Pasien mengalami gejala sepsis setelah operasi apendiktomi seperti agitasi, tremor, takikardi, dan demam yang meningkat, sehingga perawat akan melakukan tindakan dengan mengumpulkan informasi terkait definisi, patofisiologi, dan manifestasi klinis sepsis serta memberikan penatalaksanaan sesuai standar prosedur keperawatan."
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
Metodologi keperawatan
1. METODOLOGI KEPERAWATAN (Berfikir Kritis)
KELOMPOK V
1. Christin Regina Barus
2. Irena Sembiring
3. Juni Antonius Damanik
4. Lamria Simbolon
5. Pormina Tambunan
6. Siti RohaniSidabutar
7. Yosika Manullang
PRODI D III KEPERAWATAN
STIKes Santa Elisabeth Medan
T.A 2016/2017
2.
3. Kata Pengantar
puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat nya
sehingga tim penulis dapat mengerjakan tugas ini.adapun topik dari tugas penulis
adalah”pemecahan masalah dari soal kasus tentang berfikir kritis dalam keperawatan”.
Tim penulis juga mengucapkan terimakasih kepada dosen kami atas waktu dan
kesempatan yang telah di berikan kepada kami untuk penyelesaian dari tugas tim penulis ini.
tugas ini di buat agar dapat menambah pengetahuan dari pembaca khusus nya dalam
pengambilan keputusan oleh seorang perawat.
Tim penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan tugas ini oleh sebab itu
kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan untuk penyempurnaan maupun peerbaikan
tugas ini. Demikian lah tugas ini di buat atas perhatian nya kami ucapkan sekian dan
terimakasih .
Medan ,08 desember 2016
Tim penulis
4. Daftar isi
Kata pengantar ......................................................................................................................
Daftar isi ................................................................................................................................
Bab 1 pendahuluan :
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................
1.2 Tujuan ........................................................................................................................
Bab 2 pembahasan :
2.1..Definisi....................................................................................................................
2.2 Model Berfikir Kritis dalam Keperawatan .............................................................
2.3 Karakteristik Berpikir Kritis....................................................................................
2.4 Tahap Berpikir Kritis...............................................................................................
Bab 3 penutup
3.1 Kasus.......................................................................................................................
3.2 Penyelesaian............................................................................................................
3.2.1 Hasil Argumen ..............................................................................................
3.2.2 Berdasarkan Teori .........................................................................................
Daftar pustaka
5. BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berpikir bukan merupakan sebuah proses statis; berpikir dapat berubah setiap
hari atau setiap jam.karena berpikir sangat dinamis(berubah secara konstan) dan
karena semua tindakan keperawatan memerlukan pemikiran,maka penting untuk
memahami brpikir secara umum.Penting juga untuk memahami gaya dan pola unik
seseorang serta mengidentifikasi tentang apa yang membantu seseorang untuk dapat
berpikir dengan lebih baik.
Setiap pilihan memerlukan model berpikir yang berbeda dan mungkin
bergantung pada kebiasaan masa lalu atau situasi belajar di lihat sebagai suatu
masalah yang harus diselesaikan.Dan kemungkinan besar memutuskan untuk
melakukan suatu hal baru atau berbeda,seperti membaca sembari mengayuh sepeda
statis dan mendengarkan music.Semua tindakan yang dilakukan memerlukan
pemikiran,tetapi tidak semua pemikiran sama.
Mengeksplorasi pemikirn seseorang mungkin bukan merupakan bagian
pembelajaran yang diharapkan dalam keperawatan suatu profesi yang sering kali
dihubungkan dengan banyak melakukan sesuatu.Namun,semua hal yang dilakukan
perawat memerlukan pemikiran tingkat tinggi; tidak ada tindakan yang dilakukan
tanpa berpikir kritis.Fokus berpikir kritis memberikan penekanan yang tepat pada
proses keperawatan dan memungkin kan penggunaan keterampilan
intelektual,interpersonal,dan teknik agar berhasil dalam keperawatan.
Berpikir kritis dalam keperawatan memberikan awal yang baik bagi perawat
yang harus belajar bagaimana bertindak dan bagaimana berpikirdalam dunia
pelayanan kesehatan yang kompleks saat ini.
Apendiksitis adalah peradangan pada apendiks vermikularis (sisa apex sekum
yang tidak memiliki fungsi) yang mengenai samua dinding organ (Price & Wilson,
2005).
Menurut Brunner & Suddarth (2001) , apendiksitis merupakan penyebab paling
umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan dari rongga abdomen dan
penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat.
Apendiksitis dapat terjadi pada semua golongan usia, paling sering terjadi antara
usia 10–30 tahun, dengan presentasi pria lebih sering daripada wanita, dan remaja
lebih sering daripada orang tua. Keluhan apendiksitis biasanya berawal dari nyeri
atau rasa tidak enak di sekitar umbilikus, umumnya berlangsung lebih dari 1 atau 2
hari, dan nyeri akan bergeser dalam 2–12 jam kekuadran kanan bawah, menetap dan
diperberat bila berjalan. Didapatkan juga adanya keluhan anoreksia, mual, muntah,
demam yang tidak terlalu tinggi dan leukositosis sedang. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan nyeri tekan lokal pada titik McBurney, nyeri tekan lepas (rebound
tenderness), dan nyeri alih (referred pain).
Pada apendiksitis yang sudah mengalami perforasi muncul gejala berupa nyeri,
nyeri tekan dan spasme, disertai hilangnya rasa nyeri secara dramatis untuk
sementara (Price & Wilson, 2005) .
6. Penatalaksanaan apendisitis adalah dengan tindakan pembedahan
(apendiktomi). apendiktomi yaitu operasi untuk mengangkat apendisitis yang harus
dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi. Apendiktomi dapat
dilakukan dengan menggunakan dua metode pembedahan, yaitu secara tehnik
terbuka / pembedahan konvensional (laparatomi) atau dengan tehnik laparaskopi
yang merupakan tehnik pembedahan minimal infasif dengan metode terbaru yang
sangat efektif (Brunner & Suddarth, 2001).
1.2 Tujuan
Untuk menentukan tindakan berpikir kritis sebagai seorang perawat kepada pasien
post operasi apendiktomi yang mengalami gejala Agitasi, Tremor, detak jantung
meningkat, serta peningkatan suhu tubuh pasien.
7. BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi
Berpikir kritis adalah proses mental untuk menganalisis atau mengevaluasi
informasi.Informasi tersebut didapatkan dari hasil pengamatan,pengamalan,akal
sehat,atau komunikasi.Dalam keperawatan,berpikir kritis adalah suatu kemampuan
bagaimana perawat mampu berpikir dengan sistematis dan menerapkan standar
intelektual untuk menganalisis proses berpikir. Berpikir kritis dalam keperawatan adalah
suatu komponen penting dalam mempertanggungjawabkan profesionalisme dan kualitas
pelayanan asuhan keperawatan.Berpikir kritis merupakan pengujian rasional terhadap
ide,pengaruh,asumsi,prinsip,argument,kesimpulan,isu,pernyataan,keyakinan,dan
aktivitas (Bandman dan Bandman,1988 dalam Deswani, 2011).
Pemikir kritis dalam praktik keperawatan adalah seseorang yang mempunyai
keterampilan pengetahuan untuk menganalisis,menerapkan standar,mencari
informasi,menggunakan alasan rasional,memprediksi,dan melakukan transformasi
pengetahuan.
Para pemikir kritis dalam keperawatan melatih keterampilan kognitif dalam
menganalisis, menerapkan standar, membedakan, mencari informasi, memberi alasan
logis, memperkirakan, mengubah pengetahuan. Menurut Tapen (1989) dalam Sumijatun
(2009), berfikir kritis adalah keterampilan dalam mengembangkan atau mencari alternatif
untuk pemecahan masalah dan mengadopsinya sebagai pendekatan dalam pertanyaan –
pertanyaan yang harus dijawab.
2.2 Model Berfikir Kritis dalam Keperawatan
Menurut Rubbenfeld dan Scheffer (2006) ada Lima model berpikir Kritis :
a. Total Recall (ingatan total)
Ingatan total berarti mengingat beberapa fakta atau mengingat tempat dan bagaimana
cara untuk menemukannya ketika dibutuhkan. Ingatan total juga merupakan
kemampuan untuk mengakses pengetahuan, yang dipelajari dan disimpan dalam
pikiran.
b. Habits (kebiasaan)
Kebiasaan adalah pendekatan berfikir yang sering kali diulang sehingga menjadi sifat
alami kedua. Kebiasaan menghasilkan cara – cara yang dapat diterima dalam
melakukan segala hal, yang berhasil, menghemat waktu, atau diperlukan. Tindakan
kebiasaan sebenarnya bukan dilakukan tanpa berfikir: hanya saja, proses berfikir telah
begitu mendarah daging sehingga tampaknya, atau sebenarnya mungkin, dilakukan
dibawah sadar. Kebiasaan memungkinkan seseorang melakukan suatu tindakan tanpa
harus memikirkan sebuah metode baru setiap kali ia akan bertindak. Kadang kala
kebiasaan dapat ditelusuri kembali asal pemikirannya dengan mudah. Misalnya RJP,
jika dipraktikkan berung kali, dapat menjadi sifat alami. Namun, sebagian besar
perawat dapat mengingat pengalaman pertama mereka ketika melakukan proses RJP
dan menjelaskan bagaimana hal tersebut menjadi kebiasaan sejalan dengan waktu.
8. c. Inquairy (penyelidikan)
Penyelidikan adalah memeriksa isu secara sangat mendetail dan mempertanyakan isu
yang mungkin segera tampak dengan jelas penyelidikan juga merupakan jenis berfikir
yang sangat penting untuk mencapacai kesimpulan. Kesimpulan dapat dicapai tanpa
menggunakan penyelidikan, tetapi kesimpulan menjadi lebih baik jika menggunakan
penyelidikan.
d. New Ideas and Creativity (ide baru dan kreativitas)
Ide baru dan kreativitas merupakan model berfikir yang sangat khusus karena
merupakan akar dari asuhan yang diindividualisasi atau asuhan yang sesuai dengan
spesifikasi klien.
e. Knowing How You Think (mengetahui bagaimana anda berfikir)
Mengetahui bagaimana anda berfikir adalah model terakhir tetapi bukan tidak
penting, berarti berfikir tentang pemikiran seseorang. Mengetahui bagaimana anda
Namun, keperawatan mengharuskan menjadi pemikir kritis. Bagian dari berpikir kritis
adalah terus menerus berusaha membuat seseorang berfikir dengan lebih baik atu
untuk mengetahui bagaimana anda berfikir.
2.3 Karakteristik Berpikir Kritis
Menurut Fisher (2008) menyatakan ada 6 karakteristik berpikir kritis
yaitu :
a. Mengidentifikasi masalah
b. Mengumpulkan berbagai informasi yang relevan
c. Menyusun sejumlah alternatif pemecahan masalah
d. Membuat kesimpulan
e. Mengungkapkan pendapat
f. Mengevaluasi argumen
2.4 Tahap Berpikir Kritis
1. Menentukan tujuan berpikir kritis (Purpose of thinking)
2. Menambah (mencukupi) pengetahuan yang diperlukan (adequacy of
3. knowledge)
4. Mengidentifikasi masalah potensial (Potential Problem)
5. Mengidentifikasi sumber pendukung (Helpful Resource)
6. Membuat keputusan yang kritis (Critique of judgment/Decision)
9. BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Kasus
Seorang perawat merawat pasiennya yang 2 hari post operasi Apendiktomi, tiba2 dia
merasa Agitasi dan Tremor pada tangannya. Frekuensi Jantung makin cepat 4 jam yang
lalu dan temperaturnya meningkat 38.3 o C. Anda sebagai perawat berpikir bahwasannya
pasien suspect sepsis. Apa yang anda lakukan sebagai seorang perawat?
3.2 Penyelesaian:
3.2.1 Hasil Argumen
Pasien menderita Sepsis yang menunjukkan gejala seperti Agitasi, Tremor,
Takikardi dan meningkatnya Suhu tubuh pasien
3.2.3 Berdasarkan Teori :
1) Pengumpulan Informasi
a. Definisi
Apendiks adalah umbai kecil menyerupai jari yang menempel pada
sekum tepat dibawah katup ileusekal, berisi makanan dan mengosongkan
diri secara teratur kedalam sekum. Karena pengosongan tidak efektif dan
lumennya kecil apendiks sering tersumbat dan terutama rentan terhadap
infeksi (apendiksitis). (Kapita selekta Kedokteran, hlm. 341)
Apendiks adalah organ tambahan kecil yang menyerupai jari, melekat
pada sekum tepat di bawah katup ileocecal ( Brunner dan Sudarth, 2002 hal
1907 ).
Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis, dan
merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering ( Arif Mansjoer
dkk, 2000 hal 307 ).
Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing,
dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus
memerlukan laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi.
Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh
peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur. ( Anonim,
Apendisitis, 2007 )
Apendiktomi adalah pengangkatan terhadap appendiks terimplamasi
dengan prosedur atau pendekatan endoskopi.
10. a. Patofisiologi
b. Etiologi
Menurut Kapita Selekta Penyakit halaman 60, terdapat beberapa Etiologi dari
Apendisitis:
Benda asing
Neoplasma
Ulserasi mukosa
Massa feses
Striktur
Ingesti barium
11. Infeksi Virus
c. Manifestasi Klinis
Nyeri abdomen di kuadran kanan bawah
Mual dan muntah
Anoreksia
Konstipasi/diare
Pada titik Mc. Burney terasa nyeri tekan lokal dan kekakuan pd bag. Otot rektus
kanan (KMB ed. 2, hlm. 57)
2) Pengumpulan Data
1. Pasien merasa Agitasi
2. Pasien Merasa Tremor
3. Terjadi peningkatan Suhu 38.3 OC (demam)
4. Pasien diduga terjadi sepsis (infeksi)
3) Pemecahan Masalah
1. Demam
Suatu keadaan saat suhu badan melebihi 37oC yang disebabkan oleh penyakit atau
peradangan. Demam juga merupakan pertanda bahwa sel antibodi manusia ( sel darah
putih ) sedang melawan suatu virus atau bakteri. (wikipedia bahasa indonesia).
Kalor (panas) dapat berpindah dari tempat yang bersuhu tinggi ke tempat yang
bersuhu rendah. Perpindahan kalor terjadi melalui tiga cara yaitu konveksi, konduksi
dan radiasi.
1) Konveksi
Konveksi adalah peristiwa perpindahan kalor (panas) melalui aliran zat atau
disertai aliran zat perantaranya.
2) Konduksi
Konduksi yaitu perpindahan kalor melalui zat perantara, tetapi zat perantara
tersebut tidak ikut berpindah atau bergerak. Contoh perpindahan kalor secara
konduksi adalah pada kegiatan perpindahan panas dengan perantaranta yang
bersifat konduktor.
3) Radiasi
Radiasi yaitu perpindahan kalor tanpa zat perantara
12. Cara penanganan:
a. Monitor Vital Sign
b. Monitor warna dan suhu kulit
c. Monitor intake dan output (mengontrol keseimbangan cairan, dan mencegah
dehidrasi dan/ kelebihan cairan yang berlebihan)
d. Menurunkan Panas dengan cara :
Konduksi : Mengompres di os Frontal dan setiap lipatan (ketiak,
selangkangan)
Radiasi : membuka baju pasien dan menggantinya dengan baju yang
lebih tipis
(membantu menghilangkan panas tubuh dengan cara konduksi, karena
panas dapat berpindah dari suhu tinggi ke rendah)
e. Memberikan air minum pada saat demam tubuh merespon untuk mengeluarkan
panas dengan cara menguapkan panas sehingga berkeringat. Pada saat itulah
tubuh kehilangan keseimbangan cairan dan elektrolit.
2. Tremor :
Tremor adalah gerakan osilasi ritmik, selang-seling otot agonis dan antagonis,
sinusoidal, teratur. Kualitas ritmiknya yang membedakan tremor dengan gerakan
involunter lainnya, dan keterlibatan otot agonis dan antagonis membedakannya
dengan klonus. Suatu tremor normal, atau fisiologis, sudah melekat dalam sistem
motorik. Ada dalam semua kelompok otot yang berkontraksi dan persisten pada
keadaan terjaga dan bahkan pada fase-fase tertentu dari tidur. Merupakan
gangguan gerakan yang paling sering ditemukan, tetapi hanya sebagian kecil
yang meminta bantuan medik. Insiden dan prevalensi tremor meningkat seiring
bertambah usia, mengenai lebih dari 4% pasien usia lebih dari 65 tahun. Lebih
dari 2/3 populasi yang mengalami tremor pada tangan mengalami kesulitan dalam
kehidupan sehari-hari, dan menyebabkan gangguan fungsional dan sosial
Ajari klien dengan beraktivitas normal (dapat memegang benda, dapat
berjalan sendiri, mengangkat beban ringan) Ini bisa karena akan menciptakan
stabilitas. Dengan keadaan yang sudah stabil, tremor pun akhirnya bisa
diatasi dan hilang asalkan latihan dilakukan secara rutin.
Kaji keluhan terhadap gerakan yang dilakukan terhadap pasien
Memberikan massage/pijatan pada bagian yang tremor, hal ini bertujuan
untuk membantu merileksasikan otot yang sedang tegang
13. 3. Agitasi (keresahan atau kegelisahan) adalah suatu bentuk gangguan yang
menunjukkan aktivitas motorik berlebihan dan tak bertujuan atau kelelahan,
biasanya dihubungkan dengan keadaan tegang dan ansietas.
Cara penanganan :
a. Kaji bagaimana distorsi kognitif pada klien turut menyebabkan depresi
b. Dorong pengungkapan rasa frustasi marah dan putus asa
c. Monitor masalah fisiologis yg diinduksi atau diperburuk oleh depresi
4. Sepsis :
Berbagai macam infeksi yang tidak ditangani dengan benar bisa berujung pada
sepsis. Misalnya, infeksi paru-paru atau pneumonia, radang usus buntu, infeksi
saluran kemih dan meningitis.
Sepsis termasuk kondisi yang sulit dideteksi karena gejala-gejalanya yang juga
bisa disebabkan oleh penyakit lain, misalnya demam, menggigil dan napas yang
cepat. Untuk mencari infeksi penyebab sepsis dan memonitor organ tubuh,
serangkaian pemeriksaan perlu dilakukan. Jenis-jenis pemeriksaannya meliputi:
Tes darah, misalnya untuk mengonfirmasi infeksi dalam darah, mengevaluasi
fungsi hati, ginjal, dan jantung, serta jumlah trombosit.
Pemeriksaan tekanan darah.
Pemeriksaan sampel urin dan tinja.
Pemeriksaan cairan dari sistem pernapasan, misalnya dahak atau air liur.
Biopsi luka jika ada, yaitu pengambilan sampel jaringan atau cairan dari
luka.
Pungsi lumbal, yaitu pengambilan sampel cairan dari saraf tulang belakang.
Rontgen, USG, CT scan, atau MRI scan.
Sedangkan untuk pengobatan dan penanganannya sebaiknya segera hubungi
Dokter karena dalam penanganan Sepsis ini diharuskan dilakukan tindakan
pengobatan pada faktor pencetus atau penyebab dari sepsis itu sendiri
14. DAFTAR PUSTAKA
Deswani. 2009. Proses keperawatan dan berfikir kritis. Salemba Medika: Jakarta.
Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. EGC: Jakarta.
K.Scheffer. M.Gaie Rubenfeld.2007.Berpikir Kritis dalam Keperawatan.EGC:Jakarta.