1. 44
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Bogdan &
Taylor (dalam Moleong, 2005) mendefinisikan pendekatan kualitatif sebagai
pendekatan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini
diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi, dalam hal
ini tidak boleh mengisolasikan individu atau lingkungannya ke dalam variabel
atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.
Menurut Richie (dalam Moleong, 2005), pendekatan kualitatif adalah
upaya untuk menyajikan dunia social, dan perspektifnya di dalam dunia, dari segi
konsep, perilaku dan persepsi, dan persoalan tentang manusia yang diteliti.
Pendekatan
kualitatif adalah
pendekatan
yang bermaksud
untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya
perilaku persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain. Secara holistik (utuh), dan
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks
khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah
(Moleong, 2005).
B. Subyek Penelitian
1. Karakteristik Subjek Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, pemberian batasan pada partisipan
merupakan suatu hal penting yang perlu dilakukan berkenaan dengan
pengontrolan keabsahan dan keajegan penelitian (Banister dkk. dalam
Poerwandari, 2001).
44
2. 45
Berdasarkan tujuan penelitian, maka dipilih subjek penelitian dengan
karakteristik sebagai berikut :
a. Usia
Dalam penelitian ini, subjek penelitian berusia 16 sampai 60 tahun.
2. Jumlah Subjek Penelitian
Menurut Patton (dalam Poerwandari, 2001) tidak ada pedoman yang
baku mengenai jumlah sampel yang harus diambil dalam penelitian kualitatif.
Jumlah sampel sangat tergantung pada apa yang dianggap berharga dan dapat
dilakukan dengan waktu dan sumber daya yang tersedia.
Penelitian kualitatif, yang fokus penelitiannya terletak pada kedalaman
dan proses, cenderung dilakukan dengan jumlah kasus yang sedikit
(Poerwandari, 2001).
Dalam penelitian ini, jumlah subjek penelitian yang digunakan oleh
peneliti sebanyak tiga keluarga yang memiliki anak usia dua hingga dua belas
tahun dan menderita Schizophrenia.
C. Tahap-Tahap Penelitian
1.
Tahap Persiapan Penelitian
Menurut Basuki (2006) langkah awal yang dilakukan oleh peneliti
adalah membuat pedoman wawancara yang disusun berdasarkan teoriteori yang relevan dengan masalah penelitian ini. Pedoman wawancara ini
berisi pertanyaan-pertanyaan mendasar yang nantinya akan berkembang
dalam wawancara. Pedoman wawancara yang telah disusun kemudian
ditunjukkan kepada yang lebih ahli, dalam hal ini dosen pembimbing
penelitian, untuk mendapat masukan mengenai pedoman wawancara.
Setelah mendapatkan masukan dan koreksi dari pembimbing, peneliti
membuat perbaikan terhadap pedoman wawancara dan menyiapkan diri
untuk melakukan wawancara (Basuki, 2006).
3. 46
Lalu peneliti mencari calon-calon subjek yang sesuai dengan
karakteristik subjek penelitian. Dalam hal ini peneliti mendapatkan subjek
di kompleks perumahan, rumah sakit jiwa. Selanjutnya, peneliti bertemu
dengan para calon subjek untuk menjelaskan mengenai penelitian yang
akan dilakukan dan meminta kesediaan mereka untuk menjadi subjek
penelitian.
2.
Tahap Pelaksanaan Penelitian
Sebelum melaksanakan wawancara, peneliti perlu mengonfirmasi
ulang para calon subjek penelitian untuk memastikan kesediaan mereka
dan membuat kesepakatan mengenai waktu dan tempat pelaksanaan
wawancara (Basuki, 2006).
Dalam melaksanakan wawancara, hal penting yang harus
dilakukan
sebelum
memulai
wawancara
tersebut
adalah
dengan
membangun rapport yang baik. Rapport sangat penting untuk membuat
subjek merasa nyaman dan bebas dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang diberikan, sehingga informasi yang diberikan akan lengkap dan
akurat (Basuki, 2006).
Dalam melakukan wawancara, peneliti berpatokan pada pedoman
wawancara yang telah dibuat (Basuki, 2006).
3.
Tahap Analisis Data
Pada tahap analisis data, peneliti menganalisis hasil wawancara
berdasarkan pemahaman terhadap hal-hal yang diungkapkan oleh
responden. Data dikelompokkan dan dipahami secara utuh dengan tematema penting sebagai kata kuncinya, sehingga peneliti dapat menangkap
pengalaman permasalahan dan dinamika yang terjadi pada subjek.
4.
Tahap Penulisan Laporan
Pada tahap ini, penulisan yang dipakai adalah presentasi data yang
di dapat dari penulisan data-data hasil penelitian berdasarkan wawancara
4. 47
mendalam dan observasi dengan tiap-tiap subjek. Prosesnya dimulai dari
data-data yang telah diperoleh dari tiap subjek dipahami kembali dengan
membacanya berulang-ulang hingga akhirnya penulis benar-benar
mengerti permasalahannya dan kemudian dianalisis secara perorangan,
sehingga didapatkan gambaran mengenai permasalahan dan pengalaman
masing-masing
subjek.
Selanjutnya
dilakukan
interpretasi
secara
keseluruhan dimana di dalamnya tercakup kesimpulan dari hasil penelitian
ini.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah wawancara, observasi (Basuki, 2006).
1. Metode Wawancara
Menurut Esterberg (dalam Sugiyono, 2005), wawancara adalah
merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui
tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik
tertentu.
Sedangkan menurut Bnister dkk. (dalam Poerwandari, 2001)
wawancara kualitatif dilakukan bila peneliti bermaksud untuk memperoleh
pengetahuan tentang makna-makna subjektif yang dipahami individu
berkenaan dengan topik yang diteliti dan bermaksud melakukan eksplorasi
terhadap isu tersebut, suatu hal yang tidak dapat dilakukan pendekatan lain.
Menurut Patton (dalan Moleong, 2005) jenis wawancara dibagi menjadi
tiga bagian, yaitu :
a.
Wawancara Pembicaraan Informal
Wawancara pembicaraan informal tergantung pada wawancara itu
sendiri, jadi bergantung pada spontanistasnya dalam mengajukan
pertanyaan kepada terwawancara. Sewaktu
pembicaraan berjalan,
terwawancara tidak mengetahui atau tidak menyadari bahwa ia sedang
diwawancarai.
b.
Pendekatan Menggunakan Petunjuk Umum Wawancara
5. 48
Jenis wawancara ini mengharuskan pewawancara membuat
kerangka dan garis besar pokok-pokok yang dirumuskan tidak perlu
ditanyakan secara berurutan. Kemudian petunjuk wawancara hanyalah
berisi petunjuk secara garis besar tentang proses dan isi wawancara untuk
menjaga agar pokok-pokok yang direncanakan dapat seluruhnya tercakup.
c.
Wawancara Baku Terbuka
Wawancara baku terbuka adalah wawancara yang menggunakan
seperangkat baku pertanyaan. Urutan pertanyaan, kata-katanya dan cara
penyajiannya pun sama untuk setiap responden. Keluwesan mengadakan
pertanyaan mendalam (probing) terbatas dan hal ini tergantung pada
situasi wawancara dan kecakapan pewawancara.
Pembagian lain mengenai jenis wawancara dikemukakan oleh Guba dan
Lincoln (dalam Moleong, 2005) terdiri dari :
a.
Wawancara oleh Tim atau Panel
Wawancara oleh tim berarti wawancara dilakukan tidak hanya oleh satu
orang, tetapi oleh dua orang atau lebih terhadap seseorang yang
diwawancarai. Jika cara ini digunakan, hendaknya pada awalnya sudah
diminta kesepakatan dan persetujuan dari terwawancara, apakah ia tidak
keberatan diwawancarai oleh dua orang. Di pihak lain, seseorang
pewawancara dapat saja menghadapkan dua orang atau lebih yang
diwawancarai sekaligus, yang dalam hal ini dinamakan panel.
b.
Wawancara Tertutup dan Wawancara Terbuka
Pada wawancara tertutup biasanya yang diwawancarai tidak mengetahui
dan tidak menyadari bahwa mereka sedang diwawancarai. Mereka tidak
mengetahui tujuan wawancara. Sedangkan wawancara terbuka biasanya
subjek yang diwawancarai tahu bahwa mereka sedang diwawancarai dan
mengetahui pula apa maksud dan tujuan wawancara.
c.
Wawancara Riwayat Secara Lisan
Jenis ini adalah wawancara terhadap orang-orang yang pernah membuat
sejarah atau yang membuat karya ilmiah besar, sosial, pembangunan,
6. 49
perdamaian dan sebagainya. Maksud wawancara ini ialah mengungkapkan
riwayat
hidup
dan
pekerjaannya,
kesenangannya,
ketekunannnya,
pergaulannya dan lain-lain.
d.
Wawancara Terstruktur dan Wawancara tak terstruktur
Wawancara
terstruktur
adalah
wawancara
yang
pewawancaranya
menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan
diajukan. Jenis wawancara ini bertujuan mencari jawaban terhadap
hipotesis kerja. Untuk itu pertanyaan disusun dengan rapih dan ketat.
Sedangkan wawancara tak terstruktur merupakan wawancara yang beda
dengan yang terstruktur. Cirinya kurang diinterupsi dan arbitrer.
Wawancara semacam ini biasanya digunakan untuk menemukan informasi
yang bukan baku atau informasi tunggal. Pertanyaan biasanya tidak
disusun terlebih dahulu, malah disesuaikan dengan keadaan dan cirri yang
unik dari responden. Pelaksanaannya Tanya-jawab mengalir seperti dalam
percakapan sehari-hari. Wawancara biasanya berjalan lama dan seringkali
dilanjutkan pada kesempatan berikutnya.
Dalam penelitian ini wawancara yang digunakan yaitu wawancara
terbuka, wawancara terstruktur, dengan menggunakan pedoman wawancara
terstruktur dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah ditetapkan oleh
peneliti terlebih dahulu.
2. Metode Observasi
Menurut Patton (dalam Poerwandari, 2001) salah satu hal penting
tetapi sering dilupakan dalam observasi adalah mengamati hal yang tidak
terjadi. Dengan demikian Patton menyatakan bahwa hasil observasi menjadi
data yang penting karena :
a.
Peneliti akan mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks
dalam mana hal yang diteliti atau terjadi.
b.
Observasi memungkinkan peneliti untuk bersikap terbuka, berorientasi
pada penemuan daripada pembuktian dan mempertahankan pilihan
7. 50
untuk mendekati masalah secara induktif. Dengan berada dalam situasi
lapangan yang nyata, kecenderungan untuk dipengaruhi berbagai
konseptualisasi tentang topik yang diamati akan berkurang.
c.
Mengingat individu yang telah sepenuhnya terlibat dalam konteks
hidupnya sering mengalami kesulitan merefleksikan pemikiran mereka
tentang pengalamannya, observasi memungkinkan peneliti melihat
hal-hal yang oleh subjek penelitian sendiri kurang disadari.
d.
Observasi memungkinkan peneliti memperoleh data tentang hal-hal
yang karena berbagai sebab tidak diungkapkan oleh subjek penelitian
secara terbuka dalam wawancara.
e.
Jawaban terhadap pertanyaan akan diwarnai oleh perspektif selektif
individu yang diwawancarai. Berbeda dengan wawancara, observasi
memungkinkan peneliti bergerak lebih jauh dari persepsi selektif yang
akan ditampilkan subjek penelitian atau pihak-pihak lain.
f.
Observasi memungkinkan peneliti merefleksi dan bersikap introspektif
terhadap penelitian yang dilakukannya. Impresi dan perasaan
pengamat akan menjadi bagian dari data yang pada gilirannya dapat di
manfaatkan nya untuk memahami fenomena yang diteliti.
Menurut Moleong (2005) berdasarkan keterlibatan pengamat dalam kegiatan
orang-orang yang diamati, observasi dapat di bedakan menjadi:
a.
Observasi Partisipan
Pengamat berperan serta melakukan dua peran sekaligus
yaitu sebagai dan sekaligus menjadi anggota resmi dari kelompok
yang diamatinya.
b.
Observasi Non Partisipan
Pengamat tidak berperan serta hanya melakukan fungsi
yaitu mengadakan pengamatan. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan observasi partisipan, karena peneliti hanya sebagai
pengamat.
8. 51
Dalam penelitian ini, observasi yang digunakan yaitu observasi non
partisipan, karena peneliti hanya berperan sebagai pengamat.
E. Instrumen Penelitian
Menurut Poerwandari (2001) penulis sangat berperan dalam seluruh
proses penelitian, mulai dari memilih topik, mendekati topik tersebut,
mengumpulkan
data,
hingga
menganalisis,
menginterpretasikan
dan
menyimpulkan hasil penelitian.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa instrumen sebagai
alat bantu untuk mengumpulkan data-data yang dibutuhkan, yaitu
1. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara yang digunakan peneliti berisi daftar pertanyaanpertanyaan yang disusun berdasarkan tujuan penelitian dan teori yang
berkaitan. Selain itu, pedoman juga berisi data pribadi partisipan. Pedoman
wawancara digunakan untuk mengingatkan peneliti mengenai aspek-aspek
yang harus dibahas yaitu sekaligus menjadi daftar untuk memeriksa apakah
aspek-aspek relavan tersebut telah dibahas atau ditanyakan (Poerwandari,
2001).
2. Pedoman Observasi
Menurut Moleong (2005), pedoman observasi yang digunakan dalam bentuk
catatan lapangan. Catatan ini berupa coretan seperlunya yang sangat
dipersingkat, berisi kata-kata kunci, frase, pokok-pokok isi pembicaraan atau
pengamatan, mungkin gambar, sketsa, genogram, dan lain-lain. Catatan ini
berguna hanya sebagai alat perantara yaitu antara apa yang dilihat atau
didengar.
Menurut Poerwandari (2001), pedoman observasi yang digunakan dalam
bentuk catatan lapangan. Catatan lapangan yaitu berisi deskripsi tentang hal-hal
yang diamati, apapun yang dianggap oleh peneliti penting. Penulisan catatan
dapat dilakukan dalam cara yang berbeda-beda, dan catatan lapangan untuk dibuat
9. 52
secara lengkap dan informatif. Kemudian peneliti melakukan pencatatan secara
kontinyu dan menuliskan langsung saat melakukan observasi di lapangan.
Pedoman observasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dalam bentuk
catatan lapangan yang berisi deskripsi tentang hal-hal yang diamati,apapun yang
dianggap oleh peneliti penting.
F. Keakuratan Penelitian
Deazin (dalam Patton, 2002) mengemukakan empat macam trianggulasi
sebagai teknik pemeriksaan untuk mencapai keabsahan,yaitu
a.
Trianggulasi Data (Data Trianggulation)
Menggunakan berbagai data seperti dokumen, arsip, hasil
wawancara, hasil observasi atau juga dengan mewawancarai lebih
dari satu subjek yang dianggap mempunyai sudut pandang yang
berbeda. Termasuk disini adalah wawancara dengan orang-orang
terdekat subjek (significant others).
b.
Trianggulasi Pengamat (Investigator Trianggulation)
Adanya pengamat di luar peneliti yang turut memeriksa hasil
pengumpulan data. Pemanfaatan pengamat lainnya membantu
mengurangi kemelencengan dalam pengumpulan data.
c.
Trianggulasi Teori (Theory Trianggulation)
Yaitu penggunaan teori yang berlainan untuk memastikan bahwa
data yang dikumpulkan sudah memenuhi syarat. Pada penelitian
ini, berbagai teori telah dijelaskan pada bab II untuk digunakan dan
menguji terkumpulnya data tersebut.
d.
Trianggulasi Metode (Methodological Trianggulation)
Yaitu penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal,
seperti metode wawancara dan observasi. Dalam penelitian ini,
peneliti melakukan metode wawancara yang ditunjang dengan
metode observasi pada saat wawancara dilaksanakan.
10. 53
G. Teknik Analisis Data
Adapun proses analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini akan
dianalisa dengan teknik data kualitatif yang diajukan oleh Marshall dan Rossman
(1995). Menurut Marshall dan Rossman (1995) dalam menganalisa penelitian
kualitatif terdapat beberapa tahapan yang perlu dilakukan. Tahapan-tahapan
tersebut adalah :
1.
Mengorganisasikan Data
Peneliti mendapatkan data langsung dari subjek melalui wawancara
mendalam (in-dept interview), yang mana data ditulis dengan alat tulis dan
dibantu alat perekam.
2.
Pengelompokan Berdasarkan Kategori, Tema dan Pola Jawaban
Dalam tahap ini dibutuhkan pengertian yang mendalam terhadap data
perhatian yang penuh dan keterbukaan terhadap hal-hal yang muncul di
luar apa yang ingin digali. Berdasarkan kerangka teori dan pedoman
wawancara peneliti menyusun sebuah kerangka awal analisis sebagai
acuan dan pedoman dalam melakukan coding. Dengan pedoman ini,
peneliti kemudian kembali membaca transkrip wawancara dan melakukan
coding, melakukan pemilihan data relevan dengan pokok pembicaraan,
serta mengelompokkannya dengan tujuan untuk menangkap persamaan
dan perbedaan antar subjek, menyimpulkan hal-hal umum dan memberi
perhatian pada hal-hal khusus dengan mengacu kepada teori dan
permasalahan penelitian .
3.
Menguji Asumsi atau Permasalahan yang Ada terhadap Data
Setelah kategori dan pola data tergambar dengan jelas, peneliti menguji
data tersebut terhadap asumsi yang dikembangkan dalam penelitian ini.
Pada tahap ini kategori yang telah didapat melalui analisis ditinjau
kembali berdasarkan landasan teori sehingga dapat dicocokkan apakah ada
kesamaan antara landasan teoritis dengan hasil yang dicapai. Walaupun
penelitian ini tidak memiliki hipotesis tertentu, namun landasan teori dapat
dibuat asumsi-asumsi mengenai hubungan antara konsep-konsep dan
faktor-faktor yang ada.
11. 54
4.
Mencari Alterntif Penjelasan Bagi Data
Setelah kaitan antara kategori dan pola data dengan asumsi terwujud
penulis masuk ke dalam tahap penjelasan. Berdasarkan pada kesimpulan
yang telah didapat dari kaitan tersebut, penulis perlu mencari suatu
alternative penjelasan lain tentang kesimpulan yang didapat. Sebab dalam
penelitian kualitatif memang selalu ada alternative penjelasan yang lain.
Dari hasil analisis ada kemungkinan hal-hal yang menyimpang dari
asumsi ikirkan sebelumnya. Dalam tahap ini akan dijelaskan dengan
alternatif lain melalui referensi atau teori-teori lain. Alternatif ini akan
sangat berguna pada bagian kesimpulan, diskusi dan saran.
5.
Menulis Hasil Penelitian
Penulisan analisis data masing-masing subjek yang telah berhasil
dikumpulkan, merupakan suatu hal yang membantu penulis untuk
memeriksa kembali apakah kesimpulan yang dibuat telah selesai. Dalam
penelitian ini penulisan yang dipakai adalah presentasi data yang didapat
yaitu, penulisan data hasil penelitian dimulai dari data yang telah
diperoleh dari tiap subjek yang dibaca berulang kali sampai penulis
mengerti benar permasalahannya lalu dianalisis secara perorangan,
sehingga didapatkan gambaran mengenai penghayatan pengalaman
masing-masing
subjek.
Selanjutnya
dilakukan
keseluruhan kesimpulan dari hasil penelitian ini.
interpretasi
secara