SlideShare a Scribd company logo
1 of 29
Download to read offline
s
t
r
a
t
e
g
i
k
o
m
u
n
i
k
a
s
i
u
s
a
h
a
k
e
s
e
h
a
t
a
n
s
e
k
o
l
a
h
/
m
a
d
r
a
s
a
h
(
u
k
s
/
m
)
2
0
1
9
1
STRATEGi KOMUNIKASI
USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M)
STRATEGI KOMUNIKASI USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH
(UKS/M)
Diterbitkan oleh
Sekretariat Direktorat Jenderal
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Kompleks Kemendikbud, Gedung E Lantai 5
Jl. Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta 10270
Jakarta, 2019
ISBN:
Pengarah
Dr. Sutanto, S.H., M.A.
Dr. A. Umar, MA
Ketua Penyusun
Drs. Aliyas, M.Pd
Anggota Penyusun
Agus Suharyanto, M.A.
dr. Ni Made Diah Permata Laksmi Dewi, MKM
Abdullah Faqih, MA, M.Ed
Zulkifli, S.Ag., M.Si.
Helda Nusi, SE, M.Si.
Kontributor
Sari Anggraini (Kementerian Kesehatan), Evasari Ginting (Kementerian Kesehatan),
Achyar, S.Sos (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan), Endang Triastuti, SE, M.Si
(Kementerian Dalam Negeri), Reza Hendrawan (UNICEF), Yayu Mukaromah (UNICEF),
Aline Ardhiani (UNICEF), Wiwit Heris (SPEAK Indonesia), Yulfarida Arini (SPEAK Indonesia)
Desain
Fauzia Firdanisa (SPEAK Indonesia)
2 3
STRATEGi KOMUNIKASI
USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M)
STRATEGi KOMUNIKASI
USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M)
daftar isi
KATA PENGANTAR			
BAB I PENDAHULUAN	
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Pengguna Strategi Komunikasi
1.4 Ruang Lingkup Strategi Komunikasi
1.5 Isi dan Struktur
BAB II DASAR-DASAR STRATEGI
KOMUNIKASI
2.1 Komunikasi Efektif
2.2 Strategi Komunikasi
2.3 Pendekatan BCC untuk Penyusunan Isi 	
Pesan dan Pemilihan Strategi Komunikasi
2.4 Contoh Strategi Komunikasi
BAB III ANALISIS SITUASI
3.1 Penyiapan Generasi Emas
3.2 Masalah Kesehatan Anak Usia Sekolah
3.3 Masalah Kesehatan di Sekolah
3.4 Target Kesehatan Anak Usia Sekolah dan
Remaja 2019
3.5 Target UKS/M dalam RAN Kesehatan Anak
Usia Sekolah dan Remaja
BAB IV USAHA KESEHATAN SEKOLAH/
MADRASAH (UKS/M)
4.1 Konsep UKS/M
4.2 Tantangan Pengembangan UKS/M
BAB V STRATEGI KOMUNIKASI UKS/M
5.1 Perumusan Masalah Komunikasi
5.2 Tujuan Komunikasi
5.3 Khalayak Sasaran Komunikasi UKS/M
5.4 Isi Pesan
5.5 Saluran Komunikasi dan Media
5.6 Monitoring dan Evaluasi
3
7
8
8
9
10
11
12
13
14
23
24
27
28
29
33
34
35
36
37
38
40
41
41
42
44
46
51
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas rahmat dan karunia-Nya buku
“Strategi Komunikasi Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah (UKS/M)” ini dapat diselesaikan dengan baik.
Buku ini disusun oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Kesehatan, Kementerian
Agama dan Kementerian Dalam Negeri melalui dukungan teknis dari UNICEF dan mitra UKS/M.
Proses penyusunan buku Strategi Komunikasi Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah (UKS/M) dilaksanakan
sepanjang tahun 2017 melalui serangkaian lokakarya yang diikuti oleh TP-UKS Pusat dan mitra melalui
identifikasi masalah komunikasi UKS/M, pemetaan stakeholder kunci UKS/M, identifikasi pesan kunci dan
strategi komunikasi UKS/M serta menentukan monitoring strategi komunikasi UKS/M.
Buku ini dapat digunakan sebagai panduan praktis untuk melaksanakan strategi komunikasi UKS/M baik
melalui kegiatan advokasi, mobilisasi sosial dan kampanye publik yang bisa dilakukan oleh kementerian
dan mitra baik di tingkat nasional maupun daerah. Buku ini juga memberikan gambaran besar tentang
konsep komunikasi Usaha Kesehatan Sekolah dan Madrasah serta memberikan contoh media yang
pernah diproduksi selama tahun 2017.
Kami sampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan buku
strategi komunikasi Usaha Kesehatan Sekolah dan Madrasah ini, khusunya kepada TP-UKS Pusat dari 4
Kementerian, UNICEF dan mitra lainnya. Kami juga berharap buku ini dapat di manfaatkan sebaik-baiknya
dalam rangka meningkatkan cakupan dan kualitas program UKS/M di Indonesia.
KATAPENGANTAR
SEKRETARIS DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
dr. sUTANTO, sh., mh.
4 5
STRATEGi KOMUNIKASI
USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M)
STRATEGi KOMUNIKASI
USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M)
Anak usia sekolah merupakan sasaran intervensi kesehatan yang strategis karena jumlahnya besar,
dapat dijangkau melalui sekolah dan menentukan kualitas pada usia produktif. Permenko PMK No. 1
tahun 2018 tentang Rencana Aksi Nasional Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja tahun 2017-
2019 mencantumkan strategi peningkatan pengetahuan dan keterampilan anak usia sekolah dan remaja
terhadap 8 isu kesehatan remaja melalui peningkatan jumlah sekolah yang melaksanakan UKS/M secara
aktif.
Berdasarkan peraturan bersama 4 Menteri tahun 2014, UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) adalah kegiatan
yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan anak usia sekolah pada setiap jalur, jenis dan jenjang
pendidikan yang kegiatannya meliputi pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan
lingkungan sekolah sehat. Kementerian Kesehatan telah melakukan pemodelan, pembinaan, akselerasi
serta turut aktif menyusun berbagai dokumen dan materi KIE yang diperlukan untuk memperkuat UKS/M.
Buku “Strategi Komunikasi Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah (UKS/M)” adalah salah satu panduan
praktis yang telah dikembangkan bersama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
Kementerian Agama dan Kementerian Dalam Negeri melalui dukungan teknis dari UNICEF. Buku ini
ditujukan untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang konsep dasar strategi komunikasi dan
sebagai panduan praktis melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan strategi komunikasi
UKS/M untuk mendukung kegiatan UKS/M.
Kami berharap, buku ini dapat menjadi salah satu acuan bagi TP UKS pusat dan daerah untuk melakukan
advokasi, mobilisasi sosial, dan komunikasi perubahan perilaku. Kami juga menyampaikan penghargaan
dan terimakasih kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama dan Kementerian
Dalam Negeri sebagai Tim Pembina UKS/M Pusat, UNICEF, serta mitra UKS/M yang telah menyusun buku
ini dengan baik.
KATAPENGANTAR
DIREKTUR KESEHATAN KELUARGA
DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT
KEMENTERIAN KESEHATAN
dr. eni gustina, mph
KATAPENGANTAR
DIREKTUR Kurikulum, sarana kelembagaan dan kesiswaan madrasah
kementerian agama
dr. a. umar, ma.
Berdasarkan amanat Peraturan Bersama 4 Kementerian, yaitu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
Kementerian Kesehatan, Kementerian Agama dan Kementerian Dalam Negeri Nomor 6/X/2014, No 73
Tahun 2014, Nomor 41 Tahun 2014 dan Nomor 81 Tahun 2014 tentang Pembinaan dan Pengembangan
Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah (UKS/M) Pasal 13, disebutkan bahwa Kementerian Agama
mendapatkan amanat untuk melakukan pembinaan dan pengembangan UKS/M melalui penetapan
standar, prosedur dan pedoman pelaksanaan UKS/M.
Amanat tersebut diberikan karena Kementerian Agama mengelola sejumlah lembaga pendidikan seperti
madrasah, yakni sekolah bercirikan agama Islam. Ada kurang lebih 78 ribu madrasah di Indonesia yang
dikelola oleh Direktorat Kurikulum Sarana Kelembagaan dan Kesiswaan Madrasah, Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Kementerian Agama, mulai dari jenjang Raudiatul Athfal (RA), Madrasah Ibtidaiyah (MI),
Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA).
Dalam beberapa tahun terakhir ini, sejumlah madrasah telah mendapatkan penghargaan sebagai
sekolah yang memiliki UKS/M terbaik tingkat nasional. Ini artinya, madrasah-madrasah di Indonesia telah
berkontribusi untuk mewujudkan tujuan program UKS/M.
Oleh sebab itu, amanat tersebut tentu harus dijalankan dengan sebaik-baiknya. Apalagi, kini nama
madrasah sudah langsung disebut di dalam penamaan program ini, yakni UKS/M (Usaha Kesehatan
Sekolah/Madrasah). Untuk menjalankan amanat tersebut, langkah awal dan penting yang ditempuh
oleh Kementerian Agama adalah dengan menyusun Dokumen Strategi Komunikasi Usaha Kesehatan
Sekolah/Madrasah (UKS/M). Dokumen ini memberikan panduan lengkap strategi komunikasi UKS/M
untuk perumusan masalah, tujuan, sasaran, isi pesan, saluran dan media komunikasi serta monitoring dan
evaluasi komunikasi.
Buku ini merupakan panduan praktik yang bisa digunakan di tingkat pusat, maupun daerah yang
dikembangkan serta disempurnakan berdasarkan masukan dari TP UKS/M Pusat bersama dukungan
UNICEF dan SPEAK.
Kementerian Agama berharap Dokumen ini dapat menjadi acuan pelaksanaan program UKS/M khususnya
di lingkup madrasah supaya pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sehat
dapat dilaksanakan sebaik-baiknya.
Kami juga menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada empat Kementerian
dalam pelaksanaan program UKS/M, UNICEF dan SPEAK yang sudah terlebih secara intensif dalam
pengembangan dokumen/buku ini. Sekali lagi, kami berharap buku ini dapat segera dimanfaatkan dan
diintegrasikan dengan program-program UKS/M yang sedang dan akan berjalan.
6 7
STRATEGi KOMUNIKASI
USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M)
STRATEGi KOMUNIKASI
USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M)
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa atas tersusunnya dokumen
Strategi Komunikasi Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah (UKS/M) yang dapat dijadikan sebagai referensi
bagi para pemangku kepentingan dalam melaksanakan pembinaan, pemantauan dan evaluasi, serta
pengembangan UKS/M.
Tujuan strategis dari Strategi Komunikasi UKS/M ini adalah untuk meningkatkan kepedulian semua
pemangku kepentingan terhadap pengembangan program UKS/M. Dokumen ini memberikan panduan bagi
semua stakeholder UKS/M di tingkat pusat maupun daerah untuk melakukan pembinaan pengembangan
UKS/M. Dokumen ini dapat berfungsi sebagai panduan praktis yang dapat digunakan untuk memfasilitasi
pelaksanaan kegiatan strategi komunikasi baik dalam bentuk advokasi, mobilisasi sosial, komunikasi
perubahan perilaku, maupun public campaign dari semua pemangku kepentingan UKS/M pemerintah
maupun mitra kerjanya.
Isi pokok dalam dokumen Strategi Komunikasi UKS/M ini adalah dasar strategi komunikasi, analisa situasi,
dan strategi komunikasi UKS/M, disertai dengan contoh-contoh media yang digunakan untuk komunikasi
dalam rangka memasyarakatkan UKS/M. Dokumen in juga memuat tata cara monitoring dan evaluasi
pembinaan pengembangan UKS/M dengan dilengkapi indikator output, outcome, dan impact.
Harapan kami, dengan terbitnya dokumen Strategi Komunikasi Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah
(UKS/M) ini dapat menjadi pemacu bagi para pemangku kepentingan pembinaan UKS/M untuk
mewujudkan UKS/M yang baik melalui strategi komunikasi yang baik dari semua stakeholder.
Kami sampaikan ucapan terima kasih pada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan dokumen ini.
Semoga dokumen Strategi Komunikasi Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang terlibat dalam pembinaan pengembangan UKS/M.
KATAPENGANTAR
DIREKTUR SINKRONISASI URUSAN PEMERINTAH DAERAH iv
DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMBANGUNAN DAERAH
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
ir. zanariah, m.sI
BAB1
PENDAHULUAN
8 9
STRATEGi KOMUNIKASI
USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M)
STRATEGi KOMUNIKASI
USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M)
Menyadari peran penting Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah (UKS/M) dalam
meningkatkan kualitas para peserta didik, Sekretariat Tim Pembina UKS/M Pusat dengan
difasilitasi UNICEF menyelengarakan kegiatan penyusunan strategi komunikasi UKS/M.
Tujuannya adalah menghasilkan strategi komunikasi UKS/M untuk meningkatkan kesadaran
tentang peran strategis UKS/M supaya dapat meningkat pelaksanaannya, baik di tingkat
pusat, provinsi, kota/kabupaten, hingga ke tingkat sekolah.
Proses penyusunan strategi komunikasi UKS/M dilaksanakan dalam rangkaian lokakarya
sepanjang tahun 2017. Lokakarya tersebut diikuti para utusan dari keempat kementerian
terkait UKS/M, yaitu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai penanggung jawab
penyelenggaraan UKS/M di sekolah, Kementerian Agama sebagai penanggung jawab
penyelenggaraan UKS/M di madrasah dan pesantren, Kementerian Kesehatan sebagai
penanggung jawab pembinaan bidang kesehatan dan Kementerian Dalam Negeri selaku
koordinator program lintas-kementerian.
Proses penyusunan strategi komunikasi UKS/M dilakukan secara bertahap, mulai identifikasi
persoalan utama terkait komunikasi UKS/M, melakukan pemetaan stakeholder kunci sebagai
target audience komunikasi, menyusun isi pesan kunci kepada masing-masing stakeholder,
merancang media penyampai pesan, hingga perencanaan monitoring. Dokumen ini
merupakan hasil proses penyusunan strategi komunikasi tersebut.
Tujuan strategis dari strategi
komunikasi UKS/M ini adalah
meningkatkan kepedulian
semua pemangku kepentingan
terhadap pengembangan
program UKS/M
1.1 latarbelakang
Salah satu capaian penting dari proses pendampingan ini adalah disepakatinya
penambahan kata Madrasah dalam Usaha Kesehatan Sekolah, menjadi Usaha
Kesehatan Sekolah/Madrasah, disingkat UKS/M. Hal ini untuk mengakomodasi
lingkup kerja Kementerian Agama dalam melakukan pembinaan UKS di
madrasah dan pesantren. Kesepakatan lainnya adalah dipakainya tagline
“Semua Terlibat, UKS/M Hebat” sebagai motto bagi Tim Pembina UKS/M.
1.2TUJUAN
1.3PENGGUNA STRATEGI KOMUNIKASI
Pengguna utama strategi komunikasi ini adalah Tim Pembina UKS/M Pusat dengan target
audience para pemangku kepentingan di tingkat pusat dan tingkat provinsi. Meskipun
demikian, karena dalam penyelenggaraan UKS/M sudah dibuat sistem kelembagaan
berjenjang melalui Tim Pembina UKS/M dari tingkat pusat hingga kelurahan, maka strategi ini
dapat digunakan oleh semua TP UKS/M di semua level.
TP UKS/M tingkat daerah dapat menggunakan strategi komunikasi ini untuk
mengkomunikasikan isu-isu yang lebih teknis di lingkup daerah, terutama untuk memobilisasi
dukungan di tingkat pelaksaan di sekolah. Selain TP UKS/M, siapa pun yang terlibat dalam
pengembangan dan penyelenggaraan UKS/M dapat menggunakan panduan ini.
TP UKS/M Pusat akan berfokus pada upaya mengkomunikasikan isu-isu UKS/M di tingkat
pusat, seperti di lingkungan kementerian dan lembaga-lembaga lain di tingkat pusat. Isu
utamanya adalah masalah kebijakan dan pembinaan. Selain di lingkup pusat, TP UKS/M juga
membutuhkan strategi komunikasi dalam rangka pembinaan ke TP UKS/M tingkat daerah.
© UNICEF/2016
Strategi komunikasi ini diharapkan dapat meningkatkan
pelaksanaan kegiatan UKS/M di tiap tingkatan, dari pusat
hingga sekolah. Pengguna strategi adalah TP UKS/M
tingkat daerah dan pusat dengan fokus sesuai kebutuhan.
10 11
STRATEGi KOMUNIKASI
USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M)
STRATEGi KOMUNIKASI
USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M)
Strategi komunikasi digunakan untuk membantu mencapai tujuan program. Karena itu,
strategi komunikasi harus selaras dengan persoalan yang sedang ingin dipecahkan, dan
menggunakan pertimbangan-pertimbangan berdasarkan situasi dan kondisi saat strategi
komunikasi disusun dan prediksi jangka pendek dan menengah menuju tercapainya tujuan
program.
Demikian juga dengan program UKS/M. Tujuan penyelenggaraan program USK/M adalah
menciptakan sekolah sehat, baik warga sekolah maupun lingkungannya. Untuk mencapai
tujuan tersebut, strategi komunikasi dibuat untuk memastikan setiap pihak yang terlibat dalam
program UKS/M memiliki satu pemahaman, saling mendukung, dan akhirnya bekerja sama
untuk mencapai tujuan tersebut.
Strategi komunikasi ini dirancang untuk jangka menengah, sekitar 5 tahun sejak dibuat.
Baseline situasi yang digunakan adalah kondisi pada tahun 2017. Karena itu, pertimbangan-
pertimbangan yang digunakan dalam menentukan strategi komunikasi ini menggunakan
situasi dan kondisi pada tahun 2017.
Strategi ini akan menyasar ketiga level program UKS/M, yaitu level pusat, daerah, dan
sekolah. Tetapi karena tim penyusun strategi komunikasi adalah Tim Pembina UKS/M tingkat
pusat yang terdiri atas 4 kementerian terkait, maka lingkup strategi komunikasi ini akan
lebih dalam pada level pusat dan daerah sampai level provinsi saja. Sedangkan untuk level
daerah dan sekolah pada mengacu pada panduan umum penyusunan strategi komunikasi,
dan diharapkan setiap TP UKS Pronvinsi dan Kota/Kabupaten dapat menyusun strategi
komunikasi yang sesuai dengan situasi dan kondisi di daerah masing-masing.
Secara garis besar, strategi komunikasi berisi perumusan masalah sebagai titik berangkat,
kemudian menetapkan tujuan komunikasinya. Langkah selanjutnya menetapkan khalayak
sasaran mana saja yang akan dipengaruhi supaya mendukung pencapaian tujuan. Bila
khalayak sasaran sudah terpetakan, maka dapat disusun isi pesan yang relevan, dipilih
saluran komunikasi yang paling efektif, serta materi media pendukungnya.
1.4RUANG LINGKUPSTRATEGI KOMUNIKASI
© UNICEF/2016
Strategi komunikasi ini akan diawali dengan uraian dasar-dasar strategi komunikasi, sehingga
pengguna dapat memahami bagaimana suatu strategi komunikasi dapat dibangun. Bagian
ini sekaligus menjadi semacam pedoman umum bagi TP UKS/M baik tingkat Pusat maupun
daerah untuk menyusun strategi komunikasi yang sesuai dengan situasi masing-masing.
Pada bagian berikutnya, disampaikan analisis situasi seputar kesehatan anak-anak
usia sekolah. Ini untuk memberikan gambaran mengapa program UKS/M ini penting
untuk dijalankan. Juga akan digambarkan sedikit tentang pelaksanaan program UKS/M
di Indonesia, khususnya di tingkat pusat, yang mendasari mengapa TP UKS/M Pusat
membutuhkan strategi komunikasi.
Selanjutnya akan dipaparkan strategi komunikasi UKS/M. Strategi komunikasi akan terdiri
atas analisis target audience atau kelompok sasaran menurut situasi saat ini dan perubahan
yang diharapkan, strategi pesan, pemilihan saluran komunikasi dan media pendukungnya,
dan cara monitoring dan evaluasi.
Struktur Strategi Komunikasi UKS/M
1. Merumuskan masalah
2. Menetapkan tujuan komunikasi.
3. Menetapkan khalayak sasaran / target audience.
4. Menganalisis sasaran dari sisi pengetahuan, sikap, dan perilaku
terkait isu UKS/M dan menetapkan perubahan yang diinginkan.
5. Merencanakan isi pesan yang sesuai.
6. Memilih saluran komunikasi dan media yang tepat sasaran.
7. Merencanakan cara monitoring dan evaluasi.
1.5 ISI DAN STRUKTUR
12 13
STRATEGi KOMUNIKASI
USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M)
STRATEGi KOMUNIKASI
USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M)
BAB2
DASAR-DASAR
STRATEGI
KOMUNIKASI
©SPEAK/2016
Tidak ada aturan baku kapan strategi komunikasi dibutuhkan. Tetapi idealnya setiap program
sudah mempunyai pedoman umum strategi komunikasi sejak awal program. Tetapi setiap
tahap pelaksanaan atau kegiatan program pun tetap membutuhkan strategi komunikasi untuk
tahap atau kegiatan tersebut. Contohnya, program UKS/M membutuhkan strategi komunikasi
besar untuk menggalang dukungan dan untuk memastikan semua pihak terlibat. Tetapi ketika
akan diadakan Lomba Sekolah Sehat sebagai bagian dari kegiatan program UKS/M, maka
dibutuhkan strategi komunikasi khusus untuk mensukseskan lomba tersebut.
Strategi komunikasi adalah pendekatan komunikasi menyeluruh yang terdiri atas rangkaian
kegiatan menetapkan tujuan perubahan, menetapkan khalayak sasaran (target audiences),
memilih isi pesan yang tepat, memilih saluran komunikasi dan jenis media yang tepat, dan
cara evaluasinya.
Strategi komunikasi yang efektif
harus dilaksanakan dengan
kaidah komunikasi efektif. Secara
sederhana, komunikasi efektif
adalah menyampaikan pesan yang
tepat kepada orang yang tepat
dengan saluran komunikasi yang
tepat, dan di waktu yang tepat.
definisi strategi komunikasi
2.1 komunikasi efektif
14 15
STRATEGi KOMUNIKASI
USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M)
STRATEGi KOMUNIKASI
USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M)
Komunikator atau penyampai pesan harus memiliki kredibilitas sehingga khalayak
sasarannya percaya kepada isi pesan yang disampaikan. Dalam kaitan dengan suatu
program, komunikator haruslah pihak yang memilki kewenangan untuk menyampaikan
sesuatu. Selain berwenang, komunikator juga harus memiliki kapabilitas tentang isu
yang disampaikan. Selain masalah kewenangan dan kapabilitas, komunikator harus
memahami siapa khalayak sasaarannya, sehingga tidak salah memilih pesan dan cara
penyampaian.
Isi pesan adalah inti dari suatu proses komunikasi. Sampai atau tidaknya isi pesan
dari komunikator kepada komunikan merupakan ukuran keberhasilan komunikasi. Isi
pesan yang ideal harus jelas dan terfokus temanya. Batasi hanya tema-tema tertentu
yang tidak terlalu luas. Isi pesan juga harus lengkap mengandung unsur 5W+H (Who,
What, Where, When, How atau siapa, apa, di mana, kapan, bagaimana). Dan yang
tidak kalah penting, isi pesan harus dikemas sedemikan rupa sehingga relevan dengan
Dalam komunikasi efektif, terdapat sedikitnya 5 unsur yang harus
menjadi perhatian, yaitu:
Masing-masing unsur harus diperhatikan agar rangkaian proses komunikasi dapat
berlangsung dengan baik.
KOMUNIKASI
EFEKTIF
1) Komunikator (pengirim pesan)
2) Isi pesan
3) saluran dan media
penyampai pesan
4) komunikan/audience
(penerima pesan)
5) umpan balik (feedback)
penerima pesan. Caranya adalah dengan
menggunakan bahasa yang dipahami oleh
penerima pesan, dan bila tujuannya adalah
untuk memicu perubahan pemikiran dan
perilaku penerima pesan, maka isi pesan
harus menonjolkan manfaat bagi penerima
pesan, bukan menonjolkan kepentingan
komunikator.
Saluran komunikasi dan media pendukung
juga harus dipikirkan supaya isi pesan
dapat sampai kepada komunikan. Saluran
komunikasi merupakan aktivitas yang dipilih
untuk menyampaikan isi pesan. Pada
dasarnya terdapat tiga saluran komunikasi
yang efektif untuk program yang bertujuan
perubahan perilaku seperti UKS/M, yaitu:
1 Advokasi, yaitu kegiatan
menginformasikan dan memotivasi
kepemimpinan untuk menciptakan
lingkungan yang mendukung bagi
keberhasilan program.
2 Mobilisasi Sosial, yaitu kegiatan
menggalang dukungan dan partisipasi dari
seluruh pihak yang terlibat (stakeholders),
baik individu maupun lembaga, jejaring
komunitas, kelompok masyarakat, untuk
meningkatkan rasa butuh terhadap program
dan keberhasilan program; dan
3 Komunikasi Perubahan Perilaku
(Behaviour Change Communication
BCC), yaitu kegiatan komunikasi tatap
muka dengan individu atau kelompok untuk
menyampaikan informasi, memotivasi,
penyelesaian masalah, perencanaan,
dengan tujuan meningkatkan dan
mempertahankan pengetahuan, sikap, dan
praktik perilaku tertentu yang mengarah ke
pencapaian tujuan program.
Dalam penyelenggaraan program
UKS/M, advokasi adalah kegiatan
mendorong para penentu
kebijakan, baik di level nasional,
daerah, hingga sekolah, untuk
memberikan dukungan terhadap
penyelenggaraan UKS/M.
“
“
© UNICEF/2016
16 17
STRATEGi KOMUNIKASI
USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M)
STRATEGi KOMUNIKASI
USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M)
Dukungan itu dapat berupa regulasi, pembinaan, dan penganggaran. Mobilisasi sosial dapat
berupa pemanfaatan seluruh potensi dari stakeholders supaya semua pihak merasa penting
untuk memastikan keberhasilan program UKS/M. Contohnya adalah mengadakan lomba
UKS/M, yang dapat mendorong sekolah, Puskesmas, TP UKS/M daerah untuk meningkatkan
pelaksanaan UKS/M masing-masing. Sedangkan BCC dalam UKS/M dapat berupa kegiatan
sosialisasi program, rapat-rapat, dan pertemuan individu seperti audiensi, sosialisasi perilaku
hidup bersih dan sehat, dan sebagainya.
Kegiatan-kegiatan saluran komunikasi di atas akan lebih efektif bila didukung media
komunikasi yang tepat. Media digunakan sebagai alat perantara untuk menyampaikan isi
pesan yang digunakan sebagai rujukan baik oleh komunikator maupun komunikan. Media
yang efektif haruslah dapat diakses dengan mudah oleh penerima pesan. Secanggih apa pun
suatu media komunikasi, bila penerima pesan tidak dapat menggunakan atau mengakses,
maka tidak ada gunanya. Media juga harus sederhana, sehingga mudah digunakan oleh
komunikator dan komunikan.
Komunikan atau penerima pesan adalah pihak yang menjadi sentral dalam perencanaan
komunikasi. Penentuan isi pesan dan pemilihan saluran komunikasi dan media harus
menjadikan komunikan sebagai pertimbangan utama. Isi pesan harus sampai kepada
komunikan, sehingga pengemasan isi pesan dan saluran komunikasinya haruslah sesuai
dengan komunikan.
Tujuan utama komunikasi adalah menghasilkan perubahan perilaku berupa pengetahuan,
sikap, dan praktik (Knowledge – Attitude – Practice, K-A-P) dari komunikan. Ketiga hal
inilah yang harus diukur untuk dapat mengatakan tujuan komunikasi tercapai atau tidak.
Pencapaian tujuan komunikasi juga dibuat berjenjang dengan melihat tingkat K-A-P
komunikan. pertama, yang disasar adalah tingkat pengetahuan. Informasi diberikan dengan
harapan tingkat pengetahuan komunikan tentang topik yang ingin disampaikan meningkat.
Setelah mendapat pengetahuan, diharapkan terjadi perubahan sikap, yaitu menerima
gagasan yang disampaikan, dan pada akhirnya bersedia mempraktikkan.
© UNICEF/2016
Umpan balik atau feedback adalah unsur terakhir yang sangat penting dalam proses
komunikasi. Istilah ini merujuk pada upaya respon dari komunikan terhadap isi pesan yang
diterimanya. Mengapa ini penting? Karena dari respon itulah pihak pengirim pesan akan
dapat memastikan apakah isi pesannya sampai atau tidak, dan kalau sampai seberapa akurat
diterimanya, dan bagaimana dampak isi pesan tersebut terhadap perubahan pengetahuan,
sikap, dan perilaku penerima pesan. Karena itu sangat penting untuk merencanakan
mekanisme umpan balik dalam setiap perencanaan komunikasi. Disinilah peran penting
monitoring dan evaluasi komunikasi.
2.2strategi komunikasi
Prinsip-prinsip dasar komunikasi efektif yang dipaparkan sebelumnya akan digunakan
untuk menyusun strategi komunikasi.
Strategi komunikasi terdiri atas komponen-komponen berikut:
1.	 Penetapan tujuan perubahan atau masalah yang akan dipecahkan/diatasi.
2.	 Penetapan khalayak sasaran (target audience).
3.	 Penyusunan isi pesan yang akan disampaikan kepada khalayak sasaran.
4.	 Pemilihan saluran / cara penyampaian pesan beserta medianya yang tepat
sasaran.
5.	 Penentuan cara menilai keberhasilan strategi komunikasi (monitoring dan
evaluasi).
Bila disederhanakan dalam bentuk tabel/matriks, maka format strategi komunikasi akan
berupa:
Masalah 			 : ...... 1)
Tujuan komunikasi	 : ...... 2)
1.	
....					
2.	
....					
3.	
....					
Khalayak
sasaran 3)
Isi pesan 6) Saluran
dan media
pendukung
7)
Perencanaan
umpan balik
8)
Saat ini
(eksisting) 4)
Perubahan
yang
diharapkan 5)
Analisis perilaku (K-A-P)
Penjelasan:
1)	 Masalah yang akan diatasi harus dirumuskan dengan baik dan harus terfokus.
	 Contoh rumusan masalah:
Hingga saat ini, program UKS/M di Kabupaten X tidak berjalan dengan baik.
Dari laporan yang diterima oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan
Kementerian Kesehatan, daerah tersebut belum membentuk Tim Pembina UKS/M
daerah, dan pemerintah daerah tidak mempunyai program kerja terkait UKS/M,
sehingga tidak ada alokasi anggaran untuk UKS/M, baik melaui program kerja sektor
pendidikan, sektor kesehatan, maupun sektor lain.
18 19
STRATEGi KOMUNIKASI
USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M)
STRATEGi KOMUNIKASI
USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M)
Padahal laporan menunjukkan di daerah tersebut beberapa kali terjadi wabah
penyakit demam berdarah dengue dengan 80% penderita anak usia sekolah.
Hal ini menunjukkan adanya persoalan kebersihan di sekolah, karena anak-anak
kemungkinan besar tergigit nyamuk aedes pada saat belajar di sekolah.
Dengan perumusan masalah yang jelas seperti di atas, maka kita segera dapat
menyusun strategi mengatasinya.
2)	 Tujuan komunikasi adalah perubahan yang ingin dicapai dengan komunikasi. dalam
hal ini tujuan komunikasi bukanlah untuk menjawab masalahnya, tetapi menciptakan
situasi pendukung menuju penyelesaian masalah. Menggunakan contoh rumusan
masalah di atas, maka tujuan komunikasinya adalah:
Meningkatkan kesadaran semua stakeholder di Kabupaten X untuk
mempertimbangkan program UKS/M sebagai program strategis dalam meningkatan
perbaikan lingkungan sekolah.
Bila diperhatikan, maka tujuan strategi komunikasi tidak secara langsung
mengarah pada tujuan program. Tujuan strategi komunikasi UKS/M bukanlah untuk
menciptakan sekolah sehat sebagaimana tujuan program UKS/M, melainkan lebih
ditekankan pada upaya menggerakkan semua stakeholders agar mendukung
pencapaian tujuan program UKS/M.
3)	 Khalayak sasaran atau target audience yang menjadi sentral dari strategi komunikasi
harus diidentifikasi orang-orangnya kemudian dianalisis keterkaitannya dengan
program. Berdasarkan pengelompokan dan analisis khalayak sasaran ini, barulah
dipilih isi pesan yang sesuai, saluran komunikasi dan media yang paling tepat.
Pengelompokan Khalayak Sasaran
Khalayak sasaran komunikasi dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
•	 Khalayak sasaran primer, yaitu mereka yang menjadi sasaran utama
strategi komunikasinya. Mereka adalah yang ingin kita pengaruhi pengetahuan,
sikap, dan perilakunya.
•	 Khalayak sasaran sekunder, yaitu mereka yang secara langsung dapat
mempengaruhi keputusan khalayak sasaran primer. Kadang-kadang, kita sendiri
tidak dapat secara langsung mempengaruhi perubahan pada sasaran primer,
tetapi perlu menggunakan sasaran sekunder.
•	 Khalayak sasaran tersier, yaitu mereka yang tidak menjadi sasaran utama,
tetapi dukunganya dibutuhkan supaya sasaran primer melakukan perubahan
pengetahuan, sikap dan perilaku seperti yang kita harapkan.
Mengacu pada prinsip di atas, maka bila terdapat lebih dari satu khalayak sasaran,
maka strategi komunikasi akan berbeda-beda. Pada satu masalah yang sama,
tujuan strategi komunikasi yang sama, bisa terdapat beberapa khalayak sasasaran
sekaligus. Setiap khalayak sasaran harus dianalisis K-A-P masing-masing, karena
dapat berbeda-beda pula isi pesan dan saluran komunikasi yang dipilih.
Dalam pelaksanaan program UKS/M, di setiap tingkatan –pusat, provinsi, kota/
kabupaten, sekolah—tentu akan berbeda-beda khalayak sasarannya. Khalayak
sasaran juga berbeda menurut masalahnya.
Sebagai contoh, bila TP UKS/M Pusat menemukan kinerja TP UKS/M Provinsi X
kurang, maka pengelompokan khalayak sasarannya adalah:
•	 Sasaran primer: Para pengurus TP UKS/M Provinsi X, yang diharapkan bisa
meningkatkan kinerjanya.
•	 Sasaran sekunder: Bupati dan para kepala instansi terkait UKS/M (Dinas
Kesehatan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Kantor Wilayah Departemen
Agama, Dinas Kesra). Mereka juga perlu dipengaruhi supaya ikut mendorong
peningkatan kinerja TP UKS/M di wilayahnya.
•	 Sasaran tersier: Para TP UKS/M kabupaten/kota, tokoh masyarakat terkait
kesehatan dan pendidikan, media massa lokal yang berpengaruh, NGO terkait
pendidikan dan kesehatan yang memiliki program kerja di provinsi X, dan
lain-lain. Para TP UKS/M kabupaten/kota di provinsi X dapat ikut mendorong
supaya TP UKS/M provinsi lebih aktif, karena TP UKS/M membutuhkan
dukungan dan pembinaan. Tokoh masyarakat dan media massa dapat
mempengaruhi keputusan sasaran sekunder, misalnya dengan mengangkat isu
kesehatan sekolah. NGO terkait kesehatan dan pendidikan dapat memberikan
bantuan program yang mendorong pelaksanaan TP UKS/M, misalnya dengan
memberikan peningkatan kapasitas ataupan bantuan fisik.
Analisis Khalayak Sasaran
Pada program UKS/M, maka perlu diidentifikasi setiap kelompok khalayak sasaran
menurut K-A-P-nya, yaitu:
1. Seberapa jauh pemahaman khalayak sasaran tentang UKS/M.
Jangan-jangan mereka memahami UKS sekadar suatu ruangan khusus di sekolah
yang digunakan untuk merawat siswa yang jatuh sakit di sekolah, bukan sebagai
suatu program yang lebih luas. Apakah mereka tahu kegiatan-kegiatan dalam
UKS/M? Apakah mereka tahu bahwa UKS/M merupakan salah satu tugas jabatan
mereka? Apakah mereka tahu keterkaitan penyelengaraan UKS/M dengan kualitas
pendidikan? Apakah mereka tahu sistem pembinaan dan penyelenggaraan UKS/M
di semua tingkatan, dan apa peran mereka?
© UNICEF/2016
20 21
STRATEGi KOMUNIKASI
USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M)
STRATEGi KOMUNIKASI
USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M)
2. Bagaimana sikap khalayak sasaran terhadap UKS/M, setuju atau
tidak, bersedia melaksanakan atau belum, mendukung atau
tidak.
Apakah mereka menganggap penting program UKS/M? Apakah setuju untuk
mengikuti sistem pembinaan dan penyelenggaraan UKS/M di daerahnya atau di
organisasinya? Kalau tidak setuju, apa alasannya? Apa rencana mereka untuk
meningkatkan penyelenggaraan UKS/M?
3. Bagaimana khalayak sasaran melaksanakan program UKS/M di
tingkatannya.
Apakah sudah memprogramkan UKS/M atau belum? Apakah sudah
melaksanakan secara lengkap atau baru sebagian? Kegiatan apa saja yang
sudah dilaksanakan?
Data awal tentang K-A-P ini akan menjadi baseline atau tolok ukur awal dalam
perencanaan strategi komunikasi. Strategi komunikasi pada dasarnya adalah
mengubah K-A-P khalayak sasaran, yang belum tahu menjadi tahu, yang belum
setuju menjadi setuju, yang belum melaksanakan menjadi melaksanakan. Jadi,
ketika khayalak sasaran sudah memiliki pengetahuan yang cukup tentang
penyelenggaraan UKS/M tetapi belum setuju untuk memprioritaskan UKS/M dalam
program kerja mereka, maka strategi komunikasinya adalah untuk mempengaruhi
khalayak sasaran supaya setuju untuk memproritaskan UKS/M, misalnya
untuk tahun anggaran berikutnya. Bila khalayak sasaran sudah menyatakan
mendukung tetapi belum menganggarkan, maka strategi komunikasinya adalah
untuk mempengaruhi supaya memasukkan UKS/M ke dalam program kerja dan
menganggarkannya.
Setelah dilakukan analisis K-A-P, barulah kita dapat menyusun strategi komunikasi
yang tepat, yaitu isi pesan yang tepat, cara penyampaian yang tepat yang meliputi
memilih saluran komunikasi dan media pendukung yang tepat, serta bagaimana
mengukur umpan baliknya.
4) Isi Pesan yang menjadi isi komunikasi harus direncanakan dengan baik, disesuaikan
dengan masalah, tujuan komunikasi, siapa khalayak sasarannya, bagaimana K-A-P
khalayak sasaran saat ini, dan perubahan yang diharapkan. Isi pesan dalam strategi
komunikasi harus spesifik, terfokus pada masalah, dan khusus untuk khalayak sasaran
tertentu.
© SPEAK/2017 Isi pesan juga mengikuti hasil analisis K-A-P setiap khalayak sasaran. Bila khalayak
sasaran belum memiliki pemahaman cukup tentang UKS/M, maka isi pesan adalah
informasi yang lengkap tentang UKS/M, atau pada bagian-bagian yang belum dipahami
saja. Bila khalayak sasaran belum setuju untuk memprioritaskan UKS/M ke dalam
program kerjanya, maka isi pesan harus menonjolkan manfaat yang akan diperoleh
bila memprioritaskan program UKS/M. Bila khalayak sasaran sudah menyatakan
dukungan tetapi belum melaksanakan, maka isi pesan perlu menyebutkan informasi
bagaimana cara melaksanakan dan dukungan apa saja yang dapat diberikan bila ingin
melaksanakan program UKS/M.
5) Saluran komunikasi dan media dipilih berdasarkan hasil analisis khalayak sasaran.
Saluran komunikasi adalah cara yang dipilih untuk menyampaikan isi pesan kepada
khalayak sasaran. Saluran ini berupa aktivitas-aktivitas, baik yang bersifat tatap muka
maupun melalui media penghubung.
Pilihan Saluran
Dalam kaitan dengan pelaksanaan program yang bertujuan melibatkan orang banyak,
seperti UKS/M, pilihan saluran komunikasi yang dianjurkan adalah:
•	 Advokasi untuk menyasar para penentu/pembuat kebijakan.
•	 Mobilisasi untuk pengerahan sumber daya.
•	 Komunikasi perubahan perilaku (Behaviour Change Communication, BCC) untuk
menyasar individu.
Bergantung kebutuhan, tujuan, lingkup masalah, dan karakteristik khalayak sasaran,
saluran komunikasi bisa dipilih salah satu, kombinasi dua saluran, atau ketiga-tiganya
sekaligus.
Saluran komunikasi dapat dilengkapi dengan media yang sesuai, yang meningkatkan
efektivitas sampainya pesan ke khalayak sasaran. Pilihan media ini bergantung pada
siapa khalayak sasarannya, dan isi pesan apa yang ingin disampaikan.
Berdasarkan indera yang menerima, media dibagi menurut media pandang (visual),
media dengar (auditif), dan media pandang dengar (audio visual). Masing-masing
memiliki kelebihan dan tantangan.
22 23
STRATEGi KOMUNIKASI
USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M)
STRATEGi KOMUNIKASI
USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M)
Jenis Media, Kelebihan dan Tantangannya
Jenis Media Kelebihan Tantangan
1. Visual – bisa dilihat
Contoh: laporan tertulis,
spanduk/banner, brosur, poster,
suratkabar, portal berita internet,
materi PowerPoint bila tidak
dipresentasikan.
•	 Mudah didesain.
•	 Mudah diproduksi dan
digandakan.
•	 Relatif murah.
•	 Cocok untuk menyampaikan
informasi yang mempengaruhi
tingkat pengetahuan
(Knowledge).
•	 Perlu waktu khusus
untuk membaca dan
memahami.
2. Audio – bisa didengar
Contoh: acara talkshow di
radio, iklan layanan masyarakat
di radio, lagu-lagu.
•	 Mudah diproduksi.
•	 Biaya produksi relatif murah.
•	 Dapat didengarkan sambil
melakukan kegiatan lain.
•	 Cocok untuk mempengaruhi
sikap/pendapat (Attitude).
•	 Perlu peralatan khusus
untuk mendengarkan.
•	 Kadang perlu anggaran
untuk penayangan,
misalnya iklan layanan
masyarakat.
3. Audio visual – bisa 		
dilihat dan didengar
Contoh: pertemuan,
rapat, pelatihan, demo atau
praktik langsung, tayangan
acara di televisi, tayangan
film, kunjungan lapangan,
pertunjukan panggung.
•	 Di antara semua jenis media,
paling mudah menarik
perhatian.
•	 Cocok untuk membuat khalayak
sasaran untuk tergerak
melakukan seperti yang kita
inginkan (Practice).
•	 Pembuatannya paling
rumit.
•	 Biaya produksi paling
mahal.
•	 Perlu alat khusus untuk
menonton.
•	 Kadang perlu
anggaran mahal untuk
penayangan, misalnya
siaran televisi.
© UNICEF/2017
Penyusunan isi pesan dan pemilihan saluran komunikasi juga dapat disusun menggunakan
pendekatan Komunikasi Perubahan Perilaku (Behaviour Change Communication, BCC),
yaitu dengan mempertimbangan tingkat K-A-P khalayak sasaran. Pedomannya dapat dilihat
pada tabel berikut:
Panduan di atas menunjukkan bahwa isi pesan dan saluran komunikasi yang dipilih harus
didasarkan pada hasil analisis K-A-P pada khalayak sasaran. Kita tidak dapat mengharapkan
khalayak sasaran melakukan aksi bila dia belum memahami apa pun atau belum setuju.
Sebaliknya, bila khalayak sasaran sudah bersedia melaksanakan, tidak perlu lagi kita
memberikan informasi-informasi dasar, kecuali dibutuhkan.
Khusus untuk khalayak sasaran yang sudah melaksanakan, berikan peran dalam program
tersebut. Dengan cara ini akan didapat dua manfaat langsung, yaitu yang bersangkutan
dapat mempertahankan, dan khalayak sasaran lain yang belum melaksanakan akan lebih
termotivasi karena mendapatkan contoh langsung dari orang yang sudah melaksanakan,
terlebih lagi bila orang tersebut setara dengan khalayak sasaran.
K-A-P Awal
K-A-P Diharapkan / Tujuan
Komunikasi
Jenis pesan
Saluran
Komunikasi
1. Belum tahu Tahu Informatif Massal
2. Sudah tahu 	tetapi belum
setuju
Setuju Memotivasi Kelompok
3.	 Sudah setuju tetapi
belum bersedia
melaksanakan
Bersedia melaksanakan Memfasilitasi Personal
4.	 Sudah melaksanakan Mempertahankan, meningkatkan,
mengembangkan
Apresiasi (diberi
peran)
Personal
Mengkombinasikan saluran
komunikasi dengan media yang
tepat akan meningkatkan efektivitas
komunikasi. Isi pesan dapat
diterima oleh sasaran dengan
mudah, lebih lengkap, dan memiliki
daya penggerak yang lebih kuat,
sehingga khalayak sasaran lebih
memahami, lalu menyetujui, dan
akhirnya melakukan aksi seperti
yang kita harapkan.
2.3 PendekataN BCC untuk Penyusunan Isi
Pesan dan Pemilihan Saluran Komunikasi
© UNICEF/2016
24 25
STRATEGi KOMUNIKASI
USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M)
STRATEGi KOMUNIKASI
USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M)
Setelah memahami dasar-dasar strategi komunikasi, dengan contoh kasus di Kabupaten X di
bagian sebelumnya, maka dapat dibuat rumusan strategi komunikasi sebagai berikut:
Strategi Komunikasi UKS/M Kabupaten X
Permasalahan: Hingga saat ini, program UKS/M di Kabupaten X tidak berjalan dengan
baik. Dari laporan yang diterima oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan
Kementerian Kesehatan, daerah tersebut belum membentuk Tim Pembina UKS/M daerah,
dan pemerintah daerah tidak mempunyai program kerja terkait UKS/M, sehingga tidak
ada alokasi anggaran untuk UKS/M, baik melaui program kerja sektor pendidikan, sektor
kesehatan, maupun sektor lain. Padahal laporan menunjukkan di daerah tersebut beberapa
kali terjadi wabah penyakit demam berdarah dengue dengan 80% penderita anak usia
sekolah. Hal ini menunjukkan adanya persoalan kebersihan di sekolah, karena anak-anak
kemungkinan besar tergigit nyamuk aedes pada saat belajar di sekolah.
Tujuan Komunikasi: Meningkatkan kesadaran semua stakeholder di Kabupaten X
untuk mempertimbangkan program UKS/M sebagai program strategis dalam meningkatan
perbaikan lingkungan sekolah
Khalayak
Sasaran
K-A-P saat
ini
K-A-P yang
diharapkan
Isi Pesan Saluran dan
Media
Mekanisme
Umpan Balik
/ Monev
Primer:
Kepala Dinas
Pendidikan
sebagai Ketua
TP UKS/M
Kabupaten X.
Baru menjabat
4 bulan,
belum terlalu
paham fungsi
jabatannya
sebagai Ketua
TP UKS/M.
Memahami
fungsi
jabatannya
sebagai ketua
TP UKS/M.
Program UKS/M
merupakan
program
wajib sektor
pendidikan.
Keberhasilan
program UKS/M
menjadi salah
satu indikator
keberhasilan
program
pendidikan
dan kesehatan
daerah.
Regulasi-
regulasi tentang
kesehatan anak
usia sekolan dan
remaja.
Saluran:
Audiensi.
Media:
Buku Pedoman
Penyelengga-
raan Program
UKS/M.
Follow up hasil
kesepakatan 2
minggu setelah
audiensi.
2.4 contoh strategi komunikasi Khalayak
Sasaran
K-A-P saat
ini
K-A-P yang
diharapkan
Isi Pesan
Saluran dan
Media
Mekanisme
Umpan Balik /
Monev
Sekunder 1:
Bupati X
Peduli pada
masalah
Kesehatan dan
Pendidikan,
tetapi belum
memahami
peran program
UKS/M dalam
peningkatan
mutu
pendidikan.
Memahami peran
UKS/M dalam
peningkatan mutu
pendidikan dan
mendorong Ketua
TP UKS/M untuk
segera aktif dan
menyusun rencana
kerja UKS/M
Kabupaten X.
Persoalan
kesehatan anak
usia sekolah
dan remaja.
Program
UKS/M dapat
dimanfaatkan
untuk
peningkatan
kualitas
lingkungan
sekolah, antara
lain akan
berdampak
menurunkan
angka kejadian
penyakit
demam
berdarah.
Peningkatan
kualitas
lingkungan
sekolah akan
meningkatkan
mutu
pendidikan
daerah.
Contoh
sekolah-
sekolah yang
berhasil meraih
prestasi melalui
program
UKS/M.
Saluran: Audiensi
Media:
Lembar fakta
kondisi progam
UKS/M di
Kabupaten X
dikaitkan dengan
angka kejadian
penyakit.
Follow up hasil
kesepakatan 2
minggu setelah
audiensi.
Sekunder 2:
Kepala Dinas
Kesehatan.
Kepala Dinas
Kesra.
Kepala Kantor
Kementerian
Agama Kab. X.
Sudah
memahami
pentingnya
program
UKS/M, tetapi
beralasan tidak
tahu sumber
anggarannya.
Memahami
sumber-sumber
anggaran program
UKS/M.
Segera
berkomunikasi
dengan Kepala
Dinas Pendidikan
sebagai koordinator
UKS/M untuk
segera melakukan
rapat koordinasi
awal.
Informasi
sumber-sumber
pendanaan
program
UKS/M.
Saluran:
Audiensi dan rapat
TP UKS/M.
Media:
Brosur sumber-
sumber pendanaan
UKS/M.
Materi presentasi.
Follow up hasil
kesepakatan 2
minggu setelah
audiensi.
26 27
STRATEGi KOMUNIKASI
USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M)
STRATEGi KOMUNIKASI
USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M)
Khalayak
Sasaran
K-A-P saat ini K-A-P yang
diharapkan
Isi Pesan Saluran dan
Media
Mekanisme
Umpan
Balik /
Monev
Tersier 1:
Ketua Palang
Merah
Kabupaten
X (dokter
senior, tokoh
masyarakat,
mantan wakil
bupati).
Sangat paham
program UKS/M
karena saat
menjabat wakil
bupati banyak
melakukan
program
kesehatan.
Tokoh yang
disegani oleh
bupati.
Bersedia
melakukan
lobi dengan
bupati untuk
mengaktifkan
TP UKS/M di
Kabupaten X.
Program UKS/M
di SMP dan SMA
dapat untuk
meningkatkan
kegiatan Palang
Merah Remaja.
Saluran:
Audiensi.
Media:
Contoh
keberhasilan
kegiatan Palang
Merah Remaja di
daerah-daerah
lain.
Follow up hasil
kesepakatan 2
minggu setelah
audiensi.
Tersier 2:
Ketua LSM yang
mempunyai
program
pendampingan
kesehatan
reproduksi
remaja.
Sudah melakukan
pilot program
pendampingan
kesehatan
reproduksi di 1
SMP dan 2 SMU
di Kab. X.
Targetnya adalah
memasukkan
topik kesehatan
reproduksi ke
dalam muatan
lokal pendidikan
daerah.
Bersedia diajak
melakukan
audiensi dengan
Ketua TP UKS/M
dan bupati untuk
menyampaikan
hasil
pendampingan
di 3 sekolah
dan peran
UKS/M terhadap
kesehatan
reproduksi
remaja.
Program pilot
pendampingan
kesehatan
reproduksi dapat
direplikasi di
sekolah-sekolah
lain melalui
program UKS/M.
Saluran:
Audiensi.
Media:
Buku Pedoman
Pelaksanaan
Program UKS/M.
Follow up hasil
kesepakatan 2
minggu setelah
audiensi.
Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa untuk permasalah yang sama dan tujuan komunikasi
yang sama, dapat diidentifikasi sedikitnya 5 khalayak sasaran yang berbeda-beda. Kelima
khalayak sasaran memiliki hasil analisis K-A-P yang berbeda-beda terkait persoalan yang
akan dikomunikasikan. Karena itu, tujuan perubahan K-A-P yang diharapkan pun berbeda-
beda. Setelah itu, disusun isi pesan yang paling sesuai, dan saluran komunikasi dan media
yang paling efektif.
BAB3
analisis situasi
© SPEAK/2017
28 29
STRATEGi KOMUNIKASI
USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M)
STRATEGi KOMUNIKASI
USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M)
Dalam waktu tiga dasawarsa lagi Indonesia akan merayakan 100 tahun kemerdekaan. Masa
itu disebut juga masa Indonesia Emas. Maka generasi yang hidup di masa itu disebut juga
Generasi Emas. Pada saat itu Indonesia diperkirakan masuk era industri. Dibutuhkan sumber
daya manusia berkualitas untuk membuat Indonesia sejajar dengan negara-negara maju.
Pada masa itu, kemajuan teknologi informasi, komunikasi, dan transportasi, serta berlakunya
perdanganan bebas antar-negara diperkirakan membuat batas-batas geografis Indonesia
akan lebur. Lalu lintas manusia, baik masuk maupun keluar, tidak akan terbendung. Indonesia
harus siap menerima tenaga kerja asing, dan sebaliknya warga Indonesia juga tak lagi
terkendala untuk berkarya di belahan bumi yang lain.
Indonesia memiliki kekayaan besar yang disebut bonus demografi, yaitu penduduknya yang
70% berada di usia produktif (14-64 tahun). Mereka yang disebut Generasi Emas itulah yang
pada masanya akan menjadi penggerak utama roda kehidupan bangsa. Generasi Emas itu
seharusnya terdiri atas manusia-manusia yang sehat, cerdas, tangguh, berdaya saing tinggi,
tetapi tetap cinta tahan air.
Anak-anak usia sekolah saat inilah yang akan tumbuh menjadi Generasi Emas tersebut.
Mereka harus disiapkan untuk menjadi generasi berkualitas sejak sekarang. Mereka harus
mendapatkan kesempatan tumbuh dan berkembang optimum sesuai potensinya. Salah
satunya adalah dengan menciptakan dan menjaga lingkungan sekolah yang sehat, aman dan
nyaman, supaya dapat memaksimalkan seluruh potensinya.
Kondisi sekolah yang sehat, aman dan nyaman menjadi penting karena anak usia sekolah
menghabiskan 1/3 waktu hariannya di sekolah. Lingkungan sekolah yang bersih, sehat,
kondusif, akan membuat mereka dapat belajar dengan baik, berinteraksi dengan sehat,
sehingga tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang sehat jiwa raga. Mereka inilah yang
diharapkan menjadi Generasi Emas Indonesia.
3.1 penyiapan generasi emas
© UNICEF/2016
3.2masalah kesehatan anak usia sekolah
Upaya menciptakan Generasi Emas melalui sekolah sehat menghadapi berbagai tantangan.
Anak-anak calon Generasi Emas saat ini masih dihadapkan pada berbagai masalah
kesehatan, baik kesehatan fisik maupun kesehatan lingkungan sekolah.
Saat ini secara umum Indonesia masih dihadapkan dengan berbagai penyakit infeksi. Ini
menimpa pada penduduk semua usia, termasuk anak usia sekolah. Menurut data Susenas
2014, angka kesakitan (morbiditas) anak usia 0-17 mencapai 15,26%, dengan keluhan
terbanyak masih seputar gejala-gejala penyakit infeksi, yaitu panas, batuk, pilek, dan diare.
Meskipun demikian, penyakit-penyakit tidak menular dan penyakit-penyakit akibat perilaku
dan gaya hidup semakin hari semakin meningkat.
Rencana Aksi Nasional Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja 2017 – 2019 mencatat
ada 8 masalah kesehatan pada anak usia sekolah dan remaja, yaitu:
1. 	Kesehatan Seksual dan Reproduksi
•	 Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007-2013
menunjukkan usia mulai berpacaran semakin muda. 27% di bawah 15 tahun.
47% usia 15-17 tahun (2012).
•	 Semakin muda usia berpacaran, semakin berisiko terjadi kekerasan seksual,
kehamilan di luar nikah, dan penularan HIV/AIDS.
•	 Global School-based Health Survey (GSHS) tahun 2015 menunjukkan adanya
peningkatan siswa yang melakukan aktivitas seksual, dan usia pelakunya
semakin muda. Bahkan 4% siswa perempuan usia 13-17 tahun telah melakukan
hubungan seksual.
•	 Perilaku berisiko lain pada usia sekolah yang ditemukan adalah hubungan
seksual tanpa kontrasepsi dan peningkatan angka kehamilan pranikah dan
aborsi.
2. HIV / AIDS
Dalam hal jumlah penderita baru HIV/AIDS, Indonesia menduduki nomor 2 se-Asia
Pasifik setelah China. Saat ini prevalensi HIV/AIDS di Indonesia mencapai 0,36%, tetapi
belum ada data berapa jumlah penderita di usia sekolah dan remaja. Anak usia sekolah
pada umumnya tertular dari ibu saat di kandungan atau kelahiran. Meskipun demikian,
pengetahuan anak usia sekolah dan remaja terhadap HIV/AIDS masih sangat rendah.
Penelitian di 11 kota terhadap kelompok berisiko HIV/AIDS menunjukkan adanya kelompok
anak usia sekolah dan remaja, yaitu:
•	 Kelompok waria: 5% berusia 15-19 tahun.
•	 Kelompok lelaki seks dengan lelaki (LSL) atau homoseksual: 9% usia 15-19
tahun.
3. Zat Adiktif
Penggunaan zat-zat penyebab kecanduan semakin memprihatinkan. Rokok dikenal
sebagai pintu masuk ke arah kecanduan zat psikotropika yang lain. Data Riskesdas 2012
menunjukkan perokok pemula usia 10-13 tahun dlm 10 tahun naik dua kali lipat lipat dari
9,5% (2001) menjadi 18% (2012). Prevalensi merokok meningkat seiring usia.
30 31
STRATEGi KOMUNIKASI
USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M)
STRATEGi KOMUNIKASI
USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M)
Konsumsi alkohol juga semakin meningkat jumlahnya di kalangan anak usia sekolah dan
remaja. Data Riskesdas 2012 menunjukkan konsumsi alkohol di kelompok umur 15-24 tahun
sebanyak 1% di perempuan, 15,8% laki-laki.
Narkoba dan psikotropika merupakan masalah yang sangat membebani secara sosial
ekonomi. Mereka yang kecanduan akan kehilangan produktivitasnya, membebani ekonomi
keluarga dan negara. Data menunjukkan 27,5% dari seluruh pengguna narkoba adalah
pelajar dan mahasiswa (BNN, 2016). Risiko kesehatan lain yang timbul pada pengguna
narkoba antara lain merokok, mengkonsumsi alkohol, dan melakukan hubungan seksual di
luar nikah, tindak kekerasan, gangguan kejiwaan, gangguan tidur, dan pecandunya mudah
mengalami kecelakaan.
4. Masalah Gizi
Seiring perubahan kondisi sosial ekonomi dan informasi, anak anak usia sekolah dan remaja
juga mengalami perubahan kondisi gizi. Meskipun secara umum asupan gizi semakin baik,
tetapi makin banyak pula kasus salah asupan gizi yang menyebabkan berbagai masalah
kesehatan pada anak usia sekolah dan remaja.
Anemia masih menjadi masalah gizi yang serius. Data Riskesdas 2012 menunjukkan 1 dari 4
(26,4%) anak usia 5-14 dan remaja usia 15-24 tahun mengalami anemia. Selain itu, tingkat
pengetahuan anak dan remaja tentang anemia masih rendah, yang menyebabkan lambatnya
penanganan ketika anak-anak tersebut terkena anemia.
Meskipun secara umum kesejahteraan masyarakat sudah meningkat, tetapi ternyata masih
banyak anak usia sekolah dan remaja yang tubuhnya terlalu kurus. Data Riskesdas 2012
menunjukkan anak dan remaja yang mempunyai berat badan di bawah normal mencapai
7,2% pada kelompok usia 6-12 tahun, 7,8% pada kelompok 13-15 tahun, dan 7,5% pada
kelompok 16-18 tahun.
Sebaliknya, jumlah anak usia sekolah dan remaja yang mengalami kegemukan semakin
meningkat. Pada kelompok usia 6-12 tahun mencapai 18,8%, kelompok 13-15 tahun 10,8%,
dan kelompok 16-18 tahun 7,3% (Riskesdas 2012).
Stunting atau pertumbuhan tinggi badan yang
kurang dari usianya adalah indikator kesehatan
anak dan remaja yang sangat penting. Sebab,
pada umumnya stunting disebabkan terjadinya
berbagai gangguan kesehatan yang berulang, yang
menyebabkan tubuh anak menggunakan energinya
untuk pemulihan, sehingga pertumbuhan tingginya
terhambat. Meskipun sudah terjadi penurunan
dibandingkan 10 tahun sebelumnya, angka stunting
masih cukup tinggi. Anak laki-laki kelompok usia
5-12 tahun yang tubuhnya sangat pendek masih
12,4% di tahun 2013, dan anak perempuan pada
kelompok usia yan sama masih 12,2%. Pada
kelompok usia berikutnya, 13-15 tahun dan 16-18
tahun, jumlah stunting meningkat. Pada anak laki-
laki ada 16,2% dan 10,4% pada tahun 2012, dan
pada anak perempuan 11,3% dan 4,4%.
5. Kekerasan dan Cedera
Kasus bullying atau perundungan cukup banyak terjadi pada anak usia sekolah dan
remaja. Survei GSHS tahun 2015 menunjukkan siswa usia 13-15 tahun yang mengalami
perundungan dalam 30 hari terakhir mencapai 19% perempuan dan 23,7% laki-laki. Pada
kelompok usia 16-17 tahun, angkanya 13% pada perempuan dan 24% pada laki-laki.
Secara kumulatif, kasus perundungan pada usia 13-17 tahun mencapai 17,7% pada siswa
perempuan dan 20,6% pada siswa laki-laki.
Selain perundungan, kasus kekerasan lain yang kerap terjadi di sekolah adalah perkelahian.
Prevalensi siswa perempuan usia 13-17 tahun yang pernah berkelahi minimum 1 (satu) kali
dalam 12 tahun terakhir adalah 11,8%, dan anak laki-laki sampai 33,5%.
Anak usia sekolah dan remaja juga tidak luput dari perkara hukum. Komisi Perlindungan Anak
Indonesia mencatat pada tahun 2011-2015 pada tahun 2014 mencapai 561 kasus kekerasan
seksual dengan pelaku anak di bawah 18 tahun. Angka Anak Berhadapan dengan Hukum
(ABH) terdiri atas 9 jenis kekerasan, yaitu: pelaku kekerasan fisik; pelaku kekerasan psikis;
pelaku kekerasan seksual; pelaku pembunuhan; pelaku pencurian; pelaku kecelakaan lalu
lintas; kepemilikan senjata tajam; pelaku penculikan; dan pelaku aborsi.
Kasus cedera pada anak usia sekolah dan remaja juga cukup tinggi, dengan prevalensi
pada anak laki-laki hampir dua kali lipat anak perempuan. Pada anak perempuan kelompok
usia 10-19 tahun terdapat 8,80% kasus cedera, dan pada kelompok anak laki-laki mencapai
13,90%.
6. Kesehatan Jiwa
Data Riskesdas 2012 menunjukkan remaja laki-laki usia 10-19 tahun yang mengalami
gangguan jiwa emosional berjumlah 1,6%, dan pada perempuan 3,4%. Angka tersebut
semakin tinggi pada kelompok usia di atas 19 tahun.
Sebanyak 3,4% anak perempuan umur 13-17 pernah melakukan percobaan bunuh diri
minimum 1 kali dalam 12 bulan terakhir, sementara anak laki-laki sebanyak 4,3%. Kasus
bunuh diri anak dan remaja di Jawa dan Sumatera lebih tinggi dibandingkan daerah lain.
© UNICEF/2016
32 33
STRATEGi KOMUNIKASI
USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M)
STRATEGi KOMUNIKASI
USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M)
7. Sanitasi dan Kebersihan Individu
Masih banyak anak usia sekolah dan remaja yang belum mampu
mencuci tangan dengan benar. Pada kelompok usia 6-12 tahun, 42,4%
anak belum melakukannya dengan benar. Pada kelompok usia 13-
15 tahun, yang mampu melakukan dengan benar 44,2% dan pada
kelompok 16-18 mencapai 46,5%.
Anak usia 13-17 tidak melakukan gosok gigi minimal 1 kali sehari
sebanyak 1% pada anak perempuan dan 3,1% pada anak laki-laki.
Sebanyak 19,2% anak usia 6-12 tahun belum menggunakan jamban
untuk buang air, kelompok usia 13-15 tahun 18,9% dan pada kelompok
16-18 tahun sebanyak 16,16%.
8. Penyakit Tidak Menular Lain
Salah satu penyebab utama penyakit tidak menular adalah kurangnya
aktivitas fisik. Kekurangan aktivitas fisik ini ditemukan pada 20,9% anak
usia 6-12 tahun, 56,5% pada kelompok usia 13-15 tahun, dan naik lagi
hingga 64,6% pada kelompok usia 16-18 tahun. Mereka menghabiskan
waktunya untuk menonton televisi, bermain gadget, dan ngobrol dengan
teman.
Anak-anak juga kurang mengkonsumsi buah dan sayur. 2,5% anak usia
6-12 tahun, 2,4% anak usia 13-15 tahun, dan 2,8% anak usia 16-18
tahun kurang makan buah dan sayur.
Penyakit tidak menular yang paling banyak ditemukan pada anak
dan remaja adalah Diabetes Mellitus (DM). DM merupakan penyebab
kematian nomor 6 di Indonesia dan menyumbang 4,2% kematian pada
kelompok usia produktif 15-44 tahun. Menurut data Riskesdas 2012
terdapat 0,3% anak usia 13-15 tahun yang terkena DM, 0,6% pada
kelompok usia 16-18 dan 19-24. Angka tersebut diperkirakan semakin
besar. Tahun 2007 persentase anak usia 15-24 yang terkena DM
meningkat dari 0.4% menjadi 0,6%.
Penyakit kardiovaskular, penyakit jantung koroner dan stroke
menyerang pada usia yang semakin muda. Pada kelompok usia 13-
15 tahun terdapat 0,5% anak terkena penyakit jantung koroner, dan
semakin tinggi persentasenya seiring peningkatan kelompok usia.
Pada kelompok 16-18 tahun terdapat 0,60% dan kelompok 19-24 tahun
mencapai 0,70%.
Demikian juga serangan stroke, menyerang pada kelompok usia anak
dan remaja. Pada tahun 2007 hanya ada 1,7% kasus stroke pada
kelompok usia 18-24 tahun, tetapi pada 2012 jumlahnya meningkta
menjadi 2,6%.
Penyakit pernapasan akut yang banyak diderita anak usia sekolah dan
remaja adalah asma. Pada tahun 2007 terdapat 2% anak usia 5-14 dan
2,2% remaja usia 15-24 tahun dengan gejala asma. Pada tahun 2013
angka tersebut naik menjadi 3,9% pada anak usia 5-14 tahun dan 5,6%
pada remaja usia 15-24 tahun. Berarti angka tersebut naik dua kali lipat
hanya dalam 5 tahun.
© UNICEF/2016
Pengalaman menunjukan bahwa sekolah dapat menjadi tempat yang mengancam kesehatan.
Anak usia sekolah mudah tertular penyakit dari teman sekolah, misalnya infeksi mata, cacar,
campak, dan gondongan (mumps). Demikian juga batuk pilek, biasanya sangat menular di
lingkungan sekolah. Batuk pilek, meskipun tampaknya sepele, tetapi merupakan penyebab
paling sering anak sekolah tidak hadir ke sekolah.
Penyakit demam berdarah dengue, yang disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti, juga sering
didapat oleh anak pada saat jam belajar di sekolah. Seperti diketahui, nyamuk aedes aktif
menyerang di pagi hari, pada jam-jam anak belajar di sekolah. Lingkungan sekolah yang tidak
bersih dan tidak terawat menjadi tempat ideal berkembang biak nyamuk.
Ancaman kesehatan di sekolah dapat juga berlangsung secara tidak langsung dan tidak
seketika. Misalnya, penularan kuman tifus dari pedagang makanan yang membawa kuman
lalu menularkannya kepada anak-anak sekolah yang membeli makanannya. Lingkungan
sekolah yang kotor dan banyak lalat juga dapat menyebabkan wabah diare. Mekanisme
penularan serupa dapat pula terjadi pada kasus wabah penyakit kuning atau hepatitis A.
Selain masalah yang menyangkut fisik dan kejiwaan anak dan remaja, terdapat faktor
risiko kesehatan lain yang terkait dengan kondisi lingkungan. Persoalan terbesar sekolah
di Indonesia adalah minimnya sarana sanitasi sekolah. Lebih dari 30% sekolah yang tidak
memiliki akses air bersih. Padahal, akses air bersih adalah prasyarat utama kebersihan
lingkungan sekolah. Di samping itu berdasarkan profil sanitasi sekolah tahun 2017, terdapat
12,09% sekolah yang tidak memiliki jamban, dan 35,19% yang tidak memiliki sarana
cuci tangan pakai sabun, dan 1 dari 2 sekolah di Indonesia tidak memiliki jamban yang
memisahkan pengguna laki-laki dan perempuan.
Kodisi-kondisi di atas, berpotensi menyebabkan gangguan, baik berupa gangguan akibat
ketidaknyamanan, maupun gangguan Kesehatan, misalnya terjadinya penularan penyakit
akibat kurangnya sarana kebersihan. Di sekolah-sekolah yang tidak memiliki sarana sanitasi
yang memadai, siswa yang ingin buang air kecil akan besar biasanya akan menahan diri
sampai jam pulang sekolah, atau harus pergi ke tempat lain sehingga meninggalkan jam
pelajaran. Toilet sekolah yang tidak terawat, kotor, pintunya tidak dapat ditutup dengan baik,
dapat menyebabkan siswa, terutama siswa perempuan enggan menggunakan toilet sekolah.
Hal seperti ini dapat saja membuat siswa perempuan memilih untuk tidak sekolah pada saat
haid, karena tidak memiliki tempat yang nyaman di sekolah untuk mengganti pembalut.
3.3 masalah kesehatan di sekolah
Sarana kebersihan yang
lengkap, seperti toilet yang
bersih dengan tempat
sampah khusus dan
pembalut ganti untuk siswa
perempuan sangat penting
untuk mengurangi risiko
kesehatan karena faktor
lingkungan di sekolah.
© UNICEF/2016
34 35
STRATEGi KOMUNIKASI
USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M)
STRATEGi KOMUNIKASI
USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M)
Menurunnya angka kelahiran pada remaja usia 15-19 tahun dari
48/1.000kelahiran menjadi 38/1.000kelahiran
pada 2014.
Menurunnya persentase remaja perempuan usia 15-19 tahun
yang menjadi ibu atau sedang hamil anak pertama dari
9,25% menjadi 9,1%pada tahun 2014.
Menurunnya laju peningkatan prevalensi HIV dari
0,46pada tahun 2014 menjadi kurang dari 0,5.
Meningkatnya persentase orang usia 14 tahun ke atas
dengan HIV/AIDS yang memenuhi syarat ART menerima ART dari
17%menjadi 40%pada tahun 2015.
Meningkatnya persentase anak usia kurang dari 14
tahun dengan HIV dan AIDS yang memenuhi syarat ART
menerima ART dari 14%menjadi 80%pada tahun 2015 .
Menurunnya persentase merokok penduduk usia 18 tahun
ke atas dari 7,2% pada tahun 2015 menjadi 5,4%.
Mempertahankan prevalensi obesitas penduduk usia 15 tahun
ke atas dari 15,4% pada tahun 2013 tetap 15,4%.
Menurunnya prevalensi mereka yang meninggal karena
kecelakaan lalu lintas 50%dibandingkan data tahun 2010.
Menurunnya prevalensi penduduk usia 15 tahun ke atas
dengan gula darah tinggi dari 6,78%di tahun 2014 menjadi
6,27%.
Menurunnya prevalensi tekanan darah tinggi pada usia di atas
18 tahun dari 25,8%menjadi 23,4%.
Menurunnya proporsi penduduk usia 10 tahun ke atas
dengan aktivitas fisik kurang dari 26,1%menjadi 24,8%.
Menurunnya persentase kehamilan yang tidak diinginkan pada
wanita usia subur (15-49 tahun) dari
7,1% menjadi 6,6%di tahun 2014.
Untuk mencapai kesehatan anak usia sekolah dan remaja, maka
pemerintah menetapkan target-target yang harus dicapai pada 2019.
Target-target tersebut adalah:
3.4 target kesehatan anak usia sekolah dan
remaja 2019
UKS/M merupakan bagian dari upaya peningkatan kesehatan anak usia sekolah dan
remaja. Dalam RAN Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja 2017-2019, pada
Strategi I tentang Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Anak Usia Sekolah
dan Remaja terhadap 8 Isu Kesehatan, pada bagian Program I.1. Meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan hidup sehat anak usia sekolah dan remaja serta
orangtua mereka melalui institusi pendidikan, disebutkan salah satunya kegiatan
“Meningkatkan jumlah sekolah melaksanakan UKS secara aktif: 240 (2017), 340
(2018), 340 (2019)”.
Dengan demikian maka penyelenggaraan program UKS/M perlu difokuskan
pada upaya pencapaian target RAN, yaitu meningkatkan jumlah sekolah yang
melaksanakan UKS secara aktif. Menurut RAN tersebut, pencapaian target ini menjadi
tanggung jawab tiga kementerian, yaitu Kementerian Kesehatan, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, dan Kementerian Agama. Ketiga kementerian itu,
bersama Kementerian Dalam Negeri, merupakan komponen Tim Pembina UKS/Pusat.
3.5 target uks/m dalam ran kesehatan anak
usia sekolah dan remaja
© UNICEF/2016
36 37
STRATEGi KOMUNIKASI
USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M)
STRATEGi KOMUNIKASI
USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M)
BAB4
usaha kesehatan
sekolah/madrasah
© UNICEF/2016
Kegiatan utama UKS/M disebut dengan Trias UKS, yang terdiri atas:
1. Pendidikan kesehatan
	 Gerakan literasi kesehatan.
	 Pendidikan keterampilan hidup sehat.
	 Cuci tangan bersama.
	 Sikat gigi bersama.
	 Aktivitas fisik pada jam istirahat dan pergantian jam pelajaran.
	 Sarapan dan kudapan bersama dengan bekal gizi seimbang.
2. Pelayanan kesehatan
	 Penjaringan kesehatan dan pemeriksaan berkala.
	 Imunisasi, pemberian obat cacing dan tablet tambah darah.
	 Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K).
3. Pembinaan lingkungan kehidupan sekolah yang sehat
	 Pembinaan kantin dan pedagang kaki lima.
	 Pengelolaan sampah.
	 Tanaman pangan.
	 Pemberantasan sarang nyamuk.
	 Pembinaan kader kesehatan sekolah.
	 Suasana sekolah yang menyenangkan (senyum, sapa, salam,
sopan, santun).
	 Sekolah bebas asap rokok, napza dan kekerasan.
4.1 konsepuks/m
Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah (UKS/M) adalah upaya membina dan mengembangkan
kebiasaan hidup sehat yang dilakukan secara terpadu melalui program pendidikan dan
pelayanan kesehatan di sekolah, perguruan agama serta usaha-usaha yang dilakukan dalam
rangka pembinaan dan pemeliharaan kesehatan di lingkungan sekolah.
UKS/M juga merupakan usaha kesehatan masyarakat yang dijalankan di sekolah-sekolah
dengan anak didik beserta lingkungan hidupnya sebagai sasaran utama. UKS merupakan
wahana untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan selanjutnya membentuk perilaku
hidup sehat, yang pada gilirannya menghasilkan derajat kesehatan yang optimal.
Ini merupakan bagian dari usaha kesehatan pokok yang menjadi beban tugas puskesmas
yang ditujukan kepada sekolah-sekolah dengan anak beserta lingkungan hidupnya, dalam
rangka mencapai keadaan kesehatan anak sebaik-baiknya dan sekaligus meningkatkan
prestasi belajar anak sekolah setinggi-tingginya.
Usaha kesehatan sekolah dirintis sejak tahun 1956 melalui Pilot Project di Jakarta dan Bekasi
yang merupakan kerja sama antara Departemen Kesehatan, Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan, dan Departemen Dalam Negeri.
Dalam tahun 1980 ditingkatkan menjadi Keputusan Bersama antara Depdikbud dan Depkes
tentang kelompok kerja UKS. Untuk mencapai Pemantapan dan pembinaan secara terpadu
ditetapkan Surat keputusan bersama antara Kemendikbud, Kemenkes, Kemendagri dan
Kemenag Tanggal 3 September 1980 tentang Pokok Kebijaksanaan dan Pengembangan
UKS No. 408a/U/1984, No 3191/Menkes/SKBVI/1984, No 74/th/1984, No 61/1984.
TRIAS
UKS
© UNICEF/2016
38 39
STRATEGi KOMUNIKASI
USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M)
STRATEGi KOMUNIKASI
USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M)
Dengan demikian Trias UKS merupakan perpaduan antara upaya
pendidikan dengan upaya pelayanan kesehatan. Pendidikan
kesehatan merupakan upaya pendidikan kesehatan yang
dilaksanakan sesuai dengan kurikulum sekolah. Pelayanan
kesehatan merupakan upaya kesehatan untuk meningkatkan derajat
kesehatan peserta didik agar dapat tumbuh dan berkembang secara
sehat, yang pada akhirnya dapat meningkatkan produktivitas belajar
dan prestasi belajar. Sedangkan pembinaan lingkungan sekolah yang
sehat merupakan. gabungan antara upaya pendidikan dan upaya
kesehatan untuk dapat diterapkan dalam lingkungan sekolah dan
kehidupan sehari-hari peserta didik.
Pengembangan UKS/M masih menghadapi beberapa tantangan.
Tantangan bukan hanya di tingkat perencanaan program, baik di level
Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah, melainkan juga di
tingkat sekolah sebagai pelaksana, dan di masyarakat secara umum.
Berikut ini tantangan pengembangan UKS/M yang perlu dicarikan
jalan keluarnya:
1.	 Kurangnya pemahaman tentang UKS/M
UKS/M pada umumnya dipersepsikan sebagai suatu ruang
khusus di sekolah, berisi tempat tidur dan obat-obatan, yang
digunakan sebagai tempat memberikan pertolongan pertama
bila ada siswa yang jatuh sakit di sekolah. Padahal, hal ini
hanya satu bagian kecil dari fungsi UKS/M yang meliputi tiga
hal yang disebutkan di Trias UKS/M.
2.	 UKS/M belum dianggap program strategis
Belum banyak yang melihat potensi program UKS/M
sebagai langkah strategis untuk melakukan intervensi positif
terhadap anak usia sekolah, yang tidak hanya menyangkut
masalah kesehatan, melainkan juga perilaku positif, misalnya
pencegahan penyalahgunaan narkoba, pencegahan perilaku
seksual pranikah, pencegahan bullying dan kekerasan
emosional, dan sebagainya.
3.	 Rendahnya perhatian dari penentu kebijakan 	
terhadap UKS/M
Surat keputusan bersama 4 menteri yang mendasari lahirnya
program UKS/M mengamanatkan dilaksanakannya program
UKS/M dengan pola pembinaan dari tingkat pusat hingga
daerah melalui pembentukan Tim Pembina UKS/M (TP
UKS/M). Hanya saja, dalam pelaksanaannya belum semua
melaksanakan dan tidak menganggarkan.
4.	 Penerapan dan pengembangan program UKS/M
belum merata
Belum semua daerah melaksanakan program UKS/M.
Baru beberapa provinsi yang telah melaksanakan dan
menganggarkan UKS/M, dan masih ada beberapa provinsi
4.2 tantangan pengembangan
uks/m
© UNICEF/2016
yang sama sekali belum melaksanakan dan membentuk TP UKS/M tingkat provinsi,
kota/kabupaten, apalagi di tingkat desa.
5.	 Penerapan program UKS/M hanya formalitas.
Banyak sekolah yang melakukan kegiatan UKS/M hanya untuk memenuhi
persyaratan, dan itu pun hanya sebatas penyediaan ruang khusus perawatan, tanpa
ada kegiatan-kegiatan lain dan tidak ada pembinaan lebih lanjut. Tidak jarang sekolah
baru memberikan perhatian kepada program UKS/M dan kelengkapannya hanya
saat dilakukan penilaian lomba sekolah sehat. Di tingkat kota, meskipun banyak kota
telah mendirikan tugu UKS/M, belum tentu di balik itu program UKS/M dijalankan
sebagaimana mestinya.
6.	 Program UKS/M belum dipahami sebagai bagian dari target nasional
dan daerah bidang kesehatan.
Rencana Aksi Nasional (RAN) Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja 2017-
2019 menyebutkan target terkait UKS/M, yaitu peningkatan jumlah sekolah yang
melaksanakan program UKS secara penuh, dengan target 240 sekolah pada tahun
2017, 340 sekolah pada tahun 2018, dan 340 sekolah lagi pada 2019. Bila dipahami
sebagai bagian dari target nasional, maka program UKS/M akan lebih terarah. Tim
Pembina UKS/M Pusat akan dapat menyusun program kerja berdasarkan target, dan
dapat merencanakan upaya dan pengerahan sumber daya untuk mencapai target
tersebut.
Bila ingin UKS/M menjadi program strategis untuk mengatasi berbagai masalah Kesehatan di
sekolah dan di masyarakat, maka tantangan-tantangan yang disebutkan di atas hendaknya
diangkat dan dicarikan jalan keluar. Tim Pembina UKS tingkat pusat yang terdiri atas 4
kementerian terkait idealnya menjadi motor penggerak untuk mengupayakan solusi bagi
pengembangan program UKS/M di semua level. TP UKS/M Pusat hendaknya mampu
mengkomunikasikan peran penting UKS/M ini kepada semua pemangku kepentingan untuk
menyatukan persepsi dan pada akhirnya memberikan dukungan.
40 41
STRATEGi KOMUNIKASI
USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M)
STRATEGi KOMUNIKASI
USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M)
BAB5
strategi komunikasi
uks/m
© SPEAK/2017 Pada bab ini pembahasan difokuskan pada strategi komunikasi UKS/M dalam rangka
mendorong pelaksanaan program UKS/M di semua level. Rumusan strategi komunikasi akan
mengikuti struktur standar strategi komunikasi seperti yang dibahas dalam Bab II.
Berdasarkan pembahasan dari analisis situasi dan tantangan pengembangan program
UKS/M di bagian sebelumnya, maka rumusan masalah komunikasi UKS/M adalah sebagai
berikut:
Program UKS/M saat ini perlu lebih didorong supaya dapat terlaksana di semua level. Belum
semua stakeholders menyadari peran strategis UKS/M dalam mendukung pencapaian target
pembangunan sektor kesehatan dan pendidikan, khususnya di kelompok usia sekolah dan
remaja, sebagaimana tercantum dalam RAN Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja
2017-2019. TP UKS/M Pusat sudah mulai bersinergi untuk menciptakan lingkungan
pendukung yang dapat mendorong berjalannya program UKS/M di semua level. Untuk itu tim
membutuhkan dukungan juga supaya dapat melaksanakan tugasnya tersebut.
Tujuan utama komunikasi ini adalah untuk menyatukan persepsi semua stakeholder tentang
peran strategis program UKS/M untuk mendukung tercapainya target kesehatan anak usia
sekolah dan remaja. Setelah dicapai kesamaan persepsi, setiap stakeholder melaksanakan
perannya dalam program UKS/M, dan mensinergikan potensinya, termasuk pembiayaan,
bersama-sama semua stakeholder, untuk mendorong terlaksananya program UKS/M di
semua level.
5.1 perumusan masalah komunikasi
5.2 tujuan komunikasi
© UNICEF/2016
42 43
STRATEGi KOMUNIKASI
USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M)
STRATEGi KOMUNIKASI
USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M)
Khalayak sasaran atau target audience komunikasi TP UKS/M Pusat dikelompokkan ke dalam
3 level, yaitu khalayak sasaran primer, sekunder, dan tersier. Dari hasil diskusi ditetapkan
khalayak sasaran primer adalah kelompok penentu kebijakan UKS/M. Sedangkan kelompok
sekunder adalah TP UKS/M tingkat provinsi dan kabupaten/kota, dan kelompok tersier adalah
masyarakat umum.
Masing-masing kelompok khalayak sasaran terdiri atas beberapa pihak. Secara lengkap
dapat dilihat pada diagram berikut ini:
Kemeterian Agama
Kementerian pendidikan dan Kebudayaan
Kementerian Kesehatan
Kementerian Dalam Negeri
Masih rendahnya pelibatan
Stakeholder yang potensial
Masih rendahnya
alokasi anggaran di daerah
Masih rendahnya
komitmen kebijakan
Media Sosial
Infografis
Factsheet
Tim Pembina Provinsi
Tim Pembina Kab./Kota
Tim Pembina Kecamatan
Puskesmas
Sekolah/Madrasah
PENETAPAN DAN ANALISIS KHALAYAK SASARAN UKS/M
Masyarakat
Lembaga/Donor
Media
Akademisi
Swasta/BUMN
Dalam kelompok primer terdapat 4 kementerian terkait UKS/M, yaitu Kementerian Agama,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Kesehatan, dan Kementerian
Dalama Negeri. Dari analisis didapatkan kesimpulan bahwa persoalan pada kelompok primer
ini adalah masih rendahnya komitmen kebijakan untuk pengembangan UKS/M. Rendahnya
komitmen menyebabkan rendahnya perhatian terhadap program UKS/M dibandingkan
dengan program-program lain di kementerian. Salah satu akibatnya dalah belum tersedianya
sarana prasarana pendukung kerja TP UKS/M Pusat, hampir tidak ada koordinasi lintas
kementerian, dan minimnya alokasi sumber daya untuk program UKS/M yang menjadi
tanggung jawab masing-masing kementerian.
Pada kelompok sekunder terdapat pelaksana UKS di tingkat daerah hingga sekolah.
Persoalan yang dilihat pada kelompok ini adalah rendahnya alokasi anggaran untuk program
UKS/M. Bahkan ada daerah yang belum melaksanakan program UKS/M sama sekali.
Pada kelompok tersier terdapat kelompok-kelompok potensial yang berpotensi membantu
dan mendukung pengembangan UKS/M, seperti media massa, akademisi, lembaga donor,
sektor swasta, LSM, serta masyarakat luas. Persoalan pada kelompok ini adalah kurangnya
pemahaman tentang UKS/M dan perannya dalam perbaikan kualitas hidup sehat melalu
sekolah.
5.3 KHALAYAK SASARAN KOMUNIKASI UKS/M
Khalayak Sasaran K-A-P saat ini
Perubahan K-A-P yang
diharapkan
Primer:
Kementerian Dalam Negeri,
Kementerian Kesehatan,
Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, Kementerian Agama
•	 Masih rendahnya
komitmen kebijakan untuk
pengembangan UKS/M,
menyebabkan rendahnya
perhatian terhadap program
UKS/M dibandingkan
dengan program-program
lain di kementerian. Salah
satu akibatnya adalah
belum tersedianya sarana
prasarana pendukung kerja
TP UKS/M Pusat, hampir
tidak ada koordinasi lintas
kementerian, dan minimnya
alokasi sumber daya untuk
program UKS/M yang
menjadi tanggung jawab
masing-masing kementerian.
•	 Antara TP UKS/M Pusat
dengan daerah belum
tercipta sistem komunikasi
yang efektif.
•	 Dicapainya kesamaan
persepsi bahwa program
UKS/M memiliki peran
strategis yang mendukung
tercapainya target kesehatan
anak usia sekolah dan
remaja yang menjadi
tanggung jawab semua
pihak.
•	 Ke-4 kementerian
meningkatkan komitmen
dalam melaksanakan
perannya sebagai bagian dari
program UKS/M di tingkat
nasional.
•	 Ke-4 kementerian melalui
TP UKS/M Pusat bersinergi
meningkatkan komunikasi
dengan TP UKS/M Provinsi
dalam rangka mendorong
pelaksanaan program UKS/M
di daerah.
Sekunder:
TP UKS/M Daerah (Provinsi,
Kota/Kabupaten, Kecamatan,
Puskesmas, Sekolah / Madrasah /
Pondok Pesantren).
•	 Rendahnya alokasi anggaran
untuk program UKS/M.
•	 Ada daerah yang belum
melaksanakan program
UKS/M sama sekali.
•	 Segera mengalokasikan
anggaran yang memadai
untuk program UKS/M.
•	 Segera melaksanakaan
program UKS/M di
daerahnya.
Tersier:
Masyarakat umum, media massa,
akademisi, lembaga donor, sektor
swasta, LSM.
Kurangnya pemahaman tentang
UKS/M dan perannya dalam
perbaikan kualitas hidup sehat
melalu sekolah.
Lebih memahami tentang
UKS/M dan ikut mendorong
pelaksanaannya di tingkat
sekolah.
Analisis K-A-P Khalayak Sasaran
Berdasarkan hasil analisis khalayak sasaran di atas, yang meliputi tingkat pengetahuan,
sikap, dan praktik terkait program UKS/M, baik kondisi saat ini maupun perubahan yang
diharapkan, maka dapat disusun isi pesan yang sesuai dan dipilih saluran komunikasi yang
lebih tepat sasaran.
44 45
STRATEGi KOMUNIKASI
USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M)
STRATEGi KOMUNIKASI
USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M)
Berdasarkan hasil pemetaan target audience atau khalayak sasaran di atas, maka dapat
disusun isi pesan kunci untuk masing-masing stakeholder. Semua isi pesan dibuat
berdasarkan tujuan perubahan yang diharapkan pada stakeholder yang disasar. Untuk
menunjukkan betapa penting peningkatan program UKS/M bagi kementerian terkait, maka
pesan yang disampaikan berupa data dan fakta tentang kondisi UKS/M saat ini dan manfaat
yang diperoleh bila program UKS/M dilaksanakan secara luas.
Sedangkan pada kelompok sekunder, diberikan informasi tentang peluang-peluang
pendanaan program UKS/M karena dari analisis stakeholder didapatkan banyak TP UKS/M
daerah yang belum mengetahui peluang-peluang anggaran untuk penyelenggaraan program
UKS/M di daerahnya. Selain itu, banyak TP UKS/M daerah yang tidak memahami pembagian
tugas lintas sektor dalam pelaksanaan UKS/M di daerah, misalnya bentuk kerja sama antara
Puskemas dan sekolah dalam pembinaan UKS/M. Karena itu TP UKS/M Pusat merasa perlu
untuk mengingatkan kembali tentang pembagian peran dan fungsi semua stakeholder dalam
pengembangan program UKS/M, baik di tingkat nasional maupun daerah.
Sedangkan kepada masyarakat umum dan kelompok tersier lainnya diberikan informasi
tentang UKS/M yangs sifatnya lebih umum. Sebab, dari analisis ditemukan fakta bahwa
UKS/M masih belum dipahami sepenuhnya. Misalnya, UKS hanya dipersepsi sebagai
ruangan khusus berisi tempat tidur di sekolah yang digunakan untuk memberikan pertolongan
pertama kepada siswa yang jatuh sakit di sekolah. Maka informasi yang disampaikan adalah
tentang program UKS/M secara lebih lengkap, setidaknya terkait dengan isi Trias UKS.
Selain isi pesan untuk target audience, TP UKS/M Pusat juga menciptakan motto “Semua
Terlibat, UKS/M Hebat”. Tujuan penggunaan motto tersebut adalah memberikan semangat
kepada semua pihak untuk terlibat dalam pengembangan UKS/M. Motto tersebut juga
berfungsi sebagai “pesan payung” untuk setiap isi pesan yang dibuat untuk semua
stakeholder.
Tabel pada halaman selanjutnya adalah daftar isi pesan untuk tiap khalayak sasaran.
5.4 isi pesan
© UNICEF/2016
Daftar Isi Pesan untuk Khalayak Sasaran
Khalayak
Sasaran
Isi Pesan
Primer •	 8 masalah isu anak usia sekolah dan remaja dalam RAN
Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja 2017-2018.
•	 Pengembangan UKS/M merupakan salah satu kegiatan dalam
RAN Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja 2017-2018
•	 Target-target kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja 2019.
•	 Target jumlah sekolah yang melaksanakan UKS secara penuh
dalam RAN Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja 2017-
2018: 240 (2017), 340 (2018), dan 340 (2019).
•	 Peran strategis UKS/M dalam penyiapan Generasi Emas
Indonesia.
•	 Target-target pelaksanaan Program UKS/M atau terkait
kesehatan anak usia sekolah dan remaja di 4 kementerian terkait
UKS/M.
•	 Gambaran masalah/tantangan implementasi program UKS/M.
•	 Pembagian peran stakeholder dalam Program UKS/M.
•	 Rekomendasi pengembangan program UKS/M.
Sekunder •	 Target-target kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja 2019.
•	 Peran strategis UKS/M dalam peningkatan kualitas pendidikan
dan kesehatan di daerah.
•	 Mengatasi masalah-masalah kesehatan anak usia sekolah dan
remaja akan menurunkan beban keuangan pemerintah daerah.
•	 Pembagian peran stakeholder tingkat daerah dalam Program
UKS/M.
•	 Sumber-sumber pendanaan yang dapat dimanfaatkan untuk
pengembangan Program UKS/M di daerah.
•	 Contoh-contoh sukses inovasi kegiatan UKS/M dari berbagai
daerah yang dapat diadopsi dan direplikasi.
Tersier •	 UKS/M bukan sekadar ruangan khusus di sekolah untuk
memberikan pertolongan pertama pada siswa yang jatuh sakit di
sekolah.
•	 Isi Trias UKS/M: pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan,
pembinaan lingkungan sekolah yang sehat.
•	 Anak-anak berhak mendapatkan jaminan kesehatan dan
keselamatan selama belajar di sekolah. Hal itu dapat dicapai bila
sekolah melaksanakan Program UKS/M dengan baik.
•	 Peran yang diharapkan dari orang tua, masyarakat, LSM,
akademisi, media massa, dll dalam pengembangan program
UKS/M.
46 47
STRATEGi KOMUNIKASI
USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M)
STRATEGi KOMUNIKASI
USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M)
Isi-isi pesan tersebut harus diramu lagi supaya lebih bermakna
sehingga inti isi pesan sampai kepada khalayak sasaran. Untuk
advokasi kepada penentu kebijakan baik di pusat maupun
daerah, sangat penting untuk memberikan fakta berupa angka,
termasuk target-target yang harus dicapai. Untuk kelompok
khalayak sasaran tersier, harus menonjolkan manfaat yang
diperoleh bagi anak-anak sekolah bila program UKS/M
diterapkan dengan baik.
Saluran komunikasi untuk menyampaikan pesan tentang
UKS/M ditentukan oleh siapa yang menjadi khalayak sasaran
komunikasi. Untuk target audience primer, maka digunakan
saluran yang sifatnya kedinasan. Misalnya melalui rapat dan
audiensi dengan pejabat berwenang. Media yang digunakan
dapat berupa lembar data/factsheet, laporan, atau materi
presentasi.
Sedangkan untuk target audience sekunder, digunakan jalur
pembinaan program ke daerah-daerah, dan melalui lomba
Sekolah Sehat yang sudah diadakan secara rutin. Selain itu,
penyampaian informasi tentang UKS/M dapat dimasukkan
dalam kegiatan sosialisasi kebijakan dan program terkait lainnya
dari pemerintah pusat ke daerah-daerah.
Saluran komunikasi untuk menyampaikan pesan tentang
UKS/M ditentukan oleh siapa yang menjadi khalayak sasaran
komunikasi. Untuk target audience primer, maka digunakan
saluran yang sifatnya kedinasan. Misalnya melalui rapat dan
audiensi dengan pejabat berwenang. Media yang digunakan
dapat berupa lembar data/factsheet, laporan, atau materi
presentasi.
Sedangkan untuk target audience sekunder, digunakan jalur
pembinaan program ke daerah-daerah, dan melalui lomba
Sekolah Sehat yang sudah diadakan secara rutin. Selain itu,
penyampaian informasi tentang UKS/M dapat dimasukkan
dalam kegiatan sosialisasi kebijakan dan program terkait lainnya
dari pemerintah pusat ke daerah-daerah.
Untuk target audience masyarakat umum, dipilih media
sosial sebagai saluran komunikasi. Pertimbangannya adalah
media sosial semakin menggeser penggunaan media
massa konvensional, dengan cakupan yang sangat tinggi.
Penyampaian pesan-pesan tentang UKS/M secara teratur
melalui media sosial diharapkan dapat menjangkau masyarakat
usia muda sebagai pengguna utama media sosial.
5.5 saluran komunikasi dan
media
©UNICEF/2016
Pilihan Saluran Komunikasi dan Media
Khalayak
Sasaran
Saluran Komunikasi Media Pendukung
Primer •	 Audiensi dengan pejabat
berwenang.
•	 Rapat kerja.
•	 Pelaporan.
•	 Materi presentasi.
•	 Laporan.
•	 Lembar fakta (factsheet).
•	 Risalah kliping pemberitaan tentang
UKS/M.
Sekunder •	 Audiensi dengan pejabat
berwenang di daerah.
•	 Rapat kerja.
•	 Pelaporan.
•	 Sosialisasi.
•	 Lomba Sekolah Sehat.
•	 Lomba-lomba lain terkait
kesehatan sekolah,
seperti lomba dokter
kecil, lomba palang
merah remaja.
•	 Materi presentasi.
•	 Brosur tentang potensi sumber
pendanaan program UKS/M daerah.
•	 Buku Pedoman Pelaksanaan Program
UKS/M.
Tersier •	 Rapat komite sekolah.
•	 Pemberitaan melalui
media massa.
•	 Penyebaran informasi
bertema kesehatan
sekolah di media sosial.
•	 Materi presentasi.
•	 Siaran pers tentang program UKS/M
atau program lain terkait kesehatan
anak usia sekolah dan remaja.
•	 Website resmi kementerian dan
program terkait UKS/M.
•	 Poster.
© UNICEF/2016
48 49
STRATEGi KOMUNIKASI
USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M)
STRATEGi KOMUNIKASI
USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M)
Berikut ini adalah contoh-contoh produk media yang digunakan untuk komunikasi dengan
masing-masing kelompok stakeholder.
a.	 Factsheet UKS/M
Latar Belakang
Masalah Gizi
30,6% 9,4% 1,9%
Stunting/pendek Terlalu kurus Kegemukan
(Sumber: Riskesdas, 2013)
Dari data tahun 2017, jumlah penduduk Indonesia
sebesar 261,89 juta jiwa. 26,21% dari total penduduk
Indonesia atau 69 juta di antaranya adalah anak usia
sekolah berumur 5 hingga 19 tahun. Mereka itulah yang
akan tumbuh menjadi generasi produktif pada saat
Indonesia memasuki usia 100 tahun pada 2045.
Dari data tahun 2017, jumlah
penduduk Indonesia sebesar 261,89 juta jiwa
antara usia
sekolah
5 – 19 tahun
Sebanyak
68,66 juta
atau
26,21%
Pada anak usia sekolah, penyakit infeksi masih dominan,
seperti ISPA, demam tifoid dan demam berdarah. Tetapi
masalah gaya hidup juga menonjol.
Masalah kesehatan serius pada kelompok usia sekolah
adalah stunting, yaitu gangguan pertumbuhan yang
menyebabkan anak-anak tidak mampu mencapai tinggi badan
ideal pada usianya. Stunting ini terjadi pada sekitar 30% anak.
Konsumsi Alkohol
Peningkatan jumlah pengguna narkoba
di usia remaja
2016
1148,2
2017
1172,2
(Sumber: BNN, 2014)
RASIO TOILET SAAT INI LEBIH IDEAL
DATA POKOK PENDIDIKAN (DAPODIK) 2016
1 : 122 1 : 117
IDEAL 1 : 60 IDEAL 1 :50
HANYA 1 DARI 4
TOILET SEKOLAH
DALAM KONDISI BAIK
SATU DARI DUA SEKOLAH
DI INDONESIA TIDAK MEMILIKI JAMBAN
YANG TERPISAH ANTARA SISWA
LAKI-LAKI DAN SISWA PEREMPUAN
Kurang
aktivitas fisik
Kurang makan
sayur dan buah
Tidak cuci tangan
pakai sabun
Kurang
kebersihan gigi
23,7%anak laki-laki
1,5%anak perempuan
Merokok
Gangguan Kejiwaan
52,9%anak perempuan
39,9%anak laki-laki
6,5%anak perempuan
4,5%anak laki-laki
46,8%anak perempuan
37,7%anak laki-laki
(Sumber: GSHS, 2015)
MERASA KESEPIAN
INGIN BUNUH DIRI
MERASA KHAWATIR
(Sumber: GSHS, 2015)
Konsumsi Alkohol & Narkoba
Permasalahan Kesehatan Peserta Didik
Anemia
>20%
sudah mengonsumsi alkohol 13-17 tahun
(Sumber: GSHS, 2015)
Anak Perempuan
Laki-laki
1,6%
7,2%
Pelayanan
Kesehatan
Pembinaan
Lingkungan
Sekolah
Sehat
Pendidikan
Kesehatan
Trias UKS
Pendidikan Kesehatan
Pelayanan Kesehatan
Penjaringan dan pemeriksaan,
imunisasi, obat cacing, tablet
tambah darah, P3K
Pembinaan Lingkungan
Sekolah Sehat
Kantin dan PKL, sampah, tanaman pangan,
PSN, kader kesehatan, suasana menyenangkan,
bebas asap rokok, NAPZA dan kekerasan
Pendidikan hidup sehat, cuci tangan
dan sikat gigi, aktivitas fisik, sarapan
dan bekal bergizi
63,62% 65,08%
20,38%
Menolak
melakukan
hubungan seksual
Menghindari
pelecehan
Menahan rasa
marah
L I F E S K I L L E D U C A T I O N
Siswa dan siswi mendapat pendidikan
kecakapan hidup sehat berupa:
FAKTOR RESIKO PERILAKU ANAK USIA SEKOLAH YANG BERPOTENSI
MENYEBABKAN PENYAKIT
(Sumber: Riskesdas 2011 & GSHS 2015)
1 DARI 3 SEKOLAH
DI INDONESIA
TIDAK MEMILIKI
AKSES AIR
Intervensi kesehatan melalui anak usia sekolah dan remaja melalui UKS/M merupakan langkah strategis dan efektif
karena berada dalam suatu institusi yang terorganisir dengan baik.
UKS/M menjadi tanggung jawab 4 kementerian terkait: Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
Kementerian Agama, dan Kementerian Dalam Negeri.
a. Penerapan UKS berarti secara langsung maupun tidak langsung dapat menjangkau sedikitnya 68,6 juta anak usia 15-19 tahun
atau 26,21% total penduduk Indonesia
b. Bila diterapkan sekarang juga, UKS/M berkontribusi besar pada penyiapan Generasi Emas 2045
c. UKS/M adalah intervensi strategis yang murah, efektif dan efisien. Karena intervensi dilakukan pada tahap preventif
d. Intervensi anak usia sekolah dan remaja melalui UKS/M merupakan langkah strategis dan efektif karena berada dalam suatu
institusi yang terorganisir, terstruktur secara vertikal dan terintegrasi berbagai isu
UKS/M adalah Solusi
b.	 Infografis PotensI AngGaran
50 51
STRATEGi KOMUNIKASI
USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M)
STRATEGi KOMUNIKASI
USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M)
c.	 InfografiS Tim Pembina dan Pelaksana UKS/M
Monitoring dan evaluasi strategi komunikasi harus dilakukan dalam kerangka kegiatan
komunikasi program UKS/M. Karena itu, untuk monev strategi komunikasi, indikator-indikator
yang digunakan untuk mengukur juga terkait kegiatan komunikasi.
Yang diukur adalah output (keluaran), outcome (hasil), dan impact (dampak) dari program
komunikasi. Ketiga indikator tersebut dan cara mengukurnya dapat dilihat pada tabel berikut
ini:
Indikator Penjelasan Cara Mengukur
Output Mengukur sejauh mana
kegiatan dilakukan sesuai
dengan tahapan/rencana yang
diharapkan.
•	 Monitoring kegiatan
secara rutin saat
persiapan (mingguan,
bulanan, triwulan dll),
misalnya menggunakan
lembar monitoring.
•	 Media monitoring
Outcome Mengukur perubahan perilaku
dari sisi K-A-P dari khalayak
sasaran sesuai indikator.
•	 Survei (wawancara,
pengamatan/observasi).
•	 Focused Group Discussion
(FGD).
Impact Mengukur dampak setelah
diakukan program komunikasi
dalam jangka 2-5 tahun,
atau kontribusinya terhadap
pencapaian target program.
•	 Survei (wawancara,
pengamatan/observasi).
•	 Focused Group Discussion
(FGD).
•	 Hasil media monitoring.
5.6 MONITORING DAN EVALUASI
Monitoring hendaknya difokuskan pada upaya pencapaian target-target supaya dapat
dilakukan koreksi di tengah jalan ketika ditemukan ada kegiatan yang tidak berjalan
sebagaimana merstinya. Hasil monitoring akan menjadi bahan laporan perkembangan
(progress report).
Evaluasi difokuskan pada dampak kegiatan komunikasi terhadap pencapaian program.
Misalnya, kegiatan advokasi yang dapat membuat bupati memutuskan penambahan
anggaran untuk program UKS/M ke dalam APBD; penyelenggaraan lomba sekolah sehat
tingkat kota yang menyebabkan sekolah berlomba-lomba meningkatkan pelaksanaan
program UKS/M; sosialisasi media massa secara terus-menerus selama satu tahun membuat
beberapa LSM tergerak untuk melakukan pendampingan penguatan program UKS/M di
sekolah-sekolah; dan sebagainya.
52 STRATEGi KOMUNIKASI
USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M)
STRATEGI UKS/M

More Related Content

What's hot

PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS
PENANGGULANGAN HIV DAN AIDSPENANGGULANGAN HIV DAN AIDS
PENANGGULANGAN HIV DAN AIDSAchmad Wahid
 
SEJARAH PROMOSI KESEHATAN.ppt
SEJARAH PROMOSI KESEHATAN.pptSEJARAH PROMOSI KESEHATAN.ppt
SEJARAH PROMOSI KESEHATAN.pptRahmiMKM
 
Model perencanaan program promosi kesehatan
Model perencanaan program promosi kesehatanModel perencanaan program promosi kesehatan
Model perencanaan program promosi kesehatanYurie Arsyad Temenggung
 
Bentuk program menjaga mutu konkuren
Bentuk program menjaga mutu konkurenBentuk program menjaga mutu konkuren
Bentuk program menjaga mutu konkurenBayu Fijrie
 
169773798 pendidikan-kesehatan-dan-ilmu-perilaku-ppt
169773798 pendidikan-kesehatan-dan-ilmu-perilaku-ppt169773798 pendidikan-kesehatan-dan-ilmu-perilaku-ppt
169773798 pendidikan-kesehatan-dan-ilmu-perilaku-pptNadia Ginting
 
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Di Fasyankes
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Di Fasyankes  Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Di Fasyankes
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Di Fasyankes Tini Wartini
 
Konsep dasar dalam promosi kesehatan 1
Konsep dasar dalam promosi kesehatan 1Konsep dasar dalam promosi kesehatan 1
Konsep dasar dalam promosi kesehatan 1Harfah Masady
 
Sistem Kesehatan Nasional
Sistem Kesehatan NasionalSistem Kesehatan Nasional
Sistem Kesehatan NasionalCandra Wiguna
 
standar profesi dan pelayanan profesi
standar profesi dan pelayanan profesistandar profesi dan pelayanan profesi
standar profesi dan pelayanan profesiHadik27
 
Membuat Perencanaan Program Promosi
Membuat Perencanaan Program PromosiMembuat Perencanaan Program Promosi
Membuat Perencanaan Program Promosipjj_kemenkes
 
Media dalam Promosi Kesehatan
Media dalam Promosi KesehatanMedia dalam Promosi Kesehatan
Media dalam Promosi Kesehatanpjj_kemenkes
 
Buku pedoman, modul dan pmateri dokter kecil
Buku pedoman, modul dan pmateri dokter kecilBuku pedoman, modul dan pmateri dokter kecil
Buku pedoman, modul dan pmateri dokter kecilPuskesmasMungkid
 
Implementasi upaya penurunan kasus kematian ibu dan bayi
Implementasi upaya penurunan kasus kematian ibu dan bayiImplementasi upaya penurunan kasus kematian ibu dan bayi
Implementasi upaya penurunan kasus kematian ibu dan bayiMuh Saleh
 
Peran Promosi Kesehatan Dalam Pencapaian MDGs
Peran Promosi Kesehatan Dalam Pencapaian MDGsPeran Promosi Kesehatan Dalam Pencapaian MDGs
Peran Promosi Kesehatan Dalam Pencapaian MDGsCut Ampon Lambiheue
 
Usaha kesehatan sekolah
Usaha kesehatan sekolahUsaha kesehatan sekolah
Usaha kesehatan sekolahKagawa Mayumi
 
Keperawatan Kesehatan Sekolah.pptx
Keperawatan Kesehatan Sekolah.pptxKeperawatan Kesehatan Sekolah.pptx
Keperawatan Kesehatan Sekolah.pptxssuser52bbc0
 
Upaya promkes dalam pelayanan kebidanan promotif, preventif
Upaya promkes dalam pelayanan kebidanan promotif, preventifUpaya promkes dalam pelayanan kebidanan promotif, preventif
Upaya promkes dalam pelayanan kebidanan promotif, preventifdhewychabi
 

What's hot (20)

PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS
PENANGGULANGAN HIV DAN AIDSPENANGGULANGAN HIV DAN AIDS
PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS
 
SEJARAH PROMOSI KESEHATAN.ppt
SEJARAH PROMOSI KESEHATAN.pptSEJARAH PROMOSI KESEHATAN.ppt
SEJARAH PROMOSI KESEHATAN.ppt
 
Model perencanaan program promosi kesehatan
Model perencanaan program promosi kesehatanModel perencanaan program promosi kesehatan
Model perencanaan program promosi kesehatan
 
Bentuk program menjaga mutu konkuren
Bentuk program menjaga mutu konkurenBentuk program menjaga mutu konkuren
Bentuk program menjaga mutu konkuren
 
PHBS di Tatanan Sekolah
PHBS di Tatanan SekolahPHBS di Tatanan Sekolah
PHBS di Tatanan Sekolah
 
Rencana penyuluhan kesehatan
Rencana penyuluhan kesehatanRencana penyuluhan kesehatan
Rencana penyuluhan kesehatan
 
169773798 pendidikan-kesehatan-dan-ilmu-perilaku-ppt
169773798 pendidikan-kesehatan-dan-ilmu-perilaku-ppt169773798 pendidikan-kesehatan-dan-ilmu-perilaku-ppt
169773798 pendidikan-kesehatan-dan-ilmu-perilaku-ppt
 
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Di Fasyankes
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Di Fasyankes  Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Di Fasyankes
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Di Fasyankes
 
Konsep dasar dalam promosi kesehatan 1
Konsep dasar dalam promosi kesehatan 1Konsep dasar dalam promosi kesehatan 1
Konsep dasar dalam promosi kesehatan 1
 
Sistem Kesehatan Nasional
Sistem Kesehatan NasionalSistem Kesehatan Nasional
Sistem Kesehatan Nasional
 
standar profesi dan pelayanan profesi
standar profesi dan pelayanan profesistandar profesi dan pelayanan profesi
standar profesi dan pelayanan profesi
 
Membuat Perencanaan Program Promosi
Membuat Perencanaan Program PromosiMembuat Perencanaan Program Promosi
Membuat Perencanaan Program Promosi
 
Media dalam Promosi Kesehatan
Media dalam Promosi KesehatanMedia dalam Promosi Kesehatan
Media dalam Promosi Kesehatan
 
Buku pedoman, modul dan pmateri dokter kecil
Buku pedoman, modul dan pmateri dokter kecilBuku pedoman, modul dan pmateri dokter kecil
Buku pedoman, modul dan pmateri dokter kecil
 
Implementasi upaya penurunan kasus kematian ibu dan bayi
Implementasi upaya penurunan kasus kematian ibu dan bayiImplementasi upaya penurunan kasus kematian ibu dan bayi
Implementasi upaya penurunan kasus kematian ibu dan bayi
 
Mortalitas dan Morbiditas
Mortalitas dan MorbiditasMortalitas dan Morbiditas
Mortalitas dan Morbiditas
 
Peran Promosi Kesehatan Dalam Pencapaian MDGs
Peran Promosi Kesehatan Dalam Pencapaian MDGsPeran Promosi Kesehatan Dalam Pencapaian MDGs
Peran Promosi Kesehatan Dalam Pencapaian MDGs
 
Usaha kesehatan sekolah
Usaha kesehatan sekolahUsaha kesehatan sekolah
Usaha kesehatan sekolah
 
Keperawatan Kesehatan Sekolah.pptx
Keperawatan Kesehatan Sekolah.pptxKeperawatan Kesehatan Sekolah.pptx
Keperawatan Kesehatan Sekolah.pptx
 
Upaya promkes dalam pelayanan kebidanan promotif, preventif
Upaya promkes dalam pelayanan kebidanan promotif, preventifUpaya promkes dalam pelayanan kebidanan promotif, preventif
Upaya promkes dalam pelayanan kebidanan promotif, preventif
 

Similar to STRATEGI UKS/M

01.Buku-pedoman-pembinaan-UKS-2019.pdf
01.Buku-pedoman-pembinaan-UKS-2019.pdf01.Buku-pedoman-pembinaan-UKS-2019.pdf
01.Buku-pedoman-pembinaan-UKS-2019.pdfSDNkandangan1ngawi
 
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Sekolah/Madrasah Sehat
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Sekolah/Madrasah SehatPetunjuk Teknis Pelaksanaan Sekolah/Madrasah Sehat
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Sekolah/Madrasah SehatReza Hendrawan
 
Strategi Komunikasi Manajemen Kebersihan Menstruasi
Strategi Komunikasi Manajemen Kebersihan MenstruasiStrategi Komunikasi Manajemen Kebersihan Menstruasi
Strategi Komunikasi Manajemen Kebersihan MenstruasiReza Hendrawan
 
Juknis-SEKOLAH_RAMAH_ANAK__SAFIN_PRESENTASI.pdf
Juknis-SEKOLAH_RAMAH_ANAK__SAFIN_PRESENTASI.pdfJuknis-SEKOLAH_RAMAH_ANAK__SAFIN_PRESENTASI.pdf
Juknis-SEKOLAH_RAMAH_ANAK__SAFIN_PRESENTASI.pdfMEffendi5
 
Profil Sanitasi Madrasah 2020
Profil Sanitasi Madrasah 2020Profil Sanitasi Madrasah 2020
Profil Sanitasi Madrasah 2020Reza Hendrawan
 
phbs-di-sekolah.pdf
phbs-di-sekolah.pdfphbs-di-sekolah.pdf
phbs-di-sekolah.pdfNida325582
 
Usaha Kesehatan Sekolah untuk kesehatan anak
Usaha Kesehatan Sekolah untuk kesehatan anakUsaha Kesehatan Sekolah untuk kesehatan anak
Usaha Kesehatan Sekolah untuk kesehatan anakSitiNgaisahSPdMPd
 
PENINGKATAN_PHBS_PAUD_AISYIYAH_BARU.ppt
PENINGKATAN_PHBS_PAUD_AISYIYAH_BARU.pptPENINGKATAN_PHBS_PAUD_AISYIYAH_BARU.ppt
PENINGKATAN_PHBS_PAUD_AISYIYAH_BARU.pptDinaAdlinaMallappa
 
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di sekolah berbasis pesantren
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di sekolah berbasis pesantrenUsaha Kesehatan Sekolah (UKS) di sekolah berbasis pesantren
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di sekolah berbasis pesantrenSitiNgaisahSPdMPd
 
Program uks di puskesmas
Program uks di puskesmasProgram uks di puskesmas
Program uks di puskesmasJoni Iswanto
 
PENGELOLAAN UKS/M DI JENJANG SMP SEDERAJAT
PENGELOLAAN UKS/M DI JENJANG SMP SEDERAJATPENGELOLAAN UKS/M DI JENJANG SMP SEDERAJAT
PENGELOLAAN UKS/M DI JENJANG SMP SEDERAJATkharir3
 
01 buku juknis keswa di sekolah
01 buku juknis keswa di sekolah01 buku juknis keswa di sekolah
01 buku juknis keswa di sekolahPuskesmas Cahu
 
Paparan KTR Kemenkes 2.3.2022.pptx
Paparan KTR Kemenkes 2.3.2022.pptxPaparan KTR Kemenkes 2.3.2022.pptx
Paparan KTR Kemenkes 2.3.2022.pptxanika473435
 
2702131415 panduan adiwiyata-2012
2702131415 panduan adiwiyata-20122702131415 panduan adiwiyata-2012
2702131415 panduan adiwiyata-2012Aldon Samosir
 
Pedoman%20 penyusunan%20perencanaan%20dan%20penganggaran%20sekolah%20madrasah...
Pedoman%20 penyusunan%20perencanaan%20dan%20penganggaran%20sekolah%20madrasah...Pedoman%20 penyusunan%20perencanaan%20dan%20penganggaran%20sekolah%20madrasah...
Pedoman%20 penyusunan%20perencanaan%20dan%20penganggaran%20sekolah%20madrasah...Nandang Sukmara
 

Similar to STRATEGI UKS/M (20)

01.Buku-pedoman-pembinaan-UKS-2019.pdf
01.Buku-pedoman-pembinaan-UKS-2019.pdf01.Buku-pedoman-pembinaan-UKS-2019.pdf
01.Buku-pedoman-pembinaan-UKS-2019.pdf
 
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Sekolah/Madrasah Sehat
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Sekolah/Madrasah SehatPetunjuk Teknis Pelaksanaan Sekolah/Madrasah Sehat
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Sekolah/Madrasah Sehat
 
Strategi Komunikasi Manajemen Kebersihan Menstruasi
Strategi Komunikasi Manajemen Kebersihan MenstruasiStrategi Komunikasi Manajemen Kebersihan Menstruasi
Strategi Komunikasi Manajemen Kebersihan Menstruasi
 
Juknis-SEKOLAH_RAMAH_ANAK__SAFIN_PRESENTASI.pdf
Juknis-SEKOLAH_RAMAH_ANAK__SAFIN_PRESENTASI.pdfJuknis-SEKOLAH_RAMAH_ANAK__SAFIN_PRESENTASI.pdf
Juknis-SEKOLAH_RAMAH_ANAK__SAFIN_PRESENTASI.pdf
 
Panduan SRA.pdf
Panduan SRA.pdfPanduan SRA.pdf
Panduan SRA.pdf
 
Profil Sanitasi Madrasah 2020
Profil Sanitasi Madrasah 2020Profil Sanitasi Madrasah 2020
Profil Sanitasi Madrasah 2020
 
phbs-di-sekolah.pdf
phbs-di-sekolah.pdfphbs-di-sekolah.pdf
phbs-di-sekolah.pdf
 
Usaha Kesehatan Sekolah untuk kesehatan anak
Usaha Kesehatan Sekolah untuk kesehatan anakUsaha Kesehatan Sekolah untuk kesehatan anak
Usaha Kesehatan Sekolah untuk kesehatan anak
 
PENINGKATAN_PHBS_PAUD_AISYIYAH_BARU.ppt
PENINGKATAN_PHBS_PAUD_AISYIYAH_BARU.pptPENINGKATAN_PHBS_PAUD_AISYIYAH_BARU.ppt
PENINGKATAN_PHBS_PAUD_AISYIYAH_BARU.ppt
 
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di sekolah berbasis pesantren
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di sekolah berbasis pesantrenUsaha Kesehatan Sekolah (UKS) di sekolah berbasis pesantren
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di sekolah berbasis pesantren
 
Program uks di puskesmas
Program uks di puskesmasProgram uks di puskesmas
Program uks di puskesmas
 
PENGELOLAAN UKS/M DI JENJANG SMP SEDERAJAT
PENGELOLAAN UKS/M DI JENJANG SMP SEDERAJATPENGELOLAAN UKS/M DI JENJANG SMP SEDERAJAT
PENGELOLAAN UKS/M DI JENJANG SMP SEDERAJAT
 
BSE Adiwiyata 2012
BSE Adiwiyata 2012BSE Adiwiyata 2012
BSE Adiwiyata 2012
 
Bab 1 uks usu
Bab 1 uks usuBab 1 uks usu
Bab 1 uks usu
 
01 buku juknis keswa di sekolah
01 buku juknis keswa di sekolah01 buku juknis keswa di sekolah
01 buku juknis keswa di sekolah
 
Paparan KTR Kemenkes 2.3.2022.pptx
Paparan KTR Kemenkes 2.3.2022.pptxPaparan KTR Kemenkes 2.3.2022.pptx
Paparan KTR Kemenkes 2.3.2022.pptx
 
2702131415 panduan adiwiyata-2012
2702131415 panduan adiwiyata-20122702131415 panduan adiwiyata-2012
2702131415 panduan adiwiyata-2012
 
Adiwiyata 2012
Adiwiyata 2012Adiwiyata 2012
Adiwiyata 2012
 
Pedoman%20 penyusunan%20perencanaan%20dan%20penganggaran%20sekolah%20madrasah...
Pedoman%20 penyusunan%20perencanaan%20dan%20penganggaran%20sekolah%20madrasah...Pedoman%20 penyusunan%20perencanaan%20dan%20penganggaran%20sekolah%20madrasah...
Pedoman%20 penyusunan%20perencanaan%20dan%20penganggaran%20sekolah%20madrasah...
 
Uks dokcil
Uks   dokcilUks   dokcil
Uks dokcil
 

More from Reza Hendrawan

Khutbah Jumat Air dan Sanitasi
Khutbah Jumat Air dan SanitasiKhutbah Jumat Air dan Sanitasi
Khutbah Jumat Air dan SanitasiReza Hendrawan
 
Buku Pedoman Pendayagunaan Zakat Infaq Shadaqoh dan wakaf untuk pembangunan s...
Buku Pedoman Pendayagunaan Zakat Infaq Shadaqoh dan wakaf untuk pembangunan s...Buku Pedoman Pendayagunaan Zakat Infaq Shadaqoh dan wakaf untuk pembangunan s...
Buku Pedoman Pendayagunaan Zakat Infaq Shadaqoh dan wakaf untuk pembangunan s...Reza Hendrawan
 
Dakwah Sanitasi di Provinsi Nusa Tenggara Barat
Dakwah Sanitasi di Provinsi Nusa Tenggara BaratDakwah Sanitasi di Provinsi Nusa Tenggara Barat
Dakwah Sanitasi di Provinsi Nusa Tenggara BaratReza Hendrawan
 
Panduan penyusunan strategi saniitasi sekolah rev logo
Panduan penyusunan strategi saniitasi sekolah rev logoPanduan penyusunan strategi saniitasi sekolah rev logo
Panduan penyusunan strategi saniitasi sekolah rev logoReza Hendrawan
 
Policy Brief Sinergi Sanitasi Sekolah - STBM
Policy Brief Sinergi Sanitasi Sekolah - STBMPolicy Brief Sinergi Sanitasi Sekolah - STBM
Policy Brief Sinergi Sanitasi Sekolah - STBMReza Hendrawan
 
Policy Brief Sanitasi Sekolah 2017 - Bappenas dan UNICEF
Policy Brief Sanitasi Sekolah 2017 - Bappenas dan UNICEFPolicy Brief Sanitasi Sekolah 2017 - Bappenas dan UNICEF
Policy Brief Sanitasi Sekolah 2017 - Bappenas dan UNICEFReza Hendrawan
 
Lembar Fakta 2: Toilet Nyaman Tak Perlu Antre
Lembar Fakta 2: Toilet Nyaman Tak Perlu AntreLembar Fakta 2: Toilet Nyaman Tak Perlu Antre
Lembar Fakta 2: Toilet Nyaman Tak Perlu AntreReza Hendrawan
 
Lembar Fakta 1: Implementasi Pemerintah Daerah Kunci Keberhasilan Sanitasi Se...
Lembar Fakta 1: Implementasi Pemerintah Daerah Kunci Keberhasilan Sanitasi Se...Lembar Fakta 1: Implementasi Pemerintah Daerah Kunci Keberhasilan Sanitasi Se...
Lembar Fakta 1: Implementasi Pemerintah Daerah Kunci Keberhasilan Sanitasi Se...Reza Hendrawan
 
Sanitasi Sekolah Sehat Menuju Generasi Gemilang
Sanitasi Sekolah Sehat Menuju Generasi GemilangSanitasi Sekolah Sehat Menuju Generasi Gemilang
Sanitasi Sekolah Sehat Menuju Generasi GemilangReza Hendrawan
 
Cerita PHBS dari Sekolah di Sulawesi Selatan 2017 (Bahasa Inggris)
Cerita PHBS dari Sekolah di Sulawesi Selatan 2017 (Bahasa Inggris)Cerita PHBS dari Sekolah di Sulawesi Selatan 2017 (Bahasa Inggris)
Cerita PHBS dari Sekolah di Sulawesi Selatan 2017 (Bahasa Inggris)Reza Hendrawan
 
The Story of Improving Hygiene Practice in Schools in South Sulawesi 2017
The Story of Improving Hygiene Practice in Schools in South Sulawesi 2017The Story of Improving Hygiene Practice in Schools in South Sulawesi 2017
The Story of Improving Hygiene Practice in Schools in South Sulawesi 2017Reza Hendrawan
 
Sanitasi Sekolah di Sulawesi Selatan 2017
Sanitasi Sekolah di Sulawesi Selatan 2017Sanitasi Sekolah di Sulawesi Selatan 2017
Sanitasi Sekolah di Sulawesi Selatan 2017Reza Hendrawan
 
Haid dan Kesehatan Menurut Ajaran Islam
Haid dan Kesehatan Menurut Ajaran IslamHaid dan Kesehatan Menurut Ajaran Islam
Haid dan Kesehatan Menurut Ajaran IslamReza Hendrawan
 
Policy Brief Manajemen Kebersihan Menstruasi 2017
Policy Brief Manajemen Kebersihan Menstruasi 2017Policy Brief Manajemen Kebersihan Menstruasi 2017
Policy Brief Manajemen Kebersihan Menstruasi 2017Reza Hendrawan
 
Policy Brief Sanitasi Sekolah 2017 - UNICEF Indonesia
Policy Brief Sanitasi Sekolah 2017 - UNICEF IndonesiaPolicy Brief Sanitasi Sekolah 2017 - UNICEF Indonesia
Policy Brief Sanitasi Sekolah 2017 - UNICEF IndonesiaReza Hendrawan
 
Booklet Sanitasi Sekolah 2017 - UNICEF Indonesia
Booklet Sanitasi Sekolah 2017 - UNICEF IndonesiaBooklet Sanitasi Sekolah 2017 - UNICEF Indonesia
Booklet Sanitasi Sekolah 2017 - UNICEF IndonesiaReza Hendrawan
 
Booklet Sanitasi Sekolah 2017
Booklet Sanitasi Sekolah 2017Booklet Sanitasi Sekolah 2017
Booklet Sanitasi Sekolah 2017Reza Hendrawan
 
Penduan Pemicuan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Untuk Keadaan Daru...
Penduan Pemicuan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Untuk Keadaan Daru...Penduan Pemicuan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Untuk Keadaan Daru...
Penduan Pemicuan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Untuk Keadaan Daru...Reza Hendrawan
 
Kertas Posisi Rancangan Undang Undang Sumber Daya Air 2018
Kertas Posisi Rancangan Undang Undang Sumber Daya Air 2018Kertas Posisi Rancangan Undang Undang Sumber Daya Air 2018
Kertas Posisi Rancangan Undang Undang Sumber Daya Air 2018Reza Hendrawan
 
Hari Kebersihan Menstruasi 2019
Hari Kebersihan Menstruasi 2019Hari Kebersihan Menstruasi 2019
Hari Kebersihan Menstruasi 2019Reza Hendrawan
 

More from Reza Hendrawan (20)

Khutbah Jumat Air dan Sanitasi
Khutbah Jumat Air dan SanitasiKhutbah Jumat Air dan Sanitasi
Khutbah Jumat Air dan Sanitasi
 
Buku Pedoman Pendayagunaan Zakat Infaq Shadaqoh dan wakaf untuk pembangunan s...
Buku Pedoman Pendayagunaan Zakat Infaq Shadaqoh dan wakaf untuk pembangunan s...Buku Pedoman Pendayagunaan Zakat Infaq Shadaqoh dan wakaf untuk pembangunan s...
Buku Pedoman Pendayagunaan Zakat Infaq Shadaqoh dan wakaf untuk pembangunan s...
 
Dakwah Sanitasi di Provinsi Nusa Tenggara Barat
Dakwah Sanitasi di Provinsi Nusa Tenggara BaratDakwah Sanitasi di Provinsi Nusa Tenggara Barat
Dakwah Sanitasi di Provinsi Nusa Tenggara Barat
 
Panduan penyusunan strategi saniitasi sekolah rev logo
Panduan penyusunan strategi saniitasi sekolah rev logoPanduan penyusunan strategi saniitasi sekolah rev logo
Panduan penyusunan strategi saniitasi sekolah rev logo
 
Policy Brief Sinergi Sanitasi Sekolah - STBM
Policy Brief Sinergi Sanitasi Sekolah - STBMPolicy Brief Sinergi Sanitasi Sekolah - STBM
Policy Brief Sinergi Sanitasi Sekolah - STBM
 
Policy Brief Sanitasi Sekolah 2017 - Bappenas dan UNICEF
Policy Brief Sanitasi Sekolah 2017 - Bappenas dan UNICEFPolicy Brief Sanitasi Sekolah 2017 - Bappenas dan UNICEF
Policy Brief Sanitasi Sekolah 2017 - Bappenas dan UNICEF
 
Lembar Fakta 2: Toilet Nyaman Tak Perlu Antre
Lembar Fakta 2: Toilet Nyaman Tak Perlu AntreLembar Fakta 2: Toilet Nyaman Tak Perlu Antre
Lembar Fakta 2: Toilet Nyaman Tak Perlu Antre
 
Lembar Fakta 1: Implementasi Pemerintah Daerah Kunci Keberhasilan Sanitasi Se...
Lembar Fakta 1: Implementasi Pemerintah Daerah Kunci Keberhasilan Sanitasi Se...Lembar Fakta 1: Implementasi Pemerintah Daerah Kunci Keberhasilan Sanitasi Se...
Lembar Fakta 1: Implementasi Pemerintah Daerah Kunci Keberhasilan Sanitasi Se...
 
Sanitasi Sekolah Sehat Menuju Generasi Gemilang
Sanitasi Sekolah Sehat Menuju Generasi GemilangSanitasi Sekolah Sehat Menuju Generasi Gemilang
Sanitasi Sekolah Sehat Menuju Generasi Gemilang
 
Cerita PHBS dari Sekolah di Sulawesi Selatan 2017 (Bahasa Inggris)
Cerita PHBS dari Sekolah di Sulawesi Selatan 2017 (Bahasa Inggris)Cerita PHBS dari Sekolah di Sulawesi Selatan 2017 (Bahasa Inggris)
Cerita PHBS dari Sekolah di Sulawesi Selatan 2017 (Bahasa Inggris)
 
The Story of Improving Hygiene Practice in Schools in South Sulawesi 2017
The Story of Improving Hygiene Practice in Schools in South Sulawesi 2017The Story of Improving Hygiene Practice in Schools in South Sulawesi 2017
The Story of Improving Hygiene Practice in Schools in South Sulawesi 2017
 
Sanitasi Sekolah di Sulawesi Selatan 2017
Sanitasi Sekolah di Sulawesi Selatan 2017Sanitasi Sekolah di Sulawesi Selatan 2017
Sanitasi Sekolah di Sulawesi Selatan 2017
 
Haid dan Kesehatan Menurut Ajaran Islam
Haid dan Kesehatan Menurut Ajaran IslamHaid dan Kesehatan Menurut Ajaran Islam
Haid dan Kesehatan Menurut Ajaran Islam
 
Policy Brief Manajemen Kebersihan Menstruasi 2017
Policy Brief Manajemen Kebersihan Menstruasi 2017Policy Brief Manajemen Kebersihan Menstruasi 2017
Policy Brief Manajemen Kebersihan Menstruasi 2017
 
Policy Brief Sanitasi Sekolah 2017 - UNICEF Indonesia
Policy Brief Sanitasi Sekolah 2017 - UNICEF IndonesiaPolicy Brief Sanitasi Sekolah 2017 - UNICEF Indonesia
Policy Brief Sanitasi Sekolah 2017 - UNICEF Indonesia
 
Booklet Sanitasi Sekolah 2017 - UNICEF Indonesia
Booklet Sanitasi Sekolah 2017 - UNICEF IndonesiaBooklet Sanitasi Sekolah 2017 - UNICEF Indonesia
Booklet Sanitasi Sekolah 2017 - UNICEF Indonesia
 
Booklet Sanitasi Sekolah 2017
Booklet Sanitasi Sekolah 2017Booklet Sanitasi Sekolah 2017
Booklet Sanitasi Sekolah 2017
 
Penduan Pemicuan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Untuk Keadaan Daru...
Penduan Pemicuan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Untuk Keadaan Daru...Penduan Pemicuan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Untuk Keadaan Daru...
Penduan Pemicuan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Untuk Keadaan Daru...
 
Kertas Posisi Rancangan Undang Undang Sumber Daya Air 2018
Kertas Posisi Rancangan Undang Undang Sumber Daya Air 2018Kertas Posisi Rancangan Undang Undang Sumber Daya Air 2018
Kertas Posisi Rancangan Undang Undang Sumber Daya Air 2018
 
Hari Kebersihan Menstruasi 2019
Hari Kebersihan Menstruasi 2019Hari Kebersihan Menstruasi 2019
Hari Kebersihan Menstruasi 2019
 

Recently uploaded

mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptmata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptMuhammadNorman9
 
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdfPemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdfHarisKunaifi2
 
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxemka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxAmandaJesica
 
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxMateri Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxBudyHermawan3
 
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfINDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfNetraHartana
 
Administrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah PemerintahAdministrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah PemerintahAnthonyThony5
 
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1RomaDoni5
 
Membangun Tim Efektif. suatu pembelajaran ttg pentingnya kolaborasipptx
Membangun Tim Efektif. suatu pembelajaran ttg pentingnya kolaborasipptxMembangun Tim Efektif. suatu pembelajaran ttg pentingnya kolaborasipptx
Membangun Tim Efektif. suatu pembelajaran ttg pentingnya kolaborasipptxBudyHermawan3
 
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditPermen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditYOSUAGETMIRAJAGUKGUK1
 

Recently uploaded (9)

mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptmata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
 
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdfPemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
 
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxemka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
 
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxMateri Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
 
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfINDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
 
Administrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah PemerintahAdministrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
 
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
 
Membangun Tim Efektif. suatu pembelajaran ttg pentingnya kolaborasipptx
Membangun Tim Efektif. suatu pembelajaran ttg pentingnya kolaborasipptxMembangun Tim Efektif. suatu pembelajaran ttg pentingnya kolaborasipptx
Membangun Tim Efektif. suatu pembelajaran ttg pentingnya kolaborasipptx
 
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditPermen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
 

STRATEGI UKS/M

  • 2. 1 STRATEGi KOMUNIKASI USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M) STRATEGI KOMUNIKASI USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M) Diterbitkan oleh Sekretariat Direktorat Jenderal Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kompleks Kemendikbud, Gedung E Lantai 5 Jl. Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta 10270 Jakarta, 2019 ISBN: Pengarah Dr. Sutanto, S.H., M.A. Dr. A. Umar, MA Ketua Penyusun Drs. Aliyas, M.Pd Anggota Penyusun Agus Suharyanto, M.A. dr. Ni Made Diah Permata Laksmi Dewi, MKM Abdullah Faqih, MA, M.Ed Zulkifli, S.Ag., M.Si. Helda Nusi, SE, M.Si. Kontributor Sari Anggraini (Kementerian Kesehatan), Evasari Ginting (Kementerian Kesehatan), Achyar, S.Sos (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan), Endang Triastuti, SE, M.Si (Kementerian Dalam Negeri), Reza Hendrawan (UNICEF), Yayu Mukaromah (UNICEF), Aline Ardhiani (UNICEF), Wiwit Heris (SPEAK Indonesia), Yulfarida Arini (SPEAK Indonesia) Desain Fauzia Firdanisa (SPEAK Indonesia)
  • 3. 2 3 STRATEGi KOMUNIKASI USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M) STRATEGi KOMUNIKASI USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M) daftar isi KATA PENGANTAR BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan 1.3 Pengguna Strategi Komunikasi 1.4 Ruang Lingkup Strategi Komunikasi 1.5 Isi dan Struktur BAB II DASAR-DASAR STRATEGI KOMUNIKASI 2.1 Komunikasi Efektif 2.2 Strategi Komunikasi 2.3 Pendekatan BCC untuk Penyusunan Isi Pesan dan Pemilihan Strategi Komunikasi 2.4 Contoh Strategi Komunikasi BAB III ANALISIS SITUASI 3.1 Penyiapan Generasi Emas 3.2 Masalah Kesehatan Anak Usia Sekolah 3.3 Masalah Kesehatan di Sekolah 3.4 Target Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja 2019 3.5 Target UKS/M dalam RAN Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja BAB IV USAHA KESEHATAN SEKOLAH/ MADRASAH (UKS/M) 4.1 Konsep UKS/M 4.2 Tantangan Pengembangan UKS/M BAB V STRATEGI KOMUNIKASI UKS/M 5.1 Perumusan Masalah Komunikasi 5.2 Tujuan Komunikasi 5.3 Khalayak Sasaran Komunikasi UKS/M 5.4 Isi Pesan 5.5 Saluran Komunikasi dan Media 5.6 Monitoring dan Evaluasi 3 7 8 8 9 10 11 12 13 14 23 24 27 28 29 33 34 35 36 37 38 40 41 41 42 44 46 51 Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas rahmat dan karunia-Nya buku “Strategi Komunikasi Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah (UKS/M)” ini dapat diselesaikan dengan baik. Buku ini disusun oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Kesehatan, Kementerian Agama dan Kementerian Dalam Negeri melalui dukungan teknis dari UNICEF dan mitra UKS/M. Proses penyusunan buku Strategi Komunikasi Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah (UKS/M) dilaksanakan sepanjang tahun 2017 melalui serangkaian lokakarya yang diikuti oleh TP-UKS Pusat dan mitra melalui identifikasi masalah komunikasi UKS/M, pemetaan stakeholder kunci UKS/M, identifikasi pesan kunci dan strategi komunikasi UKS/M serta menentukan monitoring strategi komunikasi UKS/M. Buku ini dapat digunakan sebagai panduan praktis untuk melaksanakan strategi komunikasi UKS/M baik melalui kegiatan advokasi, mobilisasi sosial dan kampanye publik yang bisa dilakukan oleh kementerian dan mitra baik di tingkat nasional maupun daerah. Buku ini juga memberikan gambaran besar tentang konsep komunikasi Usaha Kesehatan Sekolah dan Madrasah serta memberikan contoh media yang pernah diproduksi selama tahun 2017. Kami sampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan buku strategi komunikasi Usaha Kesehatan Sekolah dan Madrasah ini, khusunya kepada TP-UKS Pusat dari 4 Kementerian, UNICEF dan mitra lainnya. Kami juga berharap buku ini dapat di manfaatkan sebaik-baiknya dalam rangka meningkatkan cakupan dan kualitas program UKS/M di Indonesia. KATAPENGANTAR SEKRETARIS DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN dr. sUTANTO, sh., mh.
  • 4. 4 5 STRATEGi KOMUNIKASI USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M) STRATEGi KOMUNIKASI USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M) Anak usia sekolah merupakan sasaran intervensi kesehatan yang strategis karena jumlahnya besar, dapat dijangkau melalui sekolah dan menentukan kualitas pada usia produktif. Permenko PMK No. 1 tahun 2018 tentang Rencana Aksi Nasional Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja tahun 2017- 2019 mencantumkan strategi peningkatan pengetahuan dan keterampilan anak usia sekolah dan remaja terhadap 8 isu kesehatan remaja melalui peningkatan jumlah sekolah yang melaksanakan UKS/M secara aktif. Berdasarkan peraturan bersama 4 Menteri tahun 2014, UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) adalah kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan anak usia sekolah pada setiap jalur, jenis dan jenjang pendidikan yang kegiatannya meliputi pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah sehat. Kementerian Kesehatan telah melakukan pemodelan, pembinaan, akselerasi serta turut aktif menyusun berbagai dokumen dan materi KIE yang diperlukan untuk memperkuat UKS/M. Buku “Strategi Komunikasi Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah (UKS/M)” adalah salah satu panduan praktis yang telah dikembangkan bersama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama dan Kementerian Dalam Negeri melalui dukungan teknis dari UNICEF. Buku ini ditujukan untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang konsep dasar strategi komunikasi dan sebagai panduan praktis melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan strategi komunikasi UKS/M untuk mendukung kegiatan UKS/M. Kami berharap, buku ini dapat menjadi salah satu acuan bagi TP UKS pusat dan daerah untuk melakukan advokasi, mobilisasi sosial, dan komunikasi perubahan perilaku. Kami juga menyampaikan penghargaan dan terimakasih kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama dan Kementerian Dalam Negeri sebagai Tim Pembina UKS/M Pusat, UNICEF, serta mitra UKS/M yang telah menyusun buku ini dengan baik. KATAPENGANTAR DIREKTUR KESEHATAN KELUARGA DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT KEMENTERIAN KESEHATAN dr. eni gustina, mph KATAPENGANTAR DIREKTUR Kurikulum, sarana kelembagaan dan kesiswaan madrasah kementerian agama dr. a. umar, ma. Berdasarkan amanat Peraturan Bersama 4 Kementerian, yaitu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Kesehatan, Kementerian Agama dan Kementerian Dalam Negeri Nomor 6/X/2014, No 73 Tahun 2014, Nomor 41 Tahun 2014 dan Nomor 81 Tahun 2014 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah (UKS/M) Pasal 13, disebutkan bahwa Kementerian Agama mendapatkan amanat untuk melakukan pembinaan dan pengembangan UKS/M melalui penetapan standar, prosedur dan pedoman pelaksanaan UKS/M. Amanat tersebut diberikan karena Kementerian Agama mengelola sejumlah lembaga pendidikan seperti madrasah, yakni sekolah bercirikan agama Islam. Ada kurang lebih 78 ribu madrasah di Indonesia yang dikelola oleh Direktorat Kurikulum Sarana Kelembagaan dan Kesiswaan Madrasah, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama, mulai dari jenjang Raudiatul Athfal (RA), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA). Dalam beberapa tahun terakhir ini, sejumlah madrasah telah mendapatkan penghargaan sebagai sekolah yang memiliki UKS/M terbaik tingkat nasional. Ini artinya, madrasah-madrasah di Indonesia telah berkontribusi untuk mewujudkan tujuan program UKS/M. Oleh sebab itu, amanat tersebut tentu harus dijalankan dengan sebaik-baiknya. Apalagi, kini nama madrasah sudah langsung disebut di dalam penamaan program ini, yakni UKS/M (Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah). Untuk menjalankan amanat tersebut, langkah awal dan penting yang ditempuh oleh Kementerian Agama adalah dengan menyusun Dokumen Strategi Komunikasi Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah (UKS/M). Dokumen ini memberikan panduan lengkap strategi komunikasi UKS/M untuk perumusan masalah, tujuan, sasaran, isi pesan, saluran dan media komunikasi serta monitoring dan evaluasi komunikasi. Buku ini merupakan panduan praktik yang bisa digunakan di tingkat pusat, maupun daerah yang dikembangkan serta disempurnakan berdasarkan masukan dari TP UKS/M Pusat bersama dukungan UNICEF dan SPEAK. Kementerian Agama berharap Dokumen ini dapat menjadi acuan pelaksanaan program UKS/M khususnya di lingkup madrasah supaya pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sehat dapat dilaksanakan sebaik-baiknya. Kami juga menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada empat Kementerian dalam pelaksanaan program UKS/M, UNICEF dan SPEAK yang sudah terlebih secara intensif dalam pengembangan dokumen/buku ini. Sekali lagi, kami berharap buku ini dapat segera dimanfaatkan dan diintegrasikan dengan program-program UKS/M yang sedang dan akan berjalan.
  • 5. 6 7 STRATEGi KOMUNIKASI USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M) STRATEGi KOMUNIKASI USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M) Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa atas tersusunnya dokumen Strategi Komunikasi Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah (UKS/M) yang dapat dijadikan sebagai referensi bagi para pemangku kepentingan dalam melaksanakan pembinaan, pemantauan dan evaluasi, serta pengembangan UKS/M. Tujuan strategis dari Strategi Komunikasi UKS/M ini adalah untuk meningkatkan kepedulian semua pemangku kepentingan terhadap pengembangan program UKS/M. Dokumen ini memberikan panduan bagi semua stakeholder UKS/M di tingkat pusat maupun daerah untuk melakukan pembinaan pengembangan UKS/M. Dokumen ini dapat berfungsi sebagai panduan praktis yang dapat digunakan untuk memfasilitasi pelaksanaan kegiatan strategi komunikasi baik dalam bentuk advokasi, mobilisasi sosial, komunikasi perubahan perilaku, maupun public campaign dari semua pemangku kepentingan UKS/M pemerintah maupun mitra kerjanya. Isi pokok dalam dokumen Strategi Komunikasi UKS/M ini adalah dasar strategi komunikasi, analisa situasi, dan strategi komunikasi UKS/M, disertai dengan contoh-contoh media yang digunakan untuk komunikasi dalam rangka memasyarakatkan UKS/M. Dokumen in juga memuat tata cara monitoring dan evaluasi pembinaan pengembangan UKS/M dengan dilengkapi indikator output, outcome, dan impact. Harapan kami, dengan terbitnya dokumen Strategi Komunikasi Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah (UKS/M) ini dapat menjadi pemacu bagi para pemangku kepentingan pembinaan UKS/M untuk mewujudkan UKS/M yang baik melalui strategi komunikasi yang baik dari semua stakeholder. Kami sampaikan ucapan terima kasih pada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan dokumen ini. Semoga dokumen Strategi Komunikasi Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat dalam pembinaan pengembangan UKS/M. KATAPENGANTAR DIREKTUR SINKRONISASI URUSAN PEMERINTAH DAERAH iv DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI ir. zanariah, m.sI BAB1 PENDAHULUAN
  • 6. 8 9 STRATEGi KOMUNIKASI USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M) STRATEGi KOMUNIKASI USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M) Menyadari peran penting Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah (UKS/M) dalam meningkatkan kualitas para peserta didik, Sekretariat Tim Pembina UKS/M Pusat dengan difasilitasi UNICEF menyelengarakan kegiatan penyusunan strategi komunikasi UKS/M. Tujuannya adalah menghasilkan strategi komunikasi UKS/M untuk meningkatkan kesadaran tentang peran strategis UKS/M supaya dapat meningkat pelaksanaannya, baik di tingkat pusat, provinsi, kota/kabupaten, hingga ke tingkat sekolah. Proses penyusunan strategi komunikasi UKS/M dilaksanakan dalam rangkaian lokakarya sepanjang tahun 2017. Lokakarya tersebut diikuti para utusan dari keempat kementerian terkait UKS/M, yaitu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai penanggung jawab penyelenggaraan UKS/M di sekolah, Kementerian Agama sebagai penanggung jawab penyelenggaraan UKS/M di madrasah dan pesantren, Kementerian Kesehatan sebagai penanggung jawab pembinaan bidang kesehatan dan Kementerian Dalam Negeri selaku koordinator program lintas-kementerian. Proses penyusunan strategi komunikasi UKS/M dilakukan secara bertahap, mulai identifikasi persoalan utama terkait komunikasi UKS/M, melakukan pemetaan stakeholder kunci sebagai target audience komunikasi, menyusun isi pesan kunci kepada masing-masing stakeholder, merancang media penyampai pesan, hingga perencanaan monitoring. Dokumen ini merupakan hasil proses penyusunan strategi komunikasi tersebut. Tujuan strategis dari strategi komunikasi UKS/M ini adalah meningkatkan kepedulian semua pemangku kepentingan terhadap pengembangan program UKS/M 1.1 latarbelakang Salah satu capaian penting dari proses pendampingan ini adalah disepakatinya penambahan kata Madrasah dalam Usaha Kesehatan Sekolah, menjadi Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah, disingkat UKS/M. Hal ini untuk mengakomodasi lingkup kerja Kementerian Agama dalam melakukan pembinaan UKS di madrasah dan pesantren. Kesepakatan lainnya adalah dipakainya tagline “Semua Terlibat, UKS/M Hebat” sebagai motto bagi Tim Pembina UKS/M. 1.2TUJUAN 1.3PENGGUNA STRATEGI KOMUNIKASI Pengguna utama strategi komunikasi ini adalah Tim Pembina UKS/M Pusat dengan target audience para pemangku kepentingan di tingkat pusat dan tingkat provinsi. Meskipun demikian, karena dalam penyelenggaraan UKS/M sudah dibuat sistem kelembagaan berjenjang melalui Tim Pembina UKS/M dari tingkat pusat hingga kelurahan, maka strategi ini dapat digunakan oleh semua TP UKS/M di semua level. TP UKS/M tingkat daerah dapat menggunakan strategi komunikasi ini untuk mengkomunikasikan isu-isu yang lebih teknis di lingkup daerah, terutama untuk memobilisasi dukungan di tingkat pelaksaan di sekolah. Selain TP UKS/M, siapa pun yang terlibat dalam pengembangan dan penyelenggaraan UKS/M dapat menggunakan panduan ini. TP UKS/M Pusat akan berfokus pada upaya mengkomunikasikan isu-isu UKS/M di tingkat pusat, seperti di lingkungan kementerian dan lembaga-lembaga lain di tingkat pusat. Isu utamanya adalah masalah kebijakan dan pembinaan. Selain di lingkup pusat, TP UKS/M juga membutuhkan strategi komunikasi dalam rangka pembinaan ke TP UKS/M tingkat daerah. © UNICEF/2016 Strategi komunikasi ini diharapkan dapat meningkatkan pelaksanaan kegiatan UKS/M di tiap tingkatan, dari pusat hingga sekolah. Pengguna strategi adalah TP UKS/M tingkat daerah dan pusat dengan fokus sesuai kebutuhan.
  • 7. 10 11 STRATEGi KOMUNIKASI USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M) STRATEGi KOMUNIKASI USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M) Strategi komunikasi digunakan untuk membantu mencapai tujuan program. Karena itu, strategi komunikasi harus selaras dengan persoalan yang sedang ingin dipecahkan, dan menggunakan pertimbangan-pertimbangan berdasarkan situasi dan kondisi saat strategi komunikasi disusun dan prediksi jangka pendek dan menengah menuju tercapainya tujuan program. Demikian juga dengan program UKS/M. Tujuan penyelenggaraan program USK/M adalah menciptakan sekolah sehat, baik warga sekolah maupun lingkungannya. Untuk mencapai tujuan tersebut, strategi komunikasi dibuat untuk memastikan setiap pihak yang terlibat dalam program UKS/M memiliki satu pemahaman, saling mendukung, dan akhirnya bekerja sama untuk mencapai tujuan tersebut. Strategi komunikasi ini dirancang untuk jangka menengah, sekitar 5 tahun sejak dibuat. Baseline situasi yang digunakan adalah kondisi pada tahun 2017. Karena itu, pertimbangan- pertimbangan yang digunakan dalam menentukan strategi komunikasi ini menggunakan situasi dan kondisi pada tahun 2017. Strategi ini akan menyasar ketiga level program UKS/M, yaitu level pusat, daerah, dan sekolah. Tetapi karena tim penyusun strategi komunikasi adalah Tim Pembina UKS/M tingkat pusat yang terdiri atas 4 kementerian terkait, maka lingkup strategi komunikasi ini akan lebih dalam pada level pusat dan daerah sampai level provinsi saja. Sedangkan untuk level daerah dan sekolah pada mengacu pada panduan umum penyusunan strategi komunikasi, dan diharapkan setiap TP UKS Pronvinsi dan Kota/Kabupaten dapat menyusun strategi komunikasi yang sesuai dengan situasi dan kondisi di daerah masing-masing. Secara garis besar, strategi komunikasi berisi perumusan masalah sebagai titik berangkat, kemudian menetapkan tujuan komunikasinya. Langkah selanjutnya menetapkan khalayak sasaran mana saja yang akan dipengaruhi supaya mendukung pencapaian tujuan. Bila khalayak sasaran sudah terpetakan, maka dapat disusun isi pesan yang relevan, dipilih saluran komunikasi yang paling efektif, serta materi media pendukungnya. 1.4RUANG LINGKUPSTRATEGI KOMUNIKASI © UNICEF/2016 Strategi komunikasi ini akan diawali dengan uraian dasar-dasar strategi komunikasi, sehingga pengguna dapat memahami bagaimana suatu strategi komunikasi dapat dibangun. Bagian ini sekaligus menjadi semacam pedoman umum bagi TP UKS/M baik tingkat Pusat maupun daerah untuk menyusun strategi komunikasi yang sesuai dengan situasi masing-masing. Pada bagian berikutnya, disampaikan analisis situasi seputar kesehatan anak-anak usia sekolah. Ini untuk memberikan gambaran mengapa program UKS/M ini penting untuk dijalankan. Juga akan digambarkan sedikit tentang pelaksanaan program UKS/M di Indonesia, khususnya di tingkat pusat, yang mendasari mengapa TP UKS/M Pusat membutuhkan strategi komunikasi. Selanjutnya akan dipaparkan strategi komunikasi UKS/M. Strategi komunikasi akan terdiri atas analisis target audience atau kelompok sasaran menurut situasi saat ini dan perubahan yang diharapkan, strategi pesan, pemilihan saluran komunikasi dan media pendukungnya, dan cara monitoring dan evaluasi. Struktur Strategi Komunikasi UKS/M 1. Merumuskan masalah 2. Menetapkan tujuan komunikasi. 3. Menetapkan khalayak sasaran / target audience. 4. Menganalisis sasaran dari sisi pengetahuan, sikap, dan perilaku terkait isu UKS/M dan menetapkan perubahan yang diinginkan. 5. Merencanakan isi pesan yang sesuai. 6. Memilih saluran komunikasi dan media yang tepat sasaran. 7. Merencanakan cara monitoring dan evaluasi. 1.5 ISI DAN STRUKTUR
  • 8. 12 13 STRATEGi KOMUNIKASI USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M) STRATEGi KOMUNIKASI USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M) BAB2 DASAR-DASAR STRATEGI KOMUNIKASI ©SPEAK/2016 Tidak ada aturan baku kapan strategi komunikasi dibutuhkan. Tetapi idealnya setiap program sudah mempunyai pedoman umum strategi komunikasi sejak awal program. Tetapi setiap tahap pelaksanaan atau kegiatan program pun tetap membutuhkan strategi komunikasi untuk tahap atau kegiatan tersebut. Contohnya, program UKS/M membutuhkan strategi komunikasi besar untuk menggalang dukungan dan untuk memastikan semua pihak terlibat. Tetapi ketika akan diadakan Lomba Sekolah Sehat sebagai bagian dari kegiatan program UKS/M, maka dibutuhkan strategi komunikasi khusus untuk mensukseskan lomba tersebut. Strategi komunikasi adalah pendekatan komunikasi menyeluruh yang terdiri atas rangkaian kegiatan menetapkan tujuan perubahan, menetapkan khalayak sasaran (target audiences), memilih isi pesan yang tepat, memilih saluran komunikasi dan jenis media yang tepat, dan cara evaluasinya. Strategi komunikasi yang efektif harus dilaksanakan dengan kaidah komunikasi efektif. Secara sederhana, komunikasi efektif adalah menyampaikan pesan yang tepat kepada orang yang tepat dengan saluran komunikasi yang tepat, dan di waktu yang tepat. definisi strategi komunikasi 2.1 komunikasi efektif
  • 9. 14 15 STRATEGi KOMUNIKASI USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M) STRATEGi KOMUNIKASI USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M) Komunikator atau penyampai pesan harus memiliki kredibilitas sehingga khalayak sasarannya percaya kepada isi pesan yang disampaikan. Dalam kaitan dengan suatu program, komunikator haruslah pihak yang memilki kewenangan untuk menyampaikan sesuatu. Selain berwenang, komunikator juga harus memiliki kapabilitas tentang isu yang disampaikan. Selain masalah kewenangan dan kapabilitas, komunikator harus memahami siapa khalayak sasaarannya, sehingga tidak salah memilih pesan dan cara penyampaian. Isi pesan adalah inti dari suatu proses komunikasi. Sampai atau tidaknya isi pesan dari komunikator kepada komunikan merupakan ukuran keberhasilan komunikasi. Isi pesan yang ideal harus jelas dan terfokus temanya. Batasi hanya tema-tema tertentu yang tidak terlalu luas. Isi pesan juga harus lengkap mengandung unsur 5W+H (Who, What, Where, When, How atau siapa, apa, di mana, kapan, bagaimana). Dan yang tidak kalah penting, isi pesan harus dikemas sedemikan rupa sehingga relevan dengan Dalam komunikasi efektif, terdapat sedikitnya 5 unsur yang harus menjadi perhatian, yaitu: Masing-masing unsur harus diperhatikan agar rangkaian proses komunikasi dapat berlangsung dengan baik. KOMUNIKASI EFEKTIF 1) Komunikator (pengirim pesan) 2) Isi pesan 3) saluran dan media penyampai pesan 4) komunikan/audience (penerima pesan) 5) umpan balik (feedback) penerima pesan. Caranya adalah dengan menggunakan bahasa yang dipahami oleh penerima pesan, dan bila tujuannya adalah untuk memicu perubahan pemikiran dan perilaku penerima pesan, maka isi pesan harus menonjolkan manfaat bagi penerima pesan, bukan menonjolkan kepentingan komunikator. Saluran komunikasi dan media pendukung juga harus dipikirkan supaya isi pesan dapat sampai kepada komunikan. Saluran komunikasi merupakan aktivitas yang dipilih untuk menyampaikan isi pesan. Pada dasarnya terdapat tiga saluran komunikasi yang efektif untuk program yang bertujuan perubahan perilaku seperti UKS/M, yaitu: 1 Advokasi, yaitu kegiatan menginformasikan dan memotivasi kepemimpinan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung bagi keberhasilan program. 2 Mobilisasi Sosial, yaitu kegiatan menggalang dukungan dan partisipasi dari seluruh pihak yang terlibat (stakeholders), baik individu maupun lembaga, jejaring komunitas, kelompok masyarakat, untuk meningkatkan rasa butuh terhadap program dan keberhasilan program; dan 3 Komunikasi Perubahan Perilaku (Behaviour Change Communication BCC), yaitu kegiatan komunikasi tatap muka dengan individu atau kelompok untuk menyampaikan informasi, memotivasi, penyelesaian masalah, perencanaan, dengan tujuan meningkatkan dan mempertahankan pengetahuan, sikap, dan praktik perilaku tertentu yang mengarah ke pencapaian tujuan program. Dalam penyelenggaraan program UKS/M, advokasi adalah kegiatan mendorong para penentu kebijakan, baik di level nasional, daerah, hingga sekolah, untuk memberikan dukungan terhadap penyelenggaraan UKS/M. “ “ © UNICEF/2016
  • 10. 16 17 STRATEGi KOMUNIKASI USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M) STRATEGi KOMUNIKASI USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M) Dukungan itu dapat berupa regulasi, pembinaan, dan penganggaran. Mobilisasi sosial dapat berupa pemanfaatan seluruh potensi dari stakeholders supaya semua pihak merasa penting untuk memastikan keberhasilan program UKS/M. Contohnya adalah mengadakan lomba UKS/M, yang dapat mendorong sekolah, Puskesmas, TP UKS/M daerah untuk meningkatkan pelaksanaan UKS/M masing-masing. Sedangkan BCC dalam UKS/M dapat berupa kegiatan sosialisasi program, rapat-rapat, dan pertemuan individu seperti audiensi, sosialisasi perilaku hidup bersih dan sehat, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan saluran komunikasi di atas akan lebih efektif bila didukung media komunikasi yang tepat. Media digunakan sebagai alat perantara untuk menyampaikan isi pesan yang digunakan sebagai rujukan baik oleh komunikator maupun komunikan. Media yang efektif haruslah dapat diakses dengan mudah oleh penerima pesan. Secanggih apa pun suatu media komunikasi, bila penerima pesan tidak dapat menggunakan atau mengakses, maka tidak ada gunanya. Media juga harus sederhana, sehingga mudah digunakan oleh komunikator dan komunikan. Komunikan atau penerima pesan adalah pihak yang menjadi sentral dalam perencanaan komunikasi. Penentuan isi pesan dan pemilihan saluran komunikasi dan media harus menjadikan komunikan sebagai pertimbangan utama. Isi pesan harus sampai kepada komunikan, sehingga pengemasan isi pesan dan saluran komunikasinya haruslah sesuai dengan komunikan. Tujuan utama komunikasi adalah menghasilkan perubahan perilaku berupa pengetahuan, sikap, dan praktik (Knowledge – Attitude – Practice, K-A-P) dari komunikan. Ketiga hal inilah yang harus diukur untuk dapat mengatakan tujuan komunikasi tercapai atau tidak. Pencapaian tujuan komunikasi juga dibuat berjenjang dengan melihat tingkat K-A-P komunikan. pertama, yang disasar adalah tingkat pengetahuan. Informasi diberikan dengan harapan tingkat pengetahuan komunikan tentang topik yang ingin disampaikan meningkat. Setelah mendapat pengetahuan, diharapkan terjadi perubahan sikap, yaitu menerima gagasan yang disampaikan, dan pada akhirnya bersedia mempraktikkan. © UNICEF/2016 Umpan balik atau feedback adalah unsur terakhir yang sangat penting dalam proses komunikasi. Istilah ini merujuk pada upaya respon dari komunikan terhadap isi pesan yang diterimanya. Mengapa ini penting? Karena dari respon itulah pihak pengirim pesan akan dapat memastikan apakah isi pesannya sampai atau tidak, dan kalau sampai seberapa akurat diterimanya, dan bagaimana dampak isi pesan tersebut terhadap perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku penerima pesan. Karena itu sangat penting untuk merencanakan mekanisme umpan balik dalam setiap perencanaan komunikasi. Disinilah peran penting monitoring dan evaluasi komunikasi. 2.2strategi komunikasi Prinsip-prinsip dasar komunikasi efektif yang dipaparkan sebelumnya akan digunakan untuk menyusun strategi komunikasi. Strategi komunikasi terdiri atas komponen-komponen berikut: 1. Penetapan tujuan perubahan atau masalah yang akan dipecahkan/diatasi. 2. Penetapan khalayak sasaran (target audience). 3. Penyusunan isi pesan yang akan disampaikan kepada khalayak sasaran. 4. Pemilihan saluran / cara penyampaian pesan beserta medianya yang tepat sasaran. 5. Penentuan cara menilai keberhasilan strategi komunikasi (monitoring dan evaluasi). Bila disederhanakan dalam bentuk tabel/matriks, maka format strategi komunikasi akan berupa: Masalah : ...... 1) Tujuan komunikasi : ...... 2) 1. .... 2. .... 3. .... Khalayak sasaran 3) Isi pesan 6) Saluran dan media pendukung 7) Perencanaan umpan balik 8) Saat ini (eksisting) 4) Perubahan yang diharapkan 5) Analisis perilaku (K-A-P) Penjelasan: 1) Masalah yang akan diatasi harus dirumuskan dengan baik dan harus terfokus. Contoh rumusan masalah: Hingga saat ini, program UKS/M di Kabupaten X tidak berjalan dengan baik. Dari laporan yang diterima oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Kesehatan, daerah tersebut belum membentuk Tim Pembina UKS/M daerah, dan pemerintah daerah tidak mempunyai program kerja terkait UKS/M, sehingga tidak ada alokasi anggaran untuk UKS/M, baik melaui program kerja sektor pendidikan, sektor kesehatan, maupun sektor lain.
  • 11. 18 19 STRATEGi KOMUNIKASI USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M) STRATEGi KOMUNIKASI USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M) Padahal laporan menunjukkan di daerah tersebut beberapa kali terjadi wabah penyakit demam berdarah dengue dengan 80% penderita anak usia sekolah. Hal ini menunjukkan adanya persoalan kebersihan di sekolah, karena anak-anak kemungkinan besar tergigit nyamuk aedes pada saat belajar di sekolah. Dengan perumusan masalah yang jelas seperti di atas, maka kita segera dapat menyusun strategi mengatasinya. 2) Tujuan komunikasi adalah perubahan yang ingin dicapai dengan komunikasi. dalam hal ini tujuan komunikasi bukanlah untuk menjawab masalahnya, tetapi menciptakan situasi pendukung menuju penyelesaian masalah. Menggunakan contoh rumusan masalah di atas, maka tujuan komunikasinya adalah: Meningkatkan kesadaran semua stakeholder di Kabupaten X untuk mempertimbangkan program UKS/M sebagai program strategis dalam meningkatan perbaikan lingkungan sekolah. Bila diperhatikan, maka tujuan strategi komunikasi tidak secara langsung mengarah pada tujuan program. Tujuan strategi komunikasi UKS/M bukanlah untuk menciptakan sekolah sehat sebagaimana tujuan program UKS/M, melainkan lebih ditekankan pada upaya menggerakkan semua stakeholders agar mendukung pencapaian tujuan program UKS/M. 3) Khalayak sasaran atau target audience yang menjadi sentral dari strategi komunikasi harus diidentifikasi orang-orangnya kemudian dianalisis keterkaitannya dengan program. Berdasarkan pengelompokan dan analisis khalayak sasaran ini, barulah dipilih isi pesan yang sesuai, saluran komunikasi dan media yang paling tepat. Pengelompokan Khalayak Sasaran Khalayak sasaran komunikasi dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: • Khalayak sasaran primer, yaitu mereka yang menjadi sasaran utama strategi komunikasinya. Mereka adalah yang ingin kita pengaruhi pengetahuan, sikap, dan perilakunya. • Khalayak sasaran sekunder, yaitu mereka yang secara langsung dapat mempengaruhi keputusan khalayak sasaran primer. Kadang-kadang, kita sendiri tidak dapat secara langsung mempengaruhi perubahan pada sasaran primer, tetapi perlu menggunakan sasaran sekunder. • Khalayak sasaran tersier, yaitu mereka yang tidak menjadi sasaran utama, tetapi dukunganya dibutuhkan supaya sasaran primer melakukan perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku seperti yang kita harapkan. Mengacu pada prinsip di atas, maka bila terdapat lebih dari satu khalayak sasaran, maka strategi komunikasi akan berbeda-beda. Pada satu masalah yang sama, tujuan strategi komunikasi yang sama, bisa terdapat beberapa khalayak sasasaran sekaligus. Setiap khalayak sasaran harus dianalisis K-A-P masing-masing, karena dapat berbeda-beda pula isi pesan dan saluran komunikasi yang dipilih. Dalam pelaksanaan program UKS/M, di setiap tingkatan –pusat, provinsi, kota/ kabupaten, sekolah—tentu akan berbeda-beda khalayak sasarannya. Khalayak sasaran juga berbeda menurut masalahnya. Sebagai contoh, bila TP UKS/M Pusat menemukan kinerja TP UKS/M Provinsi X kurang, maka pengelompokan khalayak sasarannya adalah: • Sasaran primer: Para pengurus TP UKS/M Provinsi X, yang diharapkan bisa meningkatkan kinerjanya. • Sasaran sekunder: Bupati dan para kepala instansi terkait UKS/M (Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Kantor Wilayah Departemen Agama, Dinas Kesra). Mereka juga perlu dipengaruhi supaya ikut mendorong peningkatan kinerja TP UKS/M di wilayahnya. • Sasaran tersier: Para TP UKS/M kabupaten/kota, tokoh masyarakat terkait kesehatan dan pendidikan, media massa lokal yang berpengaruh, NGO terkait pendidikan dan kesehatan yang memiliki program kerja di provinsi X, dan lain-lain. Para TP UKS/M kabupaten/kota di provinsi X dapat ikut mendorong supaya TP UKS/M provinsi lebih aktif, karena TP UKS/M membutuhkan dukungan dan pembinaan. Tokoh masyarakat dan media massa dapat mempengaruhi keputusan sasaran sekunder, misalnya dengan mengangkat isu kesehatan sekolah. NGO terkait kesehatan dan pendidikan dapat memberikan bantuan program yang mendorong pelaksanaan TP UKS/M, misalnya dengan memberikan peningkatan kapasitas ataupan bantuan fisik. Analisis Khalayak Sasaran Pada program UKS/M, maka perlu diidentifikasi setiap kelompok khalayak sasaran menurut K-A-P-nya, yaitu: 1. Seberapa jauh pemahaman khalayak sasaran tentang UKS/M. Jangan-jangan mereka memahami UKS sekadar suatu ruangan khusus di sekolah yang digunakan untuk merawat siswa yang jatuh sakit di sekolah, bukan sebagai suatu program yang lebih luas. Apakah mereka tahu kegiatan-kegiatan dalam UKS/M? Apakah mereka tahu bahwa UKS/M merupakan salah satu tugas jabatan mereka? Apakah mereka tahu keterkaitan penyelengaraan UKS/M dengan kualitas pendidikan? Apakah mereka tahu sistem pembinaan dan penyelenggaraan UKS/M di semua tingkatan, dan apa peran mereka? © UNICEF/2016
  • 12. 20 21 STRATEGi KOMUNIKASI USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M) STRATEGi KOMUNIKASI USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M) 2. Bagaimana sikap khalayak sasaran terhadap UKS/M, setuju atau tidak, bersedia melaksanakan atau belum, mendukung atau tidak. Apakah mereka menganggap penting program UKS/M? Apakah setuju untuk mengikuti sistem pembinaan dan penyelenggaraan UKS/M di daerahnya atau di organisasinya? Kalau tidak setuju, apa alasannya? Apa rencana mereka untuk meningkatkan penyelenggaraan UKS/M? 3. Bagaimana khalayak sasaran melaksanakan program UKS/M di tingkatannya. Apakah sudah memprogramkan UKS/M atau belum? Apakah sudah melaksanakan secara lengkap atau baru sebagian? Kegiatan apa saja yang sudah dilaksanakan? Data awal tentang K-A-P ini akan menjadi baseline atau tolok ukur awal dalam perencanaan strategi komunikasi. Strategi komunikasi pada dasarnya adalah mengubah K-A-P khalayak sasaran, yang belum tahu menjadi tahu, yang belum setuju menjadi setuju, yang belum melaksanakan menjadi melaksanakan. Jadi, ketika khayalak sasaran sudah memiliki pengetahuan yang cukup tentang penyelenggaraan UKS/M tetapi belum setuju untuk memprioritaskan UKS/M dalam program kerja mereka, maka strategi komunikasinya adalah untuk mempengaruhi khalayak sasaran supaya setuju untuk memproritaskan UKS/M, misalnya untuk tahun anggaran berikutnya. Bila khalayak sasaran sudah menyatakan mendukung tetapi belum menganggarkan, maka strategi komunikasinya adalah untuk mempengaruhi supaya memasukkan UKS/M ke dalam program kerja dan menganggarkannya. Setelah dilakukan analisis K-A-P, barulah kita dapat menyusun strategi komunikasi yang tepat, yaitu isi pesan yang tepat, cara penyampaian yang tepat yang meliputi memilih saluran komunikasi dan media pendukung yang tepat, serta bagaimana mengukur umpan baliknya. 4) Isi Pesan yang menjadi isi komunikasi harus direncanakan dengan baik, disesuaikan dengan masalah, tujuan komunikasi, siapa khalayak sasarannya, bagaimana K-A-P khalayak sasaran saat ini, dan perubahan yang diharapkan. Isi pesan dalam strategi komunikasi harus spesifik, terfokus pada masalah, dan khusus untuk khalayak sasaran tertentu. © SPEAK/2017 Isi pesan juga mengikuti hasil analisis K-A-P setiap khalayak sasaran. Bila khalayak sasaran belum memiliki pemahaman cukup tentang UKS/M, maka isi pesan adalah informasi yang lengkap tentang UKS/M, atau pada bagian-bagian yang belum dipahami saja. Bila khalayak sasaran belum setuju untuk memprioritaskan UKS/M ke dalam program kerjanya, maka isi pesan harus menonjolkan manfaat yang akan diperoleh bila memprioritaskan program UKS/M. Bila khalayak sasaran sudah menyatakan dukungan tetapi belum melaksanakan, maka isi pesan perlu menyebutkan informasi bagaimana cara melaksanakan dan dukungan apa saja yang dapat diberikan bila ingin melaksanakan program UKS/M. 5) Saluran komunikasi dan media dipilih berdasarkan hasil analisis khalayak sasaran. Saluran komunikasi adalah cara yang dipilih untuk menyampaikan isi pesan kepada khalayak sasaran. Saluran ini berupa aktivitas-aktivitas, baik yang bersifat tatap muka maupun melalui media penghubung. Pilihan Saluran Dalam kaitan dengan pelaksanaan program yang bertujuan melibatkan orang banyak, seperti UKS/M, pilihan saluran komunikasi yang dianjurkan adalah: • Advokasi untuk menyasar para penentu/pembuat kebijakan. • Mobilisasi untuk pengerahan sumber daya. • Komunikasi perubahan perilaku (Behaviour Change Communication, BCC) untuk menyasar individu. Bergantung kebutuhan, tujuan, lingkup masalah, dan karakteristik khalayak sasaran, saluran komunikasi bisa dipilih salah satu, kombinasi dua saluran, atau ketiga-tiganya sekaligus. Saluran komunikasi dapat dilengkapi dengan media yang sesuai, yang meningkatkan efektivitas sampainya pesan ke khalayak sasaran. Pilihan media ini bergantung pada siapa khalayak sasarannya, dan isi pesan apa yang ingin disampaikan. Berdasarkan indera yang menerima, media dibagi menurut media pandang (visual), media dengar (auditif), dan media pandang dengar (audio visual). Masing-masing memiliki kelebihan dan tantangan.
  • 13. 22 23 STRATEGi KOMUNIKASI USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M) STRATEGi KOMUNIKASI USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M) Jenis Media, Kelebihan dan Tantangannya Jenis Media Kelebihan Tantangan 1. Visual – bisa dilihat Contoh: laporan tertulis, spanduk/banner, brosur, poster, suratkabar, portal berita internet, materi PowerPoint bila tidak dipresentasikan. • Mudah didesain. • Mudah diproduksi dan digandakan. • Relatif murah. • Cocok untuk menyampaikan informasi yang mempengaruhi tingkat pengetahuan (Knowledge). • Perlu waktu khusus untuk membaca dan memahami. 2. Audio – bisa didengar Contoh: acara talkshow di radio, iklan layanan masyarakat di radio, lagu-lagu. • Mudah diproduksi. • Biaya produksi relatif murah. • Dapat didengarkan sambil melakukan kegiatan lain. • Cocok untuk mempengaruhi sikap/pendapat (Attitude). • Perlu peralatan khusus untuk mendengarkan. • Kadang perlu anggaran untuk penayangan, misalnya iklan layanan masyarakat. 3. Audio visual – bisa dilihat dan didengar Contoh: pertemuan, rapat, pelatihan, demo atau praktik langsung, tayangan acara di televisi, tayangan film, kunjungan lapangan, pertunjukan panggung. • Di antara semua jenis media, paling mudah menarik perhatian. • Cocok untuk membuat khalayak sasaran untuk tergerak melakukan seperti yang kita inginkan (Practice). • Pembuatannya paling rumit. • Biaya produksi paling mahal. • Perlu alat khusus untuk menonton. • Kadang perlu anggaran mahal untuk penayangan, misalnya siaran televisi. © UNICEF/2017 Penyusunan isi pesan dan pemilihan saluran komunikasi juga dapat disusun menggunakan pendekatan Komunikasi Perubahan Perilaku (Behaviour Change Communication, BCC), yaitu dengan mempertimbangan tingkat K-A-P khalayak sasaran. Pedomannya dapat dilihat pada tabel berikut: Panduan di atas menunjukkan bahwa isi pesan dan saluran komunikasi yang dipilih harus didasarkan pada hasil analisis K-A-P pada khalayak sasaran. Kita tidak dapat mengharapkan khalayak sasaran melakukan aksi bila dia belum memahami apa pun atau belum setuju. Sebaliknya, bila khalayak sasaran sudah bersedia melaksanakan, tidak perlu lagi kita memberikan informasi-informasi dasar, kecuali dibutuhkan. Khusus untuk khalayak sasaran yang sudah melaksanakan, berikan peran dalam program tersebut. Dengan cara ini akan didapat dua manfaat langsung, yaitu yang bersangkutan dapat mempertahankan, dan khalayak sasaran lain yang belum melaksanakan akan lebih termotivasi karena mendapatkan contoh langsung dari orang yang sudah melaksanakan, terlebih lagi bila orang tersebut setara dengan khalayak sasaran. K-A-P Awal K-A-P Diharapkan / Tujuan Komunikasi Jenis pesan Saluran Komunikasi 1. Belum tahu Tahu Informatif Massal 2. Sudah tahu tetapi belum setuju Setuju Memotivasi Kelompok 3. Sudah setuju tetapi belum bersedia melaksanakan Bersedia melaksanakan Memfasilitasi Personal 4. Sudah melaksanakan Mempertahankan, meningkatkan, mengembangkan Apresiasi (diberi peran) Personal Mengkombinasikan saluran komunikasi dengan media yang tepat akan meningkatkan efektivitas komunikasi. Isi pesan dapat diterima oleh sasaran dengan mudah, lebih lengkap, dan memiliki daya penggerak yang lebih kuat, sehingga khalayak sasaran lebih memahami, lalu menyetujui, dan akhirnya melakukan aksi seperti yang kita harapkan. 2.3 PendekataN BCC untuk Penyusunan Isi Pesan dan Pemilihan Saluran Komunikasi © UNICEF/2016
  • 14. 24 25 STRATEGi KOMUNIKASI USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M) STRATEGi KOMUNIKASI USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M) Setelah memahami dasar-dasar strategi komunikasi, dengan contoh kasus di Kabupaten X di bagian sebelumnya, maka dapat dibuat rumusan strategi komunikasi sebagai berikut: Strategi Komunikasi UKS/M Kabupaten X Permasalahan: Hingga saat ini, program UKS/M di Kabupaten X tidak berjalan dengan baik. Dari laporan yang diterima oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Kesehatan, daerah tersebut belum membentuk Tim Pembina UKS/M daerah, dan pemerintah daerah tidak mempunyai program kerja terkait UKS/M, sehingga tidak ada alokasi anggaran untuk UKS/M, baik melaui program kerja sektor pendidikan, sektor kesehatan, maupun sektor lain. Padahal laporan menunjukkan di daerah tersebut beberapa kali terjadi wabah penyakit demam berdarah dengue dengan 80% penderita anak usia sekolah. Hal ini menunjukkan adanya persoalan kebersihan di sekolah, karena anak-anak kemungkinan besar tergigit nyamuk aedes pada saat belajar di sekolah. Tujuan Komunikasi: Meningkatkan kesadaran semua stakeholder di Kabupaten X untuk mempertimbangkan program UKS/M sebagai program strategis dalam meningkatan perbaikan lingkungan sekolah Khalayak Sasaran K-A-P saat ini K-A-P yang diharapkan Isi Pesan Saluran dan Media Mekanisme Umpan Balik / Monev Primer: Kepala Dinas Pendidikan sebagai Ketua TP UKS/M Kabupaten X. Baru menjabat 4 bulan, belum terlalu paham fungsi jabatannya sebagai Ketua TP UKS/M. Memahami fungsi jabatannya sebagai ketua TP UKS/M. Program UKS/M merupakan program wajib sektor pendidikan. Keberhasilan program UKS/M menjadi salah satu indikator keberhasilan program pendidikan dan kesehatan daerah. Regulasi- regulasi tentang kesehatan anak usia sekolan dan remaja. Saluran: Audiensi. Media: Buku Pedoman Penyelengga- raan Program UKS/M. Follow up hasil kesepakatan 2 minggu setelah audiensi. 2.4 contoh strategi komunikasi Khalayak Sasaran K-A-P saat ini K-A-P yang diharapkan Isi Pesan Saluran dan Media Mekanisme Umpan Balik / Monev Sekunder 1: Bupati X Peduli pada masalah Kesehatan dan Pendidikan, tetapi belum memahami peran program UKS/M dalam peningkatan mutu pendidikan. Memahami peran UKS/M dalam peningkatan mutu pendidikan dan mendorong Ketua TP UKS/M untuk segera aktif dan menyusun rencana kerja UKS/M Kabupaten X. Persoalan kesehatan anak usia sekolah dan remaja. Program UKS/M dapat dimanfaatkan untuk peningkatan kualitas lingkungan sekolah, antara lain akan berdampak menurunkan angka kejadian penyakit demam berdarah. Peningkatan kualitas lingkungan sekolah akan meningkatkan mutu pendidikan daerah. Contoh sekolah- sekolah yang berhasil meraih prestasi melalui program UKS/M. Saluran: Audiensi Media: Lembar fakta kondisi progam UKS/M di Kabupaten X dikaitkan dengan angka kejadian penyakit. Follow up hasil kesepakatan 2 minggu setelah audiensi. Sekunder 2: Kepala Dinas Kesehatan. Kepala Dinas Kesra. Kepala Kantor Kementerian Agama Kab. X. Sudah memahami pentingnya program UKS/M, tetapi beralasan tidak tahu sumber anggarannya. Memahami sumber-sumber anggaran program UKS/M. Segera berkomunikasi dengan Kepala Dinas Pendidikan sebagai koordinator UKS/M untuk segera melakukan rapat koordinasi awal. Informasi sumber-sumber pendanaan program UKS/M. Saluran: Audiensi dan rapat TP UKS/M. Media: Brosur sumber- sumber pendanaan UKS/M. Materi presentasi. Follow up hasil kesepakatan 2 minggu setelah audiensi.
  • 15. 26 27 STRATEGi KOMUNIKASI USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M) STRATEGi KOMUNIKASI USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M) Khalayak Sasaran K-A-P saat ini K-A-P yang diharapkan Isi Pesan Saluran dan Media Mekanisme Umpan Balik / Monev Tersier 1: Ketua Palang Merah Kabupaten X (dokter senior, tokoh masyarakat, mantan wakil bupati). Sangat paham program UKS/M karena saat menjabat wakil bupati banyak melakukan program kesehatan. Tokoh yang disegani oleh bupati. Bersedia melakukan lobi dengan bupati untuk mengaktifkan TP UKS/M di Kabupaten X. Program UKS/M di SMP dan SMA dapat untuk meningkatkan kegiatan Palang Merah Remaja. Saluran: Audiensi. Media: Contoh keberhasilan kegiatan Palang Merah Remaja di daerah-daerah lain. Follow up hasil kesepakatan 2 minggu setelah audiensi. Tersier 2: Ketua LSM yang mempunyai program pendampingan kesehatan reproduksi remaja. Sudah melakukan pilot program pendampingan kesehatan reproduksi di 1 SMP dan 2 SMU di Kab. X. Targetnya adalah memasukkan topik kesehatan reproduksi ke dalam muatan lokal pendidikan daerah. Bersedia diajak melakukan audiensi dengan Ketua TP UKS/M dan bupati untuk menyampaikan hasil pendampingan di 3 sekolah dan peran UKS/M terhadap kesehatan reproduksi remaja. Program pilot pendampingan kesehatan reproduksi dapat direplikasi di sekolah-sekolah lain melalui program UKS/M. Saluran: Audiensi. Media: Buku Pedoman Pelaksanaan Program UKS/M. Follow up hasil kesepakatan 2 minggu setelah audiensi. Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa untuk permasalah yang sama dan tujuan komunikasi yang sama, dapat diidentifikasi sedikitnya 5 khalayak sasaran yang berbeda-beda. Kelima khalayak sasaran memiliki hasil analisis K-A-P yang berbeda-beda terkait persoalan yang akan dikomunikasikan. Karena itu, tujuan perubahan K-A-P yang diharapkan pun berbeda- beda. Setelah itu, disusun isi pesan yang paling sesuai, dan saluran komunikasi dan media yang paling efektif. BAB3 analisis situasi © SPEAK/2017
  • 16. 28 29 STRATEGi KOMUNIKASI USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M) STRATEGi KOMUNIKASI USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M) Dalam waktu tiga dasawarsa lagi Indonesia akan merayakan 100 tahun kemerdekaan. Masa itu disebut juga masa Indonesia Emas. Maka generasi yang hidup di masa itu disebut juga Generasi Emas. Pada saat itu Indonesia diperkirakan masuk era industri. Dibutuhkan sumber daya manusia berkualitas untuk membuat Indonesia sejajar dengan negara-negara maju. Pada masa itu, kemajuan teknologi informasi, komunikasi, dan transportasi, serta berlakunya perdanganan bebas antar-negara diperkirakan membuat batas-batas geografis Indonesia akan lebur. Lalu lintas manusia, baik masuk maupun keluar, tidak akan terbendung. Indonesia harus siap menerima tenaga kerja asing, dan sebaliknya warga Indonesia juga tak lagi terkendala untuk berkarya di belahan bumi yang lain. Indonesia memiliki kekayaan besar yang disebut bonus demografi, yaitu penduduknya yang 70% berada di usia produktif (14-64 tahun). Mereka yang disebut Generasi Emas itulah yang pada masanya akan menjadi penggerak utama roda kehidupan bangsa. Generasi Emas itu seharusnya terdiri atas manusia-manusia yang sehat, cerdas, tangguh, berdaya saing tinggi, tetapi tetap cinta tahan air. Anak-anak usia sekolah saat inilah yang akan tumbuh menjadi Generasi Emas tersebut. Mereka harus disiapkan untuk menjadi generasi berkualitas sejak sekarang. Mereka harus mendapatkan kesempatan tumbuh dan berkembang optimum sesuai potensinya. Salah satunya adalah dengan menciptakan dan menjaga lingkungan sekolah yang sehat, aman dan nyaman, supaya dapat memaksimalkan seluruh potensinya. Kondisi sekolah yang sehat, aman dan nyaman menjadi penting karena anak usia sekolah menghabiskan 1/3 waktu hariannya di sekolah. Lingkungan sekolah yang bersih, sehat, kondusif, akan membuat mereka dapat belajar dengan baik, berinteraksi dengan sehat, sehingga tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang sehat jiwa raga. Mereka inilah yang diharapkan menjadi Generasi Emas Indonesia. 3.1 penyiapan generasi emas © UNICEF/2016 3.2masalah kesehatan anak usia sekolah Upaya menciptakan Generasi Emas melalui sekolah sehat menghadapi berbagai tantangan. Anak-anak calon Generasi Emas saat ini masih dihadapkan pada berbagai masalah kesehatan, baik kesehatan fisik maupun kesehatan lingkungan sekolah. Saat ini secara umum Indonesia masih dihadapkan dengan berbagai penyakit infeksi. Ini menimpa pada penduduk semua usia, termasuk anak usia sekolah. Menurut data Susenas 2014, angka kesakitan (morbiditas) anak usia 0-17 mencapai 15,26%, dengan keluhan terbanyak masih seputar gejala-gejala penyakit infeksi, yaitu panas, batuk, pilek, dan diare. Meskipun demikian, penyakit-penyakit tidak menular dan penyakit-penyakit akibat perilaku dan gaya hidup semakin hari semakin meningkat. Rencana Aksi Nasional Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja 2017 – 2019 mencatat ada 8 masalah kesehatan pada anak usia sekolah dan remaja, yaitu: 1. Kesehatan Seksual dan Reproduksi • Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007-2013 menunjukkan usia mulai berpacaran semakin muda. 27% di bawah 15 tahun. 47% usia 15-17 tahun (2012). • Semakin muda usia berpacaran, semakin berisiko terjadi kekerasan seksual, kehamilan di luar nikah, dan penularan HIV/AIDS. • Global School-based Health Survey (GSHS) tahun 2015 menunjukkan adanya peningkatan siswa yang melakukan aktivitas seksual, dan usia pelakunya semakin muda. Bahkan 4% siswa perempuan usia 13-17 tahun telah melakukan hubungan seksual. • Perilaku berisiko lain pada usia sekolah yang ditemukan adalah hubungan seksual tanpa kontrasepsi dan peningkatan angka kehamilan pranikah dan aborsi. 2. HIV / AIDS Dalam hal jumlah penderita baru HIV/AIDS, Indonesia menduduki nomor 2 se-Asia Pasifik setelah China. Saat ini prevalensi HIV/AIDS di Indonesia mencapai 0,36%, tetapi belum ada data berapa jumlah penderita di usia sekolah dan remaja. Anak usia sekolah pada umumnya tertular dari ibu saat di kandungan atau kelahiran. Meskipun demikian, pengetahuan anak usia sekolah dan remaja terhadap HIV/AIDS masih sangat rendah. Penelitian di 11 kota terhadap kelompok berisiko HIV/AIDS menunjukkan adanya kelompok anak usia sekolah dan remaja, yaitu: • Kelompok waria: 5% berusia 15-19 tahun. • Kelompok lelaki seks dengan lelaki (LSL) atau homoseksual: 9% usia 15-19 tahun. 3. Zat Adiktif Penggunaan zat-zat penyebab kecanduan semakin memprihatinkan. Rokok dikenal sebagai pintu masuk ke arah kecanduan zat psikotropika yang lain. Data Riskesdas 2012 menunjukkan perokok pemula usia 10-13 tahun dlm 10 tahun naik dua kali lipat lipat dari 9,5% (2001) menjadi 18% (2012). Prevalensi merokok meningkat seiring usia.
  • 17. 30 31 STRATEGi KOMUNIKASI USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M) STRATEGi KOMUNIKASI USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M) Konsumsi alkohol juga semakin meningkat jumlahnya di kalangan anak usia sekolah dan remaja. Data Riskesdas 2012 menunjukkan konsumsi alkohol di kelompok umur 15-24 tahun sebanyak 1% di perempuan, 15,8% laki-laki. Narkoba dan psikotropika merupakan masalah yang sangat membebani secara sosial ekonomi. Mereka yang kecanduan akan kehilangan produktivitasnya, membebani ekonomi keluarga dan negara. Data menunjukkan 27,5% dari seluruh pengguna narkoba adalah pelajar dan mahasiswa (BNN, 2016). Risiko kesehatan lain yang timbul pada pengguna narkoba antara lain merokok, mengkonsumsi alkohol, dan melakukan hubungan seksual di luar nikah, tindak kekerasan, gangguan kejiwaan, gangguan tidur, dan pecandunya mudah mengalami kecelakaan. 4. Masalah Gizi Seiring perubahan kondisi sosial ekonomi dan informasi, anak anak usia sekolah dan remaja juga mengalami perubahan kondisi gizi. Meskipun secara umum asupan gizi semakin baik, tetapi makin banyak pula kasus salah asupan gizi yang menyebabkan berbagai masalah kesehatan pada anak usia sekolah dan remaja. Anemia masih menjadi masalah gizi yang serius. Data Riskesdas 2012 menunjukkan 1 dari 4 (26,4%) anak usia 5-14 dan remaja usia 15-24 tahun mengalami anemia. Selain itu, tingkat pengetahuan anak dan remaja tentang anemia masih rendah, yang menyebabkan lambatnya penanganan ketika anak-anak tersebut terkena anemia. Meskipun secara umum kesejahteraan masyarakat sudah meningkat, tetapi ternyata masih banyak anak usia sekolah dan remaja yang tubuhnya terlalu kurus. Data Riskesdas 2012 menunjukkan anak dan remaja yang mempunyai berat badan di bawah normal mencapai 7,2% pada kelompok usia 6-12 tahun, 7,8% pada kelompok 13-15 tahun, dan 7,5% pada kelompok 16-18 tahun. Sebaliknya, jumlah anak usia sekolah dan remaja yang mengalami kegemukan semakin meningkat. Pada kelompok usia 6-12 tahun mencapai 18,8%, kelompok 13-15 tahun 10,8%, dan kelompok 16-18 tahun 7,3% (Riskesdas 2012). Stunting atau pertumbuhan tinggi badan yang kurang dari usianya adalah indikator kesehatan anak dan remaja yang sangat penting. Sebab, pada umumnya stunting disebabkan terjadinya berbagai gangguan kesehatan yang berulang, yang menyebabkan tubuh anak menggunakan energinya untuk pemulihan, sehingga pertumbuhan tingginya terhambat. Meskipun sudah terjadi penurunan dibandingkan 10 tahun sebelumnya, angka stunting masih cukup tinggi. Anak laki-laki kelompok usia 5-12 tahun yang tubuhnya sangat pendek masih 12,4% di tahun 2013, dan anak perempuan pada kelompok usia yan sama masih 12,2%. Pada kelompok usia berikutnya, 13-15 tahun dan 16-18 tahun, jumlah stunting meningkat. Pada anak laki- laki ada 16,2% dan 10,4% pada tahun 2012, dan pada anak perempuan 11,3% dan 4,4%. 5. Kekerasan dan Cedera Kasus bullying atau perundungan cukup banyak terjadi pada anak usia sekolah dan remaja. Survei GSHS tahun 2015 menunjukkan siswa usia 13-15 tahun yang mengalami perundungan dalam 30 hari terakhir mencapai 19% perempuan dan 23,7% laki-laki. Pada kelompok usia 16-17 tahun, angkanya 13% pada perempuan dan 24% pada laki-laki. Secara kumulatif, kasus perundungan pada usia 13-17 tahun mencapai 17,7% pada siswa perempuan dan 20,6% pada siswa laki-laki. Selain perundungan, kasus kekerasan lain yang kerap terjadi di sekolah adalah perkelahian. Prevalensi siswa perempuan usia 13-17 tahun yang pernah berkelahi minimum 1 (satu) kali dalam 12 tahun terakhir adalah 11,8%, dan anak laki-laki sampai 33,5%. Anak usia sekolah dan remaja juga tidak luput dari perkara hukum. Komisi Perlindungan Anak Indonesia mencatat pada tahun 2011-2015 pada tahun 2014 mencapai 561 kasus kekerasan seksual dengan pelaku anak di bawah 18 tahun. Angka Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH) terdiri atas 9 jenis kekerasan, yaitu: pelaku kekerasan fisik; pelaku kekerasan psikis; pelaku kekerasan seksual; pelaku pembunuhan; pelaku pencurian; pelaku kecelakaan lalu lintas; kepemilikan senjata tajam; pelaku penculikan; dan pelaku aborsi. Kasus cedera pada anak usia sekolah dan remaja juga cukup tinggi, dengan prevalensi pada anak laki-laki hampir dua kali lipat anak perempuan. Pada anak perempuan kelompok usia 10-19 tahun terdapat 8,80% kasus cedera, dan pada kelompok anak laki-laki mencapai 13,90%. 6. Kesehatan Jiwa Data Riskesdas 2012 menunjukkan remaja laki-laki usia 10-19 tahun yang mengalami gangguan jiwa emosional berjumlah 1,6%, dan pada perempuan 3,4%. Angka tersebut semakin tinggi pada kelompok usia di atas 19 tahun. Sebanyak 3,4% anak perempuan umur 13-17 pernah melakukan percobaan bunuh diri minimum 1 kali dalam 12 bulan terakhir, sementara anak laki-laki sebanyak 4,3%. Kasus bunuh diri anak dan remaja di Jawa dan Sumatera lebih tinggi dibandingkan daerah lain. © UNICEF/2016
  • 18. 32 33 STRATEGi KOMUNIKASI USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M) STRATEGi KOMUNIKASI USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M) 7. Sanitasi dan Kebersihan Individu Masih banyak anak usia sekolah dan remaja yang belum mampu mencuci tangan dengan benar. Pada kelompok usia 6-12 tahun, 42,4% anak belum melakukannya dengan benar. Pada kelompok usia 13- 15 tahun, yang mampu melakukan dengan benar 44,2% dan pada kelompok 16-18 mencapai 46,5%. Anak usia 13-17 tidak melakukan gosok gigi minimal 1 kali sehari sebanyak 1% pada anak perempuan dan 3,1% pada anak laki-laki. Sebanyak 19,2% anak usia 6-12 tahun belum menggunakan jamban untuk buang air, kelompok usia 13-15 tahun 18,9% dan pada kelompok 16-18 tahun sebanyak 16,16%. 8. Penyakit Tidak Menular Lain Salah satu penyebab utama penyakit tidak menular adalah kurangnya aktivitas fisik. Kekurangan aktivitas fisik ini ditemukan pada 20,9% anak usia 6-12 tahun, 56,5% pada kelompok usia 13-15 tahun, dan naik lagi hingga 64,6% pada kelompok usia 16-18 tahun. Mereka menghabiskan waktunya untuk menonton televisi, bermain gadget, dan ngobrol dengan teman. Anak-anak juga kurang mengkonsumsi buah dan sayur. 2,5% anak usia 6-12 tahun, 2,4% anak usia 13-15 tahun, dan 2,8% anak usia 16-18 tahun kurang makan buah dan sayur. Penyakit tidak menular yang paling banyak ditemukan pada anak dan remaja adalah Diabetes Mellitus (DM). DM merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia dan menyumbang 4,2% kematian pada kelompok usia produktif 15-44 tahun. Menurut data Riskesdas 2012 terdapat 0,3% anak usia 13-15 tahun yang terkena DM, 0,6% pada kelompok usia 16-18 dan 19-24. Angka tersebut diperkirakan semakin besar. Tahun 2007 persentase anak usia 15-24 yang terkena DM meningkat dari 0.4% menjadi 0,6%. Penyakit kardiovaskular, penyakit jantung koroner dan stroke menyerang pada usia yang semakin muda. Pada kelompok usia 13- 15 tahun terdapat 0,5% anak terkena penyakit jantung koroner, dan semakin tinggi persentasenya seiring peningkatan kelompok usia. Pada kelompok 16-18 tahun terdapat 0,60% dan kelompok 19-24 tahun mencapai 0,70%. Demikian juga serangan stroke, menyerang pada kelompok usia anak dan remaja. Pada tahun 2007 hanya ada 1,7% kasus stroke pada kelompok usia 18-24 tahun, tetapi pada 2012 jumlahnya meningkta menjadi 2,6%. Penyakit pernapasan akut yang banyak diderita anak usia sekolah dan remaja adalah asma. Pada tahun 2007 terdapat 2% anak usia 5-14 dan 2,2% remaja usia 15-24 tahun dengan gejala asma. Pada tahun 2013 angka tersebut naik menjadi 3,9% pada anak usia 5-14 tahun dan 5,6% pada remaja usia 15-24 tahun. Berarti angka tersebut naik dua kali lipat hanya dalam 5 tahun. © UNICEF/2016 Pengalaman menunjukan bahwa sekolah dapat menjadi tempat yang mengancam kesehatan. Anak usia sekolah mudah tertular penyakit dari teman sekolah, misalnya infeksi mata, cacar, campak, dan gondongan (mumps). Demikian juga batuk pilek, biasanya sangat menular di lingkungan sekolah. Batuk pilek, meskipun tampaknya sepele, tetapi merupakan penyebab paling sering anak sekolah tidak hadir ke sekolah. Penyakit demam berdarah dengue, yang disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti, juga sering didapat oleh anak pada saat jam belajar di sekolah. Seperti diketahui, nyamuk aedes aktif menyerang di pagi hari, pada jam-jam anak belajar di sekolah. Lingkungan sekolah yang tidak bersih dan tidak terawat menjadi tempat ideal berkembang biak nyamuk. Ancaman kesehatan di sekolah dapat juga berlangsung secara tidak langsung dan tidak seketika. Misalnya, penularan kuman tifus dari pedagang makanan yang membawa kuman lalu menularkannya kepada anak-anak sekolah yang membeli makanannya. Lingkungan sekolah yang kotor dan banyak lalat juga dapat menyebabkan wabah diare. Mekanisme penularan serupa dapat pula terjadi pada kasus wabah penyakit kuning atau hepatitis A. Selain masalah yang menyangkut fisik dan kejiwaan anak dan remaja, terdapat faktor risiko kesehatan lain yang terkait dengan kondisi lingkungan. Persoalan terbesar sekolah di Indonesia adalah minimnya sarana sanitasi sekolah. Lebih dari 30% sekolah yang tidak memiliki akses air bersih. Padahal, akses air bersih adalah prasyarat utama kebersihan lingkungan sekolah. Di samping itu berdasarkan profil sanitasi sekolah tahun 2017, terdapat 12,09% sekolah yang tidak memiliki jamban, dan 35,19% yang tidak memiliki sarana cuci tangan pakai sabun, dan 1 dari 2 sekolah di Indonesia tidak memiliki jamban yang memisahkan pengguna laki-laki dan perempuan. Kodisi-kondisi di atas, berpotensi menyebabkan gangguan, baik berupa gangguan akibat ketidaknyamanan, maupun gangguan Kesehatan, misalnya terjadinya penularan penyakit akibat kurangnya sarana kebersihan. Di sekolah-sekolah yang tidak memiliki sarana sanitasi yang memadai, siswa yang ingin buang air kecil akan besar biasanya akan menahan diri sampai jam pulang sekolah, atau harus pergi ke tempat lain sehingga meninggalkan jam pelajaran. Toilet sekolah yang tidak terawat, kotor, pintunya tidak dapat ditutup dengan baik, dapat menyebabkan siswa, terutama siswa perempuan enggan menggunakan toilet sekolah. Hal seperti ini dapat saja membuat siswa perempuan memilih untuk tidak sekolah pada saat haid, karena tidak memiliki tempat yang nyaman di sekolah untuk mengganti pembalut. 3.3 masalah kesehatan di sekolah Sarana kebersihan yang lengkap, seperti toilet yang bersih dengan tempat sampah khusus dan pembalut ganti untuk siswa perempuan sangat penting untuk mengurangi risiko kesehatan karena faktor lingkungan di sekolah. © UNICEF/2016
  • 19. 34 35 STRATEGi KOMUNIKASI USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M) STRATEGi KOMUNIKASI USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M) Menurunnya angka kelahiran pada remaja usia 15-19 tahun dari 48/1.000kelahiran menjadi 38/1.000kelahiran pada 2014. Menurunnya persentase remaja perempuan usia 15-19 tahun yang menjadi ibu atau sedang hamil anak pertama dari 9,25% menjadi 9,1%pada tahun 2014. Menurunnya laju peningkatan prevalensi HIV dari 0,46pada tahun 2014 menjadi kurang dari 0,5. Meningkatnya persentase orang usia 14 tahun ke atas dengan HIV/AIDS yang memenuhi syarat ART menerima ART dari 17%menjadi 40%pada tahun 2015. Meningkatnya persentase anak usia kurang dari 14 tahun dengan HIV dan AIDS yang memenuhi syarat ART menerima ART dari 14%menjadi 80%pada tahun 2015 . Menurunnya persentase merokok penduduk usia 18 tahun ke atas dari 7,2% pada tahun 2015 menjadi 5,4%. Mempertahankan prevalensi obesitas penduduk usia 15 tahun ke atas dari 15,4% pada tahun 2013 tetap 15,4%. Menurunnya prevalensi mereka yang meninggal karena kecelakaan lalu lintas 50%dibandingkan data tahun 2010. Menurunnya prevalensi penduduk usia 15 tahun ke atas dengan gula darah tinggi dari 6,78%di tahun 2014 menjadi 6,27%. Menurunnya prevalensi tekanan darah tinggi pada usia di atas 18 tahun dari 25,8%menjadi 23,4%. Menurunnya proporsi penduduk usia 10 tahun ke atas dengan aktivitas fisik kurang dari 26,1%menjadi 24,8%. Menurunnya persentase kehamilan yang tidak diinginkan pada wanita usia subur (15-49 tahun) dari 7,1% menjadi 6,6%di tahun 2014. Untuk mencapai kesehatan anak usia sekolah dan remaja, maka pemerintah menetapkan target-target yang harus dicapai pada 2019. Target-target tersebut adalah: 3.4 target kesehatan anak usia sekolah dan remaja 2019 UKS/M merupakan bagian dari upaya peningkatan kesehatan anak usia sekolah dan remaja. Dalam RAN Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja 2017-2019, pada Strategi I tentang Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Anak Usia Sekolah dan Remaja terhadap 8 Isu Kesehatan, pada bagian Program I.1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan hidup sehat anak usia sekolah dan remaja serta orangtua mereka melalui institusi pendidikan, disebutkan salah satunya kegiatan “Meningkatkan jumlah sekolah melaksanakan UKS secara aktif: 240 (2017), 340 (2018), 340 (2019)”. Dengan demikian maka penyelenggaraan program UKS/M perlu difokuskan pada upaya pencapaian target RAN, yaitu meningkatkan jumlah sekolah yang melaksanakan UKS secara aktif. Menurut RAN tersebut, pencapaian target ini menjadi tanggung jawab tiga kementerian, yaitu Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Kementerian Agama. Ketiga kementerian itu, bersama Kementerian Dalam Negeri, merupakan komponen Tim Pembina UKS/Pusat. 3.5 target uks/m dalam ran kesehatan anak usia sekolah dan remaja © UNICEF/2016
  • 20. 36 37 STRATEGi KOMUNIKASI USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M) STRATEGi KOMUNIKASI USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M) BAB4 usaha kesehatan sekolah/madrasah © UNICEF/2016 Kegiatan utama UKS/M disebut dengan Trias UKS, yang terdiri atas: 1. Pendidikan kesehatan Gerakan literasi kesehatan. Pendidikan keterampilan hidup sehat. Cuci tangan bersama. Sikat gigi bersama. Aktivitas fisik pada jam istirahat dan pergantian jam pelajaran. Sarapan dan kudapan bersama dengan bekal gizi seimbang. 2. Pelayanan kesehatan Penjaringan kesehatan dan pemeriksaan berkala. Imunisasi, pemberian obat cacing dan tablet tambah darah. Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K). 3. Pembinaan lingkungan kehidupan sekolah yang sehat Pembinaan kantin dan pedagang kaki lima. Pengelolaan sampah. Tanaman pangan. Pemberantasan sarang nyamuk. Pembinaan kader kesehatan sekolah. Suasana sekolah yang menyenangkan (senyum, sapa, salam, sopan, santun). Sekolah bebas asap rokok, napza dan kekerasan. 4.1 konsepuks/m Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah (UKS/M) adalah upaya membina dan mengembangkan kebiasaan hidup sehat yang dilakukan secara terpadu melalui program pendidikan dan pelayanan kesehatan di sekolah, perguruan agama serta usaha-usaha yang dilakukan dalam rangka pembinaan dan pemeliharaan kesehatan di lingkungan sekolah. UKS/M juga merupakan usaha kesehatan masyarakat yang dijalankan di sekolah-sekolah dengan anak didik beserta lingkungan hidupnya sebagai sasaran utama. UKS merupakan wahana untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan selanjutnya membentuk perilaku hidup sehat, yang pada gilirannya menghasilkan derajat kesehatan yang optimal. Ini merupakan bagian dari usaha kesehatan pokok yang menjadi beban tugas puskesmas yang ditujukan kepada sekolah-sekolah dengan anak beserta lingkungan hidupnya, dalam rangka mencapai keadaan kesehatan anak sebaik-baiknya dan sekaligus meningkatkan prestasi belajar anak sekolah setinggi-tingginya. Usaha kesehatan sekolah dirintis sejak tahun 1956 melalui Pilot Project di Jakarta dan Bekasi yang merupakan kerja sama antara Departemen Kesehatan, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, dan Departemen Dalam Negeri. Dalam tahun 1980 ditingkatkan menjadi Keputusan Bersama antara Depdikbud dan Depkes tentang kelompok kerja UKS. Untuk mencapai Pemantapan dan pembinaan secara terpadu ditetapkan Surat keputusan bersama antara Kemendikbud, Kemenkes, Kemendagri dan Kemenag Tanggal 3 September 1980 tentang Pokok Kebijaksanaan dan Pengembangan UKS No. 408a/U/1984, No 3191/Menkes/SKBVI/1984, No 74/th/1984, No 61/1984. TRIAS UKS © UNICEF/2016
  • 21. 38 39 STRATEGi KOMUNIKASI USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M) STRATEGi KOMUNIKASI USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M) Dengan demikian Trias UKS merupakan perpaduan antara upaya pendidikan dengan upaya pelayanan kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan upaya pendidikan kesehatan yang dilaksanakan sesuai dengan kurikulum sekolah. Pelayanan kesehatan merupakan upaya kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan peserta didik agar dapat tumbuh dan berkembang secara sehat, yang pada akhirnya dapat meningkatkan produktivitas belajar dan prestasi belajar. Sedangkan pembinaan lingkungan sekolah yang sehat merupakan. gabungan antara upaya pendidikan dan upaya kesehatan untuk dapat diterapkan dalam lingkungan sekolah dan kehidupan sehari-hari peserta didik. Pengembangan UKS/M masih menghadapi beberapa tantangan. Tantangan bukan hanya di tingkat perencanaan program, baik di level Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah, melainkan juga di tingkat sekolah sebagai pelaksana, dan di masyarakat secara umum. Berikut ini tantangan pengembangan UKS/M yang perlu dicarikan jalan keluarnya: 1. Kurangnya pemahaman tentang UKS/M UKS/M pada umumnya dipersepsikan sebagai suatu ruang khusus di sekolah, berisi tempat tidur dan obat-obatan, yang digunakan sebagai tempat memberikan pertolongan pertama bila ada siswa yang jatuh sakit di sekolah. Padahal, hal ini hanya satu bagian kecil dari fungsi UKS/M yang meliputi tiga hal yang disebutkan di Trias UKS/M. 2. UKS/M belum dianggap program strategis Belum banyak yang melihat potensi program UKS/M sebagai langkah strategis untuk melakukan intervensi positif terhadap anak usia sekolah, yang tidak hanya menyangkut masalah kesehatan, melainkan juga perilaku positif, misalnya pencegahan penyalahgunaan narkoba, pencegahan perilaku seksual pranikah, pencegahan bullying dan kekerasan emosional, dan sebagainya. 3. Rendahnya perhatian dari penentu kebijakan terhadap UKS/M Surat keputusan bersama 4 menteri yang mendasari lahirnya program UKS/M mengamanatkan dilaksanakannya program UKS/M dengan pola pembinaan dari tingkat pusat hingga daerah melalui pembentukan Tim Pembina UKS/M (TP UKS/M). Hanya saja, dalam pelaksanaannya belum semua melaksanakan dan tidak menganggarkan. 4. Penerapan dan pengembangan program UKS/M belum merata Belum semua daerah melaksanakan program UKS/M. Baru beberapa provinsi yang telah melaksanakan dan menganggarkan UKS/M, dan masih ada beberapa provinsi 4.2 tantangan pengembangan uks/m © UNICEF/2016 yang sama sekali belum melaksanakan dan membentuk TP UKS/M tingkat provinsi, kota/kabupaten, apalagi di tingkat desa. 5. Penerapan program UKS/M hanya formalitas. Banyak sekolah yang melakukan kegiatan UKS/M hanya untuk memenuhi persyaratan, dan itu pun hanya sebatas penyediaan ruang khusus perawatan, tanpa ada kegiatan-kegiatan lain dan tidak ada pembinaan lebih lanjut. Tidak jarang sekolah baru memberikan perhatian kepada program UKS/M dan kelengkapannya hanya saat dilakukan penilaian lomba sekolah sehat. Di tingkat kota, meskipun banyak kota telah mendirikan tugu UKS/M, belum tentu di balik itu program UKS/M dijalankan sebagaimana mestinya. 6. Program UKS/M belum dipahami sebagai bagian dari target nasional dan daerah bidang kesehatan. Rencana Aksi Nasional (RAN) Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja 2017- 2019 menyebutkan target terkait UKS/M, yaitu peningkatan jumlah sekolah yang melaksanakan program UKS secara penuh, dengan target 240 sekolah pada tahun 2017, 340 sekolah pada tahun 2018, dan 340 sekolah lagi pada 2019. Bila dipahami sebagai bagian dari target nasional, maka program UKS/M akan lebih terarah. Tim Pembina UKS/M Pusat akan dapat menyusun program kerja berdasarkan target, dan dapat merencanakan upaya dan pengerahan sumber daya untuk mencapai target tersebut. Bila ingin UKS/M menjadi program strategis untuk mengatasi berbagai masalah Kesehatan di sekolah dan di masyarakat, maka tantangan-tantangan yang disebutkan di atas hendaknya diangkat dan dicarikan jalan keluar. Tim Pembina UKS tingkat pusat yang terdiri atas 4 kementerian terkait idealnya menjadi motor penggerak untuk mengupayakan solusi bagi pengembangan program UKS/M di semua level. TP UKS/M Pusat hendaknya mampu mengkomunikasikan peran penting UKS/M ini kepada semua pemangku kepentingan untuk menyatukan persepsi dan pada akhirnya memberikan dukungan.
  • 22. 40 41 STRATEGi KOMUNIKASI USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M) STRATEGi KOMUNIKASI USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M) BAB5 strategi komunikasi uks/m © SPEAK/2017 Pada bab ini pembahasan difokuskan pada strategi komunikasi UKS/M dalam rangka mendorong pelaksanaan program UKS/M di semua level. Rumusan strategi komunikasi akan mengikuti struktur standar strategi komunikasi seperti yang dibahas dalam Bab II. Berdasarkan pembahasan dari analisis situasi dan tantangan pengembangan program UKS/M di bagian sebelumnya, maka rumusan masalah komunikasi UKS/M adalah sebagai berikut: Program UKS/M saat ini perlu lebih didorong supaya dapat terlaksana di semua level. Belum semua stakeholders menyadari peran strategis UKS/M dalam mendukung pencapaian target pembangunan sektor kesehatan dan pendidikan, khususnya di kelompok usia sekolah dan remaja, sebagaimana tercantum dalam RAN Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja 2017-2019. TP UKS/M Pusat sudah mulai bersinergi untuk menciptakan lingkungan pendukung yang dapat mendorong berjalannya program UKS/M di semua level. Untuk itu tim membutuhkan dukungan juga supaya dapat melaksanakan tugasnya tersebut. Tujuan utama komunikasi ini adalah untuk menyatukan persepsi semua stakeholder tentang peran strategis program UKS/M untuk mendukung tercapainya target kesehatan anak usia sekolah dan remaja. Setelah dicapai kesamaan persepsi, setiap stakeholder melaksanakan perannya dalam program UKS/M, dan mensinergikan potensinya, termasuk pembiayaan, bersama-sama semua stakeholder, untuk mendorong terlaksananya program UKS/M di semua level. 5.1 perumusan masalah komunikasi 5.2 tujuan komunikasi © UNICEF/2016
  • 23. 42 43 STRATEGi KOMUNIKASI USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M) STRATEGi KOMUNIKASI USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M) Khalayak sasaran atau target audience komunikasi TP UKS/M Pusat dikelompokkan ke dalam 3 level, yaitu khalayak sasaran primer, sekunder, dan tersier. Dari hasil diskusi ditetapkan khalayak sasaran primer adalah kelompok penentu kebijakan UKS/M. Sedangkan kelompok sekunder adalah TP UKS/M tingkat provinsi dan kabupaten/kota, dan kelompok tersier adalah masyarakat umum. Masing-masing kelompok khalayak sasaran terdiri atas beberapa pihak. Secara lengkap dapat dilihat pada diagram berikut ini: Kemeterian Agama Kementerian pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Kesehatan Kementerian Dalam Negeri Masih rendahnya pelibatan Stakeholder yang potensial Masih rendahnya alokasi anggaran di daerah Masih rendahnya komitmen kebijakan Media Sosial Infografis Factsheet Tim Pembina Provinsi Tim Pembina Kab./Kota Tim Pembina Kecamatan Puskesmas Sekolah/Madrasah PENETAPAN DAN ANALISIS KHALAYAK SASARAN UKS/M Masyarakat Lembaga/Donor Media Akademisi Swasta/BUMN Dalam kelompok primer terdapat 4 kementerian terkait UKS/M, yaitu Kementerian Agama, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Kesehatan, dan Kementerian Dalama Negeri. Dari analisis didapatkan kesimpulan bahwa persoalan pada kelompok primer ini adalah masih rendahnya komitmen kebijakan untuk pengembangan UKS/M. Rendahnya komitmen menyebabkan rendahnya perhatian terhadap program UKS/M dibandingkan dengan program-program lain di kementerian. Salah satu akibatnya dalah belum tersedianya sarana prasarana pendukung kerja TP UKS/M Pusat, hampir tidak ada koordinasi lintas kementerian, dan minimnya alokasi sumber daya untuk program UKS/M yang menjadi tanggung jawab masing-masing kementerian. Pada kelompok sekunder terdapat pelaksana UKS di tingkat daerah hingga sekolah. Persoalan yang dilihat pada kelompok ini adalah rendahnya alokasi anggaran untuk program UKS/M. Bahkan ada daerah yang belum melaksanakan program UKS/M sama sekali. Pada kelompok tersier terdapat kelompok-kelompok potensial yang berpotensi membantu dan mendukung pengembangan UKS/M, seperti media massa, akademisi, lembaga donor, sektor swasta, LSM, serta masyarakat luas. Persoalan pada kelompok ini adalah kurangnya pemahaman tentang UKS/M dan perannya dalam perbaikan kualitas hidup sehat melalu sekolah. 5.3 KHALAYAK SASARAN KOMUNIKASI UKS/M Khalayak Sasaran K-A-P saat ini Perubahan K-A-P yang diharapkan Primer: Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama • Masih rendahnya komitmen kebijakan untuk pengembangan UKS/M, menyebabkan rendahnya perhatian terhadap program UKS/M dibandingkan dengan program-program lain di kementerian. Salah satu akibatnya adalah belum tersedianya sarana prasarana pendukung kerja TP UKS/M Pusat, hampir tidak ada koordinasi lintas kementerian, dan minimnya alokasi sumber daya untuk program UKS/M yang menjadi tanggung jawab masing-masing kementerian. • Antara TP UKS/M Pusat dengan daerah belum tercipta sistem komunikasi yang efektif. • Dicapainya kesamaan persepsi bahwa program UKS/M memiliki peran strategis yang mendukung tercapainya target kesehatan anak usia sekolah dan remaja yang menjadi tanggung jawab semua pihak. • Ke-4 kementerian meningkatkan komitmen dalam melaksanakan perannya sebagai bagian dari program UKS/M di tingkat nasional. • Ke-4 kementerian melalui TP UKS/M Pusat bersinergi meningkatkan komunikasi dengan TP UKS/M Provinsi dalam rangka mendorong pelaksanaan program UKS/M di daerah. Sekunder: TP UKS/M Daerah (Provinsi, Kota/Kabupaten, Kecamatan, Puskesmas, Sekolah / Madrasah / Pondok Pesantren). • Rendahnya alokasi anggaran untuk program UKS/M. • Ada daerah yang belum melaksanakan program UKS/M sama sekali. • Segera mengalokasikan anggaran yang memadai untuk program UKS/M. • Segera melaksanakaan program UKS/M di daerahnya. Tersier: Masyarakat umum, media massa, akademisi, lembaga donor, sektor swasta, LSM. Kurangnya pemahaman tentang UKS/M dan perannya dalam perbaikan kualitas hidup sehat melalu sekolah. Lebih memahami tentang UKS/M dan ikut mendorong pelaksanaannya di tingkat sekolah. Analisis K-A-P Khalayak Sasaran Berdasarkan hasil analisis khalayak sasaran di atas, yang meliputi tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik terkait program UKS/M, baik kondisi saat ini maupun perubahan yang diharapkan, maka dapat disusun isi pesan yang sesuai dan dipilih saluran komunikasi yang lebih tepat sasaran.
  • 24. 44 45 STRATEGi KOMUNIKASI USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M) STRATEGi KOMUNIKASI USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M) Berdasarkan hasil pemetaan target audience atau khalayak sasaran di atas, maka dapat disusun isi pesan kunci untuk masing-masing stakeholder. Semua isi pesan dibuat berdasarkan tujuan perubahan yang diharapkan pada stakeholder yang disasar. Untuk menunjukkan betapa penting peningkatan program UKS/M bagi kementerian terkait, maka pesan yang disampaikan berupa data dan fakta tentang kondisi UKS/M saat ini dan manfaat yang diperoleh bila program UKS/M dilaksanakan secara luas. Sedangkan pada kelompok sekunder, diberikan informasi tentang peluang-peluang pendanaan program UKS/M karena dari analisis stakeholder didapatkan banyak TP UKS/M daerah yang belum mengetahui peluang-peluang anggaran untuk penyelenggaraan program UKS/M di daerahnya. Selain itu, banyak TP UKS/M daerah yang tidak memahami pembagian tugas lintas sektor dalam pelaksanaan UKS/M di daerah, misalnya bentuk kerja sama antara Puskemas dan sekolah dalam pembinaan UKS/M. Karena itu TP UKS/M Pusat merasa perlu untuk mengingatkan kembali tentang pembagian peran dan fungsi semua stakeholder dalam pengembangan program UKS/M, baik di tingkat nasional maupun daerah. Sedangkan kepada masyarakat umum dan kelompok tersier lainnya diberikan informasi tentang UKS/M yangs sifatnya lebih umum. Sebab, dari analisis ditemukan fakta bahwa UKS/M masih belum dipahami sepenuhnya. Misalnya, UKS hanya dipersepsi sebagai ruangan khusus berisi tempat tidur di sekolah yang digunakan untuk memberikan pertolongan pertama kepada siswa yang jatuh sakit di sekolah. Maka informasi yang disampaikan adalah tentang program UKS/M secara lebih lengkap, setidaknya terkait dengan isi Trias UKS. Selain isi pesan untuk target audience, TP UKS/M Pusat juga menciptakan motto “Semua Terlibat, UKS/M Hebat”. Tujuan penggunaan motto tersebut adalah memberikan semangat kepada semua pihak untuk terlibat dalam pengembangan UKS/M. Motto tersebut juga berfungsi sebagai “pesan payung” untuk setiap isi pesan yang dibuat untuk semua stakeholder. Tabel pada halaman selanjutnya adalah daftar isi pesan untuk tiap khalayak sasaran. 5.4 isi pesan © UNICEF/2016 Daftar Isi Pesan untuk Khalayak Sasaran Khalayak Sasaran Isi Pesan Primer • 8 masalah isu anak usia sekolah dan remaja dalam RAN Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja 2017-2018. • Pengembangan UKS/M merupakan salah satu kegiatan dalam RAN Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja 2017-2018 • Target-target kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja 2019. • Target jumlah sekolah yang melaksanakan UKS secara penuh dalam RAN Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja 2017- 2018: 240 (2017), 340 (2018), dan 340 (2019). • Peran strategis UKS/M dalam penyiapan Generasi Emas Indonesia. • Target-target pelaksanaan Program UKS/M atau terkait kesehatan anak usia sekolah dan remaja di 4 kementerian terkait UKS/M. • Gambaran masalah/tantangan implementasi program UKS/M. • Pembagian peran stakeholder dalam Program UKS/M. • Rekomendasi pengembangan program UKS/M. Sekunder • Target-target kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja 2019. • Peran strategis UKS/M dalam peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan di daerah. • Mengatasi masalah-masalah kesehatan anak usia sekolah dan remaja akan menurunkan beban keuangan pemerintah daerah. • Pembagian peran stakeholder tingkat daerah dalam Program UKS/M. • Sumber-sumber pendanaan yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan Program UKS/M di daerah. • Contoh-contoh sukses inovasi kegiatan UKS/M dari berbagai daerah yang dapat diadopsi dan direplikasi. Tersier • UKS/M bukan sekadar ruangan khusus di sekolah untuk memberikan pertolongan pertama pada siswa yang jatuh sakit di sekolah. • Isi Trias UKS/M: pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, pembinaan lingkungan sekolah yang sehat. • Anak-anak berhak mendapatkan jaminan kesehatan dan keselamatan selama belajar di sekolah. Hal itu dapat dicapai bila sekolah melaksanakan Program UKS/M dengan baik. • Peran yang diharapkan dari orang tua, masyarakat, LSM, akademisi, media massa, dll dalam pengembangan program UKS/M.
  • 25. 46 47 STRATEGi KOMUNIKASI USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M) STRATEGi KOMUNIKASI USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M) Isi-isi pesan tersebut harus diramu lagi supaya lebih bermakna sehingga inti isi pesan sampai kepada khalayak sasaran. Untuk advokasi kepada penentu kebijakan baik di pusat maupun daerah, sangat penting untuk memberikan fakta berupa angka, termasuk target-target yang harus dicapai. Untuk kelompok khalayak sasaran tersier, harus menonjolkan manfaat yang diperoleh bagi anak-anak sekolah bila program UKS/M diterapkan dengan baik. Saluran komunikasi untuk menyampaikan pesan tentang UKS/M ditentukan oleh siapa yang menjadi khalayak sasaran komunikasi. Untuk target audience primer, maka digunakan saluran yang sifatnya kedinasan. Misalnya melalui rapat dan audiensi dengan pejabat berwenang. Media yang digunakan dapat berupa lembar data/factsheet, laporan, atau materi presentasi. Sedangkan untuk target audience sekunder, digunakan jalur pembinaan program ke daerah-daerah, dan melalui lomba Sekolah Sehat yang sudah diadakan secara rutin. Selain itu, penyampaian informasi tentang UKS/M dapat dimasukkan dalam kegiatan sosialisasi kebijakan dan program terkait lainnya dari pemerintah pusat ke daerah-daerah. Saluran komunikasi untuk menyampaikan pesan tentang UKS/M ditentukan oleh siapa yang menjadi khalayak sasaran komunikasi. Untuk target audience primer, maka digunakan saluran yang sifatnya kedinasan. Misalnya melalui rapat dan audiensi dengan pejabat berwenang. Media yang digunakan dapat berupa lembar data/factsheet, laporan, atau materi presentasi. Sedangkan untuk target audience sekunder, digunakan jalur pembinaan program ke daerah-daerah, dan melalui lomba Sekolah Sehat yang sudah diadakan secara rutin. Selain itu, penyampaian informasi tentang UKS/M dapat dimasukkan dalam kegiatan sosialisasi kebijakan dan program terkait lainnya dari pemerintah pusat ke daerah-daerah. Untuk target audience masyarakat umum, dipilih media sosial sebagai saluran komunikasi. Pertimbangannya adalah media sosial semakin menggeser penggunaan media massa konvensional, dengan cakupan yang sangat tinggi. Penyampaian pesan-pesan tentang UKS/M secara teratur melalui media sosial diharapkan dapat menjangkau masyarakat usia muda sebagai pengguna utama media sosial. 5.5 saluran komunikasi dan media ©UNICEF/2016 Pilihan Saluran Komunikasi dan Media Khalayak Sasaran Saluran Komunikasi Media Pendukung Primer • Audiensi dengan pejabat berwenang. • Rapat kerja. • Pelaporan. • Materi presentasi. • Laporan. • Lembar fakta (factsheet). • Risalah kliping pemberitaan tentang UKS/M. Sekunder • Audiensi dengan pejabat berwenang di daerah. • Rapat kerja. • Pelaporan. • Sosialisasi. • Lomba Sekolah Sehat. • Lomba-lomba lain terkait kesehatan sekolah, seperti lomba dokter kecil, lomba palang merah remaja. • Materi presentasi. • Brosur tentang potensi sumber pendanaan program UKS/M daerah. • Buku Pedoman Pelaksanaan Program UKS/M. Tersier • Rapat komite sekolah. • Pemberitaan melalui media massa. • Penyebaran informasi bertema kesehatan sekolah di media sosial. • Materi presentasi. • Siaran pers tentang program UKS/M atau program lain terkait kesehatan anak usia sekolah dan remaja. • Website resmi kementerian dan program terkait UKS/M. • Poster. © UNICEF/2016
  • 26. 48 49 STRATEGi KOMUNIKASI USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M) STRATEGi KOMUNIKASI USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M) Berikut ini adalah contoh-contoh produk media yang digunakan untuk komunikasi dengan masing-masing kelompok stakeholder. a. Factsheet UKS/M Latar Belakang Masalah Gizi 30,6% 9,4% 1,9% Stunting/pendek Terlalu kurus Kegemukan (Sumber: Riskesdas, 2013) Dari data tahun 2017, jumlah penduduk Indonesia sebesar 261,89 juta jiwa. 26,21% dari total penduduk Indonesia atau 69 juta di antaranya adalah anak usia sekolah berumur 5 hingga 19 tahun. Mereka itulah yang akan tumbuh menjadi generasi produktif pada saat Indonesia memasuki usia 100 tahun pada 2045. Dari data tahun 2017, jumlah penduduk Indonesia sebesar 261,89 juta jiwa antara usia sekolah 5 – 19 tahun Sebanyak 68,66 juta atau 26,21% Pada anak usia sekolah, penyakit infeksi masih dominan, seperti ISPA, demam tifoid dan demam berdarah. Tetapi masalah gaya hidup juga menonjol. Masalah kesehatan serius pada kelompok usia sekolah adalah stunting, yaitu gangguan pertumbuhan yang menyebabkan anak-anak tidak mampu mencapai tinggi badan ideal pada usianya. Stunting ini terjadi pada sekitar 30% anak. Konsumsi Alkohol Peningkatan jumlah pengguna narkoba di usia remaja 2016 1148,2 2017 1172,2 (Sumber: BNN, 2014) RASIO TOILET SAAT INI LEBIH IDEAL DATA POKOK PENDIDIKAN (DAPODIK) 2016 1 : 122 1 : 117 IDEAL 1 : 60 IDEAL 1 :50 HANYA 1 DARI 4 TOILET SEKOLAH DALAM KONDISI BAIK SATU DARI DUA SEKOLAH DI INDONESIA TIDAK MEMILIKI JAMBAN YANG TERPISAH ANTARA SISWA LAKI-LAKI DAN SISWA PEREMPUAN Kurang aktivitas fisik Kurang makan sayur dan buah Tidak cuci tangan pakai sabun Kurang kebersihan gigi 23,7%anak laki-laki 1,5%anak perempuan Merokok Gangguan Kejiwaan 52,9%anak perempuan 39,9%anak laki-laki 6,5%anak perempuan 4,5%anak laki-laki 46,8%anak perempuan 37,7%anak laki-laki (Sumber: GSHS, 2015) MERASA KESEPIAN INGIN BUNUH DIRI MERASA KHAWATIR (Sumber: GSHS, 2015) Konsumsi Alkohol & Narkoba Permasalahan Kesehatan Peserta Didik Anemia >20% sudah mengonsumsi alkohol 13-17 tahun (Sumber: GSHS, 2015) Anak Perempuan Laki-laki 1,6% 7,2% Pelayanan Kesehatan Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat Pendidikan Kesehatan Trias UKS Pendidikan Kesehatan Pelayanan Kesehatan Penjaringan dan pemeriksaan, imunisasi, obat cacing, tablet tambah darah, P3K Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat Kantin dan PKL, sampah, tanaman pangan, PSN, kader kesehatan, suasana menyenangkan, bebas asap rokok, NAPZA dan kekerasan Pendidikan hidup sehat, cuci tangan dan sikat gigi, aktivitas fisik, sarapan dan bekal bergizi 63,62% 65,08% 20,38% Menolak melakukan hubungan seksual Menghindari pelecehan Menahan rasa marah L I F E S K I L L E D U C A T I O N Siswa dan siswi mendapat pendidikan kecakapan hidup sehat berupa: FAKTOR RESIKO PERILAKU ANAK USIA SEKOLAH YANG BERPOTENSI MENYEBABKAN PENYAKIT (Sumber: Riskesdas 2011 & GSHS 2015) 1 DARI 3 SEKOLAH DI INDONESIA TIDAK MEMILIKI AKSES AIR Intervensi kesehatan melalui anak usia sekolah dan remaja melalui UKS/M merupakan langkah strategis dan efektif karena berada dalam suatu institusi yang terorganisir dengan baik. UKS/M menjadi tanggung jawab 4 kementerian terkait: Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama, dan Kementerian Dalam Negeri. a. Penerapan UKS berarti secara langsung maupun tidak langsung dapat menjangkau sedikitnya 68,6 juta anak usia 15-19 tahun atau 26,21% total penduduk Indonesia b. Bila diterapkan sekarang juga, UKS/M berkontribusi besar pada penyiapan Generasi Emas 2045 c. UKS/M adalah intervensi strategis yang murah, efektif dan efisien. Karena intervensi dilakukan pada tahap preventif d. Intervensi anak usia sekolah dan remaja melalui UKS/M merupakan langkah strategis dan efektif karena berada dalam suatu institusi yang terorganisir, terstruktur secara vertikal dan terintegrasi berbagai isu UKS/M adalah Solusi b. Infografis PotensI AngGaran
  • 27. 50 51 STRATEGi KOMUNIKASI USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M) STRATEGi KOMUNIKASI USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M) c. InfografiS Tim Pembina dan Pelaksana UKS/M Monitoring dan evaluasi strategi komunikasi harus dilakukan dalam kerangka kegiatan komunikasi program UKS/M. Karena itu, untuk monev strategi komunikasi, indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur juga terkait kegiatan komunikasi. Yang diukur adalah output (keluaran), outcome (hasil), dan impact (dampak) dari program komunikasi. Ketiga indikator tersebut dan cara mengukurnya dapat dilihat pada tabel berikut ini: Indikator Penjelasan Cara Mengukur Output Mengukur sejauh mana kegiatan dilakukan sesuai dengan tahapan/rencana yang diharapkan. • Monitoring kegiatan secara rutin saat persiapan (mingguan, bulanan, triwulan dll), misalnya menggunakan lembar monitoring. • Media monitoring Outcome Mengukur perubahan perilaku dari sisi K-A-P dari khalayak sasaran sesuai indikator. • Survei (wawancara, pengamatan/observasi). • Focused Group Discussion (FGD). Impact Mengukur dampak setelah diakukan program komunikasi dalam jangka 2-5 tahun, atau kontribusinya terhadap pencapaian target program. • Survei (wawancara, pengamatan/observasi). • Focused Group Discussion (FGD). • Hasil media monitoring. 5.6 MONITORING DAN EVALUASI Monitoring hendaknya difokuskan pada upaya pencapaian target-target supaya dapat dilakukan koreksi di tengah jalan ketika ditemukan ada kegiatan yang tidak berjalan sebagaimana merstinya. Hasil monitoring akan menjadi bahan laporan perkembangan (progress report). Evaluasi difokuskan pada dampak kegiatan komunikasi terhadap pencapaian program. Misalnya, kegiatan advokasi yang dapat membuat bupati memutuskan penambahan anggaran untuk program UKS/M ke dalam APBD; penyelenggaraan lomba sekolah sehat tingkat kota yang menyebabkan sekolah berlomba-lomba meningkatkan pelaksanaan program UKS/M; sosialisasi media massa secara terus-menerus selama satu tahun membuat beberapa LSM tergerak untuk melakukan pendampingan penguatan program UKS/M di sekolah-sekolah; dan sebagainya.
  • 28. 52 STRATEGi KOMUNIKASI USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH (UKS/M)