat langsung dihentikan apabila pasangan menginginkan kehamilan.
6. Tidak memerlukan tindak lanjut atau alat kontrasepsi lain setelah belajar
metode simptothermal dengan benar.
Keterbatasan
Metode simptothermal mempunyai keterbatasan antara lain:
41
1. Tidak cocok digunakan oleh wanita yang mempunyai bayi, berpenyakit,
pasca perjalanan maupun konsumsi alkohol.
2. Metode simptothermal kurang efektif karena pengguna harus mengamati
dan mencatat suhu basal tubuh maupun perubahan lendir serviks.
3. Metode simptothermal memerlukan kerjasama antara pasangan suami istri.
4. Pengguna harus mendapatkan pelatihan atau instruksi yang benar.
Petunjuk bagi Pengguna Metode Simptothermal
Pengguna/klien metode simptothermal harus mendapat instruksi atau petunjuk
tentang metode lendir serviks, metode suhu basal tubuh maupun metode kalender.
Hal ini bertujuan agar pengguna dapat menentukan masa subur dengan mengamati
perubahan suhu basal tubuh maupun lendir serviks.
1. Klien dapat melakukan hubungan seksual hingga dua hari berikutnya
setelah haid berhenti (periode tidak subur sebelum ovulasi).
2. Ovulasi terjadi setelah periode tidak subur awal yang ditandai dengan
mulai keluarnya lendir dan rasa basah pada vagina sama dengan metode
lendir serviks. Lakukan pantang senggama karena ini menandakan periode
subur sedang berlangsung.
3. Pantang senggama dilakukan mulai ada kenaikan suhu basal 3 hari
berurutan dan hari puncak lendir subur.
4. Apabila dua gejala ini tidak menentukan periode tidak subur awal, periode
subur, periode tak subur akhir maka ikuti perhitungan periode subur yang
terpanjang dimana masa pantang senggama harus dilakukan.
Interpretasi Grafik
Buat pengamatan Anda dalam urutan yang sama:
1. Tanyakan (nama, umur, grafik ke …, jumlah hari siklus terpanjang dan
terpendek).
2. Apakah grafik suhu bifase terakhir?
3. Apakah grafik ini dari seorang wanita dalam keadaan khusus?
42
4. Menafsirkan grafik suhu (panjang siklus, pergantian hari, penerapan aturan
“Three over Six”, mengenali hari pertama masa tidak subur setelah
ovulasi).
5. Menafsirkan pola lendir serviks (mengenali perubahan lendir serviks
pertama kali, menafsirkan pola lendir serviks berdasarkan petunjuk,
mengenali lendir pada hari puncak subur, mengenali masa tidak subur
sebelum dan setelah ovulasi, periksa lendir dengan suhu).
6. Menafsirkan perubahan pada serviks (pilihan), antara lain: perubahan
serviks rendah, kaku, tertutup, serviks saat tidak subur dan perubahan
serviks tinggi, lunak, terbuka, serviks saat subur.
7. Menerapkan perhitungan siklus sedikitnya 6 kali siklus (siklus terpendek
dikurangi 20 untuk mengenali hari subur terakhir).
8. Amati perubahan yang terjadi.
9. Periksa bila terjadi hal yang mempengaruhi grafik seperti: gangguan,
faktor stres, penyakit ataupun obat.
10. Terapkan petunjuk metode simptothermal ini dengan tepat (untuk
merencanakan kehamilan atau mencegah kehamilan).
Kode Warna Grafik
Pewarnaan pada grafik metode simptothermal dapat membantu menafsirkan arti
grafik. Contoh untuk menekankan fase siklus antara lain:
Merah untuk periode menstruasi.
Kuning untuk periode subur.
Hijau untuk periode tidak subur.
Contoh Pengamatan dan Pencatatan Grafik Simptothermal
Di bawah ini merupakan contoh pengamatan dan pencatatan pada grafik
simptothermal.
43
Grafik metode simptothermal
44
 Coitus Interuptus
coitus interuptus adalah senggama terputus atau ekspulsi pra ejakulasi atau
pancaran ekstra vaginal atau withdrawal methods atau pull-out method. Dalam
bahasa latin disebut juga interrupted intercourse. Coitus interuptus atau senggama
terputus adalah metode keluarga berencana tradisional/alamiah, di mana pria
mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum mencapai ejakulasi.
Cara Kerja
Alat kelamin (penis) dikeluarkan
sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak
masuk ke dalam vagina, maka tidak ada
pertemuan antara sperma dan ovum, dan
kehamilan dapat dicegah. Ejakulasi di luar
vagina untuk mengurangi kemungkinan air
mani mencapai rahim.
Efektifitas
Metode coitus interuptus akan efektif apabila dilakukan dengan benar dan
konsisten. Angka kegagalan 4-27 kehamilan per 100 perempuan per tahun.
Pasangan yang mempunyai pengendalian diri yang besar, pengalaman dan
kepercayaan dapat menggunakan metode ini menjadi lebih efektif.
Manfaat
Coitus interuptus memberikan manfaat baik secara kontrasepsi maupun non
kontrasepsi.
1. Alamiah.
2. Efektif bila dilakukan dengan benar.
3. Tidak mengganggu produksi ASI.
4. Tidak ada efek samping.
5. Tidak membutuhkan biaya.
6. Tidak memerlukan persiapan khusus.
45
7. Dapat dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.
8. Dapat digunakan setiap waktu.
Manfaat non kontrasepsi
1. Adanya peran serta suami dalam keluarga berencana dan kesehatan
reproduksi.
2. Menanamkan sifat saling pengertian.
3. Tanggung jawab bersama dalam ber-KB.
Keterbatasan
Metode coitus interuptus ini mempunyai keterbatasan, antara lain:
1. Sangat tergantung dari pihak pria dalam mengontrol ejakulasi dan
tumpahan sperma selama senggama.
2. Memutus kenikmatan dalam berhubungan seksual (orgasme).
3. Sulit mengontrol tumpahan sperma selama penetrasi, sesaat dan setelah
interupsi coitus.
4. Tidak melindungi dari penyakit menular seksual.
5. Kurang efektif untuk mencegah kehamilan.
Penilaian Klien
Klien atau akseptor yang menggunakan metode kontrasepsi coitus
interuptus tidak memerlukan anamnesis atau pemeriksaan khusus, tetapi diberikan
penjelasan atau KIE baik lisan maupun tertulis. Kondisi yang perlu
dipertimbangkan bagi pengguna kontrasepsi ini adalah:
Coitus Interuptus
Sesuai untuk Tidak sesuai untuk
Suami yang tidak mempunyai masalah
dengan interupsi pra orgasmik.
Suami dengan ejakulasi dini.
Pasangan yang tidak mau metode Suami yang tidak dapat mengontrol
46
kontrasepsi lain. interupsi pra orgasmik.
Suami yang ingin berpartisipasi aktif
dalam keluarga berencana.
Suami dengan kelainan fisik/psikologis.
Pasangan yang memerlukan kontrasepsi
segera.
Pasangan yang tidak dapat bekerjasama.
Pasangan yang memerlukan metode
sementara, sambil menunggu metode
lain.
Pasangan yang tidak komunikatif.
Pasangan yang membutuhkan metode
pendukung.
Pasangan yang tidak bersedia melakukan
senggama terputus.
Pasangan yang melakukan hubungan
seksual tidak teratur.
Menyukai senggama yang dapat
dilakukan kapan saja/tanpa rencana.
Cara Coitus Interuptus
1. Sebelum melakukan hubungan seksual, pasangan harus saling membangun
kerjasama dan pengertian terlebih dahulu. Keduanya harus mendiskusikan
dan sepakat untuk menggunakan metode senggama terputus.
2. Sebelum melakukan hubungan seksual, suami harus mengosongkan
kandung kemih dan membersihkan ujung penis untuk menghilangkan
sperma dari ejakulasi sebelumnya.
3. Apabila merasa akan ejakulasi, suami segera mengeluarkan penisnya dari
vagina pasangannya dan mengeluarkan sperma di luar vagina.
4. Pastikan tidak ada tumpahan sperma selama senggama.
5. Pastikan suami tidak terlambat melaksanakannya.
6. Senggama dianjurkan tidak dilakukan pada masa subur.
47
2.6.2. Dengan Alat
Pengertian Metode Barier
Metode kontrasepsi dengan cara menghalangi pertemuan sperma dengan
sel telur yang sifatnya sementara, yakni menghalangi masuknya sperma dari
vagina sampai kanalis servikalis.
Metode yang akan dibahas antara lain :
A. Kondom bagi pria
B. Barier intra vagina :
o Diafragma
o Kap serviks
o Spons
o Kondom bagi wanita
A. Kondom
Kondom bagi pria
Kondom adalah salah satu ala t kontrasepsi yang terbuat karet/lateks,
berbentuk tabung tidak tembus cairan dimana salah satu ujungnya tertutup rapat
dandilengkapi kantung untuk menampung sperma. Kebanyakan kondom terbuat
dari karet lateks tipis, tetapi ada yang membuatnya dari jaringan hewan (usus
kambing) atau plastic (polietelin). (Niken, dkk, 2010 : 74)
Pemakaian kondom dengan tujuan kontrasepsi baru dimulai kira-kira abad
ke-18 di inggris. Pada mulanya kondom terbuat dari usus biri-biri. Pada tahun
1844 Goodyear telah berhasil membuat kondom dari karet. Yang kini paling
umum dipakai ialah kondom dari karet ; kondom ini tebalnya kira-kira 0,05 mm.
kini telah tersedia berbagai ukuran dengan bermacam-macam warna.
(Prawirohardjo, Sarwono, 2009 : 539).
Prinsip kerja kondom ialah sebagai perisai dari penis sewaktu melakukan
koitus, dan mencegah pengumpulan sperma dalam vagina. Bentuk kondom adalah
silindris dengan pinggir yang tebal pada ujung yang terbuka, sedang ujung yang
buntu berfungsi sebagai penampung sperma. Diameternya biasanya kira-kira 31-
48
36,5 mm dan panjang lebih kurang 19 mm. kondom dilapisi dengan pelican yang
mempunyai sifat spermatisid. (Prawirohardjo, Sarwono, 2009 : 539).
Syarat-syarat standar yang harus dipenuhi oleh kondom :
1. Test elektronik
- Untuk menemukan lubang kecil/”lubang jarum” pada kondom
- Dasar test ini : karet tidak menghantarkan arus listrik
2. Test pengisian air (water volume test)
- Untuk menemukan ada tidaknya lubang pada kondom
- Kondom diisi dengan 300 cc air, diikat, dan diletakkan pada diletakkan pada
kertas absorbent atau kain.
3. Kekuatan kondom
- Ini merupakan factor terpenting dari kondom
- Untuk menentukan kekuatan kondom dilakukan :
o Test pengisian udara (air bust test) :
 Kondom diisi dengan 20-25 liter udara
 Test ini menguji kekuatan seluruh kondom
o Tensile test :
 Sebagian kecil dari kondom diregangkan dan diukur kekuatannya sampai
bagian tersebut pecah. (minimal : 200 kg/cm2)
 Test ini hanya menguji sebagian dari kondom
4. “Umur” kondom (aging)
- Dilakukan pemanasan dari kondom pada 70 ± 2 c selama 166 ± 2 jam, lalu
didiamkan pada suhu 23 ± 5 C selama 12-96 jam, lalu kondom dibuka dan
diperiksa ada tidaknya kerusakan.
5. Kemasan kondom
- Kemasan kondom harus kedap udara karena udara dapat merusak karet.
- Demikian pula dengan panas dan cahaya, yang bila disertai adanya udara (O2)
dapat mempercepat kerusakan karet
6. Ukuran kondom
- Ada 2 kelas ukuran kondom :
Kelas I : panjang 160 mm. lebar 52 ± 2 mm
49
Kelas II : panjang 150 mm, lebar 48 ± 2 mm
- Umumnya ukuran standar kondom adalah :
Panjang : minimal 160 mm
Lebar : 45-55 mm
Tebal : maksimal 0.07-0.16 mm
(Hartanto,Hanafi, 2004 : 62-63)
Tipe kondom terdiri dari :
a. Kondom Biasa
b. Kondom Berkontur (bergerigi)
c. Kondom Beraroma
d. Kondom tidak beraroma
(Bari Saifuddin,Abdul, 2006 : MK 17)
Macam-macam kondom :
1. Kulit
a. Dibuat dari membrane usus biri-biri (caecum)
b. Tidak meregang atau mengkerut
c. Menjalarkan panas tubuh, sehingga dianggap tidak mengurangi sensitivitas
selama sanggama
d. Lebih mahal
e. Jumlahnya < 1 % dari semua jenis kondom
2. Lateks
a. Paling banyak dipakai
b. Murah
c. Elastic
3. Plastik
a. Sangat tipis (0.025-0.035 mm)
b. Juga menghantarkan panas tubuh
c. Lebih mahal dari kondom lateks
Keuntungan Kondom : (Hartanto,Hanafi, 2004 : 60)
1. Mencegah kehamilan
50
2. Memberi perlindungan terhadap PHS (Penyakit akibat hubungan seks)
3. Dapat diandalkan.
4. relatif murah.
5. Sederhana, ringan, disposable, reversible
6. Tidak memerlukan pemeriksaan medis, supervisi, atau follow up
7. Reversibel.
8. Pria ikut secara aktif dalam program KB.
(Hartanto,Hanafi, 2004 : 62)
Kerugian Kondom :
1) Angka kegagalan realtif tinggi
2) Perlu menghentikan sementara aktivitas dan spontanitas hubungan seks guna
memasang kondom
3) Perlu dipakai secara konsisten, hati – hati dan terus menerus setiap sanggama
(kurang praktis)
(Hartanto,Hanafi, 2004 : 60)
Efek sampingan kondom tidak ada, kecuali jika ada alergi terhadap bahan
untuk membuat karet. (Prawirohardjo, Sarwono, 2009 : 539).
Kontra Indikasi Kondom :
1. Absolut
a) Pria dengan ereksi yang tidak baik
b) Riwayat syok septik
c) Tidak bertanggung jawab secara sexual
d) Interupsi sexual foreplay menghalangi minat sexual
e) Alergi terhadap karet atau lubrikan pada partner sexual
2. Relatif
a) Interupsi foreplay yang mengganggu ekspresi sexual
(Hartanto,Hanafi, 2004 : 65)
51
Indikasi:
I.Pria :
a. Penyakit genitalia
b. Sensitivitas penis terhadap secret vagina
c. Ejakulasi premature
II.Wanita :
a. Vaginistis, termasuk yang dalam pengobatan.
b. Kontra indikasi terhadap kontrasepsi oral dan IUD, sedangkan pemasangan
diafragma atau kap serviks secara anatomis atau psikologis tidak memungkinkan.
c. Untuk membuktikan bahwa tidak ada semen yang dilepaskan di dalam vagina.
4. Metode temporer :
- Belum mengadakan sanggama secara teratur
- Selama haid
- Selama mid-siklus pada pemakaian IUD
- Selama siklus peretama dari kontrasepsi oral dosis-rendah
- Gagal memakai kontrasepsi oral secara benar/tepat
- Selama periode awal post-partum
- Keengganan psikologis untuk bersentuhan dengan semen
- Keengganan psikologis atau religious untuk menggunakan suatu
kontraseptivum
III.Pasangan pria dan wanita :
a. Pengendalian diri dari pihak pria lebih diutamakan
b. Sanggama yang jarang
c. Penyakit kelamin (aktif atau tersangka)
d. Herpes genitalis atau kondiloma akuminata
e. Urethritis karena sebab apapun, termasuk yang sedang dalam terapi
f. Sistitis, disuria atau pyuria, sampai penyebabnya ditegakkan
g. Metode sementara sebelum menggunakan kontrasepsi oral atau IUD
(Hartanto,Hanafi, 2004 : 61)
52
Cara Penggunaan Kondom Pria :
1. Pegang bungkus kondom dengan kedua belah tangan, lalu dorong kondom
dengan jari ke posisi bawah. Tujuannya agar tidak tersobek saat membuka
bungkusannya. Selanjutnya sobek bagian atas bungkus kondom.
2. Dorong kondom dari bawahagar keluar dari bungkusnya, kemudian pegang
kondom dan perhatikan bagian yang menggulung harus berada disebelah luar.
3. pencet ujung kondom dengan ibu jari dan telunjuk agar tidak ada udara yang
masuk dan letakkan pada kepala penis.
4. pada saat kondom dipasang, penis harus dalam keadaan tegang (ereksi).
Pasanglah kondom dengan menggunakan telapak tangan untuk mendorong
gulungan kondom hingga pangkal penis (jangan menggunakan kuku karena
kondom dapat robek).
5. Setelah ejakulasi, cabut penis dari vagina ketika masih ereksi, dan tahan kondom
di pangkal penisdengan jari agar kondom tidak lepas dan tidak meninggalkan air
mani di vagina.
6. Setelah menggunakan, ikat kondom agar cairan sperma tidak keluar. Kondom
bekas langsung dibuang ketempat yang bseharusnya, untuk mencegah
mengkontaminasi orang lain, terutama anak-anak.
(Niken,dkk, 2010 : 77)
Efektivitas kondom ini tergantung dari mutu kondom dan dari ketelitian dalam
penggunaannya. (Prawirohardjo, Sarwono, 2009 : 539)
B.Barier Intra-vaginal
Menghalangi masuknya spermatozoa ke dalam traktus genitalia interna
wanita dan immobilisasi/mematikan spermatozoa oleh spermisidnya. (Hartanto,
Hanafi, 2004 : 57)
Keuntungan Metode Barier Intra-vaginal :
1) Mencegah kehamilan
2) Mengurangi insidens penyakit akibat hubungan seks
(Hartanto, Hanafi, 2004 : 57)
53
Kerugian Metode Barier Intra-vaginal :
1) Angka kegagalan relatif tinggi
2) Aktivitas hubungan seks harus dihentikan sementara untuk memasang alatnya
3) Perlu dipakai secara konsisten, hati hati dan terus-menerus pada setiap
sanggama.
(Hartanto, Hanafi, 2004 : 57)
Macam-macam Barier Intra-Vaginal :
1) Diafragma (Diaphragma)
2) Kap Serviks (Cervical cap)
3) Spons (Sponge)
4) Kondom Wanita
Untuk mendapatkan efektivitas yang lebih tinggi, metode Barier Intra-vaginal
harus dipakai bersama dengan spermisid. Faktor yang dapat mempengaruhi
efektifitas metode ini, antara lain:
a) Paritas
b) Frekuensi sanggama
c) Kemampuan untuk memakainya dengan benar
d) Kebiasaan-kebiasaan akseptor
e) Motivasi akseptor dalam pencegahan kehamilan
(Hartanto, Hanafi, 2004 : 67)Ada satu hal sangat penting yang harus mendapat
perhatian akseptor yang menggunakan metode Barrier Intra-vaginal yaitu
kemungkinan timbulnya Sindrom SyokToksik (Toxic Shock Syndrom) (TSS) bila
terjadi kelalaian dalam pemakaiannya.
Sindrom Syok Toksik disebabkan oleh toxin yang dihasilkan bakteri
Staphylococcus aureus. Sindrom Syok Toksik sering terjadi pada wanita yang
memakai tampon (intra-vaginal) selama haid. (Hartanto, Hanafi, 2004 : 67-68)
Calon akseptor metode Barier Intra-vaginal harus diberi instruksi-instruksi untuk
mengurangi/mencegah risiko timbulnya Sindrom SyokToksik :
1. Cuci tangan dengan sabun sebelum memasang atau mengeluarkan alatnya
54
2. Jangan biarkan Barier Intra-vaginal insitu lebih lama dari 24 jam
3. Jangan menggunakan Barier Intra-vaginal pada saat haid, atau bila ada
perdarahan per-vaginam, atau adanya vaginal discharge abnormal (pakailah
kondom)
4. Setelah melahirkan bayi aterm, tunggu 6 – 12 minggu sebelum menggunakan
metode Barier Intra-vaginal, (pakailah kondom)
5. Wanita harus diajari tanda-tanda bahaya TSS :
a. Demam
b. muntah
c. Diarrhoe
d. Nyeri otot tubuh
e. rash (sunburn/seperti tersengat sinar matahari)
6. Bila menduga TSS, keluarkan alat kontrasepsinya dan hubungi petugas medis
7. Bila pernah mengalami TSS, pilih metode kontrasepsi lain.
(Hartanto, Hanafi, 2004 : 68)
I. Diafragma (Diaphragma)
Pada tahun 1881 Mensinga dari Flensburg (Belanda) telah menciptakan
untuk pertama kalinya diafragma vaginal guna mencegah kehamilan. Dalam
bentuk aslinya, diafragma vaginal ini terbuat dari cincin karet yang tebal, dan
diatasnya diletakkan selembar karet yang tipis. Kemudian dilakukan modifikasi
dengan semacam per arloji ; di atasnya diletakkan karet tipis yang berbentuk
kubah (dome). (Prawirohardjo, Sarwono, 2009 : 541).
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet)
yang diinsersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup
serviks. (Bari Saifuddin, Abdul, 2006 : MK-21).
Diafragma dapat dipasang 6 jam atau lebih sebelum melakukan sanggama.
Bila sanggama dilakukan berulang kali pada saat yang sama, maka perlu
ditambahkan spermisid setiap sebelum sanggama berikutnya.
Diafragma tidak boleh dikeluarkan selama 6-8 jam setelah sanggama
selesai, pembilasan (douching) tidak diperkenankan, diafragma dapat dibiarkan
55
didalam vagina selama 24 jam setelah sanggama selesai, lebih lama dari itu
kemungkinan dapat timbul infeksi. (Hartanto,Hanafi, 2004 : 72-73)
Ukuran diafragma vaginal yang beredar di pasaran mempuunyai diameter
antara 55 sampai 100 mm. Tiap-tiap ukuran mempunyai perbedaan diameter
masing-masing 5mm. Besarnya ukuran diafragma yang akan dipakai oleh
akseptor ditentukan secara individual. (Prawirohardjo, Sarwono, 2009 : 541).
Cara Kerja sebagai berikut :
Menahan sperma agar tidak mendapatkan akses mencapai saluran alat reproduksi
bagian atas (uterus dan tuba falopii) dan sebagai alat tempat spermisida. (Bari
Saifuddin, Abdul, 2006 : MK-21)
Manfaat nya ada 2 yaitu :
1. Manfaat kontrasepsi
a. Efektif bila digunakan dengan benar
b. Tidak mengganggu produksi ASI, tidak mengganggu kesehatan klien
c. Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah terpasang sampai 6 jam
sebelumnya
d. Tidak menggangu kesehatan klien
e. Tidak mempunyai pengaruh sistemik
2. Manfaat non kontrasepsi
a. Salah atu perlindungan terhadap IMS/HIV/AIDS, khususnya apabila
digunakan dengan spermisida.
b. Bila digunakan pada saat haid, menampung darah menstruasi.
(Bari Saifuddin, Abdul, 2006 : MK-21,22)
Kerugian Diafragma :
1. Memerlukan tingkat motivasi yang tinggi dari pemakai
 Pengertian Metode Kb Kimiawi
56
Metode kontrasepsi sangat beragam. Pada prinsipnya ada yang dilakukan
secara alami, mekanik, dan kimiawi. Metode alami dilakukan dengan cara tidak
melakukan hubungan pada masa subur sang istri.
Cara alami lainnya adalah dengan pencabutan sebelum ejakulasi.
Secara mekanik pada prinsipnya adalah mencegah sperma bertemu dengan sel
telur. Hal ini dilakukan dengan menggunakan kondom, IUD, dan vasektomi.
Sedangkan secara kimiawi yaitu dengan cara mencegah ovulasi (proses pelepasan
sel telur dari indung telur) dengan menggunakan pil KB, suntik, implan (susuk),
ataupun preparat yang menghentikan atau membunuh sperma pada saat
bersentuhan (spermisida) pada busa vagina, krem, jel dan supositoria vagina.
B. Alat Konrasepsi Yang Termasuk Kedalam Kb Kimiawi
1) Kontrasepsi Pil KB/Pil Progestin (MINIPIL)
Pil KB adalah kontrasepsi untuk mencegah kehamilan dengan cara
menelan pil setiap hari secara teratur. Pil KB yang mengandung hormon estrogen
dan progestin ini mencegah terjadinya kehamilan dengan cara meniadakan ovulasi
(pengeluaran telur dari indung telur) dan mengentalkan lendir mulut rahim
sehingga sperma sulit memasuki rahim.
Pil KB tidak menggugurkan kehamilan yang telah terjadi.
Profil
o Cocok untuk perempuan menyusui yang ingin memakai pil KB
o Sangat efektif pada masa laktasi
o Dosis rendah
o Tidak menurunkan produksi ASI
o Tidak memberikan efek samping estrogen
o Efek samping utama adalah gangguan perdarahan, perdarahan bercak atau
perdarahan tidak teratur
o Dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat
Jenis Mininpil :
Kemasan dengan isi 35 pil: 300 μg levonorgestrel atau 350 μg noretindron
Kemasan dengan isi 28 pil: 75 μg norgestrel
57
Cara Keja Minipil :
Menekan sekresi godanotropin dan sintesi steroid seks di ovarium (tidak
begitu kuat).Endometrium mengalami transformasi lebih awal sehingga
implantasi lebih sulit.
Mengentalkan lender serviks sehingga menghambat penetras sperma
Mengubah motilitas tuba sehingga transfortasi sperma terganggu.
Efektifitas
Sangat efektif (98,5%). Pada penggunaan minipil jangan sampai terlupa satu-dua
tablet atau jangan sampai terjadi gangguan gastrointerstinal (muntah,diare),
karena akibatnya kemungkinan terjadi kehamilan sangat besar.
Penggunaan obat-obat mukolitik asetilsistein bersamaan dengan minipil
pelu dihindari karena mukolitik jenis ini dapat meningkatkan penetrasi sperma
sehingga kemampuan kontraseptif dari minipil dapat terganggu.
Agar didapatkan kehandalan yang tinggi, maka:
 Jangan sampai ada tablet yang lupa
 Tablet digunakan pada jam yang sama (malam hari)
 Senggama sebaiknya dilakukan 3-20 jam setelah penggunaan minipil
Keuntungan Kontrasepsi Pil KB:
a. Sangat efektif bila digunakan secara benar
b. Tidak mengganggu hubungan seksual
c. Tidak mempengaruhi ASI
d. Kesuburan cepat kembali
e. Nyaman dan mudah digunakan
f. Sedikit efek samping
g. Tidak mengandung estrogen
Keterbatasan:
Hampir 30-60% mengalami gangguan haid (perdarahan sela, spotting, amenorea)
Peningkatan/ penurunan berat badan.
Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama
Bila lupa satu pil saja, kegagalan menjadi lebih besar
Payudara menjadi lebih tegang, mual, pusing, dermatitis atau jerawat
58
Resiko kehamilan ektopik cukup tingggi (4 dari 100 kehamilan), tetapi
resiko ini lebih rendah jika dibandingkan dengan perempuan yang tidak
menggunakan minipil.
Efektifitasnya menjadi rendah bila digunakan bersamaan dengan obat
tuberculosis atau obat epilepsy.
Tidak melindungi diri dari infeksi menular seksual atau HIV/AIDS.
Hirsutisme (tunbuh rambut/ bulu berlebihan di daerah muka), tetapi sangat
jarang terjadi.
Yang Boleh Menggunakan Minipil:
o Usia reproduksi
o Telah memiliki anak, atau yang belum memiliki anak
o Menginginkan suatu metode kontrasepsi yang sangat efektif selama
periode menyusui.
o Pascapersalinan dan tidak menyusui.
o Pascakeguguran.
o Perokok segala usia.
o Mempunyai tekana darah tinggi ( selama< 189/110 mmHg) atau dengan
masalah pembekuan darah Tidak boleh menggunakan estrogen atau lebih
senang tidak menggunakan estrogen.
Yang Tidak Boleh Menggunakan Minipil:
o Hamil atau diduga hamil.
o Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
o Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid.
o Menggunakan obat tuberculosis (rifampisin), atau obat untuk epilepsy.
o (fenitoin dan barbiturate) Kanker payudara atau riwayat payudara.
o Sering lupa menggunakan pil.
o Mioma uterus. Progestin memicu pertumbuhan mioma uterus.
o Riwayat stroke. Progestin menyebabkan spasme pembuluh darah.
o Waktu Mulai Menggunakan Minipil:
- Mulai hari pertama sampai ke-5 siklus haid. Tidak diperlukan pencegahan dengan
kontrasepsi lain.
59
- Dapat digunakan setiap saat, asal saja tidak terjadi kehamilan. Bila
menggunakannya setelah hari ke-5 siklus haid, jangan melakukan hubungan
seksual selam 2 hari atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 2 hari saja.
- Bila klien tidak haid (aminore), minipil dapat digunakan setiap saat, asal saja
diyakini tidak hamil. Jangan melakukan hubungan seksual selama 2 hari atau
menggunakan alat kontrasepsi lain untuk 2 hari saja.
- Bila menyusui antara 6 minggi dan 6 bulan pascapersalinan dan tidak haid,
minipil dapat dimulai setiap saat. Bila menyusui penuh, tidak memerlukan metode
kontrasepsi tambahan.
- Bila lebih dari 6 minggu pascapersalinan dank lien telah mendapat haid, minipil
dapat dimulai pada hari 1-5 siklus haid.
- Minipil dapat segera diberikan pascakeguguran.
- Bila klien sebelumnya menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin
menggantinya dengan minipil, minipil dapat segera diberikan, bila saja
kontrasepsi sebelumnya digunakan dengan benar atau ibu tersebut tidak sedang
hamil. Tidak perlu menunggu sampai datangnya haid berikutnya.
- Bila kontrasepsi yang sebelumnya adalah kontrasepsi suntikan, minipil diberikan
pada jadwal suntikan berikutnya. Tidak diperlukan penggunaan metode
kontrasepsi yang lain.
- Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi nonhormonal dan ibu tersebut
ingin menggantinya dengan minpil, minipil diberikan pada hari 1-5 siklus haid
dan tidak memerlukan metode kontrasepsi lain.
- Bila kontrasepsi sebelumnya yang digunakan adalah AKDR (termasuk AKDR
yang mengandung hormone), minipil dapat diberikan pada 1-5 siklus haid.
Dilakukan pengangkatan AKDR.
Kapan akseptor suntik harus datang untuk kunjungan ulang (follow-up)?
1) Pada saat jadual ulangan penyuntikan (1 bulan untuk cyclofem, 2 bulan
untuk noristerat dan 3 bulan untuk Depo provera).
2) Bila berhalangan, dapat datang sebelum waktu kunjungan berikutnya.
60
3) Bila tidak dapat datang pada jadual berikutnya, pakai perlindungan ganda
(kondom, spermisida, sampai bisa datang untuk suntikan.
Kontrasepsi Implan
• Efektif 5 tahun untuk Norplant, 3 tahun untuk jadena , indoplant, atau implanon.
• Nyaman
• Dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi
• Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan
• Kesuburan segera kembali setelah implant dicabut
• Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan bercak dan
amenorea
• Aman dipakai pada masa laktasi.
Jenis:
o Norplant,terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4
cm,dengan diameter 2,4 mm,yang diisi dengn 36 mg Levonorgestrel dan lama
kerjanya 5 tahun.
o Implanon,terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm,
dan diameter 2 mm,yang diisi dengan 68 mg 3-keto-desogestrel dan lama
kerjanya 3 tahun.
o Jadena dan indoplan , terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg Levonor-
gestrel dengan lama kerja 3 tahun.
Cara kerja:
• Lendir servik menjadi kental
• Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi
• Mengurangi transportasi sperma
• Menekan ovulasi
Efektivitas: Sangat efektif (kegagalan 0,2-1 kehamilan per 100 perempuan)
Keuntungan kontrasepsi:
• Daya guna tinggi
• Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun)
61
• Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
• Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
• Bebas dari pengaruh estrogen
• Tidak mengganggu kegiatan senggama
• Tidak mengganggu ASI
• Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan
• Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan
Keterbatasan
Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa
perdarahan bercak (spotting), hipermenorea, atau meningkatnya jumlah darah
haid, serta amenorea.
Timbulnya keluhan-keluhan, seperti:
• Nyeri kepala
• Peningkatan/penurunan berat badan
• Nyeri payudara
• Perasaan mual
• Kepala pusing
• Perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan (nervousness)
• Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan
• Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual termasuk
AIDS
• Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi ini sesuai dengan
keinginan, akan tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan.
• Efektivitasnya menurun bila menggunakannya obat-obat tuberculosis
(rifampisin) atau obat epilepsy (fenitoin dan barbiturat)
• Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per 100.000 perempuan
per tahun)
Yang boleh menggunakan implant:
• Usia reproduksi
• Telah memiliki anak ataupun yang belum
62
• Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektivitas tinggi dan menghendaki
pencegahan kehamilan jangka panjang
• Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi
• Pascaperslinan dan tidak menyusui
• Pasca keguguran
• Tidak menginginkn anak lagi tetepi menolak sterilisasi
• Riwayat kehamilan ektopik
• Tekanan darah<180/110mmHg,
• Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yg mengandung estrogen
• Sering lupa menggunakan pil.
Yang tidak boleh menggunakan implant:
- Hamil atau diduga hamil
- Perdarahan pervaginam yg belum jelas penyebab nya
- Bejolan/kangker payudara atau riwayat kangker payudara
- Tidak dapat menerima perubahan pola haid yg terjadi
- Miom uterus dan kangker payudara.
- Waktu mulai menggunakan implant:
Setiap saat selama siklus haid ke-2 sampai hari ke-7 tidak diperlikan
metode kontrasepsi tambahan.Insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja
diyakini tidak terjadi kehamilan. Bila diinsersi setelah hari ke-7 siklus haid, klien
jangan melakukan hubungan seksual, atau menggunakan metode kontrasepsi lain
untuk 7 hari saja. Bila klien tidak haid, insersi dapat dilakukan setiap sat, asal saja
tidak diyakini terjadinya kehamilan, jangan melakukan hubungan seksual/
gunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja. Bila menyusui antara 6
minggu sampai 6 bulan pasca persalinan,insersi dapat dilakukan setiap saat. Bila
menyusui penuh, klien tidak perlu memakai metode kontrasepsi lain. Bila setelah
6 minggu melahirkan dan telah terjadi haid kembali, insersi dapat dilakukan
setiap saat, tetapi jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau
menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.
63
Bila klien menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin menggantinya
dengan implant, insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini klien
tersebut tidak hamil, atau klien menggunakan kontrasepsi terdahulu dengan benar.
Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi nonhormonal (kecuali AKDR)
dan ingin menggantinya dengan implant, insersi implan dapat dilakukan setiap
saat, asal diyakini klien tidak hamil.
Tidak perlu menunggu sampai datangnya haid berikut nya. Bila kontrasepsi
sebelumnya adalah AKDR dan klien ingin menggantinya dengan imlpan, implan
dapat diinsersikan pada saat haid hari ke 7 dan klien jangan melakukan hubungan
seksual selama 7 hari atau gunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.
AKDR segera dicabut. Pascakeguguran implan dapat segera diinsersikan.
4). Kontrasepsi Spermisida
Spermisida merupakan alat kontrasepsi yang menyediakan barier mekanik
untuk penetrasi sperma. Dipasarkan dalam bentuk krim, jelly, supositoria, film
dan foam (aerosol), zat aktifnya adalah nonoxynol-9 atau octoxynol-9. Penelitian
menunjukkan preparat yang paling efektif adalah mengandung 100 mg
nonoxynol-9 (Raymond et.al, 2004). Kebanyakan dapat dibeli tanpa resep dokter.
Cara pemakaiannya: spermisida harus dideposit di dalam vagina yang berkontak
dengan serviks sesaat sebelum senggama. Durasi penggunaannya sekitar satu jam,
dan harus diaplikasikan lagi jika mengulangi senggama. Penggunaan yang
inkonsisten menyebabkan angka kehamilan yang tinggi. Spermisida dalam
penggunaan saat ini ternyata dapat memberikan proteksi parsial terhadap penyakit
menular seksual seperti gonore (Feldblum dan Fortney, 1988). Spermisida tidak
bersifat teratogenik (Brigss et.al, 2002). Cara mengaplikasikan spermisida.
Pemberian aerosol dengan bantuan aplikator (kiri) dan jenis suppositoria (kanan).
DEFENISI MINIPIL
Minipil adalah pil KB yang hanya mengandung hormon progesteron dalam dosis
rendah. Minipil atau pil progestin disebut juga pil menyusui. Dosis progestin yang
64
digunakan 0,03-0,05 mg per tablet.
B. JENIS MINI PIL
Mini pil terbagi dalam 2 jenis yaitu:
1. Mini pil dalam kemasan dengan isi 28 pil : mengandung 75 mikro gram
desogestrel.
2. Mini pil dalam kemasan dengan isi 35 pil : mengandung 300 mikro gram
levonogestrel atau 350 mikro gram noretindron.
Contoh minipil antara lain:
- Micrinor, NOR-QD, noriday, norod mengandung 0,35 mg noretindron.
- Microval, noregeston, microlut mengandunng 0,03 mg levonogestrol.
- Ourette, noegest mengandung 0,5 m g norgeestrel.
- Exluton mengandung 0,5 mg linestrenol.
- Femulen mengandung 0,5 mg etinodial diassetat.
C. CARA KERJA MINIPIL
Cara kerja dari kontrasepsi pil progestin atau minipil dalam mencegah kehamilan
antara lain dengan cara:
1. Menghambat ovulasi.
2. Mencegah implantasi.
3. Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi sperma.
4. Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma menjadi terganggu.
D. EFEKTIFITAS MINIPIL
Pil progestin atau minipil sangat efektif (98,5%). Penggunaan yang benar dan
konsisten sangat mempengaruhi tingkat efektifitasnya. Efektifitas penggunaan
minipil akan berkurang pada saat mengkonsumsi obat anti konvulsan (fenitoin),
carbenzemide, barbiturat, dan obat anti tuberkulosis (rifampisin).
Adapun cara untuk menjaga kehandalan minipil antara lain:
1. Minum pil setiap hari pada saat yang sama.
2. Penggunaan minipil jangan sampai ada yang lupa.
65
3. Senggama dilakukan 3-20 jam setelah minum minipil.
4. Dari bukti penelitian kehandalan minipil lebih pada wanita yang berusia tua
dibandingkan dengan yang bersusia muda.
E. KERUGIAN MINIPIL
Kontrasepsi pil progestin atau minipil mempunyai kerugian, antara lain:
1. Memerlukan biaya, harus selalu tersedia.
2. Efektifitas berkurang apabila menyusui juga berkurang.
3. Penggunaan mini pil bersamaan dengan obat tuberkulosis atau epilepsi akan
mengakibatkan efektifitas menjadi rendah.
4. Mini pil harus diminum setiap hari dan pada waktu yang sama.
5. Angka kegagalan tinggi apabila penggunaan tidak benar dan konsisten.
6. Tidak melindungi dari penyakit menular seksual termasuk HBV dan HIV/AIDS
7. Mini pil tidak menjamin akan melindungi dari kista ovarium bagi wanita yang
pernah mengalami kehamilan ektopik.
F. KEUNTUNGAN MINIPIL
Adapun keuntungan dari penggunaan kontrasepsi minipil adalah sbb:
o Cocok sebagai alat kontrasepsi untuk perempuan yang sedang menyusui.
o Sangat efektif untuk masa laktasi, Dosis gestagen rendah.
o Tidak menurunkan produksi ASI.
o Tidak mengganggu hubungan seksual.
o Kesuburan cepat kembali, dapat mengurangi disminorhe
o Tidak memberikan efek samping estrogen.
o Tidak ada bukti peningkatan resiko penyakit kardiovaskuler, resiko
tromboemboli vena dan resiko hipertensi.
o Cocok untuk perempuan yang menderita diabetes mellitus.
o Cocok untuk perempuan yang tidak bias mengkomsumsi estrogen.
G. EFEK SAMPING PENGGUNAAN MINIPIL
Efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan pil progestin atau mini pil antara
lain:
pelayanan kb
pelayanan kb
pelayanan kb
pelayanan kb
pelayanan kb
pelayanan kb

More Related Content

What's hot

Promosi Kesehatan (Upaya Promosi Kesehatan Dalam Pelayanan Kebidanan (Promosi...
Promosi Kesehatan (Upaya Promosi Kesehatan Dalam Pelayanan Kebidanan (Promosi...Promosi Kesehatan (Upaya Promosi Kesehatan Dalam Pelayanan Kebidanan (Promosi...
Promosi Kesehatan (Upaya Promosi Kesehatan Dalam Pelayanan Kebidanan (Promosi...Febrian Dini
 
METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG
METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANGMETODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG
METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANGZakiah dr
 
Analisis Masalah dalam Kebidanan Komunitas
Analisis Masalah dalam Kebidanan Komunitas Analisis Masalah dalam Kebidanan Komunitas
Analisis Masalah dalam Kebidanan Komunitas pjj_kemenkes
 
Konsep kesehatan reproduksi dan keluarga berencana
Konsep kesehatan reproduksi dan keluarga berencanaKonsep kesehatan reproduksi dan keluarga berencana
Konsep kesehatan reproduksi dan keluarga berencanaLinda Meliati
 
Permasalahan program keluarga berencana,ppt
Permasalahan program keluarga berencana,pptPermasalahan program keluarga berencana,ppt
Permasalahan program keluarga berencana,pptmartaagustinasirait
 
Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Program Keluarga Berencana
Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Program Keluarga BerencanaPenggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Program Keluarga Berencana
Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Program Keluarga BerencanaCandra Wiguna
 
447720813-MATERI-PENYULUHAN-KELAS-IBU-HAMIL-ppt (2).ppt
447720813-MATERI-PENYULUHAN-KELAS-IBU-HAMIL-ppt (2).ppt447720813-MATERI-PENYULUHAN-KELAS-IBU-HAMIL-ppt (2).ppt
447720813-MATERI-PENYULUHAN-KELAS-IBU-HAMIL-ppt (2).pptssuserb0e31e
 
Keluarga berencana (2)
Keluarga berencana (2)Keluarga berencana (2)
Keluarga berencana (2)sicua050896
 
Kb 1 kebutuhan dasar ibu masa nifas
Kb 1 kebutuhan dasar ibu masa nifasKb 1 kebutuhan dasar ibu masa nifas
Kb 1 kebutuhan dasar ibu masa nifasUwes Chaeruman
 
KB 1 Konsep Dasar Kependudukan dan Keluarga Berencana
KB 1 Konsep Dasar Kependudukan dan Keluarga BerencanaKB 1 Konsep Dasar Kependudukan dan Keluarga Berencana
KB 1 Konsep Dasar Kependudukan dan Keluarga Berencanapjj_kemenkes
 
PPT Promosi Kesehatan Anemia pada Remaja
PPT Promosi Kesehatan Anemia pada Remaja PPT Promosi Kesehatan Anemia pada Remaja
PPT Promosi Kesehatan Anemia pada Remaja Shela Rizky Tarinda
 
Kebutuhan psikologi ibu hamil pada trimester i,ii,dan iii
Kebutuhan psikologi ibu hamil pada trimester i,ii,dan iiiKebutuhan psikologi ibu hamil pada trimester i,ii,dan iii
Kebutuhan psikologi ibu hamil pada trimester i,ii,dan iiihesti kusdianingrum
 
Soap imunisasi BCG dan Polio 1
Soap imunisasi BCG dan Polio 1Soap imunisasi BCG dan Polio 1
Soap imunisasi BCG dan Polio 1AjEn9
 
Modul Pelatihan Kader Posyandu
Modul Pelatihan Kader PosyanduModul Pelatihan Kader Posyandu
Modul Pelatihan Kader PosyanduMuh Saleh
 
Manajemen Pelayanan Kebidanan Bu Lulu.pptx
Manajemen Pelayanan Kebidanan Bu Lulu.pptxManajemen Pelayanan Kebidanan Bu Lulu.pptx
Manajemen Pelayanan Kebidanan Bu Lulu.pptxFujiElisa
 
Buku bumil kek (1 52)
Buku bumil kek (1 52)Buku bumil kek (1 52)
Buku bumil kek (1 52)Dokter Tekno
 

What's hot (20)

Promosi Kesehatan (Upaya Promosi Kesehatan Dalam Pelayanan Kebidanan (Promosi...
Promosi Kesehatan (Upaya Promosi Kesehatan Dalam Pelayanan Kebidanan (Promosi...Promosi Kesehatan (Upaya Promosi Kesehatan Dalam Pelayanan Kebidanan (Promosi...
Promosi Kesehatan (Upaya Promosi Kesehatan Dalam Pelayanan Kebidanan (Promosi...
 
METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG
METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANGMETODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG
METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG
 
Anemia pada ibu hamil
Anemia pada ibu hamilAnemia pada ibu hamil
Anemia pada ibu hamil
 
Analisis Masalah dalam Kebidanan Komunitas
Analisis Masalah dalam Kebidanan Komunitas Analisis Masalah dalam Kebidanan Komunitas
Analisis Masalah dalam Kebidanan Komunitas
 
Konsep kesehatan reproduksi dan keluarga berencana
Konsep kesehatan reproduksi dan keluarga berencanaKonsep kesehatan reproduksi dan keluarga berencana
Konsep kesehatan reproduksi dan keluarga berencana
 
Permasalahan program keluarga berencana,ppt
Permasalahan program keluarga berencana,pptPermasalahan program keluarga berencana,ppt
Permasalahan program keluarga berencana,ppt
 
Konsep gender dalam Kesehatan Reproduksi
Konsep gender dalam Kesehatan ReproduksiKonsep gender dalam Kesehatan Reproduksi
Konsep gender dalam Kesehatan Reproduksi
 
Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Program Keluarga Berencana
Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Program Keluarga BerencanaPenggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Program Keluarga Berencana
Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Program Keluarga Berencana
 
Asuhan kebidanan pada ibu hamil normal. PKK 1
Asuhan kebidanan pada ibu hamil normal. PKK 1Asuhan kebidanan pada ibu hamil normal. PKK 1
Asuhan kebidanan pada ibu hamil normal. PKK 1
 
447720813-MATERI-PENYULUHAN-KELAS-IBU-HAMIL-ppt (2).ppt
447720813-MATERI-PENYULUHAN-KELAS-IBU-HAMIL-ppt (2).ppt447720813-MATERI-PENYULUHAN-KELAS-IBU-HAMIL-ppt (2).ppt
447720813-MATERI-PENYULUHAN-KELAS-IBU-HAMIL-ppt (2).ppt
 
Keluarga berencana (2)
Keluarga berencana (2)Keluarga berencana (2)
Keluarga berencana (2)
 
Kb 1 kebutuhan dasar ibu masa nifas
Kb 1 kebutuhan dasar ibu masa nifasKb 1 kebutuhan dasar ibu masa nifas
Kb 1 kebutuhan dasar ibu masa nifas
 
KB 1 Konsep Dasar Kependudukan dan Keluarga Berencana
KB 1 Konsep Dasar Kependudukan dan Keluarga BerencanaKB 1 Konsep Dasar Kependudukan dan Keluarga Berencana
KB 1 Konsep Dasar Kependudukan dan Keluarga Berencana
 
PPT Promosi Kesehatan Anemia pada Remaja
PPT Promosi Kesehatan Anemia pada Remaja PPT Promosi Kesehatan Anemia pada Remaja
PPT Promosi Kesehatan Anemia pada Remaja
 
Kebutuhan psikologi ibu hamil pada trimester i,ii,dan iii
Kebutuhan psikologi ibu hamil pada trimester i,ii,dan iiiKebutuhan psikologi ibu hamil pada trimester i,ii,dan iii
Kebutuhan psikologi ibu hamil pada trimester i,ii,dan iii
 
Soap imunisasi BCG dan Polio 1
Soap imunisasi BCG dan Polio 1Soap imunisasi BCG dan Polio 1
Soap imunisasi BCG dan Polio 1
 
Modul Pelatihan Kader Posyandu
Modul Pelatihan Kader PosyanduModul Pelatihan Kader Posyandu
Modul Pelatihan Kader Posyandu
 
Manajemen Pelayanan Kebidanan Bu Lulu.pptx
Manajemen Pelayanan Kebidanan Bu Lulu.pptxManajemen Pelayanan Kebidanan Bu Lulu.pptx
Manajemen Pelayanan Kebidanan Bu Lulu.pptx
 
askeb Bayi sehat dengan imunisasi campak
askeb Bayi sehat dengan imunisasi campakaskeb Bayi sehat dengan imunisasi campak
askeb Bayi sehat dengan imunisasi campak
 
Buku bumil kek (1 52)
Buku bumil kek (1 52)Buku bumil kek (1 52)
Buku bumil kek (1 52)
 

Viewers also liked

Viewers also liked (18)

Jenis jenis Kb
Jenis jenis  KbJenis jenis  Kb
Jenis jenis Kb
 
Kb 2 resiko dini komplikasi kebidanan
Kb 2 resiko dini komplikasi kebidananKb 2 resiko dini komplikasi kebidanan
Kb 2 resiko dini komplikasi kebidanan
 
Meteri kependudukan & kb
Meteri kependudukan & kbMeteri kependudukan & kb
Meteri kependudukan & kb
 
Kb 2
Kb 2Kb 2
Kb 2
 
8.keluarga berencana 1
8.keluarga berencana 18.keluarga berencana 1
8.keluarga berencana 1
 
Konsisten
KonsistenKonsisten
Konsisten
 
KB 2 Komplikasi Kehamilan
KB 2 Komplikasi KehamilanKB 2 Komplikasi Kehamilan
KB 2 Komplikasi Kehamilan
 
KB 2 Komplikasi Kehamilan
KB 2 Komplikasi KehamilanKB 2 Komplikasi Kehamilan
KB 2 Komplikasi Kehamilan
 
Alat kontrasepsi Kondom
Alat kontrasepsi KondomAlat kontrasepsi Kondom
Alat kontrasepsi Kondom
 
GAMBARAN FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA MINAT PESERTA KB TERHADA...
GAMBARAN FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA MINAT PESERTA KB TERHADA...GAMBARAN FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA MINAT PESERTA KB TERHADA...
GAMBARAN FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA MINAT PESERTA KB TERHADA...
 
8. tata cara kerja plkb
8. tata cara kerja plkb8. tata cara kerja plkb
8. tata cara kerja plkb
 
Peran plkb dalam memfasilitasi pelayanan kb (mbah )
Peran plkb  dalam memfasilitasi pelayanan kb (mbah )Peran plkb  dalam memfasilitasi pelayanan kb (mbah )
Peran plkb dalam memfasilitasi pelayanan kb (mbah )
 
Konseling dan penapisan kb
Konseling dan penapisan kbKonseling dan penapisan kb
Konseling dan penapisan kb
 
Pelayanan terpadu
Pelayanan terpaduPelayanan terpadu
Pelayanan terpadu
 
PROGRAM KB
PROGRAM KBPROGRAM KB
PROGRAM KB
 
PowerPoint "Nilai dalam Perilaku Organisasi"
PowerPoint "Nilai dalam Perilaku Organisasi"PowerPoint "Nilai dalam Perilaku Organisasi"
PowerPoint "Nilai dalam Perilaku Organisasi"
 
Keluarga berencana
Keluarga berencanaKeluarga berencana
Keluarga berencana
 
Alat kontrasepsi 1
Alat kontrasepsi 1Alat kontrasepsi 1
Alat kontrasepsi 1
 

Similar to pelayanan kb

Masa depan generasi muda dengan kb
Masa depan generasi muda dengan kbMasa depan generasi muda dengan kb
Masa depan generasi muda dengan kbkartika purwandari
 
Solusi permasalahan penduduk indonesia
Solusi permasalahan penduduk indonesiaSolusi permasalahan penduduk indonesia
Solusi permasalahan penduduk indonesiakartika purwandari
 
Solusi permasalahan penduduk indonesia
Solusi permasalahan penduduk indonesiaSolusi permasalahan penduduk indonesia
Solusi permasalahan penduduk indonesiakartika purwandari
 
Review materi perkuliahan pklh
Review materi perkuliahan pklhReview materi perkuliahan pklh
Review materi perkuliahan pklhluluk404
 
Kependudukan
KependudukanKependudukan
KependudukanIrfano
 
PENGARUH PERKEMBANGAN PENDUDUK DALAM TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
PENGARUH PERKEMBANGAN PENDUDUK DALAM TINGKAT  KESEJAHTERAAN MASYARAKATPENGARUH PERKEMBANGAN PENDUDUK DALAM TINGKAT  KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
PENGARUH PERKEMBANGAN PENDUDUK DALAM TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKATAkadusyifa .
 
SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN REMAJA TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA DI D...
SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN REMAJA TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA DI D...SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN REMAJA TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA DI D...
SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN REMAJA TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA DI D...BeliaLesmana
 
Tantangan kepedududkan di indo
Tantangan kepedududkan di indoTantangan kepedududkan di indo
Tantangan kepedududkan di indoYabniel Lit Jingga
 
Kependudukan
KependudukanKependudukan
Kependudukanakew666
 
Keluarga Berencana
Keluarga BerencanaKeluarga Berencana
Keluarga BerencanaDiandr
 
Tugas makalah diskusi_kelompok_isu-isu_k
Tugas makalah diskusi_kelompok_isu-isu_kTugas makalah diskusi_kelompok_isu-isu_k
Tugas makalah diskusi_kelompok_isu-isu_kanggieapriliani
 
KONSEP KESPRO.pdf
KONSEP KESPRO.pdfKONSEP KESPRO.pdf
KONSEP KESPRO.pdfyunirifdah
 

Similar to pelayanan kb (20)

Masa depan generasi muda dengan kb
Masa depan generasi muda dengan kbMasa depan generasi muda dengan kb
Masa depan generasi muda dengan kb
 
Solusi permasalahan penduduk indonesia
Solusi permasalahan penduduk indonesiaSolusi permasalahan penduduk indonesia
Solusi permasalahan penduduk indonesia
 
Solusi permasalahan penduduk indonesia
Solusi permasalahan penduduk indonesiaSolusi permasalahan penduduk indonesia
Solusi permasalahan penduduk indonesia
 
Review materi perkuliahan pklh
Review materi perkuliahan pklhReview materi perkuliahan pklh
Review materi perkuliahan pklh
 
Kependudukan
KependudukanKependudukan
Kependudukan
 
prinsip - prinsip ilmu gizi
prinsip - prinsip ilmu giziprinsip - prinsip ilmu gizi
prinsip - prinsip ilmu gizi
 
Yuyun
YuyunYuyun
Yuyun
 
PENGARUH PERKEMBANGAN PENDUDUK DALAM TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
PENGARUH PERKEMBANGAN PENDUDUK DALAM TINGKAT  KESEJAHTERAAN MASYARAKATPENGARUH PERKEMBANGAN PENDUDUK DALAM TINGKAT  KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
PENGARUH PERKEMBANGAN PENDUDUK DALAM TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
 
3. bab 1
3. bab 13. bab 1
3. bab 1
 
SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN REMAJA TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA DI D...
SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN REMAJA TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA DI D...SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN REMAJA TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA DI D...
SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN REMAJA TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA DI D...
 
Tantangan kepedududkan di indo
Tantangan kepedududkan di indoTantangan kepedududkan di indo
Tantangan kepedududkan di indo
 
Kependudukan
KependudukanKependudukan
Kependudukan
 
Keluarga Berencana
Keluarga BerencanaKeluarga Berencana
Keluarga Berencana
 
Sosbud 3
Sosbud 3Sosbud 3
Sosbud 3
 
Kedkomunitas juliandi
Kedkomunitas juliandiKedkomunitas juliandi
Kedkomunitas juliandi
 
Tugas makalah diskusi_kelompok_isu-isu_k
Tugas makalah diskusi_kelompok_isu-isu_kTugas makalah diskusi_kelompok_isu-isu_k
Tugas makalah diskusi_kelompok_isu-isu_k
 
KONSEP KESPRO.pdf
KONSEP KESPRO.pdfKONSEP KESPRO.pdf
KONSEP KESPRO.pdf
 
Nia makalah promkes remaja
Nia makalah promkes remajaNia makalah promkes remaja
Nia makalah promkes remaja
 
Pendidikan kependudukan dan lingkungan hidup
Pendidikan kependudukan dan lingkungan hidupPendidikan kependudukan dan lingkungan hidup
Pendidikan kependudukan dan lingkungan hidup
 
kependudukan.pptx
kependudukan.pptxkependudukan.pptx
kependudukan.pptx
 

More from Nova Ci Necis

Isu kesehatan lingkungan
Isu kesehatan lingkunganIsu kesehatan lingkungan
Isu kesehatan lingkunganNova Ci Necis
 
meningkatkan kinerja bidan
meningkatkan kinerja bidanmeningkatkan kinerja bidan
meningkatkan kinerja bidanNova Ci Necis
 
Standar pelayanan kebidanan
Standar pelayanan kebidananStandar pelayanan kebidanan
Standar pelayanan kebidananNova Ci Necis
 
Kista sarkoma philodes
Kista sarkoma philodesKista sarkoma philodes
Kista sarkoma philodesNova Ci Necis
 
Kerusakan jalan lahir
Kerusakan jalan lahirKerusakan jalan lahir
Kerusakan jalan lahirNova Ci Necis
 
Syok dalam kebidanan
Syok dalam kebidananSyok dalam kebidanan
Syok dalam kebidananNova Ci Necis
 
Komplikasi yg mempengaruhi dan dipengaruhi kehamilan
Komplikasi yg mempengaruhi dan dipengaruhi kehamilanKomplikasi yg mempengaruhi dan dipengaruhi kehamilan
Komplikasi yg mempengaruhi dan dipengaruhi kehamilanNova Ci Necis
 
Kehamilan kembar (gemelli) (5)
Kehamilan kembar (gemelli) (5)Kehamilan kembar (gemelli) (5)
Kehamilan kembar (gemelli) (5)Nova Ci Necis
 
Penyakit serta kelainan plasenta
Penyakit serta kelainan plasentaPenyakit serta kelainan plasenta
Penyakit serta kelainan plasentaNova Ci Necis
 
Distosia karena kelainan his
Distosia karena kelainan his Distosia karena kelainan his
Distosia karena kelainan his Nova Ci Necis
 
Pesrsistent oksipito posterior
Pesrsistent oksipito posteriorPesrsistent oksipito posterior
Pesrsistent oksipito posteriorNova Ci Necis
 

More from Nova Ci Necis (20)

kanker payudara
kanker payudarakanker payudara
kanker payudara
 
Isu kesehatan lingkungan
Isu kesehatan lingkunganIsu kesehatan lingkungan
Isu kesehatan lingkungan
 
Kespro infertilitas
Kespro infertilitasKespro infertilitas
Kespro infertilitas
 
meningkatkan kinerja bidan
meningkatkan kinerja bidanmeningkatkan kinerja bidan
meningkatkan kinerja bidan
 
Standar pelayanan kebidanan
Standar pelayanan kebidananStandar pelayanan kebidanan
Standar pelayanan kebidanan
 
Kista sarkoma philodes
Kista sarkoma philodesKista sarkoma philodes
Kista sarkoma philodes
 
Tromboflebitis
TromboflebitisTromboflebitis
Tromboflebitis
 
Kerusakan jalan lahir
Kerusakan jalan lahirKerusakan jalan lahir
Kerusakan jalan lahir
 
Distosia (terbaru)
Distosia (terbaru)Distosia (terbaru)
Distosia (terbaru)
 
Syok dalam kebidanan
Syok dalam kebidananSyok dalam kebidanan
Syok dalam kebidanan
 
Ket
Ket Ket
Ket
 
Ketuban pecah dini
Ketuban pecah diniKetuban pecah dini
Ketuban pecah dini
 
Komplikasi yg mempengaruhi dan dipengaruhi kehamilan
Komplikasi yg mempengaruhi dan dipengaruhi kehamilanKomplikasi yg mempengaruhi dan dipengaruhi kehamilan
Komplikasi yg mempengaruhi dan dipengaruhi kehamilan
 
Kehamilan kembar (gemelli) (5)
Kehamilan kembar (gemelli) (5)Kehamilan kembar (gemelli) (5)
Kehamilan kembar (gemelli) (5)
 
Penyakit serta kelainan plasenta
Penyakit serta kelainan plasentaPenyakit serta kelainan plasenta
Penyakit serta kelainan plasenta
 
Distosia karena kelainan his
Distosia karena kelainan his Distosia karena kelainan his
Distosia karena kelainan his
 
Presentasi muka
Presentasi mukaPresentasi muka
Presentasi muka
 
Pelayanan kb
Pelayanan kbPelayanan kb
Pelayanan kb
 
Pesrsistent oksipito posterior
Pesrsistent oksipito posteriorPesrsistent oksipito posterior
Pesrsistent oksipito posterior
 
Tromboflebitis
TromboflebitisTromboflebitis
Tromboflebitis
 

pelayanan kb

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar belakang Keluarga Berencana (KB) adalah program nasional yang bertujuan meningkatkanderajat kesehatan, kesejahteraan ibu, anak dan keluargakhususnya, serta bangsa pada umumnya. Salah satunya dengan caramembatasi dan menjarangkan kehamilan (BKKBN).Masalah yang akan dihadapi oleh keluarga yang memiliki anak dalam jumlah banyak terutama disertai tidak diaturnya jarak kelahiran adalah peningkatan risiko terjadinyapendarahan ibu hamil pada trimester ketiga,angka kematian bayi meningkat, ibu tidak memiliki waktu yang cukup untuk merawat diri dan anaknya, serta terganggunya proses perkembangan fisik danmental anak yang diakibatkan kurang gizi, berat badan lahir rendah(BBLR)dan lahir prematur (BKKBN). Proyeksi penduduk telah dirumuskan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)denganperkiraan penduduk Indonesia sekitar 273,65 juta jiwa pada tahun2025. Laju pertumbuhanpenduduk Indonesia tahun 1971-1980 adalah 2,30%,tahun 1980-1990 adalah 1,97%, tahun1990-2000 sebanyak 1,49% dan tahun2000-2005 adalah 1,3%. Hal ini menujukkan adanya penurunan laju pertumbuhan penduduk Indonesia (Badan Statistik Indonesia). Hingga saat ini sudah banyak program-program pembangunankesehatan di Indonesia yang ditujukan pada penanggulangan masalah-masalahkesehatan ibu dan anak. Pada dasarnya program-program tersebut lebihmenitik beratkan pada upayaupaya penurunan angka kematian bayi dan anak,angka kelahiran kasar dan angka kematian ibu (Badan Statistik Indonesia).Hal ini terbukti dari hasil-hasil survei yang menunjukkan penurunanangka kematian bayi dan anak, angka kelahiran kasar. Namun tidak demikianhalnya dengan angka kematian ibu (MMR) yang selama dua dekade ini tidak menunjukkan penurunan yang berarti. SKRT 1994 menunjukkan hahwaMMR sebesar 400 450 per 100.000 persalinan (Badan Statistik Indonesia)
  • 2. 2 Indonesia merupakan jumlah penduduk yang banyak. Dapat dilihat dari hasil sensus penduduk yang semakin tahun semakin meningkat. Dalam pengetahuan tentang kependudukan dikenal sebagai istilah karakteristik penduduk yang berpengaruh penting terhadap proses demografi dan tingkah laku sosial ekonomi penduduk. (bahan kuliah dan makalah kesehatan) Dibanding dengan negara-negara yang sedang berkembang lainnya, Indonesia menempati urutan ketiga dalam jumlah penduduk setelah Cina dan India. Indonesia merupakan negara yang sedang membangun dengan mempunyai masalah kependudukan yang sangat serius disertai dengan, yaitu jumlah penduduk yang sangat besar disertai dengan tingkat pertumbuhan yang relatif tinggi dan persebaran penduduk yang tidak merata. Jumlah penduduk bukan hanya merupakan modal , tetapi juga akan merupakan beban dalam pembangunan. . Pertumbuhan penduduk yang meningkat berkaitan dengan kemiskinan dan kesejahteraan masyarakat. Pengetahuan tentang aspek-aspek dan komponen demografi seperti fertilitas, mortalitas, morbiditas, migrasi, ketenagakerjaan, perkawinan, dan aspek keluarga dan rumah tangga akan membantu para penentu kebijakan dan perencana program untuk dapat mengembangkan program pembangunan kependudukan dan peningkatan ksesejahteraan masyarakat yang tepat pada sasarannya. Masalah utama yang dihadapi di bidang kependudukan di Indonesia adalah masih tingginya pertumbuhan penduduk dan kurang seimbangnya penyebaran dan struktur umur penduduk. Program kependudukan dan keluarga berencana bertujuan turut serta menciptakan kesejahteraan ekonomi dan sosial bagi seluruh masyarakat melalui usaha-usaha perencanaan dan pengendalian penduduk. Dengan demikian diharapkan tercapai keseimbangan yang baik antara jumlah dan kecepatan pertambahan penduduk dengan perkembangan produksi dan jasa. Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian. Untuk optimalisasi manfaat kesehatan KB, pelayanan tersebut harus disediakan bagi wanita dengan cara menggabungkan dan memenuhi kebutuhan
  • 3. 3 pelayanan kesehatan reproduksi utama dan yang lain. Juga responsif terhadap berbagai tahap kehidupan reproduksi wanita. Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh wanita. Banyak wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit. Tidak hanya karena terbatasnya jumlah metode yang tersedia, tetapi juga karena metode- metode tersebut mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan individual, dan seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh kontrasepsi. Dalam memilih suatu metode, wanita harus menimbang berbagai faktor, termasuk status kesehatan mereka, efek samping potensial suatu metode, konsekuensi terhadap kehamilan yang tidak diinginkan, besarnya keluarga yang diinginkan, kerjasama pasangan, dan norma budaya mengenai kemampuan mempunyai anak. Setiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Namun demikian, meskipun telah mempertimbangkan untung rugi semua kontrasepsi yang tersedia, tetap saja terdapat kesulitan untuk mengontrol fertilitas secara aman, efektif, dengan metode yang dapat diterima, baik secara perseorangan maupun budaya pada berbagai tingkat reproduksi. Tidaklah mengejutkan apabila banyak wanita merasa bahwa penggunaan kontrasepsi terkadang problematis dan mungkin terpaksa memilih metode yang tidak cocok dengan konsekuensi yang merugikan atau tidak menggunakan metode KB sama sekali. Perasaan dan kepercayaan wanita mengenai tubuh dan seksualitasnya tidak dapat dikesampingkan dalam pengambilan keputusan untuk menggunakan kontrasepsi. Banyak wanita tidak bersedia mengubah siklus normalnya, karena takut bahwa perdarahan yang lama dapat mengubah pola hubungan seksual dan dapat mendorong suami berhubungan seks dengan wanita lain. Siklus yang memanjang atau perdarahan intermiten dapat membatasi partisipasi dalam aktivitas keagamaan maupun budaya. Oleh karena itu, pendapat suami mengenai KB cukup kuat pengaruhnya untuk menentukan penggunaan metode KB oleh istri. Karena wanita mempunyai semacam kendali apabila mereka bertanggung jawab dalam penggunaan kontrasepsi.
  • 4. 4 1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Apa pengertian kependudukan ? 2. Bagaimana Masalah kependudukan Indonesia ? 3. Bagaimana perkembangan KB di Indonesia ? 4. Bagaimana program KB di Indonesia ? 5. Bagaimana Program KIE dalam pelayanan ? 6. Bagaimana Pelayanan kontrasepsi dengan berbagai metode ? 1.3 TUJUAN PEMBAHASAN 1. Untuk mengetahui apa dan bagaimana cakupan konsep kependudukan di Indonesia. 2. Untuk dapat mengetahui apa saja problematika setiap kependudukan di dalam Indonesia. 3. Untuk mengetahui bagaimana dinamika atau perkembanagan dari pada KB Di Indonesia.. 4. Untuk mengetahui setiap program KIE dalam pelayanan kesehatan khususnya dalam pelayanan kebidanan. 5. Untuk mengetahui bagaimana ketersediaan macam dan metode alat kontrasepsi di Indonesia.
  • 5. 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KONSEP KEPENDUDUKAN DI INDONESIA 2.1.1. Pengertian Penduduk Penduduk menurut UU.RI.No. 10 tahun 1992 yaitu orang dalam matranya sebagai pribadi, anggota keluarga,anggota masyarakat, warganegara dan himpunan kuantitas yang bertempat tinggal di suatu tempat dalam batas wilayah Negara pada waktu tertentu. Penduduk adalah semua orang yang mendiami suatu daerah dalam suatu waktu / jangka waktu tertentu. Penduduk dipelajari oleh ilmu kependudukan, fokus perhatian demografi adalah perubahan beserta komposisi dan distribusi pendukung. Sering pula demografi didefinisikan sebagai suatu studi kuantitatif dari suatu proses demografi yaitu fertilitas, mortalitas, perkawinan, migrasi dan mobilitas sosial. Kelima proses ini terjadi secara terus menerus dan menentukan besar, komposisi dan distribusi penduduk yang bersangkutan. Perubahan- perubahan kependudukan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dipelajari dalam dinamika kependudukan (population dunamics). Studi ini mempelajari sejarah penduduk, teori-teori mengenai penduduk dan kebijaksanaan penduduk. 2.1.2. Dinamika Kependudukan Dinamika penduduk yaitu suatu proses perubahan penduduk secara terus menerus yang mempengaruhi jumlah.Dinamika kependudukan merupakan perubahan kependudukan untuk suatu daerah tertentu dari waktu ke waktu. Penyebab perubahan penduduk Dinamika penduduk dipengaruhi beberapa faktor yaitu kelahiran, kematian, perpindahan penduduk serta kondisi sosial ekonomi dan budaya yang berkembang di masyarakat. Dari berbagai penyebab tersebut dapat digolongkan menjadi 2 yaitu penyebab langsung dan tidak langsung.
  • 6. 6 Penyebab langsung Yang dimaksud dari penyebab langsung dari pertumbuhan penduduk adalah faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk secara langsung tanpa melalui variabel antara lain kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk. Hubungan kelahiran, kematian dan migrasi dengan jumlah penduduk Berdasarkan faktor-faktor diatas, maka pertambahan penduduk secara sederhana terbagi menjadi : 1. Pertumbuhan penduduk alami yaitu pertambahan penduduk karena adanya selisih antara kelahiran dan kematian. 2. Pertambahan penduduk sosial yaitu pertambahan penduduk disebabkan selisih antara kelahiran kematian dan migrasi. Penyebab tidak langsung Faktor yang mempengaruhi perubahan penduduk secara tidak langsung melalui variabel antara yaitu keadaan sosial ekonomi dan budaya. Menurut King Sley Davis dan Judith Blake, variabel antara yang dapat mempertinggi / menekan fertilitas suatu masyarakat yaitu : Faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan oleh hubungan kelamin (inter couse variable) Faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan untuk konsepsi (conception variable) Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan dan kelahiran selamat (gestation variable) Usia perkawinan juga akan berpengaruh pada dinamika penduduk, jika perkawinan terjadi pada usia muda maka usia reproduktif yang dialami oleh pasangan usia muda tersebut akan lebih panjang daripada pasangan usia lanjut
  • 7. 7 akibatnya kemungkinan jumlah anak yang dihasilkan oleh pasangan muda akan lebih banyak daripada pasangan usia lanjut. Status sosial, pekerjaan dan latar belakang pendidikan sedikit banyak berpengaruh pada tinggi rendahnya fertilitas maupun mortalitas dalam suatu masyarakat. Tingkat fertilitas umur lebih rendah pada wanita yang berusia lebih tua yang mempunyai penghasilan lebih rendah. Ini karena tingkat ekonomi masyarakat rendah sehingga secara tidak langsung status sosial ekonomi berpengaruh pada dinamika penduduk. 2.1.3. Faktor Demografi Yang Mempengaruhi Laju Pertumbuhan Penduduk. Laju pertumbuhan penduduk (Growht Rate) ditentukan oleh tingkat kelahiran dan tingkat kematian. Tingkat kelahiran kasar (Crude Birth Rate) dan tingkat kematian kasar (Crude Death Rate) masing-masing menunjukkan jumlah kelahiran hidup dan jumlah kematian per 1000 penduduk pertahun. Dengan demikian ada 4 kemungkinan dari 2 variabel ini : 1. Tingkat kelahiran tinggi dan tingkat kematian tinggi 2. Tingkat kelahiran tinggi dan tingkat kematian rendah 3. Tingkat kelahiran rendah dan tingkat kematian rendah 4. Tingkat kelahiran rendah dan tingkat kematian tinggi TRANSISI DEMOGRAFI Transisi demografi adalah berkembangnya keadaan peralihan penduduk yang semula relatif tetap (stationer) berkembangnya dengan pesat dan akhirnya mencapai tetap (stationer) kembali. Faktor-faktor yang menyebabkan turunnya mortalitas antara lain : a. Perkembangan teknologi di bidang pertanian dan perkembangan industri modern / dewasa ini dikenal juga revolusi hijau yang ada pada masyarakat Indonesia ditetapkan sebagai panca usaha di bidang pertanian.
  • 8. 8 b. Munculnya pemerintahan yang relatif stabil / mantap yang memungkinkan mantapnya fasilitas penyaluran bahan makanan dan jasa. c. Kemajuan sanitasi lingkungan menimbulkan kondisi lingkungan yang sehat d. Kemajuan di bidang kedokteran, gizi, pengobatan dan program-progran kesehatan masyarakat. Faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi mortalitas , didasarkan pada : 1. Berdasarkan penelitian, kematian di desa pada umumnya lebih rendah dibanding di kota (mutu kehidupan yang lebih sehat di desa) 2. Pilihan terhadap perkerjaan / profesi yang juga berpengaruh terhadap tinggi rendahnya mortalitas dan lingkungan pekerjaan yang tidak sehat (tambang, pabrik, percetakan, lingkungan berdebu dan sebagainya) meningkatkan mortalitas. Promortalitas adalah kondisi penentu di dalam sekelompok manusia (keluarga, suku dan sebagainya) yang menyebabkan angka kematian di dalam kelompok tersebut tetap tinggi. Kondisi ini meliputi :  Kondisi subyektif (kondisi, agama, kepercayaan) misalnya berani membela agama (wali sahid) dan membela negara (patriot) berani mati menyongsong maut karena kepercayaan dapat masuk surga / nirwana.  Rasa malu (wirang) terdapat di masyarakat membuat orang mau membunuh diri (tekanan sosial) misalnya harakiri di Jepang.  Kondisi obyektif (keadaan alam, ekonomi, sosial dan sebagainya) misal : a. Bencana alam banyak menelan korban (banjir, gempa dan sebaginya) b. Kelaparan / kekurangan makan karena kegagalan panen atau paceklik c. Peperangan d. Keracunan akibat polusi (air, tanah, udara) e. Ketagihan minuman keras (candu) dan bahan narkotika f. Kondisi pendapatan yang rendah, kondisi ini dapat berakibat gawat karena siklus yang terjadi akibat kondisi tersebut (diagram berikut). Anti mortalitas adalah seluruh kondisi penentu di dalam sekelompok manusia (keluarga, suku dan sebaginya) yang menyebabkan angka kematian di dalam kelompok tersebut menurun). Kondisi ini meliputi :  Kondisi subyektif (tradisi, agama, kepercayaan) misalnya
  • 9. 9 o Larangan terhadap bunuh diri atau membunuh orang lain. Baik berdasarkan agama ataupun hukum Negara. o b. Jangan mudah menyerah dalam hidup.  Kondisi obyektif (kondisi sosial, ekonomi, budaya, politik) misalnya : o Kondisi kehidupan yang lebih menurunkan jumlah kematian bayi hilang atau wabah penyakit. o Kondisi teknologi maju membantu terciptanya kondisi kesehatan, keamanan dan penghindaran terhadap bencana alam. o Kondisi pendidikan yang baik menyebar luaskan ilmu dan kesadaran terhadap hidup yang sehat. o Kondisi sanitasi yang baik menciptakan lingkungan tempat tinggal yang baik. 2.2. MASALAH KEPENDUDUKAN DI INDONESIA 2.2.1. Jumlah Dan Pertumbuhan Penduduk Orang pertama yang mengemukakan teori mengenai penduduk adalah Thomas Robert melthus yang hidup pada tahun 1886-1824 dalam edisi pertamanya Essay on population tahun 1798 Melthus mengemukakan dua pokok pendapatnya yaitu penduduk seperti bahan makanan adalah penting bagi kehidupan manusia dan nafsu manusia tidak dapat tertahan dan tidak terbatas atas dua hal tersebut dia mengemukakan pendapatnya bahwa pertumbuhan penduduk jauh lebih cepat dari pertumbuhan bahan makanan. Dalil yang dikemukakan Malthus yaitu jumlah penduduk meningkat secara geografis (deret ukur) sedangkan kebutuhan hidup kian meningkat secara alat arit matika (deret hitung), akibatnya pada suatu saat akan terjadi perbedaan yang besar antara jumlah penduduk dan kebutuhan hidup. Sementara pertumbuhan penduduk di Indonesia berkisar antara 2,15% pertahun hingga 2,49% pertahun. Tingkat pertumbuhan penduduk seperti itu dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan perpindahan penduduk (migrasi).
  • 10. 10 Peristiwa kelahiran di suatu daerah menyebabkan perubahan jumlah dan komposisi penduduk, sedangkan peristiwa kematian dapat menambah maupun mengurangi jumlah penduduk di suatu daerah. Mengurangi bagi yang ditinggalkan dan menambah bagi daerah yang didatangi. Selain penyebab langsung seperti kelahiran, kematian dan migrasi terdapat penyebab tidak langsung seperti keadaan social, ekonomi, budaya, lingkungan, politik dsb. Pertumbuhan penduduk seperti dikemukakan di atas dapat dikatakan terlalu tinggi karena dapat menimbulkan berbagai persoalan. Jadi apabila pertubuhan penduduk di Indonesia tahun 1990 sebesar 2,15% pertahun diperlukan investasi sebesar 2,15 kali 4 sama dengan 8,6% pertahun. Sedangkan tingkat pertumbuhan GNP di Indonesia pada tahun yang sama hanya mencapai 4% pertahun. Defisit antara kemampuan dan kebutuhan sebesar 8,6%-4%=4% ditutup pinjaman dari luar negeri. 2.2.2. Persebaran Dan Kepadatan Penduduk. Permasalahan yang muncul adalah tidak meratanya kepadatan penduduk antar daerah di Indonesia, secara ekonomi permasalahan yang muncul dari kondisi ini adalah rendahnya produktifitasnya daerah dengan kepadatan penduduk yang rendah. 2.2.3. Stuktur Umur Penduduk. Umur dan jenis kelamin merupakan karakteristik penduduk utama, pengelompokan penduduk berdasarkan dua karakteristik tersebut selalu diperlukan dalam menganalisis data. Melalui analisis komponen penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin disuatu daerah atau Negara dapat dihitung berbagi perbandingan atau rasio antara lain rasio jenis kelamin waktu lahir atau sex rasio birth, rasio ibu dan anak (wild women ratio) dan rasio beban ketergantungan (dependenty ratio). Komposisi penduduk di Indonesia termasuk dalam model ekposive atau umur muda mengandung masalah penyediaan lapangan kerja pendidikan dan beban kelompok produktif.
  • 11. 11 2.2.4 Kelahiran Dan Kematian Kelahiran adalah ukuran tingkat kelahiran yang digunakan dalam perhitungan proyeksi adalah angka kelahiran total atau Total Fertility Rate (TFR) dan angka kelahiran menurut umur atau Age Specificity Fertility Rate (ASFR) . Kematian adalah ukuran tingkat kematian yang digunakan dalam perhitungan proyeksi adalah angka kematian bayi atau Infant Mortality Rate (IMR), Karena IMR merupakan salah satu indikator yang penting yang mencerminkan derajat kesehatan masyarakat. Di samping itu IMR dapat di pakai sebagai alat monitoring situasi kependudukan sekarang maupun sebagai alat untuk mengidentifikasi kelompok umur penduduk tertentu yang mempunyai resiko kematian tinggi. 2.3 PERKEMBANGAN KB DI INDONESIA 2.3.1. Sejarah KB Di Indonesia. Kasadaran manusia tentang pentingnya masalah kependudukan dimulai sejak bumi dihuni oleh ratusan juta manusia. Plato (427-347) menyarankan agar pranata sosial dan pemerintahan sebaiknya direncanakan dengan pertumbuhan penduduk yang stabil sehingga terjadi keseimbangan antara jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Malthus (1766-1834) pada zaman industri sedang berkembang manusia jangan terlalu banyak berhayal bahwa dengan kemampuan tehnologi mereka akan dapat memenuhi segala kebutuhan karena pertumbuhan manusia laksana deret ukur, sedangkan pertumbuhan dan kemampuan sumber daya alam untuk memenuhinya berkembang dalam deret hitung. Dengan demikian dalam suatu saat manusia akan sulit untuk memenuhi segala kebutuhannya karena sumber daya alam yang sangat terbatas. Pernyataan Malthus yang merupakan kekawatiran terhadap pertumbuhan penduduk telah muncul ke permukaan di negara besar, seperti Cina, India dan termasuk Indonesia.
  • 12. 12 Tahun 1978, WHO dan UNICEF melakukan pertemuan di Alma Ata yang memusatkan perhatian terhadap tingginya angka kematian maternal perinatal. Dalam pertemuan tersebut disepakati untuk menetapkan konsep Primary Health Care yang memberikan pelayanan antenatal, persalinan bersih dan aman, melakukan upaya penerimaan keluarga berencana, dan meningkatkan pelayanan rujukan. Tahun 1984, Population Conference di Mexiko, menekankan arti pentingnya hubungan antara tingginya fertilitas dan interval yang pendek terhadap kesehatan dan kehidupan ibu dan perinatal. Perkembangan laju peningkatan pertumbuhan penduduk di Indonesia sangat mengkhawatirkan. Tanpa adanya usaha-usaha pencegahan perkembangan laju peningkatan penduduk yang terlalu cepat, usaha-usaha di bidang pembangunan ekonomi dan sosial yang telah dilaksanakan dengan maksimal akan tidak berfaedah. Dapat dikemukakan bahwa untuk dapat menyelamatkan nasib manusia di muka bumi tercinta ini, masih terbuka peluang untuk meningkatkan kesehatan reproduksi malalui gerakan yang lebih intensif pada pelaksanaan keluarga berencana. Tanpa gerakan KB yang makin intensif maka manusia akan terjebak pada kemiskinan, kemelaratan, dan kebodohan yang merupakan malapetaka manusia yang paling dahsyat dan mencekam. Gerakan KB yang kita kenal sekarang bermula dari kepeloporan beberapa orang tokoh, baik di dalam maupun di luar negeri. Sejak saat itulah berdirilah perkumpulan-perkumpulan KB di seluruh dunia, termasuk di Indonesia yang mendirikan PKBI (perkumpulan keluarga berencana Indonesia)  Peristiwa bersejarah dalam perkembangan KB di Indonesia :  Pada Bulan Januari 1967 diadakan simposium Kontrasepsi di Bandung yang diikuti oleh masyarakat luas melalui media massa  Pada Bulan Februari 1967 diadakan diadakan kongres PKBI pertama yang mengharapkan agar keluarga berencana sebagai program pemerintah segera dilaksanakan.
  • 13. 13  Pada Bulan April 1967, Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin menganggap bahwa sudah waktunya kegiatan KB dilancarkan secara resmi di Jakarta dengan menyelenggarakan proyek keluarga berencana DKI Jakarta Raya  Tanggal 16 Agustus 1967 gerakan keluarga berencana di Indonesia memasuki era peralihan pidato pemimpin negara. Selama orde lama organisasi pergerakan dilakukan oleh tenaga sukarela dan beroperasi secara diam-diam karena kepala Negara waktu itu anti terhadap keluarga berencana maka dalam orde baru gerakan keluarga berencana diakui dan dimasukan dalam program pemerintah.  Bulan Oktober 1968 berdiri Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN) yang sifatnya semi pemerintah yang dalam tugasnya diawasi dan dibimbing oleh Mentri Negara Kesejahteraan Rakyat, merupakan kristalisasi dan kesungguhan pemerintah dalam kebijakan keluarga berencana. Peristiwa-peristiwa bersejarah di dalam perkembangan di Negara Indonesia adalah masuknya program keluarga berencana itu kedalam repelita I. Adanya KUHP pasal 283 yang melarang menyebarluaskan gagasan keluarga berencana sehingga kegiatan penerangan dan pelayanan masih dilakukan secara terbatas.  Tahap-tahap Program KB Nasional Adapun tahapan kebijakan pemerintah dalam penyelenggaran Program KB Nasional di Indonesia adalah : a. Tahun 1970 – 1980 dikenal dengan MANAGEMENT FOR THE PEOPLE 1). Pemerintah lebih banyak berinisiatif 2). Partisipasi masyarakat rendah sekali 3). Terkesan kurang demokratis 4). Ada unsur pemaksaan 5). Berorientasi pada target b. Tahun 1989 – 1990 terjadi perubahan pola menjadi MANAGEMENT WITH THE PEOPLE 1) Pemaksaan dikurangi 2) Dimulainya Program Safari KB pada awal 1980-an
  • 14. 14 c. Tahun 1985 – 1988 pemerintah menetapkan program KB Lingkaran Biru, dengan kebijakan :  Masyarakat bebas memilih kontrasepsi yang ingin dipakainya, meskipun tetap masih dipilihkan jenis kontrasepsinya  Dari 5 jenis kontrasepsi, dipilihkan satu setiap jenisnya d. Tahun 1988 terjadi perkembangan kebijakan, pemerintah menerapkan Program KB Lingkaran Emas, yaitu :  Pilihan alat kontrasepsi sepenuhnya diserahkan kepada peserta, asal jenis kontrasepsinya sudah terdaftar di Departemen Kesehatan.  Masyarakat sudah mulai membayar sendiri untuk alat kontrasepsinya. e. Tahun 1990 terjadi Peningkatan kesejahteraan keluarga melalui peningkatan pendapatan keluarga (income generating). Pada tanggal 29 Juni 1994 Presiden Suharto di Sidoardjo melaksanakan plesterisasi/lantainisasi rumah-rumah secara gotong royong di seluruh Indonesia untuk keluarga Pra-Sejahtera. 2.3.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan KB Di Indonesia o Sosial ekonomi Tinggi rendahnya status social dan keadaan ekonomi penduduk di Indonesia akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan program KB di Indonesia. Kemajuan program KB tidak bisa lepas dari tingkat ekonomi masyarakat karena berkaitan erat dengan kemampuan untuk membeli alat kontrasepsi yang digunakan. Contoh : keluarga dengan penghasilan cukup akan lebih mampu mengikuti program KB dari pada keluarga yang tidak mampu, karena bagi keluarga yang kurang mampu KB bukan merupakan kebutuhan pokok. Dengan suksesnya program KB maka perekonomian suatau negara akan lebih baik karena dengan anggota keluarga yang sedikit kebutuhan dapat lebih tercukupi dan kesejahteraan dapat terjamin. o Budaya Sejumlah faktor budaya dapat mempengaruhi klien dalam memilih metode kontrasepsi. Faktor-faktor ini meliputi salah pengertian dalam masyarakat
  • 15. 15 mengenai berbagai metode, kepercayaan religius, serta budaya, tingkat pendidikan persepsi mengenai resiko kehamilan dan status wanita., Penyedia layanan harus menyadari bagaimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi pemilihan metode di daerah mereka dan harus memantau perubahan –perubahan yang mungkin mempengaruhi pemilihan metode. o Pendidikan Tingkat pendidikan tidak saja mempengaruhi kerelaan menggunakan keluarga berencana tetapi juga pemilihan suatu metode. Beberapa studi telah memperlihatkan bahwa metode kalender lebih banyak digunakan oleh pasangan yang lebih berpendidikan. Dihipotesiskan bahwa wanita yang berpendidikan menginginkan keluarga berencana yang efektif, tetapi tidak rela untuk mengambil resiko yang terkait dengan sebagai metode kontrasepsi. o Agama Di berbagai daerah kepercayaan religius dapat mempengaruhi klien dalam memilih metode. Sebagai contoh penganut katolik yang taat membatasi pemilihan kontrasepsi mereka pada KB alami. Sebagai pemimpin islam pengklaim bahwa sterilisasi dilarang sedangkan sebagian lainnya mengijinkan. Walaupun agama islam tidak melarang metode kontrasepsi secara umum, para akseptor wanita mungkin berpendapat bahwa pola perdarahan yang tidak teratur yang disebabkan sebagian metode hormonal akan sangat menyulitkan mereka selama haid mereka dilarang bersembahyang. Di sebagaian masyarakat, wanita hindu dilarang mempersiapkan makanan selama haid sehingga pola haid yang tidak teratur dapat menjadi masalah. o Status wanita Status wanita dalam masyarakat mempengaruhi kemampuan mereka memperoleh dan menggunakan berbagai metode kontrasepsi. Di daerah daerah yang status wanitanya meningkat, sebagian wanita memiliki pemasukan yang lebih besar untuk membayar metode-metode yang lebih mahal serta memiliki lebih banyak suara dalam mengambil keputusan. Juga di daerah yang wanitanya lebih dihargai, mungkin hanya dapat sedikit pembatasan dalam memperoleh
  • 16. 16 berbagai metode, misalnya peraturan yang mengharuskan persetujuan suami sebelum layanan KB dapat diperoleh. 2.3.3. Organisasi KB 1. PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia) 2. BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) 2.3.4. PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana INDONESIA) Terbentuk tanggal 23 Desember 1957, di jalan Sam Ratulangi No. 29 Jakarta. Atas prakarsa dari dr. Soeharto yang didukung oleh Prof. Sarwono Prawirohardjo, dr. H.M. Judono, dr. Hanifa Wiknjosastro serta Dr. Hurustiati Subandrio. Pelayanan yang diberikan berupa nasehat perkawinan termasuk pemeriksaan kesehatan calon suami isteri, pemeriksaan dan pengobatan kemandulan dalam perkawinan dan pengaturan kehamilan. Visi PKBI : Mewujudkan masyarakat yang sejahtera melalui keluarga. Misi PKBI Memperjuangkan penerimaan dan praktek keluarga bertanggungjawab dalam keluarga Indonesia melalui pengembangan program, pengembangan jaringan dan kemitraan dengan semua pihak pemberdayaan masyarakat di bidang kependudukan secara umum, dan secara khusus di bidang kesehatan reproduksi yang berkesetaraan dan berkeadilan gender. 2.3.5. BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 1970 tentang pembentukan badan untuk mengelola program KB yang telah dicanangkan sebagai program nasional.Penanggung jawab umum penyelenggaraan program ada pada presiden dan dilakukan sehari-hari oleh Menteri Negara Kesejahteraan Rakyat yang dibantu Dewan Pembimbing Keluarga Berencana. Dasar pertimbangan pembentukan BBKBN
  • 17. 17 1. Program keluarga berencana nasional perlu ditingkatkan dengan jalan lebih memanfaatkan dan memperluas kemampuan fasilitas dan sumber yang tersedia. 2. Program perlu digiatkan pula dengan pengikut sertaan baik masyarakat maupun pemerintah secara maksimal. 3. Program keluarga berencana ini perlu diselenggarakan secara teratur dan terencana kearah terwujudnya tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Tugas pokok BBKBN 1. Menjalankan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi terhadap usaha-usaha pelaksanaan program keluarga berencana nasional yang dilakukan oleh unit-unit pelaksana. 2. Mengajukan saran-saran kepada pemerintah mengenai pokok kebijaksanaan dan masalah-masalah penyelenggaraan program Keluarga Berencana Nasional. 3. Menyusun Pedoman Pelaksanaan Keluarga Berencana atas dasar pokok-pokok kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Pemerintah. 4. Mengadakan kerja sama antara Indonesia dengan negara-negara asing maupun badan-badan internasional dalam bidang keluarga berencana selaras dengan kepentingan Indonesia dan sesuai dengan prosedur yang berlaku. 5. Mengatur penampungan dan mengawasi penggunaan segala jenis bantuan yang berasal dari dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh pemerintah. Pelita I yaitu tahun 1969-1974 daerah program Keluarga Berencana meliputi 6 propinsi yaitu Jawa Bali (DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali). Merupakan daerah perintis dari BKKBN.Tahun 1974 muncul program-program integral (Beyond Family Planning) dan gagasan tentang fase program pencapaian akseptor aktif. Berdasar Keppres 38 tahun 1978 BKKBN bertambah besar jangkauan programnya tidak terbatas hanya KB tetapi juga program Kependudukan. Perkembangan BBKBN dimasa sekarang VISI : Keluarga berkualitas 2015.
  • 18. 18 MISI : Membangun setiap keluarga Indonesia untuk memiliki anak ideal, sehat, berpendidikan, sejahtera, berketahanan dan terpenuhi hak-hak reproduksinya melalui pengembangan kebijakan, penyediaan layanan promosi, fasilitasi, perlindungan, informasi kependudukan dan keluarga, serta penguatan kelembagaan dan jejaring KB. Tugas pokok Melaksanakan tugas pemerintahan dibidang keluarga berencana dan keluarga sejahtera sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Filosofi BBKBN Menggerakkan peran serta masyarakat dalam keluarga berencana. Grand Strategi: 1. Menggerakkan dan memberdayakan seluruh masyarakat dalam program KB. 2. Menata kembali pengelolaan program KB. 3. Memperkuat SDM operasional program KB. 4. Meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga melalui pelayanan KB. 5. Meningkatkan pembiayaan program KB. Nilai-nilai yang terkandung dalam grand strategi adalah integritas, energik, profesional kompeten, partisipatif, konsisten, organisasi pembelajaran, kreatif/ inovatif. Kebijakan dari adanya grand strategi adalah pndekatan pemberdayaan, pendekatan desentralisasi, pendekatan kemitraan, pendekatan kemandirian, pendekatan segmentasi sasaran, pendekatan pemenuhan hak (rightbased), pendekatan lintas sektor. Strategi 1. Re-Establishment adalah mmbangun kembali sendi-sendi pogram KB nasional sampai ke tingkat lini lapanngan pasca penyerahan kewenangan. 2. Sustainability adalah memantapkan komitmen program dan kesinambungan dukungan oleh segenap stakeholders dari tingkat pusat sampai dengan tingkat daerah.
  • 19. 19 Tujuannya adalah: 1. Keluarga dengan anak ideal. 2. Keluarga sehat. 3. Keluarga berpendidikan. 4. Keluarga sejahtera. 5. Keluarga berketahanan. 6. Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya. 7. Penduduk tumbuh seimbang (PTS ) 2.4 PROGRAM KB DI INDONESIA 2.4.1. Pengertian KB Upaya peningkatkan kepedulian masyarakat dalam mewujudkan keluarga kecil yang bahagia sejahtera (Undang-undang No. 10/1992). Keluarga Berencana (Family Planning, Planned Parenthood) : suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. WHO (Expert Committe, 1970), tindakan yg membantu individu/ pasutri untuk: Mendapatkan objektif-obketif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan dan menentukan jumlah anak dalam keluarga. 2.4.2. Tujuan Program KB Tujuan umum adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekutan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Kesimpulan dari tujuan program KB adalah: Memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan ibu, anak, keluarga dan bangsa; Mengurangi angka kelahiran untuk menaikkan taraf hidup rakyat dan bangsa; Memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan KR yang berkualitas, termasuk upaya-upaya menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi.
  • 20. 20 Tujuan KB berdasar RENSTRA 2005-2009 meliputi: 1. Keluarga dengan anak ideal 2. Keluarga sehat 3. Keluarga berpendidikan 4. Keluarga sejahtera 5. Keluarga berketahanan 6. Keluarga yang terpenuhi hak- hak reproduksinya 7. Penduduk tumbuh seimbang (PTS) 2.4.3.Sasaran Program KB Sasaran program KB tertuang dalam RPJMN 2004-2009 yang meliputi: 1. Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi sekitar 1,14 persen per tahun. 2. Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2 per perempuan. 3. Menurunnya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin menjarangkan kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara kontrasepsi (unmet need) menjadi 6%. 4. Meningkatnya pesertaKB laki-laki menjadi 4,5persen. 5. Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang rasional, efektif, dan efisien. 6. Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan menjadi 21 tahun. 7. Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak. 8. Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera-1 yang aktif dalam usaha ekonomi produktif. 9. Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan Program KB Nasional. Ruang Lingkup KB Ruang lingkup program KB meliputi :  Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE)  Konseling  Pelayanan Kontrasepsi  Pelayanan Infertilitas  Pendidikan sex (sex education)
  • 21. 21  Konsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan  Konsultasi genetik  Tes keganasan  Adopsi 2.4.4. Strategi Pendekatan Dan Cara Operasional Program Pelayanan KB Strategi program KB terbagi dalam dua hal yaitu: 1. Strategi dasar 2. Strategi operasional Strategi Dasar Meneguhkan kembali program di daerah Menjamin kesinambungan program Strategi operasional Peningkatan kapasitas sistem pelayanan Program KB Nasional Peningkatan kualitas dan prioritas program Penggalangan dan pemantapan komitmen Dukungan regulasi dan kebijakan Pemantauan, evaluasi, dan akuntabilitas pelayanan 2.4.5. Dampak Program KB Terhadap Pencegahan Kelahiran. Program keluarga berencana memberikan dampak, yaitu penurunan angka kematian ibu dan anak; Penanggulangan masalah kesehatan reproduksi; Peningkatan kesejahteraan keluarga; Peningkatan derajat kesehatan; Peningkatan mutu dan layanan KB-KR; Peningkatan sistem pengelolaan dan kapasitas SDM; Pelaksanaan tugas pimpinan dan fungsi manajemen dalam penyelenggaraan kenegaraan dan pemerintahan berjalan lancer. 2.5. PROGRAM KIE DALAM PELAYANAN KB 2.5.1. Tujuan Komunikasi Informasi dan Edukasi Komunikasi adalah penyampaian pesan secara langsung ataupun tidak langsung melalui saluran komunikasi kepada penerima pesan, untuk mendapatkan suatu efek (DEPKES RI, 1984).
  • 22. 22 Komunikasi kesehatan adalah usaha yang sistematis untuk mempengaruhi secara positif perilaku kesehatan masyarakat , dengan menggunakan berbagai prinsip dan metode komunikasi, baik menggunakan komunikasi antar pribadi maupun komunikasi massa (Notoatmodjo, 2003). Informasi adalah keterangan, gagasan, maupun kenyataan-kenyataan yang perlu diketahui oleh masyarakat (BKKBN, 1993). Sedangkan menurut DEPKES, 1990 Informasi adalah pesan yang disampaikan. Edukasi adalah proses perubahan perilaku kearah yang positif (DEPKES RI, 1990). Menurut Effendy (1998), pendidikan kesehatan merupakan salah satu kompetensi yang dituntut dari tenaga kesehatan, karena merupakan salah satu peranan yang harus dilaksanakan dalam setiap memberikan pelayanan kesehatan, baik itu terhadap individu, keluarga, kelompok ataupun masyarakat. Tujuan dilaksanakannya program KIE, yaitu 1. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktik KB sehingga tercapai penambahan peserta baru. 2. Membina kelestarian peserta KB 3. Meletakkan dasar bagi mekanisme sosio cultural yan dapat menjamin berlangsungnya proses penerimaan. 4. Untuk mendorong terjadinya proses perubahan perilaku kearah yang positif, peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik masyarakat (klien) secara wajar sehingga masyarakat melaksanakannya secara mantap sebagai perilaku yang sehat dan bertanggung jawab. 2.5.2. Jenis – Jenis Kegiatan Dalam KIE KIE dapat dikelompokkan menjadi 3 kegiatan : 1. KIE massa 2. KIE kelompok 3. KIE perorangan Menurut media yang digunakan, kegiatan KIE dapat diperinci sebagai berikut : o Radio o Televisi
  • 23. 23 o Mobil unit penerangan o Penerbitan/ publikasi o Pers/ surat kabar o Film o Kegiatan promosi o Pameran (Hanafi, 2004, hal 27-28) 2.5.3. Prinsip KIE Prinsip yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan KIE adalah : 1. Memperlakukan klien dengan sopan, baik dan ramah. 2. Memahami, menghargai dan menerima keadaan ibu ( status pendidikan, social ekonomi dan emosi ) sebagaimana adanya. 3. Memberikan penjelasan dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami. 4. Menggunakan alat peraga yang menarik dan mengambil contoh dari kehidupan sehari – hari. 5. Menyesuaikan isi penyuluhan dengan keadaan dan risiko yang dimiliki ibu. 2.5.4. Konseling Keluarga Berencana 1. Pengertian Konseling Konseling adalah proses yang berjalan dan menyatu dengan semua aspek pelayanan keluarga berencana dan bukan hanya informasi yang diberikan dan dibicarakan pada satu kali kesempatan yakni pada saat pemberian pelayanan. Teknik konseling yang baik dan informasi yang memadai harus diterapkan dan dibicarakan secara interaktif sepanjang kunjungan klien dengan cara yang sesuai dengan budaya yang ada. 2. Tujuan Konseling Tujuan dalam pemberian konseling keluarga berencana antara lain : a. Meningkatkan penerimaan. Informasi yang benar, diskusi bebas dengan cara mendengarkan, berbicara dan komunikasi non verbal meningkatkan penrimaan KB oleh klien. b. Menjamin pilihan yang cocok.
  • 24. 24 Konseling menjamin bahwa petugas dan klien akan memilih cara yang terbaik sesuai dengan keadaan kesehatan dan kondisi klien c. Menjamin penggunaan cara yang efektif. Konseling yang efektif diperlukan agar klien mengetahui bagaimana menggunakan cara KB yang benar, dan bagaimana mengatasi informasi yang keliru dan/isu-isu tentang cara tersebut. d. Menjamin kelangsungan yang lebih lama. Kelangsungan pemakain cara KB akan lebih baik bila klien ikut memilih cara tersebut,mengetahui bagaimana cara kerjanya dan bagaimana mengatasi efek sampingnya. Kelangsungan pemakainan juga lebih baik bila ia mengetahui bahwa ia dapat berkunjung kembali seandainya ada masalah. Kadang-kadang klien hanya ingin tahu kapan ia harus kembali untuk memperoleh pelayanan 3. Jenis Konseling KB Komponen penting dalam pelayanan KB dapat dibagi dalam tiga tahap. Konseling awal pada saat menerima klien, konseling khusus tentang cara KB, dan konseling tindak lanjut. a. Konseling Awal Konseling awal bertujuan untuk memutuskan metode apa yang akan dipakai, didalamnya termasuk mengenalkan pada klien semua cara KB atau pelayanan kesehatan, prosedur klinik, kebijakan dan bagaimana pengalaman klien pada kunjungannya itu. Bila dilakukan dengan objektif, konseling awal membantu klien untuk memilih jenis KB yang cocok untuknya. Beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat konseling awal antara lain menanyakan pada klien cara apa yang disukainya, dan apa yang dia ketahui mengenai cara tersebut, menguraikan secara ringkas cara kerja, kelebihan dan kekurangannya. b. Konseling Khusus Konseling khusus mengenai metoda KB memberi kesempatan pada klien untuk mengajukan pertanyaan tentang cara KB tertentu dan membicarakan pengalamannya, mendapatkan informasi lebih rinci tentang cara KB yang tersedia yang ingin dipilihnya, mendapatkan bantuan untuk memilih metoda KB yang
  • 25. 25 cocok serta mendapat penerangan lebih jauh tentang bagaimana menggunakan metoda tersebut dengan aman, efektif dan memuaskan. c. Konseling Tindak Lanjut Bila klien datang untuk mendapatkan obat baru atau pemeriksaan ulang maka penting untuk berpijak pada konseling yang dulu. Konseling pada kunjungan ulang lebih bervariasi dari pada konseling awal. Pemberi pelayanan perlu mengetahui apa yang harus dikerjakan pada setiap situasi. Pemberi pelayanan harus dapat membedakan antara masalah yang serius yang memerlukan rujukan dan masalah ynag ringan yang dapat diatasi di tempat. 4. Langkah Konseling a. GATHER menurut Gallen dan Leitenmaier (1987) Gallen dan Leitenmaier memberikan satu akronim yang dapat dijadikan panduan bagi petugas klinik KB untuk melakukan konseling. Akronim tersebut adalah GATHER yang merupakan singkatan dari : G : Greet : Berikan salam, mengenalkan diri dan membuka komunikasi. A : Ask atau Assess : Menanyakan keluhan atau kebutuhan pasien dan menilai apakah keluhan/keinginan yang disampaikan memang sesuai dengan kondisi yang dihadapi. T : Tell Beritahukan bahwa persoalan pokok yang dihadapi oleh pasien adalah seperti yang tercermin dari hasil tukar informasi dan harus dicarikan upaya penyelesaian masalah tersebut. H : Help Bantu pasien untuk memahami masalah utamanya dan masalah itu yang harus diselesaikan. Jelaskan beberapa cara yang dapat menyelesaikan masalah tersebut, termasuk keuntungan dan keterbatasan dari masing – masing cara tersebut. Minta pasien untuk memutuskan cara terbaik bagi dirinya. E : Explain Jelaskan bahwa cara terpilih telah diberikan atau dianjurkan dan hasil yang diharapkan mungkin dapat segera terlihat atau diobservasi beberapa saat hingga
  • 26. 26 menampakkan hasil seperti yang diharapkan. Jelaskan pula siapa dan dimana pertolongan lanjutan atau darurat dapat diperoleh. R : Refer dan Return visit Rujuk apabila fasilitas ini tidak dapat memberikan pelayanan yang sesuai atau buat jadwal kunjungan ulang apabila pelayanan terpilih telah diberikan. b. Langkah – Langkah Konseling KB SATU TUJU Dalam memberikan konseling. Khususnya bagi calon klien KB yang baru hendaknya dapat diterapkan 6 langkah yang sedah dikenal dengan kata kunci SATU TUJU.Penerapan SATU TUJU tersebut tidak perlu dilakukan secara berurutan karena petugas harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan klien .Beberapa klien membutuhkan lebih banyak perhatian pada langkah yang satu dibandingkan dengan langkah lainnya.Kata kunci SATU TUJU dalah sebagai berikut : SA : sapa dan salam Sapa dan salam kepada klien secara terbuka dan sopan. Berikan perhatian sepenuhnya kepada mereka dan berbicara ditempat yan nyaman serta terjamin privasinya. Yakinkan klien untuk membangun rasa percaya diri.Tanyakan kepada klien apa yang perlu dibantu serta jelaskan pelayanan apa yang dapat diperolehnya. T : Tanya : Tanyakan kepada klien informasi tentang dirinya. Bantu klien untuk berbicara mengenai pengalaman keluarga berencana dan kesehatan reproduksi, tujuan, kepentingan, harapan, serta keadaan kesehatan dan kehidupan keluarganya.Tanyakan konstrasepsi yan diiginkan ole klien. Berikan perhatian kepada klien apa yang disampaikan oleh klien ssuai dengan kata-kata, gerak isyarat dan caranya.Coba tempatkan diri kita di dalam hati klien.Perlihatkan bahwa kita memahami. Dengan memahami pengetahuan, kebutuhan dan keinginan klien kita dapat membantunya. U: Uraikan Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa pilihan reproduksi yang paling mungkin, termasuk pilihan beberapa jenis kontrasepsi. Bantulah klien pada jenis kontrasepsi yang paling dia ingini, serta jelaskan pula jenis-jenis lain
  • 27. 27 yang ada. Juga jelaskan alternative kontrasepsi lain yang mungkin diingini oleh klien.Uraikan juga mengenai risiko penularan HIV/ Aids dan pilihan metode ganda. TU : Bantu Bantulah klien menentukan pilihannya. Bantulah klien berfikir mengenai apa yang paling sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya. Doronglah klien untuk menunjukkan keinginannya dan mengajukan pertanyaan. Tanggapilah secara terbuka. Petugas membantu klien mempertimbangkan criteria dan keinginan klien terhadap setiap jenis kontrasepsi.Tanyakan juga apakah pasangannya akan memberikan dukungan dengan pilihan tersebut. Jika memungkinkan diskusikan mengenai pilihan tersebut pada pasangannya. Pada akhirnya yakinkan bahwa klien telah membuat suatu keputusan yang tepat. Petugas dapat menanyakan : Apakah anda sudah memutuskan pilhan jenis kontrasepsi? Atau apa jenis kontrasepsi terpilih yang akan digunakan. J : Jelaskan Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi pilihannya setelah klien memilih jenis kontrasepsinya, jika diperlukan perlihatkan alat/ obat kontrasepsinya.Jelaskan bagaimana alat / obat kontrasepsi tersebut digunakan dan bagaimana cara penggunaannya. Sekali lagi doronglah klien untuk bertanya dan petugas menjawab secara jelas dan terbuka.Beri penjelasan juga tentang manfaat ganda metode kontrasepsi, misalnya kondom yang dapat mencegah infeksi menular seksual (IMS).Cek pengetahuan klien tantang penggunaan kontrasepsi pilihannya dan puji klien apabila dapat menjawab dengan benar. U : Kunjungan Ulang Perlunya dilakukan kunjungan ulang. Bicarakan dan buatlah perjanjian, kapan klien akan kembali untuk melakukan pemeriksaan atau permintaan kontrasepsi jika dibutuhkan. Perlu juga selalu mengingatkan klien untuk kembali apabila terjadi suatu masalah. 5. Tahapan Konseling dalam Pelayanan KB
  • 28. 28 Tahapan kegiatan konseling dalam pelayanan KB dapat dirinci dalam tahapan sebagai berikut : KIE Motivasi à Bimbingan à Rujukan à KIP/K à Pelayanan Kontrasepsi à Tindak Lanjut ( Pengayoman) Adapun uraian dari masing- masing kegiatan motivasi bimbingan konseling dalam gerakan KB Nasional adalah : a. Kegiatan KIE Keluarga Berencana Sumber informasi pertama tentang jenis alat / metoda kontrasepsi pada umunya diterima oleh masyarakat dari petugas lapangan KB yaitu PPLKB, PLKB, PPKBD maupun kader yang bertugas memberikan pelayanan KIE KB kepada masyarakat dengan melakukan kunjungan dari rumah ke rumah, kegiatan KIE di Posyandu ataupun dalam kesempatan – kesempatan lainnya. Informasi tersebut dapat diperoleh masyarakat dari dokter atau paramedis yang bertugas di klinik KB yang ada di Puskesmas, Balai Kesehatan, Rumah sakit Bersalin dan Rumah Sakit Umum. Atau dari media cetak (surat kabar, majalah, poster dsb) dan media elektronik (radio atau televisi) Pesan yang disampaikan dalam Kegiatan KIE tersebut pada umumnya meliputi 3 hal yaitu tentang : 1). Pengertian dan manfaat KB bagi kesehatan dan kesejahteraan keluarga. 2). Proses terjadinya kehamilan pada wanita (yang penting dalam kaitannya menerangkan cara kerja alat / metode kontrasepsi) 3). Jenis alat / metode kontrasepsi yang ada , cara pemakaian cara kerjanya serta lama pemakaiannya. b. Kegiatan Bimbingan Kegiatan bimbingan kontrasepsi merupakan tindak lanjut dari kegiatan KIE juga merupakan tugas para petugas lapangan KB. Sesudah memberikan KIE keluarga berencana PLKB diharapkan melanjutkan dengan melakukan penyaringan terhadap calon peserta KB. Tugas penyaringan ini dilakukan dengan memberikan bimbingan kontrasepsi yaitu memberikan informasi tentang jenis kontrasepsi secara lebih obyektif, benar dan jujur sekaligus meneliti apakah calon peserta KB tersebut memenuhi syarat untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi yang dipilihnya. Bila memenuhi syarat , maka calon peserta tersebut kemudian dirujuk
  • 29. 29 oleh PLKB ke fasilitas pelayanan yang terdekat untuk memperoleh pelayanan KIP/K. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa tugas yang dilakukan oleh pembimbing adalah merupakan bagian dari tugas konselor. Artinya baik mutu bimbingan yang dilakukan sewaktu dilapangan akan mempermudah proses konselingnya. c. Kegiatan Rujukan Dapat dibedakan dalam 2 macam yaitu rujukan untuk calon peserta KB dan rujukan untuk peserta KB. 1). Rujukan untuk calon peserta KB dilakukan oleh petugas lapangan KB dimana calon peserta dirujuk ke klinik yang terdekat dengan tempat tinggal calon peserta dengan maksud untuk mendapatkan pelayanan konseling dan pelayanan kontrasepsi. Atau rujukan dilakukan oleh klinik ke klinik lain yang lebih memadai sarananya. 2). Rujukan Rujukan ke klinik untuk peserta KB dilakukan oleh petugas lapangan KB terhadap peserta KB yang mengalami komplikasi atau kegagalan untuk mendapatkan perawatan. Atau dapat juga dilakukan oleh suatu klinik yang karena sasarannya belum memadai , maka peserta KB yang mengalami komplikasi dirujuk ke klinik lain yang lebih mampu. d. Kegiatan KIP/K Setiap pasangan suami istri (klien) yang dirujuk oleh petugas lapangan KB ke klinik, sebelum memperoleh pelayanan kontrasepsi harus mendapatkan pelayanan KIP/K terlebih dahulu. Beberapa tahap yang perlu dilakukan dalam KIP/K adalah: 1) Menjajaki apa alasan klien memilih alat / metode kontrasepsi tersebut. 2) Menjajaki apakah klien sudah mengetahui / memahami alat / metode kontrasepsi yang dipilihnya tersebut. 3) Menjajaki apakah klien mengetahui jenis alat / metode kontrasepsi lain. 4) Bila belum mengetahui, perlu diberikan informasi mengenai hal hal diatas. 5) Berikan klien kesempatan untuk mempertimbangkan pilihannya kembali, kontrasepsi apa yang akan dipakai. 6) Jika diperlukan bantulah klien dalam proses pengambilan keputusan.
  • 30. 30 7) Berilah klien informasi bahwa apapun pilihannya sebelum diberikan pelayanan klien akan diperiksa terlebih dahulu kesehatannya sehingga belum tentu alat / metode kontrasepsi yang dipilihnya tersebut secara medis cocok buat dirinya. Hasil pembicaraan dengan klien diatas dicatat pada kartu konseling. Sesudah klien mengambil keputusan tentang alat / metode kontrasepsi yang akan dipakainya. e. Kegiatan Pelayanan Kontrasepsi Pemeriksaan kesehatan yang dlakukan meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik. Apabila dari hasil pemeriksaan kesehatan tidak didapati kontraindikasi, maka pelayanan kontrasepsi dapat dilakukan.Untuk pelayanan metode kontrasepsi jangka panjang Yaitu IUD, implant, dan kontap sebelum pelayanan dimulai kepada klien diminta untuk menandatangai informed consent form. f. Kegiatan Tindak Lanjut ( Pengayoman ) Selesai mendapatkan pelayanan kontrasepsi, petugas melakukan pemantauan kepada keadaan peserta KB dan diserahkan kembali kepada petugas lapangan KB. Hal ini karena pola pendekatan para PLKB adalah dengan kunjungan ke rumah- rumah para peserta KB khususnya peserta Kb baru. Oleh karena itu tugas kunjungan ini sekaligus dapat dimanfaatkan untuk memantau keadaan para peserta KB baru apakah dalam keadaan sehat ataukah mengalami efek samping ataupun komplikasi. 2.6 PELAYANAN KONTRASEPSI DENGAN BERBAGAI METODE 2.6.1 Metode KB Sederhana Tanpa Alat  KB alamiah Metode alamiah sering juga disebut dengan metode pantang berkala, yaitu tidak melakukan senggama pada masa subur seorang wanita yaitu sekitar waktu terjadinya ovulasi.  Cara kerja : Untuk menggunakan keluarga berencana alamiah secara efektif, pasangan perlu memodifikasi prilaku seksual mereka. Pasangan harus mengamati tanda-tanda
  • 31. 31 fertilitas wanita secara harian dan mencatatnya. Mengenal masa subur dan tidak melakukan aktifitas seksual pada masa subur jika tidak menginginkan kehamilan.  Efektivitas : Bila digunakan secara sempurna efektivitas metode KBA dapat mencapai 65%.  Manfaat : - Dapat digunakan baik untuk menghindari atau untuk menginginkan kehamilan - Tidak ada efek samping - Meningkatkan pengetahuan mengenai fungsi reproduksi wanita - Menumbuhkan kepercayaan diri tidak tergantung kepada kontrasepsi - Meningkatkan keterlibatan pihak pria - Tidak tergantung dengan tenaga medis - Ekonomis  Indikasi : - Keluarga Berencana Alamiah merupakan metode yang sesuai untuk : - Wanita yang mau mengamati tanda kesuburan - Wanita yang mempunyai siklus haid yang cukup teratur - Pasangan dengan tidak dapat mengguanakan metode lain - Tidak keberatan jika terjadi kehamilan  Metode Kalender Metode kalender atau pantang berkala merupakan metode keluarga berencana alamiah (KBA) yang paling tua. Pencetus KBA sistem kalender adalah dr. Knaus (ahli kebidanan dari Vienna) dan dr. Ogino (ahli ginekologi dari Jepang). Metode kalender ini berdasarkan pada siklus haid/menstruasi wanita. Knaus berpendapat bahwa ovulasi terjadi tepat 14 hari sebelum menstruasi berikutnya. Sedangkan Ogino berpendapat bahwa ovulasi tidak selalu terjadi tepat 14 hari sebelum menstruasi, tetapi dapat terjadi antara 12 atau 16 hari sebelum menstruasi berikutnya. Hasil penelitian kedua ahli ini menjadi dasar dari KBA sistem kalender. Metode kalender atau pantang berkala adalah cara/metode kontrasepsi sederhana yang dilakukan oleh pasangan suami istri dengan tidak
  • 32. 32 melakukan senggama atau hubungan seksual pada masa subur/ovulasi. Manfaat o Metode kalender atau pantang berkala dapat bermanfaat sebagai kontrasepsi maupun konsepsi. o Sebagai alat pengendalian kelahiran atau mencegah kehamilan. o Dapat digunakan oleh para pasangan untuk mengharapkan bayi dengan melakukan hubungan seksual saat masa subur/ovulasi untuk meningkatkan kesempatan bisa hamil. Keuntungan Metode kalender atau pantang berkala mempunyai keuntungan sebagai berikut: 1. Metode kalender atau pantang berkala lebih sederhana. 2. Dapat digunakan oleh setiap wanita yang sehat. 3. Tidak membutuhkan alat atau pemeriksaan khusus dalam penerapannya. 4. Tidak mengganggu pada saat berhubungan seksual. 5. Kontrasepsi dengan menggunakan metode kalender dapat menghindari resiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi. 6. Tidak memerlukan biaya. 7. Tidak memerlukan tempat pelayanan kontrasepsi. Keterbatasan Sebagai metode sederhana dan alami, metode kalender atau pantang berkala ini juga memiliki keterbatasan, antara lain: 1. Memerlukan kerjasama yang baik antara suami istri. 2. Harus ada motivasi dan disiplin pasangan dalam menjalankannya.
  • 33. 33 3. Pasangan suami istri tidak dapat melakukan hubungan seksual setiap saat. 4. Pasangan suami istri harus tahu masa subur dan masa tidak subur. 5. Harus mengamati sikus menstruasi minimal enam kali siklus. 6. Siklus menstruasi yang tidak teratur (menjadi penghambat). 7. Lebih efektif bila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain. Efektifitas Metode kalender akan lebih efektif bila dilakukan dengan baik dan benar. Sebelum menggunakan metode kalender ini, pasangan suami istri harus mengetahui masa subur. Padahal, masa subur setiap wanita tidaklah sama. Oleh karena itu, diperlukan pengamatan minimal enam kali siklus menstruasi. Selain itu, metode ini juga akan lebih efektif bila digunakan bersama dengan metode kontrasepsi lain. Berdasarkan penelitian dr. Johnson dan kawan-kawan di Sidney, metode kalender akan efektif tiga kali lipat bila dikombinasikan dengan metode simptothermal. Angka kegagalan penggunaan metode kalender adalah 14 per 100 wanita per tahun. Faktor Penyebab Metode Kalender Tidak Efektif Hal yang dapat menyebabkan metode kalender menjadi tidak efektif adalah: 1. Penentuan masa tidak subur didasarkan pada kemampuan hidup sel sperma dalam saluran reproduksi (sperma mampu bertahan selama 3 hari). 2. Anggapan bahwa perdarahan yang datang bersamaan dengan ovulasi, diinterpretasikan sebagai menstruasi. Hal ini menyebabkan perhitungan masa tidak subur sebelum dan setelah ovulasi menjadi tidak tepat. 3. Penentuan masa tidak subur tidak didasarkan pada siklus menstruasi sendiri. 4. Kurangnya pemahaman tentang hubungan masa subur/ovulasi dengan perubahan jenis mukus/lendir serviks yang menyertainya. 5. Anggapan bahwa hari pertama menstruasi dihitung dari berakhirnya perdarahan menstruasi. Hal ini menyebabkan penentuan masa tidak subur menjadi tidak tepat. Penerapan Hal yang perlu diperhatikan pada siklus menstruasi wanita sehat ada tiga tahapan:
  • 34. 34 1. Pre ovulatory infertility phase (masa tidak subur sebelum ovulasi). 2. Fertility phase (masa subur). 3. Post ovulatory infertility phase (masa tidak subur setelah ovulasi). Perhitungan masa subur ini akan efektif bila siklus menstruasinya normal yaitu 21-35 hari. Pemantauan jumlah hari pada setiap siklus menstruasi dilakukan minimal enam kali siklus berturut-turut. Kemudian hitung periode masa subur dengan melihat data yang telah dicatat. Bila haid teratur (28 hari) Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke-1 dan masa subur adalah hari ke-12 hingga hari ke- 16 dalam siklus haid. Contoh: Seorang wanita/istri mendapat haid mulai tanggal 9 Maret. Tanggal 9 Maret ini dihitung sebagai hari ke-1. Maka hari ke-12 jatuh pada tanggal 20 Maret dan hari ke 16 jatuh pada tanggal 24 Maret. Jadi masa subur yaitu sejak tanggal 20 Maret hingga tanggal 24 Maret. Sehingga pada masa ini merupakan masa pantang untuk melakukan senggama. Apabila ingin melakukan hubungan seksual harus menggunakan kontrasepsi. Bila haid tidak teratur Jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid dikurangi 18. Hitungan ini menentukan hari pertama masa subur. Jumlah hari terpanjang selama 6 siklus haid dikurangi 11. Hitungan ini menentukan hari terakhir masa subur. Rumus : Hari pertama masa subur = Jumlah hari terpendek – 18 Hari terakhir masa subur = Jumlah hari terpanjang – 11 Contoh: Seorang wanita/istri mendapat haid dengan siklus terpendek 25 hari dan siklus terpanjang 30 hari (mulai hari pertama haid sampai haid berikutnya).
  • 35. 35 Langkah 1 : 25 – 18 = 7 Langkah 2 : 30 – 11 = 19 Jadi masa suburnya adalah mulai hari ke-7 sampai hari ke-19. Sehingga masa ini, suami istri tidak boleh melakukan senggama. Apabila ingin melakukan senggama harus menggunakan kontrasepsi.  MetodeSuhuBadanBasal(Termal) Peninggian suhu badan basal 0,2-0,5 derajat celcius pada waktu ovulasi.Peninggian suhu badanbasalmulai1-2setelahovulasi,dandisebabkanolehpeninggianhormonprogesteron. Tehnik metode suhu badan basal: a) Umumnya digunakan termometer khusus dengan kalibrasi yang diperbesar (basaltermometer),meskipuntermometerbiasadapatjugadipakai. b) Waktu mengukur harus pada saat yang sama setiap pagi dan setelah tidur nyenyaksedikitnya3-5jamsertamasihdalamkeadaanistirahatmutlak. c) Pengukuran dilakukan secara :- Oral (3 menit)- Rektal (1 menit),ini cara terbaik- Vaginal Faktor- faktor yang mempengaruhi suhu badan basal : 1.Influenzaatauinfeksitraktusrespiratoriuslain 2.Infeksiataupenyakit-penyakitlainyangmeninggikansuhubadan. 3.Inflamasilidah,mulut,ataudaerahanus. 4.Faktor-faktorsituasionalsepertimimpiburuk,jetlag,menggantipokokbayipukul6pagi. 5.Jamtiduryangirregular 6.Pemakaianminumanyangpanasataudinginsebelumpengambilansuhubadanbasal 7.Pemakaianselimutelektris 8.Kegagalanmembacathermometerdenganbaikataubenar. Macam- macam peninggian suhu badan basal : o Peninggiansuhuyangmendadak(abrupt ).Iniyangpalingseringterjadi. o Peninggiansuhuyangperlahan-lahan(gradual) o Peninggiansuhuyangbertingkat,umumnyadidahuluipenurunansuhuyang cukuptajam.
  • 36. 36 o Peninggiansuhuseperti “ gigigeraji” Catatan : Pada beberapa kasus, kadang-kadang SBB sama sekali tidak meninggi selama ovulasi,atau kadang-kadangsudahmeninggipra-ovulasi. Demikian pula pada siklus haid yang an-ovulatoir, SBB tidak meninggi, dan iniditemukan pada: a. Gadismuda b. Klimakterium/pra-menopause c. Segerapostpartum/post-abortus d. Laktasi Bila terjadi fertilasi, corpus luteum akan berhenti bekerja, produksi horm progesteronemenurun danakhirnyasuhubadanbasalmenurun Suhubadanpost-ovulasiadalahlebihtinggidaripadasuhubadanpra-ovulasi,meskipuntidak terjadifertilasi. Efektifitas metode suhu badan basal: Angkakegagalan:0,3-6,6kehamilanpada100wanitapertahun.Kerugianutamametodesuhu badanbasalialahbahwaabstinenssudahharusdilakukanpadamasapra-ovulasi.  Metode Lendir Serviks (Billings) Perubahan siklus dari lendir serviks yang terjadi karena perubahan kadar estrogen. 1. Peranan Lendir Serviks Lendir serviks yang diatur oleh hormon estrogen dan progesterone ikut berperan dalam reproduksi. Pada setiap siklus haid diproduksi 2 macam lendir serviks oleh sel-sel serviks yaitu : Lendir type-E (estrogenic) Diproduksi pada fase akhir pra ovulasi dan fase ovulasi Sifat-sifatnya :  Banyak, tipis, seperti air (jernih) dan viskositas rendah.  Spin barkeit (elastisitas) besar spinnbarkeil adalah sampai seberapa jauh lendir dapat diregangkan sebelum putus.  Bila dikeringkan terjadi bentuk seperti daun pakis Spermatozoa dapat „menembus‟ lendir ini
  • 37. 37 Lendir type-G (Gestagenik) a. Diproduksi pada fase awal pra-ovulasi dan setelah ovulasi b. Sifat-sifat  Kental  Viskositas tinggi  Keruh (opaque) c. Diproduksi karena peninggian kadar progesterone d. Spermatozoa tidak dapat „menembus‟ lendir ini 2. Ciri-ciri lendir serviks pada berbagai fase dari siklus haid (30 hari) Fase I  Haid  Hari 1-5  Lendir bisa ada atau tidak dan tertutup oleh darah haid  Perasaan wanita basah dan licin Fase II  Pasca haid  Hari 6-10  Tidak ada lendir, atau hanya sedikit sekali  Perasaan wanita kering Fase III  Awal pra-ovulasi  Hari 11-13  Lendir keruh, kuning, putih dan liat  Perasaan wanita, liat dan/atau lembab Fase IV  Segera sebelum, pada saat dan sesudah ovulasi  Hari 14-17  Lendir bersifat jernih, licin, basah, dapat diregangkan  Dengan konsistensi seperti putih telur  Perasaan wanita basah Fase V  Pasca ovulasi  Hari 18-21  Lendir sedikit, keruh dan liat  Perasaan wanita liat/lembab Fase VI
  • 38. 38  Akhir pasca – ovulasi atau segera pra-haid  Hari 27-30  Lendir jernih dan seperti air  Perasaan  wanita liat, lembab dan basah 3. Teknik metode lendir serviks Abtinens dimulai pada hari pertama diketahui adanya lendir setelah haid dan berlanjut sampai dengan hari ke-empat setelah gejala pucat. 4. Penyulit-penyulit metode lendir serviks o Keadaan fisiologis : sekresi vagina karena rangsangan seksual o Keadaan patologis : infeksi vagina, serviks, penyakit-penyakit dan pemakaian obat o Keadaan psikologis : stress (fisik dan emosional) 5. Efektifitas metode lendir serviks o Angka kegagalan : 0,4 – 39,7 kehamilan pada 100 wanita pertahun. o Disamping abstinens pada saat yang diperlukan, masih ada 3 sebab lain terjadinya kegagalan (terjadi kehamilan) Pengeluaran lendir mulainya terlambat Gejala puncak (peat sympron) timbul terlalu awal/dini Lendir tidak dirasakan oleh si wanita atau dinilai/interprestasi salah  Metode Simptothermal Metode simptothermal merupakan metode keluarga berencana alamiah (KBA) yang mengidentifikasi masa subur dari siklus menstruasi wanita. Metode simptothermal mengkombinasikan metode suhu basal tubuh dan mukosa serviks. Tetapi ada teori lain yang menyatakan bahwa metode ini mengamati tiga indikator kesuburan yaitu perubahan suhu basal tubuh, perubahan mukosa/lendir serviks dan perhitungan masa subur melalui metode kalender. Metode simptothermal akan lebih akurat memprediksikan hari aman pada wanita daripada menggunakan
  • 39. 39 salah satu metode saja. Ketika menggunakan metode ini bersama-sama, maka tanda-tanda dari satu dengan yang lainnya akan saling melengkapi. Manfaat Metode simptothermal memiliki manfaat sebagai alat kontrasepsi maupun konsepsi. Metode simptothermal digunakan sebagai alat kontrasepsi atau menghindari kehamilan dengan tidak melakukan hubungan seksual ketika berpotensi subur (pantang saat masa subur). Metode simptothermal digunakan sebagai konsepsi atau menginginkan kehamilan dengan melakukan hubungan seksual ketika berpotensi subur. Efektifitas Angka kegagalan dari penggunaan metode simptothermal adalah 10-20 wanita akan hamil dari 100 pasangan setiap tahunnya. Hal ini disebabkan kesalahan dalam belajar, saran atau tidak ada kerjasama pasangan. Namun, studi lain juga menyatakan angka kegagalan dari metode simptothermal mempunyai angka kegagalan hanya 3 persen apabila di bawah pengawasan yang ketat. Hal yang Mempengaruhi Metode Simptothermal Menjadi Efektif Metode simptothermal akan menjadi efektif apabila: 1. Pencatatan dilakukan secara konsisten dan akurat. 2. Tidak menggunakan kontrasepsi hormonal, karena dapat mengubah siklus menstruasi dan pola kesuburan. 3. Penggunaan metode barier dianjurkan untuk mencegah kehamilan. Kerja sama dengan pasangan adalah perlu, karena ia harus bersedia untuk membantu untuk menghindari kehamilan baik dengan tidak melakukan hubungan seksual atau menggunakan beberapa metode penghalang selama hari-hari paling subur. Hal yang Mempengaruhi Metode Simptothermal Tidak Efektif Metode simptothermal dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain: 1. Wanita yang mempunyai bayi, sehingga harus bangun pada malam hari. 2. Wanita yang mempunyai penyakit. 3. Pasca perjalanan. 4. Konsumsi alkohol.
  • 40. 40 Hal-hal tersebut di atas dapat mempengaruhi pembacaan suhu basal tubuh menjadi kurang akurat. Pola Grafik Kesuburan pada Metode Simptothermal Pola grafik kesuburan tidak sesuai digunakan wanita pada kasus sebagai berikut: 1. Wanita yang memiliki pasangan seksual lebih dari satu. 2. Tidak ada komitmen antara pasangan suami istri untuk menggunakan metode simptothermal. 3. Wanita yang tidak dapat mengamati hari suburnya karena sifat wanita itu sendiri atau alasan lain. 4. Wanita yang ragu apakah dia mampu tidak melakukan hubungan seksual tanpa alat kontrasepsi barier minimal 10 hari setiap bulan atau menerapkan metode kontrasepsi lain di hari tidak amannya. 5. Wanita yang mempunyai resiko kesehatan/medis tertentu yang membahayakan jika dia hamil. 6. Wanita yang mengkonsumsi obat-obatan tertentu yang dapat mempengaruhi suhu basal tubuh, keteraturan menstruasi maupun produksi lendir serviks. Keuntungan Metode simptothermal mempunyai keuntungan antara lain: 1. Tidak ada efek fisik seperti obat-obatan, alat, bahan kimia atau operasi yang dibutuhkan. 2. Aman. 3. Ekonomis. 4. Meningkatkan hubungan kerjasama antar pasangan. 5. Dapat langsung dihentikan apabila pasangan menginginkan kehamilan. 6. Tidak memerlukan tindak lanjut atau alat kontrasepsi lain setelah belajar metode simptothermal dengan benar. Keterbatasan Metode simptothermal mempunyai keterbatasan antara lain:
  • 41. 41 1. Tidak cocok digunakan oleh wanita yang mempunyai bayi, berpenyakit, pasca perjalanan maupun konsumsi alkohol. 2. Metode simptothermal kurang efektif karena pengguna harus mengamati dan mencatat suhu basal tubuh maupun perubahan lendir serviks. 3. Metode simptothermal memerlukan kerjasama antara pasangan suami istri. 4. Pengguna harus mendapatkan pelatihan atau instruksi yang benar. Petunjuk bagi Pengguna Metode Simptothermal Pengguna/klien metode simptothermal harus mendapat instruksi atau petunjuk tentang metode lendir serviks, metode suhu basal tubuh maupun metode kalender. Hal ini bertujuan agar pengguna dapat menentukan masa subur dengan mengamati perubahan suhu basal tubuh maupun lendir serviks. 1. Klien dapat melakukan hubungan seksual hingga dua hari berikutnya setelah haid berhenti (periode tidak subur sebelum ovulasi). 2. Ovulasi terjadi setelah periode tidak subur awal yang ditandai dengan mulai keluarnya lendir dan rasa basah pada vagina sama dengan metode lendir serviks. Lakukan pantang senggama karena ini menandakan periode subur sedang berlangsung. 3. Pantang senggama dilakukan mulai ada kenaikan suhu basal 3 hari berurutan dan hari puncak lendir subur. 4. Apabila dua gejala ini tidak menentukan periode tidak subur awal, periode subur, periode tak subur akhir maka ikuti perhitungan periode subur yang terpanjang dimana masa pantang senggama harus dilakukan. Interpretasi Grafik Buat pengamatan Anda dalam urutan yang sama: 1. Tanyakan (nama, umur, grafik ke …, jumlah hari siklus terpanjang dan terpendek). 2. Apakah grafik suhu bifase terakhir? 3. Apakah grafik ini dari seorang wanita dalam keadaan khusus?
  • 42. 42 4. Menafsirkan grafik suhu (panjang siklus, pergantian hari, penerapan aturan “Three over Six”, mengenali hari pertama masa tidak subur setelah ovulasi). 5. Menafsirkan pola lendir serviks (mengenali perubahan lendir serviks pertama kali, menafsirkan pola lendir serviks berdasarkan petunjuk, mengenali lendir pada hari puncak subur, mengenali masa tidak subur sebelum dan setelah ovulasi, periksa lendir dengan suhu). 6. Menafsirkan perubahan pada serviks (pilihan), antara lain: perubahan serviks rendah, kaku, tertutup, serviks saat tidak subur dan perubahan serviks tinggi, lunak, terbuka, serviks saat subur. 7. Menerapkan perhitungan siklus sedikitnya 6 kali siklus (siklus terpendek dikurangi 20 untuk mengenali hari subur terakhir). 8. Amati perubahan yang terjadi. 9. Periksa bila terjadi hal yang mempengaruhi grafik seperti: gangguan, faktor stres, penyakit ataupun obat. 10. Terapkan petunjuk metode simptothermal ini dengan tepat (untuk merencanakan kehamilan atau mencegah kehamilan). Kode Warna Grafik Pewarnaan pada grafik metode simptothermal dapat membantu menafsirkan arti grafik. Contoh untuk menekankan fase siklus antara lain: Merah untuk periode menstruasi. Kuning untuk periode subur. Hijau untuk periode tidak subur. Contoh Pengamatan dan Pencatatan Grafik Simptothermal Di bawah ini merupakan contoh pengamatan dan pencatatan pada grafik simptothermal.
  • 44. 44  Coitus Interuptus coitus interuptus adalah senggama terputus atau ekspulsi pra ejakulasi atau pancaran ekstra vaginal atau withdrawal methods atau pull-out method. Dalam bahasa latin disebut juga interrupted intercourse. Coitus interuptus atau senggama terputus adalah metode keluarga berencana tradisional/alamiah, di mana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum mencapai ejakulasi. Cara Kerja Alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina, maka tidak ada pertemuan antara sperma dan ovum, dan kehamilan dapat dicegah. Ejakulasi di luar vagina untuk mengurangi kemungkinan air mani mencapai rahim. Efektifitas Metode coitus interuptus akan efektif apabila dilakukan dengan benar dan konsisten. Angka kegagalan 4-27 kehamilan per 100 perempuan per tahun. Pasangan yang mempunyai pengendalian diri yang besar, pengalaman dan kepercayaan dapat menggunakan metode ini menjadi lebih efektif. Manfaat Coitus interuptus memberikan manfaat baik secara kontrasepsi maupun non kontrasepsi. 1. Alamiah. 2. Efektif bila dilakukan dengan benar. 3. Tidak mengganggu produksi ASI. 4. Tidak ada efek samping. 5. Tidak membutuhkan biaya. 6. Tidak memerlukan persiapan khusus.
  • 45. 45 7. Dapat dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain. 8. Dapat digunakan setiap waktu. Manfaat non kontrasepsi 1. Adanya peran serta suami dalam keluarga berencana dan kesehatan reproduksi. 2. Menanamkan sifat saling pengertian. 3. Tanggung jawab bersama dalam ber-KB. Keterbatasan Metode coitus interuptus ini mempunyai keterbatasan, antara lain: 1. Sangat tergantung dari pihak pria dalam mengontrol ejakulasi dan tumpahan sperma selama senggama. 2. Memutus kenikmatan dalam berhubungan seksual (orgasme). 3. Sulit mengontrol tumpahan sperma selama penetrasi, sesaat dan setelah interupsi coitus. 4. Tidak melindungi dari penyakit menular seksual. 5. Kurang efektif untuk mencegah kehamilan. Penilaian Klien Klien atau akseptor yang menggunakan metode kontrasepsi coitus interuptus tidak memerlukan anamnesis atau pemeriksaan khusus, tetapi diberikan penjelasan atau KIE baik lisan maupun tertulis. Kondisi yang perlu dipertimbangkan bagi pengguna kontrasepsi ini adalah: Coitus Interuptus Sesuai untuk Tidak sesuai untuk Suami yang tidak mempunyai masalah dengan interupsi pra orgasmik. Suami dengan ejakulasi dini. Pasangan yang tidak mau metode Suami yang tidak dapat mengontrol
  • 46. 46 kontrasepsi lain. interupsi pra orgasmik. Suami yang ingin berpartisipasi aktif dalam keluarga berencana. Suami dengan kelainan fisik/psikologis. Pasangan yang memerlukan kontrasepsi segera. Pasangan yang tidak dapat bekerjasama. Pasangan yang memerlukan metode sementara, sambil menunggu metode lain. Pasangan yang tidak komunikatif. Pasangan yang membutuhkan metode pendukung. Pasangan yang tidak bersedia melakukan senggama terputus. Pasangan yang melakukan hubungan seksual tidak teratur. Menyukai senggama yang dapat dilakukan kapan saja/tanpa rencana. Cara Coitus Interuptus 1. Sebelum melakukan hubungan seksual, pasangan harus saling membangun kerjasama dan pengertian terlebih dahulu. Keduanya harus mendiskusikan dan sepakat untuk menggunakan metode senggama terputus. 2. Sebelum melakukan hubungan seksual, suami harus mengosongkan kandung kemih dan membersihkan ujung penis untuk menghilangkan sperma dari ejakulasi sebelumnya. 3. Apabila merasa akan ejakulasi, suami segera mengeluarkan penisnya dari vagina pasangannya dan mengeluarkan sperma di luar vagina. 4. Pastikan tidak ada tumpahan sperma selama senggama. 5. Pastikan suami tidak terlambat melaksanakannya. 6. Senggama dianjurkan tidak dilakukan pada masa subur.
  • 47. 47 2.6.2. Dengan Alat Pengertian Metode Barier Metode kontrasepsi dengan cara menghalangi pertemuan sperma dengan sel telur yang sifatnya sementara, yakni menghalangi masuknya sperma dari vagina sampai kanalis servikalis. Metode yang akan dibahas antara lain : A. Kondom bagi pria B. Barier intra vagina : o Diafragma o Kap serviks o Spons o Kondom bagi wanita A. Kondom Kondom bagi pria Kondom adalah salah satu ala t kontrasepsi yang terbuat karet/lateks, berbentuk tabung tidak tembus cairan dimana salah satu ujungnya tertutup rapat dandilengkapi kantung untuk menampung sperma. Kebanyakan kondom terbuat dari karet lateks tipis, tetapi ada yang membuatnya dari jaringan hewan (usus kambing) atau plastic (polietelin). (Niken, dkk, 2010 : 74) Pemakaian kondom dengan tujuan kontrasepsi baru dimulai kira-kira abad ke-18 di inggris. Pada mulanya kondom terbuat dari usus biri-biri. Pada tahun 1844 Goodyear telah berhasil membuat kondom dari karet. Yang kini paling umum dipakai ialah kondom dari karet ; kondom ini tebalnya kira-kira 0,05 mm. kini telah tersedia berbagai ukuran dengan bermacam-macam warna. (Prawirohardjo, Sarwono, 2009 : 539). Prinsip kerja kondom ialah sebagai perisai dari penis sewaktu melakukan koitus, dan mencegah pengumpulan sperma dalam vagina. Bentuk kondom adalah silindris dengan pinggir yang tebal pada ujung yang terbuka, sedang ujung yang buntu berfungsi sebagai penampung sperma. Diameternya biasanya kira-kira 31-
  • 48. 48 36,5 mm dan panjang lebih kurang 19 mm. kondom dilapisi dengan pelican yang mempunyai sifat spermatisid. (Prawirohardjo, Sarwono, 2009 : 539). Syarat-syarat standar yang harus dipenuhi oleh kondom : 1. Test elektronik - Untuk menemukan lubang kecil/”lubang jarum” pada kondom - Dasar test ini : karet tidak menghantarkan arus listrik 2. Test pengisian air (water volume test) - Untuk menemukan ada tidaknya lubang pada kondom - Kondom diisi dengan 300 cc air, diikat, dan diletakkan pada diletakkan pada kertas absorbent atau kain. 3. Kekuatan kondom - Ini merupakan factor terpenting dari kondom - Untuk menentukan kekuatan kondom dilakukan : o Test pengisian udara (air bust test) :  Kondom diisi dengan 20-25 liter udara  Test ini menguji kekuatan seluruh kondom o Tensile test :  Sebagian kecil dari kondom diregangkan dan diukur kekuatannya sampai bagian tersebut pecah. (minimal : 200 kg/cm2)  Test ini hanya menguji sebagian dari kondom 4. “Umur” kondom (aging) - Dilakukan pemanasan dari kondom pada 70 ± 2 c selama 166 ± 2 jam, lalu didiamkan pada suhu 23 ± 5 C selama 12-96 jam, lalu kondom dibuka dan diperiksa ada tidaknya kerusakan. 5. Kemasan kondom - Kemasan kondom harus kedap udara karena udara dapat merusak karet. - Demikian pula dengan panas dan cahaya, yang bila disertai adanya udara (O2) dapat mempercepat kerusakan karet 6. Ukuran kondom - Ada 2 kelas ukuran kondom : Kelas I : panjang 160 mm. lebar 52 ± 2 mm
  • 49. 49 Kelas II : panjang 150 mm, lebar 48 ± 2 mm - Umumnya ukuran standar kondom adalah : Panjang : minimal 160 mm Lebar : 45-55 mm Tebal : maksimal 0.07-0.16 mm (Hartanto,Hanafi, 2004 : 62-63) Tipe kondom terdiri dari : a. Kondom Biasa b. Kondom Berkontur (bergerigi) c. Kondom Beraroma d. Kondom tidak beraroma (Bari Saifuddin,Abdul, 2006 : MK 17) Macam-macam kondom : 1. Kulit a. Dibuat dari membrane usus biri-biri (caecum) b. Tidak meregang atau mengkerut c. Menjalarkan panas tubuh, sehingga dianggap tidak mengurangi sensitivitas selama sanggama d. Lebih mahal e. Jumlahnya < 1 % dari semua jenis kondom 2. Lateks a. Paling banyak dipakai b. Murah c. Elastic 3. Plastik a. Sangat tipis (0.025-0.035 mm) b. Juga menghantarkan panas tubuh c. Lebih mahal dari kondom lateks Keuntungan Kondom : (Hartanto,Hanafi, 2004 : 60) 1. Mencegah kehamilan
  • 50. 50 2. Memberi perlindungan terhadap PHS (Penyakit akibat hubungan seks) 3. Dapat diandalkan. 4. relatif murah. 5. Sederhana, ringan, disposable, reversible 6. Tidak memerlukan pemeriksaan medis, supervisi, atau follow up 7. Reversibel. 8. Pria ikut secara aktif dalam program KB. (Hartanto,Hanafi, 2004 : 62) Kerugian Kondom : 1) Angka kegagalan realtif tinggi 2) Perlu menghentikan sementara aktivitas dan spontanitas hubungan seks guna memasang kondom 3) Perlu dipakai secara konsisten, hati – hati dan terus menerus setiap sanggama (kurang praktis) (Hartanto,Hanafi, 2004 : 60) Efek sampingan kondom tidak ada, kecuali jika ada alergi terhadap bahan untuk membuat karet. (Prawirohardjo, Sarwono, 2009 : 539). Kontra Indikasi Kondom : 1. Absolut a) Pria dengan ereksi yang tidak baik b) Riwayat syok septik c) Tidak bertanggung jawab secara sexual d) Interupsi sexual foreplay menghalangi minat sexual e) Alergi terhadap karet atau lubrikan pada partner sexual 2. Relatif a) Interupsi foreplay yang mengganggu ekspresi sexual (Hartanto,Hanafi, 2004 : 65)
  • 51. 51 Indikasi: I.Pria : a. Penyakit genitalia b. Sensitivitas penis terhadap secret vagina c. Ejakulasi premature II.Wanita : a. Vaginistis, termasuk yang dalam pengobatan. b. Kontra indikasi terhadap kontrasepsi oral dan IUD, sedangkan pemasangan diafragma atau kap serviks secara anatomis atau psikologis tidak memungkinkan. c. Untuk membuktikan bahwa tidak ada semen yang dilepaskan di dalam vagina. 4. Metode temporer : - Belum mengadakan sanggama secara teratur - Selama haid - Selama mid-siklus pada pemakaian IUD - Selama siklus peretama dari kontrasepsi oral dosis-rendah - Gagal memakai kontrasepsi oral secara benar/tepat - Selama periode awal post-partum - Keengganan psikologis untuk bersentuhan dengan semen - Keengganan psikologis atau religious untuk menggunakan suatu kontraseptivum III.Pasangan pria dan wanita : a. Pengendalian diri dari pihak pria lebih diutamakan b. Sanggama yang jarang c. Penyakit kelamin (aktif atau tersangka) d. Herpes genitalis atau kondiloma akuminata e. Urethritis karena sebab apapun, termasuk yang sedang dalam terapi f. Sistitis, disuria atau pyuria, sampai penyebabnya ditegakkan g. Metode sementara sebelum menggunakan kontrasepsi oral atau IUD (Hartanto,Hanafi, 2004 : 61)
  • 52. 52 Cara Penggunaan Kondom Pria : 1. Pegang bungkus kondom dengan kedua belah tangan, lalu dorong kondom dengan jari ke posisi bawah. Tujuannya agar tidak tersobek saat membuka bungkusannya. Selanjutnya sobek bagian atas bungkus kondom. 2. Dorong kondom dari bawahagar keluar dari bungkusnya, kemudian pegang kondom dan perhatikan bagian yang menggulung harus berada disebelah luar. 3. pencet ujung kondom dengan ibu jari dan telunjuk agar tidak ada udara yang masuk dan letakkan pada kepala penis. 4. pada saat kondom dipasang, penis harus dalam keadaan tegang (ereksi). Pasanglah kondom dengan menggunakan telapak tangan untuk mendorong gulungan kondom hingga pangkal penis (jangan menggunakan kuku karena kondom dapat robek). 5. Setelah ejakulasi, cabut penis dari vagina ketika masih ereksi, dan tahan kondom di pangkal penisdengan jari agar kondom tidak lepas dan tidak meninggalkan air mani di vagina. 6. Setelah menggunakan, ikat kondom agar cairan sperma tidak keluar. Kondom bekas langsung dibuang ketempat yang bseharusnya, untuk mencegah mengkontaminasi orang lain, terutama anak-anak. (Niken,dkk, 2010 : 77) Efektivitas kondom ini tergantung dari mutu kondom dan dari ketelitian dalam penggunaannya. (Prawirohardjo, Sarwono, 2009 : 539) B.Barier Intra-vaginal Menghalangi masuknya spermatozoa ke dalam traktus genitalia interna wanita dan immobilisasi/mematikan spermatozoa oleh spermisidnya. (Hartanto, Hanafi, 2004 : 57) Keuntungan Metode Barier Intra-vaginal : 1) Mencegah kehamilan 2) Mengurangi insidens penyakit akibat hubungan seks (Hartanto, Hanafi, 2004 : 57)
  • 53. 53 Kerugian Metode Barier Intra-vaginal : 1) Angka kegagalan relatif tinggi 2) Aktivitas hubungan seks harus dihentikan sementara untuk memasang alatnya 3) Perlu dipakai secara konsisten, hati hati dan terus-menerus pada setiap sanggama. (Hartanto, Hanafi, 2004 : 57) Macam-macam Barier Intra-Vaginal : 1) Diafragma (Diaphragma) 2) Kap Serviks (Cervical cap) 3) Spons (Sponge) 4) Kondom Wanita Untuk mendapatkan efektivitas yang lebih tinggi, metode Barier Intra-vaginal harus dipakai bersama dengan spermisid. Faktor yang dapat mempengaruhi efektifitas metode ini, antara lain: a) Paritas b) Frekuensi sanggama c) Kemampuan untuk memakainya dengan benar d) Kebiasaan-kebiasaan akseptor e) Motivasi akseptor dalam pencegahan kehamilan (Hartanto, Hanafi, 2004 : 67)Ada satu hal sangat penting yang harus mendapat perhatian akseptor yang menggunakan metode Barrier Intra-vaginal yaitu kemungkinan timbulnya Sindrom SyokToksik (Toxic Shock Syndrom) (TSS) bila terjadi kelalaian dalam pemakaiannya. Sindrom Syok Toksik disebabkan oleh toxin yang dihasilkan bakteri Staphylococcus aureus. Sindrom Syok Toksik sering terjadi pada wanita yang memakai tampon (intra-vaginal) selama haid. (Hartanto, Hanafi, 2004 : 67-68) Calon akseptor metode Barier Intra-vaginal harus diberi instruksi-instruksi untuk mengurangi/mencegah risiko timbulnya Sindrom SyokToksik : 1. Cuci tangan dengan sabun sebelum memasang atau mengeluarkan alatnya
  • 54. 54 2. Jangan biarkan Barier Intra-vaginal insitu lebih lama dari 24 jam 3. Jangan menggunakan Barier Intra-vaginal pada saat haid, atau bila ada perdarahan per-vaginam, atau adanya vaginal discharge abnormal (pakailah kondom) 4. Setelah melahirkan bayi aterm, tunggu 6 – 12 minggu sebelum menggunakan metode Barier Intra-vaginal, (pakailah kondom) 5. Wanita harus diajari tanda-tanda bahaya TSS : a. Demam b. muntah c. Diarrhoe d. Nyeri otot tubuh e. rash (sunburn/seperti tersengat sinar matahari) 6. Bila menduga TSS, keluarkan alat kontrasepsinya dan hubungi petugas medis 7. Bila pernah mengalami TSS, pilih metode kontrasepsi lain. (Hartanto, Hanafi, 2004 : 68) I. Diafragma (Diaphragma) Pada tahun 1881 Mensinga dari Flensburg (Belanda) telah menciptakan untuk pertama kalinya diafragma vaginal guna mencegah kehamilan. Dalam bentuk aslinya, diafragma vaginal ini terbuat dari cincin karet yang tebal, dan diatasnya diletakkan selembar karet yang tipis. Kemudian dilakukan modifikasi dengan semacam per arloji ; di atasnya diletakkan karet tipis yang berbentuk kubah (dome). (Prawirohardjo, Sarwono, 2009 : 541). Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet) yang diinsersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks. (Bari Saifuddin, Abdul, 2006 : MK-21). Diafragma dapat dipasang 6 jam atau lebih sebelum melakukan sanggama. Bila sanggama dilakukan berulang kali pada saat yang sama, maka perlu ditambahkan spermisid setiap sebelum sanggama berikutnya. Diafragma tidak boleh dikeluarkan selama 6-8 jam setelah sanggama selesai, pembilasan (douching) tidak diperkenankan, diafragma dapat dibiarkan
  • 55. 55 didalam vagina selama 24 jam setelah sanggama selesai, lebih lama dari itu kemungkinan dapat timbul infeksi. (Hartanto,Hanafi, 2004 : 72-73) Ukuran diafragma vaginal yang beredar di pasaran mempuunyai diameter antara 55 sampai 100 mm. Tiap-tiap ukuran mempunyai perbedaan diameter masing-masing 5mm. Besarnya ukuran diafragma yang akan dipakai oleh akseptor ditentukan secara individual. (Prawirohardjo, Sarwono, 2009 : 541). Cara Kerja sebagai berikut : Menahan sperma agar tidak mendapatkan akses mencapai saluran alat reproduksi bagian atas (uterus dan tuba falopii) dan sebagai alat tempat spermisida. (Bari Saifuddin, Abdul, 2006 : MK-21) Manfaat nya ada 2 yaitu : 1. Manfaat kontrasepsi a. Efektif bila digunakan dengan benar b. Tidak mengganggu produksi ASI, tidak mengganggu kesehatan klien c. Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah terpasang sampai 6 jam sebelumnya d. Tidak menggangu kesehatan klien e. Tidak mempunyai pengaruh sistemik 2. Manfaat non kontrasepsi a. Salah atu perlindungan terhadap IMS/HIV/AIDS, khususnya apabila digunakan dengan spermisida. b. Bila digunakan pada saat haid, menampung darah menstruasi. (Bari Saifuddin, Abdul, 2006 : MK-21,22) Kerugian Diafragma : 1. Memerlukan tingkat motivasi yang tinggi dari pemakai  Pengertian Metode Kb Kimiawi
  • 56. 56 Metode kontrasepsi sangat beragam. Pada prinsipnya ada yang dilakukan secara alami, mekanik, dan kimiawi. Metode alami dilakukan dengan cara tidak melakukan hubungan pada masa subur sang istri. Cara alami lainnya adalah dengan pencabutan sebelum ejakulasi. Secara mekanik pada prinsipnya adalah mencegah sperma bertemu dengan sel telur. Hal ini dilakukan dengan menggunakan kondom, IUD, dan vasektomi. Sedangkan secara kimiawi yaitu dengan cara mencegah ovulasi (proses pelepasan sel telur dari indung telur) dengan menggunakan pil KB, suntik, implan (susuk), ataupun preparat yang menghentikan atau membunuh sperma pada saat bersentuhan (spermisida) pada busa vagina, krem, jel dan supositoria vagina. B. Alat Konrasepsi Yang Termasuk Kedalam Kb Kimiawi 1) Kontrasepsi Pil KB/Pil Progestin (MINIPIL) Pil KB adalah kontrasepsi untuk mencegah kehamilan dengan cara menelan pil setiap hari secara teratur. Pil KB yang mengandung hormon estrogen dan progestin ini mencegah terjadinya kehamilan dengan cara meniadakan ovulasi (pengeluaran telur dari indung telur) dan mengentalkan lendir mulut rahim sehingga sperma sulit memasuki rahim. Pil KB tidak menggugurkan kehamilan yang telah terjadi. Profil o Cocok untuk perempuan menyusui yang ingin memakai pil KB o Sangat efektif pada masa laktasi o Dosis rendah o Tidak menurunkan produksi ASI o Tidak memberikan efek samping estrogen o Efek samping utama adalah gangguan perdarahan, perdarahan bercak atau perdarahan tidak teratur o Dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat Jenis Mininpil : Kemasan dengan isi 35 pil: 300 μg levonorgestrel atau 350 μg noretindron Kemasan dengan isi 28 pil: 75 μg norgestrel
  • 57. 57 Cara Keja Minipil : Menekan sekresi godanotropin dan sintesi steroid seks di ovarium (tidak begitu kuat).Endometrium mengalami transformasi lebih awal sehingga implantasi lebih sulit. Mengentalkan lender serviks sehingga menghambat penetras sperma Mengubah motilitas tuba sehingga transfortasi sperma terganggu. Efektifitas Sangat efektif (98,5%). Pada penggunaan minipil jangan sampai terlupa satu-dua tablet atau jangan sampai terjadi gangguan gastrointerstinal (muntah,diare), karena akibatnya kemungkinan terjadi kehamilan sangat besar. Penggunaan obat-obat mukolitik asetilsistein bersamaan dengan minipil pelu dihindari karena mukolitik jenis ini dapat meningkatkan penetrasi sperma sehingga kemampuan kontraseptif dari minipil dapat terganggu. Agar didapatkan kehandalan yang tinggi, maka:  Jangan sampai ada tablet yang lupa  Tablet digunakan pada jam yang sama (malam hari)  Senggama sebaiknya dilakukan 3-20 jam setelah penggunaan minipil Keuntungan Kontrasepsi Pil KB: a. Sangat efektif bila digunakan secara benar b. Tidak mengganggu hubungan seksual c. Tidak mempengaruhi ASI d. Kesuburan cepat kembali e. Nyaman dan mudah digunakan f. Sedikit efek samping g. Tidak mengandung estrogen Keterbatasan: Hampir 30-60% mengalami gangguan haid (perdarahan sela, spotting, amenorea) Peningkatan/ penurunan berat badan. Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama Bila lupa satu pil saja, kegagalan menjadi lebih besar Payudara menjadi lebih tegang, mual, pusing, dermatitis atau jerawat
  • 58. 58 Resiko kehamilan ektopik cukup tingggi (4 dari 100 kehamilan), tetapi resiko ini lebih rendah jika dibandingkan dengan perempuan yang tidak menggunakan minipil. Efektifitasnya menjadi rendah bila digunakan bersamaan dengan obat tuberculosis atau obat epilepsy. Tidak melindungi diri dari infeksi menular seksual atau HIV/AIDS. Hirsutisme (tunbuh rambut/ bulu berlebihan di daerah muka), tetapi sangat jarang terjadi. Yang Boleh Menggunakan Minipil: o Usia reproduksi o Telah memiliki anak, atau yang belum memiliki anak o Menginginkan suatu metode kontrasepsi yang sangat efektif selama periode menyusui. o Pascapersalinan dan tidak menyusui. o Pascakeguguran. o Perokok segala usia. o Mempunyai tekana darah tinggi ( selama< 189/110 mmHg) atau dengan masalah pembekuan darah Tidak boleh menggunakan estrogen atau lebih senang tidak menggunakan estrogen. Yang Tidak Boleh Menggunakan Minipil: o Hamil atau diduga hamil. o Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya. o Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid. o Menggunakan obat tuberculosis (rifampisin), atau obat untuk epilepsy. o (fenitoin dan barbiturate) Kanker payudara atau riwayat payudara. o Sering lupa menggunakan pil. o Mioma uterus. Progestin memicu pertumbuhan mioma uterus. o Riwayat stroke. Progestin menyebabkan spasme pembuluh darah. o Waktu Mulai Menggunakan Minipil: - Mulai hari pertama sampai ke-5 siklus haid. Tidak diperlukan pencegahan dengan kontrasepsi lain.
  • 59. 59 - Dapat digunakan setiap saat, asal saja tidak terjadi kehamilan. Bila menggunakannya setelah hari ke-5 siklus haid, jangan melakukan hubungan seksual selam 2 hari atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 2 hari saja. - Bila klien tidak haid (aminore), minipil dapat digunakan setiap saat, asal saja diyakini tidak hamil. Jangan melakukan hubungan seksual selama 2 hari atau menggunakan alat kontrasepsi lain untuk 2 hari saja. - Bila menyusui antara 6 minggi dan 6 bulan pascapersalinan dan tidak haid, minipil dapat dimulai setiap saat. Bila menyusui penuh, tidak memerlukan metode kontrasepsi tambahan. - Bila lebih dari 6 minggu pascapersalinan dank lien telah mendapat haid, minipil dapat dimulai pada hari 1-5 siklus haid. - Minipil dapat segera diberikan pascakeguguran. - Bila klien sebelumnya menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin menggantinya dengan minipil, minipil dapat segera diberikan, bila saja kontrasepsi sebelumnya digunakan dengan benar atau ibu tersebut tidak sedang hamil. Tidak perlu menunggu sampai datangnya haid berikutnya. - Bila kontrasepsi yang sebelumnya adalah kontrasepsi suntikan, minipil diberikan pada jadwal suntikan berikutnya. Tidak diperlukan penggunaan metode kontrasepsi yang lain. - Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi nonhormonal dan ibu tersebut ingin menggantinya dengan minpil, minipil diberikan pada hari 1-5 siklus haid dan tidak memerlukan metode kontrasepsi lain. - Bila kontrasepsi sebelumnya yang digunakan adalah AKDR (termasuk AKDR yang mengandung hormone), minipil dapat diberikan pada 1-5 siklus haid. Dilakukan pengangkatan AKDR. Kapan akseptor suntik harus datang untuk kunjungan ulang (follow-up)? 1) Pada saat jadual ulangan penyuntikan (1 bulan untuk cyclofem, 2 bulan untuk noristerat dan 3 bulan untuk Depo provera). 2) Bila berhalangan, dapat datang sebelum waktu kunjungan berikutnya.
  • 60. 60 3) Bila tidak dapat datang pada jadual berikutnya, pakai perlindungan ganda (kondom, spermisida, sampai bisa datang untuk suntikan. Kontrasepsi Implan • Efektif 5 tahun untuk Norplant, 3 tahun untuk jadena , indoplant, atau implanon. • Nyaman • Dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi • Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan • Kesuburan segera kembali setelah implant dicabut • Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan bercak dan amenorea • Aman dipakai pada masa laktasi. Jenis: o Norplant,terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm,dengan diameter 2,4 mm,yang diisi dengn 36 mg Levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun. o Implanon,terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm, dan diameter 2 mm,yang diisi dengan 68 mg 3-keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun. o Jadena dan indoplan , terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg Levonor- gestrel dengan lama kerja 3 tahun. Cara kerja: • Lendir servik menjadi kental • Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi • Mengurangi transportasi sperma • Menekan ovulasi Efektivitas: Sangat efektif (kegagalan 0,2-1 kehamilan per 100 perempuan) Keuntungan kontrasepsi: • Daya guna tinggi • Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun)
  • 61. 61 • Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan • Tidak memerlukan pemeriksaan dalam • Bebas dari pengaruh estrogen • Tidak mengganggu kegiatan senggama • Tidak mengganggu ASI • Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan • Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan Keterbatasan Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa perdarahan bercak (spotting), hipermenorea, atau meningkatnya jumlah darah haid, serta amenorea. Timbulnya keluhan-keluhan, seperti: • Nyeri kepala • Peningkatan/penurunan berat badan • Nyeri payudara • Perasaan mual • Kepala pusing • Perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan (nervousness) • Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan • Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual termasuk AIDS • Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi ini sesuai dengan keinginan, akan tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan. • Efektivitasnya menurun bila menggunakannya obat-obat tuberculosis (rifampisin) atau obat epilepsy (fenitoin dan barbiturat) • Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per 100.000 perempuan per tahun) Yang boleh menggunakan implant: • Usia reproduksi • Telah memiliki anak ataupun yang belum
  • 62. 62 • Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektivitas tinggi dan menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang • Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi • Pascaperslinan dan tidak menyusui • Pasca keguguran • Tidak menginginkn anak lagi tetepi menolak sterilisasi • Riwayat kehamilan ektopik • Tekanan darah<180/110mmHg, • Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yg mengandung estrogen • Sering lupa menggunakan pil. Yang tidak boleh menggunakan implant: - Hamil atau diduga hamil - Perdarahan pervaginam yg belum jelas penyebab nya - Bejolan/kangker payudara atau riwayat kangker payudara - Tidak dapat menerima perubahan pola haid yg terjadi - Miom uterus dan kangker payudara. - Waktu mulai menggunakan implant: Setiap saat selama siklus haid ke-2 sampai hari ke-7 tidak diperlikan metode kontrasepsi tambahan.Insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini tidak terjadi kehamilan. Bila diinsersi setelah hari ke-7 siklus haid, klien jangan melakukan hubungan seksual, atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja. Bila klien tidak haid, insersi dapat dilakukan setiap sat, asal saja tidak diyakini terjadinya kehamilan, jangan melakukan hubungan seksual/ gunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja. Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pasca persalinan,insersi dapat dilakukan setiap saat. Bila menyusui penuh, klien tidak perlu memakai metode kontrasepsi lain. Bila setelah 6 minggu melahirkan dan telah terjadi haid kembali, insersi dapat dilakukan setiap saat, tetapi jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.
  • 63. 63 Bila klien menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin menggantinya dengan implant, insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini klien tersebut tidak hamil, atau klien menggunakan kontrasepsi terdahulu dengan benar. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi nonhormonal (kecuali AKDR) dan ingin menggantinya dengan implant, insersi implan dapat dilakukan setiap saat, asal diyakini klien tidak hamil. Tidak perlu menunggu sampai datangnya haid berikut nya. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah AKDR dan klien ingin menggantinya dengan imlpan, implan dapat diinsersikan pada saat haid hari ke 7 dan klien jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau gunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja. AKDR segera dicabut. Pascakeguguran implan dapat segera diinsersikan. 4). Kontrasepsi Spermisida Spermisida merupakan alat kontrasepsi yang menyediakan barier mekanik untuk penetrasi sperma. Dipasarkan dalam bentuk krim, jelly, supositoria, film dan foam (aerosol), zat aktifnya adalah nonoxynol-9 atau octoxynol-9. Penelitian menunjukkan preparat yang paling efektif adalah mengandung 100 mg nonoxynol-9 (Raymond et.al, 2004). Kebanyakan dapat dibeli tanpa resep dokter. Cara pemakaiannya: spermisida harus dideposit di dalam vagina yang berkontak dengan serviks sesaat sebelum senggama. Durasi penggunaannya sekitar satu jam, dan harus diaplikasikan lagi jika mengulangi senggama. Penggunaan yang inkonsisten menyebabkan angka kehamilan yang tinggi. Spermisida dalam penggunaan saat ini ternyata dapat memberikan proteksi parsial terhadap penyakit menular seksual seperti gonore (Feldblum dan Fortney, 1988). Spermisida tidak bersifat teratogenik (Brigss et.al, 2002). Cara mengaplikasikan spermisida. Pemberian aerosol dengan bantuan aplikator (kiri) dan jenis suppositoria (kanan). DEFENISI MINIPIL Minipil adalah pil KB yang hanya mengandung hormon progesteron dalam dosis rendah. Minipil atau pil progestin disebut juga pil menyusui. Dosis progestin yang
  • 64. 64 digunakan 0,03-0,05 mg per tablet. B. JENIS MINI PIL Mini pil terbagi dalam 2 jenis yaitu: 1. Mini pil dalam kemasan dengan isi 28 pil : mengandung 75 mikro gram desogestrel. 2. Mini pil dalam kemasan dengan isi 35 pil : mengandung 300 mikro gram levonogestrel atau 350 mikro gram noretindron. Contoh minipil antara lain: - Micrinor, NOR-QD, noriday, norod mengandung 0,35 mg noretindron. - Microval, noregeston, microlut mengandunng 0,03 mg levonogestrol. - Ourette, noegest mengandung 0,5 m g norgeestrel. - Exluton mengandung 0,5 mg linestrenol. - Femulen mengandung 0,5 mg etinodial diassetat. C. CARA KERJA MINIPIL Cara kerja dari kontrasepsi pil progestin atau minipil dalam mencegah kehamilan antara lain dengan cara: 1. Menghambat ovulasi. 2. Mencegah implantasi. 3. Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi sperma. 4. Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma menjadi terganggu. D. EFEKTIFITAS MINIPIL Pil progestin atau minipil sangat efektif (98,5%). Penggunaan yang benar dan konsisten sangat mempengaruhi tingkat efektifitasnya. Efektifitas penggunaan minipil akan berkurang pada saat mengkonsumsi obat anti konvulsan (fenitoin), carbenzemide, barbiturat, dan obat anti tuberkulosis (rifampisin). Adapun cara untuk menjaga kehandalan minipil antara lain: 1. Minum pil setiap hari pada saat yang sama. 2. Penggunaan minipil jangan sampai ada yang lupa.
  • 65. 65 3. Senggama dilakukan 3-20 jam setelah minum minipil. 4. Dari bukti penelitian kehandalan minipil lebih pada wanita yang berusia tua dibandingkan dengan yang bersusia muda. E. KERUGIAN MINIPIL Kontrasepsi pil progestin atau minipil mempunyai kerugian, antara lain: 1. Memerlukan biaya, harus selalu tersedia. 2. Efektifitas berkurang apabila menyusui juga berkurang. 3. Penggunaan mini pil bersamaan dengan obat tuberkulosis atau epilepsi akan mengakibatkan efektifitas menjadi rendah. 4. Mini pil harus diminum setiap hari dan pada waktu yang sama. 5. Angka kegagalan tinggi apabila penggunaan tidak benar dan konsisten. 6. Tidak melindungi dari penyakit menular seksual termasuk HBV dan HIV/AIDS 7. Mini pil tidak menjamin akan melindungi dari kista ovarium bagi wanita yang pernah mengalami kehamilan ektopik. F. KEUNTUNGAN MINIPIL Adapun keuntungan dari penggunaan kontrasepsi minipil adalah sbb: o Cocok sebagai alat kontrasepsi untuk perempuan yang sedang menyusui. o Sangat efektif untuk masa laktasi, Dosis gestagen rendah. o Tidak menurunkan produksi ASI. o Tidak mengganggu hubungan seksual. o Kesuburan cepat kembali, dapat mengurangi disminorhe o Tidak memberikan efek samping estrogen. o Tidak ada bukti peningkatan resiko penyakit kardiovaskuler, resiko tromboemboli vena dan resiko hipertensi. o Cocok untuk perempuan yang menderita diabetes mellitus. o Cocok untuk perempuan yang tidak bias mengkomsumsi estrogen. G. EFEK SAMPING PENGGUNAAN MINIPIL Efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan pil progestin atau mini pil antara lain: