SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
I. TERMINOLOGI MEDIS 
1. Bencana : Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan 
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang 
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau non-alam 
maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya 
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta 
benda, dan dampak psikologis. Kejadian destruktif yang 
mengakibatkan terjadinya ketimpangan antara penolong dan 
korban. 
2. Depsos : Kementerian dalam Pemerintah Indonesia yang membidangi 
urusan sosial. Kementerian Sosial dipimpin oleh seorang 
Menteri Sosial (Mensos) 
3. LSM : Sebuah organisasi yang didirikan oleh perorangan ataupun 
sekelompok orang yang secara sukarela yang memberikan 
pelayanan kepada masyarakat umum tanpa bertujuan untuk 
memperoleh keuntungan dari kegiatannya 
4. Mitigasi : Serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik 
melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan 
peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana 
5. Kesiapsiagaan : Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi 
bencana melaluipengorganisasian serta melalui langkah yang 
tepat guna dan berdaya guna. 
6. Rehabilitasi : Perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau 
masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah 
pascabencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau 
berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahandan 
kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana. 
II. IDENTIFIKASI MASALAH 
1. Mengapa bencana tidak dapat dilupakan dan butuh waktu lama untuk pulih 
dari bencana? 
2. Apa yang harus dilakukan jika terjadi bencana ? 
3. Apa saja fungsi Depsos ? 
4. Bagaimana manajemen gawat darurat dalam menanggapi bencana ?
5. Apa saja jenis bencana ? 
6. Apa yang dilakukan jika jumlah penolong lebih sediit daripada korban ? 
7. Apa lembaga yang mengatur bencana dan apa tugasnya ? 
8. Apa saja peraturan tentang bencana ? 
9. Apa tujuan lembaga kemanusiaan datang ke RS saat bencana ? 
10. Apa saja yang harus dipenuhi agar LSM internasional bisa membantu negara 
jika terjadi bencana ? 
11. Apa program kesiapsiagaan dan mitigasi dalam menghadapi bencana ? 
12. Mengapa daerah sumbar dikatakan rawan bencana ? 
13. Mengapa program kesiapsiagaan dan mitigasi belum terlaksana sepenuhnya 
baik oleh pemerintah dan masyarakat sendiri ? 
14. Apa saja yang termasuk dalam program rehabilitasi dalam bencana ? 
III. ANALISIS MASALAH 
1. Bencana bisa merenggut apa saja baik harta benda atau nyawa. Bencana 
meninggalkan trauma fisik ataupun psikis yang tidak semua orang bisa 
sembuh dari trauma tersebut dengan cepat. 
2. Jika terjadi bencana : 
i. Pihak medis : pertolongan pertama(resusitasi) dan memprioritaskan 
yang mudah ditolong agar bisa membantu yang lain. 
ii. Masyarakat : jauhi sumber bencana, minta pertolongan, selamatkan 
diri dan evakuasi, rehabilitasi dan rekonstruksi bangunan. 
1. Jangan cemas 
2. Gempa : jauhi bangunan tinggi, pergi ke tanah lapang 
Tsunami : jauhi sumber tsunami, ke tempat tinggi(bukit) 
Evakuasi dengan jalan kaki, jangan menggunakan kendaran. 
3. Fungsi Depsos 
4. Manajemen bencana 
i. Pra bencana : kegiatan menyiapkan diri untuk menghadapi bencana 
yang akan datang, contohnya : kesiapsiagaan, mitigasi 
ii. Saat bencana : kegiatan tanggap darurat yaitu penyelamatan dan 
evakuasi korban, harta benda , pemenuhan kebutuhan dasar, 
perlindungan, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, 
serta pemulihan sarana dan prasarana 
iii. Pasca bencana : meliputi rehabilitasi dan rekonstruksi 
5. Jenis bencana
i. Bencana Alam : terjadi karena faktor alam sendiri, contohnya : banjir, 
gempa bumi, tsunami, gunung meletus, angin topan dll. 
ii. Bencana Non alam : terjadi karena faktor manusia, contohnya : gagal 
teknologi, gagal modernisasi, epidemi dan wabah penyakit 
iii. Bencana sosial : konflik dan teror 
6. Jika jumlah penolong lebih sedikit dari korban, maka dalam tatalaksana medis 
memilih korban yang memiliki sedikit trauma dan kesempatan hidup yang 
lebih besar, karena korban tersebut bisa membantu untuk korban lain, 
seperti orang yang luka robek di tangan dan orang yang fraktur femur 
terbuka, kita dahulukan orang yang luka robek. Bagi dokter spesialis yang 
pernah memiliki kompetensi dokter umum, bisa mengerjakan kompetensi 
tersebut dalam kondisi darurat. 
7. Lembaga yang mengatur tentang bencana 
i. Lembaga nasional : 
1. BNPD(Badan Nasional Penanggulan Bencana) 
2. BPBD(Badan Penanggulan Bencana Daerah) 
ii. Lembaga international : 
1. UNICEF, UNESCO, PMI 
8. Peraturan tentang bencana 
i. UU No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana 
ii. PP No. 21 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan 
Bencana 
iii. PP No. 23 tahun 2008 tentang Pendanaan Penanggulangan Bencana 
iv. PP No. 08 tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, 
Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan 
Daerah 
v. PP No. 22 tahun 2008 tentang Pendanaan Dan Pengelolaan Bantuan 
Bencana 
vi. Perka No. 11 Tahun 2008 tentang Pedoman Rehabilitasi Dan 
Rekonstruksi Pasca Bencana 
vii. Permenkes 949 tahun 2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan KLB 
viii. Perka No. 9 Tahun 2008 tentang Prosedur Tetap Tim Reaksi Cepat 
Banan Nasional Penanggulangan Bencana 
9. Lembaga kemanusiaan terdiri dari lembaga nasional dan internasional 
dengan tujuan bantuan obat-obatan dan tenaga medis
10. Yang harus dipenuhi agar LSM internasional agar bisa masuk ke LSM nasional 
adalah 
i. Ada pernyataan resmi dari kepala negara pembantu 
ii. Sesuai azas Pancasila dan UUD 1945, harus transparan, akuntabilitas, 
menjunjung azas, mengikuti aturan. 
11. Program kesiapsiagaan dan Mitigasi dalam Bencana 
i. penyusunan kebijakan, peraturan perundangan, pedoman dan 
standar 
ii. pembuatan peta rawan bencana dan pemetaan masalah kesehatan 
iii. pembuatan brosur/leaflet/poster 
iv. analisis risiko bencana 
v. pembentukan tim penanggulangan bencana 
vi. pelatihan dasar kebencanaan 
vii. membangun sistem penanggulangan krisis kesehatan berbasis 
masyarakat 
12. Sumbar merupakan daerah rawan bencana karena dari segi goegrafis sumbar 
memiliki lempengan, dekat pantai, gunung api yang masih aktif, mudah 
longsor karena banyak bukit. 
13. Program kesiapsiagaan dan mitigasi belum berjalan dengan baik karena 
i. Infrastruktur seperti bangunan tahan gempa dll blum sesuai standar 
karena belum ada dana 
ii. Kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan masih kurang 
iii. Pelatihan kesiapsiagaan yang kurang diminati oleh masyarakat 
iv. Tidak tahu jalur evakuasi 
v. Tata cara evakuasi yang salah, seperti membawa kendaraan saat 
evakuasi 
vi. Tidak mempersiapkan diri menghadapi bencana yang datang tiba-tiba. 
14. Program rehabilitasi dalam bencana 
i. Beri bantuan dana untuk membangun rumah(rekonstruksi) 
ii. Pemulihan psikologis pasca bencana 
iii. Pemulihan sosioekonomi 
iv. Pemulihan pelayanan publik 
v. Perbaikan lingkungan
IV. SKEMA 
V. TUJUAN PEMBELAJARAN 
1. Mahasiswa Mampu Menjelaskan tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi 
Bencana 
2. Mahasiswa Mampu Menjelaskan tentang Upaya Penanggulangan Gawat 
Darurat Medis dalam Bencana 
3. Mahasiswa Mampu Menjelaskan tentang Peraturan tentang 
Penganggulangan Bencana 
4. Mahasiswa Mampu Menjelaskan tentang Peran Lembaga dalam 
Penanggulangan Bencana 
5. Mahasiswa Mampu Menjelaskan tentang Manajemen Kesiapsiagaan dan 
Mitigasi dalam Bencana 
VI. BELAJAR MANDIRI 
1. Manajemen penanggulangan bencana memiliki kemiripan dengan sifat‐sifat 
manajemen lainnya secara umum. Meski demikian terdapat beberapa 
perbedaan, yaitu: 
i. nyawa dan kesehatan masyarakat merupakan masalah utama; 
ii. b. waktu untuk bereaksi yang sangat singkat; 
iii. risiko dan konsekuensi kesalahan atau penundaan keputusan dapat 
berakibat fatal 
iv. situasi dan kondisi yang tidak pasti 
v. petugas mengalami stres yang tinggi 
vi. informasi yang selalu berubah.
Manajemen penanggulangan bencana adalah pengelolaan penggunaan 
sumber daya yang ada untuk menghadapi ancaman bencana dengan melakukan 
perencanaan, penyiapan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi di setiap tahap 
penanggulangan bencana yaitu pra, saat dan pasca bencana. Pada dasarnya, upaya 
penanggulangan bencana meliputi: 
 Tahap prabencana, terdiri atas: 
o Situasi tidak terjadi bencana, kegiatannya adalah pencegahan dan 
mitigasi 
o Situasi potensi terjadi bencana, kegiatannya berupa kesiapsiagaan 
 Tahap saat bencana, kegiatan adalah tanggap darurat dan pemulihan darurat 
 Tahap pasca bencana, kegiatannya adalah rehabilitasi dan rekonstruksi 
Setiap tahapan bencana tersebut dapat digambarkan dalam suatu siklus seperti 
dibawah. 
Setiap tahap penanggulangan tersebut tidak dapat dibatasi secara tegas. 
Dalam pengertian bahwa upaya prabencana harus terlebih dahulu diselesaikan 
sebelum melangkah pada tahap tanggap darurat dan dilanjutkan ke tahap 
berikutnya, yakni pemulihan. Siklus ini harus dipahami bahwa pada setiap waktu, 
semua tahapan dapat dilaksanakan secara bersama‐sama pada satu tahapan 
tertentu dengan porsi yang berbeda. Misalnya, tahap pemulihan kegiatan utamanya 
adalah pemulihan tetapi kegiatan pencegahan dan mitigasi dapat juga dilakukan 
untuk mengantisipasi bencana yang akan datang. 
Berbagai upaya penanggulangan bencana yang dapat dilakukan pada setiap 
tahap dalam siklus bencana antara lain: 
a. Pencegahan Dan Mitigasi 
Upaya ini bertujuan menghindari terjadinya bencana dan mengurangi risiko 
dampak bencana. Upaya‐upaya yang dilakukan antara lain: 
1) penyusunan kebijakan, peraturan perundangan, pedoman dan standar; 
2) pembuatan peta rawan bencana dan pemetaan masalah kesehatan
3) pembuatan brosur/leaflet/poster 
4) analisis risiko bencana 
5) pembentukan tim penanggulangan bencana 
6) pelatihan dasar kebencanaan 
7) membangun sistem penanggulangan krisis kesehatan berbasis masyarakat. 
b. Kesiapsiagaan 
Upaya kesiapsiagaan dilaksanakan untuk mengantisipasi kemungkinan 
terjadinya bencana. Upaya kesiapsiagaan dilakukan pada saat bencana mulai 
teridentifikasi akan terjadi. Upaya‐upaya yang dapat dilakukan antara lain: 
1) penyusunan rencana kontinjensi; 
2) simulasi/gladi/pelatihan siaga; 
3) penyiapan dukungan sumber daya; 
4) penyiapan sistem informasi dan komunikasi. 
5) tanggap darurat; 
Upaya tanggap darurat bidang kesehatan dilakukan untuk menyelamatkan nyawa 
dan mencegah kecacatan. Upaya yang dilakukan antara lain: 
1) penilaian cepat kesehatan (rapid health assessment); 
2) pertolongan pertama korban bencana dan evakuasi ke sarana 
3) kesehatan; 
4) pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan; 
5) perlindungan terhadap kelompok risiko tinggi kesehatan. 
c. Pemulihan. 
Upaya pemulihan meliputi rehabilitasi dan rekonstruksi. Upaya rehabilitasi 
bertujuan mengembalikan kondisi daerah yang terkena bencana yang serba tidak 
menentu ke kondisi normal yang lebih baik. Upaya rekonstruksi bertujuan 
membangun kembali sarana dan prasarana yang rusak akibat bencana secara lebih 
baik dan sempurna. Upaya‐upaya yang dilakukan antara lain: 
1) perbaikan lingkungan dan sanitasi; 
2) perbaikan fasilitas pelayanan kesehatan 
3) pemulihan psiko‐sosial; 
4) peningkatan fungsi pelayanan kesehatan 
2. Peraturan tentang Bencana 
i. UU 24/2007 tentang Penanggulangan Bencana 
1. Urusan bersama, hak dan kewajiban seluruh stakeholder 
diatur 
2. Pemerintah sebagai penanggungjawab PB dengan peran serta 
aktif masyarakat dan lembaga usaha => Platform Nasional 
3. Merubah paradigma respons menjadi Pengurangan Risiko 
Bencana 
4. Perlindungan masyarakat terhadap bencana dimulai sejak Pra 
bencana, pada saat dan pasca bencana, secara terencana, 
terpadu, terkoordinasi dan terpadu
5. Membangun masyarakat yang tangguh/tahan dalam 
menghadapi bencana 
6. Membangun sistem penanggulangan bencana yang handal 
melalui 
7. Kelembagaan yang kuat, pendanaan yang memadai 
8. Integrasi PB dalam Rencana Pembangunan (RKP/D, RPJM/D, 
RPJP/D) 
ii. Peraturan Pemerintah 
1. Penyelenggaraan Pb (Pp. No. 21/2007) 
2. Pendanaan Dan Pengelolaan Bantuan Bencana (Pp. No. 
22/2007) 
3. Peran Lembaga Internasional Dan Lembaga Asing Non 
Pemerintah (PP. No. 23/2007) 
iii. Peraturan Kepala BNPB 
1. Perka No. 1 Tahun 2008 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja 
Badan Nasional Penanggulangan Bencana 
2. Perka No. 3 Tahun 2008 Tentang Pedoman Pembentukan 
Badan Penanggulangan Bencana Daerah 
3. Perka No. 4 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyusunan 
Rencana Penanggulangan Bencana 
4. Perka No. 6 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penggunaan Dana 
Siap Pakai 
5. Perka No. 7 Tahun 2008 Tentang Pedoman Tata Cara 
Pemberian Bantuan Pemenuhan Kebutuhan Dasar 
6. Perka No. 8 Tahun 2008 Tentang Pedoman Pemberian Dan 
Besaran Bantuan Santunan Duka Cita 
7. Perka No. 9 Tahun 2008 Tentang Prosedur Tetap Tim Reaksi 
Cepat Banan Nasional Penanggulangan Bencana 
8. Perka No. 10 Tahun 2008 Tentang Pedoman Komando Tanggap 
Darurat Bencana 
9. Perka No. 11 Tahun 2008 Tentang Pedoman Rehabilitasi Dan 
Rekonstruksi Pasca Bencana 
10. Perka No. 12 Tahun 2008 Tentang Kajian Pembentukan Dan 
Penyelenggaraan Unit Pelaksana Teknis 
11. Perka No. 13 Tahun 2008 Tentang Pedoman Manajemen 
Logistik Dan Peralatan Penanggulangan Bencana 
12. Perka No. 3 Tahun 2010 Tentang Rencana Nasional 
Penanggulangan Bencana 2010-2014 
13. Perka No. 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Aksi Nasional 
Pengurangan Risiko Bencana 2010-2012 
3. Tugas penyelenggaraan penanggulangan bencana ditangani oleh Badan 
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di tingkat pusat dan Badan 
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di tingkat daerah. 
a. Tingkat pusat 
i. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
Bnpb merupakan lembaga pemerintah non departemen setingkat 
menteri yang memiliki fungsi merumuskan dan menetapkan kebijakan 
penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi secara cepat, tepat, 
efektif dan efisien serta mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan 
penanggulangan bencana secara terencana, terpadu dan menyeluruh. 
Adapun tugas dari bnpb adalah sebagai berikut: 
a. Memberikan pedoman dan pengarahan terhadap usaha 
penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana, 
penanganan tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi secara 
adil dan setara; 
b. Menetapkan standardisasi dan kebutuhan penyelenggaraan 
penanggulangan bencana berdasarkan peraturan 
perundangundangan; 
c. Menyampaikan informasi kegiatan kepada masyarakat; 
d. Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada 
presiden setiap sebulan sekali dalam kondisi normal dan pada 
setiap saat dalam kondisi darurat bencana; 
e. Menggunakan dan mempertanggungjawabkan 
sumbangan/bantuan nasional dan internasional; 
f. Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima 
dari anggaran pendapatan dan belanja negara 
g. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan 
perundangundangan 
h. Menyusun pedoman pembentukan bpbd. 
ii. Kementerian kesehatan 
Tugas dan kewenangan kementerian kesehatan adalah merumuskan 
kebijakan, memberikan standar dan arahan serta mengkoordinasikan penanganan 
krisis dan masalah kesehatan lain, baik dalam tahap sebelum, saat maupun setelah 
terjadinya. Dalam pelaksanaannya dapat melibatkan instansi terkait, baik 
pemerintah maupun non pemerintah, lsm, lembaga internasional, organisasi profesi 
maupun organisasi kemasyarakatan sesuai dengan peraturan perundangan yang 
berlaku. Selain itu kementerian kesehatan secara aktif membantu mengoordinasikan 
bantuan kesehatan yang diperlukan oleh daerah yang mengalami situasi krisis dan 
masalah kesehatan lain. 
b. Tingkat daerah 
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) adalah perangkat daerah yang 
dibentuk untuk melaksanakan tugas dan fungsi penyelenggaraan penanggulangan 
bencana di daerah. Pada tingkat provinsi BPBD dipimpin oleh seorang pejabat 
setingkat di bawah gubernur atau setingkat eselon Ib dan pada tingkat 
kabupaten/kota dipimpin oleh seorang pejabat setingkat di bawah bupati/walikota 
atau setingkat eselon IIa. 
Kepala BPBD dijabat secara rangkap (ex‐officio) oleh Sekretaris Daerah yang 
bertanggungjawab langsung kepada kepala daerah. 
BPBD mempunyai fungsi :
 perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan 
penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat, efektif dan 
efisien; 
 pengoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara 
terencana, terpadu dan menyeluruh. 
BPBD mempunyai tugas : 
1. Menetapkan pedoman dan pengarahan sesuai dengan kebijakan pemerintah 
daerah dan BNPB terhadap usaha penanggulangan bencana yang mencakup 
pencegahan bencana, penanganan darurat, rehabilitasi, serta rekonstruksi 
secara adil dan setara 
2. Menetapkan standardisasi serta kebutuhan penyelenggaraan 
penanggulangan bencana berdasarkan Peraturan Perundangundangan 
3. Menyusun, menetapkan, dan menginformasikan peta rawan bencana 
4. Menyusun dan menetapkan prosedur tetap penanganan bencana 
5. Melaksanakan penyelenggaraan penanggulangan bencana pada wilayahnya 
6. Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada kepala 
daerah setiap sebulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam 
kondisi darurat bencana 
7. Mengendalikan pengumpulan dan penyaluran uang dan barang 
8. Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari 
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 
9. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundangundangan. 
Dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota sebagai salah satu anggota 
unsur pengarah penanggulangan bencana memiliki tanggung jawab dalam 
penanganan kesehatan akibat bencana dibantu oleh unit teknis kesehatan yang ada 
di lingkup provinsi dan kabupaten/kota. Pelaksanaan tugas penanganan kesehatan 
akibat bencana di lingkungan dinas kesehatan dikoordinasikan oleh unit yang 
ditunjuk oleh Kepala Dinas Kesehatan dengan surat keputusan. Tugas dan 
kewenangan dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota adalah melaksanakan dan 
menjabarkan kebijakan, memberikan standar dan arahan serta mengkoordinasikan 
kegiatan penanganan kesehatan akibat bencana di wilayah kerjanya. 
Dalam hal memerlukan bantuan kesehatan karena ketidakseimbangan antara 
jumlah korban yang ditangani dengan sumber daya yang tersedia di tempat, dapat 
meminta bantuan ke Kemenkes cq Pusat Penanggulangan Krisis maupun ke pusat 
bantuan regional. 
4. Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko 
bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan 
kemampuan menghadapi ancaman bencana. Mitigasi bencana merupakan suatu 
aktivitas yang berperan sebagai tindakan pengurangan dampak bencana, atau usaha-usaha 
yang dilakukan untuk megurangi korban ketika bencana terjadi, baik korban 
jiwa maupun harta. Dalam melakukan tindakan mitigasi bencana, langkah awal yang 
kita harus lakukan ialah melakukan kajian resiko bencana terhadap daerah tersebut. 
Dalam menghitung resiko bencana sebuah daerah kita harus mengetahui Bahaya
(hazard), Kerentanan (vulnerability) dan kapasitas (capacity) suatu wilayah yang 
berdasarkan pada karakteristik kondisi fisik dan wilayahnya.. 
Bahaya (hazard) adalah suatu kejadian yang mempunyai potensi untuk 
menyebabkan terjadinya kecelakaan, cedera, hilangnya nyawa atau kehilangan harta 
benda. Bahaya ini bisa menimbulkan bencana maupun tidak. Bahaya dianggap 
sebuah bencana (disaster) apabila telah menimbulkan korban dan kerugian. 
Kerentanan (vulnerability) adalah rangkaian kondisi yang menentukan apakah 
bahaya (baik bahaya alam maupun bahaya buatan) yang terjadi akan dapat 
menimbulkan bencana (disaster) atau tidak. Rangkaian kondisi, umumnya dapat 
berupa kondisi fisik, sosial dan sikap yang mempengaruhi kemampuan masyarakat 
dalam melakukan pencegahan, mitigasi, persiapan dan tindak-tanggap terhadap 
dampak bahaya. 
Jenis-jenis kerentanan : 
o Kerentanan Fisik : Bangunan, Infrastruktur, Konstruksi yang lemah. 
o Kerentanan Sosial : Kemiskinan, Lingkungan, Konflik, tingkat 
pertumbuhan yang tinggi, anak-anak dan wanita, lansia. 
o Kerentanan Mental : ketidaktahuan, tidak menyadari, kurangnya percaya 
diri, dan lainnya. 
Kapasitas (capacity) adalah kemampuan untuk memberikan tanggapan terhadap 
situasi tertentu dengan sumber daya yang tersedia (fisik, manusia, keuangan dan 
lainnya). Kapasitas ini bisa merupakan kearifan lokal masyarakat yang diceritakan 
secara turun temurun dari generasi ke generasi. 
Resiko bencana (Risk) adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana 
pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, 
sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan 
harta, dan gangguan kegiatan masyarakat. , akibat kombinasi dari bahaya, 
kerentanan, dan kapasitas dari daerah yang bersangkutan. 
Menghitung Resiko bencana di suatu wilayah berdasarkan pada penilaian 
bahaya, kerentanan dan kapasitas di wilayah tersebut. Menghitung resiko bencana 
menggunakan persamaan sebagai berikut : 
Risk (R) = H xV/ C 
Keterangan => R : Resiko Bencana 
H : Bahaya 
V : Kerentanan 
C : Kapasitas 
Setelah melakukan resiko bencana, yang harus kita lakukan ialah melakukan 
tindakan untuk mengurangi resiko bencana tersebut. Tindakan yang dilakukan 
bertujuan untuk mengurangi kerentanan dan menambah kapasitas sebuah daerah. 
Kegiatan yang dapat dilakukan untuk menguarangi resiko bencana antara lain : 
 Relokasi penduduk dari daerah rawan bencana, misal memindahkan 
penduduk yang berada dipinggir tebing yang mudah longsor 
 Pelatihan-pelatihan kesiapsiagaan bencana bagi penduduk di sebuah 
daerah. 
 Pengkondisian rumah atau sarana umum yang tanggap bencana. 
 Bangunannya relatif lebih kuat jika dilanda gempa. 
 Penciptaan dan penyebaran kearifan lokal tentang kebencanaan.

More Related Content

What's hot

Kelembagaan dan tugas_serta_fungsi_bnpb[1]
Kelembagaan dan tugas_serta_fungsi_bnpb[1]Kelembagaan dan tugas_serta_fungsi_bnpb[1]
Kelembagaan dan tugas_serta_fungsi_bnpb[1]Iqbal Raditya
 
Uu nomor 29 tahun 2014 pencarian dan pertolongan
Uu nomor 29 tahun 2014 pencarian dan pertolonganUu nomor 29 tahun 2014 pencarian dan pertolongan
Uu nomor 29 tahun 2014 pencarian dan pertolonganWinarto Winartoap
 
Undang undang nomor 24 tahun 2007
Undang undang nomor 24 tahun 2007Undang undang nomor 24 tahun 2007
Undang undang nomor 24 tahun 2007Lukman Priasmoro
 
Modul Manajemen Bencana
Modul Manajemen BencanaModul Manajemen Bencana
Modul Manajemen BencanaJalinKrakatau
 
Sistem nasional penanggulangan bencana
Sistem nasional penanggulangan bencanaSistem nasional penanggulangan bencana
Sistem nasional penanggulangan bencanaWidyaiswara/trainer
 
Kb 2 resiko bencana
Kb 2 resiko bencanaKb 2 resiko bencana
Kb 2 resiko bencanapjj_kemenkes
 
KB 1 Konsep Bencana
KB 1 Konsep BencanaKB 1 Konsep Bencana
KB 1 Konsep Bencanapjj_kemenkes
 
PERAN SERTA DALAM PENANGGULANGAN BENCANA ALAM ( PLH )
PERAN SERTA DALAM PENANGGULANGAN BENCANA ALAM ( PLH )PERAN SERTA DALAM PENANGGULANGAN BENCANA ALAM ( PLH )
PERAN SERTA DALAM PENANGGULANGAN BENCANA ALAM ( PLH )Siti Rafida
 
Partisipasi Masyarakat dan Antispasi Bencana
Partisipasi Masyarakat dan Antispasi BencanaPartisipasi Masyarakat dan Antispasi Bencana
Partisipasi Masyarakat dan Antispasi Bencanamusniumar
 
KB 1 Konsep Bencana
KB 1 Konsep BencanaKB 1 Konsep Bencana
KB 1 Konsep Bencanapjj_kemenkes
 
Questionnaires needs assessment pacc members
Questionnaires needs assessment pacc membersQuestionnaires needs assessment pacc members
Questionnaires needs assessment pacc membersawakmila
 
UU no.24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
UU no.24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan BencanaUU no.24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
UU no.24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan BencanaAgus Yuniarso
 

What's hot (16)

Kelembagaan dan tugas_serta_fungsi_bnpb[1]
Kelembagaan dan tugas_serta_fungsi_bnpb[1]Kelembagaan dan tugas_serta_fungsi_bnpb[1]
Kelembagaan dan tugas_serta_fungsi_bnpb[1]
 
Uu nomor 29 tahun 2014 pencarian dan pertolongan
Uu nomor 29 tahun 2014 pencarian dan pertolonganUu nomor 29 tahun 2014 pencarian dan pertolongan
Uu nomor 29 tahun 2014 pencarian dan pertolongan
 
Undang undang nomor 24 tahun 2007
Undang undang nomor 24 tahun 2007Undang undang nomor 24 tahun 2007
Undang undang nomor 24 tahun 2007
 
Modul Manajemen Bencana
Modul Manajemen BencanaModul Manajemen Bencana
Modul Manajemen Bencana
 
Sistem nasional penanggulangan bencana
Sistem nasional penanggulangan bencanaSistem nasional penanggulangan bencana
Sistem nasional penanggulangan bencana
 
Kb 2 resiko bencana
Kb 2 resiko bencanaKb 2 resiko bencana
Kb 2 resiko bencana
 
KB 1 Konsep Bencana
KB 1 Konsep BencanaKB 1 Konsep Bencana
KB 1 Konsep Bencana
 
PERAN SERTA DALAM PENANGGULANGAN BENCANA ALAM ( PLH )
PERAN SERTA DALAM PENANGGULANGAN BENCANA ALAM ( PLH )PERAN SERTA DALAM PENANGGULANGAN BENCANA ALAM ( PLH )
PERAN SERTA DALAM PENANGGULANGAN BENCANA ALAM ( PLH )
 
Partisipasi Masyarakat dan Antispasi Bencana
Partisipasi Masyarakat dan Antispasi BencanaPartisipasi Masyarakat dan Antispasi Bencana
Partisipasi Masyarakat dan Antispasi Bencana
 
Pp No 21 Th 2008 \
Pp No 21 Th 2008 \Pp No 21 Th 2008 \
Pp No 21 Th 2008 \
 
KB 1 Konsep Bencana
KB 1 Konsep BencanaKB 1 Konsep Bencana
KB 1 Konsep Bencana
 
Definisi bencana
Definisi bencanaDefinisi bencana
Definisi bencana
 
Questionnaires needs assessment pacc members
Questionnaires needs assessment pacc membersQuestionnaires needs assessment pacc members
Questionnaires needs assessment pacc members
 
Sistem Pengelolaan Bencana
Sistem Pengelolaan BencanaSistem Pengelolaan Bencana
Sistem Pengelolaan Bencana
 
Definisi bencana
Definisi bencanaDefinisi bencana
Definisi bencana
 
UU no.24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
UU no.24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan BencanaUU no.24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
UU no.24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
 

Similar to Laporan minggu 1

Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...
Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...
Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...Luhur Moekti Prayogo
 
Ppt.SiklusPenanggulanganBeencana.pps.pdf
Ppt.SiklusPenanggulanganBeencana.pps.pdfPpt.SiklusPenanggulanganBeencana.pps.pdf
Ppt.SiklusPenanggulanganBeencana.pps.pdfnunung42
 
TIK 1 ISS 1 BENCANA.pptx
TIK 1 ISS 1 BENCANA.pptxTIK 1 ISS 1 BENCANA.pptx
TIK 1 ISS 1 BENCANA.pptxDeaAnanda171416
 
PENDAHULUAN (Contoh Karya Ilmiah)
PENDAHULUAN (Contoh Karya Ilmiah)PENDAHULUAN (Contoh Karya Ilmiah)
PENDAHULUAN (Contoh Karya Ilmiah)Tuti Rina Lestari
 
materi-rakor-pb-PMI.ppt
materi-rakor-pb-PMI.pptmateri-rakor-pb-PMI.ppt
materi-rakor-pb-PMI.pptssuser613848
 
materi-rakor-pb.ppt sebgai bahan sosialisasi kepda masyarkat
materi-rakor-pb.ppt sebgai bahan sosialisasi kepda masyarkatmateri-rakor-pb.ppt sebgai bahan sosialisasi kepda masyarkat
materi-rakor-pb.ppt sebgai bahan sosialisasi kepda masyarkatharisprawira2
 
materi-rakor-pb (ww1).ppt
materi-rakor-pb (ww1).pptmateri-rakor-pb (ww1).ppt
materi-rakor-pb (ww1).pptAhmadUlinnuha4
 
Pertemuan 3.pdf
Pertemuan 3.pdfPertemuan 3.pdf
Pertemuan 3.pdfDianafanti
 
Kep. Bencana Dampak Psikologis 2023.pptx
Kep. Bencana  Dampak Psikologis 2023.pptxKep. Bencana  Dampak Psikologis 2023.pptx
Kep. Bencana Dampak Psikologis 2023.pptxAnnisaRaudhatulLaili
 
Penyusunan manajemen rencana mitigasi bencana
Penyusunan manajemen rencana mitigasi bencanaPenyusunan manajemen rencana mitigasi bencana
Penyusunan manajemen rencana mitigasi bencanahelmut simamora
 
SISTEM PELAYANAN KESEHATAN,LEGAL ETIK DALAM KEPERAWATAN.pptx
SISTEM PELAYANAN KESEHATAN,LEGAL ETIK DALAM KEPERAWATAN.pptxSISTEM PELAYANAN KESEHATAN,LEGAL ETIK DALAM KEPERAWATAN.pptx
SISTEM PELAYANAN KESEHATAN,LEGAL ETIK DALAM KEPERAWATAN.pptxcahyafaturohman
 
Pedoman ews masyarakat
Pedoman ews masyarakatPedoman ews masyarakat
Pedoman ews masyarakatsutripto
 
Pengertian_Manajemen_Bencana.pptx
Pengertian_Manajemen_Bencana.pptxPengertian_Manajemen_Bencana.pptx
Pengertian_Manajemen_Bencana.pptxhipgabisulteng
 
TINJAUAN TEORI (Contoh Karya Ilmiah)
TINJAUAN TEORI (Contoh Karya Ilmiah)TINJAUAN TEORI (Contoh Karya Ilmiah)
TINJAUAN TEORI (Contoh Karya Ilmiah)Tuti Rina Lestari
 
Peran Perawat Dalam Bencana.ppt
Peran Perawat Dalam Bencana.pptPeran Perawat Dalam Bencana.ppt
Peran Perawat Dalam Bencana.pptDeni Wahyudi
 
PENANGGULANGAN_BENCANA.pptx
PENANGGULANGAN_BENCANA.pptxPENANGGULANGAN_BENCANA.pptx
PENANGGULANGAN_BENCANA.pptxBANGSAICHANNEL
 

Similar to Laporan minggu 1 (20)

Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...
Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...
Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...
 
Ppt.SiklusPenanggulanganBeencana.pps.pdf
Ppt.SiklusPenanggulanganBeencana.pps.pdfPpt.SiklusPenanggulanganBeencana.pps.pdf
Ppt.SiklusPenanggulanganBeencana.pps.pdf
 
TIK 1 ISS 1 BENCANA.pptx
TIK 1 ISS 1 BENCANA.pptxTIK 1 ISS 1 BENCANA.pptx
TIK 1 ISS 1 BENCANA.pptx
 
PENDAHULUAN (Contoh Karya Ilmiah)
PENDAHULUAN (Contoh Karya Ilmiah)PENDAHULUAN (Contoh Karya Ilmiah)
PENDAHULUAN (Contoh Karya Ilmiah)
 
materi-rakor-pb-PMI.ppt
materi-rakor-pb-PMI.pptmateri-rakor-pb-PMI.ppt
materi-rakor-pb-PMI.ppt
 
materi-rakor-pb.ppt
materi-rakor-pb.pptmateri-rakor-pb.ppt
materi-rakor-pb.ppt
 
materi-rakor-pb.ppt sebgai bahan sosialisasi kepda masyarkat
materi-rakor-pb.ppt sebgai bahan sosialisasi kepda masyarkatmateri-rakor-pb.ppt sebgai bahan sosialisasi kepda masyarkat
materi-rakor-pb.ppt sebgai bahan sosialisasi kepda masyarkat
 
materi-rakor-pb (ww1).ppt
materi-rakor-pb (ww1).pptmateri-rakor-pb (ww1).ppt
materi-rakor-pb (ww1).ppt
 
materi-rakor-pb.ppt
materi-rakor-pb.pptmateri-rakor-pb.ppt
materi-rakor-pb.ppt
 
Pertemuan 3.pdf
Pertemuan 3.pdfPertemuan 3.pdf
Pertemuan 3.pdf
 
Manajemen Bencana Rumah Sakit
Manajemen Bencana Rumah SakitManajemen Bencana Rumah Sakit
Manajemen Bencana Rumah Sakit
 
Kep. Bencana Dampak Psikologis 2023.pptx
Kep. Bencana  Dampak Psikologis 2023.pptxKep. Bencana  Dampak Psikologis 2023.pptx
Kep. Bencana Dampak Psikologis 2023.pptx
 
Penyusunan manajemen rencana mitigasi bencana
Penyusunan manajemen rencana mitigasi bencanaPenyusunan manajemen rencana mitigasi bencana
Penyusunan manajemen rencana mitigasi bencana
 
SISTEM PELAYANAN KESEHATAN,LEGAL ETIK DALAM KEPERAWATAN.pptx
SISTEM PELAYANAN KESEHATAN,LEGAL ETIK DALAM KEPERAWATAN.pptxSISTEM PELAYANAN KESEHATAN,LEGAL ETIK DALAM KEPERAWATAN.pptx
SISTEM PELAYANAN KESEHATAN,LEGAL ETIK DALAM KEPERAWATAN.pptx
 
Pedoman ews masyarakat
Pedoman ews masyarakatPedoman ews masyarakat
Pedoman ews masyarakat
 
Pengertian_Manajemen_Bencana.pptx
Pengertian_Manajemen_Bencana.pptxPengertian_Manajemen_Bencana.pptx
Pengertian_Manajemen_Bencana.pptx
 
TINJAUAN TEORI (Contoh Karya Ilmiah)
TINJAUAN TEORI (Contoh Karya Ilmiah)TINJAUAN TEORI (Contoh Karya Ilmiah)
TINJAUAN TEORI (Contoh Karya Ilmiah)
 
Peran Perawat Dalam Bencana.ppt
Peran Perawat Dalam Bencana.pptPeran Perawat Dalam Bencana.ppt
Peran Perawat Dalam Bencana.ppt
 
penanggulangan bencana 2.ppt
penanggulangan bencana 2.pptpenanggulangan bencana 2.ppt
penanggulangan bencana 2.ppt
 
PENANGGULANGAN_BENCANA.pptx
PENANGGULANGAN_BENCANA.pptxPENANGGULANGAN_BENCANA.pptx
PENANGGULANGAN_BENCANA.pptx
 

Recently uploaded

Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikSyarifahNurulMaulida1
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilancahyadewi17
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxnadiasariamd
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxawaldarmawan3
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisRachmandiarRaras
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppticha582186
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfObat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfAdistriSafiraRosman
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxHidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxJasaketikku
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxStabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxdrrheinz
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionolivia371624
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxLinaWinarti1
 

Recently uploaded (20)

Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfObat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxHidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxStabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung function
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
 

Laporan minggu 1

  • 1.
  • 2. I. TERMINOLOGI MEDIS 1. Bencana : Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Kejadian destruktif yang mengakibatkan terjadinya ketimpangan antara penolong dan korban. 2. Depsos : Kementerian dalam Pemerintah Indonesia yang membidangi urusan sosial. Kementerian Sosial dipimpin oleh seorang Menteri Sosial (Mensos) 3. LSM : Sebuah organisasi yang didirikan oleh perorangan ataupun sekelompok orang yang secara sukarela yang memberikan pelayanan kepada masyarakat umum tanpa bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari kegiatannya 4. Mitigasi : Serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana 5. Kesiapsiagaan : Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melaluipengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. 6. Rehabilitasi : Perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahandan kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana. II. IDENTIFIKASI MASALAH 1. Mengapa bencana tidak dapat dilupakan dan butuh waktu lama untuk pulih dari bencana? 2. Apa yang harus dilakukan jika terjadi bencana ? 3. Apa saja fungsi Depsos ? 4. Bagaimana manajemen gawat darurat dalam menanggapi bencana ?
  • 3. 5. Apa saja jenis bencana ? 6. Apa yang dilakukan jika jumlah penolong lebih sediit daripada korban ? 7. Apa lembaga yang mengatur bencana dan apa tugasnya ? 8. Apa saja peraturan tentang bencana ? 9. Apa tujuan lembaga kemanusiaan datang ke RS saat bencana ? 10. Apa saja yang harus dipenuhi agar LSM internasional bisa membantu negara jika terjadi bencana ? 11. Apa program kesiapsiagaan dan mitigasi dalam menghadapi bencana ? 12. Mengapa daerah sumbar dikatakan rawan bencana ? 13. Mengapa program kesiapsiagaan dan mitigasi belum terlaksana sepenuhnya baik oleh pemerintah dan masyarakat sendiri ? 14. Apa saja yang termasuk dalam program rehabilitasi dalam bencana ? III. ANALISIS MASALAH 1. Bencana bisa merenggut apa saja baik harta benda atau nyawa. Bencana meninggalkan trauma fisik ataupun psikis yang tidak semua orang bisa sembuh dari trauma tersebut dengan cepat. 2. Jika terjadi bencana : i. Pihak medis : pertolongan pertama(resusitasi) dan memprioritaskan yang mudah ditolong agar bisa membantu yang lain. ii. Masyarakat : jauhi sumber bencana, minta pertolongan, selamatkan diri dan evakuasi, rehabilitasi dan rekonstruksi bangunan. 1. Jangan cemas 2. Gempa : jauhi bangunan tinggi, pergi ke tanah lapang Tsunami : jauhi sumber tsunami, ke tempat tinggi(bukit) Evakuasi dengan jalan kaki, jangan menggunakan kendaran. 3. Fungsi Depsos 4. Manajemen bencana i. Pra bencana : kegiatan menyiapkan diri untuk menghadapi bencana yang akan datang, contohnya : kesiapsiagaan, mitigasi ii. Saat bencana : kegiatan tanggap darurat yaitu penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda , pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan sarana dan prasarana iii. Pasca bencana : meliputi rehabilitasi dan rekonstruksi 5. Jenis bencana
  • 4. i. Bencana Alam : terjadi karena faktor alam sendiri, contohnya : banjir, gempa bumi, tsunami, gunung meletus, angin topan dll. ii. Bencana Non alam : terjadi karena faktor manusia, contohnya : gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi dan wabah penyakit iii. Bencana sosial : konflik dan teror 6. Jika jumlah penolong lebih sedikit dari korban, maka dalam tatalaksana medis memilih korban yang memiliki sedikit trauma dan kesempatan hidup yang lebih besar, karena korban tersebut bisa membantu untuk korban lain, seperti orang yang luka robek di tangan dan orang yang fraktur femur terbuka, kita dahulukan orang yang luka robek. Bagi dokter spesialis yang pernah memiliki kompetensi dokter umum, bisa mengerjakan kompetensi tersebut dalam kondisi darurat. 7. Lembaga yang mengatur tentang bencana i. Lembaga nasional : 1. BNPD(Badan Nasional Penanggulan Bencana) 2. BPBD(Badan Penanggulan Bencana Daerah) ii. Lembaga international : 1. UNICEF, UNESCO, PMI 8. Peraturan tentang bencana i. UU No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana ii. PP No. 21 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana iii. PP No. 23 tahun 2008 tentang Pendanaan Penanggulangan Bencana iv. PP No. 08 tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah v. PP No. 22 tahun 2008 tentang Pendanaan Dan Pengelolaan Bantuan Bencana vi. Perka No. 11 Tahun 2008 tentang Pedoman Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Pasca Bencana vii. Permenkes 949 tahun 2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan KLB viii. Perka No. 9 Tahun 2008 tentang Prosedur Tetap Tim Reaksi Cepat Banan Nasional Penanggulangan Bencana 9. Lembaga kemanusiaan terdiri dari lembaga nasional dan internasional dengan tujuan bantuan obat-obatan dan tenaga medis
  • 5. 10. Yang harus dipenuhi agar LSM internasional agar bisa masuk ke LSM nasional adalah i. Ada pernyataan resmi dari kepala negara pembantu ii. Sesuai azas Pancasila dan UUD 1945, harus transparan, akuntabilitas, menjunjung azas, mengikuti aturan. 11. Program kesiapsiagaan dan Mitigasi dalam Bencana i. penyusunan kebijakan, peraturan perundangan, pedoman dan standar ii. pembuatan peta rawan bencana dan pemetaan masalah kesehatan iii. pembuatan brosur/leaflet/poster iv. analisis risiko bencana v. pembentukan tim penanggulangan bencana vi. pelatihan dasar kebencanaan vii. membangun sistem penanggulangan krisis kesehatan berbasis masyarakat 12. Sumbar merupakan daerah rawan bencana karena dari segi goegrafis sumbar memiliki lempengan, dekat pantai, gunung api yang masih aktif, mudah longsor karena banyak bukit. 13. Program kesiapsiagaan dan mitigasi belum berjalan dengan baik karena i. Infrastruktur seperti bangunan tahan gempa dll blum sesuai standar karena belum ada dana ii. Kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan masih kurang iii. Pelatihan kesiapsiagaan yang kurang diminati oleh masyarakat iv. Tidak tahu jalur evakuasi v. Tata cara evakuasi yang salah, seperti membawa kendaraan saat evakuasi vi. Tidak mempersiapkan diri menghadapi bencana yang datang tiba-tiba. 14. Program rehabilitasi dalam bencana i. Beri bantuan dana untuk membangun rumah(rekonstruksi) ii. Pemulihan psikologis pasca bencana iii. Pemulihan sosioekonomi iv. Pemulihan pelayanan publik v. Perbaikan lingkungan
  • 6. IV. SKEMA V. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Mahasiswa Mampu Menjelaskan tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bencana 2. Mahasiswa Mampu Menjelaskan tentang Upaya Penanggulangan Gawat Darurat Medis dalam Bencana 3. Mahasiswa Mampu Menjelaskan tentang Peraturan tentang Penganggulangan Bencana 4. Mahasiswa Mampu Menjelaskan tentang Peran Lembaga dalam Penanggulangan Bencana 5. Mahasiswa Mampu Menjelaskan tentang Manajemen Kesiapsiagaan dan Mitigasi dalam Bencana VI. BELAJAR MANDIRI 1. Manajemen penanggulangan bencana memiliki kemiripan dengan sifat‐sifat manajemen lainnya secara umum. Meski demikian terdapat beberapa perbedaan, yaitu: i. nyawa dan kesehatan masyarakat merupakan masalah utama; ii. b. waktu untuk bereaksi yang sangat singkat; iii. risiko dan konsekuensi kesalahan atau penundaan keputusan dapat berakibat fatal iv. situasi dan kondisi yang tidak pasti v. petugas mengalami stres yang tinggi vi. informasi yang selalu berubah.
  • 7. Manajemen penanggulangan bencana adalah pengelolaan penggunaan sumber daya yang ada untuk menghadapi ancaman bencana dengan melakukan perencanaan, penyiapan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi di setiap tahap penanggulangan bencana yaitu pra, saat dan pasca bencana. Pada dasarnya, upaya penanggulangan bencana meliputi:  Tahap prabencana, terdiri atas: o Situasi tidak terjadi bencana, kegiatannya adalah pencegahan dan mitigasi o Situasi potensi terjadi bencana, kegiatannya berupa kesiapsiagaan  Tahap saat bencana, kegiatan adalah tanggap darurat dan pemulihan darurat  Tahap pasca bencana, kegiatannya adalah rehabilitasi dan rekonstruksi Setiap tahapan bencana tersebut dapat digambarkan dalam suatu siklus seperti dibawah. Setiap tahap penanggulangan tersebut tidak dapat dibatasi secara tegas. Dalam pengertian bahwa upaya prabencana harus terlebih dahulu diselesaikan sebelum melangkah pada tahap tanggap darurat dan dilanjutkan ke tahap berikutnya, yakni pemulihan. Siklus ini harus dipahami bahwa pada setiap waktu, semua tahapan dapat dilaksanakan secara bersama‐sama pada satu tahapan tertentu dengan porsi yang berbeda. Misalnya, tahap pemulihan kegiatan utamanya adalah pemulihan tetapi kegiatan pencegahan dan mitigasi dapat juga dilakukan untuk mengantisipasi bencana yang akan datang. Berbagai upaya penanggulangan bencana yang dapat dilakukan pada setiap tahap dalam siklus bencana antara lain: a. Pencegahan Dan Mitigasi Upaya ini bertujuan menghindari terjadinya bencana dan mengurangi risiko dampak bencana. Upaya‐upaya yang dilakukan antara lain: 1) penyusunan kebijakan, peraturan perundangan, pedoman dan standar; 2) pembuatan peta rawan bencana dan pemetaan masalah kesehatan
  • 8. 3) pembuatan brosur/leaflet/poster 4) analisis risiko bencana 5) pembentukan tim penanggulangan bencana 6) pelatihan dasar kebencanaan 7) membangun sistem penanggulangan krisis kesehatan berbasis masyarakat. b. Kesiapsiagaan Upaya kesiapsiagaan dilaksanakan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana. Upaya kesiapsiagaan dilakukan pada saat bencana mulai teridentifikasi akan terjadi. Upaya‐upaya yang dapat dilakukan antara lain: 1) penyusunan rencana kontinjensi; 2) simulasi/gladi/pelatihan siaga; 3) penyiapan dukungan sumber daya; 4) penyiapan sistem informasi dan komunikasi. 5) tanggap darurat; Upaya tanggap darurat bidang kesehatan dilakukan untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah kecacatan. Upaya yang dilakukan antara lain: 1) penilaian cepat kesehatan (rapid health assessment); 2) pertolongan pertama korban bencana dan evakuasi ke sarana 3) kesehatan; 4) pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan; 5) perlindungan terhadap kelompok risiko tinggi kesehatan. c. Pemulihan. Upaya pemulihan meliputi rehabilitasi dan rekonstruksi. Upaya rehabilitasi bertujuan mengembalikan kondisi daerah yang terkena bencana yang serba tidak menentu ke kondisi normal yang lebih baik. Upaya rekonstruksi bertujuan membangun kembali sarana dan prasarana yang rusak akibat bencana secara lebih baik dan sempurna. Upaya‐upaya yang dilakukan antara lain: 1) perbaikan lingkungan dan sanitasi; 2) perbaikan fasilitas pelayanan kesehatan 3) pemulihan psiko‐sosial; 4) peningkatan fungsi pelayanan kesehatan 2. Peraturan tentang Bencana i. UU 24/2007 tentang Penanggulangan Bencana 1. Urusan bersama, hak dan kewajiban seluruh stakeholder diatur 2. Pemerintah sebagai penanggungjawab PB dengan peran serta aktif masyarakat dan lembaga usaha => Platform Nasional 3. Merubah paradigma respons menjadi Pengurangan Risiko Bencana 4. Perlindungan masyarakat terhadap bencana dimulai sejak Pra bencana, pada saat dan pasca bencana, secara terencana, terpadu, terkoordinasi dan terpadu
  • 9. 5. Membangun masyarakat yang tangguh/tahan dalam menghadapi bencana 6. Membangun sistem penanggulangan bencana yang handal melalui 7. Kelembagaan yang kuat, pendanaan yang memadai 8. Integrasi PB dalam Rencana Pembangunan (RKP/D, RPJM/D, RPJP/D) ii. Peraturan Pemerintah 1. Penyelenggaraan Pb (Pp. No. 21/2007) 2. Pendanaan Dan Pengelolaan Bantuan Bencana (Pp. No. 22/2007) 3. Peran Lembaga Internasional Dan Lembaga Asing Non Pemerintah (PP. No. 23/2007) iii. Peraturan Kepala BNPB 1. Perka No. 1 Tahun 2008 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Badan Nasional Penanggulangan Bencana 2. Perka No. 3 Tahun 2008 Tentang Pedoman Pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah 3. Perka No. 4 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana 4. Perka No. 6 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penggunaan Dana Siap Pakai 5. Perka No. 7 Tahun 2008 Tentang Pedoman Tata Cara Pemberian Bantuan Pemenuhan Kebutuhan Dasar 6. Perka No. 8 Tahun 2008 Tentang Pedoman Pemberian Dan Besaran Bantuan Santunan Duka Cita 7. Perka No. 9 Tahun 2008 Tentang Prosedur Tetap Tim Reaksi Cepat Banan Nasional Penanggulangan Bencana 8. Perka No. 10 Tahun 2008 Tentang Pedoman Komando Tanggap Darurat Bencana 9. Perka No. 11 Tahun 2008 Tentang Pedoman Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Pasca Bencana 10. Perka No. 12 Tahun 2008 Tentang Kajian Pembentukan Dan Penyelenggaraan Unit Pelaksana Teknis 11. Perka No. 13 Tahun 2008 Tentang Pedoman Manajemen Logistik Dan Peralatan Penanggulangan Bencana 12. Perka No. 3 Tahun 2010 Tentang Rencana Nasional Penanggulangan Bencana 2010-2014 13. Perka No. 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana 2010-2012 3. Tugas penyelenggaraan penanggulangan bencana ditangani oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di tingkat pusat dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di tingkat daerah. a. Tingkat pusat i. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
  • 10. Bnpb merupakan lembaga pemerintah non departemen setingkat menteri yang memiliki fungsi merumuskan dan menetapkan kebijakan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi secara cepat, tepat, efektif dan efisien serta mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu dan menyeluruh. Adapun tugas dari bnpb adalah sebagai berikut: a. Memberikan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi secara adil dan setara; b. Menetapkan standardisasi dan kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan bencana berdasarkan peraturan perundangundangan; c. Menyampaikan informasi kegiatan kepada masyarakat; d. Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada presiden setiap sebulan sekali dalam kondisi normal dan pada setiap saat dalam kondisi darurat bencana; e. Menggunakan dan mempertanggungjawabkan sumbangan/bantuan nasional dan internasional; f. Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari anggaran pendapatan dan belanja negara g. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundangundangan h. Menyusun pedoman pembentukan bpbd. ii. Kementerian kesehatan Tugas dan kewenangan kementerian kesehatan adalah merumuskan kebijakan, memberikan standar dan arahan serta mengkoordinasikan penanganan krisis dan masalah kesehatan lain, baik dalam tahap sebelum, saat maupun setelah terjadinya. Dalam pelaksanaannya dapat melibatkan instansi terkait, baik pemerintah maupun non pemerintah, lsm, lembaga internasional, organisasi profesi maupun organisasi kemasyarakatan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Selain itu kementerian kesehatan secara aktif membantu mengoordinasikan bantuan kesehatan yang diperlukan oleh daerah yang mengalami situasi krisis dan masalah kesehatan lain. b. Tingkat daerah Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) adalah perangkat daerah yang dibentuk untuk melaksanakan tugas dan fungsi penyelenggaraan penanggulangan bencana di daerah. Pada tingkat provinsi BPBD dipimpin oleh seorang pejabat setingkat di bawah gubernur atau setingkat eselon Ib dan pada tingkat kabupaten/kota dipimpin oleh seorang pejabat setingkat di bawah bupati/walikota atau setingkat eselon IIa. Kepala BPBD dijabat secara rangkap (ex‐officio) oleh Sekretaris Daerah yang bertanggungjawab langsung kepada kepala daerah. BPBD mempunyai fungsi :
  • 11.  perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat, efektif dan efisien;  pengoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu dan menyeluruh. BPBD mempunyai tugas : 1. Menetapkan pedoman dan pengarahan sesuai dengan kebijakan pemerintah daerah dan BNPB terhadap usaha penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan darurat, rehabilitasi, serta rekonstruksi secara adil dan setara 2. Menetapkan standardisasi serta kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan bencana berdasarkan Peraturan Perundangundangan 3. Menyusun, menetapkan, dan menginformasikan peta rawan bencana 4. Menyusun dan menetapkan prosedur tetap penanganan bencana 5. Melaksanakan penyelenggaraan penanggulangan bencana pada wilayahnya 6. Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada kepala daerah setiap sebulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi darurat bencana 7. Mengendalikan pengumpulan dan penyaluran uang dan barang 8. Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 9. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundangundangan. Dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota sebagai salah satu anggota unsur pengarah penanggulangan bencana memiliki tanggung jawab dalam penanganan kesehatan akibat bencana dibantu oleh unit teknis kesehatan yang ada di lingkup provinsi dan kabupaten/kota. Pelaksanaan tugas penanganan kesehatan akibat bencana di lingkungan dinas kesehatan dikoordinasikan oleh unit yang ditunjuk oleh Kepala Dinas Kesehatan dengan surat keputusan. Tugas dan kewenangan dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota adalah melaksanakan dan menjabarkan kebijakan, memberikan standar dan arahan serta mengkoordinasikan kegiatan penanganan kesehatan akibat bencana di wilayah kerjanya. Dalam hal memerlukan bantuan kesehatan karena ketidakseimbangan antara jumlah korban yang ditangani dengan sumber daya yang tersedia di tempat, dapat meminta bantuan ke Kemenkes cq Pusat Penanggulangan Krisis maupun ke pusat bantuan regional. 4. Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Mitigasi bencana merupakan suatu aktivitas yang berperan sebagai tindakan pengurangan dampak bencana, atau usaha-usaha yang dilakukan untuk megurangi korban ketika bencana terjadi, baik korban jiwa maupun harta. Dalam melakukan tindakan mitigasi bencana, langkah awal yang kita harus lakukan ialah melakukan kajian resiko bencana terhadap daerah tersebut. Dalam menghitung resiko bencana sebuah daerah kita harus mengetahui Bahaya
  • 12. (hazard), Kerentanan (vulnerability) dan kapasitas (capacity) suatu wilayah yang berdasarkan pada karakteristik kondisi fisik dan wilayahnya.. Bahaya (hazard) adalah suatu kejadian yang mempunyai potensi untuk menyebabkan terjadinya kecelakaan, cedera, hilangnya nyawa atau kehilangan harta benda. Bahaya ini bisa menimbulkan bencana maupun tidak. Bahaya dianggap sebuah bencana (disaster) apabila telah menimbulkan korban dan kerugian. Kerentanan (vulnerability) adalah rangkaian kondisi yang menentukan apakah bahaya (baik bahaya alam maupun bahaya buatan) yang terjadi akan dapat menimbulkan bencana (disaster) atau tidak. Rangkaian kondisi, umumnya dapat berupa kondisi fisik, sosial dan sikap yang mempengaruhi kemampuan masyarakat dalam melakukan pencegahan, mitigasi, persiapan dan tindak-tanggap terhadap dampak bahaya. Jenis-jenis kerentanan : o Kerentanan Fisik : Bangunan, Infrastruktur, Konstruksi yang lemah. o Kerentanan Sosial : Kemiskinan, Lingkungan, Konflik, tingkat pertumbuhan yang tinggi, anak-anak dan wanita, lansia. o Kerentanan Mental : ketidaktahuan, tidak menyadari, kurangnya percaya diri, dan lainnya. Kapasitas (capacity) adalah kemampuan untuk memberikan tanggapan terhadap situasi tertentu dengan sumber daya yang tersedia (fisik, manusia, keuangan dan lainnya). Kapasitas ini bisa merupakan kearifan lokal masyarakat yang diceritakan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Resiko bencana (Risk) adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat. , akibat kombinasi dari bahaya, kerentanan, dan kapasitas dari daerah yang bersangkutan. Menghitung Resiko bencana di suatu wilayah berdasarkan pada penilaian bahaya, kerentanan dan kapasitas di wilayah tersebut. Menghitung resiko bencana menggunakan persamaan sebagai berikut : Risk (R) = H xV/ C Keterangan => R : Resiko Bencana H : Bahaya V : Kerentanan C : Kapasitas Setelah melakukan resiko bencana, yang harus kita lakukan ialah melakukan tindakan untuk mengurangi resiko bencana tersebut. Tindakan yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi kerentanan dan menambah kapasitas sebuah daerah. Kegiatan yang dapat dilakukan untuk menguarangi resiko bencana antara lain :  Relokasi penduduk dari daerah rawan bencana, misal memindahkan penduduk yang berada dipinggir tebing yang mudah longsor  Pelatihan-pelatihan kesiapsiagaan bencana bagi penduduk di sebuah daerah.  Pengkondisian rumah atau sarana umum yang tanggap bencana.  Bangunannya relatif lebih kuat jika dilanda gempa.  Penciptaan dan penyebaran kearifan lokal tentang kebencanaan.