SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
Download to read offline
1
Pertemuan I
Topik : Faktor-faktor Penyebab Masalah Gizi
Dosen: Nadiyah, S.Gz, M.Si, CSRS
Prodi : Ilmu Gizi/FIKES
Faktor-faktor Penyebab Masalah Gizi
Secara umum banyak sekali faktor yang terkait dengan timbulnya masalah
gizi, antara lain faktor asupan zat gizi dan penyakit infeksi dan berbagai faktor
lainnya, ketersediaan pangan dalam keluarga, asuhan ibu terhadap anak, dan
berbagai faktor yang lebih makro lainnya seperti faktor ekonomi, politik yang
berujung pada asupan zat gizi yang tidak sesuai dengan yang dibutuhkan, sehingga
akan menyebabkan kasus gizi kurang ataupun gizi lebih.
Berdasarkan kerangka UNICEF, permasalahan stunting berkaitan dengan
ketidakcukupan asupan dan dapat juga disebabkan infeksi yang merupakan
immediate cause (penyebab langsung). Sedangkan penyebab yang mendasari
(underlying cause) dapat berupa tidak cukupnya akses pangan ataupun akses
pelayanan kesehatan dasar, pola asuh dan sanitasi yang tidak memadai. Basic
cause atau penyebab dasar dapat berupa rendahnya tingkat pendidikan dan tingkat
ekonomi.
Gambar 1. Kerangka Pikir penyebab timbulnya masalah gizi berikut.
2
Dalam pengembangannya, Kementerian Kesehatan dapat mengembangkan
untuk keperluan program intervensi Kesehatan sebagaimana terlihat pada gambar 2
berikut.
Gambar 2. Diagram masalah gizi dan Intervensi Program
1. Masalah Ekonomi Dan Politik
Dalam bahasan berikut ini, model yang digunakan adalah diagram pada
Gambar 2. Hal mendasar dalam diagram tersebut adalah krisis politik dan ekonomi
yang pada akhirnya dapat menyebabkan timbulnya masalah gizi. Dengan mengacu
pada Dasar pembangunan nasional, tujuan pembangunan nasional, sebagaimana
yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu: Melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berlandaskan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Berdasarkan diagram pada Gambar 1. di atas, hal mendasar atau akar
terjadinya berbagai masalah termasuk masalah gizi dimulai dari pengelolaan
Negara. Apabila pengelolaan negara yang terbagi dalam 3 kekuatan politik, yaitu
Legislatif, Eksekutif dan Yudikatif tidak dapat melaksanakan tujuan pembangunan
3
negara sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dengan baik, maka
kesejahteraan umum tidak dapat tercapai secara optimal. Sebagai contoh dari akar
masalah adalah besarnya penyelewengan anggaran pembangunan yang sudah
berakar pada para pengelola Anggaran Pembangunan Negara (APBN) sejak dulu.
Menurut Prof. Sumitro Djojohadikusumo kebocoran terhadap dana pembangunan
sekitar 30 persen pada tahun 1989 sampai dengan 1993. Keadaan ini sampai
sekarang masih terjadi sungguhpun Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sudah
bekerja keras. Menurut Badan antikorupsi dunia yang berkantor di Berlin pada bulan
Januari 2017, Indeks Persepsi Korupsi ini menempatkan Indonesia di peringkat ke
90 dengan skor 37. Singapura yang berada pada peringkat ketujuh dengan skor
Coruption Percepcion Index (CPI) 87 adalah negara di Asia yang dinilai paling bebas
korupsi. Disusul Brunei Darusalam di peringkat 41 dengan skor 58 dan Malaysia di
peringkat 55 dengan skor 49.
Dampak korupsi akan sangat membebani masyarakat karena:
a. Korupsi menyebabkan turunnya kualitas pelayanan publik.
b. Korupsi menyebabkan terenggutnya hak-hak dasar warga negara.
c. Korupsi menyebabkan rusaknya sendi-sendi prinsip dari sistem
pengelolaan keuangan negara.
d. Korupsi menyebabkan terjadinya pemerintahan boneka.
e. Korupsi dapat meningkatkan kesenjangan sosial.
f. Korupsi dapat menyebabkan hilangnya kepercayaan investor.
g. Korupsi dapat menyebabkan terjadinya degradasi moral dan etos kerja.
Selanjutnya, ketidakcakapan para pemimpin dalam mengelola negara akan
berdampak pada rendahnya mutu pendidikan, rendahnya kualitas sumber daya
manusia, menyebabkan negara tidak mampu membuka lapangan kerja, yang
berdampak pada tingginya pengangguran, dan mengakibatkan munculnya
kemiskinan.
Sosial ekonomi keluarga mempengaruhi ukuran dan pola asuh keluarga.
Kelompok perempuan yang tidak sekolah, petani/nelayan/buruh, dan status ekonomi
terendah cenderung mempunyai anak 7 atau lebih, lebih tinggi dari kelompok
lainnya. Umur pertama menikah pada usia sangat muda (10-14 tahun) cenderung
lebih tinggi pada kelompok perempuan yang tidak sekolah (9.5%), kelompok
4
petani/nelayan/buruh (6.3%), serta status ekonomi terendah/kuintil 1 (6.0%). Ada
kecenderungan semakin tinggi tingkat pendidikan dan status ekonomi, semakin
tinggi cakupan tiap jenis imunisasi (Riskesdas 2010).
Keadaan masyarakat yang terdidik dan memiliki status ekonomi yang baik,
akan jauh lebih mampu menyediakan pangan, mengasuh anak-anaknya serta
menjangkau pelayanan kesehatan yang baik, yang pada akhirnya mencapai tingkat
status gizi yang baik.
2. Ketersediaan Pangan di Tingkat Rumah Tangga
a. Ketersediaan bahan pangan
Ukuran ketersediaan pangan dalam rumah tangga adalah jumlah yang cukup
tersedia bagi untuk konsumsinya sesuai dengan jumlah anggota keluarganya. Bagi
petani, ketersediaan ini harus mampu memberikan suplai pangan yang diperlukan
antara musim panen saat ini dengan musim panen berikutnya. Bagi keluarga yang
tidak bertumpu pada pertanian, ketersediaan pangan harus ditopang dengan
kemampuan penghasilan rumah tangga yang mampu membeli pangan sepanjang
tahun.
b. Stabilitas ketersediaan
Stabilitas ketersediaan pangan adalah kemampuan rumah tangga untuk
menyediakan makan 3 kali sehari sepanjang tahun sesuai dengan kebiasaan makan
penduduk di daerah tersebut.
c. Aksesibilitas/keterjangkauan terhadap pangan
Indikator aksesibilitas/keterjangkauan dalam pengukuran ketahanan pangan
di tingkat rumah tangga dilihat dari kemudahan rumah tangga memperoleh pangan,
yang diukur dari pemilikan lahan (misal sawah untuk provinsi Lampung dan ladang
untuk provinsi NTT) serta cara rumah tangga untuk memperoleh pangan.
3. Kualitas Keamanan pangan
a. Kualitas keamanan pangan baik.
Dalam rumah tangga yang terbaik adalah kemampuan rumah tangga untuk
menyediakan pangan yang memenuhi gizi seimbang. Dalam pengeluaran untuk
5
pangan, rumah tangga ini memiliki pengeluaran untuk lauk-pauk berupa protein
hewani dan nabati atau protein hewani saja.
b. Kualitas keamanan pangan kurang baik
Rumah tangga dengan kualitas keamanan pangan kurang baik adalah rumah
tangga yang dalam mencukupi kebutuhan pangannya hanya memiliki pengeluaran
untuk lauk-pauk berupa protein nabati saja.
c. Kualitas bahan pangan tidak baik
Rumah tangga dengan kualitas bahan pangan tidak baik adalah rumah
tangga yang tidak memiliki pengeluaran untuk lauk-pauk berupa protein baik hewani
maupun nabati.
World Health Organization mendefinisikan tiga komponen utama ketahanan
pangan, yaitu: Ketersediaan pangan, akses pangan, dan pemanfaatan pangan.
Ketersediaan pangan adalah kemampuan memiliki sejumlah pangan yang cukup
untuk kebutuhan dasar. Akses pangan adalah kemampuan memiliki sumber daya,
secara ekonomi maupun fisik, untuk mendapatkan bahan pangan bernutrisi.
Pemanfaatan pangan adalah kemampuan dalam memanfaatkan bahan pangan
dengan benar dan tepat secara proporsional. FAO menambahkan komponen
keempat, yaitu kestabilan dari ketiga komponen tersebut dalam kurun waktu yang
panjang.
D. ASUHAN IBU DAN ANAK
Pengasuhan anak dimanifestasikan sebagai memberi makan, merawat
(menjaga kesehatannya), mengajari dan membimbing (mendorong dan stimulasi
kognitif anak). Praktek pengasuhan dalam hal pemberian makan meliputi pemberian
ASI, pemberian makanan tambahan yang berkualitas, penyiapan dan penyimpanan
makanan yang higinis. Praktek pengasuhan dalam perawatan anak adalah
pemberian perawatan kesehatan kepada anak sehingga dapat mencegah anak dari
penyakit, yang meliputi imunisasi dan pemberian suplemen pada anak. Sedangkan
praktek pengasuhan dalam stimulasi kognitif adalah dukungan emosional dan
stimulasi kognitif yang diberikan oleh orang tua atau pengasuh untuk mendukung
perkembangan anak yang optimal, yang meliputi ketersediaan alat bermain yang
6
mendukung perkembangan mental, 5 motorik dan sosial; pemberian ASI dan
stimulasi yang diberikan pengasuh serta interaksi anak-orang tua.
Berdasarkan kajian UNICEF, Ada tiga hambatan utama terhadap peningkatan
gizi dan perkembangan anak di Indonesia:
1. Pertama
Pada umumnya, ibu, keluarga dan masyarakat tidak tahu bahwa masalah gizi
merupakan sebuah masalah. Masyarakat baru menyadari apabila gizi kurang
tersebut berbentuk anak yang sangat kurus atau sudah menderita sakit. Sedangkan
masalah anak pendek dan gizi ibu tidak mudah dilihat. Oleh karena ketidaktahuan
akan masalah gizi tersebut, sering kali Ibu keluarga dan masyarakat tidak mampu
melaksanakan pengasuhan anak dengan baik. Banyak upaya-upaya yang diarahkan
secara tidak tepat untuk menangani anak yang sangat kurus. Intervensi sering tidak
diarahkan pada sistem untuk menanggulangi gizi kurang pada ibu dan anak-anak.
2. Kedua
Banyak pihak menghubungkan gizi kurang dengan kurangnya pangan dan
percaya bahwa penyediaan pangan merupakan jawabannya. Ketersediaan pangan
bukan penyebab utama gizi kurang di Indonesia, meskipun kurangnya akses ke
pangan karena kemiskinan merupakan salah satu penyebab. Bahkan juga
ditemukan anak-anak dari dua kuintil kekayaan tertinggi menunjukkan anak pendek
dari menengah sampai tinggi, sehingga penyediaan pangan saja bukan merupakan
solusi.
Data lain juga menunjukkan bahwa produksi pertanian dan pendapatan yang
lebih tinggi tidak menjamin perbaikan gizi. Walaupun di beberapa negara, seperti
Morocco, Nicaragua, Peru dan Turki, status gizi balita dari golongan kuintil paling
kaya jauh lebih baik daripada balita dari golongan kuintil termiskin, tetapi di negara-
negara lain proporsi balita kekurangan gizi tidak berbeda jauh antar tingkat
pendapatan, misalnya di Kamboja, Ethiopia, Kazakhstan, Madagaskar, Niger,
Tanzania, Turkmenistan. Di India dan seperti beberapa negara lainnya, ada 26%
anak prasekolah dari golongan kuintil terkaya mengalami kekurangan gizi (World
Bank 2006).
3. Ketiga
7
Pengetahuan keluarga balita dan masyarakat yang tidak memadai dan
praktek-praktek yang tidak tepat merupakan hambatan signifikan terhadap
peningkatan gizi. Pada umumnya, orang tidak menyadari pentingnya gizi selama
kehamilan dan dua tahun pertama kehidupan.
E. PELAYANAN KESEHATAN
Secara umum tujuan utama pelayanan kesehatan masyarakat adalah
pelayanan preventif (pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan) dengan
sasaran masyarakat. Namun secara terbatas pelayanan kesehatan masyarakat juga
melakukan pelayanan kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan). Oleh karena
ruang lingkup pelayanan kesehatan masyarakat menyangkut kepentingan rakyat
banyak, dengan wilayah yang luas dan banyak daerah yang masih terpencil,
sedangkan sumber daya pemerintah baik tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan
sangat terbatas, maka sering program pelayanan kesehatan tidak terlaksana dengan
baik.
Berkaitan dengan peranannya sebagai faktor penyebab tidak langsung
timbulnya masalah gizi, selain sanitasi dan penyediaan air bersih, kebiasaan cuci
tangan dengan sabun, buang air besar di jamban, tidak merokok dan memasak di
dalam rumah, sirkulasi udara dalam rumah yang baik, ruangan dalam rumah terkena
sinar matahari dan lingkungan rumah yang bersih. Data BPS tahun 2016
memberikan gambaran bahwa baru 60,72% masyarakat pedesaan dan 71,14%
masyarakat perkotaan yang telah mendapatkan air bersih, sedangkan menurut
Menteri koordinator kesejahteraan rakyat, masih ada 120 juta atau setara 47 persen
penduduk yang belum memiliki sanitasi terutama jamban yang layak.
F. FAKTOR PENYEBAB LANGSUNG
1. Asupan zat gizi
Pertama adalah konsumsi makanan yang tidak memenuhi jumlah dan
komposisi zat gizi yang memenuhi syarat makanan beragam, bergizi seimbang, dan
aman. Pada tingkat makro, konsumsi makanan individu dan keluarga dipengaruhi
oleh ketersediaan pangan yang ditunjukkan oleh tingkat produksi dan distribusi
pangan. Ketersediaan pangan beragam sepanjang waktu dalam jumlah yang cukup
8
dan harga terjangkau oleh semua rumah tangga sangat menentukan ketahanan
pangan di tingkat rumah tangga dan tingkat konsumsi makanan keluarga.
Khusus untuk bayi dan anak telah dikembangkan standar emas makanan
bayi yaitu:
a. inisiasi menyusu dini;
b. memberikan ASI eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan;
c. pemberian makanan pendamping ASI yang berasal dari makanan keluarga,
diberikan tepat waktu mulai bayi berusia 6 bulan; dan
d. ASI terus diberikan sampai anak berusia 2 tahun.
2. Penyakit infeksi
Faktor penyebab langsung kedua adalah penyakit infeksi yang berkaitan
dengan tingginya kejadian penyakit menular dan buruknya kesehatan lingkungan.
Untuk itu, cakupan universal untuk imunisasi lengkap pada anak sangat
mempengaruhi kejadian kesakitan yang perlu ditunjang dengan tersedianya air
minum bersih dan higienis sanitasi yang merupakan salah satu faktor penyebab
tidak langsung. Berbagai penyakit infeksi yang sering menyerang balita adalah :
a. Batuk-batuk
Penyebab yang paling umum dari kondisi ini kemungkinan selesma, atau
dikenal juga sebagai infeksi saluran pernapasan atas (ISPA). Selain itu ada
juga penyebab lainnya seperti lendir dari hidung yang mengalir ke
tenggorokkan, asma, bronkiolitis, batuk rejan atau pneumonia.
b. Diare
Balita yang mengalami diare umumnya memiliki kotoran yang encer dan
berair. Diare ini bisa disebabkan oleh gastroenteritis, alergi atau tidak bisa
menoleransi suatu makanan. Pada bayi di bawah usia 3 tahun (batita)
terkadang diare disebabkan oleh sistem pencernaan yang belum sempurna.
c. Sulit bernapas
Gangguan ini umumnya terjadi pada bayi karena saluran udara yang
dimilikinya masih kecil. Namun ada juga beberapa kondisi yang bisa
menyebabkan bayi sulit bernapas, seperti asma, bronkiolitis atau pneumonia.
d. Sakit telinga
9
Kondisi ini biasanya disebabkan oleh adanya infeksi pada telinga bagian
tengah dan luar. Pada umumnya balita yang mengalami sakit telinga akan
sering kali menarik-narik telinganya.
e. Menangis berlebihan
Penyebab medis yang bisa menyebabkan bayi menangis berlebihan adalah
kondisi yang mengakibatkan sakit perut, nyeri pada tulang atau adanya
infeksi tulang.
f. Demam
Pada umumnya demam merupakan pertanda terjadinya infeksi yang
disebabkan oleh bakteri atau virus. Usaha pertama yang dilakukan jika bayi
demam tinggi adalah memberinya obat penurun demam, karena demam yang
terlalu tinggi bisa menyebabkan kejang.
g. Kejang (konvulsi)
Balita yang kejang adalah suatu kondisi menakutkan bagi orang tua. Namun,
jika kejang terjadi akibat demam tinggi biasanya jarang berbahaya. Penyebab
lain dari balita yang kejang adalah epilepsi dan kejang hari kelima, yaitu
kejang tanpa ada alasan yang khusus pada bayi yang baru lahir dalam
keadaan sehat.
h. Ruam
Ruam yang timbul pada balita disebabkan oleh banyak hal, sepert penyakit
infeksi, alergi, eksim dan juga infeksi kulit.
i. Sakit perut
Terdapat berbagai hal yang bisa memicu sakit perut pada balita, salah satu
penyebab yang paling umum adalah sembelit (konstipasi) atau susah buang
air besar. Sakit perut yang dialami juga bisa disebabkan oleh gastroenteritis
dan juga rasa cemas berlebihan yang dialami si kecil.
j. Muntah
Muntah bisa disebabkan oleh infeksi seperti gastroenteritis, infeksi saluran
kemih, keracunan makanan atau masalah struktural misalnya refluks atau
stenosis pilorik.

10
Referensi:
Nadiyah. 2013. Faktor Risiko Stunting pada Anak usia 0-23 Bulan di Provinsi Bali,
Jawa Barat dan Nusa Tenggara Timur. Tesis. Institut Pertanian Bogor.
Rencana Strategis Kemenkes 2015-2019, dapat diakses pada:
www.depkes.go.id/resources/download/info-publik/Renstra-2015.pdf
RENCANA STRATEGIS PROGRAM DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN
KIA TAHUN 2015-2019, dapat diakses pada:
http://www.depkes.go.id/resources/download/RAP%20Unit%20Utama%202015
-2019/3.%20Ditjen%20Kesmas.pdf
World Bank. 2006. Repositioning Nutrition as Central to Development. A Strategy for
Large-Scale Action. Washington DC: World Bank.

More Related Content

Similar to 3_7085_GIZ362_092019_pdf.pdf

Kejadian stunting (1)
Kejadian stunting (1)Kejadian stunting (1)
Kejadian stunting (1)triebintangp
 
Kesehatan reproduksi tentang status kesehtan wanita kelompok 8
Kesehatan reproduksi tentang status kesehtan wanita kelompok 8Kesehatan reproduksi tentang status kesehtan wanita kelompok 8
Kesehatan reproduksi tentang status kesehtan wanita kelompok 8Aan Saja
 
Solusi permasalahan penduduk indonesia
Solusi permasalahan penduduk indonesiaSolusi permasalahan penduduk indonesia
Solusi permasalahan penduduk indonesiakartika purwandari
 
2. Pemberdayaan Keluarga Cegah Stunting_IPKKI_Eka M.pdf
2. Pemberdayaan Keluarga Cegah Stunting_IPKKI_Eka M.pdf2. Pemberdayaan Keluarga Cegah Stunting_IPKKI_Eka M.pdf
2. Pemberdayaan Keluarga Cegah Stunting_IPKKI_Eka M.pdfsufyanatstsauri2
 
Solusi permasalahan penduduk indonesia
Solusi permasalahan penduduk indonesiaSolusi permasalahan penduduk indonesia
Solusi permasalahan penduduk indonesiakartika purwandari
 
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DI...
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI...KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI...
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DI...Anisa Imaniar
 
276146-mengurangi-stunting-melalui-reformasi-pe-67b67c20.pdf
276146-mengurangi-stunting-melalui-reformasi-pe-67b67c20.pdf276146-mengurangi-stunting-melalui-reformasi-pe-67b67c20.pdf
276146-mengurangi-stunting-melalui-reformasi-pe-67b67c20.pdfTaruliRohanaSinaga1
 
Penelitian Status GIZI TK Kota Baru Kupang
Penelitian Status GIZI TK Kota Baru KupangPenelitian Status GIZI TK Kota Baru Kupang
Penelitian Status GIZI TK Kota Baru KupangAna Sengga
 
pptstuntingdes2022-230116154802-1b3c3ab9.pptx
pptstuntingdes2022-230116154802-1b3c3ab9.pptxpptstuntingdes2022-230116154802-1b3c3ab9.pptx
pptstuntingdes2022-230116154802-1b3c3ab9.pptxagriSagala1
 

Similar to 3_7085_GIZ362_092019_pdf.pdf (20)

Kejadian stunting (1)
Kejadian stunting (1)Kejadian stunting (1)
Kejadian stunting (1)
 
Kesehatan reproduksi tentang status kesehtan wanita kelompok 8
Kesehatan reproduksi tentang status kesehtan wanita kelompok 8Kesehatan reproduksi tentang status kesehtan wanita kelompok 8
Kesehatan reproduksi tentang status kesehtan wanita kelompok 8
 
Solusi permasalahan penduduk indonesia
Solusi permasalahan penduduk indonesiaSolusi permasalahan penduduk indonesia
Solusi permasalahan penduduk indonesia
 
pelayanan kb
pelayanan kbpelayanan kb
pelayanan kb
 
2. Pemberdayaan Keluarga Cegah Stunting_IPKKI_Eka M.pdf
2. Pemberdayaan Keluarga Cegah Stunting_IPKKI_Eka M.pdf2. Pemberdayaan Keluarga Cegah Stunting_IPKKI_Eka M.pdf
2. Pemberdayaan Keluarga Cegah Stunting_IPKKI_Eka M.pdf
 
1
11
1
 
Kejadian stunting
Kejadian stuntingKejadian stunting
Kejadian stunting
 
Kejadian stunting
Kejadian stuntingKejadian stunting
Kejadian stunting
 
Kejadian stunting
Kejadian stuntingKejadian stunting
Kejadian stunting
 
Solusi permasalahan penduduk indonesia
Solusi permasalahan penduduk indonesiaSolusi permasalahan penduduk indonesia
Solusi permasalahan penduduk indonesia
 
BAB I gizi
BAB I giziBAB I gizi
BAB I gizi
 
PPG FIX - Copy
PPG FIX - CopyPPG FIX - Copy
PPG FIX - Copy
 
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DI...
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI...KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI...
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DI...
 
276146-mengurangi-stunting-melalui-reformasi-pe-67b67c20.pdf
276146-mengurangi-stunting-melalui-reformasi-pe-67b67c20.pdf276146-mengurangi-stunting-melalui-reformasi-pe-67b67c20.pdf
276146-mengurangi-stunting-melalui-reformasi-pe-67b67c20.pdf
 
Penelitian Status GIZI TK Kota Baru Kupang
Penelitian Status GIZI TK Kota Baru KupangPenelitian Status GIZI TK Kota Baru Kupang
Penelitian Status GIZI TK Kota Baru Kupang
 
Kualitas Penduduk
Kualitas PendudukKualitas Penduduk
Kualitas Penduduk
 
Obesitas pada Anak
Obesitas pada AnakObesitas pada Anak
Obesitas pada Anak
 
ppt malnutrisi fix.pptx
ppt malnutrisi  fix.pptxppt malnutrisi  fix.pptx
ppt malnutrisi fix.pptx
 
stunting.pptx
stunting.pptxstunting.pptx
stunting.pptx
 
pptstuntingdes2022-230116154802-1b3c3ab9.pptx
pptstuntingdes2022-230116154802-1b3c3ab9.pptxpptstuntingdes2022-230116154802-1b3c3ab9.pptx
pptstuntingdes2022-230116154802-1b3c3ab9.pptx
 

Recently uploaded

Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 

Recently uploaded (20)

Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 

3_7085_GIZ362_092019_pdf.pdf

  • 1. 1 Pertemuan I Topik : Faktor-faktor Penyebab Masalah Gizi Dosen: Nadiyah, S.Gz, M.Si, CSRS Prodi : Ilmu Gizi/FIKES Faktor-faktor Penyebab Masalah Gizi Secara umum banyak sekali faktor yang terkait dengan timbulnya masalah gizi, antara lain faktor asupan zat gizi dan penyakit infeksi dan berbagai faktor lainnya, ketersediaan pangan dalam keluarga, asuhan ibu terhadap anak, dan berbagai faktor yang lebih makro lainnya seperti faktor ekonomi, politik yang berujung pada asupan zat gizi yang tidak sesuai dengan yang dibutuhkan, sehingga akan menyebabkan kasus gizi kurang ataupun gizi lebih. Berdasarkan kerangka UNICEF, permasalahan stunting berkaitan dengan ketidakcukupan asupan dan dapat juga disebabkan infeksi yang merupakan immediate cause (penyebab langsung). Sedangkan penyebab yang mendasari (underlying cause) dapat berupa tidak cukupnya akses pangan ataupun akses pelayanan kesehatan dasar, pola asuh dan sanitasi yang tidak memadai. Basic cause atau penyebab dasar dapat berupa rendahnya tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi. Gambar 1. Kerangka Pikir penyebab timbulnya masalah gizi berikut.
  • 2. 2 Dalam pengembangannya, Kementerian Kesehatan dapat mengembangkan untuk keperluan program intervensi Kesehatan sebagaimana terlihat pada gambar 2 berikut. Gambar 2. Diagram masalah gizi dan Intervensi Program 1. Masalah Ekonomi Dan Politik Dalam bahasan berikut ini, model yang digunakan adalah diagram pada Gambar 2. Hal mendasar dalam diagram tersebut adalah krisis politik dan ekonomi yang pada akhirnya dapat menyebabkan timbulnya masalah gizi. Dengan mengacu pada Dasar pembangunan nasional, tujuan pembangunan nasional, sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu: Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berlandaskan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Berdasarkan diagram pada Gambar 1. di atas, hal mendasar atau akar terjadinya berbagai masalah termasuk masalah gizi dimulai dari pengelolaan Negara. Apabila pengelolaan negara yang terbagi dalam 3 kekuatan politik, yaitu Legislatif, Eksekutif dan Yudikatif tidak dapat melaksanakan tujuan pembangunan
  • 3. 3 negara sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dengan baik, maka kesejahteraan umum tidak dapat tercapai secara optimal. Sebagai contoh dari akar masalah adalah besarnya penyelewengan anggaran pembangunan yang sudah berakar pada para pengelola Anggaran Pembangunan Negara (APBN) sejak dulu. Menurut Prof. Sumitro Djojohadikusumo kebocoran terhadap dana pembangunan sekitar 30 persen pada tahun 1989 sampai dengan 1993. Keadaan ini sampai sekarang masih terjadi sungguhpun Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sudah bekerja keras. Menurut Badan antikorupsi dunia yang berkantor di Berlin pada bulan Januari 2017, Indeks Persepsi Korupsi ini menempatkan Indonesia di peringkat ke 90 dengan skor 37. Singapura yang berada pada peringkat ketujuh dengan skor Coruption Percepcion Index (CPI) 87 adalah negara di Asia yang dinilai paling bebas korupsi. Disusul Brunei Darusalam di peringkat 41 dengan skor 58 dan Malaysia di peringkat 55 dengan skor 49. Dampak korupsi akan sangat membebani masyarakat karena: a. Korupsi menyebabkan turunnya kualitas pelayanan publik. b. Korupsi menyebabkan terenggutnya hak-hak dasar warga negara. c. Korupsi menyebabkan rusaknya sendi-sendi prinsip dari sistem pengelolaan keuangan negara. d. Korupsi menyebabkan terjadinya pemerintahan boneka. e. Korupsi dapat meningkatkan kesenjangan sosial. f. Korupsi dapat menyebabkan hilangnya kepercayaan investor. g. Korupsi dapat menyebabkan terjadinya degradasi moral dan etos kerja. Selanjutnya, ketidakcakapan para pemimpin dalam mengelola negara akan berdampak pada rendahnya mutu pendidikan, rendahnya kualitas sumber daya manusia, menyebabkan negara tidak mampu membuka lapangan kerja, yang berdampak pada tingginya pengangguran, dan mengakibatkan munculnya kemiskinan. Sosial ekonomi keluarga mempengaruhi ukuran dan pola asuh keluarga. Kelompok perempuan yang tidak sekolah, petani/nelayan/buruh, dan status ekonomi terendah cenderung mempunyai anak 7 atau lebih, lebih tinggi dari kelompok lainnya. Umur pertama menikah pada usia sangat muda (10-14 tahun) cenderung lebih tinggi pada kelompok perempuan yang tidak sekolah (9.5%), kelompok
  • 4. 4 petani/nelayan/buruh (6.3%), serta status ekonomi terendah/kuintil 1 (6.0%). Ada kecenderungan semakin tinggi tingkat pendidikan dan status ekonomi, semakin tinggi cakupan tiap jenis imunisasi (Riskesdas 2010). Keadaan masyarakat yang terdidik dan memiliki status ekonomi yang baik, akan jauh lebih mampu menyediakan pangan, mengasuh anak-anaknya serta menjangkau pelayanan kesehatan yang baik, yang pada akhirnya mencapai tingkat status gizi yang baik. 2. Ketersediaan Pangan di Tingkat Rumah Tangga a. Ketersediaan bahan pangan Ukuran ketersediaan pangan dalam rumah tangga adalah jumlah yang cukup tersedia bagi untuk konsumsinya sesuai dengan jumlah anggota keluarganya. Bagi petani, ketersediaan ini harus mampu memberikan suplai pangan yang diperlukan antara musim panen saat ini dengan musim panen berikutnya. Bagi keluarga yang tidak bertumpu pada pertanian, ketersediaan pangan harus ditopang dengan kemampuan penghasilan rumah tangga yang mampu membeli pangan sepanjang tahun. b. Stabilitas ketersediaan Stabilitas ketersediaan pangan adalah kemampuan rumah tangga untuk menyediakan makan 3 kali sehari sepanjang tahun sesuai dengan kebiasaan makan penduduk di daerah tersebut. c. Aksesibilitas/keterjangkauan terhadap pangan Indikator aksesibilitas/keterjangkauan dalam pengukuran ketahanan pangan di tingkat rumah tangga dilihat dari kemudahan rumah tangga memperoleh pangan, yang diukur dari pemilikan lahan (misal sawah untuk provinsi Lampung dan ladang untuk provinsi NTT) serta cara rumah tangga untuk memperoleh pangan. 3. Kualitas Keamanan pangan a. Kualitas keamanan pangan baik. Dalam rumah tangga yang terbaik adalah kemampuan rumah tangga untuk menyediakan pangan yang memenuhi gizi seimbang. Dalam pengeluaran untuk
  • 5. 5 pangan, rumah tangga ini memiliki pengeluaran untuk lauk-pauk berupa protein hewani dan nabati atau protein hewani saja. b. Kualitas keamanan pangan kurang baik Rumah tangga dengan kualitas keamanan pangan kurang baik adalah rumah tangga yang dalam mencukupi kebutuhan pangannya hanya memiliki pengeluaran untuk lauk-pauk berupa protein nabati saja. c. Kualitas bahan pangan tidak baik Rumah tangga dengan kualitas bahan pangan tidak baik adalah rumah tangga yang tidak memiliki pengeluaran untuk lauk-pauk berupa protein baik hewani maupun nabati. World Health Organization mendefinisikan tiga komponen utama ketahanan pangan, yaitu: Ketersediaan pangan, akses pangan, dan pemanfaatan pangan. Ketersediaan pangan adalah kemampuan memiliki sejumlah pangan yang cukup untuk kebutuhan dasar. Akses pangan adalah kemampuan memiliki sumber daya, secara ekonomi maupun fisik, untuk mendapatkan bahan pangan bernutrisi. Pemanfaatan pangan adalah kemampuan dalam memanfaatkan bahan pangan dengan benar dan tepat secara proporsional. FAO menambahkan komponen keempat, yaitu kestabilan dari ketiga komponen tersebut dalam kurun waktu yang panjang. D. ASUHAN IBU DAN ANAK Pengasuhan anak dimanifestasikan sebagai memberi makan, merawat (menjaga kesehatannya), mengajari dan membimbing (mendorong dan stimulasi kognitif anak). Praktek pengasuhan dalam hal pemberian makan meliputi pemberian ASI, pemberian makanan tambahan yang berkualitas, penyiapan dan penyimpanan makanan yang higinis. Praktek pengasuhan dalam perawatan anak adalah pemberian perawatan kesehatan kepada anak sehingga dapat mencegah anak dari penyakit, yang meliputi imunisasi dan pemberian suplemen pada anak. Sedangkan praktek pengasuhan dalam stimulasi kognitif adalah dukungan emosional dan stimulasi kognitif yang diberikan oleh orang tua atau pengasuh untuk mendukung perkembangan anak yang optimal, yang meliputi ketersediaan alat bermain yang
  • 6. 6 mendukung perkembangan mental, 5 motorik dan sosial; pemberian ASI dan stimulasi yang diberikan pengasuh serta interaksi anak-orang tua. Berdasarkan kajian UNICEF, Ada tiga hambatan utama terhadap peningkatan gizi dan perkembangan anak di Indonesia: 1. Pertama Pada umumnya, ibu, keluarga dan masyarakat tidak tahu bahwa masalah gizi merupakan sebuah masalah. Masyarakat baru menyadari apabila gizi kurang tersebut berbentuk anak yang sangat kurus atau sudah menderita sakit. Sedangkan masalah anak pendek dan gizi ibu tidak mudah dilihat. Oleh karena ketidaktahuan akan masalah gizi tersebut, sering kali Ibu keluarga dan masyarakat tidak mampu melaksanakan pengasuhan anak dengan baik. Banyak upaya-upaya yang diarahkan secara tidak tepat untuk menangani anak yang sangat kurus. Intervensi sering tidak diarahkan pada sistem untuk menanggulangi gizi kurang pada ibu dan anak-anak. 2. Kedua Banyak pihak menghubungkan gizi kurang dengan kurangnya pangan dan percaya bahwa penyediaan pangan merupakan jawabannya. Ketersediaan pangan bukan penyebab utama gizi kurang di Indonesia, meskipun kurangnya akses ke pangan karena kemiskinan merupakan salah satu penyebab. Bahkan juga ditemukan anak-anak dari dua kuintil kekayaan tertinggi menunjukkan anak pendek dari menengah sampai tinggi, sehingga penyediaan pangan saja bukan merupakan solusi. Data lain juga menunjukkan bahwa produksi pertanian dan pendapatan yang lebih tinggi tidak menjamin perbaikan gizi. Walaupun di beberapa negara, seperti Morocco, Nicaragua, Peru dan Turki, status gizi balita dari golongan kuintil paling kaya jauh lebih baik daripada balita dari golongan kuintil termiskin, tetapi di negara- negara lain proporsi balita kekurangan gizi tidak berbeda jauh antar tingkat pendapatan, misalnya di Kamboja, Ethiopia, Kazakhstan, Madagaskar, Niger, Tanzania, Turkmenistan. Di India dan seperti beberapa negara lainnya, ada 26% anak prasekolah dari golongan kuintil terkaya mengalami kekurangan gizi (World Bank 2006). 3. Ketiga
  • 7. 7 Pengetahuan keluarga balita dan masyarakat yang tidak memadai dan praktek-praktek yang tidak tepat merupakan hambatan signifikan terhadap peningkatan gizi. Pada umumnya, orang tidak menyadari pentingnya gizi selama kehamilan dan dua tahun pertama kehidupan. E. PELAYANAN KESEHATAN Secara umum tujuan utama pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan preventif (pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat. Namun secara terbatas pelayanan kesehatan masyarakat juga melakukan pelayanan kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan). Oleh karena ruang lingkup pelayanan kesehatan masyarakat menyangkut kepentingan rakyat banyak, dengan wilayah yang luas dan banyak daerah yang masih terpencil, sedangkan sumber daya pemerintah baik tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan sangat terbatas, maka sering program pelayanan kesehatan tidak terlaksana dengan baik. Berkaitan dengan peranannya sebagai faktor penyebab tidak langsung timbulnya masalah gizi, selain sanitasi dan penyediaan air bersih, kebiasaan cuci tangan dengan sabun, buang air besar di jamban, tidak merokok dan memasak di dalam rumah, sirkulasi udara dalam rumah yang baik, ruangan dalam rumah terkena sinar matahari dan lingkungan rumah yang bersih. Data BPS tahun 2016 memberikan gambaran bahwa baru 60,72% masyarakat pedesaan dan 71,14% masyarakat perkotaan yang telah mendapatkan air bersih, sedangkan menurut Menteri koordinator kesejahteraan rakyat, masih ada 120 juta atau setara 47 persen penduduk yang belum memiliki sanitasi terutama jamban yang layak. F. FAKTOR PENYEBAB LANGSUNG 1. Asupan zat gizi Pertama adalah konsumsi makanan yang tidak memenuhi jumlah dan komposisi zat gizi yang memenuhi syarat makanan beragam, bergizi seimbang, dan aman. Pada tingkat makro, konsumsi makanan individu dan keluarga dipengaruhi oleh ketersediaan pangan yang ditunjukkan oleh tingkat produksi dan distribusi pangan. Ketersediaan pangan beragam sepanjang waktu dalam jumlah yang cukup
  • 8. 8 dan harga terjangkau oleh semua rumah tangga sangat menentukan ketahanan pangan di tingkat rumah tangga dan tingkat konsumsi makanan keluarga. Khusus untuk bayi dan anak telah dikembangkan standar emas makanan bayi yaitu: a. inisiasi menyusu dini; b. memberikan ASI eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan; c. pemberian makanan pendamping ASI yang berasal dari makanan keluarga, diberikan tepat waktu mulai bayi berusia 6 bulan; dan d. ASI terus diberikan sampai anak berusia 2 tahun. 2. Penyakit infeksi Faktor penyebab langsung kedua adalah penyakit infeksi yang berkaitan dengan tingginya kejadian penyakit menular dan buruknya kesehatan lingkungan. Untuk itu, cakupan universal untuk imunisasi lengkap pada anak sangat mempengaruhi kejadian kesakitan yang perlu ditunjang dengan tersedianya air minum bersih dan higienis sanitasi yang merupakan salah satu faktor penyebab tidak langsung. Berbagai penyakit infeksi yang sering menyerang balita adalah : a. Batuk-batuk Penyebab yang paling umum dari kondisi ini kemungkinan selesma, atau dikenal juga sebagai infeksi saluran pernapasan atas (ISPA). Selain itu ada juga penyebab lainnya seperti lendir dari hidung yang mengalir ke tenggorokkan, asma, bronkiolitis, batuk rejan atau pneumonia. b. Diare Balita yang mengalami diare umumnya memiliki kotoran yang encer dan berair. Diare ini bisa disebabkan oleh gastroenteritis, alergi atau tidak bisa menoleransi suatu makanan. Pada bayi di bawah usia 3 tahun (batita) terkadang diare disebabkan oleh sistem pencernaan yang belum sempurna. c. Sulit bernapas Gangguan ini umumnya terjadi pada bayi karena saluran udara yang dimilikinya masih kecil. Namun ada juga beberapa kondisi yang bisa menyebabkan bayi sulit bernapas, seperti asma, bronkiolitis atau pneumonia. d. Sakit telinga
  • 9. 9 Kondisi ini biasanya disebabkan oleh adanya infeksi pada telinga bagian tengah dan luar. Pada umumnya balita yang mengalami sakit telinga akan sering kali menarik-narik telinganya. e. Menangis berlebihan Penyebab medis yang bisa menyebabkan bayi menangis berlebihan adalah kondisi yang mengakibatkan sakit perut, nyeri pada tulang atau adanya infeksi tulang. f. Demam Pada umumnya demam merupakan pertanda terjadinya infeksi yang disebabkan oleh bakteri atau virus. Usaha pertama yang dilakukan jika bayi demam tinggi adalah memberinya obat penurun demam, karena demam yang terlalu tinggi bisa menyebabkan kejang. g. Kejang (konvulsi) Balita yang kejang adalah suatu kondisi menakutkan bagi orang tua. Namun, jika kejang terjadi akibat demam tinggi biasanya jarang berbahaya. Penyebab lain dari balita yang kejang adalah epilepsi dan kejang hari kelima, yaitu kejang tanpa ada alasan yang khusus pada bayi yang baru lahir dalam keadaan sehat. h. Ruam Ruam yang timbul pada balita disebabkan oleh banyak hal, sepert penyakit infeksi, alergi, eksim dan juga infeksi kulit. i. Sakit perut Terdapat berbagai hal yang bisa memicu sakit perut pada balita, salah satu penyebab yang paling umum adalah sembelit (konstipasi) atau susah buang air besar. Sakit perut yang dialami juga bisa disebabkan oleh gastroenteritis dan juga rasa cemas berlebihan yang dialami si kecil. j. Muntah Muntah bisa disebabkan oleh infeksi seperti gastroenteritis, infeksi saluran kemih, keracunan makanan atau masalah struktural misalnya refluks atau stenosis pilorik. 
  • 10. 10 Referensi: Nadiyah. 2013. Faktor Risiko Stunting pada Anak usia 0-23 Bulan di Provinsi Bali, Jawa Barat dan Nusa Tenggara Timur. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Rencana Strategis Kemenkes 2015-2019, dapat diakses pada: www.depkes.go.id/resources/download/info-publik/Renstra-2015.pdf RENCANA STRATEGIS PROGRAM DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA TAHUN 2015-2019, dapat diakses pada: http://www.depkes.go.id/resources/download/RAP%20Unit%20Utama%202015 -2019/3.%20Ditjen%20Kesmas.pdf World Bank. 2006. Repositioning Nutrition as Central to Development. A Strategy for Large-Scale Action. Washington DC: World Bank.