SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
Download to read offline
http://jurnal.unimus.ac.id 297
IDENTIFIKASI TELUR CACING USUS
PADA LALAPAN DAUN KUBIS YANG DIJUAL
PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN SIMPANG LIMA
KOTA SEMARANG
Rahayu Astuti*, Siti Aminah**
ABSTRAK
Prevalensi infeksi cacing usus di beberapa tempat di Indonesia mencapai
80 % yang umumnya ditularkan melalui makanan/minuman atau melalui kulit.
Jenis makanan yang memungkinkan terjadinya penularan adalah jenis sayuran
seperti kubis karena kubis seringkali dikonsumsi dalam bentuk mentah atau
lalapan. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan cara pencucian kubis dan
mengidentifikasi telur cacing usus pada lalapan kubis yang dijual pedagang
kaki lima di kawasan Simpang Lima Kota Semarang.
Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan jenis penelitian yang
dilakukan adalah “Explanatory Research” dan rancangan penelitian adalah
cross sectional. Populasi adalah seluruh pedagang kaki lima yang menjual
lalapan dari kubis yang berlokasi di sekitar Simpang Lima. Sampel diambil
secara “Simple Random Sampling” dan besar sampel 15 pedagang. Data
dikumpulkan dengan cara wawancara terhadap pedagang. Data jenis telur
cacing usus dan jumlah telur cacing usus diukur dengan menggunakan metode
modifikasi pengapungan NaCl jenuh. Analisis data menggunakan analisis
statistik deskriptif.
Hasil penelitian, pedagang lalapan kubis di kawasan Simpang Lima Kota
Semarang yang mencuci kubisnya sebesar 86,7%. Sebanyak 76,9% pedagang
mencuci kubisnya dengan air yang tidak mengalir, hanya sebesar 23,1% yang
mencuci dengan air mengalir. Pencucian dilakukan dalam keadaan kubis masih
utuh (bulatan) dan pada saat akan disajikan bagian terluar dibuang lebih dahulu.
Hasil pemeriksaan laboratorium ternyata masih ada 4 sampel kubis (13,3%)
yang masih mengandung telur cacing usus yaitu jenis Ascaris lumbriocoides
(cacing gelang). Jumlah telur yang ditemukan pada masing-masing sampel
hanya 1 telur cacing.
Kata kunci : telur cacing usus, lalapan, daun kubis.
* Dosen FKM UNIMUS
** Dosen FIKKES UNIMUS
http://jurnal.unimus.ac.id 298
PENDAHULUAN
Di Indonesia angka kesakitan karena terinfeksi cacing usus atau perut
cukup tinggi. Hal ini dikarenakan letak geografis Indonesia di daerah tropik
yang mempunyai iklim yang panas akan tetapi lembab. Pada lingkungan yang
memungkinkan, cacing usus dapat berkembang biak dengan baik terutama oleh
cacing yang ditularkan melalui tanah (Soil transmitted Helminth). Penularan
cacing usus bisa terjadi melalui makanan atau minuman yang tercemar, melalui
udara yang tercemar atau secara langsung melalui tangan yang tercemar telur
cacing yang infektif.1)
Masyarakat Indonesia umumnya begitu akrab dengan sayuran, dari
sayuran yang dikonsumsi segar sebagai lalap mentah seperti kubis sampai
sayuran untuk campuran makanan lain. Kubis termasuk salah satu sayuran daun
yang digemari oleh hampir setiap orang, dengan cita rasanya enak dan lezat.
Kubis merupakan sumber penting Vitamin C dan beberapa mineral.
Kebiasaan memakan sayuran mentah (lalapan) perlu hati-hati terutama
jika dalam pencucian kurang baik sehingga memungkinkan masih adanya telur
cacing pada tanaman kubis. Dengan demikian perlu diketahui seberapa besar
pencemaran sayuran mentah (lalapan) oleh parasit atau bakteri intestial. Parasit
pada sayuran yang ditemukan adalah: Ascaris lumbricuides, Trichuris
trichiura, cacing tambang, larva Strongyloides stercoralis, larva Rhabditidae,
dan cercaria. Pada tanah ditemukan Ascaris lumbricoides,Trichuris trichiura
dan Rahabditidae. Baik sayuran, air maupun tanah semua mengandung
Escherichia coli yang cukup tinggi, baik tanaman di kebun maupun di pasar
semua tercemar parasit usus dan bakteri E coli. Prevalensi cacing usus di
beberapa tempat di Indonesia mencapai 80 % yang umumnya ditularkan
melalui makanan/minuman atau melalui kulit. 2)
Hasil penelitian Suprana terhadap telur cacing gelang pada kubis yang
merupakan sayuran daun dan pada ketimun yang merupakan sayuran buah yang
kemudian diberi perlakuan pencucian dengan air diam dan air mengalir yang
berasal dari air PDAM Kotamadya DT II Bogor, tingkat kontaminasi cacing
gelang pada kubis ternyata lebih tinggi dari pada ketimun.2)
Begitu juga
http://jurnal.unimus.ac.id 299
penelitian Muyassaroh (2006), ternyata meskipun kubis sudah dicuci sebanyak
2 kali masih terdapat telur cacing usus yaitu Ascaris lumbricuides, Trichuris
trichiura, dan cacing benang. (3)
Di Indonesia banyak masyarakat yang belum tahu tentang pengetahuan
cara hidup sehat yaitu cara untuk menjaga kebersihan perorangan, kebersihan
makanan dan minuman misalnya pencucian serta cara pengolahan yang belum
dipahami dengan baik.1)
Kubis sebagai lalapan banyak disajikan pada penjual makanan pedagang
kaki lima seperti penjual pecel lele, burung dara goreng, bebek goreng, ayam
goreng dan sebagainya. Simpang Lima sebagai kawasan ramai di pusat kota
Semarang banyak terdapat penjual pecel lele, burung dara goreng, bebek
goreng, dan ayam goreng. Proses pencucian yang dilakukan pedagang tersebut
tidak banyak diketahui. Adanya kemungkinan masih terdapat telur cacing usus
pada makanan tersebut terutama pada lalapan daun kubis.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan jenis penelitian yang
dilakukan adalah “Explanatory research”. Rancangan penelitian adalah cross
sectional. Lokasi penelitian adalah Kawasan Simpang Lima Kota Semarang,
sedangkan untuk pemeriksaan telur cacing usus pada lalapan daun kubis
dilaksanakan di Laboratorium FIKKES UNIMUS.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pedagang kaki lima yang menjual
lalapan dari kubis yang berlokasi di Kawasan Simpang Lima. Jumlah pedagang
di sekitar lapangan Simpang Lima (jarak sekitar 1 km dari lapangan) berjumlah
41 pedagang. Sampel diambil secara “Simple Random Sampling” . Besar
sampel dihitung dengan rumus besar sampel minimal (Lemeshow, et al,
1993)4)
. Diperoleh besar sampel sebesar 15 pedagang. Unit analisis dalam
penelitian ini adalah adalah lalapan kubis yang dijual pedagang kaki lima di
Kawasan Simpang Lima Semarang. Data yang dikumpulkan adalah data primer
yaitu data tentang asal kubis, cara pencucian kubis yang akan digunakan oleh
pedagang sebagai lalapan yang akan dijual, diperoleh dengan cara wawancara
terhadap pedagang yang terambil sebagai sampel. Data jenis telur cacing usus
http://jurnal.unimus.ac.id 300
dan jumlah telur cacing usus yang diukur dari lalapan kubis yang dibeli dari
pedagang di Kawasan Simpang Lima. Pengukuran yang dilakukan adalah
dengan menggunakan metode modifikasi pengapungan NaCl jenuh5)
.
Bahan yang digunakan adalah daun kubis yang dibeli dari pedagang yang
terambil sebagai sampel yaitu sebanyak 15 pedagang, NaCl jenuh, aquadest.
Alat yang digunakan adalah beaker glass, obyek glass, pinset, tabung reaksi,
kaca penutup (deck glass), gelas ukur, mikroskop. Identifikasi jenis dan jumlah
telur cacing ususnya di Laboratorium FIKKES UNIMUS.
Pengolahan data dilakukan melalui tahapan editing, coding dan prosesing
termasuk entry data. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif
yang bertujuan untuk mendeskripsikan masing-masing variabel yang diteliti,
termasuk jenis telur cacing dan jumlah telur cacing yang terdapat pada lalapan
daun kubis.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Gambaran Umum Pedagang
Pedagang yang menjual lalapan dari daun kol adalah pedagang disekitar
Simpang Lima Semarang seperti penjual / warung seafood, ikan bakar, ayam
goreng, ayam bakar, nasi goreng, nasi ayam, nasi bakar, burung dara goreng,
bebek goreng. Kebanyakan tempat jualan yang mereka gunakan sudah tetap.
Mulai berjualan sore hari sekitar pukul 17.00-18.00 sampai habis jualannya
atau sekitar pukul 24.00.
2. Asal kubis yang digunakan untuk lalapan
Kubis yang dijual untuk lalapan diperoleh dari berbagai pasar yang ada
di Kota Semarang. Hasil wawancara terhadap 15 pedagang diperoleh hasil
sebagai berikut :
Tabel 1. Asal kubis yang dijual pedagang
Berasal dari Jumlah Persentase (%)
Pasar Johar
Pasar Bulu
Pasar Peterongan
Pasar Kobong
Pasar Karangayu
Pedagang yang secara
rutin mengirimnya
4
3
5
1
1
1
26,7
20,0
33,3
6,7
6,7
6,7
Total 15 100,0
http://jurnal.unimus.ac.id 301
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa sebanyak 33,3% pedagang membeli
kubis di pasar Peterongan, hal ini dikarenakan letak pasar Peterongan ke
Simpang Lima paling dekat dibanding pasar lainnya. Disusul 26,7% berasal
dari pasar Johar hal ini dimungkinkan karena pasar Johar merupakan pusat
perkulakan sehingga harganya lebih murah. Kemudian sebanyak 20,0% kubis
yang dijual berasal dari pasar Bulu. Sisanya berasal dari pasar Kobong, pasar
Karangayu dan ada yang dikirim oleh pedagang sayuran yang sudah secara
rutin memasok kubis.
3. Pencucian kubis oleh pedagang
Pencucian kubis oleh pedagang lalapan adalah sangat penting,
mengingat kubis yang akan digunakan sebagai lalapan adalah kubis yang masih
mentah sehingga kebersihannya perlu diperhatikan untuk menjaga keamanan
pangan bagi konsumen. Hasil wawancara terhadap 15 pedagang, ternyata ada 2
pedagang yang tidak mencuci kubis yang akan dijual untuk lalapan seperti
terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Pencucian kubis yang akan dijual sebagai lalapan
Pencucian Jumlah Persentase (%)
Dicuci
Tidak dicuci
13
2
86,7
13,3
Total 15 100,0
Air yang digunakan untuk mencuci ada yang berasal dari PDAM dan
ada juga ada yang dari air sumur. Air yang digunakan ada air yang mengalir
(menggunakan kran air) dan ada yang berasal dari air diam (air yang ditaruh
dalam wadah). Tentunya jika dicuci dengan air mengalir maka kotoran yang
ada akan terbawa air yang mengalir tersebut, termasuk telur cacing yang masih
menempel pada daun kubis. Dari 13 pedagang yang mencuci kubisnya ternyata
sebagian besar (76,9%) pedagang mencuci kubisnya dengan air yang tidak
mengalir, yaitu air yang ditaruh pada wadah (waskom) atau ember. Hasil
pengamatan dan wawancara seperti terlihat pada Tabel.3.
Tabel. 3. Air yang digunakan untuk mencuci kubis
Air untuk pencucian Jumlah Persentase (%)
Dicuci dengan air mengalir
Dicuci dengan air tidak mengalir
3
10
23,1
76,9
Total 13 100,0
http://jurnal.unimus.ac.id 302
Cara mencuci kubis untuk lalapan ada yang dicuci dalam keadaan utuh
(bulatan penuh) dan ada yang dicuci dalam keadaan dilepas per lembar.
Sebagian besar pedagang (92,3%) mencuci kubis masih dalam keadaan utuh
(bulatan penuh). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel. 4.
Tabel. 4. Keadaan kubis pada saat dicuci
Keadaan kubis Jumlah Persentase (%)
Dicuci dalam keadaan utuh (bulatan penuh)
Dicuci dalam keadaan dilepas per lembar
12
1
92,3
7,7
Total 13 100,0
Pada saat akan disajikan, dari 15 pedagang yang diwawancarai ternyata
14 pedagang (93,3%) menyajikan kubis untuk lalapan dengan membuang
terlebih dahulu bagian luar kubis. Pada saat penyajian, dari kubis bulatan
kemudian diiris kecil-kecil. Hal ini dilakukan sebagian besar pedagang (80%)
sedangkan sisanya, 3 pedagang (20%) menyajikannya dengan cara kubis yang
telah dicuci dilepas per lembar kemudian diiris kecil-kecil.
4. Deskripsi jenis telur cacing dan jumlah telur cacing
Pada penelitian ini pemeriksaan telur pada kubis dilakukan di
laboratorium FIKKES UNIMUS. Metode yang digunakan untuk pemeriksaan
telur cacing usus pada kubis adalah metode modifikasi pengapungan NaCl
jenuh. Metode ini dipilih karena sifat daun kubis jika dalam jumlah kecil
dimasukkan ke dalam air akan mengapung sehingga jika digunakan metode
pengapungan secara langsung hasilnya kurang maksimal, mengingat potongan
daun kubis akan terapung dan menghalangi pemeriksaan telur yang menempel
pada deck glass. Begitu juga dengan metode pemusingan dan pengapungan.
Pada metode ini kubis diblender dahulu sampai halus. Kemudian dimasukkan
ke dalam gelas ukur. Namun meskipun kubis telah diblender, masih ada daun
kubis yang terapung sehingga menghalangi pemeriksaan telur cacing usus.
Berdasarkan hasil pemeriksaan pendahuluan tersebut di atas, maka pada
penelitian ini digunakan metode modifikasi pengapungan NaCl jenuh. Pada
penelitian ini juga dilakukan kontrol metode modifikasi pengapungan NaCl
jenuh. Ternyata pada percobaan pertama diperoleh hasil validitas 86.7% dan
pada percobaan kedua diperoleh hasil validitas 89,3%. Jadi rerata hasil uji
http://jurnal.unimus.ac.id 303
validitas metode ini adalah 88%. Artinya metode yang digunakan dapat
medeteksi adanya telur cacing usus pada kubis sebesar 88%.
Pada penelitian ini, sampel kubis dibeli dari 15 pedagang. Dari 15
sampel kubis tersebut masing –masing diambil kubis bagian luar dan kubis
bagian dalam. Sehingga terdapat 30 sampel kubis yang akan diamati. Pada tiap
sampel kubis kemudian diamati di bawah mikroskop sebanyak 15 kali. Dengan
demikian terdapat 30x15 atau 450 pengamatan terhadap telur cacing usus
dengan menggunakan mikroskop.
Hasil pengamatan terhadap 30 sampel kubis, diperoleh hasil sebanyak 4
sampel kubis yang positif terdapat telur cacing usus yaitu jenis Ascaris
lumbriocoides (cacing gelang). Pada penelitian ini telur cacing usus yang
ditemukan hanya 1 jenis saja. Jenis cacing usus yang lain seperti Trichuris
trichiura (cacing cambuk), Enterobius vermicularis (cacing kremi), Necator
americanus, Ancylostoma duodenale (cacing tambang) dan Strongyloides
stercolaris (cacing benang) tidak ditemukan.
Jumlah telur cacing usus yang ditemukan dari 30 sampel hanya ada 4
telur cacing yang diperoleh dari 4 sampel. Jadi pada masing-masing sampel
hanya ditemukan 1 telur cacing. Dari 4 telur cacing usus tersebut 3 (75,0%)
diantaranya berasal dari sampel kubis bagian luar dan 1 (25,0%) telur cacing
usus yang berasal dari kubis bagian dalam. Hasil selengkapnya dapat dilihat
pada Tabel. 5
Tabel. 5. Jenis dan jumlah telur cacing usus yang ditemukan
Telur cacing usus Jumlah Persentase (%) Jenis telur cacing usus
Ditemukan
Tidak ditemukan
4
26
13,3
86,7
Ascaris lumbriocoides
Total 30 100,0
Dari Tabel.5 dapat dilihat bahwa dari 30 sampel kubis yang siap untuk
lalapan, ternyata ada 13,3% yang masih mengandung telur cacing usus yaitu
jenis Ascaris lumbriocoides (cacing gelang). Hal ini dapat dijelaskan karena
kubis yang diteliti adalah kubis yang siap untuk konsumsi yaitu untuk lalapan,
di mana kubis tersebut sebagian besar sudah mengalami pencucian. Dari 15
pedagang yang diwawancara 13 pedagang (86,7%) yang mencuci kubisnya.
http://jurnal.unimus.ac.id 304
Dengan proses pencucian ini dimungkinkan telur cacing usus yang ada dalam
kubis sebagian telah hilang, meskipun 92,3% pedagang mencuci kubisnya
dalam keadaan bulatan utuh (tidak dilepas satu persatu daun kubisnya).
Proses pencucian yang dilakukan pedagang sebagian besar memang
menggunakan air yang telah ditampung dalam wadah/ ember yaitu dengan air
yang banyak yang memungkinkan telur cacing terbawa air yang digunakan
untuk mencuci. Pada penelitian ini pedagang yang mencuci dengan air yang
mengalir hanya sebesar 23.1%.
Begitu pula pada saat penyajian, dari 15 pedagang yang diwawancarai
ternyata 14 pedagang (93,3%) menyajikan kubis untuk lalapan dengan
membuang terlebih dahulu bagian luar kubis. Dengan proses seperti di atas
dimungkinkan hasil pemeriksaan laboratorium terhadap telur cacing pada 30
sampel kubis yang siap dikonsumsi hanya 13,3% yang positif terdapat telur
cacing usus.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Maemunah di mana
meneliti sampel kubis yang diperoleh dari Bandungan dan Kopeng dan
didapatkan hasil bahwa kontaminasi cacing usus pada kubis yang berasal dari
Bandungan 63,3% dan yang berasal dari Kopeng 80% dan pada umumnya
kontaminasi terjadi pada bagian luar dan tengah6)
.
Muyassaroh (2006) juga meneliti kubis yang telah dicuci sebanyak 2
kali masih terdapat telur cacing usus yaitu Ascaris lumbricuides, Trichuris
trichiura, dan cacing benang3)
. Namun pada penelitian Muyassaroh air yang
digunakan untuk pencucian hanya sedikit. Khomsan juga menyatakan bahwa
meskipun telah dilakukan pengupasan pada daun terluar kubis, ternyata masih
ada kecenderungan bahwa kubis mengandung kontaminan telur cacing gelang
lebih banyak.
Dalam penelitian ini membuktikan bahwa jenis telur cacing usus yang
ditemukan adalah hanya Ascaris lumbriocoides, hal ini kemungkinan
dipengaruhi salah satunya oleh sifat dari jenis telur tersebut. Pada nematoda
parasit yang ada pada tanaman dibedakan menjadi dua golongan yaitu
ectoparasit dan endoparasit. Ascaris lumbriocoides merupakan nematoda
http://jurnal.unimus.ac.id 305
endoparasit yang menetap dan seluruh tubuhnya tenggelam ke dalam jaringan
dan tubuh tanaman inangnya7)
, sehingga masih sulit hilang jika sayuran tersebut
dibersihkan/dicuci.
Selama dalam penanaman sayuran tersebut terdapat pengaruh
lingkungan yang memungkinkan terjadinya ketidakamanan pangan dan
terhadap sisa – sisa kotoran pada sayuran tersebut. Dengan demikian pencucian
mutlak diperlukan sebelum sayuran dikonsumsi. Menurut Khomsan, lalapan
mentah mempunyai risiko besar untuk terkontaminasi jasad renik oleh karena
itu kontaminasi ini dapat membawa dampak kesehatan yang kurang
menguntungkan, untuk itu pencucian dapat meminimalisasi jumlah telur cacing
usus yang dapat merugikan kesehatan8)
.
Kualitas air yang digunakan untuk membersihkan mutlak diperlukan,
karena air juga sangat mempengaruhi keberadaan telur cacing pada saat
pencucian sayuran. Hal ini sesuai dengan pendapat Astawan bahwa pencucian
yang benar adalah dengan air yang mengalir sehingga dapat membersihkan sisa
kotoran dengan maksimal9)
. Karena itu, melakukan pencucian sayuran dengan
air yang mengalir lebih baik.
Pencucian yang tidak sempurna akan mempengaruhi mikroorganime
patogen yang terdapat pada sayuran. Penelitian Astawan juga menunjukkan
adanya beberapa mikroorganisme serta pestisida yang tidak hilang akibat
pencucian, apalagi kalau tidak dilakukan dengan teknik yang benar9)
.
Air bersih adalah air yang tidak berwarna, berbau, dan berasa, serta
bebas dari mikroorganisme patogen. Sumber air yang tidak bersih sering
tercemar oleh berbagai kontaminan, terutama bakteri penyebab penyakit
infeksi9)
. Untuk lebih amannya, mencuci sayuran dengan air matang atau air
mengalir khusus untuk sayuran dan buah-buahan. Hal ini mutlak diperlukan
terutama masyarakat yang gemar mengkonsumsi sayuran mentah atau sebagai
lalapan8)
.
http://jurnal.unimus.ac.id 306
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pedagang lalapan kubis di Kawasan Simpang Lima Kota Semarang yang
mencuci kubisnya sebesar 86,7%. Sisanya pedagang tidak melakukan
pencucian terhadap kubis yang akan digunakan untuk lalapan.
2. Sebanyak 76,9% pedagang mencuci kubisnya dengan air yang tidak
mengalir, hanya sebesar 23,1% yang mencuci dengan air mengalir.
3. Pencucian dilakukan dalam keadaan kubis masih utuh (bulatan) dan pada
saat akan disajikan bagian terluar dibuang lebih dahulu.
4. Hasil pemeriksaan laboratorium ternyata hanya 4 sampel kubis (13,3%)
yang masih mengandung telur cacing usus yaitu jenis Ascaris
lumbriocoides (cacing gelang). Jumlah telur yang ditemukan pada masing-
masing sampel hanya 1 telur cacing.
5. Tidak ditemukan jenis cacing usus yang lain seperti Trichuris trichiura
(cacing cambuk), Enterobius vermicularis (cacing kremi), Necator
americanus, Ancylostoma duodenale (cacing tambang) dan Strongyloides
stercolaris (cacing benang).
Saran
Mengingat masih ditemukannya telur cacing usus pada lalapan yang
dijual pedagang di Kawasan Simpang Lima, dan masih adanya pedagang yang
tidak mencuci lalapan daun kubis maka bagi instansi yang terkait perlu
melakukan pembinaan terhadap pedagang agar memperhatikan cara pencucian
pada sayuran yang akan digunakan untuk lalapan khususnya sayur kubis
dengan prosedur pencucian yang benar agar terjadinya infeksi cacing usus
dapat dicegah.
DAFTAR PUSTAKA
1). Pracaya. Kol Alias Kubis. Cetakan 9. Penerbar Swadaya. Jakarta. 1994
2). Ali Khomsan. Pencucian Sayuran. http://www.google.com. Diakses tanggal
27 Oktober 2005.
3). Siti Muyassaroh. Pengaruh Frekuensi Pencucian pada Daun Kubis
(Brassica oleracea var Capitata) terhadap Jumlah Telur Cacing Usus
(Nematoda Intestinalis). FKM UNIMUS. Semarang. 2006.
http://jurnal.unimus.ac.id 307
4). Lemeshow, S; Hosmer, DW; Klar, J; Lwanga, SK. Adequacy of Sample Size
in Health Studies. WHO. John Wiley & Sons Ltd. England. 1993
5). Soedarto. Helmintologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
Jakarta. 1990.
6). Mumun Maemunah. Kontaminasi Cacing Usus yang Ditularkan Melalui
Tanah (Soil Transmitted Helminths) pada Sayuran Kubis (Brassica
oleracea) dari Bandungan dan Kopeng Kota Semarang. FKM. UNDIP.
1993.
7). Anonim. Dasar Perlindungan Tanaman. http//fp.uns.ac.id/hamasains/dasar
perlintan-3 htm. Diakses tanggal 18 Juli 2006.
8). Ali Khomsan. Keamanan Pangan Pada Sayuran.
http://groups.google.co.id/ Diakses tanggal 8 Oktober 2007
9). Made Astawan. Modal Dasar Hidup Sehat. http://www.gizi.net. Diakses
tanggal 18 Juli 2006.

More Related Content

What's hot

MAKALAH BIOTEKNOLOGI DAN REKAYASA KINETIK
MAKALAH BIOTEKNOLOGI DAN REKAYASA KINETIKMAKALAH BIOTEKNOLOGI DAN REKAYASA KINETIK
MAKALAH BIOTEKNOLOGI DAN REKAYASA KINETIKnanda0rdinary
 
Laporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram
Laporan Praktikum Budidaya Jamur TiramLaporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram
Laporan Praktikum Budidaya Jamur TiramGoogle
 
Makalah Biologi Materi Kelas XII IPA (Bioteknologi dalam Bidang Pereternakan)
Makalah Biologi Materi Kelas XII IPA (Bioteknologi dalam Bidang Pereternakan)Makalah Biologi Materi Kelas XII IPA (Bioteknologi dalam Bidang Pereternakan)
Makalah Biologi Materi Kelas XII IPA (Bioteknologi dalam Bidang Pereternakan)Trias Nurwana
 
Proposal pengembangan usaha budidaya jamur tiram
Proposal pengembangan usaha budidaya jamur tiramProposal pengembangan usaha budidaya jamur tiram
Proposal pengembangan usaha budidaya jamur tiramMbel Gedhez Gedhez
 
Analisa Bisnis Budidaya Belut
Analisa Bisnis Budidaya BelutAnalisa Bisnis Budidaya Belut
Analisa Bisnis Budidaya BelutWarta Wirausaha
 
Penggunaan Teknik Ablasi Tangkai Mata Pada Pematangan Ovarium Induk Rajungan...
Penggunaan Teknik Ablasi Tangkai Mata Pada Pematangan Ovarium  Induk Rajungan...Penggunaan Teknik Ablasi Tangkai Mata Pada Pematangan Ovarium  Induk Rajungan...
Penggunaan Teknik Ablasi Tangkai Mata Pada Pematangan Ovarium Induk Rajungan...CRABERS
 
Budidaya jamur tiram (e)
Budidaya jamur tiram (e)Budidaya jamur tiram (e)
Budidaya jamur tiram (e)Syayida Anna
 
Andrew hidayat 93880-id-none
 Andrew hidayat   93880-id-none Andrew hidayat   93880-id-none
Andrew hidayat 93880-id-noneAndrew Hidayat
 
(Bioteknologi)Materi IPA Bab 6 Kelas 9 oleh Dheanti, Oky dkk Kelas 9C SMPN 26...
(Bioteknologi)Materi IPA Bab 6 Kelas 9 oleh Dheanti, Oky dkk Kelas 9C SMPN 26...(Bioteknologi)Materi IPA Bab 6 Kelas 9 oleh Dheanti, Oky dkk Kelas 9C SMPN 26...
(Bioteknologi)Materi IPA Bab 6 Kelas 9 oleh Dheanti, Oky dkk Kelas 9C SMPN 26...Liana Susanti SMPN 248
 
Teknik Budidaya Jamur Tiram
Teknik Budidaya Jamur TiramTeknik Budidaya Jamur Tiram
Teknik Budidaya Jamur TiramNur Haida
 

What's hot (20)

MAKALAH BIOTEKNOLOGI DAN REKAYASA KINETIK
MAKALAH BIOTEKNOLOGI DAN REKAYASA KINETIKMAKALAH BIOTEKNOLOGI DAN REKAYASA KINETIK
MAKALAH BIOTEKNOLOGI DAN REKAYASA KINETIK
 
Laporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram
Laporan Praktikum Budidaya Jamur TiramLaporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram
Laporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram
 
Kertas kerja-fertigasi
Kertas kerja-fertigasiKertas kerja-fertigasi
Kertas kerja-fertigasi
 
Budidya jamur
Budidya jamurBudidya jamur
Budidya jamur
 
Makalah Biologi Materi Kelas XII IPA (Bioteknologi dalam Bidang Pereternakan)
Makalah Biologi Materi Kelas XII IPA (Bioteknologi dalam Bidang Pereternakan)Makalah Biologi Materi Kelas XII IPA (Bioteknologi dalam Bidang Pereternakan)
Makalah Biologi Materi Kelas XII IPA (Bioteknologi dalam Bidang Pereternakan)
 
Proposal pengembangan usaha budidaya jamur tiram
Proposal pengembangan usaha budidaya jamur tiramProposal pengembangan usaha budidaya jamur tiram
Proposal pengembangan usaha budidaya jamur tiram
 
Analisa Bisnis Budidaya Belut
Analisa Bisnis Budidaya BelutAnalisa Bisnis Budidaya Belut
Analisa Bisnis Budidaya Belut
 
Penggunaan Teknik Ablasi Tangkai Mata Pada Pematangan Ovarium Induk Rajungan...
Penggunaan Teknik Ablasi Tangkai Mata Pada Pematangan Ovarium  Induk Rajungan...Penggunaan Teknik Ablasi Tangkai Mata Pada Pematangan Ovarium  Induk Rajungan...
Penggunaan Teknik Ablasi Tangkai Mata Pada Pematangan Ovarium Induk Rajungan...
 
Antimikroba adila
Antimikroba adilaAntimikroba adila
Antimikroba adila
 
Jurnal agrobacterium
Jurnal agrobacteriumJurnal agrobacterium
Jurnal agrobacterium
 
Budidaya jamur tiram (e)
Budidaya jamur tiram (e)Budidaya jamur tiram (e)
Budidaya jamur tiram (e)
 
Acara 1 fix tekben
Acara 1 fix tekbenAcara 1 fix tekben
Acara 1 fix tekben
 
Andrew hidayat 93880-id-none
 Andrew hidayat   93880-id-none Andrew hidayat   93880-id-none
Andrew hidayat 93880-id-none
 
ppt bioteknologi
ppt bioteknologippt bioteknologi
ppt bioteknologi
 
Budidaya jamur tiram
Budidaya jamur tiramBudidaya jamur tiram
Budidaya jamur tiram
 
Pr mikro
Pr mikroPr mikro
Pr mikro
 
(Bioteknologi)Materi IPA Bab 6 Kelas 9 oleh Dheanti, Oky dkk Kelas 9C SMPN 26...
(Bioteknologi)Materi IPA Bab 6 Kelas 9 oleh Dheanti, Oky dkk Kelas 9C SMPN 26...(Bioteknologi)Materi IPA Bab 6 Kelas 9 oleh Dheanti, Oky dkk Kelas 9C SMPN 26...
(Bioteknologi)Materi IPA Bab 6 Kelas 9 oleh Dheanti, Oky dkk Kelas 9C SMPN 26...
 
Laporan praktikum isolasi
Laporan praktikum isolasiLaporan praktikum isolasi
Laporan praktikum isolasi
 
Ulat hongkong
Ulat hongkongUlat hongkong
Ulat hongkong
 
Teknik Budidaya Jamur Tiram
Teknik Budidaya Jamur TiramTeknik Budidaya Jamur Tiram
Teknik Budidaya Jamur Tiram
 

Viewers also liked

Neil armstrong
Neil armstrongNeil armstrong
Neil armstrongRobles1245
 
Elementary institute 2010
Elementary institute 2010Elementary institute 2010
Elementary institute 2010Robles1245
 
Abc өртөг тооцох арга
Abc өртөг тооцох аргаAbc өртөг тооцох арга
Abc өртөг тооцох аргаTengis Batsukh
 
Nbbism biydaalt 2 hevleh
Nbbism biydaalt 2 hevlehNbbism biydaalt 2 hevleh
Nbbism biydaalt 2 hevlehTengis Batsukh
 
Cacing nematoda usus
Cacing nematoda ususCacing nematoda usus
Cacing nematoda ususdianaabdul
 
Cerebral palsy- Etiology and Classification
Cerebral palsy- Etiology and ClassificationCerebral palsy- Etiology and Classification
Cerebral palsy- Etiology and ClassificationLibin Thomas
 
Cerebral palsy by padma
Cerebral palsy by padmaCerebral palsy by padma
Cerebral palsy by padmapsingh_94
 
Cerebral Palsy: PT assessment and Management
Cerebral Palsy: PT assessment and ManagementCerebral Palsy: PT assessment and Management
Cerebral Palsy: PT assessment and ManagementSurbala devi
 

Viewers also liked (11)

Neil armstrong
Neil armstrongNeil armstrong
Neil armstrong
 
cmg
cmgcmg
cmg
 
Elementary institute 2010
Elementary institute 2010Elementary institute 2010
Elementary institute 2010
 
Abc өртөг тооцох арга
Abc өртөг тооцох аргаAbc өртөг тооцох арга
Abc өртөг тооцох арга
 
Nbbism biydaalt 2 hevleh
Nbbism biydaalt 2 hevlehNbbism biydaalt 2 hevleh
Nbbism biydaalt 2 hevleh
 
Cerebral palsy
Cerebral palsyCerebral palsy
Cerebral palsy
 
Cerebral palsy
Cerebral palsyCerebral palsy
Cerebral palsy
 
Cacing nematoda usus
Cacing nematoda ususCacing nematoda usus
Cacing nematoda usus
 
Cerebral palsy- Etiology and Classification
Cerebral palsy- Etiology and ClassificationCerebral palsy- Etiology and Classification
Cerebral palsy- Etiology and Classification
 
Cerebral palsy by padma
Cerebral palsy by padmaCerebral palsy by padma
Cerebral palsy by padma
 
Cerebral Palsy: PT assessment and Management
Cerebral Palsy: PT assessment and ManagementCerebral Palsy: PT assessment and Management
Cerebral Palsy: PT assessment and Management
 

Similar to 133 285-1-sm

Proposal program unggulan kkn posdaya
Proposal program unggulan kkn posdayaProposal program unggulan kkn posdaya
Proposal program unggulan kkn posdayaApriliani Ristia
 
Manajemen produksi tanaman kailan
Manajemen produksi tanaman kailanManajemen produksi tanaman kailan
Manajemen produksi tanaman kailanEla Afellay
 
ppt rafi.pptx
ppt rafi.pptxppt rafi.pptx
ppt rafi.pptxMhmadHfz
 
188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benih
188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benih188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benih
188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benihratnanovianty_
 
Produksi Udang Sayur Untuk Memberdayakan Backyard Hatchery
Produksi Udang Sayur  Untuk Memberdayakan Backyard HatcheryProduksi Udang Sayur  Untuk Memberdayakan Backyard Hatchery
Produksi Udang Sayur Untuk Memberdayakan Backyard Hatcherylisa ruliaty 631971
 
Teknik pembenihan ikan I
Teknik pembenihan ikan ITeknik pembenihan ikan I
Teknik pembenihan ikan IIbnu Sahidhir
 
Aplikasi ilmu genetika dalam kehidupan sehari dwi meliyani
Aplikasi ilmu genetika dalam kehidupan sehari dwi meliyaniAplikasi ilmu genetika dalam kehidupan sehari dwi meliyani
Aplikasi ilmu genetika dalam kehidupan sehari dwi meliyaniratnisarirkuka
 
Aplikasi ilmu genetika dalam kehidupan sehari dwi meliyani
Aplikasi ilmu genetika dalam kehidupan sehari dwi meliyaniAplikasi ilmu genetika dalam kehidupan sehari dwi meliyani
Aplikasi ilmu genetika dalam kehidupan sehari dwi meliyaniratnisarirkuka
 
Mini riset jamur
Mini riset jamur Mini riset jamur
Mini riset jamur IreneDesfia
 
KEBIASAAN MAKAN TIRAM MUTIARA Pintada maxima DI PERAIRAN TELUK SEKOTONG, LOMBOK
KEBIASAAN MAKAN TIRAM MUTIARA Pintada maxima DI PERAIRAN TELUK SEKOTONG, LOMBOKKEBIASAAN MAKAN TIRAM MUTIARA Pintada maxima DI PERAIRAN TELUK SEKOTONG, LOMBOK
KEBIASAAN MAKAN TIRAM MUTIARA Pintada maxima DI PERAIRAN TELUK SEKOTONG, LOMBOKRepository Ipb
 
3. MATERI PENYULUHAN PHT PADI.pptx
3. MATERI PENYULUHAN PHT PADI.pptx3. MATERI PENYULUHAN PHT PADI.pptx
3. MATERI PENYULUHAN PHT PADI.pptxRatyh
 
simplisia ciplukan..pptx
simplisia ciplukan..pptxsimplisia ciplukan..pptx
simplisia ciplukan..pptxekasaputri27
 
Slide PPT Mikroworm Daf 1042 tv t3
Slide PPT Mikroworm Daf 1042 tv t3Slide PPT Mikroworm Daf 1042 tv t3
Slide PPT Mikroworm Daf 1042 tv t3Surianim Azmi
 
jm_pharmacon,+42.+Cicilia+Kosasi+(351-359).pdf
jm_pharmacon,+42.+Cicilia+Kosasi+(351-359).pdfjm_pharmacon,+42.+Cicilia+Kosasi+(351-359).pdf
jm_pharmacon,+42.+Cicilia+Kosasi+(351-359).pdfYuliWulanSari5
 
3. MATERI PENYULUHAN PHT PADI.pdf
3. MATERI PENYULUHAN PHT PADI.pdf3. MATERI PENYULUHAN PHT PADI.pdf
3. MATERI PENYULUHAN PHT PADI.pdfAdityaAditya585286
 
Penyehatan lingkungan untuk puskesmas
Penyehatan lingkungan untuk puskesmasPenyehatan lingkungan untuk puskesmas
Penyehatan lingkungan untuk puskesmasDR Irene
 

Similar to 133 285-1-sm (20)

Proposal program unggulan kkn posdaya
Proposal program unggulan kkn posdayaProposal program unggulan kkn posdaya
Proposal program unggulan kkn posdaya
 
Manajemen produksi tanaman kailan
Manajemen produksi tanaman kailanManajemen produksi tanaman kailan
Manajemen produksi tanaman kailan
 
Buku petunjuk teknisbudidaya jamur merang ff
Buku petunjuk teknisbudidaya jamur merang ffBuku petunjuk teknisbudidaya jamur merang ff
Buku petunjuk teknisbudidaya jamur merang ff
 
ppt rafi.pptx
ppt rafi.pptxppt rafi.pptx
ppt rafi.pptx
 
188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benih
188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benih188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benih
188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benih
 
Pkmk
Pkmk Pkmk
Pkmk
 
Produksi Udang Sayur Untuk Memberdayakan Backyard Hatchery
Produksi Udang Sayur  Untuk Memberdayakan Backyard HatcheryProduksi Udang Sayur  Untuk Memberdayakan Backyard Hatchery
Produksi Udang Sayur Untuk Memberdayakan Backyard Hatchery
 
Budidaya Ikan NIla
Budidaya Ikan NIlaBudidaya Ikan NIla
Budidaya Ikan NIla
 
Teknik pembenihan ikan I
Teknik pembenihan ikan ITeknik pembenihan ikan I
Teknik pembenihan ikan I
 
Aplikasi ilmu genetika dalam kehidupan sehari dwi meliyani
Aplikasi ilmu genetika dalam kehidupan sehari dwi meliyaniAplikasi ilmu genetika dalam kehidupan sehari dwi meliyani
Aplikasi ilmu genetika dalam kehidupan sehari dwi meliyani
 
Aplikasi ilmu genetika dalam kehidupan sehari dwi meliyani
Aplikasi ilmu genetika dalam kehidupan sehari dwi meliyaniAplikasi ilmu genetika dalam kehidupan sehari dwi meliyani
Aplikasi ilmu genetika dalam kehidupan sehari dwi meliyani
 
Mini riset jamur
Mini riset jamur Mini riset jamur
Mini riset jamur
 
KEBIASAAN MAKAN TIRAM MUTIARA Pintada maxima DI PERAIRAN TELUK SEKOTONG, LOMBOK
KEBIASAAN MAKAN TIRAM MUTIARA Pintada maxima DI PERAIRAN TELUK SEKOTONG, LOMBOKKEBIASAAN MAKAN TIRAM MUTIARA Pintada maxima DI PERAIRAN TELUK SEKOTONG, LOMBOK
KEBIASAAN MAKAN TIRAM MUTIARA Pintada maxima DI PERAIRAN TELUK SEKOTONG, LOMBOK
 
3. MATERI PENYULUHAN PHT PADI.pptx
3. MATERI PENYULUHAN PHT PADI.pptx3. MATERI PENYULUHAN PHT PADI.pptx
3. MATERI PENYULUHAN PHT PADI.pptx
 
Ppt project kelompok 5 b kultur jaringan.
Ppt project kelompok 5 b kultur jaringan.Ppt project kelompok 5 b kultur jaringan.
Ppt project kelompok 5 b kultur jaringan.
 
simplisia ciplukan..pptx
simplisia ciplukan..pptxsimplisia ciplukan..pptx
simplisia ciplukan..pptx
 
Slide PPT Mikroworm Daf 1042 tv t3
Slide PPT Mikroworm Daf 1042 tv t3Slide PPT Mikroworm Daf 1042 tv t3
Slide PPT Mikroworm Daf 1042 tv t3
 
jm_pharmacon,+42.+Cicilia+Kosasi+(351-359).pdf
jm_pharmacon,+42.+Cicilia+Kosasi+(351-359).pdfjm_pharmacon,+42.+Cicilia+Kosasi+(351-359).pdf
jm_pharmacon,+42.+Cicilia+Kosasi+(351-359).pdf
 
3. MATERI PENYULUHAN PHT PADI.pdf
3. MATERI PENYULUHAN PHT PADI.pdf3. MATERI PENYULUHAN PHT PADI.pdf
3. MATERI PENYULUHAN PHT PADI.pdf
 
Penyehatan lingkungan untuk puskesmas
Penyehatan lingkungan untuk puskesmasPenyehatan lingkungan untuk puskesmas
Penyehatan lingkungan untuk puskesmas
 

Recently uploaded

Sistemm Klasifikasi Virus Baltimore.docx
Sistemm Klasifikasi Virus Baltimore.docxSistemm Klasifikasi Virus Baltimore.docx
Sistemm Klasifikasi Virus Baltimore.docxImmanuelIndrapratama
 
PENGELOLAAN OBAT PADA ANAK DAN LANSIA (1).pptx
PENGELOLAAN OBAT PADA ANAK DAN LANSIA (1).pptxPENGELOLAAN OBAT PADA ANAK DAN LANSIA (1).pptx
PENGELOLAAN OBAT PADA ANAK DAN LANSIA (1).pptxsandiharyanto
 
KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR KEPERAWATAN D3
KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR KEPERAWATAN D3KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR KEPERAWATAN D3
KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR KEPERAWATAN D3NadhifahRahmawati
 
PPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptx
PPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptxPPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptx
PPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptxwijayanti1974
 
epidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.ppt
epidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.pptepidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.ppt
epidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.pptAnisyahHariadi
 
Tata laksana batuk disesuaikan dengan penyakit dasar.pptx
Tata laksana batuk disesuaikan dengan penyakit dasar.pptxTata laksana batuk disesuaikan dengan penyakit dasar.pptx
Tata laksana batuk disesuaikan dengan penyakit dasar.pptxseptimanzebua
 
Movi Tri Wulandari - Portofolio Perawat
Movi Tri Wulandari -  Portofolio PerawatMovi Tri Wulandari -  Portofolio Perawat
Movi Tri Wulandari - Portofolio PerawatMovieWulandari
 
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptxPPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptxDwiDamayantiJonathan1
 
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptxProsedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptxSimon Samsudin
 
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptxPenyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptxTULUSHADI
 
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptxPresentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptxPeniMSaptoargo2
 
Pengaturan suhu tubuh materi 2023/24.pptx
Pengaturan suhu tubuh materi 2023/24.pptxPengaturan suhu tubuh materi 2023/24.pptx
Pengaturan suhu tubuh materi 2023/24.pptxNadhifahRahmawati
 
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptxPengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptxcholiftiara1
 
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOST
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOSTHEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOST
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOSTRiskaViandini1
 
materi tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbarumateri tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbaruPrajaPratama4
 
Asuhan Keperawatan Gagal ginjal akut & kronik.pptx
Asuhan Keperawatan Gagal ginjal akut & kronik.pptxAsuhan Keperawatan Gagal ginjal akut & kronik.pptx
Asuhan Keperawatan Gagal ginjal akut & kronik.pptxIrfanNersMaulana
 
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan BandungObat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan BandungHalo Docter
 
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...NenkRiniRosmHz
 
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakat
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakatEPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakat
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakatssuser7c01e3
 
PRESENTASI KELOMPOK 3 OJT PUS UNMET NEED.pptx
PRESENTASI KELOMPOK 3 OJT PUS UNMET NEED.pptxPRESENTASI KELOMPOK 3 OJT PUS UNMET NEED.pptx
PRESENTASI KELOMPOK 3 OJT PUS UNMET NEED.pptxgunadarmabarra
 

Recently uploaded (20)

Sistemm Klasifikasi Virus Baltimore.docx
Sistemm Klasifikasi Virus Baltimore.docxSistemm Klasifikasi Virus Baltimore.docx
Sistemm Klasifikasi Virus Baltimore.docx
 
PENGELOLAAN OBAT PADA ANAK DAN LANSIA (1).pptx
PENGELOLAAN OBAT PADA ANAK DAN LANSIA (1).pptxPENGELOLAAN OBAT PADA ANAK DAN LANSIA (1).pptx
PENGELOLAAN OBAT PADA ANAK DAN LANSIA (1).pptx
 
KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR KEPERAWATAN D3
KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR KEPERAWATAN D3KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR KEPERAWATAN D3
KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR KEPERAWATAN D3
 
PPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptx
PPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptxPPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptx
PPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptx
 
epidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.ppt
epidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.pptepidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.ppt
epidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.ppt
 
Tata laksana batuk disesuaikan dengan penyakit dasar.pptx
Tata laksana batuk disesuaikan dengan penyakit dasar.pptxTata laksana batuk disesuaikan dengan penyakit dasar.pptx
Tata laksana batuk disesuaikan dengan penyakit dasar.pptx
 
Movi Tri Wulandari - Portofolio Perawat
Movi Tri Wulandari -  Portofolio PerawatMovi Tri Wulandari -  Portofolio Perawat
Movi Tri Wulandari - Portofolio Perawat
 
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptxPPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
 
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptxProsedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
 
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptxPenyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
 
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptxPresentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
 
Pengaturan suhu tubuh materi 2023/24.pptx
Pengaturan suhu tubuh materi 2023/24.pptxPengaturan suhu tubuh materi 2023/24.pptx
Pengaturan suhu tubuh materi 2023/24.pptx
 
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptxPengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
 
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOST
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOSTHEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOST
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOST
 
materi tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbarumateri tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbaru
 
Asuhan Keperawatan Gagal ginjal akut & kronik.pptx
Asuhan Keperawatan Gagal ginjal akut & kronik.pptxAsuhan Keperawatan Gagal ginjal akut & kronik.pptx
Asuhan Keperawatan Gagal ginjal akut & kronik.pptx
 
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan BandungObat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
 
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
 
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakat
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakatEPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakat
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakat
 
PRESENTASI KELOMPOK 3 OJT PUS UNMET NEED.pptx
PRESENTASI KELOMPOK 3 OJT PUS UNMET NEED.pptxPRESENTASI KELOMPOK 3 OJT PUS UNMET NEED.pptx
PRESENTASI KELOMPOK 3 OJT PUS UNMET NEED.pptx
 

133 285-1-sm

  • 1. http://jurnal.unimus.ac.id 297 IDENTIFIKASI TELUR CACING USUS PADA LALAPAN DAUN KUBIS YANG DIJUAL PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN SIMPANG LIMA KOTA SEMARANG Rahayu Astuti*, Siti Aminah** ABSTRAK Prevalensi infeksi cacing usus di beberapa tempat di Indonesia mencapai 80 % yang umumnya ditularkan melalui makanan/minuman atau melalui kulit. Jenis makanan yang memungkinkan terjadinya penularan adalah jenis sayuran seperti kubis karena kubis seringkali dikonsumsi dalam bentuk mentah atau lalapan. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan cara pencucian kubis dan mengidentifikasi telur cacing usus pada lalapan kubis yang dijual pedagang kaki lima di kawasan Simpang Lima Kota Semarang. Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan jenis penelitian yang dilakukan adalah “Explanatory Research” dan rancangan penelitian adalah cross sectional. Populasi adalah seluruh pedagang kaki lima yang menjual lalapan dari kubis yang berlokasi di sekitar Simpang Lima. Sampel diambil secara “Simple Random Sampling” dan besar sampel 15 pedagang. Data dikumpulkan dengan cara wawancara terhadap pedagang. Data jenis telur cacing usus dan jumlah telur cacing usus diukur dengan menggunakan metode modifikasi pengapungan NaCl jenuh. Analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif. Hasil penelitian, pedagang lalapan kubis di kawasan Simpang Lima Kota Semarang yang mencuci kubisnya sebesar 86,7%. Sebanyak 76,9% pedagang mencuci kubisnya dengan air yang tidak mengalir, hanya sebesar 23,1% yang mencuci dengan air mengalir. Pencucian dilakukan dalam keadaan kubis masih utuh (bulatan) dan pada saat akan disajikan bagian terluar dibuang lebih dahulu. Hasil pemeriksaan laboratorium ternyata masih ada 4 sampel kubis (13,3%) yang masih mengandung telur cacing usus yaitu jenis Ascaris lumbriocoides (cacing gelang). Jumlah telur yang ditemukan pada masing-masing sampel hanya 1 telur cacing. Kata kunci : telur cacing usus, lalapan, daun kubis. * Dosen FKM UNIMUS ** Dosen FIKKES UNIMUS
  • 2. http://jurnal.unimus.ac.id 298 PENDAHULUAN Di Indonesia angka kesakitan karena terinfeksi cacing usus atau perut cukup tinggi. Hal ini dikarenakan letak geografis Indonesia di daerah tropik yang mempunyai iklim yang panas akan tetapi lembab. Pada lingkungan yang memungkinkan, cacing usus dapat berkembang biak dengan baik terutama oleh cacing yang ditularkan melalui tanah (Soil transmitted Helminth). Penularan cacing usus bisa terjadi melalui makanan atau minuman yang tercemar, melalui udara yang tercemar atau secara langsung melalui tangan yang tercemar telur cacing yang infektif.1) Masyarakat Indonesia umumnya begitu akrab dengan sayuran, dari sayuran yang dikonsumsi segar sebagai lalap mentah seperti kubis sampai sayuran untuk campuran makanan lain. Kubis termasuk salah satu sayuran daun yang digemari oleh hampir setiap orang, dengan cita rasanya enak dan lezat. Kubis merupakan sumber penting Vitamin C dan beberapa mineral. Kebiasaan memakan sayuran mentah (lalapan) perlu hati-hati terutama jika dalam pencucian kurang baik sehingga memungkinkan masih adanya telur cacing pada tanaman kubis. Dengan demikian perlu diketahui seberapa besar pencemaran sayuran mentah (lalapan) oleh parasit atau bakteri intestial. Parasit pada sayuran yang ditemukan adalah: Ascaris lumbricuides, Trichuris trichiura, cacing tambang, larva Strongyloides stercoralis, larva Rhabditidae, dan cercaria. Pada tanah ditemukan Ascaris lumbricoides,Trichuris trichiura dan Rahabditidae. Baik sayuran, air maupun tanah semua mengandung Escherichia coli yang cukup tinggi, baik tanaman di kebun maupun di pasar semua tercemar parasit usus dan bakteri E coli. Prevalensi cacing usus di beberapa tempat di Indonesia mencapai 80 % yang umumnya ditularkan melalui makanan/minuman atau melalui kulit. 2) Hasil penelitian Suprana terhadap telur cacing gelang pada kubis yang merupakan sayuran daun dan pada ketimun yang merupakan sayuran buah yang kemudian diberi perlakuan pencucian dengan air diam dan air mengalir yang berasal dari air PDAM Kotamadya DT II Bogor, tingkat kontaminasi cacing gelang pada kubis ternyata lebih tinggi dari pada ketimun.2) Begitu juga
  • 3. http://jurnal.unimus.ac.id 299 penelitian Muyassaroh (2006), ternyata meskipun kubis sudah dicuci sebanyak 2 kali masih terdapat telur cacing usus yaitu Ascaris lumbricuides, Trichuris trichiura, dan cacing benang. (3) Di Indonesia banyak masyarakat yang belum tahu tentang pengetahuan cara hidup sehat yaitu cara untuk menjaga kebersihan perorangan, kebersihan makanan dan minuman misalnya pencucian serta cara pengolahan yang belum dipahami dengan baik.1) Kubis sebagai lalapan banyak disajikan pada penjual makanan pedagang kaki lima seperti penjual pecel lele, burung dara goreng, bebek goreng, ayam goreng dan sebagainya. Simpang Lima sebagai kawasan ramai di pusat kota Semarang banyak terdapat penjual pecel lele, burung dara goreng, bebek goreng, dan ayam goreng. Proses pencucian yang dilakukan pedagang tersebut tidak banyak diketahui. Adanya kemungkinan masih terdapat telur cacing usus pada makanan tersebut terutama pada lalapan daun kubis. METODE Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan jenis penelitian yang dilakukan adalah “Explanatory research”. Rancangan penelitian adalah cross sectional. Lokasi penelitian adalah Kawasan Simpang Lima Kota Semarang, sedangkan untuk pemeriksaan telur cacing usus pada lalapan daun kubis dilaksanakan di Laboratorium FIKKES UNIMUS. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pedagang kaki lima yang menjual lalapan dari kubis yang berlokasi di Kawasan Simpang Lima. Jumlah pedagang di sekitar lapangan Simpang Lima (jarak sekitar 1 km dari lapangan) berjumlah 41 pedagang. Sampel diambil secara “Simple Random Sampling” . Besar sampel dihitung dengan rumus besar sampel minimal (Lemeshow, et al, 1993)4) . Diperoleh besar sampel sebesar 15 pedagang. Unit analisis dalam penelitian ini adalah adalah lalapan kubis yang dijual pedagang kaki lima di Kawasan Simpang Lima Semarang. Data yang dikumpulkan adalah data primer yaitu data tentang asal kubis, cara pencucian kubis yang akan digunakan oleh pedagang sebagai lalapan yang akan dijual, diperoleh dengan cara wawancara terhadap pedagang yang terambil sebagai sampel. Data jenis telur cacing usus
  • 4. http://jurnal.unimus.ac.id 300 dan jumlah telur cacing usus yang diukur dari lalapan kubis yang dibeli dari pedagang di Kawasan Simpang Lima. Pengukuran yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode modifikasi pengapungan NaCl jenuh5) . Bahan yang digunakan adalah daun kubis yang dibeli dari pedagang yang terambil sebagai sampel yaitu sebanyak 15 pedagang, NaCl jenuh, aquadest. Alat yang digunakan adalah beaker glass, obyek glass, pinset, tabung reaksi, kaca penutup (deck glass), gelas ukur, mikroskop. Identifikasi jenis dan jumlah telur cacing ususnya di Laboratorium FIKKES UNIMUS. Pengolahan data dilakukan melalui tahapan editing, coding dan prosesing termasuk entry data. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan masing-masing variabel yang diteliti, termasuk jenis telur cacing dan jumlah telur cacing yang terdapat pada lalapan daun kubis. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran Umum Pedagang Pedagang yang menjual lalapan dari daun kol adalah pedagang disekitar Simpang Lima Semarang seperti penjual / warung seafood, ikan bakar, ayam goreng, ayam bakar, nasi goreng, nasi ayam, nasi bakar, burung dara goreng, bebek goreng. Kebanyakan tempat jualan yang mereka gunakan sudah tetap. Mulai berjualan sore hari sekitar pukul 17.00-18.00 sampai habis jualannya atau sekitar pukul 24.00. 2. Asal kubis yang digunakan untuk lalapan Kubis yang dijual untuk lalapan diperoleh dari berbagai pasar yang ada di Kota Semarang. Hasil wawancara terhadap 15 pedagang diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 1. Asal kubis yang dijual pedagang Berasal dari Jumlah Persentase (%) Pasar Johar Pasar Bulu Pasar Peterongan Pasar Kobong Pasar Karangayu Pedagang yang secara rutin mengirimnya 4 3 5 1 1 1 26,7 20,0 33,3 6,7 6,7 6,7 Total 15 100,0
  • 5. http://jurnal.unimus.ac.id 301 Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa sebanyak 33,3% pedagang membeli kubis di pasar Peterongan, hal ini dikarenakan letak pasar Peterongan ke Simpang Lima paling dekat dibanding pasar lainnya. Disusul 26,7% berasal dari pasar Johar hal ini dimungkinkan karena pasar Johar merupakan pusat perkulakan sehingga harganya lebih murah. Kemudian sebanyak 20,0% kubis yang dijual berasal dari pasar Bulu. Sisanya berasal dari pasar Kobong, pasar Karangayu dan ada yang dikirim oleh pedagang sayuran yang sudah secara rutin memasok kubis. 3. Pencucian kubis oleh pedagang Pencucian kubis oleh pedagang lalapan adalah sangat penting, mengingat kubis yang akan digunakan sebagai lalapan adalah kubis yang masih mentah sehingga kebersihannya perlu diperhatikan untuk menjaga keamanan pangan bagi konsumen. Hasil wawancara terhadap 15 pedagang, ternyata ada 2 pedagang yang tidak mencuci kubis yang akan dijual untuk lalapan seperti terlihat pada Tabel 2. Tabel 2. Pencucian kubis yang akan dijual sebagai lalapan Pencucian Jumlah Persentase (%) Dicuci Tidak dicuci 13 2 86,7 13,3 Total 15 100,0 Air yang digunakan untuk mencuci ada yang berasal dari PDAM dan ada juga ada yang dari air sumur. Air yang digunakan ada air yang mengalir (menggunakan kran air) dan ada yang berasal dari air diam (air yang ditaruh dalam wadah). Tentunya jika dicuci dengan air mengalir maka kotoran yang ada akan terbawa air yang mengalir tersebut, termasuk telur cacing yang masih menempel pada daun kubis. Dari 13 pedagang yang mencuci kubisnya ternyata sebagian besar (76,9%) pedagang mencuci kubisnya dengan air yang tidak mengalir, yaitu air yang ditaruh pada wadah (waskom) atau ember. Hasil pengamatan dan wawancara seperti terlihat pada Tabel.3. Tabel. 3. Air yang digunakan untuk mencuci kubis Air untuk pencucian Jumlah Persentase (%) Dicuci dengan air mengalir Dicuci dengan air tidak mengalir 3 10 23,1 76,9 Total 13 100,0
  • 6. http://jurnal.unimus.ac.id 302 Cara mencuci kubis untuk lalapan ada yang dicuci dalam keadaan utuh (bulatan penuh) dan ada yang dicuci dalam keadaan dilepas per lembar. Sebagian besar pedagang (92,3%) mencuci kubis masih dalam keadaan utuh (bulatan penuh). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel. 4. Tabel. 4. Keadaan kubis pada saat dicuci Keadaan kubis Jumlah Persentase (%) Dicuci dalam keadaan utuh (bulatan penuh) Dicuci dalam keadaan dilepas per lembar 12 1 92,3 7,7 Total 13 100,0 Pada saat akan disajikan, dari 15 pedagang yang diwawancarai ternyata 14 pedagang (93,3%) menyajikan kubis untuk lalapan dengan membuang terlebih dahulu bagian luar kubis. Pada saat penyajian, dari kubis bulatan kemudian diiris kecil-kecil. Hal ini dilakukan sebagian besar pedagang (80%) sedangkan sisanya, 3 pedagang (20%) menyajikannya dengan cara kubis yang telah dicuci dilepas per lembar kemudian diiris kecil-kecil. 4. Deskripsi jenis telur cacing dan jumlah telur cacing Pada penelitian ini pemeriksaan telur pada kubis dilakukan di laboratorium FIKKES UNIMUS. Metode yang digunakan untuk pemeriksaan telur cacing usus pada kubis adalah metode modifikasi pengapungan NaCl jenuh. Metode ini dipilih karena sifat daun kubis jika dalam jumlah kecil dimasukkan ke dalam air akan mengapung sehingga jika digunakan metode pengapungan secara langsung hasilnya kurang maksimal, mengingat potongan daun kubis akan terapung dan menghalangi pemeriksaan telur yang menempel pada deck glass. Begitu juga dengan metode pemusingan dan pengapungan. Pada metode ini kubis diblender dahulu sampai halus. Kemudian dimasukkan ke dalam gelas ukur. Namun meskipun kubis telah diblender, masih ada daun kubis yang terapung sehingga menghalangi pemeriksaan telur cacing usus. Berdasarkan hasil pemeriksaan pendahuluan tersebut di atas, maka pada penelitian ini digunakan metode modifikasi pengapungan NaCl jenuh. Pada penelitian ini juga dilakukan kontrol metode modifikasi pengapungan NaCl jenuh. Ternyata pada percobaan pertama diperoleh hasil validitas 86.7% dan pada percobaan kedua diperoleh hasil validitas 89,3%. Jadi rerata hasil uji
  • 7. http://jurnal.unimus.ac.id 303 validitas metode ini adalah 88%. Artinya metode yang digunakan dapat medeteksi adanya telur cacing usus pada kubis sebesar 88%. Pada penelitian ini, sampel kubis dibeli dari 15 pedagang. Dari 15 sampel kubis tersebut masing –masing diambil kubis bagian luar dan kubis bagian dalam. Sehingga terdapat 30 sampel kubis yang akan diamati. Pada tiap sampel kubis kemudian diamati di bawah mikroskop sebanyak 15 kali. Dengan demikian terdapat 30x15 atau 450 pengamatan terhadap telur cacing usus dengan menggunakan mikroskop. Hasil pengamatan terhadap 30 sampel kubis, diperoleh hasil sebanyak 4 sampel kubis yang positif terdapat telur cacing usus yaitu jenis Ascaris lumbriocoides (cacing gelang). Pada penelitian ini telur cacing usus yang ditemukan hanya 1 jenis saja. Jenis cacing usus yang lain seperti Trichuris trichiura (cacing cambuk), Enterobius vermicularis (cacing kremi), Necator americanus, Ancylostoma duodenale (cacing tambang) dan Strongyloides stercolaris (cacing benang) tidak ditemukan. Jumlah telur cacing usus yang ditemukan dari 30 sampel hanya ada 4 telur cacing yang diperoleh dari 4 sampel. Jadi pada masing-masing sampel hanya ditemukan 1 telur cacing. Dari 4 telur cacing usus tersebut 3 (75,0%) diantaranya berasal dari sampel kubis bagian luar dan 1 (25,0%) telur cacing usus yang berasal dari kubis bagian dalam. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel. 5 Tabel. 5. Jenis dan jumlah telur cacing usus yang ditemukan Telur cacing usus Jumlah Persentase (%) Jenis telur cacing usus Ditemukan Tidak ditemukan 4 26 13,3 86,7 Ascaris lumbriocoides Total 30 100,0 Dari Tabel.5 dapat dilihat bahwa dari 30 sampel kubis yang siap untuk lalapan, ternyata ada 13,3% yang masih mengandung telur cacing usus yaitu jenis Ascaris lumbriocoides (cacing gelang). Hal ini dapat dijelaskan karena kubis yang diteliti adalah kubis yang siap untuk konsumsi yaitu untuk lalapan, di mana kubis tersebut sebagian besar sudah mengalami pencucian. Dari 15 pedagang yang diwawancara 13 pedagang (86,7%) yang mencuci kubisnya.
  • 8. http://jurnal.unimus.ac.id 304 Dengan proses pencucian ini dimungkinkan telur cacing usus yang ada dalam kubis sebagian telah hilang, meskipun 92,3% pedagang mencuci kubisnya dalam keadaan bulatan utuh (tidak dilepas satu persatu daun kubisnya). Proses pencucian yang dilakukan pedagang sebagian besar memang menggunakan air yang telah ditampung dalam wadah/ ember yaitu dengan air yang banyak yang memungkinkan telur cacing terbawa air yang digunakan untuk mencuci. Pada penelitian ini pedagang yang mencuci dengan air yang mengalir hanya sebesar 23.1%. Begitu pula pada saat penyajian, dari 15 pedagang yang diwawancarai ternyata 14 pedagang (93,3%) menyajikan kubis untuk lalapan dengan membuang terlebih dahulu bagian luar kubis. Dengan proses seperti di atas dimungkinkan hasil pemeriksaan laboratorium terhadap telur cacing pada 30 sampel kubis yang siap dikonsumsi hanya 13,3% yang positif terdapat telur cacing usus. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Maemunah di mana meneliti sampel kubis yang diperoleh dari Bandungan dan Kopeng dan didapatkan hasil bahwa kontaminasi cacing usus pada kubis yang berasal dari Bandungan 63,3% dan yang berasal dari Kopeng 80% dan pada umumnya kontaminasi terjadi pada bagian luar dan tengah6) . Muyassaroh (2006) juga meneliti kubis yang telah dicuci sebanyak 2 kali masih terdapat telur cacing usus yaitu Ascaris lumbricuides, Trichuris trichiura, dan cacing benang3) . Namun pada penelitian Muyassaroh air yang digunakan untuk pencucian hanya sedikit. Khomsan juga menyatakan bahwa meskipun telah dilakukan pengupasan pada daun terluar kubis, ternyata masih ada kecenderungan bahwa kubis mengandung kontaminan telur cacing gelang lebih banyak. Dalam penelitian ini membuktikan bahwa jenis telur cacing usus yang ditemukan adalah hanya Ascaris lumbriocoides, hal ini kemungkinan dipengaruhi salah satunya oleh sifat dari jenis telur tersebut. Pada nematoda parasit yang ada pada tanaman dibedakan menjadi dua golongan yaitu ectoparasit dan endoparasit. Ascaris lumbriocoides merupakan nematoda
  • 9. http://jurnal.unimus.ac.id 305 endoparasit yang menetap dan seluruh tubuhnya tenggelam ke dalam jaringan dan tubuh tanaman inangnya7) , sehingga masih sulit hilang jika sayuran tersebut dibersihkan/dicuci. Selama dalam penanaman sayuran tersebut terdapat pengaruh lingkungan yang memungkinkan terjadinya ketidakamanan pangan dan terhadap sisa – sisa kotoran pada sayuran tersebut. Dengan demikian pencucian mutlak diperlukan sebelum sayuran dikonsumsi. Menurut Khomsan, lalapan mentah mempunyai risiko besar untuk terkontaminasi jasad renik oleh karena itu kontaminasi ini dapat membawa dampak kesehatan yang kurang menguntungkan, untuk itu pencucian dapat meminimalisasi jumlah telur cacing usus yang dapat merugikan kesehatan8) . Kualitas air yang digunakan untuk membersihkan mutlak diperlukan, karena air juga sangat mempengaruhi keberadaan telur cacing pada saat pencucian sayuran. Hal ini sesuai dengan pendapat Astawan bahwa pencucian yang benar adalah dengan air yang mengalir sehingga dapat membersihkan sisa kotoran dengan maksimal9) . Karena itu, melakukan pencucian sayuran dengan air yang mengalir lebih baik. Pencucian yang tidak sempurna akan mempengaruhi mikroorganime patogen yang terdapat pada sayuran. Penelitian Astawan juga menunjukkan adanya beberapa mikroorganisme serta pestisida yang tidak hilang akibat pencucian, apalagi kalau tidak dilakukan dengan teknik yang benar9) . Air bersih adalah air yang tidak berwarna, berbau, dan berasa, serta bebas dari mikroorganisme patogen. Sumber air yang tidak bersih sering tercemar oleh berbagai kontaminan, terutama bakteri penyebab penyakit infeksi9) . Untuk lebih amannya, mencuci sayuran dengan air matang atau air mengalir khusus untuk sayuran dan buah-buahan. Hal ini mutlak diperlukan terutama masyarakat yang gemar mengkonsumsi sayuran mentah atau sebagai lalapan8) .
  • 10. http://jurnal.unimus.ac.id 306 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Pedagang lalapan kubis di Kawasan Simpang Lima Kota Semarang yang mencuci kubisnya sebesar 86,7%. Sisanya pedagang tidak melakukan pencucian terhadap kubis yang akan digunakan untuk lalapan. 2. Sebanyak 76,9% pedagang mencuci kubisnya dengan air yang tidak mengalir, hanya sebesar 23,1% yang mencuci dengan air mengalir. 3. Pencucian dilakukan dalam keadaan kubis masih utuh (bulatan) dan pada saat akan disajikan bagian terluar dibuang lebih dahulu. 4. Hasil pemeriksaan laboratorium ternyata hanya 4 sampel kubis (13,3%) yang masih mengandung telur cacing usus yaitu jenis Ascaris lumbriocoides (cacing gelang). Jumlah telur yang ditemukan pada masing- masing sampel hanya 1 telur cacing. 5. Tidak ditemukan jenis cacing usus yang lain seperti Trichuris trichiura (cacing cambuk), Enterobius vermicularis (cacing kremi), Necator americanus, Ancylostoma duodenale (cacing tambang) dan Strongyloides stercolaris (cacing benang). Saran Mengingat masih ditemukannya telur cacing usus pada lalapan yang dijual pedagang di Kawasan Simpang Lima, dan masih adanya pedagang yang tidak mencuci lalapan daun kubis maka bagi instansi yang terkait perlu melakukan pembinaan terhadap pedagang agar memperhatikan cara pencucian pada sayuran yang akan digunakan untuk lalapan khususnya sayur kubis dengan prosedur pencucian yang benar agar terjadinya infeksi cacing usus dapat dicegah. DAFTAR PUSTAKA 1). Pracaya. Kol Alias Kubis. Cetakan 9. Penerbar Swadaya. Jakarta. 1994 2). Ali Khomsan. Pencucian Sayuran. http://www.google.com. Diakses tanggal 27 Oktober 2005. 3). Siti Muyassaroh. Pengaruh Frekuensi Pencucian pada Daun Kubis (Brassica oleracea var Capitata) terhadap Jumlah Telur Cacing Usus (Nematoda Intestinalis). FKM UNIMUS. Semarang. 2006.
  • 11. http://jurnal.unimus.ac.id 307 4). Lemeshow, S; Hosmer, DW; Klar, J; Lwanga, SK. Adequacy of Sample Size in Health Studies. WHO. John Wiley & Sons Ltd. England. 1993 5). Soedarto. Helmintologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta. 1990. 6). Mumun Maemunah. Kontaminasi Cacing Usus yang Ditularkan Melalui Tanah (Soil Transmitted Helminths) pada Sayuran Kubis (Brassica oleracea) dari Bandungan dan Kopeng Kota Semarang. FKM. UNDIP. 1993. 7). Anonim. Dasar Perlindungan Tanaman. http//fp.uns.ac.id/hamasains/dasar perlintan-3 htm. Diakses tanggal 18 Juli 2006. 8). Ali Khomsan. Keamanan Pangan Pada Sayuran. http://groups.google.co.id/ Diakses tanggal 8 Oktober 2007 9). Made Astawan. Modal Dasar Hidup Sehat. http://www.gizi.net. Diakses tanggal 18 Juli 2006.