Modul ini membahas konsep bencana dan penanggulangan bencana yang meliputi pengertian bencana, jenis bencana, faktor-faktor penyebab terjadinya bencana, serta paradigma penanggulangan bencana dari pandangan konvensional hingga pandangan holistik."
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
PRB COVID-19
1.
2. i
i
KONTRIBUTOR MODUL
Pratomo Cahyo Nugroho, BNPB
Novi Kumalasari, BNPB
Syauqi, BNPB
Rizki Tri Septian, BNPB
Evans Rolling, BNPB
Heni Rudiyanti, Kemenkes
Ninil Jannah, SIAP-SIAGA/DFAT
Widowati, Humanitarian Forum
Indonesia
Agung Wicaksono, BNPB
TIM PENYUSUN
B Wisnu Widjaja
Agus Wibowo
TIM PENGARAH
Nur Indriani
Ahmad Fahmi Rijal
Evira Yubelta
Muhammad Irsyadul Kirom
Kamilia Agrianti Zahrah
TIM DESAIN
Diterbitkan oleh
Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Jalan Raya Pramuka Kav. 38, Jakarta Timur 13120
Telp : (021) 29827793
Fax: (021) 21281200
Cetakan pertama, 13 November 2020
Disclaimer
Modul ini disusun dari berbagai sumber dan
merupakan “dokumen hidup” yang senantiasa
diperbaiki, diperbaharui dan dimutakhirkan
sesuai dengan kondisi pandemi COVID-19.
3. SAMBUTAN
ii
Pandemi Coronavirus 2019 (COVID-19) menjadi bencana ditingkat global dan telah menu-
liskan sejarah baru dalam dunia kesehatan dan kebencanaan. Penyakit COVID-19 adalah pen-
yakit infeksi yang disebabkan oleh sindrom pernafasan akut parah Coronavirus 2 (SARS-
CoV-2) yang pertama kali diidentifikasi pada Desember 2019 di Kota Wuhan, Hubei, China.
Negara Indonesia juga mengalami dampak pandemi COVID-19. Sistem kesehatan, sosial, budaya,
ekonomi, dan lingkungan mengalami tekanan yang tinggi akibat pandemi ini. Selain itu, anak-anak harus
belajar di rumah sehingga suasana kondusif dalam kegiatan belajar mengajar terganggu dan peran kelu-
arga mendapatkan tenanan lebih tinggi, disamping pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Lumpuhnya
aktivitas ekonomi, terutama sektor informal menghambat pembangunan berkelanjutan dan meningkat-
kan angka kemiskinan.
Perubahan kebiasaan untuk merespon dan mengurangi risiko bencana pandemi wabah penyakit di-
harapkan dapat dilakukan secara masif, baik oleh pemerintah, masyarakat, sektor privat, akademisi, juga
media. Namun demikian, pemerintah sebagai pemegang otoritas mengeluarkan konsep bagaimana tu-
juan perubahan kebiasaan ini dapat diimplementasikan hingga ke penerima manfaat terkecil, yaitu mas-
yarakat.
Dalam hal ini, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang berkewajiban dalam
mengkoordinasi seluruh pemangku kepentingan untuk melakukan tindakan pengurangan risiko
bencana, menyiapkan salah salah satu konsep upaya perubahan perilaku melalui pendekatan
4. iii
gender. Penjajakan pertama pendekatan gender adalah melalui Ibu. Perempuan sebagai tonggak edukasi
dalam komunitas terkecil (keluarga) memiliki peran yang besar, kuat, dan strategis sehingga perlu diwa-
dahi dalam sebuah konsep perubahan kebiasaan. BNPB mendorong perwujudan peran gender ini dengan
menyiapkan perangkat edukasi berupa modul.
Modul ini disusun sebagai langkah awal dalam mengedukasi untuk penerapan perubahan ke-
biasaan baru yang mempertimbangkan protokol kesehatan. Modul ini disusun oleh tim penu-
lis dengan mempertimbangkan peran, tanggung jawab, dan kewenangan BNPB sebagai koordina-
tor dalam upaya PRB untuk digunakan dalam pengarusutamaan gender dalam penanggulangan
bencana. Siapapun dapat menyebarluaskan, menggunakan, menjadikan referensi, dan memutakh-
irkan modul ini agar kepentingan untuk berbagi pengetahuan dan mengedukasi dapat ter-
sampaikan dan terdapat perbaikan baik substansi ataupun teknis yang tertuang dalam modul.
Kami berharap bahwa pemanfaatan modul ini untuk mendukung perubahan kebiasaan masyarakat.
Diskusi dan pemberian kritik dan saran saya harapkan agar peningkatan kualitas konsep dapat terwujud
ke depan. Atas upaya, kerjasama, dan dukungan seluruh pihak, kami mengucapkan terima kasih.
Deputi Bidang Sistem dan Strategi BNPB
B. Wisnu Widjaja
5. PENDAHULUAN
iv
Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan mampu mengenal karakteristik
COVID-19 sebagai bahaya dan risiko bencana, serta dampak bencana COVID-19 terha-
dap kehidupan dan penghidupan masyarakat.
Peserta diharapkan dapat melakukan penilaian tingkat risiko COVID-19 baik priba-
di maupun keluarga. Serta mampu mengetahui upaya-upaya yang diperlukan untuk men-
gurangi risiko bencana COVID-19. Sehingga dapat berkontribusi terhadap pengurangan
risiko bencana COVID-19 baik secara pribadi/keluarga dan kolektif/masyarakat luas.
6. KONTEN
v
KONSEPSI BENCANA
PENANGGULANGAN BENCANA DAN PARADIGMANYA
KARAKTERISTIK BAHAYA COVID-19
RISIKO COVID-19 DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
MENINGKATKAN KAPASITAS PENANGANAN COVID-19
RISIKO DAN DAMPAK COVID-19
PENILAIAN MANDIRI COVID-19 DENGAN APLIKASI INARISK
01
02
03
04
05
06
07
8. 2
BENCANA
BENCANA adalah peristiwa atau rangkaian peristi-
wa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau non-alam maupun faktor manu-
sia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda,
dan dampak psikologis. (UU 24/2007)
Bencana disebabkan alam/non alam
Tiba-tiba atau perlahan-lahan
Hilangnya jiwa manusia, harta benda
Kerusakan di luar kemampuan masyarakat
Bencana
9. 3
JENIS BENCANA
Bencana Alam diakibatkan peristiwa alam (antara lain gempa bumi, tsunami,
gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor)
Bencana Non Alam diakibatkan peristiwa non alam (antara lain berupa gagal
teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit).
Bencana Sosial diakibatkan peristiwa yang diakibatkan oleh manusia (konflik
sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror).
Dalam UU 24/2007
10. 4
PENGELOMPOKAN JENIS BENCANA
Geologi
Gempa bumi, tsunami, longsor / gerakan tanah, letusan gunung api
Teknologi
Kecelakaan transportasi, kegagalan industri
Hidro-meteorologi
Banjir, topan, banjir bandang, kekeringan, rob / air laut pasang
Lingkungan
Kebakaran, kebakaran hutan, (hapus penggundulan hutan), pencemaran, abrasi
Biologi
Epidemi, penyakit tanaman, hewan
Sosial
Konflik, terorisme
12. 6
BAHAYA (HAZARD)
Suatu kondisi, secara alamiah maupun
karena ulah manusia, yang berpotensi
menimbulkan kerusakan atau kerugian
dan kehilangan jiwa manusia.
Bahaya berpotensi menimbulkan ben-
cana, tetapi tidak semua bahaya selalu
menjadi bencana.
BAHAYA
13. 7
KERENTANAN (VULNERABILITY)
Sekumpulan kondisi dan atau suatu akibat
keadaan (faktor fisik, sosial, ekonomi dan
lingkungan) yang berpengaruh buruk terhadap
upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan
bencana.
KERENTANAN
14. 8
FAKTOR-FAKTOR KERENTANAN
Kebijakan
Adanya kebijakan pembangunan yang tidak mempertimbangkan PRB,
tidak ada kebijakan PRB
Sosial
Kecelakaan transportasi, kegagalan industri
Fisik
Prasarana dasar, konstruksi, bangunan
Lingkungan
Pendidikan,kesehatan, politik, hukum, kelembagaan
Ekonomi
Kemiskinan, penghasilan, nutrisi
15. 9
BAHAYA DAN KERENTANAN
Bahaya merupakan fenomena atau
kondisi yang sulit untuk diubah atau
diperbaiki.
Kerentanan merupakan situasi/sikap/
perilaku individu/masyarakat yang rela-
tif dapat dilakukan perubahan.
Oleh karena itu Pengurangan Risiko
Bencana dapat dilakukan dengan cara
memperkecil kerentanan.
WASPADA
18. Pandangan ini menganggap bencana merupakan takdir.
Terjadinya bencana merupakan suatu:
- musibah atau kecelakaan;
- tidak dapat diprediksi;
- tidak menentu terjadinya;
- tidak terhindarkan;
- tidak dapat dikendalikan.
Masyarakat dipandang sebagai ‘korban’ dan ‘penerima bantuan’
dari pihak luar.
12
PANDANGAN KONVENSIONAL
19. 13
PANDANGAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
Pandangan ini menganggap bencana sebagai unsur lingkungan fisik
yang membahayakan kehidupan manusia.
Sebagai kekuatan alam yang luar biasa.
Bencana merupakan proses geofisik, geologi dan hidrometeorologi.
Pandangan ini menganggap semua bencana adalah peristiwa alamiah,
tidak memperhitungkan manusia sebagai penyebab bencana.
20. Pandangan ini melihat bencana didasarkan pada besarnya ketahanan
atau tingkat kerusakan akibat bencana.
Pandangan ini dilatar-belakangi oleh ilmu-ilmu teknik sipil bangunan/
konstruksi.
Pengkajian bencana lebih ditujukan pada upaya untuk meningkatkan
kekuatan fisik struktur bangunan untuk memperkecil kerusakan.
14
PANDANGAN ILMU TERAPAN
21. 15
PANDANGAN PROGRESIF
Pandangan ini menganggap bencana sebagai bagian yang biasa
dan selalu terjadi dalam pembangunan.
Bencana sebagai masalah yang tidak pernah berhenti dalam
proses pembangunan.
Peran pemerintah dan masyarakat dalam manajemen bencana
adalah mengenali bencana itu sendiri.
22. Pandangan ini memfokuskan pada bagaimana tanggapan dan kesia-
pan masyarakat menghadapi bahaya.
Bahaya adalah fenomena alam, akan tetapi bencana bukanlah alami.
Besarnya bencana tergantung pada perbedaan tingkat kerentanan
masyarakat menghadapi bahaya atau ancaman bencana.
16
PANDANGAN ILMU SOSIAL
23. 17
PANDANGAN HOLISTIK
Pendekatan ini menekankan pada bahaya dan kerentanan, serta
kemampuan masyarakat dalam menghadapi bahaya dan risiko.
Gejala alam dapat menjadi bahaya, jika mengancam manusia
dan harta benda.
Bahaya akan berubah menjadi bencana, jika bertemu dengan
kerentanan dan ketidakmampuan masyarakat
25. 19
PENANGGULANGAN BENCANA
Paradigma Penanggulangan Bencana
PANDANGAN KONVENSIONAL
Menganggap bencana merupakan takdir, sehingga
terjadinya bencana merupakan suatu musibah
atau kecelakaan, tidak dapat diprediksi, tidak
menentu terjadinya, tidak terhindarkan, dan tidak
dapat dikendalikan; masyarakat dipandang se-
bagai „korban” dan „penerima bantuan” – harus
ditransformasikan ke pandangan holistik
PANDANGAN HOLISTIK
Menekankan pada bahaya dan kerentanan, serta
kapasitas masyarakat dalam menghadapi bahaya
dan risiko. Selain itu gejala alam dapat menjadi
bahaya, jika mengancam manusia dan harta benda,
sedangkan bahaya akan berubah menjadi bencana,
jika bertemu dengan kerentanan dan
ketidakmampuan masyarakat.
Pengurangan risiko difokuskan pada analisis risiko bencana, ancaman, kerentanan dan kemampuan
masyarakat. Tujuan utama pengurangan risiko adalah untuk meningkatkan kemampuan untuk
mengelola dan mengurangi risiko, dan juga mengurangi terjadinya bencana, dilakukan bersama
oleh semua parapihak (stakeholder) dengan pemberdayaan masyarakat.
26. 20
BENCANA DAN RISIKO BENCANA
BENCANA
Gangguan serius terhadap keberfungsian mas-
yarakat, sehingga menyebabkan kerugian yang
meluas pada kehidupan manusia dari segi ma-
teri, ekonomi atau lingkungan, dan gangguan itu
melampaui kemampuan masyarakat yang ber-
sangkutan untuk mengatasi dengan menggunakan
sumber daya mereka sendiri.
RISIKO BENCANA
Potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana
pada suatu wilayah dan kurun waktu yang dapat
berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangn-
ya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan
harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.
Ada 3 Jenis Bencana :
bencana alam, bencana non alam dan bencana sosial
27. 21
RISIKO BENCANA
R = H V
C
X
I
R = Risk (Risiko)
H = Hazard (Bahaya)
V = Vulnerability (Kerentanan)
C = Capacity (Kapasitas)
• Risiko akan rendah jika ancaman rendah
• Risiko akan rendah jika kerentanan rendah
• Risiko akan rendah jika kapasitas tinggi
BAHAYA
Suatu fenomena, substans, aktivitas manusia atau kondisi
berbahaya yang bisa menyebabkan hilangnya nyawa, ced-
era atau dampak-dampak kesehatan lain, kerusakan harta
benda, hilangnya penghidupan dan layanan, gangguan
sosial dan ekonomi, atau kerusakan lingkungan.
KERENTANAN
Merupakan kondisi sebagai konsekuensi dari faktor fisik,
ekonomi, sosial, lingkungan masyarakat yang mengurangi
kemampuan orang untuk mencegah, menanggulangi ben-
cana, menghindari atau bereaksi ketika terjadi bahaya.
KAPASITAS
Merupakan aset, keterampilan atau sumber daya yang
dimiliki orang atau masyarakat yang membuat mereka
mampu mengurangi risiko, atau bertahan ketika bahaya
terjadi.
Risiko = Bahaya X Kerentanan Kapasitas
28. 22
BENCANA NON ALAM
Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan
oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non alam yang
antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi,
epidemi dan wabah penyakit.
Bahaya Biologis adalah proses atau fenomena
yang bersifat organik atau yang dinyatakan oleh
vektor-vektor biologis, termasuk keterpaparan
terhadap mikro-organisme yang bersifat patogen,
toksin dan bahan-bahan bioaktif yang bisa men-
gakibatkan hilangnya nyawa, cedera, sakit atau
dampak-dampak kesehatan lainnya, kerusakan
harta benda, hilangnya penghidupan dan layanan,
gangguan sosial dan ekonomi, atau kerusakan
lingkungan.
29. 23
ASPEK PEMBANGUN
RISIKO BENCANA ALAM
Contohnya:
Gempa bumi
tsunami, banjir,
longsor, banjir
bandang, letusan
gunung api, angin
puting beliung, dll
Berada di kawasan rawan bencana
Berada di kawasan padat penduduk
dan tidak tertata
Layanan peringatan dini bencana
terbatas
Layanan dan fasilitas kesehatan
terbatas
Fasilitas kritis terbatas (listrik, air,
energi, telekomunikasi)
Perlindungan dan jaminan sosial
masyarakat terbatas
Tingkat pendidikan terbatas
Tingkat ekonomi terbatas (miskin)
Memiliki kebutuhan khusus
(disabilitas)
Berpengetahuan dalam pengurangan risiko
bencana
Berlatih perlindungan/penyelamatan diri
Memiliki strategi pengurangan risiko bencana
Memiliki struktur bangunan yang aman
bencana
Memiliki rencana penanganan kedaruratan
bencana
Memiliki satuan tugas dan relawan penanga-
nan kedaruratan bencana
Memiliki sarana dan peralatan penanganan
kedaruratan bencana
Memiliki persediaan bahan kebutuhan pokok
Memiliki asuransi bencana
Bahaya Kerentanan Kapasitas
30. 24
ASPEK PEMBANGUN
RISIKO BENCANA NON ALAM
Contohnya:
SARS, MERS,
COVID-19
Kawasan padat penduduk dan tidak tertata
Kawasan pusat pertumbuhan ekonomi
utama regional/nasional
Wilayah perbatasan
Memiliki fasilitas pintu-masuk ke wilayah
Peringatan dini KLB/wabah/epidemi
terbatas
Kapasitas/kemampuan tenaga
kesehatan terbatas
Kapasitas/kemampuan fasilitas
kesehatan terbatas
Layanan air bersih terbatas
Perlindungan dan jaminan sosial Tingkat
pendidikan terbatas
Tingkat ekonomi terbatas (miskin)
Memiliki faktor komorbid
Memiliki kebutuhan khusus (lanjut usia)
Lokasi pengungsian bencana
Kondisi transit
Berpengetahuan tentang bahaya biologis
Berkebiasaan hidup bersih dan sehat
Berkepedulian dalam mencegah dan mengu-
rangi risiko (infeksi penyakit)
Memiliki protokol kesehatan dalam penanga-
nan wabah/epidemi
Memiliki strategi pencegahan dan kesiapsiag-
aan wabah (penyakit infeksi menular)
Memiliki struktur bangunan yang
berventilasi baik
Memiliki sarana dan bahan mencuci tangan
Memiliki rencana penanganan kedaruratan
bencana (rencana kontingensi atau operasi
bencana)
Memiliki sarana dan peralatan penanganan
Memiliki satuan tugas dan relawan
penanganan kedaruratan bencana
Memiliki persediaan bahan
kebutuhan pokok
Bahaya Kerentanan Kapasitas
31. 25
ASPEK PEMBANGUN
RISIKO BENCANA
Saat ini penanggulangan bencana
mengalami beberapa perubahan paradig-
ma, antara lain adalah penanggulangan
bencana bukan hanya tanggap darurat
tetapi juga keseluruhan manajemen risiko
& pembangunan, selain itu perlindungan
sebagai bagian hak asasi dan bukan sema-
ta kewajiban pemerintah. Dengan adanya
demokratisasi dan otonomi daerah PB saat
ini menjadi tanggungjawab Pemda & mas-
yarakat, selain itu PB bukan hanya tang-
gung jawab pemerintah tetapi juga urusan
bersama masyarakat.
33. 27
COVID-19 adalah penyakit menular
yang disebakan oleh Severe Acute Respi-
ratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-
CoV2), coronavirus jenis baru yang
ditemukan pada manusia sejak kejadian
luar biasa muncul di Wuhan China, pada
Desember 2019
Coronavirus Disease 2019
(COVID-19)
34. 28
Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan
penyakit pada manusia dan hewan.
Virus ini dinamakan berdasarkan bentuknya yang mirip seperti
mahkota (corona).
COVID-19 juga memiliki penyebaran yang lebih luas dan cepat
ke beberapa negara dibanding SARS.
Pada manusia biasanya menyebabkan penyakit infeksi saluran pernapasan, mulai flu biasa
hingga penyakit yang serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Sin-
drom Pernafasan Akut Berat/Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
COVID-19 disebabkan oleh SARS-COV2 yang termasuk dalam keluarga besar coronavi-
rus yang sama dengan penyebab SARS pada tahun 2003, hanya berbeda jenis virusnya.
Gejalanya mirip dengan SARS, namun angka kematian SARS (9,6%) lebih tinggi dibanding
COVID-19 (kurang dari 5%), walaupun jumlah kasus COVID-19 jauh lebih banyak diban-
ding SARS.
35. 29
Cara penularan utama COVID-19 adalah
melalui tetesan kecil (droplet) yang dikelu-
arkan pada saat seseorang batuk atau ber-
sin.
Droplet merupakan partikel berisi air den-
gan diameter >5-10 µm
Kita harus lebih waspada dengan adanya
mikro droplet yang mampu bertahan di
udara tanpa sirkulasi yang memadai. Mikro
droplet ini adalah droplet yang ukurannya
lebih kecil dan bisa berada di udara untuk
waktu relatif lama apalagi pada ruangan
dengan ventilasi dan sirkulasi udara yang
tidak maksimal (ruangan tertutup).
BAGAIMANA PENULARANNYA?
Disinfektan sederhana dapat membunuh
virus tersebut sehingga tidak mungkin
menginfeksi orang lagi.
COVID-19 utamanya ditularkan dari orang
yang bergejala (simptomatik) ke orang lain
yang berada jarak dekat melalui droplet.
Sampaisaatinibelumdiketahuidenganpas-
ti berapa lama COVID-19 mampu bertahan
di permukaan suatu benda, meskipun studi
awal menunjukkan bahwa COVID-19 dapat
bertahan hingga beberapa jam, tergantung
jenis permukaan, suhu, atau kelembaban
lingkungan.
Vaksin untuk mencegah infeksi COVID-19
sedang dalam tahap pengembangan/uji
coba
36. 30
PENULARAN COVID-19
Seseorang dapat terinfeksi dari penderita COVID-19.
Penyakit ini dapat menyebar dari orang-orang melalui tetesan kecil
(droplet) dari hidung atau mulut pada saat batuk, bersin, atau ber-
bicara. Bisa juga seseorang terinfeksi COVID-19 ketika tanpa senga-
ja menghirup droplet dari penderita. Inilah sebabnya mengapa kita
penting untuk menjaga jarak hingga kurang lebih satu meter dari
orang lain.
Droplet tersebut dapat juga jatuh pada benda di sekitarnya, kemudi-
an jika ada orang lain menyentuh benda yang sudah terkontaminasi
dengan droplet tersebut dan orang itu menyentuh mata, hidung atau
mulut (segitiga wajah), maka orang itu dapat terinfeksi COVID-19.
Inilah sebabnya mengapa kita penting untuk mencuci tangan secara
teratur dengan sabun dan air mengalir atau membersihkannya
dengan alkohol.
Penularan juga dapat terjadi melalui benda dan permukaan yang
terkontaminasi droplet di sekitar orang yang terinfeksi.
37. 31
GAMBARAN UMUM COVID-19
Demam Sesak
Kasus berat dan kematian meningkat
pada orang pada kondisi penyerta:
P.Jantung, DM Penyakit Paru Kronis,
Hipertensi, Kanker, Usia>60 tahun
Nyeri
Tenggorokan
Batuk
Pada umumnya gejala ringan-sedang
Gejala Berat
Membutuhkan
Perawatan
ICU (Kritis)
80%
15%
5%
38. 32
GAMBARAN UMUM COVID-19
Demam, ispa ringan-berat
Orang tua dan orang dengan imunitas
rendah lebih rentan terinfeksi
Rata-rata 5-6 hari, dengan range antara1-14 hari
namun dapat mencapai 14 hari.
Penularan dapat terjadi antar manusia
Melalui percikan atau percikan batuk (droplets)
Transmisi udara dimungkinkan dalam keadaan khusus
dimana prosedur atau perawatan suportif
yang menghasilkan aerosol
GEJALA
CARA PENULARAN
MASA INKUBASI
39. 33
GAMBARAN UMUM COVID-19
Demam, ispa ringan-berat
Orang tua dan orang dengan imunitas
rendah lebih rentan terinfeksi
Belum ada vaksin dan obat yang spesifik
Pengobatan yang ditujukan sebagai terapi
symptomatis dan suportif.
Vaksin masih dalam tahap pengembangan
Dilakukan di masyarakat dan fasilitas
pelayanan kesehatan
Penegakan Diagnosa
Pengobatan dan
Tatalaksana Klinis
Pencegahan
40. 34
KOMORBID
Komorbid
Kemenkes menyebutkan penyakit tidak menu-
lar (PTM) menjadi penyakit penyerta (komorbid)
COVID-19 seperti hipertensi, diabetes melitus,
penyakit jantung, gagal ginjal, stroke dan kanker.
Penderita PTM sangat berisiko tinggi jika terinfek-
si COVID-19.
Bagi penderita PTM tersebut harus lebih waspada
dengan menjaga pola hidup bersih & sehat (PHBS).
Kelompok rentan yang mempunyai PTM juga
mempunyai risiko tinggi untuk tertular COVID-19.
Banyak kasus pasien positif COVID-19 yang
meninggal dunia, disebabkan karena memliki PTM
tersebut sebagai komorbid.
41. 35
KELOMPOK RENTAN
Kelompok Rentan
Pemeriksaan Anggota Keluarga yang Masuk
Kelompok Rentan. Pada rumah tangga penting un-
tuk dapat memetakan isi rumah (penghuni rumah)
dengan segala kelebihan & kekurangannya seperti
ayah, ibu, anak laki-laki, anak perempuan, kakek,
nenek, asisten rumah tangga, dll.
Disini perlu jelas siapa saja anggota keluarga yang
termasuk dalam kelompok rentan (orang lanjut
usia/lansia, ibu hamil, ibu menyusui, anak bawah
umur lima tahun/balita, penyandang disabilitas).
Apa yang harus dilakukan kapada: lansia,
ibu hamil, ibu menyusui, anak balita,
penyandang disabilitas?
43. 37
KAPASITAS
PENANGANAN COVID-19
Disiplin untuk memakai masker,
jaga jarak & cuci tangan dengan
sabun/hand sanitizer
Punya informasi yang cukup ter-
kait COVID-19 & tidak gampang
“termakan” informasi hoaks
Berolahraga secara
teratur
Punya perlengkapan keseha-
tan cadangan bila bepergian
seperti masker, hand sanitizer,
sarung tangan (kain/karet).
Punya aplikasi pencegahan
COVID-19 di telepon pin-
tar seperti InaRisk Person-
al/ Peduli Lindung /Bersatu
Lawan COVID-19
Istirahat dan tidur
cukup
Punya daya tahan
tubuh dan imunitas
yang tinggi
44. 38
Dalamsituasipandemik,risikoterkenaviruscoronatinggi,olehkare-
nanya harus ada upaya-upaya untuk menurunkan risikonya. Hal ini sejalan
dengan ajaran ajaran agama dan kepercayaan yang ada di Indonesia. Upaya
yang dilakukan untuk menjaga keselarasan hubungan manusia dan Tuhan
serta manusia dengan lingkungannya serta manusia dengan sesamanya.
Jika lingkungan sehat maka akan berdampak membawa kesehatan buat
manusia karena terwujud keseimbangan antara manusia dengan unsur di
alam semesta.
45. 39
AJARAN AGAMA DAN
KEPERCAYAAN INDONESIA
Pengalaman sejarah Islam membuktikan bahwa
daerah yang terkena wabah harus dihindari dan
daerah tersebut harus diisolasi agar wabah tidak
menyebar dan menularkan ke manusia dari daerah
lain. Upaya-upaya tersebut secara tidak langsung
merupakan perwujudan pengurangan risiko ben-
cana.
Islam
46. 40
Buddha
Ada tiga landasan dasar ajaran dan anjuran tentang Dana (kerelaan), Sila ( pengendalian diri
tertib bertata susila), dan Samadhi/Meditasi/ Semedhi (pengendalian batin dan pikiran.
Manusia yang Baik =
Selaras dengan Hukum Tunggal Alam Semesta Nammyohorengekyo Muncul kesadaran
yang utuh (Kesadaran Buddha), untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup, karena kita jaga
lingkungan, maka lingkungan menjaga kita, lingkungan sehat maka kita pun sehat, karena terjadi
keharmonian, terjadi keseimbangan unsur antara diri kita dengan unsur di alam semesta.
AJARAN AGAMA DAN
KEPERCAYAAN INDONESIA
47. 41
AJARAN AGAMA DAN
KEPERCAYAAN INDONESIA
Konsep Tri Hita Karana, untuk menjaga keharmonisan hubungannya dengan menerapkan kon-
sep Niskala dan Sekala/ ‘Ngeneng dan Ngening’. Menjaga keselarasananya antara Sekala (konsep
yang terlihat) dan Niskala (konsep yang tidak terlihat), baik secara vertikal hubungan manusia
terhadap Tuhan, manusia dengan lingkungannya, maupun secara horizontal, hubungan manusia
dengan manusianya.
Hindu
Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana
(Mzm.90:12). Dalam kecerdasan dan pengalamannya. Musa masih ingin belajar. Bahkan keingi-
nan belajarnya itu dijadikan doa.
Kristen Protestan
48. 42
TINGKATAN RISIKO COVID-19
Cuci Tangan
Risiko Rendah
Penjual dan pembeli taat protokol kesehatan
dan sarpras dibuat sesuai protokol
49. 43
TINGKATAN RISIKO COVID-19
Risiko Sedang
Aktivitas pasar yang belum 100% menerapkan Protokol
Kesehatan dan tidak adanya sarpras protokol kesehatan
50. 44
TINGKATAN RISIKO COVID-19
Risiko Tinggi
Aktivitas pasar yang belum menerapkan Protokol Kesehatan
(tidak jaga jarak, tidak menggunakan masker, dan tidak ada
sarpras kesehatan)
Diskon 90%
52. 46
MENYARING INFORMASI
Hoax
Berita bohong dan misinformasi (hoaks) terlihat se-
pele dan tanpa konsekuensi. Namun, sesungguhnya
tidak boleh dibiarkan karena dapat menyebabkan
kebingungan, kecemasan, dan bahkan kematian.
Hampir setiap negara di dunia berjuang menghada-
pi informasi palsu dan berita hoaks atau yang dise-
but sebagai “Infodemic”
Motif menyebar informasi palsu beragam, mulai
dari motivasi politis, promosi diri, bahkan promosi
usaha.
Ada sebagian orang dengan maksud baik, tanpa sa-
dar ikut menyebar informasi palsu. Mereka mengira
berita itu akan membantu teman dan kerabat.
53. MENYARING INFORMASI
47
Hoax
Sifat dasar manusia mudah mempercayai
berita yang berasal dari sumber yang ab-
sah. Tetapi dengan teknologi siapa pun bisa
dengan mudah membuat informasi seperti
berita asli dengan memanipulasi foto, mem-
buat dokumen yang terlihat resmi, menged-
it video atau mengubah berita asli.
Media sosial atau aplikasi seperti Whatsapp
Group memudahkan penyebaran hoax.
Semua orang dapat menerima berita secara
instan dan membaginya dalam hitungan satu
dua detik.
Cek informasi yg meragukan:
https://covid19.go.id/p/hoax-buster
Menurut para ahli, bila hoaks diulang-ulang
dan diperbesar, termasuk oleh orang-orang
berpengaruh,kebenaransesungguhnyaakan
tertutup. Pesan-pesan tentang COVID-19
atau saran-saran bagaimana melindungi diri
selama Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) ber-
manfaat untuk dibagi ke teman dan saudara.
Tapi membagi informasi yang salah dapat
mengakibatkan dampak serius dalam ke-
hidupan seseorang.
54. 48
PENGERTIAN ISTILAH COVID-19
Kepmenkes No. HK.01.07/Menkes/247/2020
tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) [9/4/2020]
Kepmenkes No. HK.01.07/MENKES/413/2020
tentang Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian
Corona virus Disease 2019 (COVID-9) [13/7/2020]
Orang Tanpa Gejala (OTG),
Orang Dalam Pemantauan (ODP),
Pasien Dalam Perawatan (PDP)
Kasus suspek, kasus probable, kasus
konfirmasi, kontak erat, pelaku perjalanan,
discarded, selesai isolasi, dan kematian
55. 49
DEFINISI OPERASIONAL
Seseorang yang memiliki salah satu dari
kriteria berikut:
Orang dengan Infeksi Saluran Pernapasan
Akut (ISPA) dan pada 14 hari terakhir sebe-
lum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan
atau tinggal di negara/wilayah Indonesia yang
melaporkan transmisi lokal
Orang dengan salah satu gejala/tanda ISPA
dan pada 14 hari terakhir sebelum timbul
gejala memiliki riwayat kontak dengan kasus
konfirmasi/probable COVID-19.
Orang dengan ISPA berat/pneumonia berat
yang membutuhkan perawatan di rumah
sakit dan tidak ada penyebab lain berdasar-
kan gambaran yang meyakinkan.
Kasus suspek dengan ISPA Beerat/ARDS/mening-
gal dengan gambaran klinis yang meyakinkan
COVID-19 dan belum ada hasil pemeriksaan labo-
ratorium RT-PCR.
Keterangan: termasuk yang tidak ada hasil pemer-
iksaan lab. RT-PCR dengan alasan apapun.
Seseorang yang dinyatakan positif terinveksi virus
COVID-19 yang dibuktikan dengan pemeriksaan
laboratorium RT-PCR.
Kasus konfirmasi dibagi menjadi 2:
Kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik)
Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik)
1.
2.
3.
KASUS SUSPEK KASUS PROBABLE
KASUS KONFIRMASI
56. 1.
2.
3.
4.
50
DEFINISI OPERASIONAL
Orang yang memiliki riwayat kontak dengan
kasus probable atau konfirmasi COVID-19.
Riwayat kontak yang dimaksud antara lain:
Kontak tatap muka/berdekatan dengan kasus
probable atau kasus konfirmasi dalam radius
1 meter dan dalam jangka waktu 15 menit
atau lebih.
Sentuhan fisik langsung dengan pasien kasus
probable atau konfirmasi (seperti bersala-
man, berpegangan tangan, dll)
Orang yang memberikan perawatan langsung
terhadap kasus probable atau konfirmasi tan-
pa menggunakan APD yang sesuai standar.
Situasi lainnya yang mengidentifikasikan
adanya kontak berdasarkan penilaian risiko
lokal yang ditetapkan oleh tim penyelidikan
epidemologi setempat
Seseorang yang melakukan perjalanan dari dalam
negeri (domestik) maupun luar negeri pada 14 hari
terakhir.
KONTAK ERAT PELAKU PERJALANAN
DISCARDED
KEMATIAN
Discarded apabila memenuhi salah satu kriteria
berikut:
Seseorang dengan status sespek dengan hasil
pemeriksaan RT-PCR 2 kali negatif selama 2 hari
berturut-turut dengan selang waktu >24 jam.
Seseorang dengan status kontak erat yang tel-
ah menyelesaikan masa karantina selama 14 hari.
Kematian COVID-19 untuk kepentigan
surveilans adalah kasus konfirmasi/
probable COVID-19yang meninggal
58. 52
KRONOLOGI COVID-19
WHO China Country Office melaporkan
kasus pneumonia yang tidak diketahui
etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi
Hubei, China
WHO menetapkan
COVID-19 sebagai
pandemi
Keppres No. 7/2020 Tentang Gugus
Tugas Percepatan Penanganan Corona
Virus Disease 2019 (COVID-19)
Indonesia melaporkan
kasus pertama
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/
MENKES/104/2020 tentang Penetapan Infeksi
Novel Coronavirus (Infeksi 2019-nCoV) sebagai
Jenis Penyakit yang dapat Menimbulkan Wabah &
Upaya Penanggulangannya
Pemerintah China mengiden-
tifikasi kasus tersebut sebagai
jenis baru corona virus
WHO menetapkan kejadian tersebut
sebagai Kedaruratan Kesehatan Mas-
yarakat yang Meresahkan Dunia (KK-
MMD)/Public Health Emergency of
International Concern (PHEIC)
31 Desember 2019
11 Maret 2020
13 Maret 2020 31 Maret 2020
2 Maret 2020 4 Februari 2020
7 Januari 2020 30 Januari 2020
PP No. 21/2020 ttg Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Rangka
Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
Keppres No. 11/2020 tatang Penetapan Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
59. 53
KRONOLOGI COVID-19
Permenkes No. 9/2020 tentang
Pedoman Pembatasan Sosial
Berskala Besar dalam Rangka
Percepatan Penanganan Corona
Virus Disease 2019 (COVID-19)
Keputusan Menteri Kesehatan No-
morHK.01.07/MENKES/413/2020
Tentang Pedoman Pencegahan Dan
Pengendalian Corona virus Disease
2019 (COVID-19)
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
HK.01.07/Menkes/247/2020 tentang
Pedoman Pencegahan dan Pengen-
dalian Corona virus Disease 2019
(COVID-19)
Keppres No. 12/2020 tentang Penetapan
Bencana Nonalam Penyebaran Corona
Virus Disease 2019 (COVID-19) sebagai
Bencana Nasional
3 April 2020 9 April 2020 13 April 2020
13 Juli 2020 9 Juli 2020
WHO melaporkan 11.84.226 kasus konfirmasi dengan
545.481 kematian di seluruh dunia (Case Fatality Rate/CFR
4,6%)
Kemenkesmelaporkan70.736kasuskonfirmasiCOVID-19
dg 3.417 kasus meninggal (CFR 4,8%)
60. RISIKO BENCANA COVID-19:
DAMPAK SOSIAL
Dari perspektif sosial, beberapa dampak pandemi COVID-19 antara lain:
Gangguan kegiatan sosial dan peribadatan
Cara penyebaran virus COVID-19 mengubah secara drastis kebiasaan interaksi di
masyarakat. Masyarakat Indonesia terbiasa untuk berjabat tangan ketika bertemu,-
bahkan jabat tangan diajarkan kepada anak-anak sebagai salah satu cara menghorma-
ti orang yang lebih tua. Dalam masa pandemi COVID-19, karena bersentuhan tangan
bisa menjadi sarana penularan virus COVID-19, kebiasaan ini harus diubah dengan cara
bersapa lain yang tidak saling menyentuhkan tangan. Selain itu, masyarakat Indonesia
juga lekat dengan tradisi berkumpul bersama, misalnya kegiatan arisan, kumpulan RT,
pengajian, beribadat bersama, dan kegiatan-kegiatan sosial budaya keagamaan lain
yang melibatkan orang banyak. Dalam masa pandemi, semua kegiatan ini harus dihenti-
kan untuk mencegah dan menghambat penularan COVID-19. Banyak masyarakat yang
kemudian beralih ke ranah online/daring untuk tetap dapat bersosialisasi dengan aman.
Kegiatan peribadatan, seperti Ibadah Jumat, pengajian, misa, kebaktian dan kegiatan- kegiatan keagamaan lain-
nya yang bersifat massal, harus dilakukan di rumah masing- masing, dengan dipandu oleh pemimpin peribadatan
melalui layanan streaming internet. Tidak hanya pada kegiatan keagamaan rutin, bahkan Hari Raya keagamaan
pun dilakukan secara personal di rumah dengan panduan dari internet atau televisi. Tahun 2020 ini pun
mencatat terhentinya tradisi tahunan masyarakat Indonesia menjelang Lebaran, yaitu mudik. Pemerintah
melarangpelaksanaan tradisi mudik sebagai salah satu upaya pencegahan penularan virus COVID-19.
54
61. RISIKO BENCANA COVID-19:
DAMPAK SOSIAL
Saling curiga antar warga masyarakat
Timbulnya rasa curiga dan berkurangnya kepercayaan terhadap orang-
orang yang ada di sekitar kita atau yang baru dikenal. Banyaknya kasus
OTG menimbulkan rasa curiga, keraguan dan ketakutan saat akan berint-
eraksi dengan orang lain. Di awal pandemi, bahkan ketika ada kejadian ke-
celakaan di jalan raya, masyarakat enggan menolong karena takut terkena
virus COVID-19. Kecurigaan juga timbul karena ada sebagian masyarakat
yang tidak mematuhi atau kurang disiplin dalam menerapkan protokol kes-
ehatan yang ditetapkan oleh pemerintah.
Stigmatisasi dan pengucilan penderita COVID-19 dan keluarganya
Di beberapa daerah, ditemui beberapa kasus dimana masyarakat men-
jauhiataumengucilkanwargapenderitaCOVID-19dankeluarganya(Kom-
pas, 30 Juni 2020, 14 Mei 2020). Bahkan sempat terjadi kasus pengusiran
tenaga kesehatan dari rumah kost mereka, walaupun kemudian setelah
kasus ini dibuka di media, pemilik kost meminta maaf (Kompas, 28 April
2020). Hal ini terjadi karena kurangnya edukasi dari sumber resmi
dan terlalu banyaknya informasi-informasi sesat yang beredar di
masyarakat.
55
62. RISIKO BENCANA COVID-19:
DAMPAK SOSIAL
Meningkatnya KDRT
Selama masa pandemi, terutama dalam periode penerapan
PSBB, perempuan merupakan kelompok masyarakat yang
palingrentanterhadapkekerasandalamrumahtangga.Survei
yang dilakukan Komnas Perempuan memperlihatkan adanya
peningkatan frekuensi dan intensitas kekerasan dalam ru-
mah tangga selama pandemi COVID-19. Selain itu, adanya
larangan bepergian membuat perempuan yang mengalami
kekerasan harus berhadapan dengan pelaku kekerasan 24/7
tanpakesempatanuntukmencariperlindungandiluarrumah.
Selain perempuan, anak-anak juga rentan terhadap ke-
kerasan di dalam rumah tangga. Keharusan tinggal di rumah,
ancaman ekonomi dan keadaan yang serba tidak pasti, akan
berakibat pada naiknya tingkat stress orang tua sehingga ber-
potensi untuk melampiaskan kepada anak-anak.
56
63. RISIKO BENCANA COVID-19:
DAMPAK EKONOMI
Akibat pandemi COVID-19 dari sisi ekonomi adalah:
Terganggunya perekonomian negara
Pandemi COVID-19 juga mengganggu perekonomian negara.
Pandemi berdampak negatif pada indeks bursa saham dunia, ter-
masuk di Indonesia. Selain itu, pada bulan Maret, nilai tukar Rupi-
ah sempat jatuh mencapai angka 17 ribu per dolar. Jatuhnya nilai
tukar Rupiah ini sangat mempengaruhi pelaku usaha, terutama di
sektor riil. Menurut Bank Indonesia, sampai bulan Maret 2020,
aliran modal asing yang keluar dari Indonesia (outflow) sudah men-
capai Rp 125,2 triliun, dengan jumlah outflow di bulan Maret 2020
sendiri mencapai Rp 104,7 triliun. Pertumbuhan ekonomi Indone-
sia juga berpotensi terganggu akibat berkurangnya daya beli dan
penurunan tingkat konsumsi masyarakat di masa pandemi. Kebija-
kan sejumlah negara untuk melakukan lockdown atau penghentian
kegiatan masyarakat berdampak pada penurunan permintaan ba-
han mentah, seperti batu bara dan kelapa sawit, yang merupakan
komoditi ekspor andalan Indonesia, yang pada akhirnya akan men-
gurangi penerimaan negara. 57
64. RISIKO BENCANA COVID-19:
DAMPAK EKONOMI
Peningkatan jumlah penduduk miskin
Dari segi sosial-ekonomi, Indonesia memiliki jumlah pen-
duduk miskin yang besar, yang semakin bertambah akibat
adanya pandemi COVID-19. Badan Pusat Statistik menya-
takan, pada Maret 2020 terjadi peningkatan jumlah pen-
duduk miskin sebanyak 1,63 juta orang dibandingkan peri-
ode September 2019. Dengan demikian, jumlah penduduk
miskin saat ini menjadi sebanyak 26,42 juta orang. Peningka-
tan jumlah penduduk miskin ini antara lain disebabkan oleh
kebijakan pembatasan sosial berskala besar yang menggang-
gu aktivitas perekonomian dan mengurangi pendapatan pen-
duduk. Kondisi pandemi mempengaruhi seluruh lapisan mas-
yarakat, tetapi dampak yang lebih dalam paling dirasakan
oleh masyarakat lapisan bawah. Berdasarkan survei sosial
demografi BPS, 70% kelompok masyarakat berpendapatan
rendah mengaku mengalami penurunan pendapatan.
58
65. RISIKO BENCANA COVID-19:
DAMPAK EKONOMI
Gangguan terhadap kegiatan usaha
Pandemi COVID-19 telah mengganggu jalannya kegiatan usaha di Indonesia. Menurut BPS, 4 dari 10
perusahaan di Indonesia berhenti beroperasi di masa pandemi ini. Bahkan di lima provinsi dengan kasus
COVID-19 paling banyak, secara rata-rata ditemui separuh dari perusahaan yang ada berhenti beroper-
asi.
Perusahaan yang masih beroperasi menerapkan berbagai kebijakan untuk menyesuaikan diri dan me-
matuhi protokol kesehatan dan aturan-aturan yang ditetapkan oleh pemerintah untuk mencegah penye-
baran COVID-19. Pengurangan jam kerja dan pemberlakukan Work From Home (Bekerja dari Rumah)
merupakan kebijakan yang paling banyak diambil.
Industriyangtergantungpadarantaipasokanglobalumumnyaterkenadampaktingkattinggi,misalnya
perusahaan manufaktur otomotif. Sejumlah negara, termasuk Tiongkok yang merupakan pusat produk-
si barang dunia, mengambil kebijakan untuk melakukan lockdown sehingga mengakibatkan penurunan
produksi bahan baku yang dibutuhkan oleh industri di Indonesia, seperti bahan baku plastik, tekstil, suku
cadang elektronik, suku cadang komputer, dan lain sebagainya. Selain itu, pembatasan transportasi antar
negara membuat arus pasokan bahan baku manufaktur mengalami kelambatan sehingga
menghambat proses produksi.
59
66. RISIKO BENCANA COVID-19:
DAMPAK EKONOMI
Industri lain yang terpukul oleh pandemi adalah in-
dustri pariwisata dan seni budaya. Larangan bepergian,
baik domestik maupun internasional, memberikan
pukulan telak bagi industri pariwisata dan sektor lain
yang terkait pariwisata. Daerah yang mengandalkan
sektor pariwisata sebagai penyumbang pendapatan
daerah terbesar mengalami penurunan pendapatan
daerah akibat ditutupnya tempat-tempat wisata. Selain
itu, penutupan tempat wisata juga berpengaruh pada
para pekerja yang juga mengandalkan pemasukan dari
sektor pariwisata, terutama pekerja sektor informal
yang penghasilannya tidak tetap. Pandemi juga menga-
kibatkan dampak negatif pada sektor seni budaya dan
kreatif. Larangan berkerumun dan pembatasan sosial
mengakibatkan berhentinya aktivitas para pekerja seni
dan kreatif sehingga banyaknya pekerja seni yang kehi-
langan penghasilan.
60
67. RISIKO BENCANA COVID-19:
DAMPAK EKONOMI
Meningkatnya pengangguran
Gangguan operasi di berbagai sektor usaha telah meningkatkan angka pengangguran di Indonesia.
Banyak perusahaan terpaksa mengurangi jumlah pekerja, baik secara tetap maupun temporer, untuk
menjaga kelangsungan usaha. Sampai dengan akhir Juni 2020, Bappenas memperkirakan jumlah angka
pengangguran di Indonesia meningkat 3,7 juta orang akibat pandemi.
Pekerja sektor informal juga sangat dirugikan akibat pandemi. Para pekerja informal yang biasanya
mendapatkan pendapatan harian kini kesulitan untuk memenuhi kebutuhannya. Mereka adalah pekerja
warung, toko kecil, pedagang asongan, pedagang di pasar, pengendara ojek online, hingga pekerja lain
yang menggantungkan hidup dari pendapatan harian termasuk di pusat-pusat perbelanjaan. Banyak dari
pekerja sektor informal di Jakarta yang memilih pulang kampung ke daerah masing-masing karena tidak
sanggup menanggung beban kehidupan tanpa adanya kepastian pemasukan. Dalam kurun waktu dela-
pan hari di akhir bulan Maret 2020, tercatat 876 armada bus antar provinsi yang membawa kurang lebih
14.000 penumpang dari Jabodetabek, menuju Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Yogyakarta. Se-
bagian besar dari mereka adalah pekerja informal yang mencari nafkah di ibu kota. Eksodus pekerja ini
berpotensi menimbulkan masalah baru di daerah tujuan, seperti meningkatnya
potensi penyebaran virus di daerah serta membebani anggaran daerah.
61
68. RISIKO BENCANA COVID-19:
DAMPAK EKONOMI
Permainan harga dan Penimbunan alat perlindungan diri dan alat kesehatan
Sejak jumlah korban COVID-19 terus meningkat di Indonesia, beberapa barang menjadi langka di pasa-
ran, bahkan bila ada stok pun dijual dengan harga berkali-kali lipat dari harga sebelum pandemi. Beberapa
barang yang menjadi langka, seperti masker, handsanitizer, cairan pembunuh kuman, dan APD, di beber-
apa bulan awal pandemi sempat dijual dengan harga yang jauh lebih mahal dibandingkan harga semula.
Masyarakat dengan kondisi ekonomi kuat ikut memperburuk situasi dengan melakukan panic buying dan
menimbun barang-barang tersebut.
Panic buying
Bukan hanya terjadi pada alat-alat pelindung diri, masyarakat juga berbondong- bondong membeli ba-
rang-barang kebutuhan pokok dengan jumlah banyak, seiring dengan adanya isu lockdown di Indonesia.
Penimbunan barang akibat terjadi sesuatu yang darurat ini disebut dengan panic buying. Direktur Ekse-
kutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartanti mengatakan bah-
wa perilaku panic buying disebabkan oleh faktor psikologis terjadi akibat informasi tidak sempurna atau
menyeluruh yang diterima oleh masyarakat. Kurangnya informasi tersebut menyebabkan masyarakat
panik sehingga merespon dengan belanja secara masif dalam upaya penyelamatan diri. Kekhawatiran
yang dirasakan oleh masyarakat yaitu khawatir harga naik jika tidak segera belanja dan khawatir
barang akan segera habis.
62
69. RISIKO BENCANA COVID-19:
LAYANAN SIPIL MASYARAKAT
Pandemi COVID-19 juga berdampak pada pemberian layanan sipil kepada masyarakat. Kebijakan pem-
batasan bepergian dan berinteraksi telah mengganggu pemberian layanan pemerintah kepada mas-
yarakat, baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Gangguan layanan kesehatan masyarakat
Penanganan Pandemi COVID-19 sangat banyak menyerap sumberdaya di bidang kesehatan, baik tena-
ga kesehatan maupun fasilitas kesehatan. Selain itu, demi keamanan diri, masyarakat juga dihimbau untuk
tidak datang ke fasilitas layanan kesehatan jika sakit yang diderita tidak parah. Kondisi ini mengakibatkan
gangguan terhadap pemberian layanan kesehatan bagi masyarakat, terutama mereka yang harus berobat
secara rutin, misalnya lansia.
BerdasarkanhasilsurveiKementrianKesehatan,padamasaawalPandemi,jugatelahterjadipenundaan
dan/atau penghentian layanan imunisasi, baik di Posyandu maupun Puskesmas. Kondisi ini disebabkan
oleh berbagai faktor, antara lain, gangguan suplai logistik ke fasilitas layanan kesehatan, pengalihan tena-
ga kesehatan untuk menangani COVID-19, serta adanya kekhawatiran baik dari pihak pemberi layanan
kesehatan maupun orang tua balita.
63
70. RISIKO BENCANA COVID-19:
LAYANAN SIPIL MASYARAKAT
Gangguan layanan umum pemerintahan
Kebijakan Bekerja dari Rumah tidak hanya dit-
erapkan di sektor swasta, tetapi juga di instansi pe-
merintahan sendiri. Supaya tetap dapat melayani
masyarakat, kantor-kantor pemerintahan mener-
apkan sistem piket bergantian, sehingga layanan
tetap bisa diberikan walaupun sangat terbatas.
Prosedur pelayanan mengalami perubahan untuk
mengakomodasi protokol kesehatan dan memini-
malisir risiko penyebaran COVID-19. Timbul berb-
agai persoalan baru seperti ketidaksiapan ASN
dalam menggunakan teknologi internet/daring,
prosedur layanan alternatif yang belum tercakup
dalam standar pelayanan publik, fasilitas layanan
yang tidak memadai penerapan protokol keseha-
tan, serta penurunan jumlah masyarakat yang bisa
dilayani dalam sehari.
64
71. RISIKO BENCANA COVID-19:
LINGKUNGAN HIDUP
Peningkatan sampah
Di masa pandemi, dampak terhadap lingkungan hidup yang
paling jelas adalah meningkatnya sampah, terutama sampah
plastik. Sampah ini berasal dari limbah medis sekali pakai, seperti
sarung tangan hingga kemasan plastik lainnya. Selain berasal dari
rumah sakit, juga berasal dari masyarakat dalam bentuk masker
sekali pakai. Peningkatan volume sampah dari masker sekali pa-
kai sangat drastis, karena dalam waktu bersamaan, semua orang
membutuhkan dan mengenakan masker sekali pakai yang jangka
waktu pemakaiannya terbatas. Selain itu peningkatan sampah ini
juga berasal dari kemasan makanan karena masyarakat memilih
makanan kemasan dan membeli makanan untuk dibawa pulang.
65
72. CATATAN LAIN, RISIKO
BENCANA COVID-19
Lingkungan Hidup
Di sisi lain, pandemi telah mengurangi tingkat polusi udara global akibat adanya larangan bepergian.
Perbandingan analisis satelit menunjukkan berkurangnya polutan- polutan seperti NO2 secara drastis.
Di Indonesia sendiri, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) juga menginfromasikan
bahwa kualitas udara pada Maret tahun 2020 lebih bersih dibandingkan Maret tahun 2019 (Kompas.
com, 24 April 2020).
Namun, para ahli mengingatkan bahwa kondisi ini hanyalah sementara saja, karena ketika kondisi tel-
ah pulih pasca pandemi, aspek-aspek kehidupan yang terhenti akan kembali berjalan seperti semula. Tin
kat polusi udara akan kembali seperti sebelum pandemi, kecuali jika kemudian ada perubahan kebijakan
dan/atau komitmen dari kalangan industri sehingga tingkat polusi udara bisa ditekan.
Peningkatan metode interaksi daring
Akibat larangan berkumpul, maka supaya tetap bisa berinteraksi baik untuk keperluan profesional/
pekerjaan, pendidikan, maupun kebutuhan interaksi lainnya, digunakanlah interaksi virtual melalui inter-
net. Sayangnya, di Indonesia, tidak semua wilayah sudah dijangkau oleh jaringan internet yang memadai,
terutama di wilayah terpencil. Kondisi ini mempertegas bahwa fungsi teknologi menjadi sangat penting
sebagai perantara interaksi sosial masyarakat masa kini, sekaligus membuka kenyataan kurang
meratanya pembangunan dan kurang meluasnya jangkauan teknologi informasi di Indonesia.
66
74. PENILAIAN MANDIRI COVID-19
Penilaian mandiri COVID-19 merupakan aplikasi berbasis
teknologi informasi yang terintegrasi dalam InaRISK Per-
sonal, untuk mengetahui tingkat risiko COVID-19.
Penilaian Mandiri dilaksanakan melalui partisipasi
masyarakat sebagai upaya mempercepat penanganan
COVID-19.
Sasaran: Pribadi, Keluarga, Desa/Keluarga.
Aplikasi InaRISK Personal dapat diunduh di Playstore
atau IOS.
Panduan penggunaan InaRISK Personal dapat dilihat pada
Panduan Penggunaan Inarisk untuk Mengetahui Risiko
COVID-19: InaRISK Personal Penilaian Mandiri untuk
Pribadi.
68
76. 70
Download Aplikasi
di Google Playstore
atau Apple Appstore
Halaman muka akan langsung
merujuk pada Lokasi tempat
kita berada atau gunakan kolom
pencarian untuk menemukan
lokasi tempat tinggal.
Pilih layer Bahaya COVID-19
untuk melihat zona bahaya
PANDUAN PENGGUNAAN
APLIKASI INARISK
1
2 3
77. 71
Pilih Info Bahaya
untuk mengetahui
tingkat risikonya
Pilih kelas bahaya
COVID-19
Pahami dan ikuti
saran mitigasinya
PANDUAN PENGGUNAAN
APLIKASI INARISK
4 5 6
78. 72
Pilih Info Bahaya
untuk mengetahui
tingkat risikonya
Pilih kelas bahaya COVID-19 Klik Mulai Penilaian
PENILAIAN MANDIRI
INDIVIDU
7 8 9
79. 73
Lengkapi Biodata, Potensi Tertular di Luar Rumah, Potensi Tertular di Dalam Rumah,
Daya Tahan Tubuh lalu klik Save untuk mengakhiri
PENILAIAN MANDIRI
INDIVIDU
10 11 12 13
80. 74
Muncul Status Anda,
Pahami dan ikuti
saran mitigasinya
Klik RS Rujukan Terdekat untuk
mengetahui daftar Rumah Sakit
Hasil penilaian risiko dapat
dilihat di halaman awal, Pilih
menu COVID-19 lalu
Penilaian Risiko Personal
PENILAIAN MANDIRI
INDIVIDU
14 15 16
81. 75
Pilih ID Assasement
yang ada
Untuk melihat semua yang telah
melakukan penilaian mandiri
dalam peta, Pilih menu COVID-19
lalu pilih Peta Responden
Peta sebaran yang
telah melakukan
Penilaian Mandiri
PENILAIAN MANDIRI
INDIVIDU
17 18 19
82. 76
Pilih icon KATANA
(Keluarga Tangguh Bencana)
untuk penilaian mandiri
Klik Mulai Penilaian
PENILAIAN MANDIRI
KELUARGA
1 2
83. 77
Lengkapi Biodata, Pengetahuan Tentang COVID-19, Lingkungan Rumah, Kondisi Tempat
Tinggal (Rumah), Perilaku/Kebiasaan, Rencana Keluarga dan Kapasitas Keluarga.
PENILAIAN MANDIRI
KELUARGA
3 4 5 6
84. 78
Setelah selesai mengisi, lalu klik Save untuk mengakhiri. Muncul Status Anda,
Pahami dan ikutin
saran mitigasinya.
PENILAIAN MANDIRI
KELUARGA
7 8 9 10
85. 79
Pilih ID Assasement
yang ada
Untuk melihat semua yang telah
melakukan penilaian mandiri dalam
peta, Pilih menu COVID-19 lalu
pilih Peta Respondent
Peta sebaran yang
telah melakukan
Penilaian Mandiri
PENILAIAN MANDIRI
KELUARGA
11 12 13