SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
PENANGANAN PASCAPANEN BUAH DAN SAYURAN SEGAR 
KARAKTERISTIK ALAMI PRODUK SEGAR SAYURAN 
Karakteristik penting produk pascapanen sayuaran adalah bahan tersebut masih hidup dan 
masih melanjutkan fungsi metabolisme. Akan tetapi metabolisme tidak sama dengan tanaman 
induknya yang tumbuh dengan lingkungan aslinya, karena produk yang telah dipanen mengalami 
berbagai bentuk stress seperti hilangnya suplai nutrisi, proses panen sering menimbulkan 
pelukaan berarti, pengemasan dan transportasi dapat menimbulkan kerusakan mekanis lebih 
lanjut, orientasi gravitasi dari produk pascapanen umumnya sangat berbeda dengan kondisi 
alamiahnya, hambatan ketersediaan CO2 dan O2, hambatan regim suhu dan sebagainya. 
Sehingga secara keseluruhan bahan hidup sayuran pascapanen dapat dikatakan mengalami 
berbagai perlakuan yang menyakitkan selama hidup pascapanennya. Produk harus dipanen dan 
dipindahkan melalui beberapa sistem penanganan dan transportasi ke tempat penggunaannya 
seperti pasar retail atau langsung ke konsumen dengan menjaga sedapat mungkin status hidupnya 
dan dalam kondisi kesegaran optimum. Jika stress terlalu berlebihan yang melebihi toleransi fisik 
dan fisiologis, maka terjadi kematian. 
Aktivitas metabolisme pada buah dan sayuran segar dicirikan dengan adanya proses 
respirasi. Respirasi menghasilkan panas yang menyebabkan terjadinya peningkatan panas. 
Sehingga proses kemunduran seperti kehilangan air, pelayuan, dan pertumbuhan 
mikroorganisme akan semakin meningkat. Mikroorganisme pembusuk akan mendapatkan 
kondisi pertumbuhannya yang ideal dengan adanya peningkatan suhu, kelembaban dan siap 
menginfeksi sayuran melalui pelukaan-pelukaan yang sudah ada. Selama transportasi ke 
konsumen, produk sayuran pascapanen mengalami tekanan fisik, getaran, gesekan pada kondisi 
dimana suhu dan kelembaban memacu proses pelayuan.
Akhirnya produk yang demikian tersebut dipersembahkan di pasar retail ke pada konsumen 
sebagai produk farm fresh. 
Disini dapat dilihat bahwa terjadi konflik antara kebutuhan manusia dengan sifat alamiah 
biologis dari produk ringkih sayuran yang telah dipanen tersebut. Konsekwensi langsung dari 
konflik antara kebutuhan hidup dari bagian tanaman tersebut dan kebutuhan manusia untuk 
mendistribusikan dan memasarkan serta menjaga mutu produk itu sedapat mungkin dalam 
jangka waktu tertentu sampai saatnya dikonsumsi, adalah adanya keharusan untuk melakukan 
kompromi-kompromi. Kompromi-kompromi adalah elemen dasar dari setiap tingkat penanganan 
pascapanen produk-produk tanaman yang ringkih sayuran dan buah-buahan. Dapat dalam bentuk 
kompromi suhu untuk meminimumkan aktivitas metabolisme namun dihindari adanya kerusakan 
dingin, atau kompromi dalah hal konsentrasi oksigen untuk meminimumkan respirasi namun 
dihindari terjadinya respirasi anaerobik, atau kompromi dalam keketatan pengemasan untuk 
meminimumkan kerusakan karena tekanan namun dihindari adanya kerusakan karena fibrasi dan 
sebagainya. 
Pemahaman tentang sifat alami produk panen dan pengaruh praktik-praktik 
penanganannya adalah sangat penting untuk melakukan kompromi terbaik untuk menjaga 
kondisi optimum dari produk. Sehingga untuk mendapatkan bentuk kompromi yang optimal 
maka beberapa pertimbangan penting harus diperhatikan, yaitu pertimbangan fisiologis, fisik, 
patologis dan ekonomis. 
PERTIMBANGAN-PERTIMBANGAN PENTING DALAM PENANGANAN 
PASCAPANEN PRODUK BUAH DAN SAYURAN 
Pertimbangan Fisiologis 
Laju Respirasi 
Secara fisiologis bagian tanaman yang dipanen dan dimanfaatkan untuk konsumsi segar 
adalah masih hidup, dicirikan dengan adanya aktivitas metabolisme yang dinamakan respirasi. 
Respirasi berlangsung untuk memperoleh energi untuk aktivitas hidupnya. Dalam proses 
respirasi ini, bahan tanaman terutama kompleks karbohidrat dirombak menjadi bentuk 
karbohidrat yang paling sederhana (gula) selanjutnya
dioksidasi untuk menghasilkan energi. Hasil sampingan dari respirasi ini adalah CO2, uap air 
dan panas (Salunkhe dan Desai, 1984). Semakin tinggi laju respirasi maka semakin cepat pula 
perombakan-perombakan tersebut yang mengarah pada kemunduran dari produk tersebut. Air 
yang dihasilkan ditranspirasikan dan jika tidak dikendalikan produk akan cepat menjadi layu. 
Sehingga laju respirasi sering digunakan sebagai index yang baik untuk menentukan masa 
simpan pascapanen produk segar (Ryal dan Lipton, 1972). Berbagai produk mempunyai laju 
respirasi berbeda, umumnya tergantung pada struktur morfologi dan tingkat perkembangan 
jaringan bagian tanaman tersebut (Kays, 1991). Secara umum, sel-sel muda yang tumbuh aktif 
cenderung mempunyai laju respirasi lebih tinggi dibandingkan dengan yang lebih tua atau sel-sel 
yang lebih dewasa. 
Laju respirasi menentukan potensi pasar dan masa simpan yang berkaitan erat dengan; 
kehilangan air, kehilangan kenampakan yang baik, kehilangan nilai nutrisi dan berkurangnya 
nilai cita rasa. Masa simpan produk segar dapat diperpanjang dengan menempatkannya dalam 
lingkunngan yang dapat memeperlambat laju respirasi dan transpirasi melalui penurunan suhu 
produk, mengurangi ketersediaan O2 atau meningkatkan konsentrasi CO2 , dan menjaga 
kelembaban nisbi yang mencukupi dari udara sekitar produk tersebut. 
C6H12O6 + O2 -------------> CO2 + H2O + Energi + panas
Tabel 1. Kelas respirasi dari beberapa produk pertanian 
pascapanen pada suhu 5oC. Kelas respirasi 
Komoditi 
Sangat rendah Biji-bijian, kurma, buah kering dan 
beberapa sayuran 
Rendah Apel, jeruk, anggur, kiwi, bawang putih 
dan merah, kentang yang telah matang dan 
ketela rambat. 
Moderat Aprikot, pisang, cherry, peach, nectarine, 
kol, wortel, selada, tomat. kentang. 
Tinggi Strawberry, bunga ko, lima bean, apokat. 
Sangat tinggi Artichoke, snap bean, green onion, brussel 
sprout, cut flower. 
Terlalu tinggi Asparagus, brokoli, jamur pangan, pea, 
spinach, jagung manis.
Etilen adalah senyawa organic hidrokarbon paling sederhana (C2H4) berupa gas berpengaruh 
terhadap proses fisiologis tanaman. Etilen dikategorikan sebagai hormon alami untuk penuaan 
dan pemasakan dan secara fisiologis sangat aktif dalam konsentarsi sangat rendah (<0.005 uL/L) 
(Wills et al., 1988). Klasifikasi komoditi hortikultura berdasarkan laju respirasinya dapat dilihat 
pada Tabel 2. 
Tabel 2. Klasifikasi komoditi hortikultura berdasarkan laju 
produksi etilen Klass laju produksi etilen 
Jenis komoditi 
Sangat rendah 
Artichoke, asparagus, bunga kol, cherry, 
jeruk, delima, strawberry, sayuran daun, 
sayuran umbi, kentang, kebanyakan bunga 
potong. 
Rendah Blueberry, cranberry, mentimun, terung, 
okra, olive, kesemek, nenas, pumpkin, 
raspberry, semangka. 
Moderat Pisang, jambu biji, melon, mangga, tomat. 
Tinggi Apel, apricot, alpukat, buah kiwi, 
nectarine, pepaya, peach, plum. 
Sangat tinggi Markisa, sapote, cherimoya, beberapa jenis 
apel. 
Etilen dalam ruang penyimpanan dapat berasal dari produk atau sumber lainnya. Sering 
selama pemasaran, beberapa jenis komoditi disimpan bersama, dan pada kondisi ini etilen yang 
dilepaskan oleh satu komoditi dapat merusak komoditi lainnya. Gas hasil bakaran minyak 
kendaraan bermotor mengandung etilen dan kontaminasi terhadap produk yang disimpan dapat 
menginisiasi pemasakan dalam buah dan memacu kemunduran pada produk non-klimakterik dan 
bunga-bungaan atau bahan tanaman hias. Kebanyakan bunga potong sensitive terhadap etilen.
Pertimbangan Fisik 
Buah dan sayuran mengandung air sangat banyak antara 80-95% sehingga sangatlah mudah 
mengalami kerusakan karena benturan-benturan fisik. Kerusakan fisik dapat terjadi pada seluruh 
tahapan dari kegiatan sebelum panen, selanjutnya pemanenan, penanganan, grading, 
pengemasan, transportasi, penyimpanan, dan akhirnya sampai ke tangan konsumen. Kerusakan 
yang umum terjadi adalah memar, terpotong, adanya 
tusukan-tusukan, bagian yang pecah, lecet dan abrasi. Kerusakan dapat pula ditunjukkan oleh 
dihasilkannya stress metabolat (seperti getah), terjadinya perubahan warna coklat dari jaringan 
rusak, menginduksi produksi gas etilen yang memacu proses kemunduran produk. Kerusakan 
fisik juga memacu kerusakan baik fisiologis maupun patologis (serangan mikroorganisme 
pembusuk). 
Secara morfologis pada jaringan luar permukaan produk segar dapat mengandung bukaan-bukaan 
(lubang) alami yang dinamakan stomata dan lentisel. Stomata adalah bukaan alami 
khusus yang memberikan jalan adanya pertukaraan uap air, CO2 dan O2 dengan udara sekitar 
produk. Tidak seperti stomata yang dapat membuka dan menutup, lenticel tidak dapat menutup. 
Melalui lentisel ini pula terjadi pertukaran gas dan uap air. Kehilangan air dari produk secara 
potensial terjadi melalui bukaan-bukaan alami ini. Laju transpirasi atau kehilangan air 
dipengaruhi oleh factor-faktor internal (karakteristik morfologi dan anatomi, nisbah luas 
permukaan dan volume, pelukaan pada permukaan dan stadia kematangan), dan factor eksternal 
atau factor-faktor lingkungan (suhu, kelembaban, aliran udara dan tekanan atmosfer). 
Pada permukaan produk terdapat jaringan yang mengandung lilin yang dinamakan cuticle yang 
dapat berperan sebagai barier penguapan air berlebihan, serangan atau infeksi mikroorganisme 
pembusuk. Sehingga secara umum infeksi mikroorganisme pembusuk terjadi melalui bagian-bagian 
yang luka dari jaringan tersebut. 
Jaringan tanaman dapat menghasilkan bahan pelindung sebagai respon dari adanya pelukaan. 
Bahan seperti lignin dan suberin, yang di akumulasikan dan diendapkan mengelilingi bagian 
luka, dapat sebagai pelindung dari serangan mikroorganisme pembusuk (Eckert, 1978; Brown, 
1989). 
Pertimbangan Patologis 
Buah dan sayuran mengandung air dalam jumlah yang banyak dan juga nutrisi yang mana sangat 
baik bagi pertumbuhan mikroorganisme. Buah yang baru dipanen sebenarnya telah dilabuhi oleh
berbagai macam mikroorganisme (mikroflora) dari yang tidak menyebabkan pembusukan 
sampai yang menyebabkan pembusukan. Mikroorganisme pembusuk dapat tumbuh bila 
kondisinya memungkinkan seperti adanya pelukaan-pelukaan, kondisi suhu dan kelembaban 
yang sesuai dan sebagainya. 
Adanya
mikroorganisme pembusuk pada buah dan sayuran adalah merupakan factor pembatas utama di 
dalam memperpanjang masa simpan buah dan sayuran. 
Mikroorganisme pembusuk yang menyebabkan susut pascapanen buah dan sayuran secara umum 
disebabkan oleh jamur dan bakteri. Infeksi awal dapat terjadi selama pertumbuhan dan 
perkembangan produk tersebut masih dilapangan akibat adanya kerusakan mekanis selama 
operasi pemanenan, atau melalui kerusakan fisiologis akibat dari kondisi penyimpanan yang 
tidak baik. Pembusukan pada buah-buahan umumnya sebagai akibat infeksi jamur sedangkan 
pada sayur-sayuran lebih banyak diakibatkan oleh bakteri. Hal ini diperkirakan disebabkan oleh 
pH yang rendah (kurang dari 4.5) atau keasamannya yang tinggi dibandingkan dengan sayuran 
yang pH nya rata-rata lebih besar dari 5. 
Infeksi mikroorganisme terhadap produk dapat terjadi semasih buah-dan sayuran tersebut 
tumbuh dilapangan, namun mikroorganisme tersebut tidak tumbuh dan berkembang, hanya 
berada di dalam jaringan. Bila kondisinya memungkinkan terutama setelah produk tersebut 
dipanen dan mengalami penanganan dan penyimpanan lebihlanjut, maka mikroorganisme 
tersebut segera dapat tumbuh dan berkembang dan menyebabkan pembusukan yang serius. 
Infeksi mikroorganisme di atas di namakan infeksi laten. Contoh mikroorganisme yang 
melakukan infeksi laten adalah Colletotrichum spp yang menyebabkan pembusukan pada buah 
mangga, pepaya dan pisang. Ada pula mikroorganisme yang hanya berlabuh pada bagian 
permukaan produk namun belum mampu menginfeksi. Infeksi baru dilakukan bila ada pelukaan-pelukaan 
akibat operasi pemanenan, pasca panen dan pendistribusiannya. 
Ada pula mikroorganisme seperti bakteri pembusuk, seperti Erwinia carotovora dan 
Pseudomonas marginalis (penyebab penyakit busuk lunak) pada sayuran mampu menghasilkan 
enzim yang mampu melunakkan jaringan dan setelah jaringan tersebut lunak baru infeksi 
dilakukannya. Jadi jenis mikroorganisme ini tidak perlu menginfeksi lewat pelukaan, namun 
infeksi akan sangat jauh lebih memudahkan bila ada pelukaan-pelukaan 
Pertimbangan kondisi lingkungan 
Suhu adalah factor sangat penting yang paling berpengaruh terhadap laju kemunduran dari 
komoditi pascapanen. Setiap peningkatan 10oC laju kemunduranmeningkat dua sampai tiga kali. 
Komoditi yang dihadapkan pada suhu yang tidak sesuai dengan suhu penyimpanan optimal, 
menyebabkan terjadinya berbagai kerusakan fisiologis. Suhu juga berpengaruh terhadap 
peningkatan produksi etilen, penurunan O2 dan peningkatan CO2 yang berakibat tidak baik
terhadap komoditi. Perkecambahan spora dan laju pertumbuhan mikroorganisme lainnya sangat 
dipengaruhi oleh suhu. 
Kelembaban ruang adalah salah satu penyebab kehilangan air setelah panen. Kehilangan air 
berarti kehilangan berat dan kenampakan. Kehilangan air tidak dapat dihindarkan namun dapat 
ditoleransi. Tanda-tanda kehilangan air bervariasi pada produk yang berbeda, dan tanda-tanda 
kerusakan baru tampak saat jumlah kehilangan air berbeda-beda pula. Umumnya tanda-tanda 
kerusakan jelas terlihat bila kehilangan air antara 3-8% dari beratnya. 
Pertimbangan Ekonomis 
Kondisi ekonomis dan standard kehidupan konsumen adalah merupakan factor penting di dalam 
menentukan kompromi-kompromi yang dilakukan melalui metode penanganan dan penyediaan 
fasilitas. Investasi berlebihan untuk penanganan buah dapat mengakibatkan economic loss, 
karena konsumen tidak mampu menyerap biaya tambahan. Sebagai contoh, prosedur 
penyimpanan dengan atmosfer terkendali yang dikembangkan dengan konsentrasi etilen rendah 
dapat menjaga mutu buah lebih lama dengan kondisi lebih baik. Diperkirakan teknologi ini akan 
diadopsi secepatnya oleh petani di AS untuk meningkatkan mutu apel yang kemudian dapat 
dijual pada saat tidak musimnya. Tetapi dalam realitanya, petani sangat ragu untuk melakukan 
investasi untuk mengadopsi metode baru tersebut karena pasar belum siap membayar lebih untuk 
mutu apel yang tinggi (Liu, 1988). Hal ini menunjukkan bahwa pnerapan metode penanganan 
sangat ditentukan oleh sejauh mana konsumen mau membayar lebih dengan tingkat penanganan 
yang lebih baik. 
Jarak antara kebun dan pasar adalah salah satu penentu utama di dalam memutuskan apakah 
suatu teknologi akan digunakan. Bila jaraknya dekat, maka metode penanganan akan lebih 
sederhana. Terkadang interval waktu antara panen dan penjualan hanyalah berlangsung beberapa 
jam. Dalam kondisi ini, hanya sedikit perlakuan pascapanen yang diperlukan, dan cara paling 
efektif untuk mengurangi kerusakan adalah mengajarkan petani untuk memanen dan menangani 
produknya secara hati-hati. Bila nterval waktu jauh lebih panjang dengan lika-liku pemasaran 
yang lebih kompleks, maka diperlukan penanganan-penanganan yang lebih kompleks pula atau 
dilibatkan teknologi yang lebih banyak, dan jumlah yeng lebih besar dari factor manusia dan 
ekonomi harus dipertimbangkan. 
PERLAKUAN PASCAPANEN
Perlakuan-perlakuan pascapanen adalah bertujuan memberikan penampilan yang baik dan 
kemudahan-kemudahan untuk konsumen, memberikan perlindungan produk dari kerusakan dan 
memperpanjang masa simpan. Sukses penanganan pascapanen memerlukan koordinasi dan 
integrasi yang hati-hati dari seluruh tahapan dari operasi pemanenan sampai ke tingkat konsumen 
untuk mempertahankan mutu produk awal. Beberapa tahapan perlakuan umum pascapanen akan 
dijelaskan di bawah ini. 
Pre-sorting 
Pre-sorting biasanya dilakukan untuk mengeliminasi produk yang luka, busuk atau cacat lainnya 
sebelum pendinginan atau penanganan berikutnya. Pre-sorting akan menghemat tenaga karena 
produk-produk cacat tidak ikut tertangani. Memisahkan produk busuk akan menghindarkan 
penyebaran infeksi ke produk-produk lainnya, khususnya bila pestisida pascapanen tidak 
dipergunakan. 
Pencucian/pembersihan 
Kebanyakan buah dan sayuran membutuhkan pembersihan untuk menghilangkan kotoran seperti 
debu, insekta atau residu penyemprotan yang dilakukan sebelum panen. Pembersihan dapat 
dilakukan dengan sikat atau melalukan pada semprotan udara. Namun lebih umum digunakan 
dengan penyemprotan air atau mencelupkan ke dalam air. Bila kotoran agak sulit dihilangkan 
maka dapat ditambahkan deterjen. Sementara pencucian dilakukan sudah dengan efektif 
menghilangkan kotoran, maka disinfektan dapat ditambahkan untuk mengendalikan bakteri dan 
beberapa jamur pembusuk. Klorin adalah bahan kimia yang umum ditambahkan untuk 
pengendalian mikroorganisme tersebut. Namun klorin efektif bila larutan dijaga pada pH netral. 
Perlakuan klorin dengan konsentrasi 100-150 ppm dapat membantu mengendalikan patogen 
selama operasi lebih lanjut. Pelilinan 
Pelilinan sayuran dalam bentuk buah seperti mentimun, terung, tomat dan buah-buahan seperti 
apel dan peaches adalah umum dilakukan. Lilin alami yang banyak digunakan adalah shellac dan 
carnauba atau beeswax (lilin lebah) yang semuanya digolongkan sebagai food grade. Pelapisan 
lilin dilakukan adalah untuk mengganti lilin alami buah yang hilang karena operasi pencucian 
dan pembersihan, dan dapat membantu mengurangi kehilangan air selama penanganan dan 
pemasaran serta membantu memberikan proteksi dari serangan mikroorganisme pembusuk. Bila 
produk dililin, maka pelapisan harus dibiarkan kering sebelum penanganan berikutnya. 
Pengendalian Penyakit
Sering dibutuhkan pengendalian terhadap pertumbuhan dan perkembangan jamur dbakteri 
penyebab penyakit. Pengendalian penyakit yang baik membutuhkan: 
Indentifikasi yang benar terhadap mikroorganisme penyebab penyakit. 
Pemilihan cara pengendalian yang tepat yang sangat dipengaruhi oleh apakah penyebab 
penyakit tersebut melakukan infeksi sebelum atau sesudah panen. 
Praktik penanganan yang baik untuk meminimumkan pelukaan atau kerusakan lainnya 
dan menjaga lingkungan untuk tidak memacu perkembangan penyakit tersebut. 
Memanen produk pada satadia kematangan yang tepat. 
Fungisida adalah alat yang penting untuk pengendalian penyakit pascapanen, namun 
bukan hanya pendekatan cara ini yang tersedia. Manajemen suhu adalah cara sangat penting 
untuk mengendalikan penyakit. Adalah kenyataan bahwa seluruh teknik pengendalian lainnya 
dapat digambarkan sebagai suplemen dari cara pengelolaan suhu tersebut. Penghilangan panas 
lapang secara cepat dan menjaganya tetap pada suhu rendah, menghambat perkembangan 
kebanyakan penyakit pascapanen. 
Pengendalian Insekta 
Perlakuan pengendalian insekta yang tidak merusak produk, tidak berbahaya bagi operator dan 
kunsumen adalah perlu sehingga tidak terjadi restriksi perpindahan dari produk ke pasar terutama 
pasar internasional. Cara pengendalian insekta dapat dilakukan dengan pendinginan atau 
pemanasan. Penyimpanan pada suhu 0.5C atau dibawahnya selama 14 hari adalah memenuhi 
persyaratan karantina pasar dunia untuk pengendalian lalat buah “Queensland”. Produk yang 
dapat diperlakukan dengan cara ini adalah apel, apricot, buah kiwi, nectarine, peaches, pears, 
plum, delima dsb. Produk yang sensitive terhadap kerusakan dingin tidak dapat diperlakukan 
dengan cara ini. 
Perlakuan panas sudah lama dilakukan namun pendekatan ini jarang dilakukan untuk 
pengendalian insekta. Karena waktu expose yang lama, pentingnya pengendalian suhu tinggi dan 
kemungkinan kerusakan pada produk, maka potensinya untuk pengendalian insekta adalah 
minimal.
Perlakuan dengan iradiasi sinar Gamma dapat sebagai alternatif yang baik untuk pengendalian 
insekta seperti lalat buah dan ulat biji mangga. Namun masih dibutuhkan approval dari negara-negara 
pengimport dan konsumen bisa menerima produk teriradiasi. 
Grading 
Buah-buahan, sayur-sayuran dan bunga-bungaan adalah kelompok produk yang non-homogenous. 
Mereka bervariasi a) antar group, b) antar individu dalam kelompok dan c) antar 
daerah produksi. 
Perbedaan timbul karena perbedaan kondisi lingkungan, praktik budidaya dan perbedaan 
varietas. Sebagai akibatnya, setiap operasi grading harus menangani variasi dalam total volume 
produk, ukuran individu produk, kondisi produk (kematangan dan tingkat kerusakan mekanis) 
dan keringkihan dari produk. Beberapa factor lainnya juga berpengaruh terhadap mutu sebelum 
produk degrading, meliputi: 
Stadia kematangan saat pemanenan 
Metode untuk mentransfer produk dari lapangan ke tempat grading 
Metode panen dan 
Waktu yang dibutuhkan antara panen dan grading. 
Grading memberikan manfaat untuk keseluruhan industri, dari petani, pedagang besar dan 
pengecer karena; 
Ukurannya seragam untuk dijual 
Kematangan seragam 
Didapatkan buah yang tidak lecet atau tidak rusak 
Tercapai keuntungan lebih baik karena keseragaman produk, dan 
Menghemat biaya dalam transport dan pemasarannya karena bahan-bahan rusak 
di sisihkan.
Grading, akan tetapi, membutuhkan biaya. Alat dapat saja yang canggih dan 
mahal. Pada sisi lain, system grading sederhana akan membantu memanfaatkan tenaga 
kerja manual. Beberapa parameter dapat digunakan sebagai basis grading: 
Ukuran. Parameter ini umum digunakan karena kesesuaiannya dengan aplikasi 
mekanis. Ukuran dapat ditentukan oleh berat atau dimensi. 
Menyisihkan produk yang tidak diinginkan. Ini sering dibutuhkan untuk 
memisahkan produk dengan produk yang luka karena perlakuan mekanis, karena 
penyakit dan insekta, karena kotoran yang dibawa dari lapang dan sebagainya. 
Warna. Beberapa produk sangat ditentukan oleh warna dalam penjualannya. 
Kematangan sering dihubungkan dengan warna dan digunakan sebagai basis sortasi, 
seperti pada tomat. 
Pemasakan Terkendali 
Gas etilen digunakan untuk mengendalikan pemasakan beberapa jenis buah. 
Teknik ini cukup cepat dan memberikan pemasakan yang seragam sebelum dipasarkan. 
Buah yang umum dikendalikan pemasakannya dengan etilen adalah pisang, tomat, pear, 
dan pepaya. Buah non-klimakterik seperti anggur, jeruk, nenas, dan strawberry tidak 
dapat dimasakan dengan cara ini. Juga buah muda tidak dapat dimasakan dengan baik 
dengan cara ini. Tidak ada cara untuk memasakan buah muda sampai menjadi produk 
yang dapat diterima.. 
Degreening 
Degreening sering dilakukan untuk memperbaiki nila pasar dari produk. Seperti 
pada buah jeruk Navel atau Valencia. Pada proses degreening buah diekspose pada etilen 
konsentrasi rendah pada suhu dan kelembaban terkendali. Etilen mempercepat perusakan 
pimen berwarna coklat, chlorophyll, dimana memberikan kesempatan pada warna wortel. 
Curing 
Proses curing adalah sebagai cara efektif dan efisien untuk mengurangi kehilangan air, 
perkembangan penyakit pada beberapa sayuran umbi. Beberapa jenis komoditi di curing setelah 
panen sebelum penyimpanan dan pemasaran adalah bawang putih, ketela rambat, bawang merah 
dan sayuran umbi tropis lainnya seperti Yam danCasava Ada dua jenis curing. Pada kentang dan 
ketela pohon, curing memberikan kemampuan permukaan yang terpotong, pecah atau memar 
saat panen, untuk melakukan penyembuhan melalui perkembangan jaringan periderm pada
bagian yang luka. Pada bawang merah dan putih, curing adalah berupa pengeringan pada bagian 
kulit luar untuk membentuk barier pelindung terhadap kehilangan air dan infeksi. 
PENUTUP 
Produk segar pertanian yang dipanen mengalami berbagai bentuk stress, seperti stress hilangnya 
suplai nutrisi dan mineral dari kondisi pertumbuhan alaminya, stress karena berbagai perlakuan 
fisik selama penanganan pascapanen dan pendistribusiannya, dan stress karena lingkungan 
sekitarnya sangat jauh berbeda dengan kondisi pada lingkungan pertumbuhan dan perkembangan 
alaminya. Stress-stress tersebut mengakibatkan kemunduran dari bagian tanaman yang dipanen 
dan secepatnya mengalami pelayuan dan kematian. Dilain pihak ada kebutuhan manusia yang 
mengharuskan bagian tanaman tersebut dipanen dan keinginan untuk mempertahankan bagian 
tanaman tersebut setelah panen untuk hidup segar dalam jangka waktu yang lama. Sehingga 
terjadi konflik antara kebutuhan manusia dengan perlakuan yang menyakitkan bagi bagian 
tanaman tersebut. Untuk menjaga produk tersebut tidak segera mengalami kematian maka 
dilakukanlah kompromi-kompromi melalui metode-metode penanganan pascapanen tertentu. 
Untuk mendapatkan bentuk kompromi yang optimal maka beberapa pertimbangan penting harus 
diperhatikan, yaitu pertimbangan fisiologis, fisik, patologis dan ekonomis. Bentuk-bentuk 
kompromi diwujudkan berupa perlakuan-perlakuan pascapanen seperti pre-sorting, 
pencucian/pembersihan, pelilinan, pengendalian penyakit dan insekta, grading, pemasakan 
terkendali, degreening dan curing. 
BAHAN BACAAN 
Brown, G.E. 1989. Host defence at the wound site of harvested crops. Phytopath. 79 (12):1381- 
1384. 
Eckert, J.W. 1978. Pathological disease of fresh fruit and vegetables. In Postharvest Biology and 
Biotechnology. Hultin, H.O. and Miller, N (eds). Food and Nutrition Press, Westport, 
Connecticut:161-209. 
Kays, S.J. 1991. Postharvest Physiology of Perishable Plant Products. Van 
Nostrand Reinhold, NY.

More Related Content

What's hot

Laporan pengendalian gulma
Laporan pengendalian gulmaLaporan pengendalian gulma
Laporan pengendalian gulmaTidar University
 
Kuliah ke 2 transpirasi
Kuliah ke 2 transpirasiKuliah ke 2 transpirasi
Kuliah ke 2 transpirasiKustam Ktm
 
Unsur C ( karbon )
Unsur C ( karbon )Unsur C ( karbon )
Unsur C ( karbon )Qiqi Gobel
 
Laporan praktikum 6 bunga majemuk (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 6 bunga majemuk (morfologi tumbuhan)Laporan praktikum 6 bunga majemuk (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 6 bunga majemuk (morfologi tumbuhan)Maedy Ripani
 
Tabel c3, c4 dan cam pada reaksi gelap (Fotosintesis)
Tabel c3, c4 dan cam pada reaksi gelap (Fotosintesis)Tabel c3, c4 dan cam pada reaksi gelap (Fotosintesis)
Tabel c3, c4 dan cam pada reaksi gelap (Fotosintesis)Rafiatul Hasanah
 
Mikrobiologi_pertanian_rtf.ppt
Mikrobiologi_pertanian_rtf.pptMikrobiologi_pertanian_rtf.ppt
Mikrobiologi_pertanian_rtf.pptLenniFitri1
 
Hormon tumbuhan
Hormon tumbuhanHormon tumbuhan
Hormon tumbuhanPharmacist
 
Laporan praktikum pengamatan suhu dan kelembapan aspal
Laporan praktikum pengamatan suhu dan kelembapan aspalLaporan praktikum pengamatan suhu dan kelembapan aspal
Laporan praktikum pengamatan suhu dan kelembapan aspalJoel mabes
 
Peranan Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Peranan Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi TanamanPeranan Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Peranan Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanamanita wahyu
 
Memperbanyak Tanaman Dengan Cara Okulasi
Memperbanyak Tanaman Dengan Cara OkulasiMemperbanyak Tanaman Dengan Cara Okulasi
Memperbanyak Tanaman Dengan Cara Okulasitani57
 

What's hot (20)

Laporan pengendalian gulma
Laporan pengendalian gulmaLaporan pengendalian gulma
Laporan pengendalian gulma
 
Kuliah ke 2 transpirasi
Kuliah ke 2 transpirasiKuliah ke 2 transpirasi
Kuliah ke 2 transpirasi
 
Difusi dan Osmosis
Difusi dan OsmosisDifusi dan Osmosis
Difusi dan Osmosis
 
Fisiologi Tumbuhan
Fisiologi TumbuhanFisiologi Tumbuhan
Fisiologi Tumbuhan
 
Soal soal dasgro kel 1
Soal soal dasgro kel 1Soal soal dasgro kel 1
Soal soal dasgro kel 1
 
Laporan kompos
Laporan komposLaporan kompos
Laporan kompos
 
Unsur C ( karbon )
Unsur C ( karbon )Unsur C ( karbon )
Unsur C ( karbon )
 
Laporan praktikum 6 bunga majemuk (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 6 bunga majemuk (morfologi tumbuhan)Laporan praktikum 6 bunga majemuk (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 6 bunga majemuk (morfologi tumbuhan)
 
Enzim dan Fotosintesis
Enzim dan FotosintesisEnzim dan Fotosintesis
Enzim dan Fotosintesis
 
Tabel c3, c4 dan cam pada reaksi gelap (Fotosintesis)
Tabel c3, c4 dan cam pada reaksi gelap (Fotosintesis)Tabel c3, c4 dan cam pada reaksi gelap (Fotosintesis)
Tabel c3, c4 dan cam pada reaksi gelap (Fotosintesis)
 
Mikrobiologi_pertanian_rtf.ppt
Mikrobiologi_pertanian_rtf.pptMikrobiologi_pertanian_rtf.ppt
Mikrobiologi_pertanian_rtf.ppt
 
Hama teh
Hama tehHama teh
Hama teh
 
3. Morfologi Daun
3. Morfologi Daun3. Morfologi Daun
3. Morfologi Daun
 
Hormon tumbuhan
Hormon tumbuhanHormon tumbuhan
Hormon tumbuhan
 
Induksi pembungaan (7)
Induksi pembungaan (7)Induksi pembungaan (7)
Induksi pembungaan (7)
 
PPT Morfologi Tumbuhan - Bunga Majemuk
PPT Morfologi Tumbuhan - Bunga MajemukPPT Morfologi Tumbuhan - Bunga Majemuk
PPT Morfologi Tumbuhan - Bunga Majemuk
 
Laporan praktikum pengamatan suhu dan kelembapan aspal
Laporan praktikum pengamatan suhu dan kelembapan aspalLaporan praktikum pengamatan suhu dan kelembapan aspal
Laporan praktikum pengamatan suhu dan kelembapan aspal
 
Peranan Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Peranan Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi TanamanPeranan Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Peranan Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
 
Teknologi Enzim
Teknologi EnzimTeknologi Enzim
Teknologi Enzim
 
Memperbanyak Tanaman Dengan Cara Okulasi
Memperbanyak Tanaman Dengan Cara OkulasiMemperbanyak Tanaman Dengan Cara Okulasi
Memperbanyak Tanaman Dengan Cara Okulasi
 

Viewers also liked

Proses penanganan, penyimpanan dan pengolahan buah buahan dan sayuran
Proses penanganan, penyimpanan dan pengolahan buah buahan dan sayuranProses penanganan, penyimpanan dan pengolahan buah buahan dan sayuran
Proses penanganan, penyimpanan dan pengolahan buah buahan dan sayuranPecinta Satuhati
 
Makalah Panen dan Pascapanen
Makalah Panen dan PascapanenMakalah Panen dan Pascapanen
Makalah Panen dan PascapanenGoogle
 
Teknologi Penanganan Pascapanen Buah untuk Pasar
Teknologi Penanganan Pascapanen Buah untuk PasarTeknologi Penanganan Pascapanen Buah untuk Pasar
Teknologi Penanganan Pascapanen Buah untuk PasarZain Corps
 
Tujuan pengembangan hortikultura adalah
Tujuan pengembangan hortikultura adalahTujuan pengembangan hortikultura adalah
Tujuan pengembangan hortikultura adalahRauf Assegaf
 
9 penyimpanan produk pasca panen rev
9 penyimpanan produk pasca panen rev9 penyimpanan produk pasca panen rev
9 penyimpanan produk pasca panen revKustam Ktm
 
Penanganan pasca panen sayuran
Penanganan pasca panen sayuranPenanganan pasca panen sayuran
Penanganan pasca panen sayuranKartika Dhewii
 
Makalah teknik penanganan segar dan pengolahan kentang
Makalah teknik penanganan segar dan pengolahan kentangMakalah teknik penanganan segar dan pengolahan kentang
Makalah teknik penanganan segar dan pengolahan kentangSANDI TINDAON
 
Teknologi pendinginan dan pembekuan by kiman siregar
Teknologi pendinginan dan pembekuan  by kiman siregarTeknologi pendinginan dan pembekuan  by kiman siregar
Teknologi pendinginan dan pembekuan by kiman siregarKiman Siregar
 
Pendinginan pembekuan
Pendinginan pembekuanPendinginan pembekuan
Pendinginan pembekuanMela Fitriani
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 1
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 1LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 1
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 1Titin Indrawati
 
MODIFIKASI ATMOSFER DENGAN PENGEMASAN UNTUK PRODUK HORTIKULTURA
MODIFIKASI ATMOSFER DENGAN PENGEMASAN UNTUK PRODUK HORTIKULTURAMODIFIKASI ATMOSFER DENGAN PENGEMASAN UNTUK PRODUK HORTIKULTURA
MODIFIKASI ATMOSFER DENGAN PENGEMASAN UNTUK PRODUK HORTIKULTURAAGROTEKNOLOGI
 
Respirasi Pada Tumbuhan
Respirasi Pada TumbuhanRespirasi Pada Tumbuhan
Respirasi Pada TumbuhanFanny Kembaren
 
Pengolahan pasca panen pada buah jeruk
Pengolahan pasca panen pada buah jerukPengolahan pasca panen pada buah jeruk
Pengolahan pasca panen pada buah jerukuniversitas jember
 
Penanganan dan kualitas buah pasca panen
Penanganan dan kualitas buah pasca panenPenanganan dan kualitas buah pasca panen
Penanganan dan kualitas buah pasca panenEla Afellay
 
Laporan pasca panen lab
Laporan pasca panen labLaporan pasca panen lab
Laporan pasca panen labagronomy
 
Laporan Praktikum Alat dan Mesin Pengemasan
Laporan Praktikum Alat dan Mesin PengemasanLaporan Praktikum Alat dan Mesin Pengemasan
Laporan Praktikum Alat dan Mesin PengemasanMelina Eka
 
Jurnl teknik
Jurnl teknikJurnl teknik
Jurnl teknikAlen Pepa
 

Viewers also liked (20)

Proses penanganan, penyimpanan dan pengolahan buah buahan dan sayuran
Proses penanganan, penyimpanan dan pengolahan buah buahan dan sayuranProses penanganan, penyimpanan dan pengolahan buah buahan dan sayuran
Proses penanganan, penyimpanan dan pengolahan buah buahan dan sayuran
 
Makalah Panen dan Pascapanen
Makalah Panen dan PascapanenMakalah Panen dan Pascapanen
Makalah Panen dan Pascapanen
 
Teknologi Penanganan Pascapanen Buah untuk Pasar
Teknologi Penanganan Pascapanen Buah untuk PasarTeknologi Penanganan Pascapanen Buah untuk Pasar
Teknologi Penanganan Pascapanen Buah untuk Pasar
 
Fisiologi dan teknologi pasca panen
Fisiologi dan teknologi pasca panenFisiologi dan teknologi pasca panen
Fisiologi dan teknologi pasca panen
 
Tujuan pengembangan hortikultura adalah
Tujuan pengembangan hortikultura adalahTujuan pengembangan hortikultura adalah
Tujuan pengembangan hortikultura adalah
 
9 penyimpanan produk pasca panen rev
9 penyimpanan produk pasca panen rev9 penyimpanan produk pasca panen rev
9 penyimpanan produk pasca panen rev
 
Penanganan pasca panen sayuran
Penanganan pasca panen sayuranPenanganan pasca panen sayuran
Penanganan pasca panen sayuran
 
Makalah teknik penanganan segar dan pengolahan kentang
Makalah teknik penanganan segar dan pengolahan kentangMakalah teknik penanganan segar dan pengolahan kentang
Makalah teknik penanganan segar dan pengolahan kentang
 
Teknologi pendinginan dan pembekuan by kiman siregar
Teknologi pendinginan dan pembekuan  by kiman siregarTeknologi pendinginan dan pembekuan  by kiman siregar
Teknologi pendinginan dan pembekuan by kiman siregar
 
Pendinginan pembekuan
Pendinginan pembekuanPendinginan pembekuan
Pendinginan pembekuan
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 1
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 1LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 1
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 1
 
Buah
BuahBuah
Buah
 
MODIFIKASI ATMOSFER DENGAN PENGEMASAN UNTUK PRODUK HORTIKULTURA
MODIFIKASI ATMOSFER DENGAN PENGEMASAN UNTUK PRODUK HORTIKULTURAMODIFIKASI ATMOSFER DENGAN PENGEMASAN UNTUK PRODUK HORTIKULTURA
MODIFIKASI ATMOSFER DENGAN PENGEMASAN UNTUK PRODUK HORTIKULTURA
 
Respirasi Pada Tumbuhan
Respirasi Pada TumbuhanRespirasi Pada Tumbuhan
Respirasi Pada Tumbuhan
 
Pengolahan pasca panen pada buah jeruk
Pengolahan pasca panen pada buah jerukPengolahan pasca panen pada buah jeruk
Pengolahan pasca panen pada buah jeruk
 
Penanganan dan kualitas buah pasca panen
Penanganan dan kualitas buah pasca panenPenanganan dan kualitas buah pasca panen
Penanganan dan kualitas buah pasca panen
 
Laporan pasca panen lab
Laporan pasca panen labLaporan pasca panen lab
Laporan pasca panen lab
 
Laporan Praktikum Alat dan Mesin Pengemasan
Laporan Praktikum Alat dan Mesin PengemasanLaporan Praktikum Alat dan Mesin Pengemasan
Laporan Praktikum Alat dan Mesin Pengemasan
 
Rancangan Pabrik Nugget Ayam
Rancangan Pabrik Nugget AyamRancangan Pabrik Nugget Ayam
Rancangan Pabrik Nugget Ayam
 
Jurnl teknik
Jurnl teknikJurnl teknik
Jurnl teknik
 

Similar to Penanganan pascapanen buah dan sayuran segar

PELAPISAN LILIN DAN PENYIMPANAN PADA SUHU RENDAH PRODUK HORTIKULTURA
PELAPISAN LILIN DAN PENYIMPANAN PADA SUHU RENDAH PRODUK HORTIKULTURAPELAPISAN LILIN DAN PENYIMPANAN PADA SUHU RENDAH PRODUK HORTIKULTURA
PELAPISAN LILIN DAN PENYIMPANAN PADA SUHU RENDAH PRODUK HORTIKULTURAAGROTEKNOLOGI
 
Kerusakan Mikrobiologi produk Nabati
Kerusakan Mikrobiologi produk NabatiKerusakan Mikrobiologi produk Nabati
Kerusakan Mikrobiologi produk NabatiSyartiwidya Syariful
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4Titin Indrawati
 
Kajian asap cair sebagai pengawet pada buah panenan (Asap cair)
Kajian asap cair sebagai pengawet pada buah panenan (Asap cair)Kajian asap cair sebagai pengawet pada buah panenan (Asap cair)
Kajian asap cair sebagai pengawet pada buah panenan (Asap cair)Nining Nuraida
 
13_14-Dasar-dasar ekologi tumbuhan.pptx
13_14-Dasar-dasar ekologi tumbuhan.pptx13_14-Dasar-dasar ekologi tumbuhan.pptx
13_14-Dasar-dasar ekologi tumbuhan.pptxBayuSulistiantono1
 
Budidaya pertanian terhadap susunan bahan pangan
 Budidaya pertanian terhadap susunan bahan pangan Budidaya pertanian terhadap susunan bahan pangan
Budidaya pertanian terhadap susunan bahan panganSyartiwidya Syariful
 
Teknik pengolahan pasca panen hasil pertanian
Teknik pengolahan pasca panen hasil pertanianTeknik pengolahan pasca panen hasil pertanian
Teknik pengolahan pasca panen hasil pertanianboriskaido11
 
PPT-UEU-Ilmu-Bahan-Makanan-Pertemuan-2 (1).ppt
PPT-UEU-Ilmu-Bahan-Makanan-Pertemuan-2 (1).pptPPT-UEU-Ilmu-Bahan-Makanan-Pertemuan-2 (1).ppt
PPT-UEU-Ilmu-Bahan-Makanan-Pertemuan-2 (1).pptelvina181
 
Tugas 2 q1 a117036_tri asmayanti
Tugas 2 q1 a117036_tri asmayantiTugas 2 q1 a117036_tri asmayanti
Tugas 2 q1 a117036_tri asmayantiTri Asmayanti
 
Biokimia Pangan (Sayur sayuran)
Biokimia Pangan (Sayur sayuran)Biokimia Pangan (Sayur sayuran)
Biokimia Pangan (Sayur sayuran)Fathmasari
 
respon tanaman terhadap stress lingkungan
respon tanaman terhadap stress lingkunganrespon tanaman terhadap stress lingkungan
respon tanaman terhadap stress lingkunganmaya safitri
 
SAYURAN_pptx.pptx
SAYURAN_pptx.pptxSAYURAN_pptx.pptx
SAYURAN_pptx.pptxDarwisK
 
PERANAN MIKROBIOLOGI PADA BIOTEKNOLOGI PANGAN(1).docx
PERANAN MIKROBIOLOGI PADA BIOTEKNOLOGI PANGAN(1).docxPERANAN MIKROBIOLOGI PADA BIOTEKNOLOGI PANGAN(1).docx
PERANAN MIKROBIOLOGI PADA BIOTEKNOLOGI PANGAN(1).docxssuser04c576
 
Pengolahan Minimal
Pengolahan MinimalPengolahan Minimal
Pengolahan Minimalmisspure
 
Pengetahuan bahan bagian 2
Pengetahuan bahan bagian 2Pengetahuan bahan bagian 2
Pengetahuan bahan bagian 2Adha Wardanu
 

Similar to Penanganan pascapanen buah dan sayuran segar (20)

PELAPISAN LILIN DAN PENYIMPANAN PADA SUHU RENDAH PRODUK HORTIKULTURA
PELAPISAN LILIN DAN PENYIMPANAN PADA SUHU RENDAH PRODUK HORTIKULTURAPELAPISAN LILIN DAN PENYIMPANAN PADA SUHU RENDAH PRODUK HORTIKULTURA
PELAPISAN LILIN DAN PENYIMPANAN PADA SUHU RENDAH PRODUK HORTIKULTURA
 
PasPanSayurBuah.ppt
PasPanSayurBuah.pptPasPanSayurBuah.ppt
PasPanSayurBuah.ppt
 
Tpp 4
Tpp  4Tpp  4
Tpp 4
 
Kerusakan Mikrobiologi produk Nabati
Kerusakan Mikrobiologi produk NabatiKerusakan Mikrobiologi produk Nabati
Kerusakan Mikrobiologi produk Nabati
 
OUM-NESTLE 2008 1
OUM-NESTLE 2008 1OUM-NESTLE 2008 1
OUM-NESTLE 2008 1
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4
 
Kerusakan pangan
Kerusakan panganKerusakan pangan
Kerusakan pangan
 
Kajian asap cair sebagai pengawet pada buah panenan (Asap cair)
Kajian asap cair sebagai pengawet pada buah panenan (Asap cair)Kajian asap cair sebagai pengawet pada buah panenan (Asap cair)
Kajian asap cair sebagai pengawet pada buah panenan (Asap cair)
 
13_14-Dasar-dasar ekologi tumbuhan.pptx
13_14-Dasar-dasar ekologi tumbuhan.pptx13_14-Dasar-dasar ekologi tumbuhan.pptx
13_14-Dasar-dasar ekologi tumbuhan.pptx
 
Budidaya pertanian terhadap susunan bahan pangan
 Budidaya pertanian terhadap susunan bahan pangan Budidaya pertanian terhadap susunan bahan pangan
Budidaya pertanian terhadap susunan bahan pangan
 
5. proses thermal
5. proses thermal5. proses thermal
5. proses thermal
 
Teknik pengolahan pasca panen hasil pertanian
Teknik pengolahan pasca panen hasil pertanianTeknik pengolahan pasca panen hasil pertanian
Teknik pengolahan pasca panen hasil pertanian
 
PPT-UEU-Ilmu-Bahan-Makanan-Pertemuan-2 (1).ppt
PPT-UEU-Ilmu-Bahan-Makanan-Pertemuan-2 (1).pptPPT-UEU-Ilmu-Bahan-Makanan-Pertemuan-2 (1).ppt
PPT-UEU-Ilmu-Bahan-Makanan-Pertemuan-2 (1).ppt
 
Tugas 2 q1 a117036_tri asmayanti
Tugas 2 q1 a117036_tri asmayantiTugas 2 q1 a117036_tri asmayanti
Tugas 2 q1 a117036_tri asmayanti
 
Biokimia Pangan (Sayur sayuran)
Biokimia Pangan (Sayur sayuran)Biokimia Pangan (Sayur sayuran)
Biokimia Pangan (Sayur sayuran)
 
respon tanaman terhadap stress lingkungan
respon tanaman terhadap stress lingkunganrespon tanaman terhadap stress lingkungan
respon tanaman terhadap stress lingkungan
 
SAYURAN_pptx.pptx
SAYURAN_pptx.pptxSAYURAN_pptx.pptx
SAYURAN_pptx.pptx
 
PERANAN MIKROBIOLOGI PADA BIOTEKNOLOGI PANGAN(1).docx
PERANAN MIKROBIOLOGI PADA BIOTEKNOLOGI PANGAN(1).docxPERANAN MIKROBIOLOGI PADA BIOTEKNOLOGI PANGAN(1).docx
PERANAN MIKROBIOLOGI PADA BIOTEKNOLOGI PANGAN(1).docx
 
Pengolahan Minimal
Pengolahan MinimalPengolahan Minimal
Pengolahan Minimal
 
Pengetahuan bahan bagian 2
Pengetahuan bahan bagian 2Pengetahuan bahan bagian 2
Pengetahuan bahan bagian 2
 

More from Ignazio Hadi Saragih

More from Ignazio Hadi Saragih (12)

Rancangan Acak Kelompok
Rancangan Acak KelompokRancangan Acak Kelompok
Rancangan Acak Kelompok
 
Rak - Rancangan Acak Kelompok
Rak - Rancangan Acak KelompokRak - Rancangan Acak Kelompok
Rak - Rancangan Acak Kelompok
 
Rancangan Acak Kelompok
Rancangan Acak KelompokRancangan Acak Kelompok
Rancangan Acak Kelompok
 
Rancangan Acak Kelompok
Rancangan Acak Kelompok Rancangan Acak Kelompok
Rancangan Acak Kelompok
 
RANCOB RAK
RANCOB RAKRANCOB RAK
RANCOB RAK
 
Rancangan acak kelompok
Rancangan acak kelompokRancangan acak kelompok
Rancangan acak kelompok
 
I ketut kamara - pengaruh dosis-pupuk kascing dan bio urin sapi terhadap pert...
I ketut kamara - pengaruh dosis-pupuk kascing dan bio urin sapi terhadap pert...I ketut kamara - pengaruh dosis-pupuk kascing dan bio urin sapi terhadap pert...
I ketut kamara - pengaruh dosis-pupuk kascing dan bio urin sapi terhadap pert...
 
kesuburan dan kesehatan tanah
kesuburan dan kesehatan tanahkesuburan dan kesehatan tanah
kesuburan dan kesehatan tanah
 
Pengaruh pemberian beberapa dosis pupuk kandang ayam
Pengaruh pemberian beberapa dosis pupuk kandang ayamPengaruh pemberian beberapa dosis pupuk kandang ayam
Pengaruh pemberian beberapa dosis pupuk kandang ayam
 
Flow diagram process PKS
Flow diagram process PKSFlow diagram process PKS
Flow diagram process PKS
 
Laporan Magang Perkebunan PKS
Laporan Magang Perkebunan PKS Laporan Magang Perkebunan PKS
Laporan Magang Perkebunan PKS
 
Heritabilitas narrow sense
Heritabilitas narrow senseHeritabilitas narrow sense
Heritabilitas narrow sense
 

Recently uploaded

DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfIndri117648
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 

Recently uploaded (20)

DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 

Penanganan pascapanen buah dan sayuran segar

  • 1. PENANGANAN PASCAPANEN BUAH DAN SAYURAN SEGAR KARAKTERISTIK ALAMI PRODUK SEGAR SAYURAN Karakteristik penting produk pascapanen sayuaran adalah bahan tersebut masih hidup dan masih melanjutkan fungsi metabolisme. Akan tetapi metabolisme tidak sama dengan tanaman induknya yang tumbuh dengan lingkungan aslinya, karena produk yang telah dipanen mengalami berbagai bentuk stress seperti hilangnya suplai nutrisi, proses panen sering menimbulkan pelukaan berarti, pengemasan dan transportasi dapat menimbulkan kerusakan mekanis lebih lanjut, orientasi gravitasi dari produk pascapanen umumnya sangat berbeda dengan kondisi alamiahnya, hambatan ketersediaan CO2 dan O2, hambatan regim suhu dan sebagainya. Sehingga secara keseluruhan bahan hidup sayuran pascapanen dapat dikatakan mengalami berbagai perlakuan yang menyakitkan selama hidup pascapanennya. Produk harus dipanen dan dipindahkan melalui beberapa sistem penanganan dan transportasi ke tempat penggunaannya seperti pasar retail atau langsung ke konsumen dengan menjaga sedapat mungkin status hidupnya dan dalam kondisi kesegaran optimum. Jika stress terlalu berlebihan yang melebihi toleransi fisik dan fisiologis, maka terjadi kematian. Aktivitas metabolisme pada buah dan sayuran segar dicirikan dengan adanya proses respirasi. Respirasi menghasilkan panas yang menyebabkan terjadinya peningkatan panas. Sehingga proses kemunduran seperti kehilangan air, pelayuan, dan pertumbuhan mikroorganisme akan semakin meningkat. Mikroorganisme pembusuk akan mendapatkan kondisi pertumbuhannya yang ideal dengan adanya peningkatan suhu, kelembaban dan siap menginfeksi sayuran melalui pelukaan-pelukaan yang sudah ada. Selama transportasi ke konsumen, produk sayuran pascapanen mengalami tekanan fisik, getaran, gesekan pada kondisi dimana suhu dan kelembaban memacu proses pelayuan.
  • 2. Akhirnya produk yang demikian tersebut dipersembahkan di pasar retail ke pada konsumen sebagai produk farm fresh. Disini dapat dilihat bahwa terjadi konflik antara kebutuhan manusia dengan sifat alamiah biologis dari produk ringkih sayuran yang telah dipanen tersebut. Konsekwensi langsung dari konflik antara kebutuhan hidup dari bagian tanaman tersebut dan kebutuhan manusia untuk mendistribusikan dan memasarkan serta menjaga mutu produk itu sedapat mungkin dalam jangka waktu tertentu sampai saatnya dikonsumsi, adalah adanya keharusan untuk melakukan kompromi-kompromi. Kompromi-kompromi adalah elemen dasar dari setiap tingkat penanganan pascapanen produk-produk tanaman yang ringkih sayuran dan buah-buahan. Dapat dalam bentuk kompromi suhu untuk meminimumkan aktivitas metabolisme namun dihindari adanya kerusakan dingin, atau kompromi dalah hal konsentrasi oksigen untuk meminimumkan respirasi namun dihindari terjadinya respirasi anaerobik, atau kompromi dalam keketatan pengemasan untuk meminimumkan kerusakan karena tekanan namun dihindari adanya kerusakan karena fibrasi dan sebagainya. Pemahaman tentang sifat alami produk panen dan pengaruh praktik-praktik penanganannya adalah sangat penting untuk melakukan kompromi terbaik untuk menjaga kondisi optimum dari produk. Sehingga untuk mendapatkan bentuk kompromi yang optimal maka beberapa pertimbangan penting harus diperhatikan, yaitu pertimbangan fisiologis, fisik, patologis dan ekonomis. PERTIMBANGAN-PERTIMBANGAN PENTING DALAM PENANGANAN PASCAPANEN PRODUK BUAH DAN SAYURAN Pertimbangan Fisiologis Laju Respirasi Secara fisiologis bagian tanaman yang dipanen dan dimanfaatkan untuk konsumsi segar adalah masih hidup, dicirikan dengan adanya aktivitas metabolisme yang dinamakan respirasi. Respirasi berlangsung untuk memperoleh energi untuk aktivitas hidupnya. Dalam proses respirasi ini, bahan tanaman terutama kompleks karbohidrat dirombak menjadi bentuk karbohidrat yang paling sederhana (gula) selanjutnya
  • 3. dioksidasi untuk menghasilkan energi. Hasil sampingan dari respirasi ini adalah CO2, uap air dan panas (Salunkhe dan Desai, 1984). Semakin tinggi laju respirasi maka semakin cepat pula perombakan-perombakan tersebut yang mengarah pada kemunduran dari produk tersebut. Air yang dihasilkan ditranspirasikan dan jika tidak dikendalikan produk akan cepat menjadi layu. Sehingga laju respirasi sering digunakan sebagai index yang baik untuk menentukan masa simpan pascapanen produk segar (Ryal dan Lipton, 1972). Berbagai produk mempunyai laju respirasi berbeda, umumnya tergantung pada struktur morfologi dan tingkat perkembangan jaringan bagian tanaman tersebut (Kays, 1991). Secara umum, sel-sel muda yang tumbuh aktif cenderung mempunyai laju respirasi lebih tinggi dibandingkan dengan yang lebih tua atau sel-sel yang lebih dewasa. Laju respirasi menentukan potensi pasar dan masa simpan yang berkaitan erat dengan; kehilangan air, kehilangan kenampakan yang baik, kehilangan nilai nutrisi dan berkurangnya nilai cita rasa. Masa simpan produk segar dapat diperpanjang dengan menempatkannya dalam lingkunngan yang dapat memeperlambat laju respirasi dan transpirasi melalui penurunan suhu produk, mengurangi ketersediaan O2 atau meningkatkan konsentrasi CO2 , dan menjaga kelembaban nisbi yang mencukupi dari udara sekitar produk tersebut. C6H12O6 + O2 -------------> CO2 + H2O + Energi + panas
  • 4. Tabel 1. Kelas respirasi dari beberapa produk pertanian pascapanen pada suhu 5oC. Kelas respirasi Komoditi Sangat rendah Biji-bijian, kurma, buah kering dan beberapa sayuran Rendah Apel, jeruk, anggur, kiwi, bawang putih dan merah, kentang yang telah matang dan ketela rambat. Moderat Aprikot, pisang, cherry, peach, nectarine, kol, wortel, selada, tomat. kentang. Tinggi Strawberry, bunga ko, lima bean, apokat. Sangat tinggi Artichoke, snap bean, green onion, brussel sprout, cut flower. Terlalu tinggi Asparagus, brokoli, jamur pangan, pea, spinach, jagung manis.
  • 5.
  • 6.
  • 7. Etilen adalah senyawa organic hidrokarbon paling sederhana (C2H4) berupa gas berpengaruh terhadap proses fisiologis tanaman. Etilen dikategorikan sebagai hormon alami untuk penuaan dan pemasakan dan secara fisiologis sangat aktif dalam konsentarsi sangat rendah (<0.005 uL/L) (Wills et al., 1988). Klasifikasi komoditi hortikultura berdasarkan laju respirasinya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Klasifikasi komoditi hortikultura berdasarkan laju produksi etilen Klass laju produksi etilen Jenis komoditi Sangat rendah Artichoke, asparagus, bunga kol, cherry, jeruk, delima, strawberry, sayuran daun, sayuran umbi, kentang, kebanyakan bunga potong. Rendah Blueberry, cranberry, mentimun, terung, okra, olive, kesemek, nenas, pumpkin, raspberry, semangka. Moderat Pisang, jambu biji, melon, mangga, tomat. Tinggi Apel, apricot, alpukat, buah kiwi, nectarine, pepaya, peach, plum. Sangat tinggi Markisa, sapote, cherimoya, beberapa jenis apel. Etilen dalam ruang penyimpanan dapat berasal dari produk atau sumber lainnya. Sering selama pemasaran, beberapa jenis komoditi disimpan bersama, dan pada kondisi ini etilen yang dilepaskan oleh satu komoditi dapat merusak komoditi lainnya. Gas hasil bakaran minyak kendaraan bermotor mengandung etilen dan kontaminasi terhadap produk yang disimpan dapat menginisiasi pemasakan dalam buah dan memacu kemunduran pada produk non-klimakterik dan bunga-bungaan atau bahan tanaman hias. Kebanyakan bunga potong sensitive terhadap etilen.
  • 8. Pertimbangan Fisik Buah dan sayuran mengandung air sangat banyak antara 80-95% sehingga sangatlah mudah mengalami kerusakan karena benturan-benturan fisik. Kerusakan fisik dapat terjadi pada seluruh tahapan dari kegiatan sebelum panen, selanjutnya pemanenan, penanganan, grading, pengemasan, transportasi, penyimpanan, dan akhirnya sampai ke tangan konsumen. Kerusakan yang umum terjadi adalah memar, terpotong, adanya tusukan-tusukan, bagian yang pecah, lecet dan abrasi. Kerusakan dapat pula ditunjukkan oleh dihasilkannya stress metabolat (seperti getah), terjadinya perubahan warna coklat dari jaringan rusak, menginduksi produksi gas etilen yang memacu proses kemunduran produk. Kerusakan fisik juga memacu kerusakan baik fisiologis maupun patologis (serangan mikroorganisme pembusuk). Secara morfologis pada jaringan luar permukaan produk segar dapat mengandung bukaan-bukaan (lubang) alami yang dinamakan stomata dan lentisel. Stomata adalah bukaan alami khusus yang memberikan jalan adanya pertukaraan uap air, CO2 dan O2 dengan udara sekitar produk. Tidak seperti stomata yang dapat membuka dan menutup, lenticel tidak dapat menutup. Melalui lentisel ini pula terjadi pertukaran gas dan uap air. Kehilangan air dari produk secara potensial terjadi melalui bukaan-bukaan alami ini. Laju transpirasi atau kehilangan air dipengaruhi oleh factor-faktor internal (karakteristik morfologi dan anatomi, nisbah luas permukaan dan volume, pelukaan pada permukaan dan stadia kematangan), dan factor eksternal atau factor-faktor lingkungan (suhu, kelembaban, aliran udara dan tekanan atmosfer). Pada permukaan produk terdapat jaringan yang mengandung lilin yang dinamakan cuticle yang dapat berperan sebagai barier penguapan air berlebihan, serangan atau infeksi mikroorganisme pembusuk. Sehingga secara umum infeksi mikroorganisme pembusuk terjadi melalui bagian-bagian yang luka dari jaringan tersebut. Jaringan tanaman dapat menghasilkan bahan pelindung sebagai respon dari adanya pelukaan. Bahan seperti lignin dan suberin, yang di akumulasikan dan diendapkan mengelilingi bagian luka, dapat sebagai pelindung dari serangan mikroorganisme pembusuk (Eckert, 1978; Brown, 1989). Pertimbangan Patologis Buah dan sayuran mengandung air dalam jumlah yang banyak dan juga nutrisi yang mana sangat baik bagi pertumbuhan mikroorganisme. Buah yang baru dipanen sebenarnya telah dilabuhi oleh
  • 9. berbagai macam mikroorganisme (mikroflora) dari yang tidak menyebabkan pembusukan sampai yang menyebabkan pembusukan. Mikroorganisme pembusuk dapat tumbuh bila kondisinya memungkinkan seperti adanya pelukaan-pelukaan, kondisi suhu dan kelembaban yang sesuai dan sebagainya. Adanya
  • 10. mikroorganisme pembusuk pada buah dan sayuran adalah merupakan factor pembatas utama di dalam memperpanjang masa simpan buah dan sayuran. Mikroorganisme pembusuk yang menyebabkan susut pascapanen buah dan sayuran secara umum disebabkan oleh jamur dan bakteri. Infeksi awal dapat terjadi selama pertumbuhan dan perkembangan produk tersebut masih dilapangan akibat adanya kerusakan mekanis selama operasi pemanenan, atau melalui kerusakan fisiologis akibat dari kondisi penyimpanan yang tidak baik. Pembusukan pada buah-buahan umumnya sebagai akibat infeksi jamur sedangkan pada sayur-sayuran lebih banyak diakibatkan oleh bakteri. Hal ini diperkirakan disebabkan oleh pH yang rendah (kurang dari 4.5) atau keasamannya yang tinggi dibandingkan dengan sayuran yang pH nya rata-rata lebih besar dari 5. Infeksi mikroorganisme terhadap produk dapat terjadi semasih buah-dan sayuran tersebut tumbuh dilapangan, namun mikroorganisme tersebut tidak tumbuh dan berkembang, hanya berada di dalam jaringan. Bila kondisinya memungkinkan terutama setelah produk tersebut dipanen dan mengalami penanganan dan penyimpanan lebihlanjut, maka mikroorganisme tersebut segera dapat tumbuh dan berkembang dan menyebabkan pembusukan yang serius. Infeksi mikroorganisme di atas di namakan infeksi laten. Contoh mikroorganisme yang melakukan infeksi laten adalah Colletotrichum spp yang menyebabkan pembusukan pada buah mangga, pepaya dan pisang. Ada pula mikroorganisme yang hanya berlabuh pada bagian permukaan produk namun belum mampu menginfeksi. Infeksi baru dilakukan bila ada pelukaan-pelukaan akibat operasi pemanenan, pasca panen dan pendistribusiannya. Ada pula mikroorganisme seperti bakteri pembusuk, seperti Erwinia carotovora dan Pseudomonas marginalis (penyebab penyakit busuk lunak) pada sayuran mampu menghasilkan enzim yang mampu melunakkan jaringan dan setelah jaringan tersebut lunak baru infeksi dilakukannya. Jadi jenis mikroorganisme ini tidak perlu menginfeksi lewat pelukaan, namun infeksi akan sangat jauh lebih memudahkan bila ada pelukaan-pelukaan Pertimbangan kondisi lingkungan Suhu adalah factor sangat penting yang paling berpengaruh terhadap laju kemunduran dari komoditi pascapanen. Setiap peningkatan 10oC laju kemunduranmeningkat dua sampai tiga kali. Komoditi yang dihadapkan pada suhu yang tidak sesuai dengan suhu penyimpanan optimal, menyebabkan terjadinya berbagai kerusakan fisiologis. Suhu juga berpengaruh terhadap peningkatan produksi etilen, penurunan O2 dan peningkatan CO2 yang berakibat tidak baik
  • 11. terhadap komoditi. Perkecambahan spora dan laju pertumbuhan mikroorganisme lainnya sangat dipengaruhi oleh suhu. Kelembaban ruang adalah salah satu penyebab kehilangan air setelah panen. Kehilangan air berarti kehilangan berat dan kenampakan. Kehilangan air tidak dapat dihindarkan namun dapat ditoleransi. Tanda-tanda kehilangan air bervariasi pada produk yang berbeda, dan tanda-tanda kerusakan baru tampak saat jumlah kehilangan air berbeda-beda pula. Umumnya tanda-tanda kerusakan jelas terlihat bila kehilangan air antara 3-8% dari beratnya. Pertimbangan Ekonomis Kondisi ekonomis dan standard kehidupan konsumen adalah merupakan factor penting di dalam menentukan kompromi-kompromi yang dilakukan melalui metode penanganan dan penyediaan fasilitas. Investasi berlebihan untuk penanganan buah dapat mengakibatkan economic loss, karena konsumen tidak mampu menyerap biaya tambahan. Sebagai contoh, prosedur penyimpanan dengan atmosfer terkendali yang dikembangkan dengan konsentrasi etilen rendah dapat menjaga mutu buah lebih lama dengan kondisi lebih baik. Diperkirakan teknologi ini akan diadopsi secepatnya oleh petani di AS untuk meningkatkan mutu apel yang kemudian dapat dijual pada saat tidak musimnya. Tetapi dalam realitanya, petani sangat ragu untuk melakukan investasi untuk mengadopsi metode baru tersebut karena pasar belum siap membayar lebih untuk mutu apel yang tinggi (Liu, 1988). Hal ini menunjukkan bahwa pnerapan metode penanganan sangat ditentukan oleh sejauh mana konsumen mau membayar lebih dengan tingkat penanganan yang lebih baik. Jarak antara kebun dan pasar adalah salah satu penentu utama di dalam memutuskan apakah suatu teknologi akan digunakan. Bila jaraknya dekat, maka metode penanganan akan lebih sederhana. Terkadang interval waktu antara panen dan penjualan hanyalah berlangsung beberapa jam. Dalam kondisi ini, hanya sedikit perlakuan pascapanen yang diperlukan, dan cara paling efektif untuk mengurangi kerusakan adalah mengajarkan petani untuk memanen dan menangani produknya secara hati-hati. Bila nterval waktu jauh lebih panjang dengan lika-liku pemasaran yang lebih kompleks, maka diperlukan penanganan-penanganan yang lebih kompleks pula atau dilibatkan teknologi yang lebih banyak, dan jumlah yeng lebih besar dari factor manusia dan ekonomi harus dipertimbangkan. PERLAKUAN PASCAPANEN
  • 12. Perlakuan-perlakuan pascapanen adalah bertujuan memberikan penampilan yang baik dan kemudahan-kemudahan untuk konsumen, memberikan perlindungan produk dari kerusakan dan memperpanjang masa simpan. Sukses penanganan pascapanen memerlukan koordinasi dan integrasi yang hati-hati dari seluruh tahapan dari operasi pemanenan sampai ke tingkat konsumen untuk mempertahankan mutu produk awal. Beberapa tahapan perlakuan umum pascapanen akan dijelaskan di bawah ini. Pre-sorting Pre-sorting biasanya dilakukan untuk mengeliminasi produk yang luka, busuk atau cacat lainnya sebelum pendinginan atau penanganan berikutnya. Pre-sorting akan menghemat tenaga karena produk-produk cacat tidak ikut tertangani. Memisahkan produk busuk akan menghindarkan penyebaran infeksi ke produk-produk lainnya, khususnya bila pestisida pascapanen tidak dipergunakan. Pencucian/pembersihan Kebanyakan buah dan sayuran membutuhkan pembersihan untuk menghilangkan kotoran seperti debu, insekta atau residu penyemprotan yang dilakukan sebelum panen. Pembersihan dapat dilakukan dengan sikat atau melalukan pada semprotan udara. Namun lebih umum digunakan dengan penyemprotan air atau mencelupkan ke dalam air. Bila kotoran agak sulit dihilangkan maka dapat ditambahkan deterjen. Sementara pencucian dilakukan sudah dengan efektif menghilangkan kotoran, maka disinfektan dapat ditambahkan untuk mengendalikan bakteri dan beberapa jamur pembusuk. Klorin adalah bahan kimia yang umum ditambahkan untuk pengendalian mikroorganisme tersebut. Namun klorin efektif bila larutan dijaga pada pH netral. Perlakuan klorin dengan konsentrasi 100-150 ppm dapat membantu mengendalikan patogen selama operasi lebih lanjut. Pelilinan Pelilinan sayuran dalam bentuk buah seperti mentimun, terung, tomat dan buah-buahan seperti apel dan peaches adalah umum dilakukan. Lilin alami yang banyak digunakan adalah shellac dan carnauba atau beeswax (lilin lebah) yang semuanya digolongkan sebagai food grade. Pelapisan lilin dilakukan adalah untuk mengganti lilin alami buah yang hilang karena operasi pencucian dan pembersihan, dan dapat membantu mengurangi kehilangan air selama penanganan dan pemasaran serta membantu memberikan proteksi dari serangan mikroorganisme pembusuk. Bila produk dililin, maka pelapisan harus dibiarkan kering sebelum penanganan berikutnya. Pengendalian Penyakit
  • 13. Sering dibutuhkan pengendalian terhadap pertumbuhan dan perkembangan jamur dbakteri penyebab penyakit. Pengendalian penyakit yang baik membutuhkan: Indentifikasi yang benar terhadap mikroorganisme penyebab penyakit. Pemilihan cara pengendalian yang tepat yang sangat dipengaruhi oleh apakah penyebab penyakit tersebut melakukan infeksi sebelum atau sesudah panen. Praktik penanganan yang baik untuk meminimumkan pelukaan atau kerusakan lainnya dan menjaga lingkungan untuk tidak memacu perkembangan penyakit tersebut. Memanen produk pada satadia kematangan yang tepat. Fungisida adalah alat yang penting untuk pengendalian penyakit pascapanen, namun bukan hanya pendekatan cara ini yang tersedia. Manajemen suhu adalah cara sangat penting untuk mengendalikan penyakit. Adalah kenyataan bahwa seluruh teknik pengendalian lainnya dapat digambarkan sebagai suplemen dari cara pengelolaan suhu tersebut. Penghilangan panas lapang secara cepat dan menjaganya tetap pada suhu rendah, menghambat perkembangan kebanyakan penyakit pascapanen. Pengendalian Insekta Perlakuan pengendalian insekta yang tidak merusak produk, tidak berbahaya bagi operator dan kunsumen adalah perlu sehingga tidak terjadi restriksi perpindahan dari produk ke pasar terutama pasar internasional. Cara pengendalian insekta dapat dilakukan dengan pendinginan atau pemanasan. Penyimpanan pada suhu 0.5C atau dibawahnya selama 14 hari adalah memenuhi persyaratan karantina pasar dunia untuk pengendalian lalat buah “Queensland”. Produk yang dapat diperlakukan dengan cara ini adalah apel, apricot, buah kiwi, nectarine, peaches, pears, plum, delima dsb. Produk yang sensitive terhadap kerusakan dingin tidak dapat diperlakukan dengan cara ini. Perlakuan panas sudah lama dilakukan namun pendekatan ini jarang dilakukan untuk pengendalian insekta. Karena waktu expose yang lama, pentingnya pengendalian suhu tinggi dan kemungkinan kerusakan pada produk, maka potensinya untuk pengendalian insekta adalah minimal.
  • 14. Perlakuan dengan iradiasi sinar Gamma dapat sebagai alternatif yang baik untuk pengendalian insekta seperti lalat buah dan ulat biji mangga. Namun masih dibutuhkan approval dari negara-negara pengimport dan konsumen bisa menerima produk teriradiasi. Grading Buah-buahan, sayur-sayuran dan bunga-bungaan adalah kelompok produk yang non-homogenous. Mereka bervariasi a) antar group, b) antar individu dalam kelompok dan c) antar daerah produksi. Perbedaan timbul karena perbedaan kondisi lingkungan, praktik budidaya dan perbedaan varietas. Sebagai akibatnya, setiap operasi grading harus menangani variasi dalam total volume produk, ukuran individu produk, kondisi produk (kematangan dan tingkat kerusakan mekanis) dan keringkihan dari produk. Beberapa factor lainnya juga berpengaruh terhadap mutu sebelum produk degrading, meliputi: Stadia kematangan saat pemanenan Metode untuk mentransfer produk dari lapangan ke tempat grading Metode panen dan Waktu yang dibutuhkan antara panen dan grading. Grading memberikan manfaat untuk keseluruhan industri, dari petani, pedagang besar dan pengecer karena; Ukurannya seragam untuk dijual Kematangan seragam Didapatkan buah yang tidak lecet atau tidak rusak Tercapai keuntungan lebih baik karena keseragaman produk, dan Menghemat biaya dalam transport dan pemasarannya karena bahan-bahan rusak di sisihkan.
  • 15. Grading, akan tetapi, membutuhkan biaya. Alat dapat saja yang canggih dan mahal. Pada sisi lain, system grading sederhana akan membantu memanfaatkan tenaga kerja manual. Beberapa parameter dapat digunakan sebagai basis grading: Ukuran. Parameter ini umum digunakan karena kesesuaiannya dengan aplikasi mekanis. Ukuran dapat ditentukan oleh berat atau dimensi. Menyisihkan produk yang tidak diinginkan. Ini sering dibutuhkan untuk memisahkan produk dengan produk yang luka karena perlakuan mekanis, karena penyakit dan insekta, karena kotoran yang dibawa dari lapang dan sebagainya. Warna. Beberapa produk sangat ditentukan oleh warna dalam penjualannya. Kematangan sering dihubungkan dengan warna dan digunakan sebagai basis sortasi, seperti pada tomat. Pemasakan Terkendali Gas etilen digunakan untuk mengendalikan pemasakan beberapa jenis buah. Teknik ini cukup cepat dan memberikan pemasakan yang seragam sebelum dipasarkan. Buah yang umum dikendalikan pemasakannya dengan etilen adalah pisang, tomat, pear, dan pepaya. Buah non-klimakterik seperti anggur, jeruk, nenas, dan strawberry tidak dapat dimasakan dengan cara ini. Juga buah muda tidak dapat dimasakan dengan baik dengan cara ini. Tidak ada cara untuk memasakan buah muda sampai menjadi produk yang dapat diterima.. Degreening Degreening sering dilakukan untuk memperbaiki nila pasar dari produk. Seperti pada buah jeruk Navel atau Valencia. Pada proses degreening buah diekspose pada etilen konsentrasi rendah pada suhu dan kelembaban terkendali. Etilen mempercepat perusakan pimen berwarna coklat, chlorophyll, dimana memberikan kesempatan pada warna wortel. Curing Proses curing adalah sebagai cara efektif dan efisien untuk mengurangi kehilangan air, perkembangan penyakit pada beberapa sayuran umbi. Beberapa jenis komoditi di curing setelah panen sebelum penyimpanan dan pemasaran adalah bawang putih, ketela rambat, bawang merah dan sayuran umbi tropis lainnya seperti Yam danCasava Ada dua jenis curing. Pada kentang dan ketela pohon, curing memberikan kemampuan permukaan yang terpotong, pecah atau memar saat panen, untuk melakukan penyembuhan melalui perkembangan jaringan periderm pada
  • 16. bagian yang luka. Pada bawang merah dan putih, curing adalah berupa pengeringan pada bagian kulit luar untuk membentuk barier pelindung terhadap kehilangan air dan infeksi. PENUTUP Produk segar pertanian yang dipanen mengalami berbagai bentuk stress, seperti stress hilangnya suplai nutrisi dan mineral dari kondisi pertumbuhan alaminya, stress karena berbagai perlakuan fisik selama penanganan pascapanen dan pendistribusiannya, dan stress karena lingkungan sekitarnya sangat jauh berbeda dengan kondisi pada lingkungan pertumbuhan dan perkembangan alaminya. Stress-stress tersebut mengakibatkan kemunduran dari bagian tanaman yang dipanen dan secepatnya mengalami pelayuan dan kematian. Dilain pihak ada kebutuhan manusia yang mengharuskan bagian tanaman tersebut dipanen dan keinginan untuk mempertahankan bagian tanaman tersebut setelah panen untuk hidup segar dalam jangka waktu yang lama. Sehingga terjadi konflik antara kebutuhan manusia dengan perlakuan yang menyakitkan bagi bagian tanaman tersebut. Untuk menjaga produk tersebut tidak segera mengalami kematian maka dilakukanlah kompromi-kompromi melalui metode-metode penanganan pascapanen tertentu. Untuk mendapatkan bentuk kompromi yang optimal maka beberapa pertimbangan penting harus diperhatikan, yaitu pertimbangan fisiologis, fisik, patologis dan ekonomis. Bentuk-bentuk kompromi diwujudkan berupa perlakuan-perlakuan pascapanen seperti pre-sorting, pencucian/pembersihan, pelilinan, pengendalian penyakit dan insekta, grading, pemasakan terkendali, degreening dan curing. BAHAN BACAAN Brown, G.E. 1989. Host defence at the wound site of harvested crops. Phytopath. 79 (12):1381- 1384. Eckert, J.W. 1978. Pathological disease of fresh fruit and vegetables. In Postharvest Biology and Biotechnology. Hultin, H.O. and Miller, N (eds). Food and Nutrition Press, Westport, Connecticut:161-209. Kays, S.J. 1991. Postharvest Physiology of Perishable Plant Products. Van Nostrand Reinhold, NY.