SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
Kajian Asap Cair sebagai pengawet pada 
buah panenan 
PENDAHULUAN 
Latar Belakang 
Salah satu ciri dari komoditi hortikultura panenan adalah produk tersebut sebagian besar 
dikonsumsi dalam keadaan masih segar. Hal ini berbanding terbalik dengan sifat komoditi 
panenan tersebut yaitu mudah rusak (Perishable). 
Kerusakan pada komoditi hortikultura panenan baik itu buah-buahan maupun sayuran dapat 
disebabkan oleh berkurangnya cadangan makanan (karbohidrat) pada organ panenan tersebut 
karena digunakan untuk melakukan proses respirasi atau metabolisme lainnya yang menandakan 
bahwa organ panenan tersebut masih hidup. 
Kehilangan dalam jumlah dan mutu terjadi cukup besar pada produk panenan hortikultura dari 
saat panen hingga pada saat konsumsi. Kisaran kehilangan pasca panen buah segar dan sayuran 
diperkirakan mencapai 5-25% pada negara-negara maju dan 20-50% pada negara-negara sedang 
berkembang (Santoso, 2005). Sehingga diperlukan upaya pengelolaan pasca panen untuk 
mempertahankan kesegaran dan memperpanjang masa simpan produk panenan tersebut. Namun 
sangat disayangkan saat ini banyak hasil buah-buahan terbuang begitu saja karena kurang hati-hati 
dalam penanganan pasca panen. Akibatnya terjadi kerusakan mekanis, fisiologis, dan 
mikrobiologis. 
Upaya yang telah dilakukan untuk mempertahankan kesegaran dan memperpanjang masa simpan 
mutu buah adalah dengan memberikan perlakuan pelapisan buah. Biasanya digunakan fungisida 
untuk menunda timbulnya penyakit. Penggunaan fungisida yang berlebihan mengakibatkan 
peningkatan biaya produksi, resiko kesehatan petani dan konsumen, serta dapat merusak 
lingkungan. 
Kesadaran masyarakat akan pentingnya bahan pangan yang aman terhadap kesehatan dan 
kelestarian lingkungan mendorong berkembangnya penelitian untuk menemukan alternatif cara 
memperpanjang umur simpan serta menurunkan kehilangan hasil pasca panen. Upaya yang 
dilakukan antara lain dengan menggunakan fungisida mudah terurai (biodegradable fungicide), 
perlakuan panas, penyimpanan suhu rendah, pengemasan dan pemberian bahan pelapis serta 
penggunaan asap cair digunakan untuk memperpanjang masa simpan dan mempertahankan mutu 
buah.
Menurut wastono (2006) asap cair (liquid smoke) dari distilat tempurung kelapa dapat digunakan 
sebagai pengawet karena adanya senyawa asam, fenolat dan karbonil yang memiliki kemampuan 
mengawetkan makanan. Asap cair dapat juga digunakan sebagai fungisida untuk 
penanggulangan serangan patogen penyebab penyakit pasca panen hortikultura yang berperan 
sebagai desinfektan untuk mencegah serangan penyakit pasca panen pada buah-buahan. 
Asap cair mengandung lebih dari 400 komponen dan memiliki fungsi sebagai penghambat 
perkembangan bakteri dan cukup aman sebagai pengawet alami. Selain itu juga memanfaatkan 
limbah asap pada industri pembuatan arang tempurung kelapa menjadi asap cair akan menaikkan 
nilai tambah bagi industry tersebut, nilai tambah bagi petani bahkan dapat mengatasi masalah 
pencemaran lingkungan. 
Bertitik tolak dari pemikiran tersebut perlu dilakukan kajian pustaka tentang Pemanfaatan Asap 
Cair Tempurung Kelapa sebagai bahan pengawet buah panenan. 
Tujuan dan Kegunaan 
Tujuan 
Kajian ini bertujuan untuk mengkaji atau mempelajari pemanfaatan asap cair tempurung 
kelapa untuk memperpanjang masa simpan hasil panenan buah-buahan. 
Kegunaan 
Kajian ini diharapkan dapat berguna sebagai informasi kepada para pembaca tentang 
pemanfaatan asap cair tempurung kelapa dalam upaya memperpanjang masa simpan beberapa 
hasil panenan buah-buahan serta sebagai bahan pertimbangan bagi para petani dalam memilih 
bahan pengawet yang aman untuk kesehatan. 
METODOLOGI
Jenis Penulisan 
Tulisan ini disusun dan dimuat dalam bentuk analisa deskriptif berdasarkan hasil pengumpulan 
data sekunder yang diperoleh dari berbagai hasil hasil penulusuran kajian pustaka sebelumnya. 
Objek Kajian 
Data atau informasi yang ditelusuri terkait dengan hasil panenan hortikultura dan asap cair dari 
berbagai sumber tersebut berupa : 
1. Penelusuran kajian yang terkait dengan Perubahan Fisiologi Komoditas Hortikultura Panenan 
2. Penelusuran kajian yang terkait dengan asap cair yaitu kandungan Asap Cair, aplikasi asap cair, 
pemanfaata n asap cair pada pasca panen dan standar mutu asap cair 
Metode Pengumpulan Data 
Dalam mengumpulkan data tulisan yang dikaji digunakan metode pengumpulan data sekunder 
melalui penelusuran dari berbagai sumber informasi berupa Penelusuran melalui buku Literatur, 
journal hasil penelitian, internet, hasil kuliah, konsultasi dengan pelaku usaha dan Konsultasi 
dengan Dinas instansi terkait. 
Hasil penelusuran tersebut diverifikasi dan dirangkum dalam sebuah tulisan yang diberi judul 
“Pemanfaatan Asap Cair Tempurung Kelapa sebagai bahan pengawet buah panenan 
HASIL dan PEMBAHASAN 
Perubahan Fisiologi Komodoti Hortikultura Panenan 
Menurut Santoso (2005) beberapa perubahan yang terjadi pada pematangan buah adalah 
sebagai berikut : 
a. Warna 
Pada buah klimaterik kehilangan warna hijau sangat cepat setelah memasuki 
titik awal pemasakan. Perubahan warna pada buah terjadi karena klorofil tidak 
nampak dan terjadi sedikit pembentukan karoten. 
b. Karbohidrat 
Perubahan kuantitatif karbohidrat berkaitan dengan proses pemasakan, 
perubahan terjadi akibat pemecahan polimer karbohidrat, khususnya perubahan 
pati menjadi glukose (gula). Perubahan ini tentunya mempengaruhi rasa dan
tekstur buah. Peningkatan kadar gula cenderung menyebabkan rasa manis pada 
buah. Oleh karena itu buah akan lebih dapat diterima oleh konsumen bilamana 
perubahan ini telah terjadi pada saat buah tersebut dikonsumsi. 
c. Gula Sederhana 
Meskipun dalam sayuran dan buah-buahan terkandung banyak sekali jenis 
gula, tetapi peruhahannya terutama hanya menyangkut tiga macam gula, yaitu 
sukrosa, glukosa dan fruktosa. 
d. Asam organik 
Umumnya kandungan asam organik menurun selama pemasakan. Hal ini 
disebabkan karena asam organik direspirasikan atau diubah menjadi gula. 
Perkecualian bagi pisang dan nanas. Pada kedua buah tersebut kandungan asam 
yang tinggi diperoleh pada stadia masak penuh, namun kandungan asam pada 
kedua jenis buah ini tidak tinggi saat stadia perkembangan. Fenomena ini bertolak 
belakang dengan fenomena yang terjadi pada jenis buah lainnya. 
e. Aroma 
Aroma memainkan peranan penting dalam perkembangan kualitas pada 
bagian buah yang dapat dikonsumsi (edible portion). Aroma terjadi karena adanya 
sintesis banyak senyawa organik yang bersifat mudah menguap (volatile) selama 
fase pemasakan. 
f. Lemak
TeIah diketahui bahwa meskipun dalam sayuran dan buah-buahan kadar 
Iemaknya rendah, namun peranannya besar dalam hal tesktur, serta pembentukan 
flavor dan pigmen buah. 
g. Kadar Air 
Air merupakan komponen yang sangat penting dalam bahan makanan, semua 
bahan makanan mengandung air dalam jumlah yang berbeda-beda. Kandungan air 
dalam makanan ikut menentukan kesegaran dan daya tahan bahan (Winarno, 
1995). 
h. Tekstur 
Selama penyimpanan dan pemasakan, komoditas yang segar akan menurun 
kesegarannya disebabkan oleh perubahan yang terjadi pada dinding sel dan lamella 
tengah buah. 
Komponen-komponen diatas sering dijadikan indicator dalam mengukur 
sejauh mana pengaruh bahan pengawet pada produk pasca panen buah sehingga 
penulis merasa perlu untuk mengajak para pembaca menelaah hal tersebut diatas. 
Panen dan Penangan Pasca Panen Buah-Buahan 
a. Panen 
Pemanenan dilakukan terhadap buah-buah yang telah menunjukkan kriteria yang ditetapkan. 
Penetapan ini sangat terkait dengan tujuan dan jarak pemasaran. Namun demikian, pemanenan 
dilakukan pada kondisi matang optimal (Santoso, 2005). 
b. Penanganan Pasca Panen 
Langkah yang harus dilakukan dalam penanganan buah setelah dipanen meliputi pemilihan 
(sorting), pemisahan berdasarkan ukuran (sizing), pemilihan berdasarkan mutu (grading), dan 
pengepakan (packing). Namun demikian, untuk beberapa komoditi atau jenis buah tertentu 
memerlukan tambahan penanganan seperti degreening, pencucian, penggunaan bahan kimia, 
pelapisan (coating), dan pendinginan awal (pre-cooling) (Santoso, 2005)..
Penyakit Pascapanen Produk Buah-Buahan 
Kehilangan hasil akibat busuk merupakan dasar dikembangkannya teknik-teknik 
penanganan hasil bagi produk panenan hortikultura. Pengetahuan tentang organisme penyebab 
penyakit dan komoditi inang serta teknik-teknik penanganan merupakan tiga hal yang saling 
terkait bagi suksesnya upaya mempertahankan produk panenan tetap segar hingga sampai pada 
konsumen. Praktek-praktek penanganan yang diterapkan atau dilakukan mungkin saja 
berpengaruh terhadap kepekaan produk panenan terhadap penyebab penyakit. Hal ini karena 
tingkat kematangan, pemasakan dan senescen (penuaan). Selain itu, bekas-bekas pemotongan, 
luka memar ataupun lecet membuat kesempatan organisme penyebab penyakit akan lebih mudah 
menginfeksi komoditi panenan tersebut. Kondisi tekanan (stress) akibat suhu tinggi atau rendah 
memungkinkan menyebabkan perubahan dalam aspek fisiologis yang tentunya akan 
memudahkan bagi berkembangnya organisme penyebab penyakit dan semakin pekanya komoditi 
tersebut terhadap suatu jenis penyebab penyakit. Faktor-faktor utama bagi perkembangan 
penyakit pasca panen komoditi hortikultura adalah inang (tanaman), penyebab penyakit 
(microorganisme) dan lingkungan. Faktor lingkungan terdiri atas suhu, kelembaban relatif dan 
komposisi atmosfir ruang simpan. Jadi terdapat tiga faktor utama yang sering juga dikenal 
sebagai segi tiga penyakit (pathogen/microorganisme – inang - lingkungan). (Santoso, 2005)
Selanjutnya Santoso (2005) mengemukakan bahwa jenis penyakit pasca panen 
parasiter merupakan penyakit-penyakit produk panenan yang disebabkan oleh 
patogen seperti jamur, bakteri dan virus. Penyakit parasit pasca panen dapat 
merupakan penyakit yang memang terjadi atau proses infeksi patogen terjadi pada 
saat komoditi telah dipanen. Namun dapat juga telah terjadi infeksi pada saat di 
lapang (sebelum dipanen), hanya saja patogen pada saat itu dalam keadaan 
dorman, dan setelah panenan serta kondisi mendukung bagi berkembangnya atau 
aktifnya patogen tersebut, barulah terjadi perkembangan penyakit yang ditandai 
terlebih dahulu dengan adanya tanda-tanda penyakit (sympton). 
Asap Cair 
Asap cair adalah kondensat komponen asap yang dapat digunakan untuk menciptakan flavor 
asap pada produk (Whittle dan howgate, 2002). Asap cair sudah dibuat pada akhir tahun 1800- 
an, tetapi baru sepuluh sampai lima belas tahun belakangan digunakan secara komersial pada 
industry pengasapan ikan (Moody dan Flick, 1990). Asap cair pertama kali diproduksi pada 
tahun 1980 oleh sebuah pabrik farmasi di Kansas City, dikembangkan dengan metode distilasi 
kayu asap (Pszczola, 1995). 
Asap cair diproduksi dengan cara pembakaran tidak sempurna yang melibatkan reaksi 
dekomposisi konstituen polimer menjadi senyawa organic dengan berat molekul rendah karena 
pengaruh panas yang meliputi reaksi oksidasi, polimerisasi, dan kondensasi (Girrard, 1992). 
Media pendingin yang digunakan pada kondensor adalah air yang dialirkan melalui 
pipa inletyang keluar dari hasil pembakaran tidak sempurna kemudian dialirkan melewati 
kondensor dan dikondensasikan menjadi distilat asap (Hanendoyo, 2005). 
Destilasi dan Penyaringan Asap Cair 
Asap cair yang diperoleh dari tahap pirolisis atau grade 3 masih mengandung kadar tar dan 
benzonpiren tinggi sehingga belum aman diaplikasikan untuk pengasapan dan pengawet 
makanan. Asap cair grade 3 tersebut memerlukan proses lebih lanjut untuk meningkatkan mutu 
asap cair menjadi grade 2 dan 1 agar aman diaplikasikan untuk makanan dengan tahap 
permunian destilasi, kemudian penyaringan dengan karbon aktif dan zeolit.
Destilasi merupakan proses pemisahan komponen dalam campuran berdasarkan perbedaan titik 
didihnya, atau pemisahan campuran berbentuk cairan atas komponennya dengan proses 
penguapan dan pengembunan sehingga diperoleh destilat dengan komponen-komponen yang 
hampir murni. Destilasi adalah suatu proses pemisahan suatu komponen dari suatu campuran 
dengan menggunakan dasar bahwa beberapa komponen dapat menguap lebih cepat daripada 
komponen yang lainnya. Ketika uap diproduksi dari campuran, uap tersebut lebih banyak berisi 
komponen-komponen yang bersifat lebih volatil, sehingga proses pemisahan komponen-komponen 
dari campuran dapat terjadi (Earle dalam Astuti, 2000). 
Dalam pembuatan asap cair, distilasi bertujuan untuk memisahkan tar yang bersifat karsinogenik. 
Suhu yang dibutuhkan pada destilasi tidak setinggi pada pirolisis. Suhu sekitar 150oC – 200oC 
sudah cukup untuk menghasilkan asap cair yang bagus. Destilasi sederhana dilakukan secara 
bertahap, sejumlah campuran dimasukkan ke dalam sebuah reaktor destilasi, dipanaskan 
bertahap dan dipertahankan selalu berada dalam tahap pendidihan kemudian uap yang terbentuk 
dikondensasikan dan ditampung dalam derigen plastik. Produk destilat yang pertama kali 
tertampung mempunyai kadar komponen yang lebih ringan dibandingkan destilat yang lain. 
Komponen-komponen dominan yang mendukung sifat-sifat fungsional dari asap cair adalah 
senyawa fenolat, karbonil dan asam. 
Asap cair yang diperoleh dari tahap destilasi pertama atau grade 2 dapat digunakan untuk 
pengawet ikan pengganti formalin, namun untuk diaplikasikan sebagai alternatif pengganti 
pengawet makanan dengan taste asap yang rendah atau langsung digunakan sebagai pelarut 
adonan diperlukan tahap lebih lanjut penyaringan dengan zeolit dan karbon aktif. 
Zeolit merupakan senyawa aluminosilikat terhidrasi yang memiliki kerangka struktur tiga 
dimensi (3D), mikroporous, dan merupakan padatan kristalin dengan kandungan utama silikon, 
aluminium, dan oksigen serta mengikat sejumlah tertentu molekul air didalam porinya (Bambang 
Setiaji, 2000). 
Karbon aktif adalah karbon yang diproses sedemikian rupa sehingga pori – porinya terbuka, 
dan dengan demikian akan mempunyai daya serap yang tinggi. Karbon aktif merupakan karbon 
yang akan membentuk amorf, yang sebagian besar terdiri dari karbon yang bebas serta memiliki 
permukaan dalam ( internal surface ), sehingga mempunyai daya serap yang baik. Keaktifan 
menyerap dari karbon aktif ini tergantung dari jumlah senyawa karbonnya yang berkisar antara 
85 % sampai 95 % karbon bebas, karbon aktif dapat digunakan sebagai bahan pemucat, penyerap 
gas, penyerap logam, menghilangkan polutan micro misalnya zat organik, detergen, bau, 
senyawa phenol dan lain sebagainya (DeMarco, 1998)
Tahapan-tahapan penyaringan sebagai berikut: 
 Proses Pemurnian asap cair 
Pemurnian asap cair bertujuan untuk meminimalisir jumlah tar pada asap cair. Proses tersebut 
dapat dilakukan dengan proses distilasi seperti yang telah dijelaskan diatas. Namun asap cair 
yang baru keluar dari distilasi masih belum langsung dapat digunakan sebagai pengawet 
makanan. Karena masih ada proses yang harus dilalui. 
 Filtrasi dengan Zeolit Aktif 
Tujuan penyaringan distilat menggunakan zeolit adalah untuk memperoleh asap cair yang benar-benar 
bebas dari zat berbahaya seperti benzopyrene. Caranya dengan mengalirkan asap cair 
distilat kedalam kolom zeolit aktif sehingga diperoleh filtrat asap cair yang benar-benar aman 
dari zat berbahaya seperti benzopyrene. 
 Filtrasi dengan Karbon aktif 
Filtrasi dengan Karbon aktif bertujuan untuk mendapatkan filtrat asap cair dengan bau asap yang 
ringan dan tidak menyengat. Caranya dengan mengalirkan filtrat hasil filtrasi zeolit aktif 
kedalam kolom yang berisi karbon aktif sehingga diperoleh asap cair dengan bau yang ringan 
dan tidak menyengat. sehingga, sempurnalah asap cair yang diperoleh sebagai pengawet 
makanan. 
Mekanisme Penyaringan Menggunakan Zeolit Aktif 
Zeolit bersifat adsorben karena memiliki struktur berongga -rongga, sehingga senyawa tar dan 
benzopiren yang terdapat dalam asap cair saat dilewati penyaring zeolit aktif akan terjebak di 
dalam rongga zeolit, disini zeolit mampu menyerap sejumlah besar molekul yang berukuran 
lebih kecil atau sesuai dengan ukuran rongganya. Sedangkan asap cair yang molekulnya jauh 
lebih kecil dapat melewati rongga dari zeolit keluar sebagai filtrat yang bebas senyawa tar dan 
benzopiren, dan zeolit juga dapat melepaskan molekul air dari dalam permukaan rongga 
sehingga menyebabkan medan listrik meluas ke dalam rongga utama yang menyebabkan 
terjadinya interaksi saling mengikat antara zeolit dengan senyawa tar dan benzopiren (Bambang 
Setiaji,2000). 
Mekanisme Penyaringan Karbon Aktif 
Karbon aktif memiliki permukaan karbon yang luas dan struktur berongga karena berbentuk 
granula, sehingga senyawa aromatis yang memilki ukuran molekul yang sama atau lebih kecil 
dari rongga dapat diadsorpsi saat penyaringan, dengan cara menjebak senyawa aromatis didalam 
rongga tersebut. Dan sifat kepolaran yang sama antara karbon aktif dengan senyawa aromatis 
juga menyebabkan terjadinya interaksi saling mengikat, senyawa aromatis yang terjebak akan
menyebabkan kandungannya dalam filtrat asap cair setelah dilewati karbon aktif akan berkurang, 
sehingga diperoleh asap cair dengan aroma asap dan rasa asam yang netral (DeMarco, 1998). 
Kandungan Asap Cair 
Penelitian mengenai komposisi asap dilakukan pertama kali oleh Pettet dan Lana tahun 
1940 (Girrard, 1992), bahwa senyawa kimia yang terdapat dalam asap kayu jumlahnya lebih dari 
1000, 300 senyawa diantaranya dapat diisolasi dan yang sudah dideteksi antara lain: fenol 85 
macam telah diidentifikasikan dalam kondensat dan 20 macam dalam asap, karbonil, keton dan 
aldehid 45 macam dalam kondensat, asam 35 macam, furan 11 macam. Alkohol dan ester 15 
macam, lakton 13 macam, hidrokarbon alifatik 1 macam dalam kondensat dan 20 macam dalam 
produk asap. Komposisi kimia asap cair dapat dilihat pada Tabel 2. 
Tabel 1. Komposisi Kimia Asap Cair 
Komposisi Kimia Kandungan (%) 
Air 11-92 
Fenol 0,2-2,9 
Asam 2,8-4,5 
Karbonil 2,6-4,6 
Ter 1-17 
Sumber: Maga (1988) 
Zaitsev et al. (1969) mengemukakan bahwa asap mengandung beberapa zat antimikroba, antara 
lain: 
a. Asam dan turunannya: format, asetat, butirat, propionat, metal ester. 
b. Alkohol: metal, etil, propil, alkil, dan isobutil alkohol. 
c. Aldehid: formaldehid, asetaldehid, furfural, dan metal furfural. 
d. Hidrokarbon: silene, kumene, dan simene. 
e. Keton: aseton, metal etil keton, metil propil keton, dan etil propil keton. 
f. Fenol 
g. Piridin dan metal piridin. 
Senyawa-senyawa alkohol, aldehid, keton, asam organik termasuk furfural, formaldehid 
merupakan bahan pengawet yang sudah dikenal sedangkan fenol, quinol, quicol dan pirogalol 
merupakan bagian dari 20 jenis senyawa-senyawa antioksidan dan antiseptik (Moeljanto, 1982).
Aplikasi Asap Cair 
Tujuan pengasapan pada awalnya hanya untuk pengawetan bahan makanan, namun dalam 
pengembangannya berubah, yaitu menghasilkan produk dengan aroma tertentu, meningkatkan 
cita rasa, memperbaiki penampilan dan meningkatkan daya simpan produk yang diasap (Girrard, 
1992). 
Mekanisme senyawa fenol dalam membunuh mikroba adalah reaksi antara asam fenoleat 
dengan protein (dalam hal ini mikroba). Pada kondisi enzimatis dengan adanya enzim fenolase 
yang bekerja secara alami pada pH netral, asam fenoleat dioksidasi menjadi kuinon yang dapat 
bereaksi dengan lisin dari protein yang menyebabkan protein tersebut tidak dapat digunakan 
secara biologis (Hurrell, 1984). 
Pengasapan cair lebih mudah diaplikasikan karena konsentrasi asap cair dapat dikontrol agar 
member flavor dan warna yang sama dan seragam. Asap cair telah disetujui banyak negara untuk 
digunakan pada bahan pangan dan sekarang ini banyak digunakan pada produk daging (Eklund, 
1982). Pengasapan cair dilakukan dengan merendam produk pada asap yang sudah dicairkan 
melalui proses pirolisis. Pengasapan dengan cara ini dilakukan dengan menggunakan larutan 
asap, baik asap cair alami ataupun sintetik (Maga, 1988). 
Penggunaan asap cair menurut Pearson dan Tauber (1973), pada pembuatan makanan 
yang diasap adalah dengan cara: 
a. Mencampur secara langsung ke dalam bahan makanan. 
b. Pencelupan 
c. Pemercikan cairan (spraying). 
d. Penyemprotan kabut asap cair ke dalam ruang pengasapan (atomizing). 
e. Asap cair diuapkan dengan cara meletakkan asap cair tersebut di atas permukaan yang panas. 
Saat ini asap cair yang beredar di pasaran adalah asap cair yang telah dipisahkan dari 
komponen tar. Di dalam tar terkandung senyawa Polisiklik Aromatik Hidrokarbon (PAH) yang 
karsinogenik terhadap manusia. Cara pemisahan komponen tar dari asap cair dilakukan dengan 
cara mengekstrak kondensat hasil pirolisis dengan menggunakan pelarut antara lain gugus CO, 
propane, metana, etilen, methanol, air dan campuran dari satu atau lebih komponen tersebut 
(Plaschke, 2002). 
Pengasapan cair dilakukan dengan merendam produk pada asap yang sudah dicairkan melalui 
proses pirolisis. Pengasapan dengan cara ini dilakukan dengan menggunakan larutan asap, baik 
asap cair alami ataupun sintetik (Maga, 1988).
Pemanfaatan Asap Cair pada Pasca Panen 
Kuntjahjawati dan Darmaji (2001) menyatakan bahwa pemakaian asap cair mempunyai 
banyak keuntungan. Yaitu (1) selama pembuatan asap cair, senyawa PAH dapat dipisah, (2) 
konsentrasi pemakaian asap cair dapat diatur dan dikontrol serta kualitas produk akhir menjadi 
lebih seragam, (3) biaya pengasapan menjadi lebih rendah dibandingkan dengan cara 
konvensional, dan (4) pemakaian asap cair lebih mudah yaitu dengan cara direndam atau 
disemprotkan serta (5) mencampurkan langsung ke dalam bahan pangan. 
Menurut Wastono (2006), asap cair (liquid smoke) dapat digunakan sebagai pengawet 
karena adanya senyawa asam, fenolat dan karbonil yang memiliki kemampuan mengawetkan 
bahan makanan seperti daging, ikan, mie, dan bakso. 
Asap cair dapat juga digunakan sebagai fungisida untuk penanggulangan serangan 
patogen penyebab penyakit pasca panen hortikultura yang berperan sebagai disinfektan untuk 
menjamin buah-buahan atau sayuran dari serangan penyakit pasca panen. 
Standar Mutu Asap Cair 
Asap cair yang digunakan untuk pengawet bahan pangan harus bebas dari senyawa-senyawa 
berbahaya seperti hidrokarbon aromatik polisiklik (polycyclic aromatic hydrocarbon) atau PAH. 
Menurut Anonymous (2009), senyawa PAH dapat bersifat karsinogenik. Diantara senyawa-senyawa 
PAH, yang sering digunakan sebagai indikator tingkat keamanan PAH 
adalahbenzopyrene karena paling tinggi sifat karsinogeniknya. Di beberapa negara seperti 
Jerman telah menetapkan bahwa batas maksimum bezopyrene dalam produk adalah 1 ppb 
(Anonymous, 2009). Selain bebas dari senyawa-senyawa berbahaya, asap cair yang digunakan 
sebagai pengawet bahan pangan haruslah memiliki flavor yang dapat diterima konsumen 
(Siroriri, 2010). Menurut Siroriri, Asap cair dibagi menjadi 3 grade yaitu : 
 Asap cair grade 3 
Asap cair grade 3 tidak dapat digunakan untuk pengawet makanan, karena masih banyak 
mengandung tar yang karsinogenik. Asap cair grade 3 tidak digunakan sebagai pengawet bahan 
pangan, tetapi digunakan pada pengolahan karet penghilang bau dan pengawet kayu biar tahan 
terhadap rayap. 
 Asap cair grade 2 
Asap cair digunakan untuk pengawet makanan sebagai pengganti formalin 
dengantaste Asap (daging Asap, Ikan Asap / bandeng Asap) berwarna kecoklatan transparan, 
rasa asam sedang, aroma asap lemah.
 Asap cair grade 1 
Asap cair grade 1 digunakan sebagai pengawet makanan seperti bakso, mie, tahu, bumbu-bumbu 
barbaque, berwarna bening, rasa sedikit asam, aroma netral, merupakan asap cair yang 
paling bagus kualitasnya dan tidak mengandung senyawa yang berbahaya lagi untuk 
diaplikasikan untuk produk makanan. 
Mekanisme Asap Cair dalam Mengawetkan Makanan 
Asap cair mengandung komponen-komponen yang bersifat bakteristatis dan bakterisidal 
yang dapat berperan sebagai bahan pengawet. Hal ini dapat terjadi jika asap mengendap pada 
permukaan atau meresap ke dalam bahan yang diasap (Winarno, 1980). Senyawa yang sangat 
berperan sebagai antimikrobial adalah senyawa fenol dan asam asetat, dan peranannya semakin 
meningkat apabila kedua senyawa tersebut ada besama-sama (Darmadji, 1995). 
Selain fenol, senyawa aldehid, aseton dan keton juga memiliki daya bakteriostatik dan 
bakteriosidal pada produk asap. Girrard (1992) menyatakan bahwa asap dalam bentuk cair 
berpengaruh terhadap keseluruhan jumlah asam dalam kondensat asap, yaitu mencapai 40% 
dengan 35 jenis asam. Kandungan asam yang mudah menguap dalam asap akan menurunkan pH, 
sehingga dapat memperlambat pertumbuhan mikroorganisme (Buckle et al., 1985). Menurut 
Haris dan Karmas (1989), kerja bakteriosidal dari pengasapan adalah faktor nyata dalam 
perlindungan nilai gizi produk yang diasap terhadap kerusakan biologis. 
Fenol selain bersifat bakteriosidal juga sebagai antioksidan. Sifat ini terutama pada senyawa 
fenol dengan titik didih tinggi, seperti 2,6-dimethoksi fenol, 2,6-dimethoksi-4-metil fenol dan 
2,6-dimethoksi-4-ethyl fenol (Pearson dan Tauber, 1973). Senyawa-senyawa fenolat lainnya 
yang terdapat dalam asap dan memperlihatkan aktivitas oksidatif adalah pirokathkol, 
hidrokuinon, guaiakol, eugenol, isoeugenol, vanillin, salisilaldehid, asam 2-hidroksibenzoat, dan 
senyawa-senyawa tersebut hampir semuanya bersifat larut dalam eter (Maga, 1988; Fiddler et 
al., 1970). 
Senyawa fenol dengan titik didih rendah memiliki sifat antioksidan yang agak rendah. 
Aktivitas antioksidan dari komponen asap adalah sifat yang penting dalam melindungi 
penyusutan nilai gizi produk yang diasap sehingga dapat menghambat kerusakan pangan dengan 
cara mendonorkan hidrogen sehingga efektif dalam jumlah sangat kecil untuk menghambat 
autooksidasi lemak, sehingga dapat mengurangi kerusakan pangan karena oksidasi lemak oleh 
oksigen. Dan kandungan asam pada asap cair juga sangat efektif dalam mematikan dan 
menghambat pertumbuhan mikroba pada produk makanan yaitu dengan cara senyawa asam ini 
menembus dinding sel mikroorganisme yang menyebabkan sel mikroorganisme menjadi lisis
kemudian mati, dengan menurunnya jumlah bakteri dalam produk makanan maka kerusakan 
pangan oleh mikroorganisme dapat dihambat sehingga meningkatkan umur simpan produk 
pangan. 
Asap Cair Sebagai Pengawet Produk Buah–Buahan 
Hasil penelitian mengenai pemanfaatan asap cair untuk Memperpanjang masa simpan 
produk buaha-buahan belum banyak dilakukan peneliti. Penelitian asap cair tempurung kelapa 
untuk pengawetan produk buah pepaya telah dilakukan oleh Budiajanto, et.al, 1997, Metode 
penelitian, mengambil sampel industri pengolahan arang tempurung kelapa ”Wulung Prima” di 
Ciampea Bogor untuk dilakukan identifikasi komponen asap cair dan melakukan uji aktifitas 
antibakteri dan kapang pada penyakit antraknosa; serta mengkaji pemanfaatan asap cair sebagai 
disinfektan untuk memperpanjang masa simpan buah pepaya. 
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa modifikasi sistem produksi asap cair 
mampu meningkatkan produksi asap cair dari 1,7 liter/jam menjadi 3,5 liter/jam. Dari hasil 
spektra kromatografi gas, senyawa dominan dari asap cair tempurung kelapa tersebut adalah 
senyawa-senyawa fenolik. Empat senyawa dengan area terbesar adalah senyawa phenol, 
Pyrogallol 1,3-dimethyl ether 15,64%, 2-Methoxy-p-cresol 11,53%, Pyrogallol trimethyl ether 
8,65%, dan p-Ethylguaicol 6,58%. Tidak ditemukan senyawa-senyawa PAH, formaldehyde, 
termasuk Benzopyren pada asap cair yang diuji. Kandungan LD50 pada asap cair lebih besar dari 
15000 mg/kg BB dan dikategorikan sebagai bahan yang tidak toksik. Pada uji aktivitas 
antimikroba dan kapang menunjukkan asap cair dengan konsentrasi 1% sudah dapat 
menghambat pertumbuhan bakteri dan kapang. Perlakuan konsentrasi asap cair dan pelilinan 
pada pepaya memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada susut bobot, penurunan kekerasan, 
total padatan terlarut dan total kapang. Pelilinan memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap 
laju susut bobot, perubanan nilai kekerasan, perubahan nilai total padatan terlarut namun belum 
memberikan pengaruh nyata pada total kapang. Konsentrasi asap cair 1% dikombinasikan 
dengan pelilinan memberikan hasil terbaik dalam mempertahankan mutu buah pepaya. 
Dari hasil penelitian tersebut terlihat bahwa dengan inovasi berupa modifikasi system 
produksi ternyata mampu meningkatkan produksi asap cair 2 kali lipat dibandingkan system 
produksi konvensional, 
Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa dalam asap cair tempurung kelapa 
ditemukan senyawa Fenolik yang menurut para ahli dapat menjadi desinfektan yang berperan 
menekan pertumbuhan mikroorganisme penyebab penyakit pasca panen buah. Selain itu dapat
diketahui bahwa asap cair yang digunakan tidak ditemukan senyawa PAH yang bersifat toksik 
bagi konsumen. 
Hasil penelitian tersebut paling tidak memberikan gambaran bahwa asap cair tempurung 
kelapa berpeluang untuk dijadikan sebagai alternative bahan pengawet alami dalam 
mempertahankan mutu buah panenan, meskipun masih harus dikombinasi dengan pelilinan. 
Penelitian pemanfaatan asap cair masih harus dilanjutkan pada produk buah panenan lainnya 
seperti pisang dan produk buah lainnya. Penelitian sejenis masih harus dilakukan terhadap 
indikator lain seperti aroma dan citarasa. 
KESIMPULAN DAN SARAN 
Kesimpulan 
Bertitik tolak dari tujuan kajian ini dan berdasarkan hasil penelusuran pustaka dapat 
dikemukakan beberpa kesimpulan sebagai berikut : 
1. Asap cair tempurung kelapa dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengawet buah terutama dalam 
menekan perkembangan mikroorganisme penyebab penyakit pasca panen buah sehingga dapat 
memperpanjang masa simpan buah khususnya pepaya. 
2. Senyawa PAH tidak ditemukan pada asap cair yang telah diproses lanjut dengan penyaringan 
karbon aktif dan zeolit aktif (asap cair grade 3). 
Saran – Saran 
Berdasarkan uraian diatas dikemukakan beberapa saran yaitu : 
1. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui peluang pemanfaatan asap cair sebagai pengawet 
produk buah panenan selain pepaya. 
2. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh aplikasi (cara aplikasi dan konsentrasi) 
asap cair terhadap indikator-indikator lain misalnya terhadap citarasa dan aroma pada produk 
buah panenan.
DAFTAR PUSTAKA 
Ashari, Sumeru. 2004. Biologi Reproduksi Tanaman Buah-buahan Komersial. Bayumedia Publishing. 
Malang. 
Asrorudin. 2004. Pemanfaatan Asap Cair pada pasca 
Panen.http://eternalmovement.blogspot.com/2004/08/likopensebagaisenyawa fitonutrien.html/ . 
Diakses Pada tanggal 23 April 2011. 
Buckle, K. A., R. A. Edwards, G. H. Fleet dan M. Wooton. 1985. Ilmu Pangan. Terjemahan H. 
Purnomo dan Adiono. Indonesian University Press. Jakarta. 
Darmadji, P. 1995 Produksi Asap Cair dan Sifat-Sifat Fungsionalnya. Fakultas Teknologi Pangan, 
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta 
Firdaus, Miftahul. 2005. Pengolahan dan Pemasaran Hasil 
Hortikultura.http://miftakhulfirdaus.wordpress.com/2011/03/28/pasca-panen-pengolahan-dan-pemasaran- 
hasil-pisang/. Diakses pada tanggal 24 Maret 2011. 
Hanendoyo, C. 2005. Kinerja Alat Ekstraksi Asap Cair dengan Sistem Kondensasi. Institut Pertanian 
Bogor. Bogor 
Harris, R. S.dan E. Karmas. 1989. Evaluasi Gizi dan Pengolahan Pangan. Terjemahan Achmadi S., 
Bandung Technology Institute Press. Bandung 
Martoredjo, Toekidjo. 1983. Ilmu Penyakit Lepas Panen. Ghalia Indonesia. Yogyakarta. 
Moeljanto. 1982. Pengasapan dan Fermentasi Ikan Buku. PT. Penebar Swadaya IKAPI. Jakarta
Online Ensiklopedi. 2007. www.wikipedia.com 
Pantastico, ER.B. 2006. Fisiologi Pasca panen, penanganan dan Pemanfaatan Buah- Buahan dan 
Sayuran Tropik dan Sub Tropik. Diterjemahkan oleh Karmayani dan G. Tjitrosupomo. Gajah 
Mada Univ. Press. Yogyakarta. 
Santoso, B.B. 2005. Bahan Ajar Pasca Panen Hortikultura. www.fapertaunram.ac.id/ . diakses pada 
tanggal 5 Maret 2011. 
Wastono. 2006. Kajian Sistem Produksi Destilat Asap Tempurung Kelapa dan Aplikasinya sebagai 
Disinfektan untuk Memperpanjang Masa Simpan Buah Pisang. Institut Pertanian Bogor. Bogor 
Winarno, F. G. dan M. A. Wirakartakusumah. 1981. Fisiologi Lepas Panen. Sastra Hudaya. Jakarta

More Related Content

What's hot

Laporan praktikum - pembuatan asam benzoat
Laporan praktikum - pembuatan asam benzoatLaporan praktikum - pembuatan asam benzoat
Laporan praktikum - pembuatan asam benzoatFirda Shabrina
 
Media BGLB - LB _ Telurit Agar
Media BGLB - LB _ Telurit AgarMedia BGLB - LB _ Telurit Agar
Media BGLB - LB _ Telurit Agarシズカ 近松
 
Faktor faktor-yang-mempengaruhi-pertumbuhan-bakteri
Faktor faktor-yang-mempengaruhi-pertumbuhan-bakteriFaktor faktor-yang-mempengaruhi-pertumbuhan-bakteri
Faktor faktor-yang-mempengaruhi-pertumbuhan-bakteriAditya Rendra
 
Rancangan acak kelompok faktorial
Rancangan acak kelompok faktorialRancangan acak kelompok faktorial
Rancangan acak kelompok faktorialArif Hermanto
 
Biokimia khamir awari susanti
Biokimia khamir awari susantiBiokimia khamir awari susanti
Biokimia khamir awari susantiawarisusanti
 
Lahan pasang surut
Lahan pasang surutLahan pasang surut
Lahan pasang surutsobarputra
 
Proses Fermentasi Mikroba - Kimchi Sawi Putih
Proses Fermentasi Mikroba - Kimchi Sawi PutihProses Fermentasi Mikroba - Kimchi Sawi Putih
Proses Fermentasi Mikroba - Kimchi Sawi PutihNuruliswati
 
Teknologi Fermentasi Terasi (Dani Meriyani, Sari Bella, Lisrawati)
Teknologi Fermentasi Terasi (Dani Meriyani, Sari Bella, Lisrawati)Teknologi Fermentasi Terasi (Dani Meriyani, Sari Bella, Lisrawati)
Teknologi Fermentasi Terasi (Dani Meriyani, Sari Bella, Lisrawati)fathriska
 
Analisis parameter mutu
Analisis parameter mutuAnalisis parameter mutu
Analisis parameter mutuHenggar Dianto
 
04. Rancangan Acak Lengkap
04. Rancangan Acak Lengkap04. Rancangan Acak Lengkap
04. Rancangan Acak LengkapIr. Zakaria, M.M
 
Laprak analisis kadar air fix
Laprak analisis kadar air fixLaprak analisis kadar air fix
Laprak analisis kadar air fixbintangdamayanti
 

What's hot (20)

Laporan praktikum - pembuatan asam benzoat
Laporan praktikum - pembuatan asam benzoatLaporan praktikum - pembuatan asam benzoat
Laporan praktikum - pembuatan asam benzoat
 
Media BGLB - LB _ Telurit Agar
Media BGLB - LB _ Telurit AgarMedia BGLB - LB _ Telurit Agar
Media BGLB - LB _ Telurit Agar
 
Pupuk dan pemupukan
Pupuk dan pemupukanPupuk dan pemupukan
Pupuk dan pemupukan
 
Bahan tambahan makanan
Bahan tambahan makananBahan tambahan makanan
Bahan tambahan makanan
 
Faktor faktor-yang-mempengaruhi-pertumbuhan-bakteri
Faktor faktor-yang-mempengaruhi-pertumbuhan-bakteriFaktor faktor-yang-mempengaruhi-pertumbuhan-bakteri
Faktor faktor-yang-mempengaruhi-pertumbuhan-bakteri
 
Rancangan acak kelompok faktorial
Rancangan acak kelompok faktorialRancangan acak kelompok faktorial
Rancangan acak kelompok faktorial
 
Baku mutu air, tanah, udara
Baku mutu air, tanah, udaraBaku mutu air, tanah, udara
Baku mutu air, tanah, udara
 
Biokimia khamir awari susanti
Biokimia khamir awari susantiBiokimia khamir awari susanti
Biokimia khamir awari susanti
 
Mengenal pirit
Mengenal piritMengenal pirit
Mengenal pirit
 
Lahan pasang surut
Lahan pasang surutLahan pasang surut
Lahan pasang surut
 
Proses Fermentasi Mikroba - Kimchi Sawi Putih
Proses Fermentasi Mikroba - Kimchi Sawi PutihProses Fermentasi Mikroba - Kimchi Sawi Putih
Proses Fermentasi Mikroba - Kimchi Sawi Putih
 
Teknologi Fermentasi Terasi (Dani Meriyani, Sari Bella, Lisrawati)
Teknologi Fermentasi Terasi (Dani Meriyani, Sari Bella, Lisrawati)Teknologi Fermentasi Terasi (Dani Meriyani, Sari Bella, Lisrawati)
Teknologi Fermentasi Terasi (Dani Meriyani, Sari Bella, Lisrawati)
 
13. kerusakan bahan pangan
13. kerusakan bahan pangan13. kerusakan bahan pangan
13. kerusakan bahan pangan
 
Analisis parameter mutu
Analisis parameter mutuAnalisis parameter mutu
Analisis parameter mutu
 
Analisis Kadar Air dan Total Padatan
Analisis Kadar Air dan Total PadatanAnalisis Kadar Air dan Total Padatan
Analisis Kadar Air dan Total Padatan
 
04. Rancangan Acak Lengkap
04. Rancangan Acak Lengkap04. Rancangan Acak Lengkap
04. Rancangan Acak Lengkap
 
Laporan 1
Laporan 1Laporan 1
Laporan 1
 
Penentuan do, cod dan bod
Penentuan do, cod dan bodPenentuan do, cod dan bod
Penentuan do, cod dan bod
 
10. kerusakan bahan makanan
10. kerusakan bahan makanan10. kerusakan bahan makanan
10. kerusakan bahan makanan
 
Laprak analisis kadar air fix
Laprak analisis kadar air fixLaprak analisis kadar air fix
Laprak analisis kadar air fix
 

Similar to Asap Cair untuk Buah

PELAPISAN LILIN DAN PENYIMPANAN PADA SUHU RENDAH PRODUK HORTIKULTURA
PELAPISAN LILIN DAN PENYIMPANAN PADA SUHU RENDAH PRODUK HORTIKULTURAPELAPISAN LILIN DAN PENYIMPANAN PADA SUHU RENDAH PRODUK HORTIKULTURA
PELAPISAN LILIN DAN PENYIMPANAN PADA SUHU RENDAH PRODUK HORTIKULTURAAGROTEKNOLOGI
 
Makalah pasca panen rabu
Makalah pasca panen rabuMakalah pasca panen rabu
Makalah pasca panen rabuagronomy
 
Proses penanganan, penyimpanan dan pengolahan buah buahan dan sayuran
Proses penanganan, penyimpanan dan pengolahan buah buahan dan sayuranProses penanganan, penyimpanan dan pengolahan buah buahan dan sayuran
Proses penanganan, penyimpanan dan pengolahan buah buahan dan sayuranPecinta Satuhati
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 1
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 1LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 1
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 1Titin Indrawati
 
Kerusakan Mikrobiologi produk Nabati
Kerusakan Mikrobiologi produk NabatiKerusakan Mikrobiologi produk Nabati
Kerusakan Mikrobiologi produk NabatiSyartiwidya Syariful
 
Penanganan pascapanen buah dan sayuran segar
Penanganan pascapanen buah dan sayuran segarPenanganan pascapanen buah dan sayuran segar
Penanganan pascapanen buah dan sayuran segarIgnazio Hadi Saragih
 
perubahan fisik dan kimia pada pematangan buah
perubahan fisik dan kimia pada pematangan buahperubahan fisik dan kimia pada pematangan buah
perubahan fisik dan kimia pada pematangan buahagronomy
 
Laporan praktikum produksi benih
Laporan praktikum produksi benihLaporan praktikum produksi benih
Laporan praktikum produksi beniharzaka
 
5 mutu buah - fase pertumbuhan buah (sas)
5 mutu buah - fase pertumbuhan buah (sas)5 mutu buah - fase pertumbuhan buah (sas)
5 mutu buah - fase pertumbuhan buah (sas)Fadly Rian Saputra
 
Makalah Panen dan Pascapanen
Makalah Panen dan PascapanenMakalah Panen dan Pascapanen
Makalah Panen dan PascapanenGoogle
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4Titin Indrawati
 
PPT KELOMPOK 2 FARMAGOKNOSI ....pptx
PPT KELOMPOK 2 FARMAGOKNOSI ....pptxPPT KELOMPOK 2 FARMAGOKNOSI ....pptx
PPT KELOMPOK 2 FARMAGOKNOSI ....pptxArmila8
 
PERANAN MIKROBIOLOGI PADA BIOTEKNOLOGI PANGAN(1).docx
PERANAN MIKROBIOLOGI PADA BIOTEKNOLOGI PANGAN(1).docxPERANAN MIKROBIOLOGI PADA BIOTEKNOLOGI PANGAN(1).docx
PERANAN MIKROBIOLOGI PADA BIOTEKNOLOGI PANGAN(1).docxssuser04c576
 
DASAR TEKNOLOGI PANGAN.pptx
DASAR TEKNOLOGI PANGAN.pptxDASAR TEKNOLOGI PANGAN.pptx
DASAR TEKNOLOGI PANGAN.pptxsukmiyatiagustin
 
Pres. prospek ind. pengol. buah
Pres. prospek ind. pengol. buahPres. prospek ind. pengol. buah
Pres. prospek ind. pengol. buahmasterbu
 
Pres. prospek ind. pengol. buah
Pres. prospek ind. pengol. buahPres. prospek ind. pengol. buah
Pres. prospek ind. pengol. buahmasterbu
 

Similar to Asap Cair untuk Buah (20)

PELAPISAN LILIN DAN PENYIMPANAN PADA SUHU RENDAH PRODUK HORTIKULTURA
PELAPISAN LILIN DAN PENYIMPANAN PADA SUHU RENDAH PRODUK HORTIKULTURAPELAPISAN LILIN DAN PENYIMPANAN PADA SUHU RENDAH PRODUK HORTIKULTURA
PELAPISAN LILIN DAN PENYIMPANAN PADA SUHU RENDAH PRODUK HORTIKULTURA
 
pengetahuan bahan hasil pertanian
pengetahuan bahan hasil pertanianpengetahuan bahan hasil pertanian
pengetahuan bahan hasil pertanian
 
Makalah pasca panen rabu
Makalah pasca panen rabuMakalah pasca panen rabu
Makalah pasca panen rabu
 
Proses penanganan, penyimpanan dan pengolahan buah buahan dan sayuran
Proses penanganan, penyimpanan dan pengolahan buah buahan dan sayuranProses penanganan, penyimpanan dan pengolahan buah buahan dan sayuran
Proses penanganan, penyimpanan dan pengolahan buah buahan dan sayuran
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 1
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 1LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 1
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 1
 
Kerusakan Mikrobiologi produk Nabati
Kerusakan Mikrobiologi produk NabatiKerusakan Mikrobiologi produk Nabati
Kerusakan Mikrobiologi produk Nabati
 
04buah
04buah04buah
04buah
 
Penanganan pascapanen buah dan sayuran segar
Penanganan pascapanen buah dan sayuran segarPenanganan pascapanen buah dan sayuran segar
Penanganan pascapanen buah dan sayuran segar
 
perubahan fisik dan kimia pada pematangan buah
perubahan fisik dan kimia pada pematangan buahperubahan fisik dan kimia pada pematangan buah
perubahan fisik dan kimia pada pematangan buah
 
Laporan praktikum produksi benih
Laporan praktikum produksi benihLaporan praktikum produksi benih
Laporan praktikum produksi benih
 
5 mutu buah - fase pertumbuhan buah (sas)
5 mutu buah - fase pertumbuhan buah (sas)5 mutu buah - fase pertumbuhan buah (sas)
5 mutu buah - fase pertumbuhan buah (sas)
 
Makalah Panen dan Pascapanen
Makalah Panen dan PascapanenMakalah Panen dan Pascapanen
Makalah Panen dan Pascapanen
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4
 
PPT KELOMPOK 2 FARMAGOKNOSI ....pptx
PPT KELOMPOK 2 FARMAGOKNOSI ....pptxPPT KELOMPOK 2 FARMAGOKNOSI ....pptx
PPT KELOMPOK 2 FARMAGOKNOSI ....pptx
 
PERANAN MIKROBIOLOGI PADA BIOTEKNOLOGI PANGAN(1).docx
PERANAN MIKROBIOLOGI PADA BIOTEKNOLOGI PANGAN(1).docxPERANAN MIKROBIOLOGI PADA BIOTEKNOLOGI PANGAN(1).docx
PERANAN MIKROBIOLOGI PADA BIOTEKNOLOGI PANGAN(1).docx
 
OUM-NESTLE 2008 1
OUM-NESTLE 2008 1OUM-NESTLE 2008 1
OUM-NESTLE 2008 1
 
DASAR TEKNOLOGI PANGAN.pptx
DASAR TEKNOLOGI PANGAN.pptxDASAR TEKNOLOGI PANGAN.pptx
DASAR TEKNOLOGI PANGAN.pptx
 
Fisiologi dan teknologi pasca panen
Fisiologi dan teknologi pasca panenFisiologi dan teknologi pasca panen
Fisiologi dan teknologi pasca panen
 
Pres. prospek ind. pengol. buah
Pres. prospek ind. pengol. buahPres. prospek ind. pengol. buah
Pres. prospek ind. pengol. buah
 
Pres. prospek ind. pengol. buah
Pres. prospek ind. pengol. buahPres. prospek ind. pengol. buah
Pres. prospek ind. pengol. buah
 

More from Nining Nuraida

More from Nining Nuraida (8)

PPT KELOMPOK 3 EVALUASI.pptx
PPT KELOMPOK 3 EVALUASI.pptxPPT KELOMPOK 3 EVALUASI.pptx
PPT KELOMPOK 3 EVALUASI.pptx
 
Naskah Undang-undang.docx
Naskah Undang-undang.docxNaskah Undang-undang.docx
Naskah Undang-undang.docx
 
RPS Templete_FM_UIN Jambi.doc
RPS Templete_FM_UIN Jambi.docRPS Templete_FM_UIN Jambi.doc
RPS Templete_FM_UIN Jambi.doc
 
Blastula
BlastulaBlastula
Blastula
 
Fitri endang srimulat
Fitri endang srimulatFitri endang srimulat
Fitri endang srimulat
 
Penuntun embrio
Penuntun embrioPenuntun embrio
Penuntun embrio
 
Format wawawancara siswa 1
Format wawawancara siswa 1Format wawawancara siswa 1
Format wawawancara siswa 1
 
Mid embriologi
Mid embriologiMid embriologi
Mid embriologi
 

Recently uploaded

Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 

Recently uploaded (20)

Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 

Asap Cair untuk Buah

  • 1. Kajian Asap Cair sebagai pengawet pada buah panenan PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu ciri dari komoditi hortikultura panenan adalah produk tersebut sebagian besar dikonsumsi dalam keadaan masih segar. Hal ini berbanding terbalik dengan sifat komoditi panenan tersebut yaitu mudah rusak (Perishable). Kerusakan pada komoditi hortikultura panenan baik itu buah-buahan maupun sayuran dapat disebabkan oleh berkurangnya cadangan makanan (karbohidrat) pada organ panenan tersebut karena digunakan untuk melakukan proses respirasi atau metabolisme lainnya yang menandakan bahwa organ panenan tersebut masih hidup. Kehilangan dalam jumlah dan mutu terjadi cukup besar pada produk panenan hortikultura dari saat panen hingga pada saat konsumsi. Kisaran kehilangan pasca panen buah segar dan sayuran diperkirakan mencapai 5-25% pada negara-negara maju dan 20-50% pada negara-negara sedang berkembang (Santoso, 2005). Sehingga diperlukan upaya pengelolaan pasca panen untuk mempertahankan kesegaran dan memperpanjang masa simpan produk panenan tersebut. Namun sangat disayangkan saat ini banyak hasil buah-buahan terbuang begitu saja karena kurang hati-hati dalam penanganan pasca panen. Akibatnya terjadi kerusakan mekanis, fisiologis, dan mikrobiologis. Upaya yang telah dilakukan untuk mempertahankan kesegaran dan memperpanjang masa simpan mutu buah adalah dengan memberikan perlakuan pelapisan buah. Biasanya digunakan fungisida untuk menunda timbulnya penyakit. Penggunaan fungisida yang berlebihan mengakibatkan peningkatan biaya produksi, resiko kesehatan petani dan konsumen, serta dapat merusak lingkungan. Kesadaran masyarakat akan pentingnya bahan pangan yang aman terhadap kesehatan dan kelestarian lingkungan mendorong berkembangnya penelitian untuk menemukan alternatif cara memperpanjang umur simpan serta menurunkan kehilangan hasil pasca panen. Upaya yang dilakukan antara lain dengan menggunakan fungisida mudah terurai (biodegradable fungicide), perlakuan panas, penyimpanan suhu rendah, pengemasan dan pemberian bahan pelapis serta penggunaan asap cair digunakan untuk memperpanjang masa simpan dan mempertahankan mutu buah.
  • 2. Menurut wastono (2006) asap cair (liquid smoke) dari distilat tempurung kelapa dapat digunakan sebagai pengawet karena adanya senyawa asam, fenolat dan karbonil yang memiliki kemampuan mengawetkan makanan. Asap cair dapat juga digunakan sebagai fungisida untuk penanggulangan serangan patogen penyebab penyakit pasca panen hortikultura yang berperan sebagai desinfektan untuk mencegah serangan penyakit pasca panen pada buah-buahan. Asap cair mengandung lebih dari 400 komponen dan memiliki fungsi sebagai penghambat perkembangan bakteri dan cukup aman sebagai pengawet alami. Selain itu juga memanfaatkan limbah asap pada industri pembuatan arang tempurung kelapa menjadi asap cair akan menaikkan nilai tambah bagi industry tersebut, nilai tambah bagi petani bahkan dapat mengatasi masalah pencemaran lingkungan. Bertitik tolak dari pemikiran tersebut perlu dilakukan kajian pustaka tentang Pemanfaatan Asap Cair Tempurung Kelapa sebagai bahan pengawet buah panenan. Tujuan dan Kegunaan Tujuan Kajian ini bertujuan untuk mengkaji atau mempelajari pemanfaatan asap cair tempurung kelapa untuk memperpanjang masa simpan hasil panenan buah-buahan. Kegunaan Kajian ini diharapkan dapat berguna sebagai informasi kepada para pembaca tentang pemanfaatan asap cair tempurung kelapa dalam upaya memperpanjang masa simpan beberapa hasil panenan buah-buahan serta sebagai bahan pertimbangan bagi para petani dalam memilih bahan pengawet yang aman untuk kesehatan. METODOLOGI
  • 3. Jenis Penulisan Tulisan ini disusun dan dimuat dalam bentuk analisa deskriptif berdasarkan hasil pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari berbagai hasil hasil penulusuran kajian pustaka sebelumnya. Objek Kajian Data atau informasi yang ditelusuri terkait dengan hasil panenan hortikultura dan asap cair dari berbagai sumber tersebut berupa : 1. Penelusuran kajian yang terkait dengan Perubahan Fisiologi Komoditas Hortikultura Panenan 2. Penelusuran kajian yang terkait dengan asap cair yaitu kandungan Asap Cair, aplikasi asap cair, pemanfaata n asap cair pada pasca panen dan standar mutu asap cair Metode Pengumpulan Data Dalam mengumpulkan data tulisan yang dikaji digunakan metode pengumpulan data sekunder melalui penelusuran dari berbagai sumber informasi berupa Penelusuran melalui buku Literatur, journal hasil penelitian, internet, hasil kuliah, konsultasi dengan pelaku usaha dan Konsultasi dengan Dinas instansi terkait. Hasil penelusuran tersebut diverifikasi dan dirangkum dalam sebuah tulisan yang diberi judul “Pemanfaatan Asap Cair Tempurung Kelapa sebagai bahan pengawet buah panenan HASIL dan PEMBAHASAN Perubahan Fisiologi Komodoti Hortikultura Panenan Menurut Santoso (2005) beberapa perubahan yang terjadi pada pematangan buah adalah sebagai berikut : a. Warna Pada buah klimaterik kehilangan warna hijau sangat cepat setelah memasuki titik awal pemasakan. Perubahan warna pada buah terjadi karena klorofil tidak nampak dan terjadi sedikit pembentukan karoten. b. Karbohidrat Perubahan kuantitatif karbohidrat berkaitan dengan proses pemasakan, perubahan terjadi akibat pemecahan polimer karbohidrat, khususnya perubahan pati menjadi glukose (gula). Perubahan ini tentunya mempengaruhi rasa dan
  • 4. tekstur buah. Peningkatan kadar gula cenderung menyebabkan rasa manis pada buah. Oleh karena itu buah akan lebih dapat diterima oleh konsumen bilamana perubahan ini telah terjadi pada saat buah tersebut dikonsumsi. c. Gula Sederhana Meskipun dalam sayuran dan buah-buahan terkandung banyak sekali jenis gula, tetapi peruhahannya terutama hanya menyangkut tiga macam gula, yaitu sukrosa, glukosa dan fruktosa. d. Asam organik Umumnya kandungan asam organik menurun selama pemasakan. Hal ini disebabkan karena asam organik direspirasikan atau diubah menjadi gula. Perkecualian bagi pisang dan nanas. Pada kedua buah tersebut kandungan asam yang tinggi diperoleh pada stadia masak penuh, namun kandungan asam pada kedua jenis buah ini tidak tinggi saat stadia perkembangan. Fenomena ini bertolak belakang dengan fenomena yang terjadi pada jenis buah lainnya. e. Aroma Aroma memainkan peranan penting dalam perkembangan kualitas pada bagian buah yang dapat dikonsumsi (edible portion). Aroma terjadi karena adanya sintesis banyak senyawa organik yang bersifat mudah menguap (volatile) selama fase pemasakan. f. Lemak
  • 5. TeIah diketahui bahwa meskipun dalam sayuran dan buah-buahan kadar Iemaknya rendah, namun peranannya besar dalam hal tesktur, serta pembentukan flavor dan pigmen buah. g. Kadar Air Air merupakan komponen yang sangat penting dalam bahan makanan, semua bahan makanan mengandung air dalam jumlah yang berbeda-beda. Kandungan air dalam makanan ikut menentukan kesegaran dan daya tahan bahan (Winarno, 1995). h. Tekstur Selama penyimpanan dan pemasakan, komoditas yang segar akan menurun kesegarannya disebabkan oleh perubahan yang terjadi pada dinding sel dan lamella tengah buah. Komponen-komponen diatas sering dijadikan indicator dalam mengukur sejauh mana pengaruh bahan pengawet pada produk pasca panen buah sehingga penulis merasa perlu untuk mengajak para pembaca menelaah hal tersebut diatas. Panen dan Penangan Pasca Panen Buah-Buahan a. Panen Pemanenan dilakukan terhadap buah-buah yang telah menunjukkan kriteria yang ditetapkan. Penetapan ini sangat terkait dengan tujuan dan jarak pemasaran. Namun demikian, pemanenan dilakukan pada kondisi matang optimal (Santoso, 2005). b. Penanganan Pasca Panen Langkah yang harus dilakukan dalam penanganan buah setelah dipanen meliputi pemilihan (sorting), pemisahan berdasarkan ukuran (sizing), pemilihan berdasarkan mutu (grading), dan pengepakan (packing). Namun demikian, untuk beberapa komoditi atau jenis buah tertentu memerlukan tambahan penanganan seperti degreening, pencucian, penggunaan bahan kimia, pelapisan (coating), dan pendinginan awal (pre-cooling) (Santoso, 2005)..
  • 6. Penyakit Pascapanen Produk Buah-Buahan Kehilangan hasil akibat busuk merupakan dasar dikembangkannya teknik-teknik penanganan hasil bagi produk panenan hortikultura. Pengetahuan tentang organisme penyebab penyakit dan komoditi inang serta teknik-teknik penanganan merupakan tiga hal yang saling terkait bagi suksesnya upaya mempertahankan produk panenan tetap segar hingga sampai pada konsumen. Praktek-praktek penanganan yang diterapkan atau dilakukan mungkin saja berpengaruh terhadap kepekaan produk panenan terhadap penyebab penyakit. Hal ini karena tingkat kematangan, pemasakan dan senescen (penuaan). Selain itu, bekas-bekas pemotongan, luka memar ataupun lecet membuat kesempatan organisme penyebab penyakit akan lebih mudah menginfeksi komoditi panenan tersebut. Kondisi tekanan (stress) akibat suhu tinggi atau rendah memungkinkan menyebabkan perubahan dalam aspek fisiologis yang tentunya akan memudahkan bagi berkembangnya organisme penyebab penyakit dan semakin pekanya komoditi tersebut terhadap suatu jenis penyebab penyakit. Faktor-faktor utama bagi perkembangan penyakit pasca panen komoditi hortikultura adalah inang (tanaman), penyebab penyakit (microorganisme) dan lingkungan. Faktor lingkungan terdiri atas suhu, kelembaban relatif dan komposisi atmosfir ruang simpan. Jadi terdapat tiga faktor utama yang sering juga dikenal sebagai segi tiga penyakit (pathogen/microorganisme – inang - lingkungan). (Santoso, 2005)
  • 7. Selanjutnya Santoso (2005) mengemukakan bahwa jenis penyakit pasca panen parasiter merupakan penyakit-penyakit produk panenan yang disebabkan oleh patogen seperti jamur, bakteri dan virus. Penyakit parasit pasca panen dapat merupakan penyakit yang memang terjadi atau proses infeksi patogen terjadi pada saat komoditi telah dipanen. Namun dapat juga telah terjadi infeksi pada saat di lapang (sebelum dipanen), hanya saja patogen pada saat itu dalam keadaan dorman, dan setelah panenan serta kondisi mendukung bagi berkembangnya atau aktifnya patogen tersebut, barulah terjadi perkembangan penyakit yang ditandai terlebih dahulu dengan adanya tanda-tanda penyakit (sympton). Asap Cair Asap cair adalah kondensat komponen asap yang dapat digunakan untuk menciptakan flavor asap pada produk (Whittle dan howgate, 2002). Asap cair sudah dibuat pada akhir tahun 1800- an, tetapi baru sepuluh sampai lima belas tahun belakangan digunakan secara komersial pada industry pengasapan ikan (Moody dan Flick, 1990). Asap cair pertama kali diproduksi pada tahun 1980 oleh sebuah pabrik farmasi di Kansas City, dikembangkan dengan metode distilasi kayu asap (Pszczola, 1995). Asap cair diproduksi dengan cara pembakaran tidak sempurna yang melibatkan reaksi dekomposisi konstituen polimer menjadi senyawa organic dengan berat molekul rendah karena pengaruh panas yang meliputi reaksi oksidasi, polimerisasi, dan kondensasi (Girrard, 1992). Media pendingin yang digunakan pada kondensor adalah air yang dialirkan melalui pipa inletyang keluar dari hasil pembakaran tidak sempurna kemudian dialirkan melewati kondensor dan dikondensasikan menjadi distilat asap (Hanendoyo, 2005). Destilasi dan Penyaringan Asap Cair Asap cair yang diperoleh dari tahap pirolisis atau grade 3 masih mengandung kadar tar dan benzonpiren tinggi sehingga belum aman diaplikasikan untuk pengasapan dan pengawet makanan. Asap cair grade 3 tersebut memerlukan proses lebih lanjut untuk meningkatkan mutu asap cair menjadi grade 2 dan 1 agar aman diaplikasikan untuk makanan dengan tahap permunian destilasi, kemudian penyaringan dengan karbon aktif dan zeolit.
  • 8. Destilasi merupakan proses pemisahan komponen dalam campuran berdasarkan perbedaan titik didihnya, atau pemisahan campuran berbentuk cairan atas komponennya dengan proses penguapan dan pengembunan sehingga diperoleh destilat dengan komponen-komponen yang hampir murni. Destilasi adalah suatu proses pemisahan suatu komponen dari suatu campuran dengan menggunakan dasar bahwa beberapa komponen dapat menguap lebih cepat daripada komponen yang lainnya. Ketika uap diproduksi dari campuran, uap tersebut lebih banyak berisi komponen-komponen yang bersifat lebih volatil, sehingga proses pemisahan komponen-komponen dari campuran dapat terjadi (Earle dalam Astuti, 2000). Dalam pembuatan asap cair, distilasi bertujuan untuk memisahkan tar yang bersifat karsinogenik. Suhu yang dibutuhkan pada destilasi tidak setinggi pada pirolisis. Suhu sekitar 150oC – 200oC sudah cukup untuk menghasilkan asap cair yang bagus. Destilasi sederhana dilakukan secara bertahap, sejumlah campuran dimasukkan ke dalam sebuah reaktor destilasi, dipanaskan bertahap dan dipertahankan selalu berada dalam tahap pendidihan kemudian uap yang terbentuk dikondensasikan dan ditampung dalam derigen plastik. Produk destilat yang pertama kali tertampung mempunyai kadar komponen yang lebih ringan dibandingkan destilat yang lain. Komponen-komponen dominan yang mendukung sifat-sifat fungsional dari asap cair adalah senyawa fenolat, karbonil dan asam. Asap cair yang diperoleh dari tahap destilasi pertama atau grade 2 dapat digunakan untuk pengawet ikan pengganti formalin, namun untuk diaplikasikan sebagai alternatif pengganti pengawet makanan dengan taste asap yang rendah atau langsung digunakan sebagai pelarut adonan diperlukan tahap lebih lanjut penyaringan dengan zeolit dan karbon aktif. Zeolit merupakan senyawa aluminosilikat terhidrasi yang memiliki kerangka struktur tiga dimensi (3D), mikroporous, dan merupakan padatan kristalin dengan kandungan utama silikon, aluminium, dan oksigen serta mengikat sejumlah tertentu molekul air didalam porinya (Bambang Setiaji, 2000). Karbon aktif adalah karbon yang diproses sedemikian rupa sehingga pori – porinya terbuka, dan dengan demikian akan mempunyai daya serap yang tinggi. Karbon aktif merupakan karbon yang akan membentuk amorf, yang sebagian besar terdiri dari karbon yang bebas serta memiliki permukaan dalam ( internal surface ), sehingga mempunyai daya serap yang baik. Keaktifan menyerap dari karbon aktif ini tergantung dari jumlah senyawa karbonnya yang berkisar antara 85 % sampai 95 % karbon bebas, karbon aktif dapat digunakan sebagai bahan pemucat, penyerap gas, penyerap logam, menghilangkan polutan micro misalnya zat organik, detergen, bau, senyawa phenol dan lain sebagainya (DeMarco, 1998)
  • 9. Tahapan-tahapan penyaringan sebagai berikut:  Proses Pemurnian asap cair Pemurnian asap cair bertujuan untuk meminimalisir jumlah tar pada asap cair. Proses tersebut dapat dilakukan dengan proses distilasi seperti yang telah dijelaskan diatas. Namun asap cair yang baru keluar dari distilasi masih belum langsung dapat digunakan sebagai pengawet makanan. Karena masih ada proses yang harus dilalui.  Filtrasi dengan Zeolit Aktif Tujuan penyaringan distilat menggunakan zeolit adalah untuk memperoleh asap cair yang benar-benar bebas dari zat berbahaya seperti benzopyrene. Caranya dengan mengalirkan asap cair distilat kedalam kolom zeolit aktif sehingga diperoleh filtrat asap cair yang benar-benar aman dari zat berbahaya seperti benzopyrene.  Filtrasi dengan Karbon aktif Filtrasi dengan Karbon aktif bertujuan untuk mendapatkan filtrat asap cair dengan bau asap yang ringan dan tidak menyengat. Caranya dengan mengalirkan filtrat hasil filtrasi zeolit aktif kedalam kolom yang berisi karbon aktif sehingga diperoleh asap cair dengan bau yang ringan dan tidak menyengat. sehingga, sempurnalah asap cair yang diperoleh sebagai pengawet makanan. Mekanisme Penyaringan Menggunakan Zeolit Aktif Zeolit bersifat adsorben karena memiliki struktur berongga -rongga, sehingga senyawa tar dan benzopiren yang terdapat dalam asap cair saat dilewati penyaring zeolit aktif akan terjebak di dalam rongga zeolit, disini zeolit mampu menyerap sejumlah besar molekul yang berukuran lebih kecil atau sesuai dengan ukuran rongganya. Sedangkan asap cair yang molekulnya jauh lebih kecil dapat melewati rongga dari zeolit keluar sebagai filtrat yang bebas senyawa tar dan benzopiren, dan zeolit juga dapat melepaskan molekul air dari dalam permukaan rongga sehingga menyebabkan medan listrik meluas ke dalam rongga utama yang menyebabkan terjadinya interaksi saling mengikat antara zeolit dengan senyawa tar dan benzopiren (Bambang Setiaji,2000). Mekanisme Penyaringan Karbon Aktif Karbon aktif memiliki permukaan karbon yang luas dan struktur berongga karena berbentuk granula, sehingga senyawa aromatis yang memilki ukuran molekul yang sama atau lebih kecil dari rongga dapat diadsorpsi saat penyaringan, dengan cara menjebak senyawa aromatis didalam rongga tersebut. Dan sifat kepolaran yang sama antara karbon aktif dengan senyawa aromatis juga menyebabkan terjadinya interaksi saling mengikat, senyawa aromatis yang terjebak akan
  • 10. menyebabkan kandungannya dalam filtrat asap cair setelah dilewati karbon aktif akan berkurang, sehingga diperoleh asap cair dengan aroma asap dan rasa asam yang netral (DeMarco, 1998). Kandungan Asap Cair Penelitian mengenai komposisi asap dilakukan pertama kali oleh Pettet dan Lana tahun 1940 (Girrard, 1992), bahwa senyawa kimia yang terdapat dalam asap kayu jumlahnya lebih dari 1000, 300 senyawa diantaranya dapat diisolasi dan yang sudah dideteksi antara lain: fenol 85 macam telah diidentifikasikan dalam kondensat dan 20 macam dalam asap, karbonil, keton dan aldehid 45 macam dalam kondensat, asam 35 macam, furan 11 macam. Alkohol dan ester 15 macam, lakton 13 macam, hidrokarbon alifatik 1 macam dalam kondensat dan 20 macam dalam produk asap. Komposisi kimia asap cair dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 1. Komposisi Kimia Asap Cair Komposisi Kimia Kandungan (%) Air 11-92 Fenol 0,2-2,9 Asam 2,8-4,5 Karbonil 2,6-4,6 Ter 1-17 Sumber: Maga (1988) Zaitsev et al. (1969) mengemukakan bahwa asap mengandung beberapa zat antimikroba, antara lain: a. Asam dan turunannya: format, asetat, butirat, propionat, metal ester. b. Alkohol: metal, etil, propil, alkil, dan isobutil alkohol. c. Aldehid: formaldehid, asetaldehid, furfural, dan metal furfural. d. Hidrokarbon: silene, kumene, dan simene. e. Keton: aseton, metal etil keton, metil propil keton, dan etil propil keton. f. Fenol g. Piridin dan metal piridin. Senyawa-senyawa alkohol, aldehid, keton, asam organik termasuk furfural, formaldehid merupakan bahan pengawet yang sudah dikenal sedangkan fenol, quinol, quicol dan pirogalol merupakan bagian dari 20 jenis senyawa-senyawa antioksidan dan antiseptik (Moeljanto, 1982).
  • 11. Aplikasi Asap Cair Tujuan pengasapan pada awalnya hanya untuk pengawetan bahan makanan, namun dalam pengembangannya berubah, yaitu menghasilkan produk dengan aroma tertentu, meningkatkan cita rasa, memperbaiki penampilan dan meningkatkan daya simpan produk yang diasap (Girrard, 1992). Mekanisme senyawa fenol dalam membunuh mikroba adalah reaksi antara asam fenoleat dengan protein (dalam hal ini mikroba). Pada kondisi enzimatis dengan adanya enzim fenolase yang bekerja secara alami pada pH netral, asam fenoleat dioksidasi menjadi kuinon yang dapat bereaksi dengan lisin dari protein yang menyebabkan protein tersebut tidak dapat digunakan secara biologis (Hurrell, 1984). Pengasapan cair lebih mudah diaplikasikan karena konsentrasi asap cair dapat dikontrol agar member flavor dan warna yang sama dan seragam. Asap cair telah disetujui banyak negara untuk digunakan pada bahan pangan dan sekarang ini banyak digunakan pada produk daging (Eklund, 1982). Pengasapan cair dilakukan dengan merendam produk pada asap yang sudah dicairkan melalui proses pirolisis. Pengasapan dengan cara ini dilakukan dengan menggunakan larutan asap, baik asap cair alami ataupun sintetik (Maga, 1988). Penggunaan asap cair menurut Pearson dan Tauber (1973), pada pembuatan makanan yang diasap adalah dengan cara: a. Mencampur secara langsung ke dalam bahan makanan. b. Pencelupan c. Pemercikan cairan (spraying). d. Penyemprotan kabut asap cair ke dalam ruang pengasapan (atomizing). e. Asap cair diuapkan dengan cara meletakkan asap cair tersebut di atas permukaan yang panas. Saat ini asap cair yang beredar di pasaran adalah asap cair yang telah dipisahkan dari komponen tar. Di dalam tar terkandung senyawa Polisiklik Aromatik Hidrokarbon (PAH) yang karsinogenik terhadap manusia. Cara pemisahan komponen tar dari asap cair dilakukan dengan cara mengekstrak kondensat hasil pirolisis dengan menggunakan pelarut antara lain gugus CO, propane, metana, etilen, methanol, air dan campuran dari satu atau lebih komponen tersebut (Plaschke, 2002). Pengasapan cair dilakukan dengan merendam produk pada asap yang sudah dicairkan melalui proses pirolisis. Pengasapan dengan cara ini dilakukan dengan menggunakan larutan asap, baik asap cair alami ataupun sintetik (Maga, 1988).
  • 12. Pemanfaatan Asap Cair pada Pasca Panen Kuntjahjawati dan Darmaji (2001) menyatakan bahwa pemakaian asap cair mempunyai banyak keuntungan. Yaitu (1) selama pembuatan asap cair, senyawa PAH dapat dipisah, (2) konsentrasi pemakaian asap cair dapat diatur dan dikontrol serta kualitas produk akhir menjadi lebih seragam, (3) biaya pengasapan menjadi lebih rendah dibandingkan dengan cara konvensional, dan (4) pemakaian asap cair lebih mudah yaitu dengan cara direndam atau disemprotkan serta (5) mencampurkan langsung ke dalam bahan pangan. Menurut Wastono (2006), asap cair (liquid smoke) dapat digunakan sebagai pengawet karena adanya senyawa asam, fenolat dan karbonil yang memiliki kemampuan mengawetkan bahan makanan seperti daging, ikan, mie, dan bakso. Asap cair dapat juga digunakan sebagai fungisida untuk penanggulangan serangan patogen penyebab penyakit pasca panen hortikultura yang berperan sebagai disinfektan untuk menjamin buah-buahan atau sayuran dari serangan penyakit pasca panen. Standar Mutu Asap Cair Asap cair yang digunakan untuk pengawet bahan pangan harus bebas dari senyawa-senyawa berbahaya seperti hidrokarbon aromatik polisiklik (polycyclic aromatic hydrocarbon) atau PAH. Menurut Anonymous (2009), senyawa PAH dapat bersifat karsinogenik. Diantara senyawa-senyawa PAH, yang sering digunakan sebagai indikator tingkat keamanan PAH adalahbenzopyrene karena paling tinggi sifat karsinogeniknya. Di beberapa negara seperti Jerman telah menetapkan bahwa batas maksimum bezopyrene dalam produk adalah 1 ppb (Anonymous, 2009). Selain bebas dari senyawa-senyawa berbahaya, asap cair yang digunakan sebagai pengawet bahan pangan haruslah memiliki flavor yang dapat diterima konsumen (Siroriri, 2010). Menurut Siroriri, Asap cair dibagi menjadi 3 grade yaitu :  Asap cair grade 3 Asap cair grade 3 tidak dapat digunakan untuk pengawet makanan, karena masih banyak mengandung tar yang karsinogenik. Asap cair grade 3 tidak digunakan sebagai pengawet bahan pangan, tetapi digunakan pada pengolahan karet penghilang bau dan pengawet kayu biar tahan terhadap rayap.  Asap cair grade 2 Asap cair digunakan untuk pengawet makanan sebagai pengganti formalin dengantaste Asap (daging Asap, Ikan Asap / bandeng Asap) berwarna kecoklatan transparan, rasa asam sedang, aroma asap lemah.
  • 13.  Asap cair grade 1 Asap cair grade 1 digunakan sebagai pengawet makanan seperti bakso, mie, tahu, bumbu-bumbu barbaque, berwarna bening, rasa sedikit asam, aroma netral, merupakan asap cair yang paling bagus kualitasnya dan tidak mengandung senyawa yang berbahaya lagi untuk diaplikasikan untuk produk makanan. Mekanisme Asap Cair dalam Mengawetkan Makanan Asap cair mengandung komponen-komponen yang bersifat bakteristatis dan bakterisidal yang dapat berperan sebagai bahan pengawet. Hal ini dapat terjadi jika asap mengendap pada permukaan atau meresap ke dalam bahan yang diasap (Winarno, 1980). Senyawa yang sangat berperan sebagai antimikrobial adalah senyawa fenol dan asam asetat, dan peranannya semakin meningkat apabila kedua senyawa tersebut ada besama-sama (Darmadji, 1995). Selain fenol, senyawa aldehid, aseton dan keton juga memiliki daya bakteriostatik dan bakteriosidal pada produk asap. Girrard (1992) menyatakan bahwa asap dalam bentuk cair berpengaruh terhadap keseluruhan jumlah asam dalam kondensat asap, yaitu mencapai 40% dengan 35 jenis asam. Kandungan asam yang mudah menguap dalam asap akan menurunkan pH, sehingga dapat memperlambat pertumbuhan mikroorganisme (Buckle et al., 1985). Menurut Haris dan Karmas (1989), kerja bakteriosidal dari pengasapan adalah faktor nyata dalam perlindungan nilai gizi produk yang diasap terhadap kerusakan biologis. Fenol selain bersifat bakteriosidal juga sebagai antioksidan. Sifat ini terutama pada senyawa fenol dengan titik didih tinggi, seperti 2,6-dimethoksi fenol, 2,6-dimethoksi-4-metil fenol dan 2,6-dimethoksi-4-ethyl fenol (Pearson dan Tauber, 1973). Senyawa-senyawa fenolat lainnya yang terdapat dalam asap dan memperlihatkan aktivitas oksidatif adalah pirokathkol, hidrokuinon, guaiakol, eugenol, isoeugenol, vanillin, salisilaldehid, asam 2-hidroksibenzoat, dan senyawa-senyawa tersebut hampir semuanya bersifat larut dalam eter (Maga, 1988; Fiddler et al., 1970). Senyawa fenol dengan titik didih rendah memiliki sifat antioksidan yang agak rendah. Aktivitas antioksidan dari komponen asap adalah sifat yang penting dalam melindungi penyusutan nilai gizi produk yang diasap sehingga dapat menghambat kerusakan pangan dengan cara mendonorkan hidrogen sehingga efektif dalam jumlah sangat kecil untuk menghambat autooksidasi lemak, sehingga dapat mengurangi kerusakan pangan karena oksidasi lemak oleh oksigen. Dan kandungan asam pada asap cair juga sangat efektif dalam mematikan dan menghambat pertumbuhan mikroba pada produk makanan yaitu dengan cara senyawa asam ini menembus dinding sel mikroorganisme yang menyebabkan sel mikroorganisme menjadi lisis
  • 14. kemudian mati, dengan menurunnya jumlah bakteri dalam produk makanan maka kerusakan pangan oleh mikroorganisme dapat dihambat sehingga meningkatkan umur simpan produk pangan. Asap Cair Sebagai Pengawet Produk Buah–Buahan Hasil penelitian mengenai pemanfaatan asap cair untuk Memperpanjang masa simpan produk buaha-buahan belum banyak dilakukan peneliti. Penelitian asap cair tempurung kelapa untuk pengawetan produk buah pepaya telah dilakukan oleh Budiajanto, et.al, 1997, Metode penelitian, mengambil sampel industri pengolahan arang tempurung kelapa ”Wulung Prima” di Ciampea Bogor untuk dilakukan identifikasi komponen asap cair dan melakukan uji aktifitas antibakteri dan kapang pada penyakit antraknosa; serta mengkaji pemanfaatan asap cair sebagai disinfektan untuk memperpanjang masa simpan buah pepaya. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa modifikasi sistem produksi asap cair mampu meningkatkan produksi asap cair dari 1,7 liter/jam menjadi 3,5 liter/jam. Dari hasil spektra kromatografi gas, senyawa dominan dari asap cair tempurung kelapa tersebut adalah senyawa-senyawa fenolik. Empat senyawa dengan area terbesar adalah senyawa phenol, Pyrogallol 1,3-dimethyl ether 15,64%, 2-Methoxy-p-cresol 11,53%, Pyrogallol trimethyl ether 8,65%, dan p-Ethylguaicol 6,58%. Tidak ditemukan senyawa-senyawa PAH, formaldehyde, termasuk Benzopyren pada asap cair yang diuji. Kandungan LD50 pada asap cair lebih besar dari 15000 mg/kg BB dan dikategorikan sebagai bahan yang tidak toksik. Pada uji aktivitas antimikroba dan kapang menunjukkan asap cair dengan konsentrasi 1% sudah dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan kapang. Perlakuan konsentrasi asap cair dan pelilinan pada pepaya memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada susut bobot, penurunan kekerasan, total padatan terlarut dan total kapang. Pelilinan memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap laju susut bobot, perubanan nilai kekerasan, perubahan nilai total padatan terlarut namun belum memberikan pengaruh nyata pada total kapang. Konsentrasi asap cair 1% dikombinasikan dengan pelilinan memberikan hasil terbaik dalam mempertahankan mutu buah pepaya. Dari hasil penelitian tersebut terlihat bahwa dengan inovasi berupa modifikasi system produksi ternyata mampu meningkatkan produksi asap cair 2 kali lipat dibandingkan system produksi konvensional, Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa dalam asap cair tempurung kelapa ditemukan senyawa Fenolik yang menurut para ahli dapat menjadi desinfektan yang berperan menekan pertumbuhan mikroorganisme penyebab penyakit pasca panen buah. Selain itu dapat
  • 15. diketahui bahwa asap cair yang digunakan tidak ditemukan senyawa PAH yang bersifat toksik bagi konsumen. Hasil penelitian tersebut paling tidak memberikan gambaran bahwa asap cair tempurung kelapa berpeluang untuk dijadikan sebagai alternative bahan pengawet alami dalam mempertahankan mutu buah panenan, meskipun masih harus dikombinasi dengan pelilinan. Penelitian pemanfaatan asap cair masih harus dilanjutkan pada produk buah panenan lainnya seperti pisang dan produk buah lainnya. Penelitian sejenis masih harus dilakukan terhadap indikator lain seperti aroma dan citarasa. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Bertitik tolak dari tujuan kajian ini dan berdasarkan hasil penelusuran pustaka dapat dikemukakan beberpa kesimpulan sebagai berikut : 1. Asap cair tempurung kelapa dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengawet buah terutama dalam menekan perkembangan mikroorganisme penyebab penyakit pasca panen buah sehingga dapat memperpanjang masa simpan buah khususnya pepaya. 2. Senyawa PAH tidak ditemukan pada asap cair yang telah diproses lanjut dengan penyaringan karbon aktif dan zeolit aktif (asap cair grade 3). Saran – Saran Berdasarkan uraian diatas dikemukakan beberapa saran yaitu : 1. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui peluang pemanfaatan asap cair sebagai pengawet produk buah panenan selain pepaya. 2. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh aplikasi (cara aplikasi dan konsentrasi) asap cair terhadap indikator-indikator lain misalnya terhadap citarasa dan aroma pada produk buah panenan.
  • 16. DAFTAR PUSTAKA Ashari, Sumeru. 2004. Biologi Reproduksi Tanaman Buah-buahan Komersial. Bayumedia Publishing. Malang. Asrorudin. 2004. Pemanfaatan Asap Cair pada pasca Panen.http://eternalmovement.blogspot.com/2004/08/likopensebagaisenyawa fitonutrien.html/ . Diakses Pada tanggal 23 April 2011. Buckle, K. A., R. A. Edwards, G. H. Fleet dan M. Wooton. 1985. Ilmu Pangan. Terjemahan H. Purnomo dan Adiono. Indonesian University Press. Jakarta. Darmadji, P. 1995 Produksi Asap Cair dan Sifat-Sifat Fungsionalnya. Fakultas Teknologi Pangan, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta Firdaus, Miftahul. 2005. Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura.http://miftakhulfirdaus.wordpress.com/2011/03/28/pasca-panen-pengolahan-dan-pemasaran- hasil-pisang/. Diakses pada tanggal 24 Maret 2011. Hanendoyo, C. 2005. Kinerja Alat Ekstraksi Asap Cair dengan Sistem Kondensasi. Institut Pertanian Bogor. Bogor Harris, R. S.dan E. Karmas. 1989. Evaluasi Gizi dan Pengolahan Pangan. Terjemahan Achmadi S., Bandung Technology Institute Press. Bandung Martoredjo, Toekidjo. 1983. Ilmu Penyakit Lepas Panen. Ghalia Indonesia. Yogyakarta. Moeljanto. 1982. Pengasapan dan Fermentasi Ikan Buku. PT. Penebar Swadaya IKAPI. Jakarta
  • 17. Online Ensiklopedi. 2007. www.wikipedia.com Pantastico, ER.B. 2006. Fisiologi Pasca panen, penanganan dan Pemanfaatan Buah- Buahan dan Sayuran Tropik dan Sub Tropik. Diterjemahkan oleh Karmayani dan G. Tjitrosupomo. Gajah Mada Univ. Press. Yogyakarta. Santoso, B.B. 2005. Bahan Ajar Pasca Panen Hortikultura. www.fapertaunram.ac.id/ . diakses pada tanggal 5 Maret 2011. Wastono. 2006. Kajian Sistem Produksi Destilat Asap Tempurung Kelapa dan Aplikasinya sebagai Disinfektan untuk Memperpanjang Masa Simpan Buah Pisang. Institut Pertanian Bogor. Bogor Winarno, F. G. dan M. A. Wirakartakusumah. 1981. Fisiologi Lepas Panen. Sastra Hudaya. Jakarta