Dokumen ini menganalisis hasil penggunaan teknik ablasi tangkai mata pada pematangan ovarium induk rajungan Portunus pelagicus. Induk yang digunakan memiliki tingkat kematangan ovarium II dan III dengan ukuran 150-250 g. Ablasi dilakukan 1,6 mm dari pangkal tangkai mata, kemudian direndam dalam larutan elbazin. Parameter yang diamati adalah sintasan induk, periode latensi, derajat kematangan ovarium, dan ketahanan
Budidaya ikan kerapu macan (epinephelus fuscoguttatus) metode KJA
Penggunaan Teknik Ablasi Tangkai Mata Pada Pematangan Ovarium Induk Rajungan Portunus pelagicus (BBAP TAKALAR)
1. Penggunaan Teknik Ablasi Tangkai Mata Pada Pematangan Ovarium
Induk Rajungan Portunus pelagicus *
Saldyansah Effendy, Faidar, Sudirman, Eddy Nurcahyono**
Abstrak
Perekayasaan ini bertujuan untuk mengetahui hasil penggunan ablasi tangkai
mata pada pematangan ovarium induk rajungan Portunus pelagicus. Induk yang
digunakan adalah tingkat kematangan ovarium (TKO) II dan III, berukuran 150 –
250 g/individu dengan lebar dan panjang karapaks (Internal Carapace Width –
ICW dan Carapace length - CL) berturut-turut 11,05 – 12,50 cm dan 6,60 – 7,00
cm. Induk disucihamakan dalam larutan formalin 25 ppm selama 25 menit.
Wadah pemeliharaan induk menggunakan substrat pasir koral dengan
kepadatan 1 ekor/m2. Pakan yang diberikan adalah cumi-cumi dan ikan rucah,
masing-masing 70% dan 30% yang diberikan sebanyak 10 – 15% bobot biomass
per hari. Pergantian air dilakukan sebanyak 100-200% per hari. Ablasi dilakukan
pada jarak 1,6 mm dari pangkal tangkai mata, selanjutnya direndam dalam
larutan elbazin 2 ppm selama 2 - 3 menit. Larva yang dihasilkan dipelihara dalam
3 buah bak volume 3 m3 dengan kisaran padat tebar larva 50 - 60 ind/L. Stadia
zoea (Z) 1- 4 diberi Chlorella sp, pakan buatan serta rotifer Brachionous sp dan
artemia yang diperkaya dengan HUFA. Parameter yang diamati adalah sintasan
induk, periode latensi, derajat kematangan ovarium, lama inkubasi, diameter
telur, jumlah larva dan ketahanan larva, masing-masing diamati mulai peneluran
I hingga ke-III. Kisaran sintasan induk antara 60 – 80% pada semua peneluran.
Periode latensi masing-masing 3 - 7, 7 – 16 dan 8 – 13 hari pada peneluran I, II
dan III. Derajat Kematangan Ovarium adalah 25% pada semua peneluran. Lama
inkubasi adalah 8 – 9, 7 – 8 dan 7 – 8 hari pada masing-masing peneluran I, II
dan III. Diameter telur pascasalin (spent) berkisar 300 – 400 µm. Jumlah rataan
larva yang dihasilkan adalah 7,02 x 105, 3,08 x 105 , dan 1,97 x 105 pada
masing-masing peneluran I, II dan III. Hasil rataan uji ketahanan larva yang
dilakukan pada Z-4 berkisar 48,13%. Secara umum, bila dibandingkan dengan
proses manipulasi nutrisi dan lingkungan, penggunaan ablasi tangkai mata
belum menunjukkan hasil yang lebih baik.
Kata kunci : ablasi tangkai mata, rajungan
*) Makalah disampaikan pada Pertemuan Teknis Lintas UPT Pusat Budidaya Air
Payau dan Laut tanggal 19 – 21 Juli 2005 di Imperial Aryaduta Makassar
**) Staf BBAP Takalar