SlideShare a Scribd company logo
1 of 19
PROLONGED APNEU AND
DELAYED EMERGENCE
NUR HAJRIYA BRAHMI
Pembimbing : dr Aria Dian P, SpAn, KIC
Pendahuluan
• Pada akhir anestesi dan pembedahan pasien
harus terjaga atau mudah dibangunkan,
melindungi jalan napas, mempertahankan
ventilasi yang memadai dan dengan mengontrol
atau meminimalkan rasa sakit pasien.
• Waktu untuk terbangun dari anestesi sangat
bervariasi dan tergantung pada banyak faktor
yang berhubungan dengan pasien, jenis
anestesi yang diberikan dan panjang operasi.
Sarangi S. Delayed Awakening From Anaesthesia. The Internet
Journal of Anaesthesiology.2009; 19(1).
Definisi
• Tidak ada definisi tunggal tentang terlambat
bangun atau tertunda munculnya kesadaran
setelah anestesi umum.
• Dengan menggunakan obat-obatan dan agen
inhalasi dengan masa kerja sangat cepat seperti
propofol dan desflurane, pasien umumnya
terbangun dalam beberapa menit. Bahkan
setelah operasi lama, respon terhadap
rangsangan harus terjadi dalam 60-90 menit.2
Sarangi S. Delayed Awakening From Anaesthesia. The Internet
Journal of Anaesthesiology.2009; 19(1).
Skala Pengukuran
• Tabel 1. Glasgow Coma Scale
Pada awalnya dikembangkan sebagai alat untuk menilai prognosis setelah
trauma kepala, juga telah digunakan untuk tren tingkat kesadaran
• 6 domain; fisiologis, nosiseptif, emosi, kegiatan hidup sehari-
hari, kognitif dan perspektif pasien.
• Pemulihan fisiologis memerlukan waktu 40 menit pada 40%
pasien. Hanya 11% dari pasien memerlukan satu hari di
semua domain untuk pemulihan lengkap .
Tabel 2. Skala Pemulihan Pasca Operasi
(Post Operative Recovery Scale/PQRS
Radhakrishnan J, Jesudasan S, Jacob R. Delayed awakening or emergence from anaesthesia. Update in anaesthesia
Tabel 3. Skor Aldrette
Penyebab
• Overdosis.
– Terlalu banyak obat yang diberikan atau pasien terlalu
rentan.
– Pasien lemah, kecil atau lansia umumnya memerlukan
dosis yang lebih rendah daripada orang yang sehat, orang
dewasa normal.
– Metabolisme obat tertunda terjadi pada gagal ginjal atau
hati, dan dosis yang lebih kecil mungkin diperlukan.
– Peningkatan kepekaan terhadap agen tertentu. Misalnya
sensitivitas sangat meningkat terhadap obat relaksan otot
non-depolarisasi pada pasien myasthenia gravis.
• Durasi dan jenis anestesi yang diberikan.
– Untuk agen anestesi inhalasi kecepatan timbul secara
langsung berhubungan dengan ventilasi alveolar
– Ketika durasi anestesi berkepanjangan,mula kerja
obat tergantung pada penyerapan jaringan total obat
yang berhubungan dengan kelarutan obat,
konsentrasi rata-rata yang digunakan dan durasi
paparan.
– Agen anestesi intravena, pemulihan segera terutama
tergantung pada redistribusi dari darah dan otak ke
otot dan lemak.
• Potensiasi oleh obat lain.
– Konsumsi obat sedatif seperti benzodiazepin atau
alkohol sebelum premedikasi akan mempotensiasi
efek depresan sistem saraf pusat obat bius dan
analgesik, dan dapat menunda mula kerja obat
anestesi.
• Blokade neuromuskular berkepanjangan.
– Sisa hasil blokade neuromuskuler berupa
kelumpuhan mungkin dianggap sebagai tidak respon
meskipun pasien mungkin sepenuhnya sadar dan
menyadari. Ini dapat terjadi sekunder karena
overdosis atau tidak lengkapnya pembalikan
(reverse) obat relaksan otot non-depolarisasi
• Gagal ginjal
– terdapat pengurangan eliminasi obat
• Gagal Nafas.
– Pasien yang tidak bernapas secara efektif selama atau
setelah anestesi dapat menjadi hyperkarbia
(mengangkat CO2) ke tingkat yang dapat menghasilkan
sedasi atau bahkan tidak sadar. Faktor risiko meliputi
penyakit pernafasan yang telah terjadi, terutama pasien
dengan retensi CO2 sebelum operasi, opioid dosis
tinggi, obstruksi napas dan obat-obatan pembalik
(reverse) pelumpuh otot.
• Gangguan metabolik.
– Hipoglikemia.
– Hiperglikemia berat.
– Ketidakseimbangan elektrolit.
– Hipotermia.
– Sindrom antikolinergik sentral mungkin dapat terjadi
walau jarang, mengikuti penggunaan obat
antikolinergik terutama hiosin, juga antihistamin,
antidepresan, fenotiazin dan petidin.
• Komplikasi neurologis.
– Hipoksia serebral dari setiap penyebab akan
mengakibatkan berkurangnya tingkat sadar yang
mungkin pertama hadir sebagai lambatnya pulih
sadar dari anestesi, terutama jika keadaan hipoksia
telah terjadi selama anestesi.
– Gangguan intraserebral seperti perdarahan, emboli
atau trombosis, sangat jarang terjadi kecuali pada
bedah saraf, bedah jantung, serebrovaskular dan
operasi karotis.
Faktor Resiko
Langkah Penegakkan Diagnosis
1. Riwayat harus ditinjau, terutama dalam hal konsumsi obat, termasuk
terapi herbal.
2. Pastikan semua agen inhalasi telah dimatikan.
3. Pencatatan pre- dan durante anestesi harus ditinjau, terutama dalam hal
konsentrasi,dosis obat dan lama kerja obat/ terakhir diberikan.
4. Jumlah pemberian cairan harus diperhatian. Kelebihan cairan dapat
tertarik ke paru-paru, menyebabkan penurunan pertukaran oksigen dan
hiperkarbia dan hipoksia.
5. Tanda-tanda vital harus menunjukkan stabilitas kardiopulmoner .
6. Suhu tubuh harus mendekati normal.
7. Hypo dan hiperventilasi harus dikecualikan oleh pemeriksaan analisa gas
darah.
8. Asidosis metabolik harus dikeluarkan sebagai penyebab lambat bangun.
9. Residu obat pelumpuh otot harus dikecualikan dengan monitoring dan
meminta pasien mengangkat kepala lebih dari 5 detik.
10. Pemeriksaan neurologis harus mencakup pemeriksaan pupil , gerakan
motorik simetris, adanya reflek muntah atau batuk.
11. CT scan, konsultasi neurologis ataupun bedah saraf diindikasikan jika
penyebab lain telah disingkirkan.
Terapi
• Tergantung penyebabnya
• Pastikan jalan nafas aman. Perbaiki kesulitan jalan nafas napas,
dengan cara jaw thrust, pemasangan guedel atau nasofaring airway,
reintubation, pemberian tekanan positif kontinue pada jalan nafas.
Berikan oksigen untuk mengobati hipoksi
• Pastikan respirasi adekuat. Jika diindikasikan, ventilasi pasien
melalui tube endotrakheal
• Nilai tingkat kesadaran, denyut jantung, tekanan darah, EKG,
perfusi perifer, dan output urin. Resusitasi bila ada indikasi.
Pemantauan intensif dari semua parameter hemodinamik, ETCO2,
SpO2, CVP, input dan output adalah wajib.
• Lakukan penilaian ulang mengenai riwayat penyakit, investigasi dan
manajemen perioperatif, termasuk grafik anestesi dan waktu
pemberian obat, untuk mencari kemungkinan penyebab terlambat
bangun post anestesi.
Terapi
• Carilah tanda-tanda overdosis opioid berupa pupil
pinpoint dan laju pernapasan lambat.
• Balikkan efek obat pelumpuh otot non depolarisasi
• Mengukur suhu dan persiapkan langkah-langkah
yang diperlukan bila suhu hipotermia
• Periksa glukosa darah, berikan infus dekstrosa jika
GDS < 150 mg/dl
• Pastikan tekanan darah normal, sesuai dengan
keadaan preop, berikan vasopressor jika diperlukan.
• Ukur analisa gas darah, glukosa dan elektrolit
pasien, lakukan koreksi bila terdapat kelainan.
• Lakukan hitung darah lengkap dan lakukan transfusi
jika diindikasikan.
• Periksa EKG 12 lead, lakukan konsultasi bila
diperlukan
• Jika tidak ada penyebab lain dapat ditemukan pada
lambat bangun post anestesi, gangguan intra
serebral dapat diduga dan pemeriksaan neurologis
harus dilakukan, terutama untuk mencari tanda-
tanda lokal gangguan neurologis. Diperlukan CT
pencitraan radiologi atau MRI untuk mengkonfirmasi
diagnosis. Lakukan konsultasi dengan neurologi
atau bedah saraf sesuai dengan indikasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Reason JT, Carthey J, and de Leval, MR. Diagnosing “Vulnerable System Syndrome”: An Essential Prerequisite to
Effective Risk Management. Qual Health Care. 2001;10:ii21-ii25.
2. Sarangi S. Delayed Awakening From Anaesthesia. The Internet Journal of Aaesthesiology.2009; 19(1).
3. Razavi M, Bameshki AR, TaghaviGilani M. Delayed Awakening from Anaesthesia Following Electrolyte and Acid
Base Disorders, Two Cases. Patient Saf Qual Improv.2014; 2(1):65-68.
4. Rhona C F, Sinclair B, Faliero R J. Delayed recovery of consciousness after anaesthesia. Continuing Education in
Anaesthesia, Critical Care & pain. 2006; 6(3):114-118.
5. Deuri A, Goswami D, Samplay M, Das J. Nonawakening following general anaesthesia after ventriculo-peritoneal
shunt surgery: An acute presentation of intracerebral haemorrhage. Indian J Anaesth 2010 Nov-Dec;54(6):569-
571.
6. Radhakrishnan J, Jesudasan S, Jacob R. Delayed awakening or emergence from anaesthesia. Update in
anaesthesia 2001; 13:4-6.
7. Context Sensitive Elimination Times. Chris Thompson, Royal Prince Alfred Hospital, Sydney, Australia, 2000.
8. Miller RD, Roderick LL. Diuretic-induced hypokalaemia, pancuronium neuromuscular blockade and its antagonism
by neostigmine. Br J Anaesth1978; 50(6):786-792.
9. Muscle relaxants and anticholinesterases; Peck TE, Williams M, editors. Pharmacology for Anaesthesia and
Intensive Care. Greenwich Medical Media Ltd; 2000. p. 137-157
10. Millers RD. Millers, Anaesthesia.7th Edition, United States of America, Elsevier Churchill, 2010.P 2722-2723.
11. Kalra S, Wadhwa R. Role of amino acid infusion in delayed recovery from neuromuscular blockers. Indian J
Anaesth 2010; 54:166-168.
12. Grati L, Toumi S, Gahbiche M. Failure to recover after anaesthesia for surgery of a liver hydatid cyst assigned to
hypernatremia. Ann Fr Anaesth Reanim 2009; 28(3):261-262.
13. Moon HS, Lee SK, Chung JH, In CB. Hypocalcemia and hypokalemia due to hyperventilation syndrome in spinal
anaesthesia.- A case report. Korean J Anaesthesiol 2011; 61(6):519-523.
14. Daniel I. Sessler. Temperature Monitoring and Perioperative Thermoregulation. Ananesthesiology 2008;
109(z):318-338.
15. Brown DV, Heller F, Barkin R. Anticholinergic syndrome after anaesthesia: a case report and review. Am J Ther
2004; 11:144-153.
thank you

More Related Content

What's hot (12)

Anestesi umum-fk-ur
Anestesi umum-fk-urAnestesi umum-fk-ur
Anestesi umum-fk-ur
 
1.anastesiologi.
1.anastesiologi.1.anastesiologi.
1.anastesiologi.
 
2.1. anestetik umum dan lokal
2.1. anestetik umum dan lokal2.1. anestetik umum dan lokal
2.1. anestetik umum dan lokal
 
Algoritma acls
Algoritma aclsAlgoritma acls
Algoritma acls
 
Kegawatdaruratan respirasi
Kegawatdaruratan respirasiKegawatdaruratan respirasi
Kegawatdaruratan respirasi
 
Anestetika
AnestetikaAnestetika
Anestetika
 
Asma
AsmaAsma
Asma
 
Makalah kompetensi detal
Makalah kompetensi detalMakalah kompetensi detal
Makalah kompetensi detal
 
Bab i1
Bab i1Bab i1
Bab i1
 
Pemberian obat melalui selang intravena
Pemberian obat melalui selang intravenaPemberian obat melalui selang intravena
Pemberian obat melalui selang intravena
 
Pengenalan pengurusan pesakit trauma
Pengenalan pengurusan pesakit traumaPengenalan pengurusan pesakit trauma
Pengenalan pengurusan pesakit trauma
 
Iii. obat susunan saraf pusat
Iii. obat susunan saraf pusatIii. obat susunan saraf pusat
Iii. obat susunan saraf pusat
 

Viewers also liked

Kriteria pulang pada one day care : ambulatory anethesia
Kriteria pulang pada one day care : ambulatory anethesiaKriteria pulang pada one day care : ambulatory anethesia
Kriteria pulang pada one day care : ambulatory anethesiaNur Hajriya
 
Nhb Comparison of the lma supreme tm with the lma
Nhb   Comparison of the lma supreme tm with the lmaNhb   Comparison of the lma supreme tm with the lma
Nhb Comparison of the lma supreme tm with the lmaNur Hajriya
 
Anestesia pd operasi laparoscopy
Anestesia pd operasi laparoscopyAnestesia pd operasi laparoscopy
Anestesia pd operasi laparoscopyNur Hajriya
 
Manajemen perioperatif atas pasien dengan anoreksia nervosa berat
Manajemen perioperatif atas pasien dengan anoreksia nervosa beratManajemen perioperatif atas pasien dengan anoreksia nervosa berat
Manajemen perioperatif atas pasien dengan anoreksia nervosa beratNur Hajriya
 
2. airway and breathing management 11
2. airway and breathing management 112. airway and breathing management 11
2. airway and breathing management 11Benny Gustian
 
Kriteria pulang pada one day care
Kriteria pulang pada one day care Kriteria pulang pada one day care
Kriteria pulang pada one day care Nur Hajriya
 
Intubasi sulit pr dr danu1
Intubasi sulit pr dr danu1Intubasi sulit pr dr danu1
Intubasi sulit pr dr danu1Nur Hajriya
 
Vasopressin dan perawatan intensif
Vasopressin dan perawatan intensifVasopressin dan perawatan intensif
Vasopressin dan perawatan intensifNur Hajriya
 
La toxicity 2010_0
La toxicity 2010_0La toxicity 2010_0
La toxicity 2010_0AnaestHSNZ
 
Cyclooxygenase 2 inhibitors and non spesific non steroidal anti
Cyclooxygenase 2 inhibitors and non spesific non steroidal antiCyclooxygenase 2 inhibitors and non spesific non steroidal anti
Cyclooxygenase 2 inhibitors and non spesific non steroidal antiNur Hajriya
 
pathophysiological changes in ckd patients for anaesthetic concern
pathophysiological changes in ckd patients for anaesthetic concernpathophysiological changes in ckd patients for anaesthetic concern
pathophysiological changes in ckd patients for anaesthetic concerndrshowketdar
 
Anatomy of neuroaxial system final
Anatomy of neuroaxial system finalAnatomy of neuroaxial system final
Anatomy of neuroaxial system finaldr anurag giri
 
Amikor a munkavállalód építi a cég márkáját
Amikor a munkavállalód építi a cég márkájátAmikor a munkavállalód építi a cég márkáját
Amikor a munkavállalód építi a cég márkájátFerenc Pécsi
 
Anatomy for lumber neuraxial anesthesia
Anatomy for lumber neuraxial anesthesiaAnatomy for lumber neuraxial anesthesia
Anatomy for lumber neuraxial anesthesiaFaizul Hoque
 
Cholinergic system model questions & answers
Cholinergic system model questions & answersCholinergic system model questions & answers
Cholinergic system model questions & answersRathnakar U P
 
Morphin : PR dr Heru
Morphin : PR dr HeruMorphin : PR dr Heru
Morphin : PR dr HeruNur Hajriya
 
Complications of anaesthesia in opthalmic surgery
Complications of anaesthesia in opthalmic surgeryComplications of anaesthesia in opthalmic surgery
Complications of anaesthesia in opthalmic surgeryDevdutta Nayak
 
epidural anesthesia
epidural anesthesiaepidural anesthesia
epidural anesthesiaShibinath VM
 

Viewers also liked (20)

Kriteria pulang pada one day care : ambulatory anethesia
Kriteria pulang pada one day care : ambulatory anethesiaKriteria pulang pada one day care : ambulatory anethesia
Kriteria pulang pada one day care : ambulatory anethesia
 
Nhb Comparison of the lma supreme tm with the lma
Nhb   Comparison of the lma supreme tm with the lmaNhb   Comparison of the lma supreme tm with the lma
Nhb Comparison of the lma supreme tm with the lma
 
Anestesia pd operasi laparoscopy
Anestesia pd operasi laparoscopyAnestesia pd operasi laparoscopy
Anestesia pd operasi laparoscopy
 
Manajemen perioperatif atas pasien dengan anoreksia nervosa berat
Manajemen perioperatif atas pasien dengan anoreksia nervosa beratManajemen perioperatif atas pasien dengan anoreksia nervosa berat
Manajemen perioperatif atas pasien dengan anoreksia nervosa berat
 
2. airway and breathing management 11
2. airway and breathing management 112. airway and breathing management 11
2. airway and breathing management 11
 
Kriteria pulang pada one day care
Kriteria pulang pada one day care Kriteria pulang pada one day care
Kriteria pulang pada one day care
 
Safe intubation
Safe intubationSafe intubation
Safe intubation
 
Rjp fix
Rjp fixRjp fix
Rjp fix
 
Intubasi sulit pr dr danu1
Intubasi sulit pr dr danu1Intubasi sulit pr dr danu1
Intubasi sulit pr dr danu1
 
Vasopressin dan perawatan intensif
Vasopressin dan perawatan intensifVasopressin dan perawatan intensif
Vasopressin dan perawatan intensif
 
La toxicity 2010_0
La toxicity 2010_0La toxicity 2010_0
La toxicity 2010_0
 
Cyclooxygenase 2 inhibitors and non spesific non steroidal anti
Cyclooxygenase 2 inhibitors and non spesific non steroidal antiCyclooxygenase 2 inhibitors and non spesific non steroidal anti
Cyclooxygenase 2 inhibitors and non spesific non steroidal anti
 
pathophysiological changes in ckd patients for anaesthetic concern
pathophysiological changes in ckd patients for anaesthetic concernpathophysiological changes in ckd patients for anaesthetic concern
pathophysiological changes in ckd patients for anaesthetic concern
 
Anatomy of neuroaxial system final
Anatomy of neuroaxial system finalAnatomy of neuroaxial system final
Anatomy of neuroaxial system final
 
Amikor a munkavállalód építi a cég márkáját
Amikor a munkavállalód építi a cég márkájátAmikor a munkavállalód építi a cég márkáját
Amikor a munkavállalód építi a cég márkáját
 
Anatomy for lumber neuraxial anesthesia
Anatomy for lumber neuraxial anesthesiaAnatomy for lumber neuraxial anesthesia
Anatomy for lumber neuraxial anesthesia
 
Cholinergic system model questions & answers
Cholinergic system model questions & answersCholinergic system model questions & answers
Cholinergic system model questions & answers
 
Morphin : PR dr Heru
Morphin : PR dr HeruMorphin : PR dr Heru
Morphin : PR dr Heru
 
Complications of anaesthesia in opthalmic surgery
Complications of anaesthesia in opthalmic surgeryComplications of anaesthesia in opthalmic surgery
Complications of anaesthesia in opthalmic surgery
 
epidural anesthesia
epidural anesthesiaepidural anesthesia
epidural anesthesia
 

Similar to Prolong apneu

Similar to Prolong apneu (20)

perioperatif anes aul.pptx
perioperatif anes aul.pptxperioperatif anes aul.pptx
perioperatif anes aul.pptx
 
Makalah kompetensi detal
Makalah kompetensi detalMakalah kompetensi detal
Makalah kompetensi detal
 
Makalah kompetensi detal
Makalah kompetensi detalMakalah kompetensi detal
Makalah kompetensi detal
 
Makalah kompetensi detal
Makalah kompetensi detalMakalah kompetensi detal
Makalah kompetensi detal
 
TBI.pptx
TBI.pptxTBI.pptx
TBI.pptx
 
Anestesi Bedah Saraf , PAA 2015.pptx
Anestesi Bedah Saraf , PAA 2015.pptxAnestesi Bedah Saraf , PAA 2015.pptx
Anestesi Bedah Saraf , PAA 2015.pptx
 
Laporan pendahulua1
Laporan pendahulua1Laporan pendahulua1
Laporan pendahulua1
 
2. askep kmb. hipertensi. (charles pangandaheng)
2. askep kmb. hipertensi. (charles pangandaheng)2. askep kmb. hipertensi. (charles pangandaheng)
2. askep kmb. hipertensi. (charles pangandaheng)
 
penatalaksaanaan kasus status epilepsi baru
penatalaksaanaan kasus status epilepsi barupenatalaksaanaan kasus status epilepsi baru
penatalaksaanaan kasus status epilepsi baru
 
Manajemen Anestesi
Manajemen AnestesiManajemen Anestesi
Manajemen Anestesi
 
Klp 2 sistem neurologi
Klp 2 sistem neurologiKlp 2 sistem neurologi
Klp 2 sistem neurologi
 
Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...
Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...
Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...
 
Modul farmakologi 2 kb 3.-
Modul farmakologi 2 kb 3.-Modul farmakologi 2 kb 3.-
Modul farmakologi 2 kb 3.-
 
Cedera kepala
Cedera kepalaCedera kepala
Cedera kepala
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Ventilasi Mekanis RSUD Asy Syifa' Sumbawa.pptx
Ventilasi Mekanis RSUD Asy Syifa' Sumbawa.pptxVentilasi Mekanis RSUD Asy Syifa' Sumbawa.pptx
Ventilasi Mekanis RSUD Asy Syifa' Sumbawa.pptx
 
Hipertensi
HipertensiHipertensi
Hipertensi
 
Lapsus anes
Lapsus anesLapsus anes
Lapsus anes
 
jurnal lidokain pada kraniotomi dengan pembedahan RCT.pptx
jurnal lidokain pada kraniotomi dengan pembedahan RCT.pptxjurnal lidokain pada kraniotomi dengan pembedahan RCT.pptx
jurnal lidokain pada kraniotomi dengan pembedahan RCT.pptx
 

More from Nur Hajriya

Perawatan pasca resusitasi
Perawatan pasca resusitasiPerawatan pasca resusitasi
Perawatan pasca resusitasiNur Hajriya
 
Surviving sepsis campaign international for pediatric
Surviving sepsis campaign international for pediatricSurviving sepsis campaign international for pediatric
Surviving sepsis campaign international for pediatricNur Hajriya
 
Monitoring hemodinamik invasif
Monitoring hemodinamik invasifMonitoring hemodinamik invasif
Monitoring hemodinamik invasifNur Hajriya
 
Jurnal Reading Perawatan intensive pasien dewasa pasca bedah jantung
Jurnal Reading Perawatan intensive pasien dewasa pasca bedah jantungJurnal Reading Perawatan intensive pasien dewasa pasca bedah jantung
Jurnal Reading Perawatan intensive pasien dewasa pasca bedah jantungNur Hajriya
 
Critical Appraisal Deresuscitation of patients with iatrogenic fluid overload is
Critical Appraisal Deresuscitation of patients with iatrogenic fluid overload isCritical Appraisal Deresuscitation of patients with iatrogenic fluid overload is
Critical Appraisal Deresuscitation of patients with iatrogenic fluid overload isNur Hajriya
 
Sistem skoring prognosis icu berdasarkan severity of illness
Sistem skoring prognosis icu berdasarkan severity of illnessSistem skoring prognosis icu berdasarkan severity of illness
Sistem skoring prognosis icu berdasarkan severity of illnessNur Hajriya
 
Tingkat kesadaran u prwt icu
Tingkat kesadaran u prwt icuTingkat kesadaran u prwt icu
Tingkat kesadaran u prwt icuNur Hajriya
 
Muscle relaxants in anesthesia
Muscle relaxants in anesthesiaMuscle relaxants in anesthesia
Muscle relaxants in anesthesiaNur Hajriya
 

More from Nur Hajriya (9)

Perawatan pasca resusitasi
Perawatan pasca resusitasiPerawatan pasca resusitasi
Perawatan pasca resusitasi
 
Surviving sepsis campaign international for pediatric
Surviving sepsis campaign international for pediatricSurviving sepsis campaign international for pediatric
Surviving sepsis campaign international for pediatric
 
Monitoring hemodinamik invasif
Monitoring hemodinamik invasifMonitoring hemodinamik invasif
Monitoring hemodinamik invasif
 
Jurnal Reading Perawatan intensive pasien dewasa pasca bedah jantung
Jurnal Reading Perawatan intensive pasien dewasa pasca bedah jantungJurnal Reading Perawatan intensive pasien dewasa pasca bedah jantung
Jurnal Reading Perawatan intensive pasien dewasa pasca bedah jantung
 
Critical Appraisal Deresuscitation of patients with iatrogenic fluid overload is
Critical Appraisal Deresuscitation of patients with iatrogenic fluid overload isCritical Appraisal Deresuscitation of patients with iatrogenic fluid overload is
Critical Appraisal Deresuscitation of patients with iatrogenic fluid overload is
 
Sistem skoring prognosis icu berdasarkan severity of illness
Sistem skoring prognosis icu berdasarkan severity of illnessSistem skoring prognosis icu berdasarkan severity of illness
Sistem skoring prognosis icu berdasarkan severity of illness
 
Tingkat kesadaran u prwt icu
Tingkat kesadaran u prwt icuTingkat kesadaran u prwt icu
Tingkat kesadaran u prwt icu
 
Sepsis 2016
Sepsis 2016Sepsis 2016
Sepsis 2016
 
Muscle relaxants in anesthesia
Muscle relaxants in anesthesiaMuscle relaxants in anesthesia
Muscle relaxants in anesthesia
 

Recently uploaded

sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...NenkRiniRosmHz
 
KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR KEPERAWATAN D3
KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR KEPERAWATAN D3KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR KEPERAWATAN D3
KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR KEPERAWATAN D3NadhifahRahmawati
 
PPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptx
PPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptxPPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptx
PPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptxwijayanti1974
 
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptxpemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptxFerawatiPhea1
 
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptxTren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptxcheatingw995
 
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptxPengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptxcholiftiara1
 
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptxPPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptxDwiDamayantiJonathan1
 
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptxProsedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptxSimon Samsudin
 
Tata laksana batuk disesuaikan dengan penyakit dasar.pptx
Tata laksana batuk disesuaikan dengan penyakit dasar.pptxTata laksana batuk disesuaikan dengan penyakit dasar.pptx
Tata laksana batuk disesuaikan dengan penyakit dasar.pptxseptimanzebua
 
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOST
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOSTHEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOST
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOSTRiskaViandini1
 
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptxPresentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptxPeniMSaptoargo2
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiAikawaMita
 
Movi Tri Wulandari - Portofolio Perawat
Movi Tri Wulandari -  Portofolio PerawatMovi Tri Wulandari -  Portofolio Perawat
Movi Tri Wulandari - Portofolio PerawatMovieWulandari
 
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptxPPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptxhellokarin81
 
epidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.ppt
epidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.pptepidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.ppt
epidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.pptAnisyahHariadi
 
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakat
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakatEPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakat
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakatssuser7c01e3
 
distribusi obat farmasi manfar rumah sakit
distribusi obat farmasi manfar rumah sakitdistribusi obat farmasi manfar rumah sakit
distribusi obat farmasi manfar rumah sakitPutriKemala3
 
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacyChapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacyIkanurzijah2
 

Recently uploaded (20)

sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
 
KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR KEPERAWATAN D3
KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR KEPERAWATAN D3KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR KEPERAWATAN D3
KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR KEPERAWATAN D3
 
PPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptx
PPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptxPPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptx
PPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptx
 
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptxpemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
 
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptxTren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
 
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptxPengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
 
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptxPPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
 
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptxProsedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
 
Tata laksana batuk disesuaikan dengan penyakit dasar.pptx
Tata laksana batuk disesuaikan dengan penyakit dasar.pptxTata laksana batuk disesuaikan dengan penyakit dasar.pptx
Tata laksana batuk disesuaikan dengan penyakit dasar.pptx
 
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOST
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOSTHEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOST
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOST
 
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptxPresentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
 
Jual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
Jual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur KandunganJual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
Jual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
 
Movi Tri Wulandari - Portofolio Perawat
Movi Tri Wulandari -  Portofolio PerawatMovi Tri Wulandari -  Portofolio Perawat
Movi Tri Wulandari - Portofolio Perawat
 
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptxPPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
 
epidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.ppt
epidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.pptepidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.ppt
epidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.ppt
 
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakat
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakatEPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakat
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakat
 
distribusi obat farmasi manfar rumah sakit
distribusi obat farmasi manfar rumah sakitdistribusi obat farmasi manfar rumah sakit
distribusi obat farmasi manfar rumah sakit
 
Nama : obat penggugur kandungan wa " 087776558899
Nama : obat penggugur kandungan wa " 087776558899Nama : obat penggugur kandungan wa " 087776558899
Nama : obat penggugur kandungan wa " 087776558899
 
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacyChapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
 

Prolong apneu

  • 1. PROLONGED APNEU AND DELAYED EMERGENCE NUR HAJRIYA BRAHMI Pembimbing : dr Aria Dian P, SpAn, KIC
  • 2. Pendahuluan • Pada akhir anestesi dan pembedahan pasien harus terjaga atau mudah dibangunkan, melindungi jalan napas, mempertahankan ventilasi yang memadai dan dengan mengontrol atau meminimalkan rasa sakit pasien. • Waktu untuk terbangun dari anestesi sangat bervariasi dan tergantung pada banyak faktor yang berhubungan dengan pasien, jenis anestesi yang diberikan dan panjang operasi. Sarangi S. Delayed Awakening From Anaesthesia. The Internet Journal of Anaesthesiology.2009; 19(1).
  • 3. Definisi • Tidak ada definisi tunggal tentang terlambat bangun atau tertunda munculnya kesadaran setelah anestesi umum. • Dengan menggunakan obat-obatan dan agen inhalasi dengan masa kerja sangat cepat seperti propofol dan desflurane, pasien umumnya terbangun dalam beberapa menit. Bahkan setelah operasi lama, respon terhadap rangsangan harus terjadi dalam 60-90 menit.2 Sarangi S. Delayed Awakening From Anaesthesia. The Internet Journal of Anaesthesiology.2009; 19(1).
  • 4. Skala Pengukuran • Tabel 1. Glasgow Coma Scale Pada awalnya dikembangkan sebagai alat untuk menilai prognosis setelah trauma kepala, juga telah digunakan untuk tren tingkat kesadaran
  • 5. • 6 domain; fisiologis, nosiseptif, emosi, kegiatan hidup sehari- hari, kognitif dan perspektif pasien. • Pemulihan fisiologis memerlukan waktu 40 menit pada 40% pasien. Hanya 11% dari pasien memerlukan satu hari di semua domain untuk pemulihan lengkap . Tabel 2. Skala Pemulihan Pasca Operasi (Post Operative Recovery Scale/PQRS Radhakrishnan J, Jesudasan S, Jacob R. Delayed awakening or emergence from anaesthesia. Update in anaesthesia
  • 6. Tabel 3. Skor Aldrette
  • 7. Penyebab • Overdosis. – Terlalu banyak obat yang diberikan atau pasien terlalu rentan. – Pasien lemah, kecil atau lansia umumnya memerlukan dosis yang lebih rendah daripada orang yang sehat, orang dewasa normal. – Metabolisme obat tertunda terjadi pada gagal ginjal atau hati, dan dosis yang lebih kecil mungkin diperlukan. – Peningkatan kepekaan terhadap agen tertentu. Misalnya sensitivitas sangat meningkat terhadap obat relaksan otot non-depolarisasi pada pasien myasthenia gravis.
  • 8. • Durasi dan jenis anestesi yang diberikan. – Untuk agen anestesi inhalasi kecepatan timbul secara langsung berhubungan dengan ventilasi alveolar – Ketika durasi anestesi berkepanjangan,mula kerja obat tergantung pada penyerapan jaringan total obat yang berhubungan dengan kelarutan obat, konsentrasi rata-rata yang digunakan dan durasi paparan. – Agen anestesi intravena, pemulihan segera terutama tergantung pada redistribusi dari darah dan otak ke otot dan lemak.
  • 9. • Potensiasi oleh obat lain. – Konsumsi obat sedatif seperti benzodiazepin atau alkohol sebelum premedikasi akan mempotensiasi efek depresan sistem saraf pusat obat bius dan analgesik, dan dapat menunda mula kerja obat anestesi. • Blokade neuromuskular berkepanjangan. – Sisa hasil blokade neuromuskuler berupa kelumpuhan mungkin dianggap sebagai tidak respon meskipun pasien mungkin sepenuhnya sadar dan menyadari. Ini dapat terjadi sekunder karena overdosis atau tidak lengkapnya pembalikan (reverse) obat relaksan otot non-depolarisasi
  • 10. • Gagal ginjal – terdapat pengurangan eliminasi obat • Gagal Nafas. – Pasien yang tidak bernapas secara efektif selama atau setelah anestesi dapat menjadi hyperkarbia (mengangkat CO2) ke tingkat yang dapat menghasilkan sedasi atau bahkan tidak sadar. Faktor risiko meliputi penyakit pernafasan yang telah terjadi, terutama pasien dengan retensi CO2 sebelum operasi, opioid dosis tinggi, obstruksi napas dan obat-obatan pembalik (reverse) pelumpuh otot.
  • 11. • Gangguan metabolik. – Hipoglikemia. – Hiperglikemia berat. – Ketidakseimbangan elektrolit. – Hipotermia. – Sindrom antikolinergik sentral mungkin dapat terjadi walau jarang, mengikuti penggunaan obat antikolinergik terutama hiosin, juga antihistamin, antidepresan, fenotiazin dan petidin.
  • 12. • Komplikasi neurologis. – Hipoksia serebral dari setiap penyebab akan mengakibatkan berkurangnya tingkat sadar yang mungkin pertama hadir sebagai lambatnya pulih sadar dari anestesi, terutama jika keadaan hipoksia telah terjadi selama anestesi. – Gangguan intraserebral seperti perdarahan, emboli atau trombosis, sangat jarang terjadi kecuali pada bedah saraf, bedah jantung, serebrovaskular dan operasi karotis.
  • 14. Langkah Penegakkan Diagnosis 1. Riwayat harus ditinjau, terutama dalam hal konsumsi obat, termasuk terapi herbal. 2. Pastikan semua agen inhalasi telah dimatikan. 3. Pencatatan pre- dan durante anestesi harus ditinjau, terutama dalam hal konsentrasi,dosis obat dan lama kerja obat/ terakhir diberikan. 4. Jumlah pemberian cairan harus diperhatian. Kelebihan cairan dapat tertarik ke paru-paru, menyebabkan penurunan pertukaran oksigen dan hiperkarbia dan hipoksia. 5. Tanda-tanda vital harus menunjukkan stabilitas kardiopulmoner . 6. Suhu tubuh harus mendekati normal. 7. Hypo dan hiperventilasi harus dikecualikan oleh pemeriksaan analisa gas darah. 8. Asidosis metabolik harus dikeluarkan sebagai penyebab lambat bangun. 9. Residu obat pelumpuh otot harus dikecualikan dengan monitoring dan meminta pasien mengangkat kepala lebih dari 5 detik. 10. Pemeriksaan neurologis harus mencakup pemeriksaan pupil , gerakan motorik simetris, adanya reflek muntah atau batuk. 11. CT scan, konsultasi neurologis ataupun bedah saraf diindikasikan jika penyebab lain telah disingkirkan.
  • 15. Terapi • Tergantung penyebabnya • Pastikan jalan nafas aman. Perbaiki kesulitan jalan nafas napas, dengan cara jaw thrust, pemasangan guedel atau nasofaring airway, reintubation, pemberian tekanan positif kontinue pada jalan nafas. Berikan oksigen untuk mengobati hipoksi • Pastikan respirasi adekuat. Jika diindikasikan, ventilasi pasien melalui tube endotrakheal • Nilai tingkat kesadaran, denyut jantung, tekanan darah, EKG, perfusi perifer, dan output urin. Resusitasi bila ada indikasi. Pemantauan intensif dari semua parameter hemodinamik, ETCO2, SpO2, CVP, input dan output adalah wajib. • Lakukan penilaian ulang mengenai riwayat penyakit, investigasi dan manajemen perioperatif, termasuk grafik anestesi dan waktu pemberian obat, untuk mencari kemungkinan penyebab terlambat bangun post anestesi.
  • 16. Terapi • Carilah tanda-tanda overdosis opioid berupa pupil pinpoint dan laju pernapasan lambat. • Balikkan efek obat pelumpuh otot non depolarisasi • Mengukur suhu dan persiapkan langkah-langkah yang diperlukan bila suhu hipotermia • Periksa glukosa darah, berikan infus dekstrosa jika GDS < 150 mg/dl • Pastikan tekanan darah normal, sesuai dengan keadaan preop, berikan vasopressor jika diperlukan.
  • 17. • Ukur analisa gas darah, glukosa dan elektrolit pasien, lakukan koreksi bila terdapat kelainan. • Lakukan hitung darah lengkap dan lakukan transfusi jika diindikasikan. • Periksa EKG 12 lead, lakukan konsultasi bila diperlukan • Jika tidak ada penyebab lain dapat ditemukan pada lambat bangun post anestesi, gangguan intra serebral dapat diduga dan pemeriksaan neurologis harus dilakukan, terutama untuk mencari tanda- tanda lokal gangguan neurologis. Diperlukan CT pencitraan radiologi atau MRI untuk mengkonfirmasi diagnosis. Lakukan konsultasi dengan neurologi atau bedah saraf sesuai dengan indikasi.
  • 18. DAFTAR PUSTAKA 1. Reason JT, Carthey J, and de Leval, MR. Diagnosing “Vulnerable System Syndrome”: An Essential Prerequisite to Effective Risk Management. Qual Health Care. 2001;10:ii21-ii25. 2. Sarangi S. Delayed Awakening From Anaesthesia. The Internet Journal of Aaesthesiology.2009; 19(1). 3. Razavi M, Bameshki AR, TaghaviGilani M. Delayed Awakening from Anaesthesia Following Electrolyte and Acid Base Disorders, Two Cases. Patient Saf Qual Improv.2014; 2(1):65-68. 4. Rhona C F, Sinclair B, Faliero R J. Delayed recovery of consciousness after anaesthesia. Continuing Education in Anaesthesia, Critical Care & pain. 2006; 6(3):114-118. 5. Deuri A, Goswami D, Samplay M, Das J. Nonawakening following general anaesthesia after ventriculo-peritoneal shunt surgery: An acute presentation of intracerebral haemorrhage. Indian J Anaesth 2010 Nov-Dec;54(6):569- 571. 6. Radhakrishnan J, Jesudasan S, Jacob R. Delayed awakening or emergence from anaesthesia. Update in anaesthesia 2001; 13:4-6. 7. Context Sensitive Elimination Times. Chris Thompson, Royal Prince Alfred Hospital, Sydney, Australia, 2000. 8. Miller RD, Roderick LL. Diuretic-induced hypokalaemia, pancuronium neuromuscular blockade and its antagonism by neostigmine. Br J Anaesth1978; 50(6):786-792. 9. Muscle relaxants and anticholinesterases; Peck TE, Williams M, editors. Pharmacology for Anaesthesia and Intensive Care. Greenwich Medical Media Ltd; 2000. p. 137-157 10. Millers RD. Millers, Anaesthesia.7th Edition, United States of America, Elsevier Churchill, 2010.P 2722-2723. 11. Kalra S, Wadhwa R. Role of amino acid infusion in delayed recovery from neuromuscular blockers. Indian J Anaesth 2010; 54:166-168. 12. Grati L, Toumi S, Gahbiche M. Failure to recover after anaesthesia for surgery of a liver hydatid cyst assigned to hypernatremia. Ann Fr Anaesth Reanim 2009; 28(3):261-262. 13. Moon HS, Lee SK, Chung JH, In CB. Hypocalcemia and hypokalemia due to hyperventilation syndrome in spinal anaesthesia.- A case report. Korean J Anaesthesiol 2011; 61(6):519-523. 14. Daniel I. Sessler. Temperature Monitoring and Perioperative Thermoregulation. Ananesthesiology 2008; 109(z):318-338. 15. Brown DV, Heller F, Barkin R. Anticholinergic syndrome after anaesthesia: a case report and review. Am J Ther 2004; 11:144-153.