SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pandangan islam sikap dan ahlak seseorang sangat penting. Tidak terlepas
dari itu maka, islam sebagai agama yang paling mulia memberikan beberapa petunjuk,
aturan dan kedamaian kepada penganutnya melalui al-quran, al-hadis dan lain-lain.
Dalam pergaulan antar manusia ada diantaranya yang berahlak mazmumah dan sebagian
lagi berahlak mahmudah. Dalam makalah ini, kami dari penulis akan membahas tentang
ahlak mazmumah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang dapat dibuat
adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan Sum’ah ?
2. Apa yang dimaksud dengan Gibah ?
3. Apa yang dimaksud dengan Fitnah ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan kami dari penulisan makalah ini agar kita mengetahui beberapa
ahlak mazmumah yang sering kita lihat dalam kehidupan sehari-hari baik itu yang
disadari atau tidak.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sum’ah
1. Pengertian Sum’ah
Secara bahasa sum’ah adalah diperdengarkan kepada orang lain, adapun
secara istilah yaitu beribadah dengan benar dan ikhlas karena Allah, kemudian
menceritakan amal perbuatannya kepada orang lain, Perbedaan antara riya’ dan
sum’ah menurut Al-Hafizh yaitu riya’, adalah memperlihatkan amal dan
perbuatan dengan maksud mendapatkan pujian seperti shalat, adapun sum’ah
merupakan amalan yang diperdengarkan kemudian menceritakan perbuatannya
(sudah dikerjakan dengan penuh keikhlasan, namun pada akhirnya mengharapkan
pujian yang sifatnya duniawi). Perbedaan riya’dan sum’ah ialah: Riya’ berarti
beramal karena diperlihatkan kepada orang lain, sedangkan sum’ah beramal
supaya diperdengarkan kepada orang lain, Riya’ berkaitan dengan indra mata,
sedangkan sum’ah berkaitan dengan indra telinga. Kata sum’ah berasal dari kata
samma’a (memperdengarkan). Kalimat samma’an naasa bi ‘amalihi digunakan
jika seseorang menampakkan amalnya kepada manusia yang semula tidak
mengetahuinya.
2. Definisi Sum’ah secara Terminologi
Pengertian sum’ah secara istilah adalah sikap seorang muslim yang
membicarakan atau memberitahukan amal shalihnya, yang sebelumnya tidak
diketahui atau tersembunyi kepada orang lain, supaya dirinya mendapatkan
kedudukan, penghargaan, atau mengharapkan keuntungan materi. Syeikh Ahmad
Rifa’I dalam kitabnya Ri’ayah Himmah, Juz 2 menjelaskan:
‫ا‬َ‫ل‬‫ا‬‫ر‬َ‫ه‬ْ‫ظ‬َ‫ت‬‫ا‬َ‫ة‬َ‫ل‬ْ‫ض‬َ‫ف‬ْ‫ل‬‫ا‬‫َا‬‫ك‬‫ا‬‫م‬ْ‫ل‬‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬‫ة‬َ‫ع‬‫ا‬َّ‫الط‬ َ‫و‬
Artinya: “Janganlah kalian menunjukkan keutamaan (kepandaianmu), seperti
ilmu dan ketaatan karena banyak melaksanakan amal sholih kepada orang lain
supaya mereka memuliakanmu”.
3
Dalam makalahnya, beliau menjelaskan bahwa adakalanya kita menunjukkan
ketaatan kita pada orang lain, tetapi dalam hal-hal tertentu, seperti :
َ‫ب‬
َ
‫غ‬ ْ‫ر‬َ‫ي‬ِ‫ل‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬ِ‫ب‬‫ى‬
َ
‫د‬
َ
‫ت‬
ْ
‫ق‬ُ‫ي‬ِ‫ل‬‫ا‬ َ‫ه‬ُ‫ر‬‫ا‬َ‫ه‬
ْ
‫ظ‬ِ‫إ‬‫ا‬ َّ‫م‬
َ
‫أ‬َ‫و‬ِ‫ء‬
َ
‫يا‬ِ‫الر‬ ُ‫ب‬ِ‫ائ‬َ‫و‬
َ
‫ش‬ َ‫ن‬ َ‫م‬
َ
‫أ‬ ْ‫ن‬ِ‫ا‬‫ا‬ َ‫ه‬ِ‫ر‬‫ا‬َ‫ر‬ ْ‫س‬ِ‫إ‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ُ‫ل‬
َ
‫ض‬
ْ
‫ف‬
َ
‫أ‬ َ‫و‬ُ‫ه‬
َ
‫ف‬ ِ‫ر‬ْ‫ي‬
َ
‫خ‬
ْ
‫ال‬‫ى‬ِ‫ف‬ َ‫اس‬
َّ
‫الن‬
Artinya: “Adapun menunjukkan ketaatan kita kepada orang lain dengan tujuan
supaya orang meniru perbuatan kita (mengajak kepada kebaikan), itu lebih baik
(tidak berdosa) daripada kita menyembunyikannya, tetapi jika dalam hati kita
merasa hebat maka akan menjadi riya’(sombong)”.
َ‫لى‬َ‫ع‬‫ا‬ َّ‫م‬
َ
‫أ‬ِ‫اف‬َ‫ر‬ِ‫ت‬ْ‫ع‬ِ
ْ
‫اْل‬ْ‫ن‬ َ‫س‬ َ‫ح‬
َ
‫ف‬ ِ‫ة‬ َ‫م‬ْ‫ع‬ِ‫الن‬ِ‫ب‬
Artinya: “Dan sekiranya kita memperlihatkan kemuliaan kita (nikmat), sebagai
pertanda rasa syukur pada-Nya maka lebih bagus dan tidak termasuk ke dalam
perkara ‘ujub, karena kemuliaan yang kita dapatkan adalah anugerah Allah”.
Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT:
‫ا‬َّ‫م‬َ‫أ‬ َ‫و‬‫ا‬‫ا‬ْ‫ث‬‫د‬َ‫ح‬َ‫ف‬‫ا‬َ‫ك‬‫ب‬َ‫ر‬‫ا‬‫ة‬َ‫م‬ْ‫ع‬‫ن‬‫ب‬
Artinya: “Dan terhadap nikmat Tuhan-Mu, hendaklah engkau nyatakan (dengan
bersyukur)”.(Q.S. Dhuha: 11).
Ibnu Hajar Al-Asqalani mengetengahkan pendapat Izzudin bin
Abdussalam yang membedakan antara riya dan sum’ah. Riya’ adalah sikap
seseorang yang beramal bukan untuk Allah), sedangkan sum’ah adalah sikap
seseorang yang menyembunyikan amalnya untuk Allah, namun kemudian ia
bicarakan hal tersebut kepada manusia. Dengan demikian, dalam pandangannya
bahwa semua riya’ tercela, sedangkan sum’ah adalah amal terpuji jika ia
melakukannya karena Allah dan untuk memperoleh ridha-Nya, namun jadi tercela
jika dia bicarakan amalnya di hadapan manusia. Dalam Al-Qur’an Allah telah
mengingatkan kepada kita mengenai sifat sum’ah dan riya’ ini :
‫ا‬َ‫ي‬‫ا‬َ‫ْن‬‫ي‬‫ذ‬َّ‫ااال‬َ‫ه‬ُّ‫ي‬َ‫اأ‬‫ا‬‫ا‬‫اس‬َّ‫ن‬‫اال‬َ‫ء‬‫ا‬َ‫ئ‬‫ار‬ُ‫ه‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ام‬ُ‫ق‬‫ف‬ْ‫ن‬ُ‫ي‬‫ا‬ْ‫ى‬‫ذ‬َّ‫َال‬‫ك‬‫ىا‬َ‫ذ‬َ ْ‫ال‬ َ‫او‬‫ن‬َ‫م‬ْ‫ال‬‫اب‬ْ‫م‬ُ‫ك‬‫ات‬َ‫َق‬‫د‬َ‫ص‬‫اا‬ ْ‫و‬ُ‫ل‬‫ْط‬‫ب‬ُ‫ت‬‫ا‬َ‫ل‬‫ا‬ْ‫ا‬‫و‬ُ‫ن‬َ‫آم‬‫ا‬…
4
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan
(pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si
penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada
manusia…” (QS. Al-Baqarah : 264).
Di dunia ini, ada banyak hamba pilihan yang di takdirkan oleh Allah
sebagai golongan orang-orang yang luhur budi pekertinya, bagus dalam bertutur
kata dan dijauhkan dari sifat riya’ dan sum’ah, salah satu diantaranya adalah nabi
Muhammad SAW yang dijelaskan dalam salah satu hadisnya:
‫ا‬َ‫ق‬‫ا‬َ‫ن‬َ‫ل‬‫ا‬ َ‫ر‬ْ‫خ‬َ‫اف‬ َ‫ال‬َ‫ْن‬‫ي‬‫ر‬‫خ‬َ ْ‫اْل‬ َ‫او‬َ‫ْن‬‫ي‬‫ل‬َّ‫و‬َ ْ‫ااْل‬ُ‫م‬ َ‫ر‬ْ‫ك‬َ‫ااأ‬َّ‫ن‬‫اإ‬ُّ‫ي‬‫ب‬َّ‫ن‬‫اال‬َ‫ل‬‫ا‬
Rasul SAW bersabda: “Sesungguhnya aku (Muhammad) adalah yang paling
mulia diantara nabi-nabi yang terdahulu ataupun yang terakhir, dan tidak
berdosa (takabbur) bagiku, karena Allah SWT telah memberikan jaminan
sebagai seorang utusan untuk mengajak kepada jalan kebenaran”.
Kita sebagai umatnya, tidak menutup kemungkinan bisa sampai dalam
tahap kesempurnaan (di jauhkan dari sifat-sifat madzmumah: penyakit hati),
sebagaimana di jelaskan para ulama:
‫ا‬َ‫ص‬َ‫اح‬ْ‫د‬َ‫ق‬َ‫اف‬ُ‫ة‬َ‫ق‬ْ‫ي‬‫ر‬َّ‫ُاالط‬‫ه‬‫ا‬َ‫ي‬‫م‬‫اب‬ُ‫ه‬َ‫ن‬‫اط‬َ‫ب‬‫ُا‬‫ل‬‫س‬ْ‫غ‬َ‫ي‬َ‫او‬‫ة‬َ‫ع‬ْ‫ي‬‫ر‬َّ‫ش‬‫اال‬‫ي‬‫ل‬َ‫ح‬‫ُاب‬‫ه‬ َ‫ر‬‫اه‬َ‫ظ‬‫ىا‬َّ‫ل‬َ‫ح‬َ‫ت‬‫ا‬ْ‫ن‬َ‫م‬ َ‫ُاو‬‫ء‬‫ا‬َ‫م‬َ‫ل‬ُ‫ع‬ْ‫اال‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬‫ا‬‫ة‬َ‫ق‬ْ‫ي‬‫ق‬َ‫ح‬ْ‫ال‬‫اب‬َ‫ل‬
Artinya: “Barangsiapa yang secara lahirnya (tingkah laku dan perbuatan)
memakai perhiasan syari’at (menebarkan pesona kebaikan), kemudian
membasuh kotoran batinnya dengan air tarikat (hanya kepada Allah ia
memohon), maka ia telah sampai kepada tahap kesempurnaan (meyakini bahwa
hakikatnya segala sesuatu yang ia lakukan mengharap keridhoan-Nya saja)”.
3. Faktor-Faktor Penyebab Riya dan Sum’ah.
a. Latar Belakang Kehidupan
Jika seorang anak yang tumbuh dalam asuhan sebuah keluarga yang memiliki
suasana atau adat perilaku riya’ dan sum’ah, maka sangat besar kemungkinan
dirinya akan dapat terpengaruhi perilaku semacam itu. Jika penyakit itu telah
bercokol dan lama berurat akar dan mengkristal dalam jiwa, maka akan sangat
5
sulit untuk mengikisnya. Karena itu, rasulullah selalu menekankan pentingnya
faktor agama sebagai landasan utama dalam memilih calon pasangan hidup
kita.
b. Persahabatan yang Buruk
Persahabatan yang buruk hanya akan mengakibatkan sikap riya dan sum’ah,
terutama bagi orang yang lemah pribadi dan mentalnya dan mudah
terpengaruhi orang lain, dengan mengikuti dan meniru teman-temannya, lama
kelamaan berakar umbi dalam jiwanya. Sehubungan dengan hal ini, sebagai
muslim, kita dituntut agar selektif dalam menjalin persahabatan dengan
mereka yang baik, menghormati, dan menjalankan syariah Allah.
c. Tidak Memiliki Hakikat Ma’rifah kepada Allah
Karena tidak mengenal Allah secara hakiki maka dapat menimbulkan sikap
riya’ dan sum’ah, sebab orang yang jahil tidak mampu bersikap yang benar
terhadap Allah. Karena itu, berkembanglah dalam pikirannya bahwa ada
sebagian manusia yang mampu menolak bahaya dan memberi manfaat. Ia
bersikap riya dan sum’ah dalam setiap amalnya dihadapan sekelompok
manusia dan yang menurutnya berkuasa dalam menentukan nasib mereka.
Islam selalu menegaskan pentingnya mengenal Allah sebagai langkah
pertama yang harus ditempuh sebelum melakukan segala sesuatu. Sifat ini
lahir karena dalam dirinya merasa paling hebat dan suci, maka Allah SWT
mengingatkan kepada kita dalam surat Al-Najm ayat 32:
َ‫ال‬َ ‫ت‬َََُُّ‫ت‬ْ ََ‫ن‬ْ‫ُت‬ََ ‫ت‬‫م‬‫ت‬ْ Artinya: “Maka Janganlah kamu menganggap dirimu suci,”
Penafsiran ayat diatas diartikan seperti yang diuraikan oleh Syeikh Ahmad
Rifa’i:
‫أ‬َ‫ْى‬‫ال‬ َ
‫ت‬
َ
‫أْم‬ ‫ت‬‫ح‬َ‫و‬‫ت‬‫ه‬‫أا‬َ‫ل‬َ‫ْأ‬‫ب‬ َ‫ي‬ ْ‫ل‬ ‫ت‬ َ‫ْل‬ِ‫أ‬‫أج‬ َ‫ب‬ْ Artinya: “Jangan memuji karena merasa lebih
dari segalanya ( yang mengarah kepada perasaan ‘ujub)”
d. Ambisi Memperoleh Kedudukan dan Kemimpinan
Inilah salah satu diantara faktor yang dapat memotivasi timbulnya sikap riya’
dan sum’ah. Islam menekankan untuk menyeleksi dan menguji seseorang
6
sebelum ia dilimpahi suatu kepercayaan atau dukungan. Sebagaimana Firman-
Nya:
‫ا‬َ‫و‬ ْ‫م‬
َ
‫أ‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ْ‫ي‬
َ
‫ل‬ِ‫إ‬
ْ
‫وا‬ُ‫ع‬
َ
‫ف‬ ْ‫اد‬
َ
‫ف‬ ‫ا‬ً‫د‬
ْ
‫ش‬ُ‫ر‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬‫م‬
ُ
‫ت‬ ْ‫س‬
َ
‫آن‬ ْ‫ن‬ِ‫إ‬
َ
‫ف‬ َ‫اح‬
َ
‫ك‬ِ‫الن‬
ْ
‫وا‬
ُ
‫غ‬
َ
‫ل‬َ‫ب‬ ‫ا‬
َ
‫ذ‬ِ‫إ‬ َ‫ى‬َّ‫ت‬َ‫ح‬‫ى‬َ‫ام‬
َ
‫ت‬َ‫ي‬
ْ
‫ال‬
ْ
‫وا‬
ُ
‫ل‬
َ
‫ت‬ْ‫اب‬َ‫و‬ْ‫م‬ُ‫ه‬
َ
‫ل‬
Artinya: “Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin.
Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara
harta), maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya.” (QS. an-Nisaa’ :6)
e. Tamak Terhadap yang Dimiliki Orang Lain
Sikap rakus terhadap apa yang dimiliki orang lain serta ambisi terhadap harta
duniawi dapat menyebabkan riya atau sum’ah. Sebagaimana diriwayatkan
dari Abu Musa bahwa pada suatu hari rasul SAW ditanya, “Ya Rasulullah,
ada seorang yang berperang untuk memperoleh ghanimah, ada yang ingin
disebut-sebut, dan ada yang ingin posisinya dilihat oleh manusia, yang
manakah diantara mereka yang berperang di jalan Allah?” Rasul SAW
bersabda:“Barangsiapa berperang dengan tujuan meninggikan kalimat Allah,
maka dialah yang berperang di jalan Allah.” (HR. Bukhari)
f. Lalai Terhadap Dampak Buruk Riya dan Sum’ah
Ketidaktahuan dan kelalaian seseorang terhadap pengaruh buruk yang
ditimbulkan oleh riya dan sum’ah dapat menjerumuskan seseorang kepada
riya atau sum’ah. Imam Bukhori dalam shahihnya dalam bab Ar- Riya’ was
Sum’ah dengan membawakan hadits Rasulullah SAW:“Barangsiapa
memperdengarkan (menyiarkan) amalnya, maka Allah akan menyiarkan
aibnya, dan barangsiapa beramal karena riya’, maka Allah akan membuka
niatnya (dihadapan manusia pada hari kiamat kelak)”.
B. Gibah
1. Pengertian Gibah
Secara bahasa ghibah bisa diartikan sebagai mengatakan sesuatu yang
benar tentang seseorang di belakangnya tetapi hal itu tidak disukai oleh orang
yang dibicarakan. Dalam islam perihal gosip di masukan ke dalam ghibah karena
dalam prakteknya sama dengan berghibah yakni sama-sama membicarakan orang
7
lain dibelakangnya dan umumnya pembicaraan itu menyangkut aib atau
keburukan objek yang dibicarakan. Jadi ghibah adalah membicarakan kejelekan
atau aib orang lain atau menyebut masalah orang lain yang tidak disukainya,
sekalipun hal tersebut benar-benar terjadi. Para alim ulama sepakat bahwa ghibah
termasuk dosa besar sebagaimana dijelaskan dalam surat Al-Hujurat ayat 12 :
"Hai orang yang beriman jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya
sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan
orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain.
sukakah salah satu diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah
mati? maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada
Allah sesungguhnya Allah Maha penerima tobat lagi Maha Penyayang".
Pada umumnya orang berghibah ketika ia sedang marah atau kesal pada
seseorang yang ia benci atau pun ketika ia merasa cemburu atau iri hati pada
orang lain. Namun pada saat ini yang paling mengherankan adalah dengan
bergosip seolah-olah kita mampu membuat orang lain tertawa dan bahagia meski
yang dibicarakan adalah aib atau keburukan orang lain dan terkadang gosip tidak
dianggap sebagai dosa dan parahnya pada saat ini banyak orang-orang yang
mencari nafkah dengan cara bergosip, sebagaimana maraknya acara infotainment
seputar gosip kehidupan artis di televisi.
Untuk menghalau gosip atau ghibah caranya sadarilah bahwa hal itu dosa
besar dan hindarilah ucapan-ucapan yang akan mendekati ghibah dengan cara
meluruskan dan menyelaraskan antara hati ucapan dan tindakan. karena setiap
orang yang beriman yang berfikir dengan hati nuraninya akan mengakui bahwa
tidak ada manfaatnya menggosipkan seseorang apalagi berusaha membuka aib
atau keburukan orang lain.
Nawawi rahimahullah mengatakan, “Ghibah berarti seseorang menyebut-nyebut
sesuatu yang dibenci saudaranya baik tentang tubuhnya, agamanya, duniannya,
jiwanya, akhlaknya, hartanya, anak-anaknya, istri-istrinya, pembantunya,
gerakannya, mimik bicaranya atau kemuraman wajahnya dan yang lainnya yang
bersifat mengejek baik dengan ucapan maupun isyarat.”
8
2. Gibah Yang Diperbolehkan
Ucapan Imam Nawawi ‫هللا‬ ‫ه‬‫م‬ ‫رح‬Dalam kitab tersebut , beliau ‫هللا‬ ‫رحمه‬
berkata: “Ketahuilah bahwa ghibah diperbolehkan untuk tujuan yang benar sesuai
dengan syariat, yang hal itu tidak mungkin ditempuh kecuali dengan ghibah. Yang
demikian terjadi dengan enam sebab yaitu:
a. Kedzoliman, diperbolehkan bagi orang yang terdzolimi menngadukan
kedzoliman kepada penguasa atau hakim yang berkuasa yang memiliki
kekuatan untuk mengadili perbuatan tersebut. Sehingga diperbolehkan
mengatakan,”Si Fulan telah mendzalimi diriku”atau “Dia telah berbuat
demikian kepadaku.”
b. Meminta bantuan untuk menghilangkan kemungkaran dan
mengembalikan pelaku maksiat kepada kebenaran. Maka seseorang
diperbolehkan mengatakan, “Fulan telah berbuat demikian maka cegahlah
dia!”
c. Meminta fatwa kepada mufti (pemberi fatwa,pen) dengan mengatakan:”Si
Fulan telah mendzolimi diriku atau bapakku telah mendzalimi diriku atau
saudaraku atau suamiku, apa yang pantas ia peroleh? Dan apa yang harus
saya perbuat agar terbebas darinya dan mampu mencegah perbuatan
buruknya kepadaku?”Atau ungkapan semisalnya.
Hal ini diperbolehkan karena ada kebutuhan. Dan yang lebih baik
hendaknya pertanyaan tersebut diungkapkan dengan ungkapan global,
contohnya :
“Seseorang telah berbuat demikian kepadaku” atau “Seorang suami telah
berbuat dzalim kepaada istrinya” atau “Seorang anak telah berbuat
demikian” dan sebagainya. Meskipun demkian menyebut nama person
tertentu diperbolehkan, sebagaimana hadits Hindun ketika beliau
mengadukan (suaminya)kepada Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam,
“Sesungguhnya Abu Sufyan adalah orang yang sangat pelit.”
d. Memperingatkan kaum muslimin dari kejelekan, contohnya
memperingatkan kaum muslimin dari perowi-perowi cacat supaya tidak
diambil hadits ataupun persaksian darinya, memperingatkan dari para
penulis buku (yang penuh syubhat). Menyebutkan kejelekan mereka
9
diperbolehkan secara ijma’ bahkan terkadang hukumnya menjadi wajib
demi menjaga kemurnian syari’at.
e. Ghibah terhadap orang yang melakukan kefasikan atau bid’ah secara
terang-terangnan seperti menggunjing orang yang suka minum minuman
keras, melakukan perdagangan manusia, menarik pajak dan perbuatan
maksiat lainnya. Diperbolehkan menyebutkannya dalam rangka
menghindarkan masyarakat dari kejelekannya.
f. Menyebut identitas seseorang yaitu ketika seseorang telah kondang
dengan gelar tersebut. Seperti si buta, si pincang, si buta lagi pendek, si
buta sebelah, si buntung maka diperbolehkan menyebutkan nama-nama
tersebut sebagai identitas diri seseorang. Hukumnya haram jika digunakan
untuk mencela dan menyebut kekurangan orang lain. Namun lebih baik
jika tetap menggunakan kata yang baik sebagai panggilan, Allahu A’lam.
(Syarhun Nawawi ‘ala Muslim, Hal.400).
3. Penyebab dan Bahaya Gibah
Ada beberapa penyebab dari ghibah itu sendiri. Diantara penyebab
ghibah adalah :
a. Hasad (Dengki). Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Hati-hati kalian terhadap perbuatan hasad! karena hasad itu memakan
(merusak) kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar." (HR.Abu
Dawud dan Ibnu Majah)
b. Balas Dendam. Sifat dendam menyebabkan seorang pendendam
menggunjing saudaranya dalam berbagai kesempatan. Wal'iyaadzu
billah !
c. Menjilat dan mencari muka. Seorang yang suka menjilat dan mencari
muka teman-temannya akan selalu menyelaraskan perkataannya dengan
teman-temannya. Meskipun terkadang teman-temannya terlibat dalam
pergunjingan. Maka biasanya si penjilat dan si pencari muka
membiarkannya. Alasannya takut teman-temannya lari
meninggalkannya.
d. Sombong dan meremehkan orang lain. Mengenai sombong ini maka
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :"Sombong adalah
menolak kebenaran dan meremehkan orang lain" (HR.Muslim). Lalu
10
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Orang-orang yang
sombong itu akan dikumpulkan pada hari kiamat seperti semut kecil
yang terinjak-injak telapak kaki orang-orang." (HR.Tirmidzi dan Nasa)
e. Memperolok-olokan orang lain, sebagian orang menggunjingkan
saudaranya dengan jalan memperolok-olokan. Perbuatan ini haram.
Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman :"Janganlah suatu kaum
memperolok-olokkan kaum yang lain, boleh jadi mereka (yang
diperolok-olokkan) itu lebih baik dari mereka." (QS.Al Hujurat 49: 11)
Sesungguhnya ghibah merupakan penyakit berbahaya dan
menimbulkan kemudharatan yang lebih besar di dunia maupun di akhirat
kelak. Diantara bahaya ghibah yaitu :
a. Ghibah menjadikan pelakunya terbuka aibnya di dunia maupun di
akhirat.
b. Ghibah menyakiti hamba-hamba Allah Subhanahu wa ta'ala. Allah
Subhanahu wa ta'ala berfirman : "Dan orang-orang yang menyakiti
orang-orang yang mukmin laki-laki dan mukmin perempuan tanpa
kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah
memikul kebohongan dan dosa yang nyata."(QS.Al Ahzab 33:58)
c. Ghibah termasuk kedzoliman dan melampaui batas terhadap orang
lain. Di dalam hadits Qudsi yang shahih riwayat Imam Muslim,
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam meriwayatkan dari Rabb-
nya Subhanahu wa ta'ala:"Wahai hamba-hamba-Ku sesungguhnya
Aku telah mengharamkan kedzoliman atas diri-Ku dan Aku telah
menjadikan kedzoliman diantara kalian sebagai sesuatu yang
diharamkan, maka janganlah kalian saling mendzolimi."
d. Ghibah berakibat terkena azab pada hari kiamat. Allah Subhanahu
wa ta'ala berfirman: "Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi
pencela"(QS.Al Humazah 104:1)
e. Ghibah memporak-porandakkan masyarakat, menebarkan fitnah,
menimbulkan permusuhan diantara manusia dan menimbulkan
dendam.
11
f. Ghibah menunjukkan atas gugur dan hancurnya perbekalan
pelakunya, kotor niatnya dan jelek lidahnya.
4. Prilaku menghindari Gibah
Setiap muslimin dan muslimat harus berusaha menghindari gibah dengan
sungguh-sungguh adapun cara menghindari prilakugibah antara lain :
a. Menyadari sepenuhnya bahwa setiap orang memiliki kekurangan dan
kelebihan
b. Membiasakan untuk mawas diri, melihat kesalahan sendiri di masa lalu
c. Mengingat-ingat kebaikan yang telah dilakukan oleh orang lain
d. Memperbanyak pergaulan dengan sesamanya sehingga gossip dapat dikurangi
e. Tidak mudah mempercayai berita yang tidak jelas sumber kebenarannya
f. Memperbanyak bergaul dengan orang-orang saleh dan taat beribadah
g. Berusaha menghentikan atau mengalihkan pembicaraan yang menjurus gibah.
C. Fitnah
1. Pengetian Fitnah Dari Segi Bahasa Dan Istilah
Kalimah Fitnah (‫نة‬ ‫ت‬ ‫ف‬ ‫)ال‬ dalam bahasa Arab berarti ujian dan cobaan.
Imam Ibnu Hajar berkata Asal kata fitnah adalah (‫بار‬ ‫ت‬ ‫)اإلخ‬ (ujian) dan
(‫تحان‬ ‫)اإلم‬ ujian) Ibnu Manzur berkata Al-Azhari dan lainnya berkata “Asal
makna fitnah adalah (‫تالء‬ ‫)اإلب‬ (cobaan), (‫تحان‬ ‫)اإلم‬ (Ujian) dan (‫بار‬ ‫ت‬ ‫)اإلخ‬
(ujian).” Adapun dari segi istilah ulama adalah seperti yang didefinasikan oleh
Jurjani:“Perkara yang dilakukan untuk mengetahui kebaikan atau keburukan
sesuatu.”
2. Hukum Fitnah
Memfitnah hukumannya lebih berat dari ketidaktaatan. Fitnah akan
menyebabkan hukuman yang lebih berat dari Allah. Allah swt menghukum lebih
berat orang yang membuat fitnah daripada orang yang membuat dosa besar.
Karena fitnah akan menciptakan kebingungan. Fitnah akan menciptakan situasi
dimana banyak orang akan terjatuh dalam dosa fitnah itu tanpa mengetahui
bahwa mereka telah jatuh kedalam perangkap setan, dan tidak ada jalan keluar
bagi orang yang membuat fitnah. Tidak ada pengampunan bagi orang yang
12
membuat fitnah. Itulah sebabnya Allah swt tidak suka dengan orang yang suka
memfitnah. Firman Allah ;
ْ‫ا‬ ْ‫ي‬ ُّ‫ه‬ْ ‫أ‬َّ‫ا‬ ‫ت‬‫ي‬
‫ن‬
ْ ْ‫ي‬ْ‫ن‬‫او‬ ‫أ‬َ‫ن‬‫ت‬ْ ‫أ‬َ‫ا‬
ْ
َُْْ ‫أ‬َ‫ا‬ ‫ت‬‫ْا‬ٌ ‫أ‬ِ‫ن‬‫ب‬‫إ‬‫ت‬ٍ ْ‫ي‬ْ‫ن‬‫ن‬َ‫ب‬ٌُ ‫أ‬َ‫ن‬ْ ْ‫ي‬ْ‫َب‬ ‫ت‬ُِْ َْ‫و‬ َ‫ي‬‫ا‬ ‫أ‬ِ‫ج‬ ْ‫ل‬‫ة‬‫ت‬ٍ ْ‫ي‬ ُْ‫ت‬‫ب‬ ٌَُُْ ‫أ‬ََ‫ل‬َ ْ‫و‬ ‫أ‬َ‫ا‬ُْ
َ
‫ت‬‫م‬ٌ ‫أ‬‫دن‬ ‫ت‬‫و‬ ‫ت‬‫ْي‬َ
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik
membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak
menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya
yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (QS. al-Hujurat: 6)
Kata-kata ini sebuah kebenaran, sebuah perintah untuk semua orang untuk
digunakan, untuk memeriksa setiap berita buruk yang datang. Jika terjadi
kebingungan dalam masyarakat karena berita buruk yang kalian dengar, dari
orang yang korup, maka jangan membuat fitnah dan menyebarkan fitnah itu.
Wahai manusia jika seseorang yang buruk (korup) datang kepadamu dengan
berita yang buruk dan palsu yang dia bawa dan menuduh seseorang terhadap
sesuatu yang tidak mereka lakukan, maka periksalah berita itu terlebih dahulu,
karena dengan begitu maka kalian tidak akan terjatuh ke dalam dosa besar
(fitnah), yaitu dosa fitnah karena kalian percaya terhadap berita buruk yang kalian
dengar dari orang yang buruk itu dan turut menyebarkannya.
Firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah (2) : 191
‫أ‬ِْ‫أ‬‫ج‬‫أل‬ ‫ت‬‫ح‬َُ
َ
ْ‫أ‬َّ ‫ت‬‫أو‬ ُّ ْْ‫أ‬
ْ
‫ج‬‫ن‬َُ ‫ت‬‫و‬
َ
ْ‫أل‬ َ‫ا‬
ْ
َ‫ي‬ ْْ‫م‬ َِّْ‫أ‬
ْ
ََ‫و‬‫أل‬ ََّ ‫خ‬‫ت‬‫اأو‬ ْ‫يب‬ ْْ‫ت‬‫م‬ َِّْ‫أل‬ َ‫ا‬ ْ‫يب‬ ْ‫ْل‬ُْ َ‫و‬ ‫ت‬ ‫أم‬
ْ
ََ‫و‬‫أل‬ َ‫ا‬ ْ‫يب‬
ْ
‫ت‬ُْ
َ
‫ْا‬‫أل‬ ‫ن‬‫ت‬َ‫أ‬ َ‫ا‬ ْ‫يب‬
ْ
‫ت‬‫ت‬ِْ
‫أ‬‫م‬‫ت‬‫ي‬َ‫أ‬ َ‫ا‬ ْ‫يب‬
ْ
‫ت‬ُْ
َ
‫ْا‬ٌ‫أ‬ َ‫ا‬
ْ
َ‫ي‬
ْ
‫ت‬ِْ‫نأا‬‫ت‬‫ن‬ٌ‫أ‬ ‫ت‬‫وي‬‫ت‬ٌ‫أ‬ َ‫ا‬
ْ
َ‫ي‬
ْ
‫ت‬‫ت‬ِْ ْ‫مأا‬‫ن‬ ‫أل‬ ‫ت‬ْْ‫م‬‫و‬
َ
ُْ‫أ‬ ‫ت‬ ‫ت‬‫ال‬ َ‫ل‬
َ
ْ‫أأ‬ََّ‫ت‬‫م‬‫ت‬ٌْ‫ك‬
َ
ْ‫ُْأ‬‫ن‬ْ
Artinya : Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah
mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih
besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di
Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka
memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikanlah balasan
bagi orang-orang.
13
Kata-kata ini sebuah kebenaran, sebuah perintah untuk semua orang untuk
digunakan, untuk memeriksa setiap berita buruk yang datang. Jika terjadi
kebingungan dalam masyarakat karena berita buruk yang kalian dengar, dari
orang yang korup, maka jangan membuat fitnah dan menyebarkan fitnah itu.
Wahai manusia jika seseorang yang buruk (korup) datang kepadamu dengan
berita yang buruk dan palsu yang dia bawa dan menuduh seseorang terhadap
sesuatu yang tidak mereka lakukan, maka periksalah berita itu terlebih dahulu,
karena dengan begitu maka kalian tidak akan terjatuh ke dalam dosa besar
(fitnah), yaitu dosa fitnah karena kalian percaya terhadap berita buruk yang kalian
dengar dari orang yang buruk itu dan turut menyebarkannya.
3. Dampak Fitnah terhadap seseorang
Fitnah merupakan salah satu perbuatan yang jelas-jelas dibenci oleh Allah
SWT. Orang yang mempunyai hobi memfitnah dia tidak akan nyaman hidupnya
di dunia. Sebab di sedang dihantui dengan kebohongan yang besar, jika sudah
terbongkar semua kebohongannya maka dia harus menerima imbalannya yakni
kepercayaan orang-orang terhadap dirinya telah hilang. Mereka yang suka
memfitnah orang ataupun menuduh orang dengan sebuah tuduhan yang salah,
maka mereka akan mendapatkan ganjarannya langsung dari Allah SWT.
Sedangkan bagi orang yang difitnah Biasanya orang yang difitnah tidak
menerima perlakuan atas pencemaran nama baiknya. Oleh karna itu tidak sedikit
dari banyak orang yang difitnah membalas perlakuan itu dengan sebuah balas
dendam yang lebih kejam. Entah apa saja yang mereka lakuakan yang terpenting
mereka dapat membalas perlakuan orang yang memfitnahnya. Akan tetapi dalam
surah An-Nur Allah SWT. Telah menjanjikan kepada hambanya yang sabar dan
tidak membalas perlakuan orang yang memfitnahnya. Isi janji Allah SWT
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Ya’jurukumullah yakni mendapatkan balasan ( pahala ) dari Allah
SWT.
2. Yazaharul Barooah yakni mendapatkan kesucian dari Allah SWT. Atas
segala kekotoran yang ada di dalam dirinya.
Oleh karna itu untuk para korban fitnah maka janganlah takut sebab Allah
itu selalu berada di sisi hamba-Nya yang benar. Adapun larangan bagi orang yang
di fitnah adalah :
14
1. Apabila di fitnah janganlah membalasnya dengan fitnah juga.
2. Berita bohong atau gossip dari orang-orang awwam janganlah
didengarkan.
3. Dan jika yang menyampaikannya orang alim pun tetap janganlah
dihiraukan.
4. Sikap menghadapi Fitnah
Zaman sekarang tidak sedikit dari banyak orang yang hobinya
membicarakan orang lain. Baik itu dalam sisi positifnya apalagi sisi negatifnya.
Bahkan kita pribadi yang awalnya tidak berniat untuk ikut turut andil dalam
mendengarkan berita bohong itupun akhirnya terbawa arus untuk
mendengarkannya karena penasaran terhadap berita yang disampaikan dan alhasil
kita pun menjadi pendengar setia pembawa berita bohong itu. Kini berita-berita
yang belum jelas keabsahannya banyak beredar, seperti gosip-gosip di televisi.
Maka untuk menghindarinya berikut adalah cara-caranya sesuai dengan perintah
Allah dalam surah An-Nur ayat 12 dan 16 : Jika yang memfitnah itu adalah orang
yang awwam Apabila ada teman kita ataupun orang-orang di sekitar kita yang
menyampaikan berita bohong , atau orang yang menyampaikan berita itu pun
belum yakin akan kebenaran berita yang dia sendiri edarkan kan. Maka kita
langsung saja keluarkan dua kartu mati yakni berbicara kepadanya dengan
kalimat :
1. Dzhonnal Mu’minuuna wal Mu’minaatu bi Anfusihim
2. Hadza Ifkum Mubiin
Setelah kita berkata kalimat itu maka hendaklah kita menajuhi orang yang
menyampaikan berita itu. Jika yang memfitnah itu adalah orang yang berilmu
Apabila yang menyebarluaskan berita bohong itu adalah orang-orang yang
berilmu maka langsung saja keluarkan tiga kartu mati. Artinya jika ada orang
yang berilmu ( berpendidikan ) ketika menyampaikan berita dia selalu berkata “
kata si A seperti ini, kata si B seperti ini, dan kata si C seperti itu” belum jelas
kebenarannya. Maka cukup saja katakan subhanallah, Ma Yanbagi Lana an
Natakallama bihadza, Hadza Buhtaanun ‘Adzhim. Tapi setelah berkata itu pun
kita juga harus segera meninggalkan orang yang mengedarkan berita bohong itu.
Jangan mentang-mentang sudah mengatakan kalimat kata kunci atau mati itu kita
malah asyik mendengarkan berita bohong itu.
15
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dapat kita simpulkan bahwa ketiga sifat tersebut adalah sifat tercela yang tidak
disukai oleh Allah SWT, Karena dapat merugikan diri sendiri dan orang lain, Semoga
kita di jauhkan dari sifat sum’ah, Ghibah, dan Fitnah, Dan yang paling utamanya adalah
kita harus menjauhi sifat memfitnah karena fitnah itu lebih kejam dari pada
pembunuhan.
B. Saran
Semoga makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan
apabila ada kesalahan atau kekeliruan didalam penulisan makalah ini kami harap
permaklumannya karena kami adalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan
dan kekeliruan.
16
DAFTAR PUSTAKA
http://tanbihun.com/tasawwuf/sumah-pura-pura-ikhlas-dalam-beribadah/ (diakses
tanggal 7 Juni 2013)
http://learningfromlives.wordpress.com/2012/01/10/ujub-sumah-dan-riya/ (diakses
tanggal 7 Juni 2013
http://indonesian.iloveallaah.com/gibah-haram-tapi-diminati/#sthash.888pZ28d.dpuf
(diakses tanggal 7 Juni 2013

More Related Content

What's hot

Bersyukur atas nikmat yang telah allah berikan pada
Bersyukur atas nikmat yang telah allah berikan padaBersyukur atas nikmat yang telah allah berikan pada
Bersyukur atas nikmat yang telah allah berikan padajasa profesional
 
Pengembangan Kelembagaan - Cinta Produk Dalam Negeri
Pengembangan Kelembagaan - Cinta Produk Dalam NegeriPengembangan Kelembagaan - Cinta Produk Dalam Negeri
Pengembangan Kelembagaan - Cinta Produk Dalam NegeriHerlambang Bagus
 
Penyebab Manusia Berbuat Syirik
Penyebab Manusia Berbuat SyirikPenyebab Manusia Berbuat Syirik
Penyebab Manusia Berbuat Syirikatika rizki
 
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13Trie Nakita Sabrina
 
PPT Iman kepada rasul
PPT Iman kepada rasul PPT Iman kepada rasul
PPT Iman kepada rasul kiatbelajar95
 
Ahlak Terhadap Allah Swt dan Rasullulah Saw
Ahlak Terhadap Allah Swt dan Rasullulah SawAhlak Terhadap Allah Swt dan Rasullulah Saw
Ahlak Terhadap Allah Swt dan Rasullulah SawMuhamad Yogi
 
Makalah etos kerja
Makalah etos kerjaMakalah etos kerja
Makalah etos kerjaWarnet Raha
 
hadits hadits tentang manajemen sumber daya manusia (sdm)
hadits hadits tentang manajemen sumber daya manusia (sdm)hadits hadits tentang manajemen sumber daya manusia (sdm)
hadits hadits tentang manajemen sumber daya manusia (sdm)taqiudinzarkasi
 
PPT Iman kepada kitab kitab allah (nisrokhah)
PPT Iman kepada kitab kitab allah (nisrokhah)PPT Iman kepada kitab kitab allah (nisrokhah)
PPT Iman kepada kitab kitab allah (nisrokhah)Nisrokhah6
 
Perkembamngan hadits pada masa rasulullah
Perkembamngan hadits pada masa rasulullahPerkembamngan hadits pada masa rasulullah
Perkembamngan hadits pada masa rasulullahjuniska efendi
 
Ragam orientasi hidup manusia
Ragam orientasi hidup manusiaRagam orientasi hidup manusia
Ragam orientasi hidup manusiaYadi Supriyadi
 
Makalah Fikih Jinayah tentang Jarimah Hudud, Zina dan Qazaf
Makalah Fikih Jinayah tentang Jarimah Hudud, Zina dan QazafMakalah Fikih Jinayah tentang Jarimah Hudud, Zina dan Qazaf
Makalah Fikih Jinayah tentang Jarimah Hudud, Zina dan QazafAZA Zulfi
 
RPP PAI XI Kurikulum 2013 Seri 2.8 prinsip ekonom iislam
RPP PAI XI Kurikulum 2013 Seri 2.8 prinsip ekonom iislamRPP PAI XI Kurikulum 2013 Seri 2.8 prinsip ekonom iislam
RPP PAI XI Kurikulum 2013 Seri 2.8 prinsip ekonom iislamyasirmaster web.id
 
Makalah perang dingin
Makalah perang dinginMakalah perang dingin
Makalah perang dinginWarnet Raha
 
TAFSIR BIL MA’TSUR, TAFSIR BIR RA’YI DAN TAFSIR ISYARI
TAFSIR BIL MA’TSUR, TAFSIR BIR RA’YI DAN TAFSIR ISYARITAFSIR BIL MA’TSUR, TAFSIR BIR RA’YI DAN TAFSIR ISYARI
TAFSIR BIL MA’TSUR, TAFSIR BIR RA’YI DAN TAFSIR ISYARIarfian kurniawan
 
PPT QURDIS KELAS XII SEMESTER GASAL -E
PPT QURDIS KELAS XII SEMESTER GASAL -EPPT QURDIS KELAS XII SEMESTER GASAL -E
PPT QURDIS KELAS XII SEMESTER GASAL -ERigenMaulana
 

What's hot (20)

Bersyukur atas nikmat yang telah allah berikan pada
Bersyukur atas nikmat yang telah allah berikan padaBersyukur atas nikmat yang telah allah berikan pada
Bersyukur atas nikmat yang telah allah berikan pada
 
Pengembangan Kelembagaan - Cinta Produk Dalam Negeri
Pengembangan Kelembagaan - Cinta Produk Dalam NegeriPengembangan Kelembagaan - Cinta Produk Dalam Negeri
Pengembangan Kelembagaan - Cinta Produk Dalam Negeri
 
Aqidah ppt
Aqidah pptAqidah ppt
Aqidah ppt
 
Penyebab Manusia Berbuat Syirik
Penyebab Manusia Berbuat SyirikPenyebab Manusia Berbuat Syirik
Penyebab Manusia Berbuat Syirik
 
Tanya jawab iman, islam & ihsan
Tanya jawab iman, islam & ihsanTanya jawab iman, islam & ihsan
Tanya jawab iman, islam & ihsan
 
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
 
PPT Iman kepada rasul
PPT Iman kepada rasul PPT Iman kepada rasul
PPT Iman kepada rasul
 
Ahlak Terhadap Allah Swt dan Rasullulah Saw
Ahlak Terhadap Allah Swt dan Rasullulah SawAhlak Terhadap Allah Swt dan Rasullulah Saw
Ahlak Terhadap Allah Swt dan Rasullulah Saw
 
Makalah etos kerja
Makalah etos kerjaMakalah etos kerja
Makalah etos kerja
 
hadits hadits tentang manajemen sumber daya manusia (sdm)
hadits hadits tentang manajemen sumber daya manusia (sdm)hadits hadits tentang manajemen sumber daya manusia (sdm)
hadits hadits tentang manajemen sumber daya manusia (sdm)
 
PPT Iman kepada kitab kitab allah (nisrokhah)
PPT Iman kepada kitab kitab allah (nisrokhah)PPT Iman kepada kitab kitab allah (nisrokhah)
PPT Iman kepada kitab kitab allah (nisrokhah)
 
Perkembamngan hadits pada masa rasulullah
Perkembamngan hadits pada masa rasulullahPerkembamngan hadits pada masa rasulullah
Perkembamngan hadits pada masa rasulullah
 
Ragam orientasi hidup manusia
Ragam orientasi hidup manusiaRagam orientasi hidup manusia
Ragam orientasi hidup manusia
 
Makalah Fikih Jinayah tentang Jarimah Hudud, Zina dan Qazaf
Makalah Fikih Jinayah tentang Jarimah Hudud, Zina dan QazafMakalah Fikih Jinayah tentang Jarimah Hudud, Zina dan Qazaf
Makalah Fikih Jinayah tentang Jarimah Hudud, Zina dan Qazaf
 
RPP PAI XI Kurikulum 2013 Seri 2.8 prinsip ekonom iislam
RPP PAI XI Kurikulum 2013 Seri 2.8 prinsip ekonom iislamRPP PAI XI Kurikulum 2013 Seri 2.8 prinsip ekonom iislam
RPP PAI XI Kurikulum 2013 Seri 2.8 prinsip ekonom iislam
 
Makalah perang dingin
Makalah perang dinginMakalah perang dingin
Makalah perang dingin
 
TAFSIR BIL MA’TSUR, TAFSIR BIR RA’YI DAN TAFSIR ISYARI
TAFSIR BIL MA’TSUR, TAFSIR BIR RA’YI DAN TAFSIR ISYARITAFSIR BIL MA’TSUR, TAFSIR BIR RA’YI DAN TAFSIR ISYARI
TAFSIR BIL MA’TSUR, TAFSIR BIR RA’YI DAN TAFSIR ISYARI
 
Ppt aqidah islam
Ppt aqidah islamPpt aqidah islam
Ppt aqidah islam
 
PPT QURDIS KELAS XII SEMESTER GASAL -E
PPT QURDIS KELAS XII SEMESTER GASAL -EPPT QURDIS KELAS XII SEMESTER GASAL -E
PPT QURDIS KELAS XII SEMESTER GASAL -E
 
Makalah Aqidah Akhlak
Makalah Aqidah AkhlakMakalah Aqidah Akhlak
Makalah Aqidah Akhlak
 

Viewers also liked

Konsep region dan kewilayahan
Konsep region dan kewilayahanKonsep region dan kewilayahan
Konsep region dan kewilayahanPotpotya Fitri
 
LAPORAN TINDAKAN KELAS (LTK)
LAPORAN TINDAKAN KELAS (LTK)LAPORAN TINDAKAN KELAS (LTK)
LAPORAN TINDAKAN KELAS (LTK)Potpotya Fitri
 
NAHDATUL WATHAN SEBAGAI ORGANISASI PENDIDIKAN,SOSIAL DAN DAKWAH
NAHDATUL WATHAN SEBAGAI ORGANISASI  PENDIDIKAN,SOSIAL DAN DAKWAHNAHDATUL WATHAN SEBAGAI ORGANISASI  PENDIDIKAN,SOSIAL DAN DAKWAH
NAHDATUL WATHAN SEBAGAI ORGANISASI PENDIDIKAN,SOSIAL DAN DAKWAHPotpotya Fitri
 
Sumber hukum dalam agama islam
Sumber hukum dalam agama islamSumber hukum dalam agama islam
Sumber hukum dalam agama islamPotpotya Fitri
 
Kehidupan awal di bumi
Kehidupan awal di bumiKehidupan awal di bumi
Kehidupan awal di bumiPotpotya Fitri
 
Laporan (Desa Bayan Belek) Wetu telu
Laporan (Desa Bayan Belek) Wetu teluLaporan (Desa Bayan Belek) Wetu telu
Laporan (Desa Bayan Belek) Wetu teluPotpotya Fitri
 
ANALISIS KEBUDAYAAN DESA REMPUNG
ANALISIS KEBUDAYAAN DESA REMPUNGANALISIS KEBUDAYAAN DESA REMPUNG
ANALISIS KEBUDAYAAN DESA REMPUNGPotpotya Fitri
 
Aliran klasik dan gerakan baru dalam pendidikan
Aliran klasik dan gerakan baru dalam pendidikanAliran klasik dan gerakan baru dalam pendidikan
Aliran klasik dan gerakan baru dalam pendidikanPotpotya Fitri
 
Sentralisasi, Desentralisasi Pendidikan
Sentralisasi, Desentralisasi PendidikanSentralisasi, Desentralisasi Pendidikan
Sentralisasi, Desentralisasi PendidikanPotpotya Fitri
 
MAKALAH METODE DAKWAH DAN PEMIKIRAN MAULANA SYAIKH DALAM PENDIDIKAN
MAKALAH METODE DAKWAH DAN PEMIKIRAN MAULANA SYAIKH DALAM PENDIDIKANMAKALAH METODE DAKWAH DAN PEMIKIRAN MAULANA SYAIKH DALAM PENDIDIKAN
MAKALAH METODE DAKWAH DAN PEMIKIRAN MAULANA SYAIKH DALAM PENDIDIKANPotpotya Fitri
 
Konsep dasar politik pemerintahan
Konsep  dasar  politik  pemerintahanKonsep  dasar  politik  pemerintahan
Konsep dasar politik pemerintahanPotpotya Fitri
 
Bahasa baku & Bahasa Resmi
Bahasa baku & Bahasa Resmi Bahasa baku & Bahasa Resmi
Bahasa baku & Bahasa Resmi Potpotya Fitri
 
Spend ti̇me to transportation dai̇ly
Spend ti̇me to transportation dai̇lySpend ti̇me to transportation dai̇ly
Spend ti̇me to transportation dai̇lycagdas1881
 
SEJARAH PENDIDIKAN DI INDONESIA
SEJARAH PENDIDIKAN DI INDONESIASEJARAH PENDIDIKAN DI INDONESIA
SEJARAH PENDIDIKAN DI INDONESIAPotpotya Fitri
 

Viewers also liked (20)

Konsep region dan kewilayahan
Konsep region dan kewilayahanKonsep region dan kewilayahan
Konsep region dan kewilayahan
 
LAPORAN TINDAKAN KELAS (LTK)
LAPORAN TINDAKAN KELAS (LTK)LAPORAN TINDAKAN KELAS (LTK)
LAPORAN TINDAKAN KELAS (LTK)
 
Bimbingan Konsling
Bimbingan KonslingBimbingan Konsling
Bimbingan Konsling
 
NAHDATUL WATHAN SEBAGAI ORGANISASI PENDIDIKAN,SOSIAL DAN DAKWAH
NAHDATUL WATHAN SEBAGAI ORGANISASI  PENDIDIKAN,SOSIAL DAN DAKWAHNAHDATUL WATHAN SEBAGAI ORGANISASI  PENDIDIKAN,SOSIAL DAN DAKWAH
NAHDATUL WATHAN SEBAGAI ORGANISASI PENDIDIKAN,SOSIAL DAN DAKWAH
 
Budidaya Tanaman
Budidaya TanamanBudidaya Tanaman
Budidaya Tanaman
 
Sumber hukum dalam agama islam
Sumber hukum dalam agama islamSumber hukum dalam agama islam
Sumber hukum dalam agama islam
 
Task cards template
Task cards templateTask cards template
Task cards template
 
Kehidupan awal di bumi
Kehidupan awal di bumiKehidupan awal di bumi
Kehidupan awal di bumi
 
Laporan (Desa Bayan Belek) Wetu telu
Laporan (Desa Bayan Belek) Wetu teluLaporan (Desa Bayan Belek) Wetu telu
Laporan (Desa Bayan Belek) Wetu telu
 
ANALISIS KEBUDAYAAN DESA REMPUNG
ANALISIS KEBUDAYAAN DESA REMPUNGANALISIS KEBUDAYAAN DESA REMPUNG
ANALISIS KEBUDAYAAN DESA REMPUNG
 
Aliran klasik dan gerakan baru dalam pendidikan
Aliran klasik dan gerakan baru dalam pendidikanAliran klasik dan gerakan baru dalam pendidikan
Aliran klasik dan gerakan baru dalam pendidikan
 
Sentralisasi, Desentralisasi Pendidikan
Sentralisasi, Desentralisasi PendidikanSentralisasi, Desentralisasi Pendidikan
Sentralisasi, Desentralisasi Pendidikan
 
MAKALAH METODE DAKWAH DAN PEMIKIRAN MAULANA SYAIKH DALAM PENDIDIKAN
MAKALAH METODE DAKWAH DAN PEMIKIRAN MAULANA SYAIKH DALAM PENDIDIKANMAKALAH METODE DAKWAH DAN PEMIKIRAN MAULANA SYAIKH DALAM PENDIDIKAN
MAKALAH METODE DAKWAH DAN PEMIKIRAN MAULANA SYAIKH DALAM PENDIDIKAN
 
Karbohidrat
KarbohidratKarbohidrat
Karbohidrat
 
Konsep dasar politik pemerintahan
Konsep  dasar  politik  pemerintahanKonsep  dasar  politik  pemerintahan
Konsep dasar politik pemerintahan
 
Bahasa baku & Bahasa Resmi
Bahasa baku & Bahasa Resmi Bahasa baku & Bahasa Resmi
Bahasa baku & Bahasa Resmi
 
PSIKOLOGI UMUM
PSIKOLOGI UMUMPSIKOLOGI UMUM
PSIKOLOGI UMUM
 
Hewan dan lingkungan
Hewan dan lingkunganHewan dan lingkungan
Hewan dan lingkungan
 
Spend ti̇me to transportation dai̇ly
Spend ti̇me to transportation dai̇lySpend ti̇me to transportation dai̇ly
Spend ti̇me to transportation dai̇ly
 
SEJARAH PENDIDIKAN DI INDONESIA
SEJARAH PENDIDIKAN DI INDONESIASEJARAH PENDIDIKAN DI INDONESIA
SEJARAH PENDIDIKAN DI INDONESIA
 

Similar to AHLAK MAZMUM

Makalah Akhlak Tasawwuf created by: Andi Khaidir Akbar
Makalah Akhlak Tasawwuf created  by: Andi Khaidir AkbarMakalah Akhlak Tasawwuf created  by: Andi Khaidir Akbar
Makalah Akhlak Tasawwuf created by: Andi Khaidir AkbarAndi Khaidir Akbar
 
perilaku terpuji (qanaah tasamuh)
perilaku terpuji (qanaah tasamuh)perilaku terpuji (qanaah tasamuh)
perilaku terpuji (qanaah tasamuh)hidayahinayati
 
PPT Perilaku Terpuji
PPT Perilaku TerpujiPPT Perilaku Terpuji
PPT Perilaku TerpujiVienna_Maulee
 
Makalah akida akhlak man 2021
Makalah akida akhlak man 2021Makalah akida akhlak man 2021
Makalah akida akhlak man 2021andreanapulu
 
Makalah akhlak benar
Makalah akhlak benarMakalah akhlak benar
Makalah akhlak benarmuazizah
 
Bab 3 Saling menasehati da Berbuat Baik
Bab 3 Saling menasehati da Berbuat Baik Bab 3 Saling menasehati da Berbuat Baik
Bab 3 Saling menasehati da Berbuat Baik HelvyEffendi
 
Akhlak etika bekerja
Akhlak etika bekerjaAkhlak etika bekerja
Akhlak etika bekerjadareliman
 
Sifat sifat tercela2
Sifat sifat tercela2Sifat sifat tercela2
Sifat sifat tercela2darma wati
 
BERAMAL DENGAN IKHLAS DAN TINGKAH LAKU TERPUJI
BERAMAL DENGAN IKHLAS DAN TINGKAH LAKU TERPUJIBERAMAL DENGAN IKHLAS DAN TINGKAH LAKU TERPUJI
BERAMAL DENGAN IKHLAS DAN TINGKAH LAKU TERPUJIYunisa Astuti
 
Tata Krama, Santun dan Malu.pptx
Tata Krama, Santun dan Malu.pptxTata Krama, Santun dan Malu.pptx
Tata Krama, Santun dan Malu.pptxDimasZatria
 

Similar to AHLAK MAZMUM (20)

Makalah Akhlak Tasawwuf created by: Andi Khaidir Akbar
Makalah Akhlak Tasawwuf created  by: Andi Khaidir AkbarMakalah Akhlak Tasawwuf created  by: Andi Khaidir Akbar
Makalah Akhlak Tasawwuf created by: Andi Khaidir Akbar
 
Hormat
HormatHormat
Hormat
 
Akhlaqul karimah
Akhlaqul karimahAkhlaqul karimah
Akhlaqul karimah
 
perilaku terpuji (qanaah tasamuh)
perilaku terpuji (qanaah tasamuh)perilaku terpuji (qanaah tasamuh)
perilaku terpuji (qanaah tasamuh)
 
PPT Perilaku Terpuji
PPT Perilaku TerpujiPPT Perilaku Terpuji
PPT Perilaku Terpuji
 
Akhlak yang mulia
Akhlak yang muliaAkhlak yang mulia
Akhlak yang mulia
 
Iksan dalam al qur'an
Iksan  dalam al qur'anIksan  dalam al qur'an
Iksan dalam al qur'an
 
Modul 14 kb 4
Modul 14 kb 4Modul 14 kb 4
Modul 14 kb 4
 
Makalah tasawuf2
Makalah tasawuf2Makalah tasawuf2
Makalah tasawuf2
 
Makalah akida akhlak man 2021
Makalah akida akhlak man 2021Makalah akida akhlak man 2021
Makalah akida akhlak man 2021
 
Ridho
RidhoRidho
Ridho
 
Makalah akhlak benar
Makalah akhlak benarMakalah akhlak benar
Makalah akhlak benar
 
Bab 3 Saling menasehati da Berbuat Baik
Bab 3 Saling menasehati da Berbuat Baik Bab 3 Saling menasehati da Berbuat Baik
Bab 3 Saling menasehati da Berbuat Baik
 
Modul 13 kb 3
Modul 13 kb 3Modul 13 kb 3
Modul 13 kb 3
 
Akhlak etika bekerja
Akhlak etika bekerjaAkhlak etika bekerja
Akhlak etika bekerja
 
Sifat sifat tercela2
Sifat sifat tercela2Sifat sifat tercela2
Sifat sifat tercela2
 
Akhlaq dalam bekerja.
Akhlaq dalam bekerja.Akhlaq dalam bekerja.
Akhlaq dalam bekerja.
 
BERAMAL DENGAN IKHLAS DAN TINGKAH LAKU TERPUJI
BERAMAL DENGAN IKHLAS DAN TINGKAH LAKU TERPUJIBERAMAL DENGAN IKHLAS DAN TINGKAH LAKU TERPUJI
BERAMAL DENGAN IKHLAS DAN TINGKAH LAKU TERPUJI
 
Akhlak tercela
Akhlak tercelaAkhlak tercela
Akhlak tercela
 
Tata Krama, Santun dan Malu.pptx
Tata Krama, Santun dan Malu.pptxTata Krama, Santun dan Malu.pptx
Tata Krama, Santun dan Malu.pptx
 

More from Potpotya Fitri

Strategi pembelajaran ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositoriStrategi pembelajaran ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositoriPotpotya Fitri
 
Pengembangan bahan ajar
Pengembangan bahan ajarPengembangan bahan ajar
Pengembangan bahan ajarPotpotya Fitri
 
Manusia homo educandum
Manusia homo educandumManusia homo educandum
Manusia homo educandumPotpotya Fitri
 
Tumbuhan dan lingkungan
Tumbuhan dan lingkunganTumbuhan dan lingkungan
Tumbuhan dan lingkunganPotpotya Fitri
 
Pengukuran besaran dan satuan pokok
Pengukuran besaran dan satuan pokokPengukuran besaran dan satuan pokok
Pengukuran besaran dan satuan pokokPotpotya Fitri
 
Manusia nilai, moral dan hukum
Manusia nilai, moral dan hukumManusia nilai, moral dan hukum
Manusia nilai, moral dan hukumPotpotya Fitri
 
Bab II hakikat manusia dan sosial
Bab II hakikat  manusia dan sosialBab II hakikat  manusia dan sosial
Bab II hakikat manusia dan sosialPotpotya Fitri
 

More from Potpotya Fitri (15)

JENIS KIT IPA
JENIS KIT IPAJENIS KIT IPA
JENIS KIT IPA
 
Strategi pembelajaran ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositoriStrategi pembelajaran ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori
 
Pengembangan bahan ajar
Pengembangan bahan ajarPengembangan bahan ajar
Pengembangan bahan ajar
 
Manusia homo educandum
Manusia homo educandumManusia homo educandum
Manusia homo educandum
 
Makalah Teori belajar
Makalah Teori belajarMakalah Teori belajar
Makalah Teori belajar
 
Tumbuhan dan lingkungan
Tumbuhan dan lingkunganTumbuhan dan lingkungan
Tumbuhan dan lingkungan
 
Pengukuran besaran dan satuan pokok
Pengukuran besaran dan satuan pokokPengukuran besaran dan satuan pokok
Pengukuran besaran dan satuan pokok
 
Bumi dan tata surya
Bumi dan tata suryaBumi dan tata surya
Bumi dan tata surya
 
Negara dan konstitusi
Negara dan konstitusiNegara dan konstitusi
Negara dan konstitusi
 
IFFAH DAN MURUAH
IFFAH DAN MURUAHIFFAH DAN MURUAH
IFFAH DAN MURUAH
 
Manusia nilai, moral dan hukum
Manusia nilai, moral dan hukumManusia nilai, moral dan hukum
Manusia nilai, moral dan hukum
 
Bab II hakikat manusia dan sosial
Bab II hakikat  manusia dan sosialBab II hakikat  manusia dan sosial
Bab II hakikat manusia dan sosial
 
Materi Statistika
Materi Statistika Materi Statistika
Materi Statistika
 
Kultur jaringan
Kultur jaringanKultur jaringan
Kultur jaringan
 
Fermentasi
FermentasiFermentasi
Fermentasi
 

Recently uploaded

Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatArfiGraphy
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptxHR MUSLIM
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 

Recently uploaded (20)

Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 

AHLAK MAZMUM

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pandangan islam sikap dan ahlak seseorang sangat penting. Tidak terlepas dari itu maka, islam sebagai agama yang paling mulia memberikan beberapa petunjuk, aturan dan kedamaian kepada penganutnya melalui al-quran, al-hadis dan lain-lain. Dalam pergaulan antar manusia ada diantaranya yang berahlak mazmumah dan sebagian lagi berahlak mahmudah. Dalam makalah ini, kami dari penulis akan membahas tentang ahlak mazmumah. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang dapat dibuat adalah : 1. Apa yang dimaksud dengan Sum’ah ? 2. Apa yang dimaksud dengan Gibah ? 3. Apa yang dimaksud dengan Fitnah ? C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan kami dari penulisan makalah ini agar kita mengetahui beberapa ahlak mazmumah yang sering kita lihat dalam kehidupan sehari-hari baik itu yang disadari atau tidak.
  • 2. 2 BAB II PEMBAHASAN A. Sum’ah 1. Pengertian Sum’ah Secara bahasa sum’ah adalah diperdengarkan kepada orang lain, adapun secara istilah yaitu beribadah dengan benar dan ikhlas karena Allah, kemudian menceritakan amal perbuatannya kepada orang lain, Perbedaan antara riya’ dan sum’ah menurut Al-Hafizh yaitu riya’, adalah memperlihatkan amal dan perbuatan dengan maksud mendapatkan pujian seperti shalat, adapun sum’ah merupakan amalan yang diperdengarkan kemudian menceritakan perbuatannya (sudah dikerjakan dengan penuh keikhlasan, namun pada akhirnya mengharapkan pujian yang sifatnya duniawi). Perbedaan riya’dan sum’ah ialah: Riya’ berarti beramal karena diperlihatkan kepada orang lain, sedangkan sum’ah beramal supaya diperdengarkan kepada orang lain, Riya’ berkaitan dengan indra mata, sedangkan sum’ah berkaitan dengan indra telinga. Kata sum’ah berasal dari kata samma’a (memperdengarkan). Kalimat samma’an naasa bi ‘amalihi digunakan jika seseorang menampakkan amalnya kepada manusia yang semula tidak mengetahuinya. 2. Definisi Sum’ah secara Terminologi Pengertian sum’ah secara istilah adalah sikap seorang muslim yang membicarakan atau memberitahukan amal shalihnya, yang sebelumnya tidak diketahui atau tersembunyi kepada orang lain, supaya dirinya mendapatkan kedudukan, penghargaan, atau mengharapkan keuntungan materi. Syeikh Ahmad Rifa’I dalam kitabnya Ri’ayah Himmah, Juz 2 menjelaskan: ‫ا‬َ‫ل‬‫ا‬‫ر‬َ‫ه‬ْ‫ظ‬َ‫ت‬‫ا‬َ‫ة‬َ‫ل‬ْ‫ض‬َ‫ف‬ْ‫ل‬‫ا‬‫َا‬‫ك‬‫ا‬‫م‬ْ‫ل‬‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬‫ة‬َ‫ع‬‫ا‬َّ‫الط‬ َ‫و‬ Artinya: “Janganlah kalian menunjukkan keutamaan (kepandaianmu), seperti ilmu dan ketaatan karena banyak melaksanakan amal sholih kepada orang lain supaya mereka memuliakanmu”.
  • 3. 3 Dalam makalahnya, beliau menjelaskan bahwa adakalanya kita menunjukkan ketaatan kita pada orang lain, tetapi dalam hal-hal tertentu, seperti : َ‫ب‬ َ ‫غ‬ ْ‫ر‬َ‫ي‬ِ‫ل‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬ِ‫ب‬‫ى‬ َ ‫د‬ َ ‫ت‬ ْ ‫ق‬ُ‫ي‬ِ‫ل‬‫ا‬ َ‫ه‬ُ‫ر‬‫ا‬َ‫ه‬ ْ ‫ظ‬ِ‫إ‬‫ا‬ َّ‫م‬ َ ‫أ‬َ‫و‬ِ‫ء‬ َ ‫يا‬ِ‫الر‬ ُ‫ب‬ِ‫ائ‬َ‫و‬ َ ‫ش‬ َ‫ن‬ َ‫م‬ َ ‫أ‬ ْ‫ن‬ِ‫ا‬‫ا‬ َ‫ه‬ِ‫ر‬‫ا‬َ‫ر‬ ْ‫س‬ِ‫إ‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ُ‫ل‬ َ ‫ض‬ ْ ‫ف‬ َ ‫أ‬ َ‫و‬ُ‫ه‬ َ ‫ف‬ ِ‫ر‬ْ‫ي‬ َ ‫خ‬ ْ ‫ال‬‫ى‬ِ‫ف‬ َ‫اس‬ َّ ‫الن‬ Artinya: “Adapun menunjukkan ketaatan kita kepada orang lain dengan tujuan supaya orang meniru perbuatan kita (mengajak kepada kebaikan), itu lebih baik (tidak berdosa) daripada kita menyembunyikannya, tetapi jika dalam hati kita merasa hebat maka akan menjadi riya’(sombong)”. َ‫لى‬َ‫ع‬‫ا‬ َّ‫م‬ َ ‫أ‬ِ‫اف‬َ‫ر‬ِ‫ت‬ْ‫ع‬ِ ْ ‫اْل‬ْ‫ن‬ َ‫س‬ َ‫ح‬ َ ‫ف‬ ِ‫ة‬ َ‫م‬ْ‫ع‬ِ‫الن‬ِ‫ب‬ Artinya: “Dan sekiranya kita memperlihatkan kemuliaan kita (nikmat), sebagai pertanda rasa syukur pada-Nya maka lebih bagus dan tidak termasuk ke dalam perkara ‘ujub, karena kemuliaan yang kita dapatkan adalah anugerah Allah”. Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT: ‫ا‬َّ‫م‬َ‫أ‬ َ‫و‬‫ا‬‫ا‬ْ‫ث‬‫د‬َ‫ح‬َ‫ف‬‫ا‬َ‫ك‬‫ب‬َ‫ر‬‫ا‬‫ة‬َ‫م‬ْ‫ع‬‫ن‬‫ب‬ Artinya: “Dan terhadap nikmat Tuhan-Mu, hendaklah engkau nyatakan (dengan bersyukur)”.(Q.S. Dhuha: 11). Ibnu Hajar Al-Asqalani mengetengahkan pendapat Izzudin bin Abdussalam yang membedakan antara riya dan sum’ah. Riya’ adalah sikap seseorang yang beramal bukan untuk Allah), sedangkan sum’ah adalah sikap seseorang yang menyembunyikan amalnya untuk Allah, namun kemudian ia bicarakan hal tersebut kepada manusia. Dengan demikian, dalam pandangannya bahwa semua riya’ tercela, sedangkan sum’ah adalah amal terpuji jika ia melakukannya karena Allah dan untuk memperoleh ridha-Nya, namun jadi tercela jika dia bicarakan amalnya di hadapan manusia. Dalam Al-Qur’an Allah telah mengingatkan kepada kita mengenai sifat sum’ah dan riya’ ini : ‫ا‬َ‫ي‬‫ا‬َ‫ْن‬‫ي‬‫ذ‬َّ‫ااال‬َ‫ه‬ُّ‫ي‬َ‫اأ‬‫ا‬‫ا‬‫اس‬َّ‫ن‬‫اال‬َ‫ء‬‫ا‬َ‫ئ‬‫ار‬ُ‫ه‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ام‬ُ‫ق‬‫ف‬ْ‫ن‬ُ‫ي‬‫ا‬ْ‫ى‬‫ذ‬َّ‫َال‬‫ك‬‫ىا‬َ‫ذ‬َ ْ‫ال‬ َ‫او‬‫ن‬َ‫م‬ْ‫ال‬‫اب‬ْ‫م‬ُ‫ك‬‫ات‬َ‫َق‬‫د‬َ‫ص‬‫اا‬ ْ‫و‬ُ‫ل‬‫ْط‬‫ب‬ُ‫ت‬‫ا‬َ‫ل‬‫ا‬ْ‫ا‬‫و‬ُ‫ن‬َ‫آم‬‫ا‬…
  • 4. 4 Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia…” (QS. Al-Baqarah : 264). Di dunia ini, ada banyak hamba pilihan yang di takdirkan oleh Allah sebagai golongan orang-orang yang luhur budi pekertinya, bagus dalam bertutur kata dan dijauhkan dari sifat riya’ dan sum’ah, salah satu diantaranya adalah nabi Muhammad SAW yang dijelaskan dalam salah satu hadisnya: ‫ا‬َ‫ق‬‫ا‬َ‫ن‬َ‫ل‬‫ا‬ َ‫ر‬ْ‫خ‬َ‫اف‬ َ‫ال‬َ‫ْن‬‫ي‬‫ر‬‫خ‬َ ْ‫اْل‬ َ‫او‬َ‫ْن‬‫ي‬‫ل‬َّ‫و‬َ ْ‫ااْل‬ُ‫م‬ َ‫ر‬ْ‫ك‬َ‫ااأ‬َّ‫ن‬‫اإ‬ُّ‫ي‬‫ب‬َّ‫ن‬‫اال‬َ‫ل‬‫ا‬ Rasul SAW bersabda: “Sesungguhnya aku (Muhammad) adalah yang paling mulia diantara nabi-nabi yang terdahulu ataupun yang terakhir, dan tidak berdosa (takabbur) bagiku, karena Allah SWT telah memberikan jaminan sebagai seorang utusan untuk mengajak kepada jalan kebenaran”. Kita sebagai umatnya, tidak menutup kemungkinan bisa sampai dalam tahap kesempurnaan (di jauhkan dari sifat-sifat madzmumah: penyakit hati), sebagaimana di jelaskan para ulama: ‫ا‬َ‫ص‬َ‫اح‬ْ‫د‬َ‫ق‬َ‫اف‬ُ‫ة‬َ‫ق‬ْ‫ي‬‫ر‬َّ‫ُاالط‬‫ه‬‫ا‬َ‫ي‬‫م‬‫اب‬ُ‫ه‬َ‫ن‬‫اط‬َ‫ب‬‫ُا‬‫ل‬‫س‬ْ‫غ‬َ‫ي‬َ‫او‬‫ة‬َ‫ع‬ْ‫ي‬‫ر‬َّ‫ش‬‫اال‬‫ي‬‫ل‬َ‫ح‬‫ُاب‬‫ه‬ َ‫ر‬‫اه‬َ‫ظ‬‫ىا‬َّ‫ل‬َ‫ح‬َ‫ت‬‫ا‬ْ‫ن‬َ‫م‬ َ‫ُاو‬‫ء‬‫ا‬َ‫م‬َ‫ل‬ُ‫ع‬ْ‫اال‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬‫ا‬‫ة‬َ‫ق‬ْ‫ي‬‫ق‬َ‫ح‬ْ‫ال‬‫اب‬َ‫ل‬ Artinya: “Barangsiapa yang secara lahirnya (tingkah laku dan perbuatan) memakai perhiasan syari’at (menebarkan pesona kebaikan), kemudian membasuh kotoran batinnya dengan air tarikat (hanya kepada Allah ia memohon), maka ia telah sampai kepada tahap kesempurnaan (meyakini bahwa hakikatnya segala sesuatu yang ia lakukan mengharap keridhoan-Nya saja)”. 3. Faktor-Faktor Penyebab Riya dan Sum’ah. a. Latar Belakang Kehidupan Jika seorang anak yang tumbuh dalam asuhan sebuah keluarga yang memiliki suasana atau adat perilaku riya’ dan sum’ah, maka sangat besar kemungkinan dirinya akan dapat terpengaruhi perilaku semacam itu. Jika penyakit itu telah bercokol dan lama berurat akar dan mengkristal dalam jiwa, maka akan sangat
  • 5. 5 sulit untuk mengikisnya. Karena itu, rasulullah selalu menekankan pentingnya faktor agama sebagai landasan utama dalam memilih calon pasangan hidup kita. b. Persahabatan yang Buruk Persahabatan yang buruk hanya akan mengakibatkan sikap riya dan sum’ah, terutama bagi orang yang lemah pribadi dan mentalnya dan mudah terpengaruhi orang lain, dengan mengikuti dan meniru teman-temannya, lama kelamaan berakar umbi dalam jiwanya. Sehubungan dengan hal ini, sebagai muslim, kita dituntut agar selektif dalam menjalin persahabatan dengan mereka yang baik, menghormati, dan menjalankan syariah Allah. c. Tidak Memiliki Hakikat Ma’rifah kepada Allah Karena tidak mengenal Allah secara hakiki maka dapat menimbulkan sikap riya’ dan sum’ah, sebab orang yang jahil tidak mampu bersikap yang benar terhadap Allah. Karena itu, berkembanglah dalam pikirannya bahwa ada sebagian manusia yang mampu menolak bahaya dan memberi manfaat. Ia bersikap riya dan sum’ah dalam setiap amalnya dihadapan sekelompok manusia dan yang menurutnya berkuasa dalam menentukan nasib mereka. Islam selalu menegaskan pentingnya mengenal Allah sebagai langkah pertama yang harus ditempuh sebelum melakukan segala sesuatu. Sifat ini lahir karena dalam dirinya merasa paling hebat dan suci, maka Allah SWT mengingatkan kepada kita dalam surat Al-Najm ayat 32: َ‫ال‬َ ‫ت‬َََُُّ‫ت‬ْ ََ‫ن‬ْ‫ُت‬ََ ‫ت‬‫م‬‫ت‬ْ Artinya: “Maka Janganlah kamu menganggap dirimu suci,” Penafsiran ayat diatas diartikan seperti yang diuraikan oleh Syeikh Ahmad Rifa’i: ‫أ‬َ‫ْى‬‫ال‬ َ ‫ت‬ َ ‫أْم‬ ‫ت‬‫ح‬َ‫و‬‫ت‬‫ه‬‫أا‬َ‫ل‬َ‫ْأ‬‫ب‬ َ‫ي‬ ْ‫ل‬ ‫ت‬ َ‫ْل‬ِ‫أ‬‫أج‬ َ‫ب‬ْ Artinya: “Jangan memuji karena merasa lebih dari segalanya ( yang mengarah kepada perasaan ‘ujub)” d. Ambisi Memperoleh Kedudukan dan Kemimpinan Inilah salah satu diantara faktor yang dapat memotivasi timbulnya sikap riya’ dan sum’ah. Islam menekankan untuk menyeleksi dan menguji seseorang
  • 6. 6 sebelum ia dilimpahi suatu kepercayaan atau dukungan. Sebagaimana Firman- Nya: ‫ا‬َ‫و‬ ْ‫م‬ َ ‫أ‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ْ‫ي‬ َ ‫ل‬ِ‫إ‬ ْ ‫وا‬ُ‫ع‬ َ ‫ف‬ ْ‫اد‬ َ ‫ف‬ ‫ا‬ً‫د‬ ْ ‫ش‬ُ‫ر‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬‫م‬ ُ ‫ت‬ ْ‫س‬ َ ‫آن‬ ْ‫ن‬ِ‫إ‬ َ ‫ف‬ َ‫اح‬ َ ‫ك‬ِ‫الن‬ ْ ‫وا‬ ُ ‫غ‬ َ ‫ل‬َ‫ب‬ ‫ا‬ َ ‫ذ‬ِ‫إ‬ َ‫ى‬َّ‫ت‬َ‫ح‬‫ى‬َ‫ام‬ َ ‫ت‬َ‫ي‬ ْ ‫ال‬ ْ ‫وا‬ ُ ‫ل‬ َ ‫ت‬ْ‫اب‬َ‫و‬ْ‫م‬ُ‫ه‬ َ ‫ل‬ Artinya: “Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya.” (QS. an-Nisaa’ :6) e. Tamak Terhadap yang Dimiliki Orang Lain Sikap rakus terhadap apa yang dimiliki orang lain serta ambisi terhadap harta duniawi dapat menyebabkan riya atau sum’ah. Sebagaimana diriwayatkan dari Abu Musa bahwa pada suatu hari rasul SAW ditanya, “Ya Rasulullah, ada seorang yang berperang untuk memperoleh ghanimah, ada yang ingin disebut-sebut, dan ada yang ingin posisinya dilihat oleh manusia, yang manakah diantara mereka yang berperang di jalan Allah?” Rasul SAW bersabda:“Barangsiapa berperang dengan tujuan meninggikan kalimat Allah, maka dialah yang berperang di jalan Allah.” (HR. Bukhari) f. Lalai Terhadap Dampak Buruk Riya dan Sum’ah Ketidaktahuan dan kelalaian seseorang terhadap pengaruh buruk yang ditimbulkan oleh riya dan sum’ah dapat menjerumuskan seseorang kepada riya atau sum’ah. Imam Bukhori dalam shahihnya dalam bab Ar- Riya’ was Sum’ah dengan membawakan hadits Rasulullah SAW:“Barangsiapa memperdengarkan (menyiarkan) amalnya, maka Allah akan menyiarkan aibnya, dan barangsiapa beramal karena riya’, maka Allah akan membuka niatnya (dihadapan manusia pada hari kiamat kelak)”. B. Gibah 1. Pengertian Gibah Secara bahasa ghibah bisa diartikan sebagai mengatakan sesuatu yang benar tentang seseorang di belakangnya tetapi hal itu tidak disukai oleh orang yang dibicarakan. Dalam islam perihal gosip di masukan ke dalam ghibah karena dalam prakteknya sama dengan berghibah yakni sama-sama membicarakan orang
  • 7. 7 lain dibelakangnya dan umumnya pembicaraan itu menyangkut aib atau keburukan objek yang dibicarakan. Jadi ghibah adalah membicarakan kejelekan atau aib orang lain atau menyebut masalah orang lain yang tidak disukainya, sekalipun hal tersebut benar-benar terjadi. Para alim ulama sepakat bahwa ghibah termasuk dosa besar sebagaimana dijelaskan dalam surat Al-Hujurat ayat 12 : "Hai orang yang beriman jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. sukakah salah satu diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah sesungguhnya Allah Maha penerima tobat lagi Maha Penyayang". Pada umumnya orang berghibah ketika ia sedang marah atau kesal pada seseorang yang ia benci atau pun ketika ia merasa cemburu atau iri hati pada orang lain. Namun pada saat ini yang paling mengherankan adalah dengan bergosip seolah-olah kita mampu membuat orang lain tertawa dan bahagia meski yang dibicarakan adalah aib atau keburukan orang lain dan terkadang gosip tidak dianggap sebagai dosa dan parahnya pada saat ini banyak orang-orang yang mencari nafkah dengan cara bergosip, sebagaimana maraknya acara infotainment seputar gosip kehidupan artis di televisi. Untuk menghalau gosip atau ghibah caranya sadarilah bahwa hal itu dosa besar dan hindarilah ucapan-ucapan yang akan mendekati ghibah dengan cara meluruskan dan menyelaraskan antara hati ucapan dan tindakan. karena setiap orang yang beriman yang berfikir dengan hati nuraninya akan mengakui bahwa tidak ada manfaatnya menggosipkan seseorang apalagi berusaha membuka aib atau keburukan orang lain. Nawawi rahimahullah mengatakan, “Ghibah berarti seseorang menyebut-nyebut sesuatu yang dibenci saudaranya baik tentang tubuhnya, agamanya, duniannya, jiwanya, akhlaknya, hartanya, anak-anaknya, istri-istrinya, pembantunya, gerakannya, mimik bicaranya atau kemuraman wajahnya dan yang lainnya yang bersifat mengejek baik dengan ucapan maupun isyarat.”
  • 8. 8 2. Gibah Yang Diperbolehkan Ucapan Imam Nawawi ‫هللا‬ ‫ه‬‫م‬ ‫رح‬Dalam kitab tersebut , beliau ‫هللا‬ ‫رحمه‬ berkata: “Ketahuilah bahwa ghibah diperbolehkan untuk tujuan yang benar sesuai dengan syariat, yang hal itu tidak mungkin ditempuh kecuali dengan ghibah. Yang demikian terjadi dengan enam sebab yaitu: a. Kedzoliman, diperbolehkan bagi orang yang terdzolimi menngadukan kedzoliman kepada penguasa atau hakim yang berkuasa yang memiliki kekuatan untuk mengadili perbuatan tersebut. Sehingga diperbolehkan mengatakan,”Si Fulan telah mendzalimi diriku”atau “Dia telah berbuat demikian kepadaku.” b. Meminta bantuan untuk menghilangkan kemungkaran dan mengembalikan pelaku maksiat kepada kebenaran. Maka seseorang diperbolehkan mengatakan, “Fulan telah berbuat demikian maka cegahlah dia!” c. Meminta fatwa kepada mufti (pemberi fatwa,pen) dengan mengatakan:”Si Fulan telah mendzolimi diriku atau bapakku telah mendzalimi diriku atau saudaraku atau suamiku, apa yang pantas ia peroleh? Dan apa yang harus saya perbuat agar terbebas darinya dan mampu mencegah perbuatan buruknya kepadaku?”Atau ungkapan semisalnya. Hal ini diperbolehkan karena ada kebutuhan. Dan yang lebih baik hendaknya pertanyaan tersebut diungkapkan dengan ungkapan global, contohnya : “Seseorang telah berbuat demikian kepadaku” atau “Seorang suami telah berbuat dzalim kepaada istrinya” atau “Seorang anak telah berbuat demikian” dan sebagainya. Meskipun demkian menyebut nama person tertentu diperbolehkan, sebagaimana hadits Hindun ketika beliau mengadukan (suaminya)kepada Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam, “Sesungguhnya Abu Sufyan adalah orang yang sangat pelit.” d. Memperingatkan kaum muslimin dari kejelekan, contohnya memperingatkan kaum muslimin dari perowi-perowi cacat supaya tidak diambil hadits ataupun persaksian darinya, memperingatkan dari para penulis buku (yang penuh syubhat). Menyebutkan kejelekan mereka
  • 9. 9 diperbolehkan secara ijma’ bahkan terkadang hukumnya menjadi wajib demi menjaga kemurnian syari’at. e. Ghibah terhadap orang yang melakukan kefasikan atau bid’ah secara terang-terangnan seperti menggunjing orang yang suka minum minuman keras, melakukan perdagangan manusia, menarik pajak dan perbuatan maksiat lainnya. Diperbolehkan menyebutkannya dalam rangka menghindarkan masyarakat dari kejelekannya. f. Menyebut identitas seseorang yaitu ketika seseorang telah kondang dengan gelar tersebut. Seperti si buta, si pincang, si buta lagi pendek, si buta sebelah, si buntung maka diperbolehkan menyebutkan nama-nama tersebut sebagai identitas diri seseorang. Hukumnya haram jika digunakan untuk mencela dan menyebut kekurangan orang lain. Namun lebih baik jika tetap menggunakan kata yang baik sebagai panggilan, Allahu A’lam. (Syarhun Nawawi ‘ala Muslim, Hal.400). 3. Penyebab dan Bahaya Gibah Ada beberapa penyebab dari ghibah itu sendiri. Diantara penyebab ghibah adalah : a. Hasad (Dengki). Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Hati-hati kalian terhadap perbuatan hasad! karena hasad itu memakan (merusak) kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar." (HR.Abu Dawud dan Ibnu Majah) b. Balas Dendam. Sifat dendam menyebabkan seorang pendendam menggunjing saudaranya dalam berbagai kesempatan. Wal'iyaadzu billah ! c. Menjilat dan mencari muka. Seorang yang suka menjilat dan mencari muka teman-temannya akan selalu menyelaraskan perkataannya dengan teman-temannya. Meskipun terkadang teman-temannya terlibat dalam pergunjingan. Maka biasanya si penjilat dan si pencari muka membiarkannya. Alasannya takut teman-temannya lari meninggalkannya. d. Sombong dan meremehkan orang lain. Mengenai sombong ini maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :"Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain" (HR.Muslim). Lalu
  • 10. 10 Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Orang-orang yang sombong itu akan dikumpulkan pada hari kiamat seperti semut kecil yang terinjak-injak telapak kaki orang-orang." (HR.Tirmidzi dan Nasa) e. Memperolok-olokan orang lain, sebagian orang menggunjingkan saudaranya dengan jalan memperolok-olokan. Perbuatan ini haram. Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman :"Janganlah suatu kaum memperolok-olokkan kaum yang lain, boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) itu lebih baik dari mereka." (QS.Al Hujurat 49: 11) Sesungguhnya ghibah merupakan penyakit berbahaya dan menimbulkan kemudharatan yang lebih besar di dunia maupun di akhirat kelak. Diantara bahaya ghibah yaitu : a. Ghibah menjadikan pelakunya terbuka aibnya di dunia maupun di akhirat. b. Ghibah menyakiti hamba-hamba Allah Subhanahu wa ta'ala. Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman : "Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin laki-laki dan mukmin perempuan tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata."(QS.Al Ahzab 33:58) c. Ghibah termasuk kedzoliman dan melampaui batas terhadap orang lain. Di dalam hadits Qudsi yang shahih riwayat Imam Muslim, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam meriwayatkan dari Rabb- nya Subhanahu wa ta'ala:"Wahai hamba-hamba-Ku sesungguhnya Aku telah mengharamkan kedzoliman atas diri-Ku dan Aku telah menjadikan kedzoliman diantara kalian sebagai sesuatu yang diharamkan, maka janganlah kalian saling mendzolimi." d. Ghibah berakibat terkena azab pada hari kiamat. Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman: "Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela"(QS.Al Humazah 104:1) e. Ghibah memporak-porandakkan masyarakat, menebarkan fitnah, menimbulkan permusuhan diantara manusia dan menimbulkan dendam.
  • 11. 11 f. Ghibah menunjukkan atas gugur dan hancurnya perbekalan pelakunya, kotor niatnya dan jelek lidahnya. 4. Prilaku menghindari Gibah Setiap muslimin dan muslimat harus berusaha menghindari gibah dengan sungguh-sungguh adapun cara menghindari prilakugibah antara lain : a. Menyadari sepenuhnya bahwa setiap orang memiliki kekurangan dan kelebihan b. Membiasakan untuk mawas diri, melihat kesalahan sendiri di masa lalu c. Mengingat-ingat kebaikan yang telah dilakukan oleh orang lain d. Memperbanyak pergaulan dengan sesamanya sehingga gossip dapat dikurangi e. Tidak mudah mempercayai berita yang tidak jelas sumber kebenarannya f. Memperbanyak bergaul dengan orang-orang saleh dan taat beribadah g. Berusaha menghentikan atau mengalihkan pembicaraan yang menjurus gibah. C. Fitnah 1. Pengetian Fitnah Dari Segi Bahasa Dan Istilah Kalimah Fitnah (‫نة‬ ‫ت‬ ‫ف‬ ‫)ال‬ dalam bahasa Arab berarti ujian dan cobaan. Imam Ibnu Hajar berkata Asal kata fitnah adalah (‫بار‬ ‫ت‬ ‫)اإلخ‬ (ujian) dan (‫تحان‬ ‫)اإلم‬ ujian) Ibnu Manzur berkata Al-Azhari dan lainnya berkata “Asal makna fitnah adalah (‫تالء‬ ‫)اإلب‬ (cobaan), (‫تحان‬ ‫)اإلم‬ (Ujian) dan (‫بار‬ ‫ت‬ ‫)اإلخ‬ (ujian).” Adapun dari segi istilah ulama adalah seperti yang didefinasikan oleh Jurjani:“Perkara yang dilakukan untuk mengetahui kebaikan atau keburukan sesuatu.” 2. Hukum Fitnah Memfitnah hukumannya lebih berat dari ketidaktaatan. Fitnah akan menyebabkan hukuman yang lebih berat dari Allah. Allah swt menghukum lebih berat orang yang membuat fitnah daripada orang yang membuat dosa besar. Karena fitnah akan menciptakan kebingungan. Fitnah akan menciptakan situasi dimana banyak orang akan terjatuh dalam dosa fitnah itu tanpa mengetahui bahwa mereka telah jatuh kedalam perangkap setan, dan tidak ada jalan keluar bagi orang yang membuat fitnah. Tidak ada pengampunan bagi orang yang
  • 12. 12 membuat fitnah. Itulah sebabnya Allah swt tidak suka dengan orang yang suka memfitnah. Firman Allah ; ْ‫ا‬ ْ‫ي‬ ُّ‫ه‬ْ ‫أ‬َّ‫ا‬ ‫ت‬‫ي‬ ‫ن‬ ْ ْ‫ي‬ْ‫ن‬‫او‬ ‫أ‬َ‫ن‬‫ت‬ْ ‫أ‬َ‫ا‬ ْ َُْْ ‫أ‬َ‫ا‬ ‫ت‬‫ْا‬ٌ ‫أ‬ِ‫ن‬‫ب‬‫إ‬‫ت‬ٍ ْ‫ي‬ْ‫ن‬‫ن‬َ‫ب‬ٌُ ‫أ‬َ‫ن‬ْ ْ‫ي‬ْ‫َب‬ ‫ت‬ُِْ َْ‫و‬ َ‫ي‬‫ا‬ ‫أ‬ِ‫ج‬ ْ‫ل‬‫ة‬‫ت‬ٍ ْ‫ي‬ ُْ‫ت‬‫ب‬ ٌَُُْ ‫أ‬ََ‫ل‬َ ْ‫و‬ ‫أ‬َ‫ا‬ُْ َ ‫ت‬‫م‬ٌ ‫أ‬‫دن‬ ‫ت‬‫و‬ ‫ت‬‫ْي‬َ Artinya : Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (QS. al-Hujurat: 6) Kata-kata ini sebuah kebenaran, sebuah perintah untuk semua orang untuk digunakan, untuk memeriksa setiap berita buruk yang datang. Jika terjadi kebingungan dalam masyarakat karena berita buruk yang kalian dengar, dari orang yang korup, maka jangan membuat fitnah dan menyebarkan fitnah itu. Wahai manusia jika seseorang yang buruk (korup) datang kepadamu dengan berita yang buruk dan palsu yang dia bawa dan menuduh seseorang terhadap sesuatu yang tidak mereka lakukan, maka periksalah berita itu terlebih dahulu, karena dengan begitu maka kalian tidak akan terjatuh ke dalam dosa besar (fitnah), yaitu dosa fitnah karena kalian percaya terhadap berita buruk yang kalian dengar dari orang yang buruk itu dan turut menyebarkannya. Firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah (2) : 191 ‫أ‬ِْ‫أ‬‫ج‬‫أل‬ ‫ت‬‫ح‬َُ َ ْ‫أ‬َّ ‫ت‬‫أو‬ ُّ ْْ‫أ‬ ْ ‫ج‬‫ن‬َُ ‫ت‬‫و‬ َ ْ‫أل‬ َ‫ا‬ ْ َ‫ي‬ ْْ‫م‬ َِّْ‫أ‬ ْ ََ‫و‬‫أل‬ ََّ ‫خ‬‫ت‬‫اأو‬ ْ‫يب‬ ْْ‫ت‬‫م‬ َِّْ‫أل‬ َ‫ا‬ ْ‫يب‬ ْ‫ْل‬ُْ َ‫و‬ ‫ت‬ ‫أم‬ ْ ََ‫و‬‫أل‬ َ‫ا‬ ْ‫يب‬ ْ ‫ت‬ُْ َ ‫ْا‬‫أل‬ ‫ن‬‫ت‬َ‫أ‬ َ‫ا‬ ْ‫يب‬ ْ ‫ت‬‫ت‬ِْ ‫أ‬‫م‬‫ت‬‫ي‬َ‫أ‬ َ‫ا‬ ْ‫يب‬ ْ ‫ت‬ُْ َ ‫ْا‬ٌ‫أ‬ َ‫ا‬ ْ َ‫ي‬ ْ ‫ت‬ِْ‫نأا‬‫ت‬‫ن‬ٌ‫أ‬ ‫ت‬‫وي‬‫ت‬ٌ‫أ‬ َ‫ا‬ ْ َ‫ي‬ ْ ‫ت‬‫ت‬ِْ ْ‫مأا‬‫ن‬ ‫أل‬ ‫ت‬ْْ‫م‬‫و‬ َ ُْ‫أ‬ ‫ت‬ ‫ت‬‫ال‬ َ‫ل‬ َ ْ‫أأ‬ََّ‫ت‬‫م‬‫ت‬ٌْ‫ك‬ َ ْ‫ُْأ‬‫ن‬ْ Artinya : Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikanlah balasan bagi orang-orang.
  • 13. 13 Kata-kata ini sebuah kebenaran, sebuah perintah untuk semua orang untuk digunakan, untuk memeriksa setiap berita buruk yang datang. Jika terjadi kebingungan dalam masyarakat karena berita buruk yang kalian dengar, dari orang yang korup, maka jangan membuat fitnah dan menyebarkan fitnah itu. Wahai manusia jika seseorang yang buruk (korup) datang kepadamu dengan berita yang buruk dan palsu yang dia bawa dan menuduh seseorang terhadap sesuatu yang tidak mereka lakukan, maka periksalah berita itu terlebih dahulu, karena dengan begitu maka kalian tidak akan terjatuh ke dalam dosa besar (fitnah), yaitu dosa fitnah karena kalian percaya terhadap berita buruk yang kalian dengar dari orang yang buruk itu dan turut menyebarkannya. 3. Dampak Fitnah terhadap seseorang Fitnah merupakan salah satu perbuatan yang jelas-jelas dibenci oleh Allah SWT. Orang yang mempunyai hobi memfitnah dia tidak akan nyaman hidupnya di dunia. Sebab di sedang dihantui dengan kebohongan yang besar, jika sudah terbongkar semua kebohongannya maka dia harus menerima imbalannya yakni kepercayaan orang-orang terhadap dirinya telah hilang. Mereka yang suka memfitnah orang ataupun menuduh orang dengan sebuah tuduhan yang salah, maka mereka akan mendapatkan ganjarannya langsung dari Allah SWT. Sedangkan bagi orang yang difitnah Biasanya orang yang difitnah tidak menerima perlakuan atas pencemaran nama baiknya. Oleh karna itu tidak sedikit dari banyak orang yang difitnah membalas perlakuan itu dengan sebuah balas dendam yang lebih kejam. Entah apa saja yang mereka lakuakan yang terpenting mereka dapat membalas perlakuan orang yang memfitnahnya. Akan tetapi dalam surah An-Nur Allah SWT. Telah menjanjikan kepada hambanya yang sabar dan tidak membalas perlakuan orang yang memfitnahnya. Isi janji Allah SWT tersebut adalah sebagai berikut : 1. Ya’jurukumullah yakni mendapatkan balasan ( pahala ) dari Allah SWT. 2. Yazaharul Barooah yakni mendapatkan kesucian dari Allah SWT. Atas segala kekotoran yang ada di dalam dirinya. Oleh karna itu untuk para korban fitnah maka janganlah takut sebab Allah itu selalu berada di sisi hamba-Nya yang benar. Adapun larangan bagi orang yang di fitnah adalah :
  • 14. 14 1. Apabila di fitnah janganlah membalasnya dengan fitnah juga. 2. Berita bohong atau gossip dari orang-orang awwam janganlah didengarkan. 3. Dan jika yang menyampaikannya orang alim pun tetap janganlah dihiraukan. 4. Sikap menghadapi Fitnah Zaman sekarang tidak sedikit dari banyak orang yang hobinya membicarakan orang lain. Baik itu dalam sisi positifnya apalagi sisi negatifnya. Bahkan kita pribadi yang awalnya tidak berniat untuk ikut turut andil dalam mendengarkan berita bohong itupun akhirnya terbawa arus untuk mendengarkannya karena penasaran terhadap berita yang disampaikan dan alhasil kita pun menjadi pendengar setia pembawa berita bohong itu. Kini berita-berita yang belum jelas keabsahannya banyak beredar, seperti gosip-gosip di televisi. Maka untuk menghindarinya berikut adalah cara-caranya sesuai dengan perintah Allah dalam surah An-Nur ayat 12 dan 16 : Jika yang memfitnah itu adalah orang yang awwam Apabila ada teman kita ataupun orang-orang di sekitar kita yang menyampaikan berita bohong , atau orang yang menyampaikan berita itu pun belum yakin akan kebenaran berita yang dia sendiri edarkan kan. Maka kita langsung saja keluarkan dua kartu mati yakni berbicara kepadanya dengan kalimat : 1. Dzhonnal Mu’minuuna wal Mu’minaatu bi Anfusihim 2. Hadza Ifkum Mubiin Setelah kita berkata kalimat itu maka hendaklah kita menajuhi orang yang menyampaikan berita itu. Jika yang memfitnah itu adalah orang yang berilmu Apabila yang menyebarluaskan berita bohong itu adalah orang-orang yang berilmu maka langsung saja keluarkan tiga kartu mati. Artinya jika ada orang yang berilmu ( berpendidikan ) ketika menyampaikan berita dia selalu berkata “ kata si A seperti ini, kata si B seperti ini, dan kata si C seperti itu” belum jelas kebenarannya. Maka cukup saja katakan subhanallah, Ma Yanbagi Lana an Natakallama bihadza, Hadza Buhtaanun ‘Adzhim. Tapi setelah berkata itu pun kita juga harus segera meninggalkan orang yang mengedarkan berita bohong itu. Jangan mentang-mentang sudah mengatakan kalimat kata kunci atau mati itu kita malah asyik mendengarkan berita bohong itu.
  • 15. 15 BAB III PENUTUP A. Simpulan Dapat kita simpulkan bahwa ketiga sifat tersebut adalah sifat tercela yang tidak disukai oleh Allah SWT, Karena dapat merugikan diri sendiri dan orang lain, Semoga kita di jauhkan dari sifat sum’ah, Ghibah, dan Fitnah, Dan yang paling utamanya adalah kita harus menjauhi sifat memfitnah karena fitnah itu lebih kejam dari pada pembunuhan. B. Saran Semoga makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan apabila ada kesalahan atau kekeliruan didalam penulisan makalah ini kami harap permaklumannya karena kami adalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan kekeliruan.
  • 16. 16 DAFTAR PUSTAKA http://tanbihun.com/tasawwuf/sumah-pura-pura-ikhlas-dalam-beribadah/ (diakses tanggal 7 Juni 2013) http://learningfromlives.wordpress.com/2012/01/10/ujub-sumah-dan-riya/ (diakses tanggal 7 Juni 2013 http://indonesian.iloveallaah.com/gibah-haram-tapi-diminati/#sthash.888pZ28d.dpuf (diakses tanggal 7 Juni 2013