Pendekatan Good Governance sesuai dengan budaya Indonesia, Riyoko Yudhi Wibowo
BE&GG, Riyoko Yudhi Wibowo, Hapzi Ali, Board Of Directors, Universitas Mercubuana,2017
1. Riyoko Yudhi Wibowo
55117110098
BE&GG, Riyoko Yudhi Wibowo, Hapzi Ali, Board Of Directors Business, Universitas
Mercubuana,2017
Board Of Directors
Dalam Inti perusahaan ada 3 hal yang menjadi konsern
1) Relasi antara management dengan pemegang saham,
2) Mayortias pemegang saham denga minoritas pemegang saham
3) Pengontrol perusahaan dan pemegang keputusan
dalam 3 hal ini maka ada board atau suatu jajaran yang akan mengatur dan meanalisai,
menangani hal-hal tersebut dalam prakterk perusahaan dalam keseharianya.
Board Of Director (Jajaran Direktur)
Hampir semua perusahaan diatur oleh direktur yang ditunjuk oleh pemegang saham untuk
menjalankan perusahaan atas nama mereka. Biasanya posisi ini akan dipilih orang mungkin dalam
tahunan atau jangka waktu tertentu oleh pemegang saham. Biasanya posisi ini ada 2 tipe,
Executive Directors dan non executive directors bedanya adalah dari day-to-day activites dari
kedua tipe tersebut.
Berberapa peran dari direktur adalah
- menentukan tujuan dari perusahaan
- mendefenisikan nilai yang perusahaan pegang dan bagaimana nilai keseharianya
- mengindentifikasi stakeholders yang relevan dengan perusahaan
- mengkombinasi strategi
- implementasi strategi
Board Comittee
Board of Comitte adalah sebuah turunan/subgroups dari sesuatu yang lebih besar. dalam hal ini
komite bisa dalam hal komite audit, komite manajemen resiko. Komite-komite ini dibentuk untuk
menjalankan sebuah fungsi yang jelas dalam sebuah perusahaan. Board of comittee biasanya
menjadi badan pengawas dari sebuah perusahaan.
Board Power
Board power adalah kapabilitas atau wewenang dari sebuah jajaran, dari kedua jajaran
sebelumnya yaitu jajaran direktur dan komite, berberapa hal yang bisa kita lihat secara kontras
antara lain,
- direktur menjadi representasi dari shareholders untuk menjalankan perusahaan, komite dibentuk
untuk mengawasi perusahaan dalam aspek tertentu sesuai dengan kesepakatan awalnya.
- direktur menjadi pengambil keputusan dari sebuah perusahaa, komite menjadi batasan aman,
untuk memberikan saran masukan dan sebagainya.
komite lebih menjadi tembok pengaman, dan menjadi guideline dari sebuah perusahaan.
Board Composition
Berberapa hal yang bisa kita perhatikan dalam hal ini adalah sebagai berikut
2. Riyoko Yudhi Wibowo
55117110098
1. Size of the boards, Dipercai bahwa ukuran jajaran direksi itu yang baik antara 3-15 orang tapi
semuanya tergantung dari kapabilitas dan tangggung jawab dari masing-masing posiis
2. Independent Directors, biasanya dalam sebuah perusahaan ada direktur yang indipenden yang
biasanya dipilih dari kriteria yang cocok, dan biasanya dipilih oleh jajaran direktur yang lainya.
3. Kriteria. Jajaran mencari kriteria profesional dan personal background yang berbeda demi
mendapatkan gambaran dan pandangan luas mengenai satu hal dari berbagai sisi. Baik dari usia,
keahlian dan pengalaman hal tersebut bisa disaring
4. Lead Director posisi ini yang menjadi acuan terakhir dalam pengambilan keputusan dan
sebagainya, dan menjadi penghubung dengan pemilik perusahaan, konsultasi dengan jajaran
direksi, dan sebagainya.
Berbicara soal implementasi dari hal ini, biasanya sebuah perusahaan yang sudah berjalan
dengan baik, dan mempunyai management yang baik memiliki komite corporate governance.
Tugas komite ini terkait dengan sebelumnya juga bisa untuk menyeleksi kandidat yang mungkin
bisa menjadi jajaran direksi nantinya.
Dalam perusahaan tempat saya bekerja yaitu sebuah yayasan, dimana memiliki berberapa Vice
president yang mengepalai berberapa bidang yang berbeda, dan VP ini dilead oleh seorang rektor.
kira-kira penggambaranya sebagai berikut
Rektor
VP - Senat - komite
Director
Manager
Kepala Bagian
Staff
Berbicara dengan Corporate Governance di Indonesia, seperti yang disebutkan di forum
sebelumnya, tidaklah mudah untuk implementasi GCG dalam setiap bagian dari sebuah
perusahaan, multietnis perbedaan pandangan, perbedaan nilai-nilai yang dipegang, etnis bahkan
agama bisa menjadi alasan dari ketidak adilan yang mungkin kita temui, baik dari pemilihan jajaran
sanpai perekurtan dsbya.
Daftar Pustaka
A. -. (n.d.). Corporate governance: the board of directors and standing committees. Retrieved
September 20, 2017, from http://www.accaglobal.com/content/dam/acca/global/PDF-
students/2012s/sa_oct12-f1fab_governance.pdf
Davies, P. L. (n.d.). The Board of Directors: Composition, Structure, Duties and Powers. Retrieved
September 20, 2017, from
https://www.oecd.org/daf/ca/corporategovernanceprinciples/1857291.pdf
W. (n.d.). Board of Directors Corporate Governance Guidelines . Retrieved September 20, 2017,
from http://phx.corporate-
ir.net/External.File?item=UGFyZW50SUQ9MjA3ODI5fENoaWxkSUQ9LTF8VHlwZT0z&t=1
3. Riyoko Yudhi Wibowo
55117110098
Forum
Menurut pandangan saya bahwa Indonesia memang sedikit terlambat untuk menerapkan Good
Governance secara menyeluruh. Aspek - aspek yang disebutkan sebagai negara berkembang,
multi etnis dan sebagainya merupakan sebuah tantangan tersendiri dalam Indonesia. Dengan
kentalnya keberagaman, sangat mungkin sekali untuk terjadi KKN baik dalam perusahaan atau
organisasi. Timbulnya KKN tentu mengeliminasi sifat kejujuran dan keterbukaan dari GGG, tetapi
hal ini dapat dihilangkan, mungkin sulit untuk dihilangkan tetapi sangat mungkin. Di Indonesia kita
lihat jika ada orang yang jujur dan mengedepankan karakter yang cakap, malah menjadi suatu
tontonann yang asing bagi masyrakat. Hal ini sangat miris, bahwa dapat kita lihat hal ini menjadi
gambaran apa yang terjadi di organisasi di Indonesia.
Kita bisa melihat perusahaan seperti politik kita kebanyakan, karena kebanyakan perusahaan juga
tercampur adukan dengan dunia politik. Tidak adanya trust dari masyarakat ke pemerintah dsbya,
karena tidak ada transparansi dan aspek-aspek pendukung lainya. Kemisikinan juga menjadi
faktor tambahan, naiknya kriminalitas, ketidakjujuran, korupsi dan keserakahan hanya diujung
pintu, semua orang dengan mudah jika karakternya tidak baik pasti melakukanya.
Belum lagi soal pendidikan, kita tau bahwa angka pendidikan di Indonesia juga tidak tinggi, tentu
pendidikan bukan hanya 1 faktor utama untuk meliminasi karakter-karakter yang tidak baik dalam
sebuah organisasi, tetapi jenjang pendidikan dapat menyaring karakter-karakter yang tidak
seharusnya.
Semua ini bisa kita lihat sebagai topik besar negara berkembang, dimana pendidikan dan
wawasan tidak merata, jadi tidak semua orang tau tentang semua informasi, dan masalah hukum
yang tidak merata dsbnya.
Bukanlah suatu hal yang mudah untuk bangkit dari hal-hal tersebut, tetapi Indonesia bisa melewati
hal ini, butuh komitmen dan kerjasama dari semua lapisan