SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
ASUHAN NEONATUS,
BAYI, BALITA, ANAK
PRA SEKOLAH
MODUL
SEMESTER 3
Asuhan pada Neonatus dan Bayi dengan
Kelainan Bawaan
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Jakarta 2015
Nurlailis Saadah
Australia Indonesia Partnership for
Health System Strengthening
(AIPHSS)
KEGIATAN BELAJAR III
Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita
dengan Omfalocel, Meningocel dan
Encefalocel
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
1
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Pendahuluan
Materi kuliah ini merupakan panduan
lengkap bagi mahasiswa kebidanan dalam
memberikan asuhan kebidanan khusus bagi
bayi dan balita. Setelah proses persalinan
dan melahirkan, perhatian bidan tidak
hanya berfokus pada ibu dalam masa nifas,
tetapi juga kepada bayi yang telah dilahirkan
hingga mencapai periode balita. Masa
bayi sampai masa balita adalah masa kritis
dalam perkembangan seorang anak, yang
memerlukan perhatian serius dari tenaga
kesehatan, terutama dalam hal ini bidan.
Modul ini dibuat untuk mahasiswa kebidanan
agar berlatih dan menguasai ketrampilan di
dalam melakukan asuhan kebidanan yang
meliputi asuhan kebidanan pada neonatus,
bayi, dan balita. Di dalamnya dibahas juga
mengenai bayi baru lahir yang normal, bayi
baru lahir yang bermasalah, trauma bayi
baru lahir, bayi dengan berat lahir rendah,
dan sindrom gawat nafas.
Modul ini dikemas dalam beberapa
kegiatan belajar dalam waktu yang berbeda
beda serta tergantung banyak sedikitnya
materi yang di bahas. Adapun pembagian
kegiatan belajarnya sebagai berikut :
Kegiatan Belajar 1	 Asuhan Neonatus, bayi,
dan balita dengan Labioskizis dan labio
palatoskizis dan Hidrocephalus
Gambar: Bayi hidrocephalus
Kegiatan Belajar 2	 Asuhan Neonatus, bayi, dan balita dengan Atresia oesofagus dan Atresia
rekti/ani
Kegiatan Belajar 3	Asuhan Neonatus, bayi, dan balita dengan Omfalocel, Meningocel dan
Encefalocel
Kegiatan Belajar 4	 Asuhan Neonatus, bayi, dan balita dengan Obstruksi biliaris dan Hernia
diafragmatika kongenital
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
2Kegiatan Belajar 5	 Asuhan Neonatus, bayi,
dan balita dengan Phymosis dan Hypospadia
Kegiatan Belajar 6 	 Asuhan Neonatus,
bayi, dan balita dengan Hirscprung dan Atresia
Duodenum
Setelah selesai mempelajari modul ini
diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan
tentang asuhan neonatus yang ada pada
kegiatan belajar di atas.
Pemahaman tentang materi ini bisa
berjalan dengan baik jika mahasiswa selain
menguasai teori minimal pernah melihat dan
mengidentifikasi kasus-kasus tentang kelainan
bawaan pada neonatus.
Proses pembelajaran ini akan berjalan baik dan
lancar apabila saudara juga memahami tentang
upaya terjadinya kelainan bawaan pada bayi.
	 Baiklah bagi semua mahasiswa selamat
belajar semoga sukses dalam memahami
materi kuliah ini sesuai dengan tujuan yang
telah di rumuskan.
Prosespembelajaranuntukmateriasuhanpada
neonatus dan bayi dengan kelainan bawaan,
dapat berjalan dengan lancar apabila anda
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
a.	Mempelajari dengan seksama, cermat,
dan teliti setiap kegiatan belajar sehingga
diperoleh pengetahuan, pemahaman yang
mendalam dan menyeluruh.
b.	Pada setiap kegiatan belajar disediakan
beberapa tugas, tugas-tugas tersebut
sebaiknya dikerjakan sesuai dengan
petunjuk yang ada. Apabila ditemukan
kesulitan dalam penyelesaian tugas, perlu
dipelajari kembali materi kegiatan belajar
yang terkait dengan tugas-tugas yang
menyertainya.
c.	 Setelah belajar dan berlatih dengan baik,
langkah selanjutnya adalah mengerjakan tes
formatif. Hasil tes formatif sebaiknya diteliti
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Selamat belajar, semoga berhasil
kembali dengan cermat. Jika sudah yakin
mengenai kebenaran hasil tes, barulah
masuk ke langkah pencocokan dengan
kunci jawaban yang tertera dibagian
akhir setiap kegiatan belajar
d.	Membaca umpan balik dan tindak
lanjut. Jika hasil tes baik atau baik
sekali kegiatan belajar berikutnya
dapat ditempuh. Jika hasil tes cukup
atau kurang, tes formatif harus diulang
kembali, baru melaksanakan tes
formatif lagi.
e.	Jika kegiatan belajar telah diulang,
namun tes masih cukup atau kurang,
perlu dilakukan konsultasi khusus
dengan dosen.
Petunjuk diatas diharapkan dapat
dilaksanakan dengan penuh kedisiplinan
sehingga anda dapat mencapai hasil belajar
sesuai dengan harapan.
Baiklah saudara peserta pendidikan jarak
jauh, selamat belajar, semoga Anda sukses
memahami pengetahuan yang diuraikan
dalam modul ini sebagai bekal bertugas
sebagai Bidan di daerah dengan baik.
Gambar: Bayi sedang tidur
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
3
Kegiatan
Belajar 3
Asuhan Neonatus dan Bayi dengan
Omphalocele, Meningocel dan
Encefalocel
Tujuan Pembelajaran Umum
Tujuan Pembelajaran Khusus
Pokok-Pokok Materi
Setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini, saudara diharapkan mampu memahami asuhan
neonatus dan bayi dengan omphalocele, meningocel dan encefalocel.
Setelah mempelajari kegiatan belajar 3 ini saudara akan mampu :
1.	 Menjelaskan asuhan neonatus,bayi,balita dengan omphalocele
2.	 Menjelaskan asuhan neonatus,bayi,balita dengan meningokel
3.	 Menjelaskan asuhan neonatus,bayi,balita dengan encephalocel
Dalam kegiatan belajar 3 ini anda akan mempelajari tentang pengertian,etiologi, macam,
komplikasi,asuhankebidananpadabayidenganOmphalocele.Pengertian,etiologi,gambaran
klinis, patofisiologi, deteksi prenatal, penatalaksanaan dan bedah neonatus dan bayi
dengan meningokel. Pengertian, klasifikasi, etiologi, prognosis, gejala klinis, komplikasi, dan
penanganan neonates dan bayi dengan Encefalocel.
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
4
Uraian
Materi
OMPHALOCELE
Yang dimaksud dengan omphalocele
adalah herniasi dari isi rongga
abdomen melalui defek pada cincin
umbilikus yang terbuka. Organ
yang mengalami herniasi tersebut
diliputi oleh membran tranlusen dan
vaskuler yang terdiri dari peritoneum
dan membran amnion, dipisahkan
satu sama lain oleh wharton’s jelly.
Apa yang menyebabkan terjadinya
omphalocele ?
Penyebab atau etiologi terjadinya
omphalocele pada neonatus dan bayi biasanya berhubungan dengan kegagalan pada
perkembangan embrionik pada minggu X-XI gestasi. Normalnya usus akan kembali masuk
pada abdomen minggu XI. Biasanya disertai anomali lainnya seperti : cardiac defek, imferforata
anus, trisomi 18, atresia ileum, meningocele
Berdasarkan leher kantong ada dua macam omphalocele pada neonatus dan bayi yaitu
Oxomphalos mayor dan Oxomphalos minor. Oxomphalos mayor memiliki diameter kantong
lebih dari 5 cm, umbilical cord biasanya melekat pada bagian bawah dari penonjolan. Sedangkan
Oxomphalos minor mempunyai diameter kantong < 5 cm, biasanya umbilical cord melekat
pada puncak kantong
Neonatus dan bayi yang mengalami omphalocele tentunya mempunai resiko untuk
mendapatkan komplikasi, komplikasi apa saja yang terjadi? Biasanya sering terjadi komplikasi
infeksi, Intestinal volvulus, dan obstruksi Ruptur
Anda sebagai calon bidan, bagaimana anda memberikan asuhan kebidanan pada bayi dengan
omphalocele ?
AsuhankebidananpadabayidenganOmphalocelmeliputikegiatandiagnose,penatalaksanaan,
prinsip intervensi pada pre operasi dan post operasi.
Diagnosa yang dilakukan pada bayi dengan Omphalocele bertujuan untuk mengetahui
permasalahan yang ada, diantaranya risiko cedera, risiko infeksi, gangguan keseimbangan
cairan (dehidrasi), nutrisi kurang,dan ketidakefektifan pola nafas
Penatalaksanaan yang diberikan pada bayi dengan omphalocele meliputi pada: Organ yang
mengalami herniasi perlu diitutup dengan kasa steril lembab (NaCl) dan plastik drape untuk
Gambar : Bayi yang mengidap Omphalocele
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
5
mencegah kehilangan air, kekeringan, temperatur yang tidak stabil. Sedangkan pada tindakan
pembedahan bertujuan untuk mengembalikan usus yang prolap ke dalam kavum peritoneal,
memperbaiki cacat umbilicus
Intervensi yang dapat dilakukan pada tahap pre Operasi pada bayi dengan omphalocele:
monitor tanda-tanda vital, monitor isi rongga abdomen yang prolap dari kekeringan perlu
dipertahankan, kelembaban kasa steril, monitor status respirasi, observasi tanda-tanda infeksi,
tempatkan bayi tetap dalam posisi supinasi, pasang NGT and IV line, cegah terjadinya ruptu
kantong, berikan penjelasan kepada orang tua tentang kondisi dan treatment yang dilakukan.
Sedangkan intervensi yang dilakukan pada tahap post operasi diantaranya: monitor tanda-
tanda Vital, apabila sesak beri oksigen (O2), lakukan observasi tanda-tanda infeksi atau rupture,
lakukan pengkajian bising usus, observasi intake output, dan berikan perawatan luka operasi
dengan teknik sterilitas
MENINGOKEL
Pernahkan anda menjumpai bayi yang memiliki benjolan pada tulang belakang? Apa sebenarnya
benjolan tersebut, apa penyebabnya dan bagaimana penatalaksanaanya pada bayi yang
mempunyai kondisi demikian?
Meningokel merupakan benjolan berbentuk kista di garis tengah tulang belakang yang
umumnya terdapat di daerah lumbosakral. Lapisan meningeal berupa durameter dan araknoid
menonjol sebagai kista keluar kanalis vertebralis, sedangkan medula spinalis masih di tempat
yang normal. Benjolan ditutup dengan membran tipis yang semitransparan berwarna kebiruan
atau terkadang ditutupi oleh kulit yang dapat menunjukkan hipertrikosis atau sebagai nevus.
Pada transiluminasi tidak terlihat jaringan saraf pusat di dinding benjolan. Fungsi tungkai
bawah biasanya masih normal, hanya terkadang disertai adanya gangguan.
Meningokel merupakan kelainan kongenital SSP yang paling sering terjadi. Biasanya terletak
di garis tengah. Meningokel biasanya terdapat di daerah servikal atau daerah torakal sebelah
atas. Kantong hanya berisi selaput otak, sedangkan korda tetap dalam korda spinalis (dalam
durameter tidak terdapat saraf). Tidak terdapat gangguan sensorik dan motorik. Bayi akan
menjadi normal sesudah operasi
Apa sebenarnya yang menjadi penyebab (etiologi) meningokel pada bayi?
Penyebab spesifik dari meningokel atau spina bifida belum diketahui. Banyak faktor seperti
keturunan dan lingkungan diduga terlibat dalam terjadinya defek ini. Tuba neural umumnya
lengkap empat minggu setelah konsepsi. Hal-hal berikut ini telah ditetapkan sebagai faktor
penyebab; kadar vitamin maternal rendah, termasuk asam folat, mengonsumsi klomifen dan
Gambar : Bayi yang mengidap omphalocele
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
6
asam valfroat, dan hipertermia selama kehamilan. Diperkirakan hampir 50% defek tuba neural
dapat dicegah jika wanita bersangkutan meminum vitamin-vitamin prakonsepsi termasuk
asam folat.
Kelainan kongenital SSP yang paling sering dan penting ialah defek tabung neural yang terjadi
pada 3-4 per 100.000 lahir hidup. Bermacam-macam penyebab yang berat menentukan
morbiditas dan mortalitas, tetapi banyak dari abnormalitas ini mempunyai makna klinis yang
kecil dan hanya dapat dideteksi pada kehidupan lanjut yang ditemukan secara kebetulan.
Bagaimana gambaran klinis pada bayi dengan meningokel?
Akibat spina bifida, maka terjadi sejumlah disfungsi tertentu pada rangka, kulit dan saluran
genitourinari, tetapi tergantung pada bagian medulla spinalis yang terkena. Pada meningokel
dapat ditemukan kantong herniasi CSS yang dapat dilihat pada daerah lumbosakral dan
Hidrocephalus.
Bagaimana gangguan fungsi tubuh
dapat terjadi (patofisiologi) pada bayi
dengan meningokel ?
Ada dua jenis kegagalan penyatuan
lamina vertebrata dan kolumna
spinalis yaitu spina bifida okulta dan
spina bifida sistika. Spina bifida okulta
adalah defek penutupan dengan
meningen tidak terpajan di permukaan
kulit. Defek vertebralnya kecil,
umumnya pada daerah lumbosakral.
Sedangkan Spina bifida sistika adalah
defek penutupan yang menyebabkan
penonjolan medula spinalis dan
pembungkusnya. Meningokel adalah
penonjolan yang terdiri dari meninges dan sebuah kantong berisi cairan serebrospinal (CSS):
penonjolan ini tertutup kulit biasa. Tidak ada kelainan neurologi, dan medulla spinalis tidak
terkena. Hidrosefalus terdapat pada 20% kasus spina bifida sistika. Meningokel umumnya
terdapat pada lumbosakral atau sacral. Hidrosefalus terdapat pada hampir semua anak yang
menderita spina bifida (85% sampai 90%), kira-kira 60% sampai 70% tersebut memiliki IQ
normal.
Banyak ahli percaya bahwa defek primer pada NTD (neural tube defect) merupakan kegagalan
penutupan tuba neural selama perkembangan awal embrio. Akan tetapi, ada bukti bahwa defek
ini merupakan akibat dari pemisahan tuba neural yang sudah menutup karena peningkatan
abnormal tekanan cairan serebrospinal selama trimester pertama. Derajat disfungsi neurologik
secara lansung berhubungan dengan level anatomis defek tersebut dan saraf-saraf yang
terlibat.
Pembedahan dilakukan secepatnya pada spina bifida yang tidak tertutup kulit, sebaiknya
dalam minggu pertama setelah lahir. Kadang-kadang sebagai akibat eksisi meningokel terjadi
hidrosefalus sementara atau menetap, karena permukaan absorpsi CSS yang berkurang.
Kegagalan tabung neural untuk menutup pada hari ke-28 gestasi, atau kerusakan pada
Gambar : Bayi dengan meningokel
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
7
strukturnya setelah penutupan dapat dideteksi in utero dengan pemeriksaan ultrasonogrfi.
Pada 90% kasus, kadar alfa-fetoprotein dalam serum ibu dan cairan amnion ditemukan
meningkat. Penemuan ini sering digunakan sebagai prosedur skrining. Keterlibatan baik
kranial maupun spinal dapat terjadi terminology spina bifida digunakan pada keterlibatan
spinal, apabila malformasi SSP disertai rachischisis maka terjadi kegagalan lamina vertebrata.
Posisi tengkurap mempengaruhi aspek lain dari perawatan bayi. Misalnya, posisi bayi ini, bayi
lebih sulit dibersihkan, area-area ancaman merupakan ancaman yang pasti, dan pemberian
makanan menjadi masalah.
Bayi biasanya diletakkan di dalam incubator atau pemanas sehingga temperaturnya dapat
dipertahankan tanpa pakaian atau penutup yang dapat mengiritasi lesi yang rapuh. Apabila
digunakan penghangat overhead, balutan di atas defek perlu sering dilembabkan karena efek
pengering dari panas yang dipancarkan.
Sebelum pembedahan, kantung dipertahankan tetap lembab dengan meletakkan balutan steril,
lembab, dan tidak lengket di atas defek tersebut. Larutan pelembab yang dilakukan adalah
salin normal steril. Balutan diganti dengan sering (setiap 2 sampai 4 jam). Dan sakus tersebut
diamati dengan cermat terhadap kebocoran, abrasi, iritasi, atau tanda-tanda infeksi. Sakus
tersebut harus dibersihkan dengan sangat hati-hati jika kotor atau terkontaminasi. Kadang-
kadang sakus pecah selama pemindahan dan lubang pada sakus meningkatkan resiko infeksi
pada system saram pusat.
Latihan rentang gerak ringan kadang-kadang dilakukan untuk mencegah kontraktur, dan
meregangkan kontraktur dilakukan, bila diindikasikan. Akan tetapi latihan ini dibatasi hanya
padakaki,pergelangankakidansendilutut.Bilasendipanggultidakstabil,pereganganterhadap
fleksor pinggul yang kaku atau otot-otot adductor, mempererat kecenderungan subluksasi.
Penurunan harga diri menjadi ciri khas pada anak dan remaja yang menderita keadaan ini.
Remajamerasakhawatirakankemampuanseksualnya,penguasaansosial,hubungankelompok
remaja sebaya, dan kematangan serta daya tariknya. Beratnya ketidakmampuan tersebut lebih
berhubungan dengan persepsi diri terhadap kemampuannya dari pada ketidakmampuan yang
sebenarnya ada pada remaja itu.
Deteksi Prenatal
Terdapat kemungkinan untuk menentukan adanya beberapa NTD terbuka selama masa
prenatal.Pemindaianultrasuarapadauterusdanpeningkatankonsentrasialfafetoprotein(AFP),
suatu gamma, globulin yang spesifik pada fetus, dalam cairan amnion mengindikasikan adanya
arensefali atau mielomeningokel. Waktu yang tepat untuk melakukan pemeriksaan diagnostic
ini adalah pada usia gestasi 16 dan 18 minggu, sebelum konsentrasi AFP yang normalnya
menurun, dan pada saat yang tepat untuk melakukan aborsi terapeutik. Pengambilan sampel
Gambar : Bayi pengidap meningokel
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
8
virus koronik (chorionic villus sampling, CVS) juga merupakan pemeriksaan untuk diagnostik
NTD pada masa prenatal. Prosedur diagnostic di atas direkomendasikan untuk semua ibu yang
telah melahirkan anak dengan gangguan ini dan dan pemeriksaan ditawarkan bagi semua
wanita hamil. Selain itu, rencana kelahiran dengan sesar dapat menurunkan disfungsi motorik.
Bagaimana penatalaksanaan medis dan bedah pada bayi dengan meningokel?
Pembedahan mielomeningokel dilakukan pada periode neonatal untuk mencegah rupture.
Perbaikan dengan pembedahan pada lesi spinal dan pirau CSS pada bayi hidrosefalus dilakukan
pada saat kelahiran. Pencangkokan kulit diperlakukan bila lesinya besar. Antibiotic profilaktik
diberikan untuk mencegah meningitis. Intervensi keperawatan yang dilakukan tergantung ada
tidaknya disfungsi dan berat ringannya disfungsi tersebut pada berbagai system tubuh.
•	 Untuk spina bifida okulta atau maningokel tidak diperlukan pengobatan
•	 Perbaikan mielomeningokel, dan kadang-kadang meningokel, secara bedah diperlukan
•	 Apabila dilakukan perbedahan secara bedah, maka perlu dipasang suatu pirau (shunt)
untuk memungkinkan drainase CSS dan mencegah timbulnya hidrosefalus dan peningkatan
tekanan intrakranium
•	 Seksio sesarae terencana, sebelum melahirkan, dapat mengurangi kerusakan neurologis
yang terjadi pada bayi dengan defek korda spinalis.
ENCHEPALOCEL
Dalam kegiatan belajar ini anda akan mempelajari
pengertian, klasifikasi, etiologi, diagnose,
porognosis, gejala klinis dan komplikasi, serta
penanganan pada bayi dengan Enchepalocel.
Enchepalocel dikenal dengan nama Bifidum
kranium oleh kantung seperti penonjolan pada
otak dan membran tengkorak. Enchepalocel
adalah kantong berisi cairan, jaringan syaraf
atau sebagian dari otak yang biasanya terdapat
pada daerah occipitalis. Enchepalocel didaerah
occipital sering berhubungan dengan gangguan
mental yang berat dan microcepal.
(Ilmu Kesehatan Anak, FKUI Jilid 3:1137)
Enchepalocel tidak hanya ada didaerah occipital
tetapi bisa terjadi pada daerah sinsipital yang
disebut meningoensefalokel anterior atau
ensefalokel fossa kranialis anterior. Meningoensefalokel merupakan herniasi jaringan isinya
intrakranial melalui suatu defek kongenital tulang tengkorak pada perhubungan antar tulang
didaerahfossacraniianteriordantampaksebagaimassatumordipermukaanwajah (Najatullah,
FKUI, 2004)
Enchepalocel adalah herniasi otak dan meningen melalui suatu cacat kraniom, yang
menimbulkan struktur mirip kantung. 75% ensefalokel terjadi pada daerah occipital dan
sisanya pada daerah parietal, frontal atau nasofaingel. ( Nelson, 1992). Ensefalokel merupakan
gangguan langka pada bayi baru lahir dengan sebuah celah pada tengkoraknya .
Gambar : Bayi dengan enchepalocele
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
9
Enchepalocel adalah suatu kelainan
tabung saraf yang ditandai dengan adanya
penonjolan meningens (selaput otak) dan
otak yang terbentuk seperti kantung melalui
suatu lubang pada tulang tengkorak.
Encephaloceles menyebabkan satu alur
bawah tengah dari tengkorak, atau di antara
dahi dan hidung, atau pada sisi belakang dari
tengkorak. Kekejaman dari encephalocele
bervariasi, menyesuaikan di atasnya lokasi.
Apa saja klasifikasi dari Encephaloceles pada
bayi?
Klasifikasi Encephaloceles pada bayi umumnya tergolong seperti nasofrontal, nasoethmoidal,
atau naso orbital, bagaimanapun, di sana dapat beberapa tumpang tindih pada jenis dari
encephalocele.
Apa penyebab terjadinya Enchephaloceles pada bayi?
a.	 Enchepalocel disebabkan oleh kegagalan penutupan tabung saraf selama perkembangan
janin.
b.	 Kegagalan penutupan tabung saraf ini disebabkan oleh gangguan pembentukan tulang
kranium saat dalam uterus seperti kurangnya asupan asam folat selama kehamilan, adanya
infeksi pada saat kehamilan terutama infeksi TORCH, mutasi gen (terpapar bahan radiologi),
obat – obatan yang mengandung bahan yang terotegenik.
c.	 Enchepalocel disebabkan oleh defek tulang kepala, biasanya terjadi dibagian occipitalis,
kadang – kadang juga dibagian nasal, frontal, atau parietal.
d.	Encephalocele jarang terjadi, ialah satu dari 5,000 kelahiran tinggal di seluruh dunia.
Encephaloceles dari belakang kepala lebih umum di Eropa dan Amerika Utara, sementara
encephaloceles pada depan kepala lebih sering terjadi di Tenggara Asia Bagian, Afrika,
Malaysia, dan Rusia. Kesukuan, genetik, dan faktor lingkungan, seperti halnya umur parental,
dapat semua mempengaruhi kemungkinan dari encephaloceles. Kondisi ini dapat terjadi di
keluarga dengan riwayat sekeluarga dari spina bifida.
Bagaimana tanda dan gejala pada bayi dengan ecephalocels?
Biasanya encephaloceles merupakan kelainan bentuk nyata dan didiagnose dengan seketika
setelah kelahiran, tapi satu kekecilan encephalocele pada bunyi sengau atau daerah dahi
dapat pergi tanpa diketahui. Berbagai phisik dan penundaan pengembangan yang tak dapat
menandai buat-buatan dari encephaloceles .
Prognosis
Perkiraan perkembangan dari kasus enchephalus dapat dipengaruhi oleh luasnya defek dan
besarnyaherniasijaringanotakakanmenentukanluasnyaprognosisenchephalus.Enchefalokel
mudah dideteksi dengan USG bila defek tulang kepala cukup besar, apalagi sudah disertai
herniasi. Akan tetapi, lesi pada tulang kepala menjadi sulit dikenali bila terdapat olikohidramion.
Gambar : Bayi dengan enchepalocele
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
10
Gejala Klinis dan Komplikasi
Encephaloceles adalah sering ditemani oleh kelainan craniofacial atau bentuk cacad otak lain.
Gejala mungkin termasuk masalah penyakit syaraf, cerebrospinal mengalir akumulasi pada
otak), kelumpuhan dari otot), gerakan otot tidak teratur, penundaan pengembangan, masalah
penampakan, dan keterlambatan perkembangan. Gejala klinis pada encephaloceles meliputi:
1.	 Kelumpuhan keempat anggota gerak (kuadri plegia spastic)
2.	 Gangguan perkembangan
3.	Mikrochephalus
4.	Hidrochephalus
5.	 Gangguan penglihatan
6.	 Keterbelakangan mental dan pertumbuhan
7.	 Ataksia
8.	Kejang
Bayi dengan encephaloele sering kali terjadi
komplikasi, apa saja komplikasi tersebut?
Enchephocele sering disertai dengan
kelainan cranium fasial atau kelainan
otak lainnya, seperti hidrochephalus atau
kelainan kongenital lainnya(sydrome
meckel, syndrome dandy-walker).
Kelainan kepala lainnya yang dapat
dideteksi dengan USG adalah kista
otak, mienchephalus(fusi tulang occiput
vertebrata sehingga janin dalam sikap
hiperekstnsi), huloprocenchephalus
(hanyaberbentuksebuahronggaventrikel
yang berdilatasi), hyndranenchephalus
(destruksi total jaringan otak sehingga kepala hanya berisi cairan), kelainan bentuk kepala
(dulikochephaluskh, branchi chpalusk) dansebagainya. (Sarwono,2005)
Bagaimana penanganan yang dilakukan oleh bidan pada bayi encephalocele prabedah,
pembedahan dan perawatan pascabedah ?
1. Penanganan Pra Bedah
a.	 Segera setelah lahir daerah yang terpakai harus dikenakan kasa steril yang direndam
salin yang ditutupi plastik, atau lesi yang terpapar harus ditutpi kasa steril yang tidak
melekat untuk mencegah jaringan saraf yang terpaparmenjadi kering.
b.	 Perawatanprabedahneonatusrutindenganpenekanankhususpadasaatmempertahan
suhu tubuh yang dapat menurun dengan cepat. Pada beberapa pusat tubuh bayi
ditempatkan dalam kantong plastik untuk mencegah kehilangan panas yang dapat
terjadi akibat permukaan lesi yang basah.
c.	 Lingkaran occipito frontalis kepala diukur dan dibuat grafiknya.
d.	 Akan diminta X-Ray medulla spinalis
e.	 Akan diambil photografi dari lesi.
f.	 Persiapan operasi.
g.	 Suatu catatan aktifitas otot pada anggota gerak bawah dan sringter anal akan dilakukan
oleh fisioterapi.
2.	 Pembedahan medulla spinalis yang terpapar ditutupi dengan penutup durameter dan kulit
Gambar : Bayi dengan enchepalocele
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
11
Penyebab terjadinya Omphalocele pada neonatus dan bayi biasanya berhubungan dengan
kegagalan perkembangan embrionik pada minggu ke 10 dan 11 sedangkan untuk meningocele
danencephaloceleadalahherniasiotakdanmeningenmelaluicacatcraniumyangmenimbulkan
struktur mirip kantong
Rangkuman
dijahit diatas dura yang diperbaiki. Jika celah besar, maka perlu digunakan kulit yang lebih
besar untuk menutupi cacat. Pada bayi ini drain sedot diinsersikan dibawah flap.
3.	 Perawatan pasca bedah
a.	 Pemberian makan pr oral dapat diberikan 4 jam setelah pembedahan.
b.	 Jika ada drain penyedotan luka makan harus diperiksa setiap jam untuk menjamin tidak
adanya belitan atau tekukan pada saluran dan terjaganya tekanan negatif dan wadah.
c.	 Lingkar kepala diukur dan dibuat grafik sekali atau dua kali seminggu. Sering kali
terdapat peningkatan awal dalam pengukuran setelah penutupan cacat spinal dan
jika peningkatan ini berlanjut dan terjadi perkembangan hidrochephalus maka harus
diberikan terapi yang sesuai
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
12
Petunjuk:
•	 Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
•	 Pilihlah :
A.	 Jika jawaban 1,2 dan 3 benar
B.	 Jika jawaban 1 dan 3 benar
C.	 Jika jawaban 2 dan 4 benar
D.	 Jika hanya 4 saja yang benar
E.	 Jika semua benar
1.	 Berdasarkan leher kantongnya omphalocel dibedakan menjadi :
1. Omphalos mayor tetapi tidak ada penonjolan diameter 5 cm
2. Omphals mayor diameter lebih 5 cm umbilical cord melekat bagian bawah dari penonjolan.
3. Omphalos minor tetapi tidak ada penonjolan, diameter 5 cm tidak ada imbilical cord.
4. Omphalos mayor diameter kurang dari 5 umbilical cord melekat pada puncak kantong.
2.	 Di bawah ini bukan termasuk komplikasi dari Omphalocel adalah :
A.	Infeksi
B.	 Intestinal volvulus
C.	Obstruksi
D.	Strikture
E.	Ruptur
3.	 Herniasi isi rongga abdomentmelalui defek pada cincin umbilicus disebut...
A.	Omphalokel
B. 	Encephalokel
C. 	Hidrocel
D. 	Meningocel
E. 	 Hirsprung
4.	 Etiologi dari kasus no.3 diatas adalah ....Kecuali..
A.	 Kegagalan embrionik
B. 	Cardiac defek
C. 	Anus imperforata
D. 	Tri somi 18
E. 	 Bahan-bahan kimia
5.	 Ada 3 jenis omphalokel antara lain :
1.	 Omphalos mayor
Evaluasi
Formatif
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
13
2.	 Omphalos .......
3.	 Omphalos minor
4.	 Omphalos kronik
6.	 Etiologi meningokel adalah..
A.	Keturunan
B.	Lingkungan
C. 	Makanan
D. 	Genetik
E. 	 Enviroment
7.	 Masalah yang muncul pada omphalokel adalah...
1. 	 Resiko cedera
2. 	Resiko infeksi
3. 	Nutrisi kurang
4.	Dehidrasi
	
8.	 Herniasi otak dan meningen melalui suatu cacat kranium disebut...
A. 	Enchephalokel
B. 	Meningokel
C. 	Omphalokel
D. 	Hidrocephalus
E. 	 Trauma intra cranial
9.	 Etiologi dari kasus no 8 adalah...
1. 	 Penutup tabung saraf selama perkembangan janin
2. 	Gangguan pembentukan tulang kranium
3. 	Defek tulang kepala
4. 	Struktur kimiawi tubuh
10.	Prinsip intervensi pre op pada meningokel
1. 	 Monitor TTV
2. 	Monoitor isi rongga abdoment
3. 	Jaga kelembapan
4. 	Monitor status respirasi
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
14
Tugas
Mandiri
Silahkan saudara cari sumber atau referensi yang lain baik dari buku maupun internet tentang
ketiga kasusu diatas, coba anda cermati, dimana letak perbedaan kedua kasus ini dan dimana
pula letak kesamaannya ? Pahami dan catat, jika kurang jelas, tanyakan pada pembimbing
saudara
Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat pada bagian
akhir Kegiatan Belajar 1, kemudian hitunglah jumlah jawaban yang benar! Jika jawaban
yang benar adalah:
90% - 100%		 : baik sekali
80% - 89%		 : baik
70% -79%		 : cukup
kurang dari 70%	 : kurang
Kalau Anda memiliki tingkat pencapaian 80% ke atas, maka hasil Anda Bagus! Anda telah
menyelesaikan Kegiatan Belajar 3 ini dan anda dapat melanjutkan mempelajari kegiatan
belajar 4. Tetapi jika pencapaian Anda kurang dari 80%, maka sebaiknya ulangilah Kegiatan
Belajar 3, terutama bagian-bagian yang belum Anda kuasai!
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
KUNCI JAWABAN
1.	 B
2.	 A
3.	 E
4.	 C
5.	 A
6.	 A
7.	 B
8.	 C
9.	 B
10.	A

More Related Content

What's hot

Modul 7 kb 4 asuhan neonatus dan bayi dengan obstruksi billiaris dan hernia...
Modul 7 kb 4   asuhan neonatus dan bayi dengan obstruksi billiaris dan hernia...Modul 7 kb 4   asuhan neonatus dan bayi dengan obstruksi billiaris dan hernia...
Modul 7 kb 4 asuhan neonatus dan bayi dengan obstruksi billiaris dan hernia...pjj_kemenkes
 
Modul 6 kb 1 asuhan neonatus dan bayi dengan muntah dan gumoh
Modul 6 kb 1   asuhan neonatus dan bayi dengan muntah dan gumohModul 6 kb 1   asuhan neonatus dan bayi dengan muntah dan gumoh
Modul 6 kb 1 asuhan neonatus dan bayi dengan muntah dan gumohpjj_kemenkes
 
KB 1 Kedaruratan Obstetri pada Kehamilan dan Penatalaksanaannya
KB 1 Kedaruratan Obstetri pada Kehamilan dan PenatalaksanaannyaKB 1 Kedaruratan Obstetri pada Kehamilan dan Penatalaksanaannya
KB 1 Kedaruratan Obstetri pada Kehamilan dan Penatalaksanaannyapjj_kemenkes
 
Modul 7 kb 2 asuhan neonatus dan bayi dengan atresia oesofagus dan atresia ani
Modul 7 kb 2   asuhan neonatus dan bayi dengan atresia oesofagus dan atresia aniModul 7 kb 2   asuhan neonatus dan bayi dengan atresia oesofagus dan atresia ani
Modul 7 kb 2 asuhan neonatus dan bayi dengan atresia oesofagus dan atresia anipjj_kemenkes
 
KB 2 Kedaruratan Obstetri pada Persalinan dan Penatalaksanaannya
KB 2 Kedaruratan Obstetri pada Persalinan dan PenatalaksanaannyaKB 2 Kedaruratan Obstetri pada Persalinan dan Penatalaksanaannya
KB 2 Kedaruratan Obstetri pada Persalinan dan Penatalaksanaannyapjj_kemenkes
 
Kb2 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb2 adaptasi fisik bayi baru lahirKb2 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb2 adaptasi fisik bayi baru lahirpjj_kemenkes
 
Modul 5 pedoman praktek lab. anak sehat
Modul 5 pedoman praktek lab. anak sehatModul 5 pedoman praktek lab. anak sehat
Modul 5 pedoman praktek lab. anak sehatpjj_kemenkes
 
KB 2 Komplikasi Kehamilan
KB 2 Komplikasi KehamilanKB 2 Komplikasi Kehamilan
KB 2 Komplikasi Kehamilanpjj_kemenkes
 
KB 3 Kedaruratan Obstetri pada Masa Nifas dan Penatalaksanaannya
KB 3 Kedaruratan Obstetri pada Masa Nifas dan PenatalaksanaannyaKB 3 Kedaruratan Obstetri pada Masa Nifas dan Penatalaksanaannya
KB 3 Kedaruratan Obstetri pada Masa Nifas dan Penatalaksanaannyapjj_kemenkes
 
Modul 6 kb 2 asuhan neonatus dan bayi dengan oral trush dan diaper trush
Modul 6 kb 2   asuhan neonatus dan bayi dengan oral trush dan diaper trushModul 6 kb 2   asuhan neonatus dan bayi dengan oral trush dan diaper trush
Modul 6 kb 2 asuhan neonatus dan bayi dengan oral trush dan diaper trushpjj_kemenkes
 
Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahirKb1 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahirpjj_kemenkes
 
Modul 7 kb 6 asuhan neonatus dan bayi dengan hirscprung dan atresia duodenum
Modul 7 kb 6   asuhan neonatus dan bayi dengan hirscprung dan atresia duodenumModul 7 kb 6   asuhan neonatus dan bayi dengan hirscprung dan atresia duodenum
Modul 7 kb 6 asuhan neonatus dan bayi dengan hirscprung dan atresia duodenumpjj_kemenkes
 
Praktikum 1 Deteksi Dini
Praktikum 1 Deteksi DiniPraktikum 1 Deteksi Dini
Praktikum 1 Deteksi Dinipjj_kemenkes
 

What's hot (20)

Modul 5 kb 2
Modul 5    kb 2Modul 5    kb 2
Modul 5 kb 2
 
Modul 6 kb 2
Modul 6    kb 2Modul 6    kb 2
Modul 6 kb 2
 
Modul 6 kb 1
Modul 6    kb 1Modul 6    kb 1
Modul 6 kb 1
 
Modul 5 kb 3
Modul 5    kb 3Modul 5    kb 3
Modul 5 kb 3
 
Modul 7 kb 5
Modul 7   kb 5Modul 7   kb 5
Modul 7 kb 5
 
Modul 5 kb 4
Modul 5    kb 4Modul 5    kb 4
Modul 5 kb 4
 
Modul 5 kb 1
Modul 5    kb 1Modul 5    kb 1
Modul 5 kb 1
 
Modul 7 kb 4 asuhan neonatus dan bayi dengan obstruksi billiaris dan hernia...
Modul 7 kb 4   asuhan neonatus dan bayi dengan obstruksi billiaris dan hernia...Modul 7 kb 4   asuhan neonatus dan bayi dengan obstruksi billiaris dan hernia...
Modul 7 kb 4 asuhan neonatus dan bayi dengan obstruksi billiaris dan hernia...
 
Modul 6 kb 1 asuhan neonatus dan bayi dengan muntah dan gumoh
Modul 6 kb 1   asuhan neonatus dan bayi dengan muntah dan gumohModul 6 kb 1   asuhan neonatus dan bayi dengan muntah dan gumoh
Modul 6 kb 1 asuhan neonatus dan bayi dengan muntah dan gumoh
 
KB 1 Kedaruratan Obstetri pada Kehamilan dan Penatalaksanaannya
KB 1 Kedaruratan Obstetri pada Kehamilan dan PenatalaksanaannyaKB 1 Kedaruratan Obstetri pada Kehamilan dan Penatalaksanaannya
KB 1 Kedaruratan Obstetri pada Kehamilan dan Penatalaksanaannya
 
Modul 7 kb 2 asuhan neonatus dan bayi dengan atresia oesofagus dan atresia ani
Modul 7 kb 2   asuhan neonatus dan bayi dengan atresia oesofagus dan atresia aniModul 7 kb 2   asuhan neonatus dan bayi dengan atresia oesofagus dan atresia ani
Modul 7 kb 2 asuhan neonatus dan bayi dengan atresia oesofagus dan atresia ani
 
KB 2 Kedaruratan Obstetri pada Persalinan dan Penatalaksanaannya
KB 2 Kedaruratan Obstetri pada Persalinan dan PenatalaksanaannyaKB 2 Kedaruratan Obstetri pada Persalinan dan Penatalaksanaannya
KB 2 Kedaruratan Obstetri pada Persalinan dan Penatalaksanaannya
 
Kb2 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb2 adaptasi fisik bayi baru lahirKb2 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb2 adaptasi fisik bayi baru lahir
 
Modul 5 pedoman praktek lab. anak sehat
Modul 5 pedoman praktek lab. anak sehatModul 5 pedoman praktek lab. anak sehat
Modul 5 pedoman praktek lab. anak sehat
 
KB 2 Komplikasi Kehamilan
KB 2 Komplikasi KehamilanKB 2 Komplikasi Kehamilan
KB 2 Komplikasi Kehamilan
 
KB 3 Kedaruratan Obstetri pada Masa Nifas dan Penatalaksanaannya
KB 3 Kedaruratan Obstetri pada Masa Nifas dan PenatalaksanaannyaKB 3 Kedaruratan Obstetri pada Masa Nifas dan Penatalaksanaannya
KB 3 Kedaruratan Obstetri pada Masa Nifas dan Penatalaksanaannya
 
Modul 6 kb 2 asuhan neonatus dan bayi dengan oral trush dan diaper trush
Modul 6 kb 2   asuhan neonatus dan bayi dengan oral trush dan diaper trushModul 6 kb 2   asuhan neonatus dan bayi dengan oral trush dan diaper trush
Modul 6 kb 2 asuhan neonatus dan bayi dengan oral trush dan diaper trush
 
Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahirKb1 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahir
 
Modul 7 kb 6 asuhan neonatus dan bayi dengan hirscprung dan atresia duodenum
Modul 7 kb 6   asuhan neonatus dan bayi dengan hirscprung dan atresia duodenumModul 7 kb 6   asuhan neonatus dan bayi dengan hirscprung dan atresia duodenum
Modul 7 kb 6 asuhan neonatus dan bayi dengan hirscprung dan atresia duodenum
 
Praktikum 1 Deteksi Dini
Praktikum 1 Deteksi DiniPraktikum 1 Deteksi Dini
Praktikum 1 Deteksi Dini
 

Viewers also liked

Kb 3 persiapan pre dan postoperasi pada anak
Kb 3 persiapan pre dan postoperasi pada anakKb 3 persiapan pre dan postoperasi pada anak
Kb 3 persiapan pre dan postoperasi pada anakpjj_kemenkes
 
Kb 1 perspektif keperawatan anak
Kb 1 perspektif keperawatan anakKb 1 perspektif keperawatan anak
Kb 1 perspektif keperawatan anakpjj_kemenkes
 
Modul 3 1 hospitalisasi pada anak
Modul 3 1 hospitalisasi pada anakModul 3 1 hospitalisasi pada anak
Modul 3 1 hospitalisasi pada anakpjj_kemenkes
 
Modul 2 kb 3 imunisas
Modul 2 kb 3 imunisasModul 2 kb 3 imunisas
Modul 2 kb 3 imunisaspjj_kemenkes
 
Modul 2 kb 4 bermain pada anak
Modul 2 kb 4 bermain pada anakModul 2 kb 4 bermain pada anak
Modul 2 kb 4 bermain pada anakpjj_kemenkes
 
Kb 4 bermain pada anak
Kb 4 bermain pada anakKb 4 bermain pada anak
Kb 4 bermain pada anakpjj_kemenkes
 
Kb 1 hospitalisasi pada anak
Kb 1 hospitalisasi pada anakKb 1 hospitalisasi pada anak
Kb 1 hospitalisasi pada anakpjj_kemenkes
 
Kb 2 pesiapan akan dilakukan
Kb 2 pesiapan akan dilakukanKb 2 pesiapan akan dilakukan
Kb 2 pesiapan akan dilakukanpjj_kemenkes
 
Modul 1 pedoman praktek klinik keperawatan anak 2
Modul 1 pedoman praktek klinik keperawatan anak 2Modul 1 pedoman praktek klinik keperawatan anak 2
Modul 1 pedoman praktek klinik keperawatan anak 2pjj_kemenkes
 
Modul 3 3 persiapan pre dan post operasi
Modul 3 3 persiapan pre dan post operasiModul 3 3 persiapan pre dan post operasi
Modul 3 3 persiapan pre dan post operasipjj_kemenkes
 
Modul 4 kb3 manajemen terpadu balita sakit mtbs
Modul 4 kb3 manajemen terpadu balita sakit mtbsModul 4 kb3 manajemen terpadu balita sakit mtbs
Modul 4 kb3 manajemen terpadu balita sakit mtbspjj_kemenkes
 
5. asuhan kebidanan bayi baru lahir
5. asuhan kebidanan bayi baru lahir5. asuhan kebidanan bayi baru lahir
5. asuhan kebidanan bayi baru lahirpjj_kemenkes
 
Kb 1 konsep dasar pertumbuhan dan perkembangan anak
Kb 1 konsep dasar pertumbuhan dan perkembangan anakKb 1 konsep dasar pertumbuhan dan perkembangan anak
Kb 1 konsep dasar pertumbuhan dan perkembangan anakpjj_kemenkes
 
Kb 4 asuhan dengan hipotermi dan hipertermi
Kb 4 asuhan dengan hipotermi dan hipertermiKb 4 asuhan dengan hipotermi dan hipertermi
Kb 4 asuhan dengan hipotermi dan hipertermipjj_kemenkes
 
10. praktik asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, balita dan anak prasekolah
10. praktik asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, balita dan anak prasekolah10. praktik asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, balita dan anak prasekolah
10. praktik asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, balita dan anak prasekolahpjj_kemenkes
 

Viewers also liked (16)

Kb 3 persiapan pre dan postoperasi pada anak
Kb 3 persiapan pre dan postoperasi pada anakKb 3 persiapan pre dan postoperasi pada anak
Kb 3 persiapan pre dan postoperasi pada anak
 
Kb 1 perspektif keperawatan anak
Kb 1 perspektif keperawatan anakKb 1 perspektif keperawatan anak
Kb 1 perspektif keperawatan anak
 
Modul 3 1 hospitalisasi pada anak
Modul 3 1 hospitalisasi pada anakModul 3 1 hospitalisasi pada anak
Modul 3 1 hospitalisasi pada anak
 
Modul 2 kb 3 imunisas
Modul 2 kb 3 imunisasModul 2 kb 3 imunisas
Modul 2 kb 3 imunisas
 
Modul 2 kb 4 bermain pada anak
Modul 2 kb 4 bermain pada anakModul 2 kb 4 bermain pada anak
Modul 2 kb 4 bermain pada anak
 
Kb 4 bermain pada anak
Kb 4 bermain pada anakKb 4 bermain pada anak
Kb 4 bermain pada anak
 
Kb 1 hospitalisasi pada anak
Kb 1 hospitalisasi pada anakKb 1 hospitalisasi pada anak
Kb 1 hospitalisasi pada anak
 
Kb 3 imunisasi
Kb 3 imunisasiKb 3 imunisasi
Kb 3 imunisasi
 
Kb 2 pesiapan akan dilakukan
Kb 2 pesiapan akan dilakukanKb 2 pesiapan akan dilakukan
Kb 2 pesiapan akan dilakukan
 
Modul 1 pedoman praktek klinik keperawatan anak 2
Modul 1 pedoman praktek klinik keperawatan anak 2Modul 1 pedoman praktek klinik keperawatan anak 2
Modul 1 pedoman praktek klinik keperawatan anak 2
 
Modul 3 3 persiapan pre dan post operasi
Modul 3 3 persiapan pre dan post operasiModul 3 3 persiapan pre dan post operasi
Modul 3 3 persiapan pre dan post operasi
 
Modul 4 kb3 manajemen terpadu balita sakit mtbs
Modul 4 kb3 manajemen terpadu balita sakit mtbsModul 4 kb3 manajemen terpadu balita sakit mtbs
Modul 4 kb3 manajemen terpadu balita sakit mtbs
 
5. asuhan kebidanan bayi baru lahir
5. asuhan kebidanan bayi baru lahir5. asuhan kebidanan bayi baru lahir
5. asuhan kebidanan bayi baru lahir
 
Kb 1 konsep dasar pertumbuhan dan perkembangan anak
Kb 1 konsep dasar pertumbuhan dan perkembangan anakKb 1 konsep dasar pertumbuhan dan perkembangan anak
Kb 1 konsep dasar pertumbuhan dan perkembangan anak
 
Kb 4 asuhan dengan hipotermi dan hipertermi
Kb 4 asuhan dengan hipotermi dan hipertermiKb 4 asuhan dengan hipotermi dan hipertermi
Kb 4 asuhan dengan hipotermi dan hipertermi
 
10. praktik asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, balita dan anak prasekolah
10. praktik asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, balita dan anak prasekolah10. praktik asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, balita dan anak prasekolah
10. praktik asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, balita dan anak prasekolah
 

Similar to NEONATUSASUHAN

Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahirKb1 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahirpjj_kemenkes
 
Kb2 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb2 adaptasi fisik bayi baru lahirKb2 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb2 adaptasi fisik bayi baru lahirpjj_kemenkes
 
Kb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropik
Kb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropikKb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropik
Kb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropikpjj_kemenkes
 
Kb 1 resusitasi pada bayi baru lahir
Kb 1 resusitasi pada bayi baru lahirKb 1 resusitasi pada bayi baru lahir
Kb 1 resusitasi pada bayi baru lahirpjj_kemenkes
 
Kb 1 asuhan kebidanan dengan imunisasi
Kb 1 asuhan kebidanan dengan imunisasiKb 1 asuhan kebidanan dengan imunisasi
Kb 1 asuhan kebidanan dengan imunisasipjj_kemenkes
 
Kb 3 pertolongan pertama kecelakaan
Kb 3 pertolongan pertama kecelakaanKb 3 pertolongan pertama kecelakaan
Kb 3 pertolongan pertama kecelakaanpjj_kemenkes
 
Kb 1 pemberian cairan infus
Kb 1 pemberian cairan infusKb 1 pemberian cairan infus
Kb 1 pemberian cairan infuspjj_kemenkes
 
Kb3 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjut
Kb3 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjutKb3 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjut
Kb3 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjutpjj_kemenkes
 
Kb1 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjut
Kb1 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjutKb1 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjut
Kb1 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjutpjj_kemenkes
 
KB 1 Lingkup Kebidanan
KB 1 Lingkup KebidananKB 1 Lingkup Kebidanan
KB 1 Lingkup Kebidananpjj_kemenkes
 
Kb 2 pemberian obat obatan
Kb 2 pemberian obat obatanKb 2 pemberian obat obatan
Kb 2 pemberian obat obatanpjj_kemenkes
 
Kb1 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolah
Kb1 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolahKb1 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolah
Kb1 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolahpjj_kemenkes
 
Kb 2 resusitasi pada dewasa
Kb 2 resusitasi pada dewasaKb 2 resusitasi pada dewasa
Kb 2 resusitasi pada dewasapjj_kemenkes
 
Kb1 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolah
Kb1 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolahKb1 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolah
Kb1 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolahpjj_kemenkes
 
KB 1 Komplikasi Persalinan dan Penatalaksanaannya
KB 1 Komplikasi Persalinan dan PenatalaksanaannyaKB 1 Komplikasi Persalinan dan Penatalaksanaannya
KB 1 Komplikasi Persalinan dan Penatalaksanaannyapjj_kemenkes
 
Kb 3 rujukan kasus kegawatdaruratan neonatal
Kb 3 rujukan kasus kegawatdaruratan neonatalKb 3 rujukan kasus kegawatdaruratan neonatal
Kb 3 rujukan kasus kegawatdaruratan neonatalpjj_kemenkes
 

Similar to NEONATUSASUHAN (20)

Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahirKb1 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahir
 
Kb2 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb2 adaptasi fisik bayi baru lahirKb2 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb2 adaptasi fisik bayi baru lahir
 
Modul 2 kdk ii
Modul 2 kdk iiModul 2 kdk ii
Modul 2 kdk ii
 
Kb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropik
Kb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropikKb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropik
Kb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropik
 
Kb 1 resusitasi pada bayi baru lahir
Kb 1 resusitasi pada bayi baru lahirKb 1 resusitasi pada bayi baru lahir
Kb 1 resusitasi pada bayi baru lahir
 
Modul 4
Modul 4Modul 4
Modul 4
 
Kb 1 asuhan kebidanan dengan imunisasi
Kb 1 asuhan kebidanan dengan imunisasiKb 1 asuhan kebidanan dengan imunisasi
Kb 1 asuhan kebidanan dengan imunisasi
 
Kb 3 pertolongan pertama kecelakaan
Kb 3 pertolongan pertama kecelakaanKb 3 pertolongan pertama kecelakaan
Kb 3 pertolongan pertama kecelakaan
 
Kb 1 pemberian cairan infus
Kb 1 pemberian cairan infusKb 1 pemberian cairan infus
Kb 1 pemberian cairan infus
 
Kb3 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjut
Kb3 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjutKb3 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjut
Kb3 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjut
 
Kb1 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjut
Kb1 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjutKb1 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjut
Kb1 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjut
 
KB 1 Lingkup Kebidanan
KB 1 Lingkup KebidananKB 1 Lingkup Kebidanan
KB 1 Lingkup Kebidanan
 
Kb 2 pemberian obat obatan
Kb 2 pemberian obat obatanKb 2 pemberian obat obatan
Kb 2 pemberian obat obatan
 
Modul 1 kb 2
Modul 1   kb 2Modul 1   kb 2
Modul 1 kb 2
 
Kb1 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolah
Kb1 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolahKb1 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolah
Kb1 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolah
 
Kb 2 resusitasi pada dewasa
Kb 2 resusitasi pada dewasaKb 2 resusitasi pada dewasa
Kb 2 resusitasi pada dewasa
 
Kb1 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolah
Kb1 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolahKb1 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolah
Kb1 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolah
 
KB 1 Komplikasi Persalinan dan Penatalaksanaannya
KB 1 Komplikasi Persalinan dan PenatalaksanaannyaKB 1 Komplikasi Persalinan dan Penatalaksanaannya
KB 1 Komplikasi Persalinan dan Penatalaksanaannya
 
Modul 5 kb 1
Modul 5   kb 1Modul 5   kb 1
Modul 5 kb 1
 
Kb 3 rujukan kasus kegawatdaruratan neonatal
Kb 3 rujukan kasus kegawatdaruratan neonatalKb 3 rujukan kasus kegawatdaruratan neonatal
Kb 3 rujukan kasus kegawatdaruratan neonatal
 

More from pjj_kemenkes

Modul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIModul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIModul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIModul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIModul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIModul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIModul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIModul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIModul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIModul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1pjj_kemenkes
 
Modul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanModul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanpjj_kemenkes
 
Modul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanModul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanpjj_kemenkes
 

More from pjj_kemenkes (20)

Modul 4 MTBS
Modul 4 MTBSModul 4 MTBS
Modul 4 MTBS
 
Modul 3 MTBS
Modul 3 MTBSModul 3 MTBS
Modul 3 MTBS
 
Modul 2 MTBS
Modul 2 MTBSModul 2 MTBS
Modul 2 MTBS
 
Modul 1 MTBS
Modul 1 MTBSModul 1 MTBS
Modul 1 MTBS
 
Modul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIModul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid III
 
Modul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIModul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid III
 
Modul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIModul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid III
 
Modul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIModul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid III
 
Modul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIModul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid III
 
Modul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIModul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid III
 
Modul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIModul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid III
 
Modul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIModul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid III
 
Modul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIModul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid III
 
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
 
Modul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanModul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatan
 
Modul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanModul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatan
 

Recently uploaded

Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptxssuser1f6caf1
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien DewasaUpdate 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien DewasaErdinataKusuma1
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docxpuskesmasseigeringin
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptDwiBhaktiPertiwi1
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatSyarifahNurulMaulida1
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 

Recently uploaded (20)

Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien DewasaUpdate 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 

NEONATUSASUHAN

  • 1. ASUHAN NEONATUS, BAYI, BALITA, ANAK PRA SEKOLAH MODUL SEMESTER 3 Asuhan pada Neonatus dan Bayi dengan Kelainan Bawaan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Jakarta 2015 Nurlailis Saadah Australia Indonesia Partnership for Health System Strengthening (AIPHSS) KEGIATAN BELAJAR III Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita dengan Omfalocel, Meningocel dan Encefalocel
  • 2. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Pendahuluan Materi kuliah ini merupakan panduan lengkap bagi mahasiswa kebidanan dalam memberikan asuhan kebidanan khusus bagi bayi dan balita. Setelah proses persalinan dan melahirkan, perhatian bidan tidak hanya berfokus pada ibu dalam masa nifas, tetapi juga kepada bayi yang telah dilahirkan hingga mencapai periode balita. Masa bayi sampai masa balita adalah masa kritis dalam perkembangan seorang anak, yang memerlukan perhatian serius dari tenaga kesehatan, terutama dalam hal ini bidan. Modul ini dibuat untuk mahasiswa kebidanan agar berlatih dan menguasai ketrampilan di dalam melakukan asuhan kebidanan yang meliputi asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, dan balita. Di dalamnya dibahas juga mengenai bayi baru lahir yang normal, bayi baru lahir yang bermasalah, trauma bayi baru lahir, bayi dengan berat lahir rendah, dan sindrom gawat nafas. Modul ini dikemas dalam beberapa kegiatan belajar dalam waktu yang berbeda beda serta tergantung banyak sedikitnya materi yang di bahas. Adapun pembagian kegiatan belajarnya sebagai berikut : Kegiatan Belajar 1 Asuhan Neonatus, bayi, dan balita dengan Labioskizis dan labio palatoskizis dan Hidrocephalus Gambar: Bayi hidrocephalus Kegiatan Belajar 2 Asuhan Neonatus, bayi, dan balita dengan Atresia oesofagus dan Atresia rekti/ani Kegiatan Belajar 3 Asuhan Neonatus, bayi, dan balita dengan Omfalocel, Meningocel dan Encefalocel Kegiatan Belajar 4 Asuhan Neonatus, bayi, dan balita dengan Obstruksi biliaris dan Hernia diafragmatika kongenital
  • 3. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 2Kegiatan Belajar 5 Asuhan Neonatus, bayi, dan balita dengan Phymosis dan Hypospadia Kegiatan Belajar 6 Asuhan Neonatus, bayi, dan balita dengan Hirscprung dan Atresia Duodenum Setelah selesai mempelajari modul ini diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan tentang asuhan neonatus yang ada pada kegiatan belajar di atas. Pemahaman tentang materi ini bisa berjalan dengan baik jika mahasiswa selain menguasai teori minimal pernah melihat dan mengidentifikasi kasus-kasus tentang kelainan bawaan pada neonatus. Proses pembelajaran ini akan berjalan baik dan lancar apabila saudara juga memahami tentang upaya terjadinya kelainan bawaan pada bayi. Baiklah bagi semua mahasiswa selamat belajar semoga sukses dalam memahami materi kuliah ini sesuai dengan tujuan yang telah di rumuskan. Prosespembelajaranuntukmateriasuhanpada neonatus dan bayi dengan kelainan bawaan, dapat berjalan dengan lancar apabila anda mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: a. Mempelajari dengan seksama, cermat, dan teliti setiap kegiatan belajar sehingga diperoleh pengetahuan, pemahaman yang mendalam dan menyeluruh. b. Pada setiap kegiatan belajar disediakan beberapa tugas, tugas-tugas tersebut sebaiknya dikerjakan sesuai dengan petunjuk yang ada. Apabila ditemukan kesulitan dalam penyelesaian tugas, perlu dipelajari kembali materi kegiatan belajar yang terkait dengan tugas-tugas yang menyertainya. c. Setelah belajar dan berlatih dengan baik, langkah selanjutnya adalah mengerjakan tes formatif. Hasil tes formatif sebaiknya diteliti . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Selamat belajar, semoga berhasil kembali dengan cermat. Jika sudah yakin mengenai kebenaran hasil tes, barulah masuk ke langkah pencocokan dengan kunci jawaban yang tertera dibagian akhir setiap kegiatan belajar d. Membaca umpan balik dan tindak lanjut. Jika hasil tes baik atau baik sekali kegiatan belajar berikutnya dapat ditempuh. Jika hasil tes cukup atau kurang, tes formatif harus diulang kembali, baru melaksanakan tes formatif lagi. e. Jika kegiatan belajar telah diulang, namun tes masih cukup atau kurang, perlu dilakukan konsultasi khusus dengan dosen. Petunjuk diatas diharapkan dapat dilaksanakan dengan penuh kedisiplinan sehingga anda dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan harapan. Baiklah saudara peserta pendidikan jarak jauh, selamat belajar, semoga Anda sukses memahami pengetahuan yang diuraikan dalam modul ini sebagai bekal bertugas sebagai Bidan di daerah dengan baik. Gambar: Bayi sedang tidur
  • 4. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 3 Kegiatan Belajar 3 Asuhan Neonatus dan Bayi dengan Omphalocele, Meningocel dan Encefalocel Tujuan Pembelajaran Umum Tujuan Pembelajaran Khusus Pokok-Pokok Materi Setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini, saudara diharapkan mampu memahami asuhan neonatus dan bayi dengan omphalocele, meningocel dan encefalocel. Setelah mempelajari kegiatan belajar 3 ini saudara akan mampu : 1. Menjelaskan asuhan neonatus,bayi,balita dengan omphalocele 2. Menjelaskan asuhan neonatus,bayi,balita dengan meningokel 3. Menjelaskan asuhan neonatus,bayi,balita dengan encephalocel Dalam kegiatan belajar 3 ini anda akan mempelajari tentang pengertian,etiologi, macam, komplikasi,asuhankebidananpadabayidenganOmphalocele.Pengertian,etiologi,gambaran klinis, patofisiologi, deteksi prenatal, penatalaksanaan dan bedah neonatus dan bayi dengan meningokel. Pengertian, klasifikasi, etiologi, prognosis, gejala klinis, komplikasi, dan penanganan neonates dan bayi dengan Encefalocel.
  • 5. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 4 Uraian Materi OMPHALOCELE Yang dimaksud dengan omphalocele adalah herniasi dari isi rongga abdomen melalui defek pada cincin umbilikus yang terbuka. Organ yang mengalami herniasi tersebut diliputi oleh membran tranlusen dan vaskuler yang terdiri dari peritoneum dan membran amnion, dipisahkan satu sama lain oleh wharton’s jelly. Apa yang menyebabkan terjadinya omphalocele ? Penyebab atau etiologi terjadinya omphalocele pada neonatus dan bayi biasanya berhubungan dengan kegagalan pada perkembangan embrionik pada minggu X-XI gestasi. Normalnya usus akan kembali masuk pada abdomen minggu XI. Biasanya disertai anomali lainnya seperti : cardiac defek, imferforata anus, trisomi 18, atresia ileum, meningocele Berdasarkan leher kantong ada dua macam omphalocele pada neonatus dan bayi yaitu Oxomphalos mayor dan Oxomphalos minor. Oxomphalos mayor memiliki diameter kantong lebih dari 5 cm, umbilical cord biasanya melekat pada bagian bawah dari penonjolan. Sedangkan Oxomphalos minor mempunyai diameter kantong < 5 cm, biasanya umbilical cord melekat pada puncak kantong Neonatus dan bayi yang mengalami omphalocele tentunya mempunai resiko untuk mendapatkan komplikasi, komplikasi apa saja yang terjadi? Biasanya sering terjadi komplikasi infeksi, Intestinal volvulus, dan obstruksi Ruptur Anda sebagai calon bidan, bagaimana anda memberikan asuhan kebidanan pada bayi dengan omphalocele ? AsuhankebidananpadabayidenganOmphalocelmeliputikegiatandiagnose,penatalaksanaan, prinsip intervensi pada pre operasi dan post operasi. Diagnosa yang dilakukan pada bayi dengan Omphalocele bertujuan untuk mengetahui permasalahan yang ada, diantaranya risiko cedera, risiko infeksi, gangguan keseimbangan cairan (dehidrasi), nutrisi kurang,dan ketidakefektifan pola nafas Penatalaksanaan yang diberikan pada bayi dengan omphalocele meliputi pada: Organ yang mengalami herniasi perlu diitutup dengan kasa steril lembab (NaCl) dan plastik drape untuk Gambar : Bayi yang mengidap Omphalocele
  • 6. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 5 mencegah kehilangan air, kekeringan, temperatur yang tidak stabil. Sedangkan pada tindakan pembedahan bertujuan untuk mengembalikan usus yang prolap ke dalam kavum peritoneal, memperbaiki cacat umbilicus Intervensi yang dapat dilakukan pada tahap pre Operasi pada bayi dengan omphalocele: monitor tanda-tanda vital, monitor isi rongga abdomen yang prolap dari kekeringan perlu dipertahankan, kelembaban kasa steril, monitor status respirasi, observasi tanda-tanda infeksi, tempatkan bayi tetap dalam posisi supinasi, pasang NGT and IV line, cegah terjadinya ruptu kantong, berikan penjelasan kepada orang tua tentang kondisi dan treatment yang dilakukan. Sedangkan intervensi yang dilakukan pada tahap post operasi diantaranya: monitor tanda- tanda Vital, apabila sesak beri oksigen (O2), lakukan observasi tanda-tanda infeksi atau rupture, lakukan pengkajian bising usus, observasi intake output, dan berikan perawatan luka operasi dengan teknik sterilitas MENINGOKEL Pernahkan anda menjumpai bayi yang memiliki benjolan pada tulang belakang? Apa sebenarnya benjolan tersebut, apa penyebabnya dan bagaimana penatalaksanaanya pada bayi yang mempunyai kondisi demikian? Meningokel merupakan benjolan berbentuk kista di garis tengah tulang belakang yang umumnya terdapat di daerah lumbosakral. Lapisan meningeal berupa durameter dan araknoid menonjol sebagai kista keluar kanalis vertebralis, sedangkan medula spinalis masih di tempat yang normal. Benjolan ditutup dengan membran tipis yang semitransparan berwarna kebiruan atau terkadang ditutupi oleh kulit yang dapat menunjukkan hipertrikosis atau sebagai nevus. Pada transiluminasi tidak terlihat jaringan saraf pusat di dinding benjolan. Fungsi tungkai bawah biasanya masih normal, hanya terkadang disertai adanya gangguan. Meningokel merupakan kelainan kongenital SSP yang paling sering terjadi. Biasanya terletak di garis tengah. Meningokel biasanya terdapat di daerah servikal atau daerah torakal sebelah atas. Kantong hanya berisi selaput otak, sedangkan korda tetap dalam korda spinalis (dalam durameter tidak terdapat saraf). Tidak terdapat gangguan sensorik dan motorik. Bayi akan menjadi normal sesudah operasi Apa sebenarnya yang menjadi penyebab (etiologi) meningokel pada bayi? Penyebab spesifik dari meningokel atau spina bifida belum diketahui. Banyak faktor seperti keturunan dan lingkungan diduga terlibat dalam terjadinya defek ini. Tuba neural umumnya lengkap empat minggu setelah konsepsi. Hal-hal berikut ini telah ditetapkan sebagai faktor penyebab; kadar vitamin maternal rendah, termasuk asam folat, mengonsumsi klomifen dan Gambar : Bayi yang mengidap omphalocele
  • 7. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 6 asam valfroat, dan hipertermia selama kehamilan. Diperkirakan hampir 50% defek tuba neural dapat dicegah jika wanita bersangkutan meminum vitamin-vitamin prakonsepsi termasuk asam folat. Kelainan kongenital SSP yang paling sering dan penting ialah defek tabung neural yang terjadi pada 3-4 per 100.000 lahir hidup. Bermacam-macam penyebab yang berat menentukan morbiditas dan mortalitas, tetapi banyak dari abnormalitas ini mempunyai makna klinis yang kecil dan hanya dapat dideteksi pada kehidupan lanjut yang ditemukan secara kebetulan. Bagaimana gambaran klinis pada bayi dengan meningokel? Akibat spina bifida, maka terjadi sejumlah disfungsi tertentu pada rangka, kulit dan saluran genitourinari, tetapi tergantung pada bagian medulla spinalis yang terkena. Pada meningokel dapat ditemukan kantong herniasi CSS yang dapat dilihat pada daerah lumbosakral dan Hidrocephalus. Bagaimana gangguan fungsi tubuh dapat terjadi (patofisiologi) pada bayi dengan meningokel ? Ada dua jenis kegagalan penyatuan lamina vertebrata dan kolumna spinalis yaitu spina bifida okulta dan spina bifida sistika. Spina bifida okulta adalah defek penutupan dengan meningen tidak terpajan di permukaan kulit. Defek vertebralnya kecil, umumnya pada daerah lumbosakral. Sedangkan Spina bifida sistika adalah defek penutupan yang menyebabkan penonjolan medula spinalis dan pembungkusnya. Meningokel adalah penonjolan yang terdiri dari meninges dan sebuah kantong berisi cairan serebrospinal (CSS): penonjolan ini tertutup kulit biasa. Tidak ada kelainan neurologi, dan medulla spinalis tidak terkena. Hidrosefalus terdapat pada 20% kasus spina bifida sistika. Meningokel umumnya terdapat pada lumbosakral atau sacral. Hidrosefalus terdapat pada hampir semua anak yang menderita spina bifida (85% sampai 90%), kira-kira 60% sampai 70% tersebut memiliki IQ normal. Banyak ahli percaya bahwa defek primer pada NTD (neural tube defect) merupakan kegagalan penutupan tuba neural selama perkembangan awal embrio. Akan tetapi, ada bukti bahwa defek ini merupakan akibat dari pemisahan tuba neural yang sudah menutup karena peningkatan abnormal tekanan cairan serebrospinal selama trimester pertama. Derajat disfungsi neurologik secara lansung berhubungan dengan level anatomis defek tersebut dan saraf-saraf yang terlibat. Pembedahan dilakukan secepatnya pada spina bifida yang tidak tertutup kulit, sebaiknya dalam minggu pertama setelah lahir. Kadang-kadang sebagai akibat eksisi meningokel terjadi hidrosefalus sementara atau menetap, karena permukaan absorpsi CSS yang berkurang. Kegagalan tabung neural untuk menutup pada hari ke-28 gestasi, atau kerusakan pada Gambar : Bayi dengan meningokel
  • 8. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 7 strukturnya setelah penutupan dapat dideteksi in utero dengan pemeriksaan ultrasonogrfi. Pada 90% kasus, kadar alfa-fetoprotein dalam serum ibu dan cairan amnion ditemukan meningkat. Penemuan ini sering digunakan sebagai prosedur skrining. Keterlibatan baik kranial maupun spinal dapat terjadi terminology spina bifida digunakan pada keterlibatan spinal, apabila malformasi SSP disertai rachischisis maka terjadi kegagalan lamina vertebrata. Posisi tengkurap mempengaruhi aspek lain dari perawatan bayi. Misalnya, posisi bayi ini, bayi lebih sulit dibersihkan, area-area ancaman merupakan ancaman yang pasti, dan pemberian makanan menjadi masalah. Bayi biasanya diletakkan di dalam incubator atau pemanas sehingga temperaturnya dapat dipertahankan tanpa pakaian atau penutup yang dapat mengiritasi lesi yang rapuh. Apabila digunakan penghangat overhead, balutan di atas defek perlu sering dilembabkan karena efek pengering dari panas yang dipancarkan. Sebelum pembedahan, kantung dipertahankan tetap lembab dengan meletakkan balutan steril, lembab, dan tidak lengket di atas defek tersebut. Larutan pelembab yang dilakukan adalah salin normal steril. Balutan diganti dengan sering (setiap 2 sampai 4 jam). Dan sakus tersebut diamati dengan cermat terhadap kebocoran, abrasi, iritasi, atau tanda-tanda infeksi. Sakus tersebut harus dibersihkan dengan sangat hati-hati jika kotor atau terkontaminasi. Kadang- kadang sakus pecah selama pemindahan dan lubang pada sakus meningkatkan resiko infeksi pada system saram pusat. Latihan rentang gerak ringan kadang-kadang dilakukan untuk mencegah kontraktur, dan meregangkan kontraktur dilakukan, bila diindikasikan. Akan tetapi latihan ini dibatasi hanya padakaki,pergelangankakidansendilutut.Bilasendipanggultidakstabil,pereganganterhadap fleksor pinggul yang kaku atau otot-otot adductor, mempererat kecenderungan subluksasi. Penurunan harga diri menjadi ciri khas pada anak dan remaja yang menderita keadaan ini. Remajamerasakhawatirakankemampuanseksualnya,penguasaansosial,hubungankelompok remaja sebaya, dan kematangan serta daya tariknya. Beratnya ketidakmampuan tersebut lebih berhubungan dengan persepsi diri terhadap kemampuannya dari pada ketidakmampuan yang sebenarnya ada pada remaja itu. Deteksi Prenatal Terdapat kemungkinan untuk menentukan adanya beberapa NTD terbuka selama masa prenatal.Pemindaianultrasuarapadauterusdanpeningkatankonsentrasialfafetoprotein(AFP), suatu gamma, globulin yang spesifik pada fetus, dalam cairan amnion mengindikasikan adanya arensefali atau mielomeningokel. Waktu yang tepat untuk melakukan pemeriksaan diagnostic ini adalah pada usia gestasi 16 dan 18 minggu, sebelum konsentrasi AFP yang normalnya menurun, dan pada saat yang tepat untuk melakukan aborsi terapeutik. Pengambilan sampel Gambar : Bayi pengidap meningokel
  • 9. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 8 virus koronik (chorionic villus sampling, CVS) juga merupakan pemeriksaan untuk diagnostik NTD pada masa prenatal. Prosedur diagnostic di atas direkomendasikan untuk semua ibu yang telah melahirkan anak dengan gangguan ini dan dan pemeriksaan ditawarkan bagi semua wanita hamil. Selain itu, rencana kelahiran dengan sesar dapat menurunkan disfungsi motorik. Bagaimana penatalaksanaan medis dan bedah pada bayi dengan meningokel? Pembedahan mielomeningokel dilakukan pada periode neonatal untuk mencegah rupture. Perbaikan dengan pembedahan pada lesi spinal dan pirau CSS pada bayi hidrosefalus dilakukan pada saat kelahiran. Pencangkokan kulit diperlakukan bila lesinya besar. Antibiotic profilaktik diberikan untuk mencegah meningitis. Intervensi keperawatan yang dilakukan tergantung ada tidaknya disfungsi dan berat ringannya disfungsi tersebut pada berbagai system tubuh. • Untuk spina bifida okulta atau maningokel tidak diperlukan pengobatan • Perbaikan mielomeningokel, dan kadang-kadang meningokel, secara bedah diperlukan • Apabila dilakukan perbedahan secara bedah, maka perlu dipasang suatu pirau (shunt) untuk memungkinkan drainase CSS dan mencegah timbulnya hidrosefalus dan peningkatan tekanan intrakranium • Seksio sesarae terencana, sebelum melahirkan, dapat mengurangi kerusakan neurologis yang terjadi pada bayi dengan defek korda spinalis. ENCHEPALOCEL Dalam kegiatan belajar ini anda akan mempelajari pengertian, klasifikasi, etiologi, diagnose, porognosis, gejala klinis dan komplikasi, serta penanganan pada bayi dengan Enchepalocel. Enchepalocel dikenal dengan nama Bifidum kranium oleh kantung seperti penonjolan pada otak dan membran tengkorak. Enchepalocel adalah kantong berisi cairan, jaringan syaraf atau sebagian dari otak yang biasanya terdapat pada daerah occipitalis. Enchepalocel didaerah occipital sering berhubungan dengan gangguan mental yang berat dan microcepal. (Ilmu Kesehatan Anak, FKUI Jilid 3:1137) Enchepalocel tidak hanya ada didaerah occipital tetapi bisa terjadi pada daerah sinsipital yang disebut meningoensefalokel anterior atau ensefalokel fossa kranialis anterior. Meningoensefalokel merupakan herniasi jaringan isinya intrakranial melalui suatu defek kongenital tulang tengkorak pada perhubungan antar tulang didaerahfossacraniianteriordantampaksebagaimassatumordipermukaanwajah (Najatullah, FKUI, 2004) Enchepalocel adalah herniasi otak dan meningen melalui suatu cacat kraniom, yang menimbulkan struktur mirip kantung. 75% ensefalokel terjadi pada daerah occipital dan sisanya pada daerah parietal, frontal atau nasofaingel. ( Nelson, 1992). Ensefalokel merupakan gangguan langka pada bayi baru lahir dengan sebuah celah pada tengkoraknya . Gambar : Bayi dengan enchepalocele
  • 10. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 9 Enchepalocel adalah suatu kelainan tabung saraf yang ditandai dengan adanya penonjolan meningens (selaput otak) dan otak yang terbentuk seperti kantung melalui suatu lubang pada tulang tengkorak. Encephaloceles menyebabkan satu alur bawah tengah dari tengkorak, atau di antara dahi dan hidung, atau pada sisi belakang dari tengkorak. Kekejaman dari encephalocele bervariasi, menyesuaikan di atasnya lokasi. Apa saja klasifikasi dari Encephaloceles pada bayi? Klasifikasi Encephaloceles pada bayi umumnya tergolong seperti nasofrontal, nasoethmoidal, atau naso orbital, bagaimanapun, di sana dapat beberapa tumpang tindih pada jenis dari encephalocele. Apa penyebab terjadinya Enchephaloceles pada bayi? a. Enchepalocel disebabkan oleh kegagalan penutupan tabung saraf selama perkembangan janin. b. Kegagalan penutupan tabung saraf ini disebabkan oleh gangguan pembentukan tulang kranium saat dalam uterus seperti kurangnya asupan asam folat selama kehamilan, adanya infeksi pada saat kehamilan terutama infeksi TORCH, mutasi gen (terpapar bahan radiologi), obat – obatan yang mengandung bahan yang terotegenik. c. Enchepalocel disebabkan oleh defek tulang kepala, biasanya terjadi dibagian occipitalis, kadang – kadang juga dibagian nasal, frontal, atau parietal. d. Encephalocele jarang terjadi, ialah satu dari 5,000 kelahiran tinggal di seluruh dunia. Encephaloceles dari belakang kepala lebih umum di Eropa dan Amerika Utara, sementara encephaloceles pada depan kepala lebih sering terjadi di Tenggara Asia Bagian, Afrika, Malaysia, dan Rusia. Kesukuan, genetik, dan faktor lingkungan, seperti halnya umur parental, dapat semua mempengaruhi kemungkinan dari encephaloceles. Kondisi ini dapat terjadi di keluarga dengan riwayat sekeluarga dari spina bifida. Bagaimana tanda dan gejala pada bayi dengan ecephalocels? Biasanya encephaloceles merupakan kelainan bentuk nyata dan didiagnose dengan seketika setelah kelahiran, tapi satu kekecilan encephalocele pada bunyi sengau atau daerah dahi dapat pergi tanpa diketahui. Berbagai phisik dan penundaan pengembangan yang tak dapat menandai buat-buatan dari encephaloceles . Prognosis Perkiraan perkembangan dari kasus enchephalus dapat dipengaruhi oleh luasnya defek dan besarnyaherniasijaringanotakakanmenentukanluasnyaprognosisenchephalus.Enchefalokel mudah dideteksi dengan USG bila defek tulang kepala cukup besar, apalagi sudah disertai herniasi. Akan tetapi, lesi pada tulang kepala menjadi sulit dikenali bila terdapat olikohidramion. Gambar : Bayi dengan enchepalocele
  • 11. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 10 Gejala Klinis dan Komplikasi Encephaloceles adalah sering ditemani oleh kelainan craniofacial atau bentuk cacad otak lain. Gejala mungkin termasuk masalah penyakit syaraf, cerebrospinal mengalir akumulasi pada otak), kelumpuhan dari otot), gerakan otot tidak teratur, penundaan pengembangan, masalah penampakan, dan keterlambatan perkembangan. Gejala klinis pada encephaloceles meliputi: 1. Kelumpuhan keempat anggota gerak (kuadri plegia spastic) 2. Gangguan perkembangan 3. Mikrochephalus 4. Hidrochephalus 5. Gangguan penglihatan 6. Keterbelakangan mental dan pertumbuhan 7. Ataksia 8. Kejang Bayi dengan encephaloele sering kali terjadi komplikasi, apa saja komplikasi tersebut? Enchephocele sering disertai dengan kelainan cranium fasial atau kelainan otak lainnya, seperti hidrochephalus atau kelainan kongenital lainnya(sydrome meckel, syndrome dandy-walker). Kelainan kepala lainnya yang dapat dideteksi dengan USG adalah kista otak, mienchephalus(fusi tulang occiput vertebrata sehingga janin dalam sikap hiperekstnsi), huloprocenchephalus (hanyaberbentuksebuahronggaventrikel yang berdilatasi), hyndranenchephalus (destruksi total jaringan otak sehingga kepala hanya berisi cairan), kelainan bentuk kepala (dulikochephaluskh, branchi chpalusk) dansebagainya. (Sarwono,2005) Bagaimana penanganan yang dilakukan oleh bidan pada bayi encephalocele prabedah, pembedahan dan perawatan pascabedah ? 1. Penanganan Pra Bedah a. Segera setelah lahir daerah yang terpakai harus dikenakan kasa steril yang direndam salin yang ditutupi plastik, atau lesi yang terpapar harus ditutpi kasa steril yang tidak melekat untuk mencegah jaringan saraf yang terpaparmenjadi kering. b. Perawatanprabedahneonatusrutindenganpenekanankhususpadasaatmempertahan suhu tubuh yang dapat menurun dengan cepat. Pada beberapa pusat tubuh bayi ditempatkan dalam kantong plastik untuk mencegah kehilangan panas yang dapat terjadi akibat permukaan lesi yang basah. c. Lingkaran occipito frontalis kepala diukur dan dibuat grafiknya. d. Akan diminta X-Ray medulla spinalis e. Akan diambil photografi dari lesi. f. Persiapan operasi. g. Suatu catatan aktifitas otot pada anggota gerak bawah dan sringter anal akan dilakukan oleh fisioterapi. 2. Pembedahan medulla spinalis yang terpapar ditutupi dengan penutup durameter dan kulit Gambar : Bayi dengan enchepalocele
  • 12. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 11 Penyebab terjadinya Omphalocele pada neonatus dan bayi biasanya berhubungan dengan kegagalan perkembangan embrionik pada minggu ke 10 dan 11 sedangkan untuk meningocele danencephaloceleadalahherniasiotakdanmeningenmelaluicacatcraniumyangmenimbulkan struktur mirip kantong Rangkuman dijahit diatas dura yang diperbaiki. Jika celah besar, maka perlu digunakan kulit yang lebih besar untuk menutupi cacat. Pada bayi ini drain sedot diinsersikan dibawah flap. 3. Perawatan pasca bedah a. Pemberian makan pr oral dapat diberikan 4 jam setelah pembedahan. b. Jika ada drain penyedotan luka makan harus diperiksa setiap jam untuk menjamin tidak adanya belitan atau tekukan pada saluran dan terjaganya tekanan negatif dan wadah. c. Lingkar kepala diukur dan dibuat grafik sekali atau dua kali seminggu. Sering kali terdapat peningkatan awal dalam pengukuran setelah penutupan cacat spinal dan jika peningkatan ini berlanjut dan terjadi perkembangan hidrochephalus maka harus diberikan terapi yang sesuai
  • 13. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 12 Petunjuk: • Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat! • Pilihlah : A. Jika jawaban 1,2 dan 3 benar B. Jika jawaban 1 dan 3 benar C. Jika jawaban 2 dan 4 benar D. Jika hanya 4 saja yang benar E. Jika semua benar 1. Berdasarkan leher kantongnya omphalocel dibedakan menjadi : 1. Omphalos mayor tetapi tidak ada penonjolan diameter 5 cm 2. Omphals mayor diameter lebih 5 cm umbilical cord melekat bagian bawah dari penonjolan. 3. Omphalos minor tetapi tidak ada penonjolan, diameter 5 cm tidak ada imbilical cord. 4. Omphalos mayor diameter kurang dari 5 umbilical cord melekat pada puncak kantong. 2. Di bawah ini bukan termasuk komplikasi dari Omphalocel adalah : A. Infeksi B. Intestinal volvulus C. Obstruksi D. Strikture E. Ruptur 3. Herniasi isi rongga abdomentmelalui defek pada cincin umbilicus disebut... A. Omphalokel B. Encephalokel C. Hidrocel D. Meningocel E. Hirsprung 4. Etiologi dari kasus no.3 diatas adalah ....Kecuali.. A. Kegagalan embrionik B. Cardiac defek C. Anus imperforata D. Tri somi 18 E. Bahan-bahan kimia 5. Ada 3 jenis omphalokel antara lain : 1. Omphalos mayor Evaluasi Formatif
  • 14. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 13 2. Omphalos ....... 3. Omphalos minor 4. Omphalos kronik 6. Etiologi meningokel adalah.. A. Keturunan B. Lingkungan C. Makanan D. Genetik E. Enviroment 7. Masalah yang muncul pada omphalokel adalah... 1. Resiko cedera 2. Resiko infeksi 3. Nutrisi kurang 4. Dehidrasi 8. Herniasi otak dan meningen melalui suatu cacat kranium disebut... A. Enchephalokel B. Meningokel C. Omphalokel D. Hidrocephalus E. Trauma intra cranial 9. Etiologi dari kasus no 8 adalah... 1. Penutup tabung saraf selama perkembangan janin 2. Gangguan pembentukan tulang kranium 3. Defek tulang kepala 4. Struktur kimiawi tubuh 10. Prinsip intervensi pre op pada meningokel 1. Monitor TTV 2. Monoitor isi rongga abdoment 3. Jaga kelembapan 4. Monitor status respirasi
  • 15. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 14 Tugas Mandiri Silahkan saudara cari sumber atau referensi yang lain baik dari buku maupun internet tentang ketiga kasusu diatas, coba anda cermati, dimana letak perbedaan kedua kasus ini dan dimana pula letak kesamaannya ? Pahami dan catat, jika kurang jelas, tanyakan pada pembimbing saudara Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat pada bagian akhir Kegiatan Belajar 1, kemudian hitunglah jumlah jawaban yang benar! Jika jawaban yang benar adalah: 90% - 100% : baik sekali 80% - 89% : baik 70% -79% : cukup kurang dari 70% : kurang Kalau Anda memiliki tingkat pencapaian 80% ke atas, maka hasil Anda Bagus! Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 3 ini dan anda dapat melanjutkan mempelajari kegiatan belajar 4. Tetapi jika pencapaian Anda kurang dari 80%, maka sebaiknya ulangilah Kegiatan Belajar 3, terutama bagian-bagian yang belum Anda kuasai! . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . KUNCI JAWABAN 1. B 2. A 3. E 4. C 5. A 6. A 7. B 8. C 9. B 10. A