1. Dokumen tersebut membahas program sanitasi sekolah di Kabupaten Tangerang, termasuk pembangunan sarana sanitasi, perilaku hidup bersih siswa dan manajemen kebersihan di sekolah-sekolah. 2. Terdapat dua tipe bangunan sanitasi yang dibangun yaitu tipe A dan B, dengan pembangunan secara swakelola oleh sekolah dan komite sekolah. 3. Hasil survei menunjukkan perubahan perilaku hidup bersih sis
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
TOILET_SEKOLAH
1. Profil Sekolah Penerima Sanisek
Profil Sekolah Penerima Sanisek
Profil Sekolah Penerima Sanisek
5
SMPN 3 Tigaraksa
“Sekolah yang berinisiatif untuk menjamin keberlanjutan
Program Sanisek, kami mempekerjakan 2 petugas
kebersihan yang dianggarkan dari dana BOS. “
Dulhadi
Kepala Sekolah SMPN 3 Tigaraksa
SD Negeri Kaduagung 2, Kecamatan Tigaraksa
Kontak Program
Bappeda Kabupaten Tangerang,
Bidang Perencanaan Sosial dan Budaya
Jln. H. Somawinata, Blok D, No. 1, Kompleks Puspem Tigaraksa,
Tangerang. Indonesia
Telp:+6221 599 4209
POKJA AMPL Kabupaten Tangerang
POKJA AMPL Kabupaten Tangerang
POKJA AMPL Kabupaten Tangerang
TOILET SEKOLAH
AMAN DAN NYAMAN
(Survey Pemanfaatan Sanisek,April 2017)
SD
90,6% SMP
81,9%
SMA
88,5%
Liya Mulyawati
Guru SDN Kadu Agung 2
“Pembiasaan warga sekolah seperti kepala sekolah sampai guru,
untuk memberikan teladan bagi para siswa bagaimana cara
menggunakan sarana sanisek yang baik dan benar.”
Sumber: Disdik Profile Pendidikan Kab. Tangerang, 2017
76 Negeri
SMP:
765 Negeri
SD:
29 Negeri
SMA:
12 Negeri
SMK:
1 Negeri
TK:
SD
Situasi dan Jumlah Sekolah Negeri di Kabupaten Tangerang
Situasi dan Jumlah Sekolah Negeri di Kabupaten Tangerang
Situasi dan Jumlah Sekolah Negeri di Kabupaten Tangerang
Total Sekolah yang telah terlayani Sanisek
SMA
SMK
80%
TK SMP
KOMPONEN SANISEK
SANITASI SEKOLAH
SANITASI SEKOLAH
SANITASI SEKOLAH
Toilet Nyaman, Tak Perlu Antre
Toilet Nyaman, Tak Perlu Antre
Toilet Nyaman, Tak Perlu Antre
“Nyaman sekali dengan toilet yang bersih dan sehat, kami para siswi
perempuan senang menggunakannya dan merasa aman,”
ungkap siswi SMAN 6 Kab. Tangerang.
Keberadaan sarana sanitasi di sekolah merupakan salah satu indikator
kondisi sekolah yang sehat. Kurangnya sarana sanitasi di sekolah
berdampak pada proses kegiatan belajar siswa di sekolah, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Melalui Program Sanisek, semakin banyak sekolah yang memiliki
sarana sanitasi yang baik dan layak secara fisik. Kondisi ini terungkap
dari survei tingkat kepuasan yang dilakukan di beberapa sekolah di
Kabupaten Tangerang. Di sekolah yang sukses menerapkan Program
Sanisek, 86,7% siswa mengatakan kondisi toilet di sekolah mereka
cukup baik.
Ketersediaan Sarana
SD Negeri Kaduagung 2 mendapatkan bantuan
pembangunan 1 unit bangunan sanitasi sekolah pada
tahun anggaran 2014. Bangunan baru terdiri atas 3
pintu kamar kecil untuk perempuan dan 2 pintu
kamar kecil ditambah urinoir di bagian laki-laki.
Kedua bagian
dilengkapi dengan sarana cuci tangan pakai sabun.
Selain bangunan baru, pihak sekolah juga masih
memanfaatkan sarana yang lama. Sebelumnya, 2
toilet yang lama dipisahkan penggunaannya untuk
guru dan siswa. Tetapi dengan Program Sanisek,
kedua toilet lama digunakan untuk perempuan dan
laki-laki. Penggabungan toilet untuk guru dan murid
membuat para guru selalu dapat memantau
kebersihan sarana sanisek.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Meski tidak ada petugas khusus untuk
membersihkan toilet sekolah, tetapi kondisi toilet
sekolah sangat terawat, selalu bersih dan wangi. Itu
semua karena warga sekolah, mulai kepala sekolah,
guru, hingga siswa, tidak segan turun tangan
membersihkan toilet sekolah. Mereka menggunakan
sandal khusus untuk ke toilet sehingga lantainya
selalu bersih. Anak-anak juga rajin mencuci tangan
karena sarananya tersedia. Kebiasaan baik ini pun
dilakukan di rumah, seperti diungkapkan beberapa
orang wali murid yang
ditemui di sekolah. Mereka juga ingin kamar mandi
di rumahnya bersih dan rapi seperti di sekolah.
SD Negeri Kaduagung 2 telah memberlakukan konsep
sekolah tanpa sampah, di mana semua warga sekolah
dilarang membawa sampah ke sekolah. Anak-anak dan
guru membawa bekal makanan dan minuman dari
rumah dalam wadah pakai ulang, tidak jajan di
lingkungan sekolah. Tempat sampah pun ditidadakan.
Pembiasaan ini diperkenalkan lewat program Kurassaki
(kurangi sampah sekolah kita), yang diterapkan di
sekolah-sekolah yang dinilai berhasil menerapkan
Program Sanisek.
Manajemen Sanitasi di Sekolah
Manajemen sanitasi di sekolah sudah dimulai sejak
proses pembangunan. Anggaran sebesar Rp 167 juta
yang diperoleh digunakan untuk membangun sarana
dengan mekanisme swakelola. Sekolah membentuk
panitia pembangunan yang beranggotakan kepala
sekolah, guru, dan komite sekolah. Kontraktor
pelaksana pembangunan adalah salah satu orang tua
siswa, sehingga dapat memberikan hasil maksimal
dengan jumlah anggaran terbatas.
Tidak ada tambahan biaya yang dikeluarkan oleh
sekolah maupun komite sekolah untuk
pembangunannya. Baru setelah bangunan selesai dan
mulai digunakan, sekolah mengeluarkan anggaran
pemanfaatan dan perawatan yang digunakan untuk
membeli bahan-bahan kebersihan seperti sabun,
pembersih lantai, pembersih toilet, pewangi, dan
peralatan kebersihan. Anggaran Rp 2 juta/tahun
tersebut didanai dari dana BOS.
Ketersediaan Sarana
Sebelum mendapatkan bantuan Program Sanisek,
satu toilet di SMP Negeri 3 Tigaraksa harus dapat
digunakan oleh sekitar 200 siswa. Tetapi sejak
mendapatkan bantuan pembangunan sarana sanisek
pada tahun anggaran 2014, perbandingan jumlah
kamar kecil dengan siswa sudah mendekati ideal.
Sekarang ada 10 unit kamar kecil untuk siswa laki-
laki, dan 10 unit untuk siswa perempuan. Sedangkan
khusus untuk guru tersedia toilet terpisah.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Di depan deretan kelas terdapat sarana cuci tangan
yang digunakan oleh siswa dan semua warga
sekolah. Para siswa juga terbiasa membawa bekal
makanan sehat dan minuman dari rumah, tidak jajan
di sekitar sekolah. Kebiasaan ini juga sejalan dengan
penerapan program Kurassaki, program sekolah
tanpa sampah.
Pengelolaan Berbasis Sekolah
Toilet laki-laki dan perempuan dipisahkan lokasinya.
Toilet untuk perempuan menggunakan kamar kecil
lama yang terletak di bagian belakang. Sedangkan
laki-laki menggunakan sarana baru bantuan Program
Sanisek yang berlokasi di bagian depan sekolah. Tak
sekadar dipisahkan antara laki-laki dan perempuan,
toilet di sekolah itu juga dipisahkan per kelas. Satu
unit toilet digunakan hanya oleh siswa dari kelas-
kelas tertentu. Dengan cara ini pihak sekolah dengan
mudah melacak bila terjadi pelanggaran di toilet,
seperti tidak menggunakan toilet dengan benar,
mengotori, maupun mencoret-coret. Hal ini terbukti
efektif untuk menjaga kebersihan dan kerapian toilet
sekolah.
Untuk menjaga kebersihan dan kerapian, pihak
sekolah menggaji dua orang petugas khusus
kebersihan toilet. Gaji diambil dari dana BOS, di
samping untuk pembelian peralatan kebersihan dan
bahan-bahan pembersih.
Dengan dukungan UNICEF
Dokumentasi pembelajaran disusun oleh:
2. Taufik Emil
Kepal Dinas Cipta Karya
Tahun 2013-awal 2017
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
PERILAKU SISWA UNTUK MELAKUKAN
CTPS DI SEKOLAH
71,7%
98,3%
75,9%
SD SMP SMA
4
3
Hasil survey yang dilakukan pada bulan April 2017 kepada 12 sekolah ditingkat SD, SMP, dan SMA
TOILET SEKOLAH
AMAN DAN NYAMAN
PENGGUNAAN SARANA SANITASI
DI SEKOLAH OLEH SISWA
62,1%
43,9% 94,9%
81,1%
Manajemen Sanitasi di Sekolah
Manajemen Sanitasi di Sekolah
Manajemen Sanitasi di Sekolah
TOILET SEKOLAH BERSIH DAN TERAWAT
SD
83,1%
SMP
78,3%
SMA
90,6%
1. Sarana Prasarana
Sarana sanitasi dibangun di bagian depan sekolah, sehingga selalu terjaga kebersihan dan
kerapiannya, dan memudahkan pengaliran air limbah ke saluran air lingkungan.
Tersedia desain standar bangunan sarana dan teknologi tepat guna untuk pengolahan air
limbah.
Pembangunan secara swakelola oleh pihak sekolah bekerja sama dengan komite sekolah
menghasilkan kualitas sarana yang lebih baik dan menumbuhkan rasa memiliki.
Penggabungan toilet antara siswa dan guru membuat guru dapat selalu melakukan pengawasan.
2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Program Sanisek terbukti memicu perubahan positif pada perilaku hidup bersih warga sekolah.
Perilaku hidup bersih juga dibawa ke rumah.
Menumbuhkan perilaku lebih efektif dengan keteladanan dari kepala sekolah dan guru.
Kerja sama yang baik dengan puskesmas setempat untuk pembinaan sanitasi dan PHBS.
3. Manajemen Berbasis Sekolah
Komitmen kepala sekolah yang kuat, sejak pembangunan hingga pemeliharaan.
Anggaran pemeliharaan dengan dana BOS/BOSDA.
Penerapan aturan diperlukan untuk penggunaan dan pemeliharaan sarana yang sudah dibangun.
SISWA TERLIBAT UNTUK
MEMBERSIHKAN TOILET DI SEKOLAH
SD
83,9%
Kunci Keberhasilan
1
Ketersediaan
Sarana
3
Manajemen
Sanitasi
Di Sekolah
2
Perilaku
Hidup Bersih
dan Sehat
Komponen Program Sanitasi Sekolah
Komponen Program Sanitasi Sekolah
Komponen Program Sanitasi Sekolah
2
A
B
Bangunan Sanisek Tipe A dan Tipe B
Secara umum ada dua (2) tipe bangunan sanisek yaitu tipe A dan tipe B.
Rp. 180.000.000,00
+
-
Harga Paket
Bangunan Sanisek
Tipe A dan B
2, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
3, Manajemen Sanitasi Di Sekolah
Biaya operasional dan perawatan sarana sanitasi dan kegiatan
Promosi Hidup Bersih dan Sehat tercantum dalam RAKS, adanya
tenaga kebersihan khusus dan/atau pelibatan siswa-siswi untuk
piket kebersihan Toilet.
Adanya kampanye, promosi, dan media PHBS untuk
membiasakan siswa cuci tangan pakai sabun secara rutin, buang
air besar di toilet, buang sampah pada tempatnya dan minum air
yang layak konsumsi.
1, Ketersediaan Sarana
Sekolah memiliki sarana sanitasi yang lengkap, termasuk toilet
terpisah antara laki-laki dan perempuan dengan air bersih yang
tersedia sepanjang waktu, fasilitas cuci tangan dengan air
mengalir dan tersedia sabun, tempat sampah dan pengolahan air
limbah.
SISWA DI SEKOLAH MEMBUANG SAMPAH
DI SEKOLAH
SMP
92,5%
SMA
80,9%
SD
95,8%
Tipe A: 6m x 7m, 2WC
dan 2 Urinoir untuk laki-
laki dan 3 WC untuk
perempuan.
Tipe B: 3m x 8m, dengan 2 bangunan terpisah. 2 WC dan
2 urinoir untuk laki-laki dan 3 WC untuk perempuan.
“ Pengolahan limbah domestik dari toilet
sanisek menggunakan Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) fabrikasi. Pembangunan secara
swakelola dapat meningkatkan rasa
kepemilikan yang tinggi sehingga memicu rasa
tanggung jawab terhadap sarana sanitasi yang
telah dibangun dengan baik.”
Implementasi kegiatan Program Sanisek di tingkat sekolah bergerak pada 3 komponen utama, yaitu (1)
Ketersediaan Sarana, (2) Perilaku Hidup bersih dan Sehat, dan (3) Manajemen Sanitasi di Sekolah. Ketiga
komponen tersebut harus dilaksanakan sebagai satu kesatuan. Adapun gambaran komponen Program
Sanisek yang telah dilaksanakan di Kabupaten Tangerang adalah sebagai berikut:
Program Sanisek dimaksudkan untuk mendorong pola hidup bersih dan sehat di
lingkungan sekolah melalui bantuan stimulan pembangunan toilet yang terlebih dahulu
dimulai dengan kegiatan pemberdayaan sanitasi oleh Tim Fasilitator Sanitasi Sekolah.
Kondisi sekolah-sekolah di Kabupaten Tangerang tidak sama dan sangat beragam. Luas
lahan yang dimiliki dan bentuk bangunan berbeda-beda. Untuk itu, model dan tipe
bangunan sanisek yang dibangun juga berbeda-beda. Semuanya bergantung pada luas
lahan yang dimiliki masing-masing sekolah.
Sarana Infrastruktur
Sarana Infrastruktur
Sarana Infrastruktur
Upaya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
yang dilakukan oleh sekolah-sekolah di Kabupaten
Tangerang turut memberdayakan siswa, guru, dan
masyarakat lingkungan sekolah. Mereka diharapkan tahu,
mau dan mampu mempraktikkan PHBS serta berperan aktif
dalam mewujudkan sekolah sehat. Dengan dimikian mereka
secara mandiri mampu mencegah penyakit dan
meningkatkan kesehatannya.
Untuk kegiatan PHBS yang terkait langsung dengan sanitasi
adalah:
1. Menggunakan toilet yang bersih dan sehat
Guru, siswa dan warga sekolah lainnya
menggunakan toilet yang dilengkapi dengan instalasi
pengolah limbah sebagai pembuangan akhir.
Menjaga kebersihan toilet membuat lingkungan
sekolah menjadi bersih, sehat, dan tidak berbau.
2. Menggunakan air bersih
Guru, siswa dan masyarakat sekolah lainnya
menggunakan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari
di lingkungan sekolah. Sekolah-sekolah di Kabupaten
Tangerang telah menyediakan sumber air bersih
yang tersedia dalam jumlah yang memenuhi
kebutuhan dan tersedia setiap saat.
3. Mencuci tangan dengan air mengalir dan
memakai sabun
Edukasi dan praktik mencuci tangan dengan sabun di
air mengalir sebelum makan, sesudah buang air
besar/ buang air kecil, sesudah beraktivitas,
dan/atau setiap kali tangan kotor, terus-menerus
dilakukan dengan harapan tangan menjadi bersih
dan bebas dari kuman serta dapat mencegah
terjadinya penularan penyakit diare, disentri,
kolera, tipus, kecacingan, penyakit kulit, infeksi
saluran pernapasan akut (ISPA), dan flu burung.
4. Membuang sampah ke tempat sampah
yang terpilah
Guru, siswa dan masyarakat sekolah lainnya
membuang sampah ke tempat sampah yang
tersedia. Di beberapa sekolah telah tersedia
tempat sampah yang terpilah antara sampah
organik dan non-organik. Bahkan banyak
sekolah sudah menerapkan program sekolah
tanpa sampah, di mana seluruh warga sekolah
membawa makanan dan minuman dalam wadah
sendiri dari rumah.
Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang juga telah mengeluarkan materi promosi dalam bentuk poster dengan
topik-topik sebagai berikut :
1. Bagi pengguna toilet: Cara menggunkan toilet dengan benar.
2. Bagi pengelola/ operator toilet: Pengoperasian dan perawatan toilet.
Pihak sekolah bertanggung jawab penuh dalam
operasional dan perawatan sarana sanitasi. Setiap
tahun sekolah menyusun Rencana Kerja Tahunan
(RKT) dan Rencana Anggaran Kegiatan Sekolah
(RKAS). Dana BOS APBN dan dana BOS Daerah
merupakan sumber pembiayaan program sekolah.
Tidak hanya anggaran belanja fisik, sekolah juga
mengalokasikan belanja pegawai untuk petugas
kebersihan khusus.
Langkah-langkah pengelolaan dan perawatan
sarana sanisek beserta pembagian peran warga
sekolah dituangkan dalam sebuah kesepakan atau
aturan yang mengikat semua warga sekolah.
Banyak sekolah yang membuat aturan khusus
penggunaan dan perawatan sanisek dalam aturan
sekolah. Mulai dari aturan tertulis, adanya S.O.P
(Standar Operasi Prosedur) perawatan sarana, piket
kebersihan sarana oleh siswa selain oleh tenaga
kebersihan khusus. Langkah-langkah ini sebagai upaya
untuk menjaga keberlanjutan sarana sanisek itu sendiri,
dan juga bagian dari pengembangan hidup bersih dan
sehat yang menjadi tujuan utamanya.