Dokumen tersebut membahas program sanitasi sekolah di Kabupaten Tangerang. Kabupaten Tangerang berkomitmen untuk membangun sarana sanitasi di semua sekolah negeri dan swasta menjadi standar nasional pada tahun 2018. Program sanitasi sekolah didukung anggaran dan dilaksanakan secara terarah oleh dinas terkait. Kabupaten Tangerang memberikan sanksi kepada sekolah yang tidak memperhatikan sanitasi, dan penghargaan bagi sekolah yang berhasil
2. 2
Penyusun : SPEAK Indonesia
Penerbit : Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang
Didukung oleh UNICEF Indonesia
Sanitasi Sekolah Sehat Menuju Generasi Gemilang
Pembelajaran Program Sanitasi Sekolah di Kabupaten Tangerang
Tahun 2017
3. 3
AMPL : Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
APBD : Anggaran dan Pendapatan Belanja Daerah
Bappeda : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
BOS : Bantuan Operasional Sekolah
BOSDA : Bantuan Operasional Sekolah Daerah
BPS : Badan Pusat Statistik
CSR : Coorporate Social Responsiblity
DBD : Demam Berdarah Dengue
DED : Detail Engineering Design
EHRA : Environmental Health Risk Assesment
IPAL : Instalasi Pengolahan Air Limbah
IUWASH : Indonesia Urban Water, Sanitation and Hygiene
Kemen : Kementerian
Kurassaki : Kurangi Sampah Sekolah Kita
MCK : Mandi Cuci Kakus
MKM : Manajemen Kebersihan Menstruasi
OPD : Organisasi Perangkat Daerah
PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Pemda : Pemerintah Daerah
Pemkab : Pemerintah Kabupaten
Perbub : Peraturan Bupati
Perda : Peraturan Daerah
Pokja : Kelompok Kerja
PUPR : Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
SD : Sekolah Dasar
SDM : Sumber Daya Manusia
SMP : Sekolah Menengah Pertama
SMA : Sekolah Menengah Atas
SMK : Sekolah Menengah Kejuruan
SOP : Standar Operasional Prosedur
Sanisek : Sanitasi sekolah
Sapras : Sarana dan prasarana
SK : Surat Keputusan
SSK : Strategi Sanitasi Kota
RKS : Rencana Kerja Sekolah
RPJMD : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
UKS : Usaha Kesehatan Sekolah
UNICEF : United Nations International Children’s Fund
USAID : United States Agency for International Development
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
4. 4
DAFTAR ISI
SAMBUTAN BUPATI 5
MEMERANGI SEKOLAH JOROK 6
KOMITMEN MENUJU GENERASI GEMILANG 8
FASILITAS DIIRINGI SANKSI 9
PELAKSANAAN PROGRAM SANISEK DI LEVEL PEMERINTAH 10
PELAKSANAAN PROGRAM SANISEK DI LEVEL SEKOLAH 18
GERAKAN KURASSAKI 27
TANTANGAN DAN PELUANG SANITASI SEKOLAH (SANISEK) 29
PEMBELAJARAN DARI TANGERANG 32
PENUTUP 36
OPINI BAPPENAS 37
7
11
17
15
9
5. 5
Sanitasi
Sekolah Sehat
Menuju Generasi Gemilang
SAMBUTAN BUPATI
Inovasi selalu dibutuhkan dalam melakukan
perubahan dan percepatan pelaksanaan
program. Pembangunan sarana dan prasarana
Sanitasi Sekolah di Kabupaten Tangerang adalah
bagian dari inovasi dan percepatan program
tersebut.
Pembangunan Sanitasi Sekolah, atau yang
biasa disingkat Sanisek di kabupaten Tangerang
merupakan bagian dari pembangunan sanitasi
secara keseluruhan. Sanisek menjadi salah satu
program prioritas dan strategis bidang sanitasi
dikarenakan kualitas proses pendidikan di
sekolah baru akan optimal jika didukung oleh
sarana sanisek dan perilaku sanitasi (hidup
bersih dan sehat) yang baik.
Sebagai warga asli dan Bupati Kabupaten
Tangerang, saya berkomitment dan mempunyai
visi yang jelas terkait pendidikan dan kesehatan,
dan ini termaktub dalam uraian misi dan arahan
kebijakan dalam RPJMD Kabupaten Tangerang
tahun 2013-2018. Saya memiliki alasan spesifik
terkait prioritas pembangunan sanisek, yakni
anak adalah masa depan suatu bangsa. Anak
yang sehat, cerdas, dan berprestasi hanya
akan dihasilkan dari lingkungan dan proses
pendidikan yang bersih, sehat, dan berkualitas.
Kabupaten Tangerang belum selesai
membangun dan membantu pembangunan
sanisek di semua sekolah. Ditargetkan semua
sekolah negeri mulai dari tingkat SD sampai
dengan tingkat SMA negeri pada tahun 2018
telah memiliki sarana prasarana sanisek.
Dan seterusnya direncanakan, seluruh sekolah
swasta juga telah memiliki sarana dan prasarana
sanisekyangsesuaistandar.Untuk ituKabupaten
Tangerang sangat membutuhkan dukungan dari
semua pihak, terutama dalam bentuk dukungan
pembiayaan. Hal ini dikarenakan keterbatasan
pembiayaan yang bersumber dari APBD.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
UNICEF perwakilan Indonesia dan Pokja AMPL
Kabupaten Tangerang yang telah berkenan
mempelajari upaya dan kerja keras Kabupaten
Tangerang dalam pembangunan sanisek dalam
bentuk booklet pembelajaran keberhasilan
Program Sanisek Kabupaten Tangerang. Mudah-
mudahan booklet ini dapat menjadi inspirasi
Pemerintah Pusat dan daerah lain dalam
percepatan pembangunan sanitasi sekolah di
Indonesia.
Tangerang, Agustus 2017
Bupati Kabupaten Tangerang
A. Zaki Iskandar
6. 6
Memerangi
Sekolah Jorok
Sebagai daerah dengan penduduk terbanyak
di Provinsi Banten, sekaligus menjadi salah
satu kawasan penyangga Ibu Kota Jakarta,
Kabupaten Tangerang dihadapkan pada
tantangan tingginya kebutuhan sarana air bersih
dan sanitasi. Jumlah penduduk besar, artinya
jumlah permukiman dan sekolah juga besar.
Akibatnya, kebutuhan sarana sanitasi untuk
permukiman dan sekolah juga besar dan selalu
meningkat seiring pertambahan penduduk.
Sanitasi sekolah di Kabupaten Tangerang
perlu mendapat perhatian serius. Studi EHRA
(Environmental Health Risk Assessment) atau
studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan
menunjukkan pada tahun 2011, dari 1.852
sekolah, ternyata yang mempunyai sarana
sanitasi hanya 84%, dan dari 84% tersebut
60% di antaranya masih belum layak. Kondisi
tersebut mengganggu proses belajar mengajar
dan kesehatan lingkungan sekolah.
Persepsi masyarakat tentang kondisi sanitasi
sekolah juga berperan terhadap lambatnya
perbaikan sanitasi sekolah. Dalam benak
masyarakat, toilet sekolah jorok itu sudah biasa,
terutama di sekolah-sekolah negeri. Semua
itu dianggap bukan masalah bagi masyarakat.
Persepsi semacam ini menyebabkan tidak
adanya dorongan untuk memperbaiki sanitasi
sekolah.
Di sisi lain, Pemkab Tangerang juga bertekad
menjadi yang terdepan dalam pembangunan
sektor pendidikan, termasuk dalam
menyediakan sarana dan prasarana sekolah Sumber: BPS Kab. Tangerang Dalam Angka (2013,2014,2015,2016)
TAHUN
SEKOLAH
TK SD SMP SMA SMK
2013 9 750 78 29 8
2014 2 751 65 29 11
2015 2 754 77. 32 10
2016 1 757 74 29 11
TABEL JUMLAH SEKOLAH NEGERI
yang memenuhi syarat. Sebagai patokan,
mereka berpedoman pada Standar Sekolah
Nasional yang di dalamnya juga mengharuskan
sekolah menyediakan kamar mandi / WC yang
bersih dan terawat, selain persyaratan lain yang
menyangkut hal-hal akademik.
Hal-hal di atas menjadi latar belakang mengapa
Pemkab Tangerang bertekat memerangi sekolah
jorok dengan cara intervensi program. Bila
dibiarkan tanpa intervensi, warga sekolah dan
masyarakat umum mungkin akan terus terbiasa
dengan toilet sekolah yang tidak memenuhi
syarat kesehatan. Upaya intervensi melalui
Program Sanisek, diiringi upaya penyadaran
tentang pentingnya sanitasi sekolah yang sehat,
dapat membuka mata masyarakat dan warga
sekolah bahwa mereka masih bisa membuat
sekolah-sekolah menjadi lebih layak bagi anak-
anak mereka, sehingga anak-anak belajar dalam
kondisi lebih nyaman.
7. 7
2013
SD
SMP
SMA
SMK
245 Sekolah 90 Sekolah 212 Sekolah 64 Sekolah
- 51 Sekolah 6 Sekolah 8 Sekolah
- 25 Sekolah - -
- 8 Sekolah 3 Sekolah -
2015
2014 2016
TABEL SEKOLAH PENERIMA BANTUAN SANITASI SEKOLAH KABUPATEN TANGERANG
8. 8
“Kenapa saya minta agar semua sarana sanitasi sekolah dibangun di bagian depan
setiap sekolah? Karena saya berkeinginan agar dari luar terlihat bahwa Sanisek
itu berada di depan dalam hal pendidikan. Begitu juga filosofi sarana Sanisek yang
dibangun dalam bentuk benteng, maksudnya awal dari semua kesehatan murid,
guru, dan lingkungan sekolah itu adalah sanitasi yang bersih dan sehat.”
- Bupati Tangerang A. Zaki Iskandar -
Komitmen Menuju
Generasi Gemilang
Kabupaten Tangerang memiliki visi dan
komitmen yang jelas terhadap pembangunan
Sanisek. Tangerang bertekad sampai dengan
2018, semua sekolah baik negeri maupun
swasta di Kabupaten Tangerang memiliki
sarana prasarana Sanisek sebagai bagian dari
mewujudkan Sekolah Standar Nasional.
Secara legalitas visi tersebut termaktub dalam
butir ke-1 misi RPJMD Kabupaten Tangerang
2014-2019, yaitu Peningkatan Pemerataan
Akses Dan Fasilitas Pelayanan Pendidikan
Dan Kesehatan Bagi Masyarakat. Komitmen
ini diwujudkan dengan penganggaran dana
pembangunan sanitasi sekolah dalam APBD dan
dengan arahannya melalui OPD dan dinas-dinas
terkait dan mitra kerja.
Bupati mengusung program sanisek karena
berkeyakinan bahwa dunia pendidikan
adalah wahana mempersiapkan anak-anak
dan generasi muda yang unggul, sehingga
proses belajar mengajar harus berlangsung
dalam lingkungan sekolah yang sehat dan
berstandar.
Sanitasi sekolah yang memenuhi standar
kelayakan, ditambah dengan perilaku hidup
bersih, orang tua murid yang peduli, dan guru
yang profesional, akan menghasilkan warga
sekolah yang sehat. Sekolah yang sehat
akan menghasilkan anak-anak yang sehat,
cerdas, disiplin, unggul, dan memiliki jiwa
kepemimpinan.Kondisiiniakanmenghasilkan
generasi gemilang.
INFRASTRUKTUR
SANITASI YANG STANDAR
PENGETAHUAN
HIDUP BERSIH SEHAT
KEAMANAN DAN
KENYAMANAN SISWA
PRAKTEK PERILAKU
HIDUP BERSIH SEHAT
PRESTASI BELAJAR
SISWA MENINGKAT
KESEHATAN SISWA
MENINGKAT
OUTPUT OUTCOME BENEFIT
PENGETAHUAN PENGELOLAAN
SANITASI SEKOLAH
MANAJEMEN SANITASI
SEKOLAH YANG AKUNTABEL
SANISEK SEKOLAH MASUK
DALAM PERENCANAAN DAERAH
KREDIBILITAS SEKOLAH
MENINGKAT
PENGEMBANGAN
KEBIJAKAN DAERAH
KREDIBILITAS PEMERINTAH
DAERAH MENINGKAT
9. 9
Sampai dengan tahun 2017, dapat dikatakan
Kabupaten Tangerang adalah sebagai salah
satu daerah dengan pembangunan sanitasi
sekolah terbaik di Indonesia. Sejak dimulai
Program Sanisek pada tahun anggaran 2013,
hampir semua sekolah negeri di seluruh pelosok
Kabupaten Tangerang telah mendapat kucuran
dana pembangunan sarana sanitasi sekolah.
Anggaran itu berasal dari APBD dan partisipasi
mitra-mitra. Mulai tahun anggaran 2018, giliran
sekolah-sekolah swasta mendapat bantuan
pengadaan Sanitasi Sekolah.
Pemerintah Kabupaten Tangerang secara serius
mengelola Program Sanisek ini. Mulai dari
tahapan perencanaan, pendanaan, pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi, semua dirancang
secara terarah di bawah kepemimpinan kepala
daerah beserta OPD, dinas-dinas terkait dan
mitra lainnya. Semua konsep tersebut lahir dari
inisiatif pemkab Tangerang sendiri, tanpa adanya
aturan dan petunjuk dari pemerintah pusat.
Fasilitasi dalam wujud penyediaan perangkat
kebijakan dan anggaran tersebut diiringi pula
dengan sanksi bagi pihak sekolah yang tidak
melaksanakan. Sebab, ternyata masih ada saja
kepala sekolah yang tak mampu membuat
sanitasi sekolahnya lebih sehat. Akhir Mei 2017,
Bupati Tangerang A. Zaki Iskandar menjatuhkan
sanksi skorsing 3 (tiga) bulan kepada 59 kepala
SD, SMP, dan SMA yang berada di bawah
otoritas Pemkab Tangerang, karena dianggap
mengabaikan kondisi sanitasi sekolah sehingga
sekolah menjadi kotor, jorok, dan tidak terawat.
Tetapi bagi sekolah yang dianggap berhasil
menerapkan dan menjalankan program
dengan baik, penghargaan pun diberikan.
Mereka difasilitasi program tambahan seperti
pengelolaan sampah melalui program Kurassaki
(Kurangi Sampah Sekolah Kita), penghijauan,
atau penyaluran dana CSR untuk kantin sehat.
Fasilitasi
Diiringi Sanksi
“Ketua Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten Tangerang Ahmad Supriadi mendukung
keputusan Bupati Ahmed Zaki Iskandar yang mencopot
sejumlah kepala sekolah karena mengabaikan masalah
sanitasi sekolah. “Kepala Sekolah yang kinerjanya kurang
baik harus mendapatkan sanksi,” kata Ahmad.
10. 10
PELAKSANAANPROGRAMSANISEK
DILEVELPEMERINTAH
1 PENGEMBANGANKEBIJAKAN
2 KOORDINASI
3 PERENCANAANDANPEMBIAYAAN
4 PENINGKATANKAPASITAS
5 MONITORINGDANEVALUASI
Program Sanisek di Kabupaten Tangerang dilaksanakan secara terprogram dan
bertahap, baik di tingkat pemerintah maupun di tingkat sekolah.
Di level pemerintah, terdapat lima aspek yang dilakukan, yaitu :
Masing-masing aspek di atas akan dirinci pada bagian-bagian berikut ini.
Aspek Program Sanisek di Level Pemerintah
11. 11
Kebijakan adalah payung dari semua program.
Demikian juga Program Sanisek. Bupati
menerbitkan regulasi-regulasi yang menjadi
landasan hukum, ditunjang pedoman-pedoman
pelaksanaannya. Berikut adalah perangkat
regulasi dan pedoman-pedoman teknisnya:
Pengembangan Kebijakan
1
No. Tahun Kebijakan Lingkup
1. 2012
Dokumen Buku
Putih Sanitasi
Kabupaten
Tangerang
Peta situasi
sanitasi
Kabupaten
Tangerang
2. 2013
Perda Kabupaten
Tangerang No.5
RPJMD
Kabupaten
Tangerang Tahun
2013 – 2018
3. 2013
Memorandum
Program Sanitasi
Kabupaten
Tangerang
Rencana Program
dan Investasi
Pembiayaan di
Sektor Sanitasi
4. 2015
SK Penetapan
Sekolah
Penerima
Program Sanisek
2015
Daftar Nama
Sekolah
Penerima Sanisek
Tahun 2015
5. 2017
Peraturan Bupati
No. 35
Pedoman
Pelaksanaan
Program Sarana
Sanitasi Berbasis
Sekolah
6. 2017
Keputusan
Bupati Tangerang
No. 902/Kep.
137-Huk/2017
Pembentukan
Tim Kerja PNS
Pada Kegiatan
Koordinasi
Program
Sanitasi Sekolah
Kabupaten
Tangerang Tahun
Anggaran 2017
Keberhasilan Program Sanisek Kabupaten
Tangerang tidak terlepas dari kuatnya koodinasi
di antara semua OPD yang terkait dengan urusan
sanitasi dan sekolah. Koordinasi tersebut semakin
efektif dengan keberadaan Kelompok Kerja Air
Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL)
Kabupaten Tangerang yang berfungsi dengan baik
dan didukung komunikasi yang sangat cair. Di
dalamnya terdapat pihak-pihak terkait, antara lain
Bappeda, Dinas Kesehatan, Dinas Perumahan,
Permukiman & Pemakaman, Dinas Lingkungan
Hidup, dan Dinas Pendidikan.
Tradisi koordinasi inilah yang telah mampu
melahirkan rumusan perencanaan, strategi
pelaksanaan, dan strategi pembiayaan Program
Sanisek yang terpadu dan holistik. Pokja AMPL
adalahmotorutamapelaksanaanProgramSanisek.
Keputusan-keputusan strategis terkait Program
Sanisek yang diputuskan oleh Bupati Tangerang
merupakan hasil rumusan Pokja AMPL.
Peran kepemimpinan yang kuat dan responsif
dari Bappeda Tangerang selaku koordinator Pokja
juga menjadi kunci berfungsinya Pokja AMPL
secara optimal. Pokja AMPL telah memberikan
kenyamanan bagi semua pihak baik OPD terkait
dan mitra kerja lainnya seperti USAID-IUWASH
dan FKTS (Forum Kabupaten Tangerang Sehat).
USAID-IUWASH membantu pelaksanaan Program
Sanisek sesuai batasan dukungan yang mereka
miliki, berupa pendampingan tenaga ahli dalam
penyusunan RAB dan DED.
Koordinasi
2
Berdasarkan kebijakan-kebijakan di atas,
semua OPD terkait dapat melaksanakan
perannya masing-masing dalam Program
Sanisek.
TABEL KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN
TANGERANG UNTUK PROGRAM SANITASI SEKOLAH
12. 12
PERENCANAAN
Perencanaan Program Sanisek Kabupaten
Tangerang dikawal oleh Tim Sanisek yang
terdiri atas Bappeda sebagai koordinator, Dinas
Pendidikan sebagai sekretaris, dan Dinas
Kesehatan, Dinas Kebersihan, Dinas Lingkungan
Hidup dan Dinas Cipta Karya sebagai anggota,
dalam naungan Pokja AMPL Kabupaten
Tangerang.
Tim koordinasi melaksanakan pembahasan
perencanaan desain teknis dan Rencana
Anggaran Biaya untuk pembangunan sarana
sanisek yang akan digunakan sebagai standar
pembangunan di setiap sekolah penerima
program. Pada awal penyusunan DED, Tim
Sanisek bekerja sama dengan tim USAID-
IUWASH, program bantuan Amerika Serikat
untuk peningkatan akses air minum dan sanitasi.
Dalam penyusunan desain teknis dan Rencana
Anggaran Biaya tersebut, Tim Teknis Dinas Cipta
Karya melakukan penyesuaian dengan standar
Perencanaan dan Pembiayaan
3
harga bangunan sesuai dengan Peraturan Bupati
yang berlaku. Pada awal tahun 2014, satu unit
bangunan diangggarkan sebesar Rp 160.000.000
s/d Rp 180.000.000 disesuaikan dengan tipe
sarana yang akan dibangun. Desain teknis dan
Rencana Anggaran Biaya akan disesuaikan pula
untuk setiap sasaran penerima program sesuai
dengan ketersediaan lahan di sekolah.
Sebagai institusi pelaksana Program Sanisek,
pihak sekolah yang terdiri atas kepala sekolah
dan Komite Sekolah diwajibkan untuk:
• Mempersiapkan pemberkasan proposal dengan
semua lampiran sesuai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan.
• Membentuk Panitia Pembangunan Sekolah
(P2S) sebagai pengelola kegiatan pembangunan.
• Membuat Rencana Kerja Sekolah (RKS) untuk
proses pembuatan sarana sesuai dengan lahan
yang ada.
13. 13
PEMBIAYAAN LINTAS OPD
Program Sanisek dibiayai dengan APBD
lewat anggaran SKPD. Koordinasi dibiayai
oleh Bappeda, kegiatan verifikasi oleh
Dinas Pendidikan, Dinas Cipta Karya untuk
perencanaan teknis dan pengawasan
pembangunan, pemeriksaan kualitas air oleh
Dinas Lingkungan Hidup, serta kampanye hidup
bersih dan sehat oleh Dinas Kesehatan.
Pembiyaan pembangunan Program Sanisek
sepenuhnya dibebankan ke dalam APBD
Kabupaten Tangerang. Anggaran tahun pertama
(2013) sebesar Rp 40 miliar dan sampai tahun
2017 mencapai Rp. 117 miliar. Pada tahun
berikutnya anggaran tersebut berkurang karena
jumlah sekolah negeri yang menjadi sasaran
utama Program Sanisek juga telah berkurang.
Selain itu, fluktuasi anggaran juga terjadi akibat
penyesuaian dengan kebutuhan pembangunan
serta harga pasar.
14. 14
Kegiatan OPD
Anggaran
2013 2014 2015 2016 2017
SANISEK
Dinas Perumahan,
Permukiman dan
Pemakaman
4.334.175.000 51.466.736.177 50.000.000.000 20.000.000.000 7.075.964.232
Biaya Operasional
Sanitasi Berbasis
Sekolah/
Perencanaan Teknis
dan Pengawasan
Bangunan
Dinas Perumahan,
Permukiman dan
Pemakaman
500.000.000 600.000.000 350.000.000 200.000.000
Koordinasi AMPL Bappeda 138.000.000 195.750.000 150.000.000 150.000.000’ 100.000.000
Pendampingan
Program Sanitasi
Berbasis Sekolah/
Verifikasi
Dinas Pendidikan 266.222.000 279.478.000 194.375.000 194.375.000
Kampanye Hidup
Bersih dan sehat
Dinas Kesehatan 136.500.000 136.500.000 230.000.000
Peningkatan
Sarana Kualitas
Lingkungan
pada Sekolah
Berbasis Sanitasi
(Pemeriksaan
Kualitas Air)
Dinas Lingkungan
Hidup dan
Kehutanan
250.000.000 250.000.000 250.000.000 189.850.000
Sumber: Dinas Perumahan, Permukiman dan Pemakaman, 2017
TABEL ANGGARAN SANISEK KABUPATEN TANGERANG TIAP-TIAP OPD
15. 15
SWAKELOLA TERBUKTI LEBIH BAIK
Dalam pengadaan pembangunannya, Program
Sanisek dilakukan dengan 2 (dua) mekanisme,
yaitu kontraktual dan swakelola. Kedua
mekanisme itu tetap mengacu pada DED yang
telah disetujui. Apabila tidak sesuai, dana untuk
pembangunan tidak dapat dicairkan.
Ketika dimulai pada tahun 2013, ada 21 sekolah
yang dijadikan percontohan, semua dibangun
menggunakan mekanisme kontraktual.
Selanjutnya pembangunan dilakukan dengan
mekanisme swakelola.
Dari evaluasi, mekanisme swakelola ternyata
menghasilkan kualitas yang lebih baik, karena
dapat disesuaikan dengan kebutuhan sekolah
masing-masing. Kelebihan lain dari mekanisme
swakelola adalah terbangunnya rasa memiliki
dari warga sekolah. Hal ini berdampak pada
tingginya kemauan untuk merawat dan
memelihara fasilitas sanisek yang telah
dibangun.
Selanjutnya operasional kegiatan sanisek
dianggarkan dari sekolah masing-masing
disesuaikan dengan kebutuhan dengan sumber
pendanaan dari dana Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) dan BOS Daerah (BOSDA).
16. 16
Peningkatan Kapasitas
4
Keberhasilan Program Sanisek di Kabupaten
Tangerang tidak terlepas dari pengorganisasian
semua sumber daya manusia. Di unit kerjanya
masing-masing, para anggota Pokja AMPL
sudah terbiasa menyusun perencanaan
program pembangunan secara terstruktur
dan sistematis. Hal ini memudahkan mereka
menyusun perencanaan Program Sanisek
secara komprehensif, memikirkan setiap aspek,
bahkan hingga perencanaan monitoring dan
evaluasi, yang di banyak program biasanya tidak
terlalu mendapatkan perhatian serius.
Di sisi lain, para anggota Pokja AMPL
Kabupaten Tangerang juga sering mendapatkan
kesempatan mengikuti kegiatan-kegiatan di
level nasional, bahkan internasional. Kabupaten
Tangerang sering menjadi daerah sasaran
bantuan pendampingan dari berbagai program,
baik dari pemerintah maupun dari lembaga-
lembaga bantuan luar negeri. Karena itu
tidak mengherankan, meski belum pernah
mendapatkan pelatihan peningkatan kapasitas
yang spesifik tentang sanitasi sekolah, tetapi
para anggota Tim Sanisek telah memiliki modal
cukup tentang perencanaan dan pelaksanaan
program sanitasi.
Para anggota Pokja AMPL yang menjadi
pembangun konsep program setidaknya
telah memiliki visi sama tentang pentingnya
pembangunan sanitasi. Sebagian di antaranya
telah terlibat aktif sejak penyusunan Strategi
Sanitasi Kota/Kabupaten (SSK), termasuk
program-program pendahuluannya seperti studi
EHRA dan penyusunan Buku Putih Sanitasi.
Setelah itu, mereka juga terlibat dan terlatih dalam
program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM). Secara keterampilan teknis, beberapa
anggota telah mendapatkan training, misalnya
training pengelolaan air limbah cair.
Pihak sekolah sebagai penerima program juga
mendapat peningkatan kapasitas. Di tahap
awal mereka mendapatkan sosialisasi tentang
programuntukmemberikanpemahamantentang
sanitasi sekolah. Pada tahap pembangunan,
terutama dengan mekanisme swakelola, pihak
sekolah mendapatkan pendampingan teknis
dari dinas terkait. Sejalan dengan fisik sarana,
peningkatan kapasitas kepada guru dan murid
juga dilakukan, khususnya untuk pembiasaan
pola hidup bersih dan sehat seperti cuci tangan
pakai sabun.
17. 17
NO KATEGORI MONEV
PENANGGUNG
JAWAB
OUTPUT
1
Proses
Perencanaan
Bappeda
Perencanaan Sanisek dapat terintegrasi secara baik di antara semua
OPD yang terkait. (disain fisik dan penganggaran)
2
Proses
Pembangunan
Dinas Cipta Karya dan
Dinas Pendidikan
95% dari pelaksanaan pembangunan Sanisek tepat waktu dan
sasaran.
3
Pasca Konstruksi
(Pemeliharaan)
Dinas Kesehatan,
Dinas Lingkungan
Hidup dan Dinas
Pendidikan
Uji kualitas air dan buangan air limbah dapat berjalan secara periodik.
Dilakukan evaluasi pemeliharaan sanisek sehingga menghasilkan
peringkat sekolah baik dan buruk dalam pengelolaan sanitasi.
Monitoring dan Evaluasi
5
Monitoring dan Evaluasi (monev) proses
pelaksanaan Program Sanisek di Kabupaten
Tangerang dilakukan secara terprogram dan
sistematis. Monitoring dilakukan sejak proses
perencanaan, pembangunan sampai dengan
pemeliharaan. Kelebihan dari pelaksanaan
monev Program Sanisek adalah karena selain
direncanakan sejak awal, kegiatan ini juga
dilaksanakan, dan hasilnya digunakan untuk
pengambilan keputusan dan perencanaan
program tahun berikutnya.
Proses monev didesain dan dikawal oleh Pokja
AMPL, dengan pembagian peran seperti berikut :
18. 18
Berupa fasilitas air bersih yang mencukupi, toilet yang memadai dan terpisah
antara perempuan dan laki-laki, sarana cuci tangan pakai sabun, tempat sampah,
dan sistem pengolahan air limbah.
KETERSEDIAAN SARANA
1
Sekolahmengelolasarana-prasaranayangadauntukmemastikanterselenggaranya
PHBS dan sanitasi sekolah secara berkelanjutan. Misalnya mengalokasikan
anggaran BOS untuk perawatan, pemeliharaan, serta edukasi PHBS.
3
MANAJEMEN SANITASI DI SEKOLAH
PHBS dicapai melalui pendidikan berkelanjutan pada warga sekolah agar
menumbuhkan kesadaran dan kebiasaan hidup bersih dan sehat.
2
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT
PELAKSANAAN PROGRAM SANISEK
DI LEVEL SEKOLAH
3 KOMPONEN SANITASI SEKOLAH
Tiga komponen ini harus ada untuk mencapai tujuan
pembangunan sanitasi sekolah.
PERILAKU
HIDUP
BERSIH DAN
SEHAT
MANAJEMEN
SANITASI
DI SEKOLAH
KETERSEDIAAN
SARANA
19. 19
TOILETDISEKOLAHTERPISAH
ANTARALAKI-LAKIDANPEREMPUAN
94.2%
SD
87.5%
SMP
98.3%
SMA
Sekolah mengelola sarana-prasarana yang ada
untuk memastikan terselenggaranya PHBS dan
sanitasi sekolah secara berkelanjutan. Misalnya
mengalokasikan anggaran BOS untuk perawatan,
pemeliharaan, serta edukasi PHBS.
Ketiga aspek tersebut harus dilakukan bersama-
sama untuk mencapai kualitas sanitasi sekolah
yang sehat dan berkelanjutan. Sarana sanitasi
seperti toilet dan air bersih adalah syarat utama.
Tanpa air bersih, sarana sanitasi tidak akan dapat
digunakan, dan sebaliknya ada air bersih tanpa
sarana sanitasi yang memadai tidak akan tercapai
tujuan sekolah bersih dan sehat.
Pendidikan menuju perilaku hidup bersih dan
sehat juga harus dilakukan kepada semua warga
sekolah, bukan hanya murid, melainkan juga
pada guru, staf sekolah, hingga kepala sekolah.
Rendahnya kesadaran dan perilaku hidup bersih
perilaku hidup bersih dan sehat biasanya akan
tecermin pada kondisi Sanitasi Sekolah yang buruk
karena hanya dipakai tetapi tidak dipelihara.
Kondisi fasilitas sanitasi sekolah yang buruk
biasanyadiakibatkantidakoptimalnyapelaksanaan
Manajemen Berbasis Sekolah. Pintu toilet yang
tidakdapatdikunci,toiletyangselalukotordanbau,
adanya sampah berceceran, saluran air limbah
dan drainase sekolah yang kotor dan tidak lancar,
menunjukkan pihak sekolah tidak melakukan
kegiatan operasional dan pemeliharaan yang baik,
dan biasanya tidak menganggarkan biaya operasi
dan pemeliharaan ini dalam anggaran sekolah.
Bagaimana pelaksanaan ketiga aspek tersebut
di Kabupaten Tangerang diuraikan pada bagian-
bagian berikut ini.
Sarana prasaran sanitasi
1
Di Kabupaten Tangerang, ketersediaan sarana
sanitasi sekolah tidak menjadi masalah.
Pemerintah kabupaten memberikan kesempatan
luas kepada sekolah-sekolah negeri, sekolah
dasar, sekolah menengah pertama, sekolah
20. 20
menengah atas, untuk mendapatkan bantuan
pembangunan sarana sanitasi sekolah bila belum
memiliki atau membutuhkan perbaikan. Meski
demikian, memang belum semua sekolah dapat
memanfaatkan bantuan ini, antara lain karena
keterbatasan lahan.
Dari survei monitoring evaluasi yang dilakukan,
memang tampak variasi kondisi sanitasi di
sekolah-sekolah. Perbedaan kondisi terjadi
bukan hanya antara sekolah yang menerima
bantuan dengan yang belum, melainkan juga di
antara sekolah-sekolah yang sudah menerima
bantuan. Hal ini mencerminkan perbedaan pada
aspek nomor 3, yaitu aspek pengelolaan berbasis
sekolah.
Sebelum dimulai Program Sanisek, masyarakat
sudah memiliki presepsi bahwa toilet sekolah
itu, terutama sekolah negeri, selalu jorok dan
tidak terpelihara. Toilet siswa biasanya jumlahnya
tidak seimbang dengan jumlah siswa. Selain itu,
tidak ada pemisahan antara toilet laki-laki dan
perempuan. Kondisinya pun memprihatinkan. Air
bersih tidak ada, kalaupun ada biasanya dalam
bak mandi yang kotor tak pernah dikuras. Bau
tak sedap menunjukkan kurangnya kesadaran
untuk menyiram kloset setelah digunakan.
Belum lagi sampah berceceran karena tidak ada
tempat sampah. Memang ada toilet yang layak
Detail Gambar Tipe A Gambar Sanisek Tipe A
pakai, tetapi biasanya hanya bisa digunakan oleh
guru dan staf sekolah, dan selalu dalam keadaan
terkunci dan tidak dapat diakses murid-murid.
Kondisi tersebut disebabkan oleh minimnya
kesadaran bahwa toilet sekolah yang sehat adalah
bagian dari kunci keberhasilan pendidikan. Pihak
sekolah menganggap toilet sekolah bukan bagian
penting yang harus diperhatikan. Meskipun ada
anggaran dari pemerintah, tidak ada alokasi
untuk sanitasi.
Kondisi tersebut berangsur berubah setelah
adanya Program Sanisek. Banyak sekolah yang
telah merasakan manfaatnya. Di tiga sekolah
yang disurvei, yaitu di SD Negeri Kaduagung 2,
SMP Negeri 3 Tigaraksa, dan SMA Negeri 3 Curug,
sejak mendapat bantuan Program Sanisek,
mulai ada pemisahan antara toilet untuk siswa
perempuan dan laki-laki.
Pengadaan sarana dilakukan secara bertahap.
Pada awal program di tahun 2013, anggaran
difokuskan pada pembangunan toilet. Lalu pada
tahun-tahun berikutnya mulai dilengkapi dengan
urinoir di toilet laki-laki dan wastafel sebagai
perlengkapan standar.
Sarana yang dibangun pun tidak sekadarnya,
melainkan memenuhi persyaratan teknis,
termasuk mengikuti teknologi pengolahan limbah
21. 21
Detail Gambar Tipe B Gambar Sanisek Tipe B
SPESIFIKASI
JUMLAH
BANGUNAN/UNIT
TINGKAT SEKOLAH JUMLAH DIBANGUN
A
- Minimal 6m x 7m
- 1 Bangunan
- 2 Pintu
1 SD 1
B
- Minimal 3m x 8m
- Memanjang
- 2 Bangunan terpisah L/P
- 1 Pintu/Bangunan
- L : 4 WC jongkok + 4 urinoir
- P : 6 WC jongkok
2 SMP/SMA 2
IPAL Fabrikasi
22. 22
domestik dan penataan saluran air. Standar DED
(Detailed Engineering Design) untuk Program
Sanisek di Kabupaten Tangerang, pengolahan
tinja menggunakan IPAL fabrikasi.
Terdapat standar dan persyaratan yang harus
diikuti dalam pembangunan fasilitas sanisek
selain mengikuti DED yang telah disusun. Berikut
beberapa standar dan ketentuan yang terkait
dengan pembanguna sanisek:
• Pembuangan air hasil pengolahan Instalasi
Pengolah Air Limbah (IPAL) di sekolah
dialirkan ke badan air penerima atau saluran
drainase di sekitar sekolah.
• Sebelum diberikannya bantuan sanisek
sekolah wajib memiliki saluran buang untuk
pembuangan air hasil pengolahan.
• Bangunan gedung sanisek diusahakan
dibangun di depan sekolah karena diharapkan
saluran air dari sanisek bisa mengalir ke
badan air atau drainase sekitar sekolah yang
umumnya saluran drainase berada di depan.
Selain itu, karena menyangkut estetika,
bila terjadi kerusakan, maka dapat segera
diperbaiki supaya sekolah tidak tampak
kumuh.
Mengikuti ketersediaan lahan yang bervariasi,
maka pembangunan fasilitas sanisek juga
dirancang beberapa tipe. Ada 2 tipe yaitu tipe A
dan B yang menyesuaikan dengan kondisi lahan
masing-masing sekolah. Tipe-tipe tersebut
berbeda pada pemisahan bangunan untuk laki-
laki dan perempuan dan jumlah sarana. Bila lahan
yangtersediakecil,makasaranauntukperempuan
dan laki-laki dibuat dalam satu bangunan, tetapi
dengan pintu akses yang terpisah. Sedangkan bila
luas lahan cukup, bangunan untuk laki-laki dan
perempuan dipisahkan.
Di banyak sekolah, selain mendapatkan bangunan
baru, sarana toilet yang lama tetapi dimanfaatkan
dengan beberapa perbaikan dan penambahan
kelengkapan. Di SD Negeri Kaduagung 2 dan
SMP Negeri 3 Tigaraksa misalnya, toilet sekolah
yang lama diperbaiki dan tetap dimanfaatkan.
Di SMP N 3, toilet lama digunakan untuk siswa
perempuan, 2 unit bangunan baru diperuntukkan
siwa laki-laki. Di SDN Kaduagung 2, 2 toilet lama
yang tadinya dipisahkan untuk guru dan siswa
laki dan perempuan secara bersama, setelah
mendapatkan bangunan sanisek baru, toilet lama
diperbaiki dan dijadikan toilet laki dan perempuan
secara terpisah. Di sekolah tersebut tidak ada lagi
pemisahan toilet guru dan siswa, karena dengan
demikiangurudapatselalumemantaukebersihan
dan kerapian toilet sekolah.
Selain aspek fungsi, pembangunan fasilitas juga
memperhatikansegiestetikadenganmembangun
taman kecil di depan bangunan sanisek. Pada
tahun 2017 dilakukan lomba lukisan dinding atau
mural di bangunan sanisek, sehingga sekolah-
sekolah penerima Program Sanisek berlomba
23. 23
mempercantik bangunannya dengan gambar-
gambar berisi pesan-pesan sanitasi.
Desain bangunan dibuat berbentuk benteng, yang
mengandung maksud filosofis sarana sanitasi
sekolah sebagai benteng terhadap serangan
penyakit akibat lingkungan tidak sehat, yang
berpotensimenyebabkanwargasekolahterserang
penyakit. Fasilitas sanitasi diupayakan dibangun
di bagian depan sekolah juga merupakan upaya
supaya toilet sekolah selalu terjaga kebersihan
dan kerapiannya. Bila tidak bersih dan rapi,
karena terletak di bagian depan sekolah, maka
diharapkan mendatangkan efek malu bagi warga
sekolah.
Untuk biaya operasional dan perawatan, masing-
masing sekolah menganggarkan dalam dana
BOS untuk pembelian peralatan kebersihan
dan bahan-bahan pembersih dan gaji petugas
kebersihan toilet. Besaran anggaran berkisar Rp
2.000.000 – Rp 5.000.000 per tahun.
SARANA KEBERSIHAN MENSTRUASI
Sarana kebersihan menstruasi untuk warga
sekolah perempuan perlu mendapatkan
perhatian khusus. Dari hasil survei juga terlihat
bahwa edukasi menstruasi didapat sejak di SMP,
sementara hasil survei menunjukkan anak-
anak perempuan klas 5 SD sudah mendapatkan
menstruasi. Berjalannya edukasi kebersihan
menstruasi dan semakin dini anak-anak
perempuan memperoleh haid pertama menjadi
alasan kuat bahwa sarana sanitasi sekolah juga
harus ditingkatkan menjadi sarana yang ramah
anak perempuan.
Untuk warga sekolah perempuan, baik di SD,
SMP, maupun SMA, saat haid memerlukan sarana
khusus untuk membersihkan diri, seperti toilet
yang terpisah untuk perempuan, tersedia tempat
sampah untuk membuang pembalut bekas,
serta membutuhkan perlengkapan lainnya.
Perlengkapan lain yang sebaiknya tersedia di
sekolah bila dibutuhkan, misalnya cermin untuk
merapikan diri, pembalut atau baju seragam ganti
seandainya ternoda darah menstruasi, serta obat-
obatan pereda nyeri bagi yang membutuhkan.
Dari survei didapatkan data bahwa ada 35,8%
sekolah penerima Program Sanisek yang telah
menyediakan sarana kebersihan menstruasi.
Meski demikian, pihak Dinas Pendidikan
Kabupaten Tangerang terus meningkatkan
sosialisasi sarana sanitasi yang memenuhi
standar kebersihan menstruasi. Hampir semua
sekolah telah menyediakan tempat sampah
dan cermin, tetapi belum semua menyediakan
pembalut cadangan dan obat pereda nyeri,
ataupun rok seragam pengganti bagi siswi
yang membutuhkan. Setelah mendapatkan
sosialisasi, besar harapan sekolah-sekolah yang
telah mempunyai sarana sanitasi yang baik akan
meningkat statusnya menjadi sekolah ramah
perempuan, hanya dengan menambah sedikit
anggaran untuk melengkapi sarana sanitasinya
dengan kebutuhan perempuan menstruasi.
FASILITASKESEHATANMENSTRUASIDISMA
78.4%
15.0% 6.7%
KURANG BAIK SANGAT BAIK
BAIK
24. 24
Program Sanisek merupakan program yang tidak
hanya menyentuh aspek sarana, melainkan
juga perilaku hidup sehat yang menjadi jiwa dari
program ini. Sebelum adanya Program Sanisek,
berbagai pendekatan dan kegiatan telah banyak
dilakukandisekolah-sekolahdiwilayahKabupaten
Tangerang terkait dengan pembiasaan perilaku
hidup bersih dan sehat.
Pembangunan sarana sanisek dapat dikatakan
sebagai bentuk intervensi terhadap perilaku warga
sekolah, terhadap perilaku hidup bersih dan sehat
wargasekolah.Perubahanpalingmencolokadalah
dalamperilakupenggunaansaranasanitasi.Ketika
sarana sanitasi belum baik, banyak siswa yang
enggan menggunakan toilet karena kotor, tidak
tersedia air bersih, dan kurang privasi, misalnya
karena pintunya tidak dapat dikunci dengan baik,
atautidakadapemisahanlaki-lakidanperempuan.
Akibatnya banyak siswa yang terpaksa menahan
buang air sepanjang jam pelajaran. Kebiasaan
buruk ini dapat menyebabkan berbagai gangguan
penyakit, seperti infeksi saluran kecing. Setelah
mendapatkan bantuan pembangunan sarana
sanisek, murid-murid menjadi leluasa setiap saat
dapat menuntaskan buang air.
Karena sarana sanitasi terbangun dengan baik,
dengan lantai dan dinding keramik, tersedia
air bersih yang cukup, mereka juga terdorong
untuk selalu menjaga kebersihan. Bahkan dapat
melahirkan kesepakatan peraturan penggunaan
toilet sekolah, seperti keharusan menggunakan
sandal khusus yang tersedia, sehingga alas
kaki tidak mengotori lantai. Juga ada keharusan
membuang sampah di tempat yang tersedia, dan
memastikanklosetdibersihkansetelahdigunakan.
Selain itu, tersedianya wastafel lengkap
dengan sabun membuat warga sekolah dapat
mempraktekkan perilaku cuci tangan pakai sabun,
Perilaku hidup bersih dan sehat
2
setidaknyasetelahmenggunakankamarkecil,dan
sebelum makan. Di sekolah-sekolah penerima
Program Sanitasi, sarana cuci tangan tidak hanya
tersedia di dalam toilet, melainkan juga dibangun
di sekitar kelas. Dengan demikian warga sekolah
dapat mudah mencuci tangan, anjuran cuci tangan
pakai sabun yang banyak dikampanyekan, tidak
hanya menjadi anjuran, karena sudah tersedia
sarananya.
Yang paling menggembirakan, pembiasaan pola
hidup bersih dan sehat di sekolah ini juga terbawa
kerumah.Beberapawalimuridyangdiwawancarai
25. 25
menyatakan anak-anaknya menjadi terbiasa
menggunakan toilet di rumah, tidak lagi buang
air besar sembarangan di got atau sungai, juga
cuci tangan pakai sabun setelah menggunakan
toilet dan sebelum makan. Meskipun ada dampak
ikutan yang tidak diduga, seperti tuntutan anak
kepada orang tuanya untuk memperbaiki kamar
mandi dan toilet di rumahnya sehingga menjadi
sebagus yang di sekolah. Tetapi setidaknya hal ini
mampu menginspirasi banyak orang tua untuk
memberikan perhatian serius kepada kondisi
sarana sanitasi di rumah.
Pembinaan PHBS di sekolah dilakukan oleh
puskesmas setempat melalui pertemuan
berkala dengan guru-guru penanggung jawab
program UKS (Usaha Kesehatan Sekolah).
Selain pembiasan cuci tangan pakai sabun dan
penggunaan toilet sekolah dengan baik, perilaku
lain yang diintroduksi adalah kebiasaan sikat gigi,
kebersihan diri kuku, rambut, dan telinga, juga
tentang konsumsi makanan sehat seimbang.
Setiap sekolah mempunyai cara berbeda dalam
menerapkan program-program PHBS. Di
tingkat SD, murid-murid baru dilatih untuk cuci
tangan pakai sabun, dan latihan menggosok gigi
dengan benar. Kemudian guru kelas melakukan
pemeriksaan kebersihan gigi dan mulut, kuku,
rambut, telinga setiap minggu kepada semua
siswa. Sekolah-sekolah yang sudah menerapkan
program Kurassaki (kurangi sampah sekolah
kita) yang mengharuskan siswa membawa bekal
makanandanminumandarirumah,dilakukanpula
pemeriksaan makanan bekal untuk memastikan
sudah terpenuhi gizinya dan keamanannya.
Untuk terus mengingatkan warga sekolah agar
senantiasa mempraktekkan PHBS, tiap sekolah
mempunyai cara berbeda-beda. Ada yang saat
upacara bendera setiap hari Senin pembina
sekolah selalu menyampaikan pesan-pesan
pengingat perilaku hidup bersih dan sehat. Ada
pula yang memasang poster, spanduk atau bentuk
media lain di lingkungan sekolah, yang berisi
pesan-pesan perilaku hidup bersih dan sehat.
Pembiasaanpolahidupbersihdansehatyangpaling
efektif dilakukan dengan prinsip keteladanan ini
penting!. Kepala sekolah dan guru melakukan,
murid-murid melihat lalu mencontoh. Hal itu yang
berlaku di SD Negeri Kaduagung 2. Kepala sekolah
dan guru tidak segan membersihkan toilet dengan
peralatan dan bahan pembersih yang tersedia,
sehingga murid-murid pun tidak segan meniru.
Kenyamanan-kenyamanan sarana sanisek yang
saat ini dirasakan oleh warga sekolah perlu
dijaga keberlanjutannya. Sekolah mempunyai
peran penting dan harus proaktif dalam
mengelola sanitasi sekolah termasuk bagaimana
mengembangkan pola hidup bersih dan sehat
serta pengelolaan sarana sanisek yang telah
dibangun.
Setiap tahun sekolah menyusun Rencana
Kerja Tahunan (RKT) dan Rencana Anggaran
Kegiatan Sekolah (RAKS). Pihak sekolah dapat
memasukkanprogramsanisekkedalamprogram
kerjanya untuk dianggarkan, baik anggaran untuk
pemeliharaan fisik maupun untuk peningkata
perilaku hidup bersih dan sehat.
Dana BOS APBN dan dana BOS daerah
merupakan sumber pembiayaan program
sekolah. Secara teknis penggunaan kedua
Pengelolaan berbasis sekolah
3
PERILAKUSISWAUNTUKMELAKUKANCTPSDISEKOLAH
71.7%
SD
98.3%
SMP
75.9%
SMA
26. 26
sumber tersebut memungkinkan untuk
memasukan rencana anggaran dan belanja
yang terkait dengan komponen sanitasi sekolah
dan juga pengalokasian biaya operasional dan
pemeliharaan sarana sanitasi sekolah.
Besarnya anggaran ini tiap sekolah berbeda-
beda, antara Rp 2.000.000 hingga Rp 5.000.000
per bulan. Anggaran digunakan untuk membeli
bahan-bahan pembersih, peralatan kebersihan,
mengganti peralatan yang rusak, dan gaji pegawai
kebersihan sarana sanisek.
Tidak hanya anggaran belanja fisik, akan tetapi
juga sekolah mempunyai peluang pendanaan
belanja pegawai yang bersumber dari dana BOS
untuk menambah petugas kebersihan khusus,
karena yang selama ini banyak terjadi tanggung
jawab ini dibebankan pada penjaga sekolah.
Walaupun dari sisi anggaran belanja sekolah
telah mengganggarkan untuk penjaga sekolah
atau petugas kebersihan, akan tetapi kepedulian
semua warga sekolah terhadap semua sarana
dan prasarana sekolah termasuk sarana sanitasi
diharapkan menjadi bagian dari budaya sekolah.
Pemeliharaan dan perawatan kebersihan tidak
menjadi tugas petugas kebersihan semata.
Langkah-langkah pengelolaan dan perawatan
sarana sanisek dituangkan dalam sebuah
kesepakan atau aturan yang mengikat semua
warga sekolah beserta perannya. Banyak sekolah
yang membuat aturan khusus penggunaan dan
perawatan sanisek dalam aturan sekolah. Mulai
dari aturan tertulis, adanya SOP perawatan
sarana, piket kebersihan sarana oleh siswa selain
oleh tenaga kebersihat khusus. Langkah-langkah
ini sebagai upaya untuk menjaga keberlanjutan
sarana sanisek itu sendiri dan juga bagian dari
pengembangan hidup bersih dan sehat yang
menjadi tujuan utamanya.
27. 27
Ketika sekolah-sekolah di daerah lain baru sampai
kampanye buang sampah di tempatnya, atau
menerapkan pengelolaan sampah Reduce-Reuse-
Recycle (3R), Kabupaten Tangerang telah sampai
pada penerapan konsep sekolah tanpa sampah.
Konsep ini dikemas dalam program Kurassaki,
akronim dari Kurangi Sampah Sekolah Kita.
Dalam program ini, secara ekstrem sekolah
meniadakan hampir semua tempat sampah,
terutama dari kelas-kelas, dan menyisakan di
tempat tertentu seperti kantin sekolah, kamar
kecil, dan tempat pembuangan sampah akhir.
Tidak adanya tempat sampah seiring dengan
keharusan bagi warga sekolah untuk membawa
bekal makanan dan minuman dari rumah, dan
membawa wadah makan dan minum bila ingin jajan
di sekolah. Bahkan siswa diharuskan meraut pensil
di rumah, sehingga tidak perlu meraut pensil di
sekolah yang dapat menghasilkan sampah. Cara ini
juga membuat siswa terbiasa menyiapkan semua
Gerakan KURASSAKI
peralatan sekolah dengan baik sebelum berangkat
dari rumah.
Kebijakan ini disosialisasikan kepada seluruh
wali murid di tiap tahun ajaran baru. Hal ini dapat
memaksa wali murid untuk menyediakan bekal
sekolah makanan dan minuman sehat untuk anak-
anaknya,danmengurangikebiasaanjajan.Kalaupun
harus membeli makanan dan minuman dari luar
sekolah, anak-anak dibiasakan membeli dengan
28. 28
TERSEDIATEMPATSAMPAHDISETIAPKELAS
68.3%
SD
77.5%
SMP
95.8%
SMA
wadah sendiri, dan meninggalkan kemasan bekas
di tempat dia membeli, dan memindahkan isinya ke
wadah yang dibawa. Kantin sekolah pun tidak akan
melayani siswa yang tidak membawa wadah sendiri.
Para penjual makanan di lingkungan sekolah juga
mendapatkan pengarahan untuk menjual makanan
dan minuman yang sehat, dan tidak melayani
siswa yang membeli makanan minuman bila tidak
membawa wadah sendiri.
Inovasi orisinal Kabupaten Tangerang ini terbukti
mampu mengubah wajah sekolah. Di sekolah-
sekolah yang telah menerapkan Program
Kurassaki, menjadi lebih bersih. Tidak ditemukan
sampah di mana pun, baik di dalam kelas maupun
di luar sekolah. Hanya terdapat sampah daun dari
tanaman-tanaman di taman sekolah, yang akhirnya
diolah menjadi kompos yang digunakan untuk
memupuk tanaman di taman sekolah.
Dampak terbesar dari program ini adalah
menurunnya jumlah sampah secara drastis. Di
SMP Negeri 3 Tigaraksa misalnya, semula harus
mengangkut sampah sebanyak 1 mobil bak terbuka
setiap hari. Setelah menerapkan Kurassaki,
pengangkutan sampah cukup dilakukan seminggu
sekali. Di SD Negeri Kaduagung 2, penjaga sekolah
tidak lagi sibuk mengurusi sampah. Waktu kerjanya
dialihkan untuk membersihkan toilet sekolah.
Sekolah tidak perlu menganggarkan gaji tambahan
untuk petugas kebersihan toilet sekolah.
Pada tahun 2017 terdapat 25 sekolah yang mendapat
pendampingan untuk melaksanakan program ini.
Mereka adalah sekolah yang telah menerapkan
Program Sanisek dengan baik. Mendapatkan
program Kurassaki menjadi prestasi dan prestise
sekolah. Menurut fasilitator program Iman
Sutopo dari FKTS (Forum Kabupaten Tangerang
Sehat),“Program Kurassaki dijalankan sebagai
bentuk penghargaan bagi sekolah yang dinilai
berhasil menjalankan Program Sanisek dengan
baik. Meskipun tidak semua sekolah mampu
mencapai target ideal lantaran keterbatasan lahan.”
29. 29
ASPEK TANTANGAN PELUANG
1 Kelembagaan
Belum berfungsinya
secara optimal UKS dalam
mendukung keberlanjutan
Sanisek
Optimalisasi kelembagaan UKS dan Komite Sekolah.
2 Regulasi
Peraturan bupati baru
mencakup sekolah negeri
Regulasi berbentuk Perda sanitasi lebih strategis.
3 Sosial
Peran orang tua murid dan
masyarakat sekitar sekolah
belum dioptimalkan.
Optimalisasi peran orang tua murid, masyarakat lingkungan
sekolah, dan tokoh masyarakat sekitar sekolah dalam
pengelolaan sarana sanitasi.
4 Teknologi
Pilihan teknologi Sanisek
masih terbatas dan harga
masih rekatif mahal
Membangun kerja sama dengan Badan Penelitian &
Pengembangan Kemen PUPR untuk mendapatkan pilihan
teknologi yang sesuai dengan kondisi wilayah setempat dengan
harga terjangkau
5 Fisik Lingkungan
· Lahan yang sempit.
· Saluran air limbah tidak
lancar
Pembebasan lahan sekitar sekolah untuk pembangunan sarana
sanisek.
Kerja sama dengan masyarakat dan warga sekolah untuk
normalisasi saluran air limbah.
6 Pembiayaan
Masih mengandalkan
pembiayaan dari APBD yang
jumlahnya terbatas.
Menjalin kemitraan pembiayan dengan CSR perusahaan swasta
yang sangat banyak di Kabupaten Tangerang
Program Sanisek manfaatnya dapat dirasakan
langsung oleh warga sekolah. Di banyak sekolah
penerima program, ditemukan suatu peningkatan
yang drastis untuk kondisi sanitasi sekolahnya. Kunci
keberhasilan pada umumnya terletak pada komitmen
kepala sekolah, yang diwujudkan dalam peraturan
sekolah untuk memaksimalkan tata kelola untuk
pemeliharaan sarana sanitasi yang telah terbangun.
Anak-anak juga mendapatkan bimbingan menuju
perubahan pola perilaku hidup bersih dan sehat.
Tantangan terbesar di lapangan, pasca pembangunan
sarana sanitasi sekolah yaitu keberlanjutan
pemeliharaan sarana sanitasi sekolah. Dari survei
monitoring evaluasi tahun 2016 yang dilakukan
pemerintah kabupaten Tangerang, masih didapati
sekolah-sekolah penerima bantuan Program Sanisek
dengan kondisi sanitasi sekolah yang tidak terawat.
Antara lain ditemukan adanya kerusakan toilet.
Selain itu, tantangan lainnya adalah ketersediaan
lahan di sekolah-sekolah yang minim sanitasi dan
Tantangan dan Peluang
Sanitasi Sekolah (Sanisek)
TANTANGAN DAN PELUANG SANISEK KABUPATEN TANGERANG
ingin membangun sarana sanitasi. Meski memiliki
kesadaran tinggi tentang pentingnya sarana sanitasi
yang layak, suatu sekolah gagal mendapatkan bantuan
pembangunan sarana sanitasi akibat tidak mempunyai
lahan yang cukup untuk dibangun sarana sanisek. Hal
ini terjadi dibanyak sekolah di kabupaten Tangerang.
Dibutuhkansolusikhususagarsekolah-sekolahtersebut
dapatmenikmatisanitasiyanglayak.
TOILET SEKOLAH AMAN DAN NYAMAN
94.9%
81.1%
30. 30
TOILET JADI NYAMAN,
TAK PERLU ANTRE!
Taufik Emil
Kepala Dinas Tata Ruang dan Bangunan
Kabupaten Tangerang
Jaminan kualitas dan DED
lebih baik dengan swakelola
karena sistem ini disesuaikan
dengan kebutuhan sekolah
masing-masing penerima
Program Sanisek.
Pembangunan secara
swakelola dapat meningkatkan
rasa kepemilikan yang tinggi
sehingga dapat menciptakan
kesadaran untuk memelihara
sanisek yang telah dibangun.
H Eddy R.E. Wijaya
Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang
Kalau dibilang keberhasilan ya
manusia pasti tidak pernah ada
puasnya, dan terus terang kami
akan meningkatkan terus, meski
kata orang sudah mencukupi.
Bagi kami ini belum seberapa.
Mungkin ada yang harus
diperbaiki atau dibenahi
sehingga infrastruktur yang ada
di sekolah itu lebih baik daripada
yang ada sekarang.
Liya Mulyawati
Guru SDN Kadu Agung 2 Kab. Tangerang
Untuk menjamin agar sanisek
ini tetap berjalan ya kita semua
warga sekolah harus tetap
menjaga kebersihan sanitasi
sekolah ini dan memberikan
pengarahan kepada siswa
untuk merawat sanitasi sekolah
dengan baik dan benar. Tidak
menjadi sulit untuk menjaga
kebersihan sanitasi apabila
sudah menjadi kebiasaan.
Kunci keberhasilan lintas
sektor yaitu terbentuk karena
leader-nya. Apabila sistem
yang ada telah ideal maka
semua kegiatan dan kebutuhan
mengenai sanisek akan
berjalan sesuai dengan koridor
masing-masing sektor.
Efi Indarti
Bappeda Kabupaten Tangerang
Berikut ini adalah testimoni dari para
pihak yang terkait dengan Program
Sanisek, baik dari warga sekolah
maupun perwakilan pemerintah yang
terlibat dalam program.
31. 31
Sangat nyaman, karena toilet di
Kaduagung 2 ini bersih, aman,
dan nyaman.
Sela
siswi SDN Kadu Agung 2 Kab. Tangerang,
kelas 5 SD
Sebelum masuk ke toilet sepatu
harus dilepas lalu menggunakan
sandal yang ada di sini dan
masuk dengan kaki yang bersih.
Rezar
siswa SDN Kadu Agung 2 Kab. Tangerang,
kelas 5 SD
Ada sanksi untuk siswa yang
melanggar aturan. Setiap siswa
yang masuk toilet harus melepas
alas kaki dan memakai alas
kaki yang sudah disediakan
oleh sekolah. Jika mereka
melanggar itu maka mereka
harus membersihkan toilet yang
dikotorkan.
Dulhadi
kepala sekolah SMPN 3 Tigaraksa
Kab. Tangerang
Suka banget karena toiletnya
jadi banyak. Jadi kalau ada acara
di sekolah yang nginep-nginep
jadi gak perlu ngantri panjang.
Pokoknya jadi nyaman banget
mau ngapa-ngapain di toilet ini.
Arini
kelas 11, siswi SMAN 3 Curug Kab. Tangerang
Harapannya semoga teman-
teman bisa pakainya yang bersih.
Jadi dijaga. Kan udah banyak
nih jadi harus dijaga biar kita
pakainya bisa sama-sama enak.
Raka
kelas 11, siswa SMAN 3 Curug Kab. Tangerang
Kita mencoba membuat
suatu aturan untuk anak
anak. Pertama antara laki-
laki dan perempuan dipisah,
jangan sampai ada toilet yang
dipergunakan secara bersama.
Kedua, kita membuat SOP
tentang bagaimana memelihara
agar tetap bersih dan terpelihara
dengan baik bisa tahan lama,
dan kalau ada yang perlu
diperbaiki, biayanya dari komite
sekolah.
Kita juga menjaga supaya
kebersihan ini terjaga dengan
baik. Ada petugas khusus yang
ditugaskan oleh sekolah untuk
menjaga kebersihan di sanisek
ini. Mereka selalu memberi
laporan kepada kita jika ada
kekurangan-kekurangan ,
terutama jika ada kerusakan.
Dedi Hidayat
Kepala Sekolah
SMAN 3 Curug Kab. Tangerang
32. 32
PEMBELAJARAN
DARITANGERANG
Koordinasi
2
Perencanaan dan Pembiayaan
3
• Komitmen kepala daerah yang kuat. Program
Sanisek masuk dalam 25 Program Unggulan
Bupati.
• Tersedia payung hukum yang terstruktur dari
tingkat pemerintah daerah (Perda, Perbub),
dijadikan rujukan untuk pembuatan kebijakan
di tingkat SKPD (Renja SKPD), hingga di tingkat
sekolah (RKS).
• Payung hukum diturunkan menjadi kebijakan
pelaksanaan, petunjuk pelaksanaan, hingga
petunjuk teknis. Hal ini memudahkan
pelaksanaan program oleh semua pihak terkait.
• Adanya standarisasi proses pengajuan
Program Sanisek memudahkan sekolah untuk
mendapatkan bantuan, dan adanya ketentuan
kriteria sekolah memudahkan pengambilan
keputusan untuk melakukan seleksi.
• Adanya standarisasi desain sarana sanisek
memudahkan proses penganggaran hingga
pelaksanaan pembangunan.
• Peran Bappeda sangat kuat. Bappeda terlibat
sejakawaldalammerumuskanProgramSanisek
sebagai bagian tak terpisahkan dari program
pembangunan Kabupaten Tangerang di sektor
sanitasi dan sektor pendidikan sekaligus. Kepala
Bappeda juga berperan sebagai Koordinator
Pokja
• Pokja AMPL yang berfungsi maksimal. Para
anggota dan OPD yang diwakilinya sudah satu
persepsi tentang pembangunan sanitasi, baik
kepentingannya bagi pembangunan daerah
maupun bagaimana melaksanakannya.
• Di dalam Pokja AMPL dibentuk Tim Sanisek yang
menjadi tim inti pelaksanaan Program Sanisek.
• Dalam pelaksanaan program, Pokja AMPL tidak
hanya mengkoordinasi OPD terkait, melainkan
juga para mitra yang mendukung program,
yaitu USAID-IUWASH dan Forum Kabupaten
Tangerang Sehat (FKTS)
• Pembangunan sanitasi, termasuk sanisek,
masuk dalam perencanaan pembangunan
kabupaten. Paling awal adalah dibuatnya Buku
Putih Sanitasi, yang menjadi dasar penyusunan
Strategi Sanitasi Kabupaten, dan melahirkan
Memorandum Program Sanitasi. Dari sini
program sanitasi masuk ke dalam RPJMD.
KUNCI-KUNCI KEBERHASILAN
Banyak hal yang dapat dipelajari dari Program
Sanisek Kabupaten Tangerang. Pembelajaran
bukan hanya dalam desain program, melainkan tak
kalah penting adalah dalam pelaksanaannya, baik
di level pemerintah maupun di sekolah. Berikut
ini adalah kunci-kunci pembelajaran yang bisa
disimpulkan dari proses evaluasi.
Pembelajaran di Level Pemerintah
Pengembangan Kebijakan
1
33. 33
Peningkatan Kapasitas
4
• Kabupaten Tangerang memiliki Tim Pokja
AMPL yang kompak. Para anggota tim telah
terlatih dalam proses perencanaan program.
• Tim Pokja AMPL juga banyak terlibat dalam
kegiatan sanitasi di level nasional, sehingga
mereka memiliki bekal yang cukup dalam
penyusunan dan pelaksanaan Program
Sanisek.
• Tim Pokja AMPL banyak mendapatkan
pelatihan di bidang sanitasi dari berbagai
program, misalnya STBM dan program dari
para mitra, misalnya dari USAID-IUWASH.
• Berdasarkan RPJMD, maka program sanitasi
masuk ke dalam Rencana Kerja (Renja) di level
SKPD dan Rencana Kerja Sekolah (RKS) di
sekolah.
• Dari sisi pembiayaan, Program Sanisek
mendapatkan anggaran cukup besar. Sejak
dilaksanakan pada 2013 hingga 2016 sudah
menghabiskan anggaran sebesar Rp 117 M
untuk 714 sekolah.
• Pembiayaan dibebankan di semua OPD terkait
sesuai porsi tupoksinya dalam program.
Selain itu, pihak sekolah juga didorong untuk
memasukkan Program Sanisek, khususnya
untuk pemanfaatan dan pemeliharaan, ke
dalam anggaran sekolah yang bisa didapatkan
dari BOSDA.
34. 34
Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
2
• Program Sanisek telah terbukti memicu
perubahan positif pada perilaku hidup bersih
warga sekolah. Antara lain cara menggunakan
sarana sanitasi dengan benar, menjaga
• Sarana sanitasi dibangun di bagian
depan sekolah, sepanjang lahan yang
tersedia memungkinkan. Dengan cara ini
sarana sanisek diharapkan selalu terjaga
kebersihan dan kerapiannya. Selain itu, hal
ini memudahkan pengaliran air limbah ke
saluran air lingkungan yang biasanya terletak
di bagian depan
• Tersedia desain standar untuk beberapa
tipe luas lahan sehingga mememudahkan
penghitungan biaya dan proses pembangunan.
• Penggunaan teknologi tepat guna berupa
instalasi pengolahan air limbah pabrikasi yang
ramah lingkungan.
Sarana Prasarana
1
Pembelajaran di Level Sekolah
• Di level sekolah, dengan pengadaan sarana
sanisek secara swakelola, secara tak langsung
pihak sekolah juga mendapatkan peningkatan
kapasitas. Selain itu, setelah sarana selesai
dibangun, pihak sekolah belajar untuk
menyusun program perawatan dan perbaikan
sarana sanitasi dengan cara memasukkan
dalam rencana kerja sekolah dan anggaran
sekolah.
Monitoring dan Evaluasi
5
• Monev sudah direncanakan secara terstruktur
sejak awal, termasuk pembagian kerja monev
di setiap OPD yang terlibat.
• Setelah direncanakan, kegiatan monev juga
benar-benar dilaksanakan.
• Hasil kegiatan monev digunakan untuk
menetapkan reward and punishment.
• Pengadaan bangunan secara swakelola oleh
pihak sekolah bekerja sama dengan komite
sekolah menghasilkan kualitas sarana yang
lebih baik dan menumbuhkan rasa memiliki.
• Penggabungan toilet antara siswa dan guru
membuat guru dapat selalu melakukan
pengawasan terhadap kebersihan dan
berfungsinya sarana sanitasi.
35. 35
Manajemen Berbasis Sekolah
3
kebersihan dan berfungsinya sarana, dan
mencuci tangan menggunakan sabun.
• Disediakan sandal khusus untuk masuk kamar
kecil membuat kebersihan toilet sekolah dapat
terjaga.
• Kebiasaan PHBS terbawa ke rumah. Murid-
murid berkeinginan toilet di rumahnya juga
bersih seperti di sekolah. Mereka juga mencuci
tangan menggunakan sabun.
• Menumbuhkan perilaku bersih lebih berhasil
bila dilakukan dengan keteladanan dari kepala
sekolah dan guru-guru.
• Kerja sama yang baik dengan puskesmas
setempat untuk pembinaan sanitasi dan PHBS.
• Komitmen kepala sekolah menjadi kunci
keberhasilan pembangunan sanitasi sekolah.
Tidak hanya untuk membangun, melainkan
terutama untuk pemanfaatan dan pemeliharan
yang baik.
• Anggaran perawatan sarana sanisek dapat
dibiayai dengan dana BOS atau BOSDA.
Anggaran digunakan untuk penggantian
dan perbaikan peralatan yang rusak, juga
untuk membeli bahan-bahan pembersih dan
alat-alat kebersihan. Di beberapa sekolah,
anggaran juga digunakan untuk menggaji
petugas khusus kebersihan sarana sanisek.
• Penerapan aturan terbukti membuat sarana
sanisek lebih terjaga kebersihan dan
berfungsinya.
36. 36
Penutup UNICEF
U
NICEF Indonesia memiliki kepedulian yang
tinggi terhadap upaya pembangunan yang
menyentuh langsung dengan persoalan
kesehatan dan pendidikan anak di Indonesia.
Penyediaan Sarana Sanitasi Sekolah yang layak
merupakan salah satu unsur penting dalam
pemenuhan hak-hak anak di sekolahnya. Selain itu,
indikator dalam SDGs atau Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan juga berkaitan erat dengan
pemenuhan Sanitasi Sekolah yang harus dicapai di
Tahun 2030.
Pemerintah Indonesia berkomitmen dalam
pencapaian target SDGs, termasuk pada
pembangunan Sanitasi Sekolah ini. Pengelolaan
pengetahuan yang efektif dan efisien menjadi
penting, karena untuk mempercepat pencapaian
target SDGs perlu adanya dokumentasi
pembelajaran berbagai pola pendekatan
pembangunan Sanitasi Sekolah yang sudah ada
saat ini.
Dokumentasi pembelajaran ini berguna bagi
kita semua untuk mengetahui apa saja praktik-
praktik baik yang dapat dijadikan rujukan untuk
direplikasi di tempat lain. Pembelajaran juga
harus dapat menganalisa berbagai praktik yang
tidak efektif dan efisien. Hal ini tentunya untuk
menghindari terulangnya kesalahan pelaksanaan
yang berpotensi tidak tercapainya target yang
sudah direncanakan. Singkatnya, dokumentasi
pembelajaran merupakan bagian tidak terpisahkan
dari pengelolaan pengetahuan Pengembangan
Sanitasi Sekolah di Indonesia.
UNICEF melihat Pengembangan program Sanitasi
Sekolah atau biasa dikenal dengan Program
Sanisek di Kabupaten Tangerang perlu dan
layak untuk didokumentasikan sebagai bahan
pembelajaran. Dokumentasi Pembelajaran
Pengembangan Program Sanisek di Kabupaten
Tangerang dalam bentuk “booklet” ini bertujuan
untuk memberikan referensi kepada berbagai
pihak, seperti Pemerintah baik di pusat maupun
daerah, masyarakat umum maupun pihak
swasta terkait pengembangan Sanisek yang baik
maupun yang perlu ditingkatkan. Hal ini tentunya
berkontribusi pada percepatan pengembangan
Sanitasi Sekolah diwilayah lainnya di Indonesia.
Ketersediaan sarana sanitasi di sekolah yang
layak sangat berkontribusi besar terhadap
kualitas generasi muda mendatang. Generasi
yang berkualitas hanya akan dihasilkan dari anak-
anak yang sehat dan cerdas. Anak-anak seperti ini
hanya dapat tumbuh dan berkembang dari sebuah
sekolah yang memiliki lingkungan sanitasi yang
bersih dan sehat.
Kami berharap melalui booklet sederhana ini,
dapat memicu semua pihak yang terkait untuk
memiliki perhatian pada pembangunan sektor
pendidikan dan kesehatan, terutama dalam
mendorong tersedianya sarana dan prasarana
Sanitasi yang layak di semua sekolah di Indonesia.
Mari kita penuhi hak anak-anak Indonesia.
Aidan Cronin
Kepala Unit Air, Sanitasi dan Kebersihan
UNICEF Indonesia
37. 37
OPINI DARI Bappenas
P
rogram Percepatan Pembangunan Sanitasi
Permukiman (PPSP) yang dijalankan oleh
Kementerian Bappenas sudah merancang
bahwa keberlanjutan sanitasi secara garis besar
tidak dapat lepas dari partisipasi anak-anak. Di
masyarakat akses sanitasi sudah membaik, tetapi
bagaimana di sekolah? Bila di rumah anak-anak
sudah mendapatkan akses sanitasi yang layak,
seharusnya di sekolah juga. Karena itu, demi
keberlanjutan pembangunan sektor sanitasi yang
saat ini sudah berjalan, sudah saatnya kegiatan
sanitasi sekolah lebih digaungkan.
Kita pantas merasa optimistis pembangunan
sanitasi sekolah akan dicapai dengan cepat. Sebab,
kita sudah punya cukup bekal pengalaman dengan
pembangunan sanitasi di masyarakat. PPSP telah
menyusun Pedoman Penyusunan Strategi Sanitasi
Sekolah, dan menawarkan kepada pemerintah
Wahanuddin
Kasubdit. Sanitasi dan ketua program menajemen
unit Program Nasional percepatan pembangunan
sanitasi permukiman [PMU PPSP]
daerahyanginginmelaksanakan.Sejakdiluncurkan
pada tahun 2017, sudah ada 8 kabupaten yang
mendapatkan pelatihan program sanisek, dan ada
5 kabupaten menyatakan berminat melaksanakan.
PPSP juga bekerja sama dengan Aliansi Kabupaten
Kota Peduli Sanitasi (Akkopsi) melakukan advokasi
ke sejumlah daerah, dan sambutan para bupati dan
walikota sangat positif.
Di pemerintah pusat, kita mengumpulkan tiga
stakeholders, yaitu Kementerian Kesehatan,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan
Kementerian Dalam Negeri. Kita berharap
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dapat
menjadi leading sector pembangunan sanisek ini.
Kita duduk bersama untuk merancang strategi
besarnya. Selain itu, banyak pihak yang sudah
menyatakan berminat untuk berpartisipasi dalam
pembangunan sanitasi sekolah. Kalangan pelaku
usaha bersedia menyalurkan dana CSR untuk
pembangunan sanitasi sekolah.
Tinggal bagaimana mensinkronkan semua potensi
tersebut untuk membuat program sanitasi sekolah
ini menjadi program prioritas di daerah-daerah.
Contoh nyata keberhasilan Kabupaten Tangerang
dalam Program Sanitasi Sekolah secara mandiri,
yang hanya dalam hitungan 4 tahun berhasil
memperbaiki sarana sanitasi di hampir semua
sekolah negeri, kiranya dapat menjadi inspirasi
bagi daerah lain. Sanitasi sekolah juga dapat
menjadi ukuran pencapaian pembangunan sanitasi
di suatu daerah.