SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
Download to read offline
MAKALAH PENALARAN INDUKTIF DAN
DEDUKTIF
Nama :Qolbi Ridho Putra
NPM :15112802
Kelas :3KA39
Tugas :Bahasa Indonesia part 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan pengetahuan saat ini telah melaju dengan pesat dan erat hubungannya dengan
perkembangan tekhnologi.Maka seharusnya seorang guru harus mampu menyesuaikan kondisi
perkembangan yang telah ada saat ini dengan lebih mengembangkan sesuatu pembelajaran atau
metode yang harus dilakukan ketika melakukan pembelajaran kepada siswanya.Seorang guru
dituntut mempunyai pengetahuan, keterampilan dan sikap yang profesional dalam memberikan
pembelajajaran terhadap siswa-siswanyaat digunakan dalam proses pembelajaran.
Dapat dikatakan berhasil atau tidaknya kegiatan pembelajaran, tergantung pada efektif
tidaknya metode pembelajaran yang dipergunakan oleh guru dalam proses
pembelajaran.Pembelajaran yang dilakukan terkesan monoton dan tidak menggairahkan siswa
untuk belajar lebih aktif lagi. Hal itu mengakibatkan siswa kurang berminat untuk mengikuti
dan melaksanakan proses pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan tidak
dapat tercapai secara optimal.
Dalam proses kegiatan pembelajaran terdapat berbagai jenis strategi pembelajaran yang
dapat digunakan oleh guru.Bagi seorang guru pemahaman tentang berbagai dasar klasifikasi
tersebut disamping bermanfaat sebagai kerangka acuan untuk memahami dengan lebih baik
setiap strategi pembelajaran, juga pada gilirannya akan sangat bermanfaat didalam memilih serta
menggunakan setiap jenis trategi pembelajarann tersebut secara lebih efektif didalam penciptaan
sistem lingkungan belajar-mengajar.
Terdapat beberapa strategi pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran.
Dalam memilih metode pembelajaran, guru tidak boleh memilih secara asal-asalan.Strategi yang
digunakan haruslah strategi yang direncanakan berdasarkan pertimbangan perbedaan individu
diantara siswa, yang dapat memberi feedback dan inisiatif murid untuk memecahkan masalah
yang dihadapinya.Salah satu strategi yang dapat diterapkan adalah penalaran Induktif dan
Deduktif.Oleh karena itu, penulis ingin mengkaji strategi tersebut dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah dan apa definisi dari penalaran deduktif dan Induktif ?
2. Bagaimana syarat penggunaan penalaran Induktif dan deduktif ?
3. Apa definisi dari Generalisasi, Analogi, Hubungan Kausal ?
4. Apa yang dimaksud dengan induksi dalam metode eksposisi ?
5. Macam – macam silogisme dan pengertiannya ?
C. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian penalaran
2. Untuk mengetahui sejarah munculnya penalaran induktif dan deduktif
3. Untuk mengetahui pengertian penalaran induktif dan deduktif
4. Untuk mengetahui karakteristik penalaran induktif dan deduktif
D. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Penulisan ini diharapkan memberi konstribusi ilmiah bagi khasanah keilmuan dalam
upaya memahami strategi Induktif
2. Sebagai sumber informasi kepada para pembaca yang ingin mengetahui tentang
berbagai hal yang berhubungan dengan strategi Induktif
3. Sebagai referensi untuk penulisan berikutnya dan keperluan lain yang terkait.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Penalaran
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik)
yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga
akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui
atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak
diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar
penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut
dengan konklusi (consequence). Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.
Menurut Jujun Suriasumantri, Penalaran adalah suatu proses berfikir dalam menarik suatu
kesimpulan yang berupa pengetahuan. Sebagai suatu kegiatan berfikir penalaran memiliki ciri-
ciri tertentu. Ciri pertama adalah proses berpikir logis, dimana berpikir logis diartikan sebagai
kegiatan berpikir menurut pola tertentu atau dengan kata lain menurut logika tertentu. Ciri yang
kedua adalah sifat analitik dari proses berpikirnya.Sifat analitik ini merupakan konsekuensi dari
adanya suatu pola berpikir tertentu. Analisis pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan berpikir
berdasarkan langkah-langkah tertentu.
B. Proposisi dalam Penalaran
Proposisi adalah apa yang dihasilkan dengan mengucapkan suatu kalimat. Dengan kata lain,
hal ini merupakan arti dari kalimat itu, dan bukan kalimat itu sendiri. Kalimat yg berbeda dapat
mengekspresikan proposisi yang sama, jika artinya sama.
Proposisi disebut sebagai “tempat kebenaran” bukan bahwa proposisi itu selalu benar,
melainkan karena hubungan yang diakui atau diingkarinya itu dapat diuji dengan kenyataan, dan
hasilnya pun dapat benar dan dapat salah.
C. Unsur-unsur proposisi
1. Term subyek
Hal yang tentangnya pengakuan atau pengingkaran ditujukan.
2. Term predikat
Apa yang diakui atau diingkari tentang subyek
3. Kopula
Penghubung (adalah, bukan/tidak) antara term subyek dan term predikat, dan
sekaligus member bentuk (pengakuan atau pengingkaran) pada hubungan itu.
D. Inferensi
Inferensi merupakan sebuah pekerjaan bagai pendengar (pembaca) yang selalu terlibat dalam
tindak tutur selalu harus siap dilaksanakan ialah inferensi. Inferensi dilakukan untuk sampai pada
suatu penafsiran makna tentang ungkapan-ungkapan yang diterima dan pembicara atau (penulis).
Dalam keadaan bagaimanapun seorang pendengar (pembaca) mengadakan inferensi. Pengertian
inferensi yang umum ialah proses yang harus dilakukan pembaca (pendengar) untuk melalui
makna harfiah tentang apa yang ditulis (diucapkan) samapai pada yang diinginkan oleh saorang
penulis (pembicara).
Inferensi adalah membuat simpulan berdasarkan ungkapan dan konteks penggunaannya.
Dalam membuat inferensi perlu dipertimbangkan implikatur. Implikatur adalah makna tidak
langsung atau makna tersirat yang ditimbulkan oleh apa yang terkatakan (eksplikatur).
a. Inferensi Langsung
Inferensi yang kesimpulannya ditarik dari hanya satu premis (proposisi yang digunakan
untuk penarikan kesimpulan). Konklusi yang ditarik tidak boleh lebih luas dari premisnya,
Contoh:
“Bu, besok temanku berulang tahun. Saya diundang makan malam. Tapi saya tidak
punya baju baru, kadonya lagi belum ada”. Maka inferensi dari ungkapan tersebut,
bahwa tidak bisa pergi ke ulang tahun temanya.
b. Inferensi Tak Langsung
Inferensi yang kesimpulannya ditarik dari dua / lebih premis. Proses akal budi
membentuk sebuah proposisi baru atas dasar penggabungan proposisi-preposisi lama.
Contohnya :
A : Anak-anak begitu gembira ketika ibu memberikan bekal makanan.
B : Sayang gudegnya agak sedikit saya bawa.
Inferensi yang menjembatani kedua ujaran tersebut misalnya (C) berikut ini.
C : Bekal yang dibawa ibu lauknya gudek komplit.
E. Implikasi
Pada dasarnya implikasi bisa kita definisikan sebagai akibat langsung atau konsekuensi atas
temuan hasil suatu penelitian. Akan tetapi secara bahasa memiliki arti sesuatu yang telah
tersimpul di dalamnya. Di dalam konteks penelitian sendiri, implikasi bisa di lihat. Apabila
dalam sebuah penelitian kita mempunyai kesimpulan misalnya "A", "Manusia itu bernafas".
Maka "Manusia itu bernafas" yang kita sebut dengan implikasi penelitian. Untuk contohnya,
dalam hasil penelitian kita menemukan bahwa siswa yang di ajar dengan metode "A" lebih
kreatif serta memiliki skill yang lebih baik.
Dengan demikian dengan menggunakan metode belajar "A" kita bisa mengharapkan siswa
menjadi lebih kreatif dan juga memiliki skill yang baik. Setelah itu perlu juga untuk
dihubungkan dengan konteks penelitian yang telah kita bangun. Contohnya, sampelnya kelas
berapa? seperti apa karakteristik sekolah? ada berapa sampel? dan lain-lainnya. Nah, memang
sudah seharusnya implikasi penelitian di lakukan secara spesifik layaknya karakteristik di atas.
F. Cara pengujian evidensi
F.1Cara menguji data
Data dan informasi yang digunakan dalam penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena
itu perlu diadakan pengujian melalui cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang
merupakan fakta itu siap digunakan sebagai evidensi. Dibawah ini beberapa cara yang dapat
digunakan untuk pengujian tersebut.(Observasi,Kesaksian,Autoritas)
F.2Cara Menguji Faktor
Untuk menguji apakah data informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta atau bukan,
maka harus diadakan penilaian. Penilaian tersebut merupakan penilaian tingkat pertama
untuk mendapatkan keyakitan bahwa semua bahan itu adalah fakta, sesudah itu harus
mengadakan penilaian tingkat kedua yaitu dari semua fakta tersebut dapat digunakan,
sehingga benar-benar meyakinkan kesimpulan yang akan diambil. Hal-hal yang diperlukan
dalam menguji faktior, yaitu konsistensi dan koherensi.
F.3Cara Menilai Autoritas
Menghidari semua desas-desus atau kesaksian, baik akan membedakan pula apa yang
hanya merupakan pendapat saja atau pendapat yang sungguh-sungguh didasarkan atas
penelitian atau data eksperimental. Ada beberapa cara sebagai berikut :
1. Tidak mengandung prasangka
Pendapat disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli atau
didasarkan pada hasil eksperimen yang dilakukannya.
2. Pengalaman dan pendidikan autoritas
Dasar kedua menyangkut pengalaman dan pendidikan autoritas. Pendidikan yang
diperoleh menjadi jaminan awal. Pendidikan yang diperoleh harus dikembangkan lebih
lanjut dalam kegiatan sebagai seorang ahli. Pengalaman yang diperoleh autoritas,
penelitian yang dilakukan, presentasi hasil penelitian dan pendapatnya akan memperkuat
kedudukannya.
3. Kemashuran dan prestise
Ketiga yang harus diperhatikan adalah meneliti apakah pernyataan atau pendapat
yang akan dikutip sebagai autoritas hanya sekedar bersembunyi dibalik kemashuran dan
prestise pribadi di bidang lain.
4. Koherensi dengan kemajuan
Hal keempat adalah apakah pendapat yang diberikan autoritas sejalan dengan
perkembangan dan kemajuan zaman atau koheren dengan pendapat sikap terakhir dalam
bidang itu.
G. Definisi dan Sejarah Strategi Induktif dan Deduktif
Pada dasarnya strategi pembelajaran dapat dilihat melalui dua sudut pandang yaitu pertama
siswa dipandang sebagai objek belajar dalam hal ini pembelajaran menuntut keaktifan guru.
Kedua siswa sebagai subjek dan obyek belajar, siswa dituntut keaktifannya dalam proses
belajar .Strategi Induktif dan Deduktif ini dikembangkan oleh filosof Perancis Bacon yang
menghendaki penarikan kesimpulan didasarkan atas fakta-fakta yang kongkrit sebanyak
mungkin.Semakin banyak fakta semakin mendukung hasil simpulan.
Model berfikir induktif dirancang dan dikembangkan oleh Hilda Toba dengan tujuanuntuk
mendorong para pelajar menemukan dan mengorganisasikan informasi, menciptakannama suatu
konsep dan menjajagi berbagai cara yang dapat menjadikan para pelajar lebihterampil dalam
menyingkap dan mengoraganisasikan informasi dan dalam melakukan pengetesan hipotesis yang
melukiskan antar hal. Pada pendekatan induktif dimulai denganmemberikan bermacam-macam
contoh.Dari contoh-contoh tersebut siswa mengerti keteraturandan kemudian mengambil
keputusan yang bersifat umum.
Strategi induktif dinamakan juga strategi pembelajaran dari khusus ke umum.pada strategi
induktif bahan yang dipelajari dimulai dari hal-hal yang konkrit atau contoh-contoh yang
kemudian secara perlahan siswa dihadapkan pada materi yang kompleks dan sukar.
Strategi pembelajaran induktif adalah sebuah pembelajaran yang bersifat langsung tapi
sangat efektif untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dan
keterampilan berpikir kritis. Pada pembelajaran induktif guru langsung memberikan presentasi
informasi-informasi yang akan memberikan ilustrasi-ilustrasi tentang topik yang akan dipelajari
siswa, selanjutnya guru membimbing siswa untuk menemukan pola-pola tertentu dari ilustrasi-
ilustrasi yang diberikan tadi. Biasanya pembelajaran dilakukan dengan cara eksperimen, diskusi,
dan demonstrasi.
Pembelajaran deduktif merupakan imbangan yang sangat dekat bagi strategi pembelajaran
induktif.Keduanya dirancang untuk mengajarkan konsep dan generalisasi, mengandalkan contoh
dan bergantung pada keterlibatan guru secara aktif dalam membimbing siswa. Perbedaan terletak
pada urutan kejadian selama pembelajaran, keterampilan berpikir, cara memotivasi dan waktu
yang diperlukan serta biasanya pada pembelajaran pendekatan deduktif seorang guru harus lebih
aktif daripada siswanya.
Pembelajaran deduktif disebut pula pembelajaran langsung (direct Instruction).Strategi
berfikir deduktif adalah strategi berfikir yang menerapkan hal – hal yang umum terlebih dahulu
untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian – bagiannya yang khusus.Strategi deduktif ini
merupakan pemberian penjelasan tentang prinsip – prinsip isi pelajaran, kemudian dijelaskan
dalam bentuk penerapannya atau contoh- contohnya dalam situasi tertentu.Strategi ini
menjelaskan teori ke bentuk realitas atau menjelaskan hal – hal yang bersifat umum ke yang
bersifat khusus.
H. Hipotesa dan Teori pada penalaran induktif
 Hipotese (hypo „di bawah‟, tithenasi „menempatkan‟)
Semacam teori atau kesimpulan yang diterima sementara waktu untuk menerangkan fakta
tertentu sebagai penuntun dalam meneliti fakta lebih lanjut
 Sedangkan Teori merupakan bentuk abstrak yang diterima secara ilmiah dan sekurang-
kurangnya dapat dipercaya untuk menerangkan fenomena yang ada.
C. 3 Proses pembuatan Induktif
1. Generalisasi
Generalisasi adalah proses berpikir berdasarkan hasil pengamatan atas sejumlah gejala
dan fakta dengan sifat-sifat tertentu mengenai semua atau sebagian dari gejala serupa itu,
Yang perlu diperhatikan dalam penciptaan generalisasi ialah:
1. apakah data dan fakta itu cukup banyak
2. apakah data itu memang pantas menjadi model dan contoh atau sampel
3. apakah tidak ada kekecualian
Berikut contoh kasus dalam kehidupan sehari-hari :
 Jika ada listrik, televisi menyala
 Jika ada listrik, radio menyala
 Jika ada listrik, AC menyala
Jadi kesimpulannya jika ada listrik,alat elektronik menyala
2. Analogi
Analogi merupakan cara menarik kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan terhadap
sejumlah gejala khusus yang bersamaan, contohnya
 Andi adalah seorang pilot
 Andi dapat mengendarai pesawat terbang
 Dimas adalah seorang pilot
Oleh sebab itu, Dimas dapat mengendarai pesawat terbang
3. Hubungan Kausal
Hubungan kausal ialah pernalaran yang diperoleh dari gejala-gejala atau data yang saling
berhubungan. Misalnya, seorang anak terjatuh, akibatnya akan terluka. Dalam hubungan
kausal ini ada tiga hubungan antar masalah.
1. Sebab-Akibat
Sebab-akibat ini berpola A menyebabkan B. Dapat juga berpola A menyebabkan B,
C, dan seterusnya. Jadi efek atau akibat dari suatu peristiwa yang dianggap penyebab
kadang lebih dari satu. Sebagai contoh, “Seorang pegawai tidak datang rapat dapat
kita perkirakan bahwa pegawai tersebut mungkin datang telat, kecelakaan di jalan,
atau terkena macet”.
2. Akibat- Sebab
Akibat-sebab ini dapat kita lihat “peristiwa seseorang yang terjatuh”, dengan kata
lain Terjatuh merupakan akibat dan terluka merupakan sebab. Akan tetapi, dalam
pernalaran jenis ini, peristiwa sebab merupakan kesimpulan.
3. Akibat-Akibat
Akibat-akibat adalah suatu pernalaran yang menyiratkan penyebabnya. Peristiwa
“akibat” langsung disimpulkan pada “akibat” yang lain. Contohnya sebagai berikut
“Ketika pulang bekerja, Ayah melihat air kali meluap. Ayah langsung
menyimpulkan bahwa gang di rumah banjir”.
D. Induksi dalam Metode Eksposisi pada penalaran Induktif
Induksi dalam Metode Eksposisi adalah salah satu jenis pengembangan paragraf dalam
penulisan yang dimana isinya ditulis dengan tujuan untuk menjelaskan atau memberikan
pengertian dengan gaya penulisan yang singkat, akurat, dan padat.
Langkah menyusun eksposisi:
1. Menentukan topik/tema
2. Menetapkan tujuan
3. Mengumpulkan data dari berbagai sumber
4. Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih
5. Mengembangkan kerangka menjadi karangan eksposisi.
E. Silogisme – silogisme pada penalaran Deduktif
1. Silogisme Kategorial
` Silogisme Kategorial merupakan Silogisme yang terjadi dari tiga proposisi,
yakni :
 Premis umum : Premis Mayor (My)
 Premis khusus : Premis Minor (Mn)
 Premis simpulan : Premis Kesimpulan (K)
Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term mayor, dan
predikat simpulan disebut term minor.
2. Silogisme Hipotesis
Silogisme Hipotesis merupakan Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang
berproposisi konditional hipotesis.Konditional hipotesis terjadi bila premis minornya
membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya
menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.
3. Silogisme Alternatif
Silogisme Alternatif merupakan Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa
proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah
satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain.
4. Silogisme Entimen
Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan
maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian dalam pembahasan di atas maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Penalaran induktif merupakan strategi pembelajaran dari khusus ke umum.
2. Ciri-ciri dari penalaran induktif diantaranya Penekanan pada keterampilan
berpikir dan tujuan-tujuan afektif serta Penggunaan waktu yang kurang efisien.
3. Penalaran Induktif dapat digunakan dalam mengajarkan konsep, baik konsep
konkret maupun konsep terdefinisi.
B. SARAN
Saran yang dapat kami ajukan dalam pembuatan, penulisan dan pengumpulan tugas
makalah ini adalah tugas ini sebaiknya dikerjakan secara kelompok dengan tujuan untuk
mendiskusikan hasil yang didapatkan baik secara internal kelompok maupun eksternal
kelompok. Sehingga dapat dipahami, dipersentasekan serta dapat mengetahui materi dari
kelompok lain dalam waktu singkat.
C. DAFTAR PUSTAKA
arvisajah.blogspot.com 2012 dengan subjeknya penalaran induktif tugas bahasa
http://arvisajah2.blogspot.com/2012/04/penalaran-induktif-tugas-
bahasa.html Diakses pada 05 maret 2015 , pukul 11. 00 Wib.
Stevenwahid.blogspot.com 2012 dengan subjek tugas bahasa Indonesia 2 penalaran
http://stevenwahid.blogspot.com/2012/04/tugas-bahasa-indonesia-2-penalaran.html
Diakses pada 05 maret 2015 , pukul 11. 05 Wib.
http://www.wikipedia.org/wiki Diakses pada 05 maret, pukul 11.10

More Related Content

What's hot

METODE PENELITIAN KUALITATIF
METODE PENELITIAN KUALITATIFMETODE PENELITIAN KUALITATIF
METODE PENELITIAN KUALITATIFMegawati Eka
 
konsep dan teori tentang pengetahuan tahap-tahap penelitian kuantitatif, kua...
konsep dan teori tentang pengetahuan  tahap-tahap penelitian kuantitatif, kua...konsep dan teori tentang pengetahuan  tahap-tahap penelitian kuantitatif, kua...
konsep dan teori tentang pengetahuan tahap-tahap penelitian kuantitatif, kua...AlberstofRadjah
 
Metodologi Penelitian rufii1
Metodologi Penelitian rufii1Metodologi Penelitian rufii1
Metodologi Penelitian rufii1Rufi'i Rufii
 
Metode penelitian
Metode penelitianMetode penelitian
Metode penelitianHendra SAP
 
50850741 pengelompokkan-alat-ukur
50850741 pengelompokkan-alat-ukur50850741 pengelompokkan-alat-ukur
50850741 pengelompokkan-alat-ukurMufree Mufree
 
KerAngka konsep, variabel dan hipotesis
KerAngka konsep, variabel dan hipotesisKerAngka konsep, variabel dan hipotesis
KerAngka konsep, variabel dan hipotesisherniherni
 
Bab iii pi PENYEBAB SCHIZOPHRENIA PADA ANAK DILIHAT DARI POLA ASUH DALAM KEL...
Bab iii pi PENYEBAB SCHIZOPHRENIA PADA ANAK DILIHAT  DARI POLA ASUH DALAM KEL...Bab iii pi PENYEBAB SCHIZOPHRENIA PADA ANAK DILIHAT  DARI POLA ASUH DALAM KEL...
Bab iii pi PENYEBAB SCHIZOPHRENIA PADA ANAK DILIHAT DARI POLA ASUH DALAM KEL...Tyaseta Sardjono
 
Pertemuan 3 Objective Test
Pertemuan 3   Objective TestPertemuan 3   Objective Test
Pertemuan 3 Objective Testtaufik ikhsan
 
pengelompokkan alat ukur
pengelompokkan alat ukur pengelompokkan alat ukur
pengelompokkan alat ukur suciariani
 
Penelitian kuantitatif
Penelitian kuantitatifPenelitian kuantitatif
Penelitian kuantitatifAngel Purwanti
 
Dasar-dasar dalam Penelitian Pendidikan, Variabel, dan Hipotesis
Dasar-dasar dalam Penelitian Pendidikan, Variabel, dan HipotesisDasar-dasar dalam Penelitian Pendidikan, Variabel, dan Hipotesis
Dasar-dasar dalam Penelitian Pendidikan, Variabel, dan HipotesisRahma Siska Utari
 
Metodologi penelitian kualitatif (mirza shahreza) final
Metodologi penelitian kualitatif (mirza shahreza) finalMetodologi penelitian kualitatif (mirza shahreza) final
Metodologi penelitian kualitatif (mirza shahreza) finalMirza Shahreza
 
Materi 2 # masalah, variabel dan paradigma penelitian
Materi 2 # masalah, variabel dan paradigma penelitianMateri 2 # masalah, variabel dan paradigma penelitian
Materi 2 # masalah, variabel dan paradigma penelitianAhmad Kurnia
 

What's hot (20)

P2 konsep dasar penelitian
P2 konsep dasar penelitianP2 konsep dasar penelitian
P2 konsep dasar penelitian
 
Metodologi
MetodologiMetodologi
Metodologi
 
Buku kualitatif
Buku kualitatifBuku kualitatif
Buku kualitatif
 
METODE PENELITIAN KUALITATIF
METODE PENELITIAN KUALITATIFMETODE PENELITIAN KUALITATIF
METODE PENELITIAN KUALITATIF
 
konsep dan teori tentang pengetahuan tahap-tahap penelitian kuantitatif, kua...
konsep dan teori tentang pengetahuan  tahap-tahap penelitian kuantitatif, kua...konsep dan teori tentang pengetahuan  tahap-tahap penelitian kuantitatif, kua...
konsep dan teori tentang pengetahuan tahap-tahap penelitian kuantitatif, kua...
 
Metodologi Penelitian rufii1
Metodologi Penelitian rufii1Metodologi Penelitian rufii1
Metodologi Penelitian rufii1
 
Hipotesis
HipotesisHipotesis
Hipotesis
 
Metode penelitian
Metode penelitianMetode penelitian
Metode penelitian
 
P3 metode penelitian
P3 metode penelitianP3 metode penelitian
P3 metode penelitian
 
50850741 pengelompokkan-alat-ukur
50850741 pengelompokkan-alat-ukur50850741 pengelompokkan-alat-ukur
50850741 pengelompokkan-alat-ukur
 
Pertanyaan presentasi
Pertanyaan presentasiPertanyaan presentasi
Pertanyaan presentasi
 
KerAngka konsep, variabel dan hipotesis
KerAngka konsep, variabel dan hipotesisKerAngka konsep, variabel dan hipotesis
KerAngka konsep, variabel dan hipotesis
 
Bab iii pi PENYEBAB SCHIZOPHRENIA PADA ANAK DILIHAT DARI POLA ASUH DALAM KEL...
Bab iii pi PENYEBAB SCHIZOPHRENIA PADA ANAK DILIHAT  DARI POLA ASUH DALAM KEL...Bab iii pi PENYEBAB SCHIZOPHRENIA PADA ANAK DILIHAT  DARI POLA ASUH DALAM KEL...
Bab iii pi PENYEBAB SCHIZOPHRENIA PADA ANAK DILIHAT DARI POLA ASUH DALAM KEL...
 
Pertemuan 3 Objective Test
Pertemuan 3   Objective TestPertemuan 3   Objective Test
Pertemuan 3 Objective Test
 
pengelompokkan alat ukur
pengelompokkan alat ukur pengelompokkan alat ukur
pengelompokkan alat ukur
 
Penelitian kuantitatif
Penelitian kuantitatifPenelitian kuantitatif
Penelitian kuantitatif
 
Dasar-dasar dalam Penelitian Pendidikan, Variabel, dan Hipotesis
Dasar-dasar dalam Penelitian Pendidikan, Variabel, dan HipotesisDasar-dasar dalam Penelitian Pendidikan, Variabel, dan Hipotesis
Dasar-dasar dalam Penelitian Pendidikan, Variabel, dan Hipotesis
 
Penilaian melalaui_tes
Penilaian  melalaui_tesPenilaian  melalaui_tes
Penilaian melalaui_tes
 
Metodologi penelitian kualitatif (mirza shahreza) final
Metodologi penelitian kualitatif (mirza shahreza) finalMetodologi penelitian kualitatif (mirza shahreza) final
Metodologi penelitian kualitatif (mirza shahreza) final
 
Materi 2 # masalah, variabel dan paradigma penelitian
Materi 2 # masalah, variabel dan paradigma penelitianMateri 2 # masalah, variabel dan paradigma penelitian
Materi 2 # masalah, variabel dan paradigma penelitian
 

Viewers also liked

Buku pegangan guru bahasa indonesia sma kelas 10 kurikulum 2013 edisi revisi ...
Buku pegangan guru bahasa indonesia sma kelas 10 kurikulum 2013 edisi revisi ...Buku pegangan guru bahasa indonesia sma kelas 10 kurikulum 2013 edisi revisi ...
Buku pegangan guru bahasa indonesia sma kelas 10 kurikulum 2013 edisi revisi ...purwantaka
 
Etika dan profesionalisme tsi part 2
Etika dan profesionalisme tsi part 2Etika dan profesionalisme tsi part 2
Etika dan profesionalisme tsi part 2Ridho D'vhavoline
 
Contoh kasus penalaran induktif
Contoh kasus penalaran induktifContoh kasus penalaran induktif
Contoh kasus penalaran induktifRidho D'vhavoline
 
Etika dan profesionalisme TSI part 3
Etika dan profesionalisme TSI part 3Etika dan profesionalisme TSI part 3
Etika dan profesionalisme TSI part 3Ridho D'vhavoline
 
Etika dan profesionalisme tsi
Etika dan profesionalisme tsiEtika dan profesionalisme tsi
Etika dan profesionalisme tsiRidho D'vhavoline
 
Review jurnal intervensi person
Review jurnal intervensi personReview jurnal intervensi person
Review jurnal intervensi personRidho D'vhavoline
 
BUKU GURU KURIKULUM 2013 KELAS10 BAHASA INDONESIA
BUKU GURU KURIKULUM 2013 KELAS10 BAHASA INDONESIABUKU GURU KURIKULUM 2013 KELAS10 BAHASA INDONESIA
BUKU GURU KURIKULUM 2013 KELAS10 BAHASA INDONESIAEndang Pristiawaty
 
Modul Debat Bahasa Indonesia - SMA Negeri 1 Argamakmur
Modul Debat Bahasa Indonesia - SMA Negeri 1 ArgamakmurModul Debat Bahasa Indonesia - SMA Negeri 1 Argamakmur
Modul Debat Bahasa Indonesia - SMA Negeri 1 ArgamakmurMuhammad Didit Prasodjo
 
Bahasa Indonesia Kelas X Kurikulum 2013 Revisi 2016
Bahasa Indonesia Kelas X Kurikulum 2013 Revisi 2016Bahasa Indonesia Kelas X Kurikulum 2013 Revisi 2016
Bahasa Indonesia Kelas X Kurikulum 2013 Revisi 2016Zufar Asyraf Al
 

Viewers also liked (17)

Buku pegangan guru bahasa indonesia sma kelas 10 kurikulum 2013 edisi revisi ...
Buku pegangan guru bahasa indonesia sma kelas 10 kurikulum 2013 edisi revisi ...Buku pegangan guru bahasa indonesia sma kelas 10 kurikulum 2013 edisi revisi ...
Buku pegangan guru bahasa indonesia sma kelas 10 kurikulum 2013 edisi revisi ...
 
PENALARAN KARYAWAN
PENALARAN KARYAWANPENALARAN KARYAWAN
PENALARAN KARYAWAN
 
Pengantar telematika part 4
Pengantar telematika part 4Pengantar telematika part 4
Pengantar telematika part 4
 
Etika dan profesionalisme tsi part 2
Etika dan profesionalisme tsi part 2Etika dan profesionalisme tsi part 2
Etika dan profesionalisme tsi part 2
 
Contoh kasus penalaran induktif
Contoh kasus penalaran induktifContoh kasus penalaran induktif
Contoh kasus penalaran induktif
 
Pengantar telematika part 3
Pengantar telematika part 3Pengantar telematika part 3
Pengantar telematika part 3
 
B. indonesia part2
B. indonesia part2B. indonesia part2
B. indonesia part2
 
Etika dan profesionalisme TSI part 3
Etika dan profesionalisme TSI part 3Etika dan profesionalisme TSI part 3
Etika dan profesionalisme TSI part 3
 
Pengantar telematika
Pengantar telematikaPengantar telematika
Pengantar telematika
 
Etika dan profesionalisme tsi
Etika dan profesionalisme tsiEtika dan profesionalisme tsi
Etika dan profesionalisme tsi
 
Pengantar telematika
Pengantar telematikaPengantar telematika
Pengantar telematika
 
Review jurnal intervensi person
Review jurnal intervensi personReview jurnal intervensi person
Review jurnal intervensi person
 
Membuat cerita pendek
Membuat cerita pendekMembuat cerita pendek
Membuat cerita pendek
 
Makalah laporan ilmiah
Makalah laporan ilmiahMakalah laporan ilmiah
Makalah laporan ilmiah
 
BUKU GURU KURIKULUM 2013 KELAS10 BAHASA INDONESIA
BUKU GURU KURIKULUM 2013 KELAS10 BAHASA INDONESIABUKU GURU KURIKULUM 2013 KELAS10 BAHASA INDONESIA
BUKU GURU KURIKULUM 2013 KELAS10 BAHASA INDONESIA
 
Modul Debat Bahasa Indonesia - SMA Negeri 1 Argamakmur
Modul Debat Bahasa Indonesia - SMA Negeri 1 ArgamakmurModul Debat Bahasa Indonesia - SMA Negeri 1 Argamakmur
Modul Debat Bahasa Indonesia - SMA Negeri 1 Argamakmur
 
Bahasa Indonesia Kelas X Kurikulum 2013 Revisi 2016
Bahasa Indonesia Kelas X Kurikulum 2013 Revisi 2016Bahasa Indonesia Kelas X Kurikulum 2013 Revisi 2016
Bahasa Indonesia Kelas X Kurikulum 2013 Revisi 2016
 

Similar to PENAMAAN PENALARAN

Rangkuman bab 2, 3 dan 12 metode penelitian pendidikan karya prof. dr. sugio...
Rangkuman bab 2, 3 dan 12 metode penelitian pendidikan karya  prof. dr. sugio...Rangkuman bab 2, 3 dan 12 metode penelitian pendidikan karya  prof. dr. sugio...
Rangkuman bab 2, 3 dan 12 metode penelitian pendidikan karya prof. dr. sugio...rizka lailatul fitriya
 
ragam penelitian
ragam penelitianragam penelitian
ragam penelitianFela Aziiza
 
Penelitian deskriptif analitis (sulipan)
Penelitian deskriptif analitis (sulipan)Penelitian deskriptif analitis (sulipan)
Penelitian deskriptif analitis (sulipan)rsd kol abundjani
 
SAP 2Metode penelitian
SAP 2Metode penelitianSAP 2Metode penelitian
SAP 2Metode penelitianAs As
 
Metode penelitian pendidikan
Metode penelitian pendidikanMetode penelitian pendidikan
Metode penelitian pendidikanDedi Yulianto
 
Langkah – langkah penelitian deskriptif
Langkah – langkah penelitian deskriptifLangkah – langkah penelitian deskriptif
Langkah – langkah penelitian deskriptifnorma976405
 
Tugaskelompok1metodologipendidikan 120319040405-phpapp02
Tugaskelompok1metodologipendidikan 120319040405-phpapp02Tugaskelompok1metodologipendidikan 120319040405-phpapp02
Tugaskelompok1metodologipendidikan 120319040405-phpapp02Valentino Selayan
 
Penyusunan Proposal Penelitian Kuantitatif
Penyusunan Proposal Penelitian KuantitatifPenyusunan Proposal Penelitian Kuantitatif
Penyusunan Proposal Penelitian KuantitatifEgha Rhiyanti Putri
 
Qualitative approaches/abshor marantika/kelompok 14 : Muhammad Iqbal (2201846...
Qualitative approaches/abshor marantika/kelompok 14 : Muhammad Iqbal (2201846...Qualitative approaches/abshor marantika/kelompok 14 : Muhammad Iqbal (2201846...
Qualitative approaches/abshor marantika/kelompok 14 : Muhammad Iqbal (2201846...iqbalbale02
 
Penilaian ranah afektif
Penilaian ranah afektifPenilaian ranah afektif
Penilaian ranah afektifEdi Candra
 
7. bab ii new
7. bab ii new7. bab ii new
7. bab ii newAhmad T
 
2. PPT Materi Ajar Metodologi Penelitian (Ganjil 2018-2019).pdf
2. PPT Materi Ajar Metodologi Penelitian (Ganjil 2018-2019).pdf2. PPT Materi Ajar Metodologi Penelitian (Ganjil 2018-2019).pdf
2. PPT Materi Ajar Metodologi Penelitian (Ganjil 2018-2019).pdfAbdulMuttalib31
 
Mpa pertemuan 1 a
Mpa pertemuan 1 aMpa pertemuan 1 a
Mpa pertemuan 1 aanis fuad
 
Aplikasi konsep-kebijakan-publik
Aplikasi konsep-kebijakan-publikAplikasi konsep-kebijakan-publik
Aplikasi konsep-kebijakan-publikFiryoe
 

Similar to PENAMAAN PENALARAN (20)

Rangkuman bab 2, 3 dan 12 metode penelitian pendidikan karya prof. dr. sugio...
Rangkuman bab 2, 3 dan 12 metode penelitian pendidikan karya  prof. dr. sugio...Rangkuman bab 2, 3 dan 12 metode penelitian pendidikan karya  prof. dr. sugio...
Rangkuman bab 2, 3 dan 12 metode penelitian pendidikan karya prof. dr. sugio...
 
ragam penelitian
ragam penelitianragam penelitian
ragam penelitian
 
Kesimpulan
KesimpulanKesimpulan
Kesimpulan
 
Makalah perbedaan penelitian kualitatif dan kuantitatif
Makalah perbedaan penelitian kualitatif dan kuantitatifMakalah perbedaan penelitian kualitatif dan kuantitatif
Makalah perbedaan penelitian kualitatif dan kuantitatif
 
Tugas kelompok 1 metodologi pendidikan
Tugas kelompok 1 metodologi pendidikanTugas kelompok 1 metodologi pendidikan
Tugas kelompok 1 metodologi pendidikan
 
Makalah humas 1
Makalah humas 1Makalah humas 1
Makalah humas 1
 
Uas ipa
Uas ipaUas ipa
Uas ipa
 
Penelitian deskriptif analitis (sulipan)
Penelitian deskriptif analitis (sulipan)Penelitian deskriptif analitis (sulipan)
Penelitian deskriptif analitis (sulipan)
 
SAP 2Metode penelitian
SAP 2Metode penelitianSAP 2Metode penelitian
SAP 2Metode penelitian
 
Metode penelitian pendidikan
Metode penelitian pendidikanMetode penelitian pendidikan
Metode penelitian pendidikan
 
Langkah – langkah penelitian deskriptif
Langkah – langkah penelitian deskriptifLangkah – langkah penelitian deskriptif
Langkah – langkah penelitian deskriptif
 
Tugaskelompok1metodologipendidikan 120319040405-phpapp02
Tugaskelompok1metodologipendidikan 120319040405-phpapp02Tugaskelompok1metodologipendidikan 120319040405-phpapp02
Tugaskelompok1metodologipendidikan 120319040405-phpapp02
 
Penyusunan Proposal Penelitian Kuantitatif
Penyusunan Proposal Penelitian KuantitatifPenyusunan Proposal Penelitian Kuantitatif
Penyusunan Proposal Penelitian Kuantitatif
 
Qualitative approaches/abshor marantika/kelompok 14 : Muhammad Iqbal (2201846...
Qualitative approaches/abshor marantika/kelompok 14 : Muhammad Iqbal (2201846...Qualitative approaches/abshor marantika/kelompok 14 : Muhammad Iqbal (2201846...
Qualitative approaches/abshor marantika/kelompok 14 : Muhammad Iqbal (2201846...
 
Penilaian ranah afektif
Penilaian ranah afektifPenilaian ranah afektif
Penilaian ranah afektif
 
7. bab ii new
7. bab ii new7. bab ii new
7. bab ii new
 
2. PPT Materi Ajar Metodologi Penelitian (Ganjil 2018-2019).pdf
2. PPT Materi Ajar Metodologi Penelitian (Ganjil 2018-2019).pdf2. PPT Materi Ajar Metodologi Penelitian (Ganjil 2018-2019).pdf
2. PPT Materi Ajar Metodologi Penelitian (Ganjil 2018-2019).pdf
 
Materi MPA
Materi MPAMateri MPA
Materi MPA
 
Mpa pertemuan 1 a
Mpa pertemuan 1 aMpa pertemuan 1 a
Mpa pertemuan 1 a
 
Aplikasi konsep-kebijakan-publik
Aplikasi konsep-kebijakan-publikAplikasi konsep-kebijakan-publik
Aplikasi konsep-kebijakan-publik
 

More from Ridho D'vhavoline

More from Ridho D'vhavoline (7)

5 Jenis Switch
5 Jenis Switch5 Jenis Switch
5 Jenis Switch
 
Budaya Kreativitas dan Inovasi
Budaya Kreativitas dan InovasiBudaya Kreativitas dan Inovasi
Budaya Kreativitas dan Inovasi
 
Perubahan dan Pengembangan Organisasi tugas ke 2
Perubahan dan Pengembangan Organisasi tugas ke 2Perubahan dan Pengembangan Organisasi tugas ke 2
Perubahan dan Pengembangan Organisasi tugas ke 2
 
Tou 2 tugas 2
Tou 2 tugas 2Tou 2 tugas 2
Tou 2 tugas 2
 
Teori motivasi softkill
Teori motivasi softkillTeori motivasi softkill
Teori motivasi softkill
 
Hubungan antara kekuasaan dan pengaruh
Hubungan antara kekuasaan dan pengaruhHubungan antara kekuasaan dan pengaruh
Hubungan antara kekuasaan dan pengaruh
 
Tugas
TugasTugas
Tugas
 

Recently uploaded

Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfIndri117648
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 

Recently uploaded (20)

Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 

PENAMAAN PENALARAN

  • 1. MAKALAH PENALARAN INDUKTIF DAN DEDUKTIF Nama :Qolbi Ridho Putra NPM :15112802 Kelas :3KA39 Tugas :Bahasa Indonesia part 1
  • 2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pengetahuan saat ini telah melaju dengan pesat dan erat hubungannya dengan perkembangan tekhnologi.Maka seharusnya seorang guru harus mampu menyesuaikan kondisi perkembangan yang telah ada saat ini dengan lebih mengembangkan sesuatu pembelajaran atau metode yang harus dilakukan ketika melakukan pembelajaran kepada siswanya.Seorang guru dituntut mempunyai pengetahuan, keterampilan dan sikap yang profesional dalam memberikan pembelajajaran terhadap siswa-siswanyaat digunakan dalam proses pembelajaran. Dapat dikatakan berhasil atau tidaknya kegiatan pembelajaran, tergantung pada efektif tidaknya metode pembelajaran yang dipergunakan oleh guru dalam proses pembelajaran.Pembelajaran yang dilakukan terkesan monoton dan tidak menggairahkan siswa untuk belajar lebih aktif lagi. Hal itu mengakibatkan siswa kurang berminat untuk mengikuti dan melaksanakan proses pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan tidak dapat tercapai secara optimal. Dalam proses kegiatan pembelajaran terdapat berbagai jenis strategi pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru.Bagi seorang guru pemahaman tentang berbagai dasar klasifikasi tersebut disamping bermanfaat sebagai kerangka acuan untuk memahami dengan lebih baik setiap strategi pembelajaran, juga pada gilirannya akan sangat bermanfaat didalam memilih serta menggunakan setiap jenis trategi pembelajarann tersebut secara lebih efektif didalam penciptaan sistem lingkungan belajar-mengajar. Terdapat beberapa strategi pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Dalam memilih metode pembelajaran, guru tidak boleh memilih secara asal-asalan.Strategi yang digunakan haruslah strategi yang direncanakan berdasarkan pertimbangan perbedaan individu diantara siswa, yang dapat memberi feedback dan inisiatif murid untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.Salah satu strategi yang dapat diterapkan adalah penalaran Induktif dan Deduktif.Oleh karena itu, penulis ingin mengkaji strategi tersebut dalam makalah ini. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana sejarah dan apa definisi dari penalaran deduktif dan Induktif ? 2. Bagaimana syarat penggunaan penalaran Induktif dan deduktif ? 3. Apa definisi dari Generalisasi, Analogi, Hubungan Kausal ? 4. Apa yang dimaksud dengan induksi dalam metode eksposisi ? 5. Macam – macam silogisme dan pengertiannya ?
  • 3. C. Tujuan Tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengertian penalaran 2. Untuk mengetahui sejarah munculnya penalaran induktif dan deduktif 3. Untuk mengetahui pengertian penalaran induktif dan deduktif 4. Untuk mengetahui karakteristik penalaran induktif dan deduktif D. Manfaat Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Penulisan ini diharapkan memberi konstribusi ilmiah bagi khasanah keilmuan dalam upaya memahami strategi Induktif 2. Sebagai sumber informasi kepada para pembaca yang ingin mengetahui tentang berbagai hal yang berhubungan dengan strategi Induktif 3. Sebagai referensi untuk penulisan berikutnya dan keperluan lain yang terkait.
  • 4. BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Penalaran Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi. Menurut Jujun Suriasumantri, Penalaran adalah suatu proses berfikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Sebagai suatu kegiatan berfikir penalaran memiliki ciri- ciri tertentu. Ciri pertama adalah proses berpikir logis, dimana berpikir logis diartikan sebagai kegiatan berpikir menurut pola tertentu atau dengan kata lain menurut logika tertentu. Ciri yang kedua adalah sifat analitik dari proses berpikirnya.Sifat analitik ini merupakan konsekuensi dari adanya suatu pola berpikir tertentu. Analisis pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu. B. Proposisi dalam Penalaran Proposisi adalah apa yang dihasilkan dengan mengucapkan suatu kalimat. Dengan kata lain, hal ini merupakan arti dari kalimat itu, dan bukan kalimat itu sendiri. Kalimat yg berbeda dapat mengekspresikan proposisi yang sama, jika artinya sama. Proposisi disebut sebagai “tempat kebenaran” bukan bahwa proposisi itu selalu benar, melainkan karena hubungan yang diakui atau diingkarinya itu dapat diuji dengan kenyataan, dan hasilnya pun dapat benar dan dapat salah. C. Unsur-unsur proposisi 1. Term subyek Hal yang tentangnya pengakuan atau pengingkaran ditujukan. 2. Term predikat Apa yang diakui atau diingkari tentang subyek 3. Kopula Penghubung (adalah, bukan/tidak) antara term subyek dan term predikat, dan sekaligus member bentuk (pengakuan atau pengingkaran) pada hubungan itu.
  • 5. D. Inferensi Inferensi merupakan sebuah pekerjaan bagai pendengar (pembaca) yang selalu terlibat dalam tindak tutur selalu harus siap dilaksanakan ialah inferensi. Inferensi dilakukan untuk sampai pada suatu penafsiran makna tentang ungkapan-ungkapan yang diterima dan pembicara atau (penulis). Dalam keadaan bagaimanapun seorang pendengar (pembaca) mengadakan inferensi. Pengertian inferensi yang umum ialah proses yang harus dilakukan pembaca (pendengar) untuk melalui makna harfiah tentang apa yang ditulis (diucapkan) samapai pada yang diinginkan oleh saorang penulis (pembicara). Inferensi adalah membuat simpulan berdasarkan ungkapan dan konteks penggunaannya. Dalam membuat inferensi perlu dipertimbangkan implikatur. Implikatur adalah makna tidak langsung atau makna tersirat yang ditimbulkan oleh apa yang terkatakan (eksplikatur). a. Inferensi Langsung Inferensi yang kesimpulannya ditarik dari hanya satu premis (proposisi yang digunakan untuk penarikan kesimpulan). Konklusi yang ditarik tidak boleh lebih luas dari premisnya, Contoh: “Bu, besok temanku berulang tahun. Saya diundang makan malam. Tapi saya tidak punya baju baru, kadonya lagi belum ada”. Maka inferensi dari ungkapan tersebut, bahwa tidak bisa pergi ke ulang tahun temanya. b. Inferensi Tak Langsung Inferensi yang kesimpulannya ditarik dari dua / lebih premis. Proses akal budi membentuk sebuah proposisi baru atas dasar penggabungan proposisi-preposisi lama. Contohnya : A : Anak-anak begitu gembira ketika ibu memberikan bekal makanan. B : Sayang gudegnya agak sedikit saya bawa. Inferensi yang menjembatani kedua ujaran tersebut misalnya (C) berikut ini. C : Bekal yang dibawa ibu lauknya gudek komplit. E. Implikasi Pada dasarnya implikasi bisa kita definisikan sebagai akibat langsung atau konsekuensi atas temuan hasil suatu penelitian. Akan tetapi secara bahasa memiliki arti sesuatu yang telah tersimpul di dalamnya. Di dalam konteks penelitian sendiri, implikasi bisa di lihat. Apabila dalam sebuah penelitian kita mempunyai kesimpulan misalnya "A", "Manusia itu bernafas". Maka "Manusia itu bernafas" yang kita sebut dengan implikasi penelitian. Untuk contohnya, dalam hasil penelitian kita menemukan bahwa siswa yang di ajar dengan metode "A" lebih kreatif serta memiliki skill yang lebih baik.
  • 6. Dengan demikian dengan menggunakan metode belajar "A" kita bisa mengharapkan siswa menjadi lebih kreatif dan juga memiliki skill yang baik. Setelah itu perlu juga untuk dihubungkan dengan konteks penelitian yang telah kita bangun. Contohnya, sampelnya kelas berapa? seperti apa karakteristik sekolah? ada berapa sampel? dan lain-lainnya. Nah, memang sudah seharusnya implikasi penelitian di lakukan secara spesifik layaknya karakteristik di atas. F. Cara pengujian evidensi F.1Cara menguji data Data dan informasi yang digunakan dalam penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena itu perlu diadakan pengujian melalui cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap digunakan sebagai evidensi. Dibawah ini beberapa cara yang dapat digunakan untuk pengujian tersebut.(Observasi,Kesaksian,Autoritas) F.2Cara Menguji Faktor Untuk menguji apakah data informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta atau bukan, maka harus diadakan penilaian. Penilaian tersebut merupakan penilaian tingkat pertama untuk mendapatkan keyakitan bahwa semua bahan itu adalah fakta, sesudah itu harus mengadakan penilaian tingkat kedua yaitu dari semua fakta tersebut dapat digunakan, sehingga benar-benar meyakinkan kesimpulan yang akan diambil. Hal-hal yang diperlukan dalam menguji faktior, yaitu konsistensi dan koherensi. F.3Cara Menilai Autoritas Menghidari semua desas-desus atau kesaksian, baik akan membedakan pula apa yang hanya merupakan pendapat saja atau pendapat yang sungguh-sungguh didasarkan atas penelitian atau data eksperimental. Ada beberapa cara sebagai berikut : 1. Tidak mengandung prasangka Pendapat disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli atau didasarkan pada hasil eksperimen yang dilakukannya. 2. Pengalaman dan pendidikan autoritas Dasar kedua menyangkut pengalaman dan pendidikan autoritas. Pendidikan yang diperoleh menjadi jaminan awal. Pendidikan yang diperoleh harus dikembangkan lebih lanjut dalam kegiatan sebagai seorang ahli. Pengalaman yang diperoleh autoritas, penelitian yang dilakukan, presentasi hasil penelitian dan pendapatnya akan memperkuat kedudukannya.
  • 7. 3. Kemashuran dan prestise Ketiga yang harus diperhatikan adalah meneliti apakah pernyataan atau pendapat yang akan dikutip sebagai autoritas hanya sekedar bersembunyi dibalik kemashuran dan prestise pribadi di bidang lain. 4. Koherensi dengan kemajuan Hal keempat adalah apakah pendapat yang diberikan autoritas sejalan dengan perkembangan dan kemajuan zaman atau koheren dengan pendapat sikap terakhir dalam bidang itu. G. Definisi dan Sejarah Strategi Induktif dan Deduktif Pada dasarnya strategi pembelajaran dapat dilihat melalui dua sudut pandang yaitu pertama siswa dipandang sebagai objek belajar dalam hal ini pembelajaran menuntut keaktifan guru. Kedua siswa sebagai subjek dan obyek belajar, siswa dituntut keaktifannya dalam proses belajar .Strategi Induktif dan Deduktif ini dikembangkan oleh filosof Perancis Bacon yang menghendaki penarikan kesimpulan didasarkan atas fakta-fakta yang kongkrit sebanyak mungkin.Semakin banyak fakta semakin mendukung hasil simpulan. Model berfikir induktif dirancang dan dikembangkan oleh Hilda Toba dengan tujuanuntuk mendorong para pelajar menemukan dan mengorganisasikan informasi, menciptakannama suatu konsep dan menjajagi berbagai cara yang dapat menjadikan para pelajar lebihterampil dalam menyingkap dan mengoraganisasikan informasi dan dalam melakukan pengetesan hipotesis yang melukiskan antar hal. Pada pendekatan induktif dimulai denganmemberikan bermacam-macam contoh.Dari contoh-contoh tersebut siswa mengerti keteraturandan kemudian mengambil keputusan yang bersifat umum. Strategi induktif dinamakan juga strategi pembelajaran dari khusus ke umum.pada strategi induktif bahan yang dipelajari dimulai dari hal-hal yang konkrit atau contoh-contoh yang kemudian secara perlahan siswa dihadapkan pada materi yang kompleks dan sukar. Strategi pembelajaran induktif adalah sebuah pembelajaran yang bersifat langsung tapi sangat efektif untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dan keterampilan berpikir kritis. Pada pembelajaran induktif guru langsung memberikan presentasi informasi-informasi yang akan memberikan ilustrasi-ilustrasi tentang topik yang akan dipelajari siswa, selanjutnya guru membimbing siswa untuk menemukan pola-pola tertentu dari ilustrasi- ilustrasi yang diberikan tadi. Biasanya pembelajaran dilakukan dengan cara eksperimen, diskusi, dan demonstrasi. Pembelajaran deduktif merupakan imbangan yang sangat dekat bagi strategi pembelajaran induktif.Keduanya dirancang untuk mengajarkan konsep dan generalisasi, mengandalkan contoh dan bergantung pada keterlibatan guru secara aktif dalam membimbing siswa. Perbedaan terletak
  • 8. pada urutan kejadian selama pembelajaran, keterampilan berpikir, cara memotivasi dan waktu yang diperlukan serta biasanya pada pembelajaran pendekatan deduktif seorang guru harus lebih aktif daripada siswanya. Pembelajaran deduktif disebut pula pembelajaran langsung (direct Instruction).Strategi berfikir deduktif adalah strategi berfikir yang menerapkan hal – hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian – bagiannya yang khusus.Strategi deduktif ini merupakan pemberian penjelasan tentang prinsip – prinsip isi pelajaran, kemudian dijelaskan dalam bentuk penerapannya atau contoh- contohnya dalam situasi tertentu.Strategi ini menjelaskan teori ke bentuk realitas atau menjelaskan hal – hal yang bersifat umum ke yang bersifat khusus. H. Hipotesa dan Teori pada penalaran induktif  Hipotese (hypo „di bawah‟, tithenasi „menempatkan‟) Semacam teori atau kesimpulan yang diterima sementara waktu untuk menerangkan fakta tertentu sebagai penuntun dalam meneliti fakta lebih lanjut  Sedangkan Teori merupakan bentuk abstrak yang diterima secara ilmiah dan sekurang- kurangnya dapat dipercaya untuk menerangkan fenomena yang ada. C. 3 Proses pembuatan Induktif 1. Generalisasi Generalisasi adalah proses berpikir berdasarkan hasil pengamatan atas sejumlah gejala dan fakta dengan sifat-sifat tertentu mengenai semua atau sebagian dari gejala serupa itu, Yang perlu diperhatikan dalam penciptaan generalisasi ialah: 1. apakah data dan fakta itu cukup banyak 2. apakah data itu memang pantas menjadi model dan contoh atau sampel 3. apakah tidak ada kekecualian Berikut contoh kasus dalam kehidupan sehari-hari :  Jika ada listrik, televisi menyala  Jika ada listrik, radio menyala  Jika ada listrik, AC menyala Jadi kesimpulannya jika ada listrik,alat elektronik menyala
  • 9. 2. Analogi Analogi merupakan cara menarik kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan terhadap sejumlah gejala khusus yang bersamaan, contohnya  Andi adalah seorang pilot  Andi dapat mengendarai pesawat terbang  Dimas adalah seorang pilot Oleh sebab itu, Dimas dapat mengendarai pesawat terbang 3. Hubungan Kausal Hubungan kausal ialah pernalaran yang diperoleh dari gejala-gejala atau data yang saling berhubungan. Misalnya, seorang anak terjatuh, akibatnya akan terluka. Dalam hubungan kausal ini ada tiga hubungan antar masalah. 1. Sebab-Akibat Sebab-akibat ini berpola A menyebabkan B. Dapat juga berpola A menyebabkan B, C, dan seterusnya. Jadi efek atau akibat dari suatu peristiwa yang dianggap penyebab kadang lebih dari satu. Sebagai contoh, “Seorang pegawai tidak datang rapat dapat kita perkirakan bahwa pegawai tersebut mungkin datang telat, kecelakaan di jalan, atau terkena macet”. 2. Akibat- Sebab Akibat-sebab ini dapat kita lihat “peristiwa seseorang yang terjatuh”, dengan kata lain Terjatuh merupakan akibat dan terluka merupakan sebab. Akan tetapi, dalam pernalaran jenis ini, peristiwa sebab merupakan kesimpulan. 3. Akibat-Akibat Akibat-akibat adalah suatu pernalaran yang menyiratkan penyebabnya. Peristiwa “akibat” langsung disimpulkan pada “akibat” yang lain. Contohnya sebagai berikut “Ketika pulang bekerja, Ayah melihat air kali meluap. Ayah langsung menyimpulkan bahwa gang di rumah banjir”. D. Induksi dalam Metode Eksposisi pada penalaran Induktif Induksi dalam Metode Eksposisi adalah salah satu jenis pengembangan paragraf dalam penulisan yang dimana isinya ditulis dengan tujuan untuk menjelaskan atau memberikan pengertian dengan gaya penulisan yang singkat, akurat, dan padat.
  • 10. Langkah menyusun eksposisi: 1. Menentukan topik/tema 2. Menetapkan tujuan 3. Mengumpulkan data dari berbagai sumber 4. Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih 5. Mengembangkan kerangka menjadi karangan eksposisi. E. Silogisme – silogisme pada penalaran Deduktif 1. Silogisme Kategorial ` Silogisme Kategorial merupakan Silogisme yang terjadi dari tiga proposisi, yakni :  Premis umum : Premis Mayor (My)  Premis khusus : Premis Minor (Mn)  Premis simpulan : Premis Kesimpulan (K) Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term mayor, dan predikat simpulan disebut term minor. 2. Silogisme Hipotesis Silogisme Hipotesis merupakan Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis.Konditional hipotesis terjadi bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen. 3. Silogisme Alternatif Silogisme Alternatif merupakan Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain. 4. Silogisme Entimen Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.
  • 11. BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan uraian dalam pembahasan di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Penalaran induktif merupakan strategi pembelajaran dari khusus ke umum. 2. Ciri-ciri dari penalaran induktif diantaranya Penekanan pada keterampilan berpikir dan tujuan-tujuan afektif serta Penggunaan waktu yang kurang efisien. 3. Penalaran Induktif dapat digunakan dalam mengajarkan konsep, baik konsep konkret maupun konsep terdefinisi. B. SARAN Saran yang dapat kami ajukan dalam pembuatan, penulisan dan pengumpulan tugas makalah ini adalah tugas ini sebaiknya dikerjakan secara kelompok dengan tujuan untuk mendiskusikan hasil yang didapatkan baik secara internal kelompok maupun eksternal kelompok. Sehingga dapat dipahami, dipersentasekan serta dapat mengetahui materi dari kelompok lain dalam waktu singkat. C. DAFTAR PUSTAKA arvisajah.blogspot.com 2012 dengan subjeknya penalaran induktif tugas bahasa http://arvisajah2.blogspot.com/2012/04/penalaran-induktif-tugas- bahasa.html Diakses pada 05 maret 2015 , pukul 11. 00 Wib. Stevenwahid.blogspot.com 2012 dengan subjek tugas bahasa Indonesia 2 penalaran http://stevenwahid.blogspot.com/2012/04/tugas-bahasa-indonesia-2-penalaran.html Diakses pada 05 maret 2015 , pukul 11. 05 Wib. http://www.wikipedia.org/wiki Diakses pada 05 maret, pukul 11.10